BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Metode Penelitian Dalam proses pembuatan makalah ini, diperlukan beberapa metode pengambilan data seperti : 1. Kajian Pustaka Merupakan data-data yang diperoleh dari buku-buku dan literatur yang membahas tentang konsepsi ketuhanan dalam Weda, profil dan cerita-cerita tentang dewa dan dewi dalam Reg Weda, karya tulis, serta artikel dan forum diskusi di internet. 2. Hasil pengamatan kualitatif berupa wawancara dengan narasumber, serta mendatangi langsung peninggalan-peninggalan bersejarah jaman kerajaan Hindu di Indonesia. 2.1.1 Referensi Buku “Theologi Hindu (Brahma Widya)” Buku karangan Gede Pudja, MA, SH. ini membahas tentang pokokpokok ajaran ketuhanan menurut ajaran agama Hindu, dan seperti yang diuraikan dalam Weda. Pada Bab ke 4 dijelaskan bagaimana perbedaan antara Tuhan dan Dewa. Buku yang diterbitkan oleh penerbit PARAMITHA Surabaya ini memberikan informasi bahwa Tuhan dan Dewa itu tidak sama, Tuhan bersifat Maha Kuasa dan abstrak, sedangkan dewa memiliki kuasanya masing-masing menurut fungsinya dan dapat di gambarkan. Melalui buku ini, penulis mendapatkan informasi tentang konsepsi ketuhanan dalam agama Hindu berikut dengan penggalan-penggalan dari kitab suci sebagai bukti keakuratan agar tidak menimbulkan kontroversi, Meskipun pembahasannya masih belum terlalu dalam. Dalam buku ini juga terdapat beberapa profil 33 dewa dan dewi dalam agama Hindu menurut Reg Weda. 2.1.2 Referensi Buku “VEDA : Sabda Suci” Buku karangan DR. I Made Titib ini merupakan buku yang sangat sulit ditemukan karena tidak diperdagangkan. Buku ini membahas tentang pedoman-pedoman dalam kehidupan menurut Weda, termasuk pembahasan sifat-sifat teladan beberapa dari ke 33 dewa dan dewi tersebut. Merupakan sebuah rangkuman dari ke-empat Weda, buku ini pun juga membahas tentang konsepsi ketuhanan dalam Weda. Buku yang diterbitkan oleh penerbit PARAMITHA Surabaya ini, memberikan penulis informasi yang cukup lengkap tentang profil ke 33 3 4 dewa dan dewi, dan sejarah mengenai dewa dan dewi tersebut melalui penggalan-penggalan dari kitab suci Weda. 2.1.3 Referensi Buku “Dewa-Dewi Hindu” Buku ini membahas langsung tentang dewa dan dewi dalam agama Hindu. Cukup lengkap, namun hanya beberapa dari ke 33 dewa dan dewi yang disebutkan dalam buku karangan I Wayan Maswinara ini. Informasi penting yang didapat penulis ialah terdapat ilustrasi di tiap penjelasan dewa dan dewi. Hal ini memudahkan penulis untuk mencari atribut beserta senjata dan tunggangan atau kendaraan yang terdapat pada dewa dan dewi tersebut. 2.1.4 Referensi Buku “World Religions” Buku ini membahas tentang agama-agama yang ada di dunia. Namun penulis hanya membaca segmen Hinduism pada buku tersebut. Buku karangan John Bowker ini membahas atribut-atribut serta senjatasenjata yang melekat pada dewa dan dewi dalam bentuk arca-arca kuno. Sedikit informasi yang didapatkan dalam buku ini, namun penulis menambah pengetahuan umum karena dalam buku tersebut terdapat profil orang yang menyembah dewa dan dewi serta cara dan eventevent penyembahan dewa dan dewi. 2.1.5 Referensi Buku “Dewa-Dewa Hindu dan Awatara-Awataranya” Buku yang diterbitkan oleh Upada Sastra ini membahas beberapa profil dewa dan dewi pada jaman Reg Weda, berikut dengan penggambaran fisik dan sifat para dewa dan dewi tersebut. Dalam buku karangan I Gusti Made Widia ini, terdapat ilustrasi di tiap profilnya, dengan bergaya Bali. Ini memudahkan penulis untuk menggambarkan atribut serta dapat dijadikan referensi ragam hias pada tiap atributnya. Dalam buku ini juga terselip cerita-cerita seputar dewa dan dewi hindu, juga epos India yang terkenal, yaitu Ramayana dan Mahabharata. 2.1.6 Referensi Buku “Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu” Buku karangan DR. I Made Titib ini lebih menekankan pada symbolsimbol dan alat-alat upacara dalam agama Hindu. Namun terdapat pula pembahasan tentang beberapa profil dewa dan dewi pada jaman Weda. Terdapat pula ilustrasi yang berciri khas India, yang dapat membantu dalam proses ilustrasi. Tidak beda jauh dengan buku VEDA : Sabda Suci, Buku ini agak lebih detail dari buku yang sebelumnya. 2.1.7 Referensi Buku “Kisah-Kisah Mengagumkan Para Dewa Hindu” Buku karangan Ayu Rini tersebut berisi tentang cerita-cerita dewa dan dewi Hindu, seperti bagaimana Dewa Daksha mendapatkan kepala kambingnya, mengapa Siwa bermata tiga, dan sebagainya. 5 Buku terbitan PARAMITA Surabaya ini dapat menambah informasi menarik dan dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan gestur yang lebih bercerita di tiap penggambaran dewa dan dewi tersebut. 2.1.8 Referensi “Kitab Suci Reg Weda” Merupakan Weda tertua, dari ketiga Weda lainnya, yaitu Yayur Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda. Reg Weda berisikan pujian-pujian dalam bentuk puisi, Yayur Weda berisikan pujian-pujian dalam bentuk prosa, Sama Weda berisikan pujian-pujian dalam bentuk lagu dan nyanyian, dan Atharwa Weda merupakan pujian-pujian dalam bentuk Mantera. Kitab Suci Reg Weda merupakan sumber dari ilmu pengetahuan tentang dewa dan dewi pada jaman Weda. Dari kitab inilah, nama ke 33 dewa dan dewi tersebut disebutkan. 2.1.9 Literatur Internet ETIMOLOGI Kata Dewa muncul dari agama Hindu, yakni dari kata Deva atau Daiwa (bahasa Sanskerta), yang berasal dari kata div, yang berarti sinar. Kata dewa dalam bahasa inggris sama dengan deity, berasal dari bahasa latin, deus. Bahasa latin dies dan divum, mirip dengan bahasa Sanskerta div dan diu, yang berarti langit, sinar. Kata deva (sinar, langit) sama sekali tidak ada hubungannya dengan kata devil (iblis/setan). Istilah dewa diidentikan dengan mahkluk suci yang berkuasa terhadap alam semesta. Meskipun pada aliran politeisme menyebut adanya banyak Tuhan, namun dalam bahasa Indonesia, istilah yang dipakai adalah “Dewa”, istilah Tuhan dipakai untuk penguasa alam semesta yang maha tunggal dan abstrak, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa dibayangkan. HUBUNGAN ANTARA DEWA DENGAN MANUSIA Para Dewa dipercaya sebagai makhluk yang tak tampak dan tak dapat dijangkau. Mereka hidup di tempat-tempat suci atau tempat-tempat yang jauh dari jangkauan manusia, seperti surga, neraka, di atas langit, di bawah bumi, di lautan yang dalam, di atas puncak gunung tinggi, di hutan belantara, namun dapat berhubungan dengan manusia karena manifestasi atau kekuatan supranaturalnya. Dalam beberapa agama monoteistik, Tuhan dianggap tinggal di surga namun karena kemahakuasaannya Dia juga ada dimana-mana sehingga dapat berhubungan dengan makhluk-Nya kapanpun dan dimana pun, namun secara kasat mata. Dalam pandangan umat beragama (monoteistik, politeistik, panteistik) sesungguhnya Tuhan ada dimanamana, namun untuk memuliakannya Dia disebutkan tinggal di surga. 6 Dalam politeisme, para Dewa digambarkan sebagai makhluk yang memiliki emosi dan wujud seperti manusia, sangat berkuasa, dan antara manusia dan para Dewa ada perbedaan yang sangat menonjol. Para Dewa tinggal di surga sedangkan manusia tinggal di bumi. Karena para Dewa tinggal di surga, maka para Dewa memiliki kekuasaan dan kesaktian untuk mengatur, menghukum atau memberkati umat manusia. Sementara para Dewa berkuasa, maka manusia memujanya dan memberikan persembahan agar dibantu dan diberkati oleh kemahakuasaan-Nya. DEWA YANG TUNGGAL Dalam agama yang menganut paham monoteisme, Dewa hanya satu dan sebutan Tuhan adalah sebutan yang umum dan layak. Tuhan merupakan sesuatu yang supranatural, menguasai alam semesta, maha kuasa, tidak dapat dibayangkan dan tidak bisa dilukiskan. Agama monoteisme enggan untuk mengakui adanya dewa-dewa karena dianggap sebagai Tuhan tersendiri. Dalam agama Hindu dan Buddha, meskipun meyakini satu Tuhan, namun ada makhluk yang disebut Dewa yang diyakini di bawah derajat Tuhan. Dalam filsafat Hindu, para Dewa tunduk pada sesuatu yang maha kuasa, yang maha esa, dan yang menciptakan mereka yang disebut Brahman (sebutan Tuhan dalam agama Hindu). Dalam agama Buddha, para Dewa bukanlah makhluk sempurna dan memiliki wewenang untuk mengatur umat manusia. Para Dewa tunduk pada hukum mistik yang mengikat diri mereka pada karma dan samsara. Dalam hal ini, Tuhan adalah sesuatu yang agung dan mulia, tidak bisa disamakan dengan Dewa dan tidak ada yang sederajat dengannya. Meskipun ada agama yang meyakini banyak Dewa (seperti Hindu dan Buddha) namun jika memiliki konsep Ketuhanan yang Maha Esa, para Dewa dianggap sebagai makhluk suci atau malaikat dan tidak sederajat dengan Tuhan. PANDANGAN MENGENAI DEWA-DEWI Dalam tradisi agama Hindu umumnya, para Dewa (atau "Deva", "Daiwa") adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Para Dewa merupakan pengatur kehidupan dan perantara Tuhan dalam berhubungan dengan umatnya. Dewa-Dewi tersebut seperti: Brahma, Wisnu, Siwa, Agni, Baruna, Aswin, Kubera, Indra, Ganesa, Yama, Saraswati, Laksmi, Surya, dan lain-lain. Karena ditemukan konsep ketuhanan yang maha esa, Dewa-Dewi dalam agama Hindu bukan Tuhan tersendiri. Dewa-Dewi dalam agama Hindu hidup abadi, memiliki kesaktian dan menjadi perantara Tuhan ketika memberikan berkah kepada umatnya. Musuh para Dewa adalah para Asura. Menurut agama Hindu, para Dewa 7 tinggal di suatu tempat yang disebut Swargaloka atauSwarga, suatu tempat di alam semesta yang sangat indah, sering disamakan dengan surga. Penguasa di sana ialah Indra, yang bergelar raja surga, atau pemimpin para Dewa. DEWA DALAM WEDA Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah Indra, Agni, Waruna dan Soma. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang Asura. Menurut ajaran agama Hindu, Para Dewa (misalnya Agni, Baruna, Indra, dll) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri. Dalam kitab-kitab Veda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendakTuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Dalam kitab suci Bhagawad Gita diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara Tuhan. 2.2 Riset Mengenai Evolusi Visual Riset ini bertujuan untuk mempelajari visual dewa dan dewi yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Berikut ini merupakan gambar dan penjelasan sesosok visual dewa yang berevolusi seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman. Sebagai perbandingan, penulis mengambil contoh pasa satu dewa, yaitu dewa Siwa, hal ini dikarenakan pada jaman dahulu, pada saat itu, para raja-raja memuja dewa Siwa karena Beliau merupakan dewa tertinggi dalam agama Hindu. Berikut evolusi penggambaran visual Siwa dari jaman ke jaman, berikut dengan beberapa medianya. 8 Gambar 2.1 Siwa 2.2.1 Penggambaran pada jaman dulu (India) Penggambaran visual dewa Siwa dengan posisi beryoga, duduk bersila yang ditemukan di Mohenjo-daro, Distrik Larkana Sindh, Pakistan. Tenggelam dalam waktu yang cukup lama akibat banjir sungai Indus, peninggalan ini diperkirakan berasal dari tahun 2600-1900 Sebelum Masehi. Penggambaran gestur yang sederhana menandai masih minimnya ilmu pengetahuan tentang badan manusia. 9 Gambar 2.2 Siwa Nataraja Siwa dengan posisi Nataraja, pada jaman dinasti Chola, dinasti yang berkembang dan cukup lama menguasai wilayah selatan India. Peninggalan yang terbuat dari bahan perunggu ini tidak dapat diperkirakan tahun pembuatannya, namun apabila di analisa, dari bentuk gestur dan pemilihan media, dirasa cukup memiliki pengetahuan dan teknologi sudah mulai berkembang pada saat itu. 10 Gambar 2.3 Siwa dan Parwati Penggambaran dewa Siwa dalam media kertas menunjukkan era 2D dalam penggambaran dewa dan dewi. Lukisan dengan media cat air ini diperkirakan dibaut pada tahun 1740. Pada gambar tersebut, gestur masih belum Nampak sempurna, namun sudah kelihatan jelas attribut dewa tersebut serta berisikan sebuah cerita dalam sebuah karya lukis. Terlihat digambar tersebut dewi Parwati, dewa Siwa, kendaraan dewa Siwa (Nandi), dan seorang Bhagiratha di sungai Gangga, India. 11 Gambar 2.4 Siwa Sati Memasuki era yang lebih modern, para Artist mulai menunjukkan idealisme dalam berkarya. Lukisan yang dibuat pada tahun 1800 ini memiliki peningkatan pemahaman gestur dan sisi modernisasi yang terlihat dari segi pewarnaan yang gradasi, dan landscape yang hidup. Lukisan ini dibuat pada tahun 1800, dikisahkan dewa Siwa membawa Sati, yang tak lain adalah istrinya, dengan trisula yang menusuk punggung Sati. Terlihat jelas atribut dan senjata dewa tersebut pada saat itu. 12 2.2.2 Penggambaran pada jaman modern (India) Memasuki era 90-an, karya-karya visual yang mengandung unsur dewa sudah semakin baik seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Gestur semakin sempurna dan pewarnaan yang cenderung realis, menyiratkan bahwa seakan-akan dewa dan dewi tersebut memang nyata. Atribut-atribut semakin jelas dan ragam hias khas India yang detail menjadikan penggambaran visual dewa dan dewi pada era ini semakin menarik. Gestur dibuat bebas dan sangat refleks atau lentur. Era ini menggambarkan suatu aturan dari segi pewarnaan dan atribut atau senjata, serta ragam hiasnya untuk pembuatan visual dewa dan dewi India di era selanjutnya. Arah jarum jam : Gambar 2.5 Dewa Siwa dengan anaknya, Ganesha Gambar 2.6 Dewa Siwa sedang beryoga Gambar 2.7 Dewa Siwa : Trisula Gambar 2.8 Dewa Siwa dengan saktinya, Dewi Parwati 13 Gambar 2.9 Yupa Kerajaan Kutai 2.2.3 Penggambaran pada jaman dulu dan kerajaan (Indonesia) Peninggalan sejarah bentuk visual dewa dan dewi Hindu di Indonesia ditandai dengan kerajaan pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Kutai. Raja yang terkenal pada saat itu ialah Raja Mulawarman, yang menyembah dewa Siwa dalam bentuk sebuah pengorbana. 20.000 ekor sapi di berikan kepada kaum Brahmana. Hal ini tertulis dalam bentuk sebuah Yupa. 14 Gambar 2.10 Siwa Mahadewa Dewa Siwa dalam bentuk arca atau patung pada abad 7 Masehi, ditemukan di Dieng, Wonosobo, Jawa tengah. Penggambaran yang sederhana serta gestur masih terasa kurang proporsional pada masa itu. 15 Gambar 2.11 Siwa Mahadewa Dieng Dewa Siwa terlihat sedang berdiri, namun proporsi tidak jelas dan terlihat sangat pendek. Arca ini diperkirakan dibuat pada abad 8 Masehi. Ditemukan di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. 16 Gambar 2.12 Siwa Mahadewa Dewa Siwa terlihat sedang duduk diatas kendaraannya yaitu Nandi, sang Sapi. Yang membedakan ialah Nandi yang berupa manusia namun berkepala sapi. Diperkirakan dibuat pada abad 9 Masehi, detail sudah terlihat dengan gestur yang sudah mulai proporsional. Arca ini ditemukan di Borobudur, Jawa Tengah. 17 Gambar 2.13 Siwa Mahadewa Guru Berbeda dengan penggambaran dewa Siwa yang sebelumnya, penggambaran dewa Siwa disini terlihat buncit dan gemuk, namun sudah terlihat detail senjata yang digunakan, ditemukan di Semarang, Jawa Tengah dan diperkirakan dibuat pada abad 9 Masehi. 18 Gambar 2.14 Siwa Mahadewa Blitar Arca pada abad ke 15 Masehi ini sudah cukup memperlihatkan detail di tiap atribut serta pakaiannya. Namun proporsi belum proporsional serta kurang begitu interaktif. Ditemukan di Blitar, Jawa Timur. 19 Arah jarum jam : Gambar 2.15 Pewayangan Dewa Brahma Gambar 2.16 Pewayangan Dewa Wisnu Gambar 2.17 Pewayangan Dewa Indra 2.2.4 Penggambaran dewa dan dewi dalam pewayangan (Indonesia) Dalam hal ini, ragam hias dari kebudayaan Jawa sangat kental dalam pewayangan dewa dan dewi Hindu tersebut. Penggambaran 2D wayang kulit, sering dipentaskan apabila menceritakan epos Ramayana atau Mahabharata. 20 2.3 Profil 33 Dewa dan Dewi Hindu “ Wahai para Dewa, sebelas di surga, sebelas dibumi dan sebelas di langit, semoga engkau bersuka cita dengan persembahan suci ini ” ( Reg. Weda III.6.9 ) Dari penggalan isi dari Reg. Weda tersebut, dapat dikategorikan untuk ke 33 Dewa tersebut berdasarkan Dunia nya, yaitu Bumi (Bhur), Langit (Bvah), dan Surga (Svah) 11 Dewa di Bumi ( Bhur Loka ) - Dewa Agni Dewa Agni digambarkan sebagai laki-laki berbadan merah dengan dibalut kain berwarna merah dengan benang suci, mempunyai tiga kaki, tujuh lengan dengan memegang benda-benda semacam sendok, sendok besar, kipas dll., enam buah mata dan alis, dan rambutnya berwarna hitam kemerahan. Berlidah tujuh buah, bertanduk dan mengendarai kambing betina dengan selempang suci. Dewa Agni merupakan dewa api, berfungsi sebagai pendeta, sebagai duta, pemberi berkah, dan pengusir roh jahat. Dewa Agni memiliki sifatsifat yang baik dan yang tidak baik, keduanya layak dan tak rasionil, dia adalah dewa yang ramah namun suka marah. Dia menyembuhkan dan membunuh. Banyak yang percaya bahwa ialah yang memiliki kekuasaan tertinggi di jagat Dewa jaman Weda. - Dewi Prthivi Digambarkan sebagai sesosok wanita yang ramah, dan merupakan dambaan setiap orang. Adalah Istri dari Dewa Dyaus. Memiliki seorang putra bernama Bhoma dalam Ramayana. Dengan Dewa Dyaus, mereka dihormati dengan tujuh nyanyian puji-pujian dalam Reg Weda. - Dewa Prajapati Merupakan prokreasi dan pelindung kehidupan. Dia muncul sebagai dewa pencipta atau Dewa tertinggi vishvakarman atas dewa Veda lainnya di Reg Weda, merupakan jelmaan atau manifestasi dari Brahma. - Dewa Daksha Dewa Daksha adalah putra dari Dewa Brahma, memiliki 1000 putra dan 50 putri untuk mengisi dunia ini. Memiliki hubungan yang tidak baik dengan Dewa Siwa. Dalam suatu perkelahian Dewa Siwa yang murka memotong kepala Dewa Daksha, lalu setelah dibujuk Dewa Brahma, Dewa Siwa menhidupkan kembali Dewa Daksha, namun dengan kepala kambing. - - 21 Dewa Varuna Merupakan dewa laut, digambarkan sebagai laki-laki yang tampan, berkulit putih dan mengendarai monster laut yang disebut Mikara, yang berupa binatang laut yang pada bagian depannya berwujud seekor kijang, sedangkan pada bagian badan ke belakang berwujud seekor ikan. Dewa Hara Bermuka dua, Wisnu dan Siwa. Keduanya memiliki tugas yang sangat penting, yaitu menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi kepunahan/kemusnahan di muka bumi. - Dewa Aja Ekapad Merupakan dewa yang unik, yaitu hanya memiliki 1 kaki. Ia bertugas sebagai pengantar pesan, menyampaikan pesan antara dewa satu ke dewa yang lainnya. Dari bumi ke langit, dari langit ke sorga. - Dewa Ahirbudhnya Dewa Ahirbudhnya merupakan pelindung dari objek-objek yang akan jatuh dari langit seperti meteor, komet dan sebagainya. Ia juga merupakan perantara antara dewa yang berada di bumi dan dewa yang berada di langit. - Dewa Virupaksha Dewa ini merupakan penjaga gunung berapi. Ia yang menjaga agar gunung-gunung tersebut meletus tidak pada waktunya. Gunung diletuskan apabila dewa Siwa melakukan tarian penghancuran. - Dewa Suresvara Merupakan dewa kegelapan, mengontrol semua yang telah mati. Pada jaman majapahit, dewa ini sangat dipuja. Dewa satu ini merupakan jelmaan dari dewa Siwa yang lebih dekanl dikenal dengan nama Siwa Sureswara. - Dewa Jayanta Sangat dipuja di Sri Lanka, bertugas menjaga bumi dari roh-roh jahat dan mahkluk-mahkluk gaib seperti setan, jin, dan sebagainya. 11 Dewa di Langit ( Bvah Loka ) - Dewa Vayu Adalah Dewa Angin, penguasa atmosfir. Digambarkan sebagai lakilaki tampan, Suara keretanya yang lebut, ditarik oleh sepasang kuda merah. Dalam Epos India, Ramayana, Dewa Vayu menjelma menjadi Hanuman. 22 - Dewa Anila Merupakan bawahan dari dewa Dyaus. Ia yang memberikan bencana alam seperti angin tornado atas perintah Dyaus. Dengan kibasan kipasnya, terjadilah bencana alam yang dashyat. - Dewa Dyaus Dewa langit yang cemerlang dan ayah dari alam semesta, merupakan Bapak dari para dewa dan menjadi dewa yang tertua dari seluruh dewa. Ia digambarkan besar, kekar, bijaksana dan energik. Memiliki rambut putih dan janggut yang panjang. Ia adalah persamaan Hindu dari dewa Yunani, yaitu Zeus. - Dewi Savitr Adalah Dewi cahaya sinar matahari yang belum terbit. Digambarkan sebagai sesosok wanita pendamping Dewa Surya, cantik, anggun dan bercahaya. - Dewa Candra / Soma Merupakan Dewa Bulan, suka meminum minuman dari suatu tumbuhan. merupakan otak dan pikiran, emosi, kepekaan, kelembutan, imajinasi. Digambarkan menaiki kereta kencana dengan 10 kuda, gagah dan perkasa. - Dewa Indra Halilintar ialah senjatanya, mengendarai kereta dengan gajah sebagai tunggangannya. Sering kali dianggap sebagai dewa yang tertinggi. - Dewa Wisnu Digambarkan bertubuh biru dan berwajah tampan. Dibelakang kepalanya terdapat 5 ular, bertangan 4, masing-masing memegang sesuatu benda seperti gada, cakram, bunga teratai dan alat musik dari kerang. Dewa ini ialah dewa yang sampai saat ini masih dipuja oleh masyarakat Hindu bersama dengan dewa Siwa dan dewa Brahma yang tergabung dalam Tri Murti. - Dewa Pushan Merupakan dewa bintang, semua giginya hilang pada saat pertempuran Dewa Daksha dengan Dewa Siwa. Sesaat itu pula giginya menjadi bintang di langit. - Dewa Mitra Dewa Mitra merupakan sahabat dari Dewa Varuna, keduanya merupakan Dewa hukum dan penjaga tertinggi. 23 - Dewa Stivitra Merupakan penjaga langit untuk luar angkasa. Bermuka seperti perempuan, dengan baju merah, mengawasi bumi dari benda-benda asing dari luar angkasa. - Dewa Aparjita Merupakan penjaga gerbang angkasa menuju Surga. Tugasnya ialah menjaga Surga dari kejahatan yang melalui angkasa dan Bumi. 11 Dewa di Surga ( Svah Loka ) - Dewa Surya Merupakan dewa Matahari, berfungsi sebagai pemusnah kegelapan, penyembuhan orang, digambarkan sebagai laki-laki berkulit hitam kemerah-merahan, memiliki tiga mata dan bertangan empat. - Dewa Pratyusa Ialah Dewa yang menerbitkan matahari, menunggu perintah dari dewa Sawitri untuk menerbitkan matahari. - Dewa Druva Dewa yang menguasai bintang kutub, menyeimbangkan gravitasi yang ada di Bumi. Salah satu pemuja dewa Wisnu yang taat. - Dewa Sawitri Merupakan dewa matahari, pemberi kehidupan kepana segala mahkluk hidup ang ada di bumi. Dewa yang mengatur kapan matahari terbit dan kapan matahari terbenam. - Dewa Vivasta Hakim dalam dewa-dewa dalam agama Hindu. Menghukum dewadewi apabila melakukan kesalahan pada tugasnya. - Dewa Tvastar Pencipta alam semesta, salah satu dewa Matahari yang menciptakan mahkluk hidup di dunia ini. - Dewa Bhaga Merupakan salah satu dewa yang memberikan kehidupan terhadap mahkluk hidup berdasarkan takdir. 24 Dewa Aryaman - Ialah yang menciptakan siang dan malam, mengontrol waktu, dan memberikan kehidupan bagi banyak mahkluk karena tanpa siang dan malam, kehidupan di dunia akan punah. Dewa Sukra - Ialah dewa Roh yang dapat membangkitkan arwah yang sudah mati meskipun jasadnya sudah menjadi abu berkat pertapaannya dengan dewa Siwa. Dewa Vaisvata - Merupakan anak dari dewa Surya, Ia turun ke bumi, dalam wujud pemimpin dalam manwantara ketujuh untuk menyelamatkan para Rsi dari air bah yang besar. Dewa Trayambaka - Merupakan nama lain dari dewa Siwa, digambarkan dengan bermata tiga, berbadan biru, bersenjatakan trisula, dan memakai baju dari kulit macan. Konten Buku : - Cover - Inside cover - Prolog - Daftar Isi - Intro - Chapter 1 : Earth - Agni - Daksha - Baruna - Jayanta - Ahirbudhnya dan Aja Ekapada - Sureswara - Virupaksha - Ahirbuhnya - Virupaksa - Prajapati - Hara - Pertiwi - Chapter 2 : Sky - Anila dan Dyaus 25 - Indra Chandra Pushan Bayu Wisnu Aparjita Sawitri Mitra Stiwitra - Chapter 3 : Heaven - Surya Sukra Waiwasta, Sawitra dan Twastar Wiwasta Pratyusa Dhruwa Bhaga Aryaman Trayambaka - Records - Daftar Pustaka Terima Kasih Tentang Penulis - Back Cover 2.4 Data Penerbit Red and White Publishing didirikan pada tahun 2004 dan dinamai dengan warna bendera nasional negara Indonesia. Red and White Publishing, dengan semangat, mempromosikan seni kebudayaan dan sejarah indonesia kepada khalayak Internasional yang mencakup seni fotografi, desain, ilustrasi, arsitektur, budaya, musik dan fashion. 26 2.5 Analisa SWOT Strenghts : • Menjadi sumber informasi dan referensi yang unik mengenai Dewa dan Dewi dalam agama Hindu karena dikemas dalam bentuk visual kreatif dan illustrasi yang menarik • Memiliki konten yang “bercerita” dan akurat dari buku yang beredar di pasaran Weakness : • Figur Dewa dan Dewi yang kurang diminati khalayak banyak karena sangat sakral dan sensitif di Indonesia. Opportunity : • Rasa ingin tahu masyarakat Indonesia terhadap budaya umat Hindu yang termasuk minoritas di Indonesia. • Sebagai panduan dalam belajar ilmu agama Threat : • Kurangnya ilmu pengetahuan yang membahas tentang Dewa dan Dewi agama Hindu yang cenderung membuat salah informasi dan dapat berakibat kontroversi. 2.6 Target Audience 2.6.1. Target Primer Target primer dalam publikasi “Weda Bhatara” ini adalah usia 20 tahun – 27 tahun, dengan kelas sosial B-A, pria dan wanita, pelajar, mahasiswa, karyawan, umat yang beragama Hindu, mancanegara. 2.6.2 Target Sekunder Target Sekunder dalam publikasi “Weda Bhatara” ini adalah usia 28 tahun – 37 tahun, dengan kelas sosial B-A, pria dan wanita, pegawai kantoran, pekerja seni dan grafis, budayawan, mancanegara. 27 2.7 Data Khalayak Demografis : • • • • • Umur : 20-27 Tahun SES : B-A Pekerjaan : Pelajar, Mahasiswa, Karyawan Kepercayaan : Semua Agama Suku : Semua Suku Psikografis : • Hobi : Penggemar action figure, mainan, membaca buku, menggambar, membaca komik, memiliki barang koleksi • Lifestyle : Well Educated, senang dirumah, taat beribadah, berbudaya tinggi • Attitude : Supel, ramah, bersahabat, mau berbagi • Behaviour : Memiliki rasa ingin tahu, memiliki ketertarikan dalam hal tertentu, senang belajar hal baru. Geografis : • • • • Domisili : WNI dan WNA Wilayah : Indonesia Kepadatan : Perkotaan dan Pusat Kota Iklim : Tropis