Modul Pendidikan Agama Katolik [TM2]

advertisement
1
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK
IMAN KATOLIK
Fakultas
Program Studi
MKCU
PSIKOLOGI
Tatap Muka
Reguler
Kode MK
Disusun Oleh
02
MK900022
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Abstract
Kompetensi
Pada Bab ini membahas pengertian
iman menurut ajaran gereja katolik dan
Kitab Suci, membahas pokok-pokok
iman katolik yang meliputi pemahaman
tentang dasar iman katolik, Allah,
Inkarnasi, Yesus dan Trinitas.
Mahasiswa dapat mengerti dan
memahami secara mendalam pokokpokok iman katolik yang dapat
menjadi dasar untuk bertindak dalam
kehidupan sehari-hari.
2
MATERI
BAB I
IMAN KATOLIK
A.
Pengertian Iman
Apakah Iman itu? Sebenarnya Menurut Gereja Katolik. Gereja mengajarkan bahwa
iman itu adalah pemberian atau karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita melalui
Roh Kudus. Iman merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah kepada kita secara cumacuma/gratis. Katekismus Gereja Katolik (KGK) no: 37-38
menyatakan bahwa untuk
mengetahui Allah dengan akal saja manusia mengalami berbagai kesukaran. Sesungguhnya,
dengan dirinya sendiri saja ia tidak mampu untuk masuk ke dalam keakraban dengan misteri
ilahi. Maka ia perlu diterangi dengan wahyu Allah, bukan saja mengenai perkara-perkara
yang melampaui batas kefahamannya, tetapi juga perkara-perkara kebenaran religius dan
moral.
Iman, menurut penulis surat kepada umat Ibrani adalah “dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr 11:1). Banyak hal
yang kita imani, karena pengalaman memberi kita kepercayaan pada kebenaran atau pada
kenyataan akan banyak hal yang tidak dapat kita buktikan bagi diri kita sendiri atau tidak
mempunyai kesempatan untuk menunjukkannya. Bahkan ilmuwan yang paling kritis pun
menerima begitu saja bahwa dunia ini teratur dan dapat dimengerti. Ilmuwan mempunyai
iman yang diatur oleh hukum-hukum alam tertentu yang dapat ditemukan.
Iman religius berkaitan dengan kenyataan yang terakhir, dengan pertanyaanpertanyaan terakhir yang kita tanyakan pada saat-saat reflektif. Apakah kita sendirian di
dunia ini, atau ada kehadiran di atasnya, misteri yang mengatasi pemahaman kita, yang
menemui kita untuk memberi kita belas kasih, persahabatan dan cinta?
B.
Dasar Iman Katolik (Kristiani)
Iman Kristiani didasarkan pada iman para rasul, yang dimaksud dengan para rasul
adalah sekelompok murid Yesus, khususnya kelompok inti dua belas orang dipanggil untuk
3
mengikuti Yesus dan ambil bagian dalam misi-Nya. Murid-murid Yesus yakin bahwa Yesus
adalah Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi yang diutus Allah untuk
menyelamatkan mereka. Kematian Yesus merupakan masa krisis bagi mereka, seolah-olah
Yesus telah gagal dalam misi-Nya. Mereka menjadi ketakutan pada orang Yahudi lalu tinggal
bersama-sama untuk berdoa memohon petunjuk dari Allah.
Pada saat orang-orang Yahudi merayakan pesta Pentekosta, para murid secara
komunal mendapatkan pengalaman akan Roh Allah yang bekerja dalam diri mereka. Para
murid merasa dipenuhi oleh Roh Allah. Mereka tidak lagi berdiam diri dan Petrus sebagai
pemimpin kelompok mulai berkhotbah.
Keyakinan para Rasul sebagai hasil dari pengalaman Pentekosta, sebagai mana
tampak dalam khotbah Petrus adalah sebagai berikut:
1.
Para murid membentuk suatu komunitas jemaat.
2.
Dikuatkan dengan Roh Allah (Roh Kudus) yaitu Roh kenabian/kesaksian
3.
Mempunyai misi untuk mewartakan Yesus
4.
Telah dibangkitkan oleh Allah dari mati dan menjadi Tuhan dan Kristus.
Inilah iman para rasul yang mereka bagikan kepada siapa saja yang tergerak
untuk mengikuti apa yang mereka sebut “Jalan” (Jalan Keselamatan).
Para rasul sedikit demi sedikit mulai menerima anggota baru ke dalam komunitas
melalui proses inisiasi dan pelajaran yang disebut “katekese”, yang memuncak pada upacara
Baptisan. Generasi pertama umat Kristiani tidak mempunyai Kitab Suci tertulis kecuali Kitab
Suci orang Yahudi. Tahap demi tahap, Paulus, keempat penginjil, Petrus, Yudas, dan
beberapa orang lainnya menulis kesaksian iman mereka tentang apa yang telah
dilaksanakan oleh Allah dalam diri Yesus Kristus.
Dari ringkasan dasar-dasar iman Kristiani ini dapat terlihat bahwa “iman para rasul”
oleh jemaat Kristiani sekarang dipandang sebagai inti iman mereka yang tidak dapat diubah.
Iman tidak hanya mendahului kitab suci, melainkan juga menghasilkan dan menentukan
Kitab Suci jemaat kristiani.
C.
Sumber Ajaran Iman Katolik
Ada tiga yang menjadi sumber ajaran iman katolik, meliputi :
4
1.
Kitab Suci
(KGK 101-141)
Allah memberi inspirasi kepada manusia yaitu para penulis suci yang dipilih
Allah untuk menuliskan kebenaran. Allah melalui Roh KudusNya berkarya dalam dan
melalui para penulis suci tersebut, dengan menggunakan kemampuan dan
kecakapan mereka. “Oleh sebab itu, segala sesuatu yang dinyatakan oleh para
pengarang yang diilhami tersebut, harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus.”
Jadi jelaslah bahwa Kitab Suci yang mencakup Perjanjian Lama dan Baru adalah
tulisan yang diilhami oleh Allah sendiri (2Tim 3:16). Kitab-kitab tersebut mengajarkan
kebenaran dengan teguh dan setia, dan tidak mungkin keliru. Karena itu, Allah
menghendaki agar kitab-kitab tersebut dicantumkan dalam Kitab Suci demi
keselamatan kita.
Mungkin ada orang Kristen yang berkata, bahwa keselamatan mereka
diperoleh melalui Kitab Suci saja. Namun, jika kita mau jujur, kita akan melihat bahwa
hal itu tidak pernah diajarkan oleh Kitab Suci itu sendiri. Malah yang ada adalah
sebaliknya, bahwa Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2Pet
1:20-21) sebab ada kemungkinan dapat diartikan keliru (2Pet 3:15-16). Gereja pada
abad-abad awal juga tidak menerapkan teori ini. Teori ‘hanya Kitab Suci’ atau ‘Sola
Scriptura’ ini adalah salah satu inti dari pengajaran pada zaman Reformasi pada
tahun 1500-an, yang jika kita teliti, malah tidak berdasarkan Kitab Suci.
Pada kenyataannya, Kitab Suci tidak dapat diinterpretasikan sendiri-sendiri,
karena dapat menghasilkan pengertian yang berbeda-beda. Sejarah membuktikan hal
ini, di mana dalam setiap tahun timbul berbagai gereja baru yang sama-sama
mengklaim “Sola Scriptura” dan mendapat ilham dari Roh Kudus. Ini adalah suatu
kenyataan yang memprihatinkan, karena menunjukkan bahwa pengertian mereka
tentang Kitab suci berbeda-beda, satu dengan yang lainnya. Jika kita percaya bahwa
Roh Kudus tidak mungkin menjadi penyebab perpecahan (lih. 1Kor14:33) dan Allah
tidak mungkin menyebabkan pertentangan dalam hal iman, maka kesimpulan kita
adalah: “Sola Scriptura” itu teori yang keliru.
2.
Tradisi Suci
(KGK 75-83)
Tradisi Suci adalah Tradisi yang berasal dari para rasul yang meneruskan apa
yang mereka terima dari ajaran dan contoh Yesus dan bimbingan dari Roh Kudus.
5
Oleh Tradisi, Sabda Allah yang dipercayakan Yesus kepada para rasul, disalurkan
seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya dalam pewartaannya, mereka
memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia.[5] Maka Tradisi Suci
ini bukan tradisi manusia yang hanya merupakan ‘adat kebiasaan’. Dalam hal ini,
perlu kita ketahui bahwa Yesus tidak pernah mengecam seluruh adat kebiasaan
manusia, Ia hanya mengecam adat kebiasaan yang bertentangan dengan perintah
Tuhan (Mrk 7:8).
Jadi, Tradisi Suci dan Kitab Suci tidak akan pernah bertentangan. Pengajaran
para rasul seperti Allah Tritunggal, Api penyucian, Keperawanan Maria, telah sangat
jelas diajarkan melalui Tradisi dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci, meskipun
hal-hal itu tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Kitab Suci. Janganlah kita lupa,
bahwa Kitab Suci sendiri mengajarkan agar kita memegang teguh Tradisi yang
disampaikan kepada kita secara tertulis ataupun lisan (2Tes 2:15, 1Kor:2).
Juga perlu kita ketahui bahwa Tradisi Suci bukanlah kebiasaan-kebiasaan
seperti doa rosario, berpuasa setiap hari Jumat, ataupun selibat para imam.
Walaupun semua kebiasaan tersebut baik, namun hal-hal tersebut bukanlah doktrin.
Tradisi Suci meneruskan doktrin yang diajarkan oleh Yesus kepada para rasulNya
yang kemudian diteruskan kepada Gereja di bawah kepemimpinan penerus para
rasul, yaitu para Paus dan uskup.
3.
Magisterium (Wewenang mengajar) Gereja
(KGK 85-87, 888-892)
Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang
“bertugas untuk menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan
itu yang kewibawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.” Magisterium ini
tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan
sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus,
Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam
kesatuan dengan Bapa Paus menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari
interpretasi yang salah.
Kita perlu mengingat bahwa Gereja sudah ada terlebih dahulu sebelum
keberadaan kitab-kitab Perjanjian Baru. Para pengarang/ penulis suci dari kitab-kitab
tersebut adalah para anggota Gereja yang diilhami oleh Tuhan, sama seperti para
6
penulis suci yang menuliskan kitab-kitab Perjanjian Lama. Magisterium dibimbing oleh
Roh Kudus diberi kuasa untuk meng-interpretasikan kedua Kitab Perjanjian tersebut.
Jelaslah bahwa Magisterium sangat diperlukan untuk memahami seluruh isi
Kitab Suci. Karunia mengajar yang ‘infallible‘ (tidak mungkin sesat) itu diberikan
kepada Magisterium pada saat mereka mengajarkan secara resmi doktrin-doktrin
Gereja. Karunia ini adalah pemenuhan janji Kritus untuk mengirimkan Roh KudusNya
untuk memimpin para rasul dan para penerus mereka kepada seluruh kebenaran
(Yoh 16:12-13).
Kesimpulan: Gereja sebagai Tonggak Kebenaran terdiri dari tiga unsur, yaitu
Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium.
Untuk memberitahukan rencana keselamatanNya, Allah berbicara pada
GerejaNya melalui Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. Ketiga hal ini adalah
karunia Allah yang tidak terpisahkan untuk menyampaikan kebenaran melalui
GerejaNya. Perlu kita ingat bahwa Rasul Paulus sendiri berkata bahwa Gereja adalah
“jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran” (1Tim 3:15).
Di dalam Gereja, wahyu Allah dinyatakan dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci.
Karena Kitab Suci dan Tradisi Suci berasal dari Allah, kita harus menerima dan
menghormati keduanya dengan hormat yang sama.[9] Jika kita membaca Kitab Suci,
terutama di dalam hal iman dan moral, kita harus menempatkan pemahaman
Magisterium Gereja di atas pemahaman pribadi, karena kepada merekalah telah
dipercayakan tugas mengartikan Wahyu Allah secara otentik. Namun hal ini janganlah
sampai mengurangi semangat kita untuk membaca Kitab Suci, karena Gereja
mengajarkan kita agar kita rajin membaca Kitab Suci dan mempelajarinya, sebab
melalui Kitab Suci kita dibawa pada ”pengenalan yang mulia akan Kristus” (Fil 3:8).
St. Jerome mengatakan, bahwa jika kita tidak mengenal Kitab Suci, maka kita juga
tidak mengenal Kristus.[10] Ini adalah suatu tantangan buat kita semua yang
mengatakan bahwa kita mengenal dan mengasihi Yesus.
Jadi, sebagai Tonggak Kebenaran, Gereja memiliki tiga unsur, yaitu: Kitab
Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. Ketiganya merupakan pemenuhan janji Allah
yang selalu mendampingi GerejaNya sampai kepada ‘seluruh kebenaran’ (Yoh 16:1213), yang senantiasa bertahan sampai akhir jaman. Mari kita bersyukur untuk
pemenuhan janji Tuhan ini.
7
D.
Allah
Keyakinan inti dalam agama Kristiani yang sama dengan agama lain adalah Allah itu
satu. Orang Kristiani berkeyakinan bahwa Allah itu bersifat abadi, Maha Kuasa, Maha Tahu,
Pencipta alam semesta dan segala isinya, penyelenggara kehidupan, Maha pengasih dan
penyayang, Maha Pengampun, Transenden (jauh tidak terjangkau oleh manusia) sekaligus
Imanen (sangat dekat di lubuk hati manusia), Maha Besar, Hakim bagi seluruh umat manusia
diakhir jaman.
Orang Kristiani memanggil Allah dengan sebutan Bapa, hal ini ingin mengungkapkan
iman mereka bahwa Allah itu bagaikan seorang “bapak (atau ibu) yang penuh kasih” dalam
kasih pemeliharaan-Nya kepada umat manusia.
E.
Inkarnasi
Dasar iman Kristiani yang lain adalah inkarnasi (penjelmaan), yaitu berkeyakinan
bahwa Sabda Allah yang kekal dan tidak dijadikan, mewujud dalam daging dan tinggal
ditengah kita dalam diri manusia Yesus. Inkarnasi berarti “mengambil bentuk atau menjadi
daging” yakni menjadi manusia. Cara lain untuk mengatakan bahwa Sabda Allah diwahyukan
dalam pribadi manusia yaitu Yesus.
Umat kristiani yakin bahwa Yesus adalah seorang manusia yang dilahirkan atas
kuasa Allah oleh seorang wanita suci Maria yang masih perawan. Konsili-konsili awal yang
diadakan oleh Gereja mengajarkan bahwa Sabda Allah tidak hadir dalam diri Yesus sebagai
sesuatu yang asing. Yesus dipandang sebagai seorang pribadi, manusia penuh dalam
segala hal (kecuali dalam hal dosa), tetapi ia juga berada dalam kesatuan dengan sabda
ilahi. Seperti manusia lain, Yesus berkembang dalam pengetahuan dan pemahaman diri
melalui pengalaman hidup dan relasi dengan orang lain
F.
Yesus
Yesus dilahirkan di Bethlehem, tempat Daud dilahirkan dan dibesarkan sekitar 1000
tahun sebelumnya. Tahun kelahirannya adalah sekitar tahun 0, yakni awal erake-Kristen-an,
walaupun tanggal dan tahun tepatnya tetap tidak diketahui. Kira-kira pada tahun 30, Yesus
meninggalkan kota kelahiran-Nya Nazareth dan mulai mengajar. Dalam hal ini Ia didahului
oleh saudara sepupunya yaitu Yohanes Pemandi (atau Yahya). Pesan pokok yang
disampaikan oleh Yesus terdiri dari dua hal, yaitu:
8
1.
Bertobatlah (berbaliklah dari dosa dan kembalilah kepada Allah);
2.
Terimalah Allah untuk merajai hidup anda (terimalah Kerajaan Allah).
Selain apa yang Ia khotbahkan dan ajarkan, Yesus melakukanhal-hal sebagai berikut:
1.
Membuat mujizat-mujizat dan menyembuhkan orang sakit atas kuasa Allah.
2.
Memerangi kuasa setan dan mengusirnya
3.
Mengampuni dosa-dosa atas nama Allah
4.
Menghibur orang sakit, orang yang berkabung dan orang miskin
5.
Bergaul dengan para pendosa
6.
Dengan keras mengkritik para pemimpin Yahudi
7.
Meramalkan bahwa krisis besar akan melanda dunia tapi Allah akan
mengatasinya.
8.
Membentuk suatu komunitas murid-murid yang hidup seperti Dia dan
mewartakan pesan-Nya kepada orang-orang lain.
G.
Trinitas (Monoteisme Kristiani)
Inti pengakuan iman Kristiani adalah “Kami percaya akan Satu Allah”. Walaupun tidak
menggunakan istilah “trinitas, Perjanjian Baru berbicara tentang Allah, yang disebut “Bapa”,
yang menyampaikan pesan-Nya dalam bentuk daging dan tinggal dalam diri Yesus (Putera),
dan tentang Allah yang Maha Kuasa yang hadir dalam segala-galanya, yang disebut “Roh
Kudus”
Dalam perjalanan sejarah, orang-orang Kristiani berkesimpulan bahwa sifat Tritunggal Allah
merupakan misteri kodrat Allah. Oleh sebab itu, hal itu tidak dapat diungkapkan dengan
rumusan manusiawi.
Apa yang secara pasti dapat kita katakan sehubungan dengan ajaran Kristiani
tentang kodrat tritunggal Allah adalah bahwa umat Kristiani percaya akan satu Allah, yang
kodrat-Nya mengandung tiga aspek atau ciri khas. Allah yang satu dan sama menyatakan
diri-Nya:
1.
Sebagai Pencipta yang Maha Kuasa dan Tuhan atas kehidupan (disebut
“Bapa”atau “Bapa Kami” )
2.
Sebagai Allah yang mewahyukan Sabda Ilahi-Nya dalam diri manusia Yesus
(disebut “Putera” )
9
3.
Sebagai Allah yang hadir secara imanen, aktif, dan memberikan daya hidup
dalam alam raya ( disebut “Roh Kudus” ).
Sifat-sifat tersebut adalah abadi, karena tidak ada perubahan yang mendasar dalam
Diri Allah, yang kodrat-Nya selalu sama.
Sifat-sifat tersebut melekat padakodrat Allah, bukan merupakan sifat yang kita berikan
atau aspek yang kita anggap penting untuk dimiliki oleh Allah. Sifat-sifat tersebut penting,
karena menurut pemahaman Kristiani atas apa yang telah Ia wahyukan tentang Diri-Nya
dalam kitab suci, tidak ada satupun dari tiga sifat/sebutan tadi yang dapat disangkal atau
dihilangkan dari Allah, karena semuanya hakiki bagi kodrat Allah.
Para teolog Kristiani modern berbicara tentang “Trinitas dalam rangka rencana
penyelamatan Allah”, Allah mempunyai rencana untuk menyelamatkan umat manusia, yang
betul-betul Ia laksanakan dalam sejarah. Allah mempunyai dua cara dalam melaksanakan
karya penyelamatan-Nya, yaitu cara pertama dengan menjelmakan pesan-Nya secara penuh
dan sempurna dalam diri seorang manusia, yang menyatakan Allah dalam segala perkataan
dan perbuatan-Nya.
Dalam kemenangan Yesus atas penderitaan dan kematian, oleh kuasa penyelamatan
Allah, manusia mendapatkan kepastian tentang apa yang sedang dikerjakan Allah dan akan
dikerjakan-Nya bagi setiap orang. Melalui dia, Allah membentuk suatu komunitas jemaat
yang akan terus bersaksi tentang keselamatan yang berasal dari Allah yang telah
diwahyukan melalui Dia. Inilah yang diyakini oleh orang Kristiani telah dilakukan Allah dalam
diri Yesus.
Cara kedua, Allah melaksanakan karya penyelamatan dalam alam semesta adalah
melalui kehadiran-Nya yang penuh kuasa dalam alam ciptaan dan setia manusia baik pria
maupun wanita, karya Allah seperti ini bersifat universal dan menyentuh pada setiap orang.
10
Daftar Pustaka
1.
---------, Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 1991.
2.
---------, Kompendium Katekismus Gereja Katolik, Kanisius, Yogyakarta,
2009 (sebuah dokumen)
3.
Konferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara, Katekismus Gereja Katolik, Nusa
Indah, Arnoldus Ende, 2007.
4.
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi,
Kanisius-Obor, Yogyakarta, 1996.
2015
5.
Martasudjita, Misteri Kristus, Kanisius, Yogyakarta, 2010
6.
St. Eko Riyadi Pr., Yesus Kristus Tuhan Kita, Kanisius, Yogyakarta, 2011
7.
Thomas P. Rousch, Katolisisme, Kanisius, Yogyakarta, 2001
8.
Tom Jakob, dkk, Iman Katolik, Kanisius, Yogyakarta, 1996.
24
Pendidikan Agama Katolik
Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
11
Download