model analisis kependudukan dalam perencanaan lingkungan

advertisement
1
MODEL ANALISIS KEPENDUDUKAN DALAM
PERENCANAAN LINGKUNGAN
1. Pendahuluan
Apakah perencanaan itu? Untuk apakah sebenarnya perencanaan itu
dilakukan? Untuk siapakah perencanaan itu dibuat?
Di negara yang menjamin penduduknya berhak memilih tempat tinggalnya dan menentukan pilihan atas mata penca hariannya, tentu saja tidak
mungkin melarang penduduk pindah tempat tinggalnya. Hal ini
mengakibatkan proses perpindahan penduduk dapat terjadi dengan leluasa
dengan segala dampaknya. Hal selanjutnya ialah bahwa pemencaran
penduduk yang tidak merata mengakibatkan tidak meratanya pertumbuhan
penduduk dengan segala problematiknya. Kenyataan seperti ini mendorong
agar dalam perencanaan wilayah dititik-beratkan maslaah penduduk.
Kebijaksanaan transmigrasi dan keluarga berencana merupakan usaha ke
arah peningkatan kesejahteraan penduduk.
Penduduk merupakan aspek utama perencanaan, peren canaan
disusun untuk penduduk, oleh penduduk, dan penduduk itu sendiri juga
direncanakan. Perewncanaan dibuat untuk penduduk karena penduduk yang
akan merasakan akibat dari perencanaan itu. Oleh karena itu dalam seluruh
lingkup perencanaan wilayah, penduduk tidak mungkin diabaikan.
Pada hakekatnya pengertian mengenai penduduk lebih di-tekankan
pada komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas;
tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis kelamin dan lainnya, tetapi juga
klasifikasi tenagakerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, ciri
sosial, dan angka statistik lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi.
Selain itu komposisi penduduk juga menyatakan pergerakan sosial yang
memperlihatkan perubahan status penduduk. Perubahan ini tidak hanya
melalui pertambahan secara alami tetapi juga melalui berbagai kegiatan
ekonomi dan sosial.
2. Pencatatan data penduduk
Pengetahuan mengenai tingkah-laku dan perkembangan penduduk
merupakan bagian pokok dalam perencanaan. Untuk dapat mengamati
kegiatan dan perkembangan penduduk, dilakukan pencatatan dari waktu ke
waktu.
Penduduk, selain berkembang jumlahnya, juga melakukan
pergerakan dari satu tempat ke lainnya. Pergerakan ini dapat bersifat tetap
atau sementara.
2.1. Jumlah penduduk
Pencatatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu sekaligus memberi
keterangan akan perkembangan jumlah penduduk per periode waktu yang
digunakan.
2.2. Susunan penduduk
2
Penduduk di suatu wilayah dapat dibagi menurut berbagai susunan,
yaitu: Golongan keturunan, Usia dan kelamin, Mata pencaharian, Pendidikan,
Agama, Tempat tinggal, dan status per kawinan.
Susunan penduduk dapat diketahui dari sensus, dalam sensus
penduduk dihitung cacah jiwa, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebangsaan
dan lainnya.
2.3. Kelahiran dan kematian
Perubahan jumlah penduduk secara alam terjadi karena ada selisih
antara banyaknya kematian dan banyaknya kelahiran. Angka jumlah kemtian
yang besar tidak akan berarti apa-apa, kalau angka itu berdiri sendiri. Angka
itu baru mempunyai arti apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk
daerah yang bersangkutan. Demikian juga dengan angka kelahiran.
Perbandingan antara angka kelahiran dengan jumlah penduduk disebut
"tingkat kelahiran", yang biasanya dinyatakan dengan per seratus (atau per
seribu). Sedangkan "tingkat kematian" adalah perbandingan antara jumlah
kematian dengan jumlah penduduk.
2.4. Pergerakan penduduk
Pertambahan jumlah penduduk tidak hanya ditentukan oleh selisih
jumlah kelahiran dan kematian. Selisih jumlah penduduk yang pindah ke luar
daerah dengan penduduk pendatang turut menentukan perkembangan
jumlah penduduk sutau daerah. Perpindahan ini dapat bersifat tetap (untuk
jangka waktu lebih dari satu tahun) atau sementara (beberapa hari atau
minggu). Untuk kepentingan perencanaan kepariwisataan, pencatatan
pergerakan penduduk sangat diperlukan.
3. Taksiran Jumlah Penduduk
Penduduk sebagai subyek dan sekaligus obyek perencanaan merupakan bagian dari faktor sosial yang selalu berubah baik jumlahnya maupun
mutunya. Perencanaan yang disusun untuk pen-duduk, tidak dapat lepas
dari perkiraan perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Namun
demikian, perencanaan merupakan usaha merubah atau mempengaruhi satu
atau beberapa faktor sistem kegiatan masyarakat. Usaha ini disebut
"kebijaksanaan ke-pendudukan".
Kebijaksanaan kependudukan yang kita anut sekarang untuk mengendalikan perkembangan jumlah penduduk adalah melalui (1) keluarga
berencana dan (2) pemencaran ependuduk (transmigrasi). Kedua macam
kebijaksanaan ini merupakan kebijaksanaan kuantitatif.
Sa;lah satu aspek penting yang harus dianalisis adalah perkembangan
penduduk. "Perkembangan" ini mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif.
Secara kualitatif, proyeksi penduduk ke masa depan berarti meramalkan
mutu penduduk di masa depan. Masalah ini merupakan maslaah kualitatif
yang tidak dapat diukur secara eksak. Walaupun dmeikian masih ada cara
pendekatan lain, yaitu inventarisasi jumlah penduduk pada berbgaai
tingkatan sekolah, jumlah tenaga medis, jumlah fasilitas umum, dan lainnya.
3.1. Perkiraan perbandingan
Metode perbandingan merupakan metode yang paling sederhana,
cara ini digunakan kalau kita menghadapi suatu wilayah yang datanya tidak
lengkap.
Perkiraan perbandingan dilakukan dengan menganggap
pertumbuhan wilayah yang dikaji mengikuti pola pertumbuhan wilayah yang
3
lebih tua yang mempunyai ciri sama dengan wilayah kajian. Dengan memilih
"daerah pola" yang mempunyai ciri sama, dapatlah diperkirakan
pertumbuhan daerah yang sedang dikaji di masa mendatang. Menurut Isard
(1972), beberapa masalah yang dihadapi dalam memilih daerah pola adalah:
(1) harus dicari dulu daerah pola yang mempunyai ciri pertumbuhan sosial,
ekonomi dan politik dapat diperbandingkan dengan daerah kajian, (2) apabila daerah pola telah ditemukan, pertanyaan yang timbul adalah Apakah
pertumbuhan daerah kajian di masa mendatang tetap sejalan dengan daerah
pola?. Cara yang lazim digunakan ialah menggunakan daerah pola yang cukup
luas dimana daerah kajian menjadi bagian dari daerah pola.
3.2. Proyeksi dengan ekstrapolasi
(1). Teknik Grafik
Tujuan utama dari cara ini adalah mengetahui kecen-derungan
perkembangan penduduk. Cara meramal jumlah penduduk dengan teknik
grafik adalah sbb: (1) jumlah penduduk dari tahun-tahun yang lampau sampai
terakhir digambarkan dalam susunan koordinat- salib, (2) dengan justifikasi
peramal, ditarik garis mengikuti titik yang telah dibuat di atas, (3)
memperpanjang garis ini untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa
yang akan datang.
Penduduk sebagai peubah tidak bebas, dan waktu sebagai peubah
bebas. Cara menggambarkan garis ekstrapolasi dari data yang ada,
bermacam-macam: (1) menghubungkan dua titik terakhir, kemudian
diperpanjang. Hal ini memberi pengertian bahwa ciri perkembangan
terakhir diharapkan akan terus berlangsung; (2) menghubungkan titik awal
dan titik terakhir, kemudian garis yang terjadi diperpanjang. Hal ini dilakukan
dengan anggapan
bahwa
pertumbuhan masa yang akan datang
memperlihatkan kombinasi sifat perkembangan terakhir dengan waktu
terdahulu, (3) sebagai epenghalusan proses terakhir ini, garis lurus tersebut
dapat dipilih sehingga menghasilkan garis yang secara visual kira-kira sama
dengan garis regresi.
Suatu kurva non-linear yang dihasilkan dari pengamatan atau
penggambaran pada kertas koordinat biasa mempunyai indikasi yang lain
daripada pertumbuhan konstan. Metode ini mungkin dapat digunakan kalau
dapat dibuktikan adanya hubungan yang sinambung antara berbagai faktor
penentu perkembangan penduduk secara sosial, ekonomi, dan politik.
Dengan kata lain, struktur sosial, ekonomi dan politik tidak berubah.
(2). Ekstrapolasi dengna Fungsi Matematika
Ekstrapolasi secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk persamaan matematika, sehingga ekstrapolasi dapat dilakukan dengan
matematika.
Hubungan ini dapat digambarkan dengan persamaan
matematika sbb:
Pt+@ = Pt + f(@)
Pt+@= penduduk daerah kajian pada tahun t+@
Pt = penduduk daerah kajian pada tahun dasar t
@ = selisih tahun dari tahun dasar t ke tahun t+@
f
= fungsi perkembangan penduduk yang mencerminkan faktor
biologi, sosial, ekonomi dan politik.
4
Kelemahan metod eini ialah bahwa hubungan masa lampau
digunakan untuk memperkirakan pertumbuhan di masa yang akan datang,
jadi sama dengan metode grafik.
(a). Kurva Polinomial
a.1. Garis lurus Proyeksi garis lurus ini mengikuti model persamaan:
Pt+@ = Pt + b(@)
b = rata-rata tambahan jumlah penduduk setiap tahun pada masa lalu hingga
sekarang.
Kelemahan metode ini ialah karena laju perkembangan jumlah
penduduk dianggap tetap. Untuk perkiraan jangka pendek hal ini masih
mungkin dibenarkan, tetapi untuk jangka panjang jelas kurang dapat
dipercaya ketepatannya. Rata-rata tambahan jumlah penduduk setiap tahun
dapat diperoleh dengan rumus rata-rata:
b = ( bn)/(t-1).
a.2. Garis Regresi
Cara ini lazim juga disebut dengan metode selisih kuadrat minimum
(least square). Cara ini dianggap penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus,
karena garis regresi memberikan penyimpangan minimum atas data
penduduk masa lampau (dengan mengganggap ciri perkembangan penduduk
di masa lampau berlaku unsuk masa mendatang).
Rumus: Pt+X = a + b (X)
Pt+X
X
a, b
= jumlah penduduk pada tahun (t+X)
= tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
= konstanta.
(b). Bunga berbunga (Bunga berganda)
Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan
berganda dengan sendirinya. Tambahan jumlah penduduk dianggap akan
membawa konsekwensi bertambahnya tambahan jumlah penduduk. Hal ini
analog dengan "bunga berbunga", sehingga rumus yang digunakan:
Pt+@ = Pt (1+r)@
r = rataan persentase tambahan jumlah penduduk daerah kajian
berdasarkan data masa lampau.
Dengan anggapan bahwa perkembangan jumlah penduduk akan
berganda dengan sendirinya, maka teknik ini tidak mem pertimbangkan
kenyataan empiris bahwa sesudah waktu tertentu (jangka panjang) derajat
pertambahan relatif menurun. Dengan kata lain, kurva perkembangan jumlah
penduduk mempunyhai "batas atas".
(c). Kurva Gompertz atau Logistik
c.1. Kurva Gompertz
Cara ini merupakan perbaikan dari kurva eksponensial. Kurva
Gompertz mempunyai bentuk umum seperti huruf S yang mempunyai
5
asimtot pada kedua belah sisinya. Pembuatan kurva S didasarkan pada
pertimbangan bahwa pertumbuhan penduduk di daerah yang sudah maju
adalah rendah yang kemudian pada periode berikutnya diikuti suatu
epertumbuhan yang pesat, dan periode lebih lanjut pertumbuhannya
menurun kalau jumlah dan kepadatan penduduk mendekati maksimumnya.
Persamaan umum dari kurve ini adalah : (Croxton et al., 1967)
Pt+x = k . abx atau log Pt+x = log k + bx (log a)
Metode ini sering digunakan karena di dalamnya kita mempertimbangkan faktor perkembangan penduduk pada setiap periode waktu. Teknik
langsung pada umumnya didasarkan pada data jumlah penduduk masa
lampau sampai sekarang, demikian pula halnya dengan teknik Gompertz.
Bentuk umum kurva Gompertz adalah sbb:
.
.
.
.
.
(a) log a < 0, b < 1
(b) log a < 0, b >1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(c) log a > 0, b < 1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(d) log a > 0, b > 1
Harga titik bertanda (o) pada sumbu tegak adalah antilog (log X + log
a). Kalau derajat perkembangan menurun, harga b > 1. Hal ini didasarkan
pada prinsip Gompertz yang menyatakan:
"Pertambahan permulaan penduduk relatif lambat, yang kemudian
apabila penduduk menjadi mantap dan maju akan diikuti suatu periode
6
yang relatif cepat pertambahannya. Dan sesudah sutau titik tertentu,
derajat pertambahan menurun dan menjadi suatu pertambahan mantap
apabila jumlah dan kepadatan penduduk mendekati maksimum".
c.2. Kurva Logistik
Kurva ini lebih sering digunakan untuk perkiraan daripada perkiraan
lainnya. kurva ini juga dikenal sebagai kurva Pearl-Reed, dengan persamaan:
1 / (Pt+@) = k + a.b@
Kurva ini merupakan modifikasi kurva eksponensial dan lebih umum
digunakan bentuk persamaan:
Pt+@ = k / (1+ea+b@)
Dalam bentuk ini kurva logistik selalu mempunyai limit atas k, dan b
merupakan konstante negatif.
3.3. Angka banding (Rasio) dan Korelasi
Perkembangan penduduk ada kaitannya dengan perkem bangan
faktor sosial, ekonomi, politik dan biologi. Perkembangan penduduk di suatu
wilayah ada kaitannya pula dengan perkem bangan penduduk di wilayah
lainnya, jika kedua wilayah mempunyai hubungan timbal balik dalam bidang
sosial, ekonomi, politik, dan biologi. Adanya hubungan ini harus dapat
dibuktikan dulu dengan menggunakan koefisien korelasi. Kalau ternyata
hubungan antara perkembangan jumlah penduduk dengan faktor tertentu
mempunyai koefisien korelasi cukup tinggi, metode angka banding (ratio)
dapat digunakan untuk proyeksi penduduk.
Metode rasio ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1). Angka banding (rasio) terhadap jumlah penduduk daerah lain atau
daerah pola.
Metode ini hampir sama dengan konsepsi perkiraan perbandingan,
yaitu menggunakan perkembangan penduduk daerah lain untuk menentukan
perkiraan penduduk daerah yang dikaji. Bentuk umum angka banding
sebgaia fungsi angka banding masa lampau dan masa kini adalah:
Pt+@
Pt Pt-1
Pt-2
Pt-n
------- = ( -----, ------- , -------, ........., --------)
Nt+0
Nt Nt-1
Nt-2
Nt-n
P = penduduk daerah yang dikaji, N = penduduk atau besaran dasar
daerah pola, n = jumlah tahun sebelum tahun dasar t.
(2). Angka banding terhadap komponen penduduk
Metode ini menganggap ada hubungan antara pertambahan jumlah
penduduk di suatu daerah dengan beberapa unsur penduduk tersebut, atau
penduduk daerah yang lebih besar (kecil). Faktor pendidikan dan tenagakerja
merupakan suatu unsur yang seringkali dapat dipakai sebagai faktor
penyebut.
.
.
7
.
penduduk
penduduk
Contoh: ------------ atau ----------------, dengan Px sebagai kelompok
anak sekolah
Px
penduduk dalam kegiatan, dapat dipakai sebagai angka banding. Angka
banding antara pertambahan jumlah penduduk dengan faktor X ditentukan
berdasarkan daerah pola, dan kemu dian jumlah penduduk daerah yang
dikaji dapat diperkirakan. Apa bila korelasi ini sangat kuat maka hubungan
angka banding (rasio) dapat dilakukan dengan regresi linear.
3.4. Korelasi
Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang bekerja di daerah tersebut, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh
faktor luar. Dalam matematika, faktor yang mempengaruhi perkembangan
penduduk ini disebut sebagai "faktor penentu" atau peubah bebas.
Hubungan antara variabel bebas Xi dengan jumlah penduduk (variabel tidak
bebas Yi) perlu dibuktikan derajat kaitannya dengan menggunakan koefisien
korelasi (r).
3.5. Regresi
Cara perkiraan jumlah penduduk dengan menggunakan metode angka
banding dapat diperhalus dengan cara regresi dan korelasi. Biasanya dalam
menggambarkan perkembangan penduduk secara statistik dapat pula
dihubungkan dengan faktor tenagakerja, penanaman modal, pendapatan,
ekspor, kepadatan penduduk, bunga dan lainnya. Dalam hal ini penduduk
dianggap sebagai variabel tidak bebas.
3.5.1. Regresi Linear
Cara ini dapat dianggap sebagai penghalusan dari ekstra polasi garis
lurus Pt+@ = Pt + b(@), karena garis regresi memberikan penyimpangan
minimum atas data penduduk masa lampau dengan anggapan bahwa
karakteristik perkembangan penduduk masa lampau berlaku untuk masa
depan.
Secara matematika, garis regresi dinyatakan dengan persamaan:
P = a + bX
dimana P = penduduk daerah yang diselidiki, X = nilai yang diambil dari
variabel bebas; a dan b adalah konstante.
3.5.2. Regresi berganda
Dalam regresi berganda, kita mempunyai variabel tidak bebas Y yang
tergantung pada sejumlah variabel bebas X1, X2, ..... Xp. Dalam persamaan
matematika dinyatakan sebagai berikut:
Y1 = a + b1 X1i + b2 X2i + ....... + bp Xpi
dimana a, b1, b2, ....., bp adalah parameter, dan X1i, X2i, .... Xpi adalah
variabel yang ditentukan atau diketahui.
Metode ini dpaat dipakai untuk menaksir jumlah penduduk suatu kota
(Isard, 1969) dengan menggunakan variabel bebas berupa (1) kepadatan
8
penduduk di pusat kota (X1) , (2) umur baku metropolitan (X2), (3) derajat
industrialisasi (X3), (4) perubahan industrialisasi (X4), (5) jarak logaritmis ke
daerah metropolitan yang terdekat (X5), dan (6) laju pertumbuhan
metropolitan (X6).
.
.
.
3.5.3. Regresi Tak-Linear
Penggunaan garis linear untuk menggambarkan dua variabel yang
tidak berasosiasi secara linear akan menghasilkan garis taksir yang kurang
tepat. Hasil perhitungan koefisien determinasi r2 nya jika digunakan sebagai
ukuran korelasi akan membawa serta berbagai kekurangan. Secara teori
model regresi kuadratik ini dapat dinyatakan sebagai:
Y' = a + bX + cX2
3.6. Analisis Kovarian (Analisis Peragam)
Metode ini merupakan perkembangan dari regresi berganda. Beberapa langkah analisisnya adalah (1) menggambarkan hubungan penduduk
dengan faktor X untuk setiap daerah, (2) menghitung rata- rata hubungan
penduduk dengan faktor X ini. Harga rataan ini digambarkan sebagai garis
lurus yang disebut sebagai garis lurus rata-rata (grand mean line), (3)
selanjutnya dapat diketahui penyimpangan eperkembanagn penduduk
semua daerah yang digambarkan, yaitu dengan jalan menarik garis tegak
lurus terhadap garis rata-rata tadi.
Metode ini masih jarang dipakai untuk alat proyeksi, tetapi sanagty
baik untuk mengetahui hubungan dengan faktor yang merupakan variabel
bebas dalam hubungannya dengan daerah lain.
3.7. Komposisi Penduduk
Dalam analisis pertambahan penduduk, semua faktor perubahan
jumlah penduduk harus diperhatikan.
Perubahan jumlah penduduk
disebabkan oleh: (1) pertambahan dan pengurangan secara alamiah, (2)
migarsi mausk dan ke luar, (3) perubahan batas administrasi wilayah, yaitu
pengurangan (abandonment) atau penambahan (annexation). Semua unsur
ini sangat penting kalau dihubungkan dengan faktor sosial politik. Pada
kenyataannya, perubahan jumlah penduduk memang disebabkan oleh
berbagai faktor yang kait mengkait secara pelik. Perubahan secara alam
sendiri sudah menyangkut berbagai aspek sosial, ekonomi, dan politiki;
demikian juga halnya dengan merubahan akibat migrasi. Disamping itu,
faktor alam yang sukar diramalkan, seperti bencana alam, perang dan
lainnya, juga sangat berpengaruh atas jumlah penduduk.
Secara matematika jumlah penduduk dapat dinyatakan dengan persamaan:
Pt+@ = Pt + N@ + M@ + P'
N@ = perubahan karena pertambahan atau pengurangan secara alamialh; M@ = perubahan karena migrasi, termasuk transmigrasi; dan P' =
perubahan akibat berubahnya batas wilayah administrasi.
Apabila tidak ada perubahan batas wilayah (P' = 0) maka persamaan
menjadi:
9
Pt+@ = Pt + N@ + M@
Perubahan penduduk secara alamiah merupakan selisih antara jumlah
kelahiran dengan kematian, sedangkan perubahan migrasi adalah selisih
antara jumlah penduduk yang masuk dengan yang ke luar. Berdasarkan ini
maka rumus dapat diperhalus penyajiannya menjadi:
Pt+@ = Pt + (Pt +  Pt) - (ßPt +  Pt)
 = angka atau laju kelahiran selama periode @
ß = angka atau laju kemtian selama periode @
 = angka taau laju migrasi ke luar selama periode @
 = angka atau laju migrasi masuk selama periode @.
3.7.1. Laju kelahiran dan kematian
Laju kelahiran dan kematian dinyatakan dengan angka banding yang
seringpula dinyatakan sebagai kecenderungan, dan yang dimaksudkan ialah
suatu angka yang menunjukkan perbandingan antara sejumlah atau
sekelompok penduduk (yang dilahirkan atau yang meninggal) dengan jumlah
semua penduduk, kali 1000.
Kecenderungan kelahiran = (jumlah kelahiran)/(jumlah penduduk)
dikalikan 1000 disebut pula angka atau laju kelahiran.
jumlah kematian
Kecenderungan kematian = ---------------------- x 1000
jumlah penduduk
Kecenderungan kelahiran spesifik =
Jumlah kelahiran dalam suatu kelompok khusus penduduk
---------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah penduduk dalam kelompok tersebut
.
.
Tabel 1 . Laju kelahiran spesifik dan jumlah kelahiran menurut umur
Gol
Umur
14
15-19
20-24
Jml
Jml
Wanita
kelahiran
8000
8
7900
500
7800
1400
Sumber:Warpani, 1980
Laju kelahiran spesifik:
((3) x 1000 ) / (2)
1
63.3
179.5
3.8. Metode Kelompok
Teknik proyeksi penduduk yang lebih mendekati kebenaran ialah
"Metode Kelompok Tetap Hidup (Cohort Survival Method). Perhitungan
10
didasarkan pada selisih antara angka kematian dan angka tetap hidup
berbagai kelompok umur, kelamin, dan lain-lain. Biasanya penduduk
dikelompokkan menurut usia (Tabel 2). Untuk mengetahui pertambahan
keseluruhan, penduduk masing-masing kelompok umur yang tetap hidup
dijumlahkan. Hal ini berarti harus ada data kematian setiap kelompok umur
yang dapat dipercaya.
Tabel 2. Pengelompokkan penduduk menruut usia
Usia
0-4 th
5-9
10-14
15-19
dst
Laki-laki
l1
l2
l3
l4
Perempuan
p1
p2
p3
p4
Untuk mengetahui laju pertambahan penduduk masing-masing
kelompok umur, dapat digunakan daftar kematian setiap kelompok umur,
dan juga angka kesuburan wanita pada setiap kelompok umur. Untuk setiap
selang (interval) usia, pertambahan jumlah penduduk diperhitungkan dari (1)
jumlah wanita melahirkan pada setiap kelompok usia, dan (2) jumlah tetap
hidup (dengan menggunakan angka laju kematian) pada setiap kelompok
usia.
Metode Kelompok ini menn\untut persyaratan kelengkapan data yang
meliputi: usia, kelahiran dan kematian, migrasi, tingkat kesehatan, umur ratarata dan lainnya. Data ini tidak cukup hanya setahun, melainkan data
beberapa tahun sebelumnya. Bagan Cohort dapat diabstraksikan sbb:
Tahun
1965
1970
1975
1980
1985
0-4
X11
X21
X31
X41
X51
5-9
X12
X22
X32
X42
X52
10-14
X13
X23
X33
X43
X53
15-19
X14
X24
X34
X44
X54
20-24
X15
X25
X35
X45
X55
dst
Jumlah penduduk pada tahun 1965 adalah: P1965 =  X1n
Jumlah penduduk pada tahun 1970 adalah: P1970 =  X2n
Jumlah penduduk tahun 1970 belum mencakup migrasi yang terjadi
selama tahun 1966-1970. Jadi jumlah penduduk tahun 1970 secara
kesluruhan adalah:
 X2n + M(1966-1970)
Migrasi selama 1966-1970 dapat diperkirakan dari laju migrasi tahuntahun sebelumnya. Akan lebih teliti lagi kalau laju migrasi dapat diketahui
dalam setiap kelompok umur. Untuk dapat menggunakan Metode Kelompok
pada periode berikutnya, mapa pada akhir tahun 1970 jumlah penduduk
harus sudah dapat dikelompokkan berdasarkan usia dan kelamin. Data
penduduk tahun 1970 yang digunakan untuk memperoleh atau memper
11
kirakan jumlah penduduk tahun 1975 harus sudah mencakup tambahan
penduduk akibat migrasi. Metode ini menuntut penca tatan data dan
pengamatan perkembangan penduduk secara sinambung dan teliti seperti
dicontohkan pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3.
Usia
Pencatatan data pengamatan perkembangan penduduk secara
sinambung, berdasarkan angka kelahiran spesifik perempuan
Perempuan melahirkan/100
orang/tahun
0.08
0.20
1.10
1.00
0.10
0.02
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
.
.
.
Tabel 4.
Usia
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70 ke atas
Pencatatan data dan pengamtan perkembangan penduduk
secara sinambung, berdasarkan angka kematian spesifik menurut
golongan usia
Kematian/100 jiwa/tahun
L
P
0.001
0.002
0.001
0.001
0.002
0.002
0.002
0.001
0.001
0.001
0.001
0.001
0.003
0.002
0.002
0.001
0.010
0.010
0.010
0.010
0.300
0.200
0.200
0.300
0.100
0.050
0.900
0.800
90.00
95.00
4. Pergerakan Penduduk
Pertambahan jumlah penduduk disebabkan oleh per tambahan secara
alamiah dan pertambahan akibat migrasi.
Pertambahan penduduk
pendatang ini telah banyak merisaukan banyak kota besar di Indonesia.
Penduduk ada yang pindah tempat tinggalnyua dengan berbagai alasan, dan
ada pula penduduk yang tinggal sementara di kota besar dan kemudian
12
pindah lagi ke kota lainnya atau kembali ke daerah asalnya. Kedua golongan
penduduk seperti ini dapat dikatakan sebagai penduduk yang "bergerak".
Golongan pertama merupakan pergerakan dengan frekuensi rendah,
sedangkan golongan ke dua adalah pergerakan dengan frekuensi tinggi.
Untuk kepentingan perencanaan wilayah, pengetahuan mengenai
pergerakan penduduk ini sangat penting. Pergerakan penduduk berbedabeda, tergantung pada sifatnya. Hal ini merupakan masalah kualitatif yang
harus dikaji secraa lebih mendalam dan tentu saja memerlukan data yang
sangat lengkap. Data termudah yang dapat diperoleh adalah data kuantitatif.
Bagi daerah yang tertutup, dimana migrasi dibatasi dan diawasi, taksiran
migrasi tidak begitu diperlukan. Tetapi bagi daerah yang terbuka, yang aliran
penduduknya secara tidak langsung ditentukan oleh kebijaksanaan
pemerintah maka taksiran migrasi sangat diperlukan.
4.1. Taksiran jumlah migrasi penduduk
Taksiran migrasi menyangkut dua periode waktu, yaitu: (1) taksiran
migrasi masa lampau dan sekarang, dan (2) taksiran migrasi masa
depan.Penggunaan teknik taksiran migrasi tergantung pada :
(1). Ketelitian penaksir.
Kalau ketelitian tidak dipentingkan dalam
perhitungan ependuduk, maka  N +  M tidak dianggap perlu. Kalau
diperlukan ketelitian yang tinggi maka semua faktor yang dianggap
penting harus dimasukkan.
(2). Data oertambahan secraa alamiah. Faktor ini di luar kemampuan
penaksir, karena menyangkut pencatatan dan dokumentasi data. Data
ini dapat diperoleh dari berbagai sumber.
(3). Data migrasi.
Migrasi dipengaruhi oleh:
(1). Ukuran atau luas dan bentuk kesatuan daerah yang menjadi
sasaran penelitian. Semakin luas suatu kesatuan daerah, persoalan migrasi
menunjukkan jumlah yang relatif kecil. Pemencaran penduduk dalam sistem
kesatuan itu mempengaruhi besarnya migrasi. Hal ini tebrukti dari rumus:
Mij = Pi/dij f(Zj)
Mij = jumlah migrasi dari daerah i ke daerah j,
Pi = jumlah penduduk i,
dij = jarak dari daerah i ke daerah j,
Zj = faktor Z pada daerah j yang menarik migrasi.
Suatu konsentrasi ependuduk yang padat kadangkala memberi eptunjuk bahwa migrasi terjadi dalam jumlah yang relatif besar.
(2). Kurun waktu
Jika kurun waktu semakin panjang, jumlah migrasi akan semakin
besar, tetapi biasanya jumlah migrasi per satuan waktu (migrasi rata-rata)
menurun.
Bagan dalam Gambar 2 menunjukkan peranan migrasi bagi perkembangan jumlah penduduk suatu daerah, terutama dihu-bungkan dengan
taksiran jumlah penduduk.
13
.
.
.
.
DAERAH
Tertutup
Terbuka
Migrasi tercatat
kebijakan pemerintah
Migrasi sebagai hasil (mudah diperoleh)
Perpindahan penduduk bebas
Perbedaan migrasi masuk dan Perbedaan migrasi masuk dan
ke luar tidak terlalu besar
ke luar cukup besar
Proyeksi penduduk mendekati Proyeksi penduduk tidak tekebenaran
pat (jauh menyimpang)
Gambar 2. Bagan peranan migrasi bagi perkembangan jumlah penduduk
suatu daerah.
4.1.1. Taksiran migrasi masa lampau
(1). Metode Sisa
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa dengan mengabaikan
migrasi penduduk, pertambahan jumlah penduduk suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu sama dengan selisih antara jumlah kelahiran dengan
kematian dalam daerah tersebut. Setiap selisih antara perubahan secara
teori dengan perubahan sebe narnya, dinyatakan sebagai migrasi selama
kurun waktu tersebut. Persamaan matematikanya adalah:
M@ = (Pt+@ - Pt) - N@
M@ = migrasi selama kurn waktu @, Pt+@ = jumlah penduduk pada
tahun (t+@), Pt = jumlah penduduk pada tahun t; N@ = pertambahan secara
alamiah selama kurun waktu @.
Berlakunya prosedur ini tergantung pada ketelitian pertambahan
secara alamiah selama kurun waktu tersebut. Kalau dari data statistik
14
diperoleh data kelahiran dan kematian selama kurun waktu itu, dapatlah
selisih dari kelahiran dan kematian menunjukkan pertambahan alamiah.
Dengan demikian modelnya menjadi:
M@ = (Pt+@ - Pt) - (B@ - D@)
B@ = jumlah kelahiran selama kurun waktu @, D@ = jumlah kematian
selama kurun waktu @.
.
.
.
(2). Sensus
Dalam metode ini digunakan "Data Kelahiran" untuk membandingkan
tempat lahir dan tempat tinggal sekarang, atau "data asal" untuk
membandingkan tempat tinggal sekarang dengan sebelumnya. Derajat
ketelitian aliran ependuduk tergantung pada ukuran satuan data sensus.
Dalam data kelahiran, setiap orang dicatat tempat kelahirannya, dan dalam
data asal tercatat tempat dia tinggal pada tahun (t+@). Dengan demikian
jumlah ornag yang lahir hidup dalam setiap daerah tertentu p, pada tahun t;
dan orang yang tetap hidup pada tahun t, dapat digolongkan orang yang
tinggal di daerah tersebut pada tahun t. Dari golongan ini dapat ditentukan
jumlah migrasi.
(3). Pencatatan Penduduk (Registrasi)
Registrasi adalah pencatatan penduduk secara berke-sinambungan
dan mencatat setiap perpindahan setiap penduduk dari satu daerah ke
daerah lainnya. Dalam analisis penduduk, registrasi ini mempunyai daya
guna yang sangat penting apabila registrasi benar-benar mencatat perihal
penduduk secara lengkap. Keuntungan pemakaian cara ini ialah data dapat
diklasifikasikan menurut berbagai macam cara yang secara relatif mencakup
keterangna lengkap perihal ciri ruang migrasi. Metode ini belum digunakan
secara luas karena berbagai kesulitan administratif, seperti arsip yang hilang
atau rusak, laporan yang kurang teratur kepada BPS, sistem administrasi yang
tidak seragam.
.
.
.
4.1.2. Taksiran Migrasi Pada Masa Mendatang
(1). Proyeksi Data Masa Lampau
a. Ekstrapolasi
Metode ini merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan
migrasi yang akan datang. Prosedurnya adalah sbb:
(a). Menentukan jumlah migrasi atau kecenderungan migrasi untuk
beberaoa kurun waktu tertentu di masa lampau dengan menggunakan
metode yang ada.
(b). Menggambarkan suatu garis kecenderungan atau kurva secara grafik atau
secara metoda matematik
15
(c). Membuat ekstrapolasi untuk menentukan jumlah migrasi untuk kurun
tertentu di masa yang akan datang atau untuk menentukan
kecenderungan pergerakan yang akan datang.
Untuk memperkirakan migrasi pada masa mendatang banyak sekali
faktor penentunya (determinant) yang mempengaruhi pergerakan penduduk.
Semakin banyak faktor penentu yang diikut-sertakan dalam pergerakan
penduduk, semakin halus hasil yang diperoleh. Selain itu, perubahan faktor
penentupun sangat cepat, sehingga sulit sekali menduga keadaan pada masa
yang akan datang. Seyogyanya diambil beberapa faktor pokok saja yang
sangat berpengaruh.
b. Metode angka banding
Metode angka banding ini merupakan perbaikan metode ekstrapolasi
linear. Migrasi bukanlah suatu gejala yang berdiri sendiri, dan bahwa
perkiraan tidak seluruhnya tergantung pada faktor migrasi masa lampau saja,
melainkan tergantung pula pada faktor masa depan. Derajat ketelitiannya
tergantung pada kebenaran faktor kaitan yang dipilih untuk menentukan
angka banding. Kelemahan utama metode ini terletak pada penggunaan
kecen derungan masa lampau yang dipergunakan untuk menentukan angka
banding pada masa mendatang. Kelemahan utama metode ini terletak pada
penggunaan kecenderungan masa lampau yang dipergunakan untuk
menentukan angka banding pada masa mendatang.
Perkiraan migrasi tidak sekedar tergantung pada migrasi masa
lampau, melainkan juga tergantung pada hubungannya dengan berbagai
aspek perkembangan penduduk melalui peng-ukuran angka banding.
Sebagai teladan disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah migrasi dan buruh industri antara 1965-1972
Tahun
1965
1966
1967
1968
1969
1970
1971
1972
Migrasi
m1
m2
m3
m4
m5
m6
m7
m8
Jumlah buruh industri
l1
l2
l3
l4
l5
l6
l7
l8
m1/l1 + m2/l2 + m3/l3 + ...... m8/l8
r = ------------------------------------8
.
.
Kalau diketahui jumlah buruh tahun 1980 (Hasil perkiraan), maka :
M80 = r . l80
Perkiraan akan lebih halus kalau digunakan rasio berbagai determinan
yang mungkin ada dalam proses migrasi. Salah satu determinan adalah
16
tujuan yang bersifat ekonomis. Misalnya, migrasi merupakan fungsi dari
pendapatan per kapita atau kesempatan kerja.
c. Proyeksi Subyektif
Perkiraan migrasi di daerah terbuka biasanya dibuat secara subyektif.
Prosedur ini merupakan konsekuensi cepatnya pergerakan penduduk yang
mengakibatkan berbagai macam perubahan dalam bidang sosial, ekonomi
dan fisik. Determinan ini sangat sukar diukur dan dikendali karena tidak
beroperasi dalam kombinasi yang sama atau beroperasi dengan beberapa hal
yang relatif penting.
(2). Model Teoritis
Dalam metode ini digunakan model secara teori untuk me nentukan
besranya migrasi pada suatu daerah. Perumusan model ini secara teori
sangat erat hubungannya dengan "model Gravitasi". Logika dasar yang
digunakan ialah bahwa kondisi tertentu suatu daerah, misalnya pembukaan
lapangan kerja baru, dapat menarik sejumlah migrasi dari daerah lain.
Besarnya arus migrasi tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk di daerah
asal.
Model yang sering digunakan adalah Model Ravenstein:
Pi
Mij = ------- . f(Zj)
dij
Mij = migrasi dari daerah i ke daerah j
Pi = Penduduk daerah i
dij = jarak dari daerah i ke daerah j
f(Zj) = fungsi Zj, dan Zj adalah ukuran daya tarik daerah j.
4.2. Migrasi Diferensial
Beberapa ciri penting penduduk yang bermigrasi adalah komposisi
umur dan kelamin, status ekonomi, tingkat pendidikan, pola pekerjaan, dan
lainnya. Untuk suatu komponen x yang berbeda dari penduduk suatu daerah,
migrasi selama kurun tertentu adalah:
xM@ = (xPt+@ - xPt) - xN@
xM@ = migrasi komponen x selama @ di daerah yg sdg dikaji
xPt+@ = jumlah penduduk dalam komponen x pd tahun t+@
xPt = jumlah penduduk yang ada dalam komponen x pd tahun t
xN@ = pertambahan secara alamiah dalam komponen x selama @.
Dengan dmeikian jumlah migrasi adalah:
M@ =  (xPt+@ - xPt) -  (xB@ - xD@).
Metode sisa yang sering digunakan untuk mengukur migrasi diferensial ialah ukuran kecenderungan hidup, dan ukuran yang sering dipakai
komponen diferensial didsdarkan pada usia, kelamin. Semua komponen ini
biasanya ditentukan dalam golongan setiap periode umur lima tahun. Jumlah
penduduk pada tahun t dibagi dalam beberapa kelompok atau Cohort
17
menurut usia dan kelamin. Kecenderungan hidup beberapa kelompok
dihitung dari tabel kehidupan (life tables) atau pembagian umur dalam
sensus untuk kurun @.
Kecenderungan ini kemudian dipergunakan dalam ke-lompok untuk
menentukan jumlah hidup (survival) pada tahun (t+@). Jumlah yang hidup
secara teori ini kemudian dibandingkan
dengan jumlah penduduk
berdasarkan kelompok usia dan kelamin. Untuk menentukan taksiran migrasi
setiap kelompok, bentuk persamaannya adalah:
M@ =  [(xPt+@ - xPt+@) - x(xPt)]
xPt+@ = jumlah penduduk dalam komponen x yang berumur kurang dari @
pada tahun (t+@)
=
kecenderungan
hidup penduduk dalam komponen x.
x
Ketepatan metode ini tergantung pada ketelitian data komponen
penduduk yang berbeda-beda, baik untuk tahun t ataupun tahun (t+@), dan
juga tergantung pada ketelitian kecen derungan hidup.
4.3. Migrasi dari Perdesaan ke Perkotaan
Pada umumnya pergerakan penduduk dari perdesaan ke perkotaan
berhubungan erat dengan persoalan sosial-ekonomi. Beberapa pengukuran
pernah dilakukan dalam hubungannya dengan migrasi desa-kota, a.l.
mengenai kualitas dan ciri penduduk yang bermigrasi. Misalnya apakah
penduduk yang meninggalkan per-desaan mempunyai pendidikan,
pengetahuan, dan faktor produktif yang lebih tinggi?
Daerah II
Daerah I
Daerah
Perkotaan
Daerah III
Pedesaan
Pergerakan penduduk antara daerah Migrasi penduduk desa- kota
Daya tarik kota tergantung pada perbedaan tingkat kemak muran kota
dengan pedesaan. Semakin besar perbedaan tersebut akan semakin besar
pula arus migrasi penduduk ke kota. Ekstra polasi migrasi pedesaan ke kota
banyak mengnadung kelemahan. Prinsip yang mendasari teknik proyeksi ini
adalah:" kecenderungan yang akan datang dapat diketahui hanya dengan
mendasarkan pada hubungan masa lampaui".
Migrasi dapat dinyatakan dengan persamaan:
Pi
Mij = ---------- f(Zj)
dij
18
f(Zj) dapat terdiri satu faktor tunggal (misalnya mutasi pegawai), atau
gabungan berbagai faktor (faktor sosial, ekonomi, dan politik). Teladan yang
populer dari f(Zj) ialah terbukanya kesempatan kerja di kota.
Download