Data terkini milik Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010 menunjukkan, 51% remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pra nikah, di Surabaya mencapai 54%, di Medan 52%, di Bandung 47% dan Yogyakarta 37%. Data yang tersebut dikumpulkan BKKBN selama kurun waktu 2010 saja. Dari kasus perzinaan yang dilakukan para remaja putri tersebut yang paling dahsyat di Yogyakarta. Pihaknya menemukan dari hasil penelitian di Yogyakarta kurun waktu 2010 setidaknya tercatat sebanyak 37% dari 1160 mahasiswi di kota gudeg tersebut menerima gelar MBA (marriade by accident) alias menikah akibat hamil sebelum nikah. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) menemukan 97% dari 4.500 siswa SMP/SMA (remaja) di 12 kota besar di Indonesia, pernah menonton film blue. Dari survey itu diketahui, 90% mengaku pernah berciuman, 62,7 pernah melakukan hubungan seks layaknya suami istri, dan 21% dari responden SMA pernah melakukan aborsi. Seksualitas adalah identitas pertama yang disandang manusia. Pemilahan laki-laki dan perempuan merupakan jawaban siapakah ia. Konon, di surga Nabi Adam merasa kesepian lantaran tiada teman. Kemudian Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam. Seks juga emosi manusiawi. Tuhan berfirman bahwa manusia dihiasi dengan cinta kepada perempuan (QS. Ali Imran: 14) Namun, emosi yang manusiawi itu justru kadangkala menjadi binalitas dan dosa dalam kehidupan ini. Kisah ini tergambar dengan jelas ketika Zulaikha menginginkan Nabi Yusuf dengan berbagai cara. Namun, binalitas seksual Zulaikha ini ditolak oleh Nabi Yusuf (QS. Yusuf : 25-28). Binalitas seksual kini telah merebak dalam berbagai lapisan masyarakat. Buah pena Moammar Emka Jakarta Undercover: Sex ‘n The City dengan gamblang menunjukkan itu. Cinta sejati menurut Erich Fromm, adalah cinta yang membebaskan. Cinta yang tidak berkonsep to have (memiliki), melainkan to be (menjadi). Zina memang memiliki banyak motif. Ada motif cinta, uang, dan rekreasi. Zina atas nama cinta biasanya banyak dijadikan motif perilaku seksual remaja. Karena itu, patut diwaspadai bagi orang yang dimabuk cinta. Apapun motifnya zina tidak diperkenankan. Islam mengajarkan bahwa hubungan seksual di luar pernikahan atau perzinaan merupakan sesuatu yang haran hukumnya. Allah berfirman dalam AL-Qur’an : Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan merupakan jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’ :32). Seksualitas biasanya melibatkan farj (kelamin). Fajr secara bahasa berarti belah atau retak. Dalam konteks energi seks, kata farj digunakan untuk menunjukkan kemampuan memelihara kehormatan dan kesucian diri. Dalam perkembangannya farj sering hanya dialamatkan kepada vagina. Sedangkan untuk penis sering disebut dengan dzakar. Islam memandang hubungan seksual itu suci dan berpahala. Bahkan, dalam Kitab Qurrota A’yun ketika orang melakukan hubungan seksual di malam Jum’at seperti membunuh 70 orang kafir. Awal Syahwat, kata kamus Munjid, adalah sebuah gejolak rasa suka yang mendalam (raghiban fih syadidan). “tergila-gila asrama” dan “mabuk kepayang”. Menurut catatan ahli psikopatologi, otak mereka yang sedang dimabuk cinta mempunyai komposisi kimia yang serupa obsesif-kompulsif. Dalam sebuah riwayat, syahwat dan energi seksualitas perempuan sembilan kali lebih besar ketimbang lakilaki. Syahwat mengaburkan seseorang antara sehat secara mental dan derita psikapatologi. Secara biologis syahwat mengaktifkan daerah tertentu otak dan melepaskan zat-zat kimia yang memicu hyperaktivitas, kesembronoan, dan kegembiraan sekaligus. Kemampuan mengelola syahwat dan energi seksualitas menandakan kedewasaan seseorang. Perempuan: Yang salah? Kasus pemerkosaan di angkot serta pelecehan di berbagai mode transportasi seolah menempatkan perempuan sebagai ‘penyebab utama’. Pakaian super ketat dan minim dipandang merangsang laki-laki untuk menyalurkan nafsu birahinya. Diam-diam perempuan dianggap sebagai ‘simbol setan dan kebejatan’. Pandangan misoginis tersebut di atas sesungguhnya mencerminkan stigma sosial bahwa perempuan merupakan sub-human, separuh manusia. Dalam konteks kumpul kebo dan lain-lain, laki-laki juga turut ‘bersalah”. Karena itu, buku karya Iip Wijayanto yang berjudul Sex in The Kost yang menelisik tentang virginitas mahasiswi di Jogja, tidak berimbang. Mengapa yang diteliti virginitas? Mengapa pula tidak tentang keperjakaan, misalnya? Memang Al Qur’an mengkisahkan tentang bagaimana godaan Zulaykha kepada Nabi Yusuf AS, tetapi kisah itu tidak dapat digeneralisir bahwa perempuan lah yang pertama kali menyebabkan perzinahan. Poligami atau Zina Kasus nikah kilat Bupati Garut, Aceng HM Fikri dengan Fani Oktara, 18 tahun, seolah-olah menandakan masyarakat lebih mempersoalkan poligami ketimbang zina. Dalam kasus Aceng, sesungguhnya pelanggaran terletak pada UU No. 1 tahun 1974, yaitu pernikahan di bawah umur dan nikah sirri yang dilakukan pejabat. Pernikahan yang sah minimal dilakukan perempuan yang berusia 19 tahun dan harus dicatatkan di KUA. Maka dalam kasus ini, pelanggaran hukum negara lebih kentara daripada pelanggaran hukum agama.