176 E. Cerebralpalsy 1. Pengertian Menurut arti katanya cerebralpalsy berasal dari perkataan cerebral dan palsy. Cerebral yang berarti otak dan palsy yang berarti kekakuan. Jadi menurut asal katanya cerebralpalsy berarti kekakuan yang disebabkan karena sebab-sebab yang terjadi di dalam otak (Soeharso, 1977, Yulianto, 2006, Tri Budi Santosa, 2006). Cerebralpalsy merupakan keadaan yang komplek, tidak hanya terjadi gangguan gerak, tetapi juga menjadi gangguan pada pendengaran, penglihatan serta kecerdasan dan bicara. Oleh karena itu anak dengan kondisi cerebralpalsy dianggap sebagai kelainan yang kompleks. Penggunaan istilah cerebralpalsy sebenarnya sudah tidak sesuai lagi untuk menjelaskan berbagai keadaan yang dialami oleh penyandangnya, baik dari sebabsebab kelainannya maupun gejala-gejala yang ditimbulkannya. Dari penyebabnya, kenyataan ia mengalami kerusakan tidak hanya terletak di otak besar, tetapi juga di otak kecil (bukan hanya di cerebrum, tetapi juga di cerebellum) seperti yang terdapat pada anak jenis ataksia, demikian juga gejala yang ditimbulkannya, tidak hanya dalam bentuk kekakuan-kekakuan organ gerak saja, melainkan juga dapat dalam bentuk kelumpuhan atau kelayuhan. Dari sisi istilah, yang dimaksud cerebralpalsy adalah mereka yang mengalami kelainan fungsi dan bentuk anggota gerak tubuh yang disebabkan oleh kerusakan otak. Tidak semua bagian di otak mengalami kerusakan, tetapi hanya bagian otak yang mengontrol gerakan. Kerusakannya bersifat menetap dan tidak dapat diperbaiki. Penyandang cacat jenis cerebralpalsy termasuk kelompok kelainan yang tidak ganas (nonprogressive) akibat malfungsi pusat motor dan saluran-saluran otak yang ditandai Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 177 oleh adanya gangguan distribusi postural tonus, baik yang berupa tonus kurang (di bawah normal), tonus berlebihan (di atas normal) dan tonus postural mengalami fluktuasi. Akibat ketidaknormalan tonus postural tersebut, penderitanya akan mengalami gangguan gerak sehingga aktivitas terbatas serta timbul kecacatan sekunder yang pada akhirnya akan menghambat tumbuh kembang anak secara keseluruhan (Yulianto, 2006). Cerebralpalsy (CP) dikenal sejak tahun 1957 oleh Dr. Wintrop Phelp. Ia mengatakan bahwa CP merupakan suatu kelainan pada gerak tubuh yang ada hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap. Akibatnya otak tidak dapat berkembang, tetapi bukan suatu penyakit yang progresif. Dari segi patologis kelainan terjadi tergantung dari berat ringanyya gangguan atau kerusakan yang tejadi pada otak. Kelainan tesebut sangat komplek, dapat setempat atau menyeluruh, tergantung tempat mana yang terkena. Umumnya mengenai daerah korteks motorik, traktus piramidalis, ganglia basalis, batang otak dan cerebelum (McKinslay, 1983, dalam Thoha Muslim, 1996). 2. Etiologi Cerebralpalsy Cerebralpalsy sebenarnya bukanlah suatu perkara baru di bidang kedokteran, khususnya bidang rehabilitasi. Dalam pengelolaannya diperlukan kelompok ahli yang multidisipliner yang bekerja sebagai sebuah tim terdiri dari dokter, para medis, orthopaedagoog, psikoloog, dan lain-lain. Di banyak negara cerebralpalsy adalah penyebab cacat fisik yang paling sering. Di negara-negara berkembang cerebralpalsy menjadi penyebab cacat fisik kedua setelah polio. Kira-kira satu dari 300 bayi dilahirkan dengan atau terkena cerebralpalsy (David Werner, 2002). Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 178 Faktor penyebab terjadinya cerebralpalsy dapat dijelaskan sebagai berikut: a). Faktor yang terjadi semasa dalam kandungan, antara lain: (1) faktor makanan (nutrisi) (2) faktor bahan kimiawi dan fisik (3) faktor penyakit infeksi (4) faktor lingkungan kehamilan b). Faktor yang terjadi selama proses persalinan c). Faktor yang terjadi pada proses tumbuh kembang. Untuk menambah sedikit pemahaman tentang sebab terjadinya cerebralpalsy, maka diuraikan secara singkat masing-masing faktor penyebab tersebut sbb: a. Faktor yang terjadi selama dalam kandungan Banyak faktor penyebab yang dapat terjadi ketika janin masih berada di dalam kandungan ibu, di antaranya: 1) Keadaan makanan yang dikonsumsi ibu. Keadaan makanan yang dikonsumsi ini akan mempengaruhi status gizi, pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan fungsi organ si janin. Kekurangan bahan makanan sejak tejadinya konsepsi sampai pada kehamilan usia tua, dapat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Komposisi makanan yang dikonsumsi ibu, seharusnya memenuhi semua kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu yang sedang hamil. Di samping itu juga harus terhindar dari kemungkinan terkontaminasinya bahan makanan dari racun dan bahan kimia yang tidak mendukung pertumbuhan janin. Besar kecilnya pengaruh nutrisi terhadap perkembangan janin juga tergantung pada periode terjadinya. Misalnya kalau kekurangan nutrisi pada trimester pertama Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 179 (padahal masa-masa kehamilan trimester pertama merupakan masa pembentukan otak janin), maka hal ini dapat mengakibatkan pembentukan otak si janin kurang baik, sehingga setelah lahir yang bersangkutan dapat mengalami gangguan fungsi sistem persyarafan pusat. Akibatnya yang bersangkutan dapat mengalami gangguan fungsi gerak, gangguan penglihatan, pendengaran, dsb. 2). Pengaruh faktor bahan kimia dan fisika. Sebagaimana diketahui bahwa air raksa dapat menyebabkan gangguan kecerdasan pada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang memakan makanan yang tercemar oleh air raksa (methyl mercury) dalam kadar yang banyak. Kejadian di Jepang tahun 1950 di mana ikan yang dimakan penduduk terkontaminasi oleh air raksa yang berasal dari limbah pabrik, menunjukkan bahwa 6% bayi baru lahir menderita kerusakan otak yang serius. Obat talidomide yang diminum oleh ibu yang sedang hamil akan mengakibatkan gangguan bentuk anggota gerak tubuh dan telinga. Selain obat juga pengaruh radiasi dalam dosis yang besar dapat menyebabkan kerusakan otak dan ganguan kecerdasan (Thoha Muslim, 1996). Pengaruh tambahan pada ibu hamil yang perokok juga salah satu faktor lain yang dapat mengganggu perkembangan otak janin selama dalam kehamilan ibu (Moersintowarti, 1993). 3). Pengaruh penyakit infeksi. Beberapa macam penyakit infeksi yang terjadi pada saat kehamilan diantaranya infeksi virus, terutama cytomega virus. Infeksi pada ibu hamil Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 180 dapat membawa dampak terinveksinya janin, terutama pada kehamilan bulanbulan pertama. Resiko infeksi janin pada ibu yang terinfeksi kurang lebih 30% - 50%, tetapi hanya 0.2 - 2.5% saja yang berakibat kerusakan jaringan yang dapat diketahui. Kira-kira 90% bayi baru lahir yang terkena infeksi secara klinis normal. Baru beberapa bulan kemudian dapat dijumpai gangguan pendengaran dan gangguan persyarafan ringan, tetapi penurunan kecerdasan tidak kelihatan secara jelas. Pada bayi baru lahir yang secara klinis jelas kelainannya antara lain dijumpai gangguan persyarafan yang jelas dan gangguan kecerdasan biasanya bersama-sama dengan mikrosepali atau gejala cerberal palsy. Selain virus cytomegali, juga infeksi rubella dan varicella (Mustarsid, 1993, Thoha Muslim, 1996). Bakteri pada ibu yang mengandung (misalnya siphilis), dapat mengakibatkan kerusakan otak, yaitu bakteri histeria monocytogenes, janin dapat mati dan pada bayi yang lahir hidup dapat menyebabkan kerusakan otak yang cukup berat. Parasit, terutama taxoplasma gondii adalah salah satu protozoa yang menyebabkan penyakit toksoplasmosis. Protozoa ini dapat menyebar melalui daging yang tidak masak, terutama daging kambing dan babi yang dikonsumsi ibu hamil. Parasit ini dapat menembus plasenta yang menyebabkan infeksi janin. Gambaran klinis yang telah diketahui ternyata bervariasi. Kelainan otak yang ditimbulkan dapat berupa encephalitis, hidrocephalus, microcephalus, gangguan kecerdasan ringan dan berat. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 181 4). Pengaruh gangguan lingkungan kehamilan. Pengaruh gangguan lingkungan kehamilan terhadap terjadinya cerebralpalsy, misalnya kejadian-kejadian berikut: a) adanya radiasi yang lebih dari batas normal b) adanya pembebanan fisik ibu karena pengobatan tertentu,seperti pemberian hipnotika jangka panjang. c) adanya penyakit penyerta pada ibu yang tidak memperoleh pengobatan secara memadai, misalnya keracunan karbon monooksida yang menahun dan penyakit infeksi lain yang mengakibatkan terganggunya janin dalam kandungan ibu. b. Faktor yang terjadi selama proses persalinan Yang dimaksud masa persalinan adalah masa di mana bayi dilahirkan. Masa ini dapat berlangsung lama dapat pula sebentar. Pada masa ini akan terjadi resiko yang berakibat kerusakan persyarafan di otak pada bayi. Adapun sebab-sebab yang dapat terjadi pada masa ini antara lain (Mustarsid, 1993, Thoha Muslim, 1996): 1) Kelahiran dengan bantuan tang. Dengan bantuan alat ini dapat menimbulkan kerusakan pada otak, terutama apabila tang yang digunakan menjepit otak bagian tertentu, sehingga pada pekembangan selanjutnya anak yang bersangkutan dapat menjadi cerebralpalsy. 2) Kekurangan oksigen. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena asfiksia atau keadaan di mana anak tidak dapat bernafas secara spontan segera setelah dilahirkan. Ini dapat disebabkan karena leher anak terbelit atau karena adanya Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 182 lendir di jalan pernafasan. Akibatnya pernafasan tidak bekerja dengan baik, pertumbuhan dan pemenuhan zat asam terganggu, sehingga menimbulkan otak kekurangan oksigen atau asfiksia dan jaringan otak dapat mati (ecepalopati hipoksik-iskemik). Hipoksemia yaitu keadaan di mana terjadi penurunan pengiriman oksigen darah. Hipoksemia ini akan menganggu fungsi jantung sehingga fungís jantung menurun dan sirkulasi darah ke otak akan berkurang serta dapat menimbulkan iskemik otak (matinya jaringan otak). 3) Anak lahir sebelum waktunya. Yang dimaksudkan adalah bayi lahir hidup sebelum 37 minggu kehamilan. Umumnya bayi prematur akan mengalami kesulitan pertumbuhan dan perkembangan, dan mudah terserang penyakit (rentan). Berat badan lahir rendah (BBLR) hampir sama dengan bayi lahir prematur, dimana daya tahannya tidak kuat sehingga mudah terserang penyakit. 4) Hiperbilirubinemia. Yaitu kelebihan bilirubin dalam darah sehingga bayi kelihatan kuning atau dikenal dengan iktirus. Bilirubin ini dapat merupakan racun (toksin) dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Kadar bilirubin yang berlebihan dalam darah dapat menimbulkan gangguan perkembangan otak. c. Faktor-faktor yang terjadi selama proses tumbuh kembang. Banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya cerebralpalsy pada masa pasca kelahiran, antara lain adalah: 1) Penyakit infeksi yang menyerang otak, yaitu encepalitis atau peradangan yang menyerang selaput otak (meningitis). Kedua penyakit ini dapat pula mengakibatkan kerusakan otak. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 183 2) Penyakit-penyakit lain yang menyerang bayi atau anak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak. 3) Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi, misalnya jatuh atau terkena pukulan pada kepala bayi atau kepala kejatuhan benda keras akibat gempa bumi. Keadaan ini dapat menimbulkan gangguan pada otak. Dengan demikian banyak sekali kemungkinan yang dapat mengakibatkan kelainan cerebralpalsy. 3. Patogenesa cerebralpalsy Cerebralpalsy merupakan salah satu jenis kecacatan fisik yang disebabkan karena ada kerusakan di otak. Baik yang terjadi selama janin masih dalam kandungan, semasa dilahirkan dan atau setelah anak dilahirkan. Kerusakan tidak mengenai seluruh otak. Hanya bagian-bagian saja yang rusak, terutama bagian otak yang mengontrol gerakan. Sebagaimana diketahui bahwa semua sistem tubuh dan aktivitas seseorang dikendalikan oleh otak. Otak dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (1) cortex cerebri, (2) ganglia basalis, (3) thalamus, (4) hypothalamus, (5) mesencephalon, (6) batang otak dan (7) cerebrellum atau otak kecil (Chusid, 1990, dalam Yulianto, 2006). Tidak semua bagian otak anak cerebralpalsy mengalami kerusakan, umumnya hanya di cortex cerebri. Cortex cerebri dibagi menjadi 4 lobus, yaitu (1) lobus frontalis di bagian depan, terdapat berbagai area, seperti area 4 - pengendali motorik utama, area 6 bagian sirkuit traktus ekstrapiramidal – pengendali pola gerak, area 8 – pengendali pergerakan bola mata dan perubahan pupil, dan area-area lainnya. (2) Lobus parientalis yang merupakan bagian tengah otak, terdapat beberapa area, salah satunya Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 184 area 5 dan 7 – daerah asosiasi sensorik, (3) Lobus temporalis, terdapat banyak area, diantaranya area 41 dan 42 sebagai pengendali auditori primer dan sekunder. (4) Lobus occipitalis yang merupakan bagian belakang dari otak, terdapat beberapa area, seperti area 17 sebagai pengendali visual, area 18 dan 19 untuk pengendali asosiasi visual (Yulianto, 2006). Impuls motorik dari cortex cerebri menuju otot skeletal disalurkan melalui neuron. Neuron-neuron tersebut berada di gyrus presentalis yang disebut korteks motorik dan berhubungan dengan gerak/kontraksi otot tertentu. Begitu terjadi kerusakan pada bagian-bagian otak maka tidak akan pulih kembali. Kerusakan di otak menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan dan perubahan-perubahan yang bersifat menetap, baik pada struktur anatomis, biokimia ataupun karakteristik fungsional otak. Pengaruh jangka panjangnya dari terjadinya kerusakan di otak dapat dalam bentuk adanya gangguan perkembangan motorik, gangguan kemampuan mental, gangguan kemampuan bicara, gangguan fungsi sensoris, dll. Termasuk gangguan yang muncul pada gejala-gejala cerebralpalsy. 4. Klasifikasi dan Gejala Cerebralpalsy Gejala Cerebralpalsy berbeda-beda setiap anak. Kelainan cerebralpalsy dapat diklasifikasi atas dasar kelainan fisiknya menjadi penyandang spastik (spasticity), athetosis, rigid, ataxia dan tremor (Hallahan, 1988, Thoha Muslim, 1996, David Werner, 2002). Bobath (1976, dalam Yulianto, 2006) mengklasifikasi cerebralpalsy berdasarkan kualitas tonus otot meliputi: spastik, spastik athetoid, tonic spasm athetoid, choreo athetoid, athetoid murni, ataxia, flaccid dan hyperkinetic. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 185 a. Spastik Anak yang spastik mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot. Ini menyebabkan sebagian tubuhnya menjadi kaku. Gerakan-gerakan lambat dan canggung. Kekakuan semakin bertambah bila anak marah atau cemas atau ketika tubuhnya berada pada posisi tertentu. Pola kekakuan sangat berbeda-beda pada masing-masing anak. Secara umum karakteristik CP jenis spastik adalah: 1) kontraksi otot di luar kehendak ketika anggota gerak direntangkan secara tiba-tiba, 2) sulit melakukan gerakan, 3) anggota tubuh bawah dapat berbentuk gunting karena kontraksi otot, dan 4) fleksi (gerakan membuka) pada lengan dan jari-jari Gejala lain dari anak CP jenis spastik antara lain: 1) kepala terputar ke satu sisi. 2) bahu dan kepala menekan ke belakang 3) kepalan menggenggam ibu jari 4) lutut rapat dan tungkai kaku 5) lengan mungkin kaku dan lurus menyilang 6) ketika berusaha mendirikan anak, tungkainya kaku atau menyilang seperti gunting 7) saat belajar berjalan posisi anak kaku, canggung dengan lutut tertarik rapat dan tertekuk. b. Athetoid Athetosis merupakan salah satu jenis CP dengan ciri menonjol gerakan- Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 186 gerakannya tidak terkontrol. Gerakan yang tidak terkontrol itu dapat pada kaki, lengan, tangan atau otot-otot wajah anak yang lambat, bergeliat-geliut atau tiba-tiba dan cepat. Lengan dan tungkai mungkin terlihat bergerak tanpa sebab. Bila ia sengaja bergerak bagian-bagian tubuh tertentu bergerak terlalu cepat dan terlalu jauh. Keseimbangannya jelek dan sering terjatuh. Cerebralpalsy jenis athetoid ini sebenarnya tidak terdapat kekejangan atau kekakuan, otot-otot dapat digerakan dengan mudah, akan tetapi gerakan-gerakan tersebut tidak dapat dicegah oleh anak, karena setiap saat dapat muncul. Misalnya anak akan memegang sesuatu barang, ia akan mengalami kesulitan karena tangan dan jari-jarinya selalu begerak sendiri. Pergerakan-pergerakanya yang bersifat otomatis dan tidak dapat dicegah tersebut pada umumnya akan bekurang jika anak berada dalam keadaan tenang dan sedang tidur. Dengan demikian penyandang athetoid memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Gerakan anggota tubu tidak menentu dan di luar kehendak, 2) Gerak di luar kehendak lebih nyata karena stress atau ketegangan emosional, 3) Adanya gerakan yang tiba-tiba, dan 4) Bila berjalan terhuyung-huyung. Jumlah anak jenis athetoid ini relatif sedikit kelainannya mungkin pada daerah ganglia basal dan traktus piramidalis. c. Jenis ataxia Cerebralpalsy jenis ataxia ditandai dengan adanya gerakan-gerakan tidak terkoordinasi dan kehilangan keseimbangan. Jadi keseimbangannya buruk, ia Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 187 mengalami kesulitan untuk mulai duduk dan berdiri. Anak ini kalau jalan kadangkadang jatuh atau seperti orang mabuk, sempoyongan, dan terhuyung-huyung. Salah perhitungan sering dialami oleh anak cerebal palsy, misalnya jika mengambil barang kadang-kadang tangannya terlalu jauh sehingga melewati barang yang diambil. Dengan demikian anak cerebal palsy jenis ini akan selalu mengalami kesulitan dalam menentukan ukuran sehingga salah menduga jarak sesuatu. Dengan demikian gejala-gejala umum anak CP jenis ataxia antara lain: 1) adanya gangguan keseimbangan dan orientasi ruang, 2) apabila berjalan mereka terhuyung-huyung, dan 3) gerakannya tidak terkoordinasi. Kelainanya, kemungkinan terjadi di otak kecil. d. Jenis rigid Anak cerebralpalsy jenis rigid ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga gerakannya. Otot tegang di seluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan, tertahan-tahan dan kaku. Otot-otot yang kaku ini seolah-olah bukan merupakan daging, tetapi sebagai benda yang kaku, kalau diumpamakan seperti mesin yang tidak ada gemuknya, kalau digerakannya selalu ada remnya, sehingga gerakanya tidak lemah, tidak dapat halus, dan tidak dapat bergerak cepat. Kelainannya kemungkinan terdapat di beberapa tempat di otak /menyebar. e. Jenis tremor Anak cerebralpalsy jenis tremor ditandai dengan adanya gerakan-gerakan kecil tanpa disadari, dengan irama tetap, lebih mirip dengan getaran. Getaran ini sukar Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 188 dikendalikan oleh anak, sehingga menimbulkan kesulitan dalam melakukan kegiatan. Hal ini disebabkan karena kontraksi otot-otot yang terus menerus secara bergantian. Getaran-getaran bisa juga terdapat pada mata, sehingga penglihatan anak terganggu. Selain itu getaran dapat mengenai mulut (stutteing), dahi, kepala, jari tangan. Kelainannya kemungkinan pada ganglia basal. f. Jenis campuran ( mixed type ) Yang dimaksudkan anak cerebralpalsy ini adalah anak yang memiliki beberapa jenis kelainan misalnya jenis spastik dengan jenis athetoid, jenis athetoid dengan temor dan sebagainya. Klasifikasi anak cerebralpalsy menurut jumlah anggota badan yang mengalami kelainan atau berdasarkan luas jaringan otak yang mengalami kerusakan, dapat dibedakan menjadi: a) Monoplegia b) Diplegia c) Tripelgia d) Tetraplegia atau quadiplegia Klasifikasi cerebralpalsy menurut derajat kemampuan fungsional dibedakan menjadi 3, yaitu: a). Golongan ringan Cerebralpalsy yang termasuk ringan pada umunya dapat hidup bersama anakanak sehat lainnya, kelainan yang dialaminya tidak mengganggu dalam kegiatansehari-hari, maupun mengikuti pendidikan. Bantuan yang dibutuhkan hanya sedikit sekali bahkan kadang tidak perlu bantuan khusus. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 189 2) Golongan sedang Cerebral palsy yang termasuk sedang sudah kelihatan adanya kemampuan fisik yang tebatas. Anak memerlukan bantuan dan pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat begerak atau bebicara. Mungkin anak ini memerlukan alat bantu khusus seperti alat penguat kaki (brace), untuk memperbaiki pola gerakannya . Dengan bantuan khusus diharapkan anak dapat mengurus diri-sendiri, dapat berjalan, atau dapat bebicara sehingga dapat hidup dan menyesuaikan di tengahtengah masyarakat. 3) Golongan berat Cerebal palsy yang termasuk berat sudah menunjukan kelainan sedemikian rupa, sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Bantuan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit hasilnya. Pada umumnya anak-anak golongan ini akan tetap memerlukan perawatan walaupun bantuan khusus sudah diberikan. Oleh kaena itu sebaiknya anak-anak ini di tampung dalam rumah perawatan khusus ( nursing home ). Untuk menentukan apakah seorang anak cerebralpalsy masuk golongan ingan, sedang, atau berat sungguh tidak mudah. Pemeriksaan yang cermat diperlukan dari bebagai keahlian . Kelainan yang tejadi tergantung dari berat ringannya kerusakan yang terjadi dalam otak. Kelainan tersebut sangat komplek, dapat setempat atau menyeluruh tegantung dari tempat yang terkena misalnya mengenai daerah korteks motorik, traktus piramidalis, ganglia basalis, batang otak, atau cerebellum . Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 190 Gejala yang ditimbulkan sangat tergantung dari daerah-daerah di otak tersebut sebagai pusat-pusat yang berhubungan dengan pengaturan gerak tubuh. Gambaran klinis anak cerebal palsy tegantung dari bagian dan luas jaringan otak yang mengalami kerusakan. Gejalanya adalah sebagai berikut: 1) Kelumpuhan, yang dapat berbentuk ringan atau berat, berbentuk hemiplegia, quadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat spastik, fleksid ataupun campuran. 2) Gerakan involunter, yang dapat berbentuk atetoid, choreo atetoid, tremor dengan tonus yang bersifat spastis, fleksid, rigid atau campuran. 3) Ataxia, yaitu gangguan koordinasi yang ditimbulkan oleh karena kerusakan cerebellum. Anak biasanya memperlihatkan tonus yang menurun, dan menunjukkan perkembangan gerakan motorik yang terlambat. Mulai berjalan asangat lambat dan semua pergerakan serta tanggung. 4) Kejang-kejang yang dapat besifat umum atau lokal 5) Gangguan perkembangan mental. Biasanya pada anak cerebralpalsy yang disertai terbelakang mental disebabkan oleh anoksia cerebri yang cukup lama, sehingga timbul atropi cerebri yang menyeluruh. Kira-kira separuh dari anak-anak cerebralpalsy termasuk retardasi mental. 6) Gangguan komunikasi, artinya anak mungkin tidak memberi respons atau reaksi seperti anak lain. Ini sebagian mungkin karena kelunglaian, kekakuan atau tidak adanya gerakan atau kekauan alat-alat bicara. 7) Mungkin juga ditemukan gangguan penglihatan, misalnya hemi anopsia (gangguan lantang pandang), strabismus atau kelainan refleksi bola mata, gangguan pendengaran, gangguan bicara, gangguan sensibilitas (rasa). Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 191 8) Serangan epilepsi, kejang sering terjadi pada anak-anak CP 9) Adanya perilaku gelisah 10) Adanya refleks-refleks yang abnormal. 5. Kelainan fungsi akibat cerebralpalsy Kelainan fungsi dapat terjadi akibat cerebralpalsy sangat tergantung dari jenis cerebralpalsy dan berat ringannya kelainan. Namun secara umum kelainan yang timbul sangat kompleks. Tidak saja masalah fungsi yang berhubungan dengan kemampuan fisik, akan tetapi juga metal psikologis. Keadaan ini berbeda dengan yang dialami oleh anak poliomyelitis dan muskular distropi. Kelainan pada cerebralpalsy cenderung lebih berat. a) Kelainan fungsi mobilisasi Kelainan fungsi mobilisasi dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan anggota geak tubuh, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah. Kelumpuhan anggota gerak bawah mengakibatkan kemampuan anak untuk berguling, merangkak, duduk dan berjalan mengalami hambatan. Sementara kelumpuhan anggota gerak atas mengakibatkan kemampuan untuk meraih, menggenggam dan kemampuan lain yang berhubungan dengan fungsi tangan mengalami hambatan. b) Kelainan fungsi komunikasi Kelainan fungsi komunikasi dapat timbul karena adanya kelumpuhan pada otototot mulut dan kelainan pada aalat-alat bicara. Kelainan tersebut mengakibatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lesan mengalami hambatan. c) Kelainan fungsi mental Kelainan fungsi mental dapat terjadi terutama pada anak cerebralpalsy dengan potensi mental normal. Oleh karena ada hambatan fisik yang berhubungan dengan Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 192 fungsi gerak dan perlakuan yang keliru, mengakibatkan anak yang sebenarnya cerdas akan tampak tidak dapat menampilkan kemampuan secara maksimal. Tugas-tugas yang diberikan kepada anak tidak dapat diselesaikan dengan benar, sehingga menimbulkan anggapan bahwa anak tidak mampu. Keadaan tersebut menghambat peningkatkan potensi anak secara utuh. Fungsi mental anak terganggu akibatnya anak dianggap sebagai anak terbelakang mental. Ketiga bentuk kelainan fungsi tadi dapat berpengaruh pada kemampuankemampuan lainnya, terutama kemampuan yang berhubungan dengan kegiatan merawat diri. Selain itu pengaruh lainnya terhadap pendidikan dan penyesuaian diri anak dalam kehidupan sehari-hari. Ada penderita cerebralpalsy yang menderita komplikasi. Komplikasi ortopedis pada anak cerebralpalsy terjadi karena kelumpuhan yang mengakibatkan tidak seimbangnya otot-otot sinergis dari atagonis yang berlangsung dalam waktu lama tanpa usaha menanganinya. Adapun komplikasi yang mungkin terjadi dapat berupa: (1) Kontraktur, yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau diteguk karena jaringan ikat saluran sendi menjadi padat atau hilang sifat kekenyalannya dan otot memendek. (2) Skoliosis, yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan karena adanya kelumpuhan hemiplegia. (3) Dekubitus, yaitu adanya suatu luka yang menjadi borok akibat penekanan yang terus menerus karena harus berbaring secara terus menerus di tempat tidur. Komplikasi dekubitus ini sering terjadi pada anak CP yang mengalami kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus selalu berbaring di tempat tidur. (4) Deformitas (perubahan bentuk). Akibat yang ini dapat timbul jika sebelumnya terjadi kontraktus. Dengan adanya kontraktur maka struktur tubuh akan Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 193 mengalami perubahan bentuk. Hal ini akan mengakibatkan anak CP semakin mengalami kesulitan dalam bergerak. (5) Gangguan mental. Anak CP tidak semua tergangu kecerdasannya, mereka ada yang memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata, bahkan ada yang berada di atas rata-rata. Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang bersangkutan diperlakukan secara tidak wajar. Akibat perlakukan yang tidak wajar, anak tidak dapat mengembangkan kemampuan secara optimal. Sehingga anak CP ini yang sebenarnya pandai dapat mengalami gangguan mental 6. Cara Pencegahan dan Penanganan Cerebralpalsy Pencegahan CP memang sangat penting, karena apabila sudah terlanjur terjadi sangat sulit dan bahkan tidak dapat diperbaiki kembali. Berikut ini merupakan program pencegahan yang direkomendasikan oleh David Werner (2002) dalam bukunya “Anak-anak desa yang menyandang cacat”, dalam hal mencegah CP sebagai berikut: a. Memberikan nutrisi yang baik ibu baik sebelum maupun selama kehamilan, dapat mengurangi kemungkinan persalinan prematur dan cerebralpalsy b. Bagi para gadis dianjurkan untuk tidak hamil sampai benar-benar dewasa (umur 16 atau 17 tahun). c. Usahakan menghindari berada di dekat orang-orang yang sakit campak Jerman selama hamil. Atau dapatkan imunisasi campak jerman sebelum hamil. d. Pergilah untuk check-up/memeriksakan kesehatan selama kehamilan secara teratur (perawatan prenatal). Apabila ada tanda-tanda persalinan mungkin sulit, usahakan Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 194 agar bidan yang terampil atau dokter yang menangani persalinan. Dan jika mungkin persalinannya di rumah sakit. e. Selama mengalami rasa sakit sebelum melahirkan, jangan biarkan bidan mencoba mempercepat persalinan dengan mendorong peranakan kuat-kuat atau menggunakan injeksi atau hormon (oxytocin, pituitrin, dsb) sebelum anak lahir. f. Ketahuilah dengan baik dan pastikan orang yang menolong persalinan anda dapat melakukan tindakan hati-hati dan langkah-langkah darurat persalinan. g. Berilah ASI (ASI membantu mencegah dan melawan infeksi), dan pastikan bahwa bayi mendapat cukup makanan. h. Vaksinasikan bayi, terutama terhadap campak. i. Bila bayi deman biarkan dia terbuka sama sekali, jangan membungkus bayi dalam pakaian atau selimut, karena dapat memperparah demam dan dapat menyebabkan serangan atau kerusakan otak tetap. j. Kenalilah tanda-tanda meningitis dan dapatkan perawatan dengan segera. Apabila anak terlanjur terkena CP, maka sedapat mungkin kita memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan individual anak. Kebutuhan layanan anak CP pada dasarnya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang berkaitan dengan mobilisasi, ADL, komunikasi, sosial psikologis, dan pendidikan. Meskipun hasil layanan tidak mampu mengembangkan kemampuan normalnya paling tidak diharapkan mampu mengeliminasi hambatan-hambatan yang ada pada masing-masing anak CP. Macam kebutuhan anak CP umumnya adalah: 1) Kebutuhan pengembangan kemampuan mobilisasi. Pengembangan kemampuan mobilisasi CP secara umum diarahkan untuk mengembangan kemampuan koordinasi gerak dan melatih gerak fungsional. Keduanya dicapai melalui Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 195 fisioterapi oleh ahlinya dibantu oleh orangtua dan/atau guru sesuai dengan kemampuan. Misalnya anak CP athetoid membutuhkan latihan koordinasi, CP ataxia membutuhkan peningkatan stabilisasi, CP fleksid membutuhkan peningkatan tonus otot, dan lain-lain. Gambar 24. Latihan Kontrol Badan Untuk Meningkatkan Kemampuan Mobilisasi 2) Kebutuhan pengembangan kemampuan ADL. Kemampuan ADL dikembangkan oleh ahli okupasi terapi dibantu orangtua dan/atau guru khusus sesuai kemampuan. Aktivitas latihan diarahkan untuk menguatkanotot, mencegah kontraktur dan deformitas sendi, mengembangkan koordinasi sensomotorik serta melatih gerakangerakan fungsional dalam ADL, baik dengan atau tanpa alat bantu. 3) Pengembangan kemampuan komunikasi. Pengembangan kemampuan komunikasi dilakukan oleh ahli terapi bicara, bekerjasama dengan ahli lain yang relevan sesuai kebutuhan. 4) Kebutuhan bimbingan sosial psikologis oleh psikolog, bekerjasama dengan pekerja sosial, guru dan orangtua. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 196 5) Kebutuhan pendidikan, baik di sekolah biasa ataupun di sekolah khusus, sesuai dengan berat ringannya hambatan masing-masing anak untuk mengikuti program pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan individual CP maka terlebih dahulu harus dilakukan asesmen terhadap anak CP. Dari hasil asesmen disusunlah program penanganan anak sesuai kebutuhan masing-masing anak. Diantara bentuk penanganan anak CP adalah: 1). Membantu anak untuk mendapatkan posisi tubuh yang lebih baik. Hal ini dilakukan karena akibat dari otot-otot anak yang abnormal sering posisi tubuhnya pada posisi yang salah. Kondisi ini bila dibiarkan dapat menjadi cacat salah bentuk. Posisi-posisi tubuh yang perlu dikontrol dan dibetulkan dintaranya: (a) kepala lurus, tidak miring (b) tubuh tegak, tidak tertekuk, bengkok atau terpuntir. (c) menahan berat tubuh sama/seimbang kanan dengan kiri, dll. Posisi tubuh anak CP yang membutuhkan koreksi bermacam-macam misalnya pada posisi berguling, memutar tubuh, posisi duduk, poisisi berdiri, cara menggunakan tangan, menggunakan kaki, dsb. 2). Membantu anak melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencegah kontraktur. Membantu mencegah kontraktur diantaranya dengan melakukan latihan peregangan otot di sekitar sendi dan pengaturan posisi tubuh yang baik, baik dengan ataupun tanpa alat bantu (gips, splint). 3). Membantu anak mengendurkan otot-otot spastik. Caranya meletakkan anak pada posisi santai dan menyenangkan disertai melakukan latihan gerakan korektif atas posisi tubuh yang abnormal. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 197 4). Mengembangkan kecakapan-kecakapan tertentu seperti kecakapan bantu diri, komunikasi, mobilisasi, sosialisasi dan kemandirian. 5). Memberikan layanan pendidikan khusus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing anak. F. Infeksi Mata Mata merupakan salah satu indera yang penting. Mata dapat mengalami infeksi. Mulai infeksi yang ringan yang dapat sembuh sendiri sampai pada infeksi yang berat yang memerlukan pengobatan khusus atau bahkan dapat menyebabkan kelainan menetap. Mengingat pentingnya indera mata, maka pemahaman terhadap macam-macam infeksi mata menjadi penting pula. Agar dengan pemahaman yang benar dapat melakukan pencegahan dan apabila terjadi infeksi dapat mengambil tindakan cerdas, sehingga terhindar dari dampak buruk infeksi mata. Infeksi mata berarti masuknya kuman ke dalam organ mata dan berkembang biar sehingga menimbulkan penyakit. Penyebab infeksi mata dapat bermacam-macam, seperti bakteri, jamur atau virus. Beberapa macam infeksi mata yang sering terjadi dan dapat memperburuk fungsi penglihatan adalah: 1. Timbil (hordeolum) Timbil merupakan akibat infeksi kuman pada kelenjar lemak/kelenjar keringat yang terdapat pada kelopak mata. Infeksi ini ditandai oleh adanya rasa gatal pada daerah yang sakit dan pada infeksi yang hebat akanterasa sangat sakit. Tahap Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 198 berikutnya akan terbentuk nanah pada tempat infeksi tsb dan akhirnya pecah dan nanahnya keluar. Ada jenis timbil yang lain yaitu kalazion, yaitu penyakit akibat pembuntuan saluran keluar dari kelenjar pada kelopak mata. Dengan adanya pembuntuan ini, hasil dari kelenjar tidak dapat keluar dan ditumpuk dalam kelenjar. Akibatnya ada benjolan pada kelopak mata yang makin lama makin membesar. Tindakan pencegahan yang dianjurkan adalah menjaga kebersihan mata, tidak menggosok mata meskipun gatal, karena hal ini dapat mempermudah infeksi. 2. Infeksi selaput lendir mata (Konjungtivitis) Infeksi selaput lendir mata ditandai oleh adanya rasa “ngeres”, “ngganjel” seperti ada pasir di dalam mata, mata merah dan adanya getah mata. Sering disertai pembekakan kelopak mata. Penyakit ini sebenarnya tidak mengganggu fungsi mata. Akan tetapi harus hati-hati apabila (a) terdapat getah mata yang sangat banyak mirip nanah, atau (b) getah mata yang bercampur darah, atau (c) adanya selaput putih pada selaput lendir mata di kelopak mata. Karena dikhawatirkan terkena infeksi kuman berbahaya, yaitu kuman gonore ataupun kuman difteri. a. Konjungtivitis gonore Infeksi pada konjungtiva dengan getah mata yang berupa nanah, biasanya mengenai kedua mata. Apabila tidak segera mendapat pengobatan dapat merusak jaringan kornea. Kerusakan jaringan kornea inilah yang dapat mengganggu penglihatan mulai dari yang ringan sampai yang berat berupa kebutaan. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 199 Pengobatan infeksi pada konjungtiva yang terlambat apabila sembuh dapat meninggalkan beas-bekas (jaringan parut) pada kornea. Apalagi bila mengalami komplikasi (penyulit), infeksi masuk ke dalam menjadi bola mata berisi nanah (endophthalmitis). Apabila sembuh bola mata menjadi mengecil (“pece”) penglihatan menjadi buta total. Penularan penyakit ini melalui jalan lahir (pada ibu-ibu yang menderita penyakit gonoraika). Dapat pula melalui handuk atau bahan lain yang mengandung kuman yang berasal dari alat kelamin dan kemudian digunakan untuk mata. Gejala dini berupa kelopak mata bengkak kemerahan. Bila dibuka tampak getah mata yang berupa nanah. Penanggulangan yang diperlukan adalah pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter. b. Konjungtivitis difteri Kuman difteri biasanya menyerang selaput lendir pada tenggorokan, tetapi dapat pula menyerang selaput lendir mata. Tanda- tanda yang tampak apabila kelopak mata dibalik akan tampak selaput berwarna putih pada selaput lendir mata bagian kelopak mata. Kalau selaput putih ini diambil/lepaskan akan timbul pendarahan. Apabila ditemukan gejala semacam ini perlu segera diperiksakan dokter, karena apabila terlambat dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh yang lain (jantung). c. Trakoma Trakoma merupakan penyakit infeksi yang kronis (menahun) pada selaput lendir mata dan komplikasinya dapat menimbulkan kebutaan. Penyakit ini disebabkan Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 200 oleh kuman trakoma yang bersifat menular. Gejala-gejala trakoma diantaranya rasa gatal, mata merah disertai getah mata. Pada kornea dapat terjadi radang yang disertai pembentukan pembuluh darah baru. Tahap berikutnya terjadi pemecahan folikel yang menyebabkan terjadinya jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menarik pinggir kelopak matayang akan selalu menggeser pada kornea sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan kornea. Kerusakan kornea menyebabkan kornea menjadi keruh sehingga mengganggu penglihatan. Hal lain yang dapat terjadi adalah timbulnya infeksi pada kornea, sehingga terjadi tukak kornea. Apabila dibiarkan tukak kornea akan bertambah dalam yang akhirnya akan terjadi lubang pada kornea sehingga isi bola mata akan keluar dan penderitanya menjadi buta. Pencegahan yang utama melalui menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan. Sementara penderitanya perlu segera memperoleh perawatan dokter. G. Spina Bifida Spina bifida adalah bentuk kecacatan kongenital di mana terjadi mal-formation atau pembentukan yang tidak sempurna dari spinal vertebra (tulang belakang), sehingga bentuk spinal cord (sumsum tulang belakang) di dalamnya juga tidak sempurna. Hal ini disebabkan oleh perkembangan janin yang tidak sempurna/abnormal. Sebab spina bifida sampai sekarang tidak dapat diketahui. Insidensi dari kelainan ini adalah 1 dari 1000 kelahiran hidup (Hallahan, 1988). Ada tiga jenis spina bifida, sebagai berikut: 1. Spina Bifida Occulta Spina bifida jenis ini kelainnnya hanya sedikit dan ringan di mana pada kulit Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 201 belakang terdapat kerutam kulit dan tumbuh rambut di daerah pinggang (lumbal) atau leher bagian belakang. Walaupun tidak tampak ada kerusakan spinal cord tetapi gangguan neurologis pada tungkai sering terganggu terutama pada masa pertumbuhan. Sumsum tulang belakang tidak keluar dari tulang. Kulit di atas tempat kelainan dapat normal ataupun terdapat tanda. Umumnya mereka jarang membutuhkan perawatan khusus. 2. Spina Bifida Meningocele Spina Bifida jenis ini terdapat suatu kantung atau tonjolan pada tubuh anak bagian belakang, tertutup kulit, berisi cairan sumsum (spina fluid) tanpa jaringan saraf. Kelumpuhan tidak umum dijumpai. Biasanya dengan pembedahan tonjolan tersebut dapat dihilangkan kelainannya. Gambar 25. Contoh Bentuk Kelainan Spina Bifida Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 202 3. Spina Bifida Myelomeningocele Jenis spina bifida ini termasuk yang paling parah. Terdapat penonjolan cairan spinal maupun sebagian dari spinal cord sendiri, sehingga fungsi dari syaraf mulai dari regio tersebut menjadi terganggu baik motorismaupun sensorisnya. Kasus ini dapat terjadi di mana saja tetapi paling sering di thoaracolumbal (pinggang). Tindakan operasi selalu dilakukan untuk menutup/merekonstruksi tulang vertebra yang terbuka, namun tidak dapat memperbaiki struktur syaraf yang sudah rusak atau tidak berfungsi secara normal. Pada umumnya kasus ini akan menimbulkan ganggung sebagai berikut (Maskun Pudjianto, 2006): a. Kelayunan motoris (flaccid paralysis) dan hilangnya fungsi sensoris. b. Tidak dapat merasakan saat berak dan kencing c. 80% timbul hidrocepalus d. Kesulitan belajar (terkait hidrocepalus) e. Beberapa mengalami gangguan inteligensia, persepsi visual dan gangguan fungsi tangan. f. Kadang ada gangguang kongenital lain seperti gangguan clubfoot atau kelainan musculoskeletal yang lain. David Werner (2002) mendeskripsi beberapa masalah yang terjadi bersama spina bifida sebagai berikut: a. Resiko tinggi terinfeksi dan anak meninggal karena meningitis. b. Kepala besar atau hidrosefalus. Cairan yang terbentuk di dalam kepala tidak dapat mengalir secara normal ke sumsum tulang belakang, sehingga mengumpul dan menekan otak. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 203 c. Kerusakan otak karena tertekan cairan, dengan rusaknya otak maka ada resiko kemungkinan terjadinya buta, retardasi mental, mengalami serangan (epilepsi) atau terkena cerebralpalsy. d. Lemah otot dan hilangnya perasaan. Tungkai atau kaki mungkin lumpuh dan mati rasa atau sedikit saja daya rasanya. e. Salah satu atau kedua panggul mungkin meleset. f. Kaki mungkin berputar ke bawah dan ke dalam, ke atas atau ke samping. g. Mungkin terjadi kekejangan (spastisitas otot) di tungkai dan kaki. h. Kontrol buang air besar dan kecil kurang/tidak baik. Anak dengan kondisi spina bifida masa depannya sangat tergantung pada seberapa serius kecacatannya, kecepatan dan ketepatan perawatan serta penanganan secara umum dan tidak ketinggal juga faktor dukungan keluarga. Semakin tinggi di punggung letak kelainan itu atau semakin parah sumsum tulang belakang yang terkena, maka semakin parah kelumpuhan dan masalah-masalah lainnya. Perawatan kelainan terutama apabila terdapat kantong syaraf di tulang belakang ketika bayi baru lahir, mungkin hidupnya akan lebih baik apabila bayi yang bersangkutan dioperasi setelah beberapa minggu kelahiran. Jika tidak dapat dioperasi, perlu diberikan perlindungan kantong sarafnya sehingga penutupnya yang tipis tidak pecah atau terluka, karena bila terjadi dapat menyebabkan meningitis. Bagi anak-anak spina bifida yang mengalami penurunan kemampuan kontrol buang air besar (pengendalian usus besar) dan kecil (pengendalian kandung kemih) dapat diberikan kantong/tempat khusus atau dibantu menangani kandung kemih/usus besarnya sehingga mereka relatif lebih kering, bersih dan sehat. Oleh karena itu sangat penting anggota keluarga dan petugas rehabilitasi memabntu anak melatih program kandung Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 204 kemih dan usus besar yang baik. Tindakan penanganan kelainan yang diperlukan di antaranya (Maskun Pudjianto, 2006) berupa: a. Penguluran otot yang kontraktur (pemendekan) b. Penguatan otot bagi yang lemah c. Mobilisasi sendi pada keterbatasan gerak sendi atau untuk pencehanan d. Aktivitas ADL dan adaptasi lingkungan aktivitas, baik dengan alat bantu jalan ataupun tidak. e. Pemberian splint/bidai atau brace untuk alat penyanggan tungkai agar mampu berjalan. f. Aktivitas rekreasi. H. Radang Selaput Lendir Radang selaput lendir atau congek merupakan penyakit telinga atau infeksi telinga tengah yang dapat mengganggu fungsi pendengaran. Congek merupakan proses infeksi di rongga telinga bagian tengah yang berlangsung menahun. Hal ini dapat terjadi karena kuman dari rongga hidung dan tenggorokan yang masuk ke dalam lubang telinga bagian tengah. Keadaan semacam ini sering terjadi terutama setelah anak-anak terserang radang rongga hidung atau radang amandel yang umumnya dengan gejala batuk, demam, pilek. Kuman-kuman ini masuk ke dalam rongga telinga bagian tengah melalui saluran eustachius. Pada anak-anak saluran ini ukurannya lebih pendek dan posisinya lebih mendatar. Akibatnya bila anak mengalami infeksi di daerah hidung dan tenggorokan akan lebih mudah menjalar ke rongga telinga tengah. Akibatnya Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 205 terjadi radang pada selaput lendir bagian tengah, membengkak dan mengeluarkan cairan berupa nanah. Cairan dapat menumpuk di dalam rongga telinga tengah dan dapat memecahkan gendang telinga, sehingga cairan mengalir keluar telinga. Penyakit ini sekilas hanya merupakan penyakit telinga biasa.Namun apabila tidak diobati bisa menyebabkan komplikasi yang sangat merugikan. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini antara lain: 1. Ketulian. Cairan dalam rongga tengah dapat menghambat getaran suara. Ini akibat kelebihan cairan menekan gendang telinga. Akibatnya telinga bagian tengah tinggal 1/8 atau ¼ bagian saja. Infeksi telinga tengah juga dapat menyebabkan kerusakan atau gendang telinga berlubang. Pada keadaan tertentu bahkan dapat merusak tulangtulang pendengaran yang letaknya di rongga telinga tengah. Hal ini akan menghambat jalannya suara untuk mencapai rumah siput dengan akibat ketulian jenis tuli hantar. Selain itu infeksi telinga tengah terutama yang menahun dapat mengakibatkan tuli syaraf karena adanya kerusakan pendengaran yang terletak di dalam rumah siput. Hal ini akibat menjalarnya bakteri dari telinga bagian tengah ke rumah siput. Selain itu dapat juga sebagai akibat pengikisan tulang yang membatasi rongga telinga tengah dan dalam oleh kolsteatoma (jaringan akibat congek menahun). Gangguan yang lain adalah telinga berdering (titinus). Gangguan ini akibat kerusakan pada gendang telinga, timbunan cairan di dalam rongga telinga tengah atau karena kerusakan syaraf telinga. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 206 2. Infeksi tulang mastoid Rongga telinga tengah berhubungan langsung dengan rongga mastoid yang menonjol di belakang telinga. Akibatnya bila terjadi infeksi rongga telinga tengah, infeksi ini dapat menyebar ke rongga dan tulang mastoid. Gejala yang ditimbulkan antara lain kulit di belakang telinga berwarna merah, nyeri, bengkak dan bila pecah dapat mengeluarkan nanah. Bekas keluarnya nanah tersebut sering tidak menutup kembali, sehingga meninggalkan bekas berupa celah yang sering mengeluarkan nanah. 3. Wajah mencong Infeksi telinga tengah juga dapat merusak syaraf dengan akibat wajah/muka menjadi mencong ke salah satu sisi. Ini akibat terganggunya syaraf yangmengatur otot-otot wajah atau mimik yang letaknya di dalam rongga telinga tengah. 4. Pusing (vertigo) Penyebaran infeksi telinga tengah ke telinga dalam selain dapat merusak syaraf pendengaran juga dapat merusak syaraf keseimbangan yang mengakibatkan pusing. Hal ini karena letak syaraf yang mengatur alat keseimbangan tubuh berada di dalam telinga, berdekatan dengan syaraf pendengaran. 5. Infeksi selaput otak (meningitis) dan otak (encepalitis) Infeksi telinga tengah dapat menjalar ke alat di sekelilingnya, antara lain selaput otak (meningitis), dengan gejala panas tinggi, dan kejang-kejang yang dapat membahayakan jiwa apabila tidak mendapatkan pengobatan segera. Ada beberapa perlakuan salah yang sering dilakukan orangtua pada anaknya yang menderita congek. Akibatnya bukannya congek menjadi sembuhmelainkan mqalah menjadi kronis. Tindakan orangtua yang salah itu antara lain: Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 207 a. Menyumbat telinga. Tindakan ini dilakukan dengan menyumbat lubang telinga dengan kapas atau benda lain. Tindakan ini berbahaya karena akan mengakibatkan tertimbunnya cairan di dalam rongga telinga tengah dan justru mendesak ke arah dalam. Akibatnya kondisi gangguan akan semakin parah. b. Sembarangan memasukkan obat. Perilaku ini akan mengganggu aliran cairan dan juga dapat mengakibatkan kerusakan syaraf telinga. c. Berenang atau menyelam. Dalam keadaan gendang telinga tidak utuh lagi, maka air kolam yang tidak dijamin kebersiahnnya dapat mengakibatkan infeksi telinga berulangkembali. Cara mengeringkan telinga yang berair karena congek antara lain: a. Gulung kapasyang sudah dipipihkan. b. Masukkan ujung kapas berbentuk kerucut ke dalam air masak atau cairan H2O2 3% lain peras sampai tak menetes. c. Masukkan ujung kapas yang sudah diperas tersebut ke liang telinga yang berair selama beberapa detik. d. Buang kapas yang sudah kotor, dan masukkan kapas yang baru. e. Lakukan berulang-ulang sampai tidak ada cairan. f. Bersihak dengan cara ini sehari 3 kali sampai telinga kering. I. Disfungsi Minimal Otak Disfungsi minimal otak merupakan gangguan fungsi pada bagian otak tertentu. Otak manusia terbagi dalam berbagai bagian yang masing-masing mempunyai fungsi khusus. Meskipun ada spesialisasi fungsi, bagian-bagian otak bekerja secara terpadu. Apabila terjadi suatu kelainan atau hambatan sewaktu berlangsungnya perkembangan Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 208 bagian otak tertentu, maka akan timbul gangguan atau disfungsi yang berkaitan dengan fungsi bagian otak yang bersangkutan. Hal ini pula yang terjadi pada kasus DMO berwujud dalam berbagai gejala. Gejala-gejala DMO sering tidak nyata (minimal), sehingga tidak mudah dideteksi. Dari sekian banyak gejala DMO pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam gejala (a) tidak terampil (clumsiness), (b) kesulitan belajar khusus, berupa kesulitan bahasa (disfasia), menulis (disgrafia), membaca (disleksia), berhitung (diskalkulia), (c) gejala hiperaktivitas dan (d) gejala-gejala neurologis samar (minor), seperti kesulitan dalam pemusatan perhatian (Lazuardi, dalam Haris Mudjiman, Munawir Yusuf, 1990). Gejala-gejala ini umumnya menimbulkan masalah kesulitan belajar pada anak, makin banyak gejala yang terdapat dalam diri seseorang anak, makin berat keadaannya. Anak kerap dicap anak bodoh dan hal ini dapat mempengaruhi pembentukan citra diri. Apabila hal ini tidak segera ditangani, akan problem tingkahlaku, yang tidak hanya menghambat pengembangan pribaditetapi juga mengganggu lingkungan. Kesulitan belajar karena DMO sama sekali bukan disebabkan oleh faktor potensi inteligensi yang rendah, bahkan tak jarang kasus ini menimpa anak yang inteligensinya tinggi. Penyimpangan fungsi otak dapat disebabkan oleh faktor genetik, kelainan perkembangan otak pada masa pranatal, proses kelahiran serta adanya penyakit atau cedera yang terjadi pada tahun-tahun kritis perkembangan sistem syaraf pusat. Gejala DMO pada masa bayi diataranya adanya gejala terus menerus menangis, susah tidur, bergerak berlebihan dalam tidurnya atau mudah kaget oleh suara-suara yang tidak Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 209 terlalu keras. Pada anak usia di atas 2 tahun, gejala DMO dapat berupa keterlambatan bicara dan minimnya kemampuan berbahasa. Gejala lain dapat berupa gangguan keseimbangan dan koordinasi, misalnya anak sering jatuh, kurang terampil membuka dan memasang kancing baju atau tali sepatu, kurang terampil melempar dan menangkap bola atau tidak dapat berjalan pada titian. Gejala hiperaktivitas juga dapat sebagai tanda DMO, misalnya anak tidak dapat diam barang sejenak di manapun ia berada, mudah sekali teralihkan perhatiannya, tidak mampu memusatkan perhatian atau berkonsentrasi pada satu tugas tertentu. Pada masa sekolah, gejala DMO di samping gejala-gejala yang sudah disebutkan juga berupa kesulitan belajar yang sifatnya spesifik, salah satunya disleksia. Dari uraian di atas, maka gejala DMO secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Tidak dapat memusatkan perhatian, misalnya: (a) Sering tidak dapat menyelesaikan tugas (b) Sering tampak seperti tidak mendengarkan (c) Mudah beralih perhatian (d) Sulit berkonsentrasi atau memusatkan perhatian pada tugas-tugas di sekolah dan tugas-tugas lainnya (e) Sulit untuk dapat bertahan pada satu aktivitas permainan 2. Impulsif, sseperti: (a) sering bertindak sebelum berfikir (b) Beralih secara berlebihan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya (c) Sulit mengatur pekerjaan (d) Memerlukan banyak pengawasan Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 210 (e) Dalam kelas sering melakukan interupsi, misalnya mengacungkan jari untuk hal-hal yang tidak perlu (f) Sulit menunggu giliran dalam permainan 3. Hiperaktif, seperti perilaku berikut: (a) Berlari-lari atau memanjat secara berlebihan (b) Sulit duduk diam, tidak dapat tenang (c) Bergerak berlebihan dalam tidurnya (d) Selalu bergerak terus seperti didorong oleh kekuatan mesin 4. Memperlihatkan perilaku anti sosial, yang umumnya dijumpai pada anak yang lebih tua, seperti tidak mampu mengembangkan pergaulan yang menyenangkan di antara kelompok sebaya, di rumah atau di sekolah sering ditolak, sehingga ia menjadi agresif dan berontak terhadap lingkungan. 5. Kesulitan belajar, yang disebabkan oleh gangguan neurologik, adanya aktivitas berlebihan sehingga mempengaruhi kemampuannya berkonsentrasi dan menerima informasi dariluar, termasuk dalam belajar. 6. Gejala emosional lain, seperti depresi dan citra diri yang buruk. Penanganan penderita DMO harus dilakukan dengan pendekatan yang sistimatis dan terpadu antar berbagai disiplin ilmu. Demikian juga harus bekerjasama dengan orangtua. J. Hidrosefalus Hidrosefalustermasuk penyakit yang sering menimpa bayi dan balita. Ciri khusus yang sangat mudah dikenali adalah adanya kepala yang besar terutama di bagian depan, membengkak melebihi ukuran normal. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 211 Penyebab hidrosefalus ada gangguan pada cairan serebraospinal (cerebrospinal fluid-CFS) yang bersirkulasi di dalm otak. Dalam otak CFS bersirkulasi dalam bagian-bagian otak, selaput pembungkus otak, serta pada kanal tulang belakang. Kemudian CFS ini diserap ke dalam sistem sirkulasi tubuh oleh bagian subarachnoid yang ada di atas otak. Namun karena suatu sebab, sirkulasi ataupenyerapan itu terganggu atau tersumbat. Sehingga CFS yang terbentuk berlebihan dan terakumulasi di dalam otak. Akibatnya cairan ini menekan otak, tempurung kepala, dan merusak jaringan otak. Hidrosefalus juga dapat disebabkan oleh gangguan saat dalam kandungan atau setelah bayi lahir. Hidrosefalus pada janin disebabkan oleh infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus, Herpesvirus) pada ibu hamil. Sedangkan setelah lahir bisa karena cacat bawaan yang menyumbat aliran CFS, infeksi meningitis atau encephalitis atau cedera persalinan. Sindrom tertentu, faktor genetik, ibu hamil kurang gizi diduga berperan, namun belum dapat dipastikan (Nelson, 1988). Hidrosefalus juga disebabkan karena tumor sistem syaraf pusat, atau trauma saat proses kelahiran. Misal akibat pecahnya pembuluh darah di bagian subarachnoid. Di samping itu kelainan di mana kolom tulang belakang di kepala tak menutup sempurna, diduga kuat juga bisa menyebabkan hidrosefalus. Gejala-gejala hidrosefalus bervariasi tergantung penyebabnya, usia saat gangguan ini timbul, serta besarnya kerusakan jaringan otak. Pada bayi akumulasi CFS pada otak menyebabkan umbun-umbun tegang, menonjol dan kepala membesar. Pembesaran ini terjadi karena tulang-tulang tengkorak bayi belum sepenuhnya merapat (umumnya baru merapat sempurna saat anak berusia 5 tahun). Gejala lain Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 212 dahi melebar, kulit kepala menipis. Pembuluh darah di kulit kepala serta celah antar sambungan tulang tengkorak juga makin melebar. Gejala lainnya berupa cracked pot sign, yakni bunyi seperti pot yang retak saat kepala diketuk jari. Bola mata kedorong ke bawah, sehingga bintik hitam mata (iris) tampak seperti matahari mau terbenam. Mata bisa juling, pergerakannya juga tidak teratur. Bila terjadi kerusakan syaraf penderitanya bisa mengalami gangguan kesaran, gangguan motorik, kejang, muntah, nyeri kepala, kadang gangguan organ vital tubuh. Karena CFS yang diproduksi terus meningkat dan tak ada penyerapan sama sekali, tekanan pada otakpun terus meningkat dan menipiskan jaringan otak. Akibatnya kemampuan berfikir, inteligensi dan perkembangan motorik anak terhambat. Apabila CFS terus menekan batang otak dan menekan pusat pernafasan, penderitanya dapat meninggal. Dari uraian di atas secara singkat dapat dideskripsikan gejala hidrosefalus sseagai berikut: 1. Gejala awal pada bayi: a. Pembesaran kepala b. Menonjolnya umbun-umbun dengan/tanpa pembesarankepala c. Melebarnya sutura (celah antar sambungan tulang tengkorak) 2. Gejala-gejala yang berlanjut: a. Rewel b. Kontrol emosi jelek c. Kram otot 3. gejala-gejala yang sudah parah: a. Penurunan fungsi mental Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 213 b. Perkembangan dan pertumbuhan terlambat c. Gerak kurang, lambat, terbatas d. Susah makan e. Lunglai, ngantuk berlebihan f. Ngompol tak terkontrol g. Tangis keras, melengking, namun singkat 4. Gejala pada balita/ anak yang lebih besar: a. Sakit kepala b. Muntah c. Perubahan penglihatan d. Mata juling e. Gerakan mata tak terkontrol f. Hilangnya koordinasi gerakan g. Pola berjalan tidak normal h. Gangguan mental, bingung, linglung. Banyaknya macam dampak hidrosefalus terhadap kejadian kelainan/kecacatan, maka pemeriksaan kepala dan pengobatan hidrosefalus sangat penting. Tujuan pemeriksaan lingkar kepala untuk mendeteksi dini keumungkinan terjadi hidrosefalus. Sedang tujuan pengobatan adalah untuk mencegah atau meminimalisir pengumpulan CFS agar tidak terjadi kerusakan jaringan otak yang lebih parah. Yang penting adalah pencegahan, dengan pemeriksaan lingkar kepala saat periksa ke dokter, tidak hanya mengukur berat dan tinggi badan saja. Karena pencegahan lebih mudah dan murah. Menurut para ahli, bagi penderita hidrosefalus yang dapat ditangani secara dini, dan dapat bertahan hidup selama 1 tahun, maka 80% mereka nantinya dapat hidup normal. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 214 Hidrosefgalus yang bukan karena infeksi maka peluangnya hidup lebih besar. Sementara hidrosefalus yang karena tumor, maka peluang sembuhnya tidak pasti. K. Morbili/Campak Istilah morbili di Indonesia banyak sekali ragamnya seperti di Jawa dengan istilah gabagen, tampeule di Sunda, Edeh (Lombok), campak, rubela dan sebagainya. Morbili atau campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat sebabkan oleh sebuah virus campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita. Insiden tertinggi adalah usia 2 dan 14 tahun. Masa inkubasi 8-14 hari Gejala-gejala morbili/campak adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak demam. Bercak mula-mula timbul di pipi awah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi morbili/campak adalah radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Sebaiknya penyakit morbili harus mendapatkan perhatian yang tuntas, dari semua warga masyarakat, sebab: 1. Morbili merupakan contoh yang terbaik dari pengaruh timbal balik infeksi dan keadaan gizi. Artinya gizi baik dapat mencegah morbili, demikian pula sebaliknya 2. Morbili merupakan penyakit yang paling berbahaya yang menyerang anak-anak, yang biasanya terdapat di negara sedang berkembang. Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan permanen dan kematian. Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 215 3. Banyak anggapan sementara penduduk maupun ahli medis bahwa morbili hanyalah merupakan penyakit infeksi biasa. 4. Vaksinasi morbili merupakan tindakan yang paling menguntungkan dan paling ringan untuk meningkatkan kesehatan anak-anak terutama agar terhindar dari serangan morbili. Biasanya pada kasus morbili ada dua hal yang merugikan anak yaitu anak yang menderita morbili berat akan mengalami malnutrisi dan sekaligus infeksi. Pada anakanak yang kurang gizi berat, morbili yang diderita biasanya akan lebih berat. Pada anak malnutrisi, kematian akibat penyakit morbili ini mungkin 400 kali lipat lebih besar dari pada anak-anak yang cukup gizi. Di antara penyakit infeksi, morbili mempunyai pengaruh terbesar terhadap keadaan gizi anak. Ini berdasarkan kenyataan data anak-anak setelah mengalami penyakit ini mengalami penurunan berat badan yang drastis, begitu pula Protein Kalori Malnutrisi (PCM). Umumnya negara-negara dengan penduduk padat mengalami epidemi morbili tiap tahun dengan frekwensi tertinggi setiap dua tahun sekali, dan anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi hanya beberapa saja yang dapat terhindar dari penyakit ini. Di negara yang penduduknya jarang atau sedikit jumlah penduduknya, pertemuan antar penduduk serta komunikasi verbal ataupun non verbal sangat kurang, maka epidemi penyakit ini jarang terjadi, hanya setiap 7 atau bahkan 12 tahun sekali. Umur saat sakit (age incidence) pada penderita morbili di negara-negara sedang berkembang berbeda dengan di negara-negara maju seperti di Eropa. Berdasarkan penyelidikan, selama 4-5 bulan kehidupan pertama, anak-anak bebas dari penyakit ini karena mendapat antibodi yang berasal dari sang ibu. Tetapi setelah 5 bulan kemungkinan besar anak dapat terserang penyakit morbili. Bardasarkan Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 216 penelitian serologis yang diadakan di Rumah Sakit Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 1977 menunjukkan bahwa anak-anak telah mengalami morbili saat mereka mencapai umur 5 tahun (75%) dari semua kasus. Dan angka tersebut meningkat 100% setelah anak berusia 12 tahun. Cara pencegahan yang murah adalah dengan menjaga kesehatan dengan makanan yang sehat, berolahraga yang teratur dan istirahan yang cukup. Sedang pencegahan yang paling efektif adalah dengan imunisasi campak. Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif untuk melindungi terhadap penyakit campak, diberikan umur 9 bulan atau lebih. Diberikan sebanyak 2 kali pada usia balita dan sekali pada usia sekolah dasar kelas 1. L. Tuberculosa (TBC) Tubercolusa merupakan penyakit infeksi berat yang paling sering diketemukan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Penularan terjadi melalui droplet dari saluran nafas pasien dengan tuberculosa paru aktif. Infeksi tranplasenta terjadi dengan masa inkubasi 2-10 minggu. Tuberculosa yang kini diketemukan di negara-negara sedang berkembang sangat berbeda dengan Tuberculosa di negara industri, karena akibat adanya perbedaan gizi, faktor genetis, umur saat terjadinya infeksi yang pertama kali, adanya infeksi-infeksi tambahan pada anak-anak, serta perbedaan dalam jumlah baksil yang menyerang. Pada anak-anak balita di negara sedang berkembang frekwensi droplet (percikan air dari batuk/bersin) pada bayi dan anak kecil sangat tinggi. Ini terjadi karena anak-anak lebih sering digendong-gendong oleh orang tuanya, dan juga Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006 217 kebanyakan hidup dalam keluarga yang besar. Sampai akhir abad ke-19, mortalitas karena TBC di Eropa masih tetap tinggi, sama dengan yang kini terlihat di negaranegara sedang berkembang. Sementara itu, data tentang reaksi terhadap tes tuberculin baru didapat sesudah tahun 1920. Sensitalitas terhadap tuberculin disebabkan oleh faktor-faktor antibodi, tetapi merupakan proses yang bersifat selular, sehingga dipengaruhi oleh keadaan gizi individu. Penyebaran lesi dipercepat bila gizi anak jelek. Telah banyak dibuktikan bahwa tuberculosa jauh lebih berat pada anak-anak yang kurang gizi. Pada suatu penyelidikan telah ditunjukkan bahwa insiden komplikasi-komplikasi TBC yang berat maupun yang progresif, ternyata menurun dengan adanya perbaikan gizi. Pada umumnya apabila bayi usia muda mengalami infeksi maka akan terjadi suatu keadaan under nutrisi selama 2-3 minggu berikutnya. Keadaan gizi yang jelek akan mempermudah penyebaran baksil TBC dalam tubuh, sehingga terjadi jatuh sakit. Penyakit TBC yang dapat menimbulkan kecacatan adalah jenis tuberculosa tulang belakang. Gejala – gejala yang umum sebagai berikut: 1. Sedikit demi sedikit mulai terbentuk benjolan di tulang punggung. Ini karena bagian depan satu vertebra atau lebih rusak dan melesak. 2. Anak sulit membungkuk ke depan untuk memungut benda-benda. 3. Mungkin terbentuk abses (membesar) penuh dengan nanah di dekat benjolan tulang belakang. Mungkin abses pecah di bagian tubuh lebih bawah dan mengeluarkan nanah. 4. Tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera sumsum tulang belakang diantaranya: rasa sakit, mati rasa, lemah atau kaki dan tungkai lumpuh, hilangnya kontrol atas kandung kemih dan usus besar (David Werner, 2002). Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006