ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP

advertisement
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
Oleh:
Johanis Darwin Borolla
Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura Ambon
Abstract
This study aims to determine the effect of ownership structure
that diproxykan by managerial ownership and institutional
ownership on corporate value. Using a final sample 42 companies
listed on Indonesian Stock Exchange in the period 2005-2009; take
control of variable size and leverage , this study proves that the
coefficient on institutional ownership variable is positive and
statistically significant at 1% level, while managerial ownership is
not getting the results significant. These results prove that the
existence of institutions in corporate ownership structure will be an
effective tool of management control so that the management can
work well and ultimately firm value can be improved. Increasing
managerial ownership has no impact on firm value.
Keywords: managerial ownership, institutional, corporate value
Pendahuluan
Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang didirikan oleh pemilik untuk
mencapai tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau
pemegang saham perusahaan melalui peningkatan nilai perusahaan (Brigham,
1996). Peningkatan nilai perusahaan dapat tercapai apabila ada kerja sama antara
manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi sharehoder maupun
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan keuangan dengan tujuan
memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Apabila tindakan antara manajer
dengan pihak lain tersebut berjalan sesuai, maka masalah diantara kedua pihak
tersebut tidak akan terjadi. Dalam kenyataannya penyatuan kepentingan kedua
pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara
manajer dan pemegang saham disebut masalah agensi (agency problem). Dalam
konsep theory of the firm (Jensen & Meckling, 1976), adanya agency problem
tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu
meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan
pemegang saham. Untuk itu diperlukan sebuah kontrol dari pihak luar dimana
peran monitoring dan pengawasan yang baik akan mengarahkan tujuan
sebagaimana mestinya.
Teori kegenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi
muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain
(agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
11
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).
Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Manajer wajib memberikan sinyal mengenai kondisi perusahan kepada
pemilik sebagai wujud dari tanggung jawab atas pengelolaan perusahaan. Akan
tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan sebenarnya. Dalam kondisi demikian ini dekenal sebagai
informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric)
(Haris, 2004). Adanya asimetri antara manajemen dengan pemilik akan memberi
kesempatan kepada manajer untuk menguntungkan dirinya sendiri, dengan
mengorbankan kepentingan pemilik.
Masalah corporate governance dapat ditelusuri dari pengembangan agency
theory yang mencoba menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam
perusahaan (manajer, pemilik perusahaan dan kreditor) akan berperilaku, karena
mereka pada dasarnya mempunyai kepentingan berbeda. Manajer mempunyai
kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun
disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan
kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali
menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agency conflict).
Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan
stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur
yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai
sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, Khomisyah dan Rika,
2004).
Menurut Jensen dan Meckling (1976) kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama
yang membantu mengendalikan masalah keagenan (agency conflict). Crutchley
dan Hansen (1989), Bathala et al. (1994) dalam Faisal (2005) menyimpulkan
bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi dapat digunakan untuk mengurangi
masalah keagenan. Hal tersebut didasarkan pada logika bahwa peningkatan
proporsi saham yang dimiliki manajer akan menurunkan kecenderungan manajer
untuk melakukan tindakan mengkonsumsi perquisites yang berlebihan, dengan
demikian akan menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang
saham.
Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan
tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang
bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut.
Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen
(insider ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga kepentingan pemilik
atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer.
Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al. (1998) dalam
Pratana dan Mas’ud (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan
12
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga
motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Ketiga, melalui peran
monitoring oleh dewan komisaris (board of directors). Dechow et al. (1996) dan
Beasly (1996) menemukan hubungan yang signifikan antara peran dewan
komisaris dengan pelaporan keuangan. Selain itu juga ditemukan bahwa ukuran
dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam
memonitor proses pelaporan keuangan.
Sedangkan hubungannya dengan nilai perusahaan yaitu, nilai perusahaan
merupakan bentuk memaksimumkan tujuan perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran para pemegang saham (maximization wealth of stockholders),
kemakmuran pemegang saham meningkat apabila harga saham yang dimilikinya
meningka. Berdasarkan latar belekang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Sruktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia)”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Apakah struktur kepemilikan dalam hal ini kepemilikan manajerial
(insider ownership) dan kepemilikan institusional (institutional ownership)
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan dalam hal ini kepemilikan
manajerial (insider ownership) dan kepemilikan institusional (institutional
ownership) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Landasan Teori Dan Hipotesis
Teori Keagenan dan Konsep Corporate Governance
Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Jensen dan Meckling (1976) berargumentasi
bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan
pengendalian dalam perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Menurutnya, hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara
manajer dengan investor. Teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham
sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak
yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang
saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat
keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu,
manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang
saham.
13
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak
yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut
”nexus of contract”. Karena unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak
yang melandasi hubungan antara prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini
adalah pada penentuan kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan
antara prinsipal dan agen. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi
dua faktor, yaitu :
1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen
maupun pemilik memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama
sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan
untuk keuntungan dirinya sendiri
2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil
yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan
yang diterimanya.
Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih
baik dan lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Di samping itu, karena
verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sangat sulit untuk
diamati. Dengan demikian, membuka peluang agen untuk memaksimalkan
kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya atau
sering disebut disfunctional behaviour, dimana tindakan ini dapat merugikan
prinsipal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi,
maupun perekayasaan kinerja perusahaan.
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga
memicu biaya keagenan (Agency Cost). Sebagai agen, manajer bertanggung
jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dengan
memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua
kepentingan berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha
untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki
(Ali, 2002).
Eisenhardt (1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna
menjelaskan tentang teori agensi yaitu : (1) manusia pada umumnya
mementingkan diri sendiri, (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang, (3) manusia selalu menghindari resiko. Berdasarkan
asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar
akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya (Haris, 2004), begitu juga dengan pihak pemegang saham sebagai
principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau
investasi mereka di dalam perusahaan.
Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan
keagenan antara pemilik dan manajer. Beberapa konsep tentang corporate
governance antara lain yang dikemukakan oleh Shleifer and Vishny (1997) yang
14
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
menyatakan corporate governance berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk
meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan
investasi yang telah ditanam. Iskandar dkk (1999) menyatakan bahwa corporate
governance merujuk pada kerangka aturan dan peraturan yang memungkinkan
stakeholders untuk membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk
memperoleh return.
Selain itu corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi
dan manajer (insider) agar bertindak yang terbaik bagi kepentingan investor
(kreditur atau shareholder) (Prowson, 1998). Adanya pemisahan kepemilikan
oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi
cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal dengan agen.
Laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban
kinerjanya, dengan itu principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai
sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, serta
memberikan kompensasi kepada agen.
Jansen dan Meckling (1976) menunjukkan bahwa untuk meminimalkan
konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam
perusahaan. Ross et al (1999) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan
manjemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha
untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepenting an pemegang saham dan untuk
kepentingannya sendiri.
Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan saham terbagi atas : a. Kepemilikan Manajerial
(insider ownership). Kepemilikan saham manajerial merupakan kepemilikan
saham terbesar oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase
jumlah saham yang dimiliki manajemen. Pengukuran ini mengacu dari Sudarma
(2003). b). Kepemilikan institusional (institutional ownership). Kepemilikan
institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini
institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik yang diukur
dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi intern.
Pengukuran ini mengacu dari penelitian Sudarma (2003), Friend dan Hasbrouk
(1988).
Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan
pengaruh di antara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah
satu karakteristik struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan yang
terbagi dalam dua bentuk struktur kepemilikan yaitu : kepemilikan
terkonsentrasi, dan kepemilikan menyebar. (1) Kepemilikan terkonsentrasi
(closely held). Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar
saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang
saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan
dengan lainnya. Dalam tipe kepemilikan seperti ini timbul dua kelompok
pemegang saham, yaitu controlling interest dan minority interest (shareholders).
(2) Kepemilikan menyebar (dispersed ownership).
Kepemilikan saham
15
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
dikatakan menyebar, jika kepemilikan saham menyebar secara relatif merata ke
publik, tidak ada yang memiliki saham dalam jumlah sangat besar dibandingkan
dengan lainnya (Dallas, 2004). Ditemukan bahwa perusahaan yang
kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan yang lebih besar kepada
pihak manajemen daripada perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi
(Gilberg dan Idson, 1995).
Pengembangan Hipotesis
Dalam penelitian ini, struktur kepemilikan yang digunakan adalah insider
ownership dan institusional ownership. Masalah yang sering ditimbulkan dari
struktur kepemilikan ini adalah agency conflict, dimana terdapat kepentingan
antara manajemen perusahaan sebagai decision maker dan para pemegang saham
sebagai owner dari perusahaan. Tentunya perbedaan kepentingan ini akan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.Jumlah pemegang saham besar (large
shareholders) mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer dalam
perusahaan (Shleifer dan Vishny; 1986). Dengan adanya konsentrasi
kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti institusional investors
akan dapat memonitor tim manajemen secrara lebih efektif dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu, konsentrasi
kepemilikan pada pihak luar perusahaan berpengaruh positif pada nilai
perusahaan Lins (2002). Hasil-hasil di atas menunjukan bahwa struktur
kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Morck et al. (1988) dan McConnel dan Serveas (1990),
Holderness dan Sheeman (1985), Barclay dan Holderness (1991), Shome dan
Singh (1995), Allen dan Phillips (2000), Cai et al. (2001).
Menurut Berle dan Means (1932), pada perusahaan yang struktur
kepemilikan semakin tersebar, para pemegang saham akan semakin kehilangan
power untuk melakukan kontrol terhadap manajer. Menurut Demsetz (1983)
dalam memaksimalkan nilai aset-aset perusahaan justru diperlukan yang tersebar
karena adanya kontrol dari pihak luar akan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan di
atas maka, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 :
Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahan
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahan.
Metodologi Penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian dilakukan dari
tahun 2005-2009.
16
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
Teknik pengambilan sampel dalam penelitain ini yaitu purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu:
a). Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2005
sehingga tersedia data yang lengkap; b). Perusahaan yang memiliki data
persentase kepemilikan manajerial; c). Perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode 2005-2009;
c). Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian (20052009).
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diambil dari laporan tahunan perusahaan dari tahun 2005-2009.
Sumber Data
Sumber data sekunder diperoleh dari Pusat Data Pasar Modal FEB UGM.
Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen dan
variabel independen.
a.
Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah
nilai perusahaan (Q). Salah satu alternatif yang digunakan dalam mengukur
nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q, yang dihitung
dengan rumus:
Q =
Di mana :
Q
MVE
BVE
D
b.
=
=
=
=
MVE + D
BVE + D
Nilai perusahaan
Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value)
Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value)
Nilai buku dari total hutang
Variabel independen
Variabel Independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel dependen.
Yang menjadi variabel independen adalah struktur kepemilikan dalam hal
ini insider ownership (IOwn) dan institutional ownership (InsOwn).
a)
Kepemilikan Manajerial (insider ownership). Kepemilikan saham
manajerial merupakan kepemilikan saham terbesar oleh manajemen
perusahaan yang diukur dengan pesentase jumlah saham yang
dimiliki manajemen. Pengukuran ini mengacu pada Sudarma
(2003). Kepemilikan manajerial dihitung dengan rumus :
17
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
Jumlah kepemilikan saham manajerial
x 100 %
Jumlah saham yang beredar
Kepemilikan institusional (institutional ownership). Kepemilikan
institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi
dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang
saham publik yang diukur dengan presentase jumlah saham yang
dimiliki oleh investor institusi intern. Pengukuran ini mengacu pada
penelitian Sudarma (2003), Friend dan Hasbrouk (1988).
Kepemilikan institusional dihitung dengan rumus :
MgtOwn =
b)
Jumlah kepemilikan saham institusional
Jumlah saham yang beredar
InsOwn =
c.
x 100 %
Variabel Kontrol
Yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu :
1. Leverage
Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal dapat
menutupi atau membayar hutangnya kepada pihak luar (Munawir, 2007).
Rasio Leverage diberi simbol Lev, dimana diperoleh sebagai berikut :
Lev =
Total Hutang
Total Ekuitas
x 100%
2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan menjadi salah satu variabel yang dianggap dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan total asset
sebagai proxy atas size perusahaan, dengan pengukurannya sebagai
berikut:
Size : LnTA = Ln (Total asset)
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menganalisis pengaruh corporate governance dan struktur
kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Kurun waktu yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah 2005-2009 (lima tahun). Penelitian ini menggunakan regresi
linier berganda untuk data panel (Gujarati, 2003).
Panel data atau polled data adalah metode ekonometrik yang menganalisis
data time series dan cross-section secara bersamaan (Gujarati, 2003). Analisis ini
memberikan banyak keuntungan antara lain panel data dapat mengatasi masalah
heterogenitas perusahaan-perusahaan yang diteliti; dengan adanya kombinasi
data time series dan cross-section, panel data memberikan data yang lebih
informatif, mengurangi kolinearitas antar variabel, dan lebih efisien; panel data
lebih mampu menganalisis perubahan dinamis pada perusahaan-perusahaan yang
diteliti. Pengolahan data dalam penelilitian ini menggunakan Eviews v. 4
18
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
Model panel data dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Qit = αit + β1InsOwn + β2MgtOwnit + β4 Sizeit + β4 Levit + ℮it
Keterangan :
Q
α
β1 - β5
Mgtwn
InsOwn
Lev
Size
℮
=
=
=
=
=
=
=
Tobins_Q proxy dari nilai perusahaan
intercept atau konstanta
koefisien regresi
insider ownership
institutional ownership
Leverage
Size yang dihitung dari log natural total asset yang
merupakan proxy dari firm size
= Error
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dimana :
1. H1 diterima jika koefisien β1 bernilai positif dan secara statistic signifikan
pada level 5%, ini berarti struktur kepemilikan dalam hal ini kepemilikan
manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. H2 diterima jika koefisien β2 bernilai positif dan secara statistic signifikan
pada level 5%, ini berarti struktur kepemilikan dalam hal ini kepemilikan
institusional positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pembahasan
Statistik Deskriptif
Setelah melakukan seleksi berdasarkan kriteria dalam penarikan sampel,
maka sampel akhir yang dipergunakan untuk menguji pengaruh struktur
kepemilikan terhadap nilai perusahaan sebanyak 42 perusahaan, untuk periode
pengamatan tahun 2005-2009.
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum dan minimum. Oleh karena
itu gambaran umum sampel data penelitian dapat dilihat pada statistik deskriptif
penelitian pada tabel berikut berikut :
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Untuk Nilai Perusahaan, Kepemilikan Institusi,
Kepemilikan Manajerial, Size Dan Leverage
Mean
Sum
Median
Maximum
Minimum
Q
INSOWN
2.324892 0.716798
488.2273 150.5275
1.165348 0.762215
35.44677 0.997360
0.002364 0.031400
MOWN
0.012026
2.525369
0.000000
0.256200
0.000000
19
SIZE
27.55020
5785.542
27.28491
31.32943
24.46439
LEV
0.907520
190.5792
0.580737
8.441342
0.000734
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
Q
INSOWN
Std. Dev.
4.067877 0.204422
Sumber : Hasil olah data
ISSN 1411 - 1497
MOWN
0.045623
SIZE
1.376789
LEV
0.944099
Berdasarkan tabel 4.1 apabila dilihat pada besarnya standar deviasi yang
mencerminkan sebaran data maka data Q memiliki standar deviasi tertinggi yaitu
sebesar 4.07 dan kepemilikan manajerial memiliki standar deviasi terrendah yaitu
0.046. Tingginya nilai standar deviasi menunjukkan bahwa data Q lebih tersebar
daripada data lainnya.
Pengujian Metode Common effect, Fixed effect dan Random Effect.
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan menggunakan tiga teknik
yang bisa digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel antara
lain: model dengan metode OLS (common effect), metode fixed effect dan
metode random effect. Kemudian dilakukan pengujian untuk menentukan teknik
yang paling tepat dari ketiganya yang akan digunakan untuk melihat pengaruh
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Metode common effect
mengasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai
kurun waktu atau intersep maupun slope adalah sama baik antar waktu maupun
antar perusahaan. Metode Fixed effect mengasumsikan adanya perbedaan
intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu dan koefisien
regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu. Metode random effect
dipergunakan dalam mengestimasi data panel dimana variabel gangguan (error
terms) saling berhubungan antar waktu dan antar individu, dalam metode ini
diasumsikan bahwa setiap perusahaan mempunyai perbedaan intersep, dimana
intersepnya adalah variabel random. Penentuan model yang tepat akan
didasarkan pada seberapa besar veriabel independen mampu mempengaruhi
variabel dependen (R-squared).
Pengujian Hipotesis
Pengujian H1 dan H2 dilakukan dengan menggunakan model persamaan
pada 3.5.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Regresi
Constanta
Variabel Dependen: Q
Pooling
Fixed effect
13.582***
(2.587)
Random effect
14.802*
(1.882)
INSOWN
1.599
(1.242)
3.569***
(2.633)
2.397*
(1.967)
MOWN
2.546
(0.667)
4.924
(0.856)
3.308
(0.632)
20
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
Variabel Dependen: Q
Pooling
Fixed effect
Random effect
SIZE
0.469**
(2.529)
0.890**
(2.064)
0.571**
(1.986)
LEV
1.982***
(7.512)
3.559***
(19.122)
3.388***
(18.441)
0.905
0.903
R-squared
0.274
Sumber : Hasil olah data
Keterangan :
Angka pada baris pertama merupakan koefisien
Angka dalam kurung pada baris kedua merupakan t-statistik
*** signifikan pada level 1%
** signifikan pada level 5%
* signifikan pada level 10%
Berdasarkan nilai R-squared, diketahui bahwa model Fixed effect memiliki
nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan model yang lain. Oleh karena
itu peneliti akan mengggunakan hasil regresi Fixed effect model untuk menjawab
hipotesis dari penelitian ini.
Hipotesis pertama menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusi
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil pada
tabel 4.2 maka diketahui bahwa koefisien pada variabel INSOWN bernilai positif
dan secara statistik signifikan pada level 1%. Dengan demikian hipotesis pertama
diterima.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajerial
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian pada tabel 4.2
menunjukkan bahwa koefisien pada variabel MOWN bernilai positif tapi secara
statistik tidak signifikan. Dengan demikian maka hipotesis 2 tidak diterima.
Variabel kontrol yakni size dan leverage memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan
Diskusi Hasil Penelitian
Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan
manajemen, sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk
meningkatkan efektivitas monitoring, karena dengan kepemilikan yang besar
menjadikan pemegang saham memiliki akses informasi yang cukup signifikan
untuk mengimbangi keuntungan informasional yang dimiliki manajemen. Jika ini
dapat diwujudkan maka tindakan moral hazard manajemen berupa manajemen
laba dapat dikurangi (Hubert dan Langhe, 2002).
21
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
Di negara-negara dengan derajat perlindungan terhadap investor rendah
(seperti halnya Indonesia), pemegang saham merasa khawatir akan kemungkinan
berbedanya pendapatan yang diperoleh dengan yang diekspektasikan. Akibatnya,
mereka memperbesar persentase kepemilikan atas perusahaan sebagai salah satu
cara untuk melindungi diri. Mereka dapat mengendalikan perusahaan melalui
voting power, atau representasi mereka di manajemen sehingga hak-hak mereka
terlindungi (La Porta dan Silanez 1999).
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang ditemukan oleh Musnadi (2006)
dan Faisal (2005); Hasilnya menunjukan bahwa kepemilikan institusional
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini
bermakna bahwa kepemilikan oleh institusi dapat berperan sebagai mekanisme
corporate governance dalam mengurangi persoalan keagenan, sebab konsentrasi
kepemilikan dapat menjadikan pemegang saham pada posisi yang kuat untuk
dapat mengendalikan manajemen secara efektif, sehingga mendorong manajemen
bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Crutchley dan Hansen
(1989), Bathala et al. (1994) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial yang
tinggi dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan. Hal tersebut
didasarkan pada logika bahwa peningkatan proporsi saham yang dimiliki manajer
akan menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan
mengkonsumsi perquisites yang berlebihan, dengan demikian akan menyatukan
kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.
Adanya agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan
(kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional). Struktur kepemilikan
oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan
yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya kontrol yang mereka miliki.
Simpulan
a. Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil ini bermakna bahwa kepemilikan oleh institusi dapat
berperan sebagai mekanisme corporate governance dalam mengurangi
persoalan keagenan, sebab konsentrasi kepemilikan dapat menjadikan
pemegang saham pada posisi yang kuat untuk dapat mengendalikan
manajemen secara efektif, sehingga mendorong manajemen bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham.
b. Penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Padahal berdasarkan agency
theory, kepemilikan manajerial bisa menjadi salah sau mekanisme untuk
mengurangi perilaku opurtunis dari manajer.
Saran
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya: Penggunaan purposive
sampling dalan menarik sampel penelitian menyebabkan hanya 42 perusahaan
22
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
pada periode 2005-2009 yang lolos kriteria penarikan sampel, jumlah ini sangat
jauh dari total keseluruhan perusahaan manufaktur yang listed di BEI. Karena itu
disarankan untuk penelitian lanjutan agar memperhatikan kriteria yang digunakan
agar lebih banyak perusahaan yang nantinya dijadikan sampel dalam penelitian.
Referensi
Agus Sartono. 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi keempat,
BPFE Jakarta, Yogyakarta.
Ali Irfan (2002). Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan
Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002.
Bryshaw, R. E dan Ahmed Eldin.(1989). The Smoothing Hipothesisand The Role
of Exchange Differences. Journal of Business, Finance and Accounting ,
hal. 621-633.
Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. (2004). Hubungan
Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi VII , IAI, 2004.
Dhaliwal, D. S., Salomon G. L., dan Smith, E. D. (198 2). The Effect of Owner
Versus Management Control on the Choice of Accounting Methods.
Journal of Accounting and Economics, Vol.4. hal.41 -53.
Fama. E.F. dan M.C. Jensen. (1983). Separation of Ownership and Control.
Journal Of Law and Economics, Vol.26. hal.301 -325.
Gabrielsen, Gorm., Jeffrey D. Gramlich dan Thomas Plenborg. (1997).
Managerial Ownership, Information Content of Earnings, and
Discretionary Accruals in a Non76 US Setting. Journal of Business
Finance and Accounting, Vol.29. No.7 & 8. September/ Oktober, hal. 967
-988.
Jennings, M. M. 2004a. "Privilege, Financial Fraud, and Noisy Lawyers."
Corporate Finance Review, 8:4 (Januari/Februari, hal.43-47.
Jennings, M. M. 2004b. "Parmalat: Ethical Collapse Goes Global." Corporate
Finance Review, 8:5 (Maret/April), hal.43-46.
Jennings, M. M. 2005a. "The Ethical Lessons of Marsh and McLennan."
Corporate Finance Review, 9:4 (Januari/Februari), hal.43-48.
Jennings, M. M. 2005b. "Conspicuous Governan ce Failures: Why Sarbanes –
Oxley Is not an Ethics Warranty." Corporate Finance Review, 9:5
(Maret/April), hal.41-47.
Jensen, M.C. (1993). The Modern Industrial revolution, Exit, and the Failure of
Internal Control System. Journal of Finance, Vol. 48. July , hal.831-880.
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics 3. hal. 305-360.
23
Prestasi Vol. 7 No. 1 - Juni 2011
ISSN 1411 - 1497
Shleifer, A. dan R.W. Vishny. (1997). A Survey of Corporate Governance.
Journal of Finance, Vol.52. No.2. Juni, hal.737-783.
Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) Simposium Nasional
Akuntansi VIII, IAI, 2005
Theresia Dwi Hastuti. (2005). Hubungan antara Good Corporate Governance
dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia) Simposium Nasional
Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Warfield, Terry D., J.J. Wild, dan K.L. Wild. (1995). Managerial Ownership,
Accounting Choices, and Informativeness of Earnings. Journal of
Accounting and Economics 20, hal. 61-91.
24
Download