BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Persepsi Persepsi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Persepsi
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh
proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian
individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu
menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Sunaryo, 2004). Sedangkan
menurut
Walgito
(2002)
persepsi
adalah
proses
pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang
interaged dalam diri individu, sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi
(1995) persepsi adalah: (1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu
serapan, dan (2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
indranya.
2.2. Reaksi Persepsi
Reaksi persepsi menurut Kalangie Dkk (1994). (1) Receiving/attending
yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi,
gejala dan tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,
kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan. (2) Responding atau jawaban yaitu
reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan dan kepuasan dalam menjawab stimulus
dari luar dirinya. (3) Valuing atau penilaian yaitu berkenaan dengan nilai dan
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan,
menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut. (4)
Organisation yaitu pengembangan dari nilai kedalam suatu sistem organisasi
termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, prioritas nilai yang
dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.
(5)
Internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang
yang memepengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku termasuk keseluruhan
nilai dan karakteristiknya.
Persepsi itu bersifat individual karena persepsi merupakan aktivitas yang
terintregasi dalam diri individu maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut
aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal itu, maka persepsi dapat dikemukakan
karena perasaan, kemampuan berfikir dan pengalaman individu tidak sama. Oleh
karena itu dalam persepsi suatu stimulus, hasil dari persepsi dapat berbeda-beda
satu dengan yang lain karena sifat yang sangat subyektif (Roger, 1965 dalam
Walgito, 2002).
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, yaitu: (1) Diri orang
yang bersangkutan, dalam hal ini yang berpengaruh adalah karakteristik
individual
meliputi sikap, sifat, kepentingan, minat, pengalaman, harapan,
pengetahuan, dan lain-lain, (2) sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi
dapat berupa orang, benda, dan peristiwa dimana sifat dari sasaran persepsi dapat
mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya, (3) yang ikut mempengaruhi
persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
dari sasaran persepsi, (4) faktor situasi, faktor ketiga yang ikut berperan dalam
membentuk persepsi seseorang adalah faktor situasi. Dalam hal ini tinjauan
terhadap persepsi harus secara kontekstual
artinya perlu diperhatikan dalam
situasi yang mana persepsi itu timbul (Siagian, 1995 dalam sitinjak, 2006).
2.4. Jenis Persepsi
Ada dua jenis persepsi menurut Sunaryo (2004), yaitu:
1. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan
yang datang dari luar diri individu.
2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya
sendiri.
Proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu: (1) Seleksi, adalah
proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan
jenisnya dapat banyak atau sedikit. (2) Interpretasi (penafsiran), yaitu proses
mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang.
Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pengalaman masa lalu,
system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga
bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian
informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek
menjadi sederhana. (3) Interpretasi dan persepsi kemudian deterjemahkan dalam
bentuk tingkah laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang
telah diserap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/ sikap dan
Universitas Sumatera Utara
reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang
tersembunyi (Sobur, 2009).
2.5. Prinsip dan Metode Pendidikan
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan itu penting
untuk menunjang program-program yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya
pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan. Artinya dalam program-program
kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun program itu telah
melibatkan kesehatan, tetapi kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka
adalah karena pendidikan itu tidak segera dan jelas memberikan hasil. Dengan
kata lain, pendidikan itu tidak segera membawa manfaat. Hal ini memang benar
karena pendidikan
merupakan behavioral investmen jangka panjang. Hasil
investmen pendidikan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu
yang pendek (immediate impact) pendidikan hanya menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan saja, belum akan berpengaruh langsung
terhadap
indikator kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Mulyasa (2002) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori
Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui
tiga
kecocokan
atau
kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psiko motor.
Beberapa
ketidakcocokan
peneliti
antara
telah
strategi
menemukan
pengajaran
bahwa
dengan gaya belajar secara
signifikan mempengaruhi keberhasilan pelajar (Dunn, dkk, 1989 dikutip dari
Universitas Sumatera Utara
Pranata, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Pangabean (2009) juga
menunjukkan sebagian besar mahasiswa yang mendapatkan hasil belajar sangat
memuasakan didapat pada pelajar visual (72,5%) ini disebabkan metode
pembelajaran yang dilakukan cenderung menguntungkan pelajar visual dengan
menggunakan metode LCD, OHP dan white board . Hal yang sama juga
dibuktikan dalam penelitian Sundari (2009) menunjukkan sebagian besar
mahasiswa yang mendapat prestasi belajar sangat memuaskan didapat pada
pelajar visual (n=28, 50,9%).
2.5.1. Metode Ceramah
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan
pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada
sekelompok peserta didik (Sanjaya,2009).
Memberikan informasi yang berupa teori, hukum atau dalil yang disertai
bukti-bukti yang mendukung adalah pengertian dari ceramah. Pada konteks ini
mahasiswa hanya menerima saja
informasi yang diberikan oleh pendidik.
Pembelajaran telah diolah sedemikian rupa sehingga siap disampaikan kepada
mahasiswa. Selama ceramah, dosen hanya akan menyampaikan pesan berturutturut sampai pada pemecahan masalah. Metode ini merupakan metode klasik
yang sebaiknya mulai ditinggalkan, ababila pendidik ingin banyak melibatkan
mahasiswa secara aktif, memang harus menjadi pendidik yang kreatif, sehingga
walaupun yang dipilih ekspository,
pembelajaran tetap optimal dan
Universitas Sumatera Utara
menyenangkan, dan membuat mahasiwa tetap termotivasi untuk aktif selama
pembelajaran (Nurhidayah, 2011).
Metode ceramah (lecture method) merupakan sebuah cara pengajaran
yang dilakukan oleh guru secara monolog dan hubungan satu arah (one way
communication), metode ini dipandang paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya paham
peserta didik, metode ini sampai sekarang masih sering digunakan. Guru biasanya
belum merasa puas jika tidak melakukan ceramah. Seolah-olah jika tidak ada
ceramah tidak ada proses pembelajaran (Helmiati, 2012).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode ceramah (Dirjen Dikti, 2008;
Abimanyu 2008; Harsono, 2008; Helmiati, 2012) dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 1.
Kelebihan
Mudah dan murah.
Mudah dalam mempersiapkan dan
melaksanakan metode serta murah
dalam
artian
ceramah
tidak
memerlukan peralatan yang lengkap
serta dapat diikuti oleh jumlah kelas
yang besar.
Dapat memberikan wawasan yang luas
karena dosen dapat menambah dan
mengaitkan dengan sumber dan materi
lain dalam kehidupan sehari-hari
Materi yang banyak dapat dijelaskan
pokok-pokoknya dalam waktu yang
singkat
Dapat
memberikan
pokok-pokok
materi yang perlu ditonjolkan sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan yang
ingin dicapai
Dosen
dapat
mengontrol
dan
menguasai keadaan kelas serta mudah
Kelemahan
Materi yang dikuasai mahasiswa
sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai
dosen.
Ceramah yang tidak disertai dengan
peragaan
akan
mengakibatkan
terjadinya verbalisme.
Ceramah dianggap sebagai metode
yang membosankan jika materi yang
disampaikan dan cara penyampaian
kurang menarik serta mahasiswa
menjadi pasif
Sulit mengetahui apakah seluruh
mahasiswa sudah mengerti apa yang
Universitas Sumatera Utara
mengorganisasikan kelas.
dijelaskan atau belum.
Pembelajaran ceramah dalam perkembangannya dilandasi oleh Teori
Belajar Behavioristik. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon (Helmiati, 2012).
Pengelolaan kelas menurut model Cooperative Learning juga berbeda, (1)
Kelompok homogen (Ability grouping) adalah praktik memasukkan beberapa
siswa dengan kemampuan yang setara dalam kelompok yang sama. (2)
Pengelompokan
heterogenitas
(kemacam-ragaman),
dibentuk
dengan
memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosioekonomi dan etnik,
serta kemampuan akademis. Penataan ruang kelas juga harus diperhatikan,
dalam hal ini keputusan guru dalam penataan ruang disesuaikan dengan kondisi
dan situasi ruang. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran
ruang kelas, dan jumlah peserta didik (Helmiati, 2012). Dalam hal ini, Syah
(2003) menjelaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi belajar
adalah Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktorfaktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan (Dirjen Dikti, 2008). Sanjaya (2006) menyebutkan
bahwa metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan
pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang problematis.
Metode diskusi menurut Helmiati (2012) merupakan suatu cara mengajar
yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau
masalah di mana para peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan
atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu
masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
Dosen berperan sebagai pemimpin diskusi atau dapat menndelegasikan
tugas sebagai pemimpin itu kepada mahasiswa di mana dosen bertugas
mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh mahasiswa tersebut.
Pendelegasian dapat dilakukan jika mahasiswa dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok diskusi (Abimanyu, 2008).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode diskusi (Dirjen Dikti, 2008;
Abimanyu, 2008; Harsono, 2008) dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 2.
Kelebihan
Merangsang kreativitas mahasiswa
dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa,
dan terobosan baru dalam pemecahan
suatu masalah.
Melatih mahasiswa membiasakan diri
bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan
Kelemahan
Diskusi sering dikuasai oleh dua
atau tiga orang mahasiswa yang
suka berbicara.
Pembahasan cenderung meluas,
sehingga kesimpulan kabur
Universitas Sumatera Utara
Melatih
mahasiswa
membiasakan
bertukar pikiran dan gagasan secara
verbal
dalam
mengatasi
setiap
permasalahan.
Mengembangkan sikap menghargai
pendapat orang lain
Membutuhkan waktu yang panjang,
terkadang
tidak sesuai dengan
waktu yang direncanakan.
Sering terjadi perbedaan pendapat
yang bersifat emosional dalam
diskusi sehingga menimbulkan
ketersinggungan antar mahasiswa
yang menyebabkkan terganggunya
iklim pembelajaran.
2.5.3. Metode Praktikum
Pendidikan keperawatan adalah pendidikan yang bersifat akademik
professional, yang
bermakna bahwa pendidikan ini mempunyai landasan
akademik dan landasan profesi yang cukup. Sebagai lulusan pendidikan yang
tinggi keperawatan, kita dituntut memiliki sikap dan kemampuan dalam bidang
keperawatan yang diperoleh pada penerapan kurikulum ini melalui berbagai
bentuk pengalaman belajar, antara lain melalui pengalaman belajar praktik
(Nursalam & Efendi, 2008).
Pendekatan model pembelajaran yang tepat serta metode yang efektif dan
efisisen, maka pengalaman belajar praktikum dapat menjadi alat yang sangat
berguna untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian serta ketekunan mahasiswa
terhadap perilaku yang dihadapkan. Melalui pengalaman belajar praktikum
diharapkan dapat menumbuhkan sikap, tingkah laku, pengetahuan serta
keterampilan dasar professional pada mahasiswa (Nursalam & Efendi, 2008).
Menurut Scheweer (1972) praktikum adalah tempat dimana peserta didik
mempergunakan pendekatan pemecahan masalah untuk mengembangkan
Universitas Sumatera Utara
berbagai tehnik untuk mengontrol lingkungan belajar. Praktikum dapat diadakan
di kelas maupun ditatanan klinik dan komunitas.
Pembelajaran praktikum merupakan salah satu bentuk pengalaman belajar
yang memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan tujuan (1)
memahami, menguji dan menggunakan berbagai konsep utama dari program
teoritis untuk diterapkan pada praktek klinik (2) mengembangkan keterampilan
teknikal, intelektual, dan interpersonal sebagai
persiapan untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada klien. Pembelajaran praktikum
memungkinkan
peserta didik belajar sambil melakukan sendiri. Hal ini selaras dengan pepatah
apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya
lakukan saya paham (Nursalam & Efendi, 2008).
Berbagai metode dapat digunakan dalam pengalaman belajar praktikum,
seperti metode
demonstrasi, simulasi, dan eksperimen. Metode demonstrasi
adalah metode yang menyajikan suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan
alat, dan cara berinteraksi dengan klien. Demonstrasi dapat dilakukan langsung
atau melalui media seperti video atau film. Peserta didik dapat mendengar dan
melihat prosedur, langkah-langkah, dan penjelasan-penjelasan yang mendasar.
Pada pelaksanaannya ditekankan tentang tujuan, dan pokok-pokok penting yang
merupakan fokus perhatian, sedangkan simulasi, merupakan metode yang
menyajikan pelajaran dengan menggunakan situasi atau proses nyata, dengan
peserta didik terlibat aktif dalam berinteraksi dengan situasi dilingkungannya.
Adapun metode eksperimen adalah penyajian pembelajaran dimana peserta didik
Universitas Sumatera Utara
melakukan eksperimen dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya (Nursalam & Efendi, 2008).
Menurut Solehudin (2006) Pembelajaran praktikum adalah proses model
pembelajaran yang efektif untuk mencapai tiga tujuan secara bersamaan, yaitu :
meningkatkan keterampilan kognitif,
keterampilan afektif, dan keterampilan
psikomotorik. Pengalaman praktikum dapat meningkatkan perkembangan
intelektual mahasiswa. Peningkatan ini disebabkan oleh pengamatan langsung
terhadap benda-benda serta sifat- sifatnya yang dapat mendorong timbulnya
fikiran yang lebih kompleks, sehingga pemahaman mahasiswa terhadap teori
perkuliahan menjadi lebih kuat. Selain itu pembelajaran praktikum cocok untuk
melatih proses pembiasaan diri dalam memecahkan persoalan-persoalan teknis
secara ilmiah, karena semua keterampilan yang penting dalam praktikum dapat
dilatih secara bersamaan.
Menurut Adisendjaja (2008), kegiatan praktikum adalah pengalaman
belajar yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan material sampai kepada
observasi fenomena. Pengalaman belajar yang dibuat mungkin memiliki
tingkatan struktur yang berbeda dan ditentukan oleh guru atau pegangan
kegiatan praktikum.
Pengalaman belajar praktikum merupakan proses pembelajaran yang
penting untuk mempersiapkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran
praktek klinik. Pengalaman belajar praktikum ini ditekankan pada terbentuknya
sikap dan tingkah laku, pengetahuan, serta
keterampilan dasar professional
melalui penciptaan kondisi belajar yang memberi kesempatan peserta didik
Universitas Sumatera Utara
untuk berpikir sambil melakukan tindakan dalam rangka penerapan pengetahuan,
teori, konsep-konsep, dan prinsip yang telah didapat melalui pengalaman belajar
lainnya. Untuk
pencapaian PBP secara efektif, diperlukan berbagai model
pengembangan pembelajaran, metode
pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan belajar, serta fasilitas laboratorium, baik dikelas atau ditatanan nyata
(klinik) yang kondusif. Dalam pelaksanaannya pengalaman belajar praktikum
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengintegrasikan
teori atau pengetahuan yang telah didapatkan dengan keterampilan dasar
professional (Nursalam & Efendi, 2008).
Berikut kelebihan dan kelemahan metode praktikum menurut Nyoman (2006).
Dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 3.
Kelebihan
Melibatkan siswa
Kelemahan
secara
langsung
dalam mengamati suatu proses
Guru harus benar-benar mampu
menguasai materi dan keterampilan.
Siswa dapat menyakini akan misalnya,
Tidak
semua
dan
mata
pelajaran
karena langsung mendengar , melihat,
dipraktekkan
tidak
semua
meraba dan mencium yang sedang
diajarkan dengan metode praktek
dipelajari.
Siswa cenderung tertarik pada objek
nyata di dalam sekitarnya
Alat
dan
bahan-bahan
mahal
harganya, dapat menghambat untuk
melakukan praktek.
Membangkitkan
rasa
ingin
tahu,
memperkaya pengalaman keterampilan
kerja dan pengembangan ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
Download