BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unitunit kecil yang disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses perubahan yang terjadi di dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah yang menunjang fungsi organ-organ dalam makhluk itu dan dengan demikian juga merupakan penunjang terlaksananya fungsi makhluk hidup itu sendiri. Fenomena kehidupan yang ditandai oleh adanya pertumbuhan dan reproduksi serta hal-hal yang berkaitan merupakan ruang lingkup Biologi dan ilmu-ilmu yang relevan misalnya ilmu kedokteran atau kesehatan. Selain itu, pada sel terjadi proses pembelahan sel,yaitu mitosi dan meiosis, yang mana proses pembelahan sel tersebut sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan, reproduksi dan pewarisan sifat pada makhluk hidup. Maka dari itu disusunlah makalah ini dengan judul “ PROSES MEIOSIS ” 1.2 Tujuan 1.2.1 Untuk mengetahui proses pemebalahn meiosis 1.2.2 Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara meiosis dan mitosis 1.2.3 Untuk mengetahui proses, factor dan dampak terjadinya non disjunction BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mitosis dan Tahap-tahap proses meiosis 2.1.1DEFINISI MEIOSIS 1. Meiosis (PembelahanReduksi) adalah reproduksi selmelalui tahap-tahap pembelahanseperti pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan (reduksi) jumlah kromosom. (Anonymous a,2011) 2. Meiosis adalah proses seluler yang membelahsel diploid hingga membentuk sel gamet haploid. 3. Meiosis adalah bentuk pembelahan inti yang sangat penting diantara reproduksi seksual organisme. 4. Meiosis adalah proses pembelahansel di manajumlahkromosom per sel ,dibelahdua. 5. Meiosis merupakan pembelahan sel secara tidak langsung melalui dua tahapan meiosis I dan meiosis II, tanpamelaluiinterfase. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2103397-pengertianpembelahan-sel-meiosis/#ixzz1gIANUc7r TAHAPAN MEIOSIS Tahapanpembelahan meiosis adalahsebagaiberikut: a. Interfase I Fasedimanaseltumbuhdanberkembang.Merupakantahappersiapanuntukmengadaka npembelahan sel. Padafaseiniterjadiperistiwapenggandaan darisatusalinanmenjadiduasalinan.Akhirdarifasedihasilkanduasalinan dansiapberubahmenjadikromosom DNA DNA b. Profase I Profase I merupakantahapterpanjangdibandingkantahapan meiosis 1 lain Dibedakanatas: 1. Leptoten Faseiniditandaidenganbenangkromatinberubahmenjadikromosom. 2. Zigoten Faseiniditandaidengankromosom homolog salingberdekatandanberpasanganmembentuksinapsisataubivalen. 3. Pakiten Padafaseiniterjadipenggandaanataureplikasikromosom, menjadiduakromatiddengansentromer yang masihtetapmenyatuatauberlekatandanbelummembelah, sehinggadisebut tetrad.Padafaseiniantarlengankromosomdapatterjadikiasma.Kiasmamerupakan tempatterjadinyapindahsilang. 4. Diploten Kromosom homolog bergeraksalingmenjauh. 5. Diakinesis Faseiniditandaidenganmunculnyabenang spindle yang keluardiantaraduasentriol, yang telahberada di kutub-kutub yang berlawanan. Padafaseini nucleolus dan membrane nucleus menghilang, dan tetrad mulaibergerakmenujubudang equator. c. Metafase I Faseiniditandaidengan : 1. Kromosom homolog (tetrad) mengaturdiridi bidang equator / pembelahan. 2. Masing-masingkromosomberikatandenganbenangspindelpadabagiansentromer. d. Anafase I Faseiniditandaidengankromosom berpisahdanbergerakmenujukutub-kutub homolog (tetrad) yang berlawanan, danmembranselmulaimelekukdibagiantengah. e. Telofase I Faseiniditandaidenganmasing-masingkromosomtelahsampai di kutub-kutub yang berlawanan.Lekukan membrane selsemakindalam.Nukleolusdan intimulaiterbentukkembali.Padafaseiniterjadiperistiwasitokinens membrane (pembagian plasma) sehinggaterbentukduaselanakandengankromosom yang sudah haploid. f. Interkines Merupakanfasediantarapembelahan meiosis 1 ke meiosis 2, padatahapinitidakadareplikasimaterigenetikdandankromosomtidakberubahmenjad ikromatinsepertifaseinterfasepadapembelahan mitosis. g. Profase II Tahapawalpembelahansel yang ditandaidengan membrane nucleus dan nucleolus mulaimenghilangkembali.Sentrosommembelahdansepasangsentriolmemisahmenu jukutub-kutub yang berlawanan, dandiantarakeduanyamunculbenang spindle yang memancardarikeduastentriol. h. Metafase II Tahapiniditandaidenganmasing-masingkromosommengaturdiri di bidangpembelahan di (equator).Benang spindle mengikatkromosom bagiansentromerkhususnyadibagiankinetokor i. Anafase II Tahapiniditandaidengankromatid-kromatidtelahsampai di kutub-kutub yang berlawanan, membrane selmulaimelekuk di bagiantengahpadaakhir anaphase. j. Telofase II Tahapiniditandaidengankromatidtelahsampai kutubdanberubahmenjadikromosom.Membran di nucleus dan nucleolus mulaitampak.Kromosommenipisdanmemanjangmenjadibenangbenangkromatin.Terjadisitokinesis (pembagian danterbentukduaselanakan. http://prestasiherfen.blogspot.com/2009/10/latihan-soal-reproduksi-sel.html 2.2 Perbedaan dan persamaan anatara mitosis dan meiosis 2.2.1 PERBEDAAN MITOSIS DENGAN MEIOSIS plasma) Bagan perbandingan antara mitosis dengan meiosis Pada mahkluk hidup multiseluller ( bersel banyak ) dengan tipe sel eukariota terjadi dua macam pembelahan sel / reproduksi sel yaitu mitosis dan meiosis. Keduanya merupakan pembelahan yang terjadi secara bertahap. Meskipun demikian keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain : 1. Mitosis bertujuan untuk perbanyakan sel untuk proses pertumbuhan, sedangkan meiosis membentuk sel gamet ( pada hewan dan tumbuhan berbiji ) dan spora pada tumbuhan berspora dam brfungsi mengurangi jumlah kromosom agar keturunan mempunyai jumlah kromosom yang sama dari generasi ke generasi 2. Mitosis terjadi di jaringan meristematis ( pd tumbuhan di ujung akar dan batang ), sedangkan meiosis terjadi di dalam organ kelamin jantan dan betina 3. Mitosis berlangsung melalui tahapan : profase-metafase-anafase dan telofase diselingi oleh interfase, sedangkan meiosis berlangsung melalui tahapan : profase I – metafase I – anafase I – telofase I – profase II – metafase II – anafase II – telofase II tanpa interfase 4. Pada meiosis 1 sel induk mengalami satu kali pembelahan , sedangkan pada meiosis 1 sel induk mengalami dua kali pembelahan. 5. Pada mitosis 1 sel induk akan menghasilkan 2 sel anak yang memiliki jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom sel induk, sedangkan pada meiosis 1 sel induk akan menghasilkan 4 sel anak dengan jumalh kromosom separuh dari jumlah kromosom sel induk 6. Pada mitosis sel anak bersifat diploid ( 2n ), sedangkan pada meiosis sel anak bersifat haploid ( n ). Mitosis: satu sel induk = 2 sel anak diploid (2n) = diploid (2n) terjadi di sel badan atau kromosom autosom satu kali pembuahan Meiosis: satu sel induk = 4 sel anak diploid (2n) = haploid (n) terjadi di sel sex terjadi 2 kali pembuahan (Anonymous,2011) 2.2.2 Persamaan mitosis dan meiosis mitosis dan meiosis merupakan dua tipe pembelahan sel yang berbeda, dengan beberapa ciri yang sama. Persamaan pertama adalah perlunya duplikasi seluruh isi kromosom sel sebelum pembelahan dan keduanya juga menggunakan mesin sel dari sel induk untuk membuat DNA, RNA dan protein baru yang akan terlibat dalam pembelahan sel. Persamaan kedua, kedua proses bergantung pada penggunaan gelondong mitosis untuk memisahkan kromosom menjadi dua kutub sel yang nantinya akan menjadi (Bambang,2009) 2.3 Hormon yang berperan dalam proses meiosis turunan dari sel tersebut. Hormon yang terlibat dalam proses meiosis. Spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu : 1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi FSH dan LH oleh kelenjar hipofisa. 2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli untuk memproduksi ABP/Androgen Binding Protein yang akan memicu pembentukan sperma. 3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron (androgen) oleh Sel Leydig. 4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer dan seks sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika spermatozoa sudah terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin yang akan menghambat hipofisa memproduksi FSH dan LH. Oogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu : Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah sel induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis sehingga menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah oosit primer tinggal 2 juta yang bertahan samapai masa pubertas. Oogonium dan oosit ini terdapat di folikel telur yang pertumbuhannya dari folikel primer, sekunder, tersier dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel de graff. Ovum terbentuk setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum. 1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium (calon ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7 juta oogonium pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun menjadi 2 juta oogonium pada saat embrio tersebut neonatus. 2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti pada profase I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I (metafase I, anafase I, dan telofase I) yang menghasilkan 300.000-400.000 oosit primer. 3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi akan dihasilkan oosit sekunder dan badan polar I, badan polar I kemudian mebelah menjadi 2 badan polar. 4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti pada metafase II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada penetrasi sperma, maka meiosis II dilanjutkan yang menghasilkan ootid dan badan polar II. 5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat menjelang pelburan inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar menempel di ovum dan berdegenerasi. Gambar . Oogenesis PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS 1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah tidak ada) hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin menyebabkan hipofisa menghasilkan FSH dan LH. 2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer folikel sekunder folikel de graaf). 3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu ovum. Terjadinya ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-14 fase estrus. 4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang menyebabkan penebalan endomentrium dan mempengaruhi hipofisa untuk menghentikan produksi FSH dan LH. 5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel kosong) akan membentuk korpus luteum (badan kuning) yang mampu menghasilkan progesteron. 6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH dan LH yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk sementara. Di sisi lain progesteron juga menyebabkan munculnya fase luteal (hari ke-10 pasca ovulasi, endomentrium tebal, lembut, dan kaya akan pembuluh darah). 7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium berdegenerasi yang menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada hari ke-28 setelah ovulasi. Degerasi korpus luteum juga menyebabkan produksi progresteron tidak ada sehingga hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan meransang mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya. ( Anonymous^, 2011) 2.4 Proses fertilisasi Dalam proses gametogenesis ada 2 hal, yaitu proses spermatogenesis dan oogenesis. Dimana, spermatogenesis adalah pembentukan gamet. Oogenesis adalah pembentukan ovum. Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam pembelahan meiosis. Oogenesis berbeda dengan spermatogenesis dalam 3 hal penting. Pertama, selama pembelahan meiosis dalam oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama. Sitoplasma hampir dimonopoli oleh satu sel anak yaitu oosit sekunder. Sel yang sempurna dengan sitoplasma tersebut seterusnya akan berkembang menjadi ovum, sementara sel yang lebih kecil yang disebut badan polar (polosit) akan mengalami degenerasi. Kedua, saat seorang wanita dilahirkan, ovarium telah mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi sel telur. Ketiga, proses oogenesis memiliki siklus hidup yang panjang mulai periode istirahat. Gambar . Sprematogenesis Gambar . Oogenesis Gametogenesis pada tumbuhan ada 2, yaitu megasporogenesis dan mikrosporogenesis. Dimana megasporogenesis didalam ovarium terdapat bakal biji atau kantung lembaga. Setiap ovulum masing-masing mengandung sebuah sporangium yang didalamnya mengandung sel induk megaspora yang akan mengalami meiosis dan akan menghasilkan empat megaspora haploid. Pada kebanyakan angiospermae, hanya satu dari empat megaspora yang akan bertahan hidup. Megaspora tersebut kemudian akan mengalami pembelahan inti (kariokinesis) sebanyak tiga kali. Proses megasporagenesis adalah sebagai berikut. 1. Sel induk megaspora diploid (2n) mengadakan pembelahan meiosis sehingga dihasilkan empat sel megaspora haploid. 2. Tiga dari empat sel tersebut mengalami degenerasi. Satu sel megaspora tetap hidup dan membentuk kantung embrio. 3. Sel megaspora mengalami kariokinesis sebanyak tiga kali sehingga sel tersebut memiliki 8 inti haploid. 4. Dari 8 inti tersebut, 3 inti yang berada dekat kalaza disebut antipoda, 1 inti ditengah dekat mikrofil dinamakan ovum. 2 inti yang mengapit ovum disebut sinergid dan 2 inti yang berada di pusat disebut inti kandung lembaga sekunder. Sedangkan pada mikrosporagenesis, pada bagian dalam kepala sari terdapat 2 atau 4 buah ruang kotak sari. Setiap kotak sari terdapat sel induk mikrospora yang diploid (2n). Sel induk mikrospora kemudian mengalami meiosis sehingga dihasilkan empat sel mikrospora haploid (n). Mikrospora kemudian mengalami kariokinesis secara mitosis sehingga sel tersebut memiliki 2 inti yang berukuran besar dan kecil. Inti yang berukuran besar dinamakan inti vegetatif, sedangkan inti yang berukuran kecil dinamakan inti generatif. Mikrospora dinamakan pula serbuk sari atau tepung sari. Serbuk sari yang sudah mengalami kariokinesis dan matang akan keluar dari kepala sari. Jika serbuk sari menempel di kepala putik (penyerbukan), maka serbuk sari akan mengalami perkecambahan menjadi buluh serbuk sari yang ditandai dengan membelahnya inti generatif sehingga setiap buluh serbuk sari akan memiliki 1 inti vegetatif dan 2 inti generatif yang masing-masing bersifat haploid. Buluh serbuk sari inilah yang nantinya akan membuahi ovum sehingga dihasilkan individu baru hasil perkawinan generatif. (Anonymous#, 2011) 2.5 Proses non disjunction Perubahan jumlah kromosom. Ada dua konsep tentang jumlah kromosom. Pertama adalah euploid, termasuk ke dalamnya serangkaian kelompok kromosom atau seluruh materi yang berada di dalam suatu sel yang disebut genom. Kedua adalah aneuploid, yang berhubungan erat dengan variasi pada suatu kromosom atau pada sejumlah kecil kromosom. Pembahasan tentang jumlah kromosom ini hanya terbatas pada pengertian mengenai ploidi saja dan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan teknik persilangan tanaman. Euploid. Euploid didefinisikan sebagai variasi dalam sejumlah set dasar kromosom yang disebut genom. Set dasar kromosom yang dimaksudkan ialah jumlah kromosom terkecil yang pernah dimiliki oleh suatu jenis pada evolusinya. Label genom secara keseluruhan dinyatakan dengan notasi ‘X’. Individu yang memiliki genom tunggal (1X) disebut monoploid, yang genomnya dua (2X) adalah bentuk diploid, 4X ialah tetraploid, 5X adalah pentaploid, 6X adalah heksaploid dan seterusnya. Tingkatan euploidi yang lebih dari diploid biasanya dikelompokkan dalam poliploid. Jumlah seluruh kromosomnya ialah hasil perkalian antara jumlah genom dengan jumlah kromosom pada genom tersebut. Sering terjadi kekeliruan notasi antara jumlah genom (X) dan jumlah kromosom (n). Tanda X dipakai untuk menyatakan jumlah genom. Setiap genom mempunyai jumlah kromosom tertentu. Perhatikan tabel yang disajikan ! Euploidi dibedakan lagi menjadi autopoliploid dan alopoliploid. Autopoliploid (auto = sendiri) merupakan kelipatan jumlah kromosom yang berasal dari genom spesies yang sama. Autopoliploid terdiri dari beberapa genom yang identik dengan kromosom-kromosom aslinya. Alopoliploid (allo : berbeda) merupakan kelipatan jumlah kromosom yang berasal dari genom spesies yang berbeda. Terbentuknya spesies alopoliploid ini berasal dari persilangan antara dua spesies. Meski hasil persilangan itu steril, akan tetapi individu tersebut dapat lebih kuat (vigor) dibanding induknya dan dapat mengalami perbanyakan secara tidak kawin. yang diakibatkan adanya Aneuploid. Aneuploid adalah variasi jumlah kromosom pengurangan atau penambahan satu atau sejumlah kecil kromosom, tetapi tidak berlangsung pada seluruh genom. Peranan mekanisme ini dalam evolusi tumbuhan tidak begitu menonjol dibandingkan dengan euploidi. Idealnya, benang spindel meiotik mendistribusikan kromosom pada sel-sel anak tanpa kesalahan Tetapi ada kalanya terjadi kecelakaan yang disebut gagal berpisah (non disjunction), yaitu pada saat bagian-bagian dari sepasang kromosom yang homolog tidak bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya pada waktu meiosis I, atau pada saat pasangan kromatid gagal berpisah selama meiosis II. Pada kasus-kasus ini, satu gamet menerima dua jenis kromosom yang sama dan satu gamet lainnya tidak mendapat salinan sama sekali.Kromosomkromosom lainnya biasanya terdistribusi secara normal. Jika salah satu di antara gamet-gamet yang menyimpang ini bersatu dengan gamet normal pada waktu pembuahan, keturunannya akan memiliki jumlah kromosom yang tidak normal disebut aneupliod. Kromosom yang terdapat pada pasangan normal yaitu 2n, disebut disomi. Jika satu kromosom hilang sehingga sel memiliki jumlah kromosom 2n–1, maka sel aneuploidnya disebut monosomi. Jika dua kromosom yang hilang maka disebut nulisomi (2n – 2). Jika pada dua pasangan masing-masing ada satu kromosom yang hilang, individu tersebut dikatakan mengalami monosomi ganda (2n – 1 – 1).Peristilahan untuk kromosom yang hilang selanjutnya dapat diturunkan seperti pada contoh-contoh berikut ini. Kromosom dapat hadir dalam bentuk triplikat (rangkap tiga) di dalam sel telur yang sudah dibuahi. Akibatnya sel aneuploidnya memiliki total kromosom 2n + 1 yang disebut trisomi. Jika ada dua kromosom lebih, maka namanya menjadi tetrasomi (2n + 2). Dengan demikian pada trisomik ganda akan ada penambahan satu kromosom untuk setiap pasangan tersebut, yaitu (2n + 1 + 1). Kemudian mitosis akan meneruskan kelainan ini pada semua sel embrionik. Jika organisme tersebut mampu bertahan hidup, organisme itu biasanya memperlihatkan sejumlah gejala yang disebabkan oleh abnormalnya jumlah gen yang terletak pada kromosom tambahan atau kromosom yang hilang tersebut. Gambar . non disjunction Terdapat dua tahapan nondisjunction yang bisa terjadi yaitu pada meiosis I dan meiosis II. Pada meiosis I, nondisjunction yang terjadi akan menghasilkan dua jenis sel; yang satunya mengandung dua pasang kromosom, yang satu lagi tidak mengandung kromosom. Nondisjunction pada meiosis II akan menghasilkan tiga jenis sel: sel normal, sel dengan monosomy dan sel dengan trisomy. Nondisjunction selama Mitosis Profase Metafase Anafase Telofase Perhatikan bahwa sel terbentuk di sebelah kiri memiliki kromosom ekstra dan membentuk sel di sebelah kanan memiliki kromosom yang hilang. G 1 Interfase Selama fase ini, kromosom uncoiled dan tidak terlihat. G 2 Interfase Selama fase ini, kromosom uncoiled dan tidak terlihat. Nondisjunction selama Meiosis G 2 Interfase Selama fase ini, kromosom uncoiled dan tidak terlihat. Profase I Metafase Anafase Telofase Saya Profase II Metafase II Anafase II Telofase II Sel haploid Putri Selama fase ini, kromosom uncoiled dan tidak terlihat. Meiosis II nondisjunction Selama G 2 Interfase Selama fase ini, kromosom uncoiled dan tidak terlihat. Profase I Metafase Saya Anafase Saya Telofase Saya Profase II Metafase II Anafase II Telofase II Sel haploid Putri Selama fase ini, kromosom uncoiled dan tidak terlihat. ( Anonymous* ,2011) Faktor penyebab terjadinya non disjunction : 1. Genetik Diperkirakan terdapat predisposisi genetic terhadap “non disjunction”. Bukti yang mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitiab epidemiologi yang menyatakan adanya peningkatan ririko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan sindrom Down. 2. Radiasi Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab terjadinya “ non disjunctional” opada sindrom Down ini. Uchida 1981 (dikutip Ueschel dkk) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom Down, penah mengalami radiasi didaerah perut sebelum terjadinya konsepsi. Sedangkan peneliti lain tidak mendapatkan adanya hubungan antara radiasi dengan penyimpangan kromsom. 3. Infeksi Infeksi juga dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya sindrom Down. Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa virus dapat mengakibatkan terjadinya “non disjunction”. 4. Autoimun Factor lain yang juga diperkirakan sebagai etiologi sindrom Down adalah autoimun. Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid. Penelitian Fialkow 1966 ( dikutip dari Pueschel dkk), secacar konsisten mendapatkan adanya perbedaan autoantibody tiroid pada ibu yang melahirkan anak dengan sindrom Down dengan ibu control yang umurnya sama. 5. Umur ibu Apabila umur ibu diatas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “ non disjunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidropiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol sistemik, perubahan konsentrasi reseptor hosmon, dan peningkatan secara tajam kadar LH ( Luteinizing hormone) dan FSH (follicular Stimulating hormone) secara tibatiba sebelum dan selama menopause, dapat meningktkan kemungkinan terjadinya non disjunction 6. Umur ayah Selain pengaruh umur ibu terhadao sindrom Down, juga dilaporkan adanya oengaruh dari umur ayah. Penelitian sitogenik pada orang tua dari anak dengan sindrom Down mendapatkan bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom 21 bersumber dari ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi dengan umur ibu. Factor lain : gangguang intragametik, organisasi nucleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus. (Soetjiningsih, 1995) DAFTAR PUSTAKA (Anonymous a,2011) Http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_sel Anonymous#. 2011. Proses Fertilisasi pada Tumbuhan. http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Mate ri%20Pokok/view&id=417. Diakses pada tanggal 14 november 2011. Anonymous* . 2011. Proses non disjunction http://faculty.clintoncc.suny.edu/faculty/michael.gregory/files/bio%20101/bio %20101%20laboratory/human%20genetics%201/drawings%20of%20nondisj unction/nondisjunction.htm di akses 14 Desember 2011 Anonymous^. 2011. Hormon dalam proses meiosis. http://www.google.com Di akses 14 Desember 2011 Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak . Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta Widjanarko, Bambang. 2009. http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/11/genetika-reproduksi.html) akses 12 Desember 2011 Di