www.hukumonline.com LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Kamboja (selanjutnya disebut sebagai Para Pihak); Mengingat hubungan persahabatan dan kerjasama yang telah terjalin antara kedua negara dan rakyatnya; Bermaksud untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi penanaman modal oleh para warga negara dari satu Pihak berdasarkan persamaan kedaulatan dan keuntungan bersama, dan; Mengakui bahwa Persetujuan mengenai Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal tersebut akan mendorong untuk merangsang kegiatan penanaman modal di kedua negara. Telah menyetujui sebagai berikut: PASAL I DEFINISI Untuk tujuan Persetujuan ini: 1. Istilah “penanaman modal” akan diartikan sebagai segala bentuk aset yang ditanamkan oleh para penanam modal dari satu Pihak di wilayah Pihak lainnya, sesuai dengan peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dari Pihak disebut terakhir, mencakup tetapi tidak terbatas pada: a. benda bergerak dan tidak bergerak dan hak-hak lainnya seperti mortgage, hak istimewa, dan jaminan serta hak-hak serupa lainnya; b. hak-hak yang berasal dari penyertaan, surat berharga, atau bentuk-bentuk lainnya dari kepentingan dalam perusahaan atau usaha patungan di wilayah Pihak lain. c. tagihan atas uang atau atas setiap pelaksanaan yang mempunyai nilai keuangan; d. hak atas kekayaan intelektual, proses teknik, muhibah dan keahlian; e. konsesi usaha yang diberikan oleh undang-undang atau berdasarkan kontrak yang berhubungan dengan penanaman modal, termasuk konsensi untuk mencari atau mengeksploitasi sumber daya alam. Setiap perubahan bentuk aset yang ditanamkan tidak akan mempengaruhi karakternya sebagai penanaman modal sepanjang perubahan tersebut telah disetujui atau diakui berdasarkan Pasal II. 2. Istilah "penanam modal" berarti warga negara dari salah satu Pihak yang menanamkan modal di wilayah Pihak lainnya. Istilah "warga negara", bagi masing-masing Pihak terdiri dari: (i) seseorang yang memiliki kewarganegaraan dari salah satu pihak sesuai dengan undang-undang yang berlaku; dan (ii) badan hukum yang dibentuk sesuai dengan undang-undang yang berlaku pada salah satu Pihak; www.hukumonline.com www.hukumonline.com 3. 4. 1. 2. 1. 2. 3. 4. Istilah "tanpa penundaan" dianggap telah dipenuhi jika suatu transfer dilakukan dalam jangka waktu yang lazim dipersyaratkan dalam praktek keuangan internasional. Istilah"wilayah": a. Dalam hubungan dengan Republik Indonesia: Wilayah Republik Indonesia sebagaimana wilayah yang ditetapkan dalam perundangundangannya; b. Dalam hubungan dengan Kerajaan Kamboja: Wilayah Kerajaan Kamboja sebagaimana wilayah yang ditetapkan dalam perundangundangannya dan wilayah laut, termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya yang berdampingan dengan batas terluar laut teritorial di mana negara yang bersangkutan melaksanakan sesuai dengan hukum internasional, hak-hak berdaulat atau yurisdiksi untuk tujuan untuk mencari dan pemanfaatan sumber-sumber alam di wilayah-wilayah tersebut. PASAL II PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL Masing-masing Pihak harus mendorong dan menciptakan iklim yang menguntungkan bagi penanam modal dari Pihak lain untuk menanamkan modal di wilayahnya, serta mengakui penanaman modal tersebut sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Penanaman modal oleh penanam modal dari salah satu Pihak setiap saat harus diperlakukan secara adil dan seimbang dan mendapat perlindungan dan pengamanan yang memadai di wilayah Pihak lain. PASAL III PERLAKUAN ATAS PENANAMAN MODAL Setiap Pihak akan menjamin diberikannya perlakuan yang adil dan seimbang atas penanaman modal oleh para penanam modal Pihak lainnya dan tidak akan menghalangi, dengan perlakuan yang tidak beralasan atau membeda-bedakan, kegiatan, pengelolaan, pemeliharaan, penggunaan, pemanfaatkan atau pembuangan oleh para penanam modal tersebut. Masing-masing Pihak harus memberikan perlindungan dan pengamanan fisik yang memadai. Lebih khususnya, masing-masing Pihak akan memberikan kepada penanaman modal tersebut perlakuan yang dalam setiap hal tidak boleh kurang menguntungkan daripada yang diberikan kepada penanaman modal negara ketiga. Jika satu Pihak telah memberikan perlakuan khusus kepada penanam modal dari negara ketiga berdasarkan persetujuan-persetujuan untuk membentuk kesatuan kepabeanan, kesatuan ekonomi, kesatuan keuangan, atau lembaga-lembaga serupa lainnya, atau berdasarkan persetujuan-persetujuan sementara yang mengarah pada kesatuan-kesatuan lembaga-lembaga tersebut, Pihak tersebut tidak wajib memberikan perlakuan khusus tersebut kepada penanaman modal dari Pihak lain. Ketentuan dalam Persetujuan ini tidak berlaku bagi masalah perpajakan di wilayah Pihak lain. Masalah-masalah tersebut akan diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara kedua belah Pihak dan undang-undang dalam negeri masing-masing Pihak. PASAL IV PENGAMBILALIHAN Masing-masing Pihak tidak akan melakukan tindakan-tindakan pengambilalihan, nasionalisasi atau setiap tindakan lainnya yang memiliki akibat yang serupa dengan nasionalisasi atau pengambilalihan (selanjutnya disebut sebagai pengambilalihan) terhadap penanaman modal dari penanam modal dari Pihak lain, kecuali dengan syarat-syarat sebagai berikut: www.hukumonline.com www.hukumonline.com (a). (b). (c). 1. 2. 1. 2. tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk kepentingan hukum dan dilakukan dengan proses hukum; tindakan-tindakan itu tidak diskriminatif; tindakan tersebut harus disertai dengan ketentuan pemberian ganti rugi secara cepat, memadai dan efektif. Jumlah ganti rugi tersebut harus sesuai pada nilai pasar yang pantas tanpa penundaan sebelum tindakan pengambilalihan tersebut diketahui umum. Nilai pasar tersebut harus ditentukan sesuai dengan praktek dan metoda yang diakui secara internasional atau, jika nilai pasar yang pantas tidak dapat ditentukan, nilai itu harus sebesar jumlah yang adil sebagaimana disetujui bersama antara Para Pihak, dan jumlah tersebut harus dapat ditransfer secara bebas dalam mata uang yang dapat dipertukarkan dari para Pihak. PASAL V GANTI RUGI ATAS KERUGIAN Penanam modal dari satu Pihak, yang penanaman modalnya di wilayah Pihak lain mengalami kerugian karena perang atau konflik bersenjata, revolusi, negara dalam keadaan darurat, pemberontakan, kerusuhan atau huru-hara di wilayah Pihak lainnya, harus diberikan oleh Pihak yang disebut terakhir perlakuan, seperti restitusi, indentifikasi, ganti rugi atau bentuk-bentuk penyelesaian lain. Perlakuan tersebut tidak boleh kurang menguntungkan daripada yang diberikan Pihak yang disebut terakhir kepada para penanam modal atau para penanam modal pihak ketiga. PASAL VI TRANSFER Masing-masing Pihak harus, berdasarkan peraturan perundang-undangan mengizinkan tanpa penundaan transfer bebas dari penanaman modal oleh penanam modal dari Pihak lain. Transfer tersebut mencakup tetapi tidak terbatas pada: a. laba. bunga, dividen atau penghasilan lainnya yang berasal dari penanaman modal; b. dana yang diperlukan: (i) untuk akusisi bahan mentah atau bahan pembantu, barang-barang setengah jadi atau jadi; (ii) untuk menggantikan aset modal guna menjamin kelanjutan penanaman modal. c. dana-dana tambahan yang dibutuhkan untuk pembangunan suatu penanaman modal; d. dana-dana pembayaran kembali pinjaman yang berkaitan dengan penanaman modal; e. royati dan fee; f. pendapatan perorangan; g. hasil penjualan atau likuidasi dari penanaman modal; h. ganti rugi atas kerugian sesuai dengan Pasal V; i. ganti rugi atas pengambilalihan sesuai dengan Pasal IV. Nilai tukar yang berlaku pada saat transfer yang disebut dalam paragraf 1 Pasal ini adalah nilai tukar pada saat transfer dilakukan. PASAL VII SUBROGASI Jika penanaman modal oleh penanam modal salah satu Pihak diberikan jaminan atas resiko nonkomersil sesuai dengan sistem yang dibentuk berdasarkan undang-undang setiap subrograsi dari penjamin atau penjamin ulang atas hak-hak penanam modal tersebut sesuai dengan jaminan tersebut, akan diakui oleh Pihak yang lain, namun bahwa penjamin atau penjamin ulang tidak berhak untuk melaksanakan hak-hak selain dari hak yang telah diberikan. www.hukumonline.com www.hukumonline.com 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. PASAL VIII PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA PENANAM MODAL DAN PIHAK Setiap perselisihan antara salah satu Pihak dan penanam modal dari Pihak lain berkenaan dengan penanaman modal dari pihak yang disebut terakhir di wilayah Pihak yang disebut terdahulu, harus diselesaikan secara bersahabat melalui konsultasi dan perundingan. Jika perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan dalam waktu enam bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis dari salah satu Pihak untuk meminta penyelesaian secara bersahabat, perselisihan tersebut harus atas permintaan penanam modal dimaksud diajukan kepada peradilan yang berada di wilayah Pihak di mana penanaman modal dilakukan atau kepada arbitrasi atau konsiliasi internasional. Dalam hal perselisihan diajukan kepada arbitrasi atau konsiliasi penanam modal berhak mengajukan ke perselisihan tersebut kepada: a. Pusat Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal Internasional untuk penyelesaian melalui konsiliasi atau arbitrasi sesuai, Konvensi Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal antara Negara dan Penanam Modal yang dinyatakan terbuka untuk ditandatangani di Washington pada tanggal 18 Maret 1965, dalam hal kedua Pihak menjadi anggota pada Konvensi; atau b. Peradilan sementara yang dibentuk sesuai peraturan abitrasi dari komisi Hukum Perdagangan International Perserikatan Bangsa-bangsa (UCITRAL). Keputusan arbitrasi merupakan keputusan akhir dan mengikat kedua Pihak. Para pihak tidak boleh menggunakan saluran diplomatik menyangkut masalah yang sedang ditangani oleh arbitrasi sebelum proses persidangan selesai atau salah satu Pihak gagal mematuhi keputusan peradilan arbitrasi. PASAL IX PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTAR PIHAK MENGENAI PENAFSIRAN DAN PELAKSANAAN PERSETUJUAN Perselisihan antar Pihak mengenai penafsiran atau penerapan Persetujuan ini, jika mungkin, harus diselesaikan melalui saluran diplomatik. Jika suatu perselisihan antar para Pihak tidak dapat diselesaikan, atas permintaan salah satu pihak dapat diajukan kepada peradilan arbitrasi. Peradilan arbitrasi tersebut harus dibentuk untuk setiap kasus sebagai berikut. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah permintaan untuk arbitrasi, setiap Pihak harus menunjuk satu anggota Kedua anggota tersebut kemudian harus memilih seorang warga negara dari negara ketiga yang disetujui oleh kedua Pihak Untuk ditunjuk sebagai ketua Peradilan. Ketua Peradilan akan ditunjuk dalam waktu 2 bulan dari tanggal penunjukan 2 (dua) anggota lainnya. Jika, dalam jangka waktu yang ditentukan pada paragraf 3 Pasal ini. penunjukan yang diperlukan belum juga dilakukan, salah satu Pihak boleh, karena tidak adanya Persetujuan lain, meminta Ketua Mahkamah Internasional untuk melakukan penunjukan tersebut. Apabila Ketua itu merupakan warga negara salah satu Pihak atau yang bersangkutan berhalangan untuk melaksanakan tugas tersebut, Wakil Ketua harus diminta untuk melakukan pengangkatan dimaksud. Apabila Wakil Ketua tersebut adalah warga negara salah satu Pihak atau yang bersangkutan juga berhalangan untuk melaksanakan tugas tersebut, anggota Mahkamah Internasional senior berikutnya yang bukan warga negara salah satu Pihak harus diminta untuk melakukan penunjukan yang diperlukan. Peradilan arbitrasi tersebut harus mengambil keputusan berdasarkan suara terbanyak. Keputusan itu harus merupakan keputusan akhir dan mengikat kedua Pihak, Masing-masing Pihak akan menanggung biaya untuk anggota dan perwakilannya dalam proses peradilan. Biaya Ketua serta biaya-biaya lainnya harus ditanggung bersama oleh para Pihak. Tetapi Peradilan dapat, dalam keputusannya, menetapkan beban biaya yang lebih besar ditanggung oleh salah satu Pihak, dan keputusan peradilan mengikat kedua Pihak Peradilan arbitrasi harus menentukan prosedurnya sendiri. www.hukumonline.com www.hukumonline.com PASAL X PEMBERLAKUAN PERSETUJUAN Persetujuan ini berlaku terhadap penanaman modal dari satu Pihak di wilayah Pihak lain yang telah memperoleh ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai penanaman modal, dan setiap undang-undang yang mengubah atau menggantikannya, tetapi tidak berlaku atas setiap perselisihan, tuntutan dan perbedaan yang timbul sebelum mulai berlakunya Persetujuan ini. PASAL XI PENERAPAN KETENTUAN-KETENTUAN LAIN Apabila ketentuan hukum dari salah satu Pihak atau kewajiban berdasarkan hukum internasional yang berlaku sekarang atau yang akan dibuat kemudian antara Para pihak sebagai tambahan terhadap Persetujuan ini yang memuat peraturan, baik umum maupun khusus, yang memberi penanaman modal oleh penanam modal dari Pihak lain perlakuan yang lebih menguntungkan daripada yang diberikan oleh Persetujuan ini, maka peraturan yang lebih menguntungkan tersebut yang akan berlaku. 1. 2. 1. 2. PASAL XII KONSULTASI DAN PERUBAHAN Masing-masing pihak dapat meminta diadakannya konsultasi mengenai setiap masalah yang menyangkut Persetujuan ini. Pihak lain harus memberikan pertimbangan pada usulan tersebut dan harus memberikan kesempatan yang memadai untuk melakukan konsultasi. Persetujuan ini dapat diubah setiap waktu, jika dianggap perlu, dengan kesepakatan bersama. PASAL XIII MULAI BERLAKU, JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN Persetujuan ini mulai berlaku 30 (tiga puluh) hari terhitung setelah tanggal di mana para Pihak telah memberitahukan satu sama lain bahwa persyaratan konstitusional masingmasing Pihak untuk memberlakukan Persetujuan ini telah dipenuhi. Persetujuan ini akan berlaku untuk masa 10 (sepuluh) tahun dan akan terus berlaku untuk periode 10 (sepuluh) tahun berikutnya dan seterusnya kecuali, setelah berakhirnya periode 10 (sepuluh) tahun pertama, salah satu Pihak memberitahukan secara tertulis tentang keinginannya untuk mengakhiri Persetujuan ini. Pemberitahuan pengakhiran Persetujuan berlaku satu tahun setelah pemberitahuan tersebut diterima oleh Pihak lainnya. Dalam hubungannya dengan penanaman modal yang dilakukan sebelum tanggal pengakhiran Persetujuan ini berlaku efektif, ketentuan-ketentuan Persetujuan ini akan tetap berlaku untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun berikutnya terhitung sejak tanggal pengakhiran Persetujuan ini. SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini yang diberi kuasa penuh oleh Pemerintah masing-masing, telah menandatangani Persetujuan ini. DIBUAT rangkap di Jakarta pada hari Selasa tanggal 16 Maret 1999 dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Khmer dan Bahasa Inggris. Semua naskah mempunyai kekuatan hukumnya yang sama. Jika terdapat perbedaan penafsiran, maka naskah dalam Bahasa Inggris harus berlaku. UNTUK PEMERINTAH UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA KERAJAAN KAMBOJA www.hukumonline.com www.hukumonline.com Ttd. Ttd. ALI ALATAS SOK AN www.hukumonline.com