PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT PADA PESERTA DIDIK KELAS V Bahtiar Siagian, Marzuki, Kaswari PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, pontianak Email: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang peningkatan aktivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, bentuk penelitian adalah penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif. Setting penelitian di dalam kelas, subjek penelitian sebanyak 23 orang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Teknik pengumpul data yaitu teknik observasi langsung. Alat pengumpul data yaitu lembar observasi penilaian guru dan peserta didik. Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan; 1) Aktivitas fisik peserta didik pada siklus I sebesar 52,17% meningkat sebesar 27,17% menjadi 79,34% pada siklus II.(2) Aktivitas mental peserta didik pada siklus I sebesar 60,67% meningkat sebesar 25,15% menjadi 85,85% pada siklus II. 3) aktivitas emosional peserta didik pada siklus I sebesar 60,48% meningkat sebesar 21,50% menjadi 81,68% pada siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Kata Kunci: Model Kooperatif, aktivitas pembelajaran Abstrac: This study aims to describe the increasing learning activity by using learning model cooperative type Teams Games Tournament. The method of this research is a descriptive method. Kind of research is colaborative classroom action research. Setting of classroom action research is the subjects are 23 persons comprising 10 men and 13 women. Data collection technique is direct observation technique. Data-collecting instruments is observation sheet assessment of teachers and learners. Research procedure consists of two stages of the cycle of planning, implementation, observation and reflection. Results of the study are: Using mathematical learning models can increase learners’ 1) physical activities on cycle I of 52,17%, increased by 27,17% to 79,34% on cycle II. (2) increase learners’ mental activities on cycle I of 60,67% increased by 25.15% to 85, 85% on cycle II. (3) increase learners’ emotional activities on a cycle I of 60,48% increased by 21.50% to 81,68% in cycle II. Therefore, we can conclude that by using cooperative learning model Teams Games Tournament type can increase learner learning activities. Keyword : Cooperative model, learning activity 1 P endidikan merupakan salah sat sektor penting dalam pembangunan disetiap negara. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju mundurnya negara tersebut. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan memegang peran penting dalam menciptakan karakteristik yang berbudi luhur sesuai dengan Pancasila. Mata pelajaran matematika sebagai salah satu obyek pembelajaran pada satuan pendidikan tingkat sekolah dasar memainkan peranan yang sangat penting sebagai sarana berpikir deduktif, logik dan ilmiah dalam menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta diperlukan guna menunjang keberhasilan peserta didik dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi di era persaingan yang kompetitif. Mengingat peranan matematika yang sangat penting, maka para murid mutlak dituntut untuk menguasainya, khususnya pada tingkat sekolah dasar. Diperlukan proses pembelajaran matematika yang efektif dengan berorientasi pada peningkatan kualitas yang progresif dan kompetitif. Namun kenyataannnya aktivitas belajar peserta didik kelas V di Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap Kubu Raya pada mata pelajaran matematika, ternyata banyak yang kurang dari harapan. Pada pembelajaran matematika peserta didik merasa pelajaran yang ditakuti, karena sulit dan masih banyak peserta didik kurang aktif pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Kurangnya keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran juga ditunjukan dengan takut untuk bertanya, dan ketika suasana kelas menjadi tegang. Kemampuan pendidik dalam menguasai materi pelajaran yang rendah, metode yang digunakan juga tidak tepat, ini juga mengakibatkan kesulitan peserta didik untuk menguasai materi pelajaran matematika. Sehingga permasalahan ini kemudian berpengaruh pada aktivitas pembelajaran di kelas yang akhirnya mengurangi kemajuan peningkatan hasil belajar peserta didik. Untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran serta meningkatkan aktivitas peserta didik dan pada akhirnya berdampak pada hasil pembelajaran yang optimal, diperlukan melakukan inovasi pembelajaran dengan mengimplementasikan model pembelajaran yang sudah dikembangkan oleh para ahli pembelajaran model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompokkelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsepkonsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Menurut peneliti model pembelajaran kooperatif tipe 2 Teams Games Tournament ( TGT ) merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik terlibat aktif dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) mengakomodasi usaha-usaha setiap individu anggota kelompok, tapi juga tetap memberikan penilaian terhadap usaha-usaha kerja kelompok. Tipe TGT ini juga mempunyai kelebihan karena pembelajaran disusun dalam bentuk permainan (games) yang dikemas dalam sebuah turnamen (tournament), sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang menarik. Berdasarkan permasalahan yang tertera pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Tujuan penelitian ini yaitu untuk dapat memaparkan yang berhubungan dengan : (1) Perencanaan pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams gamest tournament pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap. (2) Pelaksanaan pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap. (3) Peningkatan aktivitas fisik dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap. (4) Peningkatan aktivitas mental dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap. (5) Peningkatan aktivitas emosional dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap. Aktivitas dalam proses belajar sangat membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sardiman (2012: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Sehubungan dengan hal ini, Piaget (dalam Sardiman 2012: 100) menerangkan bahwa seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan. Dengan demikian, jelas bahwa aktivitas itu dalam arti luas, baik yang bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Menurut Sardiman (2012: 20) dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian lebih lanjut Sardiman (2012: 20) dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang 3 merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Menurut Gagne ( dalam Dimyati, Mudjiono 2006: 10) belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru. Noor, ( 2008 ) menyatakan bahwa aktivitas dalam kegiatan pembelajaran berguna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Trinandita ( 1984 ) menyatakan bahwa hal yang paling penting mendasar yang di tuntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik itu sendiri. Aktivitas belajar murid adalah kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan setiap individu dalam usaha memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perilaku melalui interaksi edukatif dengan lingkungannya. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu keterampilan mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksi, mengukur, menghitung, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi, menyajikan data, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah, menganalisasi. Satu diantara motode pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran kooperatif dengan Tipe Model Pembelajaran TGT yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Saptono, (2008) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokkan peserta didik dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Model pembelajaran apapun pasti memiliki kelebihan maupun kekurangan, begitu juga dengan model Team Games Tournament (TGT) ini. Kelebihan dan kekurangan model NHT menurut Heny Christy (2011: 2 - 3), yaitu : (1) Kelebihan (dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial peserta didik, meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas peserta didik). (2) Kekurangan (waktu yang digunakan relatif lama,dan memerlukan bimbingan dari guru karena adanya peserta didikyang berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada peserta didik lainnya). Menurut Slavin (dalam Heny Christy,2011) ada 4 tahapan model pembelajaran tipe TGT, yaitu : (1) Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal). (2) Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian peserta 4 didik (Kelompok). (3) Tahap Permainan (Game Tournament). (4) Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok. Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar peserta didik, rendahnya aktivitas proses belajar peserta didik atau pun rendahnya hasil belajar peserta didik dan melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran peserta didik sebagai ”tutor sebaya” Oleh karena itu, sangat penting aktivitas belajar dalam pembelajaran matematika karena pembelajaran matematika diartikan sebagai pembelajaran yang berisi simbol-simbol dan sarat verbalisme yang di dalamnya mencakup aritmatika, pengantar aljabar, geometri, pengukuran, dan kajian data. Lisnawaty Simanjutak (1992: 81) mengemukan prinsip belajar peserta didik aktif dalam pengajaran matematika adalah sebagai berikut : (a) Setiap konsep baru selau diperkenalkan melalui kerja praktek yang cukup, maksudnya penyampaian materi di mulai dari hal-hal yang konkrit dan mengarah ke hal-hal yang abstrak, dan mengutamakan pengalaman peserta didik melalui kerja praktek. (b) Kerja praktek merupakan bagian dari keseluruhan dalam pengajaran matematika, bahkan bagian yang terpadu dalam pengajaran matematika secara keseluruhan. (c) Dengan kerja praktek pengalaman peserta didik akan bertambah. (d) Penerapan konsep baru melalui praktek kerja harus dilakukan berulang kali dengan bervariasi. (e) Pemberian kesempatan untuk mengemukakan pertanyaan dan hasil penemuan bagi peserta didik perlu diberikan. (f) Kegiatan penilaian jangan hanya dilihat dari hasil yang dikerjakan peserta didik tetapi juga harus di lihat dari proses kegiatan pembelajaran atau keaktifan dalam bekerja. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: (1) Persiapan dalam tahap ini guru mempersiapkan kondisi kelas,menyiapkan materi pembelajaran, merancang rencana pembelajaran, menyiapkan media dan alat peraga dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kartu dan diberi nomor (satu kartu,satu pertanyaan). (2) Penyampaian materi di kelas, dalam tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran ke peserta didik secara klasikal. Guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan kembali kemampuan yang harus dikuasai peserta didik tentang operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya. (3) Pembagian team dan diskusi kelompok, dalam tahap ini guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 45 peserta didik yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya. (4) Permainan, dalam permainan ini tujuan utamanya untuk mengetahui kemampuan/pemahamam peserta didik terhadap materi yang telah 5 dibicarakan/didiskusikan dalam kelompok melalui permainan menggunakan kartu-kartu yang sudah diisi dengan pertanyaan-pertanyaan terkait. Pada permainan ini disiapkan beberapa meja turnamen, dimana antar meja bobot kartu soalnya dapat dibuat berbeda-beda. Cara bermainnya sama seperti permainan kartu pada umumnya, masing-masing pemain secara bergantian mengambil kartunya. (5) Turnamen, dalam tahap ini peserta didik masing-masing kelompok mengirimkanperwakilannya ke setiap meja turnamen sesuai dengan tingkat kemampuannya. (6) Penghargaan, dalam tahap ini guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok berdasarkan jumlah dari hasil perolehan skor masingmasing meja turnamen. (7) Evaluasi, alam tahap ini peserta didik dan guru secara klasikal merangkum materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode metode Deskriptif. Menurut Hadari Nawawi, Martini (2006: 67) bahwa metode deskriptif ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sudikin, dkk (2007: 28) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya”. Penelitian yang dilakukan ini bersifat kolaborasi, yaitu kolaborasi antara peneliti dengan guru kolaborator. Menurut Iskandar (2009:26) penelitian tindakan kelas bersifat kolaborasi adalah dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap yang berjumlah 23 orang dengan siswa laki-laki 10 orang, siswa perempuan 13 orang dan Bahtiar Siagian sebagai guru ( peneliti). Aspek yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari peningkatan rata-rata presentase setiap aspek keaktifan yang diamati, yaitu aktivitas fisik, mental, dan emosional. Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik penelitian menggunakan observasi langsung, yakni cara pengumpulan data yang dilakukan langsung oleh peneliti saat penelitian tindakan berlangsung dalam kegiatan pembelajaran. 6 Berdasarkan teknik pengumpulan data, maka alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah lembar observasi. Lembar observasi disusun untuk memperoleh gambaran langsung tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament ( TGT). Rochiati (2006:64) menyatakan “Penelitian tindakan kelas dalam model Jhon Elliot memiliki beberapa siklus yang memungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan)”. Berikut tindakan atau langkah-langkah dalam penelitian ini, Perencanaan Pelaksanaan Tindakan I Tindakan I Permasalahan SIKLUS -I Pengamatan/Peng Hasil Refleksi Refleksi I umpulan Data I SIKLUS -II Perencanaan Pelaksanaan Pengamaatan/Peng Tindakan II Tindakan II umpulan Data II Refleksi II Gambar Riset Aksi Model John Elliot ( dalam Rochiati, 2006: 64) Pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) Perencanaan yaitu (a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (b) Menyiapkan materi, (c) menyiapkan lembar observasi. (2) Pelaksanaan yaitu selama proses pembelajaran berlangsung,guru mengajar sesuai RPP yang dibuat. (3) Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan dan kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang pada siklus berikutnya. Observasi juga dilakukan terhadap peserta 7 didik guna mengetahui ada atau tidaknya perkembangan peserta didik guna mengetahui ada atau tidaknya perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran. (4) Refleksi, pada tahap ini peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil pengamatan yang dilakukan, kekurangan maupun ketercapaian pembelajaran untuk menyimpilkan data atau informasi yang berhasil dikumpulkan sebagai pertimbangan perencanaan pembelajaran selanjutnya. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai lembar observasi dianalisis dengan tehnik analisis login yang berupa indikator-indikator aktivitas peserta didik dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sedangkan lembar observasi guru digunakan untuk melihat kinerja yang akan berdampak pada aktivitas belajar peserta didik. Untuk lembar observasi rumus yang digunakan untuk mempersentasekannya (Mohammad Ali dalam Dwi Atuti Ambarwati, 2007:47) adalah: Persentase = 100 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi hasil Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament pada Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap” diuraikan dalam tahapan siklus – siklus pembelajaran oleh peneliti bersama kolaborator atau guru kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap untuk menerapkan rancangan kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dirancang peneliti bersama kolabolator atau guru kelas V. Penelitian ini dimulai dari observasi awal, siklus I, dan siklus II untuk memperoleh data – data yang kemudian di analisis menggunakan perhitungan persentase. Dalam penelitian ini data tentang aktivitas belajar siswa terdiri dari indikator yaitu aktivitas secara fisik (membaca, memperhatikan guru, menulis dan memanfaatkan lingkungan sekitar), aktivitas secara mental (belajar dengan permainan menggunakan kartu, menanggapi hasil pekerjaan temannya, dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengajukan pertanyaan), aktivitas secara emosional (senang dalam pembelajaran,senang mengerjakan soal, aktif dalam kelompok dan peserta didik antusias dalam mengikuti proses pembelajaran). Sedangkan untuk data kinerja guru dalam pembelajaran terdiri daribeberapa aspek yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, pengorganisasian siswa, pengelolaan waktu, dan kegiatan akhir. Semua aspek tersebut digunakan untuk memperoleh data pada observasi awal, siklus I, dan siklus II. 8 Penelitian dimulai dengan pelaksanaan tindakan awal yaitu dengan kegiatan pengamatan terhadap kegiatan proses pembelajaran matematika pada hari selasa 27 Agustus 2013 terhadap 23 peserta didik kelas V SDN 21 Sungai Kakap. Pengamatan dilakukan kolaborator dengan menggunakan lembar observasi.Dari hasil pengamatan awal diperoleh data bahwa rata-rata persentase aktivitas fisik siswa 22,82 %, rata-rata persentase aktivitas mental siswa 25%, dan rata-rata persentase aktivitas emosional siswa 21,73%. Sedangkan rata-rata kinerja guru dalam pembelajaran adalah 3. Ternyata masih banyak kelemahan-kelemahan yang harus ditingkatkan sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya peneliti bersama guru kolaborasi bekerjasama untuk melakukan siklus I dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran matematika. Pelaksanaan siklus 1 dimulai dengan tahap perencanaan tindakan peneliti bersama-sama dengan kolaborator menyusun rencana tindakan dan menyiapkan perangkat pembelajaran. Selanjutnya tahap pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari senin 2 september 2013 pukul 07.00-08.10 ( 2x35 menit) di ruang kelas V SD Negeri 21 Sungai Kakap yang berjumlah 23 peserta didik. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dan teman sejawat berperan sebagai kolaborator. Tahap Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar. Dari hasil observasi aktivitas mengajar guru dalam kegiatan awal, kegiatan inti, pengorganisasian peserta didik dan kegiatan akhir guru belum maksimal , hanya pada pengelolaan waktu guru sudah bisa membagi alokasi waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga diperoleh rata-rata mengajar guru 3,63. Sedangkan hasil data aktivitas siswa yaitu rata-rata aktivitas fisik 52,17%, aktivitas mental 60,67% kemudian aktivitas emosional 60,48%. Terakhir pada tahap refleksi untuk siklus 1 didapatkan hasil bahwa peserta didik belum menunjukan antusias dalam belajar sehingga dengan melihat hasil pada siklus I peneliti berupaya untuk meningkatkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih dioptimalkan, peserta didik lebih diaktifkan dan media harus lebih menarik lagi, hal ini bertujuan agar aktivitas belajar peserta didik lebih meningkat pada siklus II. Penelitian Siklus II dengan tahap awal yaitu tahap perencanaan bersama dengan kolaborator menyusun rencana tindakan dan menyiapkan perangkat pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus I. Rancangan pembelajaran yang disepakati pada siklus II diharapkan dapat mempermudah, mengefektifkan pembelajaran dan meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari senin 16 september 2013 pukul 07.00-08.10 ( 2x35 menit) di ruang kelas V SD Negeri 21 Sungai 9 Kakap yang berjumlah 23 peserta didik. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dan teman sejawat berperan sebagai kolaborator. Tahap pengamatan(observasi) kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I yaitu skor rata-rata 3,63 menjadi 4,00 atau bisa dikatakan peningkatan yang sangat baik dan telah maksimal. Sedangkan aktivitas pembelajaran peserta didik menggunakan model pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I yaitu aktivitas fisik dari 52,17% menjadi 79,34% mengalami peningkatan 27,17%, kemudian aktivitas mental dari 60,67% menjadi 85,85% mengalami peningkatan 25,18% selanjutnya aktivitas emosional dari 60,48% menjadi 81,68%mengalami peningkatan sekitar 21,2%. Pada tahap terakhir yaitu tahap refleksi yang dilakukan setelah melakukan tindakan pada siklus II didapatkanlah hasil terjadi peningkatan yang sangat baik dari segi kemampuan guru merencanakan pembelajaran, kemampuan guru melaksanakan pembelajaran maupun dari segi aktivitas fisik, mental dan emosional peserta didik, walaupun selisih peningkatan yang tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini sudah mencapai titik jenuh sehingga siklus harus dihentikan. Sehingga penelitian ini dilakukan hanya sampai siklus II. Pembahasan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data hasil observasi terhadap peningkatan kemampuan mengajar guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang berdampak pada keaktifan peserta didik pada pembelajaran matematika. Kinerja guru meningkat karena ada pesrsiapan yang matang dalam menyusun perencanaan pembelajaran menggunakan media sehingga dalam pembelajaran aktivitas peserta didik meningkat. Peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Rekapitulasi Kemampuan Guru Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament(TGT) No. 1 2 Aspek yang Diminati Base line Siklus I Kegiatan Awal 3,00 3,50 Kegiatan Inti 3,00 3,50 Siklus II 4,00 4,00 10 3 4 5 Pengorganisasian siswa 3,00 3,33 Pengelolaan waktu 3,00 4,00 Kegiatan Akhir 3,00 3,33 3,00 3,63 Skor Rata – rata 4,00 4,00 4,00 4,00 Skor : 4= Baik Sekali; 3= Baik; 2= Cukup; 1= Kurang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari pra tindakan ( base line) menuju siklus I sampai dengan siklus II, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) mengalami peningkatan. Hasil yang terlihat pada pra tindakan diperoleh rata-rata 3,00, siklus I rata-rata 3,63 dan siklus II diperoleh rata-rata 4 atau mengalami peningkatan dari pra tindakan sampai siklus I dengan rata-rata 0,63 dan dari siklus I sampai siklus II dengan rata-rata 0,37. Dengan demikian, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada penelitian ini dapat dikatakan baik. Rekapitulasi aktivitas belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran matematika di kelas V dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT No Indikator Base Line Siklus I Siklus II 1 Aktivitas Fisik 22,82% 52,17% 79,34% 2 Aktivitas Mental 25,00% 60,67% 85,85% 3 Aktivitas Emosional 21,55% 60,48% 81,68% Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama pembelajaran Matematika baik dari pra tindakan sebelum diberi suatu sampaikan sampai siklus I dan siklus II setelah diberi suatu tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament ternyata terjadi peningkatan akivitas belajar peserta didik yang bisa dilihat pada diatas, maka peneliti dapat memaparkan hasil pengamatan perindikator kinerjanya sebagai berikut: (1) Aktivitas fisik, ada ada beberapa kegiatan yang dilakukan peserta didik yaitu membaca, memperhatikan guru, menulis dan memanfaatkan lingkungan sekitar. Rata-rata 11 nilai aktivitas fisik pada pra tindakan diperoleh rata-rata 22,82%, siklus I memperoleh rata-rata 52,17% dan siklus II 79,34% atau mengalami peningkatan dari pra tindakan sampai siklus I 29,35% dan dari siklus I sampai siklus II dengan rata-rata 27,17%. Sehingga peningkatan yang terjadi dari base line ke siklus II sebesar 56,52% dalam kategori baik. (2) Dalam aktivitas mental peserta didik peserta didik ada beberapa kegiatan yang dilakukan peserta didik yaitu peserta didik dapat belajar dengan permainan menggunakan kartu, menanggapi hasil pekerjaan temannya, dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengajukan pertanyaan. Rata-rata aktivitas mental pada pra tindakan dipeoleh 25%, siklus I diperoleh rata-rata 60,67% dan siklus II diperoleh rata-rata 85,85% atau mengalami peningkatan dari pra tindakan sampai siklus I 35,67% dan siklus I sampai siklus II 25,18%. Sehingga peningkatan yang terjadi dari base line ke siklus II sebesar 60,85% dalam kategori baik. (3) Dalam aktivitas emosional ada beberapa hal yang dilakukan peserta didik yaitu peserta didik senang dalam pembelajaran,senang mengerjakan soal, aktif dalam kelompok dan peserta didik antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Rata-rata aktivitas emosional pada pra tindakan diperoleh rata-rata 21,55%, siklus I diperoleh rata-rata 60,48% dan siklus II memperolah rata-rata 81,68% atau atau mengalami peningkatan dari pra tindakan sampai siklus I 38,93% dan siklus I sampai siklus II 21,20%. Sehingga peningkatan yang terjadi dari base line ke siklus II sebesar 60,13% dalam kategori baik. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament pada Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakappada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games tournament (TGT) pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 21 Sungai Kakap, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang rencana pembelajaran dengan baik dengan rata-rata pada siklus I sebesar 3,63 dan pada siklus II sebesar 4,0, dengan peningkatan sebesar 0,37. (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games tournament (TGT) pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 21 Sungai Kakap dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disepakati dengan baik. (3) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games tournament (TGT) pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 21 Sungai Kakap dapat meningkatkan aktivitas fisik peserta didik, pada siklus I rata-rata aktivitas fisik sebesar 52,17% dan rata-rata aktivitas siklus II sebesar 12 79,34% sehingga terjadi peningkatan sebesar 27,17%. (4) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games tournament (TGT) pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 21 Sungai Kakap dapat meningkatkan aktivitas mental peserta didik siklus I, rata-rata aktivitas mental yang diperoleh sebesar 60,67% dan rata-rata aktivitas mental pada siklus II sebesar 85,85% sehingga terjadi peningkatan sebesar 25,18%. (5) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games tournament (TGT) pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 21 Sungai Kakap dapat meningkatkan aktivitas emosional peserta didik, pada siklus I rata-rata aktivitas emosional sebesar 60,48% dan rata-rata aktivitas emosional pada siklus II sebesar 81,68% sehingga terjadi peningkatan sebesar 21,20%. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan proses pembelajaran matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi peserta didik, maka dapat disarankan sebagai berikut : (1) Guru harus menggunakan metode pembelajaran yang lebih mengaktifkan peserta didik melalui pembelajaran yang menarik yang melibatkan peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran. (2) Guru diharapkan selalu kreatif dan inovatif dalam menciptakan suatu pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan sehingga peserta didik selalu termotivasi untuk berkarya. (3) Dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) guru harus menciptakan pembelajaran yang menantang serta memberikan pengalaman-pengalaman bagi peserta didik. DAFTAR RUJUKAN Agus Suprijono. (2009). Cooperative learning. Surabaya: Pustaka Belajar Anita Lie. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. BSNP, (2006). KTSP SD/MI. Jakarta:Depdiknas. Dimyati, Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hadari Nawawi, Martini. (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Heny Christz. (2011). Model Pembelajaran kooperatif Tipe TGT, (on line). (Heny-Christz.blogspot.com/2011/11/Model-Pembelajaran-kooperatif-Tipetgt.html, diakses 1 Agustus 2013). Lisnawaty Simanjuntak, dkk. (1992). Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta Noor Latifah. (2008). Hakikat Aktivitas Manusia, (on line). (Noor Latifah.http://latifah-04.Wordpress.com, diakses 31 Juli 2013). Nyimas Aisyah. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Oemar Hamalik. (2013).Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara. 13 Rochiati Wiriaatmaja. (2006).Metode penelitian Tindakan Kelas.Bandung:Remaja Rosdakarya. Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Sri Subarinah. (2006).Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta:Depdiknas. Suharto, Tata. (1996). Kamus Bahasa Indonesia Modern.Surabaya:Indah. Sukidin, dkk.(2007). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.Surabaya.Insan Cendikia. Sumanto, dkk. (2008). Gemar Matematika 5 untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan.Departemen Pendidikan Nasional 14