7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Morfologi Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mengidentifikasi satuansatuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi memperlajari selukbeluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Kata morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos yang berrarti ilmu. Menurut O’Grady (1993- 113) “Morphology is the system of categories and rules involved in word formation and interpretation”, yang berarti bahwa morfologi adalah sistem kategori dan aturan yang digunakan dalam pembentukan kata serta interpretasi kata tersebut. Menurut Bloomfield (1993- 207): “By the morphology of a language we mean the constructions in which bound forms or words, but never phrases. Accordingly, we may say that morphology includes the constructions of words and parts of words, ...” Pengertian morfologi yang tertulis sebelumnya bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata, pembentukan ini akan menghasilkan bentukan atau morfem, tetapi bukan frasa McManis, dkk (1987: 117) mengemukakan bahwa “morphology is the study of how words are structured and how they are put together from smaller part”. Sedangkan Trask (1999: 194) berpendapat bahwa “morphology is an approach which aims to describe and explain universal tendencies in word 8 formation (such as the preference to derive nouns from verbs, rather than the reserve)”. Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa atau linguistik. Menurut Payne (1997: 20-21), definisi dari morfologi adalah “morphology is the study of the internal structure of words”. Senada dengan Payne, Menurut Verhaar (1986: 52) morfologi adalah bidang kajian linguistic yang mempelajari susunan bagianbagian kata secara gramatikal. Menurut Tarigan (1988: 4) morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dari bahasa inggris maupun dalam bahasa Indonesia morfologi pada dasarnya adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari pembentukan kata baik penyusunannya dalam kata maupun penentuan kelas kata untuk tiap-tiap kata dalam suatu bahasa. 2.2 Morfem Morfem menurut Payne (1997: 20-21) adalah “Morpheme is the smallest meaningful unit in the grammar of a language.” Maksud dari pernyataan tersebut bahwa, “morfem adalah unit terkecil yang memiliki makna dalam bahasa dari suatu bahasa.” Menurut Robins (1970: 191-3) morfem merupakan unit gramatikal terkecil yang dibentuk dan dibatasi dalam suatu bahasa dengan cara membandingkan bentuk-bentuk kata yang satu dengan kata yang lain. Menurut 9 Bloomfield (1974: 6) morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun makna. Dengan demikian pengertian morfem secara umum adalah satuan atau unit terkecil dalam suatu bahasa yang memiliki makna dan merupakan bagian dari atau bentuk kata dalam tata bahasa dari suatu bahasa. Morfologi mempelajari morfem, dan morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. 2.3 Jenis-Jenis Morfem Dalam bahasa inggris maupun bahasa Indonesia morfem memiliki dua jenis, yaitu morfem bebas (free morpheme), dan morfem terikat (bound morpheme). Klasifikasi morfem menurut Yule dapat digambarkan sebagai berikut: Morphemes Free Morphemes Content Functional Bound Morphemes Derivational Inflectional Gambar 2.1 Klasifikasi Morfem 2.3.1 Morfem Terikat (Bound Morpheme) Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem lainnya. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan 10 akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur kecil seperti klitika, partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat. Kridalaksana (1993: 142) mengemukakan bahwa morfem terikat adalah morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran. Senada dengan Kridalaksana, O’Grady (1997: 134) “Bound morpheme is a morpheme that must be attached to another element”. Maksud dari pendapat itu adalah morfem terikat adalah suatu morfem yang harus dihubungkan dengan unsur lain. Di dalam bound morpheme terdapat proses afiksasi. Menurut Williams (1975), afiksasi adalah proses penambahan afiks pada suatu morfem bebas untuk menghasilkan suatu bentukan kompleks. Ia membaginya ke dalam dua macam diantaranya: 1. awalan (prefix) seperti contoh: un-, dis-, in-, pre-, dan lain sebagainya. 2. akhiran (suffix) seperti contoh: -ern, -er, -ity, -s,-ed,dan lain sebagainya. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bound morpheme ialah awalan dan akhiran yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus diikuti setidaknya satu morfem lain sebagai kata yang utuh. Bound morpheme juga memiliki dua macam sisipan yaitu awalan dan akhiran. 11 Proses afiksasi menurut Sari (1988) di atas dibagi menjadi dua tipe yaitu derivation dan inflection. a. Derivation Derivation menurut Sari (1988),“Morphemes which derive (create) new words by either changing the meaning (happy vs. Unhappy, both adjectives) or the part of speech (sytactic category, e.g., rip an adjective, vs. Ripen, a verb)”. Ide yang muncul dari pengertian di atas bahwa, derivation adalah morfem yang menciptakan kata baru sekaligus mengubah makna leksikalnya. Berikut adalah afiks yang termasuk ke dalam derivation: dis-, un-, -able, -ness,-er, -ish, dan lain sebagainya. b. Inflection Inflection menurut Sari (1988), adalah “Morphemes which serve a purely grammatical function, never creating a different word, but only a different form of the same word.” Sari berpendapat bahwa inflection ialah morfem yang tidak menciptakan makna berbeda tetapi bentuk yang berbeda secara gramatikal. Berikut adalah afiks yang termasuk ke dalam inflection: a. Third person singular yaitu -s, contoh: She walks. b. Bentuk past tense yaitu -ed, contoh: He jumped. c.Bentuk present progressive yaitu -ing, contoh: She is talking to a stranger. d.Bentuk past participle yaitu -en, -ed, contoh: He has eaten. e.Bentuk plural yaitu -s, contoh: I have two cats. f. Bentuk possessive yaitu -’s, contoh: Cat’s eye. 12 g. Bentuk comparative yaitu -er, contoh: They speak louder. h. Bentuk superlative yaitu -est, contoh: Robby is the tallest in his class. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan di dalam bound morpheme terdapat proses afiksasi yang dibagi menjadi dua macam, yaitu derivation berupa afiks yang dapat mengubah makna leksikal morfem dan kelas katanya, dan inflection berupa afiks yang hanya mengubah makna gramatikal suatu morfem. 2.3.2 Morfem Bebas (Free Morpheme) Salah seorang linguist yakni Yule (2006), menerangkan bahwa “Free morpheme that can stand by themselves as single words, whereas „bound morphemes are those forms that „cannot normally stand alone and are typically attached to another form”. Ide yang muncul dari pernyataan tersebut mengenai freemorpheme adalah morfemyang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata. Pendapat lain dikemukakan oleh Crystal (1997), yang menyebutkan bahwa “Free morpheme can occur as separated words”. Pengertian tersebut menerangkan bahwa free morpheme dapat berlaku sebagai kata yang terpisah dengan kata lain adalah kata tunggal yang dapat berdiri sebagai kata yang utuh. Seperti pada contoh: Eat memiliki makna leksikalnya yaitu memasukkan sesuatu ke dalam mulut sehingga dikategorikan sebagai free morpheme karena kata tersebut dapat berdiri sendiri. Dengan demikian, free morpheme ialah morpheme yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dan memiliki makna leksikal. 13 Menurut Yule, Free morpheme terbagi menjadi dua macam yaitu content morpheme dan functional morpheme. a. Content Morpheme Content morpheme menurut Yule (2006), adalah “Set of ordinary nouns, adjectives and verbs which we think of as the words which carry the content of messages we convey”. Pengertian tersebut menggolongkan part of speech seperti noun, adjective, verb dan lain sebagainya ke dalam content morpheme dengan pesan yang terkandung di dalamnya. b. Functional Morpheme Functional morpheme menurut Yule (2006), adalah “Set consist largely of the functional words in the language”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa functional morpheme mencakup functional word yang cakupannya luas dalam kebahasaan. Beberapa contoh functional morpheme tersebut sebagai berikut: a. prepositions: in, of, on b. articles: a, an, the c. pronouns: I, you, he Dengan demikian, telah diketahui bahwa free morpheme terbagi menjadi dua macam yaitu content morpheme dan functional morpheme. Content morpheme adalah morfem utuh yang memiliki pesan yang dapat disampaikan dan dipahami, sedangkan functional morpheme adalah kata yang memiliki fungsi khusus dan memiliki cakupan yang luas. 14 2.4 Afiksasi Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam lingistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Menurut Richards (1992) afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata. Menurut Jackson (2002: 8), “affix is the general term for morphemes that cannot be used by themselves as simple word; they only occur “bound” to “another morpheme”. Dengan kata lain afiks (imbuhan) adalah istilah yang umum untuk morfem yang tidak bisa digunakan dengan sendiri sebagai kata sederhana; mereka hanya terjadi “morfem terikat” ke morfem yang lain. Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985: 1520) afiksasi dibagi menjadi dua, yaitu 1. Preffixation : afiks yang ditempatkan pada awal kata dasar. Contoh: dis + agree = disagree 2. Suffixation : afiks yang ditempatkan pada akhir kata dasar. Contoh: hope + less = hopeless 2.5 Prefiks Prefiks adalah afiks yang ditempatkan pada awal kata bentuk dasar. Menurut Oxford Dictionaries “prefixes are added to the beginning of an existing 15 word in order to create a new word with a different meaning.” Menurut Abdul Chaer (2012: 178) “prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar, seperti me- pada kata bahasa indonesia memakan, un- pada kata bahasa inggris unhappy”. Menurut O’Grady dan de Guzman (1989: 138) “prefix is an affix that is to the front of its base is called prefix”. Kemudian menurut Keraf (1984:94) “prefiks adalah suatu unsur yang secara struktural diikatkan didepan sebuah kata dasar dan bentuk dasar (kata dasar), prefiks juga disebut dengan awalan”. Selanjutnya menurut Kridalaksana (2008: 198) “prefiks ialah afiks yang ditambahkan pada bagian depan pangkal”. Berdasarkan beberapa pengertian prefiks menurut para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa prefiks adalah afiks yang ditambahkan diawal bentuk dasar dan membentuk sebuah kata baru dengan makna yang berbeda. Contoh prefiks dalam bahasa Inggris yaitu un-, dis-, re-, mis-, il-, yang misalnya terdapat dalam kata unhealthy, dishonest, resend, misunderstanding, dan illegal. 2.5.1 Jenis-Jenis Prefiks Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985:1540), Prefiks dibagi menjadi tujuh jenis antara lain: 2.5.1.1 Prefiks Negatif (Negative Prefixes) Kata negatif memiliki ciri terdapat kata not didalam sebuah kalimat. Menurut Teschner dan Evan (2007: 273), “negation is making an affirmative statement negative by adding not”. Penanda negasi membuat kalimat affirmatif menjadi negatif dengan menambahkan not. Seperti contoh: 16 (1) Affirmative : Cynthia likes an apple. (2) Negative : Cynthia doesn not like an apple. Dari kedua kalimat tersebut dapat dilihat bahwa dengan ditambahkannya kata not pada sebuah kalimat, maka kalimat tersebut menjadi negatif. Namun kalimat negatif tidak selalu ditandai dengan kata no atau not, melainkan dapat juga dengan menggunakan kata yang berasal dari afiksasi prefiks. Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985: 1540), terdapat tujuh jenis prefiks negatif, antara lain: a. Un- (not; the opposite of) Prefiks ini melekat pada ajektiva dan past participle, contohnya unhappy, unlike, unable, unseen, unfair. Seperti kata unhappy yang terdiri dari prefiks undan kata happy, maka bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata unhappy yang memiliki kelas kata ajektiva. b. DisPrefiks ini melekat pada verba dan ajektiva. Prefiks dis- yang melekat pada verba seperti disorder, disclosed. Kata disorder yang terdiri dari prefiks disdan kata order, maka bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata disorder yang memiliki kelas kata verba. Sedangkan prefiks disyang melekat pada ajektiva seperti kata dishonest. Kata dishonest yang terdiri dari prefiks dis- dan kata honest, maka bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata dishonest yang memiliki kelas kata ajektiva. 17 c. ImPrefiks ini melekat pada ajektiva, contohnya immature, impossible, impatient. Seperti kata immature yang terdiri dari prefiks im- dan kata mature, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata immature yang memiliki kelas kata ajektiva. d. ilPrefiks ini melekat pada ajektiva, contohnya illegal, illiterate, illegible. Seperti kata illegible yang terdiri dari prefiks il- dan kata legible, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata illegible yang memiliki kelas kata ajektiva. e. irPrefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva. Prefiks ir- yang melekat pada nomina contohnya irregular. Kata irregular terdiri dari prefiks ir- dan kata regular, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata irregular yang memiliki kelas kata nomina. Sedangkan prefiks ir- yang melekat pada ajektiva contohnya irrelevant. Kata irrelevant terdiri dari prefiks ir- dan kata relevant, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata irrelevant yang memiliki kelas kata ajektiva. f. inPrefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva. Prefiks in- yang melekat pada nomina contohnya infinite. Kata infinite terdiri dari prefiks in- dan kata finite, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata infinite yang memiliki kelas kata nomina. Sedangkan prefiks in- yang melekat pada 18 ajektiva contohnya incomplete. Kata incomplete terdiri dari prefiks in- dan kata complete, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata incomplete yang memiliki kelas kata ajektiva. g. nonMenurut Quirk (1985:1540) “Non- ‘not’, combines (usually hyphenated) with nouns, adjectives, and adverb”. Maksud dari Quirk adalah prefiks non- yang memiliki makna not melekat pada nomina, ajektiva, dan adverbia. Contohnya non-smoker; non-perishable; non-trivially. 2.5.1.2 Prefiks Peyoratif (Pejoratif prefixes) Menurut Oxford Dictionary “Pejorative is a word or remark that is pejorative expresses disapproval or critism”. Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985: 1541), terdapat tiga jenis prefiks yang termasuk kedalam pejorative prefixes, antara lain: a. MisPrefiks ini melekat pada verba, contohnya misunderstanding, miscalculate. Prefiks mis- mengandung makna bad or wrong; badly or wrongly. Seperti pada contoh miscalculate. Kata tersebut terdiri dari prefiks mis- dan kata calculate, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata miscalculate yang memiliki kelas kata verba. 19 b. PseudoPrefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva, contohnya pseudoclassicism, pseudo-intellectual, pseudo-scientific. Makna dari prefiks pseudoadalah false. c. MalPrefiks ini melekat pada verba, past participle, ajektiva, dan abstrak nomina. Contohnya maltreat, malformed, malnutrition, malfunction. Makna dari prefiks mal- adalah bad or badly. 2.5.1.3 Prefiks Tingkatan atau Ukuran (Prefixes of degree or size) Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985:1542-1543), terdapat sepuluh jenis prefiks tingakatan atau ukuran, antara lain: a. ArchPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya arch-enemy, arch-fascist. Makna dari prefiks arch- adalah supreme. b. HyperPrefiks ini melekat pada ajektiva, contohnya hypersensitive, hypercritical, hyperactive. Makna dari prefiks hyper- adalah extreme. c. MiniPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya mini-market, mini-skirt, minicab. Makna dari prefiks mini- adalah little. 20 d. OutPrefiks ini melekat pada nomina dan verba intransitif, contohnya outnumber, outclass, outdistance, outgrow, outrun, outlive. Makna dari prefiks out- adalah surpassing. e. OverPrefiks ini melekat pada verba dan ajektifa, contohnya overeat, overestimate, overplay, oversimplify. Makna dari prefiks over- adalah excessive. f. Subprefiks ini melekat pada ajektifa, contohnya subconscious, subnormal. Makna dari prefiks sub- adalah below. g. SuperPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina, contohnya supernatural, supersensitive, superman, supermarket. Makna dari prefiks super- adalah more than; very special. f. SurPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya surcharge, surtax. Makna dari prefiks sur- adalah over and above. i. UltraPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina, contohnya ultra-modern, ultra-conservative, ultrasound, ultramicroscopic. Makna dari prefiks ultra- adalah extreme; beyond. 21 j. UnderPrefiks ini melekat pada verba dan past participle –ed, contohnya underestimate, underplay, underprovided, undercharge. Makna dari prefiks under- adalah too little. 2.5.1.4 Prefiks Orientasi dan Sikap (Prefixes of Orientation and Attitude) Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985:1544), terdapat empat jenis prefiks orientasi dan sikap, antara lain: a. AntiPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina, contohnya anti-social, anticlerical, anti-war. Makna dari prefiks anti- adalah against. b. ContraPrefiks ini melekat pada nomina, verba, dan ajektiva, contohnya contradistinction, contraindicate, contrafactual. Makna dari prefiks contraadalah opposite; contrasting. c. CounterPrefiks ini melekat pada verba, nomina, dan ajektiva, contohnya counteract, counterrevolution, countersink. Makna dari prefiks counter- adalah against; in opposition to. d. ProPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina, contohnya pro-communist, pro-student. Makna prefiks pro- adalah for; on the side of. 22 2.5.1.5 Prefiks Waktu dan Perintah (Prefixes of time and order) Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985:1545), jenis prefiks ini dibagi menjadi dua, yaitu prefiks waktu dan prefiks perintah. Prefiks waktu dibagi menjadi dua, yaitu: a. RePrefiks ini melekat pada verba. Prefiks re- mengandung makna again or back. Contohnya rewrite, resend. Kata rewrite memiliki prefiks re- dan kata write, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata rewrite yang memiliki kelas kata verba. b. ExPrefiks ini melekat pada nomina. Prefiks ex- mengandung makna former. Contohnya ex-husband, ex-president. Pada kata ex-husband memiliki prefiks exdan kata husband, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata ex-husband yang memiliki kelas kata nom Prefiks perintah dibagi menjadi dua, yaitu: c. PostPrefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva. Prefiks post- mengandung makna after. Prefiks post- yang melekat pada ajektiva contohnya postwar. Kata postwar memiliki prefiks post- dan kata war, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata postwar yang memiliki kelas kata ajektiva. Sedangkan prefiks post- yang melekat pada nomina contohnya postgraduate. Kata postgraduate memiliki prefiks post- dan kata graduate, bila 23 kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata postgraduate yang memiliki kelas kata nomina. d. PrePrefiks ini melekat pada nomina dan verba. Prefiks pre- mengandung makna before. Prefiks pre- yang melekat pada nomina contohnya precondition. Kata precondition terdiri dari prefiks pre- dan kata condition, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata precondition yang memiliki kelas kata nomina. Sedangkan prefiks pre- yang melekat pada verba contohnya preregister. Kata preregister terdiri dari prefiks pre- dan kata register, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata preregister yang memiliki kelas kata verba. 2.5.1.6 Prefiks Bilangan (Number Prefixes) Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985:1546), terdapat tiga jenis prefiks bilangan, antara lain: a. SemiPrefiks ini melekat pada verba dan nomina. Prefiks semi- memiliki makna half; partly. Prefiks semi- yang melekat pada verba contohnya semifinish. Kata semifinish terdiri dari prefiks semi- dan kata finish, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata semifinish yang memiliki kelas kata verba. Sedangkan prefiks semi- yang melekat pada nomina contohnya semifinal. Kata semifinal terdiri dari prefiks semi- dan kata final, bila kedua kata tersebut 24 diganbungkan maka akan membentuk kata semifinal yang memiliki kelas kata nomina. b. MultiPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya multinational, multilanguage, multicultural. Prefiks multi- memiliki makna more than one. Seperti kata multilanguage, kata ini terdiri dari prefiks multi- dan kata language, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata multilanguage yang memiliki kelas kata momina. c. Uni-, monoPrefiks ini melekat pada nomina, contohnya unisex, unilateral, monorail, monoplane, monologue. Makna dari prefiks uni- dan mono- adalah one. 2.5.1.7 Prefiks Klasik (Classical Prefixes) Menurut Oxford Dictionary “Classical is widely accepted and used for a long time”. Menurut Quirk dalam bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985:1546), terdapat tiga jenis prefiks yang dikategorikan sebagai prefiks klasik, antara lain: a. ExtraPrefiks ini melekat pada ajektiva dan nomina. Prefiks extra- mengandung makna very; more than usual. Prefiks extra- yang melekat pada ajektiva contohnya extraordinary. Kata tersebut terdiri dari prefiks extra- dan kata ordinary, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata extraordinary yang memiliki kelas kata ajektiva. Sedangkan prefiks extra- yang 25 melekat pada nomina contohnya extra-time. Kata tersebut terdiri dari prefiks extra- dan kata time, bila kedua kata tersebut digabungkan maka akan membentuk kata extra-time yang memiliki kelas kata nomina. b. Autoprefiks ini melekat pada nomina dan ajektiva, contohnya autobiography, automation, autocrat, autosuggestion. Makna dari prefiks auto- adalah self. c. TelePrefiks ini melekat pada nomina, contohnya telescope, telegram, telephone. Makna dari prefiks tele- adalah distant. 2.6 Sufiks Sufiks adalah afiks yang dibubuhkan diakhir bentuk kata dasar atau yang sering disebut dengan akhiran. Menurut Kridalaksana sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar. Menurut www.englishclub.com “suffix is a goup of letters placed at the end of a word to make a new word”, yaitu kumpulan kata yang ditempatkan di akhir kata untuk membuat sebuah kata yang baru. 2.7 Kelas Kata Kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat 26 yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai harus mengenal jenis dan fungsi kelas kata. Adapun fungsi kelas kata sebagai berikut: 1. melambangkan gagasan atau pikiran yang abstrak menjadi konkret, 2. membentuk bermacam-macam struktur kalimat, 3. memperjelas makna gagasan kalimat, 4. membentuk satuan makna frase, klausa, atau kalimat, 5. membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain. 2.7.1 Nomina Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, benda, dan konsep atau pengertian. Menurut Allsop (1989: 9), “nouns are used to identify or put names to people, things and qualities in the world around us.” Martin (2003: 5) membagi nomina menjadi dua tipe, yaitu common noun dan proper noun. a. Common noun adalah penggolongan kata benda untuk orang (person), tempat (place), benda dan hal secara umum. Kata benda ini tidak menggunakan huruf kapital di awal katanya, kecuali jika kata tersebut mengawali kalimat 27 atau menjadi judul sebuah tulisan. Contohnya house, sandals, apartment, children & town. b. Proper noun adalah penggolongan kata benda untuk orang (person), tempat (place), dan benda secara spesifik. Kata benda ini antara lain digunakan untuk nama institusi, organisasi, hari, bulan, bangsa, agama, dan tempat. Proper noun selalu menggunakan huruf kapital di awal katanya. Contohnya Sea World, Mohammad Hatta, Bandung, Gramedia, & Dagadu. Jadi, dari pendapat Allsop dan Martin diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan nomina adalah kata yang digunakan untuk mengidentifikasi atau menamai seseorang, suatu hal yang ada di sekeliling kita. 2.7.2 Verba Verba berasal dari bahasa Latin yaitu verbum atau kata atau kata kerja yang memiliki arti kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Contohnya eat, drink, sleep, study, run, etc. Menurut Richard (1984: 305) verba didefinisikan sebagai a word which (1) occurs as part of the predicate of a sentence, (2) refers to an action. Maksud dari Richard bahwa verba adalah kata yang (1) terjadi sebagai bagian dari kalimat predikat, (2) mengacu pada tindakan. Menurut Kridalaksana (1993: 226) verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat. 28 Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa verba adalah salah satu kelas kata yang memiliki arti perbuatan, tindakan, pekerjaan, namun dapat pula berfungsi sebagai predikat. 2.7.3 Ajektiva Ajektiva atau kata sifat adalah kelas kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya dengan menjelaskan atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Ajektiva dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Allsop (1998: 125) menjelaskan bahwa “adjective describes the quality of noun.” Contoh ajektiva antara lain beautiful, soft, sweet, long, hug, etc. 2.7.4 Adverbia Adverbia atau kata keterangan berasal dari bahasa Latin yaitu ad, "untuk" dan verbum, "kata". Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain, seperti verba (kata kerja) dan ajektiva (kata sifat), yang bukan nomina (kata benda). Menurut Shertzer (1986:5) “adverb is words that describes verbs, adjectives, and other adverbs. They specify in what manner, when, where, and how much.” Menurut Martin (2003: 4) “adverb is a word used to add something to the meaning of a verb, an adjective, or another adverb.” 29 Dari dua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan adverbial adalah kata yang menjelaskan verba, ajektiva, atau adverbial lainnya. Berikut ini contoh-contoh dari adverbia: 1. Diakhiri dengan “ly” Financially, Willfully, Abruptly, Endlessly, Firmly, Delightfully, Quickly, Lightly, Eternally, Delicately, Wearily, Sorrowfully, Beautifully, Truthfully , Uneasily, Weirdly, Cheerfully, Expertly, Wholeheartedly, Randomly, Brutally, Really, Briskly, Sloppily, Wickedly. 2. Menjelaskan dimana suatu kejadian itu terjadi Here, There, Everywhere, Somewhere, In, Inside, Underground, Out, Outside, Upstairs, Downstairs. 3. Menjelaskan kapan kejadian itu terjadi Now, First, Last, Early, Yesterday, Tomorrow, Today, Later, Regularly, Often, Never, Monthly, Always, Usually. 2.8 Semantik Kata semantik dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Yunani Sema (nomina), yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’, dan Samaino (verba) ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Menurut Hudford dan Heasley (1983:1) “semantic is the study of meaning in language”. Senada dengan Hudford dan Heasley, Saeed 30 (1997:3) mengemukakan bahwa “Semantic is the study of meaning of words and sentences or semantic is study of meaning communicate through language”. Menurutnya semantik merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna kata dan kalimat atau semantik adalah suatu ilmu tentang makna komunikasi dalam bahasa. Istilah semantik ini digunakan oleh pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna. Djajasudarma menjelaskan bahwa: “Semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana mula adanya makna sesuatu (misalnya Sejarah kita, dalam arti bagaimana kata itu muncul), bagaimana perkembangannya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa”. (1993: 14) Saeed (2001: 5) mengatakan “Semantic is the study of meaning communicated through language. Linguistic description has different levels of analysis. Phonology is the study of what sounds a language has and how these sounds combine to form words, and semantic is the study of the meaning of words and sentences”. Sedangkan Kridalaksana (2001: 193) memberikan definisi semantik sebagai berikut: 1. Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna saat berbicara. 2. Sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari suatu makna dan makna tersebut merupakan objek utama dalam penelitian semantik. 31 2.9 Makna Setelah dijelaskan mengenai morfem hingga semantik, semua itu tidak lepas dari makna. Makna merupakan unsur utama yang terlibat dalam semantik. Beberapa pengertian dan teori telah dibahas oleh para ahli linguistik mengenai apa yang dimaksud dengan makna. Diantaranya adalah definisi makna menurut Cartford (1974:35) makna adalah “the total network of reditions entered into by any linguistics from text, item-in-text, structure element of structure, class, term in system or whatever it maybe”. Menurutnya makna adalah hubungan atas bentuk keseluruhan yang ada dalam linguistik seperti teks, unsur-unsur yang ada di dalam teks, struktur, elemen struktur, kelas kata, istilah dalam sistem atau bentuk-bentuk lain yang mungkin. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa makna merupakan gagasan atau ide yang berasal dari pikiran penutur yang bisa diwujudkan dalam bentuk ucapan atau tulisan dan hubungannya dengan bahasa dan lingkungan di luar bahasa. 2.9.1 Makna Leksikal Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang atau peristiwa dan lain sebagainya. Makna leksikal ini mempunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Menurut Chaer (1994) makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil 32 observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Menurut Pateda. M (2001:119) makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. Contoh kata easy (ajektiva) makna leksikalnya adalah not difficult, done or obtained without a lot of effort or problem. 2.9.2 Makna Gramatikal Berbeda dengan makna leksikal yang harus sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1994). Menurut Butle (2005: 246) “Grammatical meaning is the some of total of the meaning of the constituent words in a complex expression and the result of the way the constituent are combined in the literal meaning”. Maksudnya makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat adanya unsur bahasa dalam struktur atau berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Contoh makna gramatikal adalah kata easy pada kata uneasy terjadi proses afiksasi sehingga menimbulkan makna baru. Hal tersebut dapat dikatan bahwa kata tersebut mengalami pergeseran makna gramatikal.