BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Morfologi Morfologi adalah cabang ilmu

advertisement
7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Morfologi
Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mengidentifikasi satuansatuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi memperlajari selukbeluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata. Kata morfologi berasal dari kata morphologie. Kata
morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos.
Morphe berarti bentuk dan logos yang berrarti ilmu.
Menurut O’Grady (1993- 113) “Morphology is the system of categories
and rules involved in word formation and interpretation”, yang berarti bahwa
morfologi adalah sistem kategori dan aturan yang digunakan dalam pembentukan
kata serta interpretasi kata tersebut. Menurut Bloomfield (1993- 207): “By the
morphology of a language we mean the constructions in which bound forms or
words, but never phrases. Accordingly, we may say that morphology includes the
constructions of words and parts of words, ...” Pengertian morfologi yang tertulis
sebelumnya bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata,
pembentukan ini akan menghasilkan bentukan atau morfem, tetapi bukan frasa
McManis, dkk (1987: 117) mengemukakan bahwa “morphology is the
study of how words are structured and how they are put together from smaller
part”. Sedangkan Trask (1999: 194) berpendapat bahwa “morphology is an
approach which aims to describe and explain universal tendencies in word
8
formation (such as the preference to derive nouns from verbs, rather than the
reserve)”.
Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa atau linguistik. Menurut
Payne (1997: 20-21), definisi dari morfologi adalah “morphology is the study of
the internal structure of words”. Senada dengan Payne, Menurut Verhaar (1986:
52) morfologi adalah bidang kajian linguistic yang mempelajari susunan bagianbagian kata secara gramatikal.
Menurut Tarigan (1988: 4) morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan
bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dari bahasa inggris maupun
dalam bahasa Indonesia morfologi pada dasarnya adalah salah satu cabang ilmu
linguistik yang mempelajari pembentukan kata baik penyusunannya dalam kata
maupun penentuan kelas kata untuk tiap-tiap kata dalam suatu bahasa.
2.2 Morfem
Morfem menurut Payne (1997: 20-21) adalah “Morpheme is the smallest
meaningful unit in the grammar of a language.” Maksud dari pernyataan tersebut
bahwa, “morfem adalah unit terkecil yang memiliki makna dalam bahasa dari
suatu bahasa.” Menurut Robins (1970: 191-3) morfem merupakan unit gramatikal
terkecil yang dibentuk dan dibatasi dalam suatu bahasa dengan cara
membandingkan bentuk-bentuk kata yang satu dengan kata yang lain. Menurut
9
Bloomfield (1974: 6) morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung
bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun makna.
Dengan demikian pengertian morfem secara umum adalah satuan atau unit
terkecil dalam suatu bahasa yang memiliki makna dan merupakan bagian dari atau
bentuk kata dalam tata bahasa dari suatu bahasa. Morfologi mempelajari morfem,
dan morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa.
2.3 Jenis-Jenis Morfem
Dalam bahasa inggris maupun bahasa Indonesia morfem memiliki dua
jenis, yaitu morfem bebas (free morpheme), dan morfem terikat (bound
morpheme).
Klasifikasi morfem menurut Yule dapat digambarkan sebagai berikut:
Morphemes
Free Morphemes
Content
Functional
Bound Morphemes
Derivational Inflectional
Gambar 2.1 Klasifikasi Morfem
2.3.1 Morfem Terikat (Bound Morpheme)
Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna.
Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem
lainnya. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan
10
akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur kecil seperti
klitika, partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong
sebagai morfem terikat.
Kridalaksana (1993: 142) mengemukakan bahwa morfem terikat adalah
morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan selalu terikat
dengan morfem lain untuk membentuk ujaran. Senada dengan Kridalaksana,
O’Grady (1997: 134) “Bound morpheme is a morpheme that must be attached to
another element”. Maksud dari pendapat itu adalah morfem terikat adalah suatu
morfem yang harus dihubungkan dengan unsur lain.
Di dalam bound morpheme terdapat proses afiksasi. Menurut Williams
(1975), afiksasi adalah proses penambahan afiks pada suatu morfem bebas untuk
menghasilkan suatu bentukan kompleks. Ia membaginya ke dalam dua macam
diantaranya:
1. awalan (prefix) seperti contoh: un-, dis-, in-, pre-, dan lain sebagainya.
2. akhiran (suffix) seperti contoh: -ern, -er, -ity, -s,-ed,dan lain sebagainya.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bound morpheme ialah
awalan dan akhiran yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus diikuti setidaknya
satu morfem lain sebagai kata yang utuh. Bound morpheme juga memiliki dua
macam sisipan yaitu awalan dan akhiran.
11
Proses afiksasi menurut Sari (1988) di atas dibagi menjadi dua tipe yaitu
derivation dan inflection.
a. Derivation
Derivation menurut Sari (1988),“Morphemes which derive (create) new
words by either changing the meaning (happy vs. Unhappy, both adjectives) or
the part of speech (sytactic category, e.g., rip an adjective, vs. Ripen, a verb)”.
Ide yang muncul dari pengertian di atas bahwa, derivation adalah morfem yang
menciptakan kata baru sekaligus mengubah makna leksikalnya. Berikut adalah
afiks yang termasuk ke dalam derivation: dis-, un-, -able, -ness,-er, -ish, dan lain
sebagainya.
b. Inflection
Inflection menurut Sari (1988), adalah “Morphemes which serve a purely
grammatical function, never creating a different word, but only a different form of
the same word.” Sari berpendapat bahwa inflection ialah morfem yang tidak
menciptakan makna berbeda tetapi bentuk yang berbeda secara gramatikal.
Berikut adalah afiks yang termasuk ke dalam inflection:
a. Third person singular yaitu -s, contoh: She walks.
b. Bentuk past tense yaitu -ed, contoh: He jumped.
c.Bentuk present progressive yaitu -ing, contoh: She is talking to a
stranger.
d.Bentuk past participle yaitu -en, -ed, contoh: He has eaten.
e.Bentuk plural yaitu -s, contoh: I have two cats.
f. Bentuk possessive yaitu -’s, contoh: Cat’s eye.
12
g. Bentuk comparative yaitu -er, contoh: They speak louder.
h. Bentuk superlative yaitu -est, contoh: Robby is the tallest in his class.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan di dalam bound
morpheme terdapat proses afiksasi yang dibagi menjadi dua macam, yaitu
derivation berupa afiks yang dapat mengubah makna leksikal morfem dan kelas
katanya, dan inflection berupa afiks yang hanya mengubah makna gramatikal
suatu morfem.
2.3.2 Morfem Bebas (Free Morpheme)
Salah seorang linguist yakni Yule (2006), menerangkan bahwa “Free
morpheme that can stand by themselves as single words, whereas „bound
morphemes are those forms that „cannot normally stand alone and are typically
attached to another form”. Ide yang muncul dari pernyataan tersebut mengenai
freemorpheme adalah morfemyang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata.
Pendapat lain dikemukakan oleh Crystal (1997), yang menyebutkan bahwa
“Free morpheme can occur as separated words”. Pengertian tersebut
menerangkan bahwa free morpheme dapat berlaku sebagai kata yang terpisah
dengan kata lain adalah kata tunggal yang dapat berdiri sebagai kata yang utuh.
Seperti pada contoh: Eat memiliki makna leksikalnya yaitu memasukkan sesuatu
ke dalam mulut sehingga dikategorikan sebagai free morpheme karena kata
tersebut dapat berdiri sendiri. Dengan demikian, free morpheme ialah morpheme
yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dan memiliki makna leksikal.
13
Menurut Yule, Free morpheme terbagi menjadi dua macam yaitu content
morpheme dan functional morpheme.
a. Content Morpheme
Content morpheme menurut Yule (2006), adalah “Set of ordinary nouns,
adjectives and verbs which we think of as the words which carry the content of
messages we convey”. Pengertian tersebut menggolongkan part of speech seperti
noun, adjective, verb dan lain sebagainya ke dalam content morpheme dengan
pesan yang terkandung di dalamnya.
b. Functional Morpheme
Functional morpheme menurut Yule (2006), adalah “Set consist largely of
the functional words in the language”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
functional morpheme mencakup functional word yang cakupannya luas dalam
kebahasaan. Beberapa contoh functional morpheme tersebut sebagai berikut:
a. prepositions: in, of, on
b. articles: a, an, the
c. pronouns: I, you, he
Dengan demikian, telah diketahui bahwa free morpheme terbagi menjadi dua
macam yaitu content morpheme dan functional morpheme. Content morpheme
adalah morfem utuh yang memiliki pesan yang dapat disampaikan dan dipahami,
sedangkan functional morpheme adalah kata yang memiliki fungsi khusus dan
memiliki cakupan yang luas.
14
2.4 Afiksasi
Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan
mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal
maupun kompleks. Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam
pembentukan kata dan dalam lingistik afiksasi bukan merupakan pokok kata
melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Menurut Richards (1992) afiks
merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun
tengah kata.
Menurut Jackson (2002: 8), “affix is the general term for morphemes that
cannot be used by themselves as simple word; they only occur “bound” to
“another morpheme”. Dengan kata lain afiks (imbuhan) adalah istilah yang
umum untuk morfem yang tidak bisa digunakan dengan sendiri sebagai kata
sederhana; mereka hanya terjadi “morfem terikat” ke morfem yang lain. Menurut
Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language
(1985: 1520) afiksasi dibagi menjadi dua, yaitu
1. Preffixation : afiks yang ditempatkan pada awal kata dasar.
Contoh: dis + agree = disagree
2. Suffixation : afiks yang ditempatkan pada akhir kata dasar.
Contoh: hope + less = hopeless
2.5 Prefiks
Prefiks adalah afiks yang ditempatkan pada awal kata bentuk dasar.
Menurut Oxford Dictionaries “prefixes are added to the beginning of an existing
15
word in order to create a new word with a different meaning.” Menurut Abdul
Chaer (2012: 178) “prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar,
seperti me- pada kata bahasa indonesia memakan, un- pada kata bahasa inggris
unhappy”. Menurut O’Grady dan de Guzman (1989: 138) “prefix is an affix that is
to the front of its base is called prefix”.
Kemudian menurut Keraf (1984:94) “prefiks adalah suatu unsur yang
secara struktural diikatkan didepan sebuah kata dasar dan bentuk dasar (kata
dasar), prefiks juga disebut dengan awalan”. Selanjutnya menurut Kridalaksana
(2008: 198) “prefiks ialah afiks yang ditambahkan pada bagian depan pangkal”.
Berdasarkan beberapa pengertian prefiks menurut para pakar diatas dapat
disimpulkan bahwa prefiks adalah afiks yang ditambahkan diawal bentuk dasar
dan membentuk sebuah kata baru dengan makna yang berbeda. Contoh prefiks
dalam bahasa Inggris yaitu un-, dis-, re-, mis-, il-, yang misalnya terdapat dalam
kata unhealthy, dishonest, resend, misunderstanding, dan illegal.
2.5.1 Jenis-Jenis Prefiks
Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English
Language (1985:1540), Prefiks dibagi menjadi tujuh jenis antara lain:
2.5.1.1 Prefiks Negatif (Negative Prefixes)
Kata negatif memiliki ciri terdapat kata not didalam sebuah kalimat.
Menurut Teschner dan Evan (2007: 273), “negation is making an affirmative
statement negative by adding not”. Penanda negasi membuat kalimat affirmatif
menjadi negatif dengan menambahkan not. Seperti contoh:
16
(1) Affirmative
: Cynthia likes an apple.
(2) Negative
: Cynthia doesn not like an apple.
Dari kedua kalimat tersebut dapat dilihat bahwa dengan ditambahkannya
kata not pada sebuah kalimat, maka kalimat tersebut menjadi negatif. Namun
kalimat negatif tidak selalu ditandai dengan kata no atau not, melainkan dapat
juga dengan menggunakan kata yang berasal dari afiksasi prefiks. Menurut Quirk
dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985:
1540), terdapat tujuh jenis prefiks negatif, antara lain:
a. Un- (not; the opposite of)
Prefiks ini melekat pada ajektiva dan past participle, contohnya unhappy,
unlike, unable, unseen, unfair. Seperti kata unhappy yang terdiri dari prefiks undan kata happy, maka bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan
membentuk kata unhappy yang memiliki kelas kata ajektiva.
b. DisPrefiks ini melekat pada verba dan ajektiva. Prefiks dis- yang melekat
pada verba seperti disorder, disclosed. Kata disorder yang terdiri dari prefiks disdan kata order, maka bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan
membentuk kata disorder yang memiliki kelas kata verba. Sedangkan prefiks disyang melekat pada ajektiva seperti kata dishonest. Kata dishonest yang terdiri dari
prefiks dis- dan kata honest, maka bila kedua kata tersebut digabungkan maka
akan membentuk kata dishonest yang memiliki kelas kata ajektiva.
17
c. ImPrefiks ini melekat pada ajektiva, contohnya immature, impossible,
impatient. Seperti kata immature yang terdiri dari prefiks im- dan kata mature,
bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata immature yang
memiliki kelas kata ajektiva.
d. ilPrefiks ini melekat pada ajektiva, contohnya illegal, illiterate, illegible.
Seperti kata illegible yang terdiri dari prefiks il- dan kata legible, bila kedua kata
tersebut digabungkan maka akan membentuk kata illegible yang memiliki kelas
kata ajektiva.
e. irPrefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva. Prefiks ir- yang melekat
pada nomina contohnya irregular. Kata irregular terdiri dari prefiks ir- dan kata
regular, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata
irregular yang memiliki kelas kata nomina. Sedangkan prefiks ir- yang melekat
pada ajektiva contohnya irrelevant. Kata irrelevant terdiri dari prefiks ir- dan kata
relevant, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata
irrelevant yang memiliki kelas kata ajektiva.
f. inPrefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva. Prefiks in- yang melekat
pada nomina contohnya infinite. Kata infinite terdiri dari prefiks in- dan kata
finite, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata infinite
yang memiliki kelas kata nomina. Sedangkan prefiks in- yang melekat pada
18
ajektiva contohnya incomplete. Kata incomplete terdiri dari prefiks in- dan kata
complete, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata
incomplete yang memiliki kelas kata ajektiva.
g. nonMenurut Quirk (1985:1540) “Non- ‘not’, combines (usually hyphenated)
with nouns, adjectives, and adverb”. Maksud dari Quirk adalah prefiks non- yang
memiliki makna not melekat pada nomina, ajektiva, dan adverbia. Contohnya
non-smoker; non-perishable; non-trivially.
2.5.1.2 Prefiks Peyoratif (Pejoratif prefixes)
Menurut Oxford Dictionary “Pejorative is a word or remark that is
pejorative expresses disapproval or critism”. Menurut Quirk dalam bukunya A
comprehensive Grammar of The English Language (1985: 1541), terdapat tiga
jenis prefiks yang termasuk kedalam pejorative prefixes, antara lain:
a. MisPrefiks ini melekat pada verba, contohnya misunderstanding, miscalculate.
Prefiks mis- mengandung makna bad or wrong; badly or wrongly. Seperti pada
contoh miscalculate. Kata tersebut terdiri dari prefiks mis- dan kata calculate, bila
kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata miscalculate yang
memiliki kelas kata verba.
19
b. PseudoPrefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva, contohnya pseudoclassicism, pseudo-intellectual, pseudo-scientific. Makna dari prefiks pseudoadalah false.
c. MalPrefiks ini melekat pada verba, past participle, ajektiva, dan abstrak
nomina. Contohnya maltreat, malformed, malnutrition, malfunction. Makna dari
prefiks mal- adalah bad or badly.
2.5.1.3 Prefiks Tingkatan atau Ukuran (Prefixes of degree or size)
Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English
Language (1985:1542-1543), terdapat sepuluh jenis prefiks tingakatan atau
ukuran, antara lain:
a. ArchPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya arch-enemy, arch-fascist.
Makna dari prefiks arch- adalah supreme.
b. HyperPrefiks ini melekat pada ajektiva, contohnya hypersensitive, hypercritical,
hyperactive. Makna dari prefiks hyper- adalah extreme.
c. MiniPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya mini-market, mini-skirt, minicab. Makna dari prefiks mini- adalah little.
20
d. OutPrefiks ini melekat pada nomina dan verba intransitif, contohnya
outnumber, outclass, outdistance, outgrow, outrun, outlive. Makna dari prefiks
out- adalah surpassing.
e. OverPrefiks ini melekat pada verba dan ajektifa, contohnya overeat,
overestimate, overplay, oversimplify. Makna dari prefiks over- adalah excessive.
f. Subprefiks ini melekat pada ajektifa, contohnya subconscious, subnormal.
Makna dari prefiks sub- adalah below.
g. SuperPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina, contohnya supernatural,
supersensitive, superman, supermarket. Makna dari prefiks super- adalah more
than; very special.
f. SurPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya surcharge, surtax. Makna dari
prefiks sur- adalah over and above.
i. UltraPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina, contohnya ultra-modern,
ultra-conservative, ultrasound, ultramicroscopic. Makna dari prefiks ultra- adalah
extreme; beyond.
21
j. UnderPrefiks ini melekat pada verba dan past participle –ed, contohnya
underestimate, underplay, underprovided, undercharge. Makna dari prefiks
under- adalah too little.
2.5.1.4 Prefiks Orientasi dan Sikap (Prefixes of Orientation and Attitude)
Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English
Language (1985:1544), terdapat empat jenis prefiks orientasi dan sikap, antara
lain:
a. AntiPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina, contohnya anti-social, anticlerical, anti-war. Makna dari prefiks anti- adalah against.
b. ContraPrefiks ini melekat pada nomina, verba, dan ajektiva, contohnya
contradistinction, contraindicate, contrafactual. Makna dari prefiks contraadalah opposite; contrasting.
c. CounterPrefiks ini melekat pada verba, nomina, dan ajektiva, contohnya
counteract, counterrevolution, countersink. Makna dari prefiks counter- adalah
against; in opposition to.
d. ProPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina, contohnya pro-communist,
pro-student. Makna prefiks pro- adalah for; on the side of.
22
2.5.1.5 Prefiks Waktu dan Perintah (Prefixes of time and order)
Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English
Language (1985:1545), jenis prefiks ini dibagi menjadi dua, yaitu prefiks waktu
dan prefiks perintah. Prefiks waktu dibagi menjadi dua, yaitu:
a. RePrefiks ini melekat pada verba. Prefiks re- mengandung makna again or
back. Contohnya rewrite, resend. Kata rewrite memiliki prefiks re- dan kata
write, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata rewrite
yang memiliki kelas kata verba.
b. ExPrefiks ini melekat pada nomina. Prefiks ex- mengandung makna former.
Contohnya ex-husband, ex-president. Pada kata ex-husband memiliki prefiks exdan kata husband, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk
kata ex-husband yang memiliki kelas kata nom
Prefiks perintah dibagi menjadi dua, yaitu:
c. PostPrefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva. Prefiks post- mengandung
makna after. Prefiks post- yang melekat pada ajektiva contohnya postwar. Kata
postwar memiliki prefiks post- dan kata war, bila kedua kata tersebut
digabungkan maka akan membentuk kata postwar yang memiliki kelas kata
ajektiva. Sedangkan prefiks post- yang melekat pada nomina contohnya
postgraduate. Kata postgraduate memiliki prefiks post- dan kata graduate, bila
23
kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata postgraduate yang
memiliki kelas kata nomina.
d. PrePrefiks ini melekat pada nomina dan verba. Prefiks pre- mengandung
makna before. Prefiks pre- yang melekat pada nomina contohnya precondition.
Kata precondition terdiri dari prefiks pre- dan kata condition, bila kedua kata
tersebut digabungkan maka akan membentuk kata precondition yang memiliki
kelas kata nomina. Sedangkan prefiks pre- yang melekat pada verba contohnya
preregister. Kata preregister terdiri dari prefiks pre- dan kata register, bila kedua
kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata preregister yang memiliki
kelas kata verba.
2.5.1.6 Prefiks Bilangan (Number Prefixes)
Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English
Language (1985:1546), terdapat tiga jenis prefiks bilangan, antara lain:
a. SemiPrefiks ini melekat pada verba dan nomina. Prefiks semi- memiliki makna
half; partly. Prefiks semi- yang melekat pada verba contohnya semifinish. Kata
semifinish terdiri dari prefiks semi- dan kata finish, bila kedua kata tersebut
digabungkan maka akan membentuk kata semifinish yang memiliki kelas kata
verba. Sedangkan prefiks semi- yang melekat pada nomina contohnya semifinal.
Kata semifinal terdiri dari prefiks semi- dan kata final, bila kedua kata tersebut
24
diganbungkan maka akan membentuk kata semifinal yang memiliki kelas kata
nomina.
b. MultiPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya multinational, multilanguage,
multicultural. Prefiks multi- memiliki makna more than one. Seperti kata
multilanguage, kata ini terdiri dari prefiks multi- dan kata language, bila kedua
kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata multilanguage yang
memiliki kelas kata momina.
c. Uni-, monoPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya unisex, unilateral, monorail,
monoplane, monologue. Makna dari prefiks uni- dan mono- adalah one.
2.5.1.7 Prefiks Klasik (Classical Prefixes)
Menurut Oxford Dictionary “Classical is widely accepted and used for a
long time”. Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The
English Language (1985:1546), terdapat tiga jenis prefiks yang dikategorikan
sebagai prefiks klasik, antara lain:
a. ExtraPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina. Prefiks extra- mengandung
makna very; more than usual. Prefiks extra- yang melekat pada ajektiva
contohnya extraordinary. Kata tersebut terdiri dari prefiks extra- dan kata
ordinary, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata
extraordinary yang memiliki kelas kata ajektiva. Sedangkan prefiks extra- yang
25
melekat pada nomina contohnya extra-time. Kata tersebut terdiri dari prefiks
extra- dan kata time, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk
kata extra-time yang memiliki kelas kata nomina.
b. Autoprefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva, contohnya autobiography,
automation, autocrat, autosuggestion. Makna dari prefiks auto- adalah self.
c. TelePrefiks ini melekat pada nomina, contohnya telescope, telegram,
telephone. Makna dari prefiks tele- adalah distant.
2.6 Sufiks
Sufiks adalah afiks yang dibubuhkan diakhir bentuk kata dasar atau yang
sering disebut dengan akhiran. Menurut Kridalaksana sufiks adalah afiks yang
ditambahkan pada bagian belakang kata dasar. Menurut www.englishclub.com
“suffix is a goup of letters placed at the end of a word to make a new word”, yaitu
kumpulan kata yang ditempatkan di akhir kata untuk membuat sebuah kata yang
baru.
2.7 Kelas Kata
Kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori
bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat
26
yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai harus
mengenal jenis dan fungsi kelas kata. Adapun fungsi kelas kata sebagai berikut:
1. melambangkan gagasan atau pikiran yang abstrak menjadi konkret,
2. membentuk bermacam-macam struktur kalimat,
3. memperjelas makna gagasan kalimat,
4. membentuk satuan makna frase, klausa, atau kalimat,
5. membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat
dipahami dan dinikmati oleh orang lain.
2.7.1 Nomina
Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, benda,
dan konsep atau pengertian. Menurut Allsop (1989: 9), “nouns are used to
identify or put names to people, things and qualities in the world around us.”
Martin (2003: 5) membagi nomina menjadi dua tipe, yaitu common noun dan
proper noun.
a. Common noun adalah penggolongan kata benda untuk orang (person),
tempat (place), benda dan hal secara umum. Kata benda ini tidak menggunakan
huruf kapital di awal katanya, kecuali jika kata tersebut mengawali kalimat
27
atau menjadi judul sebuah tulisan. Contohnya house, sandals, apartment, children
& town.
b. Proper noun adalah penggolongan kata benda untuk orang (person),
tempat (place), dan benda secara spesifik. Kata benda ini antara lain digunakan
untuk nama institusi, organisasi, hari, bulan, bangsa, agama, dan tempat. Proper
noun selalu menggunakan huruf kapital di awal katanya. Contohnya Sea World,
Mohammad Hatta, Bandung, Gramedia, & Dagadu.
Jadi, dari pendapat Allsop dan Martin diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan nomina adalah kata yang digunakan untuk
mengidentifikasi atau menamai seseorang, suatu hal yang ada di sekeliling kita.
2.7.2 Verba
Verba berasal dari bahasa Latin yaitu verbum atau kata atau kata kerja
yang memiliki arti kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan,
proses, atau keadaan. Contohnya eat, drink, sleep, study, run, etc. Menurut
Richard (1984: 305) verba didefinisikan sebagai a word which (1) occurs as part
of the predicate of a sentence, (2) refers to an action. Maksud dari Richard bahwa
verba adalah kata yang (1) terjadi sebagai bagian dari kalimat predikat, (2)
mengacu pada tindakan. Menurut Kridalaksana (1993: 226) verba adalah kelas
kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat.
28
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa verba adalah salah satu kelas kata
yang memiliki arti perbuatan, tindakan, pekerjaan, namun dapat pula berfungsi
sebagai predikat.
2.7.3 Ajektiva
Ajektiva atau kata sifat adalah kelas kata yang mengubah nomina atau
pronomina, biasanya dengan menjelaskan atau membuatnya menjadi lebih
spesifik. Ajektiva dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas,
maupun penekanan suatu kata. Allsop (1998: 125) menjelaskan bahwa “adjective
describes the quality of noun.” Contoh ajektiva antara lain beautiful, soft, sweet,
long, hug, etc.
2.7.4 Adverbia
Adverbia atau kata keterangan berasal dari bahasa Latin yaitu ad, "untuk"
dan verbum, "kata". Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang
memberikan
keterangan
kepada kata lain,
seperti verba
(kata
kerja)
dan ajektiva (kata sifat), yang bukan nomina (kata benda). Menurut Shertzer
(1986:5) “adverb is words that describes verbs, adjectives, and other adverbs.
They specify in what manner, when, where, and how much.” Menurut Martin
(2003: 4) “adverb is a word used to add something to the meaning of a verb, an
adjective, or another adverb.”
29
Dari dua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan adverbial adalah kata yang menjelaskan verba, ajektiva, atau adverbial
lainnya.
Berikut ini contoh-contoh dari adverbia:
1. Diakhiri dengan “ly”
Financially, Willfully, Abruptly, Endlessly, Firmly, Delightfully, Quickly,
Lightly, Eternally, Delicately, Wearily, Sorrowfully, Beautifully, Truthfully ,
Uneasily, Weirdly, Cheerfully, Expertly, Wholeheartedly, Randomly, Brutally,
Really, Briskly, Sloppily, Wickedly.
2. Menjelaskan dimana suatu kejadian itu terjadi
Here, There, Everywhere, Somewhere, In, Inside, Underground, Out, Outside,
Upstairs, Downstairs.
3. Menjelaskan kapan kejadian itu terjadi
Now, First, Last, Early, Yesterday, Tomorrow, Today, Later, Regularly,
Often, Never, Monthly, Always, Usually.
2.8 Semantik
Kata semantik dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Yunani Sema
(nomina), yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’, dan Samaino (verba) ‘menandai’
atau ‘melambangkan’. Menurut Hudford dan Heasley (1983:1) “semantic is the
study of meaning in language”. Senada dengan Hudford dan Heasley, Saeed
30
(1997:3) mengemukakan bahwa “Semantic is the study of meaning of words and
sentences or semantic is study of meaning communicate through language”.
Menurutnya semantik merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna kata dan
kalimat atau semantik adalah suatu ilmu tentang makna komunikasi dalam bahasa.
Istilah semantik ini digunakan oleh pakar bahasa untuk menyebut bagian
ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna. Djajasudarma menjelaskan bahwa:
“Semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana mula
adanya makna sesuatu (misalnya Sejarah kita, dalam arti bagaimana kata
itu muncul), bagaimana perkembangannya, dan mengapa terjadi
perubahan makna dalam sejarah bahasa”. (1993: 14)
Saeed (2001: 5) mengatakan “Semantic is the study of meaning
communicated through language. Linguistic description has different levels of
analysis. Phonology is the study of what sounds a language has and how these
sounds combine to form words, and semantic is the study of the meaning of words
and sentences”. Sedangkan Kridalaksana (2001: 193) memberikan definisi
semantik sebagai berikut:
1. Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga
dengan struktur makna saat berbicara.
2. Sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada
umumnya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa semantik adalah
ilmu yang mempelajari suatu makna dan makna tersebut merupakan objek utama
dalam penelitian semantik.
31
2.9 Makna
Setelah dijelaskan mengenai morfem hingga semantik, semua itu tidak
lepas dari makna. Makna merupakan unsur utama yang terlibat dalam semantik.
Beberapa pengertian dan teori telah dibahas oleh para ahli linguistik mengenai apa
yang dimaksud dengan makna. Diantaranya adalah definisi makna menurut
Cartford (1974:35) makna adalah “the total network of reditions entered into by
any linguistics from text, item-in-text, structure element of structure, class, term in
system or whatever it maybe”. Menurutnya makna adalah hubungan atas bentuk
keseluruhan yang ada dalam linguistik seperti teks, unsur-unsur yang ada di dalam
teks, struktur, elemen struktur, kelas kata, istilah dalam sistem atau bentuk-bentuk
lain yang mungkin.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa makna merupakan
gagasan atau ide yang berasal dari pikiran penutur yang bisa diwujudkan dalam
bentuk ucapan atau tulisan dan hubungannya dengan bahasa dan lingkungan di
luar bahasa.
2.9.1 Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang atau
peristiwa dan lain sebagainya. Makna leksikal ini mempunyai unsur-unsur bahasa
lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Menurut Chaer (1994) makna leksikal
adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil
32
observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan
kita. Menurut Pateda. M (2001:119) makna leksikal adalah makna kata ketika kata
itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang
maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa
tertentu. Contoh kata easy (ajektiva) makna leksikalnya adalah not difficult, done
or obtained without a lot of effort or problem.
2.9.2 Makna Gramatikal
Berbeda dengan makna leksikal yang harus sesuai dengan referennya,
maka makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses
gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi
(Chaer, 1994). Menurut Butle (2005: 246) “Grammatical meaning is the some of
total of the meaning of the constituent words in a complex expression and the
result of the way the constituent are combined in the literal meaning”.
Maksudnya makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat adanya unsur
bahasa dalam struktur atau berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.
Contoh makna gramatikal adalah kata easy pada kata uneasy terjadi proses
afiksasi sehingga menimbulkan makna baru. Hal tersebut dapat dikatan bahwa
kata tersebut mengalami pergeseran makna gramatikal.
Download