perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan,
peningkatan
kesehatan
dan
kontrasepsi,
untuk
manusia
(Departemen Kesehatan RI, 2009).
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi
yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras,
psikotropika dan narkotika(Departemen Kesehatan RI, 2000).
Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang
ingin melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi. Obat untuk
swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang
meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas
(OB). Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran
cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang
mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topikal
(Kurniawan, 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
a. Penggolongan Obat
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan
distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika (Departemen Kesehatan RI,
2000). Adapun penggolongan obat berdasar peraturan menteri kesehatan
tersebut adalah sebagai berikut : 1). Obat Bebas, yaitu obat yang dijual bebas
di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan
dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam contohnya parasetamol, antasida. 2). Obat Bebas Terbatas, yaitu obat
yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli
bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam contohnya adalah CTM, salep daktarin.
3). Obat Keras dan Psikotropika, yaitu obat yang hanya dapat dibeli di
apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah
huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam contohnya
Asam Mefenamat dan untuk obat psikotropika adalah obat keras baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan
perilaku contohnya Diazepam,
Phenobarbital.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
4). Obat Narkotika, yaitu obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan contohnya
Morfin, Petidin.
Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas
harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat
dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur
pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas
b. Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur
Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya
pada etiket, brosur atau kemasan obat agar penggunaannya tepat dan aman.
Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan: Nama obat,
Komposisi, Indikasi, Informasi cara kerja obat, Aturan pakai, Peringatan
(khusus untuk obat bebas terbatas), Perhatian, Nama produsen, Nomor
batch/lot, Nomor registrasi, Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda
ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat,
dan Tanggal kadaluarsa (Departemen Kesehatan RI, 2000).
c. Cara Pemilihan Obat
Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu memperhatikan
8 T dan 1 W yaitu Tepat diagnosis, Tepat pemilihan obat, Tepat indikasi,
Tepat pasien, Tepat dosis, Tepat lama dan cara pemberian, Tepat harga,
Tepat informasi dan Waspada efek samping (Mashuda, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
d. Cara Penggunaan Obat
Cara penggunaan obat yang baik menurut Kompendia obat bebas
(1997) adalah; a). Minumlah obat sesuai anjuran, pada waktu yang tepat dan
sesuai jangka waktu pengobatan yang telah ditentukan. Penggunaan obat
tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh untuk penggunaan obat
bebas dan obat bebas terbatas serta keadaaan atau masalah kesehatan yang
ringan. Jika anda menggunakan obat bebas atau bebas terbatas, ikutilah
aturan yang tercantum pada kemasan kecuali disarankan lain oleh tenaga
kesehatan, b). Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tersebut tidak
dimaksudkan untuk penggunaan secara terus menerus, c). Jika anda merasa
obat yang digunakan tidak memberikan manfaat atau menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan hubungi segera tenaga kesehatan terdekat, d).
Berbagai jenis obat-obat jangan dicampur dalam satu wadah, e). Etiket pada
wadah obat jangan dibuang karena pada etiket tersebut tertera cara
penggunaan dan informasi penggunaan obat yang penting, f). Untuk
menghindari kesalahan, jangan meminum obat ditempat gelap. Bacalah cara
pemakaian sebelum meminum obat juga tanggal kadaluarsanya.
2.
Swamedikasi
The International Pharmaceutical Federation (FIP) mendefinisikan
swamedikasi atau self-medication sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep
oleh seorang individu atas inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Sedangkan definisi
swamedikasi menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat modern,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi
penyakit atau gejala penyakit (WHO, 1998).
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Pan American Health Organization
(PAHO)
Drug Classification: Prescription and OTC (Over The
Counter) Drugs , terdapat hasil survei yang dilakukan oleh The World Self
Medication Industry (WSMI) di 14 negara. Survei tersebut menunjukkan bahwa
swamedikasi meningkat jumlahnya pada populasi penduduk yang tingkat
pendidikannya lebih tinggi. Pengetahuan yang lebih tentang obat dan
pengobatan juga membuat kelompok penduduk tersebut tidak terlalu
terpengaruh pada iklan dan promosi obat(PAHO,2004).
Swamedikasi juga merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri.
Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang
terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Obat-obat
yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas relatif aman
digunakan untuk pengobatan sendiri (swamedikasi)(Departemen Kesehatan
RI, 2006).
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan keluhan dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri,
pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lainlain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk
meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi
dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Kriteria obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter untuk penggunaan
swamedikasi adalah; 1). Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada
wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun, 2).
Tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit, 3). Penggunaannya tidak
memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan,
4). Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia,
5).
Memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Departemen Kesehatan RI,
1993).
Pelaku self-medication
;
Mengetahui jenis obat yang diperlukan, Mengetahui kegunaan dari tiap obat,
sehingga
dapat
mengevaluasi
sendiri
perkembangan
rasa
sakitnya,
Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan
mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan self medication
yang
kemudian segera minta pertolongan petugas kesehatan, Mengetahui efek
samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu
keluhan yang timbul kemudian merupakan suatu penyakit baru atau efek
samping obat dan mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat
tersebut, terkait dengan kondisi seseorang(Suryawati, 1997)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Menurut Widayati (2006), swamedikasi akan berjalan dengan baik dan terus
meningkat. Beberapa faktor berperan dalam peningkatan tersebut, yaitu:1)
Pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta
pengobatannya; 2) Motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati
penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri; 3) Ketersediaan dan kemudahan
mendapatkan obat-obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter atau OTR
(Obat Tanpa Resep) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit
ringan atau gejala yang muncul; serta 4) Diterimanya pengobatan tradisional
sebagai bagian dari sistem kesehatan.
Kabar baiknya saat ini adalah ada sekitar ratusan penyakit yang dapat
ditangani dengan swamedikasi (APHA, 2004), misalnya diare, faringitis,
konstipasi, sakit dan nyeri (umum, ringan, sampai sedang), alergi, anemia,
pengontrolan tekanan darah, kaki atlit, asma, jerawat, kapalan, dermatitis,
wasir, sakit kepala, insomia, psoriasis, pilek, demam, muntah, obesitas,
sinuisitis, ketombe, luka bakar, biang keringat dan masih banyak lagi.
Swamedikasi memberikan keuntungan, antara lain kepraktisan dan
kemudahan melakukan tindakan pengobatan dan biaya yang dikeluarkan lebih
murah (Rantucci, 1997). Penggunaan obat tanpa resep untuk swamedikasi
menuntut kepastian bahwa obat tersebut terbukti aman, berkualitas dan
memberikan efikasi sesuai yang diharapkan (Holt and Hall, 1990).
Dengan demikian, swamedikasi merupakan salah satu cara peningkatan
kesehatan yang sangat baik untuk diterapkan di Indonesia, karena lebih murah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
dan mudah tetapi tidak
mengabaikan kualitas pengobatan melalui
pengoptimalan tenaga farmasis dan masyarakat. Sudah saatnya Pemerintah
mengintensifkan program jangka panjang yang memberdayakan masyarakat
sendiri seperti swamedikasi daripada mencoba menyediakan berbagai sarana
kesehatan yang sulit terealisasi dan sulit dijangkau oleh masyarakat.
3. Demam
a.
Definisi demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal seharihari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus (Dinarello & Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar
antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal
temperature
oral temperature
axillary
temperature
Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia.
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang
dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering
terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello &
Gelfand, 2005).
b.
Etiologi Demam
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam
pada
anak-anak
antara
lain
pneumonia,
commit to user
bronkitis,
osteomyelitis,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis,
meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan
lain-lain (Graneto, 2010).
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu
tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic
lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin,
Limfoma non-hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan
(antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro & Zieve, 2010).
Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek
samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal
lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah
gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus,
koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).
c.
Resiko demam
Resiko terjadinya demam akut terhadap suatu penyakit serius bervariasi
tergantung usia anak. Pada umur tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang serius dibandingkan
dengan bayi dengan usia lebih tua. Demam yang terjadi pada anak pada
umumnya adalah demam yang disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi
infeksi bakteri yang serius dapat juga terjadi pada anak dan menimbulkan
gejala demam seperti bakteremia, infeksi saluran kemih, pneumonia,
meningitis, dan osteomyelitis (Jenson & Baltimore, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
4. Pengetahuan
a.
Pengertian Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang
merupakan faktor awal dari suatu perilaku yang diharapkan dan berkorelasi
positif dengan tindakannya. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005)
mendefinisikan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,
sehingga individu tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
b.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu: 1).Tahu (know) Tahu diartikan
sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, 2). Memahami
(comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan
secara
benar
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterprestasikan materi secara benar, 3). Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, 4). Analisa (analysa)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, 5). Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada,
commit to user
dan 6). Evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
(evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.
c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu : 1). Pengalaman, dimana Pengalaman dapat
diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain, 2). Tingkat
Pendidikan,
dimana
Pendidikan
dapat
membawa
wawasan
atau
pengetahuan seseorang, 3). Keyakinan, Biasanya keyakinan diperoleh
secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu, 4).
Fasilitas, dimana Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah,
koran, dan buku, 5). Penghasilan, dimana Penghasilan tidak berpengaruh
langsung terhadap pengetahuan seseorang, 6). Sosial Budaya dimana
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
Hendra (2008), juga menyatakan bahwa pengetahuan juga dapat
dipengaruhi oleh 1). Usia, dimana bertambahnya umur seseorang akan
berpengaruh terhadap bertambahnya pengetahuan, 2). Intelegensi, dimana
kemampuan intelegensi seseorang sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan, 3). Pendidikan, seseorang yang berpendidikan baik akan
berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimilikinya, 4). Informasi,
semakin banyak informasi yang diperoleh melalui berbagai media maka
akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang, 5). Sosial Budaya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
dimana seseorang yang memperoleh kebudayaan dalam hubungannnya
dengan orang lain akan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, 6).
Pengalaman, dimana pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang
baik, 7). Lingkungan, dimana lingkungan merupakan tempat belajar yang
baik untuk mendapatkan pengalaman.
5. Sikap
Sikap adalah derajat afek positif atau afek negatif terhadap objek
psikologis (Edward dalam Azwar, 2011).
Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa sikap merupakan reaksi yang
masih tertutup, tidak dapat dilihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan
pada perilaku yang nampak. Sikap dapat diterjemahkan dengan sikap
terhadap objek tertentu diikuti dengan kecenderungan untuk melakukan
tindakan sesuai dengan objek. Azwar (2011) mengatakan bahwa sikap yang
diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung
terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut lebih berupa
predisposisi perilaku yang akan direalisasikan apabila kondisi dan situasi
memungkinkan. Menurut Notoatmodjo (2005), sikap itu terdiri dari tiga
komponen pokok yaitu :1). Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep
terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran
seseorang terhadap objek, 2). Kehidupan emosional atau evaluasi orang
terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalam faktor
emosi) orang tersebut terhadap objek, 3). Kecenderungan untuk bertindak,
artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku
terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan,
pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Menurut Notoatmojo (2005), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu,
1). Menerima, artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan yang
diberikan (obyek), 2). Merespon, yaitu memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan, 3).
Menghargai, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah, 4). Bertanggung jawab, yaitu bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
B. Penelitian Relevan
1. Susi Ari Kristina, dkk, 2008, meneliti tentang Perilaku Pengobatan Sendiri
yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan
Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh
pengetahuan, sikap dan faktor sosiodemografi masyarakat terhadap perilaku
pengobatan sendiri yang rasional.
2. Lina ulin miranti safrina, 2008. Meneliti tentang Kajian swamedikasi pada
penyakit kulit di masyarakat kecamatan mentawa baru ketapang Propinsi
kalimantan tengah. Penelitian ini untuk mengetahui alasan pemilihan obat
pada tindakan swamedikasi yang dilakukan masyarakat Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
3. Dian Hermawati, 2012. Meneliti tentang pengaruh edukasi terhadap tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi pengunjung didua
apotek kecamatan Cimanggis Depok. Penelitian ini untuk mengetahui
gambaran pengetahuan masyarakat terhadap swamedikasi di apotek kecamatan
Cimanggis Depok.
4. Wahyuni, 2013. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Ketepatan
Tindakan Swamedikasi Batuk Pada Anak Di Kelurahan Bangetayu Wetan.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap
ketepatan penggunaan obat batuk anak secara swamedikasi.
5. Puri Prameshwari, 2009. Gambaran pengetahuan dan Karakteristik tentang
penggunaan obat Antidiare sebagai self medication pada Masyarakat
kelurahan pisangan barat, Kecamatan ciputat, rw 08 tahun 2009. Penelitian
ini untuk mengetahui tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang
swamedikasi penyakit diare.
C. Kerangka Pemikiran
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal,
maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau
gejala penyakit. Meskipun obat dapat digunakan secara mandiri tetapi
masyarakat masih belum memahami dengan baik dan benar tentang
penggunaan obat untuk swamedikasi terutama disebabkan karena sikap dan
pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang penggunaan obat dalam
rangka swamedikasi, sehingga kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
1. Adakah Hubungan Pengetahuan orang tua dengan Swamedikasi obat
demam pada anak-anak.
2. Adakah Hubungan Sikap orang tua dengan Swamedikasi obat demam pada
anak-anak.
3. Adakah Hubungan secara bersama-sama Pengetahuan dan Sikap orang tua
dengan Swamedikasi obat demam pada anak-anak.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini secara singkat dapat dilihat pada
gambar 1 yang terdiri dari 2 variabel bebas yaitu pengetahuan dan sikap
orang tua dan variabel terikat swamedikasi obat demam pada anak-anak.
Tingkat
Pengetahuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sikap
Tahu
Memahami
Mengaplikasi
Menganalisis
Sintesis
Evaluasi
1.
2.
3.
4.
Menerima
Merespon
Menghargai
Bertanggung jawab
Swamedikasi obat demam pada anak-anak
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
D. Hipotesis
1. Terdapat Hubungan Pengetahuan Orang Tua dengan Swamedikasi obat
demam pada anak-anak.
2. Terdapat Hubungan Sikap Orang Tua dengan Swamedikasi obat demam
pada anak-anak.
3. Terdapat Hubungan secara bersama-sama Pengetahuan dan Sikap Orang
Tua dengan Swamedikasi obat demam pada anak-anak.
commit to user
Download