pemeriksaan kadar ureum pada penderita diabetes melitus umur 55

advertisement
PEMERIKSAAN KADAR UREUM PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS UMUR 55-65 TAHUN
DI RSU. SARI MUTIARA MEDAN
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH:
FITRI MARITO OSFINA SIMANJUNTAK
12.034.094
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARIMUTIARA INDONESIA
MEDAN
2015
PEMERIKSAAN KADAR UREUM PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS UMUR 55-65 TAHUN
DI RSU. SARI MUTIARA MEDAN
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
OLEH:
FITRI MARITO OSFINA SIMANJUNTAK
12.034.094
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARIMUTIARA INDONESIA
MEDAN
2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS DIRI
1. Nama
: Fitri Marito Osfina Simanjutak
2. TempatdanTanggalLahir
: 15 April 1993
3. JenisKelamin
: Perempuan
4. Alamat
: Padang Sidimpuan,Tanotombangan
Desa Panabari
5. Agama
: Protestan
6. Status Perkawinan
: Belum Kawin
7. Anak Ke
: Tigadari Sembilan Bersaudara
8. Pekerjaan
:-
9. Kewarganegaraan
: WNI
10. No. Telpon
: 082168293923
11. E-mail
: [email protected]
12. Nama Ayah
: Rudolf Simanjuntak
13. Nama Ibu
: Dinar br Hutagalung
14. Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil (PNS)
15. Alamat Orang tua
: Padang Sidimpuan, Tanotombangan
Desa Panabari
II.
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2000-2006
: SD.N. 1000510 Sayurmatinggi
2. Tahun 2006-2009
: SMP. N. 1. Sayurmatinggi
3. Tahun 2009-2012
: SMK. N. 1. Tantomangkola
4. Tahun 2012-2015
: Pendidikan D-III Analis Kesehatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Medan
ABSTRAK
Ureum dapat meningkat pada penderita diabetes melitus akibat dari adanya gangguan fungsi ginjal
kerena tingginya kadar glukosa dalam darah penderita diabetes melitus yang melewati batas ambang
kemampuan ginjal 160-180 mg/dl yang memperburuk keadaan penderita, sehingga harus
mengkonsumsi obat yang terlalu lama, dan dapat mengakibatkan terjadi komplikasi dengan penyakit
lain yang dapat mengganggu funsi ginjal. Penyakit diabetes melitus merupakan tingginya kadar gula
dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme organ dalam tubuh, terutama dalam
menghasilkan insulin, dimana organ pankreas tidak mampu lagi dalam menghasilkan hormon insulin
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Akibat gangguan tersebut maka peningkatan glukosa darah yang
melewati batas ambang kemampuan ginjal 160-180 mg/dl yang dapat merusak fungsi ginjal yang
dibuang di dalam darah. Ureum merupakan salah satu parameter untuk pemeriksaan fungsi ginjal.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriftif croseccional, dengan tujuan untuk menentukan hasil
nilai peningkatan kadar ureum yang tinggi dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang, pada penderita
Diabetes Melitus yang di rawat di RSU. Sari Mutiara Medan. Kadar ureum yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal. Hasil yang meningkat sebanyak 10 (50%), dan normal sebanyak
10 (50%). Ditinjau dari hasil penelitian kadar ureum, maka pada penderita diabetes melitus dianjurkan
supaya rutin untuk memeriksa kadar ureum ke laboratorium patologi klinik, dan kurangilah asupan
makanan yang tinggi karbohidrat, dan tidak sembarangan mengkomsumsi obat yng terlalu lama.
Kata Kunci : Ureum, Diabetes Melitus
i
ABSTRACT
Ureum can be increased in people with diabetes mellitus results from the presence ofdecreased kidney
function because of high levels of blood glucose in diabeticsmellitus which exceeded the threshold of
renal ability of 160-180 mg/dl who sufferer,make things worse so it must consume drugs for too long,
and can lead tocomplications with other diseases which can interfere with the kidney. Diabetes
mellitus is a disease of high sugar levels in the blood as a result of the presence of the metabolic
disorders of organ systems in the body, especially in producing insulin, the pancreas is an organ that
is not able to produce the hormone insulin in accordancewith the needs of the body. Due to the
increased blood glucose disturbances passing through the renal threshold capabilities of 160-180
mg/dl that can damage kidney function that is disposed of in the blood. Ureum is one of the parameters
for theexamination of kidney function. This research was conducted with methods deskriftifseccional
cross, with the purpose to determine the value of the results of the increased high level with ureum
total sample as many as 20 people, in people withDiabetes mellitus are at rawat in the RSU. Sari
Mutiara Medan. High levels cancause the occurrence of ureum kidney failure. The result increased by
10 (50%), and normal as many as 10 (50%). Review of research on the level of the ureum,
diabeticsmellitus is recommended so that the routine to check the level of the laboratory ofclinical
pathology ureum, and reduce food intake is high in carbohydrates, and not thedrug mengkomsumsi is
too long.
Keywords: Ureum, Diabetes mellitus
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Pemeriksaan Kadar Ureum Pada Penderita Diabetes Melitus Usia 55-65
Tahun Di RSU. Sari Mutiara Medan 2015”.
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan untuk masuk dalam jenjang
penelitian untuk mendapatkan gelar D-III Ahli Madya Analis Kesehatan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak, Ibu:
1. Parlindungan Purba SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Dra. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP. MKM selaku Dekan Fakultas IImu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Nova Florentina Ambarwati, SST, M. Pd selaku Ketua Program Studi D-III
Analis Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
5. Meirida Rumahorbo, SKM, MKM selaku dosen Pembimbing materi yang telah
yang telah banyak Meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan yang
banyak meluangkan waktu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Yang teristimewa kepada kedua orang tua saya R. Simanjutak dan D. Hutagalung
seluruh keluarga saya.
iii
7. Seluruh dosen dan Staff pengajar D-III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesian Medan.
8. Seluruh teman-teman D-III Analis kesehatan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas
sari Mutiara Indonesia Medan yang telah bnyak memberikan dukungan dan
Motivasi dalam karya tulis Ilmiah ini.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
sebaik-baiknya. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
dari segi penulisan, tata bahasa,struktur maupun isinya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Medan,
Maret 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ...........................................................................................................
i
ABSTRACT ..........................................................................................................
ii
KATA PENGATAR............................................................................................
iii
DAFTAR ISI........................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................
1.3 Pembatasan Masalah ...............................................................................
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................
1.4.1 Tujuan Umum................................................................................
1.4.2 Tujuan Khusus...............................................................................
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ureum .....................................................................................................
2.1.1 Defenisi Ureum .............................................................................
2.1.2 Metabolisme Ureum ......................................................................
2.1.3 Sirkulasi Ureum.............................................................................
2.1.4 Penyebab Urine Bisa Meninggi Atau Bertamba ...........................
2.2 Diabetes Melitus .....................................................................................
2.2.1 Defenisi Diabetes Melitus .............................................................
2.2.2 Keadaan Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah ..................
2.2.3 Efek Insulin Terhadap Kadar Gula Darah .....................................
2.2.4 Tipe –Tipe Diabetes Melitus .........................................................
2.2.5 Tanda- tanda Penyakit Diabetes Melitus .......................................
2.2.6 Faktor Yang Mempertinggi Resiko Diabetes Melitus...................
2.2.7 Komplikasi Diabetes Melitus ........................................................
2.2.8 Metode, Prinsip dan Reagensia yang digunakan untuk
Pemeriksaan Glukosa ....................................................................
2.3 Hubungan Ureum Dengan Diabetes Melitus ..........................................
v
1
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
7
7
8
10
10
11
12
13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode penelitian....................................................................................
3.2 Lokasi dan waktu penelitian ...................................................................
3.2.1 Lokasi Penelitian ...........................................................................
3.2.2 Waktu Penelitian ...........................................................................
3.3 Populasi dan Sampel ...............................................................................
3.3.1 Populasi .........................................................................................
3.3.2 Sampel ...........................................................................................
3.4 Alat – Alat yang digunakan ....................................................................
3.5 Reagensia ................................................................................................
3.6 Bahan ......................................................................................................
3.7 Metode Pemeriksaan ...............................................................................
3.8 Prinsip Pemeriksaan................................................................................
3.9 Reaksi......................................................................................................
3.10 Cara Kalibrasi Alat .................................................................................
3.11 Cara Kerja Alat Kimia Klinik Merek Cobas Mira..................................
3.12 Nilai Normal ...........................................................................................
3.13 Cara penyajian data.................................................................................
15
15
15
15
15
15
15
15
16
17
18
18
19
19
19
20
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ......................................................................................................
4.2 Pembahasan.............................................................................................
21
23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................
5.2 Saran .......................................................................................................
25
25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
26
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.1
Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Pada Pasien Diabetes
Melitus Umur 55-65 Tahun ...........................................................
21
Tabel 4.1.2
Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Yang Meningkat..............
22
Tabel 4.1.3
Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Yang Normal ...................
23
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Bukti Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2.
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3.
Surat Balasan Selesai Penelitian
Lampiran 4.
Lembar Perbaikan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5.
Kit Reagen
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada umumnya pada penderita diabetes melitus sering terjadi komplikasi
penyakit lain, disebabkan karena mengkomsumsi obat kimia secara terus-menerus
yang merusak kerja organ pankreas pada metabolisme karbohidrat dalam
menghasilkan insulin. yang berefek samping pada gangguan ginjal, jantung, mata,
tekanan dara tinggi. Diabetes melitus adalah Penyakit gula, atau dalam bahasa seharihari disebut kencing manis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar gula
(glukosa) didalam darah meninggi, melebihi normal (Hyperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik secara absolute maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah
saat puasa dan dua jam setelah makan menentukan seseorang menderita diabetes
melitus atau tidak (Sarwono, 2002).
Penyakit kencing manis (Diabetes Melitus (DM) sudah dikenal sejak tahun
1552 Sebelum Masehi di Mesir. Pada saat itu, di mesir dikenal suatu penyakit yang
ditandai dengan kencing yang sering dan dalam jumlah yang banyak (poliuria), serta
penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400
Sebelum Masehi, penulis india, susharatha menamakan penyakit tersebut ; penyakit
kencing madu. Akhirnya, Areataeus pada tahun 200 Sebelum Masehi adalah orang
yang pertama kali memberi nama : diabetes melitus. Diabetes berarti mengalir terus,
dan melitus berarti manis. Disebut diabetes karena penderita sering minum dan dalam
jumlah banyak (polidipsia), yang kemudian mengalir terus berupa air seni dan
(urine), disebut melitus karena air seni penderita mengandung gula (manis).
1
2
Pada dasarnya diabetes melitus disebabkan hormon insulin penderita tidak
mencukupi, atau tidak dapat bekerja normal. Hormon insulin tersebut mempunyai
peranan utama untuk mengatur kadar gula (glukosa). Glukosa dalam darah ukuran
normalnya sekitar 60-120 mg /dl. Waktu puasa pada dua jam sesudah makan nilai
normal glukosa dibawah 200 mg/dl (Padmiarso, 2011).
Menurut penelitian epidemiologi telah dilaksakan diberbagai kota Indonesia,
prevalensi diabetes berkisar antara 1,5 s /d 2,3%, kecuali di manado yang agak tinggi
sebesar 6%. Hasil penelitian epidemiologi berikutnya tahun 1982 di Jakarta (daerah
urban) membuktikan adanya peningktan prevalensi DM dari 1,7%, menjadi 5,7%
pada tahun 1993 (Rosy, 2009).
Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino
yang telah dipinda amonianya didalam hati dan mencapai ginjal dan diekskresikan
rata-rata 30 gram sehari. Kadar Ureum yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm
darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi
hati didalam pembentukan ureum (Evelyn, 2010).
Di Indonesia peningkatan kadar ureum pada penderita diabetes melitus
sebanyak 18 juta meningkat sekitar 8% setiap tahun nya. Pada penderita diabetes
melitus terjadi gangguan metabolisme karbohidrat sehingga karbohidrat tidak dapat
sebagai sumber energi secara sempurna, oleh karena itu digunakan lemak dan protein
sebagai sumber energi. Akibat terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein,
Salah satu dampak yang terlihat dari gangguan metabolisme protein adalah Ureum
yang dibuang didalam darah, dimana adanya gangguan pada ginjal. Berdasarkan latar
3
belakang tersebut, maka penulis melakukan pemeriksaan Ureum pada penderita
Diabetes Melitus pada umur 55-65 tahun di RSU Sari Mutiara Medan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui kadar
ureum pada penderita diabetes melitus umur 55-65 tahun di RSU. Sari Mutiara
Medan.
1.3.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka penulis membatasi
pemeriksaan kadar ureum pada umur 55-65 tahun di Laboratorium RSU. Sarimutiara
Medan
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar Ureum pada penderita Diabetes Melitus.
1.4.2. Tujuan Khusus
Untuk menentukan kadar Ureum pada penderita Diabetes Melitus
dengan batas umur 55- 65 Tahun.
1.5.
1.
Manfaat Penelitian
Untuk menambah pengalaman bagi penulis dan menambah pengetahuan
ilmiah dalam pemeriksaan ureum.
2.
Untuk melihat apakah ada peningkatan atau penurunan kadar ureum pada
Pada penderita diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ureum
2.1.1. Defenisi Ureum
Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein, berasal dari asam
amino yang telah dipindah amonianya didalam hati dan mencapai ginjal dan
dieksresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar Ureum yang normal adalah 30
mg setiap 100 ccm darah tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan
dan fungsi hati dalam pembentukan ureum ( Evelyn, 2010).
2.1.2. Metabolisme Ureum
Ureum dibentuk didalam hati, dari katabolisme asam-asam amino dan
merupakan produk eksresi metabolisme protein yang utama. Konsentrasi urea
dalam plasma darah terutama menggambarkan keseimbangan antara
pembentukan Ureum dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal.
Ureum plasma tinggi dengan bertambahnya usia, juga walapun tampa
penyakit ginjal yang dideteksi. Walau perubahan ini jelas karena perubahan
fungsi ginjal (Evelyn, 2010).
2.1.3. Sirkulasi Ureum
Ureum dibentuk didalam hati, dan merupakan hasil dari metabolisme
protein. Yang diekskresikam rata- rata 30 gram/hari didalam tubuh, salah satu
pada bagian organ tubuh yaitu pada ginjal. Adanya gangguan pada ginjal
dapat mengakibatkan peningkatan ureum yang dibuang didalam darah
(Evelyn, 2010).
4
5
2.1.4. Penyebab Ureum Bisa Meninggi
Ini merupakan salah satu gambaran abnormal yang terlazim dalam
patologi klinik dan penyebab di klasifikasikan sebagai :
1. Peningkatan katabolisme protein jaringn disertai dengan keseimbangan
Nitrogen yang negatif
2. Pemecahan protein darah yang berlebihan
3. Pengurangan ekskresi ureum
4. Penyakit ginjal yang disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
Menyebabkan urea plasma yang tinggi
5. Obstruksi saluran keluar urine (Baron ,1990)
2.2.
Diabetes Melitus
2.2.1. Defenisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu sekumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik secara absolute maupun relative (Sarwono, 2002).
Metabolisme protein terganggu karena protein yang dipecah dalam
proses glukogenesis berlebihan. Pasien yang mempunyai toleransi glukosa
yang melemah, sering dikombinasi dengan kadar glukosa darah puasa yang
tinggi. Jika kelemahan metabolisme kerbohidrat lebih daripada yang minimal
maka juga mempengaruhi metabolisme protein dan lipid. Sering diabetes
melitus yang berlangsung lama menyebabkan glomeruluskerosis interkapiler
yang disertai proteinuria dan kegagalan ginjal (Baron, 2013).
6
Penyakit diabetes ini juga mempunyai nilai ambang normal kadar gula
darah. Untuk kesehatan tubuh, kadar gula (glokosa) yang ada dalam darah
harus seimbang, dijaga dan dikontrol, dalam artian tidak boleh terlalu tinggi
dan tidak bole terlalu rendah dari ambang normal. Kadar gula darah yang
terlalu rendah membuat tubuh kekurangan energi dan pada gilirannya
menimbulkan gangguan ganguan. Kadar gula darah terlalu tinggi ini disebut
hiperglekimia, sedangkan kadar gula darah yang terlalu rendah disebut
hipoglikemia (Baron, 2013).
Ambang normal gula darah manusia adalah 60-120 mg/dL pada waktu
puasa dan dibawah 140 mg/dL dua jam sesudah makan. Kadar gula normal
adalah suatu kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyai risiko
kecil untuk dapat berkembang menjadi penyakit. Sebaliknya, jika gula
darahnya melebihi 140mg/dL seseorang mempunyai resiko tinggi untuk
mengalami diabetes dam komplikasi lain nya. Kedua kondisi yang disebut
diatas, yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia adalah gangguan kadar gula
darah. Disebut gangguan karena dapat menimbulkan berbagai penyakit
(Teguh, 2013).
Nilai kadar glukosa dalam darah tergantung atas keseimbangan antara
masuknya karbohidrat kedalam tubuh, semakin banyaknya karbohidrat masuk
dalam tubuh maka semakin naik kadar gula dalam darah (Baron, 2013).
7
2.2.2. Keadaan Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah
Bila orang yang berpuasa menelan Glukosa atau makan yang
mengandung karbohidrat, maka kadar glukosa darah meningkat karena glukosa
diabsorbsi dari usus, pada orang normal. Setelah makan, kadar glukosa darah
vena tidak melebihi 8,5 mmol/L dan meningkat serta sekresi glucagon (setelah
peningkatan permulaan) dan hormon pertumbuhan menurun. Kira-kira sejam
setelah menelan karbohidrat, kecepatan mengeluarkan glukosa dari darah
menjadi lebih besar daripada kecepatan penambahan glukosa ke dalam darah,
dan kadar glukosa darah menurun (Baron, 2013).
Jika orang puasa atau dengan diet renda karbohidrat, ini dapat
melemahkan toleransi glukosa puasa meningkatkan glukogenesis. Jika
seseorang dengan diet tinggi karbohidratnya (makan sebelum dapat di tes)
maka ini akan meningkatkan toleransi glukosa jumlah peningkatan kadar
glukosa adalah setelah makan karbohidrat akan bertamba sesuai dosis glukosa
sampai dosis sekitar 1 g/kg dari berat badan (BB) (Baron, 2013).
2.2.3. Efek Insulin Terhadap Kadar Gula Darah
Insulin adalah salah satu jenis hormon pada tubuh manusia yang
dihasilkan oleh sel beta dari pulau langerhans didalam pankreas, yaitu sebuah
kelenjar yang terletak dibelakan lambung. Dari sinilah dialirkan ke dalam
peredaran darah.
8
Insulin ini mempunyai 2 fungsi :
1. Untuk mendorong gukosa dari darah ke sel tertentu dari tubuh
kemudian dibakar menjadi energy.
2. Untuk mengubah kelebihan glukosa dalam darah menjadi glikogen
disimpan dalam hati sebagai cadangan energy (Rossy, 2009).
Dengan demikian insulin membantu mempertahankan kadar glukosa
dalam batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup, maka kadar
glukosa menjadi tinggi karena menumpuk dalam darah, tidak dapat
dimamfaatkan oleh tubuh dan akhirnya dibuang melalui air seni, karena tubuh
tidak dapat melakukan metabolisme karbohidrat maka tubuh mengalami
kekurangan energi.
Ini merupakan tanda yang jelas mengenai adanya penyakit diabetes
melitus, karena sel-sel tubuh tidak dapat menyimpan dalam bentuk glikogen
(Rossy 2009).
2.2.4. Tipe-Tipe Diabetes Melitus
Terdapat 2 macam tipe Diabetes melitus yaitu :
1.
Diabetes melitus tipe 1, insulin dependent diabetes melitus
(IDDM) adalah penyakit hiperglikemia atau penyakit diabetes yang
bergantung pada insulin, karena adanya gangguan pada pankreas,
menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin dengan
optimal, guna untuk keseimbangan gula darah. Tipe ini biasanya
9
dijumpai pada orang gemuk, dan biasanya tipe ini juga menyerang
anak- anak dan usia muda, bahkan bisa menyerang pada semua umur.
2.
Diabetes melitus tipe II, non insulin dependent diabetes melitus
(NIDDM) adalah penyakit hiperglikemia atau penyakit diabetes yang
tidak bergantung pada insulin, pada diabetes tipe II organ pankreas
masih berfungsi untuk memproduksi insulin namun sel tubuh tidak
menggunakan insulin sebagai energi, atau tubuh tidak merespon
insulin yang dikeluarkan oleh pankreas. Tipe ini biasanya menyerang
orang dewasa sampai tua (Teguh, 2013).
2.2.5. Tanda-tanda Penyakit Diabetes Melitus
1. Poliuria (Peningkatan pengeluaran urine)
Poliuria adalah banyaknya seseorang mengeluarkan air seni karena
ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang berlebihan dalam
darah. Glokosa ini akan menarik air keluar dari dari jaringan
akibatnya, selain kencing menjadi sering dan banyak , anda juga akan
merasa dehidrasi atau kekurangan cairan. (Hanstandra, 2008)
2. Polidipsia (Peningkatan rasa haus)
Polidipsia adalah seringnya seseorang minum karena rasa haus yang
besar akibat volume urin yang dikeluarkan sangat besar.
3. Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
Polifagia adalah serinya seseorang makan karena rasa lapar yang
besar, karena kehilangan kalori akibat hilang nya glukosa bersama
urine (Teguh, 2013).
10
2.2.6. Faktor Yang Mempertinggi Resiko Diabetes Melitus
Ada beberapa faktor yang mempertinggi resiko terkena Diabetes
melitus yaitu :
1. Faktor Usia
Faktor usia merupakan salah satu pemicu untuk terkena diabetes melitus
dimana kondisi tubuh sistem kerja organ dalam tubuh yang semakin
berkurang karena usia yang semakin bertambah.
2. Faktor Keturunan
Faktor keturunan merupakan salah satu pemicu untuk terkena diabetes
melitus, dimana ketika kedua orang tuanya terkena diabetes melitus maka
kemungkinan sianak akan mengalami penyakit diabetes melitus.
3. Faktor Kegemukan
Faktor Kegemukan merupakan salah satu pemicu untuk terkena diabetes
melitus dimana berat bedan yang semakin bertamba akan semakin
mempertinggi resiko untuk terkena penyakit diabetes melitus
4. Kebanyakan Asupan gula
Kebanyakan asupan gula salah satu pemicu untuk terkena diabetes melitus
melitus, dimana semakin banyak mengkomsumsi gula, akan semakin
besar peluang untuk terken diabetes mellitus (Padmiarso, 2011).
11
2.2.7. Komplikasi Diabetes Melitus
Pada penyakit diabetes melitus ada 2 komplikasi yang mungkin timbul :
1. Komplikasi Akut
Dua komplikasi akut yang sering reaksi hipoglikemia, dan koma
diabetik.
a.
Reaksi hipoglikemia, merupakan gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar,
berkeringat, pusing dan gelisah
b.
Koma diabetik timbul karena kadar glukosa dalam darah terlalu
tinggi dengan tanda-tanda nafsu makan menurun, haus, minum
banyak, buang air kecil yang terlalu sering
2. Komplikasi kronik
Komplikasi kronik berupa komplikasi yang merusak pembulu darah
dan saraf. Pembulu darah yang dibagi menjadi dua yakni Pembulu
darah besar, dan pembulu darah kecil.
Pembuluh darah besar berupa pembulu darah jantung
a.
Pembuluh darah jantung merupakan organ tubuh yang berperan
untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh, apabila darah semakin
mengantal akibat nya kadar gula dalam darah akan semakin tinggi,
kondisi ini ada pada pasien yang mempunyai timbunan lemak
pada jantung, kondisi ini akan menyebabkan gangguan pada
jantung, juga dapat menyebabkan penyakit hipertensi.
12
b. Pembuluh darah kecil berupa kerusakan pada ginjal, kerusakan
pada mata, dan kerusakan pada saraf
3. Gangguan pada ginjal
Gangguan pada ginjal akan mengakibatkan terjadinya penyakit gagal
ginjal. Dimana adanya penumpukan gula dalam pembulu darah yang
dapat merusak elemen penyaring dalam ginjal yang disebut nefron.
Akibat rusaknya sistem penyaringan ini maka akan terjadi kebocoran
pada ginjal.
4. Gangguan pada mata
Gangguan pada mata terjadi akan mengakibatkan kebutaan pada mata.
Dimana terjadinya kerusakan pada pembulu darah retina, kerusakan ini
akan mengakibatkan kebocoran dan terjadinya penumpukan cairan
yang mengandung lemak serta pendarahan pada retina mata.
5. Gangguan pada saraf disebut juga (neuropati diabetik)
Gangguan pada saraf terjadi akan mengakibatkan kelumpuhan.
Dimana terjadi tumpukan gula darah yang merusak sel-sel saraf,
(Teguh, 2013).
2.2.8. Metode,
Prinsip
dan
Reagensia
yang
digunakan
untuk
Pemeriksaan Glukosa
Metode pemeriksaan glukosa adalah GOD-PAP (Glukosa Oksidasi
Para Amino Phenazone) Prinsip Pemeriksaan Glukosa : Glukosa dioksidasi
oleh glukosa oksidase (GOP) membentuk asam glukonat dan hidrogen
peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan klorophenol
13
dan 4-amiho phenazone dengan bantuan enzim periksidase menghasilkan
kinoneimin yang bewarna merah muda dan dapat di ukur dengan fotometer
BTS 350 pada panjang gelombang 500 nm. Intesitas warna yang terbentuk
setara dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sempel.
Reaksi :
GOD
Glukosa
Asam Glukonat + 4 H2O2
2 H2O2 + klorophenol + 4-Aminophenazone Kinoneimin + 4
POD
Komposisi reagen
1. Vial R- I : Buffer Enzim
Buffer phosfat : 150 mmol / L 4-Amino
Phenazone
: 0,80 mmol / L
Glukosa oksidase
: ≥ 20.000 UI / L
Peroxidase (POD)
: ≥ 1.000 UI / L
2. Vial R- 2 : Chlophenol : 2 mmol / L
3. Vial R-3 : Larutan standart 100 mg / dl
R-1 + R- 2─> Campur lalu tambahkan aquadest add 250 ml
Kocok sampai larut, simpan dalam lemari es (stabil sampai 1 tahun)
2.3.
Hubungan Ureum Dengan Diabetes Melitus
Adanya gangguan pada pankreas, dimana pankreas adalah organ tubuh yang
memproduksi hormon insulin, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan
kadar gula dalam darah normal. Akibat adanya gangguan pada pankreas maka kadar
glukosa dapat meningkat yang melewati batas ambang kemampuan ginjal 160-180
14
mg/dl sehingga fungsi ginjal dapat di rusak, yang dibuang di darah Salah satunya
adalah ureum (Baron, 2013).
Pada gangguan ginjal, pemeriksaan ureum merupakan salah satu parameter
untuk melihat fungsi ginjal. Dimana ureum merupakan hasil akhir metabolisme
protein dan omonianya dipindah didalam hati mencapai ginjal. Ureum disebabkan
adanya bahan buangan dari ginjal didalam darah. Sering diabetes yang berlansung
lama menyebabkan glomerulosklerosis yang disertai dengan proteinuria dan
kegagalan ginjal (Evlyn, 2010).
Pada penyakit diabetes melitus, terjadi gangguan metabolisme karbohidrat,
sehingga karbohidrat tidak lagi sebagai sumber energi. Protein dan lemak digunakan
sebagai sumber energy (Baron, 2013).
Ureum plasma bertamba dengan bertambanya usia, walapun tampa penyakit
ginjal yang bisa dideteksi, walau perubahan ini jelas karena fungsi ginjal, konsentrasi
juga sedikit lebih tinggi pada laki-laki (Baron 2013).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Metode penelitian
Metode penelitian dilakukan secara deskriptif crossectional.
3.2.
Lokasi dan waktu penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di Laboratorium RSU. Sari Mutiara Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan bulan Mei - Juni 2015
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Pasien dari umur 55-65 tahun yang mengalami penyakit Diabetes
Melitus di RSU. Sari Mutiara Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel sebanyak 20 orang pasien penderita diabetes melitus umur 5565 Tahun di RSU Sari Mutiara Medan.
3.4.
Alat–Alat yang digunakan
1. Spuit 3 ml
2. Torniquet/pengembat
3. Rak tabung
4. Clinipet 10ul, dan 1000ul
15
16
5. Sentrifugasi
6. Tip kuning dan biru
7. Tissue
8. Kapas alkhol 70 %
9. Cobas Mira Dengan Panjang Gelombang 340 nm (334-365 nm)
10. Aquades
11. Tabung reaksi 3 ml
3.5.
Reagensia
Reagensia Ureum Giesse yang siap di pakai
Komposisi Reagen
Reagen (A)
Volume:40/80 ml
Reagen (b)
Volume = 10/80 ml
Standart
Volume = 10 ml
3.6.
Penyangga
ADP
α Keto Gutarat
Urea
GLDH
NADH
Urea
50 mmol/l
1 mmol/l
9 mmol/l
8100 u/l
1350u u/l
1,8 mmol/l
50 mg/dl(8.325mmol/l
Bahan
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan adalah serum pasien penderita
diabetes melitus.
Cara Pengambilan darah sampel dari Vena mediana cubiti :
1. Bersikan lokasi tempat pengambilan darah dengan alkohol 70% dan biarkan
sampai kering.
17
2. Pasang ikatan pembendung pada lengan atas dan mintalah pasien mengepal
dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan
vena tidak perlu dengan ikatan erat-erat, bahkan sebaiknya hanya cukup erat
untuk memperlihatkan dan agak menonjolkan vena.
3. Tegangkanlah kulit di atas vena itu dengan jari-jari tangan kiri supaya vena
tidak dapat bergerak.
4. Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai ujung
Jarum masuk dalam lumen vena.
5. Lepaskan atau renggangkan pembendungan dan perlahan-lahanlah tarik
Pengisap semprit sampai jumlah darah yang dikendaki di dapat
6. Lepaskan pembendugan jika masih terpasang.
7. Taruhlah kapas di atas jarum dan cabutlah semprit dan jarum itu.
8. Mintalah kepada orang yang darahnya diambil supaya tempat tusukan itu
ditekan selama beberapa menit dengan kapas tadi.
9. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah (jangan semprotkan) darah ke
dalam wadah atau tabung yang tersedia melalui dinding.
10. Segeralah cuci jurum dan semprit sebelum darah sempat membeku pada alat
jika alat-alat akan dipakai lagi.
11. Biarkan darah sampai membeku, (Ganda soebrata, 2008).
Cara pembuatan serum :
1. Darah yang sudah membeku kemudian di putar dengan alat sentrifugase
dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
2. Sebelum darah diputar siapkan tabung penyeimbang.
18
3. Letakkan tabung dengan posisi seimbang dalam sentrifugase.
4. Darah diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
5. Jangan membuka tutup sentrifugase sebelum sentrifugase benar-benar
berhenti.
6. Tabung di ambil bila sentrifugase benar-benar berhenti.
7. Lihat pemisahan darah dengan serum, bila sudah sempurna serum darah siap
di lakukan pemeriksaan.
8. Pindahkan serum kedalam tabung yang lain, (Ganda soebrata).
3.7.
Metode Pemeriksaan
Metode Kinetik
3.8.
Prinsip Pemeriksaan
Prinsip Pemeriksaan Ureum : Urea dengan adanya ureases, dihidrolisis untuk
ion amoniom dan karbon dioksida, dengan adanya glutamate dehydrogenase (
GLDH), ion ammonium yang terbentuk bereaksi dengan α – ketoglutarat dan NADH
untuk membentuk glutamate dan NAD diukur pada 340 nm NADH oksidasi dalam
satuan waktu sebanding dengan konsentarasi urea di sampel
3.9.
Reaksi
Reaksi :
urease
Urea + H2O
2NH4+ CO2
nitroprusiato
NH4 + salisilat + Naclo
Indofenol senyawa kompleks yang
dapat diukur pada fotometer dengan panjang gelombang 600 nm atau
19
Blanko
Sampel
Standar
Reagen (A)
1000 ul
1000 ul
1000 ul
Reagen (B)
250 ul
250 ul
250 ul
Mencampur, menunggu 30 detik kemudian tambahkan
Aquades
10 ul
10 ul
10 ul
Sampel
─
10 ul
─
Standar
─
─
3.10.
10 l
Cara Kalibrasi Alat
Pengkalibrasian alat dilakukan oleh teknisi alat setiap 6 bulan sekali.
1. Tekan tombol rutine
2. Tekan tombol P dan C
3. Ketik parameter yang mau dikalibrasi
4. Tekan enter
5. Tekan status
6. Tekan Stard
3.11.
Cara Kerja Alat Kimia Klinik Merek Cobas Mira
1. Pastikan alat hidup dengan baik
2. Hidupkan Monitor computer
3. Hidupkan Alat
4. Tekan tombol rutin
20
5. Ketik ID pasien, kemudian tekan enter
6. Ketik pemeriksaan (ureum), lalu tekan enter
7. Pipet sampel sebanyak 100 ul, masukkan kedalam cup (wadah), dan susun
pada rak sampel alat cobas mira sesuai urutan parameter pemeriksaan
8. Pipet reagen ureum sebanyak 4:1, empat reagen A, dan satu reagen B,
masukkan dalam cup (wadah) reagen, capur/homogenkan, dan susun pada rak
reagen alat cobas mira sesuai urutan parameter pemeriksaan
9. Tekan tombol status
10. Kemudian tekan tombol start
11. Sampel akan di periksa secara otomatis
12. Hasil keluar
3.12.
Nilai Normal
1. Nilai Norman Ureum
: 10 – 40 mg / dl
2. Nilai Normal Glukosa puasa
: 70 – 120 mg / dl
3. Nilai Normal Glukosa 2jam PP
: 70-150 mg/ dl
(Giesse Diagnostik)
3.13.
Cara penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabulasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Setelah dilakukan pemeriksaan ureum terhadap 20 orang pasien penderita
Diabetes Melitus maka hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.1.1
Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Pada Pasien Diabetes Melitus
Umur 55-65 Tahun.
No
Nama
pasien
Umur
(Tahun)
Jenis
kelamin
Glukosa
Puasa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
X18
X19
X20
59
65
65
58
62
57
56
63
64
57
58
56
57
57
65
59
58
55
64
59
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
289 mg//dl
106 mg/dl
229 mg/dl
245 mg/dl
310 mg/dl
214 mg/dl
374 mg/dl
206 mg/dl
265 mg/dl
273 mg/dl
353 mg/dl
294 mg/dl
275 mg/dl
202 mg/dl
155 mg/dl
177 mg/dl
202 mg/dl
184 mg/dl
175 mg/dl
180 mg/dl
21
Glukosa 2
Jam PP
>500 mg/dl
142 mg/dl
326 mg/dl
298 mg/dl
470 mg/dl
174 mg/dl
199 mg/dl
247 mg/dl
285 mg/dl
287 mg/dl
245 mg/dl
294 mg/dl
259 mg/dl
246 mg/dl
295 mg/dl
306 mg/dl
188 mg/dl
113 mg/dl
195 mg/dl
195 mg/dl
Hasil
Ureum
Keterangan
109 mg/dl
139mg/dl
41mg/dl
124 mg/dl
64 mg/dl
65 mg/dl
34 mg/dl
36 mg/dl
32 mg/dl
27 mg/dl
20 mg/dl
54 mg/dl
89 mg/dl
68 mg/dl
61 mg/dl
32 mg/dl
38 mg/dl
38 mg/dl
36 mg/dl
34 mg/dl
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Tinggi
tinggi
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
22
Table 4.1.2
Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Yang Meningkat
Umur
Jenis
Glukosa
Glukosa
Hasil
(Tahun)
Kelamin
Puasa
2 jam pp
Ureum
X1
59
Perempuan
289 mg/dl
>500 mg/dl
109 mg/dl
Tinggi
2
X2
65
Perempuan
106 mg/dl
142 mg/dl
139 mg/dl
Tinggi
3
X3
65
Perempuan
229 mg/dl
326 mg/dl
41 mg/dl
Tinggi
4
X4
58
Perempuan
245 mg/dl
298 mg/dl
124 mg/dl
Tinggi
5
X5
62
Perempuan
310 mg/dl
470 mg/dl
64 mg/dl
Tinggi
6
X6
57
Perempuan
214 mg/dl
174 mg/dl
65 mg/dl
Tinggi
7
X7
56
Laki-Laki
294 mg/dl
294 mg/dl
54 mg/dl
Tinggi
8
X8
57
Laki-Laki
275 mg/dl
259 mg/dl
59 mg/dl
Tinggi
9
X9
58
Laki-Laki
202 mg/dl
246 mg/dl
68 mg/dl
Tinggi
10
X10
65
Laki-Laki
155 mg/dl
295 mg/dl
61 mg/dl
Tinggi
No
Nama
1
Keterangan
Dari hasil pemeriksaan sebanyak 20 sampel yang didapat, diperoleh hasil
kadar ureum yang meningkat sebanyak 10 sampel, maka persentasenya adalah:
=
×100% = 50%
23
Tabel 4.1.3
Data Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Yang Normal
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
Umur
(Tahun)
56
63
64
57
58
59
58
55
64
59
Jenis
Kelamin
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-Laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Glukosa
Puasa
374 mg/dl
206 mg/dl
265 mg/dl
273 mg/dl
353 mg/dl
177 mg/dl
202 mg/dl
184 mg/dl
175 mg/dl
180 mg/dl
Glukosa
2 Jam PP
199 mg/dl
247 mg/dl
285 mg/dl
287 mg/dl
245 mg/dl
306 mg/dl
188 mg/dl
113 mg/dl
195 mg/dl
195 mg/dl
Hasil
Ureum
34 mg/dl
36 mg/dl
32 mg/dl
27 mg/dl
20 mg/dl
32 mg/dl
38 mg/dl
38 mg/dl
36 mg/dl
34 mg/dl
Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Dari hasil pemeriksaan sebanyak 20 sampel yang di dapat , di peroleh hasil
kadar ureum yang normal sebanyak 10 sampel, maka persentasenya adalah:
=
4.2.
×100%=50%
Pembahasan
Dari 20 pasien penderita diabetes melitus, terdapat 10 (50%) pasien kadar
ureum di atas batas normal, dan 10 (50%) pasien kadar ureum dalam batas normal,
terdiri dari 6 orang perempuan yang kadar ureumnya meningkat, dan 4 orang lakilaki, sedangkan kadar ureum yang normal terdiri dari 6 laki-laki, dan 4 perempuan.
Terjadinya peningkatan kadar ureum pada penderita diabetes melitus karena sudah
komplikasi dengan penyakit lain yang mengkomsumsi berbagai macam obat secara
terus menerus, kemungkinan penderita Diabetes Melitus tidak menjaga pola makan
yang banyak mengandung karbohidrat, sehingga kadar gula darah penderita Diabetes
semakin tinggi yang melewati batas ambang ginjal. Tingginya kadar gula dalam
darah penderita Diabetes Melitus akan semakin memperburuk kondisi penderita
24
Diabetes Melitus, sehingga penderita Diabetes Melitus harus mengkomsumsi obat
dalam waktu lama, yang dapat merusak fungsi ginjal. Sedangkan yang normal kadar
ureumnya pada penderita Diabetes Melitus belum ada komplikasi dengan penyakit
lain, dan tidak harus mengkomsumsi berbagai macam obat sehinga fungsi ginjal tidak
dirusak.
Menurut hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah yang sebelumnya pada Tahun
2014 hasil pemeriksaan kadar ureum pada penderita Diabetes Melitus yang
meningkat sebanyak 55%, dan yang normal sebanyak 45%. Dari hasil pemeriksaan
yang
di dapat saat melakukan penelitian terhadap penderita Diabetes Melitus yang
dirawat inap di RSU. Estomihi Medan menyimpulkan bahwa kadar ureum yang
meningkat
disebabkan
karena
penderita
Diabetes
Melitus
terlalu
banyak
mengkomsumsi obat yang menyebabkan adanya gangguan pada ginjal, bahkan
sampai pada gagal ginjal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil penelitian 20 sempel terhadap pasien penderita Diabetes Melitus di
RSU. Sari Mutiara Medan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.
10 pasien (50%) kadar ureum yang meningkat, karena sudah komplikasi dengan
penyakit lain.
2.
10 pasien (50%) kadar ureum yang normal, karena belum ada komplikasi
dengan penyakit lain.
3.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada penderita diabetes melitus
kadar ureum tidak selamanya meningkat jika tidak ada komplikasi dengan
penyakit lain yang dapat menganggu fungsi ginjal.
5.2.
Saran
1. Bagi penderita diabetes melitus agar melakukan pemeriksaan secara rutin
terhadap fungsi ginjal.
2. Bagi penderita diabetes melitus sebaiknya menjaga asupan makanan yang banyak
mengandung karbohidrat, agar tidak terjadi peningkatan glukosa dalam darah
3. Bagi penderita diabetes melitus kadar ureumnya yang melebihi batas normal
dapat menjaga asupan makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan
mengkonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter.
4. Bagi peneliti selanjutnya dengan judul yang sama, terlebih dahulu harus
mengetahui sudah berapa lama penderita mengalami penyakit diabetes melitus.
25
DAFTAR PUSTAKA
Baron 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik 1990, Edisi 4 ECG Jakarta
Corwin 2009, Buku Saku Patofisiologi ECG
Evelyn 2010, Anatomidan Fisiologi Paramedis, Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Giesse Diagnostik.
Hanstandra 2008, Diabetes, Gramedia Pustaka Utama
Padmiarso M. wijowo. Rahasia Penyembuhan Diabetes Melitus. 2011
Rossy 2009, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, FKUI Jakarta
Dian Rakyat 2008, Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik Jakarta
Sarwonowaspadji 2002. Pedoman Diet Diabetes
KedokteranUniversitas Indonesia Jakarta
Teguh Susanto 2013. Diabetes Melitus 2013,
Melitus
2002,
Fakultas
Download