Kolaborasi Wayang Kulit 3 Bahasa dan Seni Tari Tradisional USD | 15 October 2014 | 15:05 WIB Sabtu, 11 Oktober 2014 alunan suara gamelan menghiasi malam hari di Panggung Terbuka Kampus 2 Universitas Sanata Dharma Mrican. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seni Karawitan mempersembahakan kolaborasi Wayang Kulit 3 bahasa dan seni tari tradisional. Kegiatan ini diadakan dalam rangka memeriahkan kelulusan wisudawan/wisudawati Universitas Sanata Dharma dan merupakan serangkaian dari acara Dies Natalis Universitas Sanata Dharma yang ke-59. Tujuan UKM seni Karawitan menggunakan 3 bahasa adalah untuk menarik para wisatawan asing untuk hadir memeriahkan acara ini, selain itu juga agar para penonton dapat mengerti alur cerita yang dibawakan oleh Dalang Bondan Jiwandana. Untuk kedua kalinya UKM seni Karawitan mengandeng Bondan seorang mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Inggris USD untuk menjadi Dalang. Cerita The Story of Abimanyu Knight dipilih karena terinsprirasi dari salah satu tokoh pewayangan yaitu Abimanyu. Diceritakan abimanyu terlahir sebagai seorang manusia biasa namun dengan giat dan tekun ia tumbuh besar menjadi kesatria yang gagah dan berani. Berkat jalan cerita Abimanyu diharapkan Wisudawan/wisudawati pun dapat menjadi kesatria sepertinya yang dengan gagah berani menghadapi atmosfir baru dalam dunia pasca sarjana maupun dunia kerja. Awal pertujukan, UKM Grisadha mempersembahkan sebuah tarian yang menggambarkan awal dari cerita The Story of Abimanyu Knight. Kemudian dalang Bondan pun mulai memainkan wayang-wayangnya. Cerita yang dibawakannya tak hanya dalam bahasa Jawa, melainkan dalam bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris. Cerita The Story Of Abimanyu Knight mengisahkan tentang kisah ksatria Abimanyu. Abimanyu adalah tokoh dalam wiracarita Mahabrata. Abimanyu mempelajari pengetahuan mengenai formasi perang mematikan yang sulit ditembus bernama Chakrawyuda. Mahabrata menjelaskan dari dalam rahim, ia menguping pembicaraan Kresna yang tengah membicarakan hal tersebut dari ibunya Subadra. Kresna berbicara mengenai cara memasuki Chakarwyuda dan kemudian Subadra tertidur, maka sang bayi tak memiliki kesempatan untuk 1/2 tahu bagaimana cara meloloskan diri dari formasi itu. Dalam perang Bharatayuda yang mematikan tersebut, seluruh saudara Abimanyu (Pandawa) telah gugur terlebih dahulu. Abimanyu pun maju sendiri ke tengah barisan untuk menyelesaikan perang dan keluar dari formasi Chakrawyuda. Abimanyu dihadang oleh pasukan Kurawa, sedangkan Arjuna dan Kresna yang mengusai teknik perang sedang sibuk melawan Raja Trigatra dan Lascar Samsaptaka. Di tengah-tengah pertunjukan wayang, hadir 3 sosok wayang yang sudah sangat akrab kita kenal. Ada Petruk, Gareng, dan Bagong. Dengan aksi kocak yang dibawakan sang Dalang Bondan, ke 3 wayang itu mengundang gelak tawa para penonton yang hadir. Pada pagelaran ini Romo Gregorius Budi Subanar, S.J berkesempatan untuk mempersembahkan sebuah tembang lagu yang berjudul Prahu Layar “Yo konco ning nggisik gembiro. Alerap lerap banyune segoro. Angliyak numpak prau layar. Ing dino minggu keh pariwisoto” begitulah sepenggal lagu yang dibawakan Romo Banar selaku pendamping UKM seni Karawitan. Kisah pertempuran Abimanyu pun dilanjutkan oleh Dalang Bondan, semua penonton yang hadir terdiam melihat aksi pertempuran yang akhirnya berujung pada kematian tokoh Abimanyu yang dibunuh oleh putra Dursasana. Kolaborasi 3 bahasa dan seni tari tradisional ini ditutup dengan tarian yang mengambarkan peperangan yang dibawakan oleh UKM Grisadha. (MDRS) 2/2