BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerjasama ekonomi yang terjalin antara dua negara atau lebih merupakan fenomena yang lazim dalam hubungan internasional. Telah menjadi sebuah ketentuan dimana setiap negara di dunia tidak akan mungkin dapat berkembang jika menutup diri dari interaksi dengan negara lain. Bahkan untuk negara maju sekalipun, tetap membutuhkan negara/bangsa lainnya agar dapat mengkonversi kekayaannya dengan bahan-bahan baku yang dihasilkan oleh negara lain. Urgensivitas dari kerjasama ekonomi telah menggeser isu-isu krusial dalam dunia internasional seperti keamanan dan konfik. Masyarakat internasional mulai menyadari bahwa fenomena global yang dihadapi tidak lagi terbatas pada ancaman keamanan, melainkan telah melibatkan hal-hal yang lebih bersifat konstruktif dan membangun melalui bingkai kerjasama ekonomi. Hal ini juga ditandai dengan maraknya pembentukkan area perdagangan bebas di seluruh kawasan di dunia antara lain ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area), AJFTA (ASEAN Japan Free Trade Agreements) dan ASKFTA (ASEAN-South Korea Free Trade Agreements), NAFTA (North American Free Trade Agreement). Bahkan dalam konteks kekuasaan, terdapat berbagai dimensi ekonomi di dalamnya seperti penjualan senjata, dan traficking. Kerjasama ekonomi diyakini sebagai alternatif bagi terciptanya sebuah tatanan dunia yang stabil. Sebagian kaum liberal menganggap bahwa dorongan untuk menyelenggarakan perdamaian bukanlah hal yang dengan alamiah ada 1 begitu saja sebagai dorongan alamiah manusia. Bagi mereka perdamaian harus dikonstruksikan untuk ada melalui kerjasama dan diplomasi terbuka. Kekeliruan besar yang dilakukan oleh negara-negara di dunia yang mendorong munculnya Perang Dunia I adalah terletak dari tidak adanya kerjasama yang bersifat terbuka. Kondisi ini melahirkan kekhawatiran dan kecurigaan yang berlebihan antar negara. Perlombaan senjata dan aliansi rahasia mendorong semakin besarnya potensi perang terbuka. Dengan kegagalan negara dalam mengelola hubungan internasional ini maka munculah ide untuk mengelola hubungan dengan jalan yang lebih terbuka melalui kerjasama dimana negara-negara di dunia akan mendapatkan tempat dan perilaku yang sama dan adil.1 Kemajuan teknologi dan informasi sebagai hasil dari globalisasi telah mendukung perkembangan kerjasama ekonomi yang lebih luas. Kini kerjasama ekonomi dengan melintasi kawasan tertentu bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Sebuah hal yang tidak diragukan lagi, bahwa globalisasi telah mengikis batas-batas negara akibat semakin terbukanya jalinan komunikasi dan informasi antara negara yang satu dan yang lainnya. Sebagai hasilnya, negara dapat melakukan kerjasama dan menjangkau kawasan-kawasan yang berada disisi bagian bumi lainnya. Sebagai contoh, kerjasama ekonomi yang dibangun antara Indonesia dan Brasil. Terdapat tiga poin penting dalam melihat fenomena kerjasama antara Indonesia dan Brasil. Pertama adanya penurunan daya beli terhadap pasar tradisional Indonesia di negara-negara maju akibat terjadinya krisis global. Eropa dan Amerika Serikat pada awalnya merupakan mitra dagang terpenting bagi 1 Iva Rachmawati. 2012. Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional. Aswaja Presindo; Yogyakarta. hal 85 2 Indonesia secara khusus, dan secara umum bagi negara-negara di Asia. Namun krisis global yang terjadi pada tahun 2007 dan 2008 telah memicu kekhawatiran bagi Indonesia untuk mengedepankan kerjasama dengan kawasan tersebut. Krisis tersebut telah mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat sebesar 25 persen di kawasan Eropa dan Amerika Serikat.2 Kedua, adanya fenomena BRICS sebagai sebuah frame kekuatan ekonomi baru. “BRICS” (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) yang dipopulerkan oleh Jim O’Niell melalui penelitiannya pada tahun 2001 dan dipercaya sebagai kelompok negara-negara berkembang yang diperkirakan dapat melampaui ekonomi negara G-7 pada tahun 2027.3 Pertumbuhan ekonomi BRICS selalu mengalami perkembangan ekonomi yang positif bahkan ketika dunia mengalami krisis global, pertumbuhan ekonomi sebanyak 45% pada tahun 2008 datang dari BRIC (sebelum Afrika Selatan masuk).4 Ketiga, kurang terkesplornya kerjasama dengan negara di kawasan Amerika Latin, Brasil. Negara-negara anggota BRICS sebagian besar telah menjalin hubungan kerjasama dengan Indonesia. Frame kerjasama seperti ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) pada tahun 20015, serta AIFTE (ASEAN-INDIA Free Trade Area) pada tahun 20036 telah dibentuk guna 2 Viva News. 2012. Produk Paling Terpengaruh Akibat Krisis Eropa. diakses dari http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/277040-produk-paling-terpengaruh-akibat-krisis-Eropa tanggal 07 Maret 2013 3 Andri Gilang Nugraha. 2011. Brazil Sebagai Mitra Strategis Perdagangan Indonesia. Buletin Kerjasama Perdagangan Internasional Bulan April 4 Indonesian Voices. 2012. Pembentukan BRICS Akan Baik Bagi Dunia. diakses dari http://news.indonesianvoices.com/index.php/isu-ekonomi/1288-pembentukan-brics-akan-baikbagi-dunia tanggal 10 Maret 2013 5 Kemendag. n.d. ASEAN-China Free Trade Area. diakses dari http://ditjenkpi.kemendag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN%20-%20China%20FTA.pdf tanggal 10 Maret 2013 6 Kemendag. n.d. ASEAN-India Free Trade Area. diakses dari http://ditjenkpi.kemendag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN%20-%20India%20FTA.pdf tanggal 10 Maret 2013 3 meningkatkan kerjasama ekonomi dan mendorong hubungan perekonomian dengan cara mengurangi hambatan perdagangan. Namun hal tersebut hingga kini belum diaplikasikan dengan negara Brasil yang tingkat pertumbuhan ekonominya tidak kalah menjanjikan dari India dan China. Disisi lain, hubungan IndonesiaBrasil selama ini berlangsung dengan baik. Keduanya sangat mendukung dan menghargai kedaulatan satu sama lain yang dibuktikan melalui forum-forum organisasi Internasional. Dengan demikian sangat penting bagi Indonesia untuk mentransformasikan hubungan yang konstruktif tersebut melalui kerjasama ekonomi agar mampu mendatangkan manfaat yang nyata bagi keduanya. Brasil sebagai salah satu negara di kawasan Amerika Latin yang memilikipertumbuhan ekonomi yang paling signifikan. Dengan luas wilayah 8,514,877 km² dan kepemilikan sumber daya alam yang sangat melimpah, Brasil mampu menjadi negara dengan tingkat produksi industri terbesar ke-8 di dunia. 7 Pertumbuhan ekonomi Brasil yang cukup fantatis, disebabkan oleh kemampuan Brasil dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Kekayaan alam Brasil diperoleh melalui iklim tropis seperti halnya di Indonesia. Brasil merupakan salah satu negara berkembang yang sukses dalam membangun industri agriculture. Pada 1970-an Brasil adalah negara importir bahan pangan. Tetapi sejak dibangunnya EMBRAPA (lembaga Riset pertanian), Brasil dapat memproduksi seluruh komoditas pertaniannya bahkan dengan jumlah yang surplus. 8 Karena 7 Kemlu. n.d. Brasil. Diakses dari http://fealac.kemlu.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=87&Itemid=136&lang =in tanggal 01 Maret 2013 8 Don Cardono. 2013. Cara Pintar Brazil Memoles Wajah di Mata Dunia. diakses dari http://www.jpnn.com/read/2012/12/13/150336/Cara-Pintar-Brazil-Memoles-Wajah-di-MataDunia-. tanggal 20 Februari 2013 4 kekuatan surplus tersebut maka Brasil kemudian dipercayai sebagai lumbung impor bagi negara-negara yang mengalami krisis pangan. Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Brasil telah terjalin sejak Maret 1953 dengan penempatan duta besar masing-masing di kedua Ibukota. Adapun hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral dengan Brasil dimulai pada tahun 1996 didasarkan oleh Persetujuan Perdagangan antara Pemerintah RI dan Pemerintah Republik Federasi Brasil di Brasilia pada tanggal 18 September 1996.9 Hubungan diplomatik yang terjalin antara kedua negara ditandai dengan sejumlah kunjungan yang dilakukan oleh kepala negara Indonesia maupun brazil. Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid, mengunjungi Brasil pada tanggal 28-29 September 2000, kemudian kunjungan Presiden Brasil, Fernando Henrique Cardoso, pada tanggal 20-23 January 2001, kunjungan Presidential Luiz Inácio Lula da Silva, ke Indonesia pada tanggal 11-12 July 2008.10 Kemitraan antara Indonesia dan Brasil harus dipandang sebagai sebuah usaha konkret dari suatu negara di dalam usahanya untuk mencapai kepentingan nasionalnya dan sebagai upaya untuk meningkatkan stabilitas sosial dan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya. Meskipun berada pada kawasan yang berbeda namun dengan adanya kerjasama ekonomi yang terjalin antara Indonesia dan Brasil menandakan adanya pola kehidupan yang saling ketergantungan satu sama lain. Kerjasama tersebut akan berlangsung selama pihak-pihak yang bersangkutan masih memiliki kepentingan yang sama khususnya dalam bidang perekonomian. 9 Brasil, loc.cit. Deviantart. n.d. Indonesia - Brazil Bilateral Cooperation. Diakses dari http://goldenbutterflysky.deviantart.com/journal/Indonesia-Brazil-Bilateral-Cooperation-315991142 tanggal 28 Maret 2013 10 5 Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 13.487 pulau, memiliki luas lahan pertanian sebesar 13 juta hektare.11 Dan sebagai negara yang memiliki dua musim sebenarnya potensi Indonesia sebagai penghasil produk-produk unggulan pertanian hampir setara dengan Brasil. Artinya bahwa potensi Indonesia sungguh besar, yaitu memiliki kekayaan sumberdaya komoditas pertanian yang tinggi serta ketersediaan lahan pertanian. Variasi topografi dan model demografi untuk menghasilkan produk yang bervariasi juga terbuka luas. Namun dalam perkembangannya Indonesia masih belum mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dan mengakibatkan Indonesia masih melakukan impor terhadap berbagai bahan pangan utama. Kemitraan yang terjalin antara Indonesia dan Brasil merupakan sebuah fenomena yang patut untuk kita eksplor lebih jauh. Peneliti berpendapat bahwa Indonesia mampu memiliki prospek yang baik dalam menjalin kerjasama dengan negara Brasil. Utamanya mengadopsi dan mengaplikasikan kebijakan yang mampu meningkatkan perekonomian Indonesia. Peneliti juga melihat masih sangat minimnya penelitian akademisi yang membahas mengenai peluang kerjasama yang dibangun antara Indonesia dan Brasil, sehingga dengan alasan tersebut maka peneliti memilih judul penelitian “Kerjasama Ekonomi Indonesia-Brazil” 11 Republika. 2012. Kritis Jumlah Lahan Pertanian di Indonesia. Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/12/05/26/m4mavr-kritis-jumlah-lahanpertanian-di-Indonesia pada 18 Februari 2013 6 B. Batasan dan Rumusan Masalah Indonesia dan Brasil dalam perkembangan kerjasama ekonominya memiliki sektor-sektor tertentu yang menunjang perekonomian negara masingmasing. Dengan demikian mengingat begitu kompleks dan luasnya sektor kerjasama ekonomi yang akan diteliti maka penulis akan membatasi pembahasan pada perdagangan komoditas pertanian dan perkebunan, serta investasi terhadap aset-aset tersier selama enam tahun terakhir (2006-2011). Walaupun hubungan diplomatik telah lama berlangsung antara Indonesia dan Brasil namun kerjasama ekonomi di antara keduanya baru mengalami pertumbuhan yang signifikan selama periode tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan aktifitas eksporimpor antara keduanya pada periode tahun tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penulis kemudian merumuskan dan membatasi fokus pembahasan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Bagaimana peluang dan tantangan kerjasama ekonomi Indonesia-Brasil? 2. Bagaimana strategi kerjasama ekonomi Indonesia-Brasil? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penulisan penelitian ini tentu saja berlandaskan pada tujuan dan kegunaan penelitian. Adapun tujuan dan kegunaan penelitian tersebut antar lain: 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui perkembangan peluang dan tantangan kerjasama ekonomi Indonesia-Brasil. b. Untuk menjelaskan strategi kerjasama ekonomi Indonesia-Brasil. 7 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain: a. Sebagai informasi tambahan bagi Pemerintah dalam melaksanakan perencanaan dan merumuskan kebijakan dalam menjalin kerjasama khususnya pada sektor ekonomi dengan negara Brasil, b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa dalam menambah pengetahuan berkaitan dengan kerjasama ekonomi Indonesia-Brasil. D. Kerangka Konseptual Dewasa ini, hampir tidak ada satupun negara di dunia yang dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri karena ketidakmampuannya untuk memproduksi segala sesuatunya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut suatu negara secara otomatis harus melakukan kerjasama baik itu yang bersifat bilateral maupun multilateral. Hubungan bilateral adalah suatu bentuk kerjasama antar dua negara, baik dalam bidang ekonomi, sosial, dan pertahanan keamanan yang merupakan implementasi dari kebijakan nasional guna memenuhi kebutuhan domestik suatu negara, dimana negara manapun di dunia tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa mengadakan interaksi dengan negara lain. Juwondo mendefinisikan hubungan bilateral sebagai berikut: 12 hubungan bilateral sebagai hubungan interaksi antar dua negara yang dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan atau mengucilkan keberadaan negara tersebut serta menunjukkan dan memberikan nilai tambahan yang menguntungkan dari hubungan bilateral itu. 12 Juwondo. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Rajawali Press. Jakarta, hal.21. 8 Hubungan bilateral juga dapat digambarkan sebagai sebuah kerjasama antar dua negara dan tidak tergantung hanya pada negara dengan letak geografis yang dekat saja tetap juga dengan negara dengan letak geografis yang jauh. Kepentingan yang mendasari terbentuknya kerjasama ini, menjadi faktor penting negara menjalin kerjasama tanpa memandang jarak sebagai sebuah penghalang. Selain hal tersebut, hubungan bilateral memiliki beberapa kelebihan antara lain : kerjasama ini cenderung mudah dilakukan karena negara yang terlibat hanya 2 (dua) dan aturan tidak begitu kompleks. Adapun bagi negara besar, dengan adanya konsep kerjasama bilateral hal ini dapat menekan negara dari lawan kerjasamanya untuk mematuhi dan mengikuti aturan yang telah disepakati, kemudian kalkulasi dan pencapaian pertimbangan tidak begitu rumit. Hasil dari kerjasama bilateral pada umumnya menghasilkan sebuah transaksi yang berlangsung berulang-ulang melalui aktifitas perdagangan dan investasi. Negara yang melakukan perdagangan internasional didasari oleh dua alasan utama: pertama, negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa, sebagaimana individu-individu dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan mereka melalui instrumen yang telah mereka sepakati sebelumnya. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis dalam produksi. Pemahaman akan mekanisme sistem perdagangan internasional telah dipaparkan sebagai aktifitas berproduksi negara secara efisisen. Hal ini disebabkan karena dalam sistem tersebut, negara hanya akan memproduksi satu atau beberapa barang saja dengan biaya produksi yang rendah untuk di ekspor dan negara tersebut akan mengimpor barang-barang lain dengan harga yang lebih 9 murah daripada memproduksi sendiri. Dengan cara tersebut, negara dapat berproduksi dengan efisien dan tetap memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut biasa disebut dengan keunggulan absolut (absolute advantage) dan keuntungan komparatif (comparative advantage). Teori keunggulan absolut oleh Adam Smith melalui bukunya Wealth of Nations (1776) mencemooh ketakutan terhadap perdagangan internasional itu dengan membandingkan negara dengan rumah tangga. Seperti halnya setiap rumah tangga untuk memproduksi hanya barang-barang yang dibutuhkannya sendiri sementara membeli dari orang lain barang-barang yang akan dijualnya kembali, demikian pula seharusnya negara. Jadi, masing-masing negara itu memperoleh hasil dari perdagangan dan spesialisasinya sesuai dengan keunggulan absolut yang dimilikinya. Pemikiran Smith pada dasarnya cukup tepat, dan sangat membantu pemerintah untuk menyingkirkan hambatan-hambatan yang telah menyebabkan perdagangan internasional tidak efisien lebih dari 100 tahun lamanya setelah ia menulis bukunya Wealth of Nations.13 Teori keunggulan komparatif merupakan sumbangan utama David Ricardo terhadap pemahaman kita mengenai perdagangan internasional adalah bahwa menurutnya setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan internasional apakah ia memiliki keunggulan absolutnya sendiri. Tulisannya di awal abad 19 menunjukkan gagasan-gagasannya yang sekarang dikenal dengan sebutan: prinsip keunggulan komparatif: yaitu bahwa setiap negara atau bangsa seperti halnya orang, akan dapat memperoleh hasil dari perdagangan dengan mengekspor barang-barang atau jasa yang merupakan keunggulan 13 Peter H. Lindert. 1991. Ekonomi Internasional, terjemahan Agustinus Subekti. PT Bumi Aksara: Jakarta. hal. 18 10 komparatif terbesarnya dan mengimpor barang-barang atau jasa yang bukan (kurang) merupakan keunggulan komparatifnya. Kata kunci di sini adalah komparatif, yang artinya relatif atau tidak perlu ada yang dimutlakkan. Bahkan kalaupun ada negara yang sangat produktif menghasilkan barang atau jasa sementara negara yang lain sangat tidak produktif, mereka dapat saling menarik keuntungan dari perdagangan di antara keduanya atau melalui negara ketiga selama keunggulan (ketidakunggulan) mereka dalam menghasilkan barang atau jasa yang berbeda itu hanyalah merupakan perbedaan dalam caranya.14 Perdagangan internasional pada umumnya selalu diikuti dengan aktifitas investasi. Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang Investasi yang pada umumnya banyak berlaku adalah investasi langsung luar negeri atau biasa disebut dengan foreign direct investment. FDI merupakan jenis investasi dalam bentuk real assets. Investasi jenis ini paling banyak diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan dan perkebunan dan lain-lain. Akuntan-akuntan neraca pembayaran menjabarkan bahwa investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh penduduk dari negara yang melakukan investasi (investing country). Proporsi dari pemilikan yang menentukan bagian terbesar akan keuntungan sangat bervariasi dari negara satu ke negara yang lainnya.15 Dengan demikian pada FDI terdapat saham yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan asing di negara lain yang jumlah 14 15 Ibid. hal. 24 Ibid. hal. 31 11 sahamnnya beraneka ragam. Jenis investasi ini, paling banyak dilakukan karena merupakan jenis investasi yang mampu memberikan keuntungan yang cukup banyak serta efektif dalam meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi negaranegara yang menerapkannya. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif eksplanatif. Penelitian deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai bentuk bentuk kerjasama ekonomi yang terjalin antara Indonesia dan Brasil, baik itu dalam sektor perdagangan (ekspor-impor) serta investasi. Setelah itu penulis menggunakan penelitian eksplanatif untuk menjelaskan peluang dan tantangan serta strategi kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Brasil. 2. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder untuk menjaga keabsahan dan keobyektifan penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa sumber baik dalam bentuk jurnal, buku, laporan tertulis dan dokumen-dokumen berkaitan dengan obyek yang diteliti. Jenis data sekunder yang digunakan akan diperjelas sebagai berikut: a. Peraturan pemerintah tentang perdagangan Indonesia-Brasil. b. Perjanjian Perdagangan/ MoU antara Indonesia-Brasil c. Data ekspor-impor Indonesia-Brasil d. Data investasi Indonesia-Brasil 12 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah telaah pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan menelaah berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang dapat berasal dari buku, jurnal, dokumen, makalah, laporan, majalah, surat kabar dan artikel yang berhubungan dengan masalah penelitian. Penulis memperoleh sejumlah data dari beberapa tempat seperti perpustakaan maupun lembaga-lembaga yang terkait yaitu : a. Departemen Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, b. Ministry of Development, Industry and Foreign Trade Brazil, c. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, d. Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia, e. Biro Pusat Statistik Indonesia, f. Pepustakaaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar, g. Perpustakaan Pusat Universitas Fajar di Makassar, h. Perpustakaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UNHAS. 4. Teknik Analisis Data Fenomena dalam hubungan internasional dapat dianalisis melalui beberapa tingkat analisis (level of analysis). Bruce Russelt dan Harvey Starr (1985) menawarkan enam tingkat analisis: individu (personal), individu (dalam peranan sebagai pembuat keputusan), struktur pemerintah, masyarakat, jaringan pembuat keputusan dan sistem dunia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan unit analisis struktur pemerintah karena kerjasama 13 ekonomi hanya dapat dilakukan melalu bingkai kerjasama antar tingkatan negara. Teknik analisis yang digunakan yaitu teknik analisis kualitatif dalam menganalisis data yang didapatkan selama proses penelitian. Dalam teknik analisis kualitatif, permasalahan digambarkan dan dipaparkan berdasarkan konsep, data dan keterkaitan fakta-fakta yang ada satu sama lain, sehingga dapat ditarik kesimpulan. Analisis data akan dilakukan dengan menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami. 5. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode penulisan induktif dengan mengsinkronkan data-data yang didapat selama proses penelitian untuk kemudian dirumuskan dalam suatu simpulan atau hasil analisis. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Bilateral Kehidupan berbangsa dan bernegara diseluruh dunia akan mengalami aktifitas interaksi demi terselenggaranya hubungan internasional. Hubungan bilateral merupakan salah satu jenis interaksi yang paling banyak dilakukan oleh bangsa-bangsa di dunia. Interaksi tersebut merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan lagi utamanya karena ketidak mampuan sebuah negara dalam mengusahakan atau mengadakan hal-hal yang menjadi kebutuhannya sendiri. Beberapa pendapat para ahli dikemukakan untuk menjelaskan konsep hubungan bilateral antara lain: a. Plano dan Olton Kesepakatan dua negara untuk mengembangkan kerjsama dalam bidang perdagangan dan kegiatan ekonomi. Persetujuan ekonomi bilateral dapat berbentuk clearing arrangement sehingga pembayaran untuk barang ekspor dan impor dilakukan melalui sebuah rekening bank, atau dalam bentuk kesepakatan pembayaran yang mencakup seluruh transaksi keuangan kedua negara. dalam bentuk yang paling sederhana, perjanjian bilateral mencakup kesepakatan barter dan dengan kesepakatan tersebut perukaran dari kedua negara dalam jumlah tertentu dilakukan tanpa mempergunakan valuta asing. Bilateralisme ekonomi yang paling umum dipakai adalah dalam bentuk perjanjian perdagangan dengan saling mempengaruhi bea tarif masuk dan rintangan perdagangan lainnya.16 b. Kusumohamidjojo Suatu bentuk kerjasama diantara negara-negara yang berdekatan secara geografis ataupun yang jauh diseberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan perdamaian dengan memperhatikan kesamaan 17 politik kebudayaan dan struktur ekonomi. 16 Jack C.Plano dan Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional, Edisi Ketiga, terjemahan CV Abardin: Bandung. hal 93 17 Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional, Kerangka untuk Analisis. Bina Cipta Jakarta 1987. Hal. 86 15 c. Didi Krisna,“hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua belah pihak (dua negara)”.18 Holsty dan Azhary menyebutkan terdapat variabel-variabel yang harus diperhitungkan dalam kerjasama bilateral antara lain: 1. Kualitas dan kuantitas kapabilitas yang dimiliki suatu negara. 2. Keterampilan mengerahkan kapabilitas tersebut untuk mendukung berbagai tujuan. 3. Kredibilitas ancaman serta gangguan. 4. Derajat kebutuhan dan ketergantungan 5. Responsivitas di kalangan pembuat keputusan.19 Kelima variabel diatas memiliki kaitan satu sama lain dan sekaligus menjadi nilai lebih sebuah negara dalam melakukan hubungan dengan negara lain. Negara yang hendaknya melakukan kerjasama bilateral memiliki kebutuhan tertentu. Hal inilah yang secara tidak langsung juga menjadi ikatan dalam suatu negara yang melakukan hubungan bilateral. Secara umum, hubungan bilateral dapat dimaknai kedalam dua unsur yakni: konflik dan kerjasama. Namun telah menjadi kesimpulan akhir bahwa citacita akhir bagi suatu negara dalam membina hubungan bilateral adalah mengupayakan teratasinya permasalahan diantara keduanya. Atau dengan kata lain, hubungan bilateral selalu diarahkan untuk membentuk sebuah kerangka kerjasama. Dilain pihak, konflik tidak akan membentuk adanya kesepakatan apa- 18 Didi Krisna. 1993. Kamus Politik Internasional. Grasindo; Jakarta. Hal.18 Portal Hubungan Internasional. 2011. Konsep Hubungan Bilateral. Diakses dari http://www.portal-hi.net/index.php/teori-teori-realisme/72-konsep-hubungan-bilateral tanggal 15 April 2013 19 16 apa sehingga kerjasama cenderung tidak akan tercapai. Seperti yang dikemukakan oleh Coplin: Melalui kerjasama internasional, negara-negara berusaha memecahkan masalah sosial, ekonomi dan politik. Tipe yang pertama menyangkut kondisi-kondisi di lingkungan internasional yang apabila tidak diatur akan mengancam negara-negara yang terlibat… Tipe kedua mencakup keadaan sosial, ekonomi dan politik domestik tertentu yang dianggap membawa konsekuensi luas terhadap system internasional sehingga dipersepsikan sebagai masalah internasional bersama.20 Menurut Muhadi Sugiono, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam aktifitas kerjasama internasional dalam hubungan bilateral antara lain: a. Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil. b. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya bisa mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara negara anggotanya, tetapi juga memiliki dan bisa memaksakan kepentingannya sendiri.21 Isu ekonomi sebagai sebuah isu penting dalam hubungan internasional kini mengalami peningkatan utamanya dalam kerangka hubungan bilateral. Setiap negara dari tahun ke tahun meningkatkan intensitas kerjasama ekonominya dalam bingkai kerjasama bilateral. Hal ini diyakini sebagai sebuah alternatif termudah dalam mencapai kepentingan ekonomi dengan cara yang efisien dan efektif. 20 Ibid Sugiono, Muhadi 2006; Global Governance Sebagai Agenda penelitian Dalam Studi Hubungan Internasional. Jakarta. Hal 6 21 17 Melihat kondisi perekonomian global yang sering mengalami ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi, kerjasama bilateral merupakan peluang besar yang dapat digunakan untuk mentaktisi perubahan-perubahan drastis dalam ekonomi global. Brasil merupakan salah satu negara berkembang dengan luas wilayah produktif yang cukup besar dan dengan kemajuan yang cukup signifikan dalam industri pertanian. Indonesia demikian halnya dengan Brasil, juga merupakan negara berkembang dengan jumlah populasi penduduk yang cukup besar dan kepemilikan sumber daya alam yang sangat melimpah baik itu dalam bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan. Kerjasama bilateral yang terjalin antara Indonesia dan Brasil sangat penting utamanya dalam menopang aktifitas perekenomian keduanya. Indonesia disisi lain merupakan penyuplai bahan baku industri dan Brasil disisi lainnya menjadi negara pengolah dan yang memproduksi bahan baku tersebut menjadi produk-produk bernilai tinggi. Hubungan bilateral adalah merupakan faktor pendukung bagi terselenggaranya hubungan kerjasama ekonomi yang lancar antara Indonesia dan Brasil. Dan dengan adanya kerjasama bilateral diantara keduanya maka, baik Indonesia maupun Brasil akan dengan mudah memasarkan produk-produknya satu sama lain karena telah melalui sejumlah kesepakatan melalui kerjasama bilateral yang telah dibentuk. Aktivitas ekspor-impor produk-produk pertanian, perkebunan, merupakan aktifitas yang wewarnai kerjasama bilateral diantara kedunya. Dukungan pemerintah juga merupakan kunci utama dalam terbukanya jalur hubungan kerjasama bilateral diantara keduanya. Dengan demikian, pemerintah pada negara masing-masing juga harus menetapkan dan 18 mempersiapkan sejumlah regulasi untuk mendukung kerjasama bilateral diantara keduanya. Dukungan tersebut dapat melalui regulasi domestik serta kertebukaan atas pasar bagi produk-produk Brasil maupun Indonesia. Proses-proses ini yang kemudian menjadi titik penting dalam pembentukan hubungan bilateral dalam kerangka kerjasama perdagangan atau bilateral trade. B. Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan.22 Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masingmasing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menetukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak.23 Menurut definisi perdagangan internasional merupakan hal yang tidak mutlak terjadi karena tergantung atas adanya keperluan pertukaran atau tidak dalam hal barang dan jasa. Perdagangan Internasional juga dapat dipahami sebagai sebuah aktifitas perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat 22 Sobri. 2001. Ekonomi Internasional: Teori Masalah dan Kebijaksanaannya. BPFE. UI. Yogyakarta. Hal 35 23 Budiono. Op. Cit 19 berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional digunakan sebagai salah satu faktor utama dalam meningkatkan GDP negara. Perdagangan internasional dapat dipastikan telah berlangsung selama ribuan tahun, hal ini dapat kita lihat melalui aktifitas perdagangan pada jalur sutra, dan amber road.24 Akan tetapi dampak dari perdagangan internasional baru dirasakan dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik pada beberapa abad belakangan ini. Perdagangan internasional mampu mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, serta adanya kehadiran perusahaan multinasional di seluruh belahan dunia. Perdagangan internasional harus diakui pula memiliki mekanisme pelaksanaan yang sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain hal tersebut, kesulitan lainnya datang dari adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. Hambatan atau kerumitan dari perdagangan internasional tidak serta merta menjadi penghalang bagi terselenggaranya aktifitas tersebut. Melalui perdagangan internasional dapat dihasilkan berbagai keuntungan baik untuk pihak produsen maupun konsumen. Perdagangan internasional memberikan akses terhadap barang 24 Amber Road adalah sebuah jalan raya kuno yang menghubungkan Laut Baltik dengan Laut Adriatik dan merupakan jalur perniagaan yang panjangnya melintasi hampir 10 negara yaitu Italia,Slovenia, Hungaria, Austria, Republik Ceko, Polandia, Lithuania, Latvia, Estonia dan Russia. 20 yang lebih murah bagi konsumen dan pemilik sumberdaya untuk memperoleh peningkatan pendapatan karena menurunnya biaya produksi. Hal ini dapat dikatakan sebagai motivasi utama untuk melakukan perdagangan internasional yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan. Aktifitas perdagangan internasional biasanya diwarnai oleh kegiatan ekspor, impor. Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. Sedangkan impor adalah arus kebalikan daripada ekspor yaitu barang dan jasa yang masuk kesuatu negara. 25 Pada hakikatnya perdagangan luar negeri timbul karena tidak ada satu negara pun yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk. Suatu negara yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut ke luar negeri, sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari luar negeri. Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, di mana semakin besar impor dari satu sisi baik karena berguna untuk menyediakan kebutuhan akan barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk suatu negara, namun di sisi lain bisa mematikan produk atau jasa sejenis dalam negeri dan yang paling mendasar dapat menguras pendapatan negara yang bersangkutan.26 Berdasarkan laporan indikator Indonesia komposisi impor menurut golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu: 1. Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan 25 Athiah Ramadhani Siregar. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Universita Sumatera Utara; Medan. hal 36 26 Ibid. hal 37 21 yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama. 2. Impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas serta suku cadang dan perlengkapan. 3. Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang dan alat angkut untuk industri.27 Definisi ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri lalu dijual di luar negeri. Ekspor merupakan hal terpenting dalam aktifitas perdagangan sebuah negara. Melalui adanya ekspor dari perdagangan luar negeri, negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional yang meningkat, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran dari kemiskinan dapat diminimalisir dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian menjadi sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun di perekonomian dunia.28 Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara 27 Ibid Irham dan Yogi. 2003. Ekspor di Indonesia. Cetakan Pertama. Pustaka Binaan Pressindo; Jakarta 28 22 tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang yang diekspor tersebut haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Cita rasa masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar negara sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor sesuatu negara. Secara umum boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin banyak ekspor yang dapat dilakukan.29 Menurut Mankiw, berbagai faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi: 1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri. 2. Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri. 3. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing. 4. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri.30 Pada beberapa negara berkembang, negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor pada umumnya mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil. Stabil dalam pengertian bahwa pertumbuhan ekonomi tidak terpengaruh secara langsung akan kondisi perekonomian global. Berbeda halnya dengan negara-negara yang menggantungkan perekonomiannya dalam bentuk aset-aset keuangan dan obligasi. Hal ini dibuktikan oleh Brasil dan Indonesia. Keduanya 29 Sukirno, Sadono. 2002. Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. UI-Press. Jakarta. 30 Mankiw, Gregory N. 2006. Principles of Economics. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga, terjemahan Chriswan Sungkono. Salemba Empat; Jakarta. Hal 56. 23 merupakan negara berkembang namun mampu mengalami pertumbuhan yang cukup positif dan cenderung resisten meski terjadinya krisis global. Keterbukaan dalam perdagangan/trade openness merupakan sebuah mekanisme perdagangan yang mendominasi negara-negara dalam melakukan aktifitas perdagangan internasionalnya atau dalam hal ini ekspor, dan impor. Melalu trade opennes, negara diberikan kesempatan yang sebesar-besarnya dalam semua sektor perekonomiannya untuk mengkhususkan diri dalam hal yang paling dikuasainya, dengan tujuan menjadikan warga negara di seluruh dunia lebih sejahtera. Hal ini sejalan dengan konsep perdagangan internasional oleh para ekonom klasik yaitu Adam Smith, David Ricardo, dan John Stuart Mill. Mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi justifikasi ekonomi teoritikal terhadap perdagangan internasional. Teori keunggulan absolut, teori keunggulan komparatif, the proportional factor theory, dan teori keunggulam kompetitif negara yang dikembangkan banyak memberikan manfaat dalam menjelaskan fenomena perdagangan internasional.31 a. Keunggulan Absolut (Absolut Advantage) Adam Smith melalui konsep keunggulan absolutnya sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, 31 Gregorius Chandra., Fany, Tjiptono.,Yanto, Chandra. 2004. Pemasaran global: Internasionalisasi dan Internetisasi. Andi Hal; Yogyakarta: Hal 28 24 yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Keunggulan absolut bisa diperoleh karena adanya perbedaan dalam faktorfaktor seperti iklim, kualitas tanah, anugrah sumber daya alam, tenaga kerja, modal, teknologi, atau kewirausahaan (enterpreneurship). Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of value). Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas. Teori ini disisi lain memiliki kelebihan namun disisi lain juga memiliki kelemahan. Kelebihan dari teori ini yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada 25 keuntungan. Dengan demikian teori ini masih belum mampu menjelaskan mekanisme perdagangan secara lebih terperinci. b. Keunggulan komparatif (Comparatif Advantage) Keunggulan komparatif merupakan perkembangan lebih lanjut dari model perdagangan keunggulan absolut. Sebab, disadari bahwa perdagangan yang saling menguntungkan tidak selalu menuntut setiap negara harus memiliki keunggulan absolut dibandingkan mitra dagangnya. Sekalipun sebuah negara memiliki keunggulan absolut dalam produksi kedua barang, tetapi selama negara yang lebih lemah memiliki keunggulan komparatif pada produksi salah saatu barang tersebut, maka perdagangan bisa terjadi. Teori klasik keunggulan komparatif lebih lanjut menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara. Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaaan produktivitas tersebut. Menurut David Ricardo keunggulan komparatif adalah keunggulan suatu negara atau kawasan dalam memproduksi barang tertentu apabila biaya sosial untuk memproduksi barang tersebut lebih rendah dari pada yang dilakukan oleh negara atau kawasan lain atau dengan kata lain sebaliknya mengekspor produk yang dapat di produksi lebih efisien dari yang di produksi negara lain dan mengimpor barangbarang yang biaya produksinya relative lebih mahal.32 Semua negara pada mulanya berupaya memproduksi berbagai jenis barang untuk memenuhi kebutuhan nasional sekaligus mengurangi ketergantungan perekonomian pada barang-barang impor. Namun, pada perkembangannya banyak negara yang tetap melakukan kegiatan produksi meski harus 32 Tumpal Rumapea. 2000. Kamus Lengkap Perdagangan Internasional. PT Gramedia Pustaka Utama; Jakarta, hal 75 26 menghabiskan biaya yang cukup besar namun disisi lain hanya mampu memperoleh keuntungan yang sedikit. Hal ini kemudian menyebabkan tidak berkembangnya suatu usaha dalam perkenomian negara karena tidak adanya efisiensi biaya, sumber daya, dan efektivitas produksi. Kondisi demikianlah yang menyebabkan perdagangan internasional dalam ekspor impor juga mengikuti arus yang memperdagangkan berbagai jenis barang dari suatu negara meskipun negara tidak memiliki keunggulan komparatif. Hal ini kemudian menimbulkan ketidakefisienan terhadap berbagai faktor produksi yang mengakibatkan kerugian pada produsen. Keunggulan komparatif merupakan peluang bagi negara untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan potensi sumber daya alam bagi negara yang padat modal, teknologi dan sumber daya manusia akan memfokuskan produksinya ke benda-benda tersier/mewah seperti elektronik dan transportasi. Dengan demikian biaya produksi dapat ditekan serta keuntungan dapat diperoleh. David Ricardo menyarankan bahwa hanya produk-produk yang memiliki keungulan komparatif yang diekspor oleh negara dan sebaliknya. Negara sebaiknya mengimpor barang-barang yang tidak dapat diproduksi dengan biaya yang rendah dan tidak didukung oleh faktor lainnya. 33 Perdagangan yang terjadi antara Indonesia dan Brasil dapat dijelaskan secara ringkas dengan menggunakan konsep ini. Indonesia merupakan negara dengan kepemilikan akan SDA yang melimpah namun Indonesia diakui belum mampu mengolah produk-produk pertanian dan perkebunan menjadi 33 Naota A. Parongko. 2012. Suatu Analisis Kerjasama Free Trade Area Asean-India Dan Pengaruhnya Terhadap Industri Domestik Indonesia (Studi Kasus: Industri Kelapa Sawit). Universitas Hasanuddin; Makassar. hal 73 27 komoditas yang lebih bernilai tinggi karena tidak memiliki teknologi dalam hal tersebut. Sebaliknya, Brasil merupakan negara dengan kepemilikan SDA yang cukup besar dan telah memiliki industri pertanian yang cukup mapan. Namun disisi lain, Brasil juga memiliki kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan baku seperti karet untuk keperluan industri dan alas kaki untuk memenuhi permintaan konsumen dalam negerinya. Dengan menggunakan konsep keunggulan komparatif dapat dijelaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi karet dan produk-produk olahan karet yaitu alas kaki. Efisiensi dalam mengolah produk tersebut Indonesia peroleh karena kemampuannya memproduksi sendiri hasil karet dari hutan karet yang dimiliki, juga karena murahnya upah buruh dalam negeri. Sehingga Indonesia lebih efisien untuk memproduksi dan mengekspor produk karet dan alas kaki. Disisi lain, Brasil merupakan negara dengan ladang tebu dan jagung yang sangat maju serta kemampuan industri dalam mengolah gula yang berkualitas, dengan demikian Brasil akan lebih efisien dalam memproduksi dan mengekspor produk gula ke Indonesia. c. The Proportional Factor Theory Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh 28 masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya. d. Keunggulan kompetitif negara. Konsep ini dikembangkan oleh Michael E porter (1990) dalam bukunya berjudul The Competitive Advantage Of Nations. Menurutnya terdapat empat atribut utama yang bisa membentuk lingkungan di mana perusahaanperusahaan lokal berkompetisi sedemikian rupa sehingga mendorong terciptanya keunggulan kompetitif. Keempat atribut tersebut meliputi; 1. Kondisi faktor produksi (faktor conditions), yaitu posisi suatu negara dalam faktor faktor produksi misalnya tenaga kerja terampil, infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan untuk bersaing dalam industri tertentu 2. kondisi permintaan (demand conditions), yakni sifat permintaan domestik atas produk atau jasa industri tertentu. 3. Industri terkait34 dan industri pendukung (related and supporting 34 Industri terkait adalah industri di mana perusahaan dapat berbagi aktifitas dalam rantai nilai antar industri (misalnya, saluran distribusi, pengembangan teknologi atau mentransfer keterampilan tertentu dari satu industri ke industri yang lain. Contoh tiga industri terkait adalah mobil, truk ringan, dan forklift trucks (digunakan untuk menangani material di dalam dan di luar pabrik dan gudang). 29 industries) yaitu keberadaan atau ketiadaan industri pemasok dan industri terkait yang kompetitif secara internasional di negara tersebut. 4. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri yang menentukan bagaimana perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisasikan dan dikelola serta sifat persaingan domestik. 35 Faktor-faktor ini, baik secara individu maupun sebagai satu sistem, menciptakan konteks di mana perusahaan-perusahaan dalam sebuah negara dibentuk dan bersaing; ketersediaan sumber daya dan keterampilan yang diperlukan untuk mewujudkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri; informasi yang membentuk peluang apa saja yang dirasakan dan arahkan ke mana sumber saya dan keterampilan di alokasikan: tujuan pemilik, manajer dan karyawan yang terlibat dalam atau yang melakukan kompetisi dan yang jauh lebih penting, tekanan terhadap perusahaan untuk berinvestasi dan berinovasi. C. Investasi Langsung Luar Negeri Penanaman modal asing atau foreign direct investment seringkali diartikan dalam pengertian yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan istilah investasi terletak pada cakupan dari makna yang dimaksudkan. Investasi langsung atau biasa dikenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA), merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Istilah penanaman modal sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa inggris yaitu investment.36 Menurut UU Republik Indonesia nomor 25 tahun 2007 pasal 1 ayat 35 36 Gregorius Chandra. Op.Cit. Penanaman (uang, modal) 30 3 tentang penanaman modal, penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Penanaman modal asing menurut IMF Balance of Payment Manual (edisi ke empat), yang juga digunakan oleh Bank Indonesia mengacu pada investasi untuk memperoleh manfaat yang cukup lama dalam kegiatan perusahaan dalam suatu perekonomian di luar tempat penanaman modal tersebut, sementara tujuan penanaman modal adalah untuk memperoleh pengaruh secara efektif dalam pengelolaan perusahaan tersebut. Istilah manfaat yang cukup lama tersebut merupakan investasi yang pengelolaannya memerlukan sedikit pengawasan. Penanaman modal asing lebih menjamin dalam kelangsungan pembangunan dibandingkan dengan pinjaman luar negeri. Dengan adanya investasi asing, di negara tesebut akan mendapat keuntungan dalam teknologi, transfer aset dan ketrampilan, transfer keahlian manajemen, dan resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable. Perkembangan teknologi sudah dirasakan di Indonesia akibat dari sejumlah perusahaan asing, salah satu investasi asing terbesar yang dilakukan Brasil di Indonesia adalah melalui PT INCO. Perusahaan tersebut telah menyokong banyak hal dalam pengembangan sumber daya negeri, membangun infrastruktur, menetapkan fasilitas pabrik untuk mengekspor dan/atau menyediakan produk dan jasa untuk pasar yang domestik itu. Merupakan sebuah fakta bahwa pasar di Indonesia adalah merupakan wilayah dengan potensi yang tinggi dalam hal investasi dan banyak peluang yang tersedia untuk mengembangkan suatu perusahaan. Dan salah satu hal yang mendukung 31 investasi asing di Indonesia adalah karena upah tenaga kerja Indonesia yang tergolong rendah. Negara berkembang kebanyakan tidak akan mampu mengawali industri dasar dan industri kunci secara sendiri-sendiri. Sekali lagi melalui modal asinglah mereka dapat mendirikan pabrik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronika berat dan kimia, dan lain-lain. Lebih dari itu, penggunaan modal asing pada suatu industri akan dapat mendorong perusahaan setempat dengan mengurangi biaya pada industri-industri lain yang dapat mengarah pada perluasan mata rantai industri terkait lainnya. Dalam hal ini modal asing akan membantu mengindustrialisasikannya.37 Terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing. Menurut Alan M rugman menyatakan bahwa penanaman modal asing atas foreign direct investment dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi. Dalam kepustakaan mengenai teori perusahaan multinasional, variabel lingkungan seringkali disebut sebagai keunggulan spesifik negara atau faktor spesifik - lokasi. Yang dimaksud dengan keunggulan spesifik negara adalah variabel yang mempengaruhi bangsa secara keseluruhan.38 Tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian dalam FDI antara lain: ekonomi, non ekonomi, dan pemerintah. Variabel ekonomi menyusun suatu fungsi produksi keseluruhan suatu bangsa, yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang terdapat di dalam masyarakat. Sebagai contoh yaitu tenaga 37 Jhinga. M.L.1992. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan. Rajawapi; Jakarta. hal. 25 38 Pandji Anoraga. 1994. Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing. Pustaka Jaya; Semarang. Hal 50 32 kerja (labor), dan modal (capital). Dalam model yang lebih maju dapat dicontohkan mencakup teknologi, tersedianya sumber daya alam, dana keterampilan manajemen. Disamping variabel ekonomi, variabel nonekonomi yang dimaksud dalam hal ini adalah kondisi budaya dan sosial masyarakat suatu negara. Dan pada kenyataanya, setiap negara sesungguhnya mempunyai faktor spesifik negara yang khas dalam artian bahwa tidak ada dua faktor ekonomi dan nonekonomi nasional yang identik.39 Faktor yang ketiga yaitu dalam hal variabel pemerintah. Setiap bangsa memiliki ciri khas serta budaya politiknya masing-masing. Para politis mencerminkan faktor spesifikasi bangsa bahkan menambahkan dengan suatu cara khusus. Dan merupakan sebuah hal yang pasti dimana akan selalu terdapat keberagaman dalam campur tangan pemerintah khususnya dalam hal bisnis internasional. Dan yang terakhir yaitu variabel internalisasi, yaitu keunggulan internal yang dimiliki oleh sebuah perusahaan asing multinasional. 40 David K. Eitman mengemukakan secara terperinci tiga motif yang mendasari Penamanan Modal Asing yaitu: motif strategi, motif perilaku, dan motif ekonomi. Dalam motif strategi dibedakan berdasarkan cara yang ditempuh dalam mencari pasar, mencari bahan baku, mencari efisiensi produksi, mencari pengetahuan, dan mencari keamanan politik. Adapun motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelompok. Motif ekonomi merupakan 39 40 Ibid. hal. 51 Ibid. hal 52 33 motif untuk mencari keuntungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan.41 BAB III BENTUK BENTUK KERJASAMA EKONOMI INDONESIA BRASIL A. Perkembangan Perdagangan Indonesia-Brasil Kerjasama ekonomi antar negara merupakan hal yang lazim, demikian pula dengan kerjasama ekonomi yang terbangun antara Indonesia dan Brasil. Dua negara berkembang yang kini semakin giat mengeksplorasi potensi-potensi ekonomi satu sama lain. Jarak bukanlah menjadi hambatan dalam pelaksanaan hubungan kerjasama di antara keduanya. Karena dibalik hal tersebut terdapat banyak sekali keuntungan strategis yang dapat diperoleh baik bagi Indonesia maupun Brasil dalam utamanya dalam hal perdagangan. Gambar 3.1 Profil Singkat Negara Brasil dan Indonesia Sumber : Global Swing States, oleh Daniel M. Kliman dan Richard Fontaine (2012). Hal 15 Gambar di atas merupakan profil singkat negara Brasil dan Indonesia. Brasil merupakan negara dengan populasi sebanyak 199.321.413 jiwa. Dengan 41 Salim dan Budi Sutrisno. 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Rajawali Press; Jakarta. hal 163-164. 34 jumlah populasi tersebut Brasil mampu memperoleh pendapatan perkapita sebanyak US$ 2 triliun. Jumlah tersebut merupakan angka yang cukup fantastis untuk sebuah negara berkembang. Disisi lain, Indonesia dan Brasil tidak hanya dikenal sebagai negara berkembang saja, tetapi juga dikenal sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, emerging economies, serta anggota dari G-20. Terlepas dari fakta di atas, Indonesia dan Brasil sesungguhnya telah memiliki kedekatan historis yang dipererat oleh kedekatan antara para founding fathers. Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Brasil telah terjalin sejak Maret 1953. Hubungan diplomatik ini ditandai dengan adanya penempatan duta besar masing-masing negara di kedua Ibukota. Hubungan diplomatik ini pula diwarnai dengan sejumlah kunjungan yang dilakukan oleh kepala negara Indonesia maupun Brasil. Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid, mengunjungi Brasil pada tanggal 28-29 September 2000, kemudian kunjungan Presiden Brasil, Fernando Henrique Cardoso, pada tanggal 20-23 Januari 2001, kunjungan Presidential Luiz Inácio Lula da Silva, ke Indonesia pada tanggal 11-12 Juli 2008.42 Kunjungan pada tingkat Pejabat Negara dan anggota legislatif juga dilakukan pada periode tahun 2007. Pada tanggal 17-19 November 2007 Utusan Khusus Pemerintah RI, Duta Besar Soemadi Brotodiningrat melakukan kunjungan ke Brasil untuk melakukan pendekatan terhadap Pemerintah Brasil dalam rangka untuk mendapatkan dukungan pelaksanaan Konferensi UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) di Bali tanggal 3-14 Desember 2007. Selama kunjungan Duta Besar Soemadi telah bertemu dengan Menteri Luar 42 Presiden RI. 2008. Sambutan Jamuan Makan Siang dengan Presiden Republik Federasi Brasil. Diakses dari http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2008/07/12/949.html tanggal 11 Mei 2013 35 Negeri Brasil, Menteri Lingkungan Hidup dan beberapa pejabat terkait lainnya. Sementara itu Menteri Luar Negeri RI pada 22-23 Agustus 2007 juga telah mengunjungi Brasil dalam rangka Pertemuan Menteri Luar Negeri FEALAC (Forum for East Asia Latin America Cooperation) dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Brasil. 43 Pada kesempatan tersebut, kedua Menteri Luar Negeri menandatangani Nota Kesepahaman pembentukan Komisi Bersama yang dapat dijadikan sebagai media percepatan kerjasama bilateral di berbagai bidang. Kunjungan resmi pertama presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu negara dan rombongan ke negara Brasil dilakukan pada tanggal 17 November 2008 yang sekaligus merupakan kunjungan balasan terhadap Presiden Luiz Inácio Lula da Silva. Selama tiga hari kunjungan yang dilakukan, Presiden dijadwalkan mengunjungi pusat industri ethanol di Riberio Preto, Rio de Janaerio. Serta menghadiri pagelaran budaya dalam rangka memperingati 55 tahun hubungan RI-Brasil. Selain itu, Presiden juga menghadiri business forum dengan beberapa pengusaha terkemuka Brasil.44 Hubungan bilateral kedua negara yang terjalin sejak bulan Maret 1953 selama ini dapat dilihat berlangsung dengan cukup baik. Pemerintah Brasil tetap mendukung integritas wilayah NKRI dan Pemerintah Indonesia serta menyambut baik keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan reformasi, memajukan demokrasi dan hak asasi manusia. Kedua pemerintah memiliki banyak kesamaan persepsi dalam penyelesaian masalah-masalah internasional, 43 Alpen Steel. n.d. Konferensi United Nations Convention on Climate Change. Diakses dari http://www.alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/3640--konferensi-united-nationsconvention-on-climate-change.html tanggal 10 Mei 2013 44 Presiden RI. 2008. SBY Tiba di Brasil. Diakses dari http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2008/11/18/3720.html tanggal 11 Mei 2013 36 yaitu mengutamakan penggunaan mekanisme diplomasi pada tingkat regional dan multilateral. Indonesia menganggap kemitraan strategis yang terjalin dengan Brasil sebagai hal yang sangat penting mengingat posisi Brasil yang cukup kuat di mata dunia internasional. Posisi ini diperkuat dengan adanya luas wilayah teritori Brasil meliputi 48% wilayah Amerika Selatan dengan penduduk sekitar 192 juta jiwa.45 Hal tersebut menjadikan Brasil sebagai negara dengan potensi ekonomi terbesar di kawasan Amerika Latin. Pada 18 Desember 2009 Bank Dunia menempatkan Brasil pada posisi ke-8 sebagai perekonomian terbesar di dunia berdasarkan kriteria purchasing power parity/ paritas daya beli, sejajar dengan Inggris, Perancis, Rusia dan Italia dan merupakan negara ke-10 terbesar ekonominya di dunia.46 Adapun gambaran dari dinamika total perdagangan Brasil dari tahun 2006 hingga tahun 2010 adalah sebagai berikut: Diagram 3.1 Perdagangan Brasil-Dunia 50 41.97 34 40 Billion US$ 30 15.57 20 19.32 19.17 10.38 10 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Brazil Trade with the World, oleh EUROSTAT (2013). Hal.3 45 BBC. 2013. Brasil Country Profile. Diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/country_profiles/1227110.stm tanggal 11 Mei 2013 46 Kemendag. 2013. Potensi dan Peluang Ekspor di Pasar Brasil. Diakses dari http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/accepted_rsses/view/4fe2d1df-4748-4484-89e13fef0a1e1e48 tanggal 11 Mei 2013 37 Data statistik di atas menggambarkan secara jelas dinamika perkembangan perdagangan Brasil terhadap dunia. Di tahun 2005, nilai total perdagangan Brasil terhadap dunia adalah sebesar US$41,97 milyar, dan dua tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2007 dan 2008 yakni sebesar US$34 milyar dan US15,57$ milyar. Terjadi penurunan yang cukup signifikan dalam total perdagangan Brasil terhadap dunia. Hal ini dilatar belakangi oleh krisis global yang dialami oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa di tahun 2007. Meski demikian, di tahun 2011 Brasil mampu mendongkrak pertumbuhan perdagangannya menjadi $19,17 milyar meski sebelumnya telah mengalami penurunan sebesar US$9 milyar di tahun 2010. Dinamika perdagangan Brasil sesuai data sebelumnya menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dalam total perdagangan Brasil dengan dunia. Krisis telah global RK PARTNER Dunia MIO EURO 712,086 % 100.0 % memberikan dampak, khususnya dalam perkembangan perdagangan Brasil dengan dunia. Secara garis besar, rincian daftar negara-negara yang menjadi mitra dagang utama Brasil, antara lain:. Tabel 3.1 Partner Dagang Utama Brasil 2011 38 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 22 EU27 China United States Argentina Japan South Korea Chile Nigeria India Mexico Indonesia 74,706 57,654 45,699 29,672 13,048 11,349 7,514 7,481 7,092 6,907 2,743 10,5% 8,1% 6,4% 4,2% 1,8% 1,65 1,1% 1,1% 1,0% 1,05 0,4% Sumber : Statistical Regime Brasil, oleh EUROSTAT (2013), hal 5 Sebanyak 27 negara anggota Uni Eropa dan Amerika Serikat yang merupakan kawasan yang terkena krisis memiliki posisi penting sebagai mitra dagang utama Brasil. Keduanya menempati posisi pertama dan ketiga sebagai partner dagang Brasil. Hal ini kemudian menjelaskan penurunan neraca perdagangan yang terjadi di Brasil pada periode tahun 2007 dan seterusnya. Kerentanan yang dimiliki oleh kedua mitra dagang tersebut, tentu saja memberikan catatan penting bagi Brasil untuk tidak lagi memfokuskan perdagangannya terhadap negara-negara yang sangat rentan mengalami krisis. Meskipun Indonesia baru berada pada urutan 22 dengan presentase perdagangan sebesar 0,4%, namun Indonesia dinilai sebagai salah satu partner dagang yang sangat potensial dan perlu ditingkatkan aktifitas perdagangan secara lebih lanjut. Kondisi Brasil disamping harus menghadapi krisis keuangan global juga masih dapat menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan. Perekonomian Brasil diprediksi akan terus berkembang lebih cepat pada tahun 2011 daripada tahun sebelumnya. Gubernur Bank Sentral Brasil mengatakan bahwa hal ini akan dibantu oleh pemotongan lebih lanjut pada tingkat suku bunga. Bank Dunia 39 melalui Trading Economic menggambarkan pertumbuhan ekonomi Brasil sebagai berikut: Diagram 3.2 Pertumbuhan Gross Domestic Product Brazil 2500 2087.889 2000 1652.632 1594.489 1365.982 1500 1088.917 Billion US$ 1000 882.185 500 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Gross Domestic Product Brazil, oleh Tradingeconomics, diakses dari http://www.tradingeconomics.com/brazil/gdp-growth-annual Data statistik di atas menampilkan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik oleh negara Brasil di tiap tahunnya. Selama periode tahun 2006 – 2011 hanya terjadi satu kali penurunan GDP (Gross Domestic Product) Brasil yaitu pada tahun 2010 yaitu sebanyak US$ 58,143 milyar dari tahun sebelumnya. Namun di tahun 2011 mengalami peningkatan yang sangat besar yaitu sebesar US% 2087,889 milyar. Kemampuan Brasil dalam mempertahankan pertumbuhan ekonominya menjadikan Bank Dunia menempatkan Brasil pada posisi ke-8 sebagai perekonomian terbesar di dunia berdasarkan kriteria purchasing power parity. Hal ini sekaligus menjadikan posisi Brasil menjadi sangat penting sebagai mitra dagang Indonesia. Meski dunia masih mengkategorikannya sebagai negara berkembang tetapi kemampuan Brasil sesungguhnya telah berada jauh di atas negara berkembang pada umumnya. Berikut disertakan perbandingan antara Indonesia dan Brasil pada beberapa indikator pilihan yang menunjang pertumbuhan ekonomi antara lain: 40 Tabel 3.2 Perbandingan Brasil dan Indonesia pada beberapa Indikator pilihan Jenis Infrastruktur TRANSPORTATION (2008-2010) Roadways (km) Railways (km) Waterways (km) Airports COMMUNICATION (2009-2010) Telephones-mobile cell Internet hosts Internet users ELECTRICITY (2008) Installed capacity (mn KW) Electricity cons. (bn kwh) INDUSTRY Crude steel prod (2010) Cement prod (2009) Indonesia Brasil 437.759 8.529 21.579 684 1.751.868 28.857 50.000 4.072 159.248 1.269 20.000 173.959 19.316 75.982 27.8 126.1 103.9 419.9 3.600 37.000 32.900 53.000 Sumber : Indonesia Economic Observation 2011-2012, oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia dan Bank Indonesia (2011), hal 17 Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara Indonesia dan Brasil dalam mengelola pembangunan dalam negeri. Pembangunan yang sangat tinggi dilakukan oleh Brasil dalam bidang transportasi, komunikasi, energi listrik dan perindustrian. Brasil menyadari bahwa dengan mengembangkan beberapa indikator tersebut, akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi negaranya. Angka yang cukup besar terdapat pada bidang transportasi. Sebanyak 50.000 unit pada kapal laut dan 4,072 unit pada pesawat terbang Hal ini yang kemudian memudahkan Brasil dalam melakukan aktifitas perdagangannya dengan negara yang letaknya berbeda kawasan, contohnya seperti Indonesia. Hubungan ekonomi dan perdagangan yang terjalin antara Indonesia dan Brasil berawal pada tahun 1996 didasarkan oleh Persetujuan Perdagangan antara Pemerintah RI dan Pemerintah Republik Federasi Brasil di Brasilia pada tanggal 18 September 1996. Saat ini di antara kedua negara telah terjalin sebuah 41 kemitraan strategis (strategic partnership) yang merupakan momentum sejarah penting bagi peningkatan hubungan kerjasama yang nyata, yang lebih luas, dan saling menguntungkan. Saat kunjungan presiden Luiz Inácio Lula da Silva 12 juli 2008 telah ditandatangai sejumlah MoU yaitu Protocol of Intent Between the Government of the Federative Republic of Brasil And the Government of the Republic of Indonesia on Technical Cooperation in the Field of Technic for the Production And Use of Ethanol Fuel.47 Kemudian di tahun 2011, Penandatanganan kerja sama dilakukan antara Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dengan Menteri Luar Negeri Republik Federasi Brasil Antonio de Aguiar Patriota, di sela-sela penyelenggaraan KTT ASEAN ke-19, di Bali International Convention Center, Nusa Dua. Pemerintah Indonesia dan Brasil sepakat bekerja sama saling meningkatkan promosi perdagangan dan investasi antara kedua negara. Perkembangan kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Brasil tidak hanya sebatas MoU melainkan juga aktifitas perdagangan. Aktifitas perdagangan khususnya dalam hal ekspor dan impor telah terjalin secara efektif di tahun 20062011. Hal ini secara tidak langsung pula dipengaruhi oleh kondisi Brasil yang baru mengalami pemulihan ekonomi pasca mengalami inflasi yang tinggi di tahun 1980an akibat rezim milter. Adapun perkembangan aktifitas ekspor-impor tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut: Diagram 3.3 Total Ekspor-Impor Indonesia-Brasil tahun (2006-2010) 47 Presiden RI. 2008. Presiden Brasil akan ke Indonesia. Diakses dari http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2008/07/02/3233.html tanggal 11 Mei 2013 42 2.5 2 1.72 1.53 1.38 1.5 0.99 1 0.63 0.52 0.79 0.69 1.92 1.73 ekspor 1.09 0.89 impor 0.5 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Neraca Perdagangan Indonesia-Brazil, oleh Martina Prianti (2012). Diakses dari http://old.indonesiafinancetoday.com/read/18380/BrazilPasar-Potensial-Produk-Indonesia Hubungan perdagangan kedua negara menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan selama 6 tahun terakhir. Total perdagangan Indonesia - Brasil sampai dengan Oktober 2007 berjumlah US$ 1.326.468.113, yang terdiri dari ekspor sebesar US$ 762.763.940 dan impor sebesar US$ 563.704.173. Dengan demikian surplus bagi Indonesia adalah sebesar US$ 119.059.767. Dibandingkan dengan total perdagangan kedua negara pada tahun 2006 yang sebesar US$ 1.141.154.000, maka total perdagangan hingga Oktober 2007 tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan.48 Berdasarkan data tahun 2010, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Brasil. Ekspor Indonesia ke Brasil pada 2010 sebesar US$ 1,52 miliar, sementara impor Indonesia dari Brasil tercatat sebesar US$ 1,71 miliar. Sehingga Indonesia pada 2010 mengalami defisit sebesar US$ 1,78 miliar. Perdagangan luar negeri Brasil dengan Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar US$ 37,018 milyar dengan nilai ekspor sebesar US$ 19,29 milyar dan impor bulan US$ 18,89 48 Tabloid Diplomasi. 2012. Mengalami Peningkatan Perdagangan Indonesia-Brasil. Diakses dari http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/170-april-2012/1393-mengalamipeningkatan-perdagangan-Indonesia-Brasil.html tanggal 11 Mei 2013 43 juta atau meningkat 6,54%.49 Krisis global berpengaruh pada merosotnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan penurunan kinerja ekspor Indonesia ke Brasil. Kemajuan Ekonomi serta keterbukaan Brasil dalam melakukan kerjasama dengan berbagai negara dan salah satunya Indonesia, tidak terlepas dari dua tokoh utama perubahan besar di Brasil yaitu Fernando Henrique Cardoso yang berasal dari PSDB (Partai Sosial Demokrat Brasil) dan Luiz Inacio Lula da Silva yang berasal dari PT (Partido Trabalhadores). Di bawah Pemerintahan Luiz Inacio Lula da Silva perekonomian Brasil terus bertumbuh. Hal ini didukung melalui reformasi agraria yang dijalankan secara konsisten. Dan kini Brasil mampu mengembangkan industri pertaniannya dan menjadi primadona khususnya dalam perdagangan pada sektor-sektor pertanian dan energi alternatif. Hal tersebut yang kemudian menjadi landasan bagi Brasil dan Indonesia bekerjasama dalam berbagai komoditas pertanian dan perkebunan. Komoditas pertanian dan perkebunan sebagian besar menjadi andalan perdagangan Indonesia dan Brasil disebabkan karena kebutuhan Brasil yang sangat tinggi akan suplai bahan baku bagi keperluan industri dalam negeri. Sebab Brasil kini sedang giat-giatnya mengembangkan industri manufakturnya. Adapun komoditas impor Indonesia ke pasar Brasil antara lain: Tabel 3.3 Komoditi Ekspor Indonesia ke Brasil (2006-2011) No 1 2 Komoditas Footwear, gaiters and the like; Parts of such articles Articles of Apparel and Clothing 49 Jumlah/tahun 2008 2009 2006 2007 745.089 954.152 1.144.603 3.535.753 1.260.769 556.216 2010 2011 1.980.239 3.830.460 5.859.933 879.339 1.032.194 1.422.012 Kemendag. Loc. Cit. 44 3 4 5 6 7 Accessories, Not Knitted or Crocheted Articles of Apparel and Clothing Accessories, Knitted or Crocheted Articles of Leather; Articles of Animal Gut (Other Than Silkworm Gut), Others Miscellaneous manufactured articles Cocoa and cocoa preparations Rubber and articles thereof 3.468.402 7.280.249 6.021.815 10.883.420 10.440.103 21.149.024 256.306 264.834 537.064 441.570 766.753 634.666 244.049 126.705 617.417 912.718 60.663 1.208.065 47.405 95.552 78.354 44.091 238.324 233.992 13.594.512 8.453.497 14.751.490 6.343.843 6.343.843 5.085.026 Sumber : Export MCN Brazilian with Parameters Of Query, oleh Ministry Of Development, Industry and Foreign Trade Brazil (2013)., hal 1-7 Komoditi ekspor Indonesia di pasar Brasil didominasi oleh bahan mentah, seperti karet, kakao, kulit serta bahan olahan seperti tekstil dan alas kaki. Adapun untuk komoditas karet, Indonesia merupakan pemasok utama karet di pasar Brasil dengan total sebesar 5.085.026 pada tahun 2011, dimana jumlahnya hampir setara dengan ekspor alas kaki ke Brasil yaitu sebesar 5.859.933 pada periode yang sama. Total ekspor terbesar berasal dari bahan tekstil yaitu sebesar 21.149.024 untuk jenis rajut. Dengan demikian, neraca perdagangan pada komoditas ekspor unggulan Indonesia di pasar Brasil sejauh ini cukup menggembirakan dengan tren peningkatan dari tahun ke tahun yang terus menunjukkan perbaikan. Adapun dalam hal impor Indonesia dari Brasil, Indonesia melakukan impor produk-produk pertanian yang sekaligus menjadi komoditas strategis dalam negeri yaitu gula. Berikut total komoditi impor Indonesia dari Brasil: Tabel 3.4 Komoditi Impor Indonesia dari Brasil (2006-2011) 45 No Komoditas 2006 Jumlah/tahun 2008 2009 2007 2010 2011 1 Coffee, tea, maté and spices 1.247 1.537 2.260 1.614 2.096 1.924 2 Sugars and sugar confectionery 125.022 88.712 34.999 565.456 1.092.058 726.958 4 Wood and articles of wood; Wood charcoal 94.884 121.321 149.069 93.066 81.179 47.903 5 Cotton 46.950.985 81.169.472 90.590.919 128.408.629 121.187.459 94.875.545 6 Raw Hides and Skins (Other Than Furskins) and Leather 3.429.765 4.922.125 5.197.171 4.356.106 3.501.668 2.148.136 Sumber : Import MCN Brazilian with Parameters Of Query, oleh Ministry Of Development, Industry and Foreign Trade Brazil (2013)., hal 1-7 Komoditi Impor Indonesia dari Brasil antara lain gula tebu, kopi, kayu dan arang kayu, serta bahan tekstil, dan kapas. Tabel di atas menunjukkan jumlah impor yang dilakukan Indonesia terhadap komoditi kapas sangat besar yaitu sebanyak 94.875.545 di tahun 2011, adapun pada tahun sebelumnya tercatat sebesar 121.187.459. Impor gula dari Brasil mengalami perubahan yang signifikan di tiap tahunnya, hal ini dipengaruhi oleh stok gula dalam negeri serta tingkat keberhasilan panen dan produksi gula dalam negeri. B. Perkembangan Investasi Indonesia-Brasil Investasi melalui penanaman modal asing merupakan salah satu bentuk kerjasama ekonomi yang terjalin antara Indonesia dan Brasil. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kelimpahan sumber daya alam. Hal ini yang menjadikan Indonesia memilliki peluang yang cukup besar sebagai tujuan investasi Diagram 3.4 Polling Indeks Bisnis Negara 46 Colombia Egypt Turkey Italy Russia Australia India Canada USA Indonesia 0 1 2 3 4 Sumber : Indonesia Economic Observation 2011-2012, oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia dan Bank Indonesia (2011), hal 26 Poling di atas merupakan hasil survey yang dilakukan kepada lebih dari 24.000 penduduk di 24 negara yang dilakukan oleh BBC World Service bekerjasama dengan firma survey internasional Globescan serta Jurusan International Policy Attitudes di Universitas Maryland. Melalui survei di atas, Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang tepat yang potensinya sejajar dengan Amerika Serikat. Investasi yang berlangsung di Indonesia tidak jarang berkaitan erat dalam pengelolaan dan perdagangan sumber daya alam. Beberapa komoditas Indonesia yang menjadi unggulan dalam pasar dunia didominasi oleh komoditas perkebunan dan pertambangan. Berikut disajikan tabel peringkat sumber daya alam Indonesia di dunia: No Commodity 1 Production Crude Palm 20.8 million tons Oil (2010) Location World Rank Sumatera, Kalimantan, 1st 47 Sulawesi, Papua 2 Tin 3 Rubber 105 thousand metric tons (2009) 2.4 million tons (2010) 4 Cocoa 792 thousand tons (2008) 5 Copper 868 thousand metric tons (2009) 6 Nickel 7 Sumatera 2nd Kalimantan 2nd Sulawesi, Sumatera, Java, Kalimantan, 2nd East Nusa Tenggar Papua, Maluku, th 5 Nusa Tenggara 189 thousand metric tons (2009) Sulawesi, Sumatera, nd 2 Maluku, Papua Kalimantan, Gold 105 metric tons (2009) Sumatera, Maluku, 7th Papua Tabel 3.5 Peringkat Sumber Daya Alam Indonesia di Dunia Sumber : Indonesia Economic Observation 2011-2012, oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia dan Bank Indonesia (2011), hal 42 Tabel di atas menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama dalam produksi minyak kelapa sawit yaitu sebesar 20,8 milyar/ton di tahun 2010. Disusul dengan komoditas timah, karet, coklat, dan nikel Indonesia yang berada pada posisi kedua produksi terbanyak di dunia. Adapun komoditas tembaga dan emas berada pada posisi ke lima dan ke tujuh di dunia. Tingginya kemampuan Indonesia dalam memproduksi sumber daya alam yang berkualitas menjadikan Indonesia merupakan lahan investasi yang cukup produktif. Sejumlah aktifitas penanaman modal asing kemudian diarahkan ke Indonesia. Penanaman modal asing tersebut tentu saja sangat diperlukan karena dapat menciptakan lapangan pekerjaaan di dalam negeri, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menghasilkan barang-barang yang siap untuk diekspor. Selain itu, melalui adanya penanaman modal asing, sektor usaha lainnya juga akan mengalami pertumbuhan. 48 Investasi terbesar Brasil di Indonesia adalah melalui kepemilikan Companhia Vale do Rio Doce (CVRD)/ Vale S.A melalui INCO – CVRD Limited, yang menguasai kepemilikan saham pada pertambangan nickel PT. INCO (Soroako). Vale S.A melalui PT INCO merupakan produsen utama nikel di Indonesia. Selama lebih dari tiga dekade sejak kontrak karya ditandatangani dengan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1968, pada tahun 2006 PT. INCO berubah menjadi PT. Vale Inco sebagai transisi dalam perubahan nama. Vale S.A. adalah suatu badan usaha Brasil yang merupakan perusahaan bahan-bahan logam dan pertambangan terbesar kedua di dunia dan terbesar di Amerika, berdasarkan kapitalisasi pasar. Vale S.A. adalah pembuat bijih besi dan butir bijih besi terbesar di dunia, pembuat nikel kedua terbesar di dunia dan salah satu pembuat bijih mangan, ferroalloys dan kaolin terbesar di dunia. Vale S.A. juga membuat bauksit, alumina, aluminum, tembaga, batu bara, kobalt, bahanbahan logam berharga, garam abu (potash) dan produk lainnya. Vale S.A. mengoperasikan sistem logistik yang besar di Brasil, termasuk jalur kereta, terminal maritim dan pelabuhan, yang terintegrasi dengan operasi pertambangannya. Vale S.A Brasil merupakan sebuah perusahaan yang hampir memliki saham di seluruh negara di dunia. Vale S.A Braz memiliki 100% saham dari Vale Austria Holdings GmbH, suatu badan usaha Austria. Vale Austria Holdings GmbH memiliki 100% saham dari Vale Holdings AG, suatu badan usaha Austria. Vale Holdings AG memiliki 100% saham dari Vale International SA, suatu badan usaha Swiss. Vale International SA memiliki 100% saham dari Vale Canada Inc., suatu badan usaha Kanada. Vale Canada Inc. memiliki 100% saham dari Vale 49 Inco Limited, suatu badan usaha Kanada. Vale Inco Limited, pemegang saham utama Perseroan, memiliki 58,73% saham Perseroan Vale S.A. adalah suatu perusahaan publik dengan saham biasa dan saham preferen yang tercatat dan diperdagangkan di New York Stock Exchange (dalam bentuk American Depositary Securities), di Brasil pada BOVESPA dan di Euronext Paris.50 PT International Nickel Indonesia tbk (“perseroan”). 2009. Keterbukaan Informasi sehubungan dengan Transaksi Afiliasi. 50 50 Skema 3.1 Invetasi INCO Brasil di Indonesia VALE S.A. 100% (melalui anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya) VALE Canada Inc. 100% VALE Inco Limited 58,730% Publik 76,1% Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. 20,00% 20,091% Pemegang Saham Minoritas Lainnya 0,635% Vale Inco Japan Limited 0,544% PT International Nickel Indonesia Tbk Sumber: Keterbukaan Informasi sehubungan dengan Transaksi Afiliasi, oleh PT International Nickel Indonesia tbk (“perseroan”) ( 2009), .hal 9. Vale S.A Brasil dalam melaksanakan aktifitas pertambangannya di Indonesia dilakukan melalui anak perusahaannya Vale Austria Holdings GmbH (“Vale) yang merupakan sebuah perseroan yang didirikan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan Austria, serta berkedudukan di Sterneckstarasse 11, 5020 Salzburg, Austria. Perusahaan ini merupakan perusahaan holding yang didirikan untuk melakukan pengendalian, pengawasan dan koordinasi operasional dari kegiatan usaha anak perusahaannya. Perusahaan ini secara tidak langsung memiliki dua anak perusahaan di Indonesia yaitu PT International Nickel Indonesia Tbk dan PT Vale Eksplorasi Indonesia. PT International Nickel Indonesia Tbk (“INCO”) adalah perseroan terbuka yang berkedudukan di Jakarta Selatan, dan didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan Indonesia dengan akta No.49 tanggal 25 Juli 1968. Sejarah pembentukkan PT INCO adalah dimulai pada tahun 1937, ahli geologi INCO LIMITED, Flat Elves melakukan studi endapan 51 nikel di Sorowako. Kemudian, pada tahun 1968 kontrak karya ditanda tangani oleh pemerintah Indonesia dan PT Internasional Nickel Indonesia, Tbk ( INCO), lalu di resmikanlah fasilitas penambangan dan pengolahan nikel di Sorowako pada tahun 1977. Produksi nikel komersial pertama dilakukan pada tahun 1978. Seiring berjalannya waktu, tahun 1996 PT INCO melakukan perpanjangan kontrak karya hingga 2025.51 Pada tahun 2006, INCO Ltd, pemilik 60% saham PT INCO, diakuisisi oleh Vale Brasil. Anggaran Dasar Perseroan disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/59/18 tanggal 26 Juli 1968. Perusahaan ini menjalankan usaha di bidang pertambangan, eksplorasi, pengolahan, dan penjualan nikel dan bijih-bijih yang bersangkutan lainnya, mineral-mineral, bahan-bahan logam serta hasil-hasil tambang lainnya. Produsi utama INCO adalah nikel dalam matte dari bijih laterit. Nikel dalam matter adalah produk setengah jadi dengan kandungan rata-rata nikel sebesar 78 persen, sulfur sebesar 20 persen, dan kobalt sebesar 2 persen. 52 PT Vale Eksplorasi Indonesia (“VEI”) adalah perseroan terbatas yang berkedudukan di Jakarta Selatan dan didirikan pada tanggal 19 Juni 1990 berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan Indonesia sebagaimana termaktub dalam Akta tertanggal 19 Juni 1990 No.298 dan telah mendapatkan persetujuan dari Menter Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya tertanggal 24 November 1990 No. C2-6313.HT.01.01.Th.90. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa eksplorasi untuk tembaga, timah, dan 51 Komisi Pengawas Persaiangan Usaha. 2011. Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Tentang Pengambilalihan (Akuisisi) Saham Perusahaan Eastern Star Resources Pty Ltd oleh Perusahaan Vale Austria Holdings GmbH. 52 Ibid 52 mineral lainnya (kecuali nikel) dan menyediakan jasa hanya kepada kelompok usaha Vale di Indonesia. Adapun kegiatan usaha utama VEI adalah penyelenggaraan survey geologi, dan jasa konsultasi Vale International S.A memiliki 2 (dua) anak perusahaan di Indonesia yakni INCO dan VEI sedangkan EAS memiliki satu anak perusahaan di Indonesia yakni STM.53 Proses Pertambangan di PT. Vale Indonesia merupakan kegiatan yang bermula dari awal yaitu eksplorasi hingga ke tahap akhir yaitu pengolahan. Kegiatan proses penambangan bijih nikel di Sorowako salah satunya menggunakan metode penggalian. Sistem penambangan yang dilakukan untuk penggalian/ pengambilan sampel endapan bijih dilakukan pada suatu daerah yang sudah di petakan. Alur kegiatan perencanaan tambang secara umum terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahapan prospeksi, tahapan eksplorasi, tahapan studi kelayakan meliputi bidang sosial ekonomi, politik dan lingkungan, tahapan penambangan, tahapan pengolahan bahan galian, tahapan metalurgi, tahapan pemasaran (marketing). Tahapan-tahapan ini harus dilakukan secara runtut sehingga dapat mencapai target yang diinginkan dalam proses penambangan sampai pada proses produksinya. 53 Ibid 53 Kegiatan usaha Vale seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah penambangan dimana produk terbesar yang dihasilkan adalah pasir besi (iron ore). Berikut disajikan tabel mengenai produksi Vale: Tabel 3.6 Total Produksi PT Vale Inco di Indonesia (2008-2010) Produk Komoditi Curah Pasir Besi Batu Besi Mangan Ferroalloys Batu Bara Subtotal Komoditi Curah Komoditi Logam Nikel Tembaga Platinum Group Metals (PGMs) Logam Berharga Kobal Alumunium Subtotal Komoditi Logam Pupuk Jasa Logistik Produk dan Jasa lainnya Total Pendapatan Kotor Tahun 2009 2008 2010 Juta US$ % 17,775 4,301 266 1,211 577 24,130 46,2 11,2 0,7 3,1 1,5 62,7 12,831 1,352 145 372 505 15,205 53,6 5,6 0,6 1,6 2,1 63,5 26,384 6,402 258 664 770 34,478 56,8 13,7 0,6 1,4 1,6 74,2 5,970 2,029 401 15,5 5,3 1,0 3,260 1,130 132 13,6 4,7 0,6 3,835 1,608 72 8,2 3,4 0,2 111 212 3,042 11,765 295 1,607 712 38,509 0,3 0,6 7,9 30,6 0,8 4,2 1,9 100 65 42 2,050 6,679 413 1,104 538 23,939 0,3 0,2 8,6 28,0 1,7 4,6 2,2 100 72 30 2,554 8,200 1,846 1,465 492 46,481 0,2 0,1 5,5 17,6 4,0 3,2 1,1 100 Juta US$ % Juta US$ % Sumber: Pengambilalihan (Akuisisi) Saham Perusahaan Eastern Star Resources Pty Ltd oleh Perusahaan Vale Austria Holdings GmbH, oleh KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) (2012), hal.5. Investasi Brasil melalui pengolahan nikel di Indonesia dinilai sangat potensil. Sebab, nikel adalah logam serbaguna dengan kombinasi sifat yang unik sehingga menjadikannya cocok untuk digunakan dalam berbagai fungsi yang berbeda. Di antara sifat utama nikel adalah keras tetapi bisa ditempa, tahan terhadap korosi, dan bisa mempertahankan sifat-sifat mekanis dan fisik meskipun pada suhu yang 54 sangat tinggi. Nikel digunakan dalam pembuatan uang logam, untuk peralatan dapur. Adapun Investasi Indonesia di Brasil melalui pembangunan pabrik rokok Djarum di Bahia, Brasil. Invetasi tersebut merupakan realisasi kerjasama antara PT Djarum Indonesia dengan Golden Leaf Tobacco, Ltd. (GLT). Dalam kerangka kerjasama tersebut, GLT berkewajiban untuk membayar biaya lisensi yang jumlahnya dihitung total dari penjualan rokok yang dipasarkan secara eksklusif untuk wilayah Brasil dan Amerika Latin. Sementara, PT Djarum akan menjual kepada GLT mesin-mesin pembuat rokok kretek dan memasok bahan baku serta memberikan supervisi mengenai pembuatan rokok sigaret kretek mesin. Pendirian pabrik rokok PT Djarum yang selesai dibangun pada bulan April 2002 itu merupakan salah satu langkah positif dalam memperkenalkan produk Indonesia serta menambah devisa negara.54 Pendirian pabrik yang dilakukan oleh Indonesia tersebut merupakan perkembangan nyata dari kerjasama invetasi antara Indonesia-Brasil. Pemerintah Brasil memberikan kesempatan bagi pihak Indonesia untuk berproduksi dan memperlebar pasar tembakaunya ke Brasil. Dimana produk tembakau Indonesia sangat terkenal di pasar global karena kualitasnya. Dengan adanya pembangunan pabrik tersebut akan memudahkan masyarakat Brasil dalam membeli produk rokok Indonesia dengan harga yang relatif murah. Investasi lain yang juga dilakukan oleh Sateri Internasional, sebuah perusahaan Indonesia yang beroperasi pada bidang pulp. Didirikan sejak tanggal 25 Desember 1949, Sateri Internasional telah melakukan investasi senilai US$ 54 Muhammad Irawan. 2012. Peranan Forum East Asia-Latin America Coorporation (FEALAC) terhadap perdagangan Indonesia-Brasil. jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia .Hal 97 55 215 juta dan telah memulai produksinya pada tahun 2004. Sateri Internasional Indonesia melalui aktifitas investasinya telah mengakuisisi perusahaan lokal kertas, Bahia Pulp di Brasil senilai US$ 112 juta pada tahun 2003, dengan nilai investasi mencapai US$ 400 juta. Di tahun-tahun berikutnya, Bahia sudah mampu melonjakkan produksinya dari 120 ribu ton menjadi 360 ribu ton per tahun.55 55 Candra Setya Santoso. 2010. Bos Djarum & CT Raih Gelar WNI Terkaya di Dunia. Diakses dari http://economy.okezone.com/read/2010/03/11/213/311457/bos-djarum-ct-raih-gelarwni-terkaya-di-dunia tanggal 19 Mei 2013 56