Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. GUDANG PENGETAHUAN IAN SANCIN DALAM NOVEL YIN GALEMA KAJIAN RESPON ESTETIK WOLFGANG ISER Oleh: Iqbal Saputra DLB Fakultas Sastra,Budaya,dan Komunikasi, Prodi Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Abstract The discord between the kingdoms of Badau and Balokis described differently by Ian Sancin in his novel Yin Galema. The original folktale, wellknown to the people of Belitung Island, is reinterpreted by an author who serves concurrently as a reader. Yin Galema may be assumed to be the accumulation of Ian Sancin’s readings of socio-cultural and historical issues, as well as the text of folktales in Belitung. This research project is intent on uncovering how social, cultural, and historical facts, as well as earlier literary works ,function within the text of Yin Galema. The goal of this research project is to describe how social, cultural, and historical norms are expressed, and how the functions of classic literature are conveyed, through the novel Yin Galema. This is done in order to identify the foreground which the author, Ian Sancin, attempts to express through Yin Galema. The analytical tool used is Wolfgang Iser’s theory of aesthetic response, aspresented inhisbookThe ActofReading:A TheoryofAestheticResponse (1987). Analysis using Wolfgang Iser’s theory of aesthetic response, which emphasis the dialectic relationship betweenthe text and reader, and considers the interactions between the text and the reader to be a form of communication, has been completed to reach this research goal. Analysis has been completed using the literary communication (reading) method, derived from Iser’s model of communications theory. The reading method is used to help area dergive meaning to a work of literature. Two reading processes are presented in this research paper: Ian Sancin’s reading of old literary texts, and the researcher’s reading of the novel Yin Galema. The tracking of social, cultural, and historical norms which serve as the novel’s repertoire, as well as the classic literary texts, has been done in order to identify the pragmatic function of the text Yin Galema. Keywords: Repertoire, social norms, cultural norms, historical norms, classic literature, foreground. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 278 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. A. Pengantar Novel Yin Galema (2009) karya Ian Sancin1 merupakan salah satu novel kontemporer Indonesia berlatar sejarah yang memanfaatkan unsur sosial-budaya dan tenaga sastra lama dalam ceritanya. Pengarang mengolah fakta sosial, budaya, sejarah, dan sastra lama untuk memberikan efek kepada pembaca. Sastra lama Belitung yang dimanfaatkan pengarang dalam novel ada beberapa, yang paling menonjol Hikayat Padang Penyengat (HPP). HPP merupakan salah satu cerita rakyat yang menceritakan tentang perselisihan antara Raja Balok dan Raja Badau. Pengarang memanfaatkan cerita rakyat tersebut dan mengelaborasikannya dengan unsur sejarah, sosial, dan budaya masyarakat Pulau Belitung untuk membangun makna estetiknya. Kehadiran unsur sosial, budaya, sejarah, serta sastra lama dalam karya sastra novel pada akhirnya menjadikan sastra sebagai fiksi berkemungkinan diselipi peristiwa kenyataan di dalamnya, baik secara eksplisit maupun implisit. Keberadaan semua unsur ini ikut menginspirasi lahirnya karya para pengarang Indonesia mutakhir, mulai dari pemakaian judul, nama tokoh, penokohan, beberapa unsur atau bagian penting dalam sastra lama, sampai kerangka karangan sastra lama tercermin dalam karyanya. Menyebut sebagian, kehadiran fisikal teks wiracerita Mahabharata (abad IX, zaman Raja Darmawangsa) dalam novel Perang karya Putu Wijaya dan novel Arjuna Mencari Cinta karyaYudistira Adhi Nugroho, (Sudibyo, 1993: 1-5). Selain itu dapat juga dilihat dalam; Roro Mendut karya Ajip Rosidi; Roro Mendut dan Durga Umayi karya Y.B Mangun wijaya; Calon Arang karya Pramudya Ananta Toer; Mengejar Aura Ken Dedes karya Mustofa W.Hasyim; Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata; Centhini Kekasih yang Tersembunyi karya Elisabeth D.Inandiak; Rahuvana Tattwa karya Agus Sunyoto; Gadjah Mada karya Langit Kresna Hariadi, dan masih banyak karya-karya lainnya. 1 Ian Sancin merupakan nama pena dari Hazirianjaya. Sancin lebih dulu menulis cerpen (majalah Famili, 1986) kemudian pernah memenangkan Lomba Cerpen Bangka Pos (2000). Selain menulis cerpen, Sancin juga menulis puisi (pertama kali terbit di Tabloid Mutiara; juga termaktub dalam kumpulan puisi bersama penyair se-Sumatra “Memburu Makna ke Padang Kata (2002); dan kumpulan puisi penyair se- Indonesia “142 Penyair Menuju Bulan” (2007). TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 279 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Keadaan ini menegaskan apa yang pernah diungkap oleh Teeuw (1983:11-12), bahwa penciptaan karya sastra Indonesia berada dalam ketegangan antara tradisi (konvensi) dan pembaharuan (inovasi). Semua unsur sebagai sumber inspirasi sastra kontemporer dalam membentuk nilai artistik dan estetiknya ketika dibaca. Pengarang mengolah semua unsur untuk menemukan karyanya yang memotivasi munculnya inovasi kreatif keotentikan dan menghadirkan karya sastra kontemporer yang penting serta memiliki kemandirian, (Sudibyo, 1993:1). Keinovasian ini bisa berupa mengurangi, menambahkan, bahkan mengubah cerita yang sudah ada, guna terciptanya sebuah cerita yang benarbenar baru, bukan imitasi. Usaha ini memiliki tujuan-tujuan tertentu dari pengarang, salah satunya, fiksi digunakan untuk merespon fakta dalam kehidupan realitas. Segala persoalan fakta dan fiksi dalam karya novel YG menjadi fokus kajian karena memiliki kecenderungan seperti yang sudah dipaparkan. Semua unsur diolahnya, sehingga terjadi peleburan antara realitas (fakta) dengan imajinasi (fiksi) yang kemudian menghasilkan sebuah karya fiksi yang difaktakan, fakta yang difiksikan. Penelitian novel dengan tujuan mengetahui teks-teks yang berbicara tentang sosial, budaya, sejarah, serta keseluruhan kultur yang melingkupi teks atau diluar teks novel diperlukan teori dan metode yang tepat. Teori respon estetik Wolfgang Iser yang terpapar dalam buku The Act of Reading: A Theoryof Aesthetic Response (1987) dipilih sebagai pisau analisis untuk mengungkap repertoire berupa norma sosial, norma budaya, norma sejarah, keberfungsian karya sebelumnya, dan mengungkap apa yang hendak disampaikan Ian Sancin lewat novelnyaYin Galema tersebut. Interaksi antara pembaca-peneliti dengan teks menghadirkan area indeterminasi (wilayah ketidakpastian) atau tempat kosong (lesteleen) yang memungkinkan untuk dimaknai secara kreatif dan menyeluruh, namun tidak semena-mena. Pembaca implisit (impliedreader) dalam teks juga yang menawarkan efek, yang kemudian mengarahkan reaksi-reaksi pembaca untuk mendekatinya. Pembaca memiliki strategi (tindakan-tindakan pemahaman) yang TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 280 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. berfungsi mengarahkan perhatian pada teknik konkretisasi berdasarkan ketersediaan memori dan cakrawala harapan yang dimiliki. Penelitian ini membagi data menjadi dua, yaitu data primer berupa teks novel Yin Galema karyaIan Sancin (2009) sebagai objek material dan formal, dan data sekunder berupa sumber- sumber referensi tertulis (buku, jurnal, laporan penelitian) yang sesuai dengan teks kajian. Selain itu akan dilihat kemungkinan lain, keterkaitan antara realitas ekstratekstual yang menjadi latar belakang (background) untuk mewujudkan latar depan (foreground) karya berupa petunjuk kemungkinan hubungan dengan norma sosial, norma budaya, norma historis, dan teks-teks cerita rakyat yang dimunculkan dalam teks. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati merupakan metode kualitatif (Boglan dan Taylor dalam Moeloeng, 1989: 2-3). B. Norma dan Fakta Sosial-Budaya Masyarakat Pulau Belitung sebagai Repertoire Novel YG menggunakan tiga kelompok masyarakat Pulau Belitung sebagai kelompok masyarakatnya, yaitu Urang Darat, Urang Laut, dan Urang Juru. Urang darat umumnya tinggal dipedalaman atau daerah hutan yang biasa mereka sebut dengan keleka’. Beberapa keleka’ yang cukup dikenal di Pulau Belitung seperti Keleka’ Datoe’, Keleka’ Usang, Keleka’ Ki’ Barat, Keleka’ Kapok, Keleka’ Luday, dan beberapa keleka’ lainnya untuk berladang. Biasanya mereka tinggal di dalam rumah yang dikenal dengan sebutan pundoq. Aktivitas mereka adalah berladang dan bercocok tanam buah-buahan, (Basyarun, 2010:32). Tempat tinggal mereka, seperti di parong, kubok, atau kampong sesuai dengan ciri yang pernah diungkapkan oleh John F.Loudon (1883) dan J.W.H Adam (1927 via Basyarun, 2010).2 Keadaan geografis menentukan aktivitas urang darat, seperti berladang atau beume. Kemudian kelompok kedua, yaitu urang laut atau kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar pantai dan pulau-pulau kecil sekitar Pulau Belitung. 2 Lihat juga Salim YAH (1984); Sujitno (1996). TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 281 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Mereka dikenal sebagai keturunan suku sawang atau mani bajau. Urang laut merupakan kelompok masyarakat yang mendiami wilayah sekitar laut, sungai, maupun dipulau-pulau dan dikenal sebagai kelompok yang tidak beragama, hanya memeluk kepercayaan animisme-dinamisme3 dan patuh terhadap kehendak para dukun (tetueadat). Mereka berasal dari beberapa daerah seperti Mindanao dan teluk Lano Luzon Filipina dan biasa disebut dengan suku sawang, urang sekak, atau urang bajau/mani bajau. Urang laut yang ada di Pulau Belitung pada mulanya para pendatang dari berbagai pulau di Nusantara, (Sujitno, 1996: 45-46). Kemudian kelompok berikutnya urang juru atau para pendatang yang menetap di Pulau Belitung yang disebabkan karena ada kontak masa lalu.4 Keberadaan Ki Ronggo Udo dari Gresik sebagai Raja Badau, Ki gede Yakub dari Jawa sebagai Raja Balok, Pak Marub dan Tuk Jabar dari Pasai, sertaYin Galema dari China sebagai pendatang merupakan representasi dari urang juru. Merujuk pada catatan J.W.H Adam (via Basyarun, 2010) bersama dengan orang Bugis, Sumatra, dan Kalimantan, orang Jawa termasuk ke dalam kelompok urang juru. Fakta sosial lain yang dijadikan norma dalam novel YG adalah percaya terhadap dukun kampong, pantangan, serta tanda alam. Dukun kampong dalam novel YG ada yang menjadi perantara antara kehidupan manusia dengan makhluk orang Bunian, (Hamid, 1988: 33; Basyarun, 2010; Abdillah), dukun selamat, dukun kampong yang khusus mengobati sakit gigi secara tradisional, dukun kampong yang berkiblat pada ajaran Al-Qur’an sering disebut Lebai, dukun kampong sebagai penjaga keseimbangan alam; tempat bertanya, meminta ijin, petunjuk, penentu persyaratan segala aktivitas yang berkaitan dengan hutan, air, dan gunung sebagai sumber kehidupan (Basyarun, 2010: 47-48; Saie, 2005). Kemudian dalam novel YG tampak aktivitas masyarakatnya yang percaya terhadap pantangan yang diyakini memiliki efek bagi kehidupan dikemudian hari. Novel YG juga menghadirkan kepercayaan masyarakat terhadap tanda-tanda yang ditimbulkan alam. Hal seperti ini juga terjadi diluar Pulau Belitung, seperti Pulau 3 4 Lihat di antaranya, Ricklefs, (1995); Sujitno, (1996); Lapian, (2009); Basyarun, (2010). Lihat di antaranya Abdullah, (1983); A.H, S.Yan, (1984); Sujitno, (1996); dan Basyarun, 2010). TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 282 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Jawa pada umumnya. 5 Tanda-tanda alam, seperti kicau burung, tumbangnya pohon, sampai kehadiran mimpi, diyakini sebagai pertanda. Hal lain yang terdapat dalam novel YG adalah sistem bahasa dan mata pencahariannya yang diidentifikasi lewat dialog antar tokoh. Dialog tersebut mencerminkan dialek Bahasa Melayu masyarakat Melayu Asia dan sekitarnya. Bahasa Melayu adalah cabang rumpun bahasa yang meliputi kebanyakan pulau Nusantara. Keserupaannya dengan berbagai bahasa lain dalam rumpun itu bukan hanya dalam kosakata, melainkan juga dalam cara pembentukan kata dan seluruh bangunan bahasanya, telah membuktikan bahwa itulah asalnya, (J.J De Hollander, 1984). Bahasa Melayu berasal dari bahasa Austronesia atau yang juga dikenal sebagai bahasa Malay- polinesia, (Hamid, 1988: 16). Beberapa penggalan yang terdapat dalam novel YG merupakan penggalan kata yang biasa digunakan masyarakat Pulau Belitung di antaranya; dulang (nampan besar berbentuk pipih terbuat dari bahan sejenis seng/kaleng), bakak (wadah nasi); tahang (kendi besar untuk menyimpan air); kebuloran (teramat lapar); gangan (nama masakan tradisional Melayu Belitung)6; memulut (aktivitas menjerat burung dengan bahan tradisional); pekatik (burung yang digunakan sebagai umpan untuk menangkap burung lainnya); peludan (tempat pembuangan air ludah), nasi kerai (nasi yang belum terlalu masak, sudah bisa disantap); tulah (sebab dari aktivitas kurang ajar terhadap orang yang lebih tua); tetak ikat (aktivitas tradisi pasca pernikahan); tulak balak (tradisi menghilangkan kesialan); mandik besimbor (tradisi mandi setelah agenda pernikahan), (Saie, 2005; Hoogstad, 2007). Selain sistem bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat Melayu Belitung, novel YG juga menghadirkan sistem mata pencarian masyarakat. Masyarakat Pulau Belitung memanfaatkan segala isi alam untuk bertahan hidup. Misalnya, masyarakat pedalaman (urang darat) banyak beraktivitas dengan berladang atau bercocok tanam di ume, kubok, maupun keleka’, dan memanfaatkan hewan liar yang ada di hutan. Tanahnya subur 5 Lihat di antaranya; Geertz, (1983); Mulder, (1985). Di Bangka masakan ini biasa disebut dengan Lempah Kuning, di Sumatra umumnya ada yang menyebutnya Tempoyak dengan bahan tambahan fregmentasi durian. 6 TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 283 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. memberikan hasil alam melimpah, mulai dari tumbuhan, hewan, serta hasil pertambangan. Pendeskripsian dalam novel YG beberapa merupakan repertoire yang dimungkinkan diambil pengarang melalui catatan pelayaran China (catatan dinasti Yuan dan Dinasti Ming via Groeneveldt, 2009) dan Eropa (J.W.H Adam, 1927, via Basyarun, 2010: 29). 7 Wujud budaya yang hadir karena efek dari proses pembacaan novel YG, seperti syair, pantun, mantra, julukan, peribahasa, pantangan dan tanda alam, beberapa kesenian, serta adat pernikahan, kelahiran, dan kematian. Begalor, syair, pantun, mantra, julukan, dan peribahasa, sangat akrab dalam kehidupan masyarakat Melayu pada umumnya. Dalam kehidupan masyarakat Melayu tradisional, pantun dan peribahasa (serta teka-teki dan lain-lain) dijadikan media untuk menyampaikan pendidikan, (Hamid,1988:131). Mendengarkan petuah dari orang tua dalam istilah Pulau Belitung disebut begalor, (Hoogstad, 2007). Galoran atau begalor ini dilakukan orang yang lebih tua dengan menyisipkan beberapa pendidikan kehidupan pada anak cucu. Pelantunan syair biasanya menggunakan iring-iringan alat musik, seperti hadrah atau rebana, gendang, tawak-tawak atau tetawak, gambus, serta piul atau biola. Bagi masyarakat Pulau Belitung, syair biasa dilantunkan dalam kegiatan Besyair, Becampak, Dul Mulok, Lesong Batang/Lesong Panjang, Campak Laut, Begambus, dan Stambul Fajar, (Saie,2005; Basyarun, 2010). Sama dengan syair, pantun juga memiliki fungsi yang sama dalam masyarakat Pulau Belitung. Pantun sering digunakan dalam kesenian campak darat, begubang, betiong, dendang melayu, dan berebut pintu atau pantun besambut. Namun demikian, kegiatan berpantun lebih sering digunakan dalam aktivitas pernikahan, yaitu berebut pintuatau pantun besambut. Kegiatan pernikahan adat selalu menggunakan tradisi berebut pintu atau pantun besambut, (Saie, 2005). Pantun sebagai hasil kesusastraan Melayu dapat dipilah-pilih dalam lima jenis, yaitu pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun suka, dan pantun duka, Ediruslan (via Ahimsa-Putra, 2007: 220). Pantun anak muda dan pantun suka bisa digunakan sebagai alat berkomunikasi, baik langsung 7 Lihat Goodrich, (1951). TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 284 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. maupun tidak langsung. Dalam novel YG pantun menjadi identitas dan sebagai salah satu cara menilai seseorang di masyarakat, (Sancin, 2009) Selain syair dan pantun, novel YG juga menggunakan pepatah dan peribahasa dalam aktivitas kehidupannya. Menurut Aliana (2001: 11) pepatah, peribahasa, perumpamaan, dan kata arif termasuk ungkapan tradisional dalam sastra lisan bahasa Melayu Belitung. Dalam novel YG juga terdapat beberapa pepatah dan peribahasa sebagai repertoire, misalnya; lebih baik pecah di perut, daripada pecah di mulut, (2009: 208); raje bijak meneteramkan, raje lalim menenggelamkan, (2009: 105); seperti anak ayam tak mau kehilangan induknya, (2009: 471); Dia menjadi duri dalam daging, (2009: 510); “Ramonda . . . Putri Yin Galema bukanlah air yang mengalir di sungai yang sama, (2009: 525); Aku pun seperti belibis, berenang tenang di telaga yang lapang, (2009: 557); “Katanya kau makhluk sempurna, tapi menguasai sekehendak diri. Apakah kau tega membunuh dirimu sebelum kau sendiri mati?” (2009: 561). Wujud norma budaya lain sebagai repertoire yang terepresentasikan dalam novel YG adalah mantra dan julukan. Mantra dikenal dan digunakan sebagian masyarakat Pulau Belitung dalam kehidupan sehari-hari dan digunakan dalam perdukunan, seperti kemat dan jampiq, (Aliana, 2001: 15). Julukan akan menyesuaikan objek yang diberi nama julukan dan atau setelah objek mencapai titik tertentu dalam kehidupannya. Banyak hal yang membuat seseorang mendapatkan julukan, misalnya bentuk fisik atau kebiasaan mereka sehari-hari. Pemberian julukan berhubungan erat dengan fisiognomi (physiognomy) atau bentuk tubuh si anak. Namun bukan tidak mungkin juga menyesuaikan beberapa hal lain yang melingkupi kehidupan si objek, (Danandjaya, 1991: 24-26). Wujud budaya lain yang terdapat dalam novel YG adalah beberapa kesenian, di antaranya Muang Jong, Campak Darat, Campak Laut, Stambul Fajar, Begubang, Lesong Batang, Dul Mulok, Begambus, Besyair, Beripat Beregong, Bepantun. Kemudian dikenal juga permainan badok dan rudat sebagai aktivitas yang akrab, terutama urang darat. Badok biasa dimainkan anak-anak atau remaja, sedangkan rudat dimainkan orang dewasa, lumrahnya di hari-hari TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 285 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. tertentu. Kesemua penggalan tentang beberapa kesenian di atas memiliki fungsi sebagai repertoire dalam novel YG. Kemudian novel YG juga menggunakan wujud budaya yang berkaitan adat perkawinan, kelahiran, dan kematian sebagai repertoire. C. Norma dan Fakta Sejarah dalam Novel Yin Galema Karya Ian Sancin Novel Yin Galema mengajak pembaca untuk menemukan dan melihat kembali hubungan yang pernah terjadi antara Pulau Belitung dengan banyak peristiwa di masa lalu. Latar penceritaan novel yang berkisar pada abad XVXVII, menerangkan sejarah yang berkaitan dengan Kerajaan Badau dan Kerajaan Balok.8 Kerajaan Badau dipimpin seorang pemuka Jawa dari Gresik, yaitu Ki Ronggo Udo yang datang ke Pulau Belitung pada abad XV dan menetap di daerah Badau. Sedangkan kerajaan Balok merupakan kerajaan yang juga dipimpin seorang pemuka Jawa, yaitu Ki Gede Yakub, yang datang ke Pulau Belitung pada abad XVII dan menetap di daerah Balok, Dendang.9 Novel YG memaparkan hubungan antara Kerajaan Balok dengan Kerajaan Mataram Islam di Jawa. Hubungan tersebut ditegaskan dengan menghadirkan sistem pemerintahan Kerajaan Mataram 10 menggambarkan sistem pemerintahan Kerajaan Balok. Islam untuk Sistem ini berupa cara mengikat daerah taklukkan melalui perkawinan, penyanderaan, pemusatan pasukan, serta perubahan sikap beragama11 yang merupakan aktualisasi fakta sejarah.12 Penyebaran agama Islam di Pulau Belitung melalui beberapa tahap, di antaranya pada abad XV dan abad XVII yang terepresentasikan lewat beberapa tokoh dalam novel YG. Kehadiran beberapa tokoh ini sebagai penegasan betapa kuatnya pengaruh Islam yang dibawa pemuka Islam dari Pasai (Tuk Jabar) dan 8 Lihat di antaranya; A.H, S. Yan, (1984); Basyarun, (2010). Lihat di antaranya, A.H, Yah, (1984); Basyarun, (2010). 10 Sistem pemerintahan ini lebih dulu diadopsi Kerajaan Mataram Islam dari sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit, (Ricklefs, 1996). 11 Lihat di antaranya, Ricklefs (1995); Lombard (2000), Husken, (2001). 12 Sistem Kerajaan Majapahit yang diadopsi Kerajaan Mataram Islam ini oleh Lombard (2000: 38) disebut “dipinjam”. 9 TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 286 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Pulau Jawa (Ki Ronggo Udo/Ki Mayang Gresik dan Ki Gede Yakob/Ki Gede Yakub) ke Pulau Belitung.13 Besarnya pengaruh agama Islam yang kemudian dikenal sebagai kerajaan Pasai, Perlak, dan Sumatera/Samudra, memiliki efek yang luas di Indonesia. Dalam novel YG dimanfaatkkannya Pasai sebagai daerah tempat hadirnya Tuk Jabar sebagai penyebar Islam di Pulau Belitung. 14 Merujuk pada salah satu dongeng, Tuk Jabar dalam novel Yin Galema (2009) merupakan representasi dari Tuk Jakfar (Jape) dalam cerita rakyat Melayu Belitung, “Keramat Menangan”, (Aliana, 2001: 28).15 Meminjam istilah Ricklefs, meski informasi dalam cerita rakyat sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya, sumber-sumber tersebut perlu diperhatikan keberadaannya. 16 Jika ditelisik, cerita-cerita (dongeng) Melayu Belitung pun memiliki peranan yang sama dengan beberapa cerita yang sudah disinggung oleh Ricklefs.17 Salah satu peristiwa besar yang melingkupi sejarah Nusantara abad XV atas hadirnya agama Islam adalah, jatuhnya Kerajaan Majapahit ke tangan penguasa Islam, Demak (1478). Lahirnya Kerajaan Demak yang berlandaskan hukum Islam telah menandakan runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha terakhir di wilayah pedalaman Jawa sekitar tahun 1527, (Ricklefs, 1995: 21-30).18 Laksamana Cheng Ho/Zheng He dari China sekitar tahun tersebut diyakini andil dalam penyebaran Islam di Indonesia, (Tan Ta Sen, 2001; Yuanzhi, 2013). Penyebaran Islam di Nusantara ini tidak lepas dari terbukanya pintu laut jalur Selat Malaka, yang tidak hanya menghubungkan para pelayar-pedagang semata. Setidaknya, ada tiga negara (daerah) yang tercatat dengan baik dalam sejarah 13 Lihat di antaranya, Ricklefs (1995), Kasim, (1953: 114). Lihat di antaranya, (Ricklefs, 1995), Hasymy, (1989). 15 Lihat juga Tomé Pires (via Lombard, 1991). 16 Lihat selengkapnya Ricklefs, (1995: 13). 17 Lihat cerita rakyat Belitung di antaranya, Salim Y.A.H dan H. Suwardi, (1996); Aliana dkk, (2001); Sahib, (2005). 18 Selian runtuhnya Demak, disinggung juga keruntuhan kerajaan Singhasari, Majapahit, dan Pajang, (Sancin, 2009: 495). Fakta sejarah ini bisa dilihat dalam Ricklefs, (1995); Lombard, (1996); Muljana (2009); Coedès, 2010; Reid, (2014). 14 TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 287 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. sebagai tempat tumbuh kembangnya agama islam, yaitu Aceh,19 Jawa, dan Sulawesi Selatan, (Ricklefs, 1995: 47). Selain masuknya agama Islam, Sancin juga menghadirkan persinggungan antara Kerajaan Balok dengan daerah, kerajaan, dan bangsa di Asia dan Eropa. Hubungan yang paling menonjol adalah dengan Mataram Islam di Jawa dan Belanda. Permasalahan rempah-rempah dan bijih besi20 turut melatarbelakangi hubungan Kerajaan Balok dengan Ternate, Banten,21 Banjar, Sumatra, Gowa, Maluku.22 Kepentingan kolonialisasi melahirkan devide at impera yang dilakukan Belanda terhadap penguasa saat, (Ricklefs, 1995: 72-75). Semenjak menduduki Banten, VOC perlahan mulai menaklukkan Indonesia Timur. Hal ini kemudian melahirkan pemberontakan yang dilakukan Sultan Hasanudin 23 terhadap kuasa dan kekuatan VOC (Belanda), (Sagimun M.D, 1975). Posisi kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persilangan jaringan lalu lintas laut yang menghubungkan Benua Timur dengan Benua Barat, (Adeng, 1998: 1). Bahkan P.Y. Manguin, pakar perahu kuno dari Perancis, menyebutkan kalau berabad lalu pelayaran sudah ramai melalui “jalur menyusur pantai” dengan ditemukannya peta dan buku panduan pelayaran para pemandu laut bangsa Portugis, (Bambang Budi Utomo, 2012: 66 via Abdullah, ed). Selain catatan China, catatan dari Portugis ini menjadi salah satu pegangan pelayaran bangsa Eropa.24 Selain Singapura, Malaka juga termasuk daerah yang tidak kalah pentingnya dalam kurun waktu tersebut. Mengutip catatan yang dilakukan Tomé Pires, Ricklefs kemudian menyebutkan bahwa trayek-trayek yang berdampak 19 Lihat Ricklefs, (1996: 41). Pentingnya biji besi dan persinggungannya dengan Pulau Belitung lihat di antaranya, Pane, (1952: 260), Sujitno, (1996: 53-57); Lombard, (1996: 5), Ricklefs, (2007: 29), Reid, (2014: 120-131); Speelman (1670A: 113 via Reid, 2014); van Bemmelin 1949 II: 212, (via Reid, 2014: 126). 21 Lihat Guillot, (2008). 22 Lihat di antaranya Ricklefs, (1995); Lombard, (1996); Coedès, (2010); Reid, (2004); Reid, (2014). 23 Lihat di antaranya, Andaya, (1993); Effendy, (2005). 24 Lihat juga, Berg, (1951); Berg, (1954); Pane, (1952); Lan, (1952); Abdullah, (1983); A.H, S.Yan, (1984); Ricklefs, (1995); Lombard, (1996); Groeneveldt, (2009); Munoz, (2010: 259); Coedès, (2010); Basyarun, (2010); Tan Ta Sen, (2010); Yuanzhi, (2013); Reid, (2014). 20 TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 288 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. atas keberadaan Malaka sangat luas.25 Sebagai jalur perdagangan dunia, Tumasik dan Malaka menjadi tempat bertemunya para pelayar-pedagang dan menjamurnya pemberontakan dari para perompak atau lanun. Orang-orang Melayu, China, dan Eropa, baik sebagai pelayar-pedagang maupun perompak, merupakan jaringan-jaringan yang saling berkaitan satu sama lain26 di sekitar Tumasik dan Malaka. Penaklukkan Portugis terhadap Malaka membuat terbukanya jalur aktivitas perdagangan bebas, yang oleh Pires (via Ricklefs, 1995) disebut sebagai pelayaran kacau. Hubungan berikutnya adalah antara Pulau Belitung dengan China yang terepresentasikan melalui tokoh Yin Galema. Kedatangan Yin Galema ke Pulau Belitung ketika terjadinya pergantian tampuk pemerintahan antara Dinasti Ming ke Dinasti Qing/Manchu/Ch’ing. 27 Yin Galema dalam novel YG datang ke Pulau Belitung bersamaan dengan transisi Dinasti Ming ke Dinasti Qing. Tahun 1644 pergeseran dari Dinasti Ming ke Dinasti Qing/Ch’ing/Manchuria resmi terjadi. Lan menyebutkan, peristiwa ini merupakan salah satu era penting dalam perpindahan kekuasaan bangsa Tionghoa ke kekuasaan bangsa Manchu, (1952: 155). Dalam novel YG terdapat deskripsi tentang perbandingan keadaan di China dengan Balok. Latar waktu antara fakta-fakta yang ada adalah paruh pertama abad XVII. Pergolakan kekuasaan Dinasti Ming akibat makin melemahnya kehidupan kerajaan dan adanya korupsi, membuat Dinasti Ming mengalami kemunduran dan kekuasaan dikuasai oleh Dinasti Qing atau Manchuria. 28 Kisaran waktu transisi antara Dinasti Ming ke Dinasti Qing juga menjadi masa pergantian tampuk pemerintahan dari Kerajaan Badau ke Kerajaan Balok yang ada di Pulau Belitung, (A.H, S.Yan, 1984; Basyarun, 2010), serta dari Sultan Agung ke Amangkurat I di Jawa (Ricklefs, 1995). Yin Galema dialiri darah tiga bangsa, Mongol, Tiongkok, dan Manchu, bangsa yang berkuasa atas Tiongkok secara silih berganti. Ada 3 dinasti yang digunakan Sancin – Dinasti 25 Lihat selengkapnya Ricklefs, 1995: 29. Lihat di antaranya Ricklefs, (1995); Lombard, (1996); Coedès, (2010). 27 Lihat di antaranya, Lan, (1952); Po-Tsan, (1964); Sukisman, (1992); Fairbank, (2006); Taniputera, (2013). 28 Lihat di antaranya Lan, (1952); Berg, (1951), Berg, (1954); Po-Tsan, (1964); Sukisman, (1992); Fairbank, (2006); Groeneveldt, (2009); Tan Ta Sen, (2010); Yuanzhi, (2013); Taniputera, (2013). 26 TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 289 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Yuan, Dinasti Ming, dan Dinasti Qing – dinasti yang kedua dan ketiga yang paling dominan hadir dalam novel YG. Pengaruh China dan India sampai pada sebagian besar kawasan Nusantara lewat perdagangan maritim, bukan lewat penaklukkan atau kolonialisasi, (Reid, 2013: 9). Kehadiran bangsa China di Indonesia dapat dilihat dalam beberapa fase. Beberapa catatan China tentang Nusantara bahkan membaginya menjadi dua kelompok; pra-Dinasti Ming dan masa Dinasti Ming. Kehadiran orang China ke Nusantara berlanjut pada masa berdirinya Dinasti Qing hingga sekarang. Kelompok pra-Dinasti Ming meliputi catatan sejarah Dinasti Liu Song (420479), sejarah Dinasti Liang (502-557), sejarah lama Dinasti Tang (618-907), sejarah baru Dinasti Tang (618-907), sejarah Dinasti Song (60-1279), sejarah Dinasti Yuan (1279-1368), Shi Bi – Sejarah Dinasti Yuan, Gao Xing – Sejarah Dinasti Yuan, serta Ike Mese – Sejarah Dinasti Yuan. Kelompok Dinasti Ming meliputi catatan sejarah Dinasti Ming (1368-1643), Zheng He, Yingya Shenglan (1416), Dong Xi Yang Kao (1618), serta Xingcha Shenglang (1436), (Nugroho, 2011: 217-218). Selain catatan yang terangkum dari sejarah China, persinggungan yang mencatat adanya hubungan antara Nusantara dengan China dalam La Galigo, Nagarakartagama, Pararaton. Pelayaran Yin Galema bersama ayah beserta rombongannya ke Pulau Belitung dalam pencarian Kayu Gaharu, telah menjadi titik awal seluruh rangkaian cerita novel. Hubungan antara Pulau Belitung dengan China telah direkonstruksikan dalam novel YG oleh pengarang dan digunakan menjadi repertoire dalam novel YG. Persinggungan tersebut juga besinggungan dengan beberapa budaya di China, seperti keberadaan burung Hong, Naga, sampai penggunaan meja, piring, dan sumpit menjadi unsur pembangun makna novel. Hubungan saling silang tersebut tidak lepas dari sejarah abad ke VII-XI, ketika tiga emporium di Kawasan Asia, yaitu kekuasaan Khalifah Bani Umayyah di ujung barat, Kekaisaran China di bawah kawasan Dinasti Tang di ujung timur, dan Kerajaan Sriwijaya di Nusantara, mendorong majunya perdagangan melalui pelayaran di antara TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 290 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. ketiga emporium tersebut, (Bambang Budi Utomo, 2007).29 Kemajuan perdagangan ketiga kawasan Asia memunculkan Bangsa-bangsa dari Eropa, seperti Portugis, Inggris, dan Belanda. D. Fungsi Sastra Lama dalam Novel YG Karya Ian Sancin Cerita tentang perselisihan dua kerajaan, antara Raja Balok dan Raja Badau, semulanya merupakan cerita lisan. Cerita ini menyisakan sumpah, “mulai detik ini tujuh keturunan kita tidak boleh bersatu (kawin). Kalau ini dilanggar maka celakalah semuanya.”, (Sahib, 2005: 27- 29). Cerita HPP kemudian diolah dalam novel YG melalui beberapa hal, seperti kehadiran tokoh sentral, yaitu Raja Badau dan Raja Balok yang sudah dimodifikasi. Tokoh tambahan lain seperti; Nyi Sitti (Dewi) Kesuma/Mak Nyanyu, Cakraningrat II/Ki Agus Mendhing (Bang Dulhen), Nyi Ayu Tenga, Nyi Ayu Busu (Putri), Nuzulia, Kanda Badau, Dayang Rindit, Pak Marub, Dayang Serima, Yin Galema, Ho Chim Lai; Wang Xi, Tuk Jabar, Ambora, dan Mazak. Tokoh tambahan lain dalam novel YG yang juga penting, Panglima Gu Shu, Pangeran Shun Chi, Lidea dan Bonia, panglima Praboyo/Purboyo, almarhum Nenek Nyi Ayu Tenga dengan Nenek Dayang Rindit adalah saudara satu ayah, raja pemberontak dari Istanayuda di Buding, Suroyudo di Belantu, Kramayuda di Sijok, dan Singayuda di Badawi, Sultan Agung Mataram, Amangkurat I, Sultan Banten, Sultan Malaka Mahmud Syah Raja, dan Sultan Johor, Gora, Pagui, Kimchu, Samguan, dan lima perempuan yang dibawa Galema dari Tumasik. Latar depan dan latar belakang telah mengendalikan persepsi Sancin sebagai seorang pembaca dan bertanggung jawab atas makna karya sastra yang diciptakannya. Strategi-strategi teks ini telah menciptakan tegangan yang membawa kepada serangkaian tindakan dan interaksi yang berbeda. Perbedaan ini yang pada akhirnya membuat lahir atau munculnya objek-objek estetis dalam novel YG. Jika perselisihan tokoh cerita yang terangkum dalam SLBMB karena 29 Lihat Herliany (2013:384) tentang penemuan beberapa barang antik dari kapal karam disekitar laut Belitung. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 291 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. perbedaan agama, cerita HPP dalam buku CKDKH susunan Bule Sahib lebih disebabkan oleh kekuasaan (siapa yang menguasai dan siapa yang dikuasai), dalam novel YG (2009) Sancin merespon cerita tersebut ke dalam perselisihan karena percintaan segitiga. Novel YG juga menggunakan lebih dari satu cerita dalam membangun makna novelnya. Misalnya, cerita rakyat yang bertemakan tentang datangnya agama Islam ke Pulau Belitung, di antaranya “Keramat Menangan”, “Datuk Letang”, “Hikayat Keramat Gunong Tajam”, “Hikayat Tu’ Kundo”, dan “Riwayat Keramat Pesak”. Cerita rakyat yang bertemakan tentang keberadaan dan dampak dari adanya bajak laut di Pulau Belitung ini di antaranya; “Asal Kejadian Tok Pancor”, “Keramat Menangan”, “Keramat Gedong” atau “Hikayat Keramat Gadong”, “Datuk Peker”, “Riwayat Batu Meja/Batu Rakit”, dan “Hikayat Tu’ Layang”. Kesemua cerita rakyat ini menggambarkan akan adanya para lanun serta pengarudk/mhnya bagi kehidupan masyarakat Pulau Belitung. Kemudian cerita rakyat yang terakhir adalah cerita rakyat yang bertemakan tentang kepercayaan masyarakat Pulau Beitung terhadap keberadaan antu berasu’, yaitu cerita “Antu Berasu”. E. Perwujudan Foreground dalam Yin Galema Disintegrasi menjadi salah satu fokus yang disiratkan Sancin dalam novel YG, suatu keadaan yang tidak bersatu padu, terpecah belah, dan mulai hilangnya keutuhan/persatuan yang berakibat pada perpecahan, (KBBI, 2008). Disintegrasi bisa muncul karena beberapa hal, di antaranya; kembang tumbuhnya hubungan konflik identitas yang mengarah pada disharmonis dalam konteks nasionalisme Indonesia dan pada akhirnya akan berbentuk disintegrasi sosial, (La Ode, 2012: 206). Kenyataan ini kemudian memberi imbas yang meluas bagi masyarakatnya, baik pribumi setempat maupun para keturunan peranakan Tionghoa. Disintegrasi pun meluas, tidak hanya sebatas disintegrasi sosial, tetapi ke disintegras-disintegrasi lainnya, seperti disintegrasi identitas dan ekonomi. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 292 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Perekonomian dalam kehidupan masyarakat Pulau Belitung, baik di pusat kota maupun kabupaten, bersinggungan langsung dengan orang China, (Theo, Rika dan Fennie Lie, 2014). Selain orang China, urang Juru juga turut mendominasi masalah perekonomian. Hal ini yang kemudian turut menciptakan kecemburuan di tengah masyarakat. Tokoh Yin Galema, paman Ho, Wang Xi, dan Sam Guan, merupakan representasi dari orang-orang China yang menyiratkan fakta tersebut dalam novel. Kemudian pelayan di Tumasik merujuk pada Melayu pedalaman atau urang darat. Para pendatang atau penikmat kopi adalah mereka para pelaut atau pelancong, yang dalam novel merujuk pada urang sekak atau urang laut serta pelancong yang singgah (urang juru). Selain itu novel YG juga menghadirkan beberapa perempuan pelayan yang biasa memberikan pelayanan lebih bagi para tamu. Kehadiran beberapa perempuan pelayan sebagai representasi dari para pekerja yang memang dipekerjakan di warung-warung kopi Pulau Belitung di masa sekarang. Kelima perempuan pelayan warung kopi Wang Xi yang dibawa Galema ke Balok, dan mendapatkan pertentangan dari Nyi Ayu Busu, adalah pesan yang ingin disampaikan novel YG. Faktanya, perempuan pekerja ini biasa disebut “kacang Bogor”, “kacang Bandung”, atau “kacang Jawe” yang merupakan sinonim dari pelacur. Penyimpangan inilah yang juga menjadi sorotan dan kritikan novel YG dengan menghadirkan tokoh pelacur yang dibawa Yin Galema sepulangnya dari Tumasik. Mayoritas pengunjung warung kopi/remang-remang adalah remaja dan para suami dengan usia sekitar 19-45 tahun. Tingginya pendapatan pekerjaan Timah membuat “hidung belang” mudah memuaskan hasrat kelelakiannya. Perselingkuhan adalah dampak meningkatnya pendapatan masyarakat dan menjadi faktor terbesar atas perceraian yang terjadi dalam masyarakat Pulau Belitung. Fakta atas maraknya perceraian di Pulau Belitung terepresentasikan dalam novel YG lewat perselingkuhan beberapa tokoh. Pengkhianatan yang dilakukan Yin Galema terhadap cinta Kanda Badau telah melahirkan dendam kesumat dan permusuhan antar tokoh. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 293 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Hal lain yang disiratkan novel YG adalah kecemburuan sosial antar masyarakat karena pemekaran. Pemekaran Pulau Belitung melahirkan konflik identitas, baik antar pemerintah, maupun antar masyarakat. Rasa saling mencemburui, mencurigai, dan bahkan saling kuasa- menguasai lambat laun timbul. Terpilihnya Basuki Tjahaja Purnama/Ahok dan Basuri Tjahaja Purnama menimbulkan masalah baru. Meski kemenangan Ahok menjadi penting dan memberi dampak luas bagi Psikologi kelompok Etnis Tionghoa Indonesia,30 bagi pribumi sebaliknya. hal tersebut berimbas pada Ishak Marobi di tahun 2013 dalam pemilihan kepala daerah Belitung Barat. Hampir setiap sudut desa dan kota, seruan-seruan anti non-muslim sebagai kepala daerah tumbuh subur di Pulau Belitung. Apa yang dibangun novel YG berkembang ke arah yang lebih luas, yaitu ketidaksukaan “pribumi” terhadap “nonpribumi”. Dikotomi antara pri dan nonpri yang bersinggungan antara peranakan Tionghoa dengan masyarakat Indonesia (pribumi) menjadi hal serius. Novel YG ingin menyampaikan dua hal yang bagai dua sisi mata uang, yaitu pro dan kontra dalam waktu bersamaan. Jika dilihat dari sisi lain, novel YG berusaha mengkritik dominasi tersebut dan berada di dalam masyarakat pribumi, seakan sedang marah dan mencemburui dominasi Tionghoa. Namun di sisi lain, novel YG mendukung perlunya kedewasaan dalam menyikapi multikultural di Pulau Belitung (baca; Indonesia) dengan mengkritik masyarakat Melayu Belitung yang cenderung malas, sehingga wajar didominasi peranakan Tionghoa dan urang juru kehidupannya. Novel YG memberi pandangan bahwa perbedaan bukanlah persoalan, siapapun bisa memimpin asalkan bisa membawa kebaikan dan ketentraman. Melalui dialog Ramonda Raja, novel YG memberi pandangan; bahwa persaudaraan seharusnya dijunjung oleh masyarakat, dan perbedaan dijadikan alasan untuk melahirkan pertikaian. Keberadaan jangan masyarakat Tionghoa jangan dijadikan permasalahan untuk menciptakan perselisihan berkepanjangan, peranakan Tionghoa harus diakui keberadaannya. Perbedaan agama atau garis keturunan menjadi tidak penting ketika perubahan dan 30 Idem. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 294 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. ketentraman bisa tercipta. Melalui dialog, penokohan, dan deskripsi di atas, Sancin menunjukkan sikap pro terhadap kaum minoritas yang ada. Lewat penghadiran beberapa norma budaya, seperti adat perkawinan, kelahiran,dan kematian, Sancin ingin menegaskan sikap cinta tanah lahir. Sancin menyisipkan beberapa kalimat, nama, serta lafad untuk menyebutkan sesuatu tetap menggunakan dialek atau bahasa asli Pulau Belitung. Novel YG menghadirkan beberapa kesenian dan kerinduannya terhadap keasrian lingkungan yang mulai rusak akibat penambangan timah dan perkebunan kelapa sawit. Kesemua norma ini dibungkus dengan baik dalam novel YG dengan peranan agama sebagai pegangan kehidupan bermasyarakat. Agama yang melatarbelakangi pandangan novel YG adalah agama Islam, tetapi tidak mengabaikan keberagaman agama yang ada di Masyarakat. Penggunaan bahasa Melayu Belitung dalam novel YG merupakan upaya memberi efek kepada pembaca bahwa karyanya benar-benar memiliki keterikatan dengan Pulau Belitung. Kemunculan bahasa Melayu Belitung, bahkan bahasa yang tergolong kuno bagi masyarakat Pulau Belitung, sebagai usaha membudayakan kembali istilah-istilah daerah yang sudah jarang didengar dan digunakan masyarakat secara umum. Mulai lunturnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat atas istilah-istilah daerah ini merupakan dampak dari adanya urbanisasi dan modernisasi. Penghadiran dan dipertahankannya penggunaan nama-nama dengan istilah- istilah atau sebutan-sebutan daerah, merupakan usaha novel YG dalam memberi paham atas pentingnya budaya asli sebagai identitas diri. Akhirnya, kehadiran kesemua hal yang hadir dalam novel YG merupakan aktualisasi dari norma-norma sosio-budaya-sejarah dalam masyarakat. Hal ini yang membuat novelnya menarik untuk diteliti. Melalui pendeskripsian serta penokohan yang dikonstruksi, pengarang dengan leluasa menyampaikan apa yang didukung dan ditentangnya sebagai seorang individu. Melalui kesemua tokoh, novel YG hadir sebagai seorang pendukung dan penentang atas kenyataan yang ada di masyarakat Pulau Belitung. Kenyataan yang diciptakan dalam novel YG merupakan sebuah cerita yang berlandaskan TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 295 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. pada fakta. Namun demikian, fakta dan fiksi yang dihadirkan bukanlah fakta dan fiksi seutuhnya, tetapi sudah difiksikan. Foreground yang disampaikan Sancin membentuk struktur organisasional arti yang sudah dioptimalkan dalam penelitian lewat pembacaan teks. Repertoire yang ada telah mengorganisasikan reaksi-reaksi peneliti terhadap teks dan masalah-masalah yang dibawa pengarang bagi pembacapeneliti. Optimalisasi yang diungkapkan di sini sudah disesuaikan pada tingkat kesadaran pembaca-peneliti. Hal ini juga sudah disesuaikan pada keinginan dalam membuka diri terhadap satu pengalaman yang tidak familiar. Optimalisasi yang ada dalam pembahasan sudah digantungkan pada strategi-strategi teks yang akan diaktualisasikan. Garis strategi ini dilakukan sesuai kerangka teori repertoire yang dikemukakan Iser dalam bukunya The Act of Reading: A Theory of Aesthetic Response, (1987). F. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel YG pengarang menggunakan norma sosial-budaya-sejarah Pulau Belitung sebagai repertoire. Norma sosial tersebut berupa keberadaan urang darat, urang laut, urang juru, dukun kampong, dan karakteristik kehidupan masyarakat Pulau Belitung. Norma budaya yang terdapat dalam novel YG berupa syair, pantun, mantra, julukan, peribahasa, beberapa kesenian, serta adat perkawinan, kelahiran, dan kematian. Kemudian norma sejarah yang digunakan sebagai repertoire berupa sejarah Kerajaan Badau, Kerajaan Balok, serta hubungannya dengan beberapa kerajaan, daerah, serta bangsa lain, menjadi latar belakang masuk dan menyebarnya agama Islam di Pulau Belitung. Kesemua norma yang membangun makna novel tidak lepas dari peranan beberapa cerita rakyat yang dimanfaatkan Sancin sebagai kekuatan bagi lahirnya novel YG. Novel YG merupakan refleksi yang ditangkap pengarang dalam masyarakat Pulau Belitung. Permasalahan tersebut berorientasi pada pasca Pulau Belitung menjadi provinsi Bangka-Belitung dan mengalami pemekaran menjadi dua kabupaten kota pada tahun 2003. Kesimpulan ini didasarkan pada pelacakan TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 296 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. ekuivalensi repertoire novel YG dengan norma sosial historis dan budaya serta teks-teks sastra lama yang digunakan pengarang. Pengarang menekankan bahwa lahirnya dualisme pemerintahan hendaknya jangan dijadikan alasan untuk melahirkan konflik identitas. Pengarang merasa perlu mengingatkan pentingnya menyadari kemultikulturan dalam kehidupan bermasyarakat. Beragamnya etnis dan agama yang ada di Pulau Belitung hendaknya tidak menjadi alasan bagi masyarakat untuk tidak menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Perbedaan etnis dan agama yang ada dalam masyarakat perlu disadari sebagai Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Melalui kesemua unsur yang sudah disebutkan inilah pengarang melakukan pengkongkritan makna ekstratekstual menjadi makna tekstual dengan penambahan bumbu olahan estetis. Pengarang menyelipkan pandangan, harapan, dan kritikannya atas kenyataan melalui latar belakang (background) untuk menyampaikan latar depan (foreground) yang ingin ditujunya. Sancin memanfaatkan gudang pengetahuannya (repertoire) untuk merespon realitas yang dilihat, dibaca, dan dirasakannya dalam kehidupan nyata di Pulau Belitung. Hasil dari penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini bukanlah makna statis dan mutlak, masih bisa bergerak sesuai dengan harapan masing-masing pembacapeneliti. Demi terus bergulirnya ilmu pengetahuan, sesuai dengan proses pembacaan masing-masing, bukan tidak mungkin akan ditemuinya makna-makna lain oleh pembaca-peneliti yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Husnial Husin. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I di BangkaBelitung. 1983. Jakarta: PT Karya Unipress. Abdillah, Abu Umar. Dukun Hitam Dukun Putih: Menguak Rahasia Kehebatan Sekutu Setan. ?. Jawa Tengah: WAFA Press. Adeng, dkk. Kota Dagang Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. 1998. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 297 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Ahimsa-Putra, Heddy Sry (ed)-Koentjaraningrat, dkk. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan. 2007. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Adicita Karya Nusa. Ali, R. Moh. Peranan Bangsa Indonesia dalam Sedjarah Asia Tenggara. 1963. Jakarta: Bhratara. Aliana, Zainal Arifin dkk. Sastra Lisan Bahasa Melayu Belitung. 2001. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Andaya, Leonard Y. The World of Maluku: Estern Indonesia in the Early Modern Period. 1993. Honolulu: University of Hawaii Press. Anshoriy Ch, HM. Nasruddin & Arbaningsih, Dri. Negara Maritim Nusantara: Jejak Sejarah yang Terhapus. 2008. Yogyakarta: Tiara Wacana. Arifin, H.M. Menyingkap Metode-metode Penyebaran Agama di Indonesia. 1990. Jakarta: Golden Terayon Press. Bastian, John. Essays On Indonesian and Malayan History. 1961. Singapore: Eastern Universities Press LTD. Basyarun, Hamid A, dkk. Kerajaan Balok (1616-1873) Sejarah dari Pulau Belitung. 2010. Jakarta Timur: Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama Republik Indonesia. Bellwood, Peter. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia (edisi Revisi). 2000. Jakarta: PT. Gramedia. Berg, H.J Van Den. Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia. 1951. Djakarta: J. B Wolters – Groningen. Berg, H.J Van Den. Asia dan Dunia Sedjak 1500: Sedjarah Umum dalam Bentuk Monografi. 1954. Djakarta: J. B Wolters – Groningen. Coedés, G dan L.-Ch. Damais. Kedatuan Sriwijaya: Penelitian tentang Sriwijaya. 1989. Jakarta Coedés, George. Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha. 2010. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), École francaise d’Extrême-Orient, Forum Jakarta-Paris, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 298 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Danandjaya, James. Folklor Indonesia: ilmu gossip, dongeng, dan lain-lain. 1991. Jakarta: Grafiti. Dawis, Aimee. Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas. 2010. Jakarta: PT Gramedia. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. 2008. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Effendy, muslimin A.R. Jaringan Perdagangan Makasar Abad XVI- XVII. 2005. Wonogiri: Bina Citra Pustaka. Erman, Erwiza. Kesenjangan Buruh Majikan; Pengusaha, Koeli dan Penguasa, Industri Timah Belitung, 1852-1940. 1995. Jakarta: Sinar Harapan. Erman, Erwiza. Dari Pembentukan Kampung ke Perkara Gelap; Menguak Sejarah Timah Bangka- Belitung. 2009.Yogyakarta: Ombak. Fairbank, John King, and Merle Goldman. China A New History: Second Enlarged Edition. 2006. London, England: The Belknap Press of Harvard University Press. Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fokkema, D.W dan Elrud Kunne-Ibsch. Teori Sastra Abad Kedua Puluh. 1998. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. 1983. Jakarta: Pustaka Jaya. Goodrich, L. Carrington. A Short History of the Chinese People: Revised Edition. 1951. New York: Harper & Brothers Publishers. Guillot, Claude. Banten: Sejarah dan Peradaban Abad X – XVII. 2008. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Groeneveldt, W.P. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. 2009. Jakarta: Komunitas bambu. H. Ibrahim Tien Ying Ma. Perkembangan Islam di Tiongkok (Terj. Joesoef Sou’yb). 1979. Jakarta: Bulan Bintang. Hamid, Ismail. Masyarakat dan Budaya Melayu. 1988. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Peniikan Malaysia. Hanafiah, Djohan (dalam Kongres Kebudayaan 1991). Kebudayaan Daerah Sumatra Selatan dalam Kehidupan Masyarakat Pendukungnya. 1992/1993. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 299 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Hanafiah, Djohan. Kuto Besak: Upaya Kesultanan Palembang Menegakkan Kemerdekaan. 1989. Jakarta: PT Karya Unipress. Hanafiah, Djohan. Melayu-Jawa: Citra Budaya dan Sejarah Palembang. 1995. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Heidhues, Mary Somers. Golddigers, Farmers, and Traders in the “Chinese Districts of West Kalimantan, Indonesia. 2003. United States of America: Southeast Asia Program. Heidhues, Mary Somers. Timah Bangka dan Lada Mentok Peran Masyarakat Bangka dalam Pembangunan Pulau Bangka Abad VIII s/d Abad XX. 2008. Jakarta: Yayasan Nabil. Heidhues, Mary Somers. Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di Distrik Tionghoa Kalimantan Barat. 2008. Jakarta: Yayasan Nabil. Herliany, Dorothea Rosa (ed), dkk. Arus Balik: Memori Rempah dan Bahari Nusantara Kolonialisme dan Poskolonialisme. 2013. Magelang: Samana Foundation. Hollander, J.J De. Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu. 1984. Jakarta: PN Balai Bahasa. Hoogstad, Salim Yan Albert & Tjik Erna. Kamus Kecil Bahasa Melayu Belitong. 2007. Belitung: Yayasan Paun. Iser, Wolfgang. The Act of Reading: A Theory of Aesthetic Response. 1987. London: Johns Hopkins University Press. Kasim, Muh dan Oejeng S. Gana. Dahulu, Sekarang, dan Jang Akan Datang: Buku Peladjaran Ilmu Sedjarah Indonesia untuk Sekolah Rendah. 1953. Bandung-Djakarta-Amsterdam: Penerbit N.V. Ganaco. La Ode, M.D. Etnis Cina Indonesia dalam Politik: Politik Etnis Cina Pontianak dan Singkawang di Era Reformasi 1998-2008. 2012. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Lan, Nio Joe. Tiongkok Sepanjang Abad. 1952. Djakarta: Balai Pustaka. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 300 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Lapian, Adrian B. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. 2009. Jakarta: Komunitas Bambu. Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian 1: Batas-batas Pembaratan. 1996. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian 2: Jaringan Asia. 1996. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian 3: Warisan KerajaanKerajaan Konsentris. 2000. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lombard, Denys (terj. Winarsih Arifin). Kerajaan Aceh Jaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). 1991. Jakarta: Balai Pustaka. Loudon, John F. De Eerste Jaren der Billiton-Onderneming. 1883. Amsterdam:J. H. De Bussy. Lubis, Nina H. Banten dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara. 2003. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. M. Rafiq Khan. Islam di Tiongkok (Terj. Sulaimansjah S.H). 1967. Djakarta: Tintamas. Mulder, Niels. Pribadi dan Masyarakat di Jawa. 1985. Jakarta: Sinar Harapan. Muljana, Slamet. Runtuhnya Kerajaan Hindu – Jawa dan Timbulnya Negaranegara Islam di Nusantara. 2009 (cet VIII). Yogyakarta: LkiS. Munoz, Paul Michel. Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia. 2013. Yogyakarta: Media Abadi. Nugroho, Irawan Djoko. Majapahit Peradaban Maritim Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia. 2011. Jakarta: suluh nuswantara bakti. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. 1995. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pane, Sanusi. Sedjarah Indonesia Djilid I, (Cet. Ke V). 1952. Djakarta: Balai Pustaka. Po-Tsan, Chien, Shao Hsun-Cheng, Hu Hua. Concise History of China. 1964. Peking: Foreign Languages Press. Reid, Anthony. Sejarah Modern Awal Asia Tenggara. 2004. Jakarta: LP3ES. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 301 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Reid, Anthony. Menuju Sejarah Sumatra: Antara Indonesia dan Dunia. 2010. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Reid, Anthony. Sumatera Tempo Doeloe: dari Marco Polo sampai Tan Malaka. 2010. Jakarta: Komunitas Bambu. Reid, Anthony. Asia Tenggara dalam Kurun Waktu Niaga 1450-1680, Jilid 1: Tanah di Bawah Angin. 2014. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Riana, I Ketut. Nágara Krtágama: Masa Keemasan Majapahit. 2009. Jakarta: Kompas. Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern. 1995. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008. 2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, M.C. Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi 1749-1792: Sejarah Pembagian Jawa. 2002. Yogyakarta: MATABANGSA. Saefullah, Asep. Tumasik: Sejarah Islam Awal di Singapura (1200-1511 M). 2012. Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Sagimun M.D. Sultan Hasanudin Menentang V.O.C. 1975. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Biografi Pahlawan Nasional. Sahib, Huzaini Bule. Cerite Kampong dari Kampoeng Halaman: petuah urang bari’ Belitong dalam cerita rakyat. 2005. Belitung: P.T Timah Persero Saie M.S, M. Wawasan Adat Istiadat Kabupaten Belitung Timur dalam Penerapan sehari-hari. 2004. Belitung: Pengurus Harian Lembaga Aat Kabupaten Belitung Timur. Saie M.S, M. Selayang Pandang Upacara Adat Kabupaten Belitung Timur. 2005. Belitung: Pengurus Harian Lembaga Aat Kabupaten Belitung Timur. Sancin, Ian. 2009. Yin Galema. Jakarta: Hikmah. Sinar, Tengku Luckman (dalam Kongres Kebudayaan 1991). Kebudayaan Daerah Melayu dalam Kehidupan Masyarakat Pendukungnya. 1992/1993. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 302 Gudang Pengetahuan Ian Sancin dalam Novel Yin Galema…. Sudibyo. 1993. Hubungan Intertekstual Novel Durga Umayi dengan Cerita Tentang Durga. Yogyakarta: Fakultas Gadjah Mada. Sujitno, Sutedjo. Sejarah Timah Indonesia. 1996. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sukisman, WD. Sejarah Cina Kontemporer (Dari Nur Ha Ci sampai Deng Xiao Ping). 1992. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Suryadinata, Leo. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia: Sebuah Bunga Rampai 1965- 2008. 2010. Jakarta: Kompas. Sweeney, Amin. Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi: Jilid 1 Puisi dan Ceretera. 2006. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia École Française d’Exstrême-Orient. Tan Ta Sen. Cheng Ho: Penyebar Islam dari Cina ke Nusantara. 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Taniputera, Ivan. History of China. 2013. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. 1984: Bandung: Firma Ekonomi. Theo, Rika dan Fennie Lie. Kisah, Kultur, dan Tradisi Tionghoa Bangka. 2014. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Y.A.H, Salim dan H. Suwardi. Cerita Rakyat dari Belitung (Sumatra Selatan). 1996. Jakarta: P.T Gramedia Widiasarana. Yuanzhi, Kong. Cheng Ho Muslim Tionghoa: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. 2013. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 303