BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan tanaman sebagai bahan baku obat semakin banyak diaplikasikan di dunia pengobatan. Sekitar 80% penduduk di negara Asia dan Afrika bergantung pada obat tradisional untuk mengatasi permasalahan kesehatan. Obat herbal merupakan salah satu obat tradisional yang paling banyak dipasarkan dan memberikan keuntungan yang bersaing di pasar internasional (Anonim, 2008). Firenzuoli dan Gori (2007) menjelaskan bahwa obat herbal berasal dari tanaman obat yang diambil ekstraknya. Selanjutnya, ekstrak herbal inilah yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit. Solikin (2007) menjelaskan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan bermanfaat yang tinggi. Di Indonesia terdapat sekitar 2.518 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat dan kesehatan (PT. Eisai, 1999 dalam Solikin, 2007). Salah satu tumbuhan yang memproduksi metabolit sekunder yang penting bagi kesehatan dan dapat digunakan sebagai obat adalah tumbuhan herba. Beberapa jenis tumbuhan herba liar yang digunakan dalam pengobatan tradisional antara lain Euphorbia hirta, Centella asiatica dan Phyllanthus ninuri. Bagian batang, akar, dan daun ketiga tumbuhan tersebut mulai diolah sebagai bahan obat oleh perusahaan farmasi (Solikin, 2007). E. hirta banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit diantaranya diare, tukak lambung, mulas, disentri, asma, bronkitis, dan masalah haid (Shih dan Cherng, 2012). Terpenoid dan saponin yang terkandung pada C. asiata dapat digunakan untuk terapi berbagai macam penyakit seperti kusta, varises, diare, demam, dan penyakit pada saluran genitourinari wanita (Gohlil et al., 2010). Salah satu contoh tumbuhan lain yang berkhasiat obat adalah Homalanthus nutans. Tumbuhan tersebut merupakan tanaman asli hutan primer di Kepulauan Samoa, Kepulauan Pasifik Selatan yang memiliki banyak komponen penting dalam etnofarmakologi masyarakat Samoa 1 (Gustafson et al., 1992). Cambie dan Ash (1994) menyebutkan bahwa air rebusan dari daun H. nutans dapat digunakan untuk menyembuhkan sakit punggung dan sakit perut, sedangkan buahnya dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit urinasi. Cox (1990) dalam Gustafson et al. (1992) menambahkan bahwa daun tanaman ini dapat digunakan untuk mengatasi pembengkakan abdomen, akarnya dapat digunakan untuk menghentikan diare, dan batangnya dapat digunakan untuk menyembuhkan yellow fever. Holddaworth (1989) dan Perry (1990) dalam Gustafson et al. (1992) menambahkan bahwa di Indonesia spesies yang mirip dengan H. nutans digunakan untuk mengobati bisul, luka, serta kencing nanah (Gonorrhoea). Dalam penelitiannya, Gustafson et al. (1992) melaporkan bahwa ekstrak batang H. nutans memiliki efek sitoprotektif pada sel limfosit manusia yang terinfeksi virus HIV-1 yang mengakibatkan acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Johnson et al. (2008) menambahkan H. nutans memproduksi komponen anti-viral dengan zat aktif yaitu 12deoxyphorbol 13-acetate yang dikenal sebagai prostratin. Struktur prostratin mirip dengan phorbol-ester yang diketahui sebagai tumorpromoting, namun prostratin tidak memiliki kemampuan sebagai tumorpromoting (Gustafson et al., 1992). Prostratin dengan konsentrasi nonsitotoksik yang berkisar antara 0,1-25 µM mampu memproteksi sel Tlymphoblastoid CEM SS dan C-8166 dari killing effect virus HIV-1 (Gustafson et al., 1992). Di Indonesia terdapat spesies dari genus yang sama dengan Homalanthus nutans yaitu Homalanthus populneus yang secara lokal disebut Kareumbi atau Tutup Abang (Jawa). Anonim (2004) memaparkan bahwa H. populneus berpotensi sebagai bahan obat. Akar dan daun dari tanaman ini digunakan sebagai obat penurun panas, daunnya dapat dimanfaatkan menjadi vermifuge pada ternak, namun juga dilaporkan bahwa getah (watery latex) dari tanaman ini beracun. Fatimah dkk. (2012) melaporkan bahwa ekstrak etanolik H. populneus positif mengandung prostratin pada daun, batang, dan akar. Prostratin dengan kadar terbesar ditemukan di bagian batang (Fatimah dkk., 2012). Hal ini menjadi peluang 2 besar sumber alternatif penghasil prostratin yang berasal dari kekayaan alam Indonesia, sehingga dapat dikembangkan sebagai anti-viral maupun obat herbal baru yang memiliki potensi besar dalam pengobatan infeksi HIV. Peran prostratin sebagai komponen anti-viral terkait erat dengan peningkatan kualitas sistem imun tubuh. Prostratin dilaporkan dapat memberikan efek sitoprotektif pada kultur sel T, makrofag, dan monosit (Gustafson et al. (1992) dan Tohin et al. (1996) dalam Johnson et al., 2008). Peripheral blood mononuclear cells (PBMC) dan makrofag merupakan sel-sel yang terlibat dalam respons imun. PBMC terdiri dari limfosit dan monosit, pada perkembangannya monosit akan berubah menjadi makrofag. Limfosit (sel T dan sel B) dan makrofag memegang peran penting dalam imunitas. Limfosit B mampu merespon antigen tertentu dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mensintesis dan mensekresi antibodi (respons humoral), sel T tidak dapat mensekresikan antibodi namun dapat berinteraksi dan mengenali antigen melalui reseptor permukaan (respons selular), sedangkan makrofag akan menelan zat asing secara fagositositik (Sloane, 2004). Informasi mengenai pemanfaatan prostratin yang berasal dari H. populneus masih sangat minim. Sebelum prostratin dari tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai obat, perlu diketahui potensi yang terkandung dalam prostratin melalui uji pra-klinik pada hewan coba sampai tahap klinik pada manusia. Untuk itu dilakukan penelitian pendahuluan mengenai efek proliferasi dan sitotoksisitas ekstrak etanolik batang Homalanthus populneus terhadap human peripheral blood mononuclear cells (PBMC) dan makrofag mencit (Mus musculus L.). 3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan: 1. Apakah ekstrak etanolik batang Homalanthus populneus memiliki efek proliferatif dan sitotoksik pada human peripheral blood mononuclear cell (PBMC) dan makrofag mencit? 2. Apakah ekstrak etanolik batang H. populneus memberikan efek proliferatif dan sitotoksik yang sama pada kedua sel tersebut? 3. Apakah pada konsentrasi yang sama ekstrak etanolik batang H. populneus memberikan efek yang sama pada kedua sel tersebut? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari ada tidaknya efek proliferatif dan sitotoksik ekstrak etanolik batang Homalanthus populneus pada human peripheral blood mononuclear cell (PBMC) dan makrofag mencit. 2. Mempelajari efek proliferatif dan sitotoksik ekstrak etanolik batang Homalanthus populneus pada human peripheral blood mononuclear cell (PBMC) dan makrofag mencit. 3. Mempelajari efek dari ekstrak etanolik batang H. populneus pada human PBMC dan makrofag mencit pada konsentrasi yang sama. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah memberikan informasi ilmiah mengenai efek proliferatif dan sitotoksik ekstrak etanolik batang Homalanthus populneus terhadap sel-sel tubuh, memperkaya pengetahuan mengenai obat herbal, serta optimalisasi pemanfaatan obat herbal yang tersedia di alam. 4