BAB I

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Keuangan
1. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran
perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya (M. Fuad,
2002:92), sedangkan menurut Sukanto Reksohadiprodjo (1999:25) Manajemen merupakan
kegiatan manusia untuk memimpin dan mengawasi bekerjanya badan usaha. Manajemen ini
terpusat pada administrasi dan mengintegrasi manusia, material, dan uang ke dalam suatu
unit operasi yang efektif, mengawasi berbagai kegiatan dalam perusahaan.
Dilihat dari pendapat para ahli diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
manajemen merupakan suatu aktivitas yang membedakan antara fungsi seorang manajer
dengan fungsi yang bukan dilakukan oleh seorang manajer. Dimana manajemen adalah
suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
dan pengendalian melalui kegiatan orang lain.
18
1.2. Pengertian Keuangan
Keuangan sangat diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat memperlancar
kegiatan operasinya. Pengertian keuangan itu sendiri adalah Keuangan merupakan ilmu dan
seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap
organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrument yang
terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.
(Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, 2002:34)
1.3. Pengertian Manajemen Keuangan
Dari uraian diatas tentang pengertian manajemen dan pengertian keuangan dapatlah
ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha
pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala
aktivitas yang dilakukan perusahaan. Untuk lebih jelasnya, beberapa ahli mengemukakan
pendapatnya mengenai tentang pengertian manajemen keuangan.
Menurut Sutrisno (2003:3) bahwa Manajemen Keuangan adalah : Sebagai semua
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan
dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana
tersebut secara efisien. Sedangkan menurut Agus Sartono (2001:6) Manajemen Keuangan
dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana
dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.
19
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usahausaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
1.4. Fungsi-Fungsi Manajemen Keuangan
Dalam manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Ada
beberapa fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2003:3), antara lain :
1. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan
dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di
masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan
mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan.
2. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada
keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis
kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai
kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
3. Keputusan Dividen
Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan
besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk
cash dividend, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham (stock dividend).
Pemecahan saham (stock split), serta penarikan kembali saham yang beredar yang
20
semunya ditunjukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Maka
penerapan proses manajemen dalam bidang keuangan tentunya disertai dengan tujuan
tertentu, yaitu agar berbagai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan
dengan sebaik-baiknya.
1.5. Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan hendaknya sesuai dengan fungsinya yang dijabarkan,
yaitu menyangkut perencanaan, perolehan, pengendalian dan penggunaan dana. “Tujuan
manajemen keuangan adalah merencanakan, untuk memperoleh dan menggunakan dana
guna memaksimalkan nilai organisasi” (Weston dan Copeland, 1995:6)
1.6. Fungsi Manajemen Keputusan Pendanaan
Seperti sudah dijelaskan diatas tentang beberapa fungsi – fungsi manajemen
keuangan dan salah satunya adalah tentang keputusan pendanaan. Pada keputusan
pendanaan seorang manajer keuangan dituntut untuk selalu mempertimbangkan dan
menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna
membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Salah satu kegiatan
pendanaan yang dapat dipertimbangkan adalah kegiatan ekspor impor. Dimana kegiatan ini
juga memerlukan fungsi – fungsi manajemen keuangan karena perusahaan yang menjalani
kegiatan ekspor impor ini juga harus dapat menganalisa sumber-sumber dana yang
digunakan yang akhirnya diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.
21
Seperti kita ketahui kegiatan ekspor impor dapat dilakukan dengan baik apabila
semua kegiatan yang berhubungan dengan transaksi tersebut dapat diselenggarakan dengan
lancar dan terjamin bagi semua pihak terutama tentang pembayarannya. Adapun cara
pembayaran yang lazim dilakukan ialah dengan cara yang tidak langsung, artinya melalui
jasa perbankan. Diantara beberapa cara pembayaran yang dilakukan selama ini adalah
dengan menggunakan Letter of Credit (L/C) atau Surat Kredit Berdokumen. Instrument L/C
dianggap sebagai alat pembayaran yang paling ideal sampai saat ini. Salah satu alasannya
adalah dalam menjalani kegiatan penggunaan L/C selalu melibatkan kegiatan jasa perbankan
yang masing-masing berada di negara berlainan sehingga hal ini tentunya memberikan
kenyaman serta jaminan bagi peserta kegiatan ekspor impor serta persyaratan dan kondisi
yang ditetapkan oleh pihak yang bersangkutan. Dan salah satu dari persyaratan itu adalah
bahwa pembayaran baru dapat dilaksanakan apabila kepada bank telah diserahkan dokumen
– dokumen yang secara formal telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan L/C tersebut.
Namun demikian, adakalanya terjadi penyimpangan dokumen dari syarat dan kondisi yang
telah dilakukan. Pada kegiatan ekspor impor proses pembayaran dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain :
1. Secara tunai (Cash Payment) atau pembayaran dimuka (Advance Payment)
Dalam sistem pembayaran ini importir membayar dimuka kepada eksportir sebelum
barang-barang dikirim oleh penjual tersebut. Dalam sistem pembayaran ini importir
menanggung segala resiko, baik pembayaran yang dilakukan atau kemungkinan
tidak dikirimnya barang-barang yang dipesan.
22
2. Pembayaran kemudian (Open Account)
Dalam sistem pembayaran ini belum dilakukan pembayaran apa-apa oleh importir
kepada eksportir sebelum barang dikapalkan atau tiba dan diterima importir atau
sebelum waktu tertentu yang telah disepakati. Eksportir setelah melakukan
pengapalan akan mengirim dokumen berupa invoice langsung ke importir. Resiko
yang timbul akibat dari transaksi ini adalah :
a. Eksportir tidak mendapatkan perlindungan apakah importir akan membayar
b. Dalam hal ini importir tidak membayar, eksportir akan kesulitan dalam
membuktikannya dipengadilan karena tidak ada bukti-bukti.
c. Penyelesaian perselisihan akan menimbulkan biaya bagi eksportir.
3. Wesel Inkaso (Collection Draft)
Dalam sistem ini eksportir memiliki hak pengawasan barang-barang sampai
weselnya (draft) dibayar importir. Eksportir atau penarik wesel (drawer)
mengapalkan barang sementara dokumen pemilikan atas pengiriman barang secara
langsung atau melalui bank importir dikirim ke importir. Penyerahan dokumen
kepada importir didasarkan pada :
a. D/P (Document against Payment) : penyerahan dokumen kepada importir
dilakukan apabila importir telah membayar.
b. D/A (Document against Acceptance) : penyerahan dokumen kepada importir
dilakukan apabila importir telah mengaksep weselnya.
23
4. Konsinyasi (Consignment)
Dalam sistem ini pengiriman barang-barang ekspor pada importir di luar negeri
dimana barang-barang dikirim oleh eksportir sebagai titipan untuk dijualkan oleh
importir dengan harga yang sudah ditentukan oleh eksportir, dan barang-barang yang
tidak terjual akan dikembalikan kepada eksportir. Resiko yang timbul dalam sistem
ini antara lain :
a. Modal terlalu lama tertimbun pada barang yang diperdagangkan.
b. Tidak ada kepastian eksportir akan menerima pembayaran.
c. Eksportir dapat menjadi korban penipuan oleh importir karena barang yang
terjual tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
d. Bila importir tidak membayar, tidak ada bukti untuk menuntutnya
di pengadilan.
5. Letter of Credit (L/C)
Suatu surat kredit berdokumen yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan
importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir
tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu menarik wesel-wesel atas
importir bersangkutan.
Sistem pembayaran dengan L/C merupakan cara yang paling aman bagi eksportir
untuk memperoleh hasil dari penjualan barangnya dari importir, sepanjang eksportir
dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C.
24
Kepastian akan amannya kepentingan kedua belah pihak (eksportir dan importir)
dengan menggunakan L/C antara lain :
a. Kepada penjual dipastikan akan adanya pembayaran bilamana dokumendokumen pengapalan lengkap sesuai dengan syarat L/C.
b. Kepada importir dipastikan bahwa pembayaran hanya dapat dilakukan oleh bank
bila sesuai dengan persyaratan L/C.
Pembayaran yang dipastikan itu pun tergantung dari jenis L/C yang dibuka yaitu
apakah L/C tersebut irrevocable atau irrevocable confirmed. Demikian juga dari segi
tenor (jangka waktu) pembayaran wesel dapat diatur apakah wesel segera dibayar
yakni dengan sight L/C yang weselnya ditarik at sight, atau usance L/C, dimana
eksportir akan menarik wesel berjangka yang disebut time draft yang harus diaksep
oleh bank dan dibayarkan setelah jatuh tempo.
B. Letter of Credit
1. Pengertian Letter of Credit
Letter of credit atau L/C adalah surat kredit berdokumen janji tertulis yang
diterbitkan oleh issuing bank atas dasar permohonan tertulis applicant atau importir kepada
beneficiary untuk membayar atau mengaksep draft, mengizinkan bank lain untuk membayar
atau mengaksep atau mengambil alih draft, apabila dokumen yang diserahkan oleh
beneficiary sesuai dengan syarat dan kondisi janji tertulis yang diterbitkan oleh issuing
bank. Atas L/C yang dibuka oleh importir, eksportir atau supplier di luar negeri mempunyai
hak untuk menarik wesel sebesar nilai harga barang yang dikirim atas nama importir. Wesel
25
beserta dokumen-dokumen pengapalan barangnya oleh eksportir diserahkan kepada bank
koresponden yang menjadi penerima L/C untuk diambilalih. Pembayaran yang dilakukan
atas dasar L/C tersebut berarti bank koresponden membayar terlebih dahulu atas nama bank
pembuka L/C sehingga tampaknya ada unsur kredit.
Pengertian L/C menurut UCP 600, pasal 2 menyebutkan : ” Credit means any arrangement,
however named or described, that is irrevocable andthereby constitutes a definite
undertaking of the issuing bank to honour a complying presentation ” atau diterjemahkan
bebas kurang lebih artinya : ” suatu bentuk perjanjian, apapun namanya dan penjelasannya,
yang tidak bisa diubah sepihak, yang menyebabkan suatu pengambilalihan mutlak dari bank
penerbit jaminan untuk membayar presentasi (dokumen) yang sesuai ”
Sedangkan Importir adalah pengusaha yang dapat melakukan kegiatan perdagangan dengan
cara memasukan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Eksportir adalah pengusaha yang melakukan pengiriman barang
keluar wilayah pabaean Indonesia yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1.1. Pelaku L/C
1. Applicant atau pemohon kredit adalah importir (pembeli) yang mengajukan
aplikasi L/C.
2. Beneficiary adalah eksportir (penjual) yang menerima L/C.
3. Issuing bank atau opening adalah bank pembuka L/C.
26
4. Advising bank adalah bank yang meneruskan L/C, yaitu bank koresponden
(agen) yang meneruskan L/C kepada beneficiary. Bank tidak bertanggung
jawab atas isi L/C dan hanya bertindak sebagai perantara.
5. Negotiating Bank, bank yang mengambil alih (melakukan negoasiasi) dokumen
L/C.
6. Reimbursing bank, bank yang ditunjuk oleh issuing bank untuk melakukan
pembayaran atas tagihan negosiasi dokumen L/C yang diajukan oleh
negotiating bank.
7. Confirming bank adalah bank yang melakukan konfirmasi atas permintaan
issuing bank dan menjamin sepenuhnya pembayaran.
8.
Paying bank adalah bank yang secara khusus ditunjuk dalam L/C untuk
melakukan pembayaran dan beneficiary berkewajiban menyerahkan dokumen
kepada bank tersebut.
9. Carrier adalah penyimpanan barang yang diperjualbelikan.
1.2. Fungsi L/C
Penggunaan L/C dimaksudkan untuk mempermudah proses pembayaran serta
memberikan jaminan terlaksananya pembayaran tersebut. Adapun fungsi dari L/C itu sendiri
dapat disimpulkan sebagai berikut :
27
1. Merupakan perjanjian bank dalam menyelesaikan transaksi komersial
internasional.
2. Memberikan pengamanan bagi pihak–pihak yang terlibat dalam transaksi yang
diadakan.
3. Memastikan terjadinya pembayaran sepanjang syarat-syarat L/C dipenuhi.
4. Merupakan instrument yang didasarkan hanya atas dokumen dan bukan atas
barang dagang.
5. Membantu bank memberikan fasilitas pembiayaan kepada importir.
1.3. Kelompok Pendukung
Walaupun eksportir dan importir menjadi pelaku utama dalam perdagangan
internasional namun kita tidak dapat mengabaikan peran dari pihak lain yang dapat
melancarkan kegiatan ekspor impor ini. Adapun kelompok pendukung ini adalah sebagai
berikut :
1. Badan Usaha Transportasi
Dengan berkembangnya ekspor dan banyaknya perombakan dalam bidang
angkutan baik darat. laut maupun udara maka banyak bermunculan jasa
pengangkutan yang libih dikenal dengan freight forwarder. Tugas dari badan ini
aalah melakukan pengumpulan muatan, pengepakan dan sampai dengan
membukukan muatan yang diperdagangkan.
28
2. Bank Devisa
Pihak yang memberikan jasa perkreditan dan pembiayaan, baik dalam bentuk
kredit ekspor maupun sebagai uang muka jaminan L/C impor. Disamping itu
bank devisa sangat diperlukan pada pembukaan L/C, penerimaan L/C,
penyampaian dokumen-dokumen, maupun pada saat menegoasiasi dokumendokumen tersebut.
3. Maskapai Pelayaran
Perusahaan ini memegang peranan penting dalam melakukan pengangkutan
barang atau muatan sampai ke negara tujuan.
4. Maskapai Asuransi
Resiko atas barang baik didarat maupun dilaut tidak mungkin dipikul sendiri oleh
para eksportir dan importir. Dalam hal ini maskapai asuransi memegang peranan
yang tidak dapat diabaikan dalam merumuskan persyaratankontrak yang dapat
menjamin resiko yang terkecil dalam tiap transaksi itu.
5. Kantor Perwakilan atau Kedutaan
Selain untuk membantu promosi, kantor kedutaan di luar negeri dapat pula
mengeluarkan dokumen legalitas seperti consuler invoice yang berfungsi
mengecek dan mensahkan pengapalan suatu barang dari Negara tertentu.
29
6. Surveyor
Badan ini berfungsi sebagai juru periksa terhadap kualitas, cara pengepakan,
keabsahan dokumen-dokumen bagi barang-barang yang akan di ekspor atau di
impor.
7. Pabean
Pabean sebagai alat pemerintah bertindak sebagai pengaman lalulintas barang
serta dokumen yang masuk kewilayah pabean.
1.4. Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam L/C
Pada proses pembayaran dengan menggunakan L/C ada beberapa pihak yang akan
terkait dan terlibat didalamnya. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain :
1.4.1 Pihak Langsung
a. Pembeli
•
Disebut juga applicant/account party/accountee/importer/buyer.
•
Pihak yang memohon pembukaan L/C.
•
Kredibilitasnya harus memuaskan dalam pertimbangan baik.
b. Penjual
•
Disebut juga beneficiary/party to be paid/exporter/sellers/shiper.
30
•
Pihak yang memenuhi syarat L/C yang diterima dan menyerahkan
dokumen-dokumen kepada bank pembayar.
c. Bank pembuka (penerbit L/C)
•
Disebut juga opening bank/Issuing bank/Importer’s bank.
•
Bank pembeli yang membuka atau menerbitkan L/C kepada beneficiary,
biasanya melalui perantaraan bank di Negara beneficiary.
•
Yang memeriksa dokumen-dokumen untuk memastikan kecocokannya
dengan syarat-syarat L/C.
•
Yang mengatur pembiayaan transaksi bilamana diminta.
•
Yang melepaskan dokumen L/C kepada pembeli dan meminta
pembayaran dari rekening pembeli.
d. Bank penerus L/C
•
Disebut juga advising bank/seller’s bank/foreign correspondent bank.
•
Bank yang memberitahukan atau meneruskan L/C dan menegaskan
kebenaran dari L/C tersebut kepada eksportir tanpa disertai kewajiban
lain.
•
Bank ini dapat juga dimungkinkan sebagai paying bank atau confirming
bank, bahkan sebagai issuing bank dalam hal berbeda dengan opening
bank.
31
e. Bank yang menegaskan atau menjamin pembayaran L/C
•
Disebut juga confirming bank/foreign correspondent bank.
•
Bank kedua, biasanya advising bank yang bertindak sebagai confirming
bank, yaitu menegaskan kepda beneficiary bahwa L/C tersebut otentik
dan bilamana importer atau opening bank tidak melakukan pembayaran
maka bank kedua ini akan membayarnya.
f. Bank pembayar
•
Disebut juga paying bank.
•
Bank yang namanya disebutkan dalam L/C sebagai pihak yang
melakukan pembayaran kepada beneficiary asalkan dokumen-dokumen
sesuai dengan syarat L/C.
g. Bank yang menegosiasi
•
Disebut juga negotiating bank.
•
Bank yang biasanya namanya tidak disebutkan dalam L/C, yang
menyetujui untuk membeli wesel dari beneficiary.
32
h. Bank yang diminta mengganti pembayaran (me-reimburse)
•
Disebut juga reimburse bank.
•
Bilamana antar bank eksportir dan bank importir tidak ada hubungan
rekening maka untuk penyelesaiannya pembayarannya biasanya ditunjuk
bank ketiga.
1.4.2. Pihak Tidak Langsung
a. Perusahaan pelayaran (pengapalan)
•
Menerima barang-barang dagang dari shiper/eksportir/freight forwader
dan mengatur pengangkutan barang-barang tersebut.
•
Menerbitkan Bill of Lading (B/L) atau surat bukti muat barang.
b. Bea dan Cukai (Pabean)
•
Bagi importir, sebagai agen dan akan memberikan izin untuk pelepasan
barang bilamana dokumen B/L telah dilakukan pembayaran.
•
Bagi eksportir, pihak yang meneliti dokumen serta pembayaran pajak
dam memberikan izin barang untuk dimuat di kapal.
c. Perusahaan Asuransi
•
Pihak yang mengasuransikan barang-barang yang dikapalkan sesuai nilai
yang disyaratkan.
33
•
Pihak yang mengeluarkan sertifikat atau polis asuransi untuk menutup
resiko yang dikehendaki.
•
Pihak yang menyelesaikan tagihan atau klaim kerugian-kerugian.
d. Badan pemeriksa atau SGS/Perwakilan Sucofindo (khusus Indonesia)
•
Pihak yang ditunjuk pemerintah untuk memeriksa kebenaran barangbarang impor di negara asal impor barang, dana barang-barang ekspor
tertentu di Negara tempat tibanya barang.
•
Pihak yang ditunjuk pemerintah atau yang berwenang dalam pemeriksaan
mutu, jenis, jumlah barang dan sebagainya.
e. Badan-badan peneliti lainnya
•
Yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengeluarkan surat-surat
keterangan
atau
sertifikat
lainnya
bagi
barang-barang
yang
diperdagangkan.
1.5. Jenis-Jenis L/C
L/C yang digunakan sebagai alat pembayaran memiliki berbagai macam jenis dan
bentuk. Hal ini disesuaikan dengan kontrak perjanjian dalam perdagangan tersebut, adapun
jenis-jenis L/C antara lain :
34
a. Revocable L/C : L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara
sepihak oleh opener atau issuing bank tanpa harus memberitahukan kepada
beneficiary. Pihak eksportir kemungkinan akan menghadapi masalah untuk segera
memperoleh pembayaran dari importir. L/C ini akan memberikan kelonggaran
karena dapat di ubah atau dibatalkan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada
beneficiary.
b. Irrevocable L/C : L/C yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak selama jangka
waktu berlaku (validity) yang ditentukan dalam L/C tersebut dan opening bank tetap
menjamin untuk menerima wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan
mungkin juga dapat dilakukan tetapi harus ada persetujuan semua pihak yang
bersangkutan dengan L/C tersebut.
c. Irrevocable dan Confirmed L/C : L/C yang dianggap paling sempurna dan paling
aman dari sudut penerima L/C (beneficiary) karena pembayaran atau pelunasan
wesel yang ditarik atas L/C ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh
advising bank, bila segala syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan
karena sifatnya yang irrevocable.
d. Clean Letter of Credit : Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk
penarikan suatu wesel, artinya tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya bahkan
pengambilan uang dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan
kuitansi biasa.
35
e. Documentary L/C : Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi
dengan dokumen-dokumen lain sebagaimana disebut dalam syarat-syarat dari L/C.
f. L/C Red Clause : Jenis L/C ini, penerima L/C (beneficiary) diberi hak untuk
menarik sebagian dari jumlah L/C yang tersedia dengan penyerahan kuitansi biasa
atau dengan penarikan wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan
sisanya dilaksanakan seperti dalam hal documentary L/C.
g. Revolving L/C : L/C ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa
mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut.
h. Back to Back L/C : L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang
tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan
banknya untuk membuka L/C untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan
menjaminkan L/C yang diterimanya dari luar negeri.
Sedangkan jika dilihat dari jenis payment termnya maka L/C dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. L/C Sight : pembayaran dokumen yang harus dilakukan dan disetujui oleh pembeli
(applicant/importir) setelah issuing bank melakukan pemeriksaan dokumen dengan
waktu maksimal kerja 5 hari dan status dari dokumen adalah clean (sesuai dengan
syarat L/C) atau complying presentation.
36
b. L/C Usance : L/C yang menyatakan pembayaran dilakukan oleh importir maksimal
pada tanggal jatuh tempo, yang biasanya ditentukan sekian hari dari pengiriman
dokumen. Tanggal pengiriman dilihat dari Bill of Lading (B/L) jika pengiriman
barang menggunakan kapal laut atau dari Airway Bill (AWB) jika pengiriman barang
menggunakan kapal terbang.
1.6. Dokumen-dokumen dalam L/C
Dalam kaitannya dengan dokumen maka hal yang perlu dicatat dalam transaksi L/C
adalah pasal 5 UCP 600 yang berbunyi :
Bank-bank berurusan dengan dokumen-dokumen dan tidak dengan barang, jasa atau
pelaksanaan terhadap mana dokumen-dokumen tersebut mungkin berkaitan.
Oleh karena itu transaksi L/C adalah transaksi dokumen yang berkaitan dengan barang yang
dikapalkan, antara lain :
a. Dokumen pengangkutan :
•
Bill of Lading : surat tanda terima barang yang telah dimuat di dalam
kapal laut yang juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang dan juga
sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian barang melalui laut.
37
•
Airway Bill : surat tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal
terbang yang juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang dan juga
sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian barang melalui udara.
b.
Faktur (Invoice) : suatu dokumen yang penting dalam perdagangan, data-data
dalam invoice akan dapat diketahui berapa jumlah wesel yang akan ditarik,
jumlah penutupan asuransi, dan penyelesaian segala macam bea masuk. Faktur
(Invoice) dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk yaitu :
•
Proforma invoice : invoice yang dikeluarkan seller/eksportir
mendahului
pengiriman
barang,
biasanya
baru
dalam tahap
penawaran.
•
Commercial Invoice : invoice yang diterbitkan dan ditandatangani
oleh seller dan ditujukan kepada buyer/importir.
•
Consular Invoice : faktur yang dikeluarkan oleh instansi resmi seperti
kedutaan atau konsulat. Terkadang faktur ini ditandatangani oleh
konsul negara pembeli, dibuat olek eksportir dan ditandatangani oleh
konsul negara pembeli.
38
c. Dokumen Asuransi : surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan perusahaan
asuransi atas permintaan eksportir maupun importir untuk menjamin keselamatan
atas barang yang dikirim.
d. Packing List : dokumen yang dibuat oleh eksportir yang menerangkan uraian
barang-barang yang dipak atau diikat dalam peti yang biasanya diperlukan oleh
Bea Cukai.
e. Dan dokumen lain yang diminta oleh L/C.
2. Mekanisme Transaksi L/C
Proses transaksi ekspor impor dengan menggunakan L/C dapat dilihat dari skema
bagan dibawah ini :
39
BAGAN MEKANISME
TRANSAKSI L/C
(5) Pengapalan barang
Beneficiary/exportir
(1) Sales Contract
ADVIS
L/C
(8)
$
Applicant/importir
DOKUMEN
(4)
(2)
DOKUMEN
(6)
APLIKASI
L/C
(9)
$
(3)
L/C
(7)
DOKUMEN
$
ADVISING BANKBANK PENERUS
(11)
40
ISSUING BANKBANK PEMBUKA
(10)
Tahap-tahap pelaksanaan transaksi ekspor impor dengan L/C pada diagram diatas adalah
sebagai berikut :
1. Importir dan eksportir mengadakan kontrak penjualan (sales contract).
2. Importir mengajukan permohonan kepada bank pembuka L/C (issuing/opening
bank), untuk membuka L/C yang ditujukan kepada eksportir.
3. Bank pembuka L/C (issuing bank) membuka L/C tersebut kepada bank
koresponden di tempat eksportir (advising bank).
4. Adivising bank meneruskan L/C tersebut kepada eksportir.
5. Eksportir menyiapkan dan mengapalkan barang-barang yang akan dikirmkan
kepada importir (account party/buyer).
6. Dokumen-dokumen pengapalan serta wesel kemudian diserahkan oleh eksportir
kepada advising bank yang meminta bertindak sebagai negotiating bank (bank
yang menegosiasi wesel). Yang menjadi negotiating bank ini boleh juga bank
lain, tergantung syarat yang tercantum dalam L/C.
7. Adivising bank atau negotiating bank menegosiasi (membeli) wesel yang
diajukan eksportir tersebut.
8. Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan dikirimkan oleh negotiating bank
kepada issuing bank untuk mendapat ganti pembayaran (reimbursement).
9. Issuing bank memeriksa dokumen-dokumen tersebut apakah sudah sesuai dengan
syarat-syarat yang diajukan dalam L/C dan bila status dokumen dalam keadaan
complied with maka dokumen diberikan kepada importir guna dilakukan
41
pembayaran dokumen sesuai pada saat pengajuan dokumen (at sight) atau
berjangka (usance).
10. Importir membayar atau meminta issuing bank untuk mendebet rekeningnya
pada bank tersebut.
11. Issuing bank kemudian membayar kembali kepada negotiating bank dengan
mengkredit rekening negotiating bank pada issuing bank, kalau ada atau bila
tidak, pada bank yang ditunjuk.
42
Download