BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V. 1 Distribusi Pencemaran Merkuri Pada penelitian ini, wilayah penelitian dan titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar V. 1. Pada Gambar V. 1, terlihat bahwa kondisi tata guna lahan pada lokasi pengambilan sampel di wilayah Bantarpanjang lebih didominasi oleh persawahan. Pada wilayah penelitian, terlihat adanya aliran masuk dari tiga anak sungai Citarum (dari kiri ke kanan), yaitu Citarik, Cikeruh, dan Cipamokolan. Komposisi lahan pertanian pada daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar IV.8. IV VI II V III I VIII IX VII Arah Aliran Titik pengambilan sampel Gambar V. 1. Peta Lokasi Penelitian dan Titik Pengambilan Sampel V-1 3735 Luas Lahan (Ha) 4000 3000 2000 764 1000 212.75 58 0 Ladang Saw ah Ladang Saw ah Perikanan Tata Guna Lahan Gambar V. 2 Komposisi lahan pertanian dan perikanan di daerah Bantarpanjang, Kecamatan Ciparay Pada Gambar V. 2, ditunjukkan bahwa luas lahan untuk persawahan kurang lebih 3.735 ha, sawah ladang 764 ha, perikanan 212,75 ha, dan untuk ladang 58 ha. Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada bulan Juni – Juli 2007 yang menunjukkan bahwa lahan Bantarpanjang lebih banyak dimanfaatkan sebagai persawahan. Meskipun demikian, limbah yang dibuang oleh industri, pertanian, dan perikanan sebelum titik pengambilan sampel di Bantarpanjang tidak dapat dikesampingkan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar industri kecil membuang air limbahnya langsung ke parit-parit pembuangan, dimana paritparit tersebut dapat mengalir langsung atau tidak langsung ke badan Sungai Citarum. Kebanyakan air limbah industri kecil ini akan bercampur dengan air limbah domestik atau mengalir ke saluran irigasi, pengairan sawah, kebun dan yang lainnya. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa terdapat aliran masuk dari tiga anak Sungai Citarum di wilayah penelitian. Ketiga anak sungai tersebut adalah Sungai Citarik, Cikeruh, dan Cipamokolan. Anak – anak sungai tersebut juga membawa sebagian besar hasil buangan dari aktivitas di daerah Ujungberung, Rancaekek, dan Cileunyi. Adanya aliran masuk dari anak sungai Citarum tentunya dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah di Sungai V-2 Citarum. Atas dasar tersebut, kehadiran anak sungai dari dari Citarum dianggap perlu untuk dianalisa. Pada penelitian ini, koordinat dari setiap titik pengambilan sampel ditentukan menggunakan Global Positioning Satellite (GPS), dengan hasil pengukuran seperti yang terlihat pada Tabel V. 1. Tabel V. 1. Kondisi dan Lokasi Pengambilan Sampel Titik Sampling 24 Juni I 2007 3 Agustus II 2007 24 Juni III 2007 24 Juni IV 2007 24 Juni V 2007 24 Juni VI 2007 VII VIII IX Tanggal 24 Juni 2007 24 Juni 2007 3 Agustus 2007 Waktu Cuaca 08:20 Cerah Posisi Sampling S.06 59'20.1" Elevasi Accuracy (m) (m) 683 8 679 7 677 20 651 12 672 14 678 7 681 8 687 15 688 5 E.107 42'08.5" 11:30 Cerah S.06 59'19.5" E.107 42'07.3" 9:00 Cerah S.06 59'17.4" E.107 42'02.0" 9:40 Cerah S.06 59'14.4" E.107 42'00.4" S.06 59'15.4" 10:25 Cerah E.107 41'55.3" 10:50 Cerah S.06 59'15.9" E.107 41'50.3" 12:05 Cerah S.06 59'44.5" E.107 40'24.2" 12:30 Cerah S.06 59'46.6" E.107 40'23.9" 10:20 Cerah S.06 59'44.6" E.107 40'23.9" Pada saat pengambilan sampel dilakukan, muka air Sungai Citarum hanya mencapai 0.5 – 2 m dengan lebar 10 – 15 m. Hal ini terjadi oleh karena pada saat itu sedang terjadi musim kemarau (Juni 2007). Sementara itu, masyarakat juga menyedot air Sungai Citarum untuk mengairi persawahan. Kondisi ini menyebabkan terbatasnya ruang gerak ikan Liposarus padalis sebagai biomarker. Diketahui pula bahwa secara keseluruhan, air sungai di wilayah penelitian berada V-3 pada kondisi aliran laminer. Sehingga diperkirakan bahwa ikan Liposarus padalis, sebagai biomarker, tidak mengalami perpindahan terlalu jauh dari titilk sampel di ambil. Kondisi di atas disanggap penting, karena menambah faktor representasi (terhadap tempat) dari biomarker dalam penelitian ini. Melalui analisa laboratorium, didapat konsentrasi merkuri (Hg) pada Liposarcus pardalis di setiap titik pengambilan sampel seperti yang tampak pada Konsentrasi Merkuri Pada Ikan (mg/kg) Gambar V. 3. 0.045 0.04 0.035 0.03 Titik Pengam bilan Sam pel 0.025 Anak Sungai Citarum 0.02 Sungai Citarum 0.015 0.01 0.005 0 IX VIII VII VI V IV III II I Titik Pengambilan Sampel Cipamokolan Cikeruh VIII IX VII Citarik IV VI V III II I Citarum Gambar V. 3. Konsentrasi Merkuri (Hg) Pada Setiap Titik Pengambilan Sampel Pada Gambar V. 3, terlihat bahwa peningkatan konsentrasi merkuri (Hg) tertinggi pada Liposarcus pardalis di Sungai Citarum mulai terjadi pada titik pengambilan sampel III dan IX. Titik pengambilan sampel III terletak setelah adanya aliran masuk dari Sungai Citarik, sementara titik pengambilan sampel IX terletak setelah adanya aliran masuk dari Sungai Cipamokolan. Pembahasan selanjutnya akan dilakukan untuk setiap titik pengambilan sampel terlebih dahulu, yang masing-masing diuraikan pada sub-sub bab berikut. V-4 V. 1. 1 Titik Pengambilan Sampel I Pada Gambar V. 1 dan V. 4, terlihat bahwa wilayah sekitar lokasi pengambilan sampel I lebih didominasi oleh areal pemukiman dan persawahan. Meskipun demikian, limbah yang dibuang oleh aktivitas rumah tangga, industri, pertanian, dan perikanan ke Sungai Citarum sebelum titik pengambilan sampel I juga harus dipertimbangkan. Lokasi pengambilan sampel I ditunjukkan pada Gambar V. 4. Gambar V. 4. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel I Dari observasi lapangan, di sekitar wilayah ini tidak banyak ditemui kegiatan industri. Namun, masuknya limbah yang berasal dari aktivitas industri maupun rumah tangga di wilayah Majalaya (wilayah lebih hulu) dapat turut mempengaruhi kualitas air di lokasi ini. Air limbah yang masuk ke Sungai Citarum sebelum titik pengambilan sampel ini dapat menambah beban konsentrasi limbah di lokasi pengambilan sampel I, walaupun di sekitar lokasi ini tidak banyak terdapat industri. V-5 V. 1. 2 Titik Pengambilan Sampel II Adanya aliran masuk dari Sungai Citarik setelah titik pengambilan sampel I dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah berikutnya pada Sungai Citarum. Atas dasar tersebut, tingkat pencemaran di Sungai Citarik sebagai anak sungai dari Citarum dianggap perlu untuk dianalisa sebagai data pendukung. Lokasi pengambilan sampel II ditunjukkan pada Gambar V. 5. Gambar V. 5. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel II Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel II didominasi oleh pertanian dan pemukiman. Meskipun demikian, Sungai Citarik juga membawa sebagian besar hasil buangan dari berbagai aktivitas di daerah Rancaekek. Air buangan yang masuk sebelum lokasi pengambilan sampel dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah di Sungai Citarum. Sehingga, kehadiran berbagai aktivitas di wilayah Rancaekek pun perlu dijadikan pertimbangan terhadap beban limbah di wilayah pengambilan sampel II tersebut. Daftar Industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Citarik baik secara langsung maupun tidak langsung, disajikan pada Tabel V. 2. V-6 Tabel V. 2. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Citarik (Sumber: BPLHD, 2001) No Nama Jenis Industri Industri PT Yutika 1 Loka 2 3 4 5 6 7 Jaya II PT Coca Cola PT Indopon Petaloka PT Vonex Indonesia PT Asia Agung PT Kawalram Tekstil Texindo 9 10 TM. PT Natatex Tekstil Bhdoxinama Minuman Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Textile 12 PT Inti Texindo Rancaekek No. Fasilitas Penampung IPAL Scouring, Majalaya Bandung Dyeing, Citarik Printing Cicalengka Km Majalaya Bandung Terpadu Citarik 4.5 PT Artha 11 Kota Perairan Majalaya - Jaya L. PT Sunson Kecamatan 278 PT Seno 8 Jalan Proses Majalaya - Kencana PT Timbul Lokasi Tekstil Raya Rancaekek Km. 20 Bandung - Garut Km 23.8 Bandung - Garut Bandung - Garut Km 24.15 Bandung - Garut Km 25 Bandung - Garut Km 25.5 Bandung - Garut Km 25.5 Bandung - Garut Km 26 Bandung - Garut Km 28 Bandung - Garut km 29 Fisika, Kimia Fisika, Kimia Fisika, Cikeruh Sumedang - Cimande Kimia, Biologis Cikeruh Sumedang Cikeruh Sumedang Cikeruh Sumedang Dyeing Scouring, Dyeing Dyeing, Printing Cimande Cimande Cimande (IPAL Vonex) Fisika, Kimia Fisika, Kimia Fisika, Cikeruh Sumedang Dyeing Cimande Kimia, Biologis Cikeruh Sumedang Dyeing Cimande Fisika, Kimia Fisika, Cikeruh Sumedang Terpadu Cimande Kimia, Biologis Cikeruh Sumedang Dyeing Cimande Fisika, Kimia Fisika, Cikeruh Sumedang Terpadu Cibodas Kimia, Biologis Cikeruh V-7 Sumedang Dyeing, Printing Citarik Fisika, Kimia Tabel V. 2. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Citarik (Lanjutan) No 13 14 15 Nama Jenis Industri Industri PT Cemara Agung PT Kawi Tekstil Tekstil Mekar PT Ayoetex Tekstil Lokasi Jalan Bandung - Garut km 31 Leuwigajah 158 Mas Selatan Tekstil Industri II No. 2 Tekstil Industri II No. 3 Tekstil Industri II No. 20 Tekstil Jayadikromo 32 Indonesia 18 19 PT Sinar Continental PT Mewah Niaga Jaya Selatan 205/85 PT Benang Warna Cimahi Cimahi Semesta 17 Cikeruh Leuwigajah PT Ganda 16 Kecamatan Cimahi Selatan Cimahi Selatan Cimahi Selatan Proses Kota Sumedang Cimahi Cimahi Scouring, Dyeing Sizing, Dyeing Penampung IPAL Fisika, Citarik Biologis Cibodas Cibodas Terpadu Cibodas Cimahi Dyeing Cibodas Cimahi Terpadu Cibodas Bandung Scouring, Dyeing Kimia, Cibodas Fisika Fisika, Kimia Fisika, Kimia Fisika, Kimia Fisika, Kimia Fisika, Kimia Tenun, Tekstil Sentosa Dyeing Fasilitas Cimahi PT Matahari 20 Sizing, Perairan Jayadikromo 42 Bandung Jaya Sizing, Scouring, Cibodas Dyeing Pada Tabel V. 2, terlihat bahwa jenis industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Citarik didominasi oleh industri tekstil. Air limbah yang dikeluarkan oleh industri, terutama industri tekstil seringkali menimbulkan warna pada aliran air sungai. Berdasarkan hasil pengamatan di sekitar titik pengambilan sampel pada Sungai Citarik, terlihat air sungai berwarna kehitaman, serta berbau menyengat. Selain itu, aktivitas industri di daerah Majalaya dapat turut mempengaruhi kualitas air Sungai Citarik. Hal ini diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat sekitar DAS Citarum yang membuat tanggul/bendungan untuk mencegah surutnya air V-8 Fisika, Kimia permukaan Sungai Citarik pada musim kemarau. Tersedianya permukaan air Citarik yang cukup sangat diperlukan oleh asyarakat untuk mengairi persawahan di Daerah Aliran Sungai Citarik. Dengan pembendungan tersebut, air sungai Citarum akan mengalir memasuki dan mengisi Sungai Citarik untuk keperluan masyarakat petani di wilayah aliran Sungai Citarik di atas. V. 1. 3 Titik Pengambilan Sampel III Masuknya Sungai Citarik setelah titik pengambilan sampel I sebagai anak sungai Citarum akan mempengaruhi beban konsentrasi limbah di titik pengambilan sampel III. Pengambilan sampel pada lokasi ini dilakukan untuk melihat kecenderungan tingkat konsentrasi merkuri pada ikan setelah masuknya aliran Sungai Citarik ke Sungai Citarum. Lokasi pengambilan sampel III ditunjukkan pada Gambar V. 6. Gambar V. 6. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel III Pada lokasi ini dideteksi adanya peningkatan konsentrasi merkuri yang relatif tinggi pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker Sungai Citarum. Nilai ini didukung oleh tingginya konsentrasi merkuri pada ikan dari titik V-9 pengambilan sampel II. Hal ini dapat menunjukkan bahwa aliran masuk dari Sungai Citarik berpotensi dalam menyebabkan peningkatan konsentrasi merkuri pada lokasi III. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa di wilayah pengambilan sampel III, terdapat industri daur ulang plastik. V. 1. 4 Titik Pengambilan Sampel IV Masuknya Sungai Cikeruh setelah titik pengambilan sampel III akan mempengaruhi beban konsentrasi limbah di Sungai Citarum. Dengan demikian, tingkat pencemaran di Sungai Cikeruh sebagai anak sungai Citarum perlu diperhitungkan. Lokasi pengambilan sampel IV ditunjukkan pada Gambar V. 7. Gambar V. 7. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel IV Berdasarkan peta tata guna lahan dan hasil observasi lapangan, diketahui bahwa kondisi tata guna lahan di wilayah IV masih didominasi oleh pertanian. Meskipun demikian, Sungai Cikeruh juga membawa sebagian besar hasil air buangan dari berbagai aktivitas domestik dan industri di daerah Ujung berung, Rancaekek dan Cileunyi. Oleh karena itu, berbagai aktivitas di wilayah tersebut juga perlu diperhitungkan. V - 10 Selain itu, kualitas air sungai di titik pengambilan sampel III dapat turut mempengaruhi kualitas air sungai Cikeruh. Hal ini diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat sekitar DAS Citarum yang membuat tanggul/bendungan untuk mencegah surutnya air permukaan Sungai Cikeruh pada musim kemarau. Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat pemukiman di sekitar aliran Sungai Citarik, kecukupan muka air Sungai Cikeruh diperlukan untuk mengairi sawah masyarakat di sekitah aliran Sungai Cikeruh. Demikian pula, akibat bendungan, air Sungai Citarum akan mengalir kembali dan mengairi Sungai Cikeruh. Daftar Industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Cikeruh baik secara langsung maupun tidak langsung, disajikan pada Tabel V. 3. Pada Tabel V. 3, tampak bahwa hanya terdapat dua buah industri tekstil dan satu industri farmasi yang melakukan pembuangan ke Sungai Cikeruh Tabel V. 3. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Cikeruh (Sumber: BPLHD, 2001) No 1 2 3 Nama Jenis Industri Industri PT Wistek PT Tekstil Dehatex PT Tanabe Abadi V. 1. 5 Tekstil Farmasi Lokasi Jalan Kecamatan Ujung Berung Ujung Km 14.5 Berung Soekarno Hatta 768 Rumah Sakit Ujung 104 Berung Proses Kota Perairan Fasilitas Penampung IPAL Bandung Terpadu Cibiru Bandung Dyeing Cibiru Bandung Cimambo/ Cisaranten Titik Pengambilan Sampel V Masuknya Sungai Cikeruh setelah titik pengambilan sampel III sebagai anak sungai Citarum akan mempengaruhi beban konsentrasi limbah di titik pengambilan sampel V. Pengambilan sampel pada lokasi ini dilakukan untuk melihat kecenderungan tingkat konsentrasi merkuri pada ikan setelah masuknya aliran sungai Cikeruh ke Sungai Citarum. V - 11 Fisika, Kimia Fisika, Kimia Fisika, Kimia, Biologis Lokasi pengambilan sampel V ditunjukkan pada Gambar V. 8. Pada Gambar V. 8, dapat dilihat bahwa tata guna lahan di sekitar lokasi pengambilan sampel V didominasi oleh ladang dan pertanian. Gambar V. 8. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel V Pada titik pengambilan sampel ini terlihat mulai adanya penurunan tingkat pencemaran merkuri pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tata guna lahan pada sekitar titik pengambilan sampel V tidak menyebabkan pencemaran merkuri yang significant sehingga tingkat pencemaran merkuri akan menurun seiring dengan jarak aliran air sungai. V. 1. 6 Titik Pengambilan Sampel VI Kehadiran industri daur ulang karung goni setelah titik pengambilan sampel V dianggap perlu untuk dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan adanya buangan dari industri ini yang memasuki badan air Sungai Citarum. Sehingga, tingkat pencemaran merkuri yang disebabkan oleh buangan dari industri ini perlu diperhatikan. Lokasi pengambilan sampel VI ditunjukkan pada Gambar V. 9. V - 12 Gambar V. 9. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel VI Pada titik pengambilan sampel ini, masih dideteksi adanya penurunan tingkat pencemaran merkuri pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker. Hal ini menunjukkan bahwa buangan yang dihasilkan oleh industri daur ulang karung goni kurang berpotensi dalam pencemaran merkuri yang significant pada wilayah penelitian. Tanpa adanya sumber pencemar yang menonjol, maka dapat diperkirakan bahwa tingkat pencemaran merkuri akan semakin menurun seiring dengan jarak aliran air sungai. V. 1. 7 Titik Pengambilan Sampel VII Pengambilan sampel pada wilayah ini dilakukan untuk melihat tingkat pencemaran merkuri sebelum masuknya Sungai Cipamokolan. Pada sepanjang wilayah VI – VII, tata guna lahan didominasi oleh pertanian dan industri pembuatan batu bata dengan bahan baku utama pasir yang dikeruk dari DAS Citarum. Lokasi pengambilan sampel III ditunjukkan pada Gambar V. 10. V - 13 Gambar V. 10. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel VII Pada titik pengambilan sampel ini, masih ditemukan adanya penurunan tingkat pencemaran merkuri pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tata guna lahan di wilayah tersebut tidak menyebabkan pencemaran merkuri yang significant terhadap air sungai Citarum. Dengan demikian, tingkat pencemaran merkuri akan semakin menurun seiring dengan jarak aliran air sungai. V. 1. 8 Titik Pengambilan Sampel VIII Sebagai anak sungai dari Citarum, tentunya kondisi Sungai Cipamokolan perlu diperhitungkan. Adanya aliran masuk dari Sungai Citarik setelah titik pengambilan sampel VII dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah di Sungai Citarum. Atas dasar tersebut, tingkat pencemaran di Sungai Cipamokolan sebagai anak sungai dari Citarum dianggap perlu untuk dianalisa sebagai data pendukung. Lokasi pengambilan sampel VIII ditunjukkan pada Gambar V. 11. V - 14 Gambar V. 11. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel VIII Pada Gambar V. 11, terlihat bahwa lokasi pengambilan sampel VIII dikelilingi oleh wilayah pertanian dan perladangan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang menunjukkanbahwa kondisi tata guna lahan di wilayah VIII sangat didominasi oleh pertanian dan ladang. Meskipun demikian, hasil pengukuran merkuri pada sampel yang berasal dari wilayah ini menunjukkan nilai yang relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. Daftar Industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Cipamokolan baik secara langsung maupun tidak langsung, disajikan pada Tabel V. 4. Tabel V.4. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Cipamokolan (Sumber: BPLHD, 2001) No Nama Jenis Industri Industri Lokasi Jalan Kecamatan Kota Proses Perairan Fasilitas Penampung IPAL PT Fisika, Bintang 1 Agung Tekstil PT 2 Yupatex Rumah Ujung Sakit 114 Berung Kimia, Bandung Terpadu Cimambo Golf Tekstil Cipanjalu 2 Biologis Fisika, Bandung V - 15 Terpadu Cipanjalu Kimia Tabel V. 4. Daftar Industri Yang Melakukan Pembuangan ke Sungai Cipamokolan (Lanjutan) No 3 Nama Jenis Industri Industri Lokasi Jalan Kecamatan PT Ujung Sandang Berung Ujung 105 Berung Sari Tekstil Proses Kota Perairan Fasilitas Penampung IPAL Fisika, Bandung Dyeing Cipanjalu Kimia Ujung PT Gani 4 Tekstil Artha Berung Ujung Km 10 Berung Fisika, Bandung Dyeing Cipanjalu Kimia Jl. Ahmad Yani No. PT 5 Tekstil Beteen 924 Fisika, Cicadas Bandung Terpadu Cipamokolan Kimia Fisika, 6 Grandtex Tekstil PT 7 Perintex Kimia, A. Yani PT Tekstil 128 Cicadas A. Yani Ujung km 8 Berung Cimuncang Cibeunying 21 D Kidul Bandung Terpadu Cikiley Biologis Fisika, Bandung Dyeing Cikiley Kimia PT Naintex 8 I Tekstil Fisika, Bandung Terpadu Cipangpung Kimia Berdasarkan Tabel V. 4, diketahui bahwa terdapat delapan industri tekstil yang melakukan pembuangan ke Sungai Citarik. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan jumlah industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Citarik. Meskipun demikian, terlihat pada Gambar 2 bahwa tingkat pencemaran yang dihasilkan pada titik pengambilan sampel IX lebih tinggi daripada titik pengambilan sample III, yaitu setelah masuknya Sungai Citarik. V. 1. 9 Titik Pengambilan Sampel IX Adanya aliran masuk dari Sungai Cipamokolan setelah titik pengambilan sampel VII sebagai anak Sungai Citarum dapat mempengaruhi beban konsentrasi limbah di titik pengambilan sampel IX. Atas dasar tersebut, analisa merkuri terhadap lokasi ini dinilai perlu untuk dilakukan. Lokasi pengambilan sampel IX ditunjukkan pada Gambar V. 12. V - 16 Gambar V. 12. Kondisi Lapangan Pada Lokasi Pengambilan Sampel IX Pada lokasi ini dideteksi adanya peningkatan tingkat pencemaran merkuri yang relatif tinggi pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker Sungai Citarum. Nilai ini didukung oleh tingginya konsentrasi Merkuri pada ikan dari titik pengambilan sampel VII. Hal ini dapat menunjukkan bahwa aliran masuk dari Sungai Cipamokolan berpotensi dalam menyebabkan peningkatan konsentrasi merkuri pada lokasi III. V. 2 Kandungan Merkuri Berdasarkan Berat Ikan Materi toksik dalam ikan dapat mengalami biokonsentrasi, bioakumulasi, dan pada akhirnya mengalami biomagnifikasi melalui rantai makanan (Lloyd, 1992). Pengertian mengenai hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: Biokonsentrasi adalah proses dimana senyawa diabsorbsi dari air melelui insang atau permukaan luar tubuhnya (bukan melalui makanan) dan terkonsentrasi dalam tubuh. Biokonsentrasi digunakan untuk organisme akuatik seperti ikan, karena ikan secara nyata hidup di air dan merupakan V - 17 sumber makanan yang penting bagi manusia, sehingga merupakan sumber yang potensial bagi masuknya zat toksik (Manahan, 1992). Bioakumulasi adalah proses dimana terjadi penumpukan suatu senyawa pada organisme aquatik, baik melalui air maupun makanan (Slamet, 2004) Biomagnifikasi adalah proses dimana konsentrasi senyawa bertambah pada organisme yang berbeda, berturut-turut menempati tingkat trofik (melalui rantai makanan) (Brungs & Mount, 1978 dalam Hadisantosa, 2006). Merkuri sebagai zat pencemar dapat memasuki tubuh ikan melalui insang dan kulit, melalui uptake dari makanan atau air tempat ikan berada yang terkontaminasi (Slamet, 2004). Transpor logam dalam tubuh ikan dapat melalui darah dimana ion-ion biasa berikatan dengan protein. Logam-logam tersebut dibawa sehingga mengalami kontak dengan organ-organ dan jaringan-jaringan dalam tubuh ikan dan sebagai konsekuensinya, logam tersebut terakumulasi dalam jumlah yang berbeda pada organ atau jaringan yang berbeda-beda pula (Romanenko,1986 dalam Hadisantosa, 2006). Menurut Canli dan Kalay (1998), studi lebih lanjut menunjukkan bahwa ikan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi dan mempertahankan logam berat dari lingkungannya dan menunjukkan bahwa akumulasi logam pada jaringan di tubuh ikan tergantung pada konsentrasi dan durasi paparan. Faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi di antaranya adalah salinitas, temperatur, kesadahan dan metabolisme di dalam tubuh hewan itu sendiri (Hadisantosa, 2006). Pada sub bab ini, dilakukan perbandingan antara nilai konsentrasi merkuri dengan berat ikan yang digunakan sebagai sampel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah akumulasi merkuri dalam tubuh ikan dengan berat badan ikan. Pendekatan terhadap tingkat paparan merkuri yang diterima, dilakukan dengan mengelompokkan ikan berdasarkan lokasi pengambilan sampel. Hubungan antara kandungan merkuri dan berat badan ikan yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar V. 13. V - 18 0.0025 Titik Pengambilan Sampel I Titik Pengambilan Sampel II Titik Pengambilan Sampel III 0.002 Titik Pengambilan Sampel IV Kandungan Hg Total (mg) Titik Pengambilan Sampel V Titik Pengambilan Sampel VI Titik Pengambilan Sampel VII 0.0015 Titik Pengambilan Sampel VIII Titik Pengambilan Sampel IX Expon. (Titik Pengambilan Sampel IX) Expon. (Titik Pengambilan Sampel I) 0.001 Expon. (Titik Pengambilan Sampel II) Expon. (Titik Pengambilan Sampel III) Expon. (Titik Pengambilan Sampel IV) Expon. (Titik Pengambilan Sampel V) 0.0005 Expon. (Titik Pengambilan Sampel VI) Expon. (Titik Pengambilan Sampel VII) Expon. (Titik Pengambilan Sampel VIII) 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Berat Ikan (gr) Gambar V. 13 Kandungan Merkuri Dihubungkan Dengan Berat Badan Ikan Pada Gambar V. 13, dapat dilihat bahwa kandungan merkuri pada ikan di setiap lokasi pengambilan sampel cenderung mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan berat tubuh ikan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan berukuran besar mengakumulasi merkuri dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan ikan dengan ukuran kecil. Hal ini dapat terjadi karena seiring dengan semakin luas permukaan tubuh ikan, semakin besar pula tingkat uptake merkuri oleh ikan. Selain itu, umumnya ikan dengan ukuran besar cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak dari ikan yang berukuran kecil. Dengan demikian, akumulasi merkuri oleh ikan merupakan fungsi dari jumlah makanan yang dikonsumsi, luas permukaan tubuh, dan lama kontak dengan zat pencemar, yaitu merkuri. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, diperoleh bahwa konsentrasi merkuri tertinggi pada Liposarcus pardalis sebagai biomarker adalah 0.038 mg/kg. Konsentrasi ini masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh FAO Fisheries Circular No.765/825 yang berkisar antara 0,1-1 mg/Kg wetweight. Nilai konsentrasi tersebut juga masih berada dalam batas aman menurut peraturan yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No 0375/G/SK/VII/89 mengenai batas maksimum cemaran logam dalam makanan diketahui bahwa batas maksimum kandungan merkuri pada ikan dan hasil olahannya adalah 0.3 mg/kg. V - 19 V. 3 Kualitas Merkuri (Hg) Pada Air Sungai Citarum Dengan membandingkan data dari BPLHD mengenai konsentrasi merkuri (Hg) di air Sungai Citarum pada beberapa lokasi selama beberapa tahun, pola distribusi pencemaran merkuri (Hg) di air Sungai Citarum dapat ditunjukan 0.1 0.05 ra a ga al ay aj an gi sa n Lokasi W W D an ay gis eu ag ar al ay aj pa hk ol ot 0 a a n pa M Sa ru Ci je uh Da ye k 0 2004 0.15 M 2005 0.0005 0.2 k 2003 0.001 0.25 ru 2002 0.3 Sa 2001 0.0015 0.35 Ci je 0.002 Kandungan Hg Pada Air (mg/L) 0.0025 ko lot Kandungan Hg Pada Air (mg/L) sebagaimana Gambar V. 12. Lokasi Gambar V. 14. Konsentrasi Merkuri (Hg) Pada Air Sungai Citarum Pada Gambar V. 14, terlihat bahwa konsentrasi merkuri di air cenderung mengalami peningkatan menyolok di daerah Sapan - Cijeruk. Di daerah Sapan konsentrasi merkuri pada air cenderung berada pada konsentrasi terendah. Sedangkan pada daerah Cijeruk yang terletak tepat setelah Sapan, dideteksi adanya peningkatan konsentrasi merkuri yang relatif tinggi. Lokasi pengambilan sampel air pada daerah Sapan dan Cijeruk terkait dengan wilayah penelitian ini ditunjukkan pada Gambar V. 13. V - 20 Cipamokolan Cikeruh VIII Cijeruk IX VII Citarik IV VI V III II I Sapan Citarum Gambar V. 15. Lokasi Sapan dan Cijeruk Terkait Dengan Wilayah Penelitian Keterangan: Titik pengambilan sampel ikan pada penelitian Titik penganmbilan sampel air oleh BPLHD Pada Gambar V. 15, terlihat bahwa wilayah penelitian terletak di antara daerah Sapan dan Majalaya pada DAS Citarum, dimana terjadi perubahan konsentrasi merkuri pada air Sungai Citarum. Daerah Sapan terletak sekitar 5 km sebelum titik pengambilan sampel I pada penelitian ini. Sementara daerah Cijeruk berada sekitar 2 km setelah titik pengambilan sampel IX. Dengan membandingkan konsentrasi merkuri pada ikan dan air, dapat diketahui bahwa seiring dengan peningkatan pencemaran merkuri pada air, konsentrasi merkuri pada ikan juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dengan membandingkan konsentrasi merkuri pada Liposarcus pardalis pada Gambar V. 3 dengan tingkat pencemaran merkuri pada air Sungai Citarum Gambar V. 14. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan konsentrasi merkuri (Hg) tertinggi pada Liposarcus pardalis di Sungai Citarum terjadi pada titik pengambilan sampel IX. Dimana, titik pengambilan sampel IX terletak sekitar 2 km sebelum titik pengambilan sampel air oleh BPLHD di daerah Cijeruk. Pada daerah Cijeruk tersebut juga ditemukan adanya peningkatan konsentrasi merkuri yang menyolok. Sedangkan tingkat konsentrasi merkuri yang rendah sama – sama dideteksi baik pada ikan di titik pengambilan sampel I V - 21 maupun pada air sungai di daerah Sapan sebagai bagian dari Daerah Aliran Sungai Citarum. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi merkuri pada Liposarcus pardalis sebagai biomarker seiring dengan peningkatan konsentrasi merkuri pada air. Sehingga, penggunaan biomarker sebagai alat monitoring dapat menggambarkan dengan baik perubahan tingkat pencemaran di suatu lingkungan. V. 4 Kontribusi Anak Sungai Terhadap Pencemaran di Sungai Citarum Berdasarkan data dari BPLHD (2001), jumlah dan jenis industri yang melakukan pembuangan ke Sungai Citarik, Cikeruh, dan Cipamokolan sebagai anak sungai Citarum dapat diketahui. 25 Jumlah Industri 20 1 Makanan 15 Farm asi 10 Tekstil 19 5 1 8 2 0 Citarik Cikeruh Cipamokolan Anak Sungai Gambar V. 16. Jumlah Industri Pada Setiap Anak Sungai Citarum Dengan membandingkan keterangan pada Gambar V. 16 dengan konsentrasi merkuri di setiap titik pengambilan sampel, terlihat bahwa tingkat pencemaran merkuri pada titik pengambilan sampel III dan V relatif meningkat seiring dengan jumlah industri yang melakukan pembuangan limbah ke sungai. Meskipun demikian, hal ini tidak berlaku pada titik pengambilan sampel VIII, dimana tingkat pencemaran merkuri yang tinggi tetap dideteksi walaupun hanya terdapat delapan industri tekstil yang memanfaatkan Sungai Cipamokolan sebagai tempat pembuangan limbah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran V - 22 merkuri tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah industri yang melakukan pembuangan ke sungai. Kehadiran merkuri di badan perairan dapat terjadi secara alamiah atau buatan. Secara alamiah, kehadiran merkuri dapat disebabkan oleh proses pelapukan batuan dan proses vulkanisasi gunung berapi (Mason, 1991). Pada aktivitas industri, merkuri dapat dihasilkan dari proses yang berkaitan dengan pengolahan logam, pembuatan barang dari logam, serta pelapisan logam. Bahan merkuri juga dimanfaatkan secara luas pada industri berbagai industri sebagai pigmen warna dalam pembuatan cat dan dye manufacture. Beberapa industri yang berpotensi dalam pencemaran merkuri, diantaranya adalah industri kulit, karet, tekstil, cat, kertas, dll (Rashed, 2004). Selain itu, buangan domestik juga mengandung merkuri meskipun dalam jumlah kecil. Kehadiran logam tersebut dapat berasal dari kosmetik atau pembersih. Sementara, kandungan merkuri pada buangan dari pertanian dapat berasal penggunaan pestisida dan pupuk yang mengandung pestisida (Rashed, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran merkuri di badan perairan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti bahan yang digunakan dan jenis proses yang berlangsung dalam industri, instalasi pengolahan limbah yang digunakan, serta kebiasaan masyarakat. V - 23