daftar pustaka

advertisement
BAB IV
MATERI UNIT KOMPETENSI
MEMBUAT ALGORITMA PEMROGRAMAN DASAR
4.1 Tujuan Instruksional Umum
o Siswa mampu mengerti tentang apa itu Algoritma Pemrograman.
o Siswa mampu mengerti dasar – dasar Algoritma Pemrograman.
o Siswa mampu berpikir secara logis dalam menyelesaikan masalah.
o Siswa mampu menganalisa masalah dan menciptakan solusti untuk
menyelesaikan sebuah masalah
4.2 Tujuan Instruksional Khusus
o Siswa dapat mengetahui seberapa pentingnya Algoritma Pemrograman
sebagai dasar untuk mempelajari pemrograman lanjut.
o Siswa dapat mengerti dasar – dasar pemikiran dalam menyelesaikan
masalah dalam pemrograman.
o Siswa dapat mengerti tentang logika dasar pemrograman.
o Siswa
dapat
mengerti
tentang
tipe
–
tipe
data
dasar
dalam
pemrograman.
o Siswa dapat memahami tentang alur program meliputi sekuensial,
percabangan dan perulangan.
o Siswa dapat mengerti tentang dasar – dasar struktur data.
o Siswa
dapat
memahami
pengelolaannya.
mengenai
dasar
–
dasar
file
beserta
Dasar – Dasar Pemrograman
4.1
Apa itu Algoritma Pemrograman ?
Algoritma adalah urutan langkah – langkah logis penyelesaian masalah yang
disusun secara sistematis. Berdasarkan defisini algoritma diatas maka dapat
diartikan sebuah Algoritma Pemrograman adalah suatu urutan yang logis dan
sistematis yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah penyususan program
komputer.
Dasar – dasar dari algoritma pemrograman dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
1 Proses
2 Instruksi
3 Aksi
Pada dasarnya sebuah algoritma adalah deskripsi pelaksanaan suatu proses
yang disusu berdasarkan sederetan langkah instruksi yang logis. Tiap langkah
instruksi tersebut melakukan suatu tindakan (aksi) yang akan menghasilkan
sejumlah operasi yang bersesuaian dengan aksi tersebut. Hasil yang diperoleh
dari pengerjaan suatu aksi tersebut dapat dibandingkan berdasarkan keadaan
sebelum aksi dimulai dan keadaan pada saat aksi selesai dikerjakan. (Lihat
contoh dibawah)
.
Contoh kasus :
Terdapat 2 Gelas A dan B, gelas A berisi warna merah dan gelas B berisi warna
biru. Bagaimana memindahkan isi dari gelas A ke B dan gelas B ke A ?
Deskripisi :
Keadaan awal : Gelas A berisi warna merah dan gelas B berisi warna biru.
Aksi :
-
-
Pindahkan isi dari gelas A ke dalam gelas C
-
Pindahkan isi gelas B ke dalam gelas A
-
Pindahkan isi gelas C ke dalam gelas A.
Keadaan akhir : Gelas A berisi warna biru dan gelas B berisi warna merah.
Contoh diatas memperlihatkan urutan yang logis dalam menyelesaikan suatu
masalah / memperoleh hasil yang diinginkan.
Struktur Dasar Algortima
1.
Runtunan (Sequence)
2.
Pemilihan (Selection)
3.
Pengulangan (Repetition)
Runtunan
Runtunan (Sequence) terdiri dari satu atau lebih instruksi yang akan dikerjakan
secara berurutan sesuai dengan urutan penulisannya. Urutan instruksi
menentukan keadaan akhir algoritma, bila urutannya diubah akan memberikan
hasil yang berbeda.
Contoh :
Instruksi 1
Instruksi 2
Instruksi 3
Pemilihan
Pemilihan (Selection) adalah suatu kondisi dimana sebuah instruksi dijalankan
apabila kondisi tertentu dipenuhi. Ini akan mengakibatkan tidak semua instruksi
akan dijalankan sesuai urutan dan tidak semua instruksi akan dijalankan.
Contoh :
Jika nilai a lebih kecil dari 10 maka
Cetak nilai a sebanyak 10 kali ke layar monitor
Pengulangan
Salah satu kelebihan komputer adalah kemampuan untuk mengerjakan proses
yang sama berulang kali tanpa mengenal lelah. Ini akan mengakibatkan sebuah
instruksi mungkin dijalankan beberapa kali sebelum menjalankan instruksi yang
lain.
Contoh :
Tuliskan angka dari 1 sampai 100
Angka = 0
Repeat
Tuliskan angka
Tambahkan nilai angka dengan 1
Until angka = 100
Pada praktenya, ketiga elemen itu dapat dikombinasikan menjadi sekumpulan
instruksi yang membangun sebuah program komputer. Namun pemahaman
tentang dasar dari masing – masing elemen sangatlah penting.
4.2
Tipe data, Variabel dan Konstanta
Dalam pembahasan mengenai pengertian dan dasar – dasar dari algoritma
pemrograman telah dijelaskan mengenai urutan kerja dari sekumpulan
instruksi yang digunakan untuk memecahkan sebuah permasalahan.
Pada pembahasan ini kita akan mempelajari beberapa hal, antara lain :
4.2.1
Tipe Data
Pada dasarnya sebuah program komputer bekerja dengan memanipulasi
obyek (data) di dalam memori. Obyek yang akan diprogram bermacam –
macam jenis dan tipenya, misalnya nilai numerik, karakter, string dan rekaman
(record). Tipe data terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
4.2.1.1
Tipe Data Dasar
A. Tipe Logika / Bilangan Logika
Tipe data ini hanya memiliki 2 nilai saja, benar atau salah atau 0 atau
1. Nilai 0 ini akan melambangkan salah dan 1 akan melambangkan
benar.
Tipe data ini biasanya digunakan untuk operasi – operasi
logika (logical operation).
Operasi logika ini akan menghasilkan nilai dalam ranah tipe boolean,
yaitu betul atau salah. Operasi yang dapat digunakan untuk operasi
logika adalah : not, and, or dan xor.
Dibawah ini akan diberikan contoh pemakaiannya :
Jika a dan b adalah peubah (variabel) yang bertipe boolean / logika
maka hasil variabel a dan b dengan operator boolean tersebut
diberikan berdasarkan tabel kebenaran berikut :
A
B
A and B
A or B
A xor B
True
True
True
true
False
True
False
false
True
True
False
True
false
True
True
False
False
False
False
False
B. Tipe Bilangan Bulat
Tipe ini adalah tipe yang sudah kita kenal dengan baik dalam
kehidupan sehari – hari. Tipe data ini mempunyai nilai yang tidak
mengandung pecahan desimal, misalnya : 34, 8, 1200, 10 dan
seterusnya. Nama tipe dari bilangan bulat adalah integer. Secara
teori, tipe bilangan bulat memiliki ranah nilai yang tidak terbatas
dimulai dari minus tidak terhingga sampai plus tidak terhingga.
Namum dalam penerapan algoritma kita dapat mendefinisikan tipe
bilangan bulat dalam suatu rentang nilai tertentu. Penetapan rentang
nilai ini dimaksudkan untuk menyatakan bahwa nilai dari suatu obyek
hanya boleh pada ranah nilai tersebut.
Contoh :
Misalkan sebuah obyek jumlah murid 1 kelas yang berisi 100 orang,
hendaknya didefinisikan pada tipe bilangan bulat yang memiliki
rentang nilai dari 1 .. 100. Apabila sebuah obyek tidak didefinisikan
rentang nilainya, maka dianggap obyek tersebut memiliki rentang nilai
dari minus tidak terhingga sampai plus tidak terhingga.
Pada implementasinya, tipe integer memulai rentang nilai yang
terbatas dan tergantung dari setiap kompiler dimana kita membuat
program aplikasinya. Berikut saya berikan contoh pada kompiler
Turbo Pascal.
Tipe
Rentang Nilai
Format
Byte
0 ... 255
Unsigned 8 – bit
Shortlist
- 128 ... 127
Signed 8 – bit
Word
0 ... 65535
Unsigned 16 – bit
Integer
- 32768 ... 32767
Signed 16 bit
Longint
-2147483648 ... 2147483647
Signed 32 bit
Rentang nilai dari tipe data ini sangat bervariatif dan bergantung pada
jenis program kompilernya. Contoh diatas tidak berlaku bagi semua
jenis kompiler.
Operasi
Operasi yang dapat dilakukan pada tipe data ini ada 2 macam, yaitu :
Operasi artimatika dan Operasi perbandingan.
-
Operasi Aritmatika
Operasi aritmatika pada bilangan bulat akan menghasilkan
bilangan bulat juga. Operator aritmatika yang digunakan
antara lain :
+ (penjumlahan)
- (Pengurangan)
* (Perkalian)
Div (Pembagian)
Mod (sisa hasil bagi)
-
Operasi Perbandingan
Operasi
perbandingan
terhadap
bilangan
bulat
dengan
menggunakan operator relasional akan menghasilkan nilai
booelan (true atau false). Operator perbandingan
digunakan antara lain :
<
(lebih kecil)
<
(lebih kecil atau sama dengan)
>
(lebih besar atau sama dengan)
==
(sama dengan)
≠
(tidak sama dengan)
yang
Contoh operasi perbandingan :
3<8
(true)
9≤9
(true)
( 24 div 3) ≠ 8 (false)
C. Tipe Bilangan Riil
Tipe bilangan riil adalah bilangan yang mengandung nilai pecahan /
desimal misalnya 3.65, 0.0003, 29.0 dan lain lain. Karakter yang
identik dengan bilangan desimal adalah harus selalu mengandung “.”
(titik). Jadi apabila terdapat nilai 20 maka akan dianggap sebagai
bilangan bulat, sedangkan nilai 20.0 akan dianggap sebagai bilangan
riil. Selain itu bilangan riil juga dapat dituliskan dengan notasi
eksponential (E) yang artinya perpangkatan sepuluh. Nama tipe dari
bilangan riil ini lebih sering dikenal dengan nama real.
Secara teoritis, tipe data ini memiliki ranah nilai yang tidak terbatas
dimulai dari minus tak terhingga hingga plus tak terhingga. Namun
pada implementasinya, tipe bilangan riil juga memiliki batas nilai yang
tergantung pada masing – masing kompiler. Berikut akan diberikan
contoh pada kompiler Turbo Pascal.
Tipe
Rentang Nilai
Format
Real
2.9 X 10
6 byte
Single
4 byte
Double
8 byte
Extended
10 byte
Operasi
Operasi yang dapat dilakukan pada tipe data ini ada 2 macam, yaitu :
Operasi artimatika dan Operasi perbandingan.
-
Operasi Aritmatika
Operasi aritmatika pada bilangan riil akan menghasilkan
bilangan riil juga. Operator aritmatika yang digunakan antara
lain :
+ (penjumlahan)
- (Pengurangan)
* (Perkalian)
Div (Pembagian)
Mod (sisa hasil bagi)
-
Operasi Perbandingan
Operasi
perbandingan
terhadap
bilangan
riil
dengan
menggunakan operator relasional akan menghasilkan nilai
booelan (true atau false). Operator perbandingan
yang
digunakan antara lain :
<
(lebih kecil)
<
(lebih kecil atau sama dengan)
>
(lebih besar atau sama dengan)
==
(sama dengan)
≠
(tidak sama dengan)
Contoh operasi perbandingan :
0.003 < 0. 3
(true)
8.0 ≥ 5
(false)
3.0 ≠ 3.5
(true)
D. Tipe Karakter
Tipe data yang termasuk karakter ini adalah huruf – huruf alfabet,
tanda baca, angka ‘0’, ‘1’, ‘2’, .... dan karakter – karakter khusus
seperti ‘<’, ‘?’, dan sebagainya. Tipe data ini biasa dikenal sebagi
char.
Rentang nilai dari tipe data ini adalah karakter – karakter yang telah
disebutkan diatas, untuk lebih detilnya dapat melihat pada buku –
buku yang memuat daftar tabel ASCII. Karakteristik yang identik
dengan tipe data ini adalah setiap karakter harus diapit dengan tanda
petik tunggal.
Contoh :
‘a’, ‘1’, ‘ ‘, ‘+’, ‘?’, ‘&’.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah : bilangan 1 adalah integer
dan ‘1’ adalah karakter.
Operasi
Satu – satunya operasi yang digunakan untuk tipe data ini adalah
operasi perbandingan.
Operasi perbandingan
-
Operasi perbandingan terhadap tipe data karakter dengan
menggunakan operator relasional akan menghasilkan nilai
boolean (true atau false). Operator perbandingan
digunakan antara lain :
<
(lebih kecil)
<
(lebih kecil atau sama dengan)
>
(lebih besar atau sama dengan)
==
(sama dengan)
≠
(tidak sama dengan)
Contoh :
‘a’ == ‘a’
(true)
‘m’ < ‘z’
(true)
‘y’ ≠ ‘Y’
yang
Hal yang harus diperhatikan dalam operasi perbandingan pada
tipe data karakter adalah operasi ini membandingkan kode
ASCII diantara 2 obyek yang dibandingkan. Jadi bisa dilihat
pada contoh diatas bahwa ‘y’ tidak sama dengan ‘Y’, ini
dikarenakan kode ASCII dari 2 karakter tersebut memang
berbeda.
4.2.1.2
Tipe Data Bentukan
A. String / Kalimat
String adalah sebuah kalimat atau dapat dikatakan merupakan
kumpulan dari karakter.
Tipe data ini dikenal juga dengan nama
string.
Rentang nilai dari string adalah sesuai dengan rentang nilai dari
karakter (lihat pembahasan diatas). String adalah bentukan dari
sederetan
karakter
yang
dikombinasikan
menjadi
satu
untuk
membentuk sebuah arti tertentu.
Contoh :
“Bandung”, “Jakarta”, “ABCDE”, “12345”
hal yang perlu diperhatikan adalah string “123” berbeda dengan 123.
Operasi
Operasi yang dapat dilakukan pada tipe data string ada 2 macam,
yaitu :
-
Operasi Penyambungan (Concatenation)
Operasi penyambungan ini berfungsi untuk menggabungkan 2
string atau lebih. Operator yang digunakan adalah “+” dan “&”
(Tergantung dari jenis kompilernya)
Contoh Concatenation :
“TEKNIK “ + “INFORMATIKA” = “TEKNIK INFORMATIKA”
“1” + “2” = “12”
Hal yang perlu diperhatkan adalah operator “+” ini bukanlah
operator penjumlahan / operator artimatika.
-
Operasi Perbandingan
Operasi perbandingan terhadap tipe data string dengan
menggunakan operator relasional akan menghasilkan nilai
booelan (true atau false). Operator perbandingan
yang
digunakan antara lain :
<
(lebih kecil)
<
(lebih kecil atau sama dengan)
>
(lebih besar atau sama dengan)
==
(sama dengan)
≠
(tidak sama dengan)
Contoh :
“abcde” == “abc”
(false)
“aku” < “AKU”
(true)
Hal yang perlu diperhatikan dalam operasi perbandingan pada
tipe
data string adalah
kompiler akan
membandingkan
berdasarkan kode ASCII dari tiap – tiap karakter terhadap kode
ASCII dari obyek lainnya. Prinsip ini sebenarnya sama dengan
prinisp operasi perbandingan pada tipe data karakter yang
telah dijelaskan di atas.
B. Tipe data dasar yang diberi nama tipe baru
Pemrogram dapat memberi sebuah nama baru dati tipe data dasar
yang ada, dengan menambahkan kata kunci type. Pengubahan nama
ini biasanya digunakan bagi para programmer untuk memudahkan
dalam penamaan pada variabel pada penulisan program.
Contoh :
Type bilBulat : integer
Penulisan diatas berarti bilBulat memiliki tipe yang sama dengan
integer dan dapat digunakan untuk mendeklarasikan sebuah obyek
integer.
C. Record / Rekaman
Tipe data rekaman atau bisa disebut record. Record ini merupakan
dasar daripada pemrograman basis data. Pada dasarnya record
adalah sekumpulan baris data yang tersusun dari beberapa field.
Contoh :
Nama
Alamat
Telp
NO_Ktp
Budi
Gelong Baru 72
713.26.905
123/456/789
Pada contoh diatas akan menjelaskan mengenai dasar dari field dan
record sendiri. Field adalah setiap kolom (nama, alamat, telp dan no
ktp). Field ini adalah data tunggal yang berdiri sendiri dan belum
memiliki arti yang sempurna sebelum disusun menjadi 1 kesatuan.
Record
adalah
1
baris
data
(Budi,
Gelong
Beru
72,
713.26.905,123/456/789). Record adalah sekumpulan baris data yang
disusun dari field – field.
Pendefinisian Tipe Data Record
Pendefinisian tipe data record sangat tergantung dari bahasa
pemrograman yang digunakan, disini akan diberikan contoh
menggunakan bahasa pemrograman Turbo Pascal.
Contoh :
Record DataMhs adalah record yang menyimpan nilai ujian mahasiswa
beserta kode mata kuliah yang diambil.
Type DataMhs : record
< NIM : string, Nama : string, KdMtk : string, nilai : real >
Pendefinisian tipe data record menggunakan kata kunci type
kemudian
dilanjutkan
dengan
menuliskan
nama
Record
dan
menuliskan field – field yang ingin ditampung dalam 1 record.
Penulisan dan pembacaan dari Record
Sebelum mempelajar tentang bagaimana menulis dan membaca dari
record, ada baiknya kita pelajari dahulu bagaimana mendefinisikan
obyek dari sebuah tipe data record yang telah didefinisikan.
Contoh :
Misalkan anda mempunyai sebuah struktur record yang bernama
DataMhs, dan saat ini hendak memberi nilai dari masing – masing
field yang ada di dalam struktur tersebut.
Buatlah obyek yang merujuk ke struktur record.
DataMhs rudy
Mendefinisikan obyek rudy sebagai obyek nyata dari DataMhs
Memasukkan nilai ke dalam setiap field dalam struktur record
Rudy.Nama = “Rudy Haryanto”
Rudy.NIM = “0600671590”
Rudy.KdMtk = “MTK001”
Rudy.Nilai = 98
Menampilkan nilai dari struktur record ke standar output
Cetak Rudy.NIM + Rudy.Nama + Rudy.KdMtk + Rudy.Nilai
Akan memberikan hasil sama seperti contoh tabel diatas. Hal yang
harus diperhatikan pada operator ‘+’ tersebut bukanlah operator
artimatika dan
berupa operator penggabungan
string
( lihat
pembahasan tipe data string ).
4.2.2
Variabel
Setiap mempelajari sebuah bahasa pemrograman anda pasti akan
dihadapkan dengan yang namanya variabel. Variabel merupakan
sebuah obyek yang digunakan untuk menyimpan data tertentu
berdasarkan tipe data dasar tertentu.
Setiap obyek yang ada di dunia pasti memiliki nama, begitu pula
dalam bahasa pemrograman. Seluruh variabel yang dideklarasikan
harus memiliki nama dan tipe dasarnya. Ini dimaksudkan untuk
memudahkan kompiler dalam mengidentifikasi variabel – variabel
yang digunakan dalam proses perhitungan.
Variabel memiliki aturan dalam penamaan yang biasanya berlaku bagi
hampir seluruh bahasa pemrograman.
-
Nama harus dimulai dengan huruf alfabet, tidak boleh dimulai
dengan angka , spasi atau karakter khusus lainnya
-
Bagi bahasa pemrograman tertentu huruf besar dan kecil tidak
berpengaruh, tapi bagi bahasa pemrograman tertentu akan
dibedakan.
-
Tidak boleh mengandung operator aritmatika, tanda baca dan
karakter khusus lainnya.
-
Tidak boleh dipisahkan menggunakan spasi, apabila ingin
memisahkan harus menggunakan karakter “_”.
-
Panjang nama tidak dibatasi, tetapi hendaknya tidak terlalu
panjang
sehingga
tidak
menimbuikan
kebingungan
saat
menulis program.
-
Penamaan hendaknya disesuaikan dengan kegunaan dari
variabel tersebut.
Contoh :
Integer nilai_ujian
(variabel bernama nilai_ujian dengan tipe
integer)
Integer nilai ujian
(salah, mengandung spasi)
String nama-murid
(salah, mengandung karakter ‘-‘)
String nama_murid
(benar, menggunakan karakter “_”)
Pemberian nilai pada variabel
Setelah
mempelajari
bagaimana
cara
mendeklarasikan
sebuah
variabel, kita akan mempelajari bagaimana cara memberi nilai
kedalam sebuah variabel berdasarkan tipe data dasarnya.
A. Secara Langsung
Pemberian nilai secara langsung ini berarti memberikan sebuah nilai
ke dalam variabel secara langsung di dalam teks algortma program.
Nilai yang diberikan dapat berupaq konstanta, tetapan atau nama
variabel lain. Tipe yang diberikan harus sesuai dengan tipe data dari
variabel penerima.
Contoh :
Integer nilai
Nilai = 10
(benar)
Integer nilai_2
Nilai2 = nilai
(benar, memasukkan nilai dari variabel lain)
Nilai2 = “alo”
(salah, tipe dasarnya tidak sama)
B. Melalui Piranti Masukan (Standart Input)
Metode untuk memberikan nilai ke dalam sebuah variabel tidak hanya
dilakukan secara langsung, namun juga dapat dilakukan melalui
sebuah piranti masukan (keyboard, file ataupun database).
Setiap bahasa pemrograman menggunakan function yang berbeda –
beda dalam menangani proses inputan nilai dari piranti masukan.
Contoih dibawah ini menggunakan bahasa Turbo Pascal.
Contoh :
Integer nilai
Read (nilai)
Function read() ini digunakan untuk menerima inputan dary keyboard.
Jadi ketika anda mengetikkan angka 10 dan menekan ENTER, maka
nilai akan berisikan angka 10.
Apabila anda mengetikkan nilai yang memiliki tipe yang berbeda dari
pada tipe data dari variabel penampungnya, respon yang akan
diberikan oleh kompiler berbeda – beda dan tergantung dari masing –
masing kompiler. Ada yang langsung memberikan pesar error namun
ada pula yang tetap dapat menjalankan instruksi selanjutnya baru
kemudian menampilkan nilai yang salah ketika hendak mengakses isi
dari variabel tersebut.
4.2.3
Konstanta
Konstanta adalah sebuah variabel yang memiliki nilai yang tetap
selama program berlangsung dan tidak dapat dirubah nilainya.
Konstanta dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
A. Konstanta yang telah ditetapkan
Konstanta ini biasanya telah ada bersamaan dengan satu paket
dari bahasa pemrograman yang digunakan, dan nilainya tidak
dapat dirubah. Biasanya digunakan untuk mendukung function –
function
yang
disediakan
pada
masing
–
masing
bahasa
pemrograman.
B. Konstanta yang kita tetapkan sendiri
Konstanta yang kita ciptakan sendiri, nama ataupun isi dari
konstanta ini terserah pada kita.
Kata kunci yang digunakan
biasanya adalah const.
Contoh :
Const PHI = 3.14
Const keyWords = “rahasia”
Const nMaks = 100
4.3
Alur Logika Program
Algoritma Pemrograman terdiri dari sekumpulan instruksi yang disusun
berdasarkan urutan logis tertentu untuk memecahkan suatu permasalahan.
Alur logika program dibagi menjadi 3 bagian besar, antara lain :
4.3.1
Proses sekuensial
Proses sekuensial berarti kompiler program akan menjalankan instruksi
yang ada satu persatu hingga ditemukan dari akhir sebuah instruksi.
Karakteristik dari proses sekuensial adalah :
- Setiap instruksi dikerjakan satu per satu
- Setiap instruksi dijalankan hanya sekali saja, tidak ada perulangan.
- Setiap instruksi dijalankan tepat sesuai dengan urutan sebagaimana
ditulis di dalam teks algoritma
- Kompiler akan berhenti menjalankan instruksi setelah bertemu
dengan instruksi terakhir.
Contoh :
Penulisan contoh ini menggunakan bahasa pseudocode dan bahasa
pemgoraman Turbo C.
Pseudocode
String nama
Integer nilai
Read nama
Read nilai
Nilai = nilai * 1.4
Print “Nama anda : “ + nama + “ Nilai anda : “ + nilai
Bahasa C
#include <stdio.h>
void main(){
// deklarasi variabel berdasarkan tipe data dasarnya.
char *nama;
int nilai;
// instruksi secara sekuensial mulai dilaksanakan.
scanf(“%s”,nama);
scanf(“%d”,&nilai);
nilai = nilai * 1.4;
printf(“Nama anda : %s Nilai anda : %d“,nama,&nilai);
// akhir dari instruksi dilaksanakan.
}
Kedua contoh diatas sama – sama menggunakan konsep sekuensial
meskipun menggunakan 2 jenis bahasa pemrograman yang berbeda.
Program akan menjalankan instruksi pertama dengan mendeklarasikan
variabel kemudian menjalankan proses input data, mengalikan isi dari
variabel nilai sebanyak 1.4 dan instruksi terakhir adalah menuliskan hasilnya
ke stardar output (biasanya monitor), setelah itu program akan sslesai
karena tidak instruksi lagi yang dijalankan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah : Urutan sebuah instruksi sangat
memgang peranan yang dominan, apabila instruksi diatas posisinya ditukar
antara :
Scanf(“%d”, &nilai); dan
Nilai = nilai * 1.4;
Maka dapat dipastikan akan memberikan hasil yang sangat berbeda dari
yang kita inginkan, karena kompiler hanya menjalankan sesuai dengan
peletakan urutan instruksi saja.
4.3.2 Proses percabangan
Percabangan adalah suatu kondisi dimana sebuah instruksi tidak dijalankan
secara sekuensial, tetapi lebih berdasarkan pada kondisi – kondisi tertentu
yang ditetapkan oleh pembuat program. Pada inti pemrograman,
percabangan memegang peranan yang sangat penting dalam penyusunan
program.
Contoh :
Sebuah sistem menginginkan adanya otorisasi kepada pengguna.
-
Sehingga pengguna yang namanya terdaftar di data perusahaan yang
bisa menggunakan sistem tersebut.
Sebuah program menginginkan pencatatan data hanya dapat
-
dilakukan pada pukul 09.00 – 10.00.
Dan lain sebagainya.
-
Proses percabangan memiliki 3 jenis, antara lain :
4.3.2.1
Percabangan Tunggal
Percabangan tunggal bekerja apabila hanya ada 1 alternatif instruksi
saja yang dijalankan. Logika ini memungkinkan kompiler untuk
menjalankan sebuah
Notasi algortimik yang dgunakan adalah :
If (kondisi) {
Instruksi yang hendak dijalankan ......
}
Notasi algoritmik yang digunakan ini masing – masing berbeda
tergantung dari bahasa pemrograman yang dipakai. Pada pembahasan
ini kami menggunakan contoh menggunakan bahasa pemrograman
Turbo C.
Contoh :
1. Program membaca inputan dari keyboard dan apabila diinput oleh
karakter vokal maka program akan menuliskan “Huruf Hidup” dan
apabila bukan maka program tidak akan menjalankan apapun.
#include <stdio.h>
void main(){
char huruf;
scanf(“%c”,&huruf);
if (huruf == ‘a’ || huruf = ‘i’ || huruf = ‘u’ || huruf ==’e’ || huruf == ‘o’)
printf (“Huruf Hidup”);
}
2. Program membaca apakah bilangan yang diinput habis dibagi 2 atau
tidak, apabila habis dibagi 2 maka program akan menuliskan
“Bilangan genap” dan bukan maka program tidak akan menjalankan
apapun.
#include <stdio.h>
void main(){
int angka;
scanf(“%d”,&angka);
if (angka % 2 == 0)
printf (“Bilangan Genap”);}
4.3.2.2
Percabangan Ganda
Percabangan ganda apabila terdapat 2 alternatif instruksi yang
dijalankan. Logika ini memungkinkan kompiler menjalankan salah satu
dari 2 alternatif instruksi yang ada, dan salah satu instruksi pasti
dijalankan.
Notasi algoritmik yang digunkanan :
If (kondisi) {
Instruksi pertama
}else{
Instruksi kedua
}
Contoh :
1. Program memeriksa inputan apakah bilangan ganjil atau genap.
Apabila diperiksa bilangan genap maka tulis “Bilangan genap” dan
kalau bukan maka tulis “Bilangan ganjil”.
#include <stdio.h>
void main(){
int angka;
scanf(“%d”,&angka);
if (angka % 2 == 0)
printf (“Bilangan Genap”);
else
printf(“Bilangan Ganjil”);
}
Program memeriksa bilangan yang lebih besar dari 2 inputan bilangan.
#include <stdio.h>
void main(){
int angka1, angka2;
scanf(“%d”,&angka1);
scanf(“%d”,&angka2);
if (angka1 > angka2)
printf (“Bilangan pertama lebih besar dari Bilangan kedua”);
elseprintf (“Bilangan kedua lebih besar dari Bilangan pertama”);
}
4.3.2.3
Percabangan Lebih dari 2
Pada dasarnya hanya terdapat 2 jenis seleksi dalam struktur algoritma
pemrograman, namun bukan berarti hanya bisa dikembangkan pada 2
jenis tersebut saja. Struktur seleksi dapat dikembangkan menjadi bentuk
yang tidak terbatas dan dapat dikombinasikan kedalam bentuk
perulangan selama notasi penulisannya tidak terdapat kesalahan.
Kemampuan
logika
seseorang
dalam
merancang
program
dan
mengamati dari permasalahan yang ada menjadi bagian yang paling
penting dalam melakukan pengembangan dari bentuk seleksi ini.
Dibawah ini akan diberikan contoh seleksi menggunakan kondisi lebih
dari 2.
Contoh :
Program untuk menentukan grade dari sebuah nilai ujian, dengan
aturan grade A untuk rentang nilai 80 – 100, grade B untuk nilai 70 – 80
dan grade C untuk nilai 50 – 70 dan grade D untuk nilai dibawah itu.
#include <stdio.h>
void main(){
int nilai;
scanf(“%d”,&nilai);
if (nilai >= 80 && nilai <= 100)
print(“Grade A”);
else if (nilai >= 70 && nilai <= 80)
printf(“Grade B”);
else if (nilai >= 50 && nilai <= 70)
printf(“Grade C”);
else
printf(“Grade D”);
}
4.3.2.4
Struktur Case
Struktur case sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan struktur if
yang telah kita pelajari diatas. Struktur case ini dapat meringkaskan alur
logika yang terjadi apabila diaplikasikan pada pada alur seleksi yang
memiliki lebih dari 2 kondisi. Berikut adalah notasi algoritmiknya :
switch (kondisi){
case kondisi_1 :
break;
case kondisi2 :
break;
default : }
Struktur logika seleksi menggunakan struktur case ini jauh lebih ringkas
apabila diaplikasikan pada struktur seleksi yang memiliki kondisi lebih dari
2. Kompiler program akan menjalankan instruksi dari struktur case dan
memeriksa setiap kondisi yang ada, apabila belum ada kondisi yang
bernilai
benar
maka
kompiler
akan
terus
menjalankan
instruksi
dibawahnya sampai ditemukan kondisi yang bernilai benar. Namun
apabila hingga kondisi terakhir diperiksa dan tidak ditemukan kondisi
yang bernilai benar maka kondisi default yang akan dijalankan.
Contoh :
Program untuk menentukan apakah karakter ‘%’, spasi, ‘&’ atau ‘$’ yang
ditekan oleh pengguna melalui keyboard.
#include <stdio.h>
void main(){
int tombol;
scanf(“%d”,&tombol);
swicth(tombol){
case ‘32’:
printf(“Anda menekan tombol spasi”);
break;
case ’36: printf(“Anda menekan tombol $”);
break;
case ‘37’ : printf(“Anda menekan tombol %”);
break;
case ‘38’: printf(“Anda menekan tombol &”);
break;
default : printf(“Anda tidak mematahui aturan.”);
}}
Perbedaan yang paling jelas antara stukrut if dengan struktur case adalah :
- Struktur if dapat menerima kondisi yang berupa operasi logika.
Sedangkan stuktur case tidak.
- Struktur case lebih efektif apabila digunakan untuk logika seleksi lebih
dari 2 kondisi.
- Struktur case dan sktuktur if dapat dikombinasikan kedalam satu
bagian, dengan catatan tata cara penulisan notasi tidak terdapat
kesalahan.
- Struktur case tidak dapat melakukan pengecekan terhadap tipe data
string / kalimat.
4.3.3 Proses perulangan
Salah satu bagian yang paling membedakan antara manusia dengan
komputer adalah : Komputer mampu mengerjakan instruksi dalam hitungan
ribuan bahkan jutaan kali tanpa mengenal lelah. Dalam mempelajari
algoritma pemrograman, struktur perulangan menjadi bagian yang sangat
penting untuk dipelajari.
Struktur Perulangan
Struktur perulangan terdiri dari 2 bagian, yaitu :
1. Kondisi perulangan, yaitu ekspresi yang dilakukan sebelum pengulangan
dilakukan pertama kali.
2. Body atau tubuh pengulangan, yaitu satu atau lebih instruksi yang
diulang.
Selain itu biasanya di perulangan juga terdapat 2 hal dibawah ini, antara
lain :
1. Inisialisasi : aksi yang dilakukan sebelum pengulangan dilakukan
pertama kali.
2. Terminasi : aksi yang dilakukan untuk membuat perulangan berakhir.
Biasanya berupa sebuah kondisi.
Dalam setiap bahasa pemrograman pada umumnya biasanya terdapat 3
jenis perulangan, antara lain :
1. Struktur WHILE – DO
2. Struktur Do – WHILE / REPEAT – UNTIL
3. Struktur FOR.
Ketiga jenis diatas hanyalah sebuah metode dan pada implementasinya,
notasi penulisannya (sintaks) sangat tergantung dari setiap bahasa
pemrograman yang digunakan.
4.3.3.1
Struktur WHILE – DO
Ciri khas dari struktur ini adalah :
-
Dilakukan
pengencekan
di
awal
pada
kondisi
sebelum
menjalankan instruksi di tubuh perulangan.
-
Ada kemungkinan tubuh perulangan tidak dijalankan sama
sekali.
-
Setiap kali hendak melakukan perulangan berikutnya, selalu
memeriksa kondisi perulangan. Apabila kondisi perulangan telah
-
memberikan
nilai
false / salah. Maka perulangan akan
dihentikan.
Notasi algoritmiknya adalah :
while (KONDISI){
tubuh perulangan yang berisi instruksi untuk dijalankan.
}
Contoh :
Progam membuat tulisan di angka 1 .. 100.
# include <stdio.h>
void main(){
int nilai_awal = 1; // inisialisasi awal. Sangat penting.
While (nilai_awal <= 100){
Printf(“/n%d”,nilai_awal);
Nilai_awal ++; // memanipulasi variabel awal agar tercapai kondisi
terminasi.
}}
Dalam struktur perulangan ini, ada 2 hal yang harus diperhatikan untuk
menghindari terjadinya kesalahan logika pada program.
-
Inisialisasi variabel awal.
Ini dimaksudkan agar ketika kompiler program melakukan
pemeriksaan terhadap kondisi awal, ditemukan kondisi yang
benar. Pada beberapa bahasa pemrograman tertentu, apabila
sebuah variabel tidak diinisialisasikan maka nilainya bisa berupa
random ataupun nol. (lihat contoh dibawah)
-
Manipulasi variabel awal.
Banyak terjadi kesalahan pada programmer ketika mereka
membuat program perulangan, memanipulasi variabel kondisi
sangat penting untuk menjaga program tetap sesuai dengan yang
diinginkan. Ketika kita lupa memanipulasi variabel awal, ada
kemungkinan program mengulang terus menerus (looping forever)
karena
kondisi
yang diinginkan
tercapat
terus
tanpa
ada
perubahan. (lihat contoh dbawah)
Contoh 1 :
Program menulis angka dari 1 .. 100.
# include <stdio.h>
void main(){
int nilai_awal ; // tidak dilakukan inisialisasi awal.
While (nilai_awal <= 100){
printf(“/n%d”,nilai_awal);
Nilai_awal ++; // memanipulasi variabel awal agar tercapai kondisi
terminasi.
}}
Program diatas tidak melakukan inisialisasi awal terhadap variabel nilai_awal,
sehingga ada kemungkinan nilai_awal berisni nilai random. Misalkan
nilai_awal berisi -1200, dan secara logika -1200 memang kurang dari 100.
Maka program bukan mencetak 1 – 100, melainkan mencetak -1200 – 100.
Contoh 2 :
Program menulis angka dari 1 .. 100.
# include <stdio.h>
void main(){
int nilai_awal = 1; // inisialisasi awal dilakukan
While (nilai_awal <= 100){
Printf(“/n%d”,nilai_awal);
}}
Program diatas tidak melakukan manipulasi terhadap nilai_awal , sehingga
nilainya selalu 1. Program bukannya mencetak 1 – 100, melainkan mencetak
angka 1 terus menerus dan tidak pernah berhenti karena kondisi perulangan
selalu benar.
4.3.3.2
Struktur Do – WHILE / REPEAT – UNTIL
Struktur Do = WHILE / REPEAT – UNTIL hampir mirip dengan struktur
WHILE – DO. Berikut adalah ciri khas dari struktur perulangan ini.
-
Tidak dilakukan pengecekan kondisi perulangan di awal eksekusi
program.
-
Minimal perulangan yang terjadi di tubuh program sebanyak 1 kali
(Kerena tidak ada pengecekan kondisi perulanga di awal).
-
Setiap
kali
hendak
melakukan
perulangan
berikutnya,
selalu
memeriksa kondisi perulangan. Apabila kondisi perulangan telah
memberikan nilai false / salah. Maka perulangan akan dihentikan.
Perbedaan paling mendasar sebenarnya terletak pada pengecekan kondisi
perulangan, struktur ini melakukan pengecekan kondisi perulangan di akhir
tubuh perulangan (bukan di awal seperti struktur WHILE – DO) sehingga
mengakibatkan instruksi dijalankan minimal 1 kali.
Notasi algoritmiknya adalah :
do {
repeat
Tubuh perulangan
atau
}while (KONDISI);
until KONDISI
Pada impelemntasinya notasi penulisan struktur perulangan ini juga
bergantung pada bahasa pemgoraman yang digunakan. Pembahasan ini
menggunakan bahasa pemrograman Turbo C dan leih ditekankan kepada
konsep – konsep perulangannya.
Contoh :
Program menulis angka dari 1 .. 100.
# include <stdio.h>
void main(){
int nilai_awal = 1; // inisialisasi awal dilakukan
do{
Printf(“/n%d”,nilai_awal);
Nilai_awal += 1;// tambahkan nilai_awal sebanyak 1.
}while(nilai_awal <= 100);
}
Program untuk meminta inputan dari keyboard, apabila pengguna menekan
tombol esc maka program akan berhenti.
#include <stdio.h>
#include <conio.h>
void main(){
char tombol;
do{
tombol = getch(); // peminta penekanan tombol dari keyboard.
// selama tombol yang ditekan tidak memiliki ASCII = 27 (tombol esc) maka
//program akan tetap berjalan.
}while (tombol != 27);
// program berhenti, karena pengguna telah menekan tombol escape.
}
Kapan menggunakan WHILE – DO atau Do – WHILE ?
Pemilihan antara kedua struktur ini sangat tergantung pada permasalahan
yang dihadapi. Apabila sebuah program memerlukan instruksi dijalankan
dahulu dan baru diperiksa kondisinya maka strukltur DO – WHILE harus
digunakan namun apabila sebuha program harus memeriksa kondisi
perulangan terlebih dahulu dan baru menjalankan tubuh perulangan, maka
kondisi WHILE – DO harus digunakan.
4.3.3.3
Struktur FOR
Struktur perulangan for ini digunakan untuk perulangan yang tidak perlu
memeriksa kondisi apapun dan hanya melaksanakan perulangan sejumlah
kali tertentu.
Struktur perulangan ini paling cocok untuk proses perulangan yang telah
diketahui batas akhirnya, karena kompiler akan mengeksekusi lebih cepat
daripada 2 jenis struktur perulangan diatas.
Notasi algoritmiknya :
For (variabel awal = nilai awal; kondisi ; faktor penaik){
Tubuh perulangan
}
Contoh :
Program menulis bilangan genap dari 2 – 100.
#include <stdio.h>
void main(){
int nilai_genap = 2; // inisialisasi awal.
for (nilai_genap =2; nilai_genap <= 100; nilai_genap+=2)
printf(“%d”,&nilai_genap);}
Program diatas akan melakukan inisialisasi nilai_genap sebanyak 2, dan
setelah itu akan dilakukan pemeriksaan apakan kondisi terpenuhi /
memberikan nilai benar. Apabila kondisi terpenuhi maka tubuh perulangna
akan dijalankan ( mencetak nilai dari nilai_genap) dan kemudian menaikkan
nilai_genap sebanyak 2. Setlah itu akan dilakukan pemeriksaan kondisi sekali
lagi, dan apabila kondisi tersebut terpenuhi maka tubuh perulangan akan
dijalankan lagi sedangkan apabila kondisi perulangan tidak terpenuhi maka
struktur perulangan akan berakhir.
Inti dari struktur perulangan ini adalah :
-
Lebih cocok untuk jenis perulangan yang memiliki batas akhir yang
sudah jelas.
-
Pemeriksaan kondisi awal akan dilakukan di awal. Apabila kondisi
terpenuhi, maka tubuh perulangan akan dilakukan. Apabila tidak,
maka tubuh perulangan tidak akan pernah dilakukan.
-
Ada kemungkinan tubuh perulangan tidak dijalankan sama sekali.
-
Memiliki proses yang lebih cepat dibandingkan bentuk DO –
WHILE atau WHLE – DO dalam proses perhitungan matematika.
4.4
Menerapkan Pengelolaan Array
4.4.1
Pengenalan Array.
Sebuah variabel hanya mampu menyimpan sebuah nilai berdasarkan tipe data
tertentu, variabel tidak mampu menyimpan beberapa buah data dengan tipe
yang sejenis. Seringkali dalam pemrograman kita harus mengolah sekumpulan
data dengan tipe data yang sama. Misalnya nilau ujian 50 orang, no telp dari
seluruh karyawan, dan sebagainya. Apabila kita mengacu pada penggunaan
variabel, maka dapat dibayangkan berapa banyak nama variabel yang akan
diperlukan dan betapa sukarnya untuk mengorganisasi variabel sebanyak itu.
Array mampu memberikan solusi atas permasalah tersebut, karena dengan
penggunaan array tidak diperlukan lagi perulangan variabel yang memilikit
tipe data dasar sama dengan nama berbeda.
Array adalah struktur data yang mampu menyimpan sekumpulan data dengan
tipe yang sama, setiap elemen data dipisahkan menggunakan indeks. Pada
bahasa pemrograman pada umumnya, indeks dari sebuah array selalu diawali
dari 0 hingga n -1 (n = jumlah elemen maksimum).
Contoh :
Terdapat struktur data array bertipe integer, dengan 5 buah elemen
didalamnya.
Indeks = 0
Indeks = 1
Indeks = 2
Indeks = 3
Indeks = 4
Nilai = 10
Nilai = 20
Nilai = 30
Nilai = 40
Nilai = 50
Pada tabel diatas terdapat 2 buah penamaan, indeks dan nilai.
Indeks adalah sebuah nilai yang menjadi identitas dari masing – masing
elemen data dari sebuah struktur array. Nilai adalah nilai nyata yang
tersimpan pada setiap elemen pada indeks tertentu dari sebuah struktur array.
Hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan data pada elemen array adalah
kesamaan tipe data, karena tidak mungkin menyimpan data yang berbeda –
beda kedalam sebuah struktur array.
Pendeklarasian Array
Pendeklarasian array tidak bedanya dengan pendeklarasian variabel biasa,
terdapat aturan – aturan penamaan yang sama persis dengan aturan
penamaan variabel. Perbedaannya terletak pada :
-
Saat pendeklarasian array, hendaknya menentukan tipe dari array
tersebut.
-
Saat pendeklarasian array, hendaknya menentukan jumlah dari
elemen yang terkandung di dalam struktur array tersebut.
Dalam menentukan jumlah elemen dari array hendaknya diperhatikan dengan
baik, karena banyaknya elemen array berarti memesan sejumlah tempat di
memori komputer. Tipe data array dapat berupa tipe sederhana (integer, char,
double, boolean) ataupun tipe terstruktur (record).
Contoh :
int nilai[10];
Perintah diatas akan memberikan instruksi untuk memesan 10 tempat di
memori komputer bertipe integer. Variabel array nilai memiliki indeks mulai
dari 0 hingga 9.
Contoh lain :
char nama[100], double nilai_ujian[100];
Mengakses Elemen Array
Setelah struktut array dideklarasikan, tiba saatnya untuk mengakses masing –
masing elemen dari struktur array tersebut. Cara pengaksesannya sangat
mudah dan hampir sama dengan proses pemberian nilai kepada sebuah
variabel. Hanya disini yang harus diperhatikan adalah indeks setiap elemen
array, karena kesalahan yang timbul akibat kesalahan pemberian indeks pada
array akan mengakibatkan data dikirim pada tempat yang salah.
Contoh :
Int nilai[5]; // Pendeklarasian Array.
// memberi nilai pada indeks ke 0.
nilai[0] = 10;
nilai[1] = 20; nilai[2] = 30; nilai[3] = 40; nilai[4] = 50;
Perintah diatas akan mengisi kelima elemen yang dimiliki oleh array nilai,
pemetaan di memory akan menjadi seperti dibawah ini.
Indeks = 0
Indeks = 1
Indeks = 2
Indeks = 3
Indeks = 4
Nilai = 10
Nilai = 20
Nilai = 30
Nilai = 40
Nilai = 50
Cara menampilkan array juga sangat mudah, tinggal memilih data pada
elemen ke berapa yang ingin ditampilkan.
Contoh :
Cetak nilai[2] // maka akan menampilkan array pada indeks ke 2.
Harap diperhatikan indeks ke 2 berbeda dengan array ke 2. Pada contoh
diatas indeks ke 2 berarti nilai = 30, sedangkan array ke 2 berarti nilai = 20.
Berikut akan diberikan contoh program untuk mengisi array dan menampilkan
array menggunakan logika perulangan.
Contoh :
Program untuk menginput nilai dari keyboard dan menyimpan ke dalam array
kemudian menampilkan hanya apabila nilainya ganjil.
#include <stdio.h>
void main(){
int nilai[100];
int inputan_nilai;
// ini untuk proses meminta input dari keyboard sebanyak 100 kali dan
//menyimpan ke dalam array nilai.
for (int i = 0; i < 100; i++){
scanf(“%d”,& inputan_nilai);
nilai[i] = inputan_nilai;
}
// ini proses untuk membaca dari array nilai dan melakukan proses seleksi
//apakah bilangan ganjil atau bukan. Kalau ganjil, maka ditampilkan ke layar.
for (int i = 0 ; i < 100; i++){
if (nilai[i] % 2 == 1)
printf(“%d”,&nilai[i]);
}}
Mengakses Elemen Array Melalui Piranti Masukan
Untuk mengakses eleman dari strukut array selain dapat dilakukan dengan
menggunakan pemberian nilai melalui sebuah variabel, juga dapat dilakukan
dengan menerima inputan langsung dari piranti masukan (keyboard, file
ataupun database). Konsep dasar proses pemberian nilai tetap sama dengan
apa yang telah dijelaskan pada pembahasan diatas. Notasi / sintaks yang
digunakan tiap – tiap bahasa pemrograman tidak sama, dan tergantung dari
bahasa pemrograman yang digunakan.
Contoh :
Program untuk menerima inputan dari keyboard dan langsug disimpan ke
dalam struktur array.
#include <stdio.h>
void main(){
int nilai [10];
for (int i = 0; i < 10; i++){
scanf(“%d”, &nilai[i]);
// menginput nilai dari keyboard dan disimpan pada elemn ke i dari array nilai.
}}
Pada contoh program diatas hanya menunjukkan bahwa array dapat lansung
dirujuk dari piranti masukan, pembahasan detil metode yang digunakan
diharapkan dapat mempelajari sesuai dengan bahasa pemrograman yang akan
digunakan.
Melakukan Inisialisasi Array
Inisialisasi array berarti mendeklarasikan array sekaligus memberi nilai ke tiap
– tiap elemennya. Seperti halnya variabel biasa, struktr array juga dapat
melakukannya. Sekali lagi, sintaks / notasi yang digunakan tergantung dari
bahasa pemrograman yang digunakan. Dibawah ini akan diberikan contoh
melakukan inisialisasi array dalam bahasa Turbo C.
Contoh :
Program melakjukan inisialisasi array sebanyak 5 elemen dan langsung
memberikan nilai ke dalamnya.
#include <stdio.h>
void main(){
int nilai[] = {10,20,30,40,50};
// melakukan inisialisasi 5 elemen array sekaligus memberi nilai didalamnya.
for (int i = 0; i < 5; i++)
printf(“%d”,nilai[i]); // mencetak tiap elemen array ke layar.
}
4.4.2
Array N Dimensi.
Kelebihan struktur data array dibandingkan variabel biasa adalah kemampuan
array untuk menyimpan elemen data lebih dari 1 dimensi. Secara teori tidak
ada batas maksimum dari jumlah dimensi sebuah struktur array, namun pada
impelementasinya
sangat jarang sekali ditemukan penggunaan array lebih
dari 3 dimensi. Jumlah dimensi pada array menentukan berapa banyak data
yang dapat disimpan di dalam array tersebut, semakin banyak jumlah dimensi
yang dimiliki maka semakin banyak jumlah data yang dapat disimpan di dalam
array tersebut.
Pada pembahasan sebelumnya telah kita bahas mengenai pemakaian array 1
dimensi / array tunggal, saat ini akan dijelaskan mengenai array 2 dimensi
secara detil.
Definisi Array 2 Dimensi
Array 2 dimensi memungkinkan tiap elemen dari array untuk menyimpan data
juga. Secara fisik memiliki bentuk seperti tabel. Berikut akan diberikan contoh
kasus untuk menjelaskan mengenai pemakaian array 2 dimensi.
Contoh :
Data keseluruhan kelulusan dari jurusan Teknik Informatika, Sistem informasi
dan Komputer Akuntansi pada sekolah tinggi komputer dari tahun 1995 –
1998 dirangkum pada tabel dibawah ini.
Jurusan
1995
1996
1997
1998
T. Informatika
300
345
279
336
S. Informasi
167
156
180
187
K. Akuntansi
467
465
435
398
Permasalahan diatas tidak dapat diselesaikan menggunakan pendekatan
struktur array 1 dimensi, dikarenakan terdapat 2 dimensi penilaian yang
digunakan yaitu : Tahun kelulusan dan Jurusan. Kedua elemen data ini harus
disimpan
terpisan
hamun
masih
tetap
terjaga
konsistensinya
(Tidak
menampilkan data yang salah). Menggunakan array 2 dimensi, bentuknya
menjadi :
Int jumlah_kelulusan[3][4]
Pada pendefinisian diatas menyatakan :
 3 menyatakan jumlah baris (mewakili Jurusan)
 4 menyatakan jumlah kolom (tahun kelulusan)
Jurusan
1995
1996
1997
1998
T. Informatika
Baris 0
Baris 0
Baris 0
Baris o
Kolom 0
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
Contoh :
Jumlah_kelulusan[0][0] = 300
Jumlah_kelulusan[0[[1] = 345
Hal diatas berarti, jumlah kelulusan jurusan Teknik Informatika pada tahun
1995 sebesar 300 dan pada tahun 1996 sebesar 345.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah indeks awal array bagi sebagian besar
bahasa pemrograman selalu berawal dari 0 dan ini berlaku bagi array dengan
dimensi tunggal ataupun ganda. Metode untuk memasukkan nilai ke dalam
struktur array dimensi 2 sama persis dengan struktur array 1 dimensi.
Contoh :
Program menginput jumlah kelulusan untuk setiap tahunnya, mulai dari tahun
1995 – 1998 untuk jurusa n Teknik Informatika.
#include <stdio.h>
void main(){
int jumlah_lulusan[1][4]; // karena hanya satu jurusan dan tahun 1995 –
1998.
for (int baris = 0; baris <1;baris++){
for(int kolom = 0; kolom < 4; kolom++){
scanf(“%d”, &jumlah_lulusan[baris][kolom]);
}}}
Pada contoh program diatas penggunaan 2 logika for (nested looping), saat
kita menggunakan struktur array 2 dimensi maka anda harus menggunakan
logika perulangan bersarang (perulangan di dalam perulangan). Tabel di
bawah ini akan menjelaskan alur logika tersebut.
Jurusan
1995
1996
1997
1998
T. Informatika
Baris 0
Baris 0
Baris 0
Baris 0
Kolom 0
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
Baris 1
Baris 1
Baris 1
Baris 1
Kolom 0
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
S. Informasi
for (int baris = 0; baris <1;baris++){
for(int kolom = 0; kolom < 4; kolom++){
scanf(“%d”, &jumlah_lulusan[baris][kolom]);
}}
Alur logika program dimulai dari perulangan pertama yang akan memeriksa
kondisi baris, apakah telah mencapai akhir dari baris (dalam hal ini jurusan).
Apabila belum, maka alur logika progam akan masuk kedalam perulangan
kedua yang akan memeriksa kondisi kolom apakah telah mencapai akhir
kolom (dalam hal ini tahun kelulusan). Apabila belum maka program akan
dijalankan, ketiga akhir kolom telah tercapai maka program akan keluar dari
perulangan kedua dan kembali memerika perulangan pertama, apabila masih
belum mencapai akhir baris (jurusan) maka program akan berjalan terus.
4.4.3
Algoritma Pengurutan Data (Sorting Data)
Pengertian dari pengurutan data (sorting) adalah penyusunan urutan data
sehingga tersusun berdasarkan kata kunci tertentu dari nilai terkecil ke nilai
terbesar (ascending) atau dari nilai terbesar ke nilai terkecil (descending).
Pada dasarnya algoritma sorting dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
-
Algortima Sorting Internal
Algoritma sorting internal akan memuat seluruh data ke dalam
memori komputer. Penggunaan cara ini apabila seluruh data masih
memungkinkan untuk di muat ke dalam memori komputer.
-
Algoritma Sorting Eksternal
Algoritma sorting eksternal tidak memuat seluruh data ke dalam
memori komputer, data yang akan diurutkan akan di pecah menjadi
beberapa bagian dan akan diurutkan secara terpisah. Setelah pecahan
data tadi terurut, barulah data digabung menjadi satu.
Data yang akan diurutkan biasanya berbentu record dengan salah satu field
yang berfungsi sebagai kata kunci yang nilainya sebagai pembanding dalam
mengurutkan data.
Pada pembahasan ini kita akan menggunakan nilai dari kunci pengurutan
daya dan akan menggunakan metode bubble sort, yang sangat terkenal
kesederhanaannya meskipun hanya bisa digunakan untuk pengurutan data
yang tidak terlalu besar (internal sorting).
Algortima Bubble Sort
Algoritma Bubble Sort menggunakan metode membandingkan dua data yang
berdekatan. Pertukaran data akan terjadi apabila data ke i lebih besar dari
pada data ke i + 1. Algoritma ini akan melakukan beberapa kali putaran
sampai data terurut secara keseluruhan.
Contoh :
Simulasi pengurutan data menggunakan algortima bubble sort dengan tipe
menaik (ascending) terhadap 6 buah data dibawah ini b :
[0]
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
70
60
30
50
40
20
Algoritma akan melakukan beberapa putaran dan pada setiap putarannya
akan membandingkan data yang ke i dengan data yang ke i + 1, apabila ada
data data ke [i] lebih besar makan akan terjadi pertukaran. Berikut simulasi
sederhana nya :
Putaran
Elemen yang dibandingkan
Ke 1
[5] vs [4], [4] vs [3], [3] vs [2], [2] vs [1], [1] vs [0]
Ke 2
[5] vs [4], [4] vs [3], [3] vs [2], [2] vs [1]
Ke 3
[5] vs [4], [4] vs [3], [3] vs [2]
Ke 4
[5] vs [4], [4] vs [3]
Ke 5
[5] vs [4]
Pada putaran tersebut terlihat bahwa putaran dimulai data terakhir / data
indeks ke 5, dan perulangan dilakukan dilakukan hingga putaran terakhir
dimana data telah terurut secara keseluruhan. Banyaknya putaran yang
dilakukan tergantung dari berapa banyak data yang akan diurutkan.
Penggunaan operator pembanding tergantung dari jenis pengurutan apa
yang diinginkan (menaik atau menurun).
Berikut algortima lain yang dapat dilakukan dalam melakukan pengurutan
data / sorting :
-
Algoritma Selection Sort
-
Algoritma Insertion Sort
-
Algortima Quick Sort
-
Algoritma Merge Sort
-
Algortima Radix Sort dan Heap Sort.
4.4.4
Algoritma Pencarian Data (Searching Data)
-
Pada suatu data seringkali dibutuhkan pembacaan kembali
informasi (retrieval information) dengan cara searching.
-
Searching adalah pencarian data dengan menelusuri tempat
pencarian data tersebut.
-
Tempat pencarian data tersebut dapat berupa array dalam
memori, bias juga pada file pada penyimpanan eskternal.
Teknik-teknik Searching
1. Sequential Search
Adalah suatu teknik pencarian data dalam array ( 1 dimensi ) yang
-
akan menelusuri semua elemen-elemen array dari awal sampai akhir,
dimana data-data tidak perlu diurutkan terlebih dahulu.
-
Kemungkinan terbaik (best case) adalah jika data yang dicari terletak
di indeks array terdepan (elemen array pertama) sehingga waktu
yang dibutuhkan untuk pencarian data sangat sebentar (minimal).
-
Kemungkinan terburuk (worst case) adalah jika data yang dicari
terletak di indeks array terakhir (elemen array terakhir) sehingga
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
pencarian
data
sangat
lama
(maksimal).
Contoh :
Misalkan ada sekumupulan data pada array 1 dimensi seperti dibawah ini :
Indeks 0 Indeks 1 Indeks 2 Indeks 3 Indeks 4 Indeks 5 Indeks 6 Indeks 7
8
10
6
-2
11
7
1
100
Program akan mencari data bernilai 6, apabila diketumkan maka akan
menuliskan kalimat “ADA” dan kalau tidak maka akan menuliskan kalimat
“TIDAK ADA”.
# include <stdio.h>
# include <conio.h>
void main(){
clrscr();
int data[8] = {8,10,6,-2,11,7,1,100};
int cari;
int flag=0;
printf("masukkan data yang ingin dicari = ");scanf("%d",&cari);
for(int i=0;i<8;i++){
if(data[i] == cari) flag=1;
}
if(flag==1) printf("Data ada!\n");
else printf("Data tidak ada!\n"); }
Keterangan / simulasi program diatas adalah :
- Program melakukan perulangan untuk megakses satu persatu data
pada elemen array.
-
Program menggunakan sebuah variabel flag yang berguna untuk
menadai ada atau tidaknya data yang dicari dalam array data. Hanya
bernilai 0 atau 1. Nilai variable flag akan diinisialisasi pada nilai 0.
-
Apabila data ketemu, maka nilai variable flag akan diberi nilai 1,
sedangkan apabila tidak ketemu nilai flag tetap 0.
-
Program akan mencari seluruh data pada elemen array dengan
membandingkan satu persatu.
Algortima sequential search merupakan algortima yang paling sederhana dan
mudah. Kelemahan algoritma ini terletak pada jumlah data yang terbatas,
ketika pencarian data melibatkan data yang sangar besar akan sangat tidak
efisien. Karena ada 2 kemungkinan, yaitu :
-
Data terletak pada indeks paling akhir. Program akan mengulang
sampai akhir secara berurutan.
-
Data yang dicari telah ketemu sejak awal, dan program terus
mengulang hingga akhir perulangan. Sebenarnya ini dapat di pecahkan
dengan menghentikan program ketika data telah ketemu.
2. Binary Search
Teknik pencarian yang akan membagi data menjadi dua pada setiap
pengurutan data. Data yang ada harus diurutkan terlebih dahulu berdasarkan
urutan tertentu yang dijadikan kunci pencarian.
Prinsip pencarian biner adalah :
- Data diambil dari posisi 1 sampai posisi akhir N
- Kemudian cari posisi data tengah dengan rumus (posisi awal + posisi
akhir) / 2
- Kemudian data yang dicari dibandingkan dengan data yang di tengah,
apakah sama atau lebih kecil, atau lebih besar.
- Jika lebih besar, maka proses pencarian dicari dengan posisi awal
adalah posisi tengah + 1
- Jika lebih kecil, maka proses pencarian dicari dengan posisi akhir
adalah posisi tengah – 1
- Jika data sama, maka pencarian berakhir. Data ketemu.
Contoh :
Misalkan program akan mencari data 17 dari sekumpulan data dibawah ini.
Idx 0
Idx 1
Idx 2
Idx 3
Idx 4
Idx 5
Idx 6
Idx 7
Idx 8
3
9
11
12
15
17
23
21
35
A
B
C
Karena 17 > 15, maka awal = tengah + 1
Idx 0
Idx 1
Idx 2
Idx 3
Idx 4
Idx 5
Idx 6
Idx 7
Idx 8
3
9
11
12
15
17
23
21
35
A
B
C
Karena 17 < 23 (data tengah), maka: akhir = tengah – 1
Idx 0
Idx 1
Idx 2
Idx 3
Idx 4
Idx 5
Idx 6
Idx 7
Idx 8
3
9
11
12
15
17
23
21
35
A=B=C
Karena 17 = 17 (data tengah), maka KETEMU!
3. Interpolation Search
Teknik ini dilakukan pada data yang telah terurut berdasarkan kata kunci
tertentu. Metode ini menggunakan perkiraan letak data.
Misalkan :
Apabila kita hendak mencari nama dalam buku telepon yang berinisial T, maka
kita tidak akan mencari pada awal dayta melainkan akan langsung mecari
dengan membuka pada 2/3 atau ¾ dari buku tersebut.
Bisa dikatakan metode ini mencari data relatifd terhadap jumlah data.
Rumus relative yang digunakan adalah :
Posisi = kunci – data[low] / data[high] – data[low] X (high – low) + low
Contoh :
Kode
Judul Buku
Pengarang
025
C++ Programnming
Abdul Kadir
063
Java Programming
Ben Stiller
088
Visual Basic Programming
Kaka
Kunci Pencarian ? 088
Low ? 0
High ? 7
Posisi = (088 - 025) / (096 - 025) * (7 - 0) + 0 = [6]
Kunci[6] = kunci pencarian, data ditemukan : Visual Basic 2005
Kunci Pencarian ? 060
Low ? 0
High ? 7
Posisi = (060 – 025) / (096 – 025) * (7 – 0) + 0 = [3]
Kunci[3] < kunci pencarian, maka teruskan
Low = 3 + 1 = 4
High = 7
Ternyata Kunci[4] adalah 063 yang lebih besar daripada 060.
Berarti tidak ada kunci 060.
Contoh programnya :
int interpolationsearch(int key,int n){
int low,high,pos,i;
low=0;
high=n-1;
do{
pos = (key – data[low]) * (high – low) / data[high] –
data[low] + low;
if (data[pos] == key] return pos;
if (data[pos] > key) high = pos-1;
else
if (data[pos] < key) low = pos + 1;
} while(key >= data[low] && key <= data[high]);
return -1 }
4.5
Pengelolaan File
File digunakan sebagai media penyimpanan data eksternal selain memori,
media penyimpanan ini bersifat non – volatile dan biasanya memiliki ukuran
besar untuk dapat dibaca kembali.
Operasi yang biasa dilakukan terhadap sebuah file adalah : menulis, membaca,
memeriksa keberadaan file, mengetahui status file, ukuran file dan lain
sebagainya. Setiap operasi untuk mengolah file pasti memerlukan buffer untuk
menampung sementara informasi dari file tersebut.
File Stream
Stream adalah kumpulan karakter yang disusun dalam baris-baris yang
berpindah dari satu media ke media lain pada sistem komputer. Semua data
masukan dan keluaran pasti berupa stream. Pada bahasa pemrograman C
memperlakukan file sebagai stream, berikut terdapat 3 jenis stream yang
otomatis dijalankan dan masing – masing berasosiasi dengan sebuah file.
-
Standar input stream, yang mengatur aliran masukan data melalui
keyboard.
-
Standard output stream, yang mengatur aliran data keluaran ke layar
monitor
-
Standard error stream, yang mengatur tampilan kesalahan ke layer
monitor
Jenis File
File dibedakan menjadi 2 bagian berdasarka jenisnya, antara lain :
1.
File Teks
File teks adalah file yang berisi data – data ASCII sehingga dapat ditampilkan
dilayar apa adanya. Satu karakter ASCII dalam teks berukuran 2 bytes.
2.
File Biner
File biner adalah file yang berisi data – data biner dan berupa byte stream
sehingga tidak dapat ditampilkan apa adanya di layar. Satu karakter akan
berukuran 1 byte, sedangkan nilai yang bukan karakter akan disimpan sesuai
dengan
ukuran
microprocessor.
Ukuran
tergantung
pada
microprocessor dan bukan tergantung pada jumlah digit bilangan.
ketentuan
Operasi dasar yang biasa dilakukan dalam manajemen file ada 3 bentuk, antara
lain :
4.5.1
Membuka File
Membuka file merupakan operasi yang paling dasar dalam manajemen file,
karena sebuah file harus dalam kondisi terbuka terlebih dahulu agar dapat
diakses.
Notasi yang digunakan adalah :
FILE * fopen(const char *filename, const char *mode)
Apabila proses pembukaan file gagal, maka pointer akan mengembalikan
nilai null. Parameter yang harus diperhatikan saat membuka file adalah :
Modus r
 Membuka untuk dibaca.
Modus w
 Membuka untuk menulis ( File tidak harus eksis dahulu)
Modus a
 Membuka untuk menambahkan data.
Modus r+
 Membuka untuk membaca dan menulis.
Modus w+  Membuka untuk membaca dan menulis (akan menimpa file)
Modus a+
 Membuka untuk membaca dan menulis (menambahjan
apabila file sudah ada sebelumnya)
File dapat dibuka sebagai file teks ataupun biner, aturan yang harus
diperhatikan adalah :

File teks menggunakan parameter tambahan menjadi rt. Wt, at, r+t,
w+t dan a+t.

File biner menggunakan parameter tambahan menjadi rb. Wb, ab, r+b,
w+b dan a+b.

Secara default kompiler akan mengenali sebagai odus teks (t).
Notasi algoritmik yang digunakan pada setiap bahasa pemrograman
berbeda – beda, dalam pembahasan ini kita akan menggunakan bahasa
pemrograman Tubro C untuk membahas manajemen file lebih lanjut.
Contoh :
FILE *fp;
fp=fopen("c:\\test.txt", "r");
if (fp==NULL) printf(“Error, file tidak dapat dibuka!”);
Program diatas akan membuka file bernama test.txt dengan modus operasi
pembacaan, dan apabila file tidak ditemukan maka akan memberikan nilai
kembalian NULL.
4.5.2
Memanipulasi File
Berikut adalah beberapa cara / fungsi yang digunakan untuk melakukan
manipulasi file (baca atau tulis). Sekali lagi ditekankan bahwa pada setiap
bahasa pemrograman memiliki ketentuang yang berbeda – beda.
Untuk menulis ke file dalam format tertentu:
int fprintf(fp, "Testing...\n");
jika berhasil akan dikembalikan jumlah byte yang dituliskan sedangkan jika
gagal dikembalikan EOF
Untuk membaca dari file dalam format field tertentu:
int fscanf(fp, "Testing...\n");
jika berhasil akan dikembalikan jumlah field yang dibaca sedangkan jika
gagal dikembalikan EOF
Untuk menulis karakter ke file teks:
int fputc( int c, FILE *fp );
jika
berhasil
akan
dikembalikan EOF
dikembalikan
karakter
c
sedangkan
jika
gagal
Untuk membaca file teks perkarakter:
int fgetc (FILE *fp);
jika
berhasil
akan
dikembalikan
karakter
c
sedangkan
jika
gagal
integer
w
sedangkan
jika
gagal
integer
w
sedangkan
jika
gagal
dikembalikan EOF
Untuk meletakkan nilai integer ke file:
int putw(int w, FILE *fp);
jika
berhasil
akan
dikembalikan
dikembalikan EOF
Untuk membaca nilai integer:
int getw(FILE *fp);
jika
berhasil
akan
dikembalikan
dikembalikan EOF
Untuk menulis string ke file tanpa ada karakter NULL dan newline:
int fputs(const char *s,FILE *fp);
jika berhasil akan dikembalikan string s sedangkan jika gagal dikembalikan
EOF
Untuk membaca string dari file sebanyak n karakter atau bertemu
karakter ‘\n’:
char *fgets(const char *s,int n,FILE *fp);
jika berhasil akan dikembalikan string s sedangkan jika gagal dikembalikan
EOF
Untuk mengetahui akhir sebuah file stream:
int feof(FILE *fp);
jika berhasil akan dikembalikan nilai integer selain 0.
4.5.3
Menutup File
Operasi file tidak berakhir hanya pada bagaimana memanipulasi file yang
telah dibuka, menutup hubungan dengan file yang telah dibuka sebelumnya
merupakan hal yang harus diperhatikan.
Pada bahasa Turbo C, notasi
algoritmik yang digunakan adalah :
int fclose(FILE *a_filename);
int fcloseall(void);
Pada fungsi pertama akan menutup pada file tertentu saja, sedangkan pada
fungsi kedua akan menutup seluruh hubungan dengan file yang ada saat itu
juga ( kecuali stdin, stdout, stdprn, stdaux ).
Apabila proses penutupan file ini berhasil maka akan mengembalikan nilai 0
dan apabila gagal maka akan mengembalikan nilai -1 (EOF).
Contoh :
FILE *fp;
fp=fopen("c:\\test.txt", "r");
if (fp==NULL) printf(“Error, file tidak dapat dibuka!”);
fclose(fp);
Program diatas akan membuka file bernama test.txt dengan modus operasi
membaca dan kemudian langsung menutup hubungan dengan file tersebut.
Contoh :
Program untuk menulis ke dalam file yang disimpan di hardisk.
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
void main(){
FILE *fp;
if((fp=fopen("C:\\test.txt","w"))==NULL){ // bikin file test.txt di drive C.
printf("error!");
exit(1);
}
fputs("ABCDE\n",fp); // menulis ke dalam file test.txt
printf("alamat file : %p\n",fp->buffer); // tampilkan alamat file.
printf("ukuran file : %d byte \n",fp->bsize); // ukuran file.
printf("posisi file : %p\n",fp->curp); //
printf("isi file :");
for(int i=0;i<=4;i++){
printf("%c",*(fp->buffer+i)); // membaca dari buffer sampai habis.
}
printf("\n") // turun 1 baris.;
printf("no pengenal file : %d\n",fp->fd); // identifier file.
printf("status file :\n");
if((fp->flags & 1)==1) printf("readonly\n");
if((fp->flags & 2)==2) printf("writeonly\n");
if((fp->flags & 3)==3) printf("read/write\n");
if((fp->flags & 8)==8) printf("file line\n");
if((fp->flags & 16)==16) printf("error\n");
if((fp->flags & 32)==32) printf("akhir file\n");
if((fp->flags & 64)==64) printf("file biner\n"); else printf("file teks\n");
if((fp->flags & 128)==128) printf("data dari file\n");
if((fp->flags & 256)==256) printf("data ke file\n");
if((fp->flags & 512)==512) printf("file ada diterminal\n"); else printf("file
di disk");
fclose(fp);} // tutup hubungan ke dalam file
DAFTAR PUSTAKA

Algoritma dan Pemrograman Dasar. Rinaldi Munir. Buku 1. Penerbit
Informatika Bandung.

Website:

http://www.ilmukomputer.com

http://www.ibii.ac.id/pdfs/bubble-sort.pdf

http://www.ilkom.unsri.ac.id/dosen/sri/materi

http://id.wikipedia.org
Download