PEMERIKSAAN KADAR UREUM PADA PENDERITA DIABETES MELITUS UMUR 55-65 TAHUN DI RSU. SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH OLEH: FITRI MARITO OSFINA SIMANJUNTAK 12.034.094 PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARIMUTIARA INDONESIA MEDAN 2015 PEMERIKSAAN KADAR UREUM PADA PENDERITA DIABETES MELITUS UMUR 55-65 TAHUN DI RSU. SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia OLEH: FITRI MARITO OSFINA SIMANJUNTAK 12.034.094 PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARIMUTIARA INDONESIA MEDAN 2015 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS DIRI 1. Nama : Fitri Marito Osfina Simanjutak 2. TempatdanTanggalLahir : 15 April 1993 3. JenisKelamin : Perempuan 4. Alamat : Padang Sidimpuan,Tanotombangan Desa Panabari 5. Agama : Protestan 6. Status Perkawinan : Belum Kawin 7. Anak Ke : Tigadari Sembilan Bersaudara 8. Pekerjaan :- 9. Kewarganegaraan : WNI 10. No. Telpon : 082168293923 11. E-mail : [email protected] 12. Nama Ayah : Rudolf Simanjuntak 13. Nama Ibu : Dinar br Hutagalung 14. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15. Alamat Orang tua : Padang Sidimpuan, Tanotombangan Desa Panabari II. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Tahun 2000-2006 : SD.N. 1000510 Sayurmatinggi 2. Tahun 2006-2009 : SMP. N. 1. Sayurmatinggi 3. Tahun 2009-2012 : SMK. N. 1. Tantomangkola 4. Tahun 2012-2015 : Pendidikan D-III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan ABSTRAK Ureum dapat meningkat pada penderita diabetes melitus akibat dari adanya gangguan fungsi ginjal kerena tingginya kadar glukosa dalam darah penderita diabetes melitus yang melewati batas ambang kemampuan ginjal 160-180 mg/dl yang memperburuk keadaan penderita, sehingga harus mengkonsumsi obat yang terlalu lama, dan dapat mengakibatkan terjadi komplikasi dengan penyakit lain yang dapat mengganggu funsi ginjal. Penyakit diabetes melitus merupakan tingginya kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme organ dalam tubuh, terutama dalam menghasilkan insulin, dimana organ pankreas tidak mampu lagi dalam menghasilkan hormon insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh. Akibat gangguan tersebut maka peningkatan glukosa darah yang melewati batas ambang kemampuan ginjal 160-180 mg/dl yang dapat merusak fungsi ginjal yang dibuang di dalam darah. Ureum merupakan salah satu parameter untuk pemeriksaan fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriftif croseccional, dengan tujuan untuk menentukan hasil nilai peningkatan kadar ureum yang tinggi dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang, pada penderita Diabetes Melitus yang di rawat di RSU. Sari Mutiara Medan. Kadar ureum yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal. Hasil yang meningkat sebanyak 10 (50%), dan normal sebanyak 10 (50%). Ditinjau dari hasil penelitian kadar ureum, maka pada penderita diabetes melitus dianjurkan supaya rutin untuk memeriksa kadar ureum ke laboratorium patologi klinik, dan kurangilah asupan makanan yang tinggi karbohidrat, dan tidak sembarangan mengkomsumsi obat yng terlalu lama. Kata Kunci : Ureum, Diabetes Melitus i ABSTRACT Ureum can be increased in people with diabetes mellitus results from the presence ofdecreased kidney function because of high levels of blood glucose in diabeticsmellitus which exceeded the threshold of renal ability of 160-180 mg/dl who sufferer,make things worse so it must consume drugs for too long, and can lead tocomplications with other diseases which can interfere with the kidney. Diabetes mellitus is a disease of high sugar levels in the blood as a result of the presence of the metabolic disorders of organ systems in the body, especially in producing insulin, the pancreas is an organ that is not able to produce the hormone insulin in accordancewith the needs of the body. Due to the increased blood glucose disturbances passing through the renal threshold capabilities of 160-180 mg/dl that can damage kidney function that is disposed of in the blood. Ureum is one of the parameters for theexamination of kidney function. This research was conducted with methods deskriftifseccional cross, with the purpose to determine the value of the results of the increased high level with ureum total sample as many as 20 people, in people withDiabetes mellitus are at rawat in the RSU. Sari Mutiara Medan. High levels cancause the occurrence of ureum kidney failure. The result increased by 10 (50%), and normal as many as 10 (50%). Review of research on the level of the ureum, diabeticsmellitus is recommended so that the routine to check the level of the laboratory ofclinical pathology ureum, and reduce food intake is high in carbohydrates, and not thedrug mengkomsumsi is too long. Keywords: Ureum, Diabetes mellitus ii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas berkat dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pemeriksaan Kadar Ureum Pada Penderita Diabetes Melitus Usia 55-65 Tahun Di RSU. Sari Mutiara Medan 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan untuk masuk dalam jenjang penelitian untuk mendapatkan gelar D-III Ahli Madya Analis Kesehatan. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak, Ibu: 1. Parlindungan Purba SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan. 2. Dr. Dra. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 3. Taruli Rohana Sinaga, SP. MKM selaku Dekan Fakultas IImu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 4. Nova Florentina Ambarwati, SST, M. Pd selaku Ketua Program Studi D-III Analis Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 5. Meirida Rumahorbo, SKM, MKM selaku dosen Pembimbing materi yang telah yang telah banyak Meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan yang banyak meluangkan waktu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Yang teristimewa kepada kedua orang tua saya R. Simanjutak dan D. Hutagalung seluruh keluarga saya. iii 7. Seluruh dosen dan Staff pengajar D-III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesian Medan. 8. Seluruh teman-teman D-III Analis kesehatan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas sari Mutiara Indonesia Medan yang telah bnyak memberikan dukungan dan Motivasi dalam karya tulis Ilmiah ini. Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, tata bahasa,struktur maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Medan, Maret 2015 Penulis iv DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT .......................................................................................................... ii KATA PENGATAR............................................................................................ iii DAFTAR ISI........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 1.4.1 Tujuan Umum................................................................................ 1.4.2 Tujuan Khusus............................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ureum ..................................................................................................... 2.1.1 Defenisi Ureum ............................................................................. 2.1.2 Metabolisme Ureum ...................................................................... 2.1.3 Sirkulasi Ureum............................................................................. 2.1.4 Penyebab Urine Bisa Meninggi Atau Bertamba ........................... 2.2 Diabetes Melitus ..................................................................................... 2.2.1 Defenisi Diabetes Melitus ............................................................. 2.2.2 Keadaan Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah .................. 2.2.3 Efek Insulin Terhadap Kadar Gula Darah ..................................... 2.2.4 Tipe –Tipe Diabetes Melitus ......................................................... 2.2.5 Tanda- tanda Penyakit Diabetes Melitus ....................................... 2.2.6 Faktor Yang Mempertinggi Resiko Diabetes Melitus................... 2.2.7 Komplikasi Diabetes Melitus ........................................................ 2.2.8 Metode, Prinsip dan Reagensia yang digunakan untuk Pemeriksaan Glukosa .................................................................... 2.3 Hubungan Ureum Dengan Diabetes Melitus .......................................... v 1 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 7 7 8 10 10 11 12 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian.................................................................................... 3.2 Lokasi dan waktu penelitian ................................................................... 3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 3.3.1 Populasi ......................................................................................... 3.3.2 Sampel ........................................................................................... 3.4 Alat – Alat yang digunakan .................................................................... 3.5 Reagensia ................................................................................................ 3.6 Bahan ...................................................................................................... 3.7 Metode Pemeriksaan ............................................................................... 3.8 Prinsip Pemeriksaan................................................................................ 3.9 Reaksi...................................................................................................... 3.10 Cara Kalibrasi Alat ................................................................................. 3.11 Cara Kerja Alat Kimia Klinik Merek Cobas Mira.................................. 3.12 Nilai Normal ........................................................................................... 3.13 Cara penyajian data................................................................................. 15 15 15 15 15 15 15 15 16 17 18 18 19 19 19 20 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...................................................................................................... 4.2 Pembahasan............................................................................................. 21 23 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 5.2 Saran ....................................................................................................... 25 25 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 26 vi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1.1 Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Pada Pasien Diabetes Melitus Umur 55-65 Tahun ........................................................... 21 Tabel 4.1.2 Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Yang Meningkat.............. 22 Tabel 4.1.3 Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Yang Normal ................... 23 vii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Bukti Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Lampiran 3. Surat Balasan Selesai Penelitian Lampiran 4. Lembar Perbaikan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5. Kit Reagen viii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pada penderita diabetes melitus sering terjadi komplikasi penyakit lain, disebabkan karena mengkomsumsi obat kimia secara terus-menerus yang merusak kerja organ pankreas pada metabolisme karbohidrat dalam menghasilkan insulin. yang berefek samping pada gangguan ginjal, jantung, mata, tekanan dara tinggi. Diabetes melitus adalah Penyakit gula, atau dalam bahasa seharihari disebut kencing manis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar gula (glukosa) didalam darah meninggi, melebihi normal (Hyperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik secara absolute maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah saat puasa dan dua jam setelah makan menentukan seseorang menderita diabetes melitus atau tidak (Sarwono, 2002). Penyakit kencing manis (Diabetes Melitus (DM) sudah dikenal sejak tahun 1552 Sebelum Masehi di Mesir. Pada saat itu, di mesir dikenal suatu penyakit yang ditandai dengan kencing yang sering dan dalam jumlah yang banyak (poliuria), serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400 Sebelum Masehi, penulis india, susharatha menamakan penyakit tersebut ; penyakit kencing madu. Akhirnya, Areataeus pada tahun 200 Sebelum Masehi adalah orang yang pertama kali memberi nama : diabetes melitus. Diabetes berarti mengalir terus, dan melitus berarti manis. Disebut diabetes karena penderita sering minum dan dalam jumlah banyak (polidipsia), yang kemudian mengalir terus berupa air seni dan (urine), disebut melitus karena air seni penderita mengandung gula (manis). 1 2 Pada dasarnya diabetes melitus disebabkan hormon insulin penderita tidak mencukupi, atau tidak dapat bekerja normal. Hormon insulin tersebut mempunyai peranan utama untuk mengatur kadar gula (glukosa). Glukosa dalam darah ukuran normalnya sekitar 60-120 mg /dl. Waktu puasa pada dua jam sesudah makan nilai normal glukosa dibawah 200 mg/dl (Padmiarso, 2011). Menurut penelitian epidemiologi telah dilaksakan diberbagai kota Indonesia, prevalensi diabetes berkisar antara 1,5 s /d 2,3%, kecuali di manado yang agak tinggi sebesar 6%. Hasil penelitian epidemiologi berikutnya tahun 1982 di Jakarta (daerah urban) membuktikan adanya peningktan prevalensi DM dari 1,7%, menjadi 5,7% pada tahun 1993 (Rosy, 2009). Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipinda amonianya didalam hati dan mencapai ginjal dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar Ureum yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati didalam pembentukan ureum (Evelyn, 2010). Di Indonesia peningkatan kadar ureum pada penderita diabetes melitus sebanyak 18 juta meningkat sekitar 8% setiap tahun nya. Pada penderita diabetes melitus terjadi gangguan metabolisme karbohidrat sehingga karbohidrat tidak dapat sebagai sumber energi secara sempurna, oleh karena itu digunakan lemak dan protein sebagai sumber energi. Akibat terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, Salah satu dampak yang terlihat dari gangguan metabolisme protein adalah Ureum yang dibuang didalam darah, dimana adanya gangguan pada ginjal. Berdasarkan latar 3 belakang tersebut, maka penulis melakukan pemeriksaan Ureum pada penderita Diabetes Melitus pada umur 55-65 tahun di RSU Sari Mutiara Medan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui kadar ureum pada penderita diabetes melitus umur 55-65 tahun di RSU. Sari Mutiara Medan. 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka penulis membatasi pemeriksaan kadar ureum pada umur 55-65 tahun di Laboratorium RSU. Sarimutiara Medan 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar Ureum pada penderita Diabetes Melitus. 1.4.2. Tujuan Khusus Untuk menentukan kadar Ureum pada penderita Diabetes Melitus dengan batas umur 55- 65 Tahun. 1.5. 1. Manfaat Penelitian Untuk menambah pengalaman bagi penulis dan menambah pengetahuan ilmiah dalam pemeriksaan ureum. 2. Untuk melihat apakah ada peningkatan atau penurunan kadar ureum pada Pada penderita diabetes mellitus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ureum 2.1.1. Defenisi Ureum Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein, berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya didalam hati dan mencapai ginjal dan dieksresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar Ureum yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum ( Evelyn, 2010). 2.1.2. Metabolisme Ureum Ureum dibentuk didalam hati, dari katabolisme asam-asam amino dan merupakan produk eksresi metabolisme protein yang utama. Konsentrasi urea dalam plasma darah terutama menggambarkan keseimbangan antara pembentukan Ureum dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal. Ureum plasma tinggi dengan bertambahnya usia, juga walapun tampa penyakit ginjal yang dideteksi. Walau perubahan ini jelas karena perubahan fungsi ginjal (Evelyn, 2010). 2.1.3. Sirkulasi Ureum Ureum dibentuk didalam hati, dan merupakan hasil dari metabolisme protein. Yang diekskresikam rata- rata 30 gram/hari didalam tubuh, salah satu pada bagian organ tubuh yaitu pada ginjal. Adanya gangguan pada ginjal dapat mengakibatkan peningkatan ureum yang dibuang didalam darah (Evelyn, 2010). 4 5 2.1.4. Penyebab Ureum Bisa Meninggi Ini merupakan salah satu gambaran abnormal yang terlazim dalam patologi klinik dan penyebab di klasifikasikan sebagai : 1. Peningkatan katabolisme protein jaringn disertai dengan keseimbangan Nitrogen yang negatif 2. Pemecahan protein darah yang berlebihan 3. Pengurangan ekskresi ureum 4. Penyakit ginjal yang disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus Menyebabkan urea plasma yang tinggi 5. Obstruksi saluran keluar urine (Baron ,1990) 2.2. Diabetes Melitus 2.2.1. Defenisi Diabetes Melitus Diabetes melitus adalah suatu sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik secara absolute maupun relative (Sarwono, 2002). Metabolisme protein terganggu karena protein yang dipecah dalam proses glukogenesis berlebihan. Pasien yang mempunyai toleransi glukosa yang melemah, sering dikombinasi dengan kadar glukosa darah puasa yang tinggi. Jika kelemahan metabolisme kerbohidrat lebih daripada yang minimal maka juga mempengaruhi metabolisme protein dan lipid. Sering diabetes melitus yang berlangsung lama menyebabkan glomeruluskerosis interkapiler yang disertai proteinuria dan kegagalan ginjal (Baron, 2013). 6 Penyakit diabetes ini juga mempunyai nilai ambang normal kadar gula darah. Untuk kesehatan tubuh, kadar gula (glokosa) yang ada dalam darah harus seimbang, dijaga dan dikontrol, dalam artian tidak boleh terlalu tinggi dan tidak bole terlalu rendah dari ambang normal. Kadar gula darah yang terlalu rendah membuat tubuh kekurangan energi dan pada gilirannya menimbulkan gangguan ganguan. Kadar gula darah terlalu tinggi ini disebut hiperglekimia, sedangkan kadar gula darah yang terlalu rendah disebut hipoglikemia (Baron, 2013). Ambang normal gula darah manusia adalah 60-120 mg/dL pada waktu puasa dan dibawah 140 mg/dL dua jam sesudah makan. Kadar gula normal adalah suatu kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyai risiko kecil untuk dapat berkembang menjadi penyakit. Sebaliknya, jika gula darahnya melebihi 140mg/dL seseorang mempunyai resiko tinggi untuk mengalami diabetes dam komplikasi lain nya. Kedua kondisi yang disebut diatas, yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia adalah gangguan kadar gula darah. Disebut gangguan karena dapat menimbulkan berbagai penyakit (Teguh, 2013). Nilai kadar glukosa dalam darah tergantung atas keseimbangan antara masuknya karbohidrat kedalam tubuh, semakin banyaknya karbohidrat masuk dalam tubuh maka semakin naik kadar gula dalam darah (Baron, 2013). 7 2.2.2. Keadaan Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah Bila orang yang berpuasa menelan Glukosa atau makan yang mengandung karbohidrat, maka kadar glukosa darah meningkat karena glukosa diabsorbsi dari usus, pada orang normal. Setelah makan, kadar glukosa darah vena tidak melebihi 8,5 mmol/L dan meningkat serta sekresi glucagon (setelah peningkatan permulaan) dan hormon pertumbuhan menurun. Kira-kira sejam setelah menelan karbohidrat, kecepatan mengeluarkan glukosa dari darah menjadi lebih besar daripada kecepatan penambahan glukosa ke dalam darah, dan kadar glukosa darah menurun (Baron, 2013). Jika orang puasa atau dengan diet renda karbohidrat, ini dapat melemahkan toleransi glukosa puasa meningkatkan glukogenesis. Jika seseorang dengan diet tinggi karbohidratnya (makan sebelum dapat di tes) maka ini akan meningkatkan toleransi glukosa jumlah peningkatan kadar glukosa adalah setelah makan karbohidrat akan bertamba sesuai dosis glukosa sampai dosis sekitar 1 g/kg dari berat badan (BB) (Baron, 2013). 2.2.3. Efek Insulin Terhadap Kadar Gula Darah Insulin adalah salah satu jenis hormon pada tubuh manusia yang dihasilkan oleh sel beta dari pulau langerhans didalam pankreas, yaitu sebuah kelenjar yang terletak dibelakan lambung. Dari sinilah dialirkan ke dalam peredaran darah. 8 Insulin ini mempunyai 2 fungsi : 1. Untuk mendorong gukosa dari darah ke sel tertentu dari tubuh kemudian dibakar menjadi energy. 2. Untuk mengubah kelebihan glukosa dalam darah menjadi glikogen disimpan dalam hati sebagai cadangan energy (Rossy, 2009). Dengan demikian insulin membantu mempertahankan kadar glukosa dalam batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup, maka kadar glukosa menjadi tinggi karena menumpuk dalam darah, tidak dapat dimamfaatkan oleh tubuh dan akhirnya dibuang melalui air seni, karena tubuh tidak dapat melakukan metabolisme karbohidrat maka tubuh mengalami kekurangan energi. Ini merupakan tanda yang jelas mengenai adanya penyakit diabetes melitus, karena sel-sel tubuh tidak dapat menyimpan dalam bentuk glikogen (Rossy 2009). 2.2.4. Tipe-Tipe Diabetes Melitus Terdapat 2 macam tipe Diabetes melitus yaitu : 1. Diabetes melitus tipe 1, insulin dependent diabetes melitus (IDDM) adalah penyakit hiperglikemia atau penyakit diabetes yang bergantung pada insulin, karena adanya gangguan pada pankreas, menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin dengan optimal, guna untuk keseimbangan gula darah. Tipe ini biasanya 9 dijumpai pada orang gemuk, dan biasanya tipe ini juga menyerang anak- anak dan usia muda, bahkan bisa menyerang pada semua umur. 2. Diabetes melitus tipe II, non insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) adalah penyakit hiperglikemia atau penyakit diabetes yang tidak bergantung pada insulin, pada diabetes tipe II organ pankreas masih berfungsi untuk memproduksi insulin namun sel tubuh tidak menggunakan insulin sebagai energi, atau tubuh tidak merespon insulin yang dikeluarkan oleh pankreas. Tipe ini biasanya menyerang orang dewasa sampai tua (Teguh, 2013). 2.2.5. Tanda-tanda Penyakit Diabetes Melitus 1. Poliuria (Peningkatan pengeluaran urine) Poliuria adalah banyaknya seseorang mengeluarkan air seni karena ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang berlebihan dalam darah. Glokosa ini akan menarik air keluar dari dari jaringan akibatnya, selain kencing menjadi sering dan banyak , anda juga akan merasa dehidrasi atau kekurangan cairan. (Hanstandra, 2008) 2. Polidipsia (Peningkatan rasa haus) Polidipsia adalah seringnya seseorang minum karena rasa haus yang besar akibat volume urin yang dikeluarkan sangat besar. 3. Polifagia (Peningkatan rasa lapar) Polifagia adalah serinya seseorang makan karena rasa lapar yang besar, karena kehilangan kalori akibat hilang nya glukosa bersama urine (Teguh, 2013). 10 2.2.6. Faktor Yang Mempertinggi Resiko Diabetes Melitus Ada beberapa faktor yang mempertinggi resiko terkena Diabetes melitus yaitu : 1. Faktor Usia Faktor usia merupakan salah satu pemicu untuk terkena diabetes melitus dimana kondisi tubuh sistem kerja organ dalam tubuh yang semakin berkurang karena usia yang semakin bertambah. 2. Faktor Keturunan Faktor keturunan merupakan salah satu pemicu untuk terkena diabetes melitus, dimana ketika kedua orang tuanya terkena diabetes melitus maka kemungkinan sianak akan mengalami penyakit diabetes melitus. 3. Faktor Kegemukan Faktor Kegemukan merupakan salah satu pemicu untuk terkena diabetes melitus dimana berat bedan yang semakin bertamba akan semakin mempertinggi resiko untuk terkena penyakit diabetes melitus 4. Kebanyakan Asupan gula Kebanyakan asupan gula salah satu pemicu untuk terkena diabetes melitus melitus, dimana semakin banyak mengkomsumsi gula, akan semakin besar peluang untuk terken diabetes mellitus (Padmiarso, 2011). 11 2.2.7. Komplikasi Diabetes Melitus Pada penyakit diabetes melitus ada 2 komplikasi yang mungkin timbul : 1. Komplikasi Akut Dua komplikasi akut yang sering reaksi hipoglikemia, dan koma diabetik. a. Reaksi hipoglikemia, merupakan gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, berkeringat, pusing dan gelisah b. Koma diabetik timbul karena kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi dengan tanda-tanda nafsu makan menurun, haus, minum banyak, buang air kecil yang terlalu sering 2. Komplikasi kronik Komplikasi kronik berupa komplikasi yang merusak pembulu darah dan saraf. Pembulu darah yang dibagi menjadi dua yakni Pembulu darah besar, dan pembulu darah kecil. Pembuluh darah besar berupa pembulu darah jantung a. Pembuluh darah jantung merupakan organ tubuh yang berperan untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh, apabila darah semakin mengantal akibat nya kadar gula dalam darah akan semakin tinggi, kondisi ini ada pada pasien yang mempunyai timbunan lemak pada jantung, kondisi ini akan menyebabkan gangguan pada jantung, juga dapat menyebabkan penyakit hipertensi. 12 b. Pembuluh darah kecil berupa kerusakan pada ginjal, kerusakan pada mata, dan kerusakan pada saraf 3. Gangguan pada ginjal Gangguan pada ginjal akan mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal. Dimana adanya penumpukan gula dalam pembulu darah yang dapat merusak elemen penyaring dalam ginjal yang disebut nefron. Akibat rusaknya sistem penyaringan ini maka akan terjadi kebocoran pada ginjal. 4. Gangguan pada mata Gangguan pada mata terjadi akan mengakibatkan kebutaan pada mata. Dimana terjadinya kerusakan pada pembulu darah retina, kerusakan ini akan mengakibatkan kebocoran dan terjadinya penumpukan cairan yang mengandung lemak serta pendarahan pada retina mata. 5. Gangguan pada saraf disebut juga (neuropati diabetik) Gangguan pada saraf terjadi akan mengakibatkan kelumpuhan. Dimana terjadi tumpukan gula darah yang merusak sel-sel saraf, (Teguh, 2013). 2.2.8. Metode, Prinsip dan Reagensia yang digunakan untuk Pemeriksaan Glukosa Metode pemeriksaan glukosa adalah GOD-PAP (Glukosa Oksidasi Para Amino Phenazone) Prinsip Pemeriksaan Glukosa : Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase (GOP) membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan klorophenol 13 dan 4-amiho phenazone dengan bantuan enzim periksidase menghasilkan kinoneimin yang bewarna merah muda dan dapat di ukur dengan fotometer BTS 350 pada panjang gelombang 500 nm. Intesitas warna yang terbentuk setara dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sempel. Reaksi : GOD Glukosa Asam Glukonat + 4 H2O2 2 H2O2 + klorophenol + 4-Aminophenazone Kinoneimin + 4 POD Komposisi reagen 1. Vial R- I : Buffer Enzim Buffer phosfat : 150 mmol / L 4-Amino Phenazone : 0,80 mmol / L Glukosa oksidase : ≥ 20.000 UI / L Peroxidase (POD) : ≥ 1.000 UI / L 2. Vial R- 2 : Chlophenol : 2 mmol / L 3. Vial R-3 : Larutan standart 100 mg / dl R-1 + R- 2─> Campur lalu tambahkan aquadest add 250 ml Kocok sampai larut, simpan dalam lemari es (stabil sampai 1 tahun) 2.3. Hubungan Ureum Dengan Diabetes Melitus Adanya gangguan pada pankreas, dimana pankreas adalah organ tubuh yang memproduksi hormon insulin, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula dalam darah normal. Akibat adanya gangguan pada pankreas maka kadar glukosa dapat meningkat yang melewati batas ambang kemampuan ginjal 160-180 14 mg/dl sehingga fungsi ginjal dapat di rusak, yang dibuang di darah Salah satunya adalah ureum (Baron, 2013). Pada gangguan ginjal, pemeriksaan ureum merupakan salah satu parameter untuk melihat fungsi ginjal. Dimana ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein dan omonianya dipindah didalam hati mencapai ginjal. Ureum disebabkan adanya bahan buangan dari ginjal didalam darah. Sering diabetes yang berlansung lama menyebabkan glomerulosklerosis yang disertai dengan proteinuria dan kegagalan ginjal (Evlyn, 2010). Pada penyakit diabetes melitus, terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga karbohidrat tidak lagi sebagai sumber energi. Protein dan lemak digunakan sebagai sumber energy (Baron, 2013). Ureum plasma bertamba dengan bertambanya usia, walapun tampa penyakit ginjal yang bisa dideteksi, walau perubahan ini jelas karena fungsi ginjal, konsentrasi juga sedikit lebih tinggi pada laki-laki (Baron 2013). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode penelitian dilakukan secara deskriptif crossectional. 3.2. Lokasi dan waktu penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian di lakukan di Laboratorium RSU. Sari Mutiara Medan. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan bulan Mei - Juni 2015 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Pasien dari umur 55-65 tahun yang mengalami penyakit Diabetes Melitus di RSU. Sari Mutiara Medan. 3.3.2. Sampel Sampel sebanyak 20 orang pasien penderita diabetes melitus umur 5565 Tahun di RSU Sari Mutiara Medan. 3.4. Alat–Alat yang digunakan 1. Spuit 3 ml 2. Torniquet/pengembat 3. Rak tabung 4. Clinipet 10ul, dan 1000ul 15 16 5. Sentrifugasi 6. Tip kuning dan biru 7. Tissue 8. Kapas alkhol 70 % 9. Cobas Mira Dengan Panjang Gelombang 340 nm (334-365 nm) 10. Aquades 11. Tabung reaksi 3 ml 3.5. Reagensia Reagensia Ureum Giesse yang siap di pakai Komposisi Reagen Reagen (A) Volume:40/80 ml Reagen (b) Volume = 10/80 ml Standart Volume = 10 ml 3.6. Penyangga ADP α Keto Gutarat Urea GLDH NADH Urea 50 mmol/l 1 mmol/l 9 mmol/l 8100 u/l 1350u u/l 1,8 mmol/l 50 mg/dl(8.325mmol/l Bahan Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan adalah serum pasien penderita diabetes melitus. Cara Pengambilan darah sampel dari Vena mediana cubiti : 1. Bersikan lokasi tempat pengambilan darah dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering. 17 2. Pasang ikatan pembendung pada lengan atas dan mintalah pasien mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan erat-erat, bahkan sebaiknya hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan agak menonjolkan vena. 3. Tegangkanlah kulit di atas vena itu dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak dapat bergerak. 4. Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai ujung Jarum masuk dalam lumen vena. 5. Lepaskan atau renggangkan pembendungan dan perlahan-lahanlah tarik Pengisap semprit sampai jumlah darah yang dikendaki di dapat 6. Lepaskan pembendugan jika masih terpasang. 7. Taruhlah kapas di atas jarum dan cabutlah semprit dan jarum itu. 8. Mintalah kepada orang yang darahnya diambil supaya tempat tusukan itu ditekan selama beberapa menit dengan kapas tadi. 9. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah (jangan semprotkan) darah ke dalam wadah atau tabung yang tersedia melalui dinding. 10. Segeralah cuci jurum dan semprit sebelum darah sempat membeku pada alat jika alat-alat akan dipakai lagi. 11. Biarkan darah sampai membeku, (Ganda soebrata, 2008). Cara pembuatan serum : 1. Darah yang sudah membeku kemudian di putar dengan alat sentrifugase dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. 2. Sebelum darah diputar siapkan tabung penyeimbang. 18 3. Letakkan tabung dengan posisi seimbang dalam sentrifugase. 4. Darah diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. 5. Jangan membuka tutup sentrifugase sebelum sentrifugase benar-benar berhenti. 6. Tabung di ambil bila sentrifugase benar-benar berhenti. 7. Lihat pemisahan darah dengan serum, bila sudah sempurna serum darah siap di lakukan pemeriksaan. 8. Pindahkan serum kedalam tabung yang lain, (Ganda soebrata). 3.7. Metode Pemeriksaan Metode Kinetik 3.8. Prinsip Pemeriksaan Prinsip Pemeriksaan Ureum : Urea dengan adanya ureases, dihidrolisis untuk ion amoniom dan karbon dioksida, dengan adanya glutamate dehydrogenase ( GLDH), ion ammonium yang terbentuk bereaksi dengan α – ketoglutarat dan NADH untuk membentuk glutamate dan NAD diukur pada 340 nm NADH oksidasi dalam satuan waktu sebanding dengan konsentarasi urea di sampel 3.9. Reaksi Reaksi : urease Urea + H2O 2NH4+ CO2 nitroprusiato NH4 + salisilat + Naclo Indofenol senyawa kompleks yang dapat diukur pada fotometer dengan panjang gelombang 600 nm atau 19 Blanko Sampel Standar Reagen (A) 1000 ul 1000 ul 1000 ul Reagen (B) 250 ul 250 ul 250 ul Mencampur, menunggu 30 detik kemudian tambahkan Aquades 10 ul 10 ul 10 ul Sampel ─ 10 ul ─ Standar ─ ─ 3.10. 10 l Cara Kalibrasi Alat Pengkalibrasian alat dilakukan oleh teknisi alat setiap 6 bulan sekali. 1. Tekan tombol rutine 2. Tekan tombol P dan C 3. Ketik parameter yang mau dikalibrasi 4. Tekan enter 5. Tekan status 6. Tekan Stard 3.11. Cara Kerja Alat Kimia Klinik Merek Cobas Mira 1. Pastikan alat hidup dengan baik 2. Hidupkan Monitor computer 3. Hidupkan Alat 4. Tekan tombol rutin 20 5. Ketik ID pasien, kemudian tekan enter 6. Ketik pemeriksaan (ureum), lalu tekan enter 7. Pipet sampel sebanyak 100 ul, masukkan kedalam cup (wadah), dan susun pada rak sampel alat cobas mira sesuai urutan parameter pemeriksaan 8. Pipet reagen ureum sebanyak 4:1, empat reagen A, dan satu reagen B, masukkan dalam cup (wadah) reagen, capur/homogenkan, dan susun pada rak reagen alat cobas mira sesuai urutan parameter pemeriksaan 9. Tekan tombol status 10. Kemudian tekan tombol start 11. Sampel akan di periksa secara otomatis 12. Hasil keluar 3.12. Nilai Normal 1. Nilai Norman Ureum : 10 – 40 mg / dl 2. Nilai Normal Glukosa puasa : 70 – 120 mg / dl 3. Nilai Normal Glukosa 2jam PP : 70-150 mg/ dl (Giesse Diagnostik) 3.13. Cara penyajian data Data disajikan dalam bentuk tabulasi. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Setelah dilakukan pemeriksaan ureum terhadap 20 orang pasien penderita Diabetes Melitus maka hasil yang diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.1.1 Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Pada Pasien Diabetes Melitus Umur 55-65 Tahun. No Nama pasien Umur (Tahun) Jenis kelamin Glukosa Puasa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 59 65 65 58 62 57 56 63 64 57 58 56 57 57 65 59 58 55 64 59 Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki 289 mg//dl 106 mg/dl 229 mg/dl 245 mg/dl 310 mg/dl 214 mg/dl 374 mg/dl 206 mg/dl 265 mg/dl 273 mg/dl 353 mg/dl 294 mg/dl 275 mg/dl 202 mg/dl 155 mg/dl 177 mg/dl 202 mg/dl 184 mg/dl 175 mg/dl 180 mg/dl 21 Glukosa 2 Jam PP >500 mg/dl 142 mg/dl 326 mg/dl 298 mg/dl 470 mg/dl 174 mg/dl 199 mg/dl 247 mg/dl 285 mg/dl 287 mg/dl 245 mg/dl 294 mg/dl 259 mg/dl 246 mg/dl 295 mg/dl 306 mg/dl 188 mg/dl 113 mg/dl 195 mg/dl 195 mg/dl Hasil Ureum Keterangan 109 mg/dl 139mg/dl 41mg/dl 124 mg/dl 64 mg/dl 65 mg/dl 34 mg/dl 36 mg/dl 32 mg/dl 27 mg/dl 20 mg/dl 54 mg/dl 89 mg/dl 68 mg/dl 61 mg/dl 32 mg/dl 38 mg/dl 38 mg/dl 36 mg/dl 34 mg/dl Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Normal Normal Normal Normal Normal Tinggi Tinggi tinggi Tinggi Normal Normal Normal Normal Normal 22 Table 4.1.2 Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Yang Meningkat Umur Jenis Glukosa Glukosa Hasil (Tahun) Kelamin Puasa 2 jam pp Ureum X1 59 Perempuan 289 mg/dl >500 mg/dl 109 mg/dl Tinggi 2 X2 65 Perempuan 106 mg/dl 142 mg/dl 139 mg/dl Tinggi 3 X3 65 Perempuan 229 mg/dl 326 mg/dl 41 mg/dl Tinggi 4 X4 58 Perempuan 245 mg/dl 298 mg/dl 124 mg/dl Tinggi 5 X5 62 Perempuan 310 mg/dl 470 mg/dl 64 mg/dl Tinggi 6 X6 57 Perempuan 214 mg/dl 174 mg/dl 65 mg/dl Tinggi 7 X7 56 Laki-Laki 294 mg/dl 294 mg/dl 54 mg/dl Tinggi 8 X8 57 Laki-Laki 275 mg/dl 259 mg/dl 59 mg/dl Tinggi 9 X9 58 Laki-Laki 202 mg/dl 246 mg/dl 68 mg/dl Tinggi 10 X10 65 Laki-Laki 155 mg/dl 295 mg/dl 61 mg/dl Tinggi No Nama 1 Keterangan Dari hasil pemeriksaan sebanyak 20 sampel yang didapat, diperoleh hasil kadar ureum yang meningkat sebanyak 10 sampel, maka persentasenya adalah: = ×100% = 50% 23 Tabel 4.1.3 Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Yang Normal No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Umur (Tahun) 56 63 64 57 58 59 58 55 64 59 Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Glukosa Puasa 374 mg/dl 206 mg/dl 265 mg/dl 273 mg/dl 353 mg/dl 177 mg/dl 202 mg/dl 184 mg/dl 175 mg/dl 180 mg/dl Glukosa 2 Jam PP 199 mg/dl 247 mg/dl 285 mg/dl 287 mg/dl 245 mg/dl 306 mg/dl 188 mg/dl 113 mg/dl 195 mg/dl 195 mg/dl Hasil Ureum 34 mg/dl 36 mg/dl 32 mg/dl 27 mg/dl 20 mg/dl 32 mg/dl 38 mg/dl 38 mg/dl 36 mg/dl 34 mg/dl Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Dari hasil pemeriksaan sebanyak 20 sampel yang di dapat , di peroleh hasil kadar ureum yang normal sebanyak 10 sampel, maka persentasenya adalah: = 4.2. ×100%=50% Pembahasan Dari 20 pasien penderita diabetes melitus, terdapat 10 (50%) pasien kadar ureum di atas batas normal, dan 10 (50%) pasien kadar ureum dalam batas normal, terdiri dari 6 orang perempuan yang kadar ureumnya meningkat, dan 4 orang lakilaki, sedangkan kadar ureum yang normal terdiri dari 6 laki-laki, dan 4 perempuan. Terjadinya peningkatan kadar ureum pada penderita diabetes melitus karena sudah komplikasi dengan penyakit lain yang mengkomsumsi berbagai macam obat secara terus menerus, kemungkinan penderita Diabetes Melitus tidak menjaga pola makan yang banyak mengandung karbohidrat, sehingga kadar gula darah penderita Diabetes semakin tinggi yang melewati batas ambang ginjal. Tingginya kadar gula dalam darah penderita Diabetes Melitus akan semakin memperburuk kondisi penderita 24 Diabetes Melitus, sehingga penderita Diabetes Melitus harus mengkomsumsi obat dalam waktu lama, yang dapat merusak fungsi ginjal. Sedangkan yang normal kadar ureumnya pada penderita Diabetes Melitus belum ada komplikasi dengan penyakit lain, dan tidak harus mengkomsumsi berbagai macam obat sehinga fungsi ginjal tidak dirusak. Menurut hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah yang sebelumnya pada Tahun 2014 hasil pemeriksaan kadar ureum pada penderita Diabetes Melitus yang meningkat sebanyak 55%, dan yang normal sebanyak 45%. Dari hasil pemeriksaan yang di dapat saat melakukan penelitian terhadap penderita Diabetes Melitus yang dirawat inap di RSU. Estomihi Medan menyimpulkan bahwa kadar ureum yang meningkat disebabkan karena penderita Diabetes Melitus terlalu banyak mengkomsumsi obat yang menyebabkan adanya gangguan pada ginjal, bahkan sampai pada gagal ginjal. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian 20 sempel terhadap pasien penderita Diabetes Melitus di RSU. Sari Mutiara Medan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. 10 pasien (50%) kadar ureum yang meningkat, karena sudah komplikasi dengan penyakit lain. 2. 10 pasien (50%) kadar ureum yang normal, karena belum ada komplikasi dengan penyakit lain. 3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada penderita diabetes melitus kadar ureum tidak selamanya meningkat jika tidak ada komplikasi dengan penyakit lain yang dapat menganggu fungsi ginjal. 5.2. Saran 1. Bagi penderita diabetes melitus agar melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap fungsi ginjal. 2. Bagi penderita diabetes melitus sebaiknya menjaga asupan makanan yang banyak mengandung karbohidrat, agar tidak terjadi peningkatan glukosa dalam darah 3. Bagi penderita diabetes melitus kadar ureumnya yang melebihi batas normal dapat menjaga asupan makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan mengkonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter. 4. Bagi peneliti selanjutnya dengan judul yang sama, terlebih dahulu harus mengetahui sudah berapa lama penderita mengalami penyakit diabetes melitus. 25 DAFTAR PUSTAKA Baron 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik 1990, Edisi 4 ECG Jakarta Corwin 2009, Buku Saku Patofisiologi ECG Evelyn 2010, Anatomidan Fisiologi Paramedis, Gramedia Pustaka Utama Jakarta Giesse Diagnostik. Hanstandra 2008, Diabetes, Gramedia Pustaka Utama Padmiarso M. wijowo. Rahasia Penyembuhan Diabetes Melitus. 2011 Rossy 2009, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, FKUI Jakarta Dian Rakyat 2008, Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik Jakarta Sarwonowaspadji 2002. Pedoman Diet Diabetes KedokteranUniversitas Indonesia Jakarta Teguh Susanto 2013. Diabetes Melitus 2013, Melitus 2002, Fakultas