- Sinode Gereja Bethany Indonesia

advertisement
Sambutan Ketua Umum
(Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho,M.Th., M.Sc., Ph.D )
Untuk Memasuki Puasa Raya 40 Hari
Periode 2016
Sudah sekian lama Sinode kita belum mendapatkan status hukum yang
pasti dan masih terjadi perselisihan dengan pihak lain yang tidak mau
diajak berdamai . Hal tersebut tidak hanya menodai kekristenan yang
seharusnya menjadi garam dan terang dan saling mengasihi dan cinta
perdamaian . Semua itu tidak hanya membuat suasana hati tidak baik ,
tetapi juga akan menghambat pelayan mulai Tingkat MPS , MPD dan
sampai pelayanan di gereja – gereja lokal dan cabang yang ada . Masalah
– masalah yang tidak menyenangkan tersebut mengganggu jiwa kita dan
dapat berdampak kepada kerohanian kita, misalnya merasa jengkel
terhadap pihak lain dan menganggap mereka pengganggu atau musuh
yang harus disingkirkan . Kita bisa jengkel dan tidak puas terhadap
sesama pelayanan Tuhan. Semua ini menjadi belenggu kehidupan yang
harus kita hancurkan . Dengan melakukan puasa raya selama 40 hari ,
kita yakin dapat menghancurkan belenggu – belenggu kelaliman ,
memerdekakan orang dan membuang kuk . Kita baru saja merayakan
hari Pencurahan Roh Kudus dimana kita diberi kuasa untuk menaklukan
keakuan kita melalui “Kasih” ,(buah Roh) kepada sesama dan
“Penguasaan diri” (buah Roh ) dengan menekan hawa nafsu daging .
Semua itu dimaksudkan agar dapat meningkatkan kerohanian kita .
Dengan puasa sambil melakukan pergaulan yang intim bersama Tuhan ,
serta minta pertolongan Roh Kudus , kita yakin dapat mencapai tingkat
lebih tinggi didalam menjalani kehidupan pelayanan, pergaulan yang
lebih baik dengan sesama pelayan Tuhan (Dalam Yesus kita bersaudara )
dan meningkatkan kualitas kerohanian kita dalam aspek yang lebih luas .
Dengan demikian Gereja kita akan berkembang kekanan kekiri dan
menjadi berkat bagi bangsa dan negara. Selamat Berpuasa , Tuhan Yesus
Memberkati.
POKOK DOA SYAFAAT
Dukung Dalam Doa:
1. Kesehatan dan Pelayanan Bapak Bethany Pdt. Abraham Alex
Tanuseputra.
2. Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Pdt.Prof.Dr.Ir. Bambang
Yudho,M.Th., beserta Keluarga kiranya hikmat, rahmat dan
Pimpinan Tuhan senantiasa menyertai di dalam pelayanan
dan segala hal yang dikerjakan.
3. Segenap Pegurus Majelis Pekerja Sinode (MPS) dan Majelis
Pekerja Daerah (MPD) kiranya pimpinan Tuhan hikmat marifat
dan pimpinan Roh kudus senantiasa menyertai.
4. Gereja-Gereja Bethany, Gembala, Pengerja dan seluruh
jemaat mulai dari Sabang sampai Merauke
Pokok-Pokok Doa:

Doa untuk Bangsa dan Negara
 Berdoa untuk Bangsa dan Negara Indonesia, agar selalu
aman, sejahtera dan selalu dalam perlindungan Tuhan.
 Berdoa bagi kota dimana kita berada.

Doa untuk Gereja dimana Anda digembalakan
 Berdoa untuk Gembala Sidang dan hamba-hamba Tuhan
yang melayani di gereja setempat, supaya ada kuasa dan
urapan menyertai setiap pelayanan mereka.
 Berdoa untuk gembala-gembala FA.
 Berdoa untuk seluruh jemaat Gereja Anda.
 Berdoa untuk lingkungan dimana Gereja Anda berada.
 Berdoa untuk Puasa Raya 40 hari (27 Mei 2016 – 5 Juli
2016)
*Setiap Gereja dapat menambahkan pokok doa sesuai kebutuhan
Gereja masing-masing
Renungan hari ke 1 ( Jumat , 27 Mei 2016 )
Hati yang penuh damai lebih penting dari
kegiatan agamawi.
Yes. 58:4 “Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan
berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena.
Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan
didengar di tempat tinggi.”
Firman Tuhan dalam ayat tersebut di atas berbicara mengenai
teguran Allah kepada Israel. Mereka bertanya mengapa Tuhan tidak
memperhatikan upaya dan jerih payah mereka berpuasa . Dan Allah
menjawab mereka dengan menunjukkan beberapa perbuatan dan
tindakan mereka yang semena-mena dan saling berkelahi . Percuma
melakukan hukum Tuhan yang satu sementara hukum-Nya yang lain
dilanggar.
Di awal doa puasa ini, Firman Tuhan mengingatkan kita semua
bahwa ketaatan pada aturan-aturan agama tanpa disertai kehidupan
yang benar dan ketaatan pada Firman Allah, serta menaruh belas
kasihan kepada orang-orang yang membutuhkan tidak ada artinya di
hadapan Tuhan .
Pernahkah kita merasakan keadaan serupa seperti yang dialami
Israel? Mari kita selidiki dulu hati kita, sungguhkah kita telah menghayati
hakekat berpuasa atau tidak makan dan minum sekedar untuk mengikuti
ritual agamawi saja? Jangan mengulangi kesalahan yang dilakukan Israel.
Renungan hari ini :
Beribadah kepada Allah dalam doa dan puasa harus didasari sikap
hati kita yang benar di hadapan Allah, serta melayani sesama dengan
kasih dan kebaikan hati.
Renungan hari ke 2 ( Sabtu , 28 Mei 2016 )
Berdoa dan berpuasa dengan motivasi yang
benar, tulus dan bersih.
Yes 58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan
mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala
seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik
tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa,
mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
Ibadah yang berkenan kepada Tuhan adalah sikap hati yang benar
dalam tindakan yang saleh. Sebaliknya, perilaku rohani yang terlihat
saleh, namun tidak keluar dari sikap hati yang benar, tulus dan bersih
adalah kemunafikan.
Melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran saat berpuasa
adalah perbuatan sia-sia. Motivasi berpuasa seperti ini dengan sekedar
melakukan ritual agamawi dalam memamerkan kekudusan untuk
menarik perhatian dan simpati orang, tetapi tidak bisa menipu Allah.
Kiasan "menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain
karung dan abu sebagai lapik tidur” menunjukkan perbuatan orang
munafik yang berlagak suci dan memamerkan sikap merendahkan diri
ketika berpuasa untuk mencoba menggerakkan hati Allah.
Renungan hari ini :
Perlunya tetap menjaga ketulusan dan kebersihan hati kita dalam
berdoa dan berpuasa agar kita tidak terjebak dalam kemunafikan dan
kesalehan yang palsu.
Renungan hari ke 3 ( Minggu , 29 Mei 2016 )
Memiliki hati yang penuh belas kasihan dan
menegakkan keadilan.
Yes 58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau
membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,
supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan
setiap kuk.
Mungkin kita masih sering bertindak kurang adil terhadap sesama
kita, dengan menjadi orang yang egois, yaitu memperlakukan orang lain
dengan ukuran dan standard kebenaran berdasarkan sudut pandang
kebenaran pribadi kita, seringkali tanpa mempertimbangkan sudut
pandang dan tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
Jangan menjadi orang Kristen yang egois. Jangan mengira bahwa
rajin beribadah ke gereja, memberi persepuluhan dan persembahan
lainnya, mengikuti satu atau dua bidang pelayanan merupakan tanda
kesalehan yang diperkenan Tuhan. Kalau pelayanan dan ibadah yang kita
lakukan hanya merupakan rutinitas dan bukan keluar dari hati yang tulus
untuk mengasihi Tuhan, serta tidak diimbangi dengan kasih dan
kepedulian kepada sesama kita yang membutuhkan, maka itu
merupakan ibadah yang tidak diperkenan Tuhan. Hindarilah semua itu,
dan Jadilah Kristen sejati, pengikut Kristus yang taat, tekun dan setia.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, Hendaknya Kita belajar untuk mengasihi
dan memperdulikan sesama kita. Mengasihi Allah harus terwujud nyata
dalam tindakan kita mengasihi, memperdulikan dan mau mengulurkan
tangan bagi sesama kita.
Renungan hari ke 4 ( Senin , 30 Mei 2016 )
Memiliki kemurahan hati pada sesama, akan
menggerakkan belas kasihan Tuhan.
Yes 58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar
dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan
apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia
pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
Sebagai pengikut Kristus, kita mesti belajar untuk memiliki
kemurahan hati yaitu dengan berbagi berkat kepada sesama kita yang
lebih membutuhkan. Hal tersebut merupakan manifestasi dan
perwujudan kasih Allah dalam hidup kita sebagai orang percaya,
sehingga hidup kita mampu mencerminkan kemuliaan Allah, dan kita
bisa menjadi garam, terang dan saluran berkat Allah bagi orang-orang di
sekitar kita yang membutuhkan.
Perilaku egois akan menjadi penghalang bagi tercurahnya berkatberkat Allah bagi kita, dan menghambat kuasa Allah dalam menjawab
doa kita. Jadi, berbuat baik bagi orang lain dan mentaati perintah Kristus
untuk saling mengasihi dan saling berbagi, adalah merupakan
perwujudan puasa yang sejati. Inilah sikap dan perbuatan yang ingin
Allah temukan dalam diri anak-anak-Nya.
Renungan hari ini :
Di dalam perwujudan kegiatan doa dan puasa kali ini, kita
meminta kepada Tuhan agar senantiasa diberi kemurahan hati, sehingga
kita memiliki kerelaan untuk berbagi kepada sesama kita.
Renungan hari ke 5 ( Selasa , 31 Mei 2016 )
Berkat dan pimpinan Tuhan mengalir dan selalu
ada dalam kehidupan orang benar.
Yes. 58:11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan
memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui
kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan
seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.
Berkat-berkat, penyertaan dan pimpinan Tuhan yang kita nikmati
sebagai orang benar :
1. Tuhan akan senantiasa menyertai, menuntun dan memimpin
kita, sehingga kita boleh yakin bahwa apapun yang terjadi dalam
hidup kita ada di bawah kendali Tuhan.
2. Tuhan akan senantiasa menjadi sumber berkat yang tiada habishabisnya dan tidak pernah kering serta senantiasa mencurahkan
berkat-berkatnya, baik dalam kesehatan kita, keluarga kita,
keuangan kita maupun dalam segala aspek kehidupan kita.
3. Tuhan akan senantiasa menyertai kita dan memperbarui
kekuatan kita serta memberikan penghiburan di saat kita lemah
dan sedang dalam kesesakan.
Renungan Hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar
mencurahkan berkat-berkat-Nya, sehingga aliran berkat-berkat Tuhan
seperti damai-sejahtera, sukacita, kebajikan, kebenaran dan
pemeliharaan Tuhan akan senantiasa memenuhi dan mencukupi
kehidupan kita.
Renungan hari ke 6 ( Rabu , 1 Juni 2016 )
Menantikan kuasa dari atas
Kis. 1:14 Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersamasama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan
saudara-saudara Yesus.
Keadaan kita saat ini tidak berbeda jauh dengan keadaan muridmurid Tuhan pada waktu itu. Kita seringkali sepertinya tidak memiliki
kekuatan apa-apa untuk melaksanakan misi yang Tuhan taruh dalam
hidup kita.
Namun kunci kekuatan bahkan kemenangan terletak pada sikap
kita yang mau terus bersandar penuh pada Tuhan melalui kuasa Roh
Kudus-Nya yang menjadi sumber kekuatan kita.
Karena itu, pada saat-saat yang bersamaan dengan hari
Pencurahan Roh Kudus ini, mari kita tetap meneladani para rasul dengan
terus bertekun dan bersekutu dalam doa dan puasa, dan kita menantikan
sampai kuasa yang dari Atas dicurahkan atas kita. Sehingga kita memiliki
kekuatan dan kemampuan untuk mematahkan dan menghancurkan
semua belenggu dalam kehidupan kita, baik kehidupan jasmani maupun
kehidupan rohani kita.
Renungan hari ini :
Di dalam kegiatan doa dan puasa kali ini, kita meminta kepada
Tuhan agar kuasa-Nya dicurahkan atas kita melalui Roh Kudusnya,
sehingga kita mampu mematahkan dan menghancurkan segala belenggu
dalam kehidupan kita, seperti belenggu kejengkelan, kebencian, dan juga
belenggu pertikaian, maupun belenggu-belenggu kehidupan lainnya.
Renungan hari ke 7 ( Kamis , 2 Juni 2016 )
Mencari kehendak Allah.
Efe. 5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu
mengerti kehendak Tuhan.
Apa yang sedang dan akan kita perbuat atau kerjakan hari-hari ini? Apa yang
menjadi pergumulan kita? Mungkin kita sedang mengalami pergumulan dalam
pernikahan kita, kesehatan kita, anak-anak kita, keuangan kita, bisnis dan
pekerjaan kita atau juga mungkin pergumulan dalam pelayanan dan gereja kita.
Mintalah kepada Tuhan agar Anda dibimbing-Nya ke arah hidup yang
bijaksana sehingga kita dapat mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.
Ayat di atas memperingatkan kita agar kita tidak menjadi bodoh.
Seorang yang bodoh adalah orang yang menyia-nyiakan waktunya dengan
perkara yang sia-sia untuk menuruti hawa nafsu dan keinginan dagingnya.
Karena itu memasuki puasa raya ini, Tuhan menghendaki kita untuk berdoa dan
berpuasa, merendahkan diri dan mencari kehendak-Nya dengan lebih serius
dan lebih sungguh-sungguh untuk kita bisa semakin mengetahui rencana dan
tujuan Allah dalam setiap aspek hidup kita, dan melalui doa dan puasa ini, kita
memohon pada Tuhan agar Dia melalui kuasa dan pimpinan Roh Kudus-Nya
berkenan memimpin kita dalam menghadapi setiap pergumulan, sehingga kita
dapat memperoleh kuasa dan kekuatan-Nya untuk mampu memenangkan
setiap pergumulan dan peperangan rohani atas segala masalah, persoalan
maupun kelemahan-kelemahan kita selama ini, apapun bentuknya, sehingga
pada akhirnya menjadikan kita seorang pemenang, dan memampukan kita
untuk bertumbuh ke level yang lebih tinggi lagi.
Renungan hari ini :
Biarlah melalui doa dan puasa ini, hendaknya kita bisa menjaga hati dan
pikiran kita dan menjadi bijaksana agar kita dapat lebih peka akan pimpinan Roh
Kudus, sehingga kita dapat mencari dan menemukan rencana, kehendak dan
ketetapan-ketetapan-Nya bagi kita pribadi, keluarga kita, maupun bagi gereja
dan pelayanan kita sehingga kita bisa menjadi alat yang lebih efektif bagi Tuhan,
dan menjadi berkat bagi orang lain.
Renungan hari ke 8 ( Jumat , 3 Juni 2016 )
Bergaul dengan Allah
Kej. 6:9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak
bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul
dengan Allah.
Bergaul dengan Allah adalah bergaul dengan firman-Nya,
sehingga kita bisa mengenal kebenaran-kebenaran Allah melalui firmanNya. Seperti Nuh, kita juga disebut seorang yang benar melalui Tuhan
Yesus Kristus. Dan kita membangun kebenaran kita melalui doa dan
belajar firman-Nya dengan lebih dalam.
Melalui doa dan puasa ini, kita juga perlu menggunakan
kesempatan ini untuk lebih mengenal Tuhan dan bergaul dengan-Nya
melalui pengetahuan Firman-Nya. Karena Firman Allahlah yang memberi
kita informasi dan pengenalan akan pribadi Allah. Firman Allahlah yang
akan menuntun kita pada kesuksesan, karena Firman Allah adalah ilham
Roh yang mengajar kita untuk berjalan dalam kebenaran, yang menegur
kita apabila menyimpang dan melakukan perkara-perkara yang tidak
berkenan di hadapan Allah, tetapi Firman Allah juga berkuasa untuk
mengoreksi perbuatan dan hidup kita, dan pada akhirnya, Firman Allah
mendidik kita untuk hidup dalam kebenaran-Nya.
Renungan hari ini :
Kita perlu untuk senantiasa hidup bergaul dengan Allah, melalui
pembacaan dan pembelajaran Firman Tuhan di dalam Alkitab. Melalui
doa dan puasa ini, kita bisa semakin sungguh-sungguh dalam membaca
dan belajar Firman Allah sehingga kita dapat semakin mengenal Pribadi
dan kehendak-Nya bagi kita.
Renungan hari ke 9 ( Sabtu , 4 Juni 2016 )
Jangan melayani dosa
Rom. 6:13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi
serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu
mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota
tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.
Melalui kematian Kristus, dosa tidak lagi berkuasa atas kita.
Artinya kita dimampukan melawan keinginan dosa kita. Jangan biarkan
anggota tubuh kita dipakai untuk alat berbuat dosa. Perlu ada langkahlangkah konkret untuk tidak menyerah pada godaan dosa dan
kedagingan. Misalnya, mulut dan lidah kita. Jangan gunakan mulut dan
lidah kita untuk mengucapkan kata-kata yang kotor, kasar, dan
menyakitkan untuk menjatuhkan orang lain, sehingga menimbulkan
kepahitan bagi orang lain.
Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki Roh Kudus yang
memampukan kita untuk tidak tunduk pada dosa dan kedagingan kita.
Tetapi, selama kita masih hidup dalam tubuh yang fana ini, godaan dosa
itu akan terus muncul. Kalau kita tidak taat dan dengar-dengaran akan
suara dan pimpinan Roh Kudus, kita bisa jatuh dan kembali pada
kedagingan manusia lama kita.
Renungan hari ini :
Doa dan puasa merupakan usaha dan perjuangan kita untuk
melawan dosa dan mematikan tabiat dosa dan kedagingan yang masih
melekat pada diri kita dengan cara menyerahkan hidup kita sepenuhnya
kepada Allah, serta senantiasa melekat kepada-Nya.
Renungan hari ke 10 ( Minggu , 5 Juni 2016 )
Hidup sebagai hamba kebenaran
Rom 6:19 Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan
kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa
kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus
menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran
yang membawa kamu kepada pengudusan.
Siapa yang kita layani, dialah majikan kita dan kitalah hambanya.
Bila kita masih dikuasai oleh kedagingan dan hidup menuruti hawa nafsu
kita, serta mengikuti kemauan diri sendiri dan menghalalkan segala cara
untuk mencapainya, itu berarti kita masih menjadi hamba dosa. Akan
tetapi kalau kita melatih diri kita dan berusaha sebaik mungkin untuk
melakukan kebenaran Kristus dan hidup di dalam-Nya, Kita menjadi
manusia baru di dalam Kristus. Ukuran keberhasilan bagi kita adalah
bukan lagi mengejar apa yang diinginkan, tetapi melakukan kebenaran
dan menjadi hamba kebenaran sebagai ungkapan syukur kepada Allah,
yang telah menguduskan hidup kita. Tujuan hidup kita bukan lagi
kesenangan di dunia yang sementara ini, melainkan kehidupan kekal
sebagai anak Allah.
Renungan hari ini :
Melalui doa dan puasa, kita dapat terus melatih diri kita untuk
menguasai kedagingan dan hawa nafsu kita dan tidak lagi menjadi hamba
dosa yang melayani keinginan dosa, tetapi hidup dan berjalan dalam
pimpinan Roh dan menaklukkan diri kita sebagai hamba kebenaran.
Renungan hari ke 11 ( Senin , 6 Juni 2016 )
Hidup dalam kekudusan
1Pet. 1:15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh
hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu
Kita sebagai orang percaya mengalami pengudusan dalam hidup
kita. Kekudusan adalah akibat kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat kita, dan bukan karena kebaikan kita. Kristus mati dan
bangkit untuk keselamatan dan pengudusan kita.
Selanjutnya, kita juga perlu menyadari status kita yang telah
memperoleh keselamatan sebagai umat pilihan Allah yang kudus, karena
kita telah ditebus dari cara hidup lama kita yang berdosa dan yang penuh
dengan kesia-siaan.
Hidup kudus bukan merupakan pilihan bagi kita orang percaya,
tetapi Hidup kudus adalah cara hidup dan gaya hidup kita yang telah
mengalami kasih karunia dan anugerah penebusan Kristus, dimana
dalam proses selanjutnya, kita juga terus mengalami pengudusan dalam
seluruh pengalaman hidup kita.
Renungan hari ini :
Doa dan puasa memampukan kita untuk menjaga kekudusan
melalui pengalaman hidup kita sehari-hari, dimana kekudusan kita akan
terus bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya pengenalan kita akan
Kristus dan firman-Nya.
Renungan hari ke 12 ( Selasa , 7 Juni 2016 )
Miliki disiplin rohani
1Kor. 9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju
yang sembarangan saja memukul.
Untuk memiliki disiplin rohani, kita perlu memiliki dan mengejar
suatu sasaran yang ingin kita capai .
Terkait dengan puasa raya ini, mungkin moment ini bisa kita
jadikan sebagai langkah awal untuk membentuk kedisiplinan rohani kita
selanjutnya, baik dalam berdoa, berpuasa, serta membaca dan
merenungkan firman Tuhan, dan lain sebagainya.
Yang perlu kita ingat dalam proses kita mencapai sasaran-sasaran
adalah:
1. Sasaran harus spesifik dan terukur, misalnya kita perlu mengukur
dulu kemampuan kita dalam menuntaskan program puasa ini,
2. Sasaran harus realistis dan mampu dicapai, misalnya kalau kita
tidak mampu berpuasa 1 hari penuh, maka jangan dipaksakan
sehingga akhirnya malah membebani dan kita kehilangan
sukacita. Kita harus bisa menentukan skala prioritas mana yang
ingin kita capai lebih dulu.
3. Dan akhirnya dalam mencapai sasaran, kita perlu menentukan
target waktu yang ingin kita capai, misalnya 40 hari penuh dan
selanjutnya berusaha mencapainya.
Renungan hari ini :
Kiranya doa dan puasa ini, bisa kita jadikan langkah awal dalam
membentuk disiplin rohani kita selanjutnya.
Renungan hari ke 13 ( Rabu , 8 Juni 2016 )
Doa : kunci menuju pertumbuhan rohani
1Tes 5:17 Tetaplah berdoa.
Sebagai orang percaya, maka doa merupakan nafas hidup rohani
kita dan menjadi bagian penting dalam hidup kita. Kita harus berdoa
karena itu merupakan perintah Allah, dan Tuhan Yesus sendiri memberi
contoh dan teladan. Tuhan Yesus banyak memakai waktunya untuk
berdoa dan membangun hubungan dengan Bapa-Nya.
Karena itu, saat kita berdoa dan merenungkan firman-Nya, maka
kita sedang berbincang-bincang dan sedang membangun hubungan
dengan Allah Bapa di surga. Seringkali melalui doa-doa kita, Dia
menjawab dan memberitahu kita apa yang harus kita lakukan.
Melalui doa, kita menjadi lebih dekat dengan-Nya, dan kita bisa
memperoleh banyak keuntungan rohani, juga doa memampukan kita
untuk hidup benar dan kudus, sehingga kita bisa bertumbuh dan
menghasilkan buah, dan pada akhirnya, kita akan semakin menyerupai
Kristus.
Selain itu, doa mampu membuka jalan-jalan disaat kita
menghadapi jalan buntu, dan membuka pintu-pintu yang tertutup.
Renungan hari ini :
Berdoa adalah hak istimewa kita untuk menjalin hubungan dan
berkomunikasi dengan Allah pencipta langit dan bumi sebagai anak-Nya.
Renungan hari ke 14 ( Kamis , 9 Juni 2016 )
Bertumbuh dalam pimpinan Roh Kudus
Gal 2:20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi
sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang
telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Ketika kita mengalami kelahiran baru, kita percaya bahwa hidup
kita senantiasa dipimpin oleh Roh Kudus yang membawa kita untuk
bertumbuh secara rohani, tetapi dalam kenyataannya seringkali kita
melihat seakan-akan karakter kita tidak berubah atau mungkin hanya
“sedikit” berubah dibanding saat sebelum lahir baru, walaupun ada
dorongan dalam hati dan pikiran untuk berubah ke arah karakter Kristen.
Hal ini terjadi karena Roh Kudus dalam memimpin kita, tidak
pernah melanggar kehendak bebas kita dalam arti Dia tidak pernah
menekan kehendak, pikiran dan integritas kita. Sehingga kita senantiasa
memiliki kebebasan untuk berhasil atau gagal, kita juga memiliki
kebebasan untuk mau bertumbuh atau tidak.
Karena itu ketika kita menyerahkan diri dan hidup kita pada
pimpinan Roh Kudus, maka kita harus menyerahkan kehendak bebas kita
di bawah kuasa dan kendali Roh Kudus, sehingga Dia akan memampukan
kita untuk dapat melawan dan mengatasi keinginan daging dan hawa
nafsu kita.
Renungan hari ini :
Serahkanlah kehendak bebas kita pada pimpinan Roh Kudus,
sehingga karakter kita bisa bebas bertumbuh.
Renungan hari ke 15 ( Jumat , 10 Juni 2016 )
Diperlengkapi dengan karunia-karunia
1Kor. 14:12 Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha
untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu
hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun
Jemaat.
Karunia Roh merupakan kemampuan khusus yang diberikan Roh
Kudus pada kita orang-orang percaya. tetapi karunia-karunia tersebut
tidak dipakai untuk kepentingan pribadi karena karunia-karunia ini
seharusnya dipakai untuk memperlengkapi dan membangun gereja
sebagai Tubuh Kristus, sehingga gereja Tuhan dapat berfungsi secara
maksimal sebagai garam dan terang ditengah-tengah dunia yang gelap
dan berdosa ini.
Setiap orang menerima dan memiliki karunianya masing-masing,
sehingga kita tidak perlu merasa iri dan membanding-bandingkan
karunia kita dengan milik orang lain. Kita harus bersuka-cita apabila kita
diberi karunia tertentu, karena itu pasti yang paling cocok dan terbaik
bagi kita.
Disamping itu, Kita juga harus mengucap syukur pada Allah atas
begitu banyak dan ragamnya karunia-karunia yang bisa memperlengkapi
dan memberdayakan gereja lokal.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini. mintalah kepada Allah, untuk diberi
karunia agar kita bisa menjadi bagian yang efektif bagi Tubuh Kristus, dan
menjadi alat-Nya untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kristus.
Renungan hari ke 16 ( Sabtu , 11 Juni 2016 )
Jangan membanggakan karunia yang kita miliki
Luk. 10:20 Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu
takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di
sorga."
Seringkali kita melihat orang-orang yang memamer-mamerkan
karunia yang dia miliki, seperti misalnya berbahasa lidah, sehingga
terkesan bahwa karunia tersebut menjadi symbol status yang layak
dipamer-pamerkan, bahkan kadang-kadang dipakai sebagai alat untuk
mencari uang.
Sebaliknya kita harus selalu ingat bahwa karunia-karunia yang
kita miliki adalah pemberian Tuhan melalui Roh Kudus-Nya dan bukan
merupakan milik kita, sehingga kita tidak perlu bangga dan
menyombongkannya.
Karena itu, Alkitab memberikan contoh dalam diri Rasul Paulus,
dimana dia diberi suatu duri dalam daging, sehingga dia tidak sombong
dan meninggikan dirinya sendiri dan tetap melayani Tuhan dan sesame
dengan kerendahan hati.
Kita perlu sadar bahwa karunia-karunia itu diberikan pada kita
agar kita bisa menjadi alat yang efektif dalam menjangkau jiwa-jiwa bagi
Kristus untuk membawa orang-orang masuk Kerajaan Allah.
Renungan hari ini :
Karunia-karunia Roh yang kita miliki seharusnya meningkatkan
mutu pelayanan kita, sehingga kita bisa menjadi alat yang efektif dalam
menjangkau jiwa-jiwa bagi Kristus.
Renungan hari ke 17 ( Minggu , 12 Juni 2016 )
Yesus Kristus sebagai dasar iman
Gal. 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh
karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam
Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus,
supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh
karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang
dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
Tidak seperti kepercayaan-kepercayaan lain, yang berdasarkan
pada suatu filsafat yang dipercayai melalui perbuatan baik manusia,
Kekristenan dan dasar iman Kristen dibangun hanya berdasarkan pribadi
pendirinya yaitu Yesus Kristus melalui kebangkitan-Nya.
Inilah yang menjadi sumber pertentangan antara Yesus dengan
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka mengira bahwa
kebenaran adalah mentaati Taurat, tetapi Yesus menyatakan bahwa
kebenaran ada pada Diri-Nya yang adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Karena itu dasar dan pusat iman Kristen ada pada ke-Tuhan-an Yesus
sebagai Mesias, Kristus, Anak Allah yang Hidup. Seluruh isi Alkitab tertuju
dan berpusat hanya pada pribadi Yesus saja.
Renungan hari ini :
Sudahkah kita sebagai orang Kristen selama ini memusatkan iman
dan hidup kita sepenuhnya pada pribadi Yesus Kristus sebagai Tuhan,
Mesias, dan Juru selamat melalui karya salib-Nya dan kuasa kebangkitanNya.
Renungan hari ke 18 ( Senin , 13 Juni 2016 )
Tanggung-jawab pribadi kita sebagai orang
percaya
Mat. 25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu
itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara
kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara
yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Keselamatan, pertumbuhan rohani dan iman kita, sepenuhnya
merupakan tanggung-jawab kita secara pribadi pada Tuhan, artinya kita
tidak bisa menggantungkan keselamatan, iman dan pertumbuhan rohani
kita pada kebenaran yang dibangun oleh manusia bahkan hamba-hamba
Tuhan atau pendeta terkenal sekalipun.
Seringkali banyak orang Kristen merasa nyaman apabila dekat
dengan hamba-hamba Tuhan dan pendeta-pendeta yang diurapi.
Mereka berpikir bahwa iman mereka dapat bertumbuh karena mereka
dekat dengan orang-orang yang dekat dengan Tuhan. Padahal agar iman
dan rohani kita bisa bertumbuh, maka tidak ada cara lain selain belajar
dan merenungkan Firman Tuhan secara pribadi melalui Alkitab, baik
melalui pembacaan pribadi maupun khotbah-khotbah yang disampaikan
oleh hamba-hamba-Nya. Pembaruan hidup dan karakter terjadi karena
kedekatan hubungan kita dengan Tuhan secara pribadi baik melalui doa,
puasa maupun pembelajaran Firman Tuhan.
Renungan hari ini :
Sudahkah kita bertanggung-jawab atas keselamatan,
pertumbuhan rohani dan iman kita secara pribadi dengan Tuhan ?
Renungan hari ke 19 ( Selasa , 14 Juni 2016 )
Mengatasi krisis dalam hidup
Est. 4:16 "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di
Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah
minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta
dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan
masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undangundang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati."
Pernahkah kita mengalami suatu krisis dalam hidup kita, dimana
serasa kita berada dalam suatu ruangan yang gelap pekat, munculnya
seberkas cahaya menjadi begitu berarti bagi kita. Atau pernahkah kita
berada dalam suatu situasi dimana semua harapan dan mimpi kita serasa
hancur sehingga masa depan kita terlihat begitu suram dan gelap?
Melalui cerita di kitab Ester ini, kita belajar bahwa dalam situasi
yang begitu kritis, kita selalu memiliki keyakinan dan pengharapan akan
pertolongan, pemeliharaan, penyertaan dan perlindungan Tuhan. Dan
karena keyakinan dan pengharapan ini, maka kita melihat Ester dan
bangsanya diluputkan dari bencana dan terbebas dari krisis.
Renungan hari ini :
Dalam menghadapi krisis, kita tidak pernah boleh kehilangan
pengharapan dan keyakinan akan pertolongan dan pemeliharan Tuhan.
Mungkin saat ini kita sedang menghadapi krisis, maka melalui doa dan
puasa ini, kita bisa yakin bahwa pertolongan dan jalan keluar pasti Tuhan
sediakan bagi kita.
Renungan hari ke 20 ( Rabu , 15 Juni 2016 )
Ketekunan: kunci keberhasilan
Rom. 8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita
menantikannya dengan tekun.
Walau telah diangkat sebagai anak-anak Allah dan menjadi ahli
waris Kerajaan Allah, selama di dunia ini, kita tidak dapat menghindar
dari segala macam masalah, persoalan dan pencobaan yang seringkali
menimbulkan penderitaan yang justru terjadi setelah kita mengikut
Tuhan. Kehidupan orang percaya di dunia ini memang bukan seperti
jalan mulus berkarpet merah. Namun kita perlu menyadari bahwa
penderitaan yang kita alami saat ini tidak dapat dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan datang . Inilah pengharapan yang dapat
membangkitkan iman dan sukacita kita. Karena tanpa pengharapan akan
kemuliaan, betapa beratnya kehidupan kita sebagai seorang Kristen.
Karena itu apabila saat ini mungkin kita sedang menghadapi
berbagai-bagai masalah dan pencobaan, kita tidak pernah boleh
kehilangan iman dan pengharapan kita, dan keyakinan bahwa Tuhan
tidak akan mengijinkan pencobaan melampaui kekuatan kita. Disamping
itu Tuhan melalui Roh Kudus-Nya akan menolong kita untuk terus
bertekun dalam pengharapan kita melalui doa dan puasa kita, dan juga
melalui kekuatan firman-Nya.
Renungan hari ini :
Ketekunan memampukan kita memandang melampaui segala
masalah, persoalan dan pencobaan untuk terus berpegang pada
pengharapan kita.
Renungan hari ke 21 ( Kamis , 16 Juni 2016 )
Jangan memiliki iman yang buta
Ibr. 11:3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah
dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari
apa yang tidak dapat kita lihat.
Sebagian orang Kristen memiliki pemahaman akan definisi iman
yang kurang tepat, dimana mereka sering berkata “asal percaya saja”
maka semuanya pasti beres.
Konsep iman seperti itu kurang tepat, karena iman yang benar
adalah iman yang berdasarkan pengertian. Yaitu suatu jenis iman yang
juga memakai logika berpikir kita. Karena seperti dikatakan bahwa iman
datang dari firman Tuhan, dimana untuk bisa mengerti firman, kita harus
memakai logika berpikir kita. Itulah yang membedakan iman percaya
Kristen dengan kepercayaan-kepercayaan kuno yang berdasarkan mitos
dan dongeng-dongeng.
Dalam konsep kekristenan, kita membangun iman percaya kita
pada pribadi yang bernama Yesus, seharusnya berdasarkan berbagai
informasi yang kita dapatkan dari sumber yang asli yaitu Alkitab. Segala
informasi yang datangnya bukan langsung dari Alkitab perlu kita uji
kebenarannya, sehingga kita tidak asal percaya saja.
Renungan hari ini :
Dalam membangun iman percaya kita, jangan memiliki iman yang
buta, tetapi milikilah iman yang bijaksana, yaitu iman yang berdasarkan
fakta-fakta dan bukti-bukti yang sumbernya langsung dari Alkitab.
Renungan hari ke 22 ( Jumat , 17 Juni 2016 )
Iman yang seimbang
Yoh. 8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu
akan memerdekakan kamu."
Terdapat dua aspek pengertian tentang iman yaitu iman yang
mencakup aspek logika berpikir kita dan iman yang mempengaruhi
perasaan dan emosi kita. Memusatkan perhatian pada salah satu aspek
saja, akan mengacaukan pengertian kita tentang iman.
Banyak orang Kristen yang membangun imannya, tanpa dasar
intelektual yang benar. Iman mereka mengandung banyak emosi, dan
mereka memiliki pengertian yang terbatas soal iman. Aspek intelektual
atau logika dalam beriman penting bagi orang percaya, tetapi kalau iman
kita dibangun hanya berdasarkan aspek intelektual atau logika saja, maka
kehidupan rohani kita akan kering dan kehilangan gairah. Seperti yang
kita lihat dalam diri orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Iman yang benar, hidup dan bertumbuh adalah iman yang
menjangkau seluruh aspek hidup orang percaya. Yaitu iman yang bisa
dipertanggung-jawabkan secara intelektual atau logika, disamping juga
iman yang senantiasa membangkitkan gairah dan semangat dalam diri
orang percaya. Kedua aspek iman ini harus berjalan bersama dan
beriringan, serta tidak dapat dipisahkan.
Renungan hari ini :
Untuk memiliki kehidupan rohani yang sehat, hendaknya kita
dapat menjaga iman kita secara seimbang, sehingga kita dapat memiliki
iman yang benar, yang hidup dan bertumbuh.
Renungan hari ke 23 ( Sabtu , 18 Juni 2016 )
Iman yang bertumbuh
Luk 17:6 Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar
biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah
engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."
Tuhan Yesus sedang mengajar murid-murid-Nya tentang iman
yang hidup dan bertumbuh, ketika para murid meminta iman mereka
ditambahkan, dan melalui perumpamaan tentang biji sesawi, Tuhan
Yesus sedang mengajarkan tentang iman yang hidup dan bertumbuh.
Tanda-tanda iman yang hidup dan bertumbuh adalah :
1. Iman bertumbuh melalui doa.
2. Iman bertumbuh melalui pemberitaan dan pengetahuan Firman
Tuhan.
3. Iman bertumbuh melalui kesaksian-kesaksian baik kesaksian
tokoh-tokoh dalam Alkitab, maupun kesaksian orang lain.
4. Iman bertumbuh melalui pengalaman-pengalaman rohani
bersama dengan Tuhan.
5. Dan yang terpenting, iman bertumbuh melalui pekerjaan Roh
Kudus dalam diri orang Percaya.
Renungan hari ini :
Kita tidak harus memiliki iman yang besar untuk menjadi orang
percaya, tetapi kita harus memiliki iman yang hidup dan bertumbuh.
Renungan hari ke 24 (MInggu, 19 Juni 2016 )
Iman yang dewasa
Yak. 4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa,
karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu
habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
Banyak orang Kristen yang percaya bahwa jika mereka memiliki
iman yang cukup kuat, maka iman mereka akan sanggup menggerakkan
bahkan menggoncangkan hati Allah, sehingga Allah akan memberikan
apa saja yang mereka minta dalam doa mereka, bahkan ketika berdoa
dirasakan tidak cukup, mereka seringkali menambah dengan berpuasa.
Mereka selalu menuntut janji Allah dan beranggapan bahwa Allah sudah
berjanji, sehingga Dia wajib memenuhi janji-Nya. Iman seperti Ini, bukan
jenis iman yang dewasa.
Allah menghendaki agar anak-anaknya bisa bertumbuh baik
dalam pengenalan akan Dia, maupun bertumbuh dalam iman mereka.
Dia menghendaki agar anak-anaknya memiliki jenis iman yang
berorientasi melayani orang lain, bukan jenis iman egois yang hanya
berpusat pada diri sendiri. Iman yang dewasa adalah iman yang bisa
berkata “jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”.
Renungan hari ini :
Kiranya dalam doa dan puasa kali ini, kita mau belajar untuk
memiliki iman yang berpusat pada kehendak Allah bagi kita, dan juga
iman yang berorientasi untuk melayani orang lain.
Renungan hari ke 25 ( Senin , 20 Juni 2016 )
Komitmen
Luk 13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk
masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu:
Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
Menjalani kehidupan di dunia sebagai anak Tuhan bukan hal yang
mudah! Memang, pengampunan dan keselamatan adalah anugerah yang
kita terima secara cuma-cuma dan bukan hasil usaha kita. Tetapi
menjalani hidup sebagai orang yang sudah menerima kasih karunia Allah,
adalah sebuah komitmen yang membutuhkan perjuangan untuk terus
tekun dan setia sampai akhir.
Dunia ini selalu mengajak kita untuk memilih jalan yang banyak
alternatifnya, sehingga kita tidak perlu berkomitmen. Apalagi di era
postmodern seperti sekarang ini. Orang dunia berpendapat bahwa
ketekunan pada satu komitmen adalah kebodohan. Kita diajak bersikap
pragmatis, dimana yang kelihatan enak dan menguntungkan, itulah yang
harus kita kejar.
Renungan hari ini :
Menjalani kehidupan sebagai anak Tuhan, mengharuskan kita
untuk berkomitmen kepada Tuhan dan sesama. Orientasi hidup kita
bukan lagi pada diri sendiri, tetapi kita harus terus berjuang untuk taat,
tekun dan setia dalam mengiring Tuhan Yesus sampai akhir.
Renungan hari ke 26 ( Selasa , 21 Juni 2016 )
Menikmati kasih karunia Allah
Rom. 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku,
aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu
memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan,
tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai
diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu
masing-masing.
Definisi dari kasih karunia adalah menerima keselamatan dan
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Tetapi, janganlah kita berhenti hanya sampai pada "iman yang
menyelamatkan." Tetapi kita harus bertumbuh ke arah "iman yang
melayani Allah."
"Iman yang menyelamatkan", tidak mampu membuat penilaian
diri dengan benar. Tetapi hanya menghasilkan kesombongan dan tinggi
hati, serta menganggap status kita sebagai “anak-anak Allah” terlalu
tinggi. Kerendahan hati sebagai hamba Tuhanlah yang memampukan
kita memiliki iman untuk melaksanakan rencana dan kehendak Allah.
Yang akan selalu menuntun kepada perubahan dan pembaruan pikiran
dan karakter melalui pengakuan, pertobatan dan pertumbuhan rohani
berdasarkan pola pikir dan pola hidup Kristen yang alkitabiah, tanpa
membuat kita menjadi Kristen legalistic.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa kali ini, hendaknya kita selalu meminta
kerendahan hati pada Tuhan, agar rohani kita bisa bertumbuh dewasa
sehingga kita mampu melaksanakan rencana dan kehendak Allah dengan
sempurna.
Renungan hari ke 27 ( Rabu , 22 Juni 2016 )
Bermental anak Raja, berhati hamba
Fil. 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Sebagai anak Tuhan, seharusnya kita belajar untuk memiliki
pikiran Kristus dengan memiliki mental dan pola pikir sederhana yang
tidak mendasarkan diri kita pada berapa uang atau harta yang kita miliki,
tetapi pada kebenaran Allah, sehingga kita bisa memiliki kerendahan hati
Kristus yang mau merendahkan diri-Nya bahkan mengosongkan diri-Nya
dan mengambil rupa seorang hamba.
Ukuran berkat dan keberhasilan seorang anak Tuhan bukan
hanya berdasarkan berkat materi atau uang saja, tetapi memiliki karakter
dan pikiran Kristus merupakan tujuan utama mengikut Kristus, meskipun
Bapa di surga juga selalu memperhatikan kebutuhan jasmani dan materi
anak-anaknya.
Menjadi seperti Kristus artinya memiliki mental anak Raja, dan
kerendahan hati seorang hamba sehingga, ketika memiliki uang dan
kekayaan akan menjadi berkat bagi orang lain, dengan memakai
kekayaannya untuk melayani Tuhan dan sesama.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, mintalah kepada Tuhan agar kita bisa
memiliki mental sebagai anak-Nya, tetapi hati sebagai hamba yang mau
taat dan setia melayani sebagaimana kristus.
Renungan hari ke 28 ( Kamis , 23 Juni 2016 )
Kehidupan Kristen yang seimbang
Mat. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Banyak orang Kristen yang hidup dalam dikotomi (2 kutub yang
berlawanan) yaitu kehidupan Jasmani atau kehidupan sehari-hari
dipisahkan dari kehidupan rohani karena anggapan bahwa Tuhan hanya
suka dan berkenan kepada yang rohani saja. Sehingga akhirnya orang
Kristen hanya berpusat kepada hal-hal rohani saja ketika di gereja, tetapi
hidup dan berbuat semaunya ketika di luar gereja. Semua kegiatan di luar
gereja mulai senin sampai sabtu tidak terpantau dan tersentuh oleh
otoritas gereja.
Padahal sebagai orang percaya, kita harus melakukan penilaian
dalam segala aspek hidup kita berdasarkan Firman Tuhan baik ketika
dalam gereja, maupun ketika melakukan aktifitas harian kita di luar
gereja. Dan bukan sebaliknya memakai konsep dunia dan mencocokcocokan dengan Firman Tuhan.
Dalam menjalani hidup ini, orang percaya harus selalu belajar
untuk ketat terhadap diri sendiri sehingga memiliki penguasaan diri
untuk menghindari dosa. Serta memiliki kehidupan dan iman yang stabil
dalam Kristus sehingga menjadi seperti poros roda yang mengendalikan
putaran roda kehidupan meskipun kadang berputar keatas dan kebawah
tetapi porosnya tetap stabil baik dalam aspek rohani, jasmani dan materi.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, hendaknya Kita minta pada Tuhan agar
diberi kehidupan dan iman yang stabil dan seimbang.
Renungan hari ke 29 ( Jumat , 24 Juni 2016 )
Nilai diri lebih penting dari harga diri
Kej. 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka.
Di dunia ini, Orang dihargai berdasarkan penampilan karena
prestasi dan reputasinya, bukan nilai karakternya. Dunia tidak peduli
nilai-nilai karakter apa yang dilanggar demi mendapatkan status itu.
Jangan bingung antara harga dan nilai.
Harga adalah sederet angka kuantitatif yang ditetapkan oleh masyarakat
berdasarkan penampilan, prestasi dan reputasi, tetapi nilai adalah sifat
dan karakter asali yang Tuhan tanamkan dalam diri manusia sebagai
gambar-Nya. Kita tidak bisa menyangkal bahwa uang, jabatan, kekuasaan
dan lain-lain memang diperlukan di dunia, tetapi kebenaran, damai
sejahtera, sukacita, belas kasihan, kebaikan hati, kejujuran, kesetiaan,
integritas dan karakter agung lainnya, jauh lebih bernilai. Sebagai orang
percaya, mengejar label harga diri dan gengsi bukanlah prioritas kita,
tetapi menjadi orang yang bernilai tinggi di hadapan Allah lebih penting
dari harga diri dan gengsi. Karena di dalam Kristus kita mengalami
pemulihan dan pembaharuan sehingga kita memiliki nilai-nilai sejati
sebagai anak Allah, yang serupa dengan Bapa kita di Surga.
Renungan hari ini :
Melalui doa dan puasa ini, hendaknya kita senantiasa bersyukur
pada Bapa di Surga, karena di dalam Kristus, kita memiliki nilai sejati
sebagai gambar dan rupa Allah.
Renungan hari ke 30 ( Sabtu, 25 Juni 2016 )
Sabar dalam kesesakan
Rom. 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam
kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.
Masalah dan penderitaan atau Alkitab sering menyebutnya
dengan kesesakan dan pikul salib, menjadi bagian dalam kehidupan kita
orang percaya. Karena itu, kita harus belajar sabar dalam kesesakan.
Ketidak-sabaran kita tidak menyelesaikan masalah, karena setiap
masalah itu ada masa kadaluarsanya sendiri. Di samping itu, semua yang
terjadi dalam hidup kita ada di bawah kuasa dan kendali Tuhan, karena
Dia tahu bahwa masalah dan pencobaan yang terjadi, tidak melebihi
kekuatan kita dan hasil dari kesabaran akan membuktikan kemurnian
iman kita.
Ketika kita sedang dalam kesesakan, Janganlah mencari
pertolongan dan jalan keluar di luar Tuhan. Tetapi, tetaplah tekun berdoa
dan hanya berharap pada Tuhan. Belajarlah mengucap syukur dan jangan
mengeluh atau bersungut-sungut. Dan akhirnya, sebagai pengikut
Kristus, anggaplah sebagai sukacita ikut ambil bagian dalam penderitaan
Kristus.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar kita
senantiasa diberi kekuatan untuk bertahan ketika masalah dan
pencobaan datang, dan kemampuan untuk mengatasinya dengan tetap
bertekun dan sabar dalam pengharapan oleh pimpinan Roh Kudus, di
dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
Renungan hari ke 31 ( Minggu , 26 Juni 2016 )
Kristen yang berkemenangan
Rom. 8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang
yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Pemenang adalah orang yang ulet, dan terus bertahan dibawah
tekanan sampai akhir. Pemenang bukan orang yang tidak pernah kalah,
tetapi orang yang memiliki bahu yang cukup kuat untuk memikul beban
salib tanpa kehilangan kesadaran dan kesabaran, sehingga memiliki
waktu dan ketahanan untuk mampu mengatasinya. Setiap masalah
punya rentang kehidupan terbatas. Tidak ada orang yang terus menerus
mengalami pasang atau terus menerus mengalami surut, masalah dan
persoalan akan berakhir dan semuanya akan terpecahkan pada
waktunya.
Setiap orang punya masalahnya masing-masing dan adalah
manusiawi ketika di dalam lembah kekelaman kita merasa down, kalah
dan putus asa. Ketika seseorang mengalami masa-masa sulit akibat
kematian, penyakit, kebangkrutan dan lain-lain, maka seringkali hanya
diperlukan kasih Kristus dan pimpinan Roh Kudus yang menolong dan
menguatkan untuk bertahan agar tidak cepat lelah dan putus asa ketika
harus memikul beban salib sambil tetap menanti-nantikan Tuhan,
sampai Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar diberi bahu
yang cukup kuat untuk memikul salib dan tetap bertahan sampai akhir.
Renungan hari ke 32 (Senin , 27 Juni 2016 )
Kasih yang menutupi segalanya
1Kor. 13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku
mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan
sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan
gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak
berguna.
Mudah bagi kita untuk bisa menerima orang-orang yang “sama”
dengan kita, baik secara status sosial, level rohani, level berpikir dan lain
sebagainya, tetapi apakah mudah bagi kita untuk bisa menerima orang
yang “berbeda” dengan kita, apalagi kalau kita merasa bahwa kita lebih
rohani, lebih kaya, lebih pintar dan lain sebagainya atau menerima orang
yang pernah bersalah dan menyakiti kita? Dalam injil, Tuhan Yesus
berfirman bahwa bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit, untuk menegur orang Farisi yang selalu merasa diri paling
suci, paling benar dan paling baik. Firman Tuhan ini mengajar kita agar
tidak pernah merasa diri lebih benar dan lebih baik dari orang lain.
Sebagai orang Kristen, kita seharusnya mentaati apa yang Tuhan
Yesus dan Rasul Paulus ajarkan, yaitu mengasihi dan menerima sesama
kita apa adanya, tanpa memandang muka dan kesalahan orang. Karena,
semua pelayanan kita, sebagus apapun, tanpa dasar kasih, sama sekali
tidak berguna dan tidak akan menyenangkan hati Tuhan.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, mintalah kepada Tuhan agar kita
dipenuhi dengan kasih-Nya, yang memampukan kita untuk bisa
mengasihi dan memenuhi hati kita dengan belas kasihan.
Renungan hari ke 33 ( Selasa, 28 Juni 2016 )
Menghasilkan buah pertobatan
Mat. 3:8 Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
Banyak orang yang merasa telah menerima Yesus dan
diselamatkan. Tetapi ternyata hidupnya tidak berubah dan tidak tampak
adanya buah pertobatan dalam dirinya. Pertobatan dan penyesalan
bukan hanya wacana saja, melainkan harus diimplementasikan dan
dinyatakan dalam hidup dan tindakan kita. Sia-sia belaka bila orang
hanya berpura-pura bertobat atau merasa sudah bertobat, tetapi tidak
meninggalkan semua dosa dan tabiat lamanya. Pertobatan memang
bukan masalah perasaan, walaupun itu perasaan menyesal atas dosa
yang telah dilakukan. Menyesal memang perlu, tetapi tidak cukup
sampai di situ saja karena pertobatan merupakan tindakan aktif, yaitu
perubahan dan pembaruan dalam pola pikir dan pola hidup.
Bila Tuhan telah melakukan reformasi dalam diri kita, jangan
tinggal diam, tetapi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan
kita. Bila kita seorang karyawan, bagaimana cara kerja kita? Apakah kita
sudah bekerja dengan professional dan integritas yang tinggi? Atau
sudahkah kita mencapai hasil maksimal dalam pekerjaan kita? Ingatlah
bahwa pertobatan bukan hanya berbicara tentang rajin berdoa, rajin ke
gereja, atau aktif melayani saja. Bila masih ada aspek hidup yang belum
sesuai dengan yang Tuhan inginkan….. berubahlah!!!
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, apakah kita sudah minta Tuhan melalui
Roh Kudus-Nya untuk terus memperbarui pikiran dan hidup kita,
sehingga buah pertobatan nyata dalam hidup kita.
Renungan hari ke 34 ( Rabu, 29 Juni 2016 )
Menghasilkan buah Roh
Gal. 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Buah Roh adalah pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita, yang
meliputi:
1. Kasih kepada Allah dan sesama, yaitu hukum yang utama.
2. Sukacita ketika melihat orang lain bertobat, menerima Yesus,
mengalami kelahiran baru dan diselamatkan.
3. Damai sejahtera merupakan hasil berdamai dengan Allah, yang
memampukan kita untuk berdamai dengan sesama.
4. Kesabaran yaitu kerelaan tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan, dan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan
kebesaran hati, tanpa bersungut-sungut.
5. Kemurahan yaitu kerelaan berbagi dengan orang lain.
6. Kebaikan yaitu ketulusan jiwa yang membenci kejahatan.
7. Kesetiaan yaitu kerelaan untuk berkomitmen.
8. Kelemah-lembutan adalah sikap yang ramah, lembut dan sopan
pada orang lain, serta menghindari sikap yang kasar dan garang.
9. Penguasaan diri adalah kemampuan untuk menahan diri dari
godaan dosa dan mematikan tabiat lama yang penuh dengan
kedagingan.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan melalui Roh
Kudus-Nya untuk menghasilkan buah Roh dalam hidup kita.
Renungan hari ke 35 (Kamis , 30 Juni 2016 )
Mengatasi kekuatiran
Mat. 6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan
hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan
janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.
Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih
penting dari pada pakaian?
Adalah manusiawi kalau kita mengalami kekuatiran, karena kita
tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Tetapi, Tuhan Yesus
memperingatkan tentang dosa mengkuatirkan kebutuhan hidup seharihari yang sampai menimbulkan perasaan takut, gelisah dan bingung,
karena sikap seperti ini merupakan pertanda buruk, bahwa hati kita
masih dikuasai perkara-perkara dunia, dan terikat pada harta.
Karena itu, Tuhan Yesus meyakinkan dan menguatkan kita,
bahwa Bapa kita di sorga tahu bahwa kita memerlukan semuanya itu,
yakni semua kebutuhan hidup kita. Dia bahkan lebih tahu dari kita
sendiri, meskipun Dia berada di sorga dan kita di bumi. Dia perduli dan
memperhatikan apa yang dibutuhkan anak-anak-Nya, tanpa melihat
besar-kecilnya iman kita. Selama kita memiliki status sebagai anak Allah
di dalam Kristus, baik bayi, anak-anak maupun dewasa, maka kita bisa
yakin akan pemeliharaan-Nya.
Renungan hari ini :
Kalau mungkin hari-hari ini kita sedang kuatir, maka dalam
kesempatan doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar diberi iman
dan keyakinan akan pemeliharaan-Nya, dan kemampuan untuk
mengatasi kekuatiran kita, serta jangan ijinkan siapapun menghakimi kita
dengan tuduhan kurang beriman.
Renungan hari ke 36 ( Jumat , 1 Juli 2016 )
Fokus hidup yang benar.
Mat. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Banyak kepercayaan dan agama di dunia ini menganggap bahwa
kenikmatan jasmani itu jahat dan harus dihindari. Tetapi, iman Kristen
tidak menganggap kenikmatan jasmani itu sebagai sesuatu yang jahat,
tetapi memandangnya sebagai karunia Allah. Karena, seluruh ciptaan
yang pada mulanya amat baik ini sesungguhnya, hanya merupakan alat
pernyataan kemuliaan Allah sebagai Penciptanya. Dan Allah
mengaruniakannya bagi manusia.
Sebagai orang Kristen, kita tidak dilarang untuk menikmati
kenikmatan jasmani dan materi, tetapi kita harus selalu ingat bahwa
semua kenikmatan jasmani itu, sepenuhnya merupakan karunia Allah
yang merupakan sumber utama dari semuanya itu. Karena itu, kita tidak
seharusnya berfokus pada hal-hal yang jasmani dan materi, karena
semua itu hanya merupakan karunia dan fasilitas yang Allah sediakan
bagi kita, yang seharusnya kita pakai untuk menyatakan kemuliaan-Nya
melalui hidup kita. Seorang Kristen sejati seharusnya lebih berfokus pada
Allah dan kebenaran-Nya, sebagai sumber karunia dan berkat yang sejati,
melebihi fokus kita pada berkat-berkat dan segala kenikmatan jasmani
dan materi itu sendiri.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan agar kita bisa
meletakkan tujuan hidup kita pada fokus yang benar yaitu mencari dulu
kerajaan-Nya dan kebenarannya.
Renungan hari ke 37 ( Sabtu , 2 Juli 2016 )
Bahaya uang dan harta
Luk. 12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan
waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang
berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada
kekayaannya itu."
Uang dan harta itu berbahaya, tetapi tidak jahat, tergantung
pemiliknya. Seperti pisau yang bisa dipakai untuk membunuh, tetapi juga
bisa dipakai untuk menolong orang.
Karena itu sebagai murid Tuhan, mari kita belajar mengelola uang
dan harta yang dipercayakan-Nya pada kita, sesuai dengan prinsipprinsip Firman-Nya, sebagai berikut :
1. Belajar mengatasi dan menghilangkan kekuatiran kita tentang
uang dan harta, berdasarkan iman dan keyakinan bahwa hidup
kita hanya bergantung dan bersumber pada Tuhan, dan bukan
pada uang dan harta kita.
2. Minta Tuhan agar dijauhkan dari ketamakan dan diberi
kemurahan hati untuk berbagi dengan sesama yang
membutuhkan, sehingga menjadi saluran berkat Tuhan.
3. Belajar mengucap syukur atas berkat-berkat-Nya, termasuk uang
dan harta kita, dan belajar bergaya hidup sederhana, serta
mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan sudah tentukan untuk
menjadi bagian kita.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, minta Tuhan agar menjauhkan kita dari
ketamakan, dan memberi kita kemurahan hati, kesederhanaan, serta
kemampuan untuk mencukupkan diri.
Renungan hari ke 38 ( Minggu , 3 Juli 2016 )
Orang Kristen yang “miskin”
Mat 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Alkitab menyatakan, bahwa kemiskinan bukanlah kehendak
Allah, malah Allah melawan kemiskinan, khususnya kekurangan harta
benda. Tetapi Alkitab juga memandang kemiskinan dari sudut berbeda,
yaitu ketergantungan dan merendahkan diri pada Tuhan, serta
kehidupan yang berpusat pada sorga dan kekekalan.
Karena itu, Alkitab dengan jelas menolak kemiskinan material,
karena kemiskinan dalam harta benda bukan merupakan kebajikan
Kristen, karena kemiskinan seringkali menyebabkan kebodohan, ketidaktertiban dan kondisi kurang manusiawi.
Orang Kristen harus miskin, yaitu miskin di hadapan Allah, dengan
kesadaran bahwa tanpa Tuhan, kita bukan apa-apa, bukan siapa-siapa,
tidak punya apa-apa, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Kita perlu
mengakui kemiskinan, kelemahan dan ketidak-berdayaan kita di
hadapan Tuhan. Sehingga seperti kata Rasul Paulus, bahwa ketika kita
lemah, kita kuat, karena kekuatan dari Tuhan semakin nyata dalam kita.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, Kita perlu menyadari dan mengakui
kekurangan, kemiskinan dan kelemahan kita di hadapan Tuhan, dan
mohon pada-Nya agar kita semakin diperkaya dan dikuatkan di dalam
Kristus Yesus Tuhan kita.
Renungan hari ke 39 ( Senin , 4 Juli 2016 )
Ibadah yang sejati
1Tim. 6:5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran
sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah
suatu sumber keuntungan.
Saat ini, kita sering melihat orang datang beribadah ke gereja,
bukan untuk bersekutu dan menyembah Tuhan, serta mendengarkan
Firman-Nya dan hidup dalam kebenaran-Nya, tetapi dengan tujuan
hanya mencari perlindungan dan berkat-berkat-Nya. Doa-doa mereka
hanya untuk kepentingan diri sendiri. Mereka mengira bahwa mereka
bisa mendapatkan berkat, perlindungan, urapan kuasa Allah dan
perkenan Tuhan hanya dengan mengikuti acara dan kegiatan ibadah di
gereja, tanpa perlu hidup dalam pertobatan dan kebenaran-Nya.
Kita perlu tahu dan sadar, bahwa Allah tidak bisa ditipu dengan
pujian, penyembahan dan ibadah yang palsu dan munafik, serta tanpa
didasari sikap hati yang tulus dan hidup yang benar. Ibadah bukan alat
untuk mengeksploitasi kasih karunia dan kemurahan Tuhan demi
memperoleh keuntungan pribadi. Ibadah yang berkenan dan
menyukakan hati Tuhan adalah mempersembahkan seluruh hidup kita,
roh, jiwa dan tubuh kita untuk menjadi alat kebenaran-Nya.
Renungan hari ini :
Kiranya kegiatan doa dan puasa ini jangan hanya dijadikan ritual
dan kegiatan rutin ibadah yang biasa-biasa saja, tetapi biarlah melalui
kegiatan doa dan puasa ini, memampukan kita untuk bisa semakin
membangun hubungan dan persekutuan yang semakin intim dengan
Bapa di Surga.
Renungan hari ke 40 ( Selasa , 5 Juli 2016 )
Hidup dalam damai sejahtera
Yoh. 14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku
Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang
diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Damai sejahtera yang merupakan terjemahan dari kata Ibrani
Shalom memiliki beberapa makna seperti berkat, perdamaian,
keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, keadilan, persatuan dan
persekutuan. Makna lebih luas dari damai sejahtera atau Shalom adalah
memperbaiki hubungan dengan Tuhan, hidup dalam kasih-Nya, serta
menikmati persekutuan dan menyandarkan hidup hanya kepada-Nya. Di
samping itu, Shalom juga berarti membangun hubungan dengan sesama,
berdasarkan kasih Allah, tanpa memandang muka, status maupun
golongan, dengan semangat: “Dalam Yesus kita bersaudara”.
Puncak dari makna damai sejahtera atau Shalom adalah ketika
Tuhan Yesus Kristus, mempersatukan seluruh bangsa di dunia, baik
bangsa Yahudi, maupun bangsa-bangsa bukan Yahudi, untuk menerima
keselamatan dan hidup kekal, melalui pengorbanan-Nya di kayu salib,
dan juga kebangkitan-Nya. Karena hanya Dialah, satu-satunya yang
mampu memberikan damai sejahtera yang sejati pada dunia dan kita.
Renungan hari ini :
Dalam doa dan puasa ini, mintalah pada Tuhan, agar damai
sejahtera Allah, dalam Kristus yang melampaui segala akal, akan
senantiasa memelihara hati, pikiran dan hidup kita.
Download