1 KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN ROTAN (Calamus sp) DI KAWASAN CAGAR ALAM PULAU RAJA KABUPATEN GORONTALO UTARA Mulsayin B.Umar1, Novri Y. Kandowangko2, Abubakar Sidik Katili2 1) Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 2) Program Studi pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email: [email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan rotan berdasarkan ketinggian tempat di kawasan cagar alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Pengambilan data dengan menggunakan teknik jelajah. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskriftif kuantitatif, dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman (Diversitas) persamaan Shannon-Wiener. Hasil penelitian menunjukan di Kawasan Cagar Alam Pulau Raja ditemukan 3 spesies tumbuhan rotan yaitu jenis Calamus javenis, Calamus zolingeri, Calamus inops. Nilai indeks keanekaragaman tumbuhan rotan berdasarkan ketinggian tempat diperoleh hasil sebagai berikut : H’= 1,092 pada ketinggian 50 - 100 mdpl, H’=1,056 pada ketinggian 100-150 mdpl, H’= 1,089 pada ketinggian 150-200 mdpl dan H’=1,502 pada ketinggian 200 mdpl. Indeks Keanekaragaman jenis tumbuhan rotan di kawasan Cagar Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara dikategorikan dalam tingkat keanekaragaman sedang. Kata Kunci: Keanekaragaman, Tumbuhan rotan, Cagar Alam Pulau Raja Abstract: The research aimed to find out kinds of rattan in Cagar Alam park of Pulau Raja Gorontalo Utara. the method used is survey method with data retrieval technique based cruising altitude in the area of the island king. The data were collected through direct observation. It, then were analyzed through descriptive quantitatif and used diversity index formula, similar with Shannon-Wiener. The Rattan research in Cagar Alam park of Pulau Raja Gorontalo Utara, found that there were 3 kinds of rattan, Calamus javenis, Calamus zolingeri, Calamus inops. Diversity indexs value in each station indicated: 50 st highness equaled to 1,092, 100nd highness equaled to 1,056, 150nd highness equaled to 1,089, 200nd highness equaled to 1,502. Diversity index of rattan in Cagar Alam park of Pulau Raja, Gorontalo Utara, is categorized in the level of low diversity. Keywords: Diversity, Rattan, Cagar Alam park of Pulau Raja 2 merupakan PENDAHULUAN negara penghasil rotan Pulau raja merupakan satu diantara terbesar di dunia. beberapa pulau yang berada di Propinsi Hasil penelitian Titi dan Jasni Gorontalo yang terletak di Kabupaten (2010). di kawasan Gorontalo Utara. Kawasan Cagar Alam Gunung Batu Kapar, Hutan Lindung Desa Bintana, Pulau Raja merupakan salah satu kawasan Kecamatan Atinggola, Gorontalo Utara konservasi yang ditetapkan berdasarkan Jumlah spesies rotan yang ditemukan di SK. GB. Nomor 29 Stbl. No. 626 Tanggal kawasan ini sebanyak 11 spesies rotan 17 Oktober 1939. Secara geografis letak yang tergolong dalam dua marga, yaitu wilayah pulau raja berada pada 0° 58′ 43″ Calamus sembilan spesies dan - 01° 01′05″ LU dan 122° 37′ 54″ - 122° Daemonorops dua spesies. Terdapat lima 40″46 ″ BT. Kawasan pulau raja memiliki spesies yang sifat tumbuhnya berumpun luas wilayah keseluruhan ± 158 ha, dengan antara lain : Rotan sambuto (C. insignis ketinggian ± 260 m dari permukaan laut ( Griff ), Rotan jermasin (C. lejocaulis BKSDA 2010). Becc. ), Rotan buku tinggi (C. ornatus Pulau raja telah menjadi kawasan var.celebicus), Rotan batang (C. zollingeri hutan lindung dan merupakan daerah Becc. ), Rotan batang merah (D. robusta konservasi, pulau raja sangat kaya akan Warburg ex Heyne) sedangkan empat potensi flora dan fauna yang spesies lainnya bersifat soliter berbatang beranekaragam, salah satu flora yang tunggal antara lain : Rotan Tohiti (C. inops terdapat di kawasan pulau raja yaitu Becc ), Rotan noko (C. koordersianus tumbuhan rotan. Rotan merupakan salah Becc.), Rotan segisi (C. orthostachys satu varietas palmae yang tumbuh alami Warburg ex Heyne), Rotan umbul (C. diiklim tropis. Ada sekitar 600 spesies symphysipus Martius). rotan di dunia (10 % diantaranya sudah diperdagangkan), dan setengah Tumbuhan rotan pada umumnya dari tumbuh secara alami, menyebar mulai dari populasi itu bisa ditemukan di Indonesia. daerah pantai hingga pegunungan, pada Sebagaimana yang diungkapkan Lapis et elevasi 0-2900 mdpl. Secara ekologis al., 2004. bahwa Indonesia adalah rotan tumbuh dengan subur diberbagai tempat, baik dataran rendah maupun agak 3 tinggi, terutama di daerah yang lembab selama lebih 3 bulan, yaitu Agustus – (Kalima, 2008). November 2014. Tumbuhan rotan dikawasan Cagar Pada penelitian ini yang menjadi Alam Pulau Raja memiliki banyak potensi obyek penelitian adalah tumbuhan rotan yang dapat dimanfaatkan terutama dari (Calamus sp) berdasarkan ketinggian segi ekologi, karena dapat dijadikan tempat di Kawasan Cagar Alam Pulau sebagai salah satu bioindikator untuk Raja Kabupaten Gorontalo Utara. menjaga kestabilan lingkungan dan habitat Jenis penelitian yang digunakan bagi makhluk hidup lainnya. Oleh karena adalah penelitian survey itu pengetahuan tentang tumbuhan rotan Teknik Pengumpulan sangatlah penting untuk diketahui oleh mengunakan metode masyarakat. Namun selama ini belum ada jelajah dilakukan ini jelajah. data Metode dengan cara studi/penelitian tentang keanekaragaman menjelajahi setiap lokasi suatu wilayah jenis tumbuhan rotan (Calamus sp) yang yang terdapat tumbuhan rotan, terdapat dikawasan pulau raja. Data berdasarkan ketinggian tempat Adapun keanekaragaman tumbuhan rotan penting yang menjadi batas kawasan untuk sebagai data base yang dapat dijadikan pengambilan data adalah Kawasan Cagar dasar untuk berbagai kebijakan tentang Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo pengolahan hutan, juga dapat digunakan Utara. sebagai data dasar untuk penelitian yang Alat dan bahan lebih lanjut. GPS ( Global Positioning System ) Tujuan dalam penelitian ini yakni, untuk menentukan titik koordinat lokasi untuk mengetahui keanekaragaman jenis dalam pengambilan sampel, Higrometer, tumbuhan rotan (Calamus sp) berdasarkan untuk mengukur kelembaban udara dan ketinggian tempat di Kawasan Cagar alam suhu, Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara. METODE PENELITIAN Penelitian Kawasan Kabupaten Cagar ini dilaksanakan Alam Gorontalo Pulau Utara. Lux meter, untuk intensitas cahaya, mengukur pH tanah, mengukur Soiltester, untuk Buku panduan di lapangan (kunci identifikasi rotan), Alat Raja tulis menulis, Kamera untuk dokumentasi, Waktu Parang, Label spesimen. 4 Adapun data yang diperoleh HASIL PENELITIAN DAN selanjutnya dianalisis secara Deskriptif PEMBAHASAN Kuantitatif yaitu dengan menggunakan Hasil Penelitian Indeks Keanekaragaman (H’). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh perhitungan secara kuantitatif kemudian peneliti yaitu tentang Keanekaragaman dianalisis secara deskriftif dalam jenis Tumbuhan Rotan (Calamus Sp) di pembahasan dan dikaitkan dengan faktor kawasan lingkungan. Indeks dengan Cagar Kabupaten Keanekargaman menggunakan Keanekaragan dari rumus Alam Gorontalo Pulau Utara. Raja Hasil dihitung penelitian diuraikan berdasarkan spesies Indeks yang ditemukan pada Shannon-Wiener ketinggian. (Fachrul, 2006): Pada masing-masing penelitian ini teridentifikasi 3 spesies rotan Calamus sp ๐’ =– ฦฉ ๐ง๐ข/๐ ๐ฅ๐จ๐ ๐ง๐ข/๐ ๐๐ญ๐๐ฎ – ฦฉ ๐๐ข ๐ฅ๐จ๐ ๐๐ข yaitu Calamus scipionum (rotan Keterangan : Semambu), spesies Calamus zolingeri H’= Indeks Keanekaragaman (rotan Batang), dan spesies Calamus inops Pi = ni (rotan Tohiti). Sebaran jumlah spesies N ni = jumlah individu spesies berdasarkan ketinggian dapat dilihat pada N = jumlah total individu seluruh jenis gambar 1. Berdasarkan Indeks Berdasarkan gambar 1, rata-rata Keanekaragaman Jenis menurut Shannon - jumlah spesies yang terbagi menjadi Winner didefinisikan tingkat beberapa lokasi berdasarkan ketinggian. keanekaragaman jenis sebagai berikut. Dimana, pada masing-masing ketinggian a. Nilai H < 3 menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda-beda Seperti keanekaragaman jenis melimpah atau jumlah spesies Calamus scipionum, tinggi. spesies Calamus Zolingeri, dan spesies b. Nilai H’ 1 ≤ H’≤ 3 menunjukkan bahwa Calamus inops rata-rata lebih tinggi di keanekaragaman jenis sedang. ketinggian 101-150 mdpl yaitu 67 individu c. Nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa sedangkan terendah pada ketinggian 50- keanekaragaman jenis sedikit atau 100 mdpl yaitu 56 individu. Selanjutnya, rendah. pada ketinggian 200 mdpl yaitu 59 individu dan ketinggian 150 mdpl yaitu 63 5 individu. Akan tetapi, secara keseluruhan dan ketinggian 50 m dpl dengan nilai spesies meningkat ketinggian jumlahnya 101-150 mdpl dari 1,092, kemudian ketinggian 150 m dpl sampai dengan nilai 1089 dan ketinggian 200 ketinggian 151-200 mdpl. mdpl. Pada Gambar 2 diperoleh bahwa indeks keanekaragaman sedang ada pada ketinggian 100 m dpl dengan nilai 1,502, Jumlah Spesies Pada Ketinggian 33 19 25 23 21 18 16 27 20 19 13 11 50-101 mdpl 101-150 mdpl Rotan Calamus scipionum ( Rotan Semambu) 151-200 mdpl 200 mdpl Rotan Calamus zolligeri( Rotan Batang) Rotan Calamus inops( Rotan tohiti) Gambar 4.1. Jumlah Spesies berdasarkan ketinggian Indeks Keanekaragaman 1.506 1.600 1.400 1.092 1.056 1.089 1.200 1.000 800 600 400 200 0 50 -100mdpl 101-150mdpl 151-200 mdpl 200 mdpl Gambar 2. Grafik Indeks Keanekaragaman Tumbuhan rotan (Calamus sp) di Kawasan Cagar Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara. 6 dpl dengan nilai 1,056 ini termasuk ketinggian 151-200 mdpl sebesar indeks keanekaragaman terendah. (1,089) dan ketinggian 50-100 mdpl Pembahasan sebesar Hasil analisa (1,056). Nilai indeks indeks keanekaragaman setiap pada ketinggian 50-100 mdpl, hal in ketinggian penelitian rata-rata berkisar diakibatkan karena keadaan dan kondisi antara 1,056-1,502 (Gambar 4.5). Hal lingkungan yang ada di kawasan pulau ini berarti nilai indeks keanekaragaman raja pada ketinggian ini berbeda dengan jenis tumbuhan rotan pada masing- habitat masing sebenarnya, sehingga di ketinggian kriteria 1 < H’ < 3 atau keanekaragaman tersebut ditemukan jenis tumbuhan rotan termasuk dalam jumlahnya jauh lebih sedikit dan variasi kategori sedang, karena spesies yang individu tiap spesies relatif kecil dari ditemukan cenderung sama pada semua pada spesies yang ditemukan pada ketinggian, namun pada masing-masing ketinggian spesies berbeda pada tiap ketinggian mengakibatkan dengan kata lain penyebaran tumbuhan keanekaragaman suatu ekosistem akan rotan tidak merata, ada jenis tertentu menjadi yang ditemukan dalam jumlah yang mdpl merupakan ketinggian yang paling sangat melimpah namun ada spesies banyak di temukan spesies tumbuhan tertentu yang hanya ditemukan sedikit. rotan, ini dikarenakan ketinggian 100- Hal ini juga didukung dengan Hasil 151 mdpl merupakan wilayah yang penelitian yang menunjukkan bahwa sedikit jauh dari permukaan laut dan nilai (H’) merupakan kondisi lingkungan rotan pada yang keanekaragaman (H’) di ketinggian termasuk Indeks cenderung dalam keanekaragaman tinggi ditemukan cenderung lingkungan spesies rotan yang 50-100 kecil. rendah mdpl nilai yang dan indeks Ketinggian 100-151 sebenarnya jika dilihat dari ketinggian 200 mdpl dengan nilai parameter lingkungan. Pada umumnya Indeks sebesar tumbuhan rotan dapat tumbuh pada (1,502), sedangkan nilai terendah pada daerah berawa, tanah kering, hingga ketinggian 50-100 mdpl yaitu sebesar tanah pegunungan dengan ketinggian (1,092), 2900 meter di atas permukaan laut. keanekaragaman berbanding terbalik pada 7 Curah hujan tumbuhan rotan antara mengendalikan arus energi dan kuat 2000 mm - 4000 mm pertahun dengan sekali suhu udara berkisar 240C – 330C Apabila jumlah spesies dan variasi (Januminro, 2000) jumlah individu tiap spesies relatif kecil Hal ini dapat dilihat mempengaruhi berarti terjadi lingkungan. ketidakseimbangan berdasarkan ketinggian tempat, dimana ekosistem yang disebabkan gangguan pada masing ketinggian atau tekanan dari lingkungan, hal ini terdapat 3 spesies tumbuhan rotan yaitu menjelaskan hanya jenis spesies tertentu Calamus scipionum, Calamus zolingeri, saja yang dapat bertahan hidup. Tidak Calamus inops dengan jumlah induvidu meratanya jumlah individu untuk setiap yang berbeda-beda. Ketinggian 101-150 spesies mdpl merupakan ketinggian yang paling adaptasi masing-masing spesies, seperti banyak ditemukan spesies tumbuhan tersedianya rotan karena spesies tersebut jauh dari lingkungan. masing - permukaaan air laut mampu beradaptasi dengan baik pada semua kondisi lingkungan yang berubah atau dalam keadaan ekstrim. Ini bahwa spesies tersebut kisaran adaptasi yang menunjukkan mempunyai cukup luas terhadap faktor lingkungan dan mampu berkembangbiak, berbanding terbalik pada ketinggian 50-100mdpl merupakan ketinggian terrendah hal ini disebabkan karena tumbuhan rotan dekat dengan permukaan air laut sehingga lingkungan sudah tidak stabil dan tidak mengalami tekanan lingkungan yang menggangu kelangsungan hidupnya. dominan sebagian besar makanan dengan dan pola kondisi Selain itu fakta yang ditemukan di lapangan bahwa keanekaragaman rotan di lokasi keanekaragaman spesies rotan ini diduga disebabkan oleh bentang alam tempat tumbuhan itu hidup. Bentang alam merupakan bentuk struktur bumi. Menurut Fatchan (2013), bentang alam memiliki arti berbagai macam bentuk bumi yang tercakup dalam relief muka bumi. Misalnya gunung, lembah, perbukitan, dataran rendah, dataran tinggi dan lain sebagainya. Dilihat dari bentang alam lokasi atau wilayah kawasan pulau raja letaknya Menurut Odum (1993), jenis yang berhubungan merupakan pulau yang memiliki luasan wilayah yang kecil, 8 sehingga memungkinkan indeks Mogea (2006) yaitu pertumbuhan rotan keanekaragaman spesies rotan di daerah ditentukan oleh keadaan tanah dan tersebut rendah. Menurut Gunawan iklim. (2013), pulau yang luas memiliki Hal lain juga dikemukakan oleh jumlah spesies yang lebih banyak dari Soegianto pada Ini spesies yang rendah menunjukan bahwa disebabkan karena pulau yang luas suatu komunitas memiliki kompleksitas memiliki tipe habitat dan komunitas sedikit spesies karena interaksi spesies yang lebih banyak menyediakan isolasi yang geografis dan jumlah populasi yang sedikit. Sebaliknya suatu komunitas lebih banyak untuk setiap spesies dikatakan sehingga memperbesar keanekaragaman tinggi jika komunitas disusun banyak spesies dan memperkecil kemungkinaan spesies. kepunahan dari spesies yang baru pernyataan Desmukh (1992) bahwa terbentuk atau dari spesies yang baru indeks keanekaragaman jenis ditentukan datang (Primack et al, 1998 dalam oleh kelimpahan jenis dan kemerataan Gunawan, 2013) jenisnya pulau yang kecil. Hal Selain faktor bentang alam yang mempengaruhi Keanekaragaman (1994), terjadi dalam memilki Hal keanekaragaman ini dalam komunitas itu keanekaragaman sejalan dengan suatu kawasan ekosistem. Soemarwoto (1983) Tumbuhan Rotan Di Kawasan Cagar Resosoedarmo Alam mengemukakan bahwa sistem ekologi Pulau Raja, ada pula faktor - dkk. dan faktor lingkungan yang lain yaitu faktor (ekosistem) biotik dan abiotik. Faktor biotik yang antara organisme yang satu dengan terdiri dari jenis tanaman yang hidup lainnya dan dengan semua komponen disekitar tumbuhan rotan, sedangkan lingkungannya sangat kompleks (rumit), faktor suhu, dan bersifat timbal balik. Hal ini berarti kelembaban udara, intensitas cahaya bahwa hubungan yang terjadi secara dan pH tanah terhadap pertumbuhan otomatis pada sistem alam atau sistem rotan. Kedua faktor ini memiliki peran ekologi. Menurut yang sangat penting bagi tumbuhan ekosistem yaitu suatu unit ekologi yang rotan seperti yang diungkapkan oleh didalamnya terdapat struktur dan fungsi. abiotik yang berupa merupakan (1986) hubungan Indriyanto (2006) 9 Struktur yang dimaksud dalam definisi optimal untuk fotosintesis bervariasi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan spesies dan ekotipe tetapi dengan spesies biasanya antara 18 dan 25°C untuk yang daerah sedang, dan kisaran ekstrim akan antara -5 sampai 40°C (Stocker dalam keanekaragaman (diversity). Pada ekosistem strukturnya kompleks, maka memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Adapun kata fungsi yang Daniel, dkk., 1979). Kelembaban udara dimaksud dalam definisi ekosistem masing-masing tersebut dengan siklus materi dan arus ditemukannya tumbuhan rotan berkisar energi melalui komponen - komponen antara 81 – 87 %. Menurut Goldsworthy ekosistem. & Fisher (1984) bahwa kawasan dekat Faktor lain ketinggian pada tempat yang khatulistiwa terdapat variasi musiman mempengaruhi keberadaan tumbuhan yang kecil dalam tekanan uap dan rotan di kawasan Cagar Alam Pulau kelembaban udara rata - rata 80%. Raja Kabupaten Gorontalo Utara adalah Faktor lingkungan lainnya yang diukur faktor lingkungan di lokasi penelitian. oleh peneliti yaitu intensitas cahaya Faktor lingkungan tersebut antara lain yang berkisar antara 62,5 - 71 Cd. suhu, intensitas Hubungan antara tumbuhan dengan cahaya, pH tanah. Suhu yang diukur intensitas cahaya juga dijelaskan oleh pada masing-masing ketinggian berkisar Rasnovi (2006) bahwa intensitas cahaya antara yang masuk secara berlebihan akan kelembaban udara, 28°C-30°C. Semakin bertambahnya ketinggian maka semakin mengakibatkan terhambatnya menurun suhu tersebut. Hal ini seiring perkecambahan dengan pernyataan Goldsworthy & mortalitas spesies-spesies yang tidak Fisher (1984) menyatakan bahwa di tahan cahaya dan sebaliknya akan dataran rendah khatulistiwa, suhu rata- memicu pertumbuhan spesies tumbuhan rata biasanya berada pada kisaran 25°C pionir yang toleran terhadap cahaya. sampai 30°C. Kisaran suhu di setiap Selain itu, pH tanah yang diukur oleh habitat rotan tersebut merupakan suhu peneliti berkisar antara 6,0-6,6 C. optimum bagi rotan sehingga dapat Hanafiah (2007) menyatakan bahwa mendukung fotosintesis. Kisaran suhu tanaman tertentu menyukai kisaran pH dan meningkatnya 10 ideal tertentu pula. Pada kondisi pH 6,0- 200 mdpl dan H’=1,502 pada ketinggian 7,0 hampir semua jenis unsur hara yang 200 mdpl. diperlukan tanaman berada dalam SARAN keadaan tersedia (available) (Buckman Perlu & Brady 1960 diacu dalam Adalina 2007 diacu dalam Prosiding Gelar Teknologi 2007). menyatakan Lakitan bahwa (2007) umumnya diperlukan pH optimum (antara pH 6 sampai pH 8) agar suatu enzim dapat berfungsi maksimum, selain itu aktifitas lanjutan dilakukan yang penelitian mengkaji tentang hubungan ekologis antara tumbuhan inang dan tingkatan tumbuhan rotan, dan budidaya rotan yang di manfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan mebel. enzim akan menurun pada pH yang DAFTAR PUSTAKA lebih tinggi atau lebih rendah (ekstrim). Arini, D.I.D dan Kinho, J. 2009. Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara (Jurnal). Info BPK Manado Volume 2 No 1, Juni 2012. Di akses 1 Maret 2013. Basuki. Arfan, 2011. Profil pola pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Propinsi Sulawesi Utara. Bidang KSDA dan pengadilan kerusakan lingkungan manado. Di akses 1 Maret 2013 KESIMPULAN Berdasarkan ketinggian tempat di kawasan Cagar Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo dikategorikan dalam keanekaragaman sedang, Utara tingkat Hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan di Kawasan Cagar Alam Pulau Raja ditemukan 3 spesies tumbuhan rotan yaitu jenis Calamus javenis, Calamus zolingeri, Calamus inops. Nilai indeks keanekaragaman berdasarkan tumbuhan ketinggian rotan tempat diperoleh hasil sebagai berikut : H’= 1,092 pada ketinggian 50 - 100 mdpl, H’=1,056 pada ketinggian 100-150 mdpl, H’= 1,089 pada ketinggian 150- Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta. Bumi Aksara Fathoni, A. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta Hariyadi, Bambang. 2000. Sebaran dan keanekaragaman jenis tumbuhan paku di bukit sari, 11 Jambi (Tesis). Bandung ITB. Di akses 2 Oktober 2012. Hoshizaki, B. J., and R. C. Moran. 2001. Fern Growerโs Manual. Timber Press. Portland. 604 p. Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi Untuk Pengolahan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu. Kabupaten Seram Bagian Barat. Provinsi Maluku. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gajah Manada; Yogyakarta. (Online) (http://www.freewebs.com/irw anto/tesis_1.pdf. Diakses 07 Juni 2013) Riberu, Paskalis. 2002 . Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan PenaburNo.01/Th.1/Maret 2002 (Onlin e). (http://www.bpkpenabur.or. id/files/Hal.131%20Pembelaja ran%20Ekologi.pdf, Diakses 9 Maret 2013 ) Supeni, Tri. 1994. Biologi. Jakarta : Erlangga Sastrapraja, S. dan J.J. Afriastini. 1979. Kerabat Paku-pakuan. Bogor. Herbarium Bogoriense LIPI. Tjitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta Bryophyta.Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjahmada University Press.