analisispengaruh kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak

advertisement
ANALISISPENGARUH KURS RUPIAH, HARGA EMAS DUNIA DAN
HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP IHSG SEKTOR
PERTAMBANGAN DI BEI
(PERIODE TAHUN 2011-2014)
SKRIPSI
Oleh :
FAJAR ROMADHON
NPM : 11132185
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2015
ANALISISPENGARUH KURS RUPIAH, HARGA EMAS DUNIA DAN
HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP IHSG SEKTOR
PERTAMBANGAN DI BEI
(PERIODE TAHUN 2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra
Surabaya
Oleh :
FAJAR ROMADHON
NPM : 11132185
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2015
MOTTO
Man Jadda Wajada
(Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil)
Jangan pernah meremehkan impian,
Walau setinggi apa pun.
Sungguh Tuhan Maha Mendengar
********
Jika kita yakin dengan suatu Cita-cita, harapan, keinginan, dan impian
Kita harus percaya, dan terus berusaha bangkit dari kegagalan.
Jangan pernah menyerah, dan taruh keyakinan itu 5 cm dari keningmu.
Dan kamu bawa mimpi, keyakinan kamu setiap hari,
Kamu lihat setiap hari, dan percaya
Bahwa kamu bisa.
(5cm.)
iv
Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tuaku
Dengan penuh cinta dan terima kasih
- Fajar Romadhon
v
Analisis Pengaruh Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia Dan Harga Minyak
Dunia Terhadap IHSG Sektor Pertambangan di BEI
(Periode Tahun 2011-2014)
Fajar Romadhon
NPM : 11132185
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah, harga
emas dunia, dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) sektor pertambangan di BEI periode tahun 2011-2014. Metode analisis
yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan analisis linier berganda
dengan tingkat signifikan 5% dan kesimpulan pengujian diambil berdasarkan uji T
dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurs rupiah berpengaruh signifikan
positif terhadap indeks harga saham gabungan, dan harga emas dunia berpengaruh
signifikan negatif terhadap indeks harga saham gabungan, sedangkan harga
minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan(IHSG) sektor pertambangan di BEI periode tahun 2011-2014. Namun
berdasarkan hasil pengujian uji-F, secara serempak dari ketiga variabel tersebut
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sebesar
20,177 dengan tingkat signifikasi 0,000.
Hal ini menunjukkan semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi setelah
krisis global sehingga permintaan pasar terhadap kurs rupiah meningkat maka
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor pertambangan ikut meningkat.
Kata Kunci : Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, dan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Illahi Robbi Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penelitian skripsi ini dapat diselesaikan dan
disusun dengan baik. Sholawat serta salam semoga senatiasa tercurah kepada yang
mulia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Perjalanan panjang yang dilalui peneliti dalam menyelesaikan pendidikan
serta kewajiban yang menjadi salah satu syarat dalam memenuhi dan melengkapi
Program Studi Strata Satu di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Keuangan.
Syukur Alhamdulillah, dalam kurun waktu intensif bermula dari penetapan judul
hingga penelitian dan melewati tahap ujian, peneliti berhasil merampungkan
skripsi penelitian ini. Meski bukan yang terbaik dari peneliti, namun skripsi ini
bernilai lebih dari sekedar apa yang tertuang dari hasil belajar peneliti selama ini.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Budi Endarto SH.,M.Hum selaku Rektor Universitas Wijaya Putra
Surabaya.
2. Ibu Dr. Soenarmi, SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Wijaya Putra Surabaya. Yang telah mendidik serta memberi masukan dalam
penelitian skripsi ini.
3. Ibu Dwi Lesno Panglipursari SE, MM selaku
Kepala Program Studi
Manajemen yang cukup banyak memberikan perhatian dan pengarahan
kepada peneliti.
4. Trisa Indrawati, SE., MM. selaku
Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dengan segala kesabaran, kearifan
dan penuh ketulusan hati beliau telah mengarahkan dan memberi motivasi,
mendidik serta memberi masukan yang berguna bagi peneliti untuk segera
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
vii
5. Seluruh Dosen Universitas Wijaya Putra Surabaya, yang telah membekali
ilmu selama peneliti menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan
Manajemen.
6. Pimpinan dan Staf Karyawan PT. BPR Intan Nasional yang telah memberikan
kesempatan dan waktu untuk mengerjakan penelitian ini diselasela pekerjaan
yang begitu padat.
7. Kedua Orang Tuaku Imam Supomo dan Eli Mulyaning Tyastuti. Yang
senatiasa memotivasi atau memberikan dukungan penuh dalam proses
penyusunan skripsi. Dan selalu mendorong peneliti untuk terus belajar dan
meneruskan cita-citanya untuk meraih gelar sarjana. Gelar sarjana ini peneliti
persembahkan khusus kepada beliau berdua.
8. Ibu Nurleila Jumati. S.Psi, MM, dan Ibu Ir. Muninghar yang telah banyak
memberikan pengarahan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
9. Saudara tercinta : Sri Utami yang senatiasa telah memberi semangat dalam
mengerjakan skripsi ini.
10. Para sahabat-sahabatku (Arlinda Arnok Sandari, Oki Junianta, Alfian Deby,
Niko Subakti, Eni Pertiwi, teman-teman Fakultas Ekonomi, rekan-rekan kerja
di PT. BPR Intan Nasional, temen-temen KKM Kelompok Dua Tahun 2014,
teman teman tim PKM-T serta seluruh teman-teman yang tak sempat peneliti
sebutkan satu per satu. Tengs a lot. You are rock, Guys!
11. Terimakasih peneliti sampaikan juga kepada keluarga besar Universitas
Wijaya Putra Surabaya : BEM FE, BEM FT, BEM FH, BEM FBS, BEM
FISIP, BEM FP, Mapalawipa, UKM Soccer, UKM KSR PMI UWP, HIMPA,
HIMPIS, UKM Menwa, UKM Teather Cengkir, UKM Volly, UKKI, UKKK,
UKM Jiu Jitsu.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna meski telah menerima bantuan dari
berbagai
pihak.Apabila
terdapat
kesalahan-kesalahan
dalam
skripsi
sepenuhnya menjadi tanggungjawab peneliti. Kritik dan saran akan lebih
viii
ini,
menyempurnakan kehadiran skripsi ini. Dan peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi semua yang membacanya, Amin.,...
Surabaya, 07 Juli 2015
Fajar Romadhon
ix
DAFTAR ISI
HalamanJudul ....................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ....................................................................... ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii
Halaman Motto .................................................................................................... iv
Halaman Persembahan.......................................................................................... v
Abstraksi Skripsi................................................................................................... vi
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................. x
DaftarTabel ........................................................................................................... xii
DaftarGambar ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori.................................................................................... 6
2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 15
2.3 Kerangka Konseptual ......................................................................... 22
2.4 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 22
x
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 24
3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel......................................... 24
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel ...................................... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 26
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................... 27
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Penyajian Data ................................................................................... 33
4.2 Analisis Data ...................................................................................... 51
4.3 Intrepetasi............................................................................................ 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 59
5.2 Saran ................................................................................................... 60
Daftar Pustaka
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu ...................................................................... 17
Tabel 3.1
Variabel dan definisi operasional variabel ..................................... 25
Tabel 4.1
Daftar Indeks Harga Saham Gabungan 2011-2014........................ 35
Tabel 4.2
Daftar Emiten dan kode Sektor Pertambangan .............................. 37
Tabel 4.3
Data Kurs Rupiah Tahun 2011-2014.............................................. 45
Tabel 4.4
Data Harga Emas Dunia Tahun 2011-2014 ................................... 47
Tabel 4.5
Data Harga Minyak Dunia Tahun 2011-2014................................ 49
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ........................................ 51
Tabel 4.7
Hasil Uji Korelasi........................................................................... 52
Tabel 4.8
Hasil Uji F ..................................................................................... 53
Tabel 4.9
Persamaan Regresi ......................................................................... 54
Tabel 4.10 HasilUji T ....................................................................................... 55
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinan ..................................................... 60
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual.................................................................... 22
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis keuangan dunia atau yang lebih di kenal dengan krisis moneter yang
terjadi di Amerika Serikat menimbulkan dampak secara global. Hal ini bisa dilihat
dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka
di pasar saham. Para individu beramai-ramai menjual saham sehingga bursa
saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%,
Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan zona
Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara berkembang
melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para spekulator komoditas
minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia.
Indonesia yang juga menerima dampak dari krisis tersebut salah satunya pada
pasar modal di indonesia.
Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara
dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara
tersebut. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi
dana jangka panjang yang di arahkan untuk meningkatakan pergerakan partisipasi
masyarakat dalam pergerakkan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan
nasional. Dengan kata lain pasar modal memiliki peranan penting bagi
perekonomian negara karena pasar modal memiliki dua fungsi yaitu pertama
sebagai sarana bagi pendanaaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor (Adrian Agung, 2010).
Dimana dana tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan perusahaan contohnya
1
2
untuk pengembangan usaha, penambahan modal kerja dan sebagainya. Kedua,
pasar modal dapat digunakan oleh masyarakat sebagai sarana berinvestasi baik
dalam berbagai bentuk salah satunya dalam bentuk saham. Saham merupakan
satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu
pada bagian kepemilikan perusahaan. Saham memang sudah memasyarakat
bahkan di pasar para ibu-ibu rumah tangga ikut membicarakannya. Di lift,
perkantoran dan karyawan seperti mendapat diskusi baru di kantor. Bahkan
sebagian orang berkata tidak trendy jika tidak paham tentang saham
(Widoatmodjo, 2009: 29). Selain itu obligasi, reksadana dan lain-lain juga dapat
dilakukan sebagai bentuk investasi.
Pada era globalisasi banyak investor memilih investasi di berbagai sektor
seperti sektor properti dan manufaktur. Selain kedua sektor tersebut berinvestasi
pada sektor pertambangan juga banyak diminati para investor karena menurut
mereka sektor ini dapat memberi return yang cukup besar pada jangka panjang.
Pertambangan adalah penggerak ekonomi integral bagi Indonesia. Sektor
pertambangan telah menjadi sektor yang semakin strategis bagi Indonesia hal ini
dapat dilihat dari sumber tambang yang dimiliki indonesia. Indonesia merupakan
penghasil tembaga terbesar keempat di dunia, dan juga penghasil timah serta nikel
terbesar kedua di dunia, emas terbesar ketujuh dan batu bara terbesar kedelapan di
dunia.
Banyak teori dan penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa indeks
harga saham gabungan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tiga faktor diantaranya
adalah harga emas, harga minyak dunia dan kurs rupiah. Karena selain kurs rupiah
komoditi emas dan minyak akan mempengaruhi pergerakan indeks saham sektor
3
pertambangan sehingga akan membuat IHSG berpengaruh, khususnya pada sektor
pertambangan.
Imbas dari krisis finansial global sangat mempengaruhi kondisi
perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis finansial global adalah
perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008. Kondisi transaksi
berjalan dalam neraca pembayaran yang mengalami defisit terus menerus, dan
menyadari harga minyak bumi yang kian tidak menentu, maka upaya untuk
meningkatkan penerimaan ekspor non migas mutlak diperlukan. Salah satu
upaya untuk mendorong peningkatan ekspor adalah dengan mempengaruhi nilai
tukar mata uang. Pengaruh tersebut secara tidak langgsung juga mempengaruhi
indeks saham di pasar modal.
Selain harga emas dunia, harga minyak dunia juga mempengaruhi
pergerakan harga indeks saham gabungan khususnya pada sektor pertambangan.
Minyak juga merupakan komoditi yang cukup penting bagi perekonomian
indonesia. Hal ini dapat terlihat total kapitalisasi pasar sektor pertambangan
hampir 25 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI. Dalam
penelitian ini digunakan data sekunder periode Januari sampai dengan Desember
tahun 2011 sampai tahun 2014 (data didapat tiap akhir bulan periode tersebut).
Dari informasi dan pergerakan IHSG sektor pertambangan yang berfluktuasi
sesuai faktor pendorongnya yang telah didapat maka peneliti tertarik untuk
membuat skripsi tentang “Analisis Pengaruh Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia
dan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG Sektor Pertambangan Di BEI
(Periode Tahun 2011-2014)”.
4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diberikan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak dunia
berpengaruh secara parsial terhadap IHSG Sektor pertambangan di BEI
pada periode tahun 2011 - 2014?
2. Apakah kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak dunia
berpengaruh secara simultan terhadap IHSG Sektor pertambangan di BEI
pada periode 2011 - 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh secara parsial kurs rupiah,
harga emas dunia, dan harga minyak dunia terhadap IHSG sektor
pertambangan di BEI pada periode tahun 2011 - 2014?
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh secara simultan kurs rupiah,
harga emas dunia, dan harga minyak dunia terhadap IHSG sektor
pertambangan di BEI pada periode tahun 2011 - 2014?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu manajemen keuangan dan
menambah kajian ilmu khususnya pasar modal untuk mengetahui
5
bagaimana kurs rupiah, harga minyak dunia, harga emas dunia berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sektor pertambangan.
2. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi investor atau perusahaan perusahaan dalam hal menentukan
kebijakan yang akan dilakukan dalam hal jual beli saham khususnya pada
sektor pertambangan. Dan bagi pihak lain penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk mengadakan
penelitian serupa.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. LANDASAN TEORI
2.1.1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menurut Ana Octavia (2010: 27), di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 5
(lima) jenis indeks, sebagai berikut:
1.
Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor.
Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9
(Sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan
oleh BEI.
2.
Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
criteria sehingga indeks ini terdiri dari saham saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
saham saham tersebut.
3.
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham
yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata rata saham untuk
jenis saham saham yang memenuhi criteria syariah.
4.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta
Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan
saham preferen yang tercatat di BEI.
5.
Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masing
masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya.
6
7
Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya
menggunakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai obyek penelitian
karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham
preferen yang tercatat di BEI.
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris
disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah
satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu
Bursa Efek Surabaya (BES)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1
April1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BES, Indeks ini
mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan sahampreferen yang tercatat
di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus1982. Pada
tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat
pada saat itu berjumlah 13 saham.
Situasi pasar secara umum baru dapat diketahui jika kita mngetahui indeks
harga saham gabungan. Untuk perhitungan indeks harga saham gabungan ini,
caranya hampir sama dengan menghitung indeks harga saham individual, tetapi
harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk
menghitung indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah sebagai berikut.
IHSG=( Ht/ Ho) x 100%
Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
Ho= Total harga semua saham pada waktu dasar
Dari harga indeks inilah kita bisa mengetahui apakah kondisi pasar
sedang ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Angka IHSG menunjukan di atas
100 berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan pada saat IHSG menunjukan
8
dibawah 100 berarti kondisi pasar sedang lesu, IHSG menunjukan nilai 100
berarti pasar dalam keadaan stabil.
2.1.2.Kurs Rupiah
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah
perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat
kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau
diperlukan untuk memperoleh atau membeli satu unit atau satuan jenis mata
uang.Pemerintah Indonesia biasanya berperan dalm penentuan kurs agar sampai
pada tingkat yang kondusif bagi dunia usaha. Kurs khususnya kurs rupiah per
Dollar sangat berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal
dari dalam dan keluar Indonesia.Ada 2 jenis perubahan kurs valuta asing yaitu :
a. Apresiasi atau Depresiasi dimana naik turunya kurs suatu negara dengan
mata uang asing negara lain bergantung pada kekuatan pasar (permintaan
dan penawaran) baik yang timbul dari dalam maupunluar negeri.
b. Devaluasi atau Revaluasi dimana naik turunnya nilai tukar atau kurs mata
uang bergantung dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah.
Menurut Mohamad Samsul (2007: 202), perubahan satu variable makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham
dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.
Misalnya perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap
dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. Sementara itu, perusahan yang berorientasi ekspor akan menerima
dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti
harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa
9
Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan
mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada
kelompok yang dominan dampaknya.
Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan
mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang
negara lain ditentukan sebagaimana halnya barang yaitu oleh permintaan dan
penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs
rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada supplainya maka kurs
rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi
akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme
pasar (Kuncoro, 2007).
Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan perusahaan di Indonesia
masih mengandalkan impor dari luar negeri (www.kompas.com). Ketika mata
uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya biaya bahan baku
tersebut. Kenaikan biaya roduksi akan mengurangi tingkat keuntungan
perusahaan. Bagi investor, proyeksi penurunan tingkat laba tersebut akan
dipandang negatif (A.K Coleman dan K.A Tettey, 2008). Hal ini akan mendorong
investor ntuk melakukan aksi jual terhadap saham saham yang dimilikinya.
Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong
penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa
prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi
10
apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dollar
Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di
BEI (Sunariyah, 2007). Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila
hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia. Investor tentunya akan
menghindari risiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan
menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yag
dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan
mengalihkan investasinya ke dolar Amerika Serikat (Jose Rizal, 2007).
2.1.3.Harga Emas Dunia
Emas adalah bentuk umum yang mewakili uang karena kejarangannya,
ketahanannya, dapat dibagi-bagi, tahan terhadap jamur dan kemudahan
pengindentifikasiannya, sering berhubungan dengan perak. Perak biasanya adalah
alat pembayaran yang sah, dengan emas sebagai metal untuk cadangan moneter.
Sulit untuk memanipulasi standar sebuah emas untuk disesuaikan dengan
kebutuhan ekonomi terhadap uang, menyediakan ketidakleluasaan praktek
terhadap pengukuran yang bank sentral mungkin gunakan sebaliknya untuk
memberi tanggapan pada krisis ekonomi.
Sejak tahun 1968, standar pasar emas London dijadikan patokan harga emas
dunia. Dimana sistem yang digunakan dikenal dengan London Gold Fixing.
Proses penentuan harga dilakukan dua kali dalam satu hari, yaitu pukul 10.30
(Gold A.M) dan pukul 15.00 (Gold P.M). Mata uang yang digunakan dalam
menentukan harga emas adalah Dolar Amerika Serikat, Poundsterling Inggris dan
Euro. Harga yang digunakan sebagai patokan harga kontrak emas dunia adalah
harga penutupan atau Gold P.M (www.goldfixing.com).
11
London Gold Fixing adalah prosedur dimana harga emas ditentukan dua kali
sehari setiap hari kerja di pasar London oleh lima anggota Pasar London Gold
Fixing Ltd (www.lbma.org.uk). Anggota pasar tersebut antara lain:
1) Bank of Nova Scottia
2) Barclays Capital
3) Deutsche Bank
4) HSBC
5) Societe Generale
Secara umum permintaan emas dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1) Permintaan penggunaan, dimana emas digunakan secara langsung dalam
proses produksi perhiasa, medali, koin, komponen listrik, dan lain lain.
2)
Permintaan aset, dimana emas digunakan oleh pemerintah, find manager
dan sebagai investasi individu.
Menurut Sunariyah (2007) salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas
risiko adalah emas. Emas dianggap lebih baik untuk lindung nilai terhadap inflasi.
Namun, menurut Anggarwal (2010) kenyataannya dapat berbeda disebabkan,
emas mungkin dalam jangka panjang dapat menjadi lindung nilai terhadap inflasi
tetapi dalam jangka pendek dapat terjadi volatilitas harga. Bagi investor ketika
melakukan investasi, mereka lebih memilih investasi dengan tingkat imbal hasil
tinggi dengan risiko pada tingkat tertentu atau tingkat imbal hasil tertentu dengan
risiko yang rendah. Investasi di pasar saham tentunya lebih berisiko daripada
berinvestasi di emas, karena tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif
lebih tinggi dari emas (www.investopedia.com).
12
2.1.4.Harga Minyak Dunia
Minyak mentah atau crude oil merupakan salah satu energi yang sangat vital
saat ini. Hal ini dikarenakan hasil olahan minyak mentah merupakan sumber
energi. Jenis jenis minyak tersebut seperti West Texas Intermediate (WTI) atau
lebih dikenal dengan light-sweet, Brent Bland, OPEC Basket price dan Russian
Export Blend.
Minyak mentah atau yang juga dikenal sebagai Crude Oil merupakan
komoditas dan kebutuhan utama dunia saat ini. Bahkan Indonesia juga mengalami
krisis minyak pada saat ini. Output dari minyak mentah yang digunakan sehariharinya adalah solar, bensin, pertamax,dll. Sebesar 84% dari minyak mentah akan
diolah menjadi bahan bakar kendaraan(bensin), bahan bakar pesawat terbang dan
jet(disel), bahan pemanas bumi(heating), bahan bakar lain, dan gas cair(liquefied
petroleum gas).
Harga minyak mentah dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia.
Saat ini patokan harga minyak mentah yang umum digunakan adalah West Texas
Intermediate (WTI) atau light-sweet. Minyak mentah yang diperdagangkan di
West Texas Intermediate (WTI) adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi.
Hal ini dikarenakan minyak mentah tersebut memiliki kadar belerang yang rendah
dan sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, sehingga harga minyak ini
dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga minyak mentah di
WTI pada umumya lebih tinggi lima sampai enam dolar daripada harga minyak
OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dolar dibanding harga minyak Brent
(useconomy.about.com). Hal inilah yang menjadi alasan harga minyak WTI
menjadi ukuran standar bagi perdagangan minyak di Amerika.
13
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga minyak dunia antara lain:
1. Penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan oleh
OPEC.
2. Cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di kilang
kilang minyak Amerika Serikat dan yang tersimpan dalam cadangan
minyak strategis.
3. Permintaan minyak dunia, ketika musim panas, permintaan minyak
diperkirakan
dari
perkiraan
juumlah
permintaan
oleh
maskapai
penerbangan untuk perjalanan wisatawan. Sedangkan ketika musim
dingin,
diramalkan
dari
ramalan
cuaca
yang
digunakan
untuk
memperkirakan permintaan potensial minyak untuk penghangat rangan.
Barel adalah satuan alat tukar minyak mentah ke kurs dollar. Pemilihan
dollar sebagai alat tukar minyak dan emas adalah karena mata uang USD dikenal
hampir seluruh dunia.
Kategori minyak yang biasa diperdagangkan didunia :
a.
West Texas Intermediate (WTI) yang merupakan kualitas tertinggi, manis,
minyak kuning keemasan yang dihasilkan di Cushing, Oklahoma(Amerika).
b.
Brent Blend, yang terdiri dari 15 macam dengan diuji sistem Brent dan
Ninian dihasilkan di perairan Basin Shetland timur di Laut Utara. Basis
produksi adalah di Sullom Voe, Shetland. Negara-negara di Eropa, Afrika,
dan Timur Tengah menggunakan minyak ini sebagai standar alat tukar
komoditas.
c. Dubai-Oman, disuplai ke Timur Tengah dan Asia Pasifik. Tapis(diproduksi di
Malaysia, disuplai ke Asia Timur).
14
d.
Minas (diproduksi di Indonesia, juga disuplai ke Asia Timur). OPEC
Reference Basket, diproduksi di negara-negara anggota OPEC.
Dalam penelitian ini satuan ukuran minyak mentah yang digunakan adalah
barel. Sedangkan mata uang yang digunakan sebagai alat tukar adalah dolar
Amerika Serikat. Salah satu alasan pemilihan dolar AS sebagai alat tukar minyak
adalah karena mata uang dolar AS dikenal hampir diseluruh dunia.
Seiring dengan munculnya negara-negara industri baru maka kebutuhan
minyak mentah akan semakin tinggi. Dengan naiknya permintaan minyak mentah
secara langsung akan mempengaruhi harga minyak mentah dunia. Hal ini jika
dikaitkan dengan aktivitas perekonomian maka harga minyak akan berpengaruh
terhadap perekonomian suatu negara. Tingkat volatilitas saham-saham dari sektor
pertambangan pada 2012 tercatat paling tinggi dibandingkan saham-saham dari
sektor
lainnya.
Nilai
beta
saham-saham
pertambangan
tersebut
lebih
tinggidibandingkan saham-saham sektor lainnya, yang mencerminkan naik-turun
harga saham dari sektor ini lebih tinggi dibandingkan Indeks Harga Saham
Gabungan (www.indonesiafinancetoday.com).
Witjaksono (2010) mengemukakan bahwa kenaikan harga minyak secara
umum akan mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini
disebabkan karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan
harga bahan tambang secara umum. Hal ini mengakibatkan perusahaan
pertambangan berpotensi untuk meningkatkan labanya. Kenaikan harga saham
pertambangan tentu akan mendorong kenaikan IHSG.
15
2.1.5 Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor utama yangmenggerakan
roda perekonomian Indonesia. Indikasi ini terlihat dari kontribusi penerimaan
negara yang setiap tahunnya meningkat. Sektor pertambangan juga menjadi
pemicu pertumbuhan sektor lainnya serta menyediakan kesempatan kerja yang
besar bagi tenaga kerja langsung maupun tidak langsung. Bahkan salah suatu
sub-sektor, yakni pertambangan minyak dan gas bumi, pernah menjadi soko
guru perekonomian pemerintah.Tugas pokok sektor pertambangan adalah
melaksanakan pengelolaan sumber daya alam secara hemat dan optimal,
serta menerapkan sistem penambangan yang berwawasanlingkungan.
2.2. PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama tetapi karena objek dan periode waktu yang digunakan
berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi untuk saling melengkapi data.
Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu:
2.2.1.Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap IHSG
Kurs merupakan salah satuindikator yang mempengaruhi aktivitas di
pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhatihati untuk melakukan investasi portofolio. Kurs mata uang menunjukan
harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentu nilai
kurs suatu negara dengan mata uang negara lainnya ditentukan sebagaimana
16
halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang
bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan
rupiah lebih banyak dari supplynya maka kurs rupiah akan terdeprisiasi,
demikian sebaliknya.
Terdepriasinya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar
Amerika memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal.
Ketika mata uang terdepriasi, hal ini mengakibatkan naiknya biaya bahan
baku terhadap sebagian besar perusahaan yang mengimpor dari luar negeri.
Kenaikan ini mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Hal ini akan
mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap harga saham-saham
yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut
tentunya akan mendorong penurunan IHSG (Aditya Novianto,2011). Selain
itu sebagian investor asing juga akan berlogika untuk keluar dari
BEI(www.pojoksaham.com).Hal ini menunjukan bahwa kurs rupiah
memiliki pengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan.
2.2.2 Pengaruh Harga Emas Dunia Terhadap IHSG
Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih
berinvestasi di emas dari pada pasar modal. Sebab dengan resiko yang
relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik
dengan kenaikan harganya. Selain itu emas juga bisa jadi lindung nilai yang
aman di masa depan (Budi Sutanto, Dr. Werner R, Murhadi, S.E. M.M.,
Endang Ernawati S.E., M.MSi, 2013). Ketika banyak investor yang
mengalihkan investasinya kedalam bentuk emas batangan, hal ini
17
mengakibatkan turunnya indeks saham di negara bersangkutan karena aksi
jual yang dilakukan investor.
2.2.3 Pengaruh Harga Minyak Terhadap IHSG
Minyak mentah atau yang juga dikenal sebagai Crude Oil merupakan
komoditas dan kebutuhan utama dunia saat ini. Semenjak peristiwa
bersejarah bangkrutnya Lehman Brothers yang mempercepat terjadinya
krisis ekonomi global pada musim semi 2008, korelasi positif yang kuat
terus tampak antara harga minyak dan bursa saham secara global termasuk
bursa saham di Indonesia (Willy, 2013). Hal ini terjadi karena Investor pasar
modal menganggap bahwa naiknya harga-harga energi merupakan pertanda
meningkatnya permintaan global, yang berarti membaiknya pemulihan
ekonomi global pasca krisis. Sebaliknya, harga energi yang turun
mencerminkan melemahnya pemulihan ekonomi global.Dengan begitu, jika
harga minyak mentah meningkat, ekspektasi terhadap membaiknya kinerja
perusahaan-perusahaan juga akan meningkat dan otomatis harga sahamnya
akan ikut terkerek naik.Dapat disebutkan dengantabel 2.1 seperti dibawah
ini:
2.
Budi Sutanto, Dr.
Werner R. Murhadi,
S.E., M.M., Endang
Ernawati, S.E., M.Si.
2013
No Peneliti dan Tahun
Peneliti
1. Aditya Novianto
2011
1. SBI
2. Harga Minyak Dunia
3. Harga Emas Dunia
4. Kurs Rupiah terhadap
Dollar
5. Indeks Nikkei 225 dan
Indeks Dow Jones.
1. Nilai Tukar (Kurs) Dolar
Amerika/Rupiah
(US$/Rp)
2. Tingkat Suku Bunga SBI
3. Inflasi
4. Jumlah Uang Beredar
(M2)
5. IHSG
Analisis Pengaruh Nilai Tukar
(Kurs) Dolar Amerika/Rupiah
(US$/Rp), Tingkat Suku Bunga
SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang
Beredar (M2) Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) Di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
1999.1 – 2010.6
Pengaruh Ekonomi Makro, Indeks
Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225
Terhadap indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di BEI Periode
2007-2011
Variabel Penelitian
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1. Nilai tukar atau kurs
dolar Amerika
terhadap rupiah
memiliki pengaruh
negatif signifikan
terhadap IHSG.
2. Tingkat suku bunga
SBI memiliki
pengaruh negatif
terhadap IHSG.
3. Inflasi memiliki
pengaruh yang
positif terhadap
IHSG.
4. Jumlah uang beredar
(M2) memiliki
pengaruh yang
positif terhadap
IHSG.
Analisis Regresi 1. Variabel SBI dan
Linier
Harga Minyak
Dunia berpengaruh
positif tidak
signifikan terhadap
IHSG.
Teknik Analisa
Data
Analisis Regresi
Linier
18
3.
Willy
2013
Pengaruh Harga Minyak Mentah,
gas Bumi, Batubara, Emas, Timah,
Interest Rate Terhadap Indeks
Harga Saham Sektor Pertambangan
Di Bursa Efek Indonesia
1. Harga Minyak Mentah
2. Harga Gas Bumi
3. Harga Batubara
4. Harga Emas
5. Harga Timah
6. Suku Bunga
7. IHSG
2. Variabel Harga
Emas Dunia,
Indeks Nikkei 225
dan Indeks Dow
Jones berpengaruh
positif signifikan
IHSG.
3. Sedangkan variabel
Kurs Rupiah
terhadap Dollar
memiliki pengaruh
negatif signifikan
terhadap IHSG.
Multiple Regresi 1. Secara simultan
GARCH Model
Harga minyak
mentah, harga
komoditas gas
alam, batubara,
emas, timah, dan
tingkat Suku Bunga
berpengaruh positif
signifikan terhadap
IHSG dengan efek
total 83,62%
sedangkan sisanya
16,38% dijelaskan
oleh faktor lain
yang tidak
19
dimasukkan dalam
model.
2. Secara parsial dan
variabel harga
minyak mentah dan
emas tidak
signifikan,
sedangkan harga
variabel gas, harga
batubara, harga
timah, dan Suku
Bunga berpengaruh
signifikan terhadap
IHSG sektor
pertambangan.
20
21
Berdasarkan penelitian penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa:
Persamaan : antara penelitian Aditya Novianto dengan Budi Sutanto, dkk adalah
Kurs Rupiah terhadap Dollar meniliki pengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Perbedaan : antara penelitian Budi Santoso dengan WIlly, dkk adalahpada
penelitian Budi Santoso harga emas dunia memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap
Indeks
Harga
Saham
Gabungan
sedangkan
penelitian
Willy
menghasilkan harga emas berpengaruh tidak signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan.
2.3 KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka maka kerangka
konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Kurs Rupiah (X1)
Harga Emas Dunia (X2)
Indeks Hubungan Saham
Gabungan
IHSG (Y)
Harga Minyak Dunia (X3)
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Keterangan:
Garis
: Pengaruh secara parsial
Garis
: Pengaruh secara simultan
22
2.4. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori diatas, maka
hipotesis penelitian ini adalah:
1. Kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak duniaberpengaruh
secara parsial terhadap IHSG Sektor pertambangan di BEI pada periode
tahun 2011-2014.
2. Kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak duniaberpengaruh secara
simultan terhadap IHSG Sektor pertambangan di BEI pada periode tahun
2011-2014.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kuantitatifyang oleh Idriantono dan Supomo
(2007:12) disebutkan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
berupaya memahamii dan memecahkan suatu permasalahan berdasarkan
paradigma positivis atau empiris, yakni menekankan pada pengujian teori-teori
melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan menganalisa
data dengan prosedur statistik. Penelitian digolongkan ke dalam cara penelitian
yang menguji hipotesis (hypotesis testing/hypothetical reserach), yang bertujuan
untuk menawarkan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan yang eksis
antar variabel (Sekaran, 2008:164). Tujuan utama penelitian ini bersifat
explanatory yakni melandaskan kerangka konseptual penelitian berdasarkan teori
dan literatur pendahulu terkait untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh kurs rupiah,
harga emas dunia dan harga minyak dunia terhadap IHSG sektor pertambangan di
BEI periode tahun 2011-2014.
3.2 DESKRIPSI POPULASI DAN PENENTUAN SAMPEL
Populasi adalah kelompok besar/lengkap yang merupakan sasaran
generalisasi yang biasanya berupa orang, objek, atau kejadian (Alimuddin Tuwu,
2008: 79). Populasi dari penelitian ini adalahdaftar perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 9 perusahaan
pertambangan periode tahun 2011-2014.Sampel adalah sebagian atauwakil
populasi yang diteliti (Arikunto, 2008:131). Teknik pengambilan sampel yang
23
24
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling sampel yang dipilih
dengan adanya tujuan dan pertimbangan tertentu berdasarkan:
1. Frekuensi terbesar, yaitu perusahan perusahan dalam kelompok pertambangan
yang aktif melakukan transaksi di bursa
2. Tingkat kapitalisasi pasar(market capitalizatio) terbesar, yaitu perusahan
perusahaan yang termasuk dalam kelompok pertambangan yang mampu
menyerap modal besar dalam perdagangan di bursa.
3. Kecukupan data, yaitu perusahaan perusahaan yang mempunyai data yang
cukup untuk keperluan analisa
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 9 atau
semua perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Data
yang digunakanadalah data tiapakhirbulanselamaperiodeamatanantaratahun 20112014 data IHSG, Kurs Rupiah, HargaEmasDunia, danHargaMinyakDunia yang
diambildaribeberapasumber yang memilikitingkatvaliditastinggi. Pengambilan
data sampel dilakukan dilakukan secara dokumentasi dari berbagai sumber.
3.3 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
No.
Variabel
Defenisi
Pengukuran
Jumlah nilai pasar
1.
IHSG
harian dibagi dengan
total saham yang
tercatat
Skala
Pengukuran
Ratio
IHSG =
( Ps x Ss )
( Pbase x Ss )
25
2.
Kurs
Rupiah
Nilai tukar rupiah
terhadap dollar
Nilai Tengah =
Ratio
Kurs Jual + Kurs Beli
Amerika Serikat
menurut Bank
2
Indonesia
3.
Harga Emas Harga spot yang
Dunia
Data harga emas dunia
terbentuk dari
yang berasal dari
akumulasi
www.gold-price.net.com
Ratio
permintaan dan
penawaran di pasar
emas London
4.
Harga
Harga spot minyak
Akumulasi permintaan
Minyak
dunia berdasarkan
dan penawaran Light
West Texas
Sweet dari pelaku pasar
Intermediate yang
di Okhlahoma, Texas
Dunia
Ratio
terbentuk dari
akumulasi
permintaan dan
penawaran
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN
3.4.1 Sumber dan Jenis Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data skunder
yang diperoleh dengan cara dokumentasi, dimana data yang diperoleh tidak
diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Data skunder yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data bulanan kurs rupiah, harga emas dunia, harga
minyak dunia dan IHSG sektor pertambangan periode Januari sampai Desember
2012yang terdaftar di BEI serta informasi lainnya. Dalam penelitian ini data-data
yang diperoleh melalui website www.idx.co.id, www.finance.yahoo.com,
26
www.useconomy.about.com dan literatur- literatur yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif yakni data yang menekankan pengujian teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik..
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dengan dua
pendekatan yaitu :
1. Pendekatan Kepustakaan (Library Research)
Pendekatan kepustakaan adalah pengumpulan data secara tidak langsung
yaitu dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku ataupun litelatur
yang disusun oleh para ahli dan diterbikan oleh lembaga-lembaga tertentu
serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, kemudian
akan ditarik menjadi suatu kesimpulan.
2. Pendekatan Dokumentasi
Pendekatan Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan
dengan mencari sumber-sumber dokumen perusahaan yang diperlukan
dalam membahas masalah atau objek yang akan diteliti.
3.5 TEKNIK ANALISIS DATA
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis
permasalahan yang telah dirumuskan di perumusan masalah adalah sebagai
berikut :
27
1. Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif membahas mengenai cara pengumpulan data,
penyederhanaan angka-angka pengamatan yang diperoleh (meringkas dan
menyajikan) serta melakukan pengukuran pemusatan dan penyebaran
untuk memperoleh informasi yang lebih menarik, berguna dan lebih
mudah dipahami (Santoso, 2008:12). Tujuan penggunaan analisis
deskriftif ini adalah mengetahui adanya pengaruh kurs rupiah per dollar
AS, harga emas dunia dan harga minyak dunia terhadap IHSG yang
berfluktuasi pada sektor pertambangan sehingga dapat dinilai dan di
bandingkan dengan penelitian sebelumnya dan disesuaikan dengan teori
yang telah ada.
2. Analisis Statistik
Teknik analisa data yang digunakan adalah model analisis regresi
berganda dan menggunakan software SPSS 20.0 (Statistic Product and
Services Solution).
Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Berikut analisis
yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda bertujuan untuk meramalkan pengaruh dua
variabel prediktor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah
28
variabel bebas (X) atau lebih dari sebuah variabel terikat (Y). Dalam
penelitian ini analisis tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh kurs
rupiah, harga emas dan harga minyak dunia terhadap IHSG sektor
pertambangan. Seberapa besar variabel independen mempengaruhi
variabel dependen dihitung dengan persamaan regresi berganda sebagai
berikut :
Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + e
Keterangan :
Y = IHSG sektor pertambangan
a = Nilai Konstanta
b = Koefisien Regresi Berganda
X1 = Kurs Rupiah
X2 = Harga Emas Dunia
X3 = Harga Minyak Dunia
e = Standart Error
b. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji variabel variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial/bagian.
Langkah langkah pengujian:
1. Merumuskan hipotesa secara statistik
Ho : b1 = 0, tidak ada pengaruuh secara signifikan antara variabel
variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Tingkat nyata ( ) yang digunakan sebesar 5% pada pengujian 2 arah
dengan derajat kebebasan : df = n-k-1
29
3. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho
4. t hitung dicari dengan menggunakan rumus :
th = bi
Sbi
Keterangan :
th = t hitung
bi = koefisien regresi untuk i
s = standar erorr (simpang baku untuk masing masing koefisien
5. Kriterisa pengujian untuk membandingkan antara t hitung dan t tabel maka
dipergunakan:
a. Apabila t
hitung
(-) > t
tabel>
t
hitung
(+) Ho diterima dan Hi ditolak
berarti kurs rupiah, harga emas dunia, harga minyak dunia tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan sektor pertambangan di BEI periode Januari – Desember
2012.
b. Apabila t
hitung
(-) < t
tabel<
t
hitung
(+) maka Ho ditolak dan Hi
diterima berarti kurs rupiah, harga emas dunia, harga minyak dunia
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan sektor pertambangan di BEI periode Januari – Desember
2012.
c. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis nol
(H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama
30
dengan nol, atau: H0 :
1 =
2 =
3 = 0, Artinya semua variabel
independen (Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia)
bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hipotesis alternatifnya (H1) tidak
semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: H1 : 1
3
2
0, Artinya semua variabel independen (Kurs Rupiah, Harga Minyak
Dunia, dan Harga Emas Dunia) secara simultan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai F
hitung dengan F tabel, dimana F hitung dapat dipenuhi dengan formula
sebagai berikut:
F hitung = 2/(
(1 2)/(
)
1)
Keterangan: R2 : koefisien determinasi k : jumlah variabel independen
termasuk konstanta n : jumlah sampel Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel independen secara simultan atau bersamasama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (Ghozali, 2011).
Pengujian ini didasarkan pada perbandingan antara F hitung dengan F
tabel, dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan ditolak Ha, artinya bahwa
secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
31
b. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha, artinya
bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Pengujian ini juga dapat didasarkan pada perbandingan antara nilai
signifikansi F dengan nilai signifikansi 0,05, dengan syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Jika signifikansi F < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti variabel-variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika signifikansi F > 0,05 maka H0 diterima yang berarti variabelvariabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penyajian Data
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange
(IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi,
Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar
saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivative. Bursa
hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.
BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated
Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang
digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah
digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX.
Bursa Efek Indonesia berpusat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kawasan Niaga
Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan.
4.1.1 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah indicator atau cerminan pergerakan harga
saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan
investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini tahun 2015 Bursa Efek
Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus
disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik.
32
33
Indeks indeks tersebut adalah:
1.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
2.
Indeks Sektoral
3.
Indeks LQ45
4.
Jakarta Islamic Index (JII)
5.
Indeks Kompas100
6.
Indeks BISNIS-27
7.
Indeks PEFINDO25
8.
Indeks SRI-KEHATI
9.
Indeks Papan Utama
10. Indeks Papan Pengembangan
11. Indeks Individiual
Dari seluruh indeks-indeks tersebut, dalam penelitian kali ini indeks yang
digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menggunakan semua
Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat
menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang
mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat
dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham
Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relative kecil
sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham
Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan
IHSG.
IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak
bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang
34
mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga
tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang
dilakukan oleh siapapun pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan
(benchmark).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah IHSG. IHSG adalah indeks
harga saham gabungan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia setiap hari.
Data IHSG diperoleh langsung www.finance.yahoo.com. Data yang digunakan
adalah data tiap akhir bulan selama periode pengamatan antara tahun 2011-2014.
Tabel 4.1 Daftar Indeks Harga Saham Gabungan 2011 - 2014
Bulan
IHSG
Bulan
IHSG
Januari 2011
3.409,17
Januari 2012
3.941,69
Pebruari 2011
3.470,35
Pebruari 2012
3.985,21
Maret 2011
3.678,67
Maret 2012
4.121,55
April 2011
3.819,62
April 2012
4.180,73
Mei 2011
3.836,97
Mei 2012
3.832,82
Juni 2011
3.888,57
Juni 2012
3.955,58
Juli 2011
4.130,80
Juli 2012
4.142,34
Agustus 2011
3.841,73
Agustus 2012
4.060,33
September 2011
3.549,03
September 2012
4.262,56
Oktober 2011
3.790,85
Oktober 2012
4.350,29
November 2011
3.715,08
November 2012
4.276,14
Desember 2011
3.821,99
Desember 2012
4.316,69
35
Bulan
IHSG
Bulan
IHSG
Januari 2013
4.453,70
Januari 2014
4.418,76
Pebruari 2013
4.795,79
Pebruari 2014
4.620,22
Maret 2013
4.940,99
Maret 2014
4.768,28
April 2013
5.034,07
April 2014
4.840,15
Mei 2013
5.068,63
Mei 2014
4.893,91
Juni 2013
4.818,90
Juni 2014
4.878,58
Juli 2013
4.610,38
Juli 2014
5.088,80
Agustus 2013
4.195,09
Agustus 2014
5.136,86
September 2013
4.316,18
September 2014
5.137,58
Oktober 2013
4.510,63
Oktober 2014
5.089,55
November 2013
4.256,44
November 2014
5.149,89
Desember 2013
4.212,22
Desember 2014
5.160,43
Sumber: http://www.finance.yahoo.com
4.1.2 Daftar Emiten sektor pertambangan
Sebanyak 507 saham tercatat di Bursa Efek Indonesia per Januari 2015,
terdiri atas sepuluh kelompok berdasarkan sektor bisnis. Salah satunya sektor
pertambangan. Berikut daftar kode saham emiten sektor pertambangan.
36
Tabel. 4.2 Daftar Emiten dan Kode Sektor Pertambangan
KODE
Nama Perusahaan
Tanggal Pencatatan
IDX: ADRO
Adaro Energy
16 Juli 2008
IDX: ANTM
Aneka Tambang (Persero)
27 November 1997
IDX: CITA
Cita Mineral Investindo
20 Maret 2002
IDX; CKRA
Citra Kebun Raya Agri
19 Mei 1999
IDX: DKFT
Central Omega Resources
21 November 1997
IDX: INCO
International Nickel Indonesia
16 Mei 1990
IDX: PSAB
J Resource Asia Pasific
01 Desember 2007
IDX: SMRU
SMR Utama
10 Oktober 2011
IDX: TINS
Timah (Persero)
19 Oktober 1995
Sumber: Data IDX.co.id
Berdasarkan tabel diatas terdapat 9 perusahan yang tergolong kelompok
bisnis pertambangan yaitu:
1.
Adaro Energy (ADRO)
Adaro Energy Tbk (Kode saham pada BEI:ADRO.JK) adalah Perusahaan
Indonesia yang merupakan produsen batu bara terbesar di belahan bumi
selatan dan keempat terbesar di dunia. CEO Garibaldi Thohir (orang
Indonesia) memiliki kira-kira seperenam saham dari Adaro, senilai lebih dari
$ 1 miliar. Tahun ini keuntungan bersih perusahaan ini membaik kembali
setelah jatuh 47% tahun lalu menjadi $ 245.000.000 (pada penuruhan 4%
dalam pendapatan menjadi $ 2,7 miliar). Pada semester pertama tahun ini
Adaro sudah mendapatkan keuntungan bersih mencapai $ 268 juta, naik
37
113% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan naik
36% menjadi $ 1,8 miliar.
2.
Aneka Tambang Persero (ANTM)
PT Aneka Tambang Tbk. Atau yang biasa disebut dengan PT Antam
merupakan perusahaan pertambangan yang sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia (65%) dab masyarakat (35%). PT Antam didirikan
pada tanggal 5 Juli 1968. Kegiatan Antam mencakup eksplorasi,
penambangan, pengolahan serta pemasaran dari sumber daya mineral.
Pendapatan PT Antam diperoleh melalui kegiatan eksplorasi dan
penemuan deposit mineral, pengolahan mineral tersebut secara ekonomis, dan
penjualan hasil pengolahan tersebut kepada konsumen jangka panjang yang
loyal di Eropa dan Asia. Kegiatan ini telah dilakukan semenjak perusahaan
berdiri tahun 1968. Komoditas utama Antam adalah bijih nikel kadar tinggi
atau saprolit, bijih nikel kadar rendah atau limonit, feronikel, emas, perak dan
bauksit. Jasa utama Antam adalah pengolahan dan pemurian logam mulia
serta jasa geologi.
Anak Perusahaan PT Antam adalah PT Indonesia Coal Resources, PT
Cibaliung Sumberdaya, PT Gag Nikel, Asia Pasific Nickel Pty., Ltd., PT
Antam Resourcindo, PT Borneo Edo International, PT Mega Citra Utama, PT
Indonesia Chemical Alumina, PT Antam Jindal Stainless Indonesia, PT
Indonesia Chemical Alumina.
3.
Cita Mineral Investindo (CITA)
PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) didirikan dengan nama PT Cipta
Panelutama 27 Juni 1992 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak
38
Juli 1992. Kantor pusat CITA di Gedung Ratu Plaza Lantai 22, Jalan Jenderal
Sudirman No. 9, Jakarta Pusat. Induk usaha CITA adalah Richburg Enterprise
Pte. Ltd, sedangkan induk usaha terakhir CITA adalah Mineral Distribution
Pte. Ltd.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CITA
terutama adalah pertambangan. Saat ini kegiatan utama CITA adalah
dibidang investasi pertambangan dan kegiatan yang dilakukan melalui Anak
Perusahaan yakni PT Harita Prima Abadi Mineral (HPAM) dan PT Karya
Utama Tambangjaya (KUTJ) yang merupakan perusahaan pertambangan
bauksit di Indonesia.
Sejak didirikan sampai pertengahan 2007, CITA bergerak di bidang
perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian, jasa pengangkutan
darat, perbengkelan dan pembangunan. Pada tanggal 22 Pebruari 2002, CITA
memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham CITA (IPO) kepada masyarakat sebanyak
60.000.000 dengan nilai nominal RP 100,- per saham dengan harga
penawaran Rp 200,- per saham dan disertai Waran Seri I sebanyak
18.000.000. Saham dan waran seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indoneisa (BEI) pada tanggal 20 Maret 2002.
4.
Citra Kebun Raya Agri (CKRA)
PT Cakra Mineral Tbk (sebelumnya PT Citra Kebun Raya Agri Tbk)
(CKRA) didirikan dengan nama PT Ciptojaya Kontrindoreksa tanggal 19
September 1990 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak Juli 1992.
Kantor pusat CKRA di Jl. Mega Kuningan Barat Blok E3.5 Kav.7 Kuningan
39
TImur – Setiabudi, Jakarta Selatan 12950, Indonesia. Induk usaha dan induk
usaha terakhir CKRA adalah Redstone Resources Pte. Limited, yang
berkedudukan di Singapura.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CKRA
dalah
bergerak
dalam
bidang
pertambangan
khususnya
di
bidang
pertambangan mineral, perdagangan, perindustrian, perhubungan dan
penanaman modal. Saat ini, kegiatan utama CKRA adalah investasi pada
perusahaan pertambangan, terutama biji besi.
Pada tanggal 05 Mei 1999, CKRA memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CKRA
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 63.600.000 dengan nilai nominal Rp250,per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Mei
1999.
5.
Central Omega Resources (DKFT)
Central Omega Resources Tbk (dahulu PT Duta Kirana Finance Tbk)
(DKFT) didirikan tanggal 22 Februari 1995 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya tahun 1995. Kantor pusat DKFT berlokasi di Plasa Asia Lantai
6, Jl. Jendral Sudirman Kav. 51, Jakarta.Pemegang saham mayoritas DKFT
adalah PT Jinsheng Mining (JM), dengan persentase pemilikan sebesar
75,22%. JM merupakan perusahaan yang didirikan di Indonesia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DKFT
bergerak dalam bidang usaha perdagangan hasil tambang dan kegiatan
40
pertambangan dilakukan melalui anak perusahaan. Saat ini, hasil utama
tambang DKFT dan anak usahanya adalah Nikel.
Pada tanggal 28 Oktober 1997, DKFT memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DKFT
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 26.000.000 dengan nilai nominal dan
harga penawaran Rp500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) (dahulu Bursa Efek Surabaya (BES)) pada
tanggal 21 Nopember 1997.
6.
International Nickel Indonesia (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk (dahulu PT International Nickel Indonesia Tbk)
(INCO) didirikan tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1978. Kantor pusat INCO terletak di Plaza Bapindo,
Citibank Tower, Lantai 22, Jln. Jend. Sudirman Kav. 54-55, Jakarta 12190.
Pabrik INCO berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Pemegang saham mayoritas INCO adalah Vale Canada Limited (58,73%)
dan Sumitomo Metal Mining Co, Ltd. (20,09%). Vale Canada Limited
merupakan induk usaha INCO sedangkan Vale S.A., sebuah perushaaan yang
didirikan di Brasil merupakan pengendali utama INCO.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INCO
adalah dalam eksplorasi dan penambangan, pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan dan pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya.
Saat ini, INCO memproduksi nikel dalam matte dari bijih lateritik dengan
penambangan dan pengolahan terpadu di dekat Sorowako di Pulau Sulawesi.
41
Pada tahun 1990, INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INCO (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 49.681.694 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp9.800,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990.
7.
J Resource Asia Pasific (PSAB)
J Resources Asia Pasifik Tbk (dahulu PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk)
(PSAB) didirikan tanggal 14 Januari 2002 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tanggal 01 Mei 2002. Kantor pusat PSAB terletak di
Equity Tower, Lt. 48-E, Jln. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta.
Induk usaha dari PSAB adalah J Resources Mining Limited (persentase
kepemilikan sebesar 92,60%). Sedangkan induk usaha terakhir dari PSAB
adalah J & Partners LP, berkedudukan di Hong Kong.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PSAB
meliputi pertambangan, industri, pembangunan, perdagangan, transportasi,
pertanian, perbengkelan dan jasa. Saat ini kegiatan utama PSAB adalah
bergerak di bidang pertambangan mineral emas.
Pada tanggal 31 Maret 2003, PSAB memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)
PSAB kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Sahamsaham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 22
April 2003.
42
8.
SMR Utama (SMRU)
SMR Utama Tbk (SMRU)didirikan dengan nama PT Dwi Satria Jaya pada
tanggal 11 November 2003. Kantor pusat SMRU berlokasi di Gedung Citicon
Jl. Letjen S. Parman Kav. 72 Lt. 9, Slipi, Palmerah, Jakarta Barat 11410.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham SMR Utama Tbk
(28/02/2015), antara lain: Raiffeisen Bank International AG, Singapore
Branch S/A PT Lautan Rizki Abadi (pengendali) (49,58%) dan PT Tandikek
Asri Lestari (19,54%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha
Perusahaan adalah perdagangan, jasa, industri, pengangkutan, perbengkelan
dan pembangunan. Selain menjalankan fungsi sebagai perusahaan induk
(holding company), tidak aktif terlibat dalam bisnis apapun. Saat ini, kegiatan
usaha SMRU yang dijalankan melalui PT Ricobana yang merupakan sebuah
perusahaan investasi terutama di bidang tambang batubara dan kontraktor
batubara.
Pada tanggal 30 September 2011, SMRU memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
SMRU (IPO) kepada masyarakat sebanyak 500.000.000 dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp600,- per saham. Sahamsaham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10
Oktober 2011.
9.
Timah Persero (TINS)
Timah (Persero) Tbk (TINS) didirikan pada tanggal 02 Agustus 1976.
TINS berdomisili di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung dan kantor
43
pusat terletak di Jl. Medan Merdeka Timur No.15 Jakarta 10110 serta
memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi
Riau,
Kalimantan
Selatan,
Sulawesi
Tenggara
serta
Cilegon,
Banten.Pemegang saham utama / pengendali TINS adalah Pemerintah
Republik Indonesia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TINS
meliputi bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan,
dan jasa. Kegiatan utama TINS adalah sebagai perusahaan induk yang
melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa
pemasaran kepada kelompok usaha.
Pada tanggal 27 September 1995, TINS memperoleh persetujuan dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TINS
sebanyak 176.155.000 saham Seri B dan Global Depositary Receipts (GDR)
milik Perusahaan. Terhitung mulai tanggal 12 Oktober 2006, Perusahaan
melakukan penghentian pencatatan atas GDR milik Perusahaan di Bursa
Saham London. Penghentian pencatatan tersebut dilakukan mengingat jumlah
GDR yang beredar semakin kecil dan tidak likuid.
Pemegang saham Seri A memperoleh hak istimewa tertentu sebagai
tambahan atas hak yang diperoleh pemegang saham Seri B. Hak istimewa
tersebut mencakup hak menyetujui penunjukan dan pemberhentian anggota
komisaris dan direksi dan hak untuk menyetujui perubahan anggaran dasar.
4.1.3 Kurs Rupiah
Kurs Rupiah adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
44
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari www.bi.go.id. Data
yang digunakan adalah nilai kurs jual akhir bulan selama periode amatan tahun
2011-2014. Dapat digambarkan sebagai berikut:
4.3DataKurs Rupiah Tahun 2011-2014
Bulan
Kurs rupiah
Bulan
Kurs rupiah
Januari 2011
Rp. 9.057
Januari 2012
Rp. 9.000
Pebruari 2011
Rp. 8.823
Pebruari 2012
Rp. 9.085
Maret 2011
Rp. 8.709
Maret 2012
Rp. 9.180
April 2011
Rp. 8.574
April 2012
Rp. 9.190
Mei 2011
Rp. 8.537
Mei 2012
Rp. 9.565
Juni 2011
Rp. 8.597
Juni 2012
Rp. 9.480
Juli 2011
Rp. 8.508
Juli 2012
Rp. 9.485
Agustus 2011
Rp. 8.578
Agustus 2012
Rp. 9.560
September 2011
Rp. 8.823
September 2012
Rp. 9.588
Oktober 2011
Rp. 8.835
Oktober 2012
Rp. 9.615
November 2011
Rp. 9.170
November 2012
Rp. 9.605
Desember 2011
Rp. 9.068
Desember 2012
Rp. 9.670
45
Bulan
Kurs rupiah
Bulan
Kurs rupiah
Januari 2013
Rp. 9.698
Januari 2014
Rp. 12.226
Pebruari 2013
Rp. 9.667
Pebruari 2014
Rp. 11.634
Maret 2013
Rp. 9.719
Maret 2014
Rp. 11.404
April 2013
Rp. 9.722
April 2014
Rp. 11.532
Mei 2013
Rp. 9.802
Mei 2014
Rp. 11.611
Juni 2013
Rp. 9.929
Juni 2014
Rp. 11.969
Juli 2013
Rp. 10.278
Juli 2014
Rp. 11.591
Agustus 2013
Rp. 10.924
Agustus 2014
Rp. 11.717
September 2013
Rp. 11.613
September 2014
Rp. 12.212
Oktober 2013
Rp. 11.234
Oktober 2014
Rp. 12.082
November 2013
Rp. 11.977
November 2014
Rp. 12.196
Desember 2013
Rp. 12.189
Desember 2014
Rp. 12.440
Sumber : www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs
4.1.4 Harga Emas Dunia
Harga emas dunia adalah harga spot yang terbentuk dari akumulasi
penawaran dan permintaan di pasar emas London. Harga emas yang digunakan
adalah harga emas penutupan pada sore hari (harga emas Gold P.M). Data harga
emas dunia diambil dari www.goldfixing.com. Data yang digunakan adalah data
rata rata harga emas bulanan selama periode amatan antara tahun 2011-2014.
Seperti yang terlihat dalam daftar berikut ini:
46
4.4Data Harga Emas Dunia Tahun 2011-2014
Bulan
Harga Emas
Bulan
Harga Emas
Januari 2011
Rp. 521.000
Januari 2012
Rp. 521.000
Pebruari 2011
Rp. 545.500
Pebruari 2012
Rp. 546.000
Maret 2011
Rp. 502.000
Maret 2012
Rp. 525.000
April 2011
Rp. 482.500
April 2012
Rp. 517.000
Mei 2011
Rp. 475.000
Mei 2012
Rp. 508.500
Juni 2011
Rp. 465.000
Juni 2012
Rp. 504.000
Juli 2011
Rp. 458.000
Juli 2012
Rp. 515.000
Agustus 2011
Rp. 511.000
Agustus 2012
Rp. 521.000
September 2011
Rp. 475.000
September 2012
Rp. 536.000
Oktober 2011
Rp. 517.500
Oktober 2012
Rp. 522.000
November 2011
Rp. 536.000
November 2012
Rp. 527.000
Desember 2011
Rp. 497.500
Desember 2012
Rp. 487.500
47
Bulan
Harga Emas
Bulan
Harga Emas
Januari 2013
Rp. 521.000
Januari 2014
Rp. 489.300
Pebruari 2013
Rp. 495.000
Pebruari 2014
Rp. 496.000
Maret 2013
Rp. 482.500
Maret 2014
Rp. 494.000
April 2013
Rp. 470.000
April 2014
Rp. 493.000
Mei 2013
Rp. 458.000
Mei 2014
Rp. 492.000
Juni 2013
Rp. 458.000
Juni 2014
Rp. 510.000
Juli 2013
Rp. 458.000
Juli 2014
Rp. 510.000
Agustus 2013
Rp. 507.500
Agustus 2014
Rp. 511.000
September 2013
Rp. 511.500
September 2014
Rp. 505.300
Oktober 2013
Rp. 492.000
Oktober 2014
Rp. 487.000
November 2013
Rp. 490.000
November 2014
Rp. 471.000
Desember 2013
Rp. 474.300
Desember 2014
Rp. 482.000
Sumber: www.goldfixing.com
4.1.5 Harga Minyak Dunia
Harga Minyak DUnia adalah harga spot pasar minyak dunia yang
terbentuk dari akumulasi permintaan dan penawaran. Pada penelitian ini harga
minyak dunia yang digunakan adalah standar West Texas Intermediate. Data
harga minyak dunia diambil dari www.finance.yahoo.com. Data yang digunakan
adalah data tiap akhir bulan selama periode amatan tahun 2011-2014. Seperti yang
terlihat dalam daftar berikut ini:
48
4.5Data Harga Minyak Dunia Tahun 2011-2014
Bulan
Harga Minyak
Bulan
Harga Minyak
Januari 2011
$ 89,34
Januari 2012
$ 99,56
Pebruari 2011
$ 97,88
Pebruari 2012
$ 109,77
Maret 2011
$ 105,40
Maret 2012
$ 103,02
April 2011
$ 113,93
April 2012
$ 104,93
Mei 2011
$ 100,59
Mei 2012
$ 90,86
Juni 2011
$ 91,16
Juni 2012
$ 84,96
Juli 2011
$ 95,70
Juli 2012
$ 90,13
Agustus 2011
$ 85,37
Agustus 2012
$ 96,47
September 2011
$ 79,20
September 2012
$ 92,19
Oktober 2011
$ 93,32
Oktober 2012
$ 86,28
November 2011
$ 96,77
November 2012
$ 88,91
Desember 2011
$ 98,83
Desember 2012
$ 91,82
49
Bulan
Harga Minyak
Bulan
Harga Minyak
Januari 2013
$ 95,88
Januari 2014
$ 97,49
Pebruari 2013
$ 93,13
Pebruari 2014
$ 102,59
Maret 2013
$ 97,23
Maret 2014
$ 101,60
April 2013
$ 93,00
April 2014
$ 100,60
Mei 2013
$ 91,97
Mei 2014
$ 102,71
Juni 2013
$ 96,56
Juni 2014
$ 105,74
Juli 2013
$ 104,70
Juli 2014
$ 102,09
Agustus 2013
$ 107,65
Agustus 2014
$ 95,96
September 2013
$ 102,87
September 2014
$ 93,54
Oktober 2013
$ 97,85
Oktober 2014
$ 80,54
November 2013
$ 92,72
November 2014
$ 66,15
Desember 2013
$ 98,42
Desember 2014
$ 54,73
Sumber: http://www.finance.yahoo.com
50
4.2. Analisis Data
Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah Uji Analisis Regresi
Linier Berganda dikarenakan variable x lebih dari satu variabel.
4.2.1 Statistik Deskriptif
Berdasarkan pengolahan data dalam penelitian ini dapat dihasilkan sesuai
tabel berikut:
Tabel 4.6 Statistika Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
Mean
Y_IHSG
4349,4748
x1_KursRupiah
x2_HargaEmasDunia
x3_HargaMinyakDunia
Std. Deviation
N
512,83387
48
10159,7500
1305,72285
48
499466,6667
23341,43730
48
95,0440
10,30276
48
Sumber: data sekunder diolah
Dari hasil perhitungan diatas Berdasarkan tabel diatas menunjukkan terdapat 4
variabel dan menggunakan data amatn sebanyak 48 yang diperoleh dari Januari
2011 sampai Desember pada tahun 2014. Berdasarkan hasil analisa data diatas
dapat ditarik kesimpulan:
- Dengan jumlah data amatan sebanyak 48 rata rata Indeks Harga Saham
Gabungan adalah Rp. 4.349 dengan standar deviasi 512,83.
- Dengan jumlah data amatan sebanyak 48 rata rata Kurs Rupiah adalah Rp.
10.159 dengan standar deviasi 1.305,72.
51
- Dengan jumlah data amatan sebanyak 48 rata rata Harga Emas Dunia adalah
Rp. 499.467 dengan standar deviasi 23.341.
- Dengan jumlah data amatan sebanyak 48 rata rata Harga Minyak Dunia adalah
$USD 95,04/barrel dengan standar deviasi 10,30.
Tabel 4.7 Correlations Statistic
Correlations
Y_IHSG
Y_IHSG
x1_KursRup
x2_HargaEm
x3_HargaMin
iah
asDunia
yakDunia
1,000
,721
-,371
-,198
,721
1,000
-,185
-,170
Pearson
x1_KursRupiah
Correlation
x2_HargaEmasDunia
-,371
-,185
1,000
,188
x3_HargaMinyakDunia
-,198
-,170
,188
1,000
.
,000
,005
,089
x1_KursRupiah
,000
.
,103
,124
x2_HargaEmasDunia
,005
,103
.
,100
x3_HargaMinyakDunia
,089
,124
,100
.
Y_IHSG
48
48
48
48
x1_KursRupiah
48
48
48
48
x2_HargaEmasDunia
48
48
48
48
x3_HargaMinyakDunia
48
48
48
48
Y_IHSG
Sig. (1-tailed)
N
Sumber: data sekunder diolah
Besar hubungan antarvariabel IHSG dengan Kurs Rupiah yang dihitung
dengan koefisien korelasi adalah 0,721, sedangkan variabel IHSG dengan Harga
Emas Dunia adalah -0,371, dan untuk variabel IHSG dengan Harga Minyak Dunia
adalah -0,198. Secara teoritis, karena korelasi antara IHSG dan Kurs Rupiah lebih
besar, maka variabel Kurs Rupiah lebih berpengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan dibanding Harga Emas Dunia dan Harga Minyak Dunia.
52
Terjadi korelasi yang cukup kuat antara variabel Harga Emas Dunia
dengan Harga Minyak Dunia yaitu 0,188. Hal ini menandakan adanya
multikolinieritas atau korelasi diantara variabel bebas. Sedangkan variabel bebas
yang lain tidak menunjukkan korelasi terhadap variabel bebas yang lain.
Tabel 4.8Hasil Uji F
a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
7157799,725
3
2385933,242
Residual
5203133,467
44
118253,033
12360933,192
47
Total
F
20,177
Sig.
b
,000
a. Dependent Variable: Y_IHSG
b. Predictors: (Constant), x3_HargaMinyakDunia, x1_KursRupiah, x2_HargaEmasDunia
Sumber: data sekunder diolah
Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung adalah 20,177 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05, maka
model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan.
Atau bisa dikatakan Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, dan Harga Minyak Dunia
secara
bersama
sama
berpengaruh
terhadap
Indeks
Harga
Saham
Gabungan.Sehingga hipotesis yang menyatakan “Kurs Rupiah, Harga Emas
Dunia, Harga Minyak Duniaberpengaruh
secara simultan terhadap IHSG
Sektor pertambangan di BEI pada periode tahun 2011-2014.”Dapat diterima
karena dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 nilai
signifikan.
53
Tabel 4.9 Persamaan Regresi
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
4483,44
(Constant)
a
t
Sig.
Beta
Correlations
Zero-order
Partial
Part
1280,258
3,502
,001
,263
,039
,670 6,663
,000
,721
,709
,652
-,005
,002
,022
-,371
-,336
-,232
,701
-,198
-,058
-,038
0
x1_KursRupiah
1
x2_HargaEmasDunia
x3_HargaMinyakDun
-,239
2,370
-1,935
5,006
-,039
-,386
ia
a. Dependent Variable: Y_IHSG
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan persamaan regresi:
Y = 4.483,44 + 0,263X1 – 0,005X2 - 1.935X3
Dimana :
Y
= Indeks Harga Saham Gabungan
X1
= Kurs Rupiah
X2
= Harga Emas Dunia
X3
= Harga Minyak Dunia
Dari persamaan regresi diatas maka dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar Rp. 4.483,44 menyatakan bahwa jika tidak ada
perubahan Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, maka
IHSG adalah Rp. 4.483,44
54
b. Koefisien regresi Kurs Rupiah sebesar 0,263 menyatakan bahwa setiap
penambahan Kurs Rupiah Rp. 1,- maka akan meningkatkan Indeks Harga
Saham Gabungan sebesar Rp. 0,263.
c. Koefisien regresi Harga Emas Dunia sebesar Rp. -0,005 menyatakan
bahwa setiap penambahan Harga Emas Dunia Rp. 1,- maka akan
mengurangi Indeks Harga Saham Gabungan sebesar Rp. -0,005.
d. Koefisien regresi Harga Minyak Dunia sebesar US$ -1,935 menyatakan
bahwa setiap penambahan Kurs Rupiah US$ 1,- maka akan mengurangi
Indeks Harga Saham Gabungan sebesar US$ -1,935.
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara parsial didalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2007). Berikut hasil SPSS dari Uji t yang disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 4.10 HasilUji T
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
4483,440
1280,258
,263
,039
x2_HargaEmasDunia
-,005
,002
x3_HargaMinyakDunia
-1,935
5,006
x1_KursRupiah
t
Sig.
Beta
3,502
,001
6,663
,000
-,239 -2,370
,022
-,039
,701
,670
1
-,386
Sumber: data sekunder diolah
Hasil hipotesis penelitian pengaruh Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia,
Harga Minyak Dunia terhadap IHSG secara parsial akan dibahas sebagai berikut:
55
a. Dari persamaan regresi diatas, dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari Kurs
Rupiah adalah sebesar 6,663 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung 6,663 maka
terdapat pengaruh positif signifikan antara variabel Kurs Rupiah terhadap
IHSG. Sehingga ketika Kurs Rupiah naik maka Indeks Harga Saham
Gabungan juga ikut mengalami kenaikan.
b. Dari persamaan regresi diatas, dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari
Harga Emas Dunia adalah sebesar -2,370 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,022. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t
hitung -2,370> t tabel (1,68) maka terdapat pengaruh negatif signifikan
antara variabel Harga Emas Dunia terhadap IHSG. Sehingga ketika Harga
Emas Dunia mengalami penurunan maka Indeks Harga Saham Gabungan
mengalami peningkatan.
c. Dari persamaan regresi diatas, dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari
Harga Minyak Dunia adalah sebesar -386 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,701. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t
hitung -0,386< t tabel (1,68) maka terdapat pengaruh negatif tidak
signifikan antara variabel Harga Minyak Dunia terhadap IHSG. Sehingga
ketika Harga Minyak Dunia mengalami kenaikan maka Indeks
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Kurs Rupiah, dan Harga
Emas Dunia, berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham sedangkan
variabel Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan.
56
Tabel 4.11Hasil Uji Koefisien Determinan
Model
1
R
R Square
,761
a
,579
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,550
343,87939
Sumber: data sekunder diolah
Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independent
dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2007).
Menunjukkan koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (Rsquare).
Nilai R menerangkan tingkat hubungan antar variabel variabel independen (X)
dengan variabel dependen (Y). Dari hasil olahan data diperoleh nilai koefisien
korelasi sebesar 55% artinya hubungan antara variabel X (Kurs Rupiah, Harga
Emas Dunia, dan Harga Minyak Dunia) terhadap variabel Y (IHSG).
R square menjelaskan seberapa besar variasi Y yang disebabkan oleh X,
dari hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,579 atau 57,9% artinya Indeks
Harga Saham Gabungan dipengaruhi oleh variabel Kurs Rupiah, Harga Emas
Dunia, dan Harga Minyak Dunia. Sedangkan sisanya 42,1% dipengaruhi oleh
faktor faktor lain di luar model.
57
4.3. Interpretasi / Pembahasan
Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial variabel
Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, dan harga Minyak Dunia tidak berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sektor pertambangan. Hasil
pengujian hipotesis 1 samapi 3 dapat diuraikan sebagai berikut:
4.3.1. Kurs Rupiah (X1) berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (Y).
Adanya kenaikan atau penurunan setiap poin pada Kurs Rupiah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan .
Hasil analisis regresi untuk menguji pengaruh langsung variabel kurs
rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sebesar 6,663 dan memiliki Sig. t
sebesar 0,000 (0,000< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel kurs rupiah
memberikan pengaruh yang positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham
gabungan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditya Novianto
(2011) dan Budi Santoso (2013) yaitu ketika Kurs Rupiah mengalami peningkatan
maka Indeks Harga Saham Gabungan juga mengalami peningkatan.
4.3.2. Harga Emas Dunia (X2) berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (Y).
Adanya kenaikan atau penurunan setiap poin pada Harga Emas Dunia
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan .
58
Hasil analisis regresi untuk menguji pengaruh langsung variabel Harga
Emas Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sebesar -2,370 dan
memiliki Sig. t sebesar 0,022 (0,022< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
variabel kurs rupiah memberikan pengaruh yang positifrelatifkecil dan signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Budi Sutanto (2013) yaitu jika Harga Emas Dunia mengalami
peningkatan maka Indeks Harga Saham Gabungan mengalami penurunan.
4.3.3. Harga Minyak Dunia (X3) tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
Adanya kenaikan atau penurunan setiap poin pada Harga Minyak Dunia
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan .
Hasil analisis regresi untuk menguji pengaruh langsung variabel Harga
Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sebesar -0,386dan
memiliki Sig. t sebesar 0,701 (0,701> 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
variabel kurs rupiah memberikan pengaruh negatif sekaligus tidak signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Willy (2013) yaitu ketika Harga Minyak Dunia mengalami
penurunan maka Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah, harga
emas dunia, harga minyak dunia dengan dimensi kenaikan atau penuruan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia
(Periode tahun 2011-2014) dan untuk mengetahui variabel mana yang paling
berpengaruh. Dari rumusan masalah yang diajukan, maka analisis data yang telah
dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda maka diketahui bahwa
variabel Kurs Rupiah dan Harga Emas Dunia mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Sektor Pertambangan di
Bursa Efek Indonesia. Selain hal tersebut juga dapat disimpulkan bahwa bila
permintaan pasar internasional cukup elastis maka akan meningkatkan
cashflow perusahaan domestik yang kemudian meningkatkan hargas aham,
yang tercermin pada IHSG. Sebaliknya, jika emiten pertambangan membeli
produk dalam negeri dan memiliki hutang dalam bentuk dolar maka harga
sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang
tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi.
Hubungan antara saham dan kurs rupiah mempunyai hasil dan mekanisasi
yang searah.
59
60
2.
Dari hasil pengujian secara serempak dan secara parsial (uji T dan uji F)
ternyata hasil penelitian membuktikan bahwa semua variabel (kurs rupiah,
harga emas dunia, dan harga minyak dunia) secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Sektor
Pertambangan di Bursa Efek Indoneisa, namun secara parsial harga minyak
dunia sebagai variabel yang tidak signifikan terhadap IHSG, hal ini
dikarenakan fluktuatif harga minyak mentah dunia merupakan suatu indikasi
yang mempengaruhi pasar modal suatu negara. Secara tidak langsung
kenaikan harga minyak mentah dunia akan berimbas pada sektor dan impor
suatu
negara.
Naiknya
harga
minyak
dunia
menyebabkan
emiten
pertambangan mengalami penurunan.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan pada BAB IV, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG.
Meskipun IHSG banyak dijadikan rujukan oleh para investor untuk
mengamati pergerakan saham secara umum di Indonesia (Bisnis Indonesia,
2007), tetapi IHSG mempunyai kelemahan yaitu pergerakannya banyak
didorong oleh pergerakan saham-saham yang memiliki nilai kapitaslisasi
besar.
2. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data bulanan, untuk penelitian
selanjutnya dapat digunakan data harian sehingga mendapatkan hasil
penelitian yang lebih akurat. Selain itu pada penelitian ini pilihan indeks yang
61
digunakan adalah IHSG, mengingat keterbatasan yang sudah diuraikan di
atas, maka pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan indeks lain
semisal indeks LQ-45 sehingga mampu mendapatkan gambaran yang lebih
lengkap mengenai kondisi pasar modal di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aditiya Novianto. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar
Amerika/Rupiah (US$/Rp),Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang
Beredar (M2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 1999.1 – 2010.6. Semarang. Universitas Negeri
Semarang. Jurnal Ilmiah MahasiswaUniversitas Negeri Semarang. Vol 3, No 4,
5-10
Agung, Adrian. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak
Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow
Jones terhadap IHSG. Skripsi. Universitas Sriwijaya.
Budi Santoso, 2013. Analisis Pengaruh Ekonomi Makro, Indeks Dow Jones, dan
Indeks Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di BEI
Periode 2007-2011. Surabaya: Universitas Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya ,Vol 2, No 1, 2-9
Consuelo, dkk. 2008. Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Data harga emas dunia soft copy. Diambil pada tanggal 05 Maret 2015 dari
www.goldfixing.com
Data harga minyak dunia soft copy. Diambil pada tanggal 05 Maret 2015 dari,
www.finance.yahoo.com
Data nilai tukar rupiah terhadap US dollar tahun 2011-2014 soft copy. Diambil
pada tanggal 10 Maret 2015 dari, www. bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs
Data IHSG sektor pertambangan soft copy. Diambil pada tanggal 10 Maret 2015
dari, www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com.
Haniningsih, Luna. Modul11 Pasar Modal & Indeks Harga Saham. Diambil pada
tanggal 20 Maret 2015 dari, http://luna.haningsih.staff.mercubuana.ac.id/dl.php.
Hartono, Yogiyanto. 2009. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Cetakan
Keenam,Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Ishomudin. 2010. Analisis pengaruh variabel makroekonomi dalam dan luar
negeri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode
1999.1- 2009.12 (Analisis Seleksi Model OLS-ARCH/GARCH) . Skripsi,
Universitas Diponegoro.
M. Sadli 2005. Iklim Investasi Sektor Pertambangan Tidak Kondusif. Business
News, Senin, 26 September 2006. Diambil pada tanggal 20 Juni 2014 di
kolom.pacific.net.id/ind/prof_m._sadli/artikel_prof_m._sadli/iklim_investasi_s
ektor_pertambangan_tidak_kondusif.html.
Pratikno, Dedy. 2009. Analisis Pengaruh nilai tukar rupiah, inflasi, SBI dan
Indeks Dow Jones terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Weke Bakar, Samadi. 2010. Manajemen Risiko & Asuransi. Diktat Materi Kuliah
Universitas Sriwijaya.
Widoatnojo, Sawidji. 2009. Teknik Numerik Keuntungan Di Bursa Efek, Jakarta :
Rineka Cipta.
Willy., 2013. Pengaruh Harga Minyak Mentah, Gas Bumi, Batubara, Emas,
Timah, Interest rate Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Di
Bursa Efek Indonesia.Bandung: Universitas Padjajaran. Journal of
Management and Collaboration,Vol 1, No 6, 39-61.
Yuliani. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan saham pada sektor
pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Universitas Indonesia.
_____.2010. Perkiraan harga emas hingga akhir tahun 2012. Diambil pada tanggal
10 Januari 2015 dari, http//www.mbemas.com.www.google.com. Diakses pada
tanggal 10 Januari 2015.
www.useconomic.com. Diakses pada tanggal 25 Maret 2015.
Lampiran 1
Data Olah
Bulan Data
Jan-11
Feb-11
Mar-11
Apr-11
Mei-11
Jun-11
Jul-11
Agust-11
Sep-11
Okt-11
Nop-11
Des-11
Jan-12
Feb-12
Mar-12
Apr-12
Mei-12
Jun-12
Jul-12
Agust-12
Sep-12
Okt-12
Nop-12
Des-12
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
Mei-13
Jun-13
Jul-13
Agust-13
Sep-13
Okt-13
Nop-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
Mei-14
Jun-14
Jul-14
Agust-14
Sep-14
Okt-14
Nop-14
Des-14
IHSG
3.409,17
3.470,35
3.678,67
3.819,62
3.836,97
3.888,57
4.130,80
3.841,73
3.549,03
3.790,85
3.715,08
3.821,99
3.941,69
3.985,21
4.121,55
4.180,73
3.832,82
3.955,58
4.142,34
4.060,33
4.262,56
4.350,29
4.276,14
4.316,69
4.453,70
4.795,79
4.940,99
5.034,07
5.068,63
4.818,90
4.610,38
4.195,09
4.316,18
4.510,63
4.256,44
4.212,22
4.418,76
4.620,22
4.768,28
4.840,15
4.893,91
4.878,58
5.088,80
5.136,86
5.137,58
5.089,55
5.149,89
5.160,43
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Kurs Jual
9.102,00
8.867,00
8.753,00
8.617,00
8.580,00
8.640,00
8.551,00
8.621,00
8.867,00
8.879,00
9.216,00
9.113,00
9.045,00
9.130,00
9.226,00
9.236,00
9.613,00
9.527,00
9.532,00
9.608,00
9.636,00
9.663,00
9.653,00
9.718,00
9.746,00
9.715,00
9.768,00
9.771,00
9.851,00
9.979,00
10.329,00
10.979,00
11.671,00
11.290,00
12.037,00
12.250,00
12.287,00
11.692,00
11.461,00
11.590,00
11.669,00
12.029,00
11.649,00
11.776,00
12.273,00
12.142,00
12.257,00
12.502,00
Kurs Rupiah
Kurs Beli
Rp
9.012,00
Rp
8.779,00
Rp
8.665,00
Rp
8.531,00
Rp
8.494,00
Rp
8.554,00
Rp
8.465,00
Rp
8.535,00
Rp
8.779,00
Rp
8.791,00
Rp
9.124,00
Rp
9.023,00
Rp
8.955,00
Rp
9.040,00
Rp
9.134,00
Rp
9.144,00
Rp
9.517,00
Rp
9.433,00
Rp
9.438,00
Rp
9.512,00
Rp
9.540,00
Rp
9.567,00
Rp
9.557,00
Rp
9.622,00
Rp
9.650,00
Rp
9.619,00
Rp
9.670,00
Rp
9.673,00
Rp
9.753,00
Rp
9.879,00
Rp
10.227,00
Rp
10.869,00
Rp
11.555,00
Rp
11.178,00
Rp
11.917,00
Rp
12.128,00
Rp
12.165,00
Rp
11.576,00
Rp
11.347,00
Rp
11.474,00
Rp
11.553,00
Rp
11.909,00
Rp
11.533,00
Rp
11.658,00
Rp
12.151,00
Rp
12.022,00
Rp
12.135,00
Rp
12.378,00
Harga
Avg
Minyak Dunia
9.057,00
89,34
8.823,00
97,88
8.709,00
105,40
8.574,00
113,93
8.537,00
100,59
8.597,00
91,16
8.508,00
95,70
8.578,00
85,37
8.823,00
79,20
8.835,00
93,32
9.170,00
96,77
9.068,00
98,83
9.000,00
99,56
9.085,00
109,77
9.180,00
103,02
9.190,00
104,93
9.565,00
90,86
9.480,00
84,96
9.485,00
90,13
9.560,00
96,47
9.588,00
92,19
9.615,00
86,28
9.605,00
88,91
9.670,00
91,82
9.698,00
95,88
9.667,00
93,13
9.719,00
97,23
9.722,00
93,00
9.802,00
91,97
9.929,00
96,56
10.278,00
104,70
10.924,00
107,65
11.613,00
102,87
11.234,00
97,85
11.977,00
92,72
12.189,00
98,42
12.226,00
97,49
11.634,00
102,59
11.404,00
101,60
11.532,00
100,60
11.611,00
102,71
11.969,00
105,74
11.591,00
102,09
11.717,00
95,96
12.212,00
93,54
12.082,00
80,54
12.196,00
66,15
12.440,00
54,73
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Jual
490.000,00
517.000,00
495.500,00
470.000,00
460.000,00
450.000,00
438.000,00
491.000,00
465.000,00
480.000,00
505.000,00
465.000,00
490.000,00
517.000,00
494.000,00
489.000,00
481.000,00
473.000,00
485.000,00
491.000,00
521.000,00
507.000,00
512.000,00
465.000,00
490.000,00
470.000,00
460.000,00
450.000,00
438.000,00
438.000,00
438.000,00
480.000,00
484.000,00
474.000,00
470.000,00
464.000,00
479.000,00
476.000,00
474.000,00
473.000,00
472.000,00
490.000,00
490.000,00
491.000,00
485.600,00
467.000,00
461.000,00
472.000,00
Harga Emas Dunia
Beli
Rp 552.000,00
Rp 574.000,00
Rp 508.500,00
Rp 495.000,00
Rp 490.000,00
Rp 480.000,00
Rp 478.000,00
Rp 531.000,00
Rp 485.000,00
Rp 555.000,00
Rp 567.000,00
Rp 530.000,00
Rp 552.000,00
Rp 575.000,00
Rp 556.000,00
Rp 545.000,00
Rp 536.000,00
Rp 535.000,00
Rp 545.000,00
Rp 551.000,00
Rp 551.000,00
Rp 537.000,00
Rp 542.000,00
Rp 510.000,00
Rp 552.000,00
Rp 520.000,00
Rp 505.000,00
Rp 490.000,00
Rp 478.000,00
Rp 478.000,00
Rp 478.000,00
Rp 535.000,00
Rp 539.000,00
Rp 510.000,00
Rp 510.000,00
Rp 484.600,00
Rp 499.600,00
Rp 516.000,00
Rp 514.000,00
Rp 513.000,00
Rp 512.000,00
Rp 530.000,00
Rp 530.000,00
Rp 531.000,00
Rp 525.000,00
Rp 507.000,00
Rp 481.000,00
Rp 492.000,00
Avg
521.000,00
545.500,00
502.000,00
482.500,00
475.000,00
465.000,00
458.000,00
511.000,00
475.000,00
517.500,00
536.000,00
497.500,00
521.000,00
546.000,00
525.000,00
517.000,00
508.500,00
504.000,00
515.000,00
521.000,00
536.000,00
522.000,00
527.000,00
487.500,00
521.000,00
495.000,00
482.500,00
470.000,00
458.000,00
458.000,00
458.000,00
507.500,00
511.500,00
492.000,00
490.000,00
474.300,00
489.300,00
496.000,00
494.000,00
493.000,00
492.000,00
510.000,00
510.000,00
511.000,00
505.300,00
487.000,00
471.000,00
482.000,00
Regression
[DataSet1] G:\plan b\olah data.sav
Descriptive Statistics
Mean
Y_IHSG
Std. Deviation
4349,4748
x1_KursRupiah
x2_HargaEmasDunia
x3_HargaMinyakDunia
N
512,83387
48
10159,7500
1305,72285
48
499466,6667
23341,43730
48
95,0440
10,30276
48
Correlations
Pearson Correlation
Y_IHSG
x1_KursRupia
h
x2_HargaEma
sDunia
1,000
,721
-,371
Y_IHSG
x1_KursRupiah
Sig. (1-tailed)
N
,721
1,000
-,185
x2_HargaEmasDunia
-,371
-,185
1,000
x3_HargaMinyakDunia
-,198
-,170
,188
.
,000
,005
Y_IHSG
x1_KursRupiah
,000
.
,103
x2_HargaEmasDunia
,005
,103
.
x3_HargaMinyakDunia
,089
,124
,100
Y_IHSG
48
48
48
x1_KursRupiah
48
48
48
x2_HargaEmasDunia
48
48
48
x3_HargaMinyakDunia
48
48
48
Correlations
x3_HargaMiny
akDunia
Pearson Correlation
Y_IHSG
-,198
x1_KursRupiah
-,170
x2_HargaEmasDunia
,188
x3_HargaMinyakDunia
Sig. (1-tailed)
Y_IHSG
,089
x1_KursRupiah
,124
x2_HargaEmasDunia
,100
x3_HargaMinyakDunia
N
1,000
.
Y_IHSG
48
x1_KursRupiah
48
x2_HargaEmasDunia
48
x3_HargaMinyakDunia
48
a
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables
Entered
Variables
Removed
x3_HargaMiny
akDunia,
x1_KursRupia
h,
x2_HargaEma
sDunia b
Method
.
Enter
a. Dependent Variable: Y_IHSG
b. All requested variables entered.
Page 1
b
Model Summary
Change Statistics
Model
1
R
Adjusted R
Square
R Square
a
,761
,579
Std. Error of
the Estimate
,550
R Square
Change
343,87939
F Change
,579
df1
20,177
3
b
Model Summary
Change Statistics
Model
1
df2
Sig. F Change
44
,000
a. Predictors: (Constant), x3_HargaMinyakDunia, x1_KursRupiah, x2_HargaEmasDunia
b. Dependent Variable: Y_IHSG
a
ANOVA
Model
1
Sum of
Squares
df
Mean Square
Regression
7157799,725
3
2385933,242
Residual
5203133,467
44
118253,033
Total
12360933,19
47
F
Sig.
20,177
b
,000
a. Dependent Variable: Y_IHSG
b. Predictors: (Constant), x3_HargaMinyakDunia, x1_KursRupiah, x2_HargaEmasDunia
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
x1_KursRupiah
Std. Error
Beta
4483,440
1280,258
,263
,039
t
Sig.
3,502
,001
,670
6,663
,000
x2_HargaEmasDunia
-,005
,002
-,239
-2,370
,022
x3_HargaMinyakDunia
-1,935
5,006
-,039
-,386
,701
Coefficientsa
Correlations
Model
1
Zero-order
Partial
Part
(Constant)
x1_KursRupiah
,721
,709
,652
x2_HargaEmasDunia
-,371
-,336
-,232
x3_HargaMinyakDunia
-,198
-,058
-,038
a. Dependent Variable: Y_IHSG
Residuals Statistics a
Predicted Value
Residual
Minimum
Maximum
Mean
3750,5710
5119,0938
4349,4748
Std. Deviation
390,24814
N
48
-796,74347
641,06219
,00000
332,72356
48
Std. Predicted Value
-1,535
1,972
,000
1,000
48
Std. Residual
-2,317
1,864
,000
,968
48
a. Dependent Variable: Y_IHSG
Page 2
Charts
Histogram
Dependent Variable: Y_IHSG
Mean = 2,04E-15
Std. Dev. = 0,968
N = 48
8
Frequency
6
4
2
0
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Page 3
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y_IHSG
1,0
Expected Cum Prob
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
Observed Cum Prob
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES_1
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
[DataSet1] G:\plan b\olah data.sav
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N
48
Normal Parameters a,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute
,0000000
332,7235600
,065
Positive
,046
Negative
-,065
Kolmogorov-Smirnov Z
,448
Asymp. Sig. (2-tailed)
,988
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Page 4
Download