BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V. 1 Distribusi Pencemaran

advertisement
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
V. 1
Distribusi Pencemaran Merkuri
Pada penelitian ini, wilayah penelitian dan titik pengambilan sampel dapat
dilihat pada Gambar V. 1. Pada Gambar V. 1, terlihat bahwa kondisi tata guna
lahan pada lokasi pengambilan sampel di wilayah Bantarpanjang lebih didominasi
oleh persawahan. Pada wilayah penelitian, terlihat adanya aliran masuk dari tiga
anak sungai Citarum (dari kiri ke kanan), yaitu Citarik, Cikeruh, dan
Cipamokolan. Komposisi lahan pertanian pada daerah penelitian dapat dilihat
pada Gambar IV.8.
IV
VI
II
V
III
I
VIII
IX
VII
Arah Aliran
Titik pengambilan sampel
Gambar V. 1. Peta Lokasi Penelitian dan Titik Pengambilan Sampel
V-1
3735
Luas Lahan (Ha)
4000
3000
2000
764
1000
212.75
58
0
Ladang
Saw ah Ladang
Saw ah
Perikanan
Tata Guna Lahan
Gambar V. 2 Komposisi lahan pertanian dan perikanan di daerah Bantarpanjang,
Kecamatan Ciparay
Pada Gambar V. 2, ditunjukkan bahwa luas lahan untuk persawahan
kurang lebih 3.735 ha, sawah ladang 764 ha, perikanan 212,75 ha, dan untuk
ladang 58 ha. Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada bulan Juni – Juli 2007
yang menunjukkan bahwa lahan Bantarpanjang lebih banyak dimanfaatkan
sebagai persawahan. Meskipun demikian, limbah yang dibuang oleh industri,
pertanian, dan perikanan sebelum titik pengambilan sampel di Bantarpanjang
tidak dapat dikesampingkan.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar industri
kecil membuang air limbahnya langsung ke parit-parit pembuangan, dimana paritparit tersebut dapat mengalir langsung atau tidak langsung ke badan Sungai
Citarum. Kebanyakan air limbah industri kecil ini akan bercampur dengan air
limbah domestik atau mengalir ke saluran irigasi, pengairan sawah, kebun dan
yang lainnya.
Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa terdapat aliran masuk dari
tiga anak Sungai Citarum di wilayah penelitian. Ketiga anak sungai tersebut
adalah Sungai Citarik, Cikeruh, dan Cipamokolan. Anak – anak sungai tersebut
juga membawa sebagian besar hasil buangan dari aktivitas di daerah
Ujungberung, Rancaekek, dan Cileunyi. Adanya aliran masuk dari anak sungai
Citarum tentunya dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah di Sungai
V-2
Citarum. Atas dasar tersebut, kehadiran anak sungai dari dari Citarum dianggap
perlu untuk dianalisa.
Pada penelitian ini, koordinat dari setiap titik pengambilan sampel
ditentukan menggunakan Global Positioning Satellite (GPS), dengan hasil
pengukuran seperti yang terlihat pada Tabel V. 1.
Tabel V. 1. Kondisi dan Lokasi Pengambilan Sampel
Titik
Sampling
24 Juni
I
2007
3 Agustus
II
2007
24 Juni
III
2007
24 Juni
IV
2007
24 Juni
V
2007
24 Juni
VI
2007
VII
VIII
IX
Tanggal
24 Juni
2007
24 Juni
2007
3 Agustus
2007
Waktu
Cuaca
08:20
Cerah
Posisi Sampling
S.06 59'20.1"
Elevasi
Accuracy
(m)
(m)
683
8
679
7
677
20
651
12
672
14
678
7
681
8
687
15
688
5
E.107 42'08.5"
11:30
Cerah
S.06 59'19.5"
E.107 42'07.3"
9:00
Cerah
S.06 59'17.4"
E.107 42'02.0"
9:40
Cerah
S.06 59'14.4"
E.107 42'00.4"
S.06 59'15.4"
10:25
Cerah
E.107 41'55.3"
10:50
Cerah
S.06 59'15.9"
E.107 41'50.3"
12:05
Cerah
S.06 59'44.5"
E.107 40'24.2"
12:30
Cerah
S.06 59'46.6"
E.107 40'23.9"
10:20
Cerah
S.06 59'44.6"
E.107 40'23.9"
Pada saat pengambilan sampel dilakukan, muka air Sungai Citarum hanya
mencapai 0.5 – 2 m dengan lebar 10 – 15 m. Hal ini terjadi oleh karena pada saat
itu sedang terjadi musim kemarau (Juni 2007). Sementara itu, masyarakat juga
menyedot air Sungai Citarum untuk mengairi persawahan. Kondisi ini
menyebabkan terbatasnya ruang gerak ikan Liposarus padalis sebagai biomarker.
Diketahui pula bahwa secara keseluruhan, air sungai di wilayah penelitian berada
V-3
pada kondisi aliran laminer. Sehingga diperkirakan bahwa ikan Liposarus padalis,
sebagai biomarker, tidak mengalami perpindahan terlalu jauh dari titilk sampel di
ambil. Kondisi di atas disanggap penting, karena menambah faktor representasi
(terhadap tempat) dari biomarker dalam penelitian ini.
Melalui analisa laboratorium, didapat konsentrasi merkuri (Hg) pada
Liposarcus pardalis di setiap titik pengambilan sampel seperti yang tampak pada
Konsentrasi Merkuri Pada Ikan (mg/kg)
Gambar V. 3.
0.045
0.04
0.035
0.03
Titik Pengam bilan Sam pel
0.025
Anak Sungai Citarum
0.02
Sungai Citarum
0.015
0.01
0.005
0
IX
VIII
VII
VI
V
IV
III
II
I
Titik Pengambilan Sampel
Cipamokolan
Cikeruh
VIII
IX
VII
Citarik
IV
VI
V
III
II
I
Citarum
Gambar V. 3. Konsentrasi Merkuri (Hg) Pada Setiap Titik Pengambilan Sampel
Pada Gambar V. 3, terlihat bahwa peningkatan konsentrasi merkuri (Hg)
tertinggi pada Liposarcus pardalis di Sungai Citarum mulai terjadi pada titik
pengambilan sampel III dan IX. Titik pengambilan sampel III terletak setelah
adanya aliran masuk dari Sungai Citarik, sementara titik pengambilan sampel IX
terletak setelah adanya aliran masuk dari Sungai Cipamokolan.
Pembahasan selanjutnya akan dilakukan untuk setiap titik pengambilan
sampel terlebih dahulu, yang masing-masing diuraikan pada sub-sub bab berikut.
V-4
V. 1. 1
Titik Pengambilan Sampel I
Pada Gambar V. 1 dan V. 4, terlihat bahwa wilayah sekitar lokasi
pengambilan sampel I lebih didominasi oleh areal pemukiman dan persawahan.
Meskipun demikian, limbah yang dibuang oleh aktivitas rumah tangga, industri,
pertanian, dan perikanan ke Sungai Citarum sebelum titik pengambilan sampel I
juga harus dipertimbangkan. Lokasi pengambilan sampel I ditunjukkan pada
Gambar V. 4.
Gambar V. 4. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel I
Dari observasi lapangan, di sekitar wilayah ini tidak banyak ditemui
kegiatan industri. Namun, masuknya limbah yang berasal dari aktivitas industri
maupun rumah tangga di wilayah Majalaya (wilayah lebih hulu) dapat turut
mempengaruhi kualitas air di lokasi ini. Air limbah yang masuk ke Sungai
Citarum sebelum titik pengambilan sampel ini dapat menambah beban konsentrasi
limbah di lokasi pengambilan sampel I, walaupun di sekitar lokasi ini tidak
banyak terdapat industri.
V-5
V. 1. 2
Titik Pengambilan Sampel II
Adanya aliran masuk dari Sungai Citarik setelah titik pengambilan sampel
I dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah berikutnya pada Sungai Citarum.
Atas dasar tersebut, tingkat pencemaran di Sungai Citarik sebagai anak sungai
dari Citarum dianggap perlu untuk dianalisa sebagai data pendukung. Lokasi
pengambilan sampel II ditunjukkan pada Gambar V. 5.
Gambar V. 5. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel II
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa tata guna
lahan di lokasi pengambilan sampel II didominasi oleh pertanian dan pemukiman.
Meskipun demikian, Sungai Citarik juga membawa sebagian besar hasil buangan
dari berbagai aktivitas di daerah Rancaekek. Air buangan yang masuk sebelum
lokasi pengambilan sampel dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah di
Sungai Citarum. Sehingga, kehadiran berbagai aktivitas di wilayah Rancaekek
pun perlu dijadikan pertimbangan terhadap beban limbah di wilayah pengambilan
sampel II tersebut. Daftar Industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Citarik
baik secara langsung maupun tidak langsung, disajikan pada Tabel V. 2.
V-6
Tabel V. 2. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Citarik
(Sumber: BPLHD, 2001)
No
Nama
Jenis
Industri
Industri
PT Yutika
1
Loka
2
3
4
5
6
7
Jaya II
PT Coca
Cola
PT Indopon
Petaloka
PT Vonex
Indonesia
PT Asia
Agung
PT
Kawalram
Tekstil
Texindo
9
10
TM.
PT Natatex
Tekstil
Bhdoxinama
Minuman
Tekstil
Tekstil
Tekstil
Tekstil
Tekstil
Tekstil
Tekstil
Tekstil
Textile
12
PT Inti
Texindo
Rancaekek No.
Fasilitas
Penampung
IPAL
Scouring,
Majalaya
Bandung
Dyeing,
Citarik
Printing
Cicalengka Km
Majalaya
Bandung
Terpadu
Citarik
4.5
PT Artha
11
Kota
Perairan
Majalaya -
Jaya L.
PT Sunson
Kecamatan
278
PT Seno
8
Jalan
Proses
Majalaya -
Kencana
PT Timbul
Lokasi
Tekstil
Raya Rancaekek
Km. 20
Bandung - Garut
Km 23.8
Bandung - Garut
Bandung - Garut
Km 24.15
Bandung - Garut
Km 25
Bandung - Garut
Km 25.5
Bandung - Garut
Km 25.5
Bandung - Garut
Km 26
Bandung - Garut
Km 28
Bandung - Garut
km 29
Fisika,
Kimia
Fisika,
Kimia
Fisika,
Cikeruh
Sumedang
-
Cimande
Kimia,
Biologis
Cikeruh
Sumedang
Cikeruh
Sumedang
Cikeruh
Sumedang
Dyeing
Scouring,
Dyeing
Dyeing,
Printing
Cimande
Cimande
Cimande
(IPAL
Vonex)
Fisika,
Kimia
Fisika,
Kimia
Fisika,
Cikeruh
Sumedang
Dyeing
Cimande
Kimia,
Biologis
Cikeruh
Sumedang
Dyeing
Cimande
Fisika,
Kimia
Fisika,
Cikeruh
Sumedang
Terpadu
Cimande
Kimia,
Biologis
Cikeruh
Sumedang
Dyeing
Cimande
Fisika,
Kimia
Fisika,
Cikeruh
Sumedang
Terpadu
Cibodas
Kimia,
Biologis
Cikeruh
V-7
Sumedang
Dyeing,
Printing
Citarik
Fisika,
Kimia
Tabel V. 2. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Citarik (Lanjutan)
No
13
14
15
Nama
Jenis
Industri
Industri
PT Cemara
Agung
PT Kawi
Tekstil
Tekstil
Mekar
PT Ayoetex
Tekstil
Lokasi
Jalan
Bandung - Garut
km 31
Leuwigajah 158
Mas
Selatan
Tekstil
Industri II No. 2
Tekstil
Industri II No. 3
Tekstil
Industri II No. 20
Tekstil
Jayadikromo 32
Indonesia
18
19
PT Sinar
Continental
PT Mewah
Niaga Jaya
Selatan
205/85
PT Benang
Warna
Cimahi
Cimahi
Semesta
17
Cikeruh
Leuwigajah
PT Ganda
16
Kecamatan
Cimahi
Selatan
Cimahi
Selatan
Cimahi
Selatan
Proses
Kota
Sumedang
Cimahi
Cimahi
Scouring,
Dyeing
Sizing,
Dyeing
Penampung
IPAL
Fisika,
Citarik
Biologis
Cibodas
Cibodas
Terpadu
Cibodas
Cimahi
Dyeing
Cibodas
Cimahi
Terpadu
Cibodas
Bandung
Scouring,
Dyeing
Kimia,
Cibodas
Fisika
Fisika,
Kimia
Fisika,
Kimia
Fisika,
Kimia
Fisika,
Kimia
Fisika,
Kimia
Tenun,
Tekstil
Sentosa
Dyeing
Fasilitas
Cimahi
PT Matahari
20
Sizing,
Perairan
Jayadikromo 42
Bandung
Jaya
Sizing,
Scouring,
Cibodas
Dyeing
Pada Tabel V. 2, terlihat bahwa jenis industri yang melakukan
pembuangan ke Sungai Citarik didominasi oleh industri tekstil. Air limbah yang
dikeluarkan oleh industri, terutama industri tekstil seringkali menimbulkan warna
pada aliran air sungai. Berdasarkan hasil pengamatan di sekitar titik pengambilan
sampel pada Sungai Citarik, terlihat air sungai berwarna kehitaman, serta berbau
menyengat.
Selain itu, aktivitas industri di daerah Majalaya dapat turut mempengaruhi
kualitas air Sungai Citarik. Hal ini diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat sekitar
DAS Citarum yang membuat tanggul/bendungan untuk mencegah surutnya air
V-8
Fisika,
Kimia
permukaan Sungai Citarik pada musim kemarau. Tersedianya permukaan air
Citarik yang cukup sangat diperlukan oleh asyarakat untuk mengairi persawahan
di Daerah Aliran Sungai Citarik. Dengan pembendungan tersebut, air sungai
Citarum akan mengalir memasuki dan mengisi Sungai Citarik untuk keperluan
masyarakat petani di wilayah aliran Sungai Citarik di atas.
V. 1. 3
Titik Pengambilan Sampel III
Masuknya Sungai Citarik setelah titik pengambilan sampel I sebagai anak
sungai Citarum akan mempengaruhi beban konsentrasi limbah di titik
pengambilan sampel III. Pengambilan sampel pada lokasi ini dilakukan untuk
melihat kecenderungan tingkat konsentrasi merkuri pada ikan setelah masuknya
aliran Sungai Citarik ke Sungai Citarum. Lokasi pengambilan sampel III
ditunjukkan pada Gambar V. 6.
Gambar V. 6. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel III
Pada lokasi ini dideteksi adanya peningkatan konsentrasi merkuri yang
relatif tinggi pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker Sungai Citarum.
Nilai ini didukung oleh tingginya konsentrasi merkuri pada ikan dari titik
V-9
pengambilan sampel II. Hal ini dapat menunjukkan bahwa aliran masuk dari
Sungai Citarik berpotensi dalam menyebabkan peningkatan konsentrasi merkuri
pada lokasi III. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa di wilayah
pengambilan sampel III, terdapat industri daur ulang plastik.
V. 1. 4
Titik Pengambilan Sampel IV
Masuknya Sungai Cikeruh setelah titik pengambilan sampel III akan
mempengaruhi beban konsentrasi limbah di Sungai Citarum. Dengan demikian,
tingkat pencemaran di Sungai Cikeruh sebagai anak sungai Citarum perlu
diperhitungkan. Lokasi pengambilan sampel IV ditunjukkan pada Gambar V. 7.
Gambar V. 7. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel IV
Berdasarkan peta tata guna lahan dan hasil observasi lapangan, diketahui
bahwa kondisi tata guna lahan di wilayah IV masih didominasi oleh pertanian.
Meskipun demikian, Sungai Cikeruh juga membawa sebagian besar hasil air
buangan dari berbagai aktivitas domestik dan industri di daerah Ujung berung,
Rancaekek dan Cileunyi. Oleh karena itu, berbagai aktivitas di wilayah tersebut
juga perlu diperhitungkan.
V - 10
Selain itu, kualitas air sungai di titik pengambilan sampel III dapat turut
mempengaruhi kualitas air sungai Cikeruh. Hal ini diakibatkan oleh kebiasaan
masyarakat sekitar DAS Citarum yang membuat tanggul/bendungan untuk
mencegah surutnya air permukaan Sungai Cikeruh pada musim kemarau. Seperti
halnya yang dilakukan oleh masyarakat pemukiman di sekitar aliran Sungai
Citarik, kecukupan muka air Sungai Cikeruh diperlukan untuk mengairi sawah
masyarakat di sekitah aliran Sungai Cikeruh. Demikian pula, akibat bendungan,
air Sungai Citarum akan mengalir kembali dan mengairi Sungai Cikeruh.
Daftar Industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Cikeruh baik
secara langsung maupun tidak langsung, disajikan pada Tabel V. 3. Pada Tabel V.
3, tampak bahwa hanya terdapat dua buah industri tekstil dan satu industri farmasi
yang melakukan pembuangan ke Sungai Cikeruh
Tabel V. 3. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Cikeruh
(Sumber: BPLHD, 2001)
No
1
2
3
Nama
Jenis
Industri
Industri
PT Wistek
PT
Tekstil
Dehatex
PT Tanabe
Abadi
V. 1. 5
Tekstil
Farmasi
Lokasi
Jalan
Kecamatan
Ujung Berung
Ujung
Km 14.5
Berung
Soekarno Hatta 768
Rumah Sakit
Ujung
104
Berung
Proses
Kota
Perairan
Fasilitas
Penampung
IPAL
Bandung
Terpadu
Cibiru
Bandung
Dyeing
Cibiru
Bandung
Cimambo/
Cisaranten
Titik Pengambilan Sampel V
Masuknya Sungai Cikeruh setelah titik pengambilan sampel III sebagai
anak sungai Citarum akan mempengaruhi beban konsentrasi limbah di titik
pengambilan sampel V. Pengambilan sampel pada lokasi ini dilakukan untuk
melihat kecenderungan tingkat konsentrasi merkuri pada ikan setelah masuknya
aliran sungai Cikeruh ke Sungai Citarum.
V - 11
Fisika,
Kimia
Fisika,
Kimia
Fisika,
Kimia,
Biologis
Lokasi pengambilan sampel V ditunjukkan pada Gambar V. 8. Pada
Gambar V. 8, dapat dilihat bahwa tata guna lahan di sekitar lokasi pengambilan
sampel V didominasi oleh ladang dan pertanian.
Gambar V. 8. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel V
Pada titik pengambilan sampel ini terlihat mulai adanya penurunan tingkat
pencemaran merkuri pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi tata guna lahan pada sekitar titik pengambilan
sampel V tidak menyebabkan pencemaran merkuri yang significant sehingga
tingkat pencemaran merkuri akan menurun seiring dengan jarak aliran air sungai.
V. 1. 6
Titik Pengambilan Sampel VI
Kehadiran industri daur ulang karung goni setelah titik pengambilan
sampel V dianggap perlu untuk dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan adanya
buangan dari industri ini yang memasuki badan air Sungai Citarum. Sehingga,
tingkat pencemaran merkuri yang disebabkan oleh buangan dari industri ini perlu
diperhatikan. Lokasi pengambilan sampel VI ditunjukkan pada Gambar V. 9.
V - 12
Gambar V. 9. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel VI
Pada titik pengambilan sampel ini, masih dideteksi adanya penurunan
tingkat pencemaran merkuri pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker.
Hal ini menunjukkan bahwa buangan yang dihasilkan oleh industri daur ulang
karung goni kurang berpotensi dalam pencemaran merkuri yang significant pada
wilayah penelitian. Tanpa adanya sumber pencemar yang menonjol, maka dapat
diperkirakan bahwa tingkat pencemaran merkuri akan semakin menurun seiring
dengan jarak aliran air sungai.
V. 1. 7
Titik Pengambilan Sampel VII
Pengambilan sampel pada wilayah ini dilakukan untuk melihat tingkat
pencemaran merkuri sebelum masuknya Sungai Cipamokolan. Pada sepanjang
wilayah VI – VII, tata guna lahan didominasi oleh pertanian dan industri
pembuatan batu bata dengan bahan baku utama pasir yang dikeruk dari DAS
Citarum. Lokasi pengambilan sampel III ditunjukkan pada Gambar V. 10.
V - 13
Gambar V. 10. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel VII
Pada titik pengambilan sampel ini, masih ditemukan adanya penurunan
tingkat pencemaran merkuri pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tata guna lahan di wilayah tersebut tidak
menyebabkan pencemaran merkuri yang significant terhadap air sungai Citarum.
Dengan demikian, tingkat pencemaran merkuri akan semakin menurun seiring
dengan jarak aliran air sungai.
V. 1. 8
Titik Pengambilan Sampel VIII
Sebagai anak sungai dari Citarum, tentunya kondisi Sungai Cipamokolan
perlu diperhitungkan. Adanya aliran masuk dari Sungai Citarik setelah titik
pengambilan sampel VII dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah di Sungai
Citarum. Atas dasar tersebut, tingkat pencemaran di Sungai Cipamokolan sebagai
anak sungai dari Citarum dianggap perlu untuk dianalisa sebagai data pendukung.
Lokasi pengambilan sampel VIII ditunjukkan pada Gambar V. 11.
V - 14
Gambar V. 11. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel VIII
Pada Gambar V. 11, terlihat bahwa lokasi pengambilan sampel VIII
dikelilingi oleh wilayah pertanian dan perladangan. Hal ini sesuai dengan hasil
observasi yang menunjukkanbahwa kondisi tata guna lahan di wilayah VIII sangat
didominasi oleh pertanian dan ladang. Meskipun demikian, hasil pengukuran
merkuri pada sampel yang berasal dari wilayah ini menunjukkan nilai yang relatif
tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Daftar Industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Cipamokolan baik
secara langsung maupun tidak langsung, disajikan pada Tabel V. 4.
Tabel V.4. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Cipamokolan
(Sumber: BPLHD, 2001)
No
Nama
Jenis
Industri
Industri
Lokasi
Jalan
Kecamatan
Kota
Proses
Perairan
Fasilitas
Penampung
IPAL
PT
Fisika,
Bintang
1
Agung
Tekstil
PT
2
Yupatex
Rumah
Ujung
Sakit 114
Berung
Kimia,
Bandung
Terpadu
Cimambo
Golf
Tekstil
Cipanjalu 2
Biologis
Fisika,
Bandung
V - 15
Terpadu
Cipanjalu
Kimia
Tabel V. 4. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Cipamokolan
(Lanjutan)
No
3
Nama
Jenis
Industri
Industri
Lokasi
Jalan
Kecamatan
PT
Ujung
Sandang
Berung
Ujung
105
Berung
Sari
Tekstil
Proses
Kota
Perairan
Fasilitas
Penampung
IPAL
Fisika,
Bandung
Dyeing
Cipanjalu
Kimia
Ujung
PT Gani
4
Tekstil
Artha
Berung
Ujung
Km 10
Berung
Fisika,
Bandung
Dyeing
Cipanjalu
Kimia
Jl. Ahmad
Yani No.
PT
5
Tekstil
Beteen
924
Fisika,
Cicadas
Bandung
Terpadu
Cipamokolan
Kimia
Fisika,
6
Grandtex
Tekstil
PT
7
Perintex
Kimia,
A. Yani
PT
Tekstil
128
Cicadas
A. Yani
Ujung
km 8
Berung
Cimuncang
Cibeunying
21 D
Kidul
Bandung
Terpadu
Cikiley
Biologis
Fisika,
Bandung
Dyeing
Cikiley
Kimia
PT
Naintex
8
I
Tekstil
Fisika,
Bandung
Terpadu
Cipangpung
Kimia
Berdasarkan Tabel V. 4, diketahui bahwa terdapat delapan industri tekstil yang
melakukan pembuangan ke Sungai Citarik. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan
jumlah industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Citarik. Meskipun
demikian, terlihat pada Gambar 2 bahwa tingkat pencemaran yang dihasilkan pada
titik pengambilan sampel IX lebih tinggi daripada titik pengambilan sample III,
yaitu setelah masuknya Sungai Citarik.
V. 1. 9
Titik Pengambilan Sampel IX
Adanya aliran masuk dari Sungai Cipamokolan setelah titik pengambilan
sampel VII sebagai anak Sungai Citarum dapat mempengaruhi beban konsentrasi
limbah di titik pengambilan sampel IX. Atas dasar tersebut, analisa merkuri
terhadap lokasi ini dinilai perlu untuk dilakukan. Lokasi pengambilan sampel IX
ditunjukkan pada Gambar V. 12.
V - 16
Gambar V. 12. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel IX
Pada lokasi ini dideteksi adanya peningkatan tingkat pencemaran merkuri
yang relatif tinggi pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker Sungai
Citarum. Nilai ini didukung oleh tingginya konsentrasi Merkuri pada ikan dari
titik pengambilan sampel VII. Hal ini dapat menunjukkan bahwa aliran masuk
dari Sungai Cipamokolan berpotensi dalam menyebabkan peningkatan konsentrasi
merkuri pada lokasi III.
V. 2
Kandungan Merkuri Berdasarkan Berat Ikan
Materi toksik dalam ikan dapat mengalami biokonsentrasi, bioakumulasi,
dan pada akhirnya mengalami biomagnifikasi melalui rantai makanan (Lloyd,
1992). Pengertian mengenai hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
ƒ
Biokonsentrasi adalah proses dimana senyawa diabsorbsi dari air melelui
insang atau permukaan luar tubuhnya (bukan melalui makanan) dan
terkonsentrasi dalam tubuh. Biokonsentrasi digunakan untuk organisme
akuatik seperti ikan, karena ikan secara nyata hidup di air dan merupakan
V - 17
sumber makanan yang penting bagi manusia, sehingga merupakan sumber
yang potensial bagi masuknya zat toksik (Manahan, 1992).
ƒ
Bioakumulasi adalah proses dimana terjadi penumpukan suatu senyawa pada
organisme aquatik, baik melalui air maupun makanan (Slamet, 2004)
ƒ
Biomagnifikasi adalah proses dimana konsentrasi senyawa bertambah pada
organisme yang berbeda, berturut-turut menempati tingkat trofik (melalui
rantai makanan) (Brungs & Mount, 1978 dalam Hadisantosa, 2006).
Merkuri sebagai zat pencemar dapat memasuki tubuh ikan melalui insang
dan kulit, melalui uptake dari makanan atau air tempat ikan berada yang
terkontaminasi (Slamet, 2004). Transpor logam dalam tubuh ikan dapat melalui
darah dimana ion-ion biasa berikatan dengan protein. Logam-logam tersebut
dibawa sehingga mengalami kontak dengan organ-organ dan jaringan-jaringan
dalam tubuh ikan dan sebagai konsekuensinya, logam tersebut terakumulasi dalam
jumlah yang berbeda pada organ atau jaringan yang berbeda-beda pula
(Romanenko,1986 dalam Hadisantosa, 2006).
Menurut Canli dan Kalay (1998), studi lebih lanjut menunjukkan bahwa
ikan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi dan mempertahankan logam
berat dari lingkungannya dan menunjukkan bahwa akumulasi logam pada jaringan
di tubuh ikan tergantung pada konsentrasi dan durasi paparan. Faktor-faktor lain
yang turut mempengaruhi di antaranya adalah salinitas, temperatur, kesadahan dan
metabolisme di dalam tubuh hewan itu sendiri (Hadisantosa, 2006).
Pada sub bab ini, dilakukan perbandingan antara nilai konsentrasi merkuri
dengan berat ikan yang digunakan sebagai sampel. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara jumlah akumulasi merkuri dalam tubuh ikan dengan
berat badan ikan. Pendekatan terhadap tingkat paparan merkuri yang diterima,
dilakukan dengan mengelompokkan ikan berdasarkan lokasi pengambilan sampel.
Hubungan antara kandungan merkuri dan berat badan ikan yang diperoleh
ditunjukkan pada Gambar V. 13.
V - 18
0.0025
Titik Pengambilan Sampel I
Titik Pengambilan Sampel II
Titik Pengambilan Sampel III
0.002
Titik Pengambilan Sampel IV
Kandungan Hg Total (mg)
Titik Pengambilan Sampel V
Titik Pengambilan Sampel VI
Titik Pengambilan Sampel VII
0.0015
Titik Pengambilan Sampel VIII
Titik Pengambilan Sampel IX
Expon. (Titik Pengambilan Sampel IX)
Expon. (Titik Pengambilan Sampel I)
0.001
Expon. (Titik Pengambilan Sampel II)
Expon. (Titik Pengambilan Sampel III)
Expon. (Titik Pengambilan Sampel IV)
Expon. (Titik Pengambilan Sampel V)
0.0005
Expon. (Titik Pengambilan Sampel VI)
Expon. (Titik Pengambilan Sampel VII)
Expon. (Titik Pengambilan Sampel VIII)
0
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Berat Ikan (gr)
Gambar V. 13 Kandungan Merkuri Dihubungkan Dengan Berat Badan Ikan
Pada Gambar V. 13, dapat dilihat bahwa kandungan merkuri pada ikan di
setiap lokasi pengambilan sampel cenderung mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan berat tubuh ikan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan berukuran
besar mengakumulasi merkuri dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan ikan
dengan ukuran kecil. Hal ini dapat terjadi karena seiring dengan semakin luas
permukaan tubuh ikan, semakin besar pula tingkat uptake merkuri oleh ikan.
Selain itu, umumnya ikan dengan ukuran besar cenderung mengonsumsi makanan
lebih banyak dari ikan yang berukuran kecil. Dengan demikian, akumulasi
merkuri oleh ikan merupakan fungsi dari jumlah makanan yang dikonsumsi, luas
permukaan tubuh, dan lama kontak dengan zat pencemar, yaitu merkuri.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, diperoleh bahwa konsentrasi
merkuri tertinggi pada Liposarcus pardalis sebagai biomarker adalah 0.038
mg/kg. Konsentrasi ini masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh
FAO Fisheries Circular No.765/825 yang berkisar antara 0,1-1 mg/Kg
wetweight.
Nilai konsentrasi tersebut juga masih berada dalam batas aman menurut peraturan
yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan No 0375/G/SK/VII/89 mengenai batas maksimum cemaran
logam dalam makanan diketahui bahwa batas maksimum kandungan merkuri pada
ikan dan hasil olahannya adalah 0.3 mg/kg.
V - 19
V. 3
Kualitas Merkuri (Hg) Pada Air Sungai Citarum
Dengan membandingkan data dari BPLHD mengenai konsentrasi merkuri
(Hg) di air Sungai Citarum pada beberapa lokasi selama beberapa tahun, pola
distribusi pencemaran merkuri (Hg) di air Sungai Citarum dapat ditunjukan
0.1
0.05
ra
a
ga
al
ay
aj
an
gi
sa
n
Lokasi
W
W
D
an
ay
gis
eu
ag
ar
al
ay
aj
pa
hk
ol
ot
0
a
a
n
pa
M
Sa
ru
Ci
je
uh
Da
ye
k
0
2004
0.15
M
2005
0.0005
0.2
k
2003
0.001
0.25
ru
2002
0.3
Sa
2001
0.0015
0.35
Ci
je
0.002
Kandungan Hg Pada Air (mg/L)
0.0025
ko
lot
Kandungan Hg Pada Air (mg/L)
sebagaimana Gambar V. 12.
Lokasi
Gambar V. 14. Konsentrasi Merkuri (Hg) Pada Air Sungai Citarum
Pada Gambar V. 14, terlihat bahwa konsentrasi merkuri di air cenderung
mengalami peningkatan menyolok di daerah Sapan - Cijeruk. Di daerah Sapan
konsentrasi merkuri pada air cenderung berada pada konsentrasi terendah.
Sedangkan pada daerah Cijeruk yang terletak tepat setelah Sapan, dideteksi
adanya peningkatan konsentrasi merkuri yang relatif tinggi.
Lokasi pengambilan sampel air pada daerah Sapan dan Cijeruk terkait
dengan wilayah penelitian ini ditunjukkan pada Gambar V. 13.
V - 20
Cipamokolan
Cikeruh
VIII
Cijeruk
IX
VII
Citarik
IV
VI
V
III
II
I
Sapan
Citarum
Gambar V. 15. Lokasi Sapan dan Cijeruk Terkait Dengan Wilayah Penelitian
Keterangan:
Titik pengambilan sampel ikan pada penelitian
Titik penganmbilan sampel air oleh BPLHD
Pada Gambar V. 15, terlihat bahwa wilayah penelitian terletak di antara
daerah Sapan dan Majalaya pada DAS Citarum, dimana terjadi perubahan
konsentrasi merkuri pada air Sungai Citarum. Daerah Sapan terletak sekitar 5 km
sebelum titik pengambilan sampel I pada penelitian ini. Sementara daerah Cijeruk
berada sekitar 2 km setelah titik pengambilan sampel IX.
Dengan membandingkan konsentrasi merkuri pada ikan dan air, dapat
diketahui bahwa seiring dengan peningkatan pencemaran merkuri pada air,
konsentrasi merkuri pada ikan juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat
dengan membandingkan konsentrasi merkuri pada Liposarcus pardalis pada
Gambar V. 3 dengan tingkat pencemaran merkuri pada air Sungai Citarum
Gambar V. 14.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan konsentrasi
merkuri (Hg) tertinggi pada Liposarcus pardalis di Sungai Citarum terjadi pada
titik pengambilan sampel IX. Dimana, titik pengambilan sampel IX terletak
sekitar 2 km sebelum titik pengambilan sampel air oleh BPLHD di daerah
Cijeruk. Pada daerah Cijeruk tersebut juga ditemukan adanya peningkatan
konsentrasi merkuri yang menyolok. Sedangkan tingkat konsentrasi merkuri yang
rendah sama – sama dideteksi baik pada ikan di titik pengambilan sampel I
V - 21
maupun pada air sungai di daerah Sapan sebagai bagian dari Daerah Aliran
Sungai Citarum.
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi merkuri pada
Liposarcus pardalis sebagai biomarker seiring dengan peningkatan konsentrasi
merkuri pada air. Sehingga, penggunaan biomarker sebagai alat monitoring dapat
menggambarkan dengan baik perubahan tingkat pencemaran di suatu lingkungan.
V. 4
Kontribusi Anak Sungai Terhadap Pencemaran di Sungai Citarum
Berdasarkan data dari BPLHD (2001), jumlah dan jenis industri yang
melakukan pembuangan ke Sungai Citarik, Cikeruh, dan Cipamokolan sebagai
anak sungai Citarum dapat diketahui.
25
Jumlah Industri
20
1
Makanan
15
Farm asi
10
Tekstil
19
5
1
8
2
0
Citarik
Cikeruh
Cipamokolan
Anak Sungai
Gambar V. 16. Jumlah Industri Pada Setiap Anak Sungai Citarum
Dengan membandingkan keterangan pada Gambar V. 16 dengan
konsentrasi merkuri di setiap titik pengambilan sampel, terlihat bahwa tingkat
pencemaran merkuri pada titik pengambilan sampel III dan V relatif meningkat
seiring dengan jumlah industri yang melakukan pembuangan limbah ke sungai.
Meskipun demikian, hal ini tidak berlaku pada titik pengambilan sampel VIII,
dimana tingkat pencemaran merkuri yang tinggi tetap dideteksi walaupun hanya
terdapat delapan industri tekstil yang memanfaatkan Sungai Cipamokolan sebagai
tempat pembuangan limbah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran
V - 22
merkuri tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah industri yang melakukan
pembuangan ke sungai.
Kehadiran merkuri di badan perairan dapat terjadi secara alamiah atau
buatan. Secara alamiah, kehadiran merkuri dapat disebabkan oleh proses
pelapukan batuan dan proses vulkanisasi gunung berapi (Mason, 1991). Pada
aktivitas industri, merkuri dapat dihasilkan dari proses yang berkaitan dengan
pengolahan logam, pembuatan barang dari logam, serta pelapisan logam. Bahan
merkuri juga dimanfaatkan secara luas pada industri berbagai industri sebagai
pigmen warna dalam pembuatan cat dan dye manufacture. Beberapa industri yang
berpotensi dalam pencemaran merkuri, diantaranya adalah industri kulit, karet,
tekstil, cat, kertas, dll (Rashed, 2004).
Selain itu, buangan domestik juga mengandung merkuri meskipun dalam
jumlah kecil. Kehadiran logam tersebut dapat berasal dari kosmetik atau
pembersih. Sementara, kandungan merkuri pada buangan dari pertanian dapat
berasal penggunaan pestisida dan pupuk yang mengandung pestisida (Rashed,
2004).
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran merkuri di badan perairan
juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti bahan yang digunakan dan jenis
proses yang berlangsung dalam industri, instalasi pengolahan limbah yang
digunakan, serta kebiasaan masyarakat.
V - 23
Download