HAND OUT PERKULIAHAN A. B. C. D. E. F. G. Nama PT Kelompok MK Nama MK/ Kode Pertemuan Jumlah SKS Pokok Bahasan Dosen : UPI Kampus Tasikmalaya : Mata Kuliah Umum (MKU) : SPAI/ KU 300 : 1,2,3 : 2 SKS : Ekonomi dalam Konteks Islam : Syarif Hidayat, M.Pd, MA. H. URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN a. EKONOMI DALAM KONTEKS ISLAM 1. Mu’amalah Sebagai Aspek Sosial Ajaran Islam Mu’amalah adalah ajaran islam yang menyangkut aturan-aturan dalam menata hubungan antara sesama manusia agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam kebersamaan hidup manusia. Aspek Mu’amalah ini merupakan bagian yang prisipal dalam islam karena dengannyalah kehidupan bersama manusia ditata agar tidak terjadi persengketaan dalam mengadakan kontak sosial antara satu pihak dengan pihak lain di masyarakat. Sesuai dengan sabda Rosululloh SAW: “ Agama itu adalah Mu’amalah “ 2. Konsep Dasar Mu’amalah Manusia menurut ajaran islam adalah Khalifah di muka bumi bertugas menata kehidupan sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian dalam hidup ditangan manusia yang dinamis. Kehidupan yang damai tidak serta-merta tetapi diciptakan dan di rancang. Oleh Karena itu, perlu diciptakan perangkat-perangkat dan aparat-aparat untuk menciptakan perdamaian tersebut. Keadilah adalah modal utama untuk terciptanya kondisi damai dan stabilitas ditengan masyarakat, sebab dengan keadilan manusia secara individual akan merasa tentram dan damai. Oleh karena itu untuk menciptakan kedamaian, keadilan harus di tegakkan sekalipun dipaksakan melalui berbagai sanksi-sanksi dan hukuman juga peraturan-peraturannya yang tegas dan rambu-rambu yang jelas sehingga setiap orang mengetahui mana hak dia dan boleh di langgar. b. LANDASAN PEMIKIRAN PEREKONOMIAN ISLAM 1. Falsafah Ekonomi Islam Kunci falsafah ekonomi islam terletak pada hubungan manusia dan tuhan, hubungan manusia dengan alam semesta serta tujuan hidupnya dimuka bumi. Islam menetapkan bahwa alam semesta dengan segala sumber daya dan tenaga yang dikandungnya disediakan Allah SWT bagi manusia untuk dimanfaatkan, tetapi semua itu adalah milik Allah semata-mata ( Siddiqi, 1986 ). Islam menetapkan bahwa kehidupan harus dilakukan dengan wajar, bekal yang cukup dari sumber kehidupan yang dibutuhkan harus 1 disiapkan agar manusia dapat bertahan dan mencapai tarap kehidupan yang lebih baik. 2. Kegiatan Dan Pengembangan Perekonomian Dasar Falsafah ekonomi membuka perspektip yang baik bagi kegiatan ekonomi. Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist Rosul yang menunjukan bahwa pertanian, perdagangan, perniagaan, industri, dan berbagai bentuk kegiatan produktif di anjurkan yang terpenting dalam melaksanakannya semua itu. Semua adalah motivasi atau niat dan motif yang benar, ikhlas Lillahi ta’ala, menegakkan kebenaran dan memberi manfaat kepada manusia, maka semua kegiatan ekonomi itu merupakan amal ibadah. Sabda Rosululloh SAW: “ Segala amal-amalan itu tergantung niatnya. Bagi setiap orang hanyalah apa yang diniatkannya. “ Tujuan dalam usaha ekonomi bersifat pribadi atau kepentinagn social. Tujuan pribadi yang diperbolehkan ( sah ) termasuk antara lain pemenuhan kebutuhan pribadi dan manusia. Memenuhi kebutuhan minimal untuk mempertahankan kehidupan pada dasarnya adalah kewajiban. Tidak ada batas maksimum yang ditetapkan dalam jumlah kepemilikannya, tapi kesederhanaan dalam pemenuhan kebutuhan pribadi lebih di utamakan, sedangkan keserakahan, kebakhilan dan keinginan berlebihan untuk mencapai kesenangan dan kemewahan adalah tercela ( siddiq. 1986: 16 ) 3. Prinsip-prinsip Dalam Penataan Ekonomi Islam Dalam membentuk system perekonomian, islam telah menetapkan prinsip-prinsip yang mesti dijadikan acuan dalam melaksanakannya. Prinsip-prinsip itu diantaranya: a. Harta yang baik merupakan tulang punggung kehidupan. b. Setiap orang yang mampu dan punya potensi untuk bekerja, mesti bekerja dan mencari penghasilan. c. Sumber-sumber alami perlu dicari dan segala materi dan energi yang ada perlu dimanfaatkan. d. Sumber-sumber pemasukan tidak boleh diperoleh dari usaha yang tidak baik. e. Kegiatan ekonomi harus mendekatkan antara berbagai lapisan masyarakat yang berbeda-beda f. Perlu ada jaminan social bagi setiap warga dan perlindungan atas kehidupan dan ada usaha untuk memberikan kesenangan dan ketenangan bagi mereka. g. Mendorong pengeluaran dan infak dalam kebajikan. h. Harta ditetapkan sebagai barang terhormat. i. System transaksi material disusun berdasarkan aturan yang adil. j. Negara bertanggung jawab melindungi berjalannya system perekonomian. c. MASALAH PEMILIKAN 1. Pemilikan Pribadi Menurut Islam Islam mengakui pemilikan harta pribadi, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa. “ Laki-laki memiliki bagian dari apa yang diusahakannya dan perempuan memiliki bagian dari apa yang diusahakannya.” ( Q.S. An-Nisa/4:32 ). 2 Tentang pembelaan atas harta milik, Rosululloh SAW Bersabda “ Barang siapa terbunuh dalam rangka mempertahankan hartanya, maka Ia telah mati Syahid “ ( HR, Syaikhani ). Mengikuti hak pemilikan adalah hak pengelolaan, penggunaan, dan pengembangan harta oleh pemilik dengan syarat dilakukan dengan caracara yang baik dan halal serta sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama. Oleh karena itu, usaha mendapatkan kekayaan, pemanfaatan dan penyaluran mesti tunduk pada ketentuan-ketentuan dan mesti mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkannya. Islam menetapkan bahwa pada hak milik perorangan, terdapat kewajiban tertentu terhadap orang lain sehingga kepemilikan harta dalam islam tidak absolut. Seseorang memiliki pemilikan pribadi atas harta tidak terbatas selama diperoleh dengan cara-cara yang dibenarkan syariat. Selain itu ada pula pemilikan bersama kedua pemilikan tersebut dibiarkan untuk ditentukan sesuai ketentuan syariat berdasarkan kebutuhan dan keadaan agar tidak berkesan kaku. 2. Sumber-sumber Pemilikan Seseorang dapat memiliki harta melalui berbagai sumber seperti melalui hasil usaha sendiri dengan berbagai usaha, warisan atau pemberian yang dapat berupa hibah, hadiah, sodaqoh, infaq, mahar, iqtha. Islam memperbolehkan seseorang untuk berusaha dan mengelola hartanya selama tidak ada aturan agama yang melarang dan dilakukan jujur dan dengan cara yang halal. 3. Usaha Yang Dilarang Islam melarang pemilikan harta yang diperoleh melalui usaha yang tidak memberikan kemaslahatan pada umum atau yang menimbulkan kerusakan dan kebinasahan seperti a. Riba ( keuntungan atau kelebihan yang ditetapkan dalam transaksi utang- piutang ). b. Pencurian, perampokan, korupsi, mengambil hak orang lain, mengambil umum hak orang lain, mengambil milik umum yang bukan hak. c. Perdagangan-perdagangan barang yang merusak kesehatan dan kewarasan pikiran dan barang-barang yang diharamkan agama, minuman yang memabukan, berdagang lotre. d. Perdagangan secara licik dalam bentuk: Ihtikar (menimbun barang) kebutuhan pokok yang banyak. Membeli barang sebanyak-banyaknya sewaktu barang masih murah kemudian disimpan dan ditahan sehingga barang itu habis dipasaran. Pengeluaran barang diatur sedemikian rupa sedikit demi sedikit sehingga harga barang pun semakin naik. Manipulasi (Ghasy) seperti menyembunyikan aib barang, mengurangi takaran dan timbangan. Bersumpah atas barang dagangan, agar pembeli percaya dan setuju atas penawarannya. Iklan yang menipu dan promosi yang tidak jujur. d. MASALAH TRANSAKSI Islam sangat menghormati perjanjian dan transaksi yang dibuat antar manusia. Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang 3 yang terkait dengan perjanjian dan transaksi agar menghormati dan memeliharanya, meskipun kepada non-muslim. Allah Berfirman: “ Wahai orang-orang yang beriman tunaikanlah transaksi-transaksi yang telah kalian perbuat (Qs.. Al-Maidah 5:1). Transaksi dalam kegiatan Ekonomi dapat berupa: Transaksi jual beli Transaksi utang-piutang Transaksi sewa-menyewa Transaksi upah mengupah. 1. Transaksi Jual Beli Pemilik harta, baik laki-laki maupun perempuan kecuali anak-anak dan Sufaha punya hak untuk melakukan penjualan dan pertukaran barang miliknya. Yang terpenting transaksinya dilakukan dengan jujur da terbebas dari eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. a. Ketentuan dalam transaksi Jual-Beli Bila transaksi sudah dilakukan dengan seseorang, maka orang lain tidak boleh mengintervensi dan melakukan transaksi kedua. Mempertimbangkan pilihan ( Khiyar) dibolehkan dalam transaksi jual beli dengan ketentuan yang ditetapkan. Transaksi dagang hanya boleh dilakukan untuk barang yang sudah ada dan dapat dikenali segala identitasya. Bersumpah dalam transaksi dagang tidak diperbolehkan. Dalam transaksi Jual beli di anjurkan ada saksi. b. Khiyar dalam Jual-Beli Ada 3 jenis Khiyar, yaitu: Khiyar Majlis. hak pilih bagi si pembeli setelah transaksi terjadi selama mereka ( penjual dan pembeli )masih berada ditempat terjadi transaksi. Khiyar Syarat. hak pilih bagi si pembeli yang dipersyaratkan waktu melakukan transaksi dan disetujui oleh si penjual. Khiyar ‘Aibi. Hak pilih bagi si pembeli disebabkan ada cacat pada barang, atau ada yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan pada apa yang ditransasikan. 2. Transaksi Utang Piutang Utang piutang adalah bagian dari interaksi social umat manusia. Beberapa petunjuk islam tentang utang piutang. Mengutangkan ( memberi pinjaman ) kepada orang lain adalah merupakan suatu kebajikan. Sabda Rosululloh SAW: “ Tiada seseorang mukmin yang menghutangkan kepada mukmin lain dengan dua kali utangan kecuali seperti Ia telah bersedekah 1 kali.” Transaksi utang-piutang hendaklah dicatat dan dipersaksiakn dengan 2 orang saksi yang adil. Allah memerintahkan kepada pihak yang mengutang untuk mencatatnya. “ Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu bertransaksi secara tidak tunai untuk waktu yang tidak ditentukan hendaklah kamu menuliskannya…..dan persaksikanlah dengan 2 orang saksi laki-laki diantara kamu. Bila tidak ada 2 orang laki-laki, maka boleh seorang 4 laki-laki dan 2 orang perempuan yang kamu setujui. (Q.S. Al-baqarah /2:28 ). Tidak boleh mencari keuntungan dari utang. Oleh karena itu islam melarang praktek Riba. ‘ Setiap utang yang mencari keuntungan adalah Riba “. Allah dan rosulnya sangat keras dalam melarang perbuatan Riba. “ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, orang-orang yang mengulangi mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di alamnya. ( Q.S. Al-baqarah/2:275 ). Orang yang mengutang dianjurkan untuk memberikan kelebihan pembayaran utang secara sukarela. Sabda Rosululloh: “ Sebaik-baiknya kamu adalah yang paling baik dalam mengembalikan bayaran utangnya. Memberikan jaminan (borg) atas utang dengan menggunakan barang atau surat-surat berharga adalah boleh, sebagai peneguh kepercayaan dan niat baik dari si pengutang. 5 DAFTAR PUSTAKA Budi Munawar Rachman, ( 1996 ), Islam Doktrin Sejarah dan Peradaban, Bandung : Mizan. Didin Hafiduddin, ( 2002 ), Panduan zakat, Jakarta : Republika. M. Quraish Shihhab, ( 1996 ), Wawasan Al-Quran, Bandung : Mizan. Muthahhari, Murtadha ( 1993 ), Pandangan Islam tentang Asuransi dan Riba, terjemahan, Bandung : Pustaka Hidayah. Saefudin, A.M, Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta : ditbinperta Dirjen Bimas Depag, R.I., 1986. Taupik Abdullah dkk. ( 2001 ), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, ( Jilid ), PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve 6 HAND OUT PERKULIAHAN A. B. C. D. E. F. G. Nama PT Kelompok MK Nama MK/ Kode Pertemuan Jumlah SKS Pokok Bahasan Dosen : UPI Kampus Tasikmalaya : Mata Kuliah Umum (MKU) : SPAI/ KU 300 : 4,5,6 : 2 SKS : Keadilan dalam Hukum Islam : Syarif Hidayat, M.Pd, MA. H. URAIAN POKOK PERKULIAHAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT dan di tempatkan di muka bumi ini sebagai makhluk yang mulia. Kemuliaan manusia dibuktikan dengan perintah Allah SWT kepada para malaikat untuk sujud kepadanya,menundukan dengan apa yang ada dilangit dan dibumi dan mengangkatnya sebagai Khalifah di muka bumi ini. Kemulian itu disempurnakan pula dengan cara membekalinya berbagai potensi yang dapat digunakan untuk mengolah dan memakmurkan bumi secara maksimal sehingga ia memperoleh kesejahteraan hidup lahir dan bathin. Manusia ditempatkan di muka bumi dengan kemerdekaan penuh untuk berbuat baik dan buruk. Untuk melastarikan kemanusiannya yang mulia itu dan mewujudkan kesejahteraan hidupnya diperlukan adanya aturan yang menjamin hak-hak dasarnya sebagai manusia. Hak-hak dasar manusia antara lain hak hidup,hak kepemilikan,hak memelihara kehormatan ,hak kemerdekaan,hak persamaan,dan hak menuntut ilmu pengetahuan. Dalam Syariat Islam, jaminan terhadap hak-hak dasar manusia tertuang dalam bahasan Jinayah, yaitu segala tindakanyang dilarang oleh syariat dan harus dihindari, karena perbuatan tersebut menimbulkan bahaya yang nyata terhadap agama,jiwa,akal,harga diri,dan harta benda. B. Tindakan Pidana yang Bersanksikan Hadd A. Pengertian Hadd Hudud adalah bentuk jamak dari kata hadd yang berarti “pembatas antara dua hal agar salah satunya tidak bercampur dengan yang lain atau agar salah satunya tidak melanggar yang lain”. Dalam istilah syara hadd mempunyai arti umum dan khusus. Pengertian had secara umum adalah hukum-hukum syara yang disyariatkan Allah SWT bagi hamba-Nya yang berupa ketetapan hukum halal/haram. Hukum-hukum tersebut dinamakan hudud karena membedakan antara jenis perbuatan yang boleh dikerjakan dan tidak boleh dikerjakan dan tidak boleh dikerjakan antara yang halal dan haram. Adapun arti hudud secara khusus,yaitu hukuman-hukuman tertentu yang ditetapkan oleh syara sebagai sangksi hukum terhadap perbuatan kejahatan selain pembunuhan dan penganiayaan,seperti orang yang berzina,mencuri,dll. B.Contoh kejahatan yang di ancam dengan hukuman hadd/hudud 7 Zina 1) Pengertian zina Zina adalah memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan yang haram menurut zat perbuatannya,bukan karena subhat dan perempuan itu mendatangkan sahwat. 2) Dasar penetapan Hukum Zina Yang dapat digunakan dalam menetapkan secara yakin menurut syara’ bahwa orang itu telah berzina ada 2 macam,yaitu : a. 4 orang saksi laki-laki yang semuanya adil Ke 4 orang itu, memberikan kesaksian yang sama tentang tempat,waktu,pelaku dan cara melakukannya. b. Pengakuan pelaku. Hadd zina dapat dijatuhkan terhadap pelakunya, jika telah terpenuhi syaratsyarat berikut : 1) Pelakunya sudah baligh dan berakal. 2) Perbuatan zina dilakukan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa). 3) Pelakunya mengetahui bahwa zina adalah perbuatan yang diancam denga had. 4) Telah diyakini secara syara’ bahwa yang bersangkutan benar telah zina seperti yang tekah diterangkan sebelumnya. 3). Contoh macam Zina dan Hadd Hukumnya Secara garis besar, hadd zina ada 2 macam,yaitu : a. Rajam Jenis hukuman mati dengan cara dilempari batu sampai terhukum meninggal dunia . Jika pelaku zina itu muhshan dalam hubungannya dengan zina adalah seseorang yang telah memenuhi syarat berikut : Merdeka, Baligh/dewasa, Berakal, Pernah bercampur dengan suami / istri dalam perkawinan yang sah. b. Dera atau Taghrib Dera adalah jenis hukuman yang berupa pencambukan terhadap kejahatan, sedangkan taghrib ialah jenis hukuman yang berupa pengungsian ke suatu tempat. Bentuknya yang sekarang adalah hukuman penjara. Jika pelaku zina itu laki-laki ataupun perempuan merdeka belum pernah bercampur, haddnya adalah didera 100 kali dan di asingkan selama 1 tahun. Nabi bersabda : Dari zaib bin Khalid al-Juhani, dia berkata : “saya mendengar Nabi menyuruh agar orang yang berzina dan dia bukan muhshan, didera 100 kali dan diasingkan 1 tahun.” (H.R Bukhori) 2.2 Tindak Pidana yang Bersangsikan Qishash A. Pengertian Qishash Qishash adalah hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana, yang jenis hukumannya sama dengan jenis perbuatan yang dilakukannya. Menurut syara’ qishash adalah melakukan pembalasan yang sama (serupa) terhadap perbuatan/pembunuhan/melukai /perusakan anggota badan / menghilangkan manfaat anggota badan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. B. Hukum Qishash 8 Sebagai bentuk hukuman bagi pelaku pembunuhan / pelaku penghilangan manfaat / fungsi anggota badan, disyariatkan dalam islam. Ketentuan mengenai qishash ini dijelaskan dalam AL-Qur’an antara lain, Firman Alloh SWT dalam Surat Al-Maidah : 45 Artinya : “Dan kami telah ditetapkan terhadap mereka di dalamnya ( At Taurot) bahwasannya (jiwa dibalas jiwa,mata dengan mata,hidung dengan hidung dan luka-luka pun dengan qishashnya.Barang siapa melepaskan (hak qishash) akan melepaskan hak itu. (menjadi) penebus dosa baginya.Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim.” (QS.Al-Maidah : 45). C. Macam-macam Qishash Secara garis besar, Qisash terdapat 2 jenis : 1) Qishash terhadap jiwa 2) Qishash selain jiwa Qisash terhadap jiwa adalah qisash yang berkaitan dengan tindak pidana pembunuhan. Namum demikian, tidak semua tindak pidana membawa konsekuensi Qishas, mengingat pembunuhan ada 3 jenis : 1). Pembunuhan dengan sengaja Pembunuhan dengan sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang mukallap terhadap seseorang yang darahnya dilindungi dengan memakai alat yang pada galibnya dapat membuat orang mati. 2). Pembunuhan seperti di sengaja Pembunuhan seperti disengaja adalah pembunuhan dilakukan oleh mukallaf terhadap seseorang yang darahnya dilindungi, tetapi memakai sarana yang pada galibnya tidak mematikan. Seperti memukul memakai tongkat kecil,melempar dengan kerikil.dll. Dinamai pembunuhan seperti disengaja karena pelaku tidak berniat untuk membunuh. 3). Pembunuhan tersalah atau kesalahan Pembunuhan kesalahan adalah tindakan seorang mukallaf karena kesalahan semata-mata, tanpa direncanakan dan tanpa maksud sama sekali. Misalnya seorang melempar batu atau menembak burung akan tetapi terkena orang kemudian meninggal.Hukuman bagi pelaku pembunuhan tersalah ini tidak di Qishash melainkan diwajibkan membayar diyat Mukafallah yang harus dibayar oleh keluarga pembunuh. Adapun yang dimaksud dengan qishash selain jiwa adalah Qishash yang berkaitan dengan hilangnya (cacatnya) anggota tubuh atau pelakuan. Hukuman bagi pelaku adalah dihukum seperti ia melukai korban. 2.3 Ta’zir Tindakan edukatif terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi hadd dan kifaratnya / belum ditentukan syara’.Atau dengan kata lain, ta’zir merupakan hukuman yang bersifat edukatif yang belum ditentukan oleh syara’ ,melainkan diserahkan kepada alil amri,baik penentuan maupun pelaksanaannya. 2.4 Hikmah disyari’atkannya hukuman hadd dan Qishash Tujuan di syariatkannya hukuman Hadd dan Qishash dalam islam adalah: 9 Untuk menjamin terpeliharanya agama,jiwa,akal,harga diri,dan harta benda manusia. Dapat memelihara kemaslahatan , keamanan dan ketertiban pada kehidupan manusia. Upaya preventif agar kejahatan ,pertentangan dan permusuhan yang mengundang pertumpahan darah. DAFTAR PUSTAKA Budi Munawar Rachman, (1996), Islam Doktrin Sejarah dan Peradaban, Bandung : Mizan. M. Quraish Shihhab, (1996), Wawasan Al-Quran, Bandung : Mizan. Taupik Abdullah dkk. (2001), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jilid), PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve 10 HAND OUT PERKULIAHAN A. B. C. D. E. F. G. Nama PT Kelompok MK Nama MK/ Kode Pertemuan Jumlah SKS Pokok Bahasan Dosen : UPI Kampus Tasikmalaya : Mata Kuliah Umum (MKU) : SPAI/ KU 300 : 7,8,9 : 2 SKS : Mazhab- mazhab Fiqh dalam Islam : Syarif Hidayat, M.Pd, MA. H. URAIAN POKOK PERKULIAHAN A. Sekilas Tentang Mazhab Fikih Mazhab menurut ulama fikih adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh seorang ahli Fiqih Mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’, ini adalah pengertian mazhab secara umum, bukan suatu mazhab khusus. Mazhab menurut bahasa (arab) berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya, maka maka, minum dan tidur bukan merupakan mazhab bagi seseorang atau sekelompok orang. Menurut para ulama dan ahli yang dinamakan Mazhab adalah Manhaj (metode) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun diatas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah. Bermazhab berarti mengikuti Rosululloh melalui pemahaman fiqih yang dikembangkan oleh imam mahzab. Di masa Nabi kaum muslimin tidak mendapat kesulitan dalam memahami persoalan keagamaan, karena para sahabat dapat bertanya langsung pada Nabi. Tapi setelah Nabi wafat, kaum muslim (dalam hal ini: Tabi’in) sering mendapat kesulitan untuk mendapatkan satu fiqih karena para sahabat Nabi mengambangkan Fiqihnya masing-masing. Generasi kedua setelah sahabat Nabi adalah Tabi’in (pengikut sahabat Nabi), kemudian disusul dengan generasi Tabi’i Al-Tabi’in (pengikut Tabi’in). Pada masa Tabi’in Al-Tabi’in dan satu generasi sesudahnya itulah mazhabmazhab fiqih lahir. Lima mazhab fiqih yang dikenal sekarang ini, kelima mazhab dapat terlembagakan karena dukungan para penguasa, selain tentunya kegigihan para murid imam dalam mempopulerkan mazhabnya. Sebenarnya tidak ada keharusan bermazhab dalam agama, demikian juga tidak ada keharusan mengikuti mazhab empat. Yang menjadi kewajiban adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dan dalil-dalil lainnya secara benar. Tujuan sebenarnya mazhab Islam sejak dari dahulu ialah memudahkan umat Islam mencapai ketaatan kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Setiap ajaran Mazhab adalah berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah, oleh karena itu mengikuti mazhab berarti mengikuti Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan tujuan dari Imam Mazhab ialah menjelaskan kepada manusia apa yang telah difirmankan oleh Allah SWT, apa yang di sabdakan oleh Rasululloh SAW dengan menggunakan 11 bahasa mudah dipahami oleh masyarakat umum karena kebanyakan ahli masyarakat tidak mampu memahami dalil-dalil Al-Qur’an dan hadis secara langsung. B. Pengaruh Mazhab Di Kalangan Umat Islam Bagi orang awam bermazhab adalah semata untuk memudahkan mereka mengikuti ajaran agama, sebab mereka tidak perlu lagi mencari setiap permasalahan dari sumber aslinya yaitu Al-Qur’an, hadist, ijma dll. Namun, mereka cukup membaca ringkasan tata cara beribadah dari mazhab-mazhab tersebut. Pada zaman sekarang ini pengaruh mazhab ini sedemikian populer dan kuat di kalangan Umat Islam, sehingga tidak satu komunitas pun yang sebenarnya bebas mazhab. Ini karena agama yang dianut oleh komunitas tertentu sudah pasti diambil atau dipengaruhi oleh salah satu mazhab yang ada. Contohnya dalam masyarakat kita Indonesia, meskipun ada yang mengklaim tidak menggunakan mazhab, namun dalam prektiknya tetap saja secara ritual dan tata cara beribadah masyarakat kita cenderung mengikuti mazhab syafi’i, karena melalui mazhab inilah masyarakat mengenal islam. Dalam konteks kekinian, Islam mazhab sangat signifikan untuk ditumbuhkembangkan. Berpijak pada islam semacam itu, umat islam Indonesia dapat menjadi muslim sekaligus menjadi elemen inheren bangsa Indonesia serta memiliki potensi besar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa. Dalam bermazhab masyarakat perlu memperhatikan beberapa batasannya. Pertama, ketaatan yang sebenarnya adalah kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah mazhab hanya berperan memudahkan ketaatan tersebut, bukan menggantikannya. Kedua, mengikuti mazhab bukan berarti membebaskan diri daripada sifat belajar dan mengkaji ini karena menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban agama. DAFTAR PUSTAKA Rasyid, Sulaiman. 2007. Fiqih Islam : Sinar Baru Arg Tim dosen Pendidikan Agama Islam, 2004. Islam dan Pencerahan Intelektualitas. Bandung: Value Press Hasan,Ali.2003.Perbandingan Mazhab.Jakarta: PT Raja Grafindo. 12 HAND OUT PERKULIAHAN A. B. C. D. E. F. G. Nama PT Kelompok MK Nama MK/ Kode Pertemuan Jumlah SKS Pokok Bahasan Dosen : UPI Kampus Tasikmalaya : Mata Kuliah Umum (MKU) : SPAI/ KU 300 : 10,11,12 : 2 SKS : Sejarah Kebudayaan dan Peradaban Islam : Syarif Hidayat, M.Pd, MA. H. URAIAN POKOK PERKULIAHAN A. Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Islam adalah tatanan dasar yang membentuk peradaban manusia yang lebih humanis. Perkembangan sejarah peradabannya di mulai sejak Nabi Muhammad saw berada di Mekkah hinga Madinah. Tahun 622 M dijadikan pijakan awal tahun Hijrah Nabi memancarkan pilar peradaban islam setelah terlebih dahulu memproklamirkan missi juang dan komitmen spritual (kerasulan) di Mekkah di tengah kekuatan dan kekuasaan kaum Quraisy yang saat itu sulit untuk dapat di kalahkan. Islam lahir dan berkembang secara baik di dunia yang memiliki kemampuan dan daya akomodatif terhadap perkembangan peradaban. Semula Mekkah sebagai kota Metropolis dengan kekuatan kaum Quraisy menolak, namun kemudian bersikap akomodatif . Madinah yang sebelumnya bernama Yarsib , juga kota Metropolis tetapi dengan mudah menerima sekaligus mengangkat Nabi Muhammad sebagai pemimpinnya. Sebagai kota Metropolis Madinah menjadi lahan paling subur untuk menjadi fondasi peradaban ini. Nabi pernah menerangkan fondasi ini di kota kecil yang bukan Metropolis , namun keberadaannya tidak diterima , bertapapun religius penduduk kota itu. Bahkan Nabi di usir dan di musuhi dengan kekerasan. Kekuasaan yang berpusat di Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw dapat dengan mudah disebar luaskan. Masa kejayaan islam ditandai dengan terbentangnya kekuasan islam mulai dari Spanyol yang memiliki wilayah Barat sampai Indonesia dan Filipina dari wilayah Timur , dan dari Afrika Tengah yang mewakili wilayah Selatan sampai ke Danau Aral dari wilayah Utara. Sejarah peradaban islam , dibagi ke dalam beberapa priode : periode klasik , periode pertengahan , periode modern , dan pasca modern. B. Periode Klasik : Zaman Kemajuan Peradaban Islam ( 650-1250 M ) Khalifah Rasyidah Zaman ini adalah zaman kejayaan islam mulai dari ekspansi sampai integrasi yang pada gilirannya melahirkan masa keemasan islam. Ekspansi sudah mencapai hampir seluruh semenanjung Arab, ke wilayah Jazirah. Dalam membangun peradaban , Abu Bakar menggalangkan kegiatan-kegiatan intelektual yang menutunya mulai pudar. Setelah para sahabat intelektual nerguguran merebut gelar syhid, padahal mereka adalah penghapal Al-Qur’an. 13 Mushaf yang ditulis beberapa sahabat pun terancam hilang. Untuk itu Abu Bakar memerintahkan pengumpulan lembaran-lembaran Al-Qur’an ( mushaf ) tertulis yang tersebar di kalangan sahabat. Upaya ini oleh Umar Ibn Al-Kattab dilanjutkan dengan mengumpulkan manuskrif mushaf itu dan disimpan di Hafsah Binti Umar, istri Rasulloh saw. Peran khalifah Usman Ibn Affan dalam pembukuan Mushaf Al-Qur’an sangat besar yakni menulis manuskrif dan mengadakannya untuk berbagai kepentingan serta menyebarkannya ke Mekkah , Syam, Basrah, Mesir dan Yaman , sementara Kitab induknya berada di Madinah sebagai Ibu Kota. Proyek ini dilakukan oleh tim Panitia yang diketuai oleh Zaid Ibn Sabit. Bani Umayyah Pada masa khalifah Bani Umayya peradaban berkembang lebih besar karena ekspansinya yang luas serta tercipta integrasi berbagai bangsa di bawah naungan islam. Perhatian pemerintah pada bahasa arab sangat tinggi, sehingga mendorong di bawah untuk menyusun Al-Kitab yang selanjutnya menjadi kitab babon dalam soal tata bahasa arab. Di bidang ekonomi, tahun 659 M Abdul Malik Ibn Marwan salah seorang Khalifah Bani Umayyah mencetak mata uang pertama islam untu menggantikan uang yang dipakai di wilayah-wilayah islam, yaitu mata uang Bizantium dan Persia. Masjid-masjid yang menjadi bukti peradaban zaman Bani Umayyah di Damaskus yang semula merupakan bangunan katedral St. John, Masjid Hims bekas gereja, Mesjid Al-Aqsa di Jerusalem dan di dekatnya oleh abdal Mallik di bangun monumen terbaik dan terindah yaitu Qubbah Al-skahra (Done of The Rock). Bani Abbasiyah Latar Belakang Berdirinya Abbasiyah (750-847 M – 132-232 H) Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd alRahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad. Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi karena kekuasaannya sangat singkat, Abu ja’far al-Manshur (754-775 M) yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu ja’far al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Abu ja’far al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah, digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah disegani oleh kekuasaan Byzantium. Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan 14 kekuasaan dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: 1. 2. 3. 4. 5. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad. Kemajuan Dinasti Bani Abbas Setiap dinasti atau rezim mengalami fasefase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggara pemerintahan yang bersangkutan. Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan. 1. Bidang Politik Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia, gerakan Syi’ah dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan. 2. Bidang Ekonomi Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di sector pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting. 3. Bidang Sosial 15 Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak 800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini, kesejahteraan social, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pemerintahan bani Umayah adalah pemerintahan yang memiliki wibawa yang besar sekali, meliputi wilayah yang amat luas, mulai dari negeri sind dan berakhir di negeri Spanyol. Ia demikian kuatnya sehingga apabila seseorang menyaksikannya, pasti akan berpendapat bahwa usaha mengguncangkannya adalah sesuatu yang tidak mudah bagi siapapun. Namun jalan yang ditempuh oleh pemerintahan Bani Umayyah, meskipun ia dipatuhi oleh sejumlah besar manusia yang takluk kepada kekuasaannya, tidak sedikitpun memperoleh penghargaan dan simpati dalam hati mereka. Itulah sebabnya belum sampai berlalu satu abad dari kekuasaan mereka, kaum Bani Abbas berhasil menggulingkan singgasananya dan mencampakannya dengan mudah sekali. C. Periode Pertengahan : Zaman Kemerosotan Citra Peradaban Islam ( 1250-1800 M). Kemerosotan citra peradaban islam lebih disebabkan oleh situasi dan kondisi politik umat islam sendiri. Di zaman ini terjadi peningkatan desentralisasi dan disentegrasi pemerintahan , pertentangan antara sunni dan syi’ah dan fanatisme kebangsaan antara Arab dan Persia. Dunia islam terpecah menjadi dua bagian : yaitu Arab dan Persia. Umat islam stagnan ( jumud ) karena meluasnya faham ijtihadtelah tertutup. Doktrin-doktrin yang mempertahankan khazanah hukum lama menjadi umat pasif. Perhatian terhadap ilmu pengetahuan berkurang drastis. Sebaliknya di pihak non-islam , Spanyol misalnya terus meningkatkan kemampuan belajar berbagai ilmu pengetahuan dari umat islam. Pada gilirannya setelah mereka kuat, cerdas, dan merasa kuat melawan, orangorang islam dipaksa keluar dari wilayah itu atau masuk kristen. Namun masih ada peradaban yang tersisa pada periode ini masih tersisa tiga kerajaan besar yaitu Kerajaan Usmani ( Ottoman Empire ) atau pengaku kalifah Bani Abbas di Bagdad , Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Setelah kemunduran demi kemunduran dialami ketiga kerajaan besar di atas , kekuatan politik dan militer umat islam melemah. D. Periode Modern : Zaman Menegakkan Citra Peradaban Islam (Mulai 1800 M). Periode ini adalah periode lahirnya kesadaran umat islam atas ketinggalannya dari Barat yang terus maju membangun peradaban dalam bidang politik, ilmu pengetahuan, maupun teknologi. Kesadaran ini muncul setelah berbagai kekejaman dan kehancuran serta penjajahan mendera berlahan dunia umat islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menyadarkan dunia islam akan kelemahannya. Ekspedisi Napoleon ke Mesir yang berakhir tahun 1801 M, memaksa dunia islam untuk memelehkan mata, khususnya Mesir dan Turki. 16 Selain itu, Barat telah melahirkan peradaban baru yang menjadi ancaman bagi umat islam. Karena itu, para raja dan ulama islam mulai memikirkan bagaiman mengembalikan citra dan kekuatan islam yang dahulu telah mencapai kemajuan di berbagai bidang. Kesadaran ini melahirkan gerakan pembaharu atau moderenisasi dalam islam. 3. Kebudayaan Islam A. Konsep Kebudayaan Dalam Islam A.L.Kroeber dan Clyde Kluckhohn, telah mengumpulkan kurang lebih 161 definisi tentang kebudayaan ( Musa Asy’arie. 1992:93 ). Secara garis besar, definisi kebudayaan sebnyak itu dikelompokan ke dalam enam kelompok sesuai dengan tinjauan dan sudut pandang masing-masing. Kelompok pertama menggunakan pendekatan deskriptif dengan menekan pada sejumlah isi yang terkandung di dalamnya seperti definisi yang dipakai oleh Taylor bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan yang amat kompleks meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-istiadat dan berbagai kemampuan serta kebisaan yang diterima manusia sebagai anggota masyarakat. Kelompok kedua menggunakan pendekatan historis dengan menekankan pada warisan sosial dan tradisi kebudyaan seperti definisi yang dipakai oleh Park dan Burgess yang menyatakan kebudayaan suatu masyrakat adalah sejumlah totalitas dari organisasi dan warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang bermakana yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa. Kelompok ketiga menggunakan pendekatan normatif seperti yang dipakai oleh Ralph Liton. Kebudayaan adalah suatu pandangan hidup dari sekumpulan ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka pelajari, kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Kelompok keempat menggunakan pendekatan psikologi yang menekankan pada aspek penyesuaian diri. Seperti yang dipakai oleh Klukhon yang menegaskan bahwa kebudayaan terdiri dari semua kelangsungan proses belajar suatu masyarakat. Kelompok kelima menggunakan pendekatan struktural dengan menekankan pada aspek pola dan organisasi kebudayaan. Seperti definisi Turney , kebudayaan adalah perjuangan dan kesatuan aktifitas sadar manusia yang berfungsi membentuk pla umum dan melangsungkan penemuan-penemuan baik material maupun non material. Kelompok keenam menggunakan pendekatan genetik yang memandang kebudayaan seperti suatu produk, alat, benda-benda ataupun ide dan symbol. Seperti yang dibuat oleh Bidney yaitu kebudayaan dapat dipahami sebagai proses dinamis dan produk dari pengolahan dari manusia dan lingkungannya untuk pencapaian akhir atau idividu dan masyrakat. Dari berbagai tujuan dan sudut pandang menunjukan bahwa kebudayaan itu suatu persoalan yang sangat luas. Namun esensinya kebudayaan itu melekat dengan diri manusia. Artinya bahwa manusialah sebagai pencipta kebudayaan. Kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi yaitu kebudayaan sebagai suatu proses dan kebudayaan sebagai suatu produk. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hati, dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Kebudayaan islam adalah hasil olah karya, budi, ciptarasa, karsa dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Disini agama berfungsi untuk 17 membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreatifitas manusia, baik dalam konteks hubungan dengan sesamanya. Maupun dengan lingkungannya , akal sehat terkait dengan kebudayaan orang lain. Kebudayaan baru akan berhenti apabila manusia sudah tidak sanggup lagi menggunakan akal budinya. Missi utama kerasulan Muhammad saw adalah untuk memberikan bimbingan pada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaannya tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya : ’’ Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnkan akhlak” Sebelum Nabi diutus Bangsa Arab sudah cukup berbudaya tetapi budaya yang dikembangkan terlepas dari nilai-nilai ketauhidan yang bersifat universal. Mengawali tugas Kerasulannya Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam. Ketika dakwa islam tersebar ke seluru dunia , maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit yaitu asimilasi. Budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai islam yang kemudian menghasilkan suatu peradaban yang universal : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menghormati Akal Kewajiban Menuntut Ilmu Larangan Taklid Mengambil Insiatif Menggunakan Hak-Hak Keduniaan Akulturasi Nilai-Nilai Islam ke dalam Kehidupan Nyata B. Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia. Pada awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran islam dan mana budaya Arab. Sosok Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Rasul Allah dan harus di ingat bahwa beliau adalah orang Arab. Dalam kajian budaya sudah tentu apa yang ditampilkan dalam perilaku kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan nilai-nilai islam itu bersifat universal maka dari itu sangat dimungkinkan apa yang di contoh oleh Nabi dalam hal Mu’amalah ada nuansanuansa budaya yang dapat kita aktualisasikan dalam kehidupan modern dan disesuaikan dengan muatan budaya lokal masing-masing. Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia, para penyiar agama islam mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh Para Wali di tanah Jawa. Karena kehebatan Para Wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa dan budaya setempat. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nila islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Bahasa Al-Qur’an/Arab sudah banyak diserap ke dalam bahasa daerah bahkan ke dalam bahasa Indonesia baku. Integrasi nilai-nilai Islam ke dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia ternyata tidak sekedar masuk pada aspek budaya semata, tetapi sudah masuk ke wilayah hukum. Contoh dalam hukum keluarga (Akhwalu Syahsiyah) masalah waris, masalah pernikahan, dll. 18 DAFTAR PUSTAKA Anshari, Endang (1993). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Madhahiri, Husen. (2001). Pintar Mendidik Anak: Panduan Lengkap Bagi Orang Tua, Guru, dan Masyarakat, berdasarkan Agama Islam (Terjemahan). Jakarta: Tintamas. Madjidi, Busyairi. (1997). Konsep Pendidikan Para Filsof Muslim. Yogyakarta: al-amin Press. Muchtar. (2005). Fikih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nahlawi, Abdurrahman. (……..). Prinsif dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah, dan di Masyarakat (Terjemahan Heri Noer Ali. Bandung: Diponegoro. Rahmat, Munawar. at, all. (2007). Bahan Belajar Mandiri KU 300/2 SKS/BBMI 1-6 Seminar Pendidikan Agama Islam. Bandung: UPI Press. Suresman, Edi. (2006). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Yayasan Pena Pendidikan Anak. Tafsir, Ahmad. (2006). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tim Dosen PAI UPI. (2004). Islam Doktrin dan Dinamika Umat. Bandung: Value Press. ---------------- (2004). Islam dan Pencerahan Intelektualitas. Bandung: Value Press. 19 HAND OUT PERKULIAHAN A. B. C. D. E. F. G. Nama PT Kelompok MK Nama MK/ Kode Pertemuan Jumlah SKS Pokok Bahasan Dosen : UPI Kampus Tasikmalaya : Mata Kuliah Umum (MKU) : SPAI/ KU 300 : 13,14 : 2 SKS : IPTEKS dalam Pandangan Islam : Syarif Hidayat, M.Pd, MA. H. URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN A. SEKILAS TENTANG IPTEK Satu abad terakhir ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia dipimpin oleh peradaban Barat. Kesejahteraan dan kemakmuran materi yang dihasilkan oleh perkembangan IPTEK modern tersebut membuat banyak orang mengagumi dan meniru gaya hidup peradaban Barat tanpa diikuti sikap kritis terhadap dampak negatif dan krisis yang ditimbulkannya. Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan IPTEK yang lepas dari nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: Tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, Yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dimasukkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim. Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi umat Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa 20 kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu). Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan IPTEK. Sedangkan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi. Maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). B.PROBLEMATIKA PARADIGMATIS Peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi yang kini mendominasi di segala aspek kehidupan di atas permukan bumi banyak dipengaruhi oleh cara hidup yang kebarat-baratan. Secara spesifik dalam dunia pendidikan tersebut dikembangkan dan direalisasikan oleh paradigma behaviorisme, yaitu suatu paradigma yang tidak memberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan aspek moralitas manusia secara utuh. Behaviorisme menjelaskan manusia sesuai pada perilakunya yang diteliti berdasarkan pengalaman. Yang menjadi akar permasalahan, yakni bahwa manusia yang dikembangkan dalam pendidikan adalah manusia yang melucuti dari ruhnya. Secara tegas Alloh swt menyatakan bahwa Dia meniupkan sebagian ruh-Nya pada diri manusia. (Qs.15.29) Paradigma behaviorisme mengembangkan proses dan strategi pembelajaran menjadi bersifat mekanisitis, saintistik, materialistic dan sekuleristik. Mekanistik berarti bahwa komunikasi edukatif bersifat mekanik, kosong dari sentuhan-sentuhan yang lebih dalam dan mendasar bagi hakikat manusia dan kemanusiawiannya. Saintisistik, berarti bahwa pendidikan cenderung hanya mendewakan ilmu dan teknologi, dan ilmu dinetralkan dari nilai. Matrealistik, berarti bahwa keberhasilan pendidikan cenderung lebih diukur takaran kematerian dan keberhasilan proses pembelajaran diukur dengan perilaku yang teramati secara nyata. Sedangkan yang dimaksud dengan Sekuleristik adalah adanya pemotongan antara ilmu dan agama, sehingga keduanya tidak pernah dan tidak boleh bertemu. C. PARADIGMA TAUHID Walaupun Al-Qur’an telah berusia 15 abad, tapi pendidikan yang dikelola oleh orang islam di abad modern ini cenderung lebih banyak dikembangkan dari paradifma behaviorisme kenyataan tersebut merupakan akibat dari kelengahan dan keterlambatan para ahli pendidikan muslim dalam merancang teori 21 pendidikan islami secara utuh. Bahkan tidak jarang pengajaran agama islam pun dikembangkan dengan cara pandang behaviorisme dimana tingkah laku lebih berperan. Pengkajian tentang pendidikan islam yang dilakukan oleh para ahli pendidikan islam memang tidak cukup banyak tapi baru berkisar seputar kajian mendasar (filosofi). Konsep dasar Pendidikan Islam a. Taklim (pengembangan kurikulum dan sitem intruksional) Taklim merupakan konsep dasar pengembangan kurikulum dan sitem intrusional. Ada tiga prinsip yang dikembangkan untuk kepentingan tersebut, yaitu wahidiah, samiliah, dan tawazaniah Pertama, wahdiah (integral) yakni bahwa pengembangan kurikulum dan seluruh bagian yang ditentukan merupakan satu kesatuan yang utuh, terutama dengan sistem nilai. Kedua, syumuliah (komprehensif), yakni bahwa pengembangan kurikulum dan system yang mengarahkan dan tidak bersifat sebagian. Ketiga, tawazaniah (kesinambungan), yakni bahwa kurukulum dan berbagai kompenen serta aspek dalam pembelajaran terjaadi secara seimbang, dan diarahkan untuk mengembangkan berbagai unsur dasar manusia (akliyah, ruhiyah, dan jismiyah) secara seimbang. Konsep dan pprinsip-prinsip diatas tercakup adalah konsep ta’lim dalam Al-Quran surat arrahman (55). Ada dua ta’lim di dalamnya yaitu ta’lim Al-Quran dan ta’lim Al-Bayan.ta’lim Al-Quran menunjuk kepada materi kewahyuan (ayat-ayat qauliyah) yang memuat semua wacana global tentang semua haal.sedangkan ta’lim Al-Bayan menunjuk kepada materi kajian manusia terhadap alam dan kehidupan (ayat-ayat Kauniah) sebagai penjelasan (tafsir) bagi ayat-ayat kauliyah.ta’lim Al-Bayan mencakup seluruh bidang dan disiplin ilmu yang di kembangkan oleh manusia. b. Tarbiyah (penataan dan pengembangan komunikasi edukatif) Merujuk pada Qs.17:24, maka makna yang paling dominan dari kata tarbiyah adalah kasih sayang. konsep tarbiyah ditempatkan sebagai dasar untuk penataan dan pengembangan komunikasi edukatif dalam arti seluas-luasnya.dalam kerangka paradigma tauhid, konsep ini merupakan empat prinsip yaitu, rabbaniyah, rohmaniyah, rohimiyah, dan adaliyah. 1. Rabbaniah berarti, bahwa seluruh penampilan dan komunikasi pendidikan senan tiasa dan terarah kepada nulai-nilai ilahiyah. Rahmaniyah berarti, bahwa komunikasi pendidikan sepenuhnya aktualisasi dari rasa kasih sayang, sehingga komunikasi pendidikan benar-benar manusiawi tidak mekanistis. 2. Rahimiyah berarti, kasih saying secara sungguh. Jika dengan prinsip rahmaniyah pendidik dituntut untuk menata situasi lahiriyah kasih sayangnya. Maka dengan rahimiyah ini dituntut untuk menata situasi batiniahnya. Artinya bahwa sikap, ucap, dan tidakan kasih sayang yang dibaca oleh peserta didik itu bukan perilaku yang palsu. 22 3. Adaliyah berarti, bahwa pendidik mampu menata komunikasi pendidikannya secara adil, meskipun kasih sayang meliputi seluruh upaya dan tidakan pendidikannya tidak berarti ia memanjakan peserta didik, tidak berarti ia tidak menghukum. c. Ta’dieb (Penataan situasi dan penataan edukatif) Ta’dieb berarti penerapan adab dalam lingkungan kehidupan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu konsep dalam pendidikan, ta’dieb di sini diletakan sebagai konsep dasar bagi penataan situasi dan lingkungan edukatif. Konsep ini menyusun tiga prinsip yaitu, tathbiqiyah (implementatif), nidhomiyah (sistematis) dan irsyadiyah (bimbingan). 1. Tathbiqiyah berarti bahwa lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat) itu harus menjadi tempat dimana terdidik belajar mengimplementasikan pengetahuan dan nilai-nilai.pendidik adalah rujukan nilai actual yang utama bagi peserta didik baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. 2. Nidhomiyah berarti bahwa upaya penataan lingkungan-lingkungan tersubut bersifat sistematis. Dewasa ini, lingkungan manapun (keluarga, sekolah dan masyarakat) cenderung telah terbawa arus kearah yang tidak jelas sehingga terasa sulit mencari lingkungan yang benar-benar kondusif terhadap pendidikan anak. Maka untuk mengembalikan lingkungan agar menjadi kondusif, perlu ada langkah-langkah dan pembinaan amal yang dinamis dan sistematis. 3. Irsyadiyah berarti bahwa penataan lingkungan pendidikan itu harus memiliki aturan yang jelas, tahapan yang jelas, langkah bimbingan yang jelas, sangsi, penghargaan, dan pengawasan yang jelas. Aturan ini bersifat membimbing secara persuatif dan seluruhnya dikembangkan dari akar kasih sayang dan keimanan. Al-tawasi bi almarhamah (saling menasehati dengan kasih sayang) , at-tawasi bi alhaq (saling menasehati dengan kebenaran) dan at-tawasi bi ashshabr (saling menasehati dengan kesabaran) yang diangkat oleh alqoran menjadi acuan dasar. 23 DAFTAR PUSTAKA Anshari, Endang (1993). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Madhahiri, Husen. (2001). Pintar Mendidik Anak: Panduan Lengkap Bagi Orang Tua, Guru, dan Masyarakat, berdasarkan Agama Islam (Terjemahan). Jakarta: Tintamas. Madjidi, Busyairi. (1997). Konsep Pendidikan Para Filsof Muslim. Yogyakarta: al-amin Press. Muchtar. (2005). Fikih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nahlawi, Abdurrahman. (……..). Prinsif dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah, dan di Masyarakat (Terjemahan Heri Noer Ali. Bandung: Diponegoro. Rahmat, Munawar. at, all. (2007). Bahan Belajar Mandiri KU 300/2 SKS/BBMI 1-6 Seminar Pendidikan Agama Islam. Bandung: UPI Press. Suresman, Edi. (2006). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Yayasan Pena Pendidikan Anak. Tafsir, Ahmad. (2006). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tim Dosen PAI UPI. (2004). Islam Doktrin dan Dinamika Umat. Bandung: Value Press. ---------------- (2004). Islam dan Pencerahan Intelektualitas. Bandung: Value Press. 24