meiosis - Blog UB

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unitunit kecil yang disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses
perubahan yang terjadi di dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah yang
menunjang fungsi organ-organ dalam makhluk itu dan dengan demikian juga
merupakan penunjang terlaksananya fungsi makhluk hidup itu sendiri.
Fenomena kehidupan yang ditandai oleh adanya pertumbuhan dan
reproduksi serta hal-hal yang berkaitan merupakan ruang lingkup Biologi dan
ilmu-ilmu yang relevan misalnya ilmu kedokteran atau kesehatan.
Selain itu, pada sel terjadi proses pembelahan sel,yaitu mitosi dan meiosis,
yang mana proses pembelahan sel tersebut sangat berpengaruh pada proses
pertumbuhan, reproduksi dan pewarisan sifat pada makhluk hidup.
Maka dari itu disusunlah makalah ini dengan judul “ PROSES MEIOSIS ”
1.2 Tujuan
1.2.1
Untuk mengetahui proses pemebalahn meiosis
1.2.2
Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara meiosis dan
mitosis
1.2.3
Untuk mengetahui proses, factor dan dampak terjadinya non
disjunction
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Mitosis dan Tahap-tahap proses meiosis
2.1.1DEFINISI MEIOSIS
1.
Meiosis (PembelahanReduksi) adalah reproduksi selmelalui tahap-tahap
pembelahanseperti pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan
(reduksi) jumlah kromosom. (Anonymous a,2011)
2.
Meiosis adalah proses seluler yang membelahsel diploid hingga membentuk
sel gamet haploid.
3.
Meiosis adalah bentuk pembelahan inti yang sangat penting diantara
reproduksi seksual organisme.
4.
Meiosis adalah proses pembelahansel di manajumlahkromosom per sel
,dibelahdua.
5.
Meiosis merupakan pembelahan sel secara tidak langsung melalui dua tahapan
meiosis I dan meiosis II, tanpamelaluiinterfase.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2103397-pengertianpembelahan-sel-meiosis/#ixzz1gIANUc7r
TAHAPAN MEIOSIS
Tahapanpembelahan meiosis adalahsebagaiberikut:
a. Interfase I
Fasedimanaseltumbuhdanberkembang.Merupakantahappersiapanuntukmengadaka
npembelahan
sel.
Padafaseiniterjadiperistiwapenggandaan
darisatusalinanmenjadiduasalinan.Akhirdarifasedihasilkanduasalinan
dansiapberubahmenjadikromosom
DNA
DNA
b. Profase I
Profase I merupakantahapterpanjangdibandingkantahapan meiosis 1 lain
Dibedakanatas:
1. Leptoten
Faseiniditandaidenganbenangkromatinberubahmenjadikromosom.
2. Zigoten
Faseiniditandaidengankromosom
homolog
salingberdekatandanberpasanganmembentuksinapsisataubivalen.
3. Pakiten
Padafaseiniterjadipenggandaanataureplikasikromosom,
menjadiduakromatiddengansentromer
yang
masihtetapmenyatuatauberlekatandanbelummembelah,
sehinggadisebut
tetrad.Padafaseiniantarlengankromosomdapatterjadikiasma.Kiasmamerupakan
tempatterjadinyapindahsilang.
4. Diploten
Kromosom homolog bergeraksalingmenjauh.
5. Diakinesis
Faseiniditandaidenganmunculnyabenang
spindle
yang
keluardiantaraduasentriol, yang telahberada di kutub-kutub yang berlawanan.
Padafaseini nucleolus dan membrane nucleus menghilang, dan tetrad
mulaibergerakmenujubudang equator.
c. Metafase I
Faseiniditandaidengan :
1. Kromosom homolog (tetrad) mengaturdiridi bidang equator / pembelahan.
2. Masing-masingkromosomberikatandenganbenangspindelpadabagiansentromer.
d. Anafase I
Faseiniditandaidengankromosom
berpisahdanbergerakmenujukutub-kutub
homolog
(tetrad)
yang
berlawanan,
danmembranselmulaimelekukdibagiantengah.
e. Telofase I
Faseiniditandaidenganmasing-masingkromosomtelahsampai di kutub-kutub yang
berlawanan.Lekukan
membrane
selsemakindalam.Nukleolusdan
intimulaiterbentukkembali.Padafaseiniterjadiperistiwasitokinens
membrane
(pembagian
plasma) sehinggaterbentukduaselanakandengankromosom yang sudah haploid.
f. Interkines
Merupakanfasediantarapembelahan
meiosis
1
ke
meiosis
2,
padatahapinitidakadareplikasimaterigenetikdandankromosomtidakberubahmenjad
ikromatinsepertifaseinterfasepadapembelahan mitosis.
g. Profase II
Tahapawalpembelahansel yang ditandaidengan membrane nucleus dan nucleolus
mulaimenghilangkembali.Sentrosommembelahdansepasangsentriolmemisahmenu
jukutub-kutub yang berlawanan, dandiantarakeduanyamunculbenang spindle yang
memancardarikeduastentriol.
h. Metafase II
Tahapiniditandaidenganmasing-masingkromosommengaturdiri
di
bidangpembelahan
di
(equator).Benang
spindle
mengikatkromosom
bagiansentromerkhususnyadibagiankinetokor
i. Anafase II
Tahapiniditandaidengankromatid-kromatidtelahsampai
di
kutub-kutub
yang
berlawanan, membrane selmulaimelekuk di bagiantengahpadaakhir anaphase.
j. Telofase II
Tahapiniditandaidengankromatidtelahsampai
kutubdanberubahmenjadikromosom.Membran
di
nucleus
dan
nucleolus
mulaitampak.Kromosommenipisdanmemanjangmenjadibenangbenangkromatin.Terjadisitokinesis
(pembagian
danterbentukduaselanakan.
http://prestasiherfen.blogspot.com/2009/10/latihan-soal-reproduksi-sel.html
2.2 Perbedaan dan persamaan anatara mitosis dan meiosis
2.2.1 PERBEDAAN MITOSIS DENGAN MEIOSIS
plasma)
Bagan perbandingan antara mitosis dengan meiosis
Pada mahkluk hidup multiseluller ( bersel banyak ) dengan tipe sel eukariota
terjadi dua macam pembelahan sel / reproduksi sel yaitu mitosis dan meiosis.
Keduanya merupakan pembelahan yang terjadi secara bertahap.
Meskipun demikian keduanya memiliki perbedaan.
Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain :
1. Mitosis bertujuan untuk perbanyakan sel untuk proses pertumbuhan,
sedangkan meiosis membentuk sel gamet ( pada hewan dan tumbuhan berbiji
) dan spora pada tumbuhan berspora dam brfungsi mengurangi jumlah
kromosom agar keturunan mempunyai jumlah kromosom yang sama dari
generasi ke generasi
2. Mitosis terjadi di jaringan meristematis ( pd tumbuhan di ujung akar dan
batang ), sedangkan meiosis terjadi di dalam organ kelamin jantan dan betina
3. Mitosis berlangsung melalui tahapan : profase-metafase-anafase dan telofase
diselingi oleh interfase, sedangkan meiosis berlangsung melalui tahapan :
profase I – metafase I – anafase I – telofase I – profase II – metafase II –
anafase II – telofase II tanpa interfase
4. Pada meiosis 1 sel induk mengalami satu kali pembelahan , sedangkan pada
meiosis 1 sel induk mengalami dua kali pembelahan.
5. Pada mitosis 1 sel induk akan menghasilkan 2 sel anak yang memiliki jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosom sel induk, sedangkan pada meiosis
1 sel induk akan menghasilkan 4 sel anak dengan jumalh kromosom separuh
dari jumlah kromosom sel induk
6. Pada mitosis sel anak bersifat diploid ( 2n ), sedangkan pada meiosis sel anak
bersifat haploid ( n ).
Mitosis:

satu sel induk = 2 sel anak

diploid (2n) = diploid (2n)

terjadi di sel badan atau kromosom autosom

satu kali pembuahan
Meiosis:

satu sel induk = 4 sel anak

diploid (2n) = haploid (n)

terjadi di sel sex

terjadi 2 kali pembuahan
(Anonymous,2011)
2.2.2 Persamaan mitosis dan meiosis
mitosis dan meiosis merupakan dua tipe pembelahan sel yang berbeda, dengan
beberapa ciri yang sama. Persamaan pertama adalah perlunya duplikasi seluruh
isi kromosom sel sebelum pembelahan dan keduanya juga menggunakan mesin
sel dari sel induk untuk membuat DNA, RNA dan protein baru yang akan
terlibat dalam pembelahan sel. Persamaan kedua, kedua proses bergantung pada
penggunaan gelondong mitosis untuk memisahkan kromosom menjadi dua
kutub
sel
yang nantinya
akan
menjadi
(Bambang,2009)
2.3 Hormon yang berperan dalam proses meiosis
turunan
dari
sel
tersebut.
Hormon yang terlibat dalam proses meiosis. Spermatogenesis dipengaruhi oleh
beberapa hormon yaitu :
1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi FSH
dan LH oleh kelenjar hipofisa.
2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli untuk
memproduksi
ABP/Androgen
Binding
Protein
yang
akan
memicu
pembentukan sperma.
3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron
(androgen) oleh Sel Leydig.
4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer dan seks
sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika spermatozoa sudah
terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin yang akan
menghambat hipofisa memproduksi FSH dan LH.
Oogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah sel
induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis sehingga
menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah oosit primer tinggal 2
juta yang bertahan samapai masa pubertas. Oogonium dan oosit ini terdapat di
folikel telur yang pertumbuhannya dari folikel primer, sekunder, tersier
dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel
de graff. Ovum terbentuk setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum.
1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium (calon
ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7 juta oogonium
pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun menjadi 2 juta oogonium
pada saat embrio tersebut neonatus.
2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti pada profase
I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I (metafase I, anafase I, dan
telofase I) yang menghasilkan 300.000-400.000 oosit primer.
3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase II, anafase
II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi akan dihasilkan oosit
sekunder dan badan polar I, badan polar I kemudian mebelah menjadi 2 badan
polar.
4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti pada metafase
II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada penetrasi sperma, maka meiosis II
dilanjutkan yang menghasilkan ootid dan badan polar II.
5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat menjelang pelburan
inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar menempel di ovum dan
berdegenerasi.
Gambar . Oogenesis
PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS
1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah tidak ada)
hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin menyebabkan hipofisa
menghasilkan FSH dan LH.
2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer folikel sekunder
folikel de graaf).
3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu ovum. Terjadinya
ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-14 fase estrus.
4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang menyebabkan
penebalan endomentrium dan mempengaruhi hipofisa untuk menghentikan
produksi FSH dan LH.
5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel kosong) akan
membentuk korpus luteum (badan kuning) yang mampu menghasilkan
progesteron.
6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH dan LH
yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk sementara. Di sisi lain
progesteron juga menyebabkan munculnya fase luteal (hari ke-10 pasca
ovulasi, endomentrium tebal, lembut, dan kaya akan pembuluh darah).
7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium berdegenerasi yang
menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada hari ke-28 setelah ovulasi.
Degerasi korpus luteum juga menyebabkan produksi progresteron tidak ada
sehingga hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan meransang
mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya. ( Anonymous^, 2011)
2.4 Proses fertilisasi
Dalam proses gametogenesis ada 2 hal, yaitu proses spermatogenesis dan
oogenesis. Dimana, spermatogenesis adalah pembentukan gamet. Oogenesis
adalah pembentukan ovum. Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan
spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam pembelahan meiosis.
Oogenesis berbeda dengan spermatogenesis dalam 3 hal penting. Pertama,
selama pembelahan meiosis dalam oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama.
Sitoplasma hampir dimonopoli oleh satu sel anak yaitu oosit sekunder. Sel yang
sempurna dengan sitoplasma tersebut seterusnya akan berkembang menjadi
ovum, sementara sel yang lebih kecil yang disebut badan polar (polosit) akan
mengalami degenerasi. Kedua, saat seorang wanita dilahirkan, ovarium telah
mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi sel telur. Ketiga, proses
oogenesis memiliki siklus hidup yang panjang mulai periode istirahat.
Gambar . Sprematogenesis
Gambar . Oogenesis
Gametogenesis
pada
tumbuhan
ada
2,
yaitu
megasporogenesis
dan
mikrosporogenesis. Dimana megasporogenesis didalam ovarium terdapat bakal
biji atau kantung lembaga. Setiap ovulum masing-masing mengandung sebuah
sporangium yang didalamnya mengandung sel induk megaspora yang akan
mengalami meiosis dan akan menghasilkan empat megaspora haploid. Pada
kebanyakan angiospermae, hanya satu dari empat megaspora yang akan bertahan
hidup. Megaspora tersebut kemudian akan mengalami pembelahan inti
(kariokinesis) sebanyak tiga kali. Proses megasporagenesis adalah sebagai
berikut.
1. Sel induk megaspora diploid (2n) mengadakan pembelahan meiosis sehingga
dihasilkan empat sel megaspora haploid.
2. Tiga dari empat sel tersebut mengalami degenerasi. Satu sel megaspora tetap
hidup dan membentuk kantung embrio.
3. Sel megaspora mengalami kariokinesis sebanyak tiga kali sehingga sel
tersebut memiliki 8 inti haploid.
4. Dari 8 inti tersebut, 3 inti yang berada dekat kalaza disebut antipoda, 1 inti
ditengah dekat mikrofil dinamakan ovum. 2 inti yang mengapit ovum disebut
sinergid dan 2 inti yang berada di pusat disebut inti kandung lembaga
sekunder.
Sedangkan pada mikrosporagenesis, pada bagian dalam kepala sari terdapat 2
atau 4 buah ruang kotak sari. Setiap kotak sari terdapat sel induk mikrospora
yang diploid (2n). Sel induk mikrospora kemudian mengalami meiosis sehingga
dihasilkan empat sel mikrospora haploid (n). Mikrospora kemudian mengalami
kariokinesis secara mitosis sehingga sel tersebut memiliki 2 inti yang berukuran
besar dan kecil. Inti yang berukuran besar dinamakan inti vegetatif, sedangkan
inti yang berukuran kecil dinamakan inti generatif. Mikrospora dinamakan pula
serbuk sari atau tepung sari. Serbuk sari yang sudah mengalami kariokinesis dan
matang akan keluar dari kepala sari. Jika serbuk sari menempel di kepala putik
(penyerbukan), maka serbuk sari akan mengalami perkecambahan menjadi buluh
serbuk sari yang ditandai dengan membelahnya inti generatif sehingga setiap
buluh serbuk sari akan memiliki 1 inti vegetatif dan 2 inti generatif
yang
masing-masing bersifat haploid. Buluh serbuk sari inilah yang nantinya akan
membuahi ovum sehingga dihasilkan individu baru hasil perkawinan generatif.
(Anonymous#, 2011)
2.5 Proses non disjunction
Perubahan jumlah kromosom.
Ada dua konsep tentang jumlah kromosom. Pertama adalah euploid, termasuk ke
dalamnya serangkaian kelompok kromosom atau seluruh materi yang berada di
dalam suatu sel yang disebut genom. Kedua adalah aneuploid, yang berhubungan
erat dengan variasi pada suatu kromosom atau pada sejumlah kecil kromosom.
Pembahasan tentang jumlah kromosom ini hanya terbatas pada pengertian
mengenai ploidi saja dan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan teknik
persilangan tanaman.
Euploid.
Euploid didefinisikan sebagai variasi dalam sejumlah set dasar kromosom yang
disebut genom. Set dasar kromosom yang dimaksudkan ialah jumlah kromosom
terkecil
yang
pernah
dimiliki
oleh
suatu
jenis
pada
evolusinya.
Label genom secara keseluruhan dinyatakan dengan notasi ‘X’. Individu yang
memiliki genom tunggal (1X) disebut monoploid, yang genomnya dua (2X)
adalah bentuk diploid, 4X ialah tetraploid, 5X adalah pentaploid, 6X adalah
heksaploid dan seterusnya. Tingkatan euploidi yang lebih dari diploid biasanya
dikelompokkan dalam poliploid. Jumlah seluruh kromosomnya ialah hasil
perkalian antara jumlah genom dengan jumlah kromosom pada genom tersebut.
Sering terjadi kekeliruan notasi antara jumlah genom (X) dan jumlah kromosom
(n). Tanda X dipakai untuk menyatakan jumlah genom. Setiap genom mempunyai
jumlah kromosom tertentu. Perhatikan tabel yang disajikan !
Euploidi dibedakan lagi menjadi autopoliploid dan alopoliploid.
Autopoliploid (auto = sendiri) merupakan kelipatan jumlah kromosom yang
berasal dari genom spesies yang sama. Autopoliploid terdiri dari beberapa genom
yang identik dengan kromosom-kromosom aslinya.
Alopoliploid (allo : berbeda) merupakan kelipatan jumlah kromosom yang
berasal dari genom spesies yang berbeda. Terbentuknya spesies alopoliploid ini
berasal dari persilangan antara dua spesies. Meski hasil persilangan itu steril, akan
tetapi individu tersebut dapat lebih kuat (vigor) dibanding induknya dan dapat
mengalami
perbanyakan
secara
tidak
kawin.
yang diakibatkan
adanya
Aneuploid.
Aneuploid adalah variasi
jumlah kromosom
pengurangan atau penambahan satu atau sejumlah kecil kromosom, tetapi tidak
berlangsung pada seluruh genom. Peranan mekanisme ini dalam evolusi
tumbuhan tidak begitu menonjol dibandingkan dengan euploidi.
Idealnya, benang spindel meiotik mendistribusikan kromosom pada sel-sel
anak tanpa kesalahan Tetapi ada kalanya terjadi kecelakaan yang disebut gagal
berpisah (non disjunction), yaitu pada saat bagian-bagian dari sepasang
kromosom yang homolog tidak bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya
pada waktu meiosis I, atau pada saat pasangan kromatid gagal berpisah selama
meiosis II. Pada kasus-kasus ini, satu gamet menerima dua jenis kromosom yang
sama dan satu gamet lainnya tidak mendapat salinan sama sekali.Kromosomkromosom lainnya biasanya terdistribusi secara normal. Jika salah satu di antara
gamet-gamet yang menyimpang ini bersatu dengan gamet normal pada waktu
pembuahan, keturunannya akan memiliki jumlah kromosom yang tidak normal
disebut aneupliod.
Kromosom yang terdapat pada pasangan normal yaitu 2n, disebut disomi. Jika
satu kromosom hilang sehingga sel memiliki jumlah kromosom 2n–1, maka sel
aneuploidnya disebut monosomi. Jika dua kromosom yang hilang maka disebut
nulisomi (2n – 2). Jika pada dua pasangan masing-masing ada satu kromosom
yang hilang, individu tersebut dikatakan mengalami monosomi ganda (2n – 1 –
1).Peristilahan untuk kromosom yang hilang selanjutnya dapat diturunkan seperti
pada contoh-contoh berikut ini.
Kromosom dapat hadir dalam bentuk triplikat (rangkap tiga) di dalam sel telur
yang sudah dibuahi. Akibatnya sel aneuploidnya memiliki total kromosom 2n + 1
yang disebut trisomi. Jika ada dua kromosom lebih, maka namanya menjadi
tetrasomi (2n + 2). Dengan demikian pada trisomik ganda akan ada penambahan
satu kromosom untuk setiap pasangan tersebut, yaitu (2n + 1 + 1).
Kemudian mitosis akan meneruskan kelainan ini pada semua sel embrionik.
Jika organisme tersebut mampu bertahan hidup, organisme itu biasanya
memperlihatkan sejumlah gejala yang disebabkan oleh abnormalnya jumlah gen
yang terletak pada kromosom tambahan atau kromosom yang hilang tersebut.
Gambar . non disjunction
Terdapat dua tahapan nondisjunction yang bisa terjadi yaitu pada meiosis I
dan meiosis II. Pada meiosis I, nondisjunction yang terjadi akan menghasilkan
dua jenis sel; yang satunya mengandung dua pasang kromosom, yang satu lagi
tidak mengandung kromosom. Nondisjunction pada meiosis II akan menghasilkan
tiga jenis sel: sel normal, sel dengan monosomy dan sel dengan trisomy.
Nondisjunction selama Mitosis
Profase
Metafase
Anafase
Telofase
Perhatikan bahwa sel terbentuk di
sebelah kiri memiliki kromosom ekstra
dan membentuk sel di sebelah kanan
memiliki kromosom yang hilang.
G 1 Interfase
Selama fase ini, kromosom uncoiled
dan tidak terlihat.
G 2 Interfase
Selama fase ini, kromosom uncoiled
dan tidak terlihat.
Nondisjunction selama Meiosis
G 2 Interfase
Selama fase ini, kromosom uncoiled
dan tidak terlihat.
Profase I
Metafase
Anafase
Telofase Saya
Profase II
Metafase II
Anafase II
Telofase II
Sel haploid Putri
Selama fase ini, kromosom uncoiled
dan tidak terlihat.
Meiosis II nondisjunction Selama
G 2 Interfase
Selama fase ini, kromosom
uncoiled dan tidak terlihat.
Profase I
Metafase Saya
Anafase Saya
Telofase Saya
Profase II
Metafase II
Anafase II
Telofase II
Sel haploid Putri
Selama fase ini, kromosom
uncoiled dan tidak terlihat.
( Anonymous* ,2011)
Faktor penyebab terjadinya non disjunction :
1. Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi genetic terhadap “non disjunction”. Bukti
yang mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitiab
epidemiologi yang menyatakan adanya peningkatan ririko berulang bila dalam
keluarga terdapat anak dengan sindrom Down.
2. Radiasi
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab terjadinya “ non
disjunctional” opada sindrom Down ini. Uchida 1981 (dikutip Ueschel dkk)
menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom
Down, penah mengalami radiasi didaerah perut sebelum terjadinya konsepsi.
Sedangkan peneliti lain tidak mendapatkan adanya hubungan antara radiasi
dengan penyimpangan kromsom.
3. Infeksi
Infeksi juga dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya sindrom Down.
Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa virus
dapat mengakibatkan terjadinya “non disjunction”.
4. Autoimun
Factor lain yang juga diperkirakan sebagai etiologi sindrom Down adalah
autoimun. Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan
tiroid. Penelitian Fialkow 1966 ( dikutip dari Pueschel dkk), secacar konsisten
mendapatkan adanya perbedaan autoantibody tiroid pada ibu yang melahirkan
anak dengan sindrom Down dengan ibu control yang umurnya sama.
5. Umur ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan “ non disjunction” pada kromosom. Perubahan
endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar
hidropiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol sistemik, perubahan
konsentrasi reseptor hosmon, dan peningkatan secara tajam kadar LH (
Luteinizing hormone) dan FSH (follicular Stimulating hormone) secara tibatiba sebelum dan selama menopause, dapat meningktkan kemungkinan
terjadinya non disjunction
6. Umur ayah
Selain pengaruh umur ibu terhadao sindrom Down, juga dilaporkan adanya
oengaruh dari umur ayah. Penelitian sitogenik pada orang tua dari anak
dengan sindrom Down mendapatkan bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom
21 bersumber dari ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi dengan umur
ibu.
Factor lain : gangguang intragametik, organisasi nucleolus, bahan kimia dan
frekuensi koitus. (Soetjiningsih, 1995)
DAFTAR PUSTAKA
(Anonymous a,2011)
Http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_sel
Anonymous#. 2011. Proses Fertilisasi pada Tumbuhan.
http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Mate
ri%20Pokok/view&id=417. Diakses pada tanggal 14 november 2011.
Anonymous* . 2011. Proses non disjunction
http://faculty.clintoncc.suny.edu/faculty/michael.gregory/files/bio%20101/bio
%20101%20laboratory/human%20genetics%201/drawings%20of%20nondisj
unction/nondisjunction.htm
di akses 14 Desember 2011
Anonymous^. 2011. Hormon dalam proses meiosis. http://www.google.com
Di akses 14 Desember 2011
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak . Penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta
Widjanarko, Bambang. 2009.
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/11/genetika-reproduksi.html)
akses 12 Desember 2011
Di
Download