HAND OUT PERKULIAHAN SPAU

advertisement
HAND OUT PERKULIAHAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Nama PT
Kelompok MK
Nama MK/ Kode
Pertemuan
Jumlah SKS
Pokok Bahasan
Dosen
: UPI Kampus Tasikmalaya
: Mata Kuliah Umum (MKU)
: SPAI/ KU 300
: 1,2,3
: 2 SKS
: Ekonomi dalam Konteks Islam
: Syarif Hidayat, M.Pd, MA.
H.
URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN
a. EKONOMI DALAM KONTEKS ISLAM
1. Mu’amalah Sebagai Aspek Sosial Ajaran Islam
Mu’amalah adalah ajaran islam yang menyangkut aturan-aturan
dalam menata hubungan antara sesama manusia agar tercipta keadilan
dan kedamaian dalam kebersamaan hidup manusia. Aspek Mu’amalah ini
merupakan bagian yang prisipal dalam islam karena dengannyalah
kehidupan bersama manusia ditata agar tidak terjadi persengketaan
dalam mengadakan kontak sosial antara satu pihak dengan pihak lain di
masyarakat. Sesuai dengan sabda Rosululloh SAW:
“ Agama itu adalah Mu’amalah “
2. Konsep Dasar Mu’amalah
Manusia menurut ajaran islam adalah Khalifah di muka bumi
bertugas menata kehidupan sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian
dalam hidup ditangan manusia yang dinamis.
Kehidupan yang damai tidak serta-merta tetapi diciptakan dan di
rancang. Oleh Karena itu, perlu diciptakan perangkat-perangkat dan
aparat-aparat untuk menciptakan perdamaian tersebut. Keadilah adalah
modal utama untuk terciptanya kondisi damai dan stabilitas ditengan
masyarakat, sebab dengan keadilan manusia secara individual akan
merasa tentram dan damai. Oleh karena itu untuk menciptakan
kedamaian, keadilan harus di tegakkan sekalipun dipaksakan melalui
berbagai sanksi-sanksi dan hukuman juga peraturan-peraturannya yang
tegas dan rambu-rambu yang jelas sehingga setiap orang mengetahui
mana hak dia dan boleh di langgar.
b. LANDASAN PEMIKIRAN PEREKONOMIAN ISLAM
1. Falsafah Ekonomi Islam
Kunci falsafah ekonomi islam terletak pada hubungan manusia
dan tuhan, hubungan manusia dengan alam semesta serta tujuan
hidupnya dimuka bumi. Islam menetapkan bahwa alam semesta dengan
segala sumber daya dan tenaga yang dikandungnya disediakan Allah
SWT bagi manusia untuk dimanfaatkan, tetapi semua itu adalah milik
Allah semata-mata ( Siddiqi, 1986 ).
Islam menetapkan bahwa kehidupan harus dilakukan dengan
wajar, bekal yang cukup dari sumber kehidupan yang dibutuhkan harus
1
disiapkan agar manusia dapat bertahan dan mencapai tarap kehidupan
yang lebih baik.
2. Kegiatan Dan Pengembangan Perekonomian
Dasar Falsafah ekonomi membuka perspektip yang baik bagi
kegiatan ekonomi. Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist Rosul yang
menunjukan bahwa pertanian, perdagangan, perniagaan, industri, dan
berbagai bentuk kegiatan produktif di anjurkan yang terpenting dalam
melaksanakannya semua itu. Semua adalah motivasi atau niat dan motif
yang benar, ikhlas Lillahi ta’ala, menegakkan kebenaran dan memberi
manfaat kepada manusia, maka semua kegiatan ekonomi itu merupakan
amal ibadah. Sabda Rosululloh SAW:
“ Segala amal-amalan itu tergantung niatnya. Bagi setiap orang
hanyalah apa yang diniatkannya. “
Tujuan dalam usaha ekonomi bersifat pribadi atau kepentinagn
social. Tujuan pribadi yang diperbolehkan ( sah ) termasuk antara lain
pemenuhan kebutuhan pribadi dan manusia. Memenuhi kebutuhan
minimal untuk mempertahankan kehidupan pada dasarnya adalah
kewajiban. Tidak ada batas maksimum yang ditetapkan dalam jumlah
kepemilikannya, tapi kesederhanaan dalam pemenuhan kebutuhan
pribadi lebih di utamakan, sedangkan keserakahan, kebakhilan dan
keinginan berlebihan untuk mencapai kesenangan dan kemewahan
adalah tercela ( siddiq. 1986: 16 )
3. Prinsip-prinsip Dalam Penataan Ekonomi Islam
Dalam membentuk system perekonomian, islam telah
menetapkan prinsip-prinsip yang mesti dijadikan acuan dalam
melaksanakannya. Prinsip-prinsip itu diantaranya:
a. Harta yang baik merupakan tulang punggung kehidupan.
b. Setiap orang yang mampu dan punya potensi untuk bekerja, mesti
bekerja dan mencari penghasilan.
c. Sumber-sumber alami perlu dicari dan segala materi dan energi yang
ada perlu dimanfaatkan.
d. Sumber-sumber pemasukan tidak boleh diperoleh dari usaha yang
tidak baik.
e. Kegiatan ekonomi harus mendekatkan antara berbagai lapisan
masyarakat yang berbeda-beda
f. Perlu ada jaminan social bagi setiap warga dan perlindungan atas
kehidupan dan ada usaha untuk memberikan kesenangan dan
ketenangan bagi mereka.
g. Mendorong pengeluaran dan infak dalam kebajikan.
h. Harta ditetapkan sebagai barang terhormat.
i. System transaksi material disusun berdasarkan aturan yang adil.
j. Negara bertanggung jawab melindungi berjalannya system
perekonomian.
c. MASALAH PEMILIKAN
1. Pemilikan Pribadi Menurut Islam
Islam mengakui pemilikan harta pribadi, baik laki-laki maupun
perempuan, anak-anak maupun dewasa.
“ Laki-laki memiliki bagian dari apa yang diusahakannya dan perempuan
memiliki bagian dari apa yang diusahakannya.” ( Q.S. An-Nisa/4:32 ).
2
Tentang pembelaan atas harta milik, Rosululloh SAW Bersabda
“ Barang siapa terbunuh dalam rangka mempertahankan hartanya, maka
Ia telah mati Syahid “ ( HR, Syaikhani ).
Mengikuti hak pemilikan adalah hak pengelolaan, penggunaan, dan
pengembangan harta oleh pemilik dengan syarat dilakukan dengan caracara yang baik dan halal serta sesuai dengan ketentuan-ketentuan
agama. Oleh karena itu, usaha mendapatkan kekayaan, pemanfaatan
dan penyaluran mesti tunduk pada ketentuan-ketentuan dan mesti
mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkannya. Islam menetapkan
bahwa pada hak milik perorangan, terdapat kewajiban tertentu terhadap
orang lain sehingga kepemilikan harta dalam islam tidak absolut.
Seseorang memiliki pemilikan pribadi atas harta tidak terbatas selama
diperoleh dengan cara-cara yang dibenarkan syariat. Selain itu ada pula
pemilikan bersama kedua pemilikan tersebut dibiarkan untuk ditentukan
sesuai ketentuan syariat berdasarkan kebutuhan dan keadaan agar tidak
berkesan kaku.
2. Sumber-sumber Pemilikan
Seseorang dapat memiliki harta melalui berbagai sumber seperti
melalui hasil usaha sendiri dengan berbagai usaha, warisan atau
pemberian yang dapat berupa hibah, hadiah, sodaqoh, infaq, mahar,
iqtha. Islam memperbolehkan seseorang untuk berusaha dan mengelola
hartanya selama tidak ada aturan agama yang melarang dan dilakukan
jujur dan dengan cara yang halal.
3. Usaha Yang Dilarang
Islam melarang pemilikan harta yang diperoleh melalui usaha
yang tidak memberikan kemaslahatan pada umum atau yang
menimbulkan kerusakan dan kebinasahan seperti
a. Riba ( keuntungan atau kelebihan yang ditetapkan dalam transaksi
utang- piutang ).
b. Pencurian, perampokan, korupsi, mengambil hak orang lain,
mengambil umum hak orang lain, mengambil milik umum yang bukan
hak.
c. Perdagangan-perdagangan barang yang merusak kesehatan dan
kewarasan pikiran dan barang-barang yang diharamkan agama,
minuman yang memabukan, berdagang lotre.
d. Perdagangan secara licik dalam bentuk:
 Ihtikar (menimbun barang) kebutuhan pokok yang banyak.
Membeli barang sebanyak-banyaknya sewaktu barang masih
murah kemudian disimpan dan ditahan sehingga barang itu habis
dipasaran. Pengeluaran barang diatur sedemikian rupa sedikit
demi sedikit sehingga harga barang pun semakin naik.
 Manipulasi (Ghasy) seperti menyembunyikan aib barang,
mengurangi takaran dan timbangan.
 Bersumpah atas barang dagangan, agar pembeli percaya dan
setuju atas penawarannya.
 Iklan yang menipu dan promosi yang tidak jujur.
d. MASALAH TRANSAKSI
Islam sangat menghormati perjanjian dan transaksi yang dibuat antar
manusia. Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang
3
yang terkait dengan perjanjian dan transaksi agar menghormati dan
memeliharanya, meskipun kepada non-muslim. Allah Berfirman:
“ Wahai orang-orang yang beriman tunaikanlah transaksi-transaksi yang
telah kalian perbuat (Qs.. Al-Maidah 5:1).
Transaksi dalam kegiatan Ekonomi dapat berupa:
 Transaksi jual beli
 Transaksi utang-piutang
 Transaksi sewa-menyewa
 Transaksi upah mengupah.
1. Transaksi Jual Beli
Pemilik harta, baik laki-laki maupun perempuan kecuali anak-anak
dan Sufaha punya hak untuk melakukan penjualan dan pertukaran
barang miliknya. Yang terpenting transaksinya dilakukan dengan jujur da
terbebas dari eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah.
a. Ketentuan dalam transaksi Jual-Beli
Bila transaksi sudah dilakukan dengan seseorang, maka orang lain
tidak boleh mengintervensi dan melakukan transaksi kedua.
Mempertimbangkan pilihan ( Khiyar) dibolehkan dalam transaksi jual
beli dengan ketentuan yang ditetapkan.
Transaksi dagang hanya boleh dilakukan untuk barang yang sudah
ada dan dapat dikenali segala identitasya.
Bersumpah dalam transaksi dagang tidak diperbolehkan.
Dalam transaksi Jual beli di anjurkan ada saksi.
b. Khiyar dalam Jual-Beli
Ada 3 jenis Khiyar, yaitu:
Khiyar Majlis. hak pilih bagi si pembeli setelah transaksi terjadi
selama mereka ( penjual dan pembeli )masih berada ditempat
terjadi transaksi.
Khiyar Syarat. hak pilih bagi si pembeli yang dipersyaratkan waktu
melakukan transaksi dan disetujui oleh si penjual.
Khiyar ‘Aibi. Hak pilih bagi si pembeli disebabkan ada cacat pada
barang, atau ada yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan
pada apa yang ditransasikan.
2. Transaksi Utang Piutang
Utang piutang adalah bagian dari interaksi social umat manusia.
Beberapa petunjuk islam tentang utang piutang.
Mengutangkan ( memberi pinjaman ) kepada orang lain adalah merupakan
suatu kebajikan.
Sabda Rosululloh SAW:
“ Tiada seseorang mukmin yang menghutangkan kepada mukmin
lain dengan dua kali utangan kecuali seperti Ia telah bersedekah 1
kali.”
Transaksi utang-piutang hendaklah dicatat dan dipersaksiakn dengan 2
orang saksi yang adil. Allah memerintahkan kepada pihak yang mengutang
untuk mencatatnya.
“ Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu bertransaksi
secara tidak tunai untuk waktu yang tidak ditentukan hendaklah kamu
menuliskannya…..dan persaksikanlah dengan 2 orang saksi laki-laki
diantara kamu. Bila tidak ada 2 orang laki-laki, maka boleh seorang
4
laki-laki dan 2 orang perempuan yang kamu setujui. (Q.S. Al-baqarah
/2:28 ).
Tidak boleh mencari keuntungan dari utang. Oleh karena itu islam melarang
praktek Riba.
‘ Setiap utang yang mencari keuntungan adalah Riba “.
Allah dan rosulnya sangat keras dalam melarang perbuatan Riba.
“ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,
orang-orang yang mengulangi mengambil riba, maka orang itu adalah
penghuni neraka. Mereka kekal di alamnya. ( Q.S. Al-baqarah/2:275 ).
Orang yang mengutang dianjurkan untuk memberikan kelebihan pembayaran
utang secara sukarela. Sabda Rosululloh:
“ Sebaik-baiknya kamu adalah yang paling baik dalam
mengembalikan bayaran utangnya.
Memberikan jaminan (borg) atas utang dengan menggunakan barang atau
surat-surat berharga adalah boleh, sebagai peneguh kepercayaan dan niat
baik dari si pengutang.
5
DAFTAR PUSTAKA
Budi Munawar Rachman, ( 1996 ), Islam Doktrin Sejarah dan Peradaban,
Bandung : Mizan.
Didin Hafiduddin, ( 2002 ), Panduan zakat, Jakarta : Republika.
M. Quraish Shihhab, ( 1996 ), Wawasan Al-Quran, Bandung : Mizan.
Muthahhari, Murtadha ( 1993 ), Pandangan Islam tentang Asuransi dan Riba,
terjemahan, Bandung : Pustaka Hidayah.
Saefudin, A.M, Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta : ditbinperta Dirjen
Bimas Depag, R.I., 1986.
Taupik Abdullah dkk. ( 2001 ), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, ( Jilid ), PT.
Ikhtiar Baru Van Hoeve
6
HAND OUT PERKULIAHAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Nama PT
Kelompok MK
Nama MK/ Kode
Pertemuan
Jumlah SKS
Pokok Bahasan
Dosen
: UPI Kampus Tasikmalaya
: Mata Kuliah Umum (MKU)
: SPAI/ KU 300
: 4,5,6
: 2 SKS
: Keadilan dalam Hukum Islam
: Syarif Hidayat, M.Pd, MA.
H.
URAIAN POKOK PERKULIAHAN
A.
Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dan di tempatkan di muka bumi ini
sebagai makhluk yang mulia. Kemuliaan manusia dibuktikan dengan perintah
Allah SWT kepada para malaikat untuk sujud kepadanya,menundukan dengan
apa yang ada dilangit dan dibumi dan mengangkatnya sebagai Khalifah di muka
bumi ini. Kemulian itu disempurnakan pula dengan cara membekalinya berbagai
potensi yang dapat digunakan untuk mengolah dan memakmurkan bumi secara
maksimal sehingga ia memperoleh kesejahteraan hidup lahir dan bathin.
Manusia ditempatkan di muka bumi dengan kemerdekaan penuh untuk berbuat
baik dan buruk. Untuk melastarikan kemanusiannya yang mulia itu dan
mewujudkan kesejahteraan hidupnya diperlukan adanya aturan yang menjamin
hak-hak dasarnya sebagai manusia. Hak-hak dasar manusia antara lain hak
hidup,hak kepemilikan,hak memelihara kehormatan ,hak kemerdekaan,hak
persamaan,dan hak menuntut ilmu pengetahuan.
Dalam Syariat Islam, jaminan terhadap hak-hak dasar manusia tertuang
dalam bahasan Jinayah, yaitu segala tindakanyang dilarang oleh syariat dan
harus dihindari, karena perbuatan tersebut menimbulkan bahaya yang nyata
terhadap agama,jiwa,akal,harga diri,dan harta benda.
B.
Tindakan Pidana yang Bersanksikan Hadd
A. Pengertian Hadd
Hudud adalah bentuk jamak dari kata hadd yang berarti “pembatas
antara dua hal agar salah satunya tidak bercampur dengan yang lain atau agar
salah satunya tidak melanggar yang lain”.
Dalam istilah syara hadd mempunyai arti umum dan khusus. Pengertian
had secara umum adalah hukum-hukum syara yang disyariatkan Allah SWT bagi
hamba-Nya yang berupa ketetapan hukum halal/haram. Hukum-hukum tersebut
dinamakan hudud karena membedakan antara jenis perbuatan yang boleh
dikerjakan dan tidak boleh dikerjakan dan tidak boleh dikerjakan antara yang
halal dan haram.
Adapun arti hudud secara khusus,yaitu hukuman-hukuman tertentu yang
ditetapkan oleh syara sebagai sangksi hukum terhadap perbuatan kejahatan
selain pembunuhan dan penganiayaan,seperti orang yang berzina,mencuri,dll.
B.Contoh kejahatan yang di ancam dengan hukuman hadd/hudud
7
Zina
1)
Pengertian zina
Zina adalah memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin
perempuan yang haram menurut zat perbuatannya,bukan karena subhat dan
perempuan itu mendatangkan sahwat.
2)
Dasar penetapan Hukum Zina
Yang dapat digunakan dalam menetapkan secara yakin menurut syara’ bahwa
orang itu telah berzina ada 2 macam,yaitu :
a.
4 orang saksi laki-laki yang semuanya adil
Ke 4 orang itu, memberikan kesaksian yang sama tentang tempat,waktu,pelaku
dan cara melakukannya.
b.
Pengakuan pelaku.
Hadd zina dapat dijatuhkan terhadap pelakunya, jika telah terpenuhi syaratsyarat berikut :
1)
Pelakunya sudah baligh dan berakal.
2)
Perbuatan zina dilakukan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa).
3)
Pelakunya mengetahui bahwa zina adalah perbuatan yang diancam
denga had.
4)
Telah diyakini secara syara’ bahwa yang bersangkutan benar telah zina
seperti yang tekah diterangkan sebelumnya.
3). Contoh macam Zina dan Hadd Hukumnya
Secara garis besar, hadd zina ada 2 macam,yaitu :
a.
Rajam
Jenis hukuman mati dengan cara dilempari batu sampai terhukum
meninggal dunia . Jika pelaku zina itu muhshan dalam hubungannya dengan zina
adalah seseorang yang telah memenuhi syarat berikut :
Merdeka,
Baligh/dewasa,
Berakal,
Pernah bercampur dengan suami / istri dalam perkawinan yang sah.
b.
Dera atau Taghrib
Dera adalah jenis hukuman yang berupa pencambukan terhadap kejahatan,
sedangkan taghrib ialah jenis hukuman yang berupa pengungsian ke suatu
tempat. Bentuknya yang sekarang adalah hukuman penjara. Jika pelaku zina itu
laki-laki ataupun perempuan merdeka belum pernah bercampur, haddnya adalah
didera 100 kali dan di asingkan selama 1 tahun.
Nabi bersabda :
Dari zaib bin Khalid al-Juhani, dia berkata : “saya mendengar Nabi menyuruh
agar orang yang berzina dan dia bukan muhshan, didera 100 kali dan diasingkan
1 tahun.” (H.R Bukhori)
2.2 Tindak Pidana yang Bersangsikan Qishash
A. Pengertian Qishash
Qishash adalah hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana,
yang jenis hukumannya sama dengan jenis perbuatan yang dilakukannya.
Menurut syara’ qishash adalah melakukan pembalasan yang sama (serupa)
terhadap perbuatan/pembunuhan/melukai /perusakan anggota badan /
menghilangkan manfaat anggota badan sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan.
B. Hukum Qishash
8
Sebagai bentuk hukuman bagi pelaku pembunuhan / pelaku
penghilangan manfaat / fungsi anggota badan, disyariatkan dalam islam.
Ketentuan mengenai qishash ini dijelaskan dalam AL-Qur’an
antara lain, Firman Alloh SWT dalam Surat Al-Maidah : 45 Artinya :
“Dan kami telah ditetapkan terhadap mereka di dalamnya ( At
Taurot) bahwasannya (jiwa dibalas jiwa,mata dengan mata,hidung dengan
hidung dan luka-luka pun dengan qishashnya.Barang siapa melepaskan (hak
qishash) akan melepaskan hak itu. (menjadi) penebus dosa baginya.Barang
siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Alloh, maka
mereka itu adalah orang-orang yang dzalim.” (QS.Al-Maidah : 45).
C. Macam-macam Qishash
Secara garis besar, Qisash terdapat 2 jenis :
1)
Qishash terhadap jiwa
2)
Qishash selain jiwa
Qisash terhadap jiwa adalah qisash yang berkaitan dengan tindak pidana
pembunuhan. Namum demikian, tidak semua tindak
pidana membawa
konsekuensi Qishas, mengingat pembunuhan ada 3 jenis :
1). Pembunuhan dengan sengaja
Pembunuhan dengan sengaja adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang mukallap terhadap seseorang yang darahnya dilindungi
dengan memakai alat yang pada galibnya dapat membuat orang mati.
2). Pembunuhan seperti di sengaja
Pembunuhan seperti disengaja adalah pembunuhan dilakukan
oleh mukallaf terhadap seseorang yang darahnya dilindungi, tetapi memakai
sarana yang pada galibnya tidak mematikan. Seperti memukul memakai tongkat
kecil,melempar dengan kerikil.dll. Dinamai pembunuhan seperti disengaja
karena pelaku tidak berniat untuk membunuh.
3). Pembunuhan tersalah atau kesalahan
Pembunuhan kesalahan adalah tindakan seorang mukallaf
karena kesalahan semata-mata, tanpa direncanakan dan tanpa maksud sama
sekali. Misalnya seorang melempar batu atau menembak burung akan tetapi
terkena orang kemudian meninggal.Hukuman bagi pelaku pembunuhan tersalah
ini tidak di Qishash melainkan diwajibkan membayar diyat Mukafallah yang harus
dibayar oleh keluarga pembunuh.
Adapun yang dimaksud dengan qishash selain jiwa adalah Qishash yang
berkaitan dengan hilangnya (cacatnya) anggota tubuh atau pelakuan. Hukuman
bagi pelaku adalah dihukum seperti ia melukai korban.
2.3 Ta’zir
Tindakan edukatif terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi
hadd dan kifaratnya / belum ditentukan syara’.Atau dengan kata lain, ta’zir
merupakan hukuman yang bersifat edukatif yang belum ditentukan oleh syara’
,melainkan
diserahkan
kepada
alil
amri,baik
penentuan
maupun
pelaksanaannya.
2.4 Hikmah disyari’atkannya hukuman hadd dan Qishash
Tujuan di syariatkannya hukuman Hadd dan Qishash dalam islam adalah:
9



Untuk menjamin terpeliharanya agama,jiwa,akal,harga diri,dan harta
benda manusia.
Dapat memelihara kemaslahatan , keamanan dan ketertiban pada
kehidupan manusia.
Upaya preventif agar kejahatan ,pertentangan dan permusuhan yang
mengundang pertumpahan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Munawar Rachman, (1996), Islam Doktrin Sejarah dan Peradaban,
Bandung : Mizan.
M. Quraish Shihhab, (1996), Wawasan Al-Quran, Bandung : Mizan.
Taupik Abdullah dkk. (2001), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jilid), PT. Ikhtiar
Baru Van Hoeve
10
HAND OUT PERKULIAHAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Nama PT
Kelompok MK
Nama MK/ Kode
Pertemuan
Jumlah SKS
Pokok Bahasan
Dosen
: UPI Kampus Tasikmalaya
: Mata Kuliah Umum (MKU)
: SPAI/ KU 300
: 7,8,9
: 2 SKS
: Mazhab- mazhab Fiqh dalam Islam
: Syarif Hidayat, M.Pd, MA.
H.
URAIAN POKOK PERKULIAHAN
A. Sekilas Tentang Mazhab Fikih
Mazhab menurut ulama fikih adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang
dijalani oleh seorang ahli Fiqih Mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain,
yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’, ini
adalah pengertian mazhab secara umum, bukan suatu mazhab khusus.
Mazhab menurut bahasa (arab) berarti jalan yang dilalui dan dilewati,
sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu
dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri
khasnya, maka maka, minum dan tidur bukan merupakan mazhab bagi
seseorang atau sekelompok orang. Menurut para ulama dan ahli yang
dinamakan Mazhab adalah Manhaj (metode) yang dibentuk setelah melalui
pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya
sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun
diatas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
Bermazhab berarti mengikuti Rosululloh melalui pemahaman fiqih yang
dikembangkan oleh imam mahzab. Di masa Nabi kaum muslimin tidak mendapat
kesulitan dalam memahami persoalan keagamaan, karena para sahabat dapat
bertanya langsung pada Nabi. Tapi setelah Nabi wafat, kaum muslim (dalam hal
ini: Tabi’in) sering mendapat kesulitan untuk mendapatkan satu fiqih karena para
sahabat Nabi mengambangkan Fiqihnya masing-masing.
Generasi kedua setelah sahabat Nabi adalah Tabi’in (pengikut sahabat
Nabi), kemudian disusul dengan generasi Tabi’i Al-Tabi’in (pengikut Tabi’in).
Pada masa Tabi’in Al-Tabi’in dan satu generasi sesudahnya itulah mazhabmazhab fiqih lahir. Lima mazhab fiqih yang dikenal sekarang ini, kelima mazhab
dapat terlembagakan karena dukungan para penguasa, selain tentunya
kegigihan para murid imam dalam mempopulerkan mazhabnya.
Sebenarnya tidak ada keharusan bermazhab dalam agama, demikian
juga tidak ada keharusan mengikuti mazhab empat. Yang menjadi kewajiban
adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dan dalil-dalil lainnya secara benar.
Tujuan sebenarnya mazhab Islam sejak dari dahulu ialah memudahkan
umat Islam mencapai ketaatan kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Setiap ajaran
Mazhab adalah berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah, oleh karena itu mengikuti
mazhab berarti mengikuti Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan tujuan dari Imam
Mazhab ialah menjelaskan kepada manusia apa yang telah difirmankan oleh
Allah SWT, apa yang di sabdakan oleh Rasululloh SAW dengan menggunakan
11
bahasa mudah dipahami oleh masyarakat umum karena kebanyakan ahli
masyarakat tidak mampu memahami dalil-dalil Al-Qur’an dan hadis secara
langsung.
B. Pengaruh Mazhab Di Kalangan Umat Islam
Bagi orang awam bermazhab adalah semata untuk memudahkan mereka
mengikuti ajaran agama, sebab mereka tidak perlu lagi mencari setiap
permasalahan dari sumber aslinya yaitu Al-Qur’an, hadist, ijma dll. Namun,
mereka cukup membaca ringkasan tata cara beribadah dari mazhab-mazhab
tersebut.
Pada zaman sekarang ini pengaruh mazhab ini sedemikian populer dan
kuat di kalangan Umat Islam, sehingga tidak satu komunitas pun yang
sebenarnya bebas mazhab. Ini karena agama yang dianut oleh komunitas
tertentu sudah pasti diambil atau dipengaruhi oleh salah satu mazhab yang ada.
Contohnya dalam masyarakat kita Indonesia, meskipun ada yang mengklaim
tidak menggunakan mazhab, namun dalam prektiknya tetap saja secara ritual
dan tata cara beribadah masyarakat kita cenderung mengikuti mazhab syafi’i,
karena melalui mazhab inilah masyarakat mengenal islam.
Dalam konteks kekinian, Islam mazhab sangat signifikan untuk
ditumbuhkembangkan. Berpijak pada islam semacam itu, umat islam Indonesia
dapat menjadi muslim sekaligus menjadi elemen inheren bangsa Indonesia serta
memiliki potensi besar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa.
Dalam bermazhab masyarakat perlu memperhatikan beberapa
batasannya. Pertama, ketaatan yang sebenarnya adalah kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah mazhab hanya berperan memudahkan ketaatan tersebut, bukan
menggantikannya. Kedua, mengikuti mazhab bukan berarti membebaskan diri
daripada sifat belajar dan mengkaji ini karena menuntut ilmu merupakan salah
satu kewajiban agama.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid, Sulaiman. 2007. Fiqih Islam : Sinar Baru Arg
Tim dosen Pendidikan Agama Islam, 2004. Islam dan Pencerahan Intelektualitas.
Bandung: Value Press
Hasan,Ali.2003.Perbandingan Mazhab.Jakarta: PT Raja Grafindo.
12
HAND OUT PERKULIAHAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Nama PT
Kelompok MK
Nama MK/ Kode
Pertemuan
Jumlah SKS
Pokok Bahasan
Dosen
: UPI Kampus Tasikmalaya
: Mata Kuliah Umum (MKU)
: SPAI/ KU 300
: 10,11,12
: 2 SKS
: Sejarah Kebudayaan dan Peradaban Islam
: Syarif Hidayat, M.Pd, MA.
H.
URAIAN POKOK PERKULIAHAN
A. Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad
Islam adalah tatanan dasar yang membentuk peradaban manusia yang
lebih humanis. Perkembangan sejarah peradabannya di mulai sejak Nabi
Muhammad saw berada di Mekkah hinga Madinah. Tahun 622 M dijadikan
pijakan awal tahun Hijrah Nabi memancarkan pilar peradaban islam setelah
terlebih dahulu memproklamirkan missi juang dan komitmen spritual (kerasulan)
di Mekkah di tengah kekuatan dan kekuasaan kaum Quraisy yang saat itu sulit
untuk dapat di kalahkan.
Islam lahir dan berkembang secara baik di dunia yang memiliki
kemampuan dan daya akomodatif terhadap perkembangan peradaban. Semula
Mekkah sebagai kota Metropolis dengan kekuatan kaum Quraisy menolak,
namun kemudian bersikap akomodatif . Madinah yang sebelumnya bernama
Yarsib , juga kota Metropolis tetapi dengan mudah menerima sekaligus
mengangkat Nabi Muhammad sebagai pemimpinnya. Sebagai kota Metropolis
Madinah menjadi lahan paling subur untuk menjadi fondasi peradaban ini. Nabi
pernah menerangkan fondasi ini di kota kecil yang bukan Metropolis , namun
keberadaannya tidak diterima , bertapapun religius penduduk kota itu. Bahkan
Nabi di usir dan di musuhi dengan kekerasan.
Kekuasaan yang berpusat di Madinah di bawah kepemimpinan Nabi
Muhammad saw dapat dengan mudah disebar luaskan. Masa kejayaan islam
ditandai dengan terbentangnya kekuasan islam mulai dari Spanyol yang memiliki
wilayah Barat sampai Indonesia dan Filipina dari wilayah Timur , dan dari Afrika
Tengah yang mewakili wilayah Selatan sampai ke Danau Aral dari wilayah Utara.
Sejarah peradaban islam , dibagi ke dalam beberapa priode : periode klasik ,
periode pertengahan , periode modern , dan pasca modern.
B. Periode Klasik : Zaman Kemajuan Peradaban Islam ( 650-1250 M )
Khalifah Rasyidah
Zaman ini adalah zaman kejayaan islam mulai dari ekspansi sampai
integrasi yang pada gilirannya melahirkan masa keemasan islam. Ekspansi
sudah mencapai hampir seluruh semenanjung Arab, ke wilayah Jazirah. Dalam
membangun peradaban , Abu Bakar menggalangkan kegiatan-kegiatan
intelektual yang menutunya mulai pudar. Setelah para sahabat intelektual
nerguguran merebut gelar syhid, padahal mereka adalah penghapal Al-Qur’an.
13
Mushaf yang ditulis beberapa sahabat pun terancam hilang. Untuk itu Abu Bakar
memerintahkan pengumpulan lembaran-lembaran Al-Qur’an ( mushaf ) tertulis
yang tersebar di kalangan sahabat. Upaya ini oleh Umar Ibn Al-Kattab dilanjutkan
dengan mengumpulkan manuskrif mushaf itu dan disimpan di Hafsah Binti Umar,
istri Rasulloh saw.
Peran khalifah Usman Ibn Affan dalam pembukuan Mushaf Al-Qur’an
sangat besar yakni menulis manuskrif dan mengadakannya untuk berbagai
kepentingan serta menyebarkannya ke Mekkah , Syam, Basrah, Mesir dan
Yaman , sementara Kitab induknya berada di Madinah sebagai Ibu Kota. Proyek
ini dilakukan oleh tim Panitia yang diketuai oleh Zaid Ibn Sabit.
Bani Umayyah
Pada masa khalifah Bani Umayya peradaban berkembang lebih besar
karena ekspansinya yang luas serta tercipta integrasi berbagai bangsa di bawah
naungan islam. Perhatian pemerintah pada bahasa arab sangat tinggi, sehingga
mendorong di bawah untuk menyusun Al-Kitab yang selanjutnya menjadi kitab
babon dalam soal tata bahasa arab.
Di bidang ekonomi, tahun 659 M Abdul Malik Ibn Marwan salah seorang
Khalifah Bani Umayyah mencetak mata uang pertama islam untu menggantikan
uang yang dipakai di wilayah-wilayah islam, yaitu mata uang Bizantium dan
Persia.
Masjid-masjid yang menjadi bukti peradaban zaman Bani Umayyah di
Damaskus yang semula merupakan bangunan katedral St. John, Masjid Hims
bekas gereja, Mesjid Al-Aqsa di Jerusalem dan di dekatnya oleh abdal Mallik di
bangun monumen terbaik dan terindah yaitu Qubbah Al-skahra (Done of The
Rock).
Bani Abbasiyah
Latar Belakang Berdirinya Abbasiyah (750-847 M – 132-232 H)
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang
dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd alRahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan
disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad.
Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan
pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib.
Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu
sekitar lima abad. Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani
Abbas. Akan tetapi karena kekuasaannya sangat singkat, Abu ja’far al-Manshur
(754-775 M) yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani
Abbas. Pada tahun 762 M, Abu ja’far al-Manshur memindahkan ibukota dari
Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan
Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti
Bani
Abbas
berada
di
tengah-tengah
bangsa
Persia.
Abu ja’far al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah,
digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah
mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad
sangatlah disegani oleh kekuasaan Byzantium.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan
14
kekuasaan dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri
dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad
saw. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun
132 H (750 M) s.d 656 H (1258
M).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola
pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbas menjadi lima
periode:
1.
2.
3.
4.
5.
Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode
pengaruh Persia pertama.
Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh
Turki pertama.
Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut
juga masa pengaruh Persia kedua.
Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan
dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas
dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar
kota Baghdad.
Kemajuan Dinasti Bani Abbas Setiap dinasti atau rezim mengalami fasefase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan,
fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase
itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggara
pemerintahan yang bersangkutan.
Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari
beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial.
Pada masing-masing bidang memiliki
kelebihan
dan
kekurangan.
1. Bidang Politik
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan
politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri
maupun dari luar. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan
kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di
Persia, gerakan Syi’ah dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran
keagamaan,
semuanya
dapat
dipadamkan.
2. Bidang Ekonomi
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan
di sector pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti
perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan
barat juga banyak membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang
penting.
3. Bidang Sosial
15
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah
Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan
yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah
sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah
terdapat paling tidak 800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian
juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman
khalifah ini, kesejahteraan social, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya.
Pemerintahan bani Umayah adalah pemerintahan yang memiliki wibawa yang
besar sekali, meliputi wilayah yang amat luas, mulai dari negeri sind dan berakhir
di negeri Spanyol. Ia demikian kuatnya sehingga apabila seseorang
menyaksikannya, pasti akan berpendapat bahwa usaha mengguncangkannya
adalah sesuatu yang tidak mudah bagi siapapun. Namun jalan yang ditempuh
oleh pemerintahan Bani Umayyah, meskipun ia dipatuhi oleh sejumlah besar
manusia yang takluk kepada kekuasaannya, tidak sedikitpun memperoleh
penghargaan dan simpati dalam hati mereka. Itulah sebabnya belum sampai
berlalu satu abad dari kekuasaan mereka, kaum Bani Abbas berhasil
menggulingkan singgasananya dan mencampakannya dengan mudah sekali.
C. Periode Pertengahan : Zaman Kemerosotan Citra Peradaban Islam
( 1250-1800 M).
Kemerosotan citra peradaban islam lebih disebabkan oleh situasi dan
kondisi politik umat islam sendiri. Di zaman ini terjadi peningkatan desentralisasi
dan disentegrasi pemerintahan , pertentangan antara sunni dan syi’ah dan
fanatisme kebangsaan antara Arab dan Persia. Dunia islam terpecah menjadi
dua bagian : yaitu Arab dan Persia. Umat islam stagnan ( jumud ) karena
meluasnya faham ijtihadtelah tertutup. Doktrin-doktrin yang mempertahankan
khazanah hukum lama menjadi umat pasif. Perhatian terhadap ilmu pengetahuan
berkurang drastis. Sebaliknya di pihak non-islam , Spanyol misalnya terus
meningkatkan kemampuan belajar berbagai ilmu pengetahuan dari umat islam.
Pada gilirannya setelah mereka kuat, cerdas, dan merasa kuat melawan, orangorang islam dipaksa keluar dari wilayah itu atau masuk kristen.
Namun masih ada peradaban yang tersisa pada periode ini masih tersisa
tiga kerajaan besar yaitu Kerajaan Usmani ( Ottoman Empire ) atau pengaku
kalifah Bani Abbas di Bagdad , Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal
di India.
Setelah kemunduran demi kemunduran dialami ketiga kerajaan besar di
atas , kekuatan politik dan militer umat islam melemah.
D. Periode Modern : Zaman Menegakkan Citra Peradaban Islam
(Mulai 1800 M).
Periode ini adalah periode lahirnya kesadaran umat islam atas
ketinggalannya dari Barat yang terus maju membangun peradaban dalam bidang
politik, ilmu pengetahuan, maupun teknologi. Kesadaran ini muncul setelah
berbagai kekejaman dan kehancuran serta penjajahan mendera berlahan dunia
umat islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menyadarkan dunia islam akan
kelemahannya. Ekspedisi Napoleon ke Mesir yang berakhir tahun 1801 M,
memaksa dunia islam untuk memelehkan mata, khususnya Mesir dan Turki.
16
Selain itu, Barat telah melahirkan peradaban baru yang menjadi ancaman bagi
umat islam. Karena itu, para raja dan ulama islam mulai memikirkan bagaiman
mengembalikan citra dan kekuatan islam yang dahulu telah mencapai kemajuan
di berbagai bidang. Kesadaran ini melahirkan gerakan pembaharu atau
moderenisasi dalam islam.
3.
Kebudayaan Islam
A. Konsep Kebudayaan Dalam Islam
A.L.Kroeber dan Clyde Kluckhohn, telah mengumpulkan kurang lebih 161
definisi tentang kebudayaan ( Musa Asy’arie. 1992:93 ). Secara garis besar,
definisi kebudayaan sebnyak itu dikelompokan ke dalam enam kelompok sesuai
dengan tinjauan dan sudut pandang masing-masing.
Kelompok pertama menggunakan pendekatan deskriptif dengan menekan
pada sejumlah isi yang terkandung di dalamnya seperti definisi yang dipakai oleh
Taylor bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan yang amat kompleks meliputi
ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-istiadat dan berbagai
kemampuan serta kebisaan yang diterima manusia sebagai anggota masyarakat.
Kelompok kedua menggunakan pendekatan historis dengan menekankan
pada warisan sosial dan tradisi kebudyaan seperti definisi yang dipakai oleh Park
dan Burgess yang menyatakan kebudayaan suatu masyrakat adalah sejumlah
totalitas dari organisasi dan warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang
bermakana yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa.
Kelompok ketiga menggunakan pendekatan normatif seperti yang dipakai
oleh Ralph Liton. Kebudayaan adalah suatu pandangan hidup dari sekumpulan
ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka pelajari, kemudian diwariskan dari
satu generasi ke generasi lain.
Kelompok keempat menggunakan pendekatan psikologi yang
menekankan pada aspek penyesuaian diri. Seperti yang dipakai oleh Klukhon
yang menegaskan bahwa kebudayaan terdiri dari semua kelangsungan proses
belajar suatu masyarakat.
Kelompok kelima menggunakan pendekatan struktural dengan
menekankan pada aspek pola dan organisasi kebudayaan. Seperti definisi
Turney , kebudayaan adalah perjuangan dan kesatuan aktifitas sadar manusia
yang berfungsi membentuk pla umum dan melangsungkan penemuan-penemuan
baik material maupun non material.
Kelompok keenam menggunakan pendekatan genetik yang memandang
kebudayaan seperti suatu produk, alat, benda-benda ataupun ide dan symbol.
Seperti yang dibuat oleh Bidney yaitu kebudayaan dapat dipahami sebagai
proses dinamis dan produk dari pengolahan dari manusia dan lingkungannya
untuk pencapaian akhir atau idividu dan masyrakat.
Dari berbagai tujuan dan sudut pandang menunjukan bahwa kebudayaan
itu suatu persoalan yang sangat luas. Namun esensinya kebudayaan itu melekat
dengan diri manusia. Artinya bahwa manusialah sebagai pencipta kebudayaan.
Kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi yaitu kebudayaan sebagai suatu proses
dan kebudayaan sebagai suatu produk.
Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi
kegiatan akal, hati, dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan.
Kebudayaan islam adalah hasil olah karya, budi, ciptarasa, karsa dan karya
manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Disini agama berfungsi untuk
17
membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beradab.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreatifitas manusia,
baik dalam konteks hubungan dengan sesamanya. Maupun dengan
lingkungannya , akal sehat terkait dengan kebudayaan orang lain. Kebudayaan
baru akan berhenti apabila manusia sudah tidak sanggup lagi menggunakan akal
budinya.
Missi utama kerasulan Muhammad saw adalah untuk memberikan
bimbingan pada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaannya
tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya : ’’
Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnkan akhlak”
Sebelum Nabi diutus Bangsa Arab sudah cukup berbudaya tetapi budaya
yang dikembangkan terlepas dari nilai-nilai ketauhidan yang bersifat universal.
Mengawali tugas Kerasulannya Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam.
Ketika dakwa islam tersebar ke seluru dunia , maka terjadilah suatu proses
panjang dan rumit yaitu asimilasi. Budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai
islam yang kemudian menghasilkan suatu peradaban yang universal :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menghormati Akal
Kewajiban Menuntut Ilmu
Larangan Taklid
Mengambil Insiatif
Menggunakan Hak-Hak Keduniaan
Akulturasi Nilai-Nilai Islam ke dalam Kehidupan Nyata
B. Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia.
Pada awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit
membedakan mana ajaran islam dan mana budaya Arab.
Sosok Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Rasul Allah dan harus di
ingat bahwa beliau adalah orang Arab. Dalam kajian budaya sudah tentu apa
yang ditampilkan dalam perilaku kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal.
Sedangkan nilai-nilai islam itu bersifat universal maka dari itu sangat
dimungkinkan apa yang di contoh oleh Nabi dalam hal Mu’amalah ada nuansanuansa budaya yang dapat kita aktualisasikan dalam kehidupan modern dan
disesuaikan dengan muatan budaya lokal masing-masing.
Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia, para penyiar agama
islam mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana
dilakukan oleh Para Wali di tanah Jawa. Karena kehebatan Para Wali Allah
dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa dan budaya setempat.
Lebih jauh lagi bahwa nilai-nila islam sudah menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Bahasa Al-Qur’an/Arab sudah
banyak diserap ke dalam bahasa daerah bahkan ke dalam bahasa Indonesia
baku.
Integrasi nilai-nilai Islam ke dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia
ternyata tidak sekedar masuk pada aspek budaya semata, tetapi sudah masuk
ke wilayah hukum. Contoh dalam hukum keluarga (Akhwalu Syahsiyah) masalah
waris, masalah pernikahan, dll.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang (1993). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran
Tentang Islam dan Umatnya. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Madhahiri, Husen. (2001). Pintar Mendidik Anak: Panduan Lengkap
Bagi Orang Tua, Guru, dan Masyarakat, berdasarkan Agama
Islam (Terjemahan). Jakarta: Tintamas.
Madjidi, Busyairi. (1997). Konsep Pendidikan Para Filsof Muslim.
Yogyakarta: al-amin Press.
Muchtar. (2005). Fikih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nahlawi, Abdurrahman. (……..). Prinsif dan Metode Pendidikan Islam
dalam Keluarga, Sekolah, dan di Masyarakat (Terjemahan Heri
Noer Ali. Bandung: Diponegoro.
Rahmat, Munawar. at, all. (2007). Bahan Belajar Mandiri KU 300/2
SKS/BBMI 1-6 Seminar Pendidikan Agama Islam. Bandung:
UPI Press.
Suresman, Edi. (2006). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta: Yayasan Pena Pendidikan Anak.
Tafsir, Ahmad. (2006). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Dosen PAI UPI. (2004). Islam Doktrin dan Dinamika Umat.
Bandung: Value Press.
---------------- (2004). Islam dan Pencerahan Intelektualitas. Bandung:
Value Press.
19
HAND OUT PERKULIAHAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Nama PT
Kelompok MK
Nama MK/ Kode
Pertemuan
Jumlah SKS
Pokok Bahasan
Dosen
: UPI Kampus Tasikmalaya
: Mata Kuliah Umum (MKU)
: SPAI/ KU 300
: 13,14
: 2 SKS
: IPTEKS dalam Pandangan Islam
: Syarif Hidayat, M.Pd, MA.
H.
URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN
A. SEKILAS TENTANG IPTEK
Satu abad terakhir ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia
dipimpin oleh peradaban Barat. Kesejahteraan dan kemakmuran materi yang
dihasilkan oleh perkembangan IPTEK modern tersebut membuat banyak orang
mengagumi dan meniru gaya hidup peradaban Barat tanpa diikuti sikap kritis
terhadap dampak negatif dan krisis yang ditimbulkannya.
Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan IPTEK yang lepas
dari nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai
bencana alam: Tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat
pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara
maju. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan
negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ oleh negara-negara
maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada
umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, Yang
lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu
pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita
itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan
kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba
budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap
begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti
Tuhan) yang dimasukkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media
komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular
kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk
bagi umat Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan
moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan
pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa
20
kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat
yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).
Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,
sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati,
memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata
lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan IPTEK.
Sedangkan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya
hanya untuk kepentingan duniawi. Maka Islam mementingkan pengembangan
dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada
Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi
untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh
alam (Rahmatan lil ’Alamin).
B.PROBLEMATIKA PARADIGMATIS
Peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi yang kini mendominasi di
segala aspek kehidupan di atas permukan bumi banyak dipengaruhi oleh cara
hidup yang kebarat-baratan. Secara spesifik dalam dunia pendidikan tersebut
dikembangkan dan direalisasikan oleh paradigma behaviorisme, yaitu suatu
paradigma yang tidak memberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan
aspek moralitas manusia secara utuh.
Behaviorisme menjelaskan manusia sesuai pada perilakunya yang diteliti
berdasarkan pengalaman. Yang menjadi akar permasalahan, yakni bahwa
manusia yang dikembangkan dalam pendidikan adalah manusia yang melucuti
dari ruhnya. Secara tegas Alloh swt menyatakan bahwa Dia meniupkan sebagian
ruh-Nya pada diri manusia. (Qs.15.29)
Paradigma behaviorisme mengembangkan proses dan strategi
pembelajaran menjadi bersifat mekanisitis, saintistik, materialistic dan
sekuleristik. Mekanistik berarti bahwa komunikasi edukatif bersifat mekanik,
kosong dari sentuhan-sentuhan yang lebih dalam dan mendasar bagi hakikat
manusia dan kemanusiawiannya. Saintisistik, berarti bahwa pendidikan
cenderung hanya mendewakan ilmu dan teknologi, dan ilmu dinetralkan dari nilai.
Matrealistik, berarti bahwa keberhasilan pendidikan cenderung lebih diukur
takaran kematerian dan keberhasilan proses pembelajaran diukur dengan
perilaku yang teramati secara nyata. Sedangkan yang dimaksud dengan
Sekuleristik adalah adanya pemotongan antara ilmu dan agama, sehingga
keduanya tidak pernah dan tidak boleh bertemu.
C. PARADIGMA TAUHID
Walaupun Al-Qur’an telah berusia 15 abad, tapi pendidikan yang dikelola
oleh orang islam di abad modern ini cenderung lebih banyak dikembangkan dari
paradifma behaviorisme kenyataan tersebut merupakan akibat dari kelengahan
dan keterlambatan para ahli pendidikan muslim dalam merancang teori
21
pendidikan islami secara utuh. Bahkan tidak jarang pengajaran agama islam pun
dikembangkan dengan cara pandang behaviorisme dimana tingkah laku lebih
berperan.
Pengkajian tentang pendidikan islam yang dilakukan oleh para ahli
pendidikan islam memang tidak cukup banyak tapi baru berkisar seputar kajian
mendasar (filosofi).
Konsep dasar Pendidikan Islam
a. Taklim (pengembangan kurikulum dan sitem intruksional)
Taklim merupakan konsep dasar pengembangan kurikulum dan
sitem intrusional. Ada tiga prinsip yang dikembangkan untuk kepentingan
tersebut, yaitu wahidiah, samiliah, dan tawazaniah
Pertama, wahdiah (integral) yakni bahwa pengembangan
kurikulum dan seluruh bagian yang ditentukan merupakan satu kesatuan
yang utuh, terutama dengan sistem nilai.
Kedua, syumuliah (komprehensif), yakni bahwa pengembangan
kurikulum dan system yang mengarahkan dan tidak bersifat sebagian.
Ketiga, tawazaniah (kesinambungan), yakni bahwa kurukulum dan
berbagai kompenen serta aspek dalam pembelajaran terjaadi secara
seimbang, dan diarahkan untuk mengembangkan berbagai unsur dasar
manusia (akliyah, ruhiyah, dan jismiyah) secara seimbang.
Konsep dan pprinsip-prinsip diatas tercakup adalah konsep ta’lim
dalam Al-Quran surat arrahman (55). Ada dua ta’lim di dalamnya yaitu
ta’lim Al-Quran dan ta’lim Al-Bayan.ta’lim Al-Quran menunjuk kepada
materi kewahyuan (ayat-ayat qauliyah) yang memuat semua wacana
global tentang semua haal.sedangkan ta’lim Al-Bayan menunjuk kepada
materi kajian manusia terhadap alam dan kehidupan (ayat-ayat Kauniah)
sebagai penjelasan (tafsir) bagi ayat-ayat kauliyah.ta’lim Al-Bayan
mencakup seluruh bidang dan disiplin ilmu yang di kembangkan oleh
manusia.
b. Tarbiyah (penataan dan pengembangan komunikasi edukatif)
Merujuk pada Qs.17:24, maka makna yang paling dominan dari
kata tarbiyah adalah kasih sayang. konsep tarbiyah ditempatkan sebagai
dasar untuk penataan dan pengembangan komunikasi edukatif dalam arti
seluas-luasnya.dalam kerangka paradigma tauhid, konsep ini merupakan
empat prinsip yaitu, rabbaniyah, rohmaniyah, rohimiyah, dan adaliyah.
1. Rabbaniah berarti, bahwa seluruh penampilan dan komunikasi
pendidikan senan tiasa dan terarah kepada nulai-nilai ilahiyah.
Rahmaniyah berarti, bahwa komunikasi pendidikan sepenuhnya
aktualisasi dari rasa kasih sayang, sehingga komunikasi
pendidikan benar-benar manusiawi tidak mekanistis.
2. Rahimiyah berarti, kasih saying secara sungguh. Jika dengan
prinsip rahmaniyah pendidik dituntut untuk menata situasi lahiriyah
kasih sayangnya. Maka dengan rahimiyah ini dituntut untuk
menata situasi batiniahnya. Artinya bahwa sikap, ucap, dan
tidakan kasih sayang yang dibaca oleh peserta didik itu bukan
perilaku yang palsu.
22
3. Adaliyah berarti, bahwa pendidik mampu menata komunikasi
pendidikannya secara adil, meskipun kasih sayang meliputi
seluruh upaya dan tidakan pendidikannya tidak berarti ia
memanjakan peserta didik, tidak berarti ia tidak menghukum.
c. Ta’dieb (Penataan situasi dan penataan edukatif)
Ta’dieb berarti penerapan adab dalam lingkungan kehidupan yang
sesungguhnya. Sebagai salah satu konsep dalam pendidikan, ta’dieb di sini
diletakan sebagai konsep dasar bagi penataan situasi dan lingkungan
edukatif. Konsep ini menyusun tiga prinsip yaitu, tathbiqiyah (implementatif),
nidhomiyah (sistematis) dan irsyadiyah (bimbingan).
1. Tathbiqiyah berarti bahwa lingkungan (keluarga, sekolah dan
masyarakat) itu harus menjadi tempat dimana terdidik belajar
mengimplementasikan pengetahuan dan nilai-nilai.pendidik adalah
rujukan nilai actual yang utama bagi peserta didik baik di lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat.
2. Nidhomiyah berarti bahwa upaya penataan lingkungan-lingkungan
tersubut bersifat sistematis. Dewasa ini, lingkungan manapun
(keluarga, sekolah dan masyarakat) cenderung telah terbawa arus
kearah yang tidak jelas sehingga terasa sulit mencari lingkungan
yang benar-benar kondusif terhadap pendidikan anak. Maka untuk
mengembalikan lingkungan agar menjadi kondusif, perlu ada
langkah-langkah dan pembinaan amal yang dinamis dan sistematis.
3. Irsyadiyah berarti bahwa penataan lingkungan pendidikan itu harus
memiliki aturan yang jelas, tahapan yang jelas, langkah bimbingan
yang jelas, sangsi, penghargaan, dan pengawasan yang jelas. Aturan
ini bersifat membimbing secara persuatif dan seluruhnya
dikembangkan dari akar kasih sayang dan keimanan. Al-tawasi bi almarhamah (saling menasehati dengan kasih sayang) , at-tawasi bi alhaq (saling menasehati dengan kebenaran) dan at-tawasi bi ashshabr (saling menasehati dengan kesabaran) yang diangkat oleh alqoran menjadi acuan dasar.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang (1993). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran
Tentang Islam dan Umatnya. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Madhahiri, Husen. (2001). Pintar Mendidik Anak: Panduan Lengkap
Bagi Orang Tua, Guru, dan Masyarakat, berdasarkan Agama
Islam (Terjemahan). Jakarta: Tintamas.
Madjidi, Busyairi. (1997). Konsep Pendidikan Para Filsof Muslim.
Yogyakarta: al-amin Press.
Muchtar. (2005). Fikih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nahlawi, Abdurrahman. (……..). Prinsif dan Metode Pendidikan Islam
dalam Keluarga, Sekolah, dan di Masyarakat (Terjemahan Heri
Noer Ali. Bandung: Diponegoro.
Rahmat, Munawar. at, all. (2007). Bahan Belajar Mandiri KU 300/2
SKS/BBMI 1-6 Seminar Pendidikan Agama Islam. Bandung:
UPI Press.
Suresman, Edi. (2006). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta: Yayasan Pena Pendidikan Anak.
Tafsir, Ahmad. (2006). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Dosen PAI UPI. (2004). Islam Doktrin dan Dinamika Umat.
Bandung: Value Press.
---------------- (2004). Islam dan Pencerahan Intelektualitas. Bandung:
Value Press.
24
Download