Perkembangan Perekonomian Terkini dan APBNP 2016 serta

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan
Pelaporan Transfer Non Dana Perimbangan serta
Pinjaman dan Hibah Daerah
Disampaikan Oleh :
Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan
DJPK – Kementerian Keuangan RI
1
Outline
Kebijakan Dana Insentif Daerah
Kebijakan Dana Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY
Kebijakan Dana Desa
Kebijakan Hibah Daerah
Kebijakan Pinjaman Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN
2
Kebijakan TKDD 2017:
Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa
URAIAN
Transfer ke Daerah
A. Dana Perimbangan
1. Dana Transfer Umum
a. Dana Bagi Hasil
1) Pajak
2) Sumber Daya Alam
b. Dana Alokasi Umum
2. Dana Transfer Khusus
a. DAK Fisik
b. DAK Non Fisik
B. Dana Insentif Daerah
C. Dana Otonomi Khusus & Dana
Keistimewaan DIY
1. Dana Otsus
2. Dana Keistimewaan DIY
Dana Desa
KEMENTERIAN KEUANGAN
JUMLAH
(dalam triliun Rp)
2016
APBN
APBN-P
2017
Outlook
Realisasi
APBN
Selisih terhadap
Outlook
APBN
Realisasi
APBN-P
723,2
700,4
491,5
106,1
51,5
54,6
385,4
208,9
85,4
123,5
5,0
17,7
729,3
705,5
494,5
109,1
68,7
40,5
385,4
211,0
89,8
121,2
5,0
18,8
659,1
635,3
463,8
88,1
50,8
37,3
375,7
171,5
81,4
90,1
5,0
18,8
664,2
640,4
475,9
90,5
50,6
39,9
385,4
164,5
75,2
89,3
5,0
18,8
704,9
677,1
503,6
92,8
58,6
34,2
410,8
173,4
58,3
115,1
7,5
20,4
45,8
41,8
39,8
4,7
7,8
-3,1
35,1
1,9
-23,1
25
2,5
1,6
40,7
36,7
27,7
2,3
8,0
-5,7
25,4
8,9
-16,9
25,8
2,5
1,6
17,2
0,5
47,0
770,2
18,3
0,5
47,0
776,3
18,3
0,5
44,2
703,3
18,3
0,5
46,7
710,9
19,6
0,8
60,0
764,9
1,3
0,3
15,8
7,6
1,3
0,3
13,3
54
Kebijakan Dana Insentif Daerah Tahun 2017
ARAH KEBIJAKAN
TUJUAN MENDORONG DAERAH UNTUK:
1. Mengelola keuangan dengan lebih baik
2. Menetapkan APBD tepat waktu
3. Berkinerja lebih baik
1. Memberikan reward kepada daerah berkinerja baik
2. Penggunaan untuk mendukung kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah
KEBIJAKAN ALOKASI
DIALOKASIKAN KEPADA
PROVINSI
KRITERIA UTAMA
KABUPATEN
RESUME PERHITUNGAN DID 2017


Pagu Alokasi DID : Rp7,5 Triliun, terdiri dari :
 Alokasi Minimum (AM) : Rp2,1 Triliun
Diberikan kepada daerah dengan opini WTP dan Perda APBD tepat waktu.
 Alokasi Kinerja (AK) : Rp5,4 Triliun
Diberikan kepada daerah yang memenuhi kriteria utama dan memenuhi batas
minimum nilai kinerja yaitu BB (nilai kinerja ≥ 68,33)
Daerah penerima DID tahun 2017 sebanyak 317 daerah, terdiri dari:
 21 provinsi,
 232 kabupaten, dan
 64 kota
Peningkatan dari DID 2016 ke 2017:
• Jumlah penerima DID naik dari 271 menjadi 317, Jumlah daerah yang lulus
passing grade naik dari 109 menjadi 121;
• Jumlah daerah penerima AM naik dari 228 menjadi 279, Jumlah daerah penerima
AM dan AK naik dari 66 menjadi 83.
KEMENTERIAN KEUANGAN
KRITERIA KINERJA
BERDASARKAN
Opini Badan Pemeriksa Keuangan; Penetapan Perda APBD tepat waktu.

KOTA
Kinerja kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah; Kinerja
pelayanan dasar publik; dan Kinerja ekonomi dan kesejahteraan.
DAERAH PENERIMA DID TA. 2017
BERDASARKAN KRITERIA UTAMA DAN KRITERIA KINERJA
Hanya AM
(196 daerah)
AM + AK
(83 daerah)
Hanya AK
(38 daerah)
JUMLAH DAERAH PENERIMA DID TA. 2017 = 317 DAERAH
PENGGUNAAN DID TA. 2017 (Pepres 97 Tahun 2016 ttg Rincian APBN) :
Untuk mendukung kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah dapat
berupa:
• Penyediaan layanan dasar publik,
• Pembangunan, termasuk rehabilitasi dan pemerliharaan sarana dan prasarana di
bidang pemerintahan, atau
• peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan di daerah
4
Dana Insentif Daerah: Kriteria Kinerja
Kategori dan Rentang Nilai
Kinerja :
Kategori Nilai
(Grade)
AA+
AA
AABB+
BB
BBCC+
CC
CCDD+
DD
DD-
KEMENTERIAN KEUANGAN
Rentang
(Interval)
93.67 100.00
87.33 93.67
81.00 87.33
74.67 81.00
68.33 74.67
62.00 68.33
55.67 62.00
49.33 55.67
43.00 49.33
36.67 43.00
30.33 36.67
24.00 30.33
5
Perkembangan Alokasi DID Tahun 2011 - 2017
8.000
7.500,0
SEBARAN DAERAH PENERIMA
A L O K A S I D I D TA H U N 2 0 1 7
7.000
Hanya AK; 38
dalam miliar rupiah
6.000
5.000,0
5.000
AM dan AK;
83
Hanya AM;
196
4.000
3.000
2.000
1.387,8
1.387,8
1.387,8
1.387,8
2011
2012
2013
2014
83 daerah yang mendapatkan Alokasi
Minimum dan Alokasi Kinerja diberikan
anugerah Dana Rakca
1.664,5
1.000
0
KEMENTERIAN KEUANGAN
2015
2016
2017
Sebaran Alokasi Dana Insentif Daerah TA. 2017
Se-Provinsi
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Kaltara
Jumlah
Alokasi DID 2017*
AM
AK
Total
60,0
0,0
60,0
75,0 133,7 208,7
105,0 179,7 284,7
60,0
89,1 149,1
22,5
0,0
22,5
322,5 402,5 725,0
Daerah Penerima
AM AK AM & AK
8 0
0
8 1
2
10 0
4
7 1
1
3 0
0
36 2
7
Se-Provinsi
Sulteng
Sulut
Sulsel
Sultra
Gorontalo
Sulbal
Jumlah
Alokasi DID 2017*
AM
AK
Total
37,5
57,8
95,3
90,0
172,4
262,4
120,0
86,8
206,8
60,0
89,6
149,6
52,5
0,0
52,5
37,5
128,7
166,2
397,5
535,3
932,8
Daerah Penerima
AM AK AM & AK
4 0
1
9 1
3
15 1
1
6 0
2
7 0
0
2 0
3
43 2
10
*)dalam miliar rupiah
Alokasi DID 2017*
AM
AK Total
Maluku
30,0 265,0 295,0
Papua
37,5 43,1 80,6
Maluku Utara 22,5 88,3 110,8
Papua Barat
67,5
0,0 67,5
Jumlah
157,5 396,4 553,9
Se-Provinsi
Daerah Penerima
AM AK AM & AK
3 5
1
4 0
1
2 1
1
9 0
0
18 6
3
Maluku
Se-Provinsi
Aceh
Alokasi DID 2017*
Daerah Penerima
AM
AK
Total AM AK AM & AK
142,5
583,8
726,3 6 0
13
Sumut
22,5
131,7
154,2 1
1
2
Sumbar
97,5
446,6
544,1 7
4
6
Riau
22,5
0
22,5 3
0
0
Jambi
22,5
42,5
65,0 3
1
0
Sumsel
82,5
82,5 11
0
0
Bengkulu
7,5
89,5
97,0 1
2
0
Lampung
52,5
155,9
208,4 7
0
3
0
137,3
137,3 0
3
0
Kep. Riau
7,5
0
0
Jumlah
457,5
1587,3
7,5 1 0
2044,8 40 11
Babel
KEMENTERIAN KEUANGAN
24
Bali
Nusa Tenggara
Alokasi DID 2017*
AM
AK
Total
DKI Jakarta
0,0
0,0
0,0
Jabar
142,5
319,4
461,9
Daerah Penerima
AM AK AM & AK
0 0
0
14 2
5
Jateng
DIY
Jatim
Banten
Jumlah
2 6
1 0
20 4
4 0
41 12
Se-Provinsi
150,0
949,9 1099,9
45,0
225,8
270,8
202,5
479,5
682,0
37,5
43,1
80,6
577,5 2.017,7 2.595,2
15
5
7
1
33
Se-Provinsi
Bali
NTB
NTT
Jumlah
Alokasi DID 2017*
AM
AK Total
67,5 134,3 201,8
75,0 179,2 254,2
15,0 177,3 192,3
157,5 490,8 648,3
Daerah Penerima
AM AK AM & AK
6 0
3
7 1
3
2 4
0
15 5
6
7
Penyaluran Dana Insentif Daerah TA. 2017
WAKTU
MEKANISME
o Dilakukan secara semesteran
o semester I dilaksanakan paling cepat pada bulan Februari;
o semester II dilaksanakan paling cepat pada bulan Juli.
 Untuk daerah yang mendapat Alokasi Kinerja (AK) dan Alokasi Minimum
(AM) serta daerah yang hanya mendapat AK, pada semester I disalurkan
sebesar 50% dari pagu alokasi. Sisanya akan disalurkan pada semester II, dan
 Untuk daerah yang hanya mendapat AM, penyalurannya dilakukan sekaligus
(100%) pada semester I dan paling cepat disalurkan pada bulan Februari.
SYARAT
KEMENTERIAN KEUANGAN
Penyaluran DID semester I, dilaksanakan setelah Kepala Daerah
menyampaikan Perda APBD tahun berjalan kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan.
Kebijakan Dana Otonomi Khusus & Dana Tambahan Infrastruktur TA. 2017
Dana Otsus dialokasikan sebesar Rp8,02 triliun
Arah kebijakan Dana Otonomi Khusus:
Pasal 34 ayat (3)
UU 21/2001
Dana DTI dialokasikan sebesar Rp3,5 triliun
Arah Kebijakan Dana Tambahan Infratruktur:
Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat
sebesar 2% (dua persen) dari total pagu DAU
Nasional (berlaku selama 20 Tahun)
terutama ditujukan untuk pembiayaan
pendidikan dan kesehatan
Dana Tambahan Infrastruktur:
Pasal 34 ayat
(3) huruf f
UU 21/2001
ditetapkan antara Pemerintah dan DPR
berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun
anggaran, yang terutama ditujukan untuk
pembiayaan pembangunan infrastruktur
DANA OTSUS DIBAGI ANTARA PAPUA DAN PAPUA BARAT
70%
Provinsi Papua
30%
Provinsi Papua Barat
DIBAGI UTK PROV DAN KAB/KOTA
BERDASARKAN PERDASUS NO. 13
TAHUN 2016 JO. PERDASUS NO. 25
TAHUN 2013
DIBAGI UTK PROV DAN KAB/KOTA
DG PERDASUS
PROV: 20% DAN KAB/KOTA: 80%
PEMBG TSB SETELAH DIKURANGI
PROGRAM STRATEGIS LINTAS
KAB/KOTA
KEMENTERIAN KEUANGAN
PROV: 30% DAN KAB/KOTA: 70%
PEMBG TSB SETELAH DIKURANGI
UTK
RESPEK (DISTRIK, KAMPUNG, KEL)
dalam 25 tahun seluruh kota-kota provinsi,
kabupaten/kota, distrik atau pusat-pusat
penduduk lainnya terhubungkan dengan
transportasi darat, laut, atau udara yang
berkualitas
Penggunaan Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Papua
Barat tidak diatur secara detail dalam UU, namun diarahkan untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur seperti: jalan, jembatan,
dermaga, sarana transprtasi darat, sungai maupun laut dalam rangka
mengatasi keterisolasian dan kesenjangan penyediaan infrastruktur
antara Papua dan Papua Barat dengan daerah lainnya.
9
Kebijakan Dana Otonomi Khusus Aceh TA. 2017
Dialokasikan sebesar Rp8,02 triliun
Pasal 183
UU 11/2006
tentang
Pemerintahan Aceh
Dana Otonomi Khusus Aceh dialokasikan sebesar 2% (dua persen)
dari total pagu DAU Nasional
terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur,
pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial,
dan kesehatan.
Program pembangunan dituangkan dalam program pembangunan provinsi dan
kabupaten/kota di Aceh dengan memperhatikan keseimbangan kemajuan pembangunan
antar kabupaten/kota
PENGATURAN:
Tahun 1 s.d Tahun ke-15  2% dari DAU Nasional
Tahun ke-16 s.d Tahun ke-20  1 % dari DAU Nasional
KEMENTERIAN KEUANGAN
10
Perkembangan Alokasi dan Tahapan Penyaluran Dana Otsus
Rp triliun
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
DANA OTSUS PROVINSI PAPUA, PAPUA
BARAT DAN ACEH TAHUN 2014-2017
Aceh
2,4
2,3
2,1
2,0
5,6
5,3
4,9
4,7
2014
8,0
7,7
7,0
6,8
Tahapan Penyaluran Dana Otsus dan DTI
2015
Papua
2016
Papua Barat
Tahap I
(30%)
Tahap III
(25%)
Paling Cepat Bulan Maret
Paling Cepat Bulan Juli
2017
Tahap II
(45%)
DANA TAMBAHAN INFRASTRUKTUR PROV.
PAPUA DAN PAPUA BARAT TAHUN 2014-2017
Paling Cepat Bulan Oktober
Rp miliar
3.000
2.625,00
2.500
2.000
2.000,00
2.250,00
1.987,50
1.500
1.000
500
500,00
750,00
862,50
875,00
0
2014
2015
Papua
KEMENTERIAN KEUANGAN
2016
2017
• Penyaluran Dana Otsus dilaksanakan setelah mendapatkan
pertimbangan Menteri Dalam Negeri disertai rekapitulasi
penggunaan Dana Otsus.
• Penyaluran Dana Otsus dan Dana Tambahan Infrastruktur
akan dilakukan berdasarkan Kinerja Pelaksanaan, yang
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas
pemanfaatan Dana Otsus dan DTI.
Papua Barat
11
Kebijakan Dana Keistimewaan DIY 2017
Dialokasikan sebesar Rp 800 miliar
 Meningkatkan kualitas perencanaan dan ketepatan penggunaan Dana Keistimewaan DIY;
 Meningkatkan pemantauan dan evaluasi dalam rangka mendukung efektivitas penyelenggaraan keistimewaan DIY;
 Mendorong percepatan pelaporan atas pelaksanaan kegiatan oleh Pemerintah Daerah.
 Penyaluran dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
• tahap I: 15%;
• tahap II : 65%;
• tahap III : 20%
 Dilaksanakan dari RKUN ke RKUD;
 Persyaratan penyaluran DK DIY adalah:
1. Perda mengenai APBD tahun anggaran berjalan;
2. SPTJM;
3. Rencana Penggunaan DK DIY tahap bersangkutan;
4. Laporan Realisasi Penyerapan DK DIY s.d. tahap sebelumnya/tahun anggaran sebelumnya yang telah diverifikasi oleh
Kemenkeu;
5. Laporan Pencapaian Kinerja DK DIY s.d. Tahap sebelumnya/tahun anggaran sebelumnya yang telah diverifikasi oleh
Kemendagri bersama K/L terkait;
 Untuk penyaluran tahap II dan Tahap III, Realisasi Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Kinerja tahap sebelumnya harus
sudah mencapai paling rendah 80%;
 Surat Permintaan Penyaluran paling lambat disampaikan tgl 1 November.
KEMENTERIAN KEUANGAN
12
Pagu per Urusan Dana Keistimewaan DIY TA 2017
No
Urusan
1
Tata Cara Pengisian Jabatan
2
3
Kebudayaan
Tata Ruang
4
Pertanahan
5
Kelembagaan
Total
Pagu Per Urusan (miliar Rp)
Pagu (Rp)
2.832.737.000
17,20
14,26
439.901.748.000
325.812.175.000
17.197.300.000
Tata Cara Pengisian
Jabatan
2,83
Kebudayaan
Tata Ruang
325,81
439,90
14.256.040.000
800.000.000.000
Pertanahan
Perkembangan Dana Keistimewaan DIY
TA
ALOKASI
(Rp)
REALISASI PENYERAPAN
(Rp)
(%)
Capaian
Kinerja
(%)
2013
231.392.653.500
54.562.180.053
23,58
29,35
2014
523.874.719.000
272.056.608.289
51,93
78,38
2015
547.450.000.000
477.494.515.166
87,22
98,65
2016
547.450.000.000
531.722.397.752
97,13
93,70
2017
800.000.000.000
120.000.000.000
KEMENTERIAN KEUANGAN
15
---
13
Kebijakan Dana Dana Desa TA. 2017
DIALOKASIKAN UNTUK 74.954 DESA
Berdasarkan: jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa,
D luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa
dengan memerhatikan aspek pemerataan dan keadilan
Cara penghitungan konsisten dengan tahun sebelumnya
Proporsi dan bobot formula:
D
 90%  Alokasi Dasar (Pemerataan),
 10%  variabel jumlah penduduk desa (25%), angka kemiskinan desa (35%), luas wilayah desa (10%), dan
tingkat kesulitan geografis desa (30%)
Formula 90:10 merupakan pilihan yang terbaik
 memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan, D
 rasio penerima Dana Desa terkecil dan terbesar adalah paling rendah, yakni 1:4, dan
 standar deviasi yang paling rendah.
Penggunaan dan pelaporan Dana Desa
D
Penggunaan diarahkan untuk pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat, disertai upaya peningkatan
kualitas pelaporan dan akuntabilitas pengelolaan Dana Desa.
KEMENTERIAN KEUANGAN
14
Sumber Pendapatan Desa
Pendapatan asli Desa
Lain-lain
Pendapatan
yang sah
Alokasi APBN :
• Dari realokasi
anggaran pusat
berbasis desa
• 10% dari dan
diluar dana
transfer ke daerah
secara bertahap
1
7
2
hibah dan
sumbangan
pihak ketiga
3
6
Bagian dari PDRD
kabupaten/kota
• Paling sedikit
10%
100.000
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0
2015
DD
bantuan
keuangan dari
APBD
Prov/Kab/Kota
KEMENTERIAN KEUANGAN
5
4
(dalam miliar)
Alokasi Dana Desa (ADD)
• Paling sedikit 10% dari dari
dana perimbangan yang
diterima kab/kota dikurangi
DAK
DANA DESA (DD)
ALOKASI DANA DESA (ADD)
BAGI HASIL PDRD
TOTAL
JUMLAH DESA
RATA-RATA DANA PER DESA
(dlm juta rupiah)
2016
ADD
2017
BAGI HASIL PDRD
2015
2016
2017
20.766
33,835
2.650
57.251
74.093
46.982
35.455
2.849
85.286
74.754
60.000
33.224
3.119
96.344
74.954
772,6
1.140,8
1.285,3
15
Pengalokasian Dana Desa
MENTERI KEUANGAN
APBN
BUPATI/WALIKOTA
DANA DESA PER KAB/KOTA
90%
Alokasi Dasar
DANA DESA PER DESA
10 %
Formula
Alokasi Dasar
Formula=PAGU DD ALOKASI DASAR
Transfer ke Daerah
25% x Jumlah Penduduk
Desa
35% x Jumlah Penduduk
Miskin Desa
Dana Desa
25% x Jumlah Penduduk Desa
ALOKASI
DASAR/DESA
X
JUMLAH
DESA
10% x Luas Wilayah Desa
30% x IKK
Proporsi
(Alokasi
Dasar:
Formula)
TA 2015
Rp20,7 Triliun
RataAlokasi
Alokasi min
rata/Desa
max (juta)
(juta)
(juta)
90:10
280
1.121
254
80: 20
280
1.961
228
75:
25
280
2.382
215
KEMENTERIAN
KEUANGAN
TA 2016
Rp46,9 Triliun
Rasio
1:4
1:8
1:11
Ratarata/Desa
(juta)
628
628
628
10% x Luas Wilayah Desa
30% x IKG
TA 2017
Rp60,0 Triliun
Alokasi max Alokasi
(juta)
min (juta)
2.221
3.813
4.610
35% x Jumlah Penduduk
Miskin Desa
570
512
483
Rasio
1:4
1:8
1:10
Ratarata/Desa
(juta)
800
800
800
Alokasi
Alokasi
max (juta) min (juta)
2.819
4.838
5.848
726
652
616
Rasio
1:4
1:7
1:10
16
Sebaran Dana Desa 2017
No.
1
2
3
4
5
Provinsi
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Kaltara
Total
Pagu
1.616,73
1.148,90
1.430,38
692,42
369,94
5.258,36
No.
1
2
3
4
5
6
Provinsi
Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gorontalo
Sulbar
Total
Pagu
1.161,36
1.433,83
1.820,52
1.482,03
513,96
461,09
6.872,79
No.
1
2
3
4
Provinsi
Maluku
Malut
Papua
Papbar
Total
Pagu
961,60
832,41
4.300,95
1.364,41
7.459,37
Maluku
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Provinsi
Aceh
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel
Babel
Kepri
Bengkulu
Lampung
Total
Pagu
4.892,57
4.197,97
796,54
1.269,31
1.090,94
2.267,26
261,66
228,18
1.035,34
1,957.49
17.997,27
KEMENTERIAN KEUANGAN
Bali
No.
1
2
3
4
5
Provinsi
Pagu
Jabar
4.547,51
Jateng
6.384,44
DIY
368,57
Jatim
6.339,56
Banten
1.009,51
Total
18.649,59
Nusa Tenggara
No.
1
2
3
Provinsi
Bali
NTB
NTT
Total
Pagu
537,26
865,01
2.360,35
3.762,63
17
Output penggunaan Dana Desa untuk kesejahteraan masyarakat desa
Dana Desa digunakan untuk dua bidang prioritas: Pembiayaan Pembangunan & Pemberdayaan Masyarakat Desa,
melalui Swakelola dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat desa setempat.
Pembiayaan Pembangunan
KEMENTERIAN KEUANGAN
Pemberdayaan Masyarakat Desa
18
Penyaluran Dana Desa Berbasis Kinerja Pelaksanaan
“Penyaluran berbasis kinerja ditujukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan Dana Desa, sehingga dapat
mengurangi kemiskinan, kesenjangan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa”
EXISTING
Tahap I : 60%, bulan
Maret
Syarat:
Dari RKUN
ke RKUD
(KPPN
JAKARTA II)
Dari RKUD
ke RKD
(Oleh
Walikota/
Bupati)
1. Perda mengenai APBD TA
berjalan;
2. Perkada mengenai tata cara
pembagian dan penetapan
rincian DD setiap Desa; dan
3. Laporan realisasi penyaluran dan
konsolidasi penggunaan DD TA
sebelumnya.
Tahap II : 40%, bulan
Agustus
Syarat:
1. Laporan DD Tahap I telah
disalurkan paling kurang 50%;
Tahap I : 60% 7 hari
kerja setelah diterima
dari RKUN
Syarat:
1. Perdes APB Desa;
Tahap II : 40% 7 hari
kerja setelah diterima
dari RKUN
Syarat:
1. Laporan penggunaan DD Tahap I
paling kurang 50% DD Tahap I
telah digunakan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
MENJADI
Dari RKUN
ke RKUD
(KPPN
DAERAH)
2. Laporan DD Tahap I telah
digunakan oleh desa paling
kurang paling kurang 50%.
2. Laporan realisasi penggunaan DD
tahun anggaran sebelumnya
Dari RKUD
ke RKD
(Oleh
Walikota/
Bupati)
Tahap I : 60%,
paling cepat
bulan Maret,
paling lambat
bulan Juli
Syarat :
1. Perkada mengenai Penjabaran APBD TA
berjalan;
Tahap II : 40%,
paling cepat
bulan Agustus
Syarat :
1. Laporan DD Tahap I telah disalurkan ke
RKD paling kurang 90%;
Tahap I : 60% 7
hari kerja setelah
diterima dari
RKUN
Syarat:
1. Perdes APB Desa; dan
Tahap II : 40% 7
hari kerja setelah
diterima dari
RKUN
Syarat:
1. Laporan penyerapan DD Tahap I
menunjukkan paling kurang 75%; dan
capaian output paling kurang 50%.
2. Perkada mengenai tata cara pembagian
dan penetapan rincian DD setiap Desa;
dan
3. Laporan konsolidsi realisasi penyaluran
dan realisasi penyerapan DD TA
sebelumnya.
2. Laporan DD Tahap I telah diserap oleh
desa paling kurang 75%; capaian output
paling kurang 50%.
2. Laporan realisasi penyerapan DD tahun
anggaran sebelumnya.
19
Sinergi Pelaksanaan Kebijakan Dana Desa
Penyaluran Dana Desa
•Perbaikan mekanisme penyaluran untuk
penguatan verifikasi administrasi dan output fisik
sebagai penerapan output based transfer.
Monitoring & Evaluasi
SINERGI DJPK
DAN DJPB
(Kanwil DJPB dan KPPN)
• Perbaikan pelaksanaan monitoring dan Evaluasi
Dana Desa untuk memantau efektivitas
penggunaan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
20
Kewajiban Pemenuhan Alokasi Dana Desa
Tata Cara Penundaan/Pemotongan Dana Desa
• Kab/Kota diwajibkan
menganggarkan Alokasi Dana
Desa (ADD) sekurangnya 10%
dari Dana Perimbangan yang
diterima Kab/Kota dalam APBD
setelah dikurangi DAK (Pasal 72
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa).
• Jika ADD tidak terpenuhi,
Menkeu dapat melakukan
penundaan dan/atau
pemotongan alokasi Dana
Perimbangan setelah dikurangi
DAK yang seharusnya disalurkan
ke Desa.
KEMENTERIAN KEUANGAN
21
Kebijakan Hibah Daerah
• Hibah Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari Pemerintah atau pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau
sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan dilakukan melalui perjanjian
• Hibah diberikan untuk mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dalam kerangka hubungan
keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Prinsip Pemberian dan Kriteria Daerah
Penerima Hibah
Prinsip
a. Mendanai penyelenggaran Urusan sesuai
Kewenangan Pemda dalam Hubungan Keuangan
Pusat dan Daerah
b. Dapat diteruskan kepada BUMD
c. Prioritas penyelenggaraan pelayanan publik
d. Memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiscal
e. Melalui mekanisme APBN dan APBD
f. Melalui Perjanjian
Kriteria Daerah Penerima Hibah
a. Kesiapan Anggaran dalam APBD
b. Memenuhi Kriteria Teknis yang ditentukan K/L
teknis pengelola kegiatan hibah selaku exceuting
agency
KEMENTERIAN KEUANGAN
Sumber Pendanaan Hibah
Sumber: Hibah Luar Negeri
• kegiatan yang menjadi urusan Pemerintah Daerah;
• kegiatan yang mendukung program pembangunan nasional; dan/atau
• kegiatan tertentu yang secara spesifik ditentukan oleh calon Pemberi
Hibah Luar Negeri.
Sumber: Pinjaman Luar Negeri
• digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang merupakan urusan
Pemerintah Daerah dalam rangka pencapaian sasaran program dan
prioritas pembangunan nasional
Sumber: Penerimaan Dalam Negeri
• kegiatan yang menjadi urusan Pemerintah Daerah atau untuk kegiatan
peningkatan fungsi pemerintahan, layanan dasar umum, dan
pemberdayaan aparatur Pemerintah Daerah;
• kegiatan lainnya sebagai akibat kebijakan Pemerintah yang
mengakibatkan penambahan beban pada APBD;
• kegiatan tertentu yang merupakan kewenangan Daerah yang berkaitan
dengan penyelenggaraan kegiatan berskala nasional atau internasional;
dan/atau
• kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
22
Penganggaran Hibah Daerah
PENGANGGARAN DI PUSAT
• Hibah dari Pemerintah kepada Pemerintah
Daerah dianggarkan dalam APBN sebagai
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
sesuai ketentuan perundang-undangan
• Dalam hal APBN telah ditetapkan:
penerushibahan kepada Pemerintah Daerah
yang bersumber dari hibah luar negeri dapat
dilaksanakan untuk kemudian dianggarkan
dalam perubahan APBN
• Setelah APBN Perubahan ditetapkan:
penerushibahan kepada Pemerintah dapat
dilaksanakan untuk kemudian dilaporkan
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
KEMENTERIAN KEUANGAN
PENGANGGARAN DI DAERAH
• Penerimaan hibah oleh Pemerintah Daerah
dianggarkan dalam Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah sebagai jenis pendapatan
hibah
• Penggunaan dana hibah dianggarkan sebagai
belanja dan/atau pengeluaran pembiayaan
• Dalam hal APBD telah ditetapkan: penggunaan
dana hibah dapat dilaksanakan untuk
kemudian dianggarkan dalam Perubahan
APBD
• Dalam hal Perubahan APBD telah ditetapkan:
penggunaan dana hibah dapat dilaksanakan
untuk kemudian dilaporkan dalam Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
23
Mekanisme Pendanaan Hibah Daerah
Langkah-langkah pendanaan melalui Hibah Daerah :
 Daerah menyampaikan usulan kebutuhan hibah kepada K/L selaku executing agency, untuk dilakukan verifikasi;
 Berdasarkan hasil verifikasi, K/L menyampaikan usulan kepada Kemenkeu untuk dianggarkan dalam APBN/APBNP;
 Setelah ditetapkan dalam APBN/APBNP, Kemenkeu menetapkan Surat Penetapan Pemberian Hibah (SPPH) dan
Perjanjian Hibah Daerah (PHD).
 Daerah melaksanakan kegiatan Hibah, untuk selanjutnya setelah kinerja output diverifikasi K/L dilaporkan ke Kemenkeu
utk disalurkan hibahnya (output based)
DAERAH
MENGUSULKAN NILAI
KEBUTUHAN HIBAH
KEPADA K/L SEBAGAI
EXECUTING AGENCY
K/L
PENGUSULAN NILAI HIBAH
DAN PEMDA PENERIMA
HIBAH
MENKEU
PEMBAHASAN BERSAMA
K/L,
DILANJUTKAN
PENETAPAN MK :
PEMDA
PERJANJIAN HIBAH
ANTARA MENKEU DAN
KEPALA DAERAH (PHD)
Rencana Komprehensif
PELAKSANAAN KEGIATAN PENYALURAN DANA HIBAH
dan Rencana Tahunan
SURAT PENETAPAN
PEMBERIAN HIBAH (SPPH)
KEPADA PEMDA
Mempertimbangkan:
SPPH Merupakan Penetapan
a) Kapasitas fiskal daerah;
Daerah Penerima Hibah beserta
b) Daerah yang ditentukan oleh
besarannya
Pemberi Hibah Luar Negeri;
c) Daerah yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh
K/L; dan/atau
d) Daerah tertentu yang ditetapkan
KEMENTERIAN KEUANGAN oleh Pemerintah
Pemda menyusun RK
dan RT sebagai dasar
penganggaran
berkoordinasi dengan
K/L
Pemda sebagai Implementing
Agency bertanggung jawab atas
penyelesaian kegiatan dan
penggunaan dana hibah sesuai
Perjanjian Hibah dan Manual
Teknis
Penyaluran dilakukan
berdasarkan kinerja
yang di-verifikasi K/L
24
24
Penyaluran Hibah Daerah
PMK Nomor 188/PMK.07/2012 jo. PMK Nomor
214/PMK.07/2015 tentang tentang Hibah Dari Pemerintah Pusat
Kepada Pemerintah Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN
PMK Nomor 162/PMK.07/2015 tentang Hibah Dari Pemerintah Pusat
Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi
Dan Rekonstruksi Pascabencana
25
Alokasi Hibah Daerah Tahun 2017
No
I
II
REALISASI
Tahun 2016
Jenis Hibah
Hibah Penerusan Pinjaman
1 MRT
2 Water Resource and Irrigation Sector
Management Project Phase 2 (WISMP2)
Hibah Penerusan Hibah LN
1 Hibah Air Minum Australia
2 Hibah Air Limbah Australia
3 Hibah Australia untuk Pembangunan
Sanitasi
4 Microfinance For Innovation Fund (MIF)
5 PKP-SPM Diknas
6 Project Biodiversity Conservation and
Climate Protection In Leuseur Ecosytem
(Aceh)
7 Exploration of Seulawah Geothermal
Working Area (Aceh)
8 Provincial Road Improvement and
Maintenance (PRIM)
9 Instalasi Pengelolaan Air Limbah untuk
Kota Palembang
III Hibah Dalam Negeri
1 Rekonstruksi dan Rehabilitasi
2 Hibah Air Minum Murni
3 Hibah Limbah
4 Penyelesaian Piutang Pemerintah pada
PDAM
Jumlah
I.
1
PAGU
Tahun 2017
1,613,954,695,129
81,947,313,083
763,304,000,000
252,960,000,000
10,345,000,000
64,550,000,000
13,440,000,000
86,060,000,000
128,520,535,805
500,000,000
-
16,650,000,000
-
1,000,000,000
56,753,905,170
-
-
500,000,000
747,225,000,000
-
466,410,082,000
3,134,840,620
3,860,888,373,980
850,000,000,000
150,000,000,000
-
6,969,179,745,787
2,198,964,000,000
• Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi akan dianggarkan pada APBN-P Tahun 2017 yang
merupakan pengalihan dari Dana cadangan
• Alokasi Hibah yang berasal dari Luar Negeri bersifat tentatif menunggu perpanjangan
Agreement (Air Minum, Air Limbah, Sanitasi, dan PRIM)
KEMENTERIAN KEUANGAN
No.
Jenis Hibah
Tujuan
PINJAMAN LUAR NEGERI YANG DITERUSHIBAHKAN
Hibah Mass Rapid Transit (MRT) Project
mengatasi permasalahan transportasi di DKI Jakarta
Water Resources and Irrigation Sector Management meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya air wilayah sungai
2
Program-Phase II (Wismp 2)
dan irigasi dalam rangka meningkatkan produktifitas pertanian
II. HIBAH LUAR NEGERI YANG DITERUSHIBAHKAN
dana pengganti untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan
1 Hibah Air Minum
sambungan air minum berdasarkan capaian kinerja (output based)'
dana pengganti untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan septic tank
2 Hibah Air Limbah
berdasarkan capaian kinerja (output based)'
Development of Seulawah Agam (Exploration of
mendanai pelaksanaan exploration of seulawah gothermal working
3
Seulawah Geothermal Working Area (Aceh))
area aceh dlm rangka program percepatan pembangkit tenaga listrik
Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan
mempercepat pencapaian pembangunan sektor air limbah dan
4
Sanitasi (sAIIG)
persampahan
Provincial Road Improvement and Maintenance
meningkatkan kapasitas Pemprov dalam pengelolaan dan
5
(PRIM)
pemeliharaan jalan
memperkuat permodalan lembaga keuangan formal di daerah dalam
6 Hibah Microfinance for Innovation Fund
rangka peningkatan akses layanan keuangan bagi lembaga/usaha mikro
dan kecil
Hibah Peningkatan Kapasitas Penerapan Standar
memperkuat kapasitas pengelola pendidikan dalam melakukan
7
Pelayanan Minimal (PKP-SPM) Pendidikan Dasar
perencanaan, pengenggaran dan pengelolaan layanan pendidikan
Biodiversity Conservation and Climate Protection in memberikan dukungan atas keberlangsungan konservasi alam pada
8
The Gunung Lauser Ecosystem
ekosistem di area gunung leuser
III. PENERIMAAN DALAM NEGERI YANG DIHIBAHKAN
dana pengganti untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan
1 Nationwide Water Hibah Program
sambungan air minum berdasarkan capaian kinerja (output based)
dana pengganti untuk pelaksanaan kegiatan peningkatan akses sistem
2 Hibah Sanitasi
air limbah perpipaan bagi masyarakat
3 Hibah Non Kas Penyelesaian Piutang Pemerintah
penyelesaian piutang negara kepada PDAM
Hibah Bantuan Pendanaan Rehabilitasi dan
membantu pendanaan kepada Pemerintah Daerah dalam melakukan
4
Rekonstruksi Pascabencana
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
Kebijakan Pinjaman Daerah
Pengertian Pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat
yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
Prinsip Umum Pinjaman Daerah




Pemda dapat melakukan Pinjaman Daerah.
Pinjaman Daerah harus merupakan inisiatif Pemda.
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang
digunakan untuk menutup (i) defisit APBD, (ii) pengeluaran
pembiayaan, dan/atau (iii) kekurangan arus kas.
Pemda dapat meneruskan Pinjaman Daerah sebagai pinjaman,
hibah dan/atau penyertaan modal kepada BUMD dalam
kerangka hubungan keuangan Pemerintah Daerah dan BUMD.
Sumber Pinjaman Daerah





Pemerintah Pusat (Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Penerusan
Pinjaman Dalam Negeri, PT. SMI).
Pemerintah Daerah Lain;
Lembaga Keuangan Bank;
Lembaga Keuangan Bukan Bank;
Masyarakat, dalam bentuk Obligasi Daerah.
KEMENTERIAN KEUANGAN
Syarat Pinjaman Daerah
1. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang
akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum
APBD tahun sebelumnya
2. Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman (DSCR) yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat
DSCR =
[PAD + DAU + (DBH–DBH DR)] – BW
Pokok Pinjaman+Bunga+Biaya Lain
≥ 2,5
3. Persyaratan lain yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman
4. Tidak mempunyai tunggakan Pinjaman kepada Pemerintah
Pusat, apabila Pinjaman Daerah yang akan diajukan bersumber
dari Pemerintah Pusat
5. Mendapat persetujuan DPRD untuk pinjaman Jangka Menengah
dan Panjang.
27
Obligasi Daerah
Persyaratan Obligasi Daerah
Prinsip Umum Obligasi Daerah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Surat Utang yang diterbitkan oleh Pemda yang ditawarkan kepada
publik melalui penawaran umum di pasar modal dengan menggunakan
mata uang rupiah.
Umumnya mempunyai jangka waktu >5 tahun
Membiayai kegiatan investasi pelayanan publik yang dapat
menghasilkan penerimaan APBD.
Tidak dijamin oleh pemerintah pusat.
Risiko ditanggung pemerintah daerah.
Membayar biaya bunga secara berkala.
Melunasi pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.
Nilai saat jatuh tempo sama dengan nilai nominal pada saat diterbitkan.
Dokumen Persyaratan Obligasi Daerah
1.
2.
3.
4.
Kerangka Acuan Kegiatan;
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir;
Peraturan Daerah mengenai APBD tahun berkenaan;
Perhitungan jumlah kumulatif pinjaman pemerintah daerah dan defisit
APBD;
5. Perhitungan Debt Service Coverage Ratio (DSCR);
6. Surat persetujuan prinsip DPRD;
7. Struktur organisasi, perangkat kerja, dan SDM unit pengelola Obligasi
Daerah.
KEMENTERIAN KEUANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah sisa pinjaman daerah + jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya.
Memenuhi DSCR yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Mendapat persetujuan prinsip dari DPRD, yang meliputi nilai bersih
maksimal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan, kesediaan
pembayaran pokok dan bunga, dan kesediaan pembayaran segala
biaya yang timbul dari penerbitan Obligasi Daerah.
Mendapat pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri.
Audit terakhir LKPD mendapat opini WDP atau WTP.
Penilaian Obligasi Daerah
1. Penilaian Administrasi:
-Kelengkapan dokumen rencana penerbitan Obligasi Daerah;
-Kesesuaian format dokumen;
-Kesesuaian informasi antar dokumen;
- Kesiapan Unit Pengelola Obligasi Daerah (dengan pertimbangan dari
Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko).
2. Penilaian Keuangan:
-Jumlah kumulatif pinjaman;
-Debt Service Coverage Ratio (DSCR); dan
-Jumlah defisit APBD.
28
Proses Penerbitan Obligasi Daerah
DJPPR
KEMENTERIAN KEUANGAN
29
Mekanisme Pinjaman Daerah Dan Konsep Pinjaman Daerah Ke Depan
Pemda yang memenuhi persyaratan Pinjaman Daerah dapat mengajukan pinjaman dengan mekanisme sebagai berikut:
Mekanisme Pinjaman Daerah Perbankan
Mekanisme Pinjaman Daerah PT SMI
Konsep Pinjaman Daerah Kedepan: Regional Infrastructure Development
Fund (RIDF)
Kegiatan/Proyek yang Dibiayai
Pinjaman Daerah
30
KEMENTERIAN KEUANGAN
30
Terima Kasih
KEMENTERIAN KEUANGAN
31
Download