LAPORAN DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Musuh

advertisement
FORMAT LAPORAN DPT PENGENDALIAN HAYATI
MUSUH ALAMI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Musuh Alami ( 2 bahasa indonesia, 2 bahasa asing)
Musuh alami adalah organism yang ditemukan di alam yang dapat membunuh
serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan
kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga.
(Hadi,2011)
Musuh Alami adalah organisme yang dalam perkembangannya di
alam dapat mengganggu perkembangan atau menyebabkan kematian OPT.
(Anonymous,2011)
Natural enemis are organism that kill,decrease the reproductive
potential, or otherwise reduce the numbers of another organism. Musuh alam
yang membunuh organisme, mengurangi potensi reproduksi, atau mengurangi
jumlah dari organisme lain. (Mary,1998)
2.2 Macam-macam Musuh Alami
2.2.1 Definisi predator (1 indo + 1english + contoh)
Predator adalah serangga yang dalam hidupny amembunuh dan memaka nsejumlah
mangsa.
( Kasumbogo 2007)
Predator adalah organism yang hidupbebas yang memangsa organism
lainnya.Predator
dapatmenyerangdarimulaifase
immature
(pradewasa)
sampaidenganfasedewasadariseranggamangsa.
(Anonymous, 2011)
An organism that, during its development, consumes more than one prey individual.
http://entnemdept.ufl.edu/fasulo/whiteflies/wfly004e.htm
2.2.2 Definisi Parasitoid (1 indo + 1english + contoh)
Parasitoid Serangga adalah serangga yang stadia pradewasanya memparasit
pada atau ada di dalam tubuh serangga lain, sedangkan imago hidup bebas
menjadikan nektar dan embun madu sebagai makanannya. (Manjabal,2011)
Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang
pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). ( Adi,2005)
A parasitoid is an organism that spends a significant portion of its life
history attached to or within a single host organism in a relationship that is in
essence parasitic; unlike a true parasite, however, it ultimately sterilises or
kills, and sometimes consumes, the host.
Parasitoid adalah organisme yang menghabiskan sebagian besar yang riwayat
hidup yang melekat pada atau dalam satu tuan organisme dalam suatu
hubungan yang pada dasarnya parasit; tidak seperti parasit benar, namun,
akhirnya sterilises atau membunuh, dan kadang-kadang mengkonsumsi, tuan
rumah . ( Jimmy,2011)
2.2.3 Definisi entomopatogen (1 indo + 1english + contoh)
2.2.4 Definisi Antagonis (1 indo + 1english + contoh)
Sedangkan agens antagonis mempunyai pengertian bahwa mikroorganisme yang
mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada
tumbuhan dengan cara menghambat pertumbuhan lawannya atau dengan
persaingan tempat dan makanan.
2.3 Karakteristik Musuh Alami (predator,parasitoid,entomopatogen,antagonis)
2.4 Kisaran Mangsa Serangga
Pemilihan dan Kisaran Inang
1. Dalam proses pemilihan inang, semua parasitoid melalui suatu rangkaian proses
yang terdiri atas (1) pemilihan habitat inang, (2) penentuan lokasi inang, (3) penerimaan inang, dan (4) kesesuaian inang. Keberhasilan parasitisme sangat tergantung pada keempat proses tersebut.
2. Dalam proses pemilihan inang, parasitoid berhadapan dengan berbagai pertanda
yang sangat beragam sesuai dengan jaraknya dari inang. Pada jarak jauh, pertanda
kimia (dari lingkungan inang) hanya memberikan informasi mengenai keberadaan
habitat. Ketika parasitoid semakin mendekati inang, senyawa semiokimia yang
berasal dari inang, aktivitas inang, dan organisme lain yang berasosiasi dengan inang
akan menjadi petunjuk mengenai lokasi dan keberadaan inang. Pertanda visual,
seperti warna, bentuk, dan pola-pola yang berasosiasi dengan inang, digunakan untuk
meningkatkan efisiensi pencarian parasitoid.
3. Pemilihan habitat inang menggunakan pertanda yang berasal dari habitat tanpa
tergantung pada ada atau tidak inang di dalamnya. Pertanda yang digunakan untuk
pemilihan habitat biasanya visual atau bau senyawa volatil.
4. Penentuan lokasi inang terjadi setelah parasitoid berada di habitat yang tepat.
Beragam pertanda akan membantu membawa parasitoid dari habitat inang (habitat)
ke lokasi spesifik inang. Pertanda-pertandanya lebih spesifik, sangat dikenali, dan
berjarak lebih dekat daripada pertanda habitat. Pertanda mungkin berasal dari inang,
produk buangan inang, tanaman yang dimakan inang, atau dari organisme lain yang
berasosiasi dengan inang. Pertanda lokasi inang dapat berupa bau, visual, sentuhan,
atau suara.
5. Penerimaan inang adalah keputusan ya atau tidak (menerima atau menolak) ketika
parasitoid menemukan inangnya. Pertanda yang digunakan meliputi senyawa kimia
pada permukaan tubuh inang atau di dalam darah, dan pertanda fisik seperti ukuran,
bentuk, umur, atau tekstur inang.
6. Setelah inang ditemukan dan dapat diterima, maka inang tersebut haruslah sesuai
secara fisiologi dan nutrisi demi keberhasilan perkembangan keturunan parasitoid.
Ukuran dan umur inang akan mempengaruhi kesesuaiannya.
7. Kisaran inang parasitoid adalah semua jenis inang yang diserang sehingga
parasitoid berhasil memperoleh keturunannya. Untuk parasitoid yang menyerang
banyak inang digunakan istilah generalis (polifagus), sedangkan yang menyerang
sedikit atau satu inang disebut dengan spesialis (oligofagus atau monofagus). Kisaran
inang potensial adalah semua jenis yang dapat diserang sehingga parasitoid dapat
berkembang di dalamnya, sedangkan kisaran inang aktual adalah jenis-jenis yang
biasa digunakan parasitoid sebagai inang. Kemungkinan penyebab perbedaan antara
inang potensial dan aktual terletak pada urutan proses yang harus dilalui parasitoid
untuk menggunakan sejenis inang.
8. Prediksi umum mengenai kisaran hama menyatakan bahwa parasitoid telur dan
pupa mempunyai kisaran hama yang lebih lebar daripada parasitoid larva, dan
ektopara-sitoid mempunyai kisaran hama yang lebih lebar daripada endoparasitoid.
Keduanya berkaitan dengan sistem kekebalan yang dimiliki oleh inang.
Endoparasitoid umumnya menyerang inang yang tubuhnya terlihat. Parasitoid yang
menyerang inang dalam keadaan terlihat menunjukkan kisaran hama yang terbatas
(spesialis). Sebaliknya, ektoparasitoid cenderung menyerang inang yang tubuhnya
terlindung di dalam jaringan daun, kulit kayu, batang, atau jaringan-jaringan lain.
Parasitoid yang menyerang inang dengan tubuh tersembunyi menunjukkan spektrum
inang yang lebar (generalis).
9. Keseluruhan proses pemilihan inang akan menentukan kisaran inang. Rangkaian
proses tersebut akan menjelaskan ketidaksesuaian antara kisaran hama potensial dan
aktual karena setiap tahap urutan akan mengurangi jumlah jenis inang yang akan
ditemukan dan diserang parasitoid.
10. Untuk mempertahankan diri, inang mungkin menangkal parasitoid secara
eksternal sebelum terjadi oviposisi, atau secara internal setelah oviposisi terjadi.
Reaksi pertahanan eksternal dapat dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh, atau
inang pindah ke bagian lain yang lebih aman. Reaksi pertahanan internal terdiri atas
reaksi seluler (enkapsulasi dan melanisasi) dan reaksi humoral. Secara umum, inang
yang berbeda menggunakan mekanisme pertahanan yang berbeda untuk menghadapi
parasitoid yang sama, tetapi parasitoid yang berbeda akan menyebabkan reaksi
pertahanan yang sama dari inang yang sama.
Sumber Buku Pengendalian Hayati Karya Adi Basukriadi
http://muhammadalialfi.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-dasardasar_7366.html
http://sahatostcak.blogspot.com/2012/04/laporan-musuh-alami.html
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52844/BAB%20II%20Tiinja
uan%20Pustaka.pdf?sequence=4
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat,Bahan dan Fungsi
3.2 Cara Kerja
3.3 Analisa Perlakuan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar Literatur dan Gambar Tangan
4.2 Klasifikasi
- Anax Julius (capung)
Klasifikasi = Kingdom : Animalia ,
Filum : Arthropoda,
kelas : insekta,
ordo : odonata,
famili : epiprocta,
genus : anax,
spesies : Anax junius.
- Stagmomantis carolina (belalang sembah)
Klasifikasi = Kingdom : Animalia,
filum : arthropoda,
kelas : insekta,
ordo : mantoda,
famili : mantidae,
Genus : stagmomantis,
spesies : Stagmomantis carolina.
- Soleonopsis (semut rang-rang)
Klasifikasi = kingdom : animalia,
filum : arthropoda,
kelas : insekta,
ordo : heminoptera,
famili : kamilidae,
genus : solenopsis,
spesies : Solenopsis sp
- Lycosa sp (laba-laba)
Klasifikasi =
kingdom : animalia,
filum : arthropoda,
kelas : arachnidae,
ordo : aroneceae,
famili : lycosidae,
genus : lycosa,
spesies : Lycosa sp.
Nama latin
: Lycosa sp
Nama umum : Laba-laba
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Arachnida
Ordo
: Araida
Famili
: Lycosidae
Genus
: Lycora
Spesies
: Lycora sp
- Lymnogatus sp (anggang-anggang)
Klasifikasi = Kingdom : Animalia,
filum : arthropoda,
kelas : insekta,
ordo : hemiptera,
famili : gerridae,
genus : Lymnoganus,
spesies : Lymnoganus sp.
- Monochillus segmaculatus (kumbah kubat spot M)
Klasifikasi = kingdom : animalia,
filum : arthropoda,
kelas : insekta,
ordo : coleoptera,
famili : carabidae,
genus : menochillus,
spesies : Menochillus sexmaculatus.
http://drs-oeyo.blogspot.com/2012/06/pengenalan-musuh-alam-dan-pestisida.html
4.3 Pembahasan dan perbandingan Literatur
4.4 Analisis jurnal potensi agen hayati dalam pengendalian OPT (jurnal dilampirkan)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAPUS (MIN 3 BUKU dan 2 jurnal)
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman
Materi : Musuh Alami
Oleh :
Novita Inka Sari W ( 115040201111019 )
Asisten : Amalia Hakiki
Kelompok : Senin, jam 11.00
Kelas : F
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar Perlindungan Tanaman merupakan studi tentang cara mengamankan
produksi dari tumbuhan yang di budidayakan dari serangan hama, penyakit,dan
gulma. Hama ialah sekelompok bintang dalam populasi tertentu yang merusak
tanaman sehingga menyebabkan keruguian ekonomi. Hama berasal dari bintang yang
berubah status menjadi hama, yang mana hal ini terjadi karena adanya perubahan
ekosistem.
Sesungguhnya ekosistem alami memiliki keseimbangan alam yang sangat
baik, sebab tidak terjadi dominasi suatu spesies baik binatang maupun tumbuhannya,
serta tidak pernah terjadi ledakan hama sebab mush alaminya telah tersedia di alam
tersebut.
Dalam studi Dasar Perlindungan Tanaman,salah satu pengendalian hama
adalah dengan menggunakan musuh alami agar tidak mencemari maupun merusak
alam atau lingkungan sekitar. Pengendalian dengan menggunakan mush alami disebut
Pengendalian Hayati.
1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
Mahasiswa mengetahui definisi dari musuh alami
Mahasiswa mengetahui kategori atau pembagian dari musuh alami dan
mampu menjelaskan perannya
Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara musuh alami,hama
dan tanaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Musuh Alami
2.2 Definisi Parasiroid
2.3 Definisi Patogen
Patogen adalah mikroorganisme yanag hidup dan makan pada atau
dalam inang (host) lain yang lebih besar, yang menyebabkan sakit atau luka. (
Manjabal,2011)
Patogen (Bahasa Yunani: "penyebab penderitaan") adalah agen
biologis yang menyebabkan penyakit . (Anpnymous, 2011)
Pthogenics are parasite capable of causing disease who host.Patogen
adalah parasit yg mampu menimbulkan penyakit pada inangnya.
(Anonymous,2011)
2.4 Ciri-ciri dan contoh Musuh Alami ( Predator,Parasitoid,Patogen)
2.4.1 Predator adalah oganisme yang membunuh/memagsa organisme
lainnya untuk kebutuhan makannya. arekteristik predator antara lain :
1. Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya
2. Bersifat karnivor baik pada saat pradewasa maupun dewasa (imago)
3. Membinasakan atau melumpuhkan mangsa sebelum mengkonsumsi
dan memakan atau menghisap mangsanya dengan cepat
4. Memerlukan dan memakan lebih dari satu mangsa untuk
perkembangan pertumbuhan selama hidupnya dan membunuh
mangsa untuk dirinya sendiri.
5. Umumnya memiliki tubuh lebih besar dibandingkan dengan tubuh
mangsanya
6. Organ tubuh predator berkembang baik sehingga dapat bergerak
cepat atau terbang serta modifikasi embelan yang memungkinkan
melakukan fungsi yang lebih dari yang dimiliki serangga pada
golongan lain
7. Ada imago serangga pradewasa hidup pada habitat dan sumber
makanan yang sama sehingga menimbulkan kompetisi di
dalamspesies itu sendiri
8. Predator ada yang generalis yaitu memangsa berbagai jenis spesies
mangsa dan ada yang spesialis yaitu hanya memangsa satu jenis
spesies mangsa. (Anonymous,2011)
Contoh Predator
(Rahayu,2011)
(Rahayu,2011)
(Rahayu,2011)
2.4.2 Parasitoid
1. Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu
thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan),
deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak
mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan
arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan,
dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid).
2. Parasitoid disebut internal atau endoparasitoid jika perkembangannya
di dalam rongga tubuh inang dan eksternal atau ektoparasitoid apabila
perkembangannya di luar tubuh inang.
3. Parasitoid yang membunuh atau yang melumpuhkan inang setelah
meletakkan telur disebut idiobiont. Parasitoid yang tidak membunuh
atau tidak melumpuhkan secara permanen setelah melakukan
oviposisi disebut koinobiont.
4. Parasitoud yang menghasilkan hanya satu keturunan dari satu inang
disebut soliter dan disebut gregarius kalau jumlah keturunan yang
muncul lebih dari satu individu (tetapi berasal dari satu induk) per
inang.
5. Hiperparasitoid atau parasitoid sekunder adalah parasitoid yang
menyerang parasitoid primer. Adelphoparasitoid adalah parasitoid
jantan yang memparasiti larva betina dari jenisnya sendiri.
6. Multiparasitisme adalah parasitisme terhadap inang yang sama oleh
lebih dari satu jenis parasitoid primer, superparasitisme adalah
parasitisme satu inang oleh banyak parasitoid dari jenis yang sama.
7. Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama
bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat
gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak
banyak,
parasitoid
juga
ditemukan
pada
bangsa
Coleoptera,
Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang
bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.
8. Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di
dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan.
Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan
kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku
Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting
dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea
yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam
pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae,Trichogrammatidae,
Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae. (Adi,2005)
Contoh Parasitoid
(Rahayu,2011)
2.4.3 Patogen
Seperti halnya manusia, serangga dapat juga sakit, karena di alam ini
ada penyakit yang dapat menjangkitinya. Penyakit pada serangga disebabkan
oleh patogen yang umumnya berupa cendawan, bakteri, virus, protozoa atau
nematoda. Patogen tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi dapat
diamati dari gejala kerusakan yang ditimbulkannya. Patogen dapat
berkembang dan membunuh inangnya dengan cepat serta dapat menular ke
serangga lain. Penularan penyakit pada serangga dapat terjadi melalui
makanan atau kulit serangga. Apabila serangga sehat memakan makanan yang
tercemar
patogen (bakteri, virus, protozoa, atau telur nematoda), atau kulitnya terkena
infeksi patogen (cendawan, larva nematoda) maka serangga tersebut dapat
tertulari penyakit.
Bagi kita, patogen pada serangga seperti cendawan, bakteri, virus, protozoa
dan nematoda sangat menguntungkan karena dapat membantu mengendalikan
hama di kebun kita. (Rahayu,2011)
Contoh Patogen
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
 ALat tulis : untuk menggambar dan mencatat hasil pengamatan
 Tanaman kacang panjang, Aphis sp, dan Coccinelid sp : untuk di amati
3.2 Alur Kerja
Siapkan Alat dan Bahan
↓
Lakukan pengamatan
↓
Gambar specimen yang menjadi bahan pengamatan
↓
Catat Hasil pengamatan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambar
Aphis sp
Coccinelid sp
Kacang Panjang
4.2 Klasifikasi
 Coccinelid sp
Kerajaan: Animalia
Filum:
Arthropoda
Kelas:
Insecta
Ordo:
Coleoptera
Famili:
Coccinellidae
Subfamili: Coccinellinae
 Aphis sp
Nama umum: Aphis sp.
Nama ilmiah: Aphis sp.
Kerajaan: Animalia
Kelas: Insecta
Ordo: Hemiptera
Keluarga: Aphididae
 Kacang Panjang
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Vigna
Spesies: Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has
4.3 Hubungan antara ketiga specimen
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat jarring-jaring makanan dari
ketiga specimen tersebut, yang mana tanaman kacang panjang sebagai produsen,
Aphis sebagai herbivore atau konsumen tingkat I, sedangkan Coccinelid sebagai
karnivor atau konsumen tingkat II. Jaring-jaring makanan seperti ini telah diatur
secara rapi di alam sehingga terjadi keseimbangan dalam ekosistem.Namun, hal
tersebut telah bergeser disebabkan oleh manusia yang mengubah ekosistem.
Oleh karena itu, salah satu cara penanggulangan hama adalah memnfaatkan
system jaring-jaring makanan tersebut,yaitu dengan adanya musuh alami,maka
jumlah hama dapat dikendalikan atau dikurangi agar tidak merugikan. Dan cara
penanggulangan dengan menggunakan musuh alami tersebut disebut dengan
Pengendalian Hayati.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Salah satu pengendalian hama adalah dengan pemanfaatan mush alami yang
sering disebut dengan Pengendalian Hayati. Cara pengendalian tersebut dengan
memelihara musuh alami tersebut atau menjaga lingkungan sedemikian rupa agar
mush alami tidak punah atau berkurang akibat penggunaan bahan kimia atau dengan
kata lain jaring-jaring makanan yang telah tersusun atau tersedia di alam dijaga.
Pengendalian dengan menggunakan musuh alami pun sangat ramah lingkungan dan
dapat membantu mengembalikan, mempertahankan dan memlihara keseimbangan
alam.
5.2 Saran
 Sesekali praktikum diluar Lab,jadi mengamati secra langsung di alam
bebas,bukan berarti fieldtrip.
Daftar Pustaka
Anonymous.2011.
http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=74:istilah-dan-pengertian-di-perlindungan-perkebunan&catid=15:home
Di akses tanggal 20 November 2011
Anonymous.2011. http://pakreatif.blogspot.com/2011/03/mikroorganismapatogen.html Di akses tanggal 20 November 2011
Anonymous.2011. http://www.artikata.com/arti-344015-patogen.html Di
akses tanggal 2 Novemmber 2011
Anonymous.2011. http://www.infoopt.com/?Musuh_alami Di akses tanggal 20
November 2011
Basukriadi, Adi. 2005. Buku Materi Pokok: Pengendalian Hayati. Jakarta :
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Hadi.2011.http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/musuh-alamipada-serangga/ Di akses tanggal 20 November 2011
Louise Flint,Mary. 1998. Natural enemies handbook: the illustrated guide to
biological pest control. California : ANR Publications
Manjabal.2011. . http://manjabal41.blogspot.com/2008/06/pengendalianhayati-istilah.html Di akses tanggal 20 November 2011
Rahayu, Subekti. 2011. www.google.com Di akses tanggal 7 Oktober 2011
Wales, Jimmy. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Parasitoid Di akses tanggal
21 November 2011
DAFTAR PUSTAKA
Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha
Nasional. Surabaya.
Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama
Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Rustam, rusli. 2004. Potensi Parasitoid Opius sp. (Hymenoptera; Bracondiae) Dalam
Menekan Populasi Hama Pengorok daun Liriomyza sp. (Diptera; Agromyzidae).
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/rusli_rustam.pdf
Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman
Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta.
Karsapoetra, A.G. 1990. Pengendalian Hama Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara,
Yogyakarta
LAPORAN DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Musuh Alami Hama
Tanaman
22 Jun
LAPORAN DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Musuh Alami Hama
Tanaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum populasi organisme di alam berada dalam keadaan seimbang pada
jenjang populasi tertentu. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga faktor
dalam populasi sendiri, yang mengendalikan populasi tersebut. Salah satu kelompok
faktor lingkungan itu adalah musuh alami yang mencakup parasitoid, predator, dan
pathogen.
Serangga, selain bersifat sebagai hama,banyak pula yang bersifat sebagai predator
atau parasitoid. Selain tipe alat mulut yang khas, predator biasanya mempunyai
ukuran tubuh lebih besar daripada mangsanya dan membutuhkan lebih dari seekor
mangsa selama hidupnya. Mangsa biasanya lebih kecil , lebih lemah atau kurang
lincah. Serangga predator ada yang bertindak sebagai predator pada fase dewasa saja
atau larva saja, tetapi ada yang pada fae larva dan dewasa. Seranggga predator banyak
berasal dari ordo coleopteran disusul oleh ordo odonata dan hemiptera. Sebagai
contoh daro ordo coleopteran adalah Coccinella arcuata dan C. repanda pemakan
wereng coklat dan wereng hijau pada padi juga aphis.
Secara umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang
paad serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat
menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada
inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu
individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat
hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya
secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota ordo hemynoptera dan
dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam berbagai fase hidup
serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur, larva, nympha, kepompong
dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera) adalah salah satu contoh
parasitoid telur hama pengerek batang padi.
Serangga hama dapat terinfeksi oleh pathogen (agen penyebab penyakit). Agen
penyebab penyakit pada serangga hama antar lain berupa nematode, jamur, bakteri,
dan virus. Pathogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh inangnya (hama) dengan
jalan merusak integument, melalui spraculum, anus, atau lobang masuk yang lain.
Umumnya pathogen masuk lewat mulut atau lat pencernaan. Contoh pathogen
serangga adalah Bacillus thuringientis sebagai bakteri pathogen larva Lepidoptera dan
metarrhizium anisopliae penyebab penyakit Muscardine hijau pada kumbang kelapa
(oryctes rhinoceros).
Kita sudah maklum bahwa serangga hama tanaman merupakan salah satu penyebab
rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai
lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi
kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami,
menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara
pengendalian tersebut.
Musih-musuh alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung,
undur undur, kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking,
burung dan lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai
jenis tanaman antara:
1. Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella, kumbang mirid, kumbang
carabit, labah-labah bermata jalang, laba-laba berahang empat, laba-laba, harimau,
dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan wereng
punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga pemangsa hama putih
dan penggerek batang padi.
2. Semut hitam menyerang hama Helopeltis pada buah kakao.
3. Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips tabaci) pada tanaman bawang
merah.
4. Tawar kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama ulat Artona yang
merusak tanaman kelapa, sagu, enau, pinang, salak, kelapa sawit, tebu.
5. Kepik merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk kopi
(Hypothenemus) yang menyerang buah kopi di pertanaman.
6. Larva Chrysopa dan kumbang Coccinella memangsa kutu dan persik pada tanaman
kentang.
7. Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada
tanaman singkong dan waloh siam.
8. Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis) dan pengisap daun (Aphis)
pada tanaman kapas.
9. Kepik (Rhinocoris) memangsa ulat Prodenia, Heliothis, dan kutu daun pada
tanaman tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai jenis
hama tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu.
1.2 Tujuan
Untuk mengenal musuh alami hama tumbuhan dan mempelajajari mekanisme
permusuhannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem merupakan unit dasar ekologi yang didalamnya berlangsung interaksi
antara komponen-komponen penyusunnya. Salah satu komponen utama yang
menyusun ekosistem pertanian adalah musuh alami yang mencakup parasitoid,
predator, dan patogen. Kehadiran musuh alami tersebut sangat penting guna
berlangsungnya proses ekologi seperti predasi dan parasitisme yang berperan
mencekal gangguan hama.
Jumlah spesies dan karakterisitik musuh alami sesuatu hama tanaman adalah sangat
banyak dan beragam. Semakin mendalam penelitian yang diadakan, semakin besar
keragaman yang dijumpai pada musuh-musuh alamiah.
Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) hingga saat ini masih merupakan
masalah utama yang membatasi produksi terutama untuk daerah-daerah yang
mempunyai iklim tropis. Sementara, penggunaan pestisida sintetik dalam
mengendalikan OPT mempunyai resiko yang besar karena dapat menyebabkan
reistensi, resurgensi, pencemaran lingkungan, musnahnya musuh alami, timbulnya
residu pestisida dalam tanaman dan sebagainya. Pengendalian hayati diharapkan
dapat mengurangi efek samping dari penggunaan pestisida dalam mengendalikan
serangan OPT.
Menurut Cook and Baker (1989), pengendalian hayati (biological control) adalah
pengurangan jumlah inokulum atau aktivitas produksi penyakit (deseases producingactivity) dari patogen yang disebabkan oleh satu atau beberapa organisme selain
manusia. Aktivitas produksi penyakit termasuk didalamnya pertumbuhan,
keinfektifan, virulensi, agresifitas dan kualitas lain dari patogen. Di dalamnya
termasuk:
1) individu atau populasi avirulen atau hipovirulen dari spesies patogen itu sendiri,
2) manipulasi genetik tanaman inang, kultur teknis, atau dengan menggunakan
mikroorganisme untuk meningkatkan ketahanan tanaman inang terhadap patogen, dan
3) pemanfaatan antagonis patogen yang diartikan sebagai mikroorganisme yang
menginterferensi pertahanan atau aktivitas produksi penyakit dari patogen .
Musuh alami adalah organisme yang mengganggu organisme lainnya. Musuh
alami teerdiri dari musuh alami pemangsa/predator, parasitoid, pathogen dan
hama. Musuh alami pathogen adalah organisme yang mengganggu pathogen
sedangkan musuh alami hama adalah organisme yang mengganggu hama. Bentuk
gangguannya dapat berupa hiperparasitik, antagonistic, predatorik, parasitoid dan
patogenik.
Berdasarkan tempat hidupnya, maka organisme itu dapat dikelompokkan menjadi
1) Parasit
Organisme yang hidup, makan, berkembangbiak dan merusak. Artinya menimbulkan
gangguan pada organism hidup yang ditempatinya (inangnya).
2) Saprofit
Organisme yang hidup pada bagian yang sudah rusak mati atauberkembangbiak pada
benda mati.
3) Epifit
Organisme yang hidup pada bagian yang sudah mati pada organism hidup, artinya
makan dan berkembangbiak dari bahan yang sudah mati terdapat pada organism
hidup tersebut.
Secara alami, pathogen merupakan musuh tanaman tetapi pathogen juga mempunyai
musuh yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan pathogen. Mekanisme
permusuhannya dapat berupa antagonistic dan hiperparasitik. Musuh alami yang
antagonistic biasanya menghasilkan antibiotic yang berfungsi menghambat atau
membunuh pathogen (organism lain). Musuh alami yang hiperparasit hidupnya
dengan cara memarasit pada pathogen. Contoh musuh alami pathogen adalah
Trichoderma harzianum, Gliocladium virens, dan Pseodomonas fluorescens.
Secara harfiah, predator dapat dikatakan sebagai pemangsa. Namun, dalam
hubungannya dengan jaring-jaring makanan predator merupakan konsumen tingkat-2
sampai tingkat selanjutnya yang memangsa tingkat yang lebih kecil. Jadi, predator
dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan binatang/organisme
lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang.
Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk menjaga
keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa
serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis
seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan kelangsungan hidup ,
seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak mangsa. Hal ini berbeda
dengan parasit. Parasit memerlukan satu ekor inang saja sebagai tempat untuk
melengkapi daur hidupnya.
Kita sudah mengetahui bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab
rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai
lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi
kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami,
menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara
pengendalian tersebut.
Keberadaan dan pentingnya predator dalam ekosistemnya dapat kita lihat kasus
sebagai berikut : saat kita memulai menanam padi, maka saat itu juga kita memulai
menciptakan sebuah komunitas baru pada areal penanaman padi. Pada saat bersamaan
kita tidak hanya menanam padi melainkan juga hama penghisap bulir, penggerek
batang, penyakit malai, penyakit busuk malai, predator Lycosa pesudoannulata,
Pederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata dan kumbang coccinella yang semuanya
terkait dengan tanaman padi yang kita tanam. Begitu pula halnya dengan tanaman
perkebunan yang dibudidayakan.
Penggunaan pestisida yang berlebihan, berspektrum luas dan tidak selektif disertai
tehnik budidaya yang kurang baik akan berdampak pada ketidakseimbangan
ekosistem, karena tidak hanya hama saja melainkan semua pemangsanya pun turut
musnah. Dan bila terjadi ledakan populasi hama yang baru, jumlah predator yang ada
tidak mencukupi sehingga pengendalian biologis tidak akan efektif.
Melihat pentingnya peran predator dan parasit dalam menjaga dan mengendalikan
populasi hama, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi
penggunaan insektisida yang berspektrum luas, aplikasi insektisida dengan
melakukan pengamatan perbandingan jumlah hama dan musuh alami, bahkan bila
perlu dalam suatu areal penanaman dilakukan manipulasi lingkungan agar
mendukung peran dan jumlah musuh alaminya. Penggunaan insektisida yang
berspektrum luas akan membunuh hama sekaligus musuh alaminya. Apabila aplikasi
insektisida ini tetap dilakukan maka akan muncul resurgensi yaitu meledaknya
populasi hama setelah dilakukan penyemprotan insektisida dibandingkan petak lain
yang tidak diaplikasikan insektisida. Salah satu sebab timbulnya resurgensi adalah
hilangnya musuh alami hama karena aplikasi insektisida yang berspektrum luas
sehingga ikut terbunuh saat penyemprotan. Karena tidak adanya musuh alami maka
hama leluasa berkembang biak tanpa adanya pengendali di alam terhadap
populasinya.
Predator adalah hewan yang memangsa (memakan) hewan lainnya. Predator biasanya
mempunyai ukuran tubuh lebih besar daripada mangsanya dan dapat berasal dari
vertebrata maupun avertebrata. Serangga, selain bersifat sebagai hama, banyak pula
yang bersifat sebagai predator atau parasitoid. Serangga predator ada yang bertindak
sebagai predator pada fase dewasa saja atau larva saja, tetapi ada yang pada fae larva
dan dewasa. Serangga predator banyak berasal dari ordo coleoptera disusul oleh ordo
odonata dan hemiptera. Sebagai contoh daro ordo coleopteran adalah Coccinella
arcuata dan C. repanda pemakan wereng coklat dan wereng hijau pada padi juga
aphis.
Laba-laba adalah contoh pemangsa yang dikenal secara umum. Beberapa jenis labalaba membuat jarring. Laba-laba tersebut menunggu di jaringnya sampai serangga
yang terbang terperangkap. Laba-laba mendekati serangga itu dengan cepat,
menggigit dan langsunng memakannya. Kadang-kadang menyimpan untuk dimakan
kemudian. Beberapa jenis laba-laba lainnya tidak membuat jarring tetapi berpeindahpindah dalam kebun untuk member mangsa. Hal yang sama juga banyak dilakukan
oleh banyak jenis serangga pemangsa. Serangga tersebut memburu dan memakan
serangga lain.
Secara umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang
pada serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat
menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada
inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu
individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat
hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya
secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota ordo hemynoptera dan
dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam berbagai fase hidup
serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur, larva, nympha, kepompong
dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera) adalah salah satu contoh
parasitoid telur hama pengerek batang padi.
Banyak jenis tawon memasukkan telurnya ke dalam tubuh ulat atau seranggalain.
Telur itu menetas dalam ulat, dan larva tawon yang sangat kecil memakan tubuh ulat
(inang) dari dalam, sehingga ulat mati. Inilah yang disebut dengan endoparasitoid.ada
juga parasitoid yang meletakkan telurnya di permukaan inangnya, kemudian menetas
dan larvanya memakan dengan cara menghisap cairan tubuh dari luar sampai
inangnya mati, dan inilah yang disebut dengan ektoparasitoid.
Serangga hama dapat terinfeksi oleh pathogen (agen penyebab penyakit). Agen
penyebab penyakit pada serangga hama antar lain berupa nematode, jamur, bakteri,
dan virus. Pathogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh inangnya (hama) dengan
jalan merusak integument, melalui spraculum,anus, atau lobang masuk yang lain.
Umumnya pathogen masuk lewat mulut atau lat pencernaan. Contoh pathogen
serangga adalah Bacillus thuringientis sebagai bakteri pathogen larva Lepidoptera dan
metarrhizium anisopliae penyebab penyakit Muscardine hijau pada kumbang kelapa
(oryctes rhinoceros).
Perkembangan parasitoid dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.
a. Ketahanan Varietas.
Varietas tahan yang menghambat perkembangan hama akan berakibat secara tidak
langsung menghambat pada perkembangan populasi serangga parasitoid.
b. Inang.
Keberadaan serangga hama (inang) dalam jumlah tertentu yang belum menimbulkan
kerusakan ekonomi, baik utnuk mempertahankan adanya populasi parasit sehingga
dapat mencegah timbulnya ledakan hama.
c. Pestisida Kimia.
Insektisida yang berspektrum luas disamping membunuh serangga hama, juga dapat
memusnahkan serangga parasit. Untuk menjaga kelestarian parasit perlu
menggunakan insektisida yang selektif membunuh hama tanpa membunuh parasitoid.
Aplikasi insektisida hanya boleh dilakukan pada saat-saat sudah sampai pada ambang
ekonomi yang merugikan.
d. Pola Tanam.
Pada pola tanam campuran atau tumpangsari parasitoid akan berkembang lebih baik
dari pada di pertanaman monokultur untuk tanaman semusim, karena ketersediaan
makanan yang berkelanjutan pada pola tanam campuran.
e. Sifat Polifag Parasitoid.
Parasitoid yang mempunyai banyak inangnya (polifag) dapat bertahan dalam berbagai
ekosistem. Sedangkan parasitoid yang hanya mempunyai satu inang, mudah punah
disuatu daerah yang pola tanamnya monokultur seperti padi atau jagung dimana
setelah dipanen hama tidak ada lagi, yang berarti tidak ada makanan untuk parasitoid.
f. Hyperparasit.
Adanya parasitoid sekunder yang memarasit parasitoid primer akan menekan
perkembangan parasitoid primer yang berarti membantu perkembangan hama.
g. Pengolahan tanah.
Pengolahan tanah sempurna akan menurunkan populasi serangga hama maupun
bukan hama sebagai inang parasitoid, sehingga akibatnya populasi parasitoid
menurun sejalan dengan penurunan populasi inangnya. Persiapan lahan secara tanpa
olah tanah (TOT) dan pengolahan tanah setengah sempurna meninggalkan gulma
penutup tanah tetap hidup, memberi peluang bagi serangga hama dan non hama dapat
bertahan hidup, yang merupakan inang bagi parasitoid untuk bisa bertahan hidup.
Penggunaan serangga parasit dalam pengendalian serangga hama tanaman pada
umumnya dapat dilakukan melalui empat kegiatan yaitu: introduksi, perbanyakan,
pelepasan, dan pelestarian.
1. Introduksi.
Untuk pengendalian hama disuatu daerah yang belum ada parasitnya, perlu dilakukan
impor atau introduksi parasit dari luar negeri. Parasitoid Diadegma semiclausum dari
Selandia Baru pernah diimpor ke Indonesia untuk mengendalikan hama kubis Plutella
xylostella. Parasitoid ini telah berkembang di Pacet tahun 1953, di Lembang tahun
1968. Pada 1988 diintroduksi ke Sulawesi Selatan dan Utara. Cotesia plutella pertama
kali diintroduksi dari AVRDC Taiwan ke Indonesia pada tahun 1989 untuk
mengendalikan P. xylostella.
2. Perbanyakan.
Parasit yang baru diintroduksi perlu dibiakkan secara massal di laboratorium sebelum
dilakukan pelepasan di lapangan. Di laboratorium parasit diberi makanan dan
inangnya.
Contoh : Skema perbanyakan parasit C. plutella dan D.
3. Pelepasan.
Pelepasanan musuh alami dikenal dengan istilah “augmentasi”. Ada dua cara
pelepasan yaitu pertama “inokulasi” pelepasan dalam jumlah terbatas, dan kedua
“inundasi” untuk pelepasan dalam jumlah besar (Setiawati et al., 2004). Pelepasan
parasitoid D. semiclausum pada pertanaman kubis efektif mengendalikan hama P.
xylostella. Pelepasan H. varicornis pada pertanaman kentang juga mampu menekan
populasi hama L. huidobrensis (Asandhi dan Setiawati, 2000 dalam Setiawati et al.,
2004) dan pelepasan Trichogrammatoidae armigera efektif dalam menekan hama H.
armigera (Usyati et al., 2003 dalam Setiawati et al., 2004). Trichogramma evanescens
juga mampu menekan hama penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis (Nonci dan
Masmawati, 2004).
4. Pelestarian.
Agar pengendalian hayati dapat berjalan secara berkesinambungan, perlu adanya
tindakan pelestarian atau konservasi (De Bach, 1979 dalam Setiawati, 2004). Dalam
upaya melestarikan parasitoid yang telah dilepas di lapangan segala tindakan yang
dapat menurunkan populasi parasitoid perlu dihindari. Pelestarian menyangkut
manipulasi lingkungan yang menguntungkan kehidupan parasitoid seperti
menyediakan gulma atau tanaman yang memproduksi tepung sari sebagai makanan
dan tempat berlindung. Menurut van Driesche dan Bellows (1996) dalam Setiawati
(2004), tindakan konservasi yang dapat dilakukan yaitu :
Penggunaan pestisida secara terbatas dan selektif§
Menyediakan tempat perlindungan parasit§
Memodifikasi sistim budidaya tanaman§
BAB III
METODOLOGI
1.1 Alat dan Bahan Praktikum
1.1.1 Alat
• Mikroskop stero
• Loup
• Pinset
• Cawan perti
• Gelas preparat
• Gelas penutup preparat
• Jarum tombak.
1.1.2 Bahan
a) Predator hama tumbuhan yang terdiri dari capung (Macromidae),belalang sembah
(Mantodea), cecopet (Forficulidae), undur-undur (Myrmeteontidae).
b) Parasitoid hama tumbuhan yang terdiri dari Braconidae.
c) Pathogen hama tumbuhan yang terdiri dari Beauveria bassiana, Metarrhizium
anisopliae, Nematode entomophaga ,steinernema sp,Bacillus thuringiensis.
1.2 Cara kerja
1. Menggambar dan memberi keterangan biakan, koloni atau specimen musuh alami
yang tersedia.
2. Mengamati preparat yang ada dengan menggunakan mikroskop atau loup.
3. Diperhatikan cirri-ciri penting yang membedakan dari lainnya
4. Disebutkan taksonominya dan diberi keterangan tentanng hal-hal yang penting.
5. Menjelaskan bagaimana mekanisme permusuhannya dari masing-masing
specimen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Mettharrhizium sp
Nama musuh alami : pathogen serangga, seperti berbagai jenis wereng, kepik dan
kumbang
Ciri-ciri penting : Mettharrhizium mematikan hama dengan cara menginfeksi tubuh
inang, termasuk golongan pathogen serangga Ordo Monilles, Famili Moniliaceae.
Cendawan ini berwarna putih,penyebaran spora melalui air atau terbawa angin. Spora
menginfeksi tubuh serangga melalui integument/jaringan lunak. Berkembang
membentuk hifa putih, pasa saat spora terbentuk cendawan pathogen berubah menjadi
hijau gelap atau hijau derah.
2. Capung
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Subordo : Epiprocta
Infraordo : Anisoptera
Suku : Aeshnidae, Austropetaliidae, Cordulegastridae, Corduliidae, Gomphidae,
Libellulidae, Macromiidae, Neopetaliidae, Petaluridae
Ciri-ciri penting : kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata.
Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur
dan menghabiskan masa pradewasa anak-anaknya.
3. Cecopet
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Dermaptera
Famili : Forficulidae
Ciri-ciri penting : tubuh berwarna hitam, ukuran 11-17 cm, memiliki penjepit pada
ekornya yang digunakan untuk mengambil dan memegang mangsanya serta sebagai
pertahanan diri. Kebanyakan cecopet aktif pada malam hari, sedangkan pada siang
hari mereka bersembunyi di dalam tanah. Kadang-kadang menggerek batang tanaman
untuk mencari mangsa.
4. Belalang Sembah
jaan :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Mantodea
Ciri-ciri penting : Belalang sembah adalah salah satu dari segelintir serangga yang
dapat memutar kepalanya. Belalang sentadu atau belalang sembah adalah serangga
yangn termasuk ke dalam ordo Mantodea. Dalam bahasa Inggris, serangga ini biasa
disebut praying mantis karena sikapnya yang seringkali kelihatan seperti sedang
berdoa. Kata mantis berasal dari bahasa Yunani “Mantes” yang berarti “nabi” atau
“peramal nasib”. Belalang sembah yang agak bergerak lambat, besar dan memanjang
yang penampilannya menakjubkan karena keanehan tungkai-tungkai depan mereka
yang mengalami modifikasi, yaitu tipe tungkai raptaorial. Umumnya belalang adalah
hamper padasemua stadia hudupnya merupakan predator, makanannya beberapa jenis
serangga dan biatang lainnya. Memiliki ukuran prothorax yang panjang, tungkai
depannya panjang lagi kuat segai alat perangkap mangsa.
5. Semut kecil
Nama musuh alami : Tawon, lebah, dan semut kecil
Ciri-ciri penting : Serangga kecil yang berukuran jarang melebihi 15 mm. Sayap
depan serangga dari famili ini tidak mempunyai sel costa dan vena 2m-cu. Serangga
kecil ini meletakkan telurnya pada saat hari yang sama setelah imago betina keluar
dari pupa.
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jamur sebagai
musuh alami pathogen menyerang mangsanya dengan cara menginfeksi tubuh
inangnya yang kebanyakan melalui melalui integument/jaringan lunak selain itu ada
juga memarasit inangnya dengan cara menutupi atau membungkus patogen,
memproduksi enzim-enzim dan menghancurkan dinding sel patogen hingga patogen
mati.
Metarrhizium adalah penyakit muscardine hijau pada kumbang kelapa (orycetes
rhinoceros). Metarrhizium merupakan musuh alami dari Orycetes rhinoceros.
Mettharrhizium mematikan hama dengan cara menginfeksi tubuh inang,
Metarrhizium anosophae dapat masuk ke dalam tubuh inangnya dengan merusak
integument melalui spiraculum, anus, atau lubang masuk lainnya.
Predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan
binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara
berulang-ulang. Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan
untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga
yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau
memangsa habis seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan
kelangsungan hidup , seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak mangsa.
Hal ini berbeda dengan parasit. Parasit memerlukan satu ekor inang saja sebagai
tempat untuk melengkapi daur hidupnya.
Capung atau sibar-sibar dan capung jarum adalah kelompok serangga yang tergolong
ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari
air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya.
Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau
terbentang ke samping, memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan
hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Hampir
pada semua stadia hidupnya merupakan predator, makanannya beberapa jenis
serangga dan binatang lainnya. Jenis capung tidak mengganggu manusia, seperti
menggigit dan menyengat dan yang dewasa mudah dikenal. Capung memiliki 2
pasang sayap yang panjang, berupa selaput dan jari-jari sayap yang banyak.
Antenanya pendek dan bermata majemuk besar. Tipe abdomen panjang dan langsing
dan tipe alat mulut penggigit pengunyah. Alat kelamin betinanya terdapat pada
bagian yang segmen, sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada abdomen segmen
ke dua. Alat pernapasan terdapat pada sayap yang disebut “pterostigma”. Nimfanya
hidup didalam air yang disebut najad dengan inang trakea dan metamorfosisnya
disebut hemimetabola. Odonata memiliki sifat senang terbang. Capung jantan selalu
menjaga betinanya bilamana sedang bertelur.
Cecopet merupakan predator, yang ukuran tubuhnya lebih besar dari mangsanya, dan
membutuhkan lebih dari seekor mansa selama hidupnya. Jika ulat-ulat kecil yang
mencari batang dengan cara mengikuti arah aliran air itu lolos dari serangan alami,
maka ulat-ulat akan masuk kedalam batang padi. Namun demikian hama tersebut
telah masuk kedalam batang, belum berarti bahwa hama telah anon dari musuhnya.
Cecopet merupakan musuh alami penggerek padi yang isa memangsa ulat penggerek
batang yang sudah masuk ke dalam batang. Cecopet bergerak menuju kedalam batang
dimana ulat penggerak batang tinggal. Setelah sampai didalam maka cecopet akan
memangsa ulat tersebut, kemudian cecopet akan pindah ke batang yang lain.
Belalang merupakan familia manroda memiliki ukuran prothorax yang panjang,
tungkai depannya panjang lagi kuat segai alat perangkap mangsa, memiliki sikop
seperti sedang menyembah.kepalanya berbentuk segitiga kecil yang bebas bergerak.
Bila dibandingkan kepalanya memiliki mata majemuk berukuran basar. Sebagai
predator makanannya dalah segala serangga- serangga kecil. Inangnay kurang
bergerak dan hanya menunggu mangsa yang lewat. Akan tetapi bisa juga bersifat
konikal, jenis betinanya memangsaa yang jantan setelah baru kawin.
Metamorfosisnya keadaanya tidak sempurna, termasuk perubahan bentuk yang
bertahap (gradual metamorphosis) selama siklus hidupnya banyaknya tiga stadia yaitu
telur, nimfa, imago. Sedangkan nimfa yang masih muda pada permulaan
perkembangannya tidak memiliki sayap, dan memiliki tipe alat mulut penggigit
pengunyah.
Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya
dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh
(dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip
dengan parasit khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit
khusus, parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada
inang. Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan untuk tumbuh tanpa
mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh,
normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi bentuk
parasitisme, istilah nekrotrof terkadang digunakan, meski jarang. Jenis hubungan ini
nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi yang
cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang
bersama dengan inangnya.
Hymenoptera adalah salah satu ordo biologi serangga, yang antara lain terdiri atas
tawon, lebah, dan semut. Hymenoptera terbagi atas 2 subordo yaitu Symphyta
(golongan Sawflies) dan Apocrita (Golongan semut, tabuhan, lebah, dan parasitic
wasps). Pada Famili Braconidae merupakan salah satu kelompok utama parasitoid
yang terdiri dari spesies-spesies yang sangat efektif untuk menekan kenaikan populasi
hama penting tanaman. Parasitoid Braconidae dapat bersifat endoparasotoid atau
ektoparasitoid. Umumnya parasitoid endoparasitoid terdapat pada inang yang hidup
terbuka. Serangga Famili Braconidae umumnya merupakan serangga kecil yang
berukuran jarang melebihi 15 mm. Sayap depan serangga famili ini tidak mempunyai
sel costa dan vena 2m-cu. Ciri-ciri lain dari Famili Braconidae adalah tergum ke-2
metasoma bergabung dengan tergum ke-3. Siklus hidup sebagian besar anggota
Braconidae relatif singkat. Larva, jumlah instar larva parasitoid mulai dari instar
pertama sampai instar terakhir sangat beragam tergantung dengan genus dan
spesiesnya. Pupa Hymenoptera parasitoid bertipe eksarata yang berkokon atau tidak
berkokon. Parasitoid yang larvanya hidup di dalam inang atau pada inang yang hidup
tersembunyi membuat atau tidak membuat kokon sedang parasitoid yang menyerang
inang yang hidupnya terbuka umumnya membuat kokon. Imago Hymenoptera
parasitoid jantan dan betina yang baru keluar dari pupa dapat segera melakukan
kopulasi bila keluar secara bersamaan. Namun pada beberapa spesies kopulasi
kadang-kadang terjadi setelah beberapa hari keluar dari pupa. Beberapa spesies
Hymenoptera parasitoid mengalami periode praoviposisi, yaitu selang waktu sejak
imago betina keluar dari pupa hingga saat peletakkan telur pertama. Periode
praoviposisi umumnya singkat, hanya beberapa hari. Spesies dari Famili Braconidae
dapat meletakkan telurnya pada saat hari yang sama setelah imago betina keluar dari
pupa.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
Musuh alami patogen adalah organisme yang mengganggu pathogen,Ø sedangkang
musuh alami hama adalah organisme yang mengganggu hama.
Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnyaØ
menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain
(disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan
energy.Dalam pengertian ini tidak termasuk persaingan antarorganisme, maupun
pemangsaan yang dilakukan oleh beberapa tumbuhan insektivora.
Parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang padaØ serangga
lain dan dapat menyebabkan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan
kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada inangnya
(serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang
untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa
larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahallahan.
Predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakanØ
binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara
berulang-ulang. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada mangsanya dan membutuhkan
lebig dari seekor mangsa selama hidupnya. Dapat dilihat Contohnya pada laporan ini,
yaitu: capung (Macromidae), belalang sembah (Mantodea), cecopet (Forficulidae),.
Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untukØ menjaga
keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa
serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis
seluruh tubuh.
Beberapa tumbuhan bersifat parasit hanya dalam sebagian tahapØ perkembangannya.
Tumbuhan semacam ini diberi istilah hemiparasit (“setengah parasit”). Contohnya
adalah cendana, penghasil kayu cendana.
Usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman dapat dilakukanØ
dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam,
menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan
kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut.
Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayatØ hidupnya
dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh
(dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Ukuran tubuhnya lebih kecil
daripada mangsanya dan hidupnya menumpang pad seramgga lain yang dapat
menyebabkan kematian pada inagnya dan memerlukan suatau individu inang untuk
berkembang menjadi dewasa.
Perkembangan parasitoid dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.Ø
• Ketahanan Varietas.
• Inang.
• Pestisida Kimia.
• Pola Tanam.
• Sifat Polifag Parasitoid.
• Hyperparasit.
• Pengolahan tanah.
Penggunaan serangga parasit dalam pengendalian serangga hama tanamanØ pada
umumnya dapat dilakukan melalui empat kegiatan yaitu: introduksi, perbanyakan,
pelepasan, dan pelestarian.
Download