HUBUNGAN AIRTANAH DAN KONDISI GEOLOGI DALAM PENENTUAN KUALITAS DAN POTENSI AIRTANAH KECAMATAN BRUNO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH Fivry Wellda Maulana Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta SARI Pemanfaatan airtanah secara tidak tepat, dapat mengakibatkan degradasi kualitas dan kuantitas terhadap airtanah itu sendiri,. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami keberadaan airtanah (lokasi, kedalaman, dan arah aliran) serta potensi airtanah (kualitas dan kuantitas). Daerah telitian secara geografis terletak pada koordinat 109o47’28” BT–110o8’20” BT dan 7o32’0” LS– 7o54’0” LS, secara administrasi merupakan wilayah Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo dengan luas wilayah 108,43 km 2 yang terletak kurang lebih 60 km dari Yogyakarta. Penelitian ini didasarkan pada kondisi geologi yang ada, karena keterdapatan airtanah sangat dipengaruhi oleh topografi, litologi, curah hujan dan tata guna lahan. Litologi didominasi dari batuan beku yang masif keras tetapi dirajam kekar secara rapat, sehingga memiliki struktur bercelah dengan porositas retakan. dan aliran airnya juga akan melalui rekahan, dan celah-celah batuan. Berdasarkan analisa fisik seperti warna, bau, rasa, dan suhu di lapangan serta nilai pH, DHL dan TDSnya termasuk mutu airtanah baik, mutu cukup untuk kepentingan air minum dan mutu sangat baik-mutu baik untuk kepentingan irigasi. Hasil analisa kimia dari laboratorium didapatkan jenis air tanah yang ada di daerah telitian yaitu Magnesium Bikarbonat sedang mutu airtanah berdasarkan konsentrasi unsur/senyawa yang dominan adalah baik tanpa ada faktor penghambat, sedangkan hasil analisa biologinya berdasarkan kandungan bakteri Colli, mutu air jelek untuk air minum sehingga perlu penanganan lebih khusus. Kecamatan Bruno termasuk wilayah potensi tinggi sampai rendah karena berdasarkan kualitas didapatkan mutu air minum baik dan, kuantitas yang ada mempunyai debit air 0,02-12 liter/detik. 1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya air tanah pada saat ini untuk menunjang kegiatan pembangunan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan pembangunan. Sumber daya airtanah telah menjadi komoditi ekonomi yang mempunyai peran penting dalam menunjang masyarakat dalam segala aktivitas yang dilakukanya terutama sebagai pasokan sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari penduduk, proses industri, irigasi dan di berbagai daerah perananya bahkan dapat digolongkan strategis. Dampaknya semakin pentingnya peranan air tanah sebagai sumber pasokan untuk berbagai keperluan tersebut, diperlukan tindakan nyata dalam pengelolaan sumber daya air tanah yang berwawasan lingkungan, yakni segala upaya yang mencakup inventarisasi, pengaturan pemanfaatan, perizinan, pembinaan, pembinaan, dan pengendalian serta pengawasan dalam konservasinya. Pengelolaan air tanah tersebut perlu dilakukan secara bijaksana dgn bertumpu pada asas fungsi sosial dan nilai ekonomi, kemanfaatan umum, keseimbangan, dan kelestarian. Kecamatan Bruno merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Purworejo, yang dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan berbagai sektor pembangunan di daerah tersebut berimplikasi terhadap bertambahnya kebutuhan akan air bersih sebagai salah satu faktor penunjangnya. Pemanfaatan airtanah secara tidak tepat, dapat mengakibatkan degradasi i kualitas dan kuantitas terhadap airtanah itu sendiri, juga akan berdampak terhadap integritas ekologi di sepanjang daerah aliran dan luahan. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami keberadaan airtanah (lokasi, kedalaman, dan arah aliran) serta potensi airtanah (kualitas dan kuantitas). 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui pengkajian pustaka, penelitian di lapangan, dan analisa di laboratorium. Data yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu : Data primer, yaitu data yang didapat dengan cara pengamatan di lapangan, observasi, dan wawancara langsung di lapangan, serta hasil analisa di laboratorium. Data primer berupa ketinggian dan kedalaman muka airtanah, fluktuasi muka airtanah, sifat fisika dan sifat kimia airtanah. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari pustaka dan instansi terkait. Data sekunder berupa Peta Rupa Muka Bumi, Peta Geologi, dan data curah hujan. 3. Kondisi dan Geologi Iklim Sebagaimana umumnya daerah lain di Indonesia, wilayah Kabupaten Purworejo, khususnya Kecamatan Bruno mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November hingga Maret, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April hingga Oktober. Curah hujan rata-rata pertahun di daerah telitian berkisar antara 3.472,6370 mm (milimeter) dan hari hujan berkisar antara 115,8640 HH (hari hujan). Geomorfologi Berdasarkan pembagian fisiografi Jawa Tengah menurut Van Bemmelen (1949), wilayah Kabupaten Purworejo sebagian terletak di Zona Depresi Tengah Jawa Tengah, sebagaian berada di Pegunungan Serayu Selatan, dan sebagian lagi menempati Pegunungan Progo (Pegunungan Menoreh). Berdasarkan kenampakan di lapangan daerah telitian seluruhnya termasuk dalam satuan geomorfologi perbukitanyang dibangun oleh sekumpulan bukit dan lembah, yang mempunyai ketinggian berkisar antara 100 – 1.053 meter di atas permukaan laut. Satuan geomorfologi daerah telitian merupakan bagian dari jalur Pegunungan Menoreh yang memanjang dengan arah Utara-selatan. Secara dominan tersusun oleh batuan yang relatif resisten yaitu, breksi lava, batuan beku terobosan, batugamping dan batupasir sehingga menimbulkan topografi yang relatif menonjol. Geologi Batuan yang menyusun wilayah Kabupaten Purworejo mengikuti tata stratigrafi yang ada di Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Menoreh. Kecamatan Bruno yang berada di bagian timur banyak dipengaruhi oleh stratigrafi Pegunungan Menoreh, yang terdiri dari Formasi Andesit Tua (Van Bemmelen, 1949), Formasi Jonggrangan, Formasi Sentolo, Endapan Alluvium. Berdasarkan pengamatan di lapangan, litologi yang tersingkap di daerah telitian berupa andesit, batugamping, dan breksi yang termasuk dalam Satuan Formasi Andesit Tua. Struktur geologi banyak di dominasi oleh gaya yang di hasilkan oleh intrusi andesit. Serta gaya tektonik dari utara selatan yang merupakan zona subduksi di bagaian selatan daerah telitian. 4. Hubungan Airtanah Dan Kondisi Geologi Hubungan Komposisi Kimia Airtanah dengan Petrologi Akifer Akuifer yang mengandung airtanah di Wilayah Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo merupakan Akuifer Bruno yang dominan disusun oleh batuan vulkanik dan sebagian batuan sedimen seperti breksi dan batugamping berlapis. Dengan karakter yang ada litologi akifer daerah telitian mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut : 1. Air tanah pada batuan vulkanik : Permeabilitas dihasilkan dari rekahan dan sebagian mempunyai porositas besar dan baik sebagai akifer. Mengandung sedikit zat padat yang terlarut karena banyak mengandung senyawa silikat yang resisten, terkecuali pada daerah kering dimana banyak zat yang terlarut melalui proses evaporasi Unsur besi dibebaskan dari mineral piroksen, mika, dan ampibol yang terlarutkan. Unsur atau ion sulfat dihasilkan dari oksida sulfat seperti pirit, Cl relatif sedikit baik dari batuan maupun dari atmosfer 2. Airtanah pada batuan sedimen : Kontak antara airtanah dengan batuan relatif luas karena permeabilitas rendah dan waktu kontaknya relatif lama Zat padat yang terlarut tergantung pada unsur penyusunya Batuan dengan kandungan silika murni tanpa semen yang dapat larut mengandung total dissolved solid (TDS) yang rendah Batuan dengan kandungan semen yang dapat larut mengandung SO42-, Cl-, Na+, Mg2+, dan Ca2+ dalam jumlah yang biasa lebih besar daripada batuan karbonat (daerah kering) 3. Airtanah pada batuan karbonat : Pelarutan tergantung pada CO2 bebas sedang kecepatan pelarutan tergantung komposisi batuan Karena dolomitisasi porositas bertambah besar karena mineral kalsit terubah menjadi dolomit sehingga volumenya berkurang Proses-proses diagenesa mengakibatkan porositas dan permeabilitas berkurang Aliran airtanah melalui rekahan-rekahan Banyak mengandung ion karbonat sedikit klorida dan sulfat TDS rendah karena luas permukaan kontak dan daya larut kecil dengan pH >7 2 Pada batugamping halus mengandung SO4 dan Cl tinggi, sedang pada 2+ batua porous mengandung HCO3 dan Ca yang tinggi. Analisa Kimia Analisa kimia dilakukan terhadap sampel airtanah yang telah diambil di daerah kecamatan Bruno. Hasil analisa kimia airtanah yang didasarkan konsentrasi kandungan kimia dapat dilihat pada table. Tabel. Hasil Uji Kimia A Natrium (Na) Kalium (K) Kalsium (Ca) Satuan mg/l mg/l mg/l Metode Uji Titrimetri Titrimetri Titrimetri Hasil Uji Sampel Desa Desa Singolopo I Singolopo II 5,1 4,4 1,9 1,4 2,4 2,4 Magnesium (Mg) Besi (Fe) Mangan (Mn) Klorida (Cl) HCO3 SO4 CaCO3 NO2 NO3 Zat Organik Deterjen mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l Titrimetri Spektrofotometri Spektrofotometri Titrimetri Titrimetri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Titrimetri Spektrofotometri 21,8 0,05 < LD 6,0 79,8 0 24,2 <LD 1,8513 0,603 ttd 17,8 0,3 < LD 6,0 32,7 2 20,2 < LD 9,0168 1,505 Ttd Keterangan : LD = Limit Deteksi (Fe=1.0; Mn=0.002; NO 2=0.001)ttd = tidak terdeteksi Sumber : Lab.Hidrogeologi Fak. Geografi UGM dan BTKL Jogjakarta, 2003 Dari hasil analisa kimia yang telah didapat, kemudian dibandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 197/Menkes/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, untuk menentukan kriteria mutu air. Kriteria mutu air berdasarkan kandungan unsur kimia utama (Fe, Mn, Cl, NO3 , NO2 , SO4,, pH, TDS), dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. 2. Mutu baik, jika kandungan unsur/senyawa yang ada/terkandung berada di bawah kadar maksimum yang diperbolehkan. Mutu jelek, jika kandungan unsur/senyawa yang ada/terkandung berada di atas kadar maksimum yang diperbolehkan. Tabel. Klas Mutu Air Berdasarkan Unsur Utama No. 1 2 Lokasi Konsentrasi (mg/l) Cl NO2 NO3 Fe Mn SO4 Desa (+) (+) (+) (+) (+) (+) 0,05 < LD 6.0 < LD 1,8513 0 Singolopo I Desa (+) (+) (+) (+) (+) (+) 0,03 8.0 < LD 9,0168 2 < LD Singolopo II Keterangan : pH TDS (+) 0,2 (+) 0,2 7,2 7,1 Klas Mutu (+) B8J0 (+) B8J0 (+) = baik; (-) = jelek, B8J0, 8 unsur/senyawa mutu baik. Disamping kriteria mutu air berdasarkan kandungan unsur utama, juga harus diperhatikan nilai DHL dari sampel airtanah yang diambil. Berdasarkan pengukuran di lapangan diperoleh nilai DHL berkisar antara 0,11 mS/cm sampai 0,44 mS/cm. Berdasarkan harga DHLnya, mutu airtanah di Kecamatan Bruno dapat diklasifikasikan sebagai baik sampai cukup baik. Klas Mutu Air Berdasarkan Nilai DHL Kriteria Mutu Air Air Irigasi Minum DHL (mS/cm) Kurang 0,500 dari 0,500 – 1,000 1,000 – 1,500 Lebih dari 1,500 Baik Sangat Baik Cukup Sedang Baik Cukup Jelek Sedang Lokasi Sebagian Desa Sibayan, desa Brunorejo, desa Gowong, desa Pengempon, desa Singojoyo, desa Kalitapen, desa Kaliwungu, desa Plipiran, desa Cacaban, dan desa Kaliwungu - Analisa kuantitatif terhadap unsur/senyawa yang terkandung dalam sampel airtanah juga dilakukan untuk menentukan kadar masing-masing unsur/senyawa yang ada dengan melakukan perhitungan, yaitu : Menghitung harga ratio meq R BeratUnsur No.Massa ElektronVa lensi Misal : perhitungan pada sampel airtanah Singolopo Bruno Misal : Berat Unsur Ca = 2,4 mg/l Valensi Ca =2 No. Massa Ca = 40 2,4 Maka, R = 40/2 R = 0,120 Harga Ratio meq-nya sebesar 0,120 meq Menghitung harga % meq %Y rY 100% rK Keterangan : rY : unsur yang dihitung ∑rK : jumlah r Kation (meq) Misalkan perhitungan untuk sampel Singolopo Kec. Bruno r Ca = 0,120 Σ rK = 2,2046 0,120 %Y = x 100% = 5,4432 % 2,2046 Diperoleh harga % meq sebesar 5,4432 % Menghitung A% (% pencemaran) A% rK rA 100% rK rA apabila : A% > 5 termasuk tercemar. A% < 5 termasuk tidak tercemar. Keterangan : ∑rK = jumlah r kation (mg/L) ∑rA = jumlah r anion (mg/L) Misalkan pada perhitungan sampel Singolopo Kec Bruno ∑rK = 2,2046 ∑rA = 2,0532 2,2046 - 2,0532 A% = x 100% = 3,55% 2,2046 + 2,0532 maka airtanah tersebut termasuk tidak tercemar. Menghitung Imbangan Jerapan Natrium (SAR) dan RSC Imbangan Jerapan Natrium (Sodium Adsorption Ratio =SAR) dan Residual Sodium Carbonate (RSC) merupakan parameter yang diperlukan untuk menentukan baik-tidaknya air untuk kepentingan irigasi. SAR Na Ca Mg 2 satuan Na, Ca, Mg dalam meq. Misalkan pada perhitungan sampel Singolopo Bruno Na = 0,2174 Ca = 0,12 Mg = 1,8167 0,2174 SAR = = 0,2209 (0,12 + 1,8167)/2 maka termasuk dalam airtanah dengan Bahaya Na/Alkali tidak ada atau sedikit (Suharyadi, 1982). Ini menunjukkan bahwa airtanah bisa dimanfaatkan untuk + kepentingan irigasi. Dengan kadar Na yang sangat sedikit maka air tidak akan membahayakan. RSC CO3 HCO3 Ca Mg unsur dalam meq/epj∑ Misalkan pada perhitungan sampel Singolopo Kec Bruno CO3 = 0,484 HCO3 = 1,3082 Ca = 0,12 Mg = 1,8167 RSC = (0,484 + 1,3082) - (0,12 + 1,8167) = - 0,1948 Maka termasuk dalam klasifikasi airtanah yang aman dipakai untuk kepentingan irigasi karena mengandung banyak residu (endapan) karbonat yang membahayakan (Suharyadi, 1982). Tabel. Klasifikasi air untuk irigasi berdasarkan harga SAR (Suharyadi,1982) Klasifikasi Air Rendah Menengah Tinggi Tinggi sekali SAR 0 – 10 10 – 18 18 – 26 > 26 Keterangan Bahaya Na/alkali tidak ada atau sedikit Bahaya Na (alkali) sedang Bahaya Na (alkali) besar Bahaya Na (alkali) sangat besar Tabel Klasifikasi air untuk irigasi berdasarkan nilai RSC (Suharyadi, 1982) RSC < 1,25 1,25 – 2,5 > 2,5 Keterangan Aman untuk dipakai Kurang aman dipakai Tidak aman dipakai Menghitung Kesadahan ( Hr) Hr 2,5Ca 4,1Mg Ca dan Mg dalam mg/l Misalkan pada perhitungan sampel Singolopo Kec. Bruno Ca = 2,4 Mg = 17,8 Hr = 2,5(2,4) + 4,1(17,8) = 78,98 Berdasarkan harga kesadahan, maka termasuk dalam klasifikasi airtanah dengan kesadahan menengah (Sawer dan Mc. Carty , 1980. Todd, 1980). Tabel. Klasifikasi air berdasarkan kesadahan menurut Sawer dan Mc. Carty , 1980.Todd, 1980 Kesadahan (mg/l CaCO3) 0 – 75 75 – 150 150 – 300 >300 Klas Air Lunak Menengah Keras Sangat Keras Menentukan jenis air Membandingkan unsur kimia yang dominan, nama/jenis air diperoleh dari unsur terbanyak untuk masing masing anion dan kation. Contoh : Pada sampel Singolopo Kec. Bruno : Σ kation terbesar Mg : Σ anion terbesar HCO3 Jadi jenis airnya : Magnesium bikarbonat Kandungan unsur kimia yang dominan adalah unsur Na, Mg dan HCO3 untuk Air Magnesium Bikarbonat. Menurut Davis dan DeWiest tentang hubungan antara ion penyusun air tanah dengan mineral, maka didapat : Unsur Na (Natrium) diperoleh dari pelapukan mineral plagioklas, mineral lempung, nefelin, sodalit, natrolit dan glaukopan Unsur Mg (Magnesium) diperoleh dari batuan endapan laut yang kaya akan mineral kalsit, dolomit, aragonit, anhidrit, gips atau dari pelapukan batuan beku dan batuan ubahan misalnya dari mineral apatit, wolastonit, fluorit, feldspar, amfibol, piroksen dan sebagainya. Unsur HCO3 (Bikarbonat) diperoleh dari karbondioksida yang berada diatmorfer, tanah atau dari pelarutan batuan karbonat. Berdasarkan hasil analisa kuantitatif, sampel airtanah pada Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo mempunyai jenis air Magnesium bikarbonat. Dengan kandungan unsur Mg sebesar 82,4050 % pada sampel Bruno I dan 80,9573 % pada sampel Bruno II. Untuk baku mutu air minum, air yang berjenis Magnesium Bikarbonat termasuk memenuhi syarat untuk air minum. Berdasarkan kesadahannya berkisar antara kesadahan sangat keras. Berdasarkan kandungan zat organik yang ada masih memenuhi syarat karena kurang dari 10, yaitu antara 0,603 – 1,505. Air Magnesium Bikarbonat ini juga aman untuk keperluan irigasi. Secara keseluruhan hasil analisa kuantitatif dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Analisa Desa Bruno I Harga Ratio meq (Ca+) 0,12 Harga % meq (Ca+) 5,4432 Desa Bruno II 0,12 6,5495 A % (% Pencemaran) 3,55 % (tidak tercemar) 0,2209 (Bahaya Na/alkali tidak ada SAR atau sedikit) RSC (-) Aman untuk dipakai Kesadahan 95,38 ( menengah ) Jenis Air Magnesium Bikarbonat 5, 33 % ( Tercemar ) 0,2137 (Bahaya Na/alkali tidak ada atau sedikit) (-) Aman untuk dipakai 78,98 ( Menengah ) Magnesium Bikarbonat Air Hujan Lapisan top soil Zonase dengan aktivitas bakteri yang intensif, menghasilkan CO2 dalam jumlah besar. CaCO3 + H2CO3 Ca(HCO3)2(larut) Lapisan sub soil Zonase dengan aktifitas bakteri lebih sedikit, menghasilkan CO2 lebih sedikit pula. CaCO3 + H2CO3 Ca(HCO3)2(larut) Lapisan batugamping (limestone) Zonase dgn aktivitas reaksi kimia yang berlangsung intensif. Penampang melintang tanah yang memperlihatkan proses terlarutnya kation penyusun kesadahan air (Sawyer dan McCarty, 1978). CaCO3 + H2CO3 Ca(HCO3)2(larut) MgCO3 + H2CO3 Mg(HCO3)2(larut) Hubungan Potensi Airtanah dengan Kondisi Batuan Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa kondisi litologi suatu daerah mempengaruhi kualitas maupun kuantitas airtanah pada daerah tersebut. Ditinjau dari segi kuantitas (jumlah) airtanah, daerah telitian agak kesulitan untuk memperoleh airtanah, selain karena litologi yang didominasi Satuan Andesit Tua juga faktor topografi yang tinggi sehingga airtanah cenderung hanya muncul malalui mata air pada daerah lembah melalui celah dari retakan-retakan yang berkembang. Sedangkan ditinjau dari segi kualitas airtanah, dilihat dari analisis kimia tidak didapatkan faktor penghambat, dengan kata lain semua unsur yang ada tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Namun dari sampel analisa kimia yang diambil di Desa singolopo menurut analisa prosentase pencemaran masuk dalam kategori tercemar. Begitu juga dengan tingkat kesadahan (Hr) di kedua titik sampel analisa kimia menunjukkan bahwa airtanah yang ada termasuk dalam kategori sangat keras Hal ini disebabkan karena prosentase kation sangat dominan dengan kandungan Mg relatif besar jika dibandingkan dengan unsur yang lain. Unsur Magnesium (Mg) ini umumnya diperoleh dari mineral dolomit, olivine, biotit, hornblende, augit, nefelin, serpentin, talk dan diopsid. Untuk penanganannya dapat dilakukan dengan memanaskan air sampai mendidih kemudian ditunggu beberapa menit agar partikel Mg yang ada dapat mengendap. Kesadahan berasal dari kontak air dengan tanah dan batuan. Air hujan sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan ion-ion penyusun kesadahan yang banyak terikat di dalam tanah dan batuan kapur (limestone), meskipun memiliki kadar karbondioksida yang relatif tinggi. Larutnya ion-ion yang dapat meningkatkan kesadahan tersebut lebih banyak disebabkan oleh aktifitas bakteri di dalam tanah, yang banyak mengeluarkan karbondioksida. Akuifer Bruno Akuifer Bruno disusun oleh batuan resisten, yang terdiri dari dua kelompok yaitu : 1. Batupasir tufan, batupasir konglomerat, tufa, breksi, lempung, batugamping, napal dan batupasir napalan. 2. Seri dari campuran endapan vulkanik (breksi, tufa dan lava) dengan endapan sedimen marin (batupasir, konglomerat, serpih dan napal). Tipe/Jenis dan Produktivitas Akuifer Akuifer Bruno termasuk akuifer bercelah/ retakan, yaitu akuifer yang mengalirkan airtanahnya melalui retakan-retakan yang ada padanya. Akuifer Bruno yang secara umum tersusun oleh batuan resisten, pada umunya bersifat vulkanik. Jika ditinjau dari susunan stratigrafi berdasar ada/tidaknya lapisan penyekat didalamnya, Akuifer Bruno termasuk akuifer bebas, dengan muka air tanah freatik. Berdasar data mataair yang ada, Akuifer Bruno mempunyai produktivitas rendah – tinggi (0,08 – 33,3 liter/detik). Karakteristik Hidrolika Akuifer Bruno secara umum mempunyai porositas, konduktivitas hidrolika yang tidak merata (tidak homogen) dengan nilai yang bervariasi, nilai porositas 5 – 35%, dengan konduktivitas hidrolika 0,2 – 3,1 m/hari. Hal itu dikarenakan air ada dan mengalir melalui kekar, celah-celah, dan retakanretakan yang ada pada batuan yang kompak keras. Banyaknya air hujan yang mengisi tanah dipengaruhi oleh litologi yang ada pada daerah tersebut. Kecamatan Bruno hanya terdiri dari satu akuifer, yaitu akuifer Bruno. Karakter litologi dan air hujan yang mengisi tiap akuifer adalah sebagai berikut : Akuifer ini menempati keseluruhan wilayah Kecamatan Bruno pada sebelah barat dekat dengan perbatasan Kecamatan Pituruh, pada bagian selatan berbatasan dengan. Kecamatan Kemiri, pada bagaian timur berbatasan dengan kecamatan Gebang Litologinya terdiri dari Batupasir tufan, batupasir konglomerat, tufa, breksi, lempung, batugamping, napal, batupasir napalan, dan seri dari campuran endapan vulkanik (breksi, tufa dan lava) dengan endapan sedimen marin (batupasir, konglomerat, serpih dan napal). Merupakan akuifer rekahan/celah dengan nilai porositas 5 – 35%. Maka air hujan yang mengisi tanah sebesar 1334,3073 liter hingga 9340,1512 liter. D = 3625,8351 mm L akuifer bruno = 7,36 km 2 5 { x 3625,8351 mm} x 7,36 = 1334,3073 liter 100 35 { x 3625,8351 mm} x 7,36 = 9340,1512 liter 100 Berdasarkan kriteria mutu dan jumlahnya, pada setiap akuifer dapat dibedakan menjadi empat wilayah potensi air bawah tanah yaitu potensi tinggi, potensi sedang, potensi rendah, dan potensi nihil. Kecamatan Bruno termasuk wilayah potensi tinggi sampai sedang dengan mutu air baik dengan debit 0.02 9 liter/detik (BAPEDA Kabupaten Purworejo dan LPPM UPNVY, 2003), Kesimpulan Dari hasil pengolahan data sekunder maupun primer tentang studi hidrogeologi mengenai kualitas dan potensi airtanah Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keterdapatan airtanah sangat dipengaruhi oleh morfologi, litologi, hidrogeologi, curah hujan dan tata guna lahan. 2. Akuifer yang mengandung airtanah di Wilayah Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo terdiri dari akuifer bercelah yaitu Akuifer Bruno yang dominan disusun oleh batuan vulkanik. 3. Ketinggian muka airtanah berkisar antara dari 137 sampai 640 meter diatas permukaan air laut dengan arah aliran airtanah dari arah utara 4. 5. 6. 7. (Kecamatan Bruno bag barat) menuju ke arah timur kemudian berbelok ke arah selatan menuju ke pantai selatan Jawa (Samudera Hindia). Kedalaman muka airtanahnya Kedalaman muka airtanah di Kecamatan Bruno juga bervariasi dengan kisaran antara 0,6 sampai 8 meter diukur dari permukaan tanah. Oleh karena itu Kecamatan Purworejo merupakan daerah luahan dimana keberadaan airtanah akan meluah sebagai sumur gali. Dilihat dari segi fluktuasi airtanah di musim kemarau dan penghujan yaitu besar hingga kecil. Berdasarkan hasil analisa kuantitatif dari sampel airtanah didapatkan hasil : Kesadahan Merupakan jenis air Magnesium Bikarbonat, dengan unsur/senyawa 2+ dominan Mg dan HCO3 . Dari nilai SAR, menunjukkan bahwa airtanah mempunyai bahaya Na tidak ada atau sedikit. Ini berarti bahwa sampel airtanah dapat digunakan untuk kepentingan irigasi. Sedangkan dilihat dari nilai RSC, airtanah aman dipakai untuk kepentingan irigasi. Kecamatan Bruno merupakan wilayah dengan potensi airtanah sedang dengan debit optimum antara 0,08 liter/detik hingga 12 liter/detik. Banyaknya airtanah yang meresap di Kecamatan Bruno sebanyak 1334,3073 liter hingga 9340,1512 liter. Mutu airtanah yang terdapat di Kecamatan Bruno berdasarkan konsentrasi unsur/senyawa yang dominan adalah baik. Sedangkan berdasarkan nilai DHL mutu airtanahnya bervariasi dari baik hingga cukup. Daftar Pustaka ______, Executive Summary : Penelitian dan Pemetaan Air Bawah Tanah di Kabupaten Purworejo BAPEDA Kabupaten Purworejo dan LPPM UPNVY, 2003, tidak dipublikasikan. ______, Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/MEM/2000, tentang Pedoman Teknis Penyelengaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. 2000. ______, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, 2002 ______, Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tgl. 14 Desember 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, 2001. Anonim, Siklus Air, Edisi 18, Modul 18, PUSLITBANG Fisika Terapan – LIPI, November 1990, 34-113. Effendi Hefni, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, 2003, 258P. Hindarko S., Manfaatkan Air Tanah Tanpa Merusak Kelestariannya, Seri Lingkungan Hidup, Penerbit ESHA, 2002. Kusumayudha Sari B., Model Pengelolaan Airtanah Di Pulau Jawa : Arti Penting dan Permasalahanya, Vol.18, No.3, IAGI, Desember 2003, 227-230. Mahida U.N, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Radar jaya Offset, 1984, 107-127. Munir Moch., Geologi Lingkungan, Bayumedia Publishing, Juli 2003. Pratiknyo Puji, Neraca Air dan Potensi Air tanah Daerah Semarang Jawa Tengah, Tesis Magister, 1997, tidak dipublikasikan. Pratiknyo Puji, Panduan Praktikum Hidrogeologi, Laboratorium Hidrogeologi Jurusan Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta, 2003. Pratiknyo Puji, Penentuan Kualitas Airtanah Untuk Air Minum dan Irigasi Daerah Pakem dan Sekitarnya Kec. Pakem Kab. Sleman DIY, Fakultas Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta, 1992, tidak dipublikasikan. R. Allan Freeze & John A. Cherry, Groundwater, Department of Geological sciences, University or British Columbia, Vancouver, British Columbia, 1979. Soetrisno .S, Geologi Tata Lingkungan dan Airtanah Untuk Perencanaan Wilayah, Buletin Geologi Tata Lingkungan, No.25, Desember 1998, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung, 5-23. Suharyadi., “ Diktat kuliah Geohidrologi (ilmu airtanah)” Forum teknik, Fakultas teknik UGM. 1982. Sumarwoto, Kriteria Air Untuk Keperluan Konsumsi, IPB, Bogor.1978. Tirtomiharjo Haryadi, Cekungan Air Tanah di P. Jawa dan P. Madura, Direktorat Geologi dan Sumber Daya Mineral, http/www.DGSM.co.id/.2003 Van Bemmelen, R.W, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. IA, Martinus Nljhoff, The Hague, 792 Halaman. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 2, Juli 2009