BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Metode Penelitian

advertisement
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Metode Penelitian
Dalam proses pembuatan makalah ini, diperlukan beberapa metode
pengambilan data seperti :
1. Kajian Pustaka
Merupakan data-data yang diperoleh dari buku-buku dan literatur yang
membahas tentang konsepsi ketuhanan dalam Weda, profil dan cerita-cerita
tentang dewa dan dewi dalam Reg Weda, karya tulis, serta artikel dan
forum diskusi di internet.
2. Hasil pengamatan kualitatif berupa wawancara dengan narasumber, serta
mendatangi langsung peninggalan-peninggalan bersejarah jaman kerajaan
Hindu di Indonesia.
2.1.1 Referensi Buku “Theologi Hindu (Brahma Widya)”
Buku karangan Gede Pudja, MA, SH. ini membahas tentang pokokpokok ajaran ketuhanan menurut ajaran agama Hindu, dan seperti yang
diuraikan dalam Weda. Pada Bab ke 4 dijelaskan bagaimana perbedaan
antara Tuhan dan Dewa.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit PARAMITHA Surabaya ini
memberikan informasi bahwa Tuhan dan Dewa itu tidak sama, Tuhan
bersifat Maha Kuasa dan abstrak, sedangkan dewa memiliki kuasanya
masing-masing menurut fungsinya dan dapat di gambarkan.
Melalui buku ini, penulis mendapatkan informasi tentang konsepsi
ketuhanan dalam agama Hindu berikut dengan penggalan-penggalan
dari kitab suci sebagai bukti keakuratan agar tidak menimbulkan
kontroversi, Meskipun pembahasannya masih belum terlalu dalam.
Dalam buku ini juga terdapat beberapa profil 33 dewa dan dewi dalam
agama Hindu menurut Reg Weda.
2.1.2 Referensi Buku “VEDA : Sabda Suci”
Buku karangan DR. I Made Titib ini merupakan buku yang sangat sulit
ditemukan karena tidak diperdagangkan. Buku ini membahas tentang
pedoman-pedoman dalam kehidupan menurut Weda, termasuk
pembahasan sifat-sifat teladan beberapa dari ke 33 dewa dan dewi
tersebut. Merupakan sebuah rangkuman dari ke-empat Weda, buku ini
pun juga membahas tentang konsepsi ketuhanan dalam Weda.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit PARAMITHA Surabaya ini,
memberikan penulis informasi yang cukup lengkap tentang profil ke 33
3
4
dewa dan dewi, dan sejarah mengenai dewa dan dewi tersebut melalui
penggalan-penggalan dari kitab suci Weda.
2.1.3 Referensi Buku “Dewa-Dewi Hindu”
Buku ini membahas langsung tentang dewa dan dewi dalam agama
Hindu. Cukup lengkap, namun hanya beberapa dari ke 33 dewa dan
dewi yang disebutkan dalam buku karangan I Wayan Maswinara ini.
Informasi penting yang didapat penulis ialah terdapat ilustrasi di tiap
penjelasan dewa dan dewi. Hal ini memudahkan penulis untuk mencari
atribut beserta senjata dan tunggangan atau kendaraan yang terdapat
pada dewa dan dewi tersebut.
2.1.4 Referensi Buku “World Religions”
Buku ini membahas tentang agama-agama yang ada di dunia. Namun
penulis hanya membaca segmen Hinduism pada buku tersebut. Buku
karangan John Bowker ini membahas atribut-atribut serta senjatasenjata yang melekat pada dewa dan dewi dalam bentuk arca-arca kuno.
Sedikit informasi yang didapatkan dalam buku ini, namun penulis
menambah pengetahuan umum karena dalam buku tersebut terdapat
profil orang yang menyembah dewa dan dewi serta cara dan eventevent penyembahan dewa dan dewi.
2.1.5 Referensi Buku “Dewa-Dewa Hindu dan Awatara-Awataranya”
Buku yang diterbitkan oleh Upada Sastra ini membahas beberapa profil
dewa dan dewi pada jaman Reg Weda, berikut dengan penggambaran
fisik dan sifat para dewa dan dewi tersebut. Dalam buku karangan
I Gusti Made Widia ini, terdapat ilustrasi di tiap profilnya, dengan
bergaya Bali. Ini memudahkan penulis untuk menggambarkan atribut
serta dapat dijadikan referensi ragam hias pada tiap atributnya. Dalam
buku ini juga terselip cerita-cerita seputar dewa dan dewi hindu, juga
epos India yang terkenal, yaitu Ramayana dan Mahabharata.
2.1.6 Referensi Buku “Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu”
Buku karangan DR. I Made Titib ini lebih menekankan pada symbolsimbol dan alat-alat upacara dalam agama Hindu. Namun terdapat pula
pembahasan tentang beberapa profil dewa dan dewi pada jaman Weda.
Terdapat pula ilustrasi yang berciri khas India, yang dapat membantu
dalam proses ilustrasi. Tidak beda jauh dengan buku VEDA : Sabda
Suci, Buku ini agak lebih detail dari buku yang sebelumnya.
2.1.7 Referensi Buku “Kisah-Kisah Mengagumkan Para Dewa Hindu”
Buku karangan Ayu Rini tersebut berisi tentang cerita-cerita dewa dan
dewi Hindu, seperti bagaimana Dewa Daksha mendapatkan kepala
kambingnya, mengapa Siwa bermata tiga, dan sebagainya.
5
Buku terbitan PARAMITA Surabaya ini dapat menambah informasi
menarik dan dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan gestur yang
lebih bercerita di tiap penggambaran dewa dan dewi tersebut.
2.1.8 Referensi “Kitab Suci Reg Weda”
Merupakan Weda tertua, dari ketiga Weda lainnya, yaitu Yayur Weda,
Sama Weda, dan Atharwa Weda. Reg Weda berisikan pujian-pujian
dalam bentuk puisi, Yayur Weda berisikan pujian-pujian dalam bentuk
prosa, Sama Weda berisikan pujian-pujian dalam bentuk lagu dan
nyanyian, dan Atharwa Weda merupakan pujian-pujian dalam bentuk
Mantera. Kitab Suci Reg Weda merupakan sumber dari ilmu
pengetahuan tentang dewa dan dewi pada jaman Weda. Dari kitab
inilah, nama ke 33 dewa dan dewi tersebut disebutkan.
2.1.9 Literatur Internet
ETIMOLOGI
Kata Dewa muncul dari agama Hindu, yakni dari kata Deva atau Daiwa
(bahasa Sanskerta), yang berasal dari kata div, yang berarti sinar. Kata
dewa dalam bahasa inggris sama dengan deity, berasal dari bahasa latin,
deus. Bahasa latin dies dan divum, mirip dengan bahasa Sanskerta div
dan diu, yang berarti langit, sinar. Kata deva (sinar, langit) sama sekali
tidak ada hubungannya dengan kata devil (iblis/setan).
Istilah dewa diidentikan dengan mahkluk suci yang berkuasa terhadap
alam semesta. Meskipun pada aliran politeisme menyebut adanya
banyak Tuhan, namun dalam bahasa Indonesia, istilah yang dipakai
adalah “Dewa”, istilah Tuhan dipakai untuk penguasa alam semesta
yang maha tunggal dan abstrak, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa
dibayangkan.
HUBUNGAN ANTARA DEWA DENGAN MANUSIA
Para Dewa dipercaya sebagai makhluk yang tak tampak dan tak dapat
dijangkau. Mereka hidup di tempat-tempat suci atau tempat-tempat
yang jauh dari jangkauan manusia, seperti surga, neraka, di atas langit,
di bawah bumi, di lautan yang dalam, di atas puncak gunung tinggi,
di hutan belantara, namun dapat berhubungan dengan manusia karena
manifestasi atau kekuatan supranaturalnya. Dalam beberapa
agama monoteistik, Tuhan dianggap tinggal di surga namun karena
kemahakuasaannya Dia juga ada dimana-mana sehingga dapat
berhubungan dengan makhluk-Nya kapanpun dan dimana pun, namun
secara
kasat
mata.
Dalam
pandangan
umat
beragama
(monoteistik, politeistik, panteistik) sesungguhnya Tuhan ada dimanamana, namun untuk memuliakannya Dia disebutkan tinggal di surga.
6
Dalam politeisme, para Dewa digambarkan sebagai makhluk yang
memiliki emosi dan wujud seperti manusia, sangat berkuasa, dan antara
manusia dan para Dewa ada perbedaan yang sangat menonjol. Para
Dewa tinggal di surga sedangkan manusia tinggal di bumi. Karena para
Dewa tinggal di surga, maka para Dewa memiliki kekuasaan dan
kesaktian untuk mengatur, menghukum atau memberkati umat manusia.
Sementara para Dewa berkuasa, maka manusia memujanya dan
memberikan persembahan agar dibantu dan diberkati oleh
kemahakuasaan-Nya.
DEWA YANG TUNGGAL
Dalam agama yang menganut paham monoteisme, Dewa hanya satu
dan sebutan Tuhan adalah sebutan yang umum dan layak. Tuhan
merupakan sesuatu yang supranatural, menguasai alam semesta, maha
kuasa, tidak dapat dibayangkan dan tidak bisa dilukiskan. Agama
monoteisme enggan untuk mengakui adanya dewa-dewa karena
dianggap sebagai Tuhan tersendiri.
Dalam agama Hindu dan Buddha, meskipun meyakini satu Tuhan,
namun ada makhluk yang disebut Dewa yang diyakini di bawah derajat
Tuhan. Dalam filsafat Hindu, para Dewa tunduk pada sesuatu yang
maha kuasa, yang maha esa, dan yang menciptakan mereka yang
disebut Brahman (sebutan Tuhan dalam agama Hindu). Dalam agama
Buddha, para Dewa bukanlah makhluk sempurna dan memiliki
wewenang untuk mengatur umat manusia. Para Dewa tunduk pada
hukum mistik yang mengikat diri mereka pada karma dan samsara.
Dalam hal ini, Tuhan adalah sesuatu yang agung dan mulia, tidak bisa
disamakan dengan Dewa dan tidak ada yang sederajat dengannya.
Meskipun ada agama yang meyakini banyak Dewa (seperti Hindu dan
Buddha) namun jika memiliki konsep Ketuhanan yang Maha Esa, para
Dewa dianggap sebagai makhluk suci atau malaikat dan tidak sederajat
dengan Tuhan.
PANDANGAN MENGENAI DEWA-DEWI
Dalam tradisi agama Hindu umumnya, para Dewa (atau "Deva",
"Daiwa") adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa (Brahman).
Para Dewa merupakan pengatur kehidupan dan perantara Tuhan dalam
berhubungan dengan umatnya. Dewa-Dewi tersebut seperti: Brahma,
Wisnu, Siwa, Agni, Baruna, Aswin, Kubera, Indra, Ganesa, Yama,
Saraswati, Laksmi, Surya, dan lain-lain.
Karena ditemukan konsep ketuhanan yang maha esa, Dewa-Dewi
dalam agama Hindu bukan Tuhan tersendiri. Dewa-Dewi dalam
agama Hindu hidup abadi, memiliki kesaktian dan menjadi
perantara Tuhan ketika memberikan berkah kepada umatnya. Musuh
para Dewa adalah para Asura. Menurut agama Hindu, para Dewa
7
tinggal di suatu tempat yang disebut Swargaloka atauSwarga, suatu
tempat di alam semesta yang sangat indah, sering disamakan
dengan surga. Penguasa di sana ialah Indra, yang bergelar raja surga,
atau pemimpin para Dewa.
DEWA DALAM WEDA
Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33
Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan
manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang
banyak disebut adalah Indra, Agni, Waruna dan Soma. Baruna, adalah
Dewa yang juga seorang Asura.
Menurut ajaran agama Hindu, Para Dewa (misalnya Agni, Baruna,
Indra, dll) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan
sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang
agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang
Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri.
Dalam kitab-kitab Veda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat
bergerak bebas tanpa kehendakTuhan. Para Dewa juga tidak dapat
menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama
seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak
Tuhan.
Dalam kitab suci Bhagawad Gita diterangkan bahwa hanya memuja
Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya
penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi
berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara Tuhan.
2.2
Riset Mengenai Evolusi Visual
Riset ini bertujuan untuk mempelajari visual dewa dan dewi yang dipengaruhi
oleh perkembangan zaman. Berikut ini merupakan gambar dan penjelasan
sesosok visual dewa yang berevolusi seiring berkembangnya teknologi dan
ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman.
Sebagai perbandingan, penulis mengambil contoh pasa satu dewa, yaitu dewa
Siwa, hal ini dikarenakan pada jaman dahulu, pada saat itu, para raja-raja
memuja dewa Siwa karena Beliau merupakan dewa tertinggi dalam agama
Hindu. Berikut evolusi penggambaran visual Siwa dari jaman ke jaman,
berikut dengan beberapa medianya.
8
Gambar 2.1 Siwa
2.2.1 Penggambaran pada jaman dulu (India)
Penggambaran visual dewa Siwa dengan posisi beryoga, duduk bersila
yang ditemukan di Mohenjo-daro, Distrik Larkana Sindh, Pakistan.
Tenggelam dalam waktu yang cukup lama akibat banjir sungai Indus,
peninggalan ini diperkirakan berasal dari tahun 2600-1900 Sebelum
Masehi. Penggambaran gestur yang sederhana menandai masih
minimnya ilmu pengetahuan tentang badan manusia.
9
Gambar 2.2 Siwa Nataraja
Siwa dengan posisi Nataraja, pada jaman dinasti Chola, dinasti yang
berkembang dan cukup lama menguasai wilayah selatan India.
Peninggalan yang terbuat dari bahan perunggu ini tidak dapat
diperkirakan tahun pembuatannya, namun apabila di analisa, dari
bentuk gestur dan pemilihan media, dirasa cukup memiliki
pengetahuan dan teknologi sudah mulai berkembang pada saat itu.
10
Gambar 2.3 Siwa dan Parwati
Penggambaran dewa Siwa dalam media kertas menunjukkan era 2D
dalam penggambaran dewa dan dewi. Lukisan dengan media cat air
ini diperkirakan dibaut pada tahun 1740. Pada gambar tersebut, gestur
masih belum Nampak sempurna, namun sudah kelihatan jelas attribut
dewa tersebut serta berisikan sebuah cerita dalam sebuah karya lukis.
Terlihat digambar tersebut dewi Parwati, dewa Siwa, kendaraan dewa
Siwa (Nandi), dan seorang Bhagiratha di sungai Gangga, India.
11
Gambar 2.4 Siwa Sati
Memasuki era yang lebih modern, para Artist mulai menunjukkan
idealisme dalam berkarya. Lukisan yang dibuat pada tahun 1800 ini
memiliki peningkatan pemahaman gestur dan sisi modernisasi yang
terlihat dari segi pewarnaan yang gradasi, dan landscape yang hidup.
Lukisan ini dibuat pada tahun 1800, dikisahkan dewa Siwa membawa
Sati, yang tak lain adalah istrinya, dengan trisula yang menusuk
punggung Sati. Terlihat jelas atribut dan senjata dewa tersebut pada
saat itu.
12
2.2.2
Penggambaran pada jaman modern (India)
Memasuki era 90-an, karya-karya visual yang mengandung unsur
dewa sudah semakin baik seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Gestur semakin sempurna dan pewarnaan yang
cenderung realis, menyiratkan bahwa seakan-akan dewa dan dewi
tersebut memang nyata. Atribut-atribut semakin jelas dan ragam hias
khas India yang detail menjadikan penggambaran visual dewa dan
dewi pada era ini semakin menarik. Gestur dibuat bebas dan sangat
refleks atau lentur. Era ini menggambarkan suatu aturan dari segi
pewarnaan dan atribut atau senjata, serta ragam hiasnya untuk
pembuatan visual dewa dan dewi India di era selanjutnya.
Arah jarum jam :
Gambar 2.5 Dewa Siwa dengan anaknya, Ganesha
Gambar 2.6 Dewa Siwa sedang beryoga
Gambar 2.7 Dewa Siwa : Trisula
Gambar 2.8 Dewa Siwa dengan saktinya, Dewi Parwati
13
Gambar 2.9 Yupa Kerajaan Kutai
2.2.3
Penggambaran pada jaman dulu dan kerajaan (Indonesia)
Peninggalan sejarah bentuk visual dewa dan dewi Hindu di Indonesia
ditandai dengan kerajaan pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Kutai.
Raja yang terkenal pada saat itu ialah Raja Mulawarman, yang
menyembah dewa Siwa dalam bentuk sebuah pengorbana. 20.000
ekor sapi di berikan kepada kaum Brahmana. Hal ini tertulis dalam
bentuk sebuah Yupa.
14
Gambar 2.10 Siwa Mahadewa
Dewa Siwa dalam bentuk arca atau patung pada abad 7 Masehi,
ditemukan di Dieng, Wonosobo, Jawa tengah. Penggambaran yang
sederhana serta gestur masih terasa kurang proporsional pada masa
itu.
15
Gambar 2.11 Siwa Mahadewa Dieng
Dewa Siwa terlihat sedang berdiri, namun proporsi tidak jelas dan
terlihat sangat pendek. Arca ini diperkirakan dibuat pada abad 8
Masehi. Ditemukan di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
16
Gambar 2.12 Siwa Mahadewa
Dewa Siwa terlihat sedang duduk diatas kendaraannya yaitu Nandi,
sang Sapi. Yang membedakan ialah Nandi yang berupa manusia
namun berkepala sapi. Diperkirakan dibuat pada abad 9 Masehi, detail
sudah terlihat dengan gestur yang sudah mulai proporsional. Arca ini
ditemukan di Borobudur, Jawa Tengah.
17
Gambar 2.13 Siwa Mahadewa Guru
Berbeda dengan penggambaran dewa Siwa yang sebelumnya, penggambaran dewa
Siwa disini terlihat buncit dan gemuk, namun sudah terlihat detail senjata yang
digunakan, ditemukan di Semarang, Jawa Tengah dan diperkirakan dibuat pada abad
9 Masehi.
18
Gambar 2.14 Siwa Mahadewa Blitar
Arca pada abad ke 15 Masehi ini sudah cukup memperlihatkan detail
di tiap atribut serta pakaiannya. Namun proporsi belum proporsional
serta kurang begitu interaktif. Ditemukan di Blitar, Jawa Timur.
19
Arah jarum jam :
Gambar 2.15 Pewayangan Dewa Brahma
Gambar 2.16 Pewayangan Dewa Wisnu
Gambar 2.17 Pewayangan Dewa Indra
2.2.4
Penggambaran dewa dan dewi dalam pewayangan (Indonesia)
Dalam hal ini, ragam hias dari kebudayaan Jawa sangat kental dalam
pewayangan dewa dan dewi Hindu tersebut. Penggambaran 2D
wayang kulit, sering dipentaskan apabila menceritakan epos
Ramayana atau Mahabharata.
20
2.3
Profil 33 Dewa dan Dewi Hindu
“ Wahai para Dewa, sebelas di surga, sebelas dibumi dan sebelas di langit,
semoga engkau bersuka cita dengan persembahan suci ini ”
( Reg. Weda III.6.9 )
Dari penggalan isi dari Reg. Weda tersebut, dapat dikategorikan untuk ke 33
Dewa tersebut berdasarkan Dunia nya, yaitu Bumi (Bhur), Langit (Bvah), dan
Surga (Svah)
11 Dewa di Bumi ( Bhur Loka )
-
Dewa Agni
Dewa Agni digambarkan sebagai laki-laki berbadan merah dengan
dibalut kain berwarna merah dengan benang suci, mempunyai tiga
kaki, tujuh lengan dengan memegang benda-benda semacam sendok,
sendok besar, kipas dll., enam buah mata dan alis, dan rambutnya
berwarna hitam kemerahan. Berlidah tujuh buah, bertanduk dan
mengendarai kambing betina dengan selempang suci. Dewa Agni
merupakan dewa api, berfungsi sebagai pendeta, sebagai duta,
pemberi berkah, dan pengusir roh jahat. Dewa Agni memiliki sifatsifat yang baik dan yang tidak baik, keduanya layak dan tak rasionil,
dia adalah dewa yang ramah namun suka marah. Dia menyembuhkan
dan membunuh. Banyak yang percaya bahwa ialah yang memiliki
kekuasaan tertinggi di jagat Dewa jaman Weda.
-
Dewi Prthivi
Digambarkan sebagai sesosok wanita yang ramah, dan merupakan
dambaan setiap orang. Adalah Istri dari Dewa Dyaus. Memiliki
seorang putra bernama Bhoma dalam Ramayana. Dengan Dewa
Dyaus, mereka dihormati dengan tujuh nyanyian puji-pujian dalam
Reg Weda.
-
Dewa Prajapati
Merupakan prokreasi dan pelindung kehidupan. Dia muncul sebagai
dewa pencipta atau Dewa tertinggi vishvakarman atas dewa Veda
lainnya di Reg Weda, merupakan jelmaan atau manifestasi dari
Brahma.
-
Dewa Daksha
Dewa Daksha adalah putra dari Dewa Brahma, memiliki 1000 putra
dan 50 putri untuk mengisi dunia ini. Memiliki hubungan yang tidak
baik dengan Dewa Siwa. Dalam suatu perkelahian Dewa Siwa yang
murka memotong kepala Dewa Daksha, lalu setelah dibujuk Dewa
Brahma, Dewa Siwa menhidupkan kembali Dewa Daksha, namun
dengan kepala kambing.
-
-
21
Dewa Varuna
Merupakan dewa laut, digambarkan sebagai laki-laki yang tampan,
berkulit putih dan mengendarai monster laut yang disebut Mikara,
yang berupa binatang laut yang pada bagian depannya berwujud
seekor kijang, sedangkan pada bagian badan ke belakang berwujud
seekor ikan.
Dewa Hara
Bermuka dua, Wisnu dan Siwa. Keduanya memiliki tugas yang sangat
penting, yaitu menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi
kepunahan/kemusnahan di muka bumi.
-
Dewa Aja Ekapad
Merupakan dewa yang unik, yaitu hanya memiliki 1 kaki. Ia bertugas
sebagai pengantar pesan, menyampaikan pesan antara dewa satu ke
dewa yang lainnya. Dari bumi ke langit, dari langit ke sorga.
-
Dewa Ahirbudhnya
Dewa Ahirbudhnya merupakan pelindung dari objek-objek yang akan
jatuh dari langit seperti meteor, komet dan sebagainya. Ia juga
merupakan perantara antara dewa yang berada di bumi dan dewa yang
berada di langit.
-
Dewa Virupaksha
Dewa ini merupakan penjaga gunung berapi. Ia yang menjaga agar
gunung-gunung tersebut meletus tidak pada waktunya. Gunung
diletuskan apabila dewa Siwa melakukan tarian penghancuran.
-
Dewa Suresvara
Merupakan dewa kegelapan, mengontrol semua yang telah mati. Pada
jaman majapahit, dewa ini sangat dipuja. Dewa satu ini merupakan
jelmaan dari dewa Siwa yang lebih dekanl dikenal dengan nama Siwa
Sureswara.
-
Dewa Jayanta
Sangat dipuja di Sri Lanka, bertugas menjaga bumi dari roh-roh jahat
dan mahkluk-mahkluk gaib seperti setan, jin, dan sebagainya.
11 Dewa di Langit ( Bvah Loka )
-
Dewa Vayu
Adalah Dewa Angin, penguasa atmosfir. Digambarkan sebagai lakilaki tampan, Suara keretanya yang lebut, ditarik oleh sepasang kuda
merah. Dalam Epos India, Ramayana, Dewa Vayu menjelma menjadi
Hanuman.
22
-
Dewa Anila
Merupakan bawahan dari dewa Dyaus. Ia yang memberikan bencana
alam seperti angin tornado atas perintah Dyaus. Dengan kibasan
kipasnya, terjadilah bencana alam yang dashyat.
-
Dewa Dyaus
Dewa langit yang cemerlang dan ayah dari alam semesta, merupakan
Bapak dari para dewa dan menjadi dewa yang tertua dari seluruh
dewa. Ia digambarkan besar, kekar, bijaksana dan energik. Memiliki
rambut putih dan janggut yang panjang. Ia adalah persamaan Hindu
dari dewa Yunani, yaitu Zeus.
-
Dewi Savitr
Adalah Dewi cahaya sinar matahari yang belum terbit. Digambarkan
sebagai sesosok wanita pendamping Dewa Surya, cantik, anggun dan
bercahaya.
-
Dewa Candra / Soma
Merupakan Dewa Bulan, suka meminum minuman dari suatu
tumbuhan. merupakan otak dan pikiran, emosi, kepekaan,
kelembutan, imajinasi. Digambarkan menaiki kereta kencana dengan
10 kuda, gagah dan perkasa.
-
Dewa Indra
Halilintar ialah senjatanya, mengendarai kereta dengan gajah sebagai
tunggangannya. Sering kali dianggap sebagai dewa yang tertinggi.
-
Dewa Wisnu
Digambarkan bertubuh biru dan berwajah tampan. Dibelakang
kepalanya terdapat 5 ular, bertangan 4, masing-masing memegang
sesuatu benda seperti gada, cakram, bunga teratai dan alat musik dari
kerang. Dewa ini ialah dewa yang sampai saat ini masih dipuja oleh
masyarakat Hindu bersama dengan dewa Siwa dan dewa Brahma
yang tergabung dalam Tri Murti.
-
Dewa Pushan
Merupakan dewa bintang, semua giginya hilang pada saat
pertempuran Dewa Daksha dengan Dewa Siwa. Sesaat itu pula
giginya menjadi bintang di langit.
-
Dewa Mitra
Dewa Mitra merupakan sahabat dari Dewa Varuna, keduanya
merupakan Dewa hukum dan penjaga tertinggi.
23
-
Dewa Stivitra
Merupakan penjaga langit untuk luar angkasa. Bermuka seperti
perempuan, dengan baju merah, mengawasi bumi dari benda-benda
asing dari luar angkasa.
-
Dewa Aparjita
Merupakan penjaga gerbang angkasa menuju Surga. Tugasnya ialah
menjaga Surga dari kejahatan yang melalui angkasa dan Bumi.
11 Dewa di Surga ( Svah Loka )
-
Dewa Surya
Merupakan dewa Matahari, berfungsi sebagai pemusnah kegelapan,
penyembuhan orang, digambarkan sebagai laki-laki berkulit hitam
kemerah-merahan, memiliki tiga mata dan bertangan empat.
-
Dewa Pratyusa
Ialah Dewa yang menerbitkan matahari, menunggu perintah dari dewa
Sawitri untuk menerbitkan matahari.
-
Dewa Druva
Dewa yang menguasai bintang kutub, menyeimbangkan gravitasi
yang ada di Bumi. Salah satu pemuja dewa Wisnu yang taat.
-
Dewa Sawitri
Merupakan dewa matahari, pemberi kehidupan kepana segala
mahkluk hidup ang ada di bumi. Dewa yang mengatur kapan matahari
terbit dan kapan matahari terbenam.
-
Dewa Vivasta
Hakim dalam dewa-dewa dalam agama Hindu. Menghukum dewadewi apabila melakukan kesalahan pada tugasnya.
-
Dewa Tvastar
Pencipta alam semesta, salah satu dewa Matahari yang menciptakan
mahkluk hidup di dunia ini.
-
Dewa Bhaga
Merupakan salah satu dewa yang memberikan kehidupan terhadap
mahkluk hidup berdasarkan takdir.
24
Dewa Aryaman
-
Ialah yang menciptakan siang dan malam, mengontrol waktu, dan
memberikan kehidupan bagi banyak mahkluk karena tanpa siang dan
malam, kehidupan di dunia akan punah.
Dewa Sukra
-
Ialah dewa Roh yang dapat membangkitkan arwah yang sudah mati
meskipun jasadnya sudah menjadi abu berkat pertapaannya dengan
dewa Siwa.
Dewa Vaisvata
-
Merupakan anak dari dewa Surya, Ia turun ke bumi, dalam wujud
pemimpin dalam manwantara ketujuh untuk menyelamatkan para Rsi
dari air bah yang besar.
Dewa Trayambaka
-
Merupakan nama lain dari dewa Siwa, digambarkan dengan bermata
tiga, berbadan biru, bersenjatakan trisula, dan memakai baju dari kulit
macan.
Konten Buku :
- Cover
- Inside cover
- Prolog
- Daftar Isi
- Intro
- Chapter 1 : Earth
- Agni
- Daksha
- Baruna
- Jayanta
- Ahirbudhnya dan Aja Ekapada
- Sureswara
- Virupaksha
- Ahirbuhnya
- Virupaksa
- Prajapati
- Hara
- Pertiwi
- Chapter 2 : Sky
-
Anila dan Dyaus
25
-
Indra
Chandra
Pushan
Bayu
Wisnu
Aparjita
Sawitri
Mitra
Stiwitra
- Chapter 3 : Heaven
-
Surya
Sukra
Waiwasta, Sawitra dan Twastar
Wiwasta
Pratyusa
Dhruwa
Bhaga
Aryaman
Trayambaka
- Records
-
Daftar Pustaka
Terima Kasih
Tentang Penulis
- Back Cover
2.4 Data Penerbit
Red and White Publishing didirikan pada tahun 2004 dan dinamai dengan
warna bendera nasional negara Indonesia. Red and White Publishing, dengan
semangat, mempromosikan seni kebudayaan dan sejarah indonesia kepada
khalayak Internasional yang mencakup seni fotografi, desain, ilustrasi,
arsitektur, budaya, musik dan fashion.
26
2.5 Analisa SWOT
Strenghts :
• Menjadi sumber informasi dan referensi yang unik mengenai Dewa dan
Dewi dalam agama Hindu karena dikemas dalam bentuk visual kreatif dan
illustrasi yang menarik
• Memiliki konten yang “bercerita” dan akurat dari buku yang beredar di
pasaran
Weakness :
• Figur Dewa dan Dewi yang kurang diminati khalayak banyak karena sangat
sakral dan sensitif di Indonesia.
Opportunity :
• Rasa ingin tahu masyarakat Indonesia terhadap budaya umat Hindu yang
termasuk minoritas di Indonesia.
• Sebagai panduan dalam belajar ilmu agama
Threat :
• Kurangnya ilmu pengetahuan yang membahas tentang Dewa dan Dewi
agama Hindu yang cenderung membuat salah informasi dan dapat berakibat
kontroversi.
2.6 Target Audience
2.6.1. Target Primer
Target primer dalam publikasi “Weda Bhatara” ini adalah usia 20 tahun
– 27 tahun, dengan kelas sosial B-A, pria dan wanita, pelajar,
mahasiswa, karyawan, umat yang beragama Hindu, mancanegara.
2.6.2 Target Sekunder
Target Sekunder dalam publikasi “Weda Bhatara” ini adalah usia 28
tahun – 37 tahun, dengan kelas sosial B-A, pria dan wanita, pegawai
kantoran, pekerja seni dan grafis, budayawan, mancanegara.
27
2.7
Data Khalayak
Demografis :
•
•
•
•
•
Umur : 20-27 Tahun
SES : B-A
Pekerjaan : Pelajar, Mahasiswa, Karyawan
Kepercayaan : Semua Agama
Suku : Semua Suku
Psikografis :
• Hobi : Penggemar action figure, mainan, membaca buku, menggambar,
membaca komik, memiliki barang koleksi
• Lifestyle : Well Educated, senang dirumah, taat beribadah, berbudaya
tinggi
• Attitude : Supel, ramah, bersahabat, mau berbagi
• Behaviour : Memiliki rasa ingin tahu, memiliki ketertarikan dalam hal
tertentu, senang belajar hal baru.
Geografis :
•
•
•
•
Domisili : WNI dan WNA
Wilayah : Indonesia
Kepadatan : Perkotaan dan Pusat Kota
Iklim : Tropis
Download