FORMAT LAPORAN DPT PENGENDALIAN HAYATI MUSUH ALAMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Musuh Alami ( 2 bahasa indonesia, 2 bahasa asing) Musuh alami adalah organism yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. (Hadi,2011) Musuh Alami adalah organisme yang dalam perkembangannya di alam dapat mengganggu perkembangan atau menyebabkan kematian OPT. (Anonymous,2011) Natural enemis are organism that kill,decrease the reproductive potential, or otherwise reduce the numbers of another organism. Musuh alam yang membunuh organisme, mengurangi potensi reproduksi, atau mengurangi jumlah dari organisme lain. (Mary,1998) 2.2 Macam-macam Musuh Alami 2.2.1 Definisi predator (1 indo + 1english + contoh) Predator adalah serangga yang dalam hidupny amembunuh dan memaka nsejumlah mangsa. ( Kasumbogo 2007) Predator adalah organism yang hidupbebas yang memangsa organism lainnya.Predator dapatmenyerangdarimulaifase immature (pradewasa) sampaidenganfasedewasadariseranggamangsa. (Anonymous, 2011) An organism that, during its development, consumes more than one prey individual. http://entnemdept.ufl.edu/fasulo/whiteflies/wfly004e.htm 2.2.2 Definisi Parasitoid (1 indo + 1english + contoh) Parasitoid Serangga adalah serangga yang stadia pradewasanya memparasit pada atau ada di dalam tubuh serangga lain, sedangkan imago hidup bebas menjadikan nektar dan embun madu sebagai makanannya. (Manjabal,2011) Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). ( Adi,2005) A parasitoid is an organism that spends a significant portion of its life history attached to or within a single host organism in a relationship that is in essence parasitic; unlike a true parasite, however, it ultimately sterilises or kills, and sometimes consumes, the host. Parasitoid adalah organisme yang menghabiskan sebagian besar yang riwayat hidup yang melekat pada atau dalam satu tuan organisme dalam suatu hubungan yang pada dasarnya parasit; tidak seperti parasit benar, namun, akhirnya sterilises atau membunuh, dan kadang-kadang mengkonsumsi, tuan rumah . ( Jimmy,2011) 2.2.3 Definisi entomopatogen (1 indo + 1english + contoh) 2.2.4 Definisi Antagonis (1 indo + 1english + contoh) Sedangkan agens antagonis mempunyai pengertian bahwa mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan dengan cara menghambat pertumbuhan lawannya atau dengan persaingan tempat dan makanan. 2.3 Karakteristik Musuh Alami (predator,parasitoid,entomopatogen,antagonis) 2.4 Kisaran Mangsa Serangga Pemilihan dan Kisaran Inang 1. Dalam proses pemilihan inang, semua parasitoid melalui suatu rangkaian proses yang terdiri atas (1) pemilihan habitat inang, (2) penentuan lokasi inang, (3) penerimaan inang, dan (4) kesesuaian inang. Keberhasilan parasitisme sangat tergantung pada keempat proses tersebut. 2. Dalam proses pemilihan inang, parasitoid berhadapan dengan berbagai pertanda yang sangat beragam sesuai dengan jaraknya dari inang. Pada jarak jauh, pertanda kimia (dari lingkungan inang) hanya memberikan informasi mengenai keberadaan habitat. Ketika parasitoid semakin mendekati inang, senyawa semiokimia yang berasal dari inang, aktivitas inang, dan organisme lain yang berasosiasi dengan inang akan menjadi petunjuk mengenai lokasi dan keberadaan inang. Pertanda visual, seperti warna, bentuk, dan pola-pola yang berasosiasi dengan inang, digunakan untuk meningkatkan efisiensi pencarian parasitoid. 3. Pemilihan habitat inang menggunakan pertanda yang berasal dari habitat tanpa tergantung pada ada atau tidak inang di dalamnya. Pertanda yang digunakan untuk pemilihan habitat biasanya visual atau bau senyawa volatil. 4. Penentuan lokasi inang terjadi setelah parasitoid berada di habitat yang tepat. Beragam pertanda akan membantu membawa parasitoid dari habitat inang (habitat) ke lokasi spesifik inang. Pertanda-pertandanya lebih spesifik, sangat dikenali, dan berjarak lebih dekat daripada pertanda habitat. Pertanda mungkin berasal dari inang, produk buangan inang, tanaman yang dimakan inang, atau dari organisme lain yang berasosiasi dengan inang. Pertanda lokasi inang dapat berupa bau, visual, sentuhan, atau suara. 5. Penerimaan inang adalah keputusan ya atau tidak (menerima atau menolak) ketika parasitoid menemukan inangnya. Pertanda yang digunakan meliputi senyawa kimia pada permukaan tubuh inang atau di dalam darah, dan pertanda fisik seperti ukuran, bentuk, umur, atau tekstur inang. 6. Setelah inang ditemukan dan dapat diterima, maka inang tersebut haruslah sesuai secara fisiologi dan nutrisi demi keberhasilan perkembangan keturunan parasitoid. Ukuran dan umur inang akan mempengaruhi kesesuaiannya. 7. Kisaran inang parasitoid adalah semua jenis inang yang diserang sehingga parasitoid berhasil memperoleh keturunannya. Untuk parasitoid yang menyerang banyak inang digunakan istilah generalis (polifagus), sedangkan yang menyerang sedikit atau satu inang disebut dengan spesialis (oligofagus atau monofagus). Kisaran inang potensial adalah semua jenis yang dapat diserang sehingga parasitoid dapat berkembang di dalamnya, sedangkan kisaran inang aktual adalah jenis-jenis yang biasa digunakan parasitoid sebagai inang. Kemungkinan penyebab perbedaan antara inang potensial dan aktual terletak pada urutan proses yang harus dilalui parasitoid untuk menggunakan sejenis inang. 8. Prediksi umum mengenai kisaran hama menyatakan bahwa parasitoid telur dan pupa mempunyai kisaran hama yang lebih lebar daripada parasitoid larva, dan ektopara-sitoid mempunyai kisaran hama yang lebih lebar daripada endoparasitoid. Keduanya berkaitan dengan sistem kekebalan yang dimiliki oleh inang. Endoparasitoid umumnya menyerang inang yang tubuhnya terlihat. Parasitoid yang menyerang inang dalam keadaan terlihat menunjukkan kisaran hama yang terbatas (spesialis). Sebaliknya, ektoparasitoid cenderung menyerang inang yang tubuhnya terlindung di dalam jaringan daun, kulit kayu, batang, atau jaringan-jaringan lain. Parasitoid yang menyerang inang dengan tubuh tersembunyi menunjukkan spektrum inang yang lebar (generalis). 9. Keseluruhan proses pemilihan inang akan menentukan kisaran inang. Rangkaian proses tersebut akan menjelaskan ketidaksesuaian antara kisaran hama potensial dan aktual karena setiap tahap urutan akan mengurangi jumlah jenis inang yang akan ditemukan dan diserang parasitoid. 10. Untuk mempertahankan diri, inang mungkin menangkal parasitoid secara eksternal sebelum terjadi oviposisi, atau secara internal setelah oviposisi terjadi. Reaksi pertahanan eksternal dapat dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh, atau inang pindah ke bagian lain yang lebih aman. Reaksi pertahanan internal terdiri atas reaksi seluler (enkapsulasi dan melanisasi) dan reaksi humoral. Secara umum, inang yang berbeda menggunakan mekanisme pertahanan yang berbeda untuk menghadapi parasitoid yang sama, tetapi parasitoid yang berbeda akan menyebabkan reaksi pertahanan yang sama dari inang yang sama. Sumber Buku Pengendalian Hayati Karya Adi Basukriadi http://muhammadalialfi.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-dasardasar_7366.html http://sahatostcak.blogspot.com/2012/04/laporan-musuh-alami.html http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52844/BAB%20II%20Tiinja uan%20Pustaka.pdf?sequence=4 BAB III METODOLOGI 3.1 Alat,Bahan dan Fungsi 3.2 Cara Kerja 3.3 Analisa Perlakuan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambar Literatur dan Gambar Tangan 4.2 Klasifikasi - Anax Julius (capung) Klasifikasi = Kingdom : Animalia , Filum : Arthropoda, kelas : insekta, ordo : odonata, famili : epiprocta, genus : anax, spesies : Anax junius. - Stagmomantis carolina (belalang sembah) Klasifikasi = Kingdom : Animalia, filum : arthropoda, kelas : insekta, ordo : mantoda, famili : mantidae, Genus : stagmomantis, spesies : Stagmomantis carolina. - Soleonopsis (semut rang-rang) Klasifikasi = kingdom : animalia, filum : arthropoda, kelas : insekta, ordo : heminoptera, famili : kamilidae, genus : solenopsis, spesies : Solenopsis sp - Lycosa sp (laba-laba) Klasifikasi = kingdom : animalia, filum : arthropoda, kelas : arachnidae, ordo : aroneceae, famili : lycosidae, genus : lycosa, spesies : Lycosa sp. Nama latin : Lycosa sp Nama umum : Laba-laba Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Arachnida Ordo : Araida Famili : Lycosidae Genus : Lycora Spesies : Lycora sp - Lymnogatus sp (anggang-anggang) Klasifikasi = Kingdom : Animalia, filum : arthropoda, kelas : insekta, ordo : hemiptera, famili : gerridae, genus : Lymnoganus, spesies : Lymnoganus sp. - Monochillus segmaculatus (kumbah kubat spot M) Klasifikasi = kingdom : animalia, filum : arthropoda, kelas : insekta, ordo : coleoptera, famili : carabidae, genus : menochillus, spesies : Menochillus sexmaculatus. http://drs-oeyo.blogspot.com/2012/06/pengenalan-musuh-alam-dan-pestisida.html 4.3 Pembahasan dan perbandingan Literatur 4.4 Analisis jurnal potensi agen hayati dalam pengendalian OPT (jurnal dilampirkan) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAPUS (MIN 3 BUKU dan 2 jurnal) Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman Materi : Musuh Alami Oleh : Novita Inka Sari W ( 115040201111019 ) Asisten : Amalia Hakiki Kelompok : Senin, jam 11.00 Kelas : F PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dasar Perlindungan Tanaman merupakan studi tentang cara mengamankan produksi dari tumbuhan yang di budidayakan dari serangan hama, penyakit,dan gulma. Hama ialah sekelompok bintang dalam populasi tertentu yang merusak tanaman sehingga menyebabkan keruguian ekonomi. Hama berasal dari bintang yang berubah status menjadi hama, yang mana hal ini terjadi karena adanya perubahan ekosistem. Sesungguhnya ekosistem alami memiliki keseimbangan alam yang sangat baik, sebab tidak terjadi dominasi suatu spesies baik binatang maupun tumbuhannya, serta tidak pernah terjadi ledakan hama sebab mush alaminya telah tersedia di alam tersebut. Dalam studi Dasar Perlindungan Tanaman,salah satu pengendalian hama adalah dengan menggunakan musuh alami agar tidak mencemari maupun merusak alam atau lingkungan sekitar. Pengendalian dengan menggunakan mush alami disebut Pengendalian Hayati. 1.2 Tujuan 1.2.1 1.2.2 1.2.3 Mahasiswa mengetahui definisi dari musuh alami Mahasiswa mengetahui kategori atau pembagian dari musuh alami dan mampu menjelaskan perannya Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara musuh alami,hama dan tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Musuh Alami 2.2 Definisi Parasiroid 2.3 Definisi Patogen Patogen adalah mikroorganisme yanag hidup dan makan pada atau dalam inang (host) lain yang lebih besar, yang menyebabkan sakit atau luka. ( Manjabal,2011) Patogen (Bahasa Yunani: "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit . (Anpnymous, 2011) Pthogenics are parasite capable of causing disease who host.Patogen adalah parasit yg mampu menimbulkan penyakit pada inangnya. (Anonymous,2011) 2.4 Ciri-ciri dan contoh Musuh Alami ( Predator,Parasitoid,Patogen) 2.4.1 Predator adalah oganisme yang membunuh/memagsa organisme lainnya untuk kebutuhan makannya. arekteristik predator antara lain : 1. Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya 2. Bersifat karnivor baik pada saat pradewasa maupun dewasa (imago) 3. Membinasakan atau melumpuhkan mangsa sebelum mengkonsumsi dan memakan atau menghisap mangsanya dengan cepat 4. Memerlukan dan memakan lebih dari satu mangsa untuk perkembangan pertumbuhan selama hidupnya dan membunuh mangsa untuk dirinya sendiri. 5. Umumnya memiliki tubuh lebih besar dibandingkan dengan tubuh mangsanya 6. Organ tubuh predator berkembang baik sehingga dapat bergerak cepat atau terbang serta modifikasi embelan yang memungkinkan melakukan fungsi yang lebih dari yang dimiliki serangga pada golongan lain 7. Ada imago serangga pradewasa hidup pada habitat dan sumber makanan yang sama sehingga menimbulkan kompetisi di dalamspesies itu sendiri 8. Predator ada yang generalis yaitu memangsa berbagai jenis spesies mangsa dan ada yang spesialis yaitu hanya memangsa satu jenis spesies mangsa. (Anonymous,2011) Contoh Predator (Rahayu,2011) (Rahayu,2011) (Rahayu,2011) 2.4.2 Parasitoid 1. Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid). 2. Parasitoid disebut internal atau endoparasitoid jika perkembangannya di dalam rongga tubuh inang dan eksternal atau ektoparasitoid apabila perkembangannya di luar tubuh inang. 3. Parasitoid yang membunuh atau yang melumpuhkan inang setelah meletakkan telur disebut idiobiont. Parasitoid yang tidak membunuh atau tidak melumpuhkan secara permanen setelah melakukan oviposisi disebut koinobiont. 4. Parasitoud yang menghasilkan hanya satu keturunan dari satu inang disebut soliter dan disebut gregarius kalau jumlah keturunan yang muncul lebih dari satu individu (tetapi berasal dari satu induk) per inang. 5. Hiperparasitoid atau parasitoid sekunder adalah parasitoid yang menyerang parasitoid primer. Adelphoparasitoid adalah parasitoid jantan yang memparasiti larva betina dari jenisnya sendiri. 6. Multiparasitisme adalah parasitisme terhadap inang yang sama oleh lebih dari satu jenis parasitoid primer, superparasitisme adalah parasitisme satu inang oleh banyak parasitoid dari jenis yang sama. 7. Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat. 8. Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan. Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae,Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae. (Adi,2005) Contoh Parasitoid (Rahayu,2011) 2.4.3 Patogen Seperti halnya manusia, serangga dapat juga sakit, karena di alam ini ada penyakit yang dapat menjangkitinya. Penyakit pada serangga disebabkan oleh patogen yang umumnya berupa cendawan, bakteri, virus, protozoa atau nematoda. Patogen tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi dapat diamati dari gejala kerusakan yang ditimbulkannya. Patogen dapat berkembang dan membunuh inangnya dengan cepat serta dapat menular ke serangga lain. Penularan penyakit pada serangga dapat terjadi melalui makanan atau kulit serangga. Apabila serangga sehat memakan makanan yang tercemar patogen (bakteri, virus, protozoa, atau telur nematoda), atau kulitnya terkena infeksi patogen (cendawan, larva nematoda) maka serangga tersebut dapat tertulari penyakit. Bagi kita, patogen pada serangga seperti cendawan, bakteri, virus, protozoa dan nematoda sangat menguntungkan karena dapat membantu mengendalikan hama di kebun kita. (Rahayu,2011) Contoh Patogen BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan ALat tulis : untuk menggambar dan mencatat hasil pengamatan Tanaman kacang panjang, Aphis sp, dan Coccinelid sp : untuk di amati 3.2 Alur Kerja Siapkan Alat dan Bahan ↓ Lakukan pengamatan ↓ Gambar specimen yang menjadi bahan pengamatan ↓ Catat Hasil pengamatan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambar Aphis sp Coccinelid sp Kacang Panjang 4.2 Klasifikasi Coccinelid sp Kerajaan: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: Coleoptera Famili: Coccinellidae Subfamili: Coccinellinae Aphis sp Nama umum: Aphis sp. Nama ilmiah: Aphis sp. Kerajaan: Animalia Kelas: Insecta Ordo: Hemiptera Keluarga: Aphididae Kacang Panjang Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Fabales Famili: Fabaceae (suku polong-polongan) Genus: Vigna Spesies: Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has 4.3 Hubungan antara ketiga specimen Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat jarring-jaring makanan dari ketiga specimen tersebut, yang mana tanaman kacang panjang sebagai produsen, Aphis sebagai herbivore atau konsumen tingkat I, sedangkan Coccinelid sebagai karnivor atau konsumen tingkat II. Jaring-jaring makanan seperti ini telah diatur secara rapi di alam sehingga terjadi keseimbangan dalam ekosistem.Namun, hal tersebut telah bergeser disebabkan oleh manusia yang mengubah ekosistem. Oleh karena itu, salah satu cara penanggulangan hama adalah memnfaatkan system jaring-jaring makanan tersebut,yaitu dengan adanya musuh alami,maka jumlah hama dapat dikendalikan atau dikurangi agar tidak merugikan. Dan cara penanggulangan dengan menggunakan musuh alami tersebut disebut dengan Pengendalian Hayati. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Salah satu pengendalian hama adalah dengan pemanfaatan mush alami yang sering disebut dengan Pengendalian Hayati. Cara pengendalian tersebut dengan memelihara musuh alami tersebut atau menjaga lingkungan sedemikian rupa agar mush alami tidak punah atau berkurang akibat penggunaan bahan kimia atau dengan kata lain jaring-jaring makanan yang telah tersusun atau tersedia di alam dijaga. Pengendalian dengan menggunakan musuh alami pun sangat ramah lingkungan dan dapat membantu mengembalikan, mempertahankan dan memlihara keseimbangan alam. 5.2 Saran Sesekali praktikum diluar Lab,jadi mengamati secra langsung di alam bebas,bukan berarti fieldtrip. Daftar Pustaka Anonymous.2011. http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=art icle&id=74:istilah-dan-pengertian-di-perlindungan-perkebunan&catid=15:home Di akses tanggal 20 November 2011 Anonymous.2011. http://pakreatif.blogspot.com/2011/03/mikroorganismapatogen.html Di akses tanggal 20 November 2011 Anonymous.2011. http://www.artikata.com/arti-344015-patogen.html Di akses tanggal 2 Novemmber 2011 Anonymous.2011. http://www.infoopt.com/?Musuh_alami Di akses tanggal 20 November 2011 Basukriadi, Adi. 2005. Buku Materi Pokok: Pengendalian Hayati. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Hadi.2011.http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/musuh-alamipada-serangga/ Di akses tanggal 20 November 2011 Louise Flint,Mary. 1998. Natural enemies handbook: the illustrated guide to biological pest control. California : ANR Publications Manjabal.2011. . http://manjabal41.blogspot.com/2008/06/pengendalianhayati-istilah.html Di akses tanggal 20 November 2011 Rahayu, Subekti. 2011. www.google.com Di akses tanggal 7 Oktober 2011 Wales, Jimmy. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Parasitoid Di akses tanggal 21 November 2011 DAFTAR PUSTAKA Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya. Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Rustam, rusli. 2004. Potensi Parasitoid Opius sp. (Hymenoptera; Bracondiae) Dalam Menekan Populasi Hama Pengorok daun Liriomyza sp. (Diptera; Agromyzidae). http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/rusli_rustam.pdf Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta. Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta. Karsapoetra, A.G. 1990. Pengendalian Hama Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Yogyakarta LAPORAN DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Musuh Alami Hama Tanaman 22 Jun LAPORAN DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Musuh Alami Hama Tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum populasi organisme di alam berada dalam keadaan seimbang pada jenjang populasi tertentu. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga faktor dalam populasi sendiri, yang mengendalikan populasi tersebut. Salah satu kelompok faktor lingkungan itu adalah musuh alami yang mencakup parasitoid, predator, dan pathogen. Serangga, selain bersifat sebagai hama,banyak pula yang bersifat sebagai predator atau parasitoid. Selain tipe alat mulut yang khas, predator biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih besar daripada mangsanya dan membutuhkan lebih dari seekor mangsa selama hidupnya. Mangsa biasanya lebih kecil , lebih lemah atau kurang lincah. Serangga predator ada yang bertindak sebagai predator pada fase dewasa saja atau larva saja, tetapi ada yang pada fae larva dan dewasa. Seranggga predator banyak berasal dari ordo coleopteran disusul oleh ordo odonata dan hemiptera. Sebagai contoh daro ordo coleopteran adalah Coccinella arcuata dan C. repanda pemakan wereng coklat dan wereng hijau pada padi juga aphis. Secara umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang paad serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota ordo hemynoptera dan dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam berbagai fase hidup serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur, larva, nympha, kepompong dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera) adalah salah satu contoh parasitoid telur hama pengerek batang padi. Serangga hama dapat terinfeksi oleh pathogen (agen penyebab penyakit). Agen penyebab penyakit pada serangga hama antar lain berupa nematode, jamur, bakteri, dan virus. Pathogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh inangnya (hama) dengan jalan merusak integument, melalui spraculum, anus, atau lobang masuk yang lain. Umumnya pathogen masuk lewat mulut atau lat pencernaan. Contoh pathogen serangga adalah Bacillus thuringientis sebagai bakteri pathogen larva Lepidoptera dan metarrhizium anisopliae penyebab penyakit Muscardine hijau pada kumbang kelapa (oryctes rhinoceros). Kita sudah maklum bahwa serangga hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Musih-musuh alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung, undur undur, kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking, burung dan lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai jenis tanaman antara: 1. Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella, kumbang mirid, kumbang carabit, labah-labah bermata jalang, laba-laba berahang empat, laba-laba, harimau, dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan wereng punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga pemangsa hama putih dan penggerek batang padi. 2. Semut hitam menyerang hama Helopeltis pada buah kakao. 3. Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips tabaci) pada tanaman bawang merah. 4. Tawar kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama ulat Artona yang merusak tanaman kelapa, sagu, enau, pinang, salak, kelapa sawit, tebu. 5. Kepik merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk kopi (Hypothenemus) yang menyerang buah kopi di pertanaman. 6. Larva Chrysopa dan kumbang Coccinella memangsa kutu dan persik pada tanaman kentang. 7. Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada tanaman singkong dan waloh siam. 8. Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis) dan pengisap daun (Aphis) pada tanaman kapas. 9. Kepik (Rhinocoris) memangsa ulat Prodenia, Heliothis, dan kutu daun pada tanaman tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai jenis hama tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu. 1.2 Tujuan Untuk mengenal musuh alami hama tumbuhan dan mempelajajari mekanisme permusuhannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem merupakan unit dasar ekologi yang didalamnya berlangsung interaksi antara komponen-komponen penyusunnya. Salah satu komponen utama yang menyusun ekosistem pertanian adalah musuh alami yang mencakup parasitoid, predator, dan patogen. Kehadiran musuh alami tersebut sangat penting guna berlangsungnya proses ekologi seperti predasi dan parasitisme yang berperan mencekal gangguan hama. Jumlah spesies dan karakterisitik musuh alami sesuatu hama tanaman adalah sangat banyak dan beragam. Semakin mendalam penelitian yang diadakan, semakin besar keragaman yang dijumpai pada musuh-musuh alamiah. Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) hingga saat ini masih merupakan masalah utama yang membatasi produksi terutama untuk daerah-daerah yang mempunyai iklim tropis. Sementara, penggunaan pestisida sintetik dalam mengendalikan OPT mempunyai resiko yang besar karena dapat menyebabkan reistensi, resurgensi, pencemaran lingkungan, musnahnya musuh alami, timbulnya residu pestisida dalam tanaman dan sebagainya. Pengendalian hayati diharapkan dapat mengurangi efek samping dari penggunaan pestisida dalam mengendalikan serangan OPT. Menurut Cook and Baker (1989), pengendalian hayati (biological control) adalah pengurangan jumlah inokulum atau aktivitas produksi penyakit (deseases producingactivity) dari patogen yang disebabkan oleh satu atau beberapa organisme selain manusia. Aktivitas produksi penyakit termasuk didalamnya pertumbuhan, keinfektifan, virulensi, agresifitas dan kualitas lain dari patogen. Di dalamnya termasuk: 1) individu atau populasi avirulen atau hipovirulen dari spesies patogen itu sendiri, 2) manipulasi genetik tanaman inang, kultur teknis, atau dengan menggunakan mikroorganisme untuk meningkatkan ketahanan tanaman inang terhadap patogen, dan 3) pemanfaatan antagonis patogen yang diartikan sebagai mikroorganisme yang menginterferensi pertahanan atau aktivitas produksi penyakit dari patogen . Musuh alami adalah organisme yang mengganggu organisme lainnya. Musuh alami teerdiri dari musuh alami pemangsa/predator, parasitoid, pathogen dan hama. Musuh alami pathogen adalah organisme yang mengganggu pathogen sedangkan musuh alami hama adalah organisme yang mengganggu hama. Bentuk gangguannya dapat berupa hiperparasitik, antagonistic, predatorik, parasitoid dan patogenik. Berdasarkan tempat hidupnya, maka organisme itu dapat dikelompokkan menjadi 1) Parasit Organisme yang hidup, makan, berkembangbiak dan merusak. Artinya menimbulkan gangguan pada organism hidup yang ditempatinya (inangnya). 2) Saprofit Organisme yang hidup pada bagian yang sudah rusak mati atauberkembangbiak pada benda mati. 3) Epifit Organisme yang hidup pada bagian yang sudah mati pada organism hidup, artinya makan dan berkembangbiak dari bahan yang sudah mati terdapat pada organism hidup tersebut. Secara alami, pathogen merupakan musuh tanaman tetapi pathogen juga mempunyai musuh yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan pathogen. Mekanisme permusuhannya dapat berupa antagonistic dan hiperparasitik. Musuh alami yang antagonistic biasanya menghasilkan antibiotic yang berfungsi menghambat atau membunuh pathogen (organism lain). Musuh alami yang hiperparasit hidupnya dengan cara memarasit pada pathogen. Contoh musuh alami pathogen adalah Trichoderma harzianum, Gliocladium virens, dan Pseodomonas fluorescens. Secara harfiah, predator dapat dikatakan sebagai pemangsa. Namun, dalam hubungannya dengan jaring-jaring makanan predator merupakan konsumen tingkat-2 sampai tingkat selanjutnya yang memangsa tingkat yang lebih kecil. Jadi, predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan kelangsungan hidup , seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak mangsa. Hal ini berbeda dengan parasit. Parasit memerlukan satu ekor inang saja sebagai tempat untuk melengkapi daur hidupnya. Kita sudah mengetahui bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Keberadaan dan pentingnya predator dalam ekosistemnya dapat kita lihat kasus sebagai berikut : saat kita memulai menanam padi, maka saat itu juga kita memulai menciptakan sebuah komunitas baru pada areal penanaman padi. Pada saat bersamaan kita tidak hanya menanam padi melainkan juga hama penghisap bulir, penggerek batang, penyakit malai, penyakit busuk malai, predator Lycosa pesudoannulata, Pederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata dan kumbang coccinella yang semuanya terkait dengan tanaman padi yang kita tanam. Begitu pula halnya dengan tanaman perkebunan yang dibudidayakan. Penggunaan pestisida yang berlebihan, berspektrum luas dan tidak selektif disertai tehnik budidaya yang kurang baik akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem, karena tidak hanya hama saja melainkan semua pemangsanya pun turut musnah. Dan bila terjadi ledakan populasi hama yang baru, jumlah predator yang ada tidak mencukupi sehingga pengendalian biologis tidak akan efektif. Melihat pentingnya peran predator dan parasit dalam menjaga dan mengendalikan populasi hama, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan insektisida yang berspektrum luas, aplikasi insektisida dengan melakukan pengamatan perbandingan jumlah hama dan musuh alami, bahkan bila perlu dalam suatu areal penanaman dilakukan manipulasi lingkungan agar mendukung peran dan jumlah musuh alaminya. Penggunaan insektisida yang berspektrum luas akan membunuh hama sekaligus musuh alaminya. Apabila aplikasi insektisida ini tetap dilakukan maka akan muncul resurgensi yaitu meledaknya populasi hama setelah dilakukan penyemprotan insektisida dibandingkan petak lain yang tidak diaplikasikan insektisida. Salah satu sebab timbulnya resurgensi adalah hilangnya musuh alami hama karena aplikasi insektisida yang berspektrum luas sehingga ikut terbunuh saat penyemprotan. Karena tidak adanya musuh alami maka hama leluasa berkembang biak tanpa adanya pengendali di alam terhadap populasinya. Predator adalah hewan yang memangsa (memakan) hewan lainnya. Predator biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih besar daripada mangsanya dan dapat berasal dari vertebrata maupun avertebrata. Serangga, selain bersifat sebagai hama, banyak pula yang bersifat sebagai predator atau parasitoid. Serangga predator ada yang bertindak sebagai predator pada fase dewasa saja atau larva saja, tetapi ada yang pada fae larva dan dewasa. Serangga predator banyak berasal dari ordo coleoptera disusul oleh ordo odonata dan hemiptera. Sebagai contoh daro ordo coleopteran adalah Coccinella arcuata dan C. repanda pemakan wereng coklat dan wereng hijau pada padi juga aphis. Laba-laba adalah contoh pemangsa yang dikenal secara umum. Beberapa jenis labalaba membuat jarring. Laba-laba tersebut menunggu di jaringnya sampai serangga yang terbang terperangkap. Laba-laba mendekati serangga itu dengan cepat, menggigit dan langsunng memakannya. Kadang-kadang menyimpan untuk dimakan kemudian. Beberapa jenis laba-laba lainnya tidak membuat jarring tetapi berpeindahpindah dalam kebun untuk member mangsa. Hal yang sama juga banyak dilakukan oleh banyak jenis serangga pemangsa. Serangga tersebut memburu dan memakan serangga lain. Secara umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang pada serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota ordo hemynoptera dan dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam berbagai fase hidup serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur, larva, nympha, kepompong dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera) adalah salah satu contoh parasitoid telur hama pengerek batang padi. Banyak jenis tawon memasukkan telurnya ke dalam tubuh ulat atau seranggalain. Telur itu menetas dalam ulat, dan larva tawon yang sangat kecil memakan tubuh ulat (inang) dari dalam, sehingga ulat mati. Inilah yang disebut dengan endoparasitoid.ada juga parasitoid yang meletakkan telurnya di permukaan inangnya, kemudian menetas dan larvanya memakan dengan cara menghisap cairan tubuh dari luar sampai inangnya mati, dan inilah yang disebut dengan ektoparasitoid. Serangga hama dapat terinfeksi oleh pathogen (agen penyebab penyakit). Agen penyebab penyakit pada serangga hama antar lain berupa nematode, jamur, bakteri, dan virus. Pathogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh inangnya (hama) dengan jalan merusak integument, melalui spraculum,anus, atau lobang masuk yang lain. Umumnya pathogen masuk lewat mulut atau lat pencernaan. Contoh pathogen serangga adalah Bacillus thuringientis sebagai bakteri pathogen larva Lepidoptera dan metarrhizium anisopliae penyebab penyakit Muscardine hijau pada kumbang kelapa (oryctes rhinoceros). Perkembangan parasitoid dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut. a. Ketahanan Varietas. Varietas tahan yang menghambat perkembangan hama akan berakibat secara tidak langsung menghambat pada perkembangan populasi serangga parasitoid. b. Inang. Keberadaan serangga hama (inang) dalam jumlah tertentu yang belum menimbulkan kerusakan ekonomi, baik utnuk mempertahankan adanya populasi parasit sehingga dapat mencegah timbulnya ledakan hama. c. Pestisida Kimia. Insektisida yang berspektrum luas disamping membunuh serangga hama, juga dapat memusnahkan serangga parasit. Untuk menjaga kelestarian parasit perlu menggunakan insektisida yang selektif membunuh hama tanpa membunuh parasitoid. Aplikasi insektisida hanya boleh dilakukan pada saat-saat sudah sampai pada ambang ekonomi yang merugikan. d. Pola Tanam. Pada pola tanam campuran atau tumpangsari parasitoid akan berkembang lebih baik dari pada di pertanaman monokultur untuk tanaman semusim, karena ketersediaan makanan yang berkelanjutan pada pola tanam campuran. e. Sifat Polifag Parasitoid. Parasitoid yang mempunyai banyak inangnya (polifag) dapat bertahan dalam berbagai ekosistem. Sedangkan parasitoid yang hanya mempunyai satu inang, mudah punah disuatu daerah yang pola tanamnya monokultur seperti padi atau jagung dimana setelah dipanen hama tidak ada lagi, yang berarti tidak ada makanan untuk parasitoid. f. Hyperparasit. Adanya parasitoid sekunder yang memarasit parasitoid primer akan menekan perkembangan parasitoid primer yang berarti membantu perkembangan hama. g. Pengolahan tanah. Pengolahan tanah sempurna akan menurunkan populasi serangga hama maupun bukan hama sebagai inang parasitoid, sehingga akibatnya populasi parasitoid menurun sejalan dengan penurunan populasi inangnya. Persiapan lahan secara tanpa olah tanah (TOT) dan pengolahan tanah setengah sempurna meninggalkan gulma penutup tanah tetap hidup, memberi peluang bagi serangga hama dan non hama dapat bertahan hidup, yang merupakan inang bagi parasitoid untuk bisa bertahan hidup. Penggunaan serangga parasit dalam pengendalian serangga hama tanaman pada umumnya dapat dilakukan melalui empat kegiatan yaitu: introduksi, perbanyakan, pelepasan, dan pelestarian. 1. Introduksi. Untuk pengendalian hama disuatu daerah yang belum ada parasitnya, perlu dilakukan impor atau introduksi parasit dari luar negeri. Parasitoid Diadegma semiclausum dari Selandia Baru pernah diimpor ke Indonesia untuk mengendalikan hama kubis Plutella xylostella. Parasitoid ini telah berkembang di Pacet tahun 1953, di Lembang tahun 1968. Pada 1988 diintroduksi ke Sulawesi Selatan dan Utara. Cotesia plutella pertama kali diintroduksi dari AVRDC Taiwan ke Indonesia pada tahun 1989 untuk mengendalikan P. xylostella. 2. Perbanyakan. Parasit yang baru diintroduksi perlu dibiakkan secara massal di laboratorium sebelum dilakukan pelepasan di lapangan. Di laboratorium parasit diberi makanan dan inangnya. Contoh : Skema perbanyakan parasit C. plutella dan D. 3. Pelepasan. Pelepasanan musuh alami dikenal dengan istilah “augmentasi”. Ada dua cara pelepasan yaitu pertama “inokulasi” pelepasan dalam jumlah terbatas, dan kedua “inundasi” untuk pelepasan dalam jumlah besar (Setiawati et al., 2004). Pelepasan parasitoid D. semiclausum pada pertanaman kubis efektif mengendalikan hama P. xylostella. Pelepasan H. varicornis pada pertanaman kentang juga mampu menekan populasi hama L. huidobrensis (Asandhi dan Setiawati, 2000 dalam Setiawati et al., 2004) dan pelepasan Trichogrammatoidae armigera efektif dalam menekan hama H. armigera (Usyati et al., 2003 dalam Setiawati et al., 2004). Trichogramma evanescens juga mampu menekan hama penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis (Nonci dan Masmawati, 2004). 4. Pelestarian. Agar pengendalian hayati dapat berjalan secara berkesinambungan, perlu adanya tindakan pelestarian atau konservasi (De Bach, 1979 dalam Setiawati, 2004). Dalam upaya melestarikan parasitoid yang telah dilepas di lapangan segala tindakan yang dapat menurunkan populasi parasitoid perlu dihindari. Pelestarian menyangkut manipulasi lingkungan yang menguntungkan kehidupan parasitoid seperti menyediakan gulma atau tanaman yang memproduksi tepung sari sebagai makanan dan tempat berlindung. Menurut van Driesche dan Bellows (1996) dalam Setiawati (2004), tindakan konservasi yang dapat dilakukan yaitu : Penggunaan pestisida secara terbatas dan selektif§ Menyediakan tempat perlindungan parasit§ Memodifikasi sistim budidaya tanaman§ BAB III METODOLOGI 1.1 Alat dan Bahan Praktikum 1.1.1 Alat • Mikroskop stero • Loup • Pinset • Cawan perti • Gelas preparat • Gelas penutup preparat • Jarum tombak. 1.1.2 Bahan a) Predator hama tumbuhan yang terdiri dari capung (Macromidae),belalang sembah (Mantodea), cecopet (Forficulidae), undur-undur (Myrmeteontidae). b) Parasitoid hama tumbuhan yang terdiri dari Braconidae. c) Pathogen hama tumbuhan yang terdiri dari Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, Nematode entomophaga ,steinernema sp,Bacillus thuringiensis. 1.2 Cara kerja 1. Menggambar dan memberi keterangan biakan, koloni atau specimen musuh alami yang tersedia. 2. Mengamati preparat yang ada dengan menggunakan mikroskop atau loup. 3. Diperhatikan cirri-ciri penting yang membedakan dari lainnya 4. Disebutkan taksonominya dan diberi keterangan tentanng hal-hal yang penting. 5. Menjelaskan bagaimana mekanisme permusuhannya dari masing-masing specimen. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Mettharrhizium sp Nama musuh alami : pathogen serangga, seperti berbagai jenis wereng, kepik dan kumbang Ciri-ciri penting : Mettharrhizium mematikan hama dengan cara menginfeksi tubuh inang, termasuk golongan pathogen serangga Ordo Monilles, Famili Moniliaceae. Cendawan ini berwarna putih,penyebaran spora melalui air atau terbawa angin. Spora menginfeksi tubuh serangga melalui integument/jaringan lunak. Berkembang membentuk hifa putih, pasa saat spora terbentuk cendawan pathogen berubah menjadi hijau gelap atau hijau derah. 2. Capung Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Odonata Subordo : Epiprocta Infraordo : Anisoptera Suku : Aeshnidae, Austropetaliidae, Cordulegastridae, Corduliidae, Gomphidae, Libellulidae, Macromiidae, Neopetaliidae, Petaluridae Ciri-ciri penting : kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pradewasa anak-anaknya. 3. Cecopet Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Dermaptera Famili : Forficulidae Ciri-ciri penting : tubuh berwarna hitam, ukuran 11-17 cm, memiliki penjepit pada ekornya yang digunakan untuk mengambil dan memegang mangsanya serta sebagai pertahanan diri. Kebanyakan cecopet aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari mereka bersembunyi di dalam tanah. Kadang-kadang menggerek batang tanaman untuk mencari mangsa. 4. Belalang Sembah jaan :Animalia Filum :Arthropoda Kelas :Insecta Ordo :Mantodea Ciri-ciri penting : Belalang sembah adalah salah satu dari segelintir serangga yang dapat memutar kepalanya. Belalang sentadu atau belalang sembah adalah serangga yangn termasuk ke dalam ordo Mantodea. Dalam bahasa Inggris, serangga ini biasa disebut praying mantis karena sikapnya yang seringkali kelihatan seperti sedang berdoa. Kata mantis berasal dari bahasa Yunani “Mantes” yang berarti “nabi” atau “peramal nasib”. Belalang sembah yang agak bergerak lambat, besar dan memanjang yang penampilannya menakjubkan karena keanehan tungkai-tungkai depan mereka yang mengalami modifikasi, yaitu tipe tungkai raptaorial. Umumnya belalang adalah hamper padasemua stadia hudupnya merupakan predator, makanannya beberapa jenis serangga dan biatang lainnya. Memiliki ukuran prothorax yang panjang, tungkai depannya panjang lagi kuat segai alat perangkap mangsa. 5. Semut kecil Nama musuh alami : Tawon, lebah, dan semut kecil Ciri-ciri penting : Serangga kecil yang berukuran jarang melebihi 15 mm. Sayap depan serangga dari famili ini tidak mempunyai sel costa dan vena 2m-cu. Serangga kecil ini meletakkan telurnya pada saat hari yang sama setelah imago betina keluar dari pupa. 4.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jamur sebagai musuh alami pathogen menyerang mangsanya dengan cara menginfeksi tubuh inangnya yang kebanyakan melalui melalui integument/jaringan lunak selain itu ada juga memarasit inangnya dengan cara menutupi atau membungkus patogen, memproduksi enzim-enzim dan menghancurkan dinding sel patogen hingga patogen mati. Metarrhizium adalah penyakit muscardine hijau pada kumbang kelapa (orycetes rhinoceros). Metarrhizium merupakan musuh alami dari Orycetes rhinoceros. Mettharrhizium mematikan hama dengan cara menginfeksi tubuh inang, Metarrhizium anosophae dapat masuk ke dalam tubuh inangnya dengan merusak integument melalui spiraculum, anus, atau lubang masuk lainnya. Predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan kelangsungan hidup , seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak mangsa. Hal ini berbeda dengan parasit. Parasit memerlukan satu ekor inang saja sebagai tempat untuk melengkapi daur hidupnya. Capung atau sibar-sibar dan capung jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping, memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Hampir pada semua stadia hidupnya merupakan predator, makanannya beberapa jenis serangga dan binatang lainnya. Jenis capung tidak mengganggu manusia, seperti menggigit dan menyengat dan yang dewasa mudah dikenal. Capung memiliki 2 pasang sayap yang panjang, berupa selaput dan jari-jari sayap yang banyak. Antenanya pendek dan bermata majemuk besar. Tipe abdomen panjang dan langsing dan tipe alat mulut penggigit pengunyah. Alat kelamin betinanya terdapat pada bagian yang segmen, sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada abdomen segmen ke dua. Alat pernapasan terdapat pada sayap yang disebut “pterostigma”. Nimfanya hidup didalam air yang disebut najad dengan inang trakea dan metamorfosisnya disebut hemimetabola. Odonata memiliki sifat senang terbang. Capung jantan selalu menjaga betinanya bilamana sedang bertelur. Cecopet merupakan predator, yang ukuran tubuhnya lebih besar dari mangsanya, dan membutuhkan lebih dari seekor mansa selama hidupnya. Jika ulat-ulat kecil yang mencari batang dengan cara mengikuti arah aliran air itu lolos dari serangan alami, maka ulat-ulat akan masuk kedalam batang padi. Namun demikian hama tersebut telah masuk kedalam batang, belum berarti bahwa hama telah anon dari musuhnya. Cecopet merupakan musuh alami penggerek padi yang isa memangsa ulat penggerek batang yang sudah masuk ke dalam batang. Cecopet bergerak menuju kedalam batang dimana ulat penggerak batang tinggal. Setelah sampai didalam maka cecopet akan memangsa ulat tersebut, kemudian cecopet akan pindah ke batang yang lain. Belalang merupakan familia manroda memiliki ukuran prothorax yang panjang, tungkai depannya panjang lagi kuat segai alat perangkap mangsa, memiliki sikop seperti sedang menyembah.kepalanya berbentuk segitiga kecil yang bebas bergerak. Bila dibandingkan kepalanya memiliki mata majemuk berukuran basar. Sebagai predator makanannya dalah segala serangga- serangga kecil. Inangnay kurang bergerak dan hanya menunggu mangsa yang lewat. Akan tetapi bisa juga bersifat konikal, jenis betinanya memangsaa yang jantan setelah baru kawin. Metamorfosisnya keadaanya tidak sempurna, termasuk perubahan bentuk yang bertahap (gradual metamorphosis) selama siklus hidupnya banyaknya tiga stadia yaitu telur, nimfa, imago. Sedangkan nimfa yang masih muda pada permulaan perkembangannya tidak memiliki sayap, dan memiliki tipe alat mulut penggigit pengunyah. Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip dengan parasit khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit khusus, parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada inang. Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan untuk tumbuh tanpa mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi bentuk parasitisme, istilah nekrotrof terkadang digunakan, meski jarang. Jenis hubungan ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi yang cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang bersama dengan inangnya. Hymenoptera adalah salah satu ordo biologi serangga, yang antara lain terdiri atas tawon, lebah, dan semut. Hymenoptera terbagi atas 2 subordo yaitu Symphyta (golongan Sawflies) dan Apocrita (Golongan semut, tabuhan, lebah, dan parasitic wasps). Pada Famili Braconidae merupakan salah satu kelompok utama parasitoid yang terdiri dari spesies-spesies yang sangat efektif untuk menekan kenaikan populasi hama penting tanaman. Parasitoid Braconidae dapat bersifat endoparasotoid atau ektoparasitoid. Umumnya parasitoid endoparasitoid terdapat pada inang yang hidup terbuka. Serangga Famili Braconidae umumnya merupakan serangga kecil yang berukuran jarang melebihi 15 mm. Sayap depan serangga famili ini tidak mempunyai sel costa dan vena 2m-cu. Ciri-ciri lain dari Famili Braconidae adalah tergum ke-2 metasoma bergabung dengan tergum ke-3. Siklus hidup sebagian besar anggota Braconidae relatif singkat. Larva, jumlah instar larva parasitoid mulai dari instar pertama sampai instar terakhir sangat beragam tergantung dengan genus dan spesiesnya. Pupa Hymenoptera parasitoid bertipe eksarata yang berkokon atau tidak berkokon. Parasitoid yang larvanya hidup di dalam inang atau pada inang yang hidup tersembunyi membuat atau tidak membuat kokon sedang parasitoid yang menyerang inang yang hidupnya terbuka umumnya membuat kokon. Imago Hymenoptera parasitoid jantan dan betina yang baru keluar dari pupa dapat segera melakukan kopulasi bila keluar secara bersamaan. Namun pada beberapa spesies kopulasi kadang-kadang terjadi setelah beberapa hari keluar dari pupa. Beberapa spesies Hymenoptera parasitoid mengalami periode praoviposisi, yaitu selang waktu sejak imago betina keluar dari pupa hingga saat peletakkan telur pertama. Periode praoviposisi umumnya singkat, hanya beberapa hari. Spesies dari Famili Braconidae dapat meletakkan telurnya pada saat hari yang sama setelah imago betina keluar dari pupa. BAB V KESIMPULAN Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: Musuh alami patogen adalah organisme yang mengganggu pathogen,Ø sedangkang musuh alami hama adalah organisme yang mengganggu hama. Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnyaØ menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energy.Dalam pengertian ini tidak termasuk persaingan antarorganisme, maupun pemangsaan yang dilakukan oleh beberapa tumbuhan insektivora. Parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang padaØ serangga lain dan dapat menyebabkan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahallahan. Predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakanØ binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada mangsanya dan membutuhkan lebig dari seekor mangsa selama hidupnya. Dapat dilihat Contohnya pada laporan ini, yaitu: capung (Macromidae), belalang sembah (Mantodea), cecopet (Forficulidae),. Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untukØ menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh. Beberapa tumbuhan bersifat parasit hanya dalam sebagian tahapØ perkembangannya. Tumbuhan semacam ini diberi istilah hemiparasit (“setengah parasit”). Contohnya adalah cendana, penghasil kayu cendana. Usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman dapat dilakukanØ dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayatØ hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Ukuran tubuhnya lebih kecil daripada mangsanya dan hidupnya menumpang pad seramgga lain yang dapat menyebabkan kematian pada inagnya dan memerlukan suatau individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Perkembangan parasitoid dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.Ø • Ketahanan Varietas. • Inang. • Pestisida Kimia. • Pola Tanam. • Sifat Polifag Parasitoid. • Hyperparasit. • Pengolahan tanah. Penggunaan serangga parasit dalam pengendalian serangga hama tanamanØ pada umumnya dapat dilakukan melalui empat kegiatan yaitu: introduksi, perbanyakan, pelepasan, dan pelestarian.