4 Alat Tangkap dan Ikan

advertisement
Gambar 4.23
Morfologi umum ikan Kerapu (Serranidae) – ciri khas ikan Karang ekonomis penting
(live reef fish trade) (Foto: SPAG Training di Der Raja Ampat, oleh Andreas Muljadi).
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
Nama Latin
Nama lokal
Keterangan
1
Aethaloperca rogaa
(Forsskål, 1775)
Redmouth grouper
Tidak termasuk dalam perdagangan ikan karang
hidup; Jarang ditemukan sebagai hasil tangkapan
nelayan karena liar dan sulit ditangkap; menarik
sebagai objek menyelam di Terumbu Karang;
Tercatat ditemukan dari Sumatera, Mentawai, Bali,
Maumere, Komodo, Sangalaki, Togean, Banggai.
2
Belonoperca chabanaudi
(Fowler & Bean, 1930)
Arrow-head
soapfish
Sangat jarang ditemukan dalam hasil tangkapan
ikan karang; ukuran kecil; ditemukan daerah lokal
Teluk Tomini; namun juga ditemukan di daerah
Flores, Mentawai, Togean dan Banggai.
3
Cephalopholis argus
(Bloch & Schneider,
1801)
Peacock rock cod,
kerapu
Komersial, ukuran umum 40 cm; komoditas ikan
karang hidup (live-reef fish trade) namun relatif
jarang, dilaporkan ciguatoxic, namun belum pernah
dari Indonesia; tertangkap dengan Pancing,
perangap dan Speargun; menyebar luas dari
Mentawai, Bali, Laut Timor, Raja Ampat, Sangalaki,
Togean, Banggai dan sebagian besar Papua.
4
Cephalopholis miniata
(Forsskål, 1775)
Coral rock cod,
kerapu karang,
kerapu bara
Komersial untuk konsumsi juga untuk ikan
aquarium; sangat umum dan sering ditemukan
dalam perdagangan ikan karang hidup (bukan
komoditas utama); tertangkap dengan perangkap
dan peargun, belakangan sering menggunakan
racun sianida; habitat: Terumbu Karang yang jernih
(outer-reef), jenis makanan: 80% ikan
Pseudoanthias spp dan sisanya Crustacea;
membentuk kelompok haremic terdiri dari 2 jantan
dan 12 betina, membentuk teritori seluas sekitar
113
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
500 m2, dibagi menjadi subteritori, masing-masing
dijaga satu betina; tercatat ditemukan pada hampir
seluruh wilayah Terumbu Karang Indonesia
(Mentawai, Bali, Maumere, Laut Timor, Raja Ampat,
Manado, Togean, Banggai, Sangalaki sampai Pulau
Weh)
5
Cephalopholis polyspila
(Rdanall & Satapoomin,
2000)
6
Cephalopholis sonnerati
(Valenciennes, 1828)
Tomato rock cod,
kerapu Hantu,
kerapu merah
Termasuk komoditas komersial, terutama untuk
perdagangan ikan karang hidup (live-reef fish trade)
di Hongkong, ukuran umum 30 cm; dulunya
ditangkap dengan Gill Net dan perangkap; sekarang
lebih banyak dengan Pancing dan racun sianida;
habitat: karang pada Laguna dalam atau karang
luar, juvenil ditemukan dekat spons dan ujung
karang; jenis makanan: ikan, Crustacea termasuk
Udang, Kepiting dan Stomatopoda, betina dewasa
pada ukuran 28 cm, jantan setelah 34 cm; ikan ini
berwarna merah seperti tomat sehingga disebut
tomato rock cod; tercatat ditemukan dari Bali,
Komodo, Manado, Togean, Banggai, Sangalaki dan
wilayah lainnya.
7
Cephalopholis urodeta
(Forster, 1801)
Kerapu jenang,
gaos merah, blackfinange rock cod,
flag-tail rock cod
Perikanan subsisten, ditangkap dengan perangkap;
habitat: Terumbu Karang luar yang jernih atau
Laguna, perairan dangkal, jenis makanan: 68% ikan,
sisanya Crustacea; mudah dibedakan dengan
spesies lain pada sirip ekor; termasuk perikanan
subsisten, namun kadang ditemukan dalam
perdagangan ikan karang hidup; banyak ditemukan
di Raja Ampat, namun kadang ditemukan juga di
daerah lain.
8
Cromileptes altivelis
(Valenciennes, 1828)
Kerapu tikus,
bebek, Humpback
grouper
Satu-satunya spesies dari genus; komoditas
ekonomis dari perdagangan ikan karang hidup (livereef fish trade) di Hongkong, juvenil juga dijual
sebagai ikan aquarium; ditangkap dengan
Perangkap dan Speargun, sekarang lebih sering
dengan Pancing dan racun Sianida; habitat:
Terumbu Karang pada Laguna atau outer reef, dasar
biasanya agak berlumpur, pertumbuhan sangat
lambat, jenis makanan: ikan dan Crustacea; kepala
kecil dan membentuk punuk pada bagian punggung
sehingga disebut humback grouper; penyebaran
lokal di perairan Jawa, namun ditemukan juga di
daerah lain Indonesia; relatif tidak banyak; usaha
budidaya sudah berhasil dikembangkan pada
beberapa tempat (Jawa Timur, Lampung dan Bali).
9
Epinephelus bilobatus
(Rdanall & Allen, 1987)
Twin-spot grouper
Spesies masih baru ditemukan; catatan tentang
spesies masih terbatas; tercatat ditemukan dari
Raja Ampat, diduga juga terdapat di wilayah lain
Indonesia;
114
Spesies masih baru ditemukan dalam catatan
ilmiah; informasi perikanan dan biologi masih
terbatas; tertangkap di Sumatera Barat, menyebar
sampai Sumatera Selatan.
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
10
Epinephelus
coeruleopunctatus
(Bloch, 1790)
Kerapu totol putih;
Small-spotted rock
cod
Minor komersial; beberapa kali ditangkap oleh
nelayan dan ditemukan dalam perdagangan ikan
karang hidup (live-reef fish trade); habitat: Terumbu
Karang jernih, bersembunyi pada gua karang, jenis
makanan: ikan dan Crustacea; sering tertangkap
dengan Perangkap, diduga banyak digunakan
sianida untuk mendapat ikan jenis ini; tercatat
ditemukan di daerah Raja Ampat, Teluk Maumere,
Bali, Manado, Togean Banggai dan Pulau Weh.
11
Epinephelus coioides
(Hamilton, 1822)
Kerapu lumpur,
balong, ukon,
green grouper
Komersial; tertangkap dengan Perangkap dan
bagan; kebutuhan untuk perdagangan ikan karang
hidup membuat nelayang menggunakan praktek
penggunaan sianida, sebagian menggunakan
Pancing; menempati habitat Terumbu Karang yang
agak keruh (disebut kerapu lumpur); sudah menjadi
komoditas budidaya (Lampung, Bali, Jawa Timur);
ditemukan pada hampir seluruh wilayah perairan
karang di Indonesia.
12
Epinephelus fasciatus
(Forsskål, 1775)
Bdaned rock cod,
kerapu bara,
senderong
Spesies komersial, tapi lebih sering sebagai
komoditas ikan aquarium; tertangkap dengan
Trawl, Gill Net dan Perangkap; banyak ditemukan
pada karang seperti teluk dan Laguna; tercatat
ditemukan di Raja Ampat, Bali, Teluk Maumere,
Komodo, Manado, Pulau Seribu, Pulau Bintan,
Sangalakki, Togean dan Banggai sampai Pulau Weh.
13
Epinephelus
fuscoguttatus (Forsskål,
1775)
Kerapu macan,
tiger grouper,
flower cod
Saat ini termasuk komoditas ekonomis penting
dalam perdagangan ikan karang hidup (live-reef fish
trade), juga ditangkap untuk aquarium; menempati
Terumbu Karang yang lebih dalam; umumnya aktif
pada sore hari; bisa mencapai ukuran 120 cm
(umumnya sekitar 50 cm); sudah menjadi
komoditas budidaya; ditangkap dengan berbagai
alat seperti Gill Net, perangkapSpeargun dan
Pancing; relatif sulit ditangkap dengan potasium
karena termasuk liar; tercatat ditemukan di daerah
Raja Ampat, Bali, Maumere, Komodo, Manado dan
sekitarnya, Pulau Seribu, Sangalaki dan Padang;
sering ditemukan di pasar Jakarta.
14
Epinephelus lanceolatus
(Bloch, 1790)
Giant grouper,
kerapu lumpur,
kertang
Perikanan subsisten, tapi komersial untuk
perikanan aquarium (juvenil); Jenis kerapu yang
paling besar; tinggal pada gua dalam habitat
Terumbu Karang, termasuk secretive species,
pernah dilaporkan tertangkap ukuran lebih dari 100
cm; jenis makanan: Lobster, ikan (termasuk anak
ikan hiu), anak Penyu dan Crustacea; relatif jarang
sehingga jarang menjadi komoditas perdagangan
ikan karang hidup; tercatat ditemukan di Pulau
Jawa dan Jakarta; beberapa penyelam juga
melaporkan telah menemukan di daerah lain;
ditangkap dengan perangkap dan Gill Net, atau
Speargun
15
Epinephelus longispinis
Long-spine rock
Komersial, digunakan untuk pengobatan Cina;
115
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
(Kner, 1864)
cod
tertangkap dengan Pukat, Gill Net, Perangkap,
Speargun dan Pancing (juga dengan racun Sianida);
habitat: dekat Terumbu Karang, habitat berpasir,
jenis makanan utama: Kepiting dan Stomatopoda;
tercatat ditemukan dari Sumatera, Bali, Lombok
sampai Laut Timor
16
Epinephelus maculatus
(Bloch, 1790)
Marbled rock cod
Minor komersial, kadang ditemukan dalam
perdagangan ikan karang hidup; menempati
Terumbu Karang bagian luar sampai Kedalaman 80
cm; ditangkap utamanya dengan Pancing dan
Perangkap, juga dilaporkan dengan Speargun;
tercatat ditemukan di daerah Selat Bali, Flores, Laut
Timor, Raja Ampat, Maluku dan wilayah Indonesia
lainnya.
17
Epinephelus malabaricus
(Bloch & Schneider,
1801)
Malabar grouper,
kerapu lilin
Sangat komersial sebagai komoditas perdagangan
ikan karang hidup di Hongkong; juga sebagai
komoditas komersial untuk budidaya, namun masih
belum diusahakan di Indonesia; ditangkap dengan
berbagai alat: Gill Net, Perangkap (Bubu), Speargun,
Pancing dan racun sianida; hidup pada berbagai
habitat yang berbeda (Bakau, Terumbu Karang,
dasar berpasir dan berlumpur), jenis makanan: ikan
dan Crustacea, kadang Cephalopoda; tercatat
ditemukan di Pulau Bintan, Sumatera Selatan Barat
dan Laut Timor.
18
Epinephelus
melanostigma (Schultz,
1953)
Black-spot grouper
Perikanan subsisten, relatif jarangdan berukuran
kecil; menempati rataan Terumbu Karang yang
dangkal; tertangkap dengan Trawl dan perangkap;
tercatat ditemukan pada berbagai wilayah: Raja
Ampat, Bali dan Pulau Weh; diduga ditemukan pada
berbagai wilayah di Indonesia.
19
Epinephelus
polyphekadion (Bleeker,
1849)
Flowery grouper,
Camouflage
grouper,
Komersial, termasuk salah satu komoditas penting
dalam perdagangan ikan karang hidup; mulai
dibudidayakan (skala eksperimental); menempati
Terumbu Karang bagian luar dalam gerombolan
kecil; bersembunyi di dalam karang sehingga
mudah ditangkap dengan menggunakan racun
Sianida; tercatat sebagai spesies lokal di Jawa,
namun juga menyebar dari Mentawai, Pulau Weh,
Bali, Komodo, Maumere, Raja Ampat, Manado,
Togean dan Banggai.
20
Epinephelus quoyanus
(Valenciennes, 1830)
Kerapu tutul
Termasuk dalam daftar spesies komersial;
tertangkap dengan Gill Net; menempati habitat
Terumbu Karang yang agak berlumpur; kebiasaan
duduk pada substrat, tidak liar sehingga bisa
ditangkap dengan Speargun atau racun sianida;
tercatat ditemukan di daerah Bali, Maumere,
Komodo, Pulau Bintan, Pulau Jawa, Teluk Jakarta,
Pulau Seribu dan Lombok.
21
Epinephelus rivulatus
(Valenciennes, 1830)
Halfmoon grouper
Minor komersial (kadang ditemukan dalam
perdagangan ikan hidup); menempati Terumbu
Karang dangkal, terutama jika ada Padang Lamun
116
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
disekitarnya; tertangkap dengan berbagai alat
termasuk Gill Net, Speargun atau racun Potasium
Sianida; tercatat ditemukan di daerah Sulawesi
(Bulukumba, Jeneponto), Bali, Flores sampai Laut
Timor
22
Epinephelus sexfasciatus
(Valenciennes, 1828)
Barong putih,
balang
komersial (perdagangan ikan karang hidup); hidup
pada Terumbu Karang agak berlumpur; tertangkap
dengan Trawl (hasil tangkap mati), sekarang lebih
banyak dengan Perangkap, Pancing atau Potasium
Sianida; sebagai spesies lokal di Laut Jawa;
ditemukan pada berabagai daerah di Indonesia
(Sumatera, Bali, Lombok, Flores, Ujung Pandang,
Muna). Sering ditemukan di pasar sekitar Ambon.
23
Epinephelus spilotoceps
(Schultz, 1953)
Foursaddle
grouper
komersial; habitat: Terumbu Karang pada Laguna
atau channel dan pinggiran karang tepi; ikan ini
mempunyai empat noda hitam seperti sadle di
bagian punggung sehingga disebut foursaddle
grouper; paling sering tertangkap dengan
perangkap, juga dengan sianida; tercatat
ditemukan di Raja Ampat, Pulau Kai, Sabang, dan
Pulau Weh.
24
Epinephelus stictus
(Rdanall & Allen, 1987)
Black-dotted
grouper
Minor komersial; masih relatif baru tercatat dalam
daftar spesies ikan kerapu (1987); belum termasuk
spesies komersial; hidup pada substrat berlumpur
dan pasir; tercatat pernah ditemukan di Pulau Jawa.
25
Epinephelus tauvina
(Forsskål, 1775)
Balong, belidra
Minor komersial, tapi sering ditemukan dalam
perdagangan ikan karang hidup di Hongkon; alat
tangkap: Gill Net, Perangkap, Speargun dan
Potasium; menempati wilayah Terumbu Karang
yang jernih; tercatat ditemukan di wilayah Teluk
Maumere, Komodo dan Kalimantan Timur.
26
Epinephelus tukula
(Morgans, 1959)
Potato cod
Dilaporkan sebagai spesies subsisten, namun sering
ditemukan dalam perdagangan ikan karang hidup di
Hongkong akhir-akhir ini; menempati wilayah
Terumbu Karang yang dalam, terutama pada gua
karang; tertangkap dengan alat Speargun juga
dengan Potasium Sianida; tercatat ditemukan di
Bali dan Teluk Maumere.
27
Gracila albomarginata
(Fowler & Bean, 1930)
White-square cod
Minor komersial, tapi sering terlihat dalam daftar
perdagangan ikan karang hidup di Hongkong; satusatunya spesies dalam genus Gracila; perenang
aktif, sering ditemukan pada Terumbu Karang
bagian luar; sulit ditangkap dengan racun potasium,
tapi bisa didapat dengan Pancing, alat lainnya
adalah Gill Net dan Perangkap; cepat stress dalam
transportasi sebelum mencapai pasar ikan hidup;
tercatat ditemukan di daerah Flores, Pulau
Mentawai, Raja Ampat, Manado dan sekitarnya,
Sangalaki, Togean dan Banggai, Teluk Sibuko dan
Pulau Derawan Kalimantan Timur
28
Plectropomus areolatus
Spotted coral
Salah satu komoditas ekonomis penting dari
117
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
(Rüppell, 1830)
trout, kerapu sunu
perdagangan ikan karang hidup; agak sulit dalam
transportasi karena mudah stress; menempati
wilayah Terumbu Karang luar yang agak dangkal;
tidak responsif dan bersembunyi dalam gua atau
celah karang, sifat ini membuat mudah ditangkap
dengan Potasium Sianida, juga ditangkap dengan
Pancing; tercatat ditemukan di Raja Ampat, Bali,
Maumere, Komodo, Manado dan sekitarnya.
29
Plectropomus laevis
(Lacepède, 1801)
Footballer cod,
kerapu bara
Salah satu komoditas ekonomis penting dalam
perdagangan ikan karang hidup, dagingnya enak;
sering ditangkap dengan Pancing atau racun
sianida; tercatat ditemukan di daerah Bali, Komodo,
Raja Ampat, dan Sangalaki.
30
Plectropomus leopardus
(Lacepède, 1802)
Kerapu sunu
Komoditas ekonomis penting dalam perdagangan
ikan karang hidup; tinggal pada wilayah Terumbu
Karang bagian luar yang lebih dangkal; bersembunyi
pada celah karang; ditangkap dengan racun sianida
atau Pancing; tidak aktif waktu malam sehingga
mudah ditangkap dengan Speargun; tercatat
ditemukan dari Selat Bali sampai Laut Timor,
Lombok, Flores, Raja Ampat, Manado, dan
Sangalaki.
31
Plectropomus maculatus
(Bloch, 1790)
Kerapu lodi
Termasuk komoditas ekonomis dalam perdagangan
ikan karang hidup; menempati Terumbu Karang
yang dangkal, termasuk jika terdapat macro-alga;
sudah menjadi komoditas budidaya; tertangkap
dengan racun sianida dan Pancing atau Speargun;
tercatat ditemukan dari wilayah Mentawai, Pulau
Bintan, Pulau Seribu, Komodo, Maumere, dan Raja
Ampat.
32
Plectropomus
oligacanthus (Bleeker,
1854)
Kerapu ladah
Termasuk komoditas ekonomis (perdagangan ikan
karang hidup) di Hongkong; menempati habitat
karang bagian luar namun tidak dangkal; sering
tertangkap dengan racun sianida, Pancing dan
Perangkap; tercatat merupakan tipe lokalitas di
Ambon; juga ditemukan di Jawa, Bali, Flores, Raja
Ampat, Manado dan Sangalaki.
33
Variola albimarginata
(Baissac, 1953)
Bintang timur,
White-edged
lyretail
Dilaporkan termasuk jenis subsisten, namun
belakangan sering terlihat dalam perdagangan ikan
karang hidup di Hongkong; sulit dalam transportasi
karena stress; ditangkap dengan Pancing,
Perangkap atau Speargun; tercatat ditemukan di
daerah Raja Ampat, Bali sampai Laut Timor,
Manado dan sekitarnya, Sangalaki, Togean dan
Banggai, termasuk Pulau Weh.
34
Variola louti (Forsskål,
1775)
Bintang timur
Termasuk jenis ekonomis pentin g dalam
perdagangan ikan karang hidup; tertangkap dengan
Pancing, Perangkap, kadang dengan racun sianida;
cepat stress dalam transportasi; tercatat ditemukan
di wilayah Pulau Weh, Mentawai, Flores, Laut
Timor, Raja Ampat, Manado, Sangalaki, Togean dan
118
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
Banggai.
(1.11) Ikan Lencam, Emperors – Lethrinidae
Karakteristik: Badan bulat panjang, sedikit agak pipih, sisik menutupi seluruh tubuh sampai
tutup insang. Moncong meruncing dan tidak bersisik, mulut kecil dengan bibir tebal. Sirip ekor
bentuk Lunate/Forked. Warna badan ungu kehijauan sampai hijau. Terutama pada ikan muda,
terdapat noda-noda gelap pada tubuh. Jenis ikan ini terdiri dari banyak spesies, yang paling umum
adalah Lethrinus lentjan. Nama lokal: Ketamba, Peldanok, Mempinang, Senonching, Asuan, Sikuda.
Habitat: Lencam termasuk jenis ikan demersal dan soliter. Hidupnya terutama dekat Terumbu
Karang, namun juga mendiami daerah Pantai dengan Muara Sungai. Ikan ini menyebar pada hampir
seluruh perairan pantai di Indonesia. Termasuk jenis predator dengan makanan utama makrofauna.
Perikanan: Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan Pancing, Gill Net, Bubu, Muro
Ami dan Dogol. Nelayan jarang mendapatkan ikan ini dalam jumlah produksi yang banyak, sehingga
kurang dikenal dibdaningkan ikan lain, seperti Bambangan. Hasil tangkapan nelayan bisa mencapai
ukuran > 50 cm.
Gambar 4.24
119
Morfologi umum ikan Lencam (Lethrinidae) – menyebar dari Sungai, Estuari, Pantai
Terumbu Karang sampai kedalaman 500 m (Foto: Pasar ikan Waegeo, Papua, oleh
Kartika Sumolang).
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
Nama Latin
1
Gnathodentex
aureolineatus (Lacepède,
1802)
2
Gymnocranius audleyi
(Ogilby, 1916)
3
Gymnocranius elongates
(Senta, 1973)
4
Gymnocranius grdanoculis
(Valenciennes, 1830)
5
Gymnocranius griseus
(Temminck & Schlegel,
1843)
6
Gymnocranius microdon
(Bleeker, 1851)
7
Monotaxis gradanoculis
(Forsskål, 1775)
8
Lethrinus amboinensis
(Bleeker, 1854)
9
Lethrinus atkinsoni (Seale,
1910)
1o
Lethrinus conchyliatus
(Smith, 1959)
11
Lethrinus erythracanthus
(Valenciennes, 1830)
12
Lethrinus genivittatus
(Valenciennes, 1830)
13
Lethrinus harak (Forsskål,
1775)
120
Nama lokal
Keterangan
Gold-spot
emperor
Komersial; bergerombol pada habitat Terumbu Karang
dangkal; tertangkap dengan alat Gill Net, perangkap,
Speargun, kadang ditangkap dengan bom; tercatat
menyebar dari Mentawai, Bali, Maumere, Komodo, Raja
Ampat, Manado, Togean dan Banggai dan Pulau Weh.
Collared large- Tidak termasuk spesies komersial karena hidupnya soliter;
eye bream
tinggal pada lumpur atau pasir dekat dengan Terumbu
Karang; ditangkap dengan Pukat; tercatat ditemukan di
Bali.
Forktail large- Bukan komoditas komersial; hidup pada dasar lumpur
eye bream
dan pasir; hasil samping dari alat tangkap Trawl; tercatat
ditemukan dari wilayah Sumatera sampai Laut Timor.
Blue-lined
Minor komersial; hidup pada dasar wilayah paparan
large-eye
benua yang agak dalam; hasil samping dari alat tangkap
bream
Trawl; tercatat ditemukan dari Raja Ampat, Bali, Komodo,
Laut Timor dan Pulau
Barred large- Termasuk jenis komersial; menempati habitat dasar
eye bream
lumpur pasir; sering membentuk gerombolan; ditangkap
dengan Pukat; tercatat ditemukan di Sumatera, Laut
Timor, dan Sangalaki
Blue-spotted Minor komersial, dijual pada pasar lokal; menempati
large-eye
dasar lumpur dekat Terumbu Karang dan soliter;
bream
ditangkap dengan Pancing; ditemukan secara lokal di
Sulawesi, juga ditemukan di Maluku dan Sumatera.
Large-eye
Satu-satunya spesies dalam genus; komoditas komersial
bream
pada pasar lokal; menempati habitat dasar pasir dan
kerikil dekat Terumbu Karang; ditemukan di Pulau Weh,
Mentawai, Bali, Komodo, Maumere, laut Timor, Raja
Ampat, Manado, Sangalaki, Togean dan Banggai.
Ambon
Minor komersial; hidup pada Laguna atau habitat pasir
emperor
dekat Terumbu Karang; ditangkap dengan Pancing; kalau
ditemukan dalam gerombolan ditangkap dengan bom;
diperkirakan menyebar dari Sumatera sampai Papua.
Sky-emperor Minor komersial; tinggal pada habitat Padang Lamun atau
Laguna dengan dasar pasir; ditangkap dengan pukat; Gill
Net dan Trawl; tercatat ditemukan di Raja Ampat, Teluk
Maumere, Pulau Seribu, Sangalaki, Togean dan Banggai.
Redaxil
Kategori komersial; tinggal dekat Terumbu Karang yang
emperor
lebih dalam; tertangkap dengan Gill Net, Pancing dan
Perangkap; penyebaran dari Laut Timor sampai Sumatera.
Orange-finned Komersial; hidup pada Lagunan atau Terumbu Karang
emperor
bagian luar yang lebih dalam, pada dasar berpasir;
ditangkap dengan Gill Net, Perangkap dan Pancing;
ditemukan di Raja Ampat, Bali, Maumere, Komodo,
Manado, Sangalaki, Togean dan Banggai.
Longspine
Minor komersial; hidup pada lamun, hutan Bakau dan
emperor
dasar berpasir; sering tertangkap dengan Pukat Pantai;
tercatat ditemukan dari Sumatera sampai Laut Timor.
Black-blotch
Komersial; ditemukan secara soliter atau gerombolan
emperor
pada berbagai habitat Lamun, Bakau, dasar berpasir dari
Laguna; ditangkap dengan berbagai alat termasuk Gill
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Net, Perangkap dan Pukat; ditemukan pada hampir
seluruh wilayah perairan Indonesia.
Lethrinus laticaudis (Alleyne Grass emperor Komersial; tinggal pada habitat Lamun dan Terumbu
& Macleay, 1877)
Karang; ditangkap terutama dengan alat Pancing;
ditemukan di Raja Ampat, Bali sampai Laut Timor.
Lethrinus lentjan (Lacepède, Red-spot
Sangat komersial pada pasar lokal (mahal); tinggal pada
1802)
emperor
dasar berpasir dekat Terumbu Karang; ditemukan secara
lokal di Jawa, juga ditemukan pada sebagian besar
wilayah perairan Indonesia.
Lethrinus microdon
Small-tooth
Komersial; ditemukan pada dasar berpasir dekat dengan
(Valenciennes, 1830)
emperor
Terumbu Karang; tercatat ditemukan di Pulau Buru,
Maumere dan Bali.
Lethrinus nebulosus
Ketamba
Sangat komersial pada pasar lokal (mahal); hidup soliter
(Forsskål, 1775)
atau dalam gerombolan kecil; habitat beragam dari
Padang Lamun, bakau atau Terumbu Karang dengan dasar
pasir; ditangkap dengan berbagai alat termasuk Pancing,
Perangkap, Pukat dan Speargun; tercatat ditemukan dari
Bali sampai Laut Timor.
Lethrinus obsoletus
Orange strip Minor komersial; menempati habitat Lamun dan dasar
(Forsskål, 1775)
emperor
berpasir; tertangkap dengan alat tagkap Pancing;
ditemukan dari daerah Mentawai, Raja Ampat, Komodo,
Manado, Togean, Banggai, Pulau Bintan dan Pulau Weh.
Lethrinus olivaceus
Long-nosed
Komersial (pasar lokal); berukuran besar, hidung panjang;
(Valenciennes, 1830)
emperor;
hidupan dasar substrat berpasir dekat dengan Terumbu
hidung
Karang; sering ditemukan dalam gerombolan; ditangkap
panjang
dengan Gill Net dan Perangkap, kadang dengan bom atau
racun; tercatat ditemukan secara lokal di Jawa, namun
juga ditemukan pada hampir semua wilayah perairan
Indonesia.
Lethrinus ornatus
Ketamba
Minor komersial; ditemukan pada substrat berpasir,
(Valenciennes, 1830)
Padang Lamun dekat dengan Terumbu Karang; ditangkap
dengan Pukat; Perangkap dan Trawl; tipe lokal Jawa
namun juga menyebar di berbagai daerah di Indonesia.
Lethrinus reticulates
Red snout
Penyebaran di Indonesia dari Papua sampai Kalimantan.
(Valenciennes, 1830)
emperor
Lethrinus rubrioperculatus Spotcheek
Minor komersial; diduga hidup pada substrat lunak;
(Valenciennes, 1830)
emperor
sering dijual dalam bentuk segar; tercatat ditemukan di
Komodo, namun juga ditemukan di daerah lain, dari
Papua sampai Sumatera.
Lethrinus semicinctus
Yellow-head
Minor komersial; mendiami habitat Padang Lamun dekat
(Valenciennes, 1830)
emperor
dengan Terumbu Karang; ditangkap dengan Perangkap;
Jaring Tarik dan Pancing. Ditemukan di Pulau Buru, di Raja
Ampat, Bali.
Lethrinus variegates
Slender
Minor komersial; ditemukan pada perairan dangkal
(Valenciennes, 1830)
emperor
dengan substrat dasar berpasir-lumpur, dekat Terumbu
Karang, kadang ditemukan bergerombol; tercatat
ditemukan di Raja Ampat, Teluk Maumere, Komodo, Laut
Timor dan Bali.
Lethrinus xanthochilus
Yellowlip
Komersial, berukuran relatif besar; hidup pada dasar
(Klunzinger, 1870)
emperor
berpasir (Padang Lamun) dekat Terumbu Karang;
ditangkap terutama dengan Perangkap dan Pancing;
tercatat ditemukan di Raja Ampat, Bali, Komodo,
Manado, Sangalaki, Togean dan Banggai
Wattsia mossambica
Minor komersial; hidup pada dasar paparan benua, pada
121
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
(Smith, 1957)
dasar berpasir, ukuran bisa mencapai 50 cm; sering
ditangkap dengan Long Line Dasar; tercatat ditemukan
dari Sumatera sampai Bali.
(1.12) Ikan Kakap, Baramundi, Sea Bass – Centropomidae
Karakteristik: Badan pipih dan memanjang. Kepala tipis dan datar, moncong runcing dan
tertutup sisik, mulut besar dan Rahang bawah lebih panjang (posisi mulut superior). Sirip ekor
bundar, sirip dada dan dubur juga bulat. Warna tubuh coklat kemesan pada punggung dan
keperakan di bagian perut. Dari seluruh Famili Centropomidae, hanya dua spesies yang banyak
ditangkap di Indonesia, yaitu: Lates calcalifer dan Psammoperca waigiensis. Nama lokal: Kakap Putih,
Petak, Pletekan, Tetahan, Kanja, Pica-Pica, Cukil, Cabik, Siakap , Selungsung, Ringan.
Habitat: Kakap Putih termasuk jenis ikan demersal dan soliter. Asosiasi habitat utamanya
termasuk perairan pantai dangkal, bakau dan muara sungai dengan dasar lunak (berlumpur) –
termasuk predator dengan makanan utama makrofauna. Fishing ground utama dari ikan kakap saat
ini termasuk Sumatera, Kalimantan dan Papua (spesies Psammoperca waigiensis).
Alat tangkap yang banyak digunakan terutama Gill Net dasar, Trawl dan Pancing. Ikan ini bisa
mencapai panjang 200 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran < 150 cm.
Gambar 4.25
Morfologi umum ikan Kakap Putih (Centropomidae) – ciri paling utama ialah bagian
kepala cekung dan gurat sisi berlanjut sampai sirip ekor (Foto: Gelondong Gede
Tuban, oleh Setyohadi).
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
1
Nama Latin
Lates calcarifer (Bloch, 1790)
122
Nama lokal
Cabeh, cabik,
cukil, pelak,
pletekan,
kanja, pica-
Keterangan
Sangat komersial; juga menjadi komoditas budidaya
yang penting (ekonomis); bermigrasi ke sungai
sebelum memijah di Muara Sungai; ditangkap dengan
Gill Net, Perangkap, Trawl dan Pukat Pantai; tercatat
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
2
Psammoperca waigiensis
(Cuvier, 1828)
pica, kakap
ditemukan dari Sungai Lorentz di Papua.
Ringan
Komersial; satu-satunya spesies dari genus ini;
ditangkap dengan Gill Net; belakangan sering di
Pancing; hidup pada Terumbu Karang dekat Padang
Lamun; aktif waktu malam; tercatat ditemukan dari
Raja Ampat, Maumere dan Pulau Bintan.
(1.13) Ikan Kurisi, Threadfin Breams – Nemipteridae
Karakteristik: Badan agak bulat memanjang, tertutup sisik yang mudah tanggal atau lepas. Ciri
khas ikan ini adalah sirip perut dan sirip ekor bagian atas memanjang seperti benang (threadfin). Ciri
khusus lainnya adalah warna badan yang cerah, merah kekuningan. Dua spesies, Nemipterus gracilis
dan N. balinensis termasuk spesies endemik Indonesia. Nama lokal: Trisi, Kerisi, Gurisi, Ili Pasir, Juku
Eja, Kambayan.
Habitat: Ikan Kurisi termasuk jenis demersal, kadang membentuk gerombolan – hidup
terutama pada daerah perairan pantai dengan dasar lunak seperti pasir dengan sedikit lumpur.
Termasuk jenis predator dengan makanan utama ikan dan makrofauna lainnya.
Perikanan: dulunya ikan Kurisi merupakan hasil samping (by-catch) dari alat Trawl. Di wilayah
Utara Jawa, ikan ini sering tertangkap oleh nelayan dengan menggunakan alat Jaring Tarik (Beach
Seine). Ikan bisa mencapai panjang 20 cm, umumnya tertangkap pada ukuran 15 cm.
Gambar 4.26
Morfologi umum ikan Kurisi (Nemipteridae) – ciri paling utama: sirip punggung
bersatu dan kontinyu, ujung sirip ekor atas memanjang seperti benang (Foto: oleh
Peter J. Mous).
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
1
Nama Latin
Nemipterus balinensis
(Bleeker, 1858-59)
123
Nama lokal
Balinese
threadfin
Keterangan
Perikanan subsisten; hidup pada dasar pasir
berlumpur; umumnya ditemukan pada Kedalaman >
50 m; ditangkap dengan Pancing dan Trawl; spesies
ditemukan secara lokal di Buleleng Bali, namun juga
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
menyebar dari Sumatera sampai laut Timor.
Dwarf threadfin Perikanan subsisten; ukurannya kecil (< 13 cm); hidup
pada dasar lumpur berpasir; hasil samping dari Trawl;
ditemukan secara lokal di Selat Sunda, diperkirakan
menyebar dari Sumatera sampai Laut Timor
Nemipterus bathybius
Yellowbelly
Kategori komersial; hidup pada Kedalaman 50 – 100
(Snyder, 1911)
threadfin
m; alat tangkap biasanya Trawl; tercatat ditemukan
bream
dari Sumatera sampai laut Timor.
Nemipterus bipunctatus
Delagoa
Minor komersial, ukurannya relatif besar (25 cm);
(Valenciennes, 1830)
threadfin
hidup pada dasar berlumpur, relatif jarang; ditangkap
bream
dengan Trawl.
Nemipterus celebicus
Celebes
Minor komersial, ukuran relatif kecil (15 cm);
(Bleeker, 1854)
threadfin
ditangkap dengan Trawl; ditemukan di Sumatera dan
bream
Laut Flores.
Nemipterus furcosus
Fork-tailed
Kategori komersial, mungkin karena sering didapat
(Valenciennes, 1830)
threadfin
dalam jumlah besar; hidup pada dasar berlumpur,
kadang masuk ke estuari; tercatat ditemukan dari
Sumatera sampai laut Timor.
Nemipterus gracilis (Bleeker, Juka eja
Minor komersial, jarang ditemukan di pasar, kalau ada
1873)
dalam jumlah relatif sedikit; tercatat ditemukan di
wilayah perairan Indonesia.
Nemipterus hexodon (Quoy & Gresik
Minor komersial; hidup pada dasar berlumpur,
Gaimard, 1824)
Kedalaman antara 20 – 50 cm; sering ditangkap
dengan Trawl; tercatat ditemukan dari Bali sampai
Laut Timor.
Nemipterus isacanthus
Teardrop
Minor komersial; ditemukan pada Kedalaman > 50 cm
(Bleeker, 1873)
threadfin
dan dasar berlumpur; sering tertangkap dengan Trawl;
bream
ditemukan pada beberapa wilayah perairan Indonesi.
Nemipterus japonicas (Bloch, Gurisi
Komersial, sering dijual segar, namun juga dalam
1791)
bentuk beku, kering, asin dan asap; banyak ditemukan
di sekitar pantai berlumpur, hidup bergerombol;
tercatat ditemukan dari Bali sampai Laut Timor.
Nemipterus marginatus
Red filament
Minor komersial, sering dijual sebagai ikan rucah
(Valenciennes, 1830)
threadfin
untuk tepung ikan dan makanan ternak; hidup pada
bream
dasar lumpur berpasir; ditangkap dengan Trawl;
tercatat ditemukan dari daerah Sumatera sampai Laut
Timor.
Nemipterus mesoprion
Mauvelip
Minor komersial, ukurannya relatif kecil; informasi
(Bleeker, 1853)
threadfin
biologis belum lengkap; ditangkap dengan Trawl;
bream
ditemukan dari Sumatera sampai Flores.
Nemipterus nematophorus
Doublewhip
Minor komersial; informasi biologis belum lengkap;
(Bleeker, 1853)
threadfin
ditangkap dengan Gill Net dan Trawl; menyebar dari
bream
Sumatera sampai Bali.
Nemipterus nematopus
Yellow-tipped Perikanan subsisten, kadang ditemukan di pasar lokal
(Bleeker, 1851)
threadfin
(dalam jumlah sedikit); merupakan hasil samping dari
bream
Trawl; tercatat ditemukan dari Selat Bali sampai Laut
Timor.
Nemipterus nemurus (Bleeker, Redspine
Minor komersial, sering ditemukan bergerombol pada
1857)
threadfin
dasar pasir berlumpur, bergerombol dalam jumlah
bream
besar; ditangkap dengan Trawl; lokasi penangkapan
termasuk laut Cina Selatan.
Nemipterus peronii
Jamban
Komersial, hasil tangkapan Trawl dan relatif ekonomis;
(Valenciennes, 1830)
tercatat ditemukan dari Sumatera sampai Laut Timor,
Selat Malaka dan Trengganu Malaysia.
Nemipterus balinensoides
(Popta, 1918)
124
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
17
Nemipterus tambuloides
(Bleeker, 1853)
Gurisi
18
Nemipterus thosaporni
(Russell, 1991)
Palefin
threadfin
bream
19
Nemipterus virgatus
(Houttuyn, 1782)
20
Nemipterus zysron (Bleeker,
1856)
Golden
threadfin
bream
Slender
threadfin
bream
Komersial, sering ditemukan di pasar lokal; hidup pada
dasar berlumpur; alat tangkap utama Trawl; menyebar
dari Sumatera sampai laut Timor.
Minor komersial, namun jarang ditemukan di pasar;
hidup pada pantai berpasir dan lumpur; diduga
menyebar pada sebagian besar wilayah perairan
Indonesia.
Komersial, berukuran relatif besar, salah satu spesies
penting di wilayah laut Cina Selatan; ditangkap dengan
Trawl; tercatat ditemukan dari Sumatera sampai Bali.
Minor komersial; hidup pada dasar berlumpur, sering
ditemukan dalam gerombolan besar; menyebar pada
ha,pir seluruh wilayah perairan Indonesia.
(1.14) Ikan Swanggi, Big Eye – Priacanthidae
Karakteristik: badan pipih memanjang. Ciri khususnya adalah pada Mata yang berukuran
besar. Terdapat tonjolan duri pada tutup insang bagian depan. Posisi mulut agak superior (rahang
bawah lebih di depan). Hampir semua ikan ini berwarna merah sampai jingga. Terdapat noda-noda
gelap pada dan di atas gurat sisi. Ikan Swanggi tersusun atas banyak jenis, spesies yang paling sering
didapat adalah Priacanthus spp. Nama lokal: Gora Suangi, Lolong Bara, Temenggong, Serinding,
Serinding Tembakau.
Habitat: Ikan Swanggi termasuk jenis ikan demersal, sering kali membentuk gerombolan
(schooling). Daerah kesukaannya adalah pantai dekat dengan Terumbu Karang. Ikan-ikan yang lebih
kecil ditemukan mendekati pantai. Jenis makanan bervariasi, terutama organisme bentik.
Perikanan: Perairan Arafura merupakan wilayah utama dari jenis ikan ini. Alat tangkap yang
paling banyak digunakan adalah Trawl yang mampu mencapai kedalaman di atas 50 m. Ikan ini tidak
didapat dengan menggunakan Jaring Tarik maupun Dogol. Ikan Swanggi bisa mencapai ukuran 35
cm, namun lebih sering tertangkap pada panjang sekitar 25 cm.
Gambar 4.27
125
Morfologi umum ikan Swanggi, Mata Besar (Priacanthidae) – ciri paling utama:
ukuran mata sangat besar, mulut superior dan sirip punggung bersatu dan kontinyu
(Foto: Gelondong Gede, oleh Setyohadi).
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
1
2
4
5
6
7
9
Nama Latin
Nama lokal
Keterangan
Heteropriacanthus cruentatus Blotched
(Lacepède, 1801)
bigeye
Minor komersial; tinggal pada habitat Terumbu
Karang, bisa mencapai kedalam > 35 m; bergerombol
sore hari; alat tangkap beragam, Gill Net, Pancing,
Perangkap dan Trawl; tercatat ditemukan dari Teluk
Maumere.
Priacanthus blochii (Bleeker,
Silver bigeye
Belum ada informasi secara komersial; hidup pada
1853)
Laguna atau karang bagian luar, sering ditemukan
pada habitat berlumpur liat; tertangkap dengan pasir;
tercatat sebagai spesies lokal di Jakarta, Sumatera dan
Ambon, juga ditemukan di Bali, Teluk Maumere dan
Sumatera.
Priacanthus hamrur (Forsskål, Crescent-tail
Minor komersial, biasanya dijual segar, namun sering
1775)
bigeye
juga dalam bentuk kering dan asin; kadang
membentuk gerombolan di luar Terumbu Karang;
ditangkap dengan Gill Net dan Trawl; tercatat
ditemukan dari Sumatera sampai Laut Timor.
Priacanthus macracanthus
Spotted bigeye Kategori komersial, dijual dalam bentuk segar di selat
(Cuvier, 1829)
malaka; alat tangkap termasuk Gill Net dan Trawl;
tercatat sebagai spesies lokal di Ambon, namun juga
ditemukan dari Sumatera sampai Timor.
Priacanthus Sagittarius
Black-spot
Minor komersial, sering ditemukan di pasar Ambon;
(Starnes, 1988)
bigeye
menempati habitat dekat dengan Terumbu Karang;
ditangkap dengan Pukat; tercatat sebagai spesies lokal
di Sumatera, juga ditemukan di Laut Timor dan Flores.
Priacanthus tayenus
Serinding
Minor komersial, dijual segar, namun juga dalam
(Richardson, 1846)
tembakau
bentuk asin dan kering; menempati habitat dekat
karang, sering membentuk gerombolan; tertangkap
dengan alat Pukat dan Trawl; tercatat ditemukan dari
Sumatera sampai Laut Timor.
Pristigenys niphonia (Cuvier,
Japanese
Kategori komersial; hidup pada habitat dekat karang,
1829)
bigeye
sampai Kedalaman 80 m; tertangkap dengan alat
Trawl; tercatat ditemukan dari Sumatera sampai Bali.
(1.15) Ikan Ekor Kuning/Pisang-Pisang, Fusiliers – Caesionidae
Karakteristik: Badan bulat memanjang, bentuk sirip ekor forked (bercagak). Ciri paling khusus
adalah warna kuning yang membujur dari kepala sampai ekor. Warna tubuh bagian kepala dan
punggu kehijauan, sedangkan bagian perut keperakan. Bagian ekor berwarna kuning kemerahan
(sehingga disebut Ekor Kuning). Famili ini terdiri dari empat genus, semuanya ditemukan di
Indonesia – Caesio spp, Dipterygonotus balteatus, Gymnocaesio gymnoptera dan Pterocaesio spp.
Nama lokal: Pisang-Pisang, Kunir Pito, Para Nyai, Rapo-Rapo, Mrah Cina, Bagan, Delah, Anak Riok,
Pinang-Pinang, Antuan, Kamsiah.
Habitat: semua kelompok ikan Ekor Kuning bersifat pelagis dan bergerombol (schooling).
Tempat hidupnya adalah pantai yang mempunyai Terumbu Karang cukup subur dengan kecerahan
tinggi. Umumnya ikan ini ditemukan bergerombol di daerah kolom air sebagai plankton feeder. Pada
saat ikan-ikan dasar seperti kerapu melepaskan telur (memijah), ikan-ikan ini berkumpul di atasnya
untuk memakan telur-telur ikan tersebut.
126
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
Perikanan: Ikan Ekor Kuning dikenal pada hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di
bagian timur dengan kondisi Terumbu Karang masih baik. Alat tangkap yang sering digunakan adalah
perangkap (Bagan), Muro Ami, terkadang Gill Net. Paling sering ikan ini ditangkap dengan
menggunakan alat terlarang dan tidak ramah lingkungan, seperti peledak (bom). Tergantung
jenisnya, ikan ini bisa mencapai panjang 40 – 60 cm, yang sering tertangkap pada ukuran 25 – 30 cm.
Gambar 4.28
Morfologi umum ikan Ekor Kuning (Caesionidae) – ciri paling utama:
ekor fork dan ujung cagak tajam, warna ekor umumnya kuning
(Foto: oleh Peter J. Mous).
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
Nama Latin
Nama lokal
1
Caesio caerulaurea
(Lacepède, 1801)
Gold-bdan
fusilier, garis
emas (kuning)
2
Caesio cuning (Bloch, 1791)
Ekor kuning
3
Caesio lunaris (Cuvier, 1830)
Moon fusilier,
ekor bulan
sabit
127
Keterangan
Komersial, ikan ukuran kecil dijual sebagai umpan
Tuna Long Line; hidup bergerombol di atas Terumbu
Karang luar, biasanya bercampur dengan species lain;
paling sering ditangkap dengan bom, alat tangkap lain
adalah pukat, Gill Net; tercatat sebagai spesies lokal di
Maluku, juga diketahui menyebar dari Mentawai,
Sulawesi, Jawa dan Lombok.
Komersial; hidup bergerombol di atas Terumbu
Karang, makanan Zooplankton; nenek moyang dari
kelompok ekor kuning; tujuan penangkapan bom pada
Terumbu Karang, juga dilaporkan tertangkap dengan
Gill Net, Perangkap; tercatat ditemukan dari Sumatera
sampai Laut Timor dan Papua.
Minor komersial; hidup bergerombol di daerah pantai
dekat dengan Terumbu Karang; sirip ekor kuning
seperti bulan sabit, ujung sirip ekor ada warna hitam;
ditangkap dengan Gill Net dan Perangkap; tercatat
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
4
5
6
7
8
9
10
11
12
ditemukan dari Jakarta, Bali, Laut Timor, Mentawai,
Raja Ampat, Sangalaki, Togean dan Banggai.
Caesio teres (Seale, 1906)
Ekor kuning
Minor komersial; ditemukan pada Terumbu Karang
pisang
atau Laguna, bergerombol dan bergabung dengan
spesies lain, saat memijah bermigrasi ke bagian kanal
saat air surut dan purnama; ditangkap dengan
Perangkap, Gill Net atau dive-in net; sering ditangkap
dengan bom; tercatat menyebar pada hampir seluruh
wilayah Terumbu Karang di Indonesia.
Caesio varilineata (Carpenter, Thin-lined
Minor komersial, ikan kecil digunakan sebagai umpan
1987)
fusilier
alat tuna longline; baru tercatat dalam daftar spesies;
hidup pada Terumbu Karang luar yang dalam,
bergerombol dan bergabung dengan spesies lain;
menyebar dari Pulau Weh sampai Bali
Caesio xanthonota (Bleeker, Antuan
Minor komersial; hidup pada Laguna atau Terumbu
1853)
Karang luar yang lebih dalam, bergerombol, memakan
Zooplankton; spesies lokal di Jawa, juga menyebar dari
Sumatera sampai Laut Timor.
Dipterygonotus balteatus
Dwarf fusilier, Minor komersial, sering digunakan sebagai umpan
(Valenciennes, 1830)
ekor kuning
untuk penangkapan Tuna; hidup bergerombol di atas
kecil
karang, kadang bergerombol di daerah pelagis,
makanan Zooplankton; sering ditangkap dengan bagan
perahu dengan menggunakan lampu (light fishing);
tercatat ditemukan pada wilayah Sumatera, Jawa,
Lombok, Sulawesi, dan Laut Timor, Raja Ampat.
Gymnocaesio gymnoptera
Slender fusilier Minor komersial, ukuran kecil, sering digunakan
(Bleeker, 1856)
sebagai umpan penangkapan Tuna; menyebar di
daerah Pantai dekat Terumbu Karang; bergerombol
dengan genus lain (Pterocaesio spp), memakan
zooplankton pada daerah mid-water; paling sering
ditangkap dengan bagan apung dengan menggunakan
lampu; tercatat sebagai spesies lokal di Ternate
Maluku, juga ditemukan di Mentawai, Bali, Maumere,
Komodo, Laut Timor dan Papua.
Pterocaesio chrysozona
merconan
Komersial, sebagai ikan umpan untuk penangkapan
(Cuvier, 1830)
Tuna; hidup bergerombol dalam jumlah besar dekat
Terumbu Karang; paling sering ditangkap dengan bom;
juga bagan perahu (light fishing), Gill Net dan
Perangkap; tercatat menyebar dari Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa.
Pterocaesio digramma
Black-tip
Komersial; hidup bergerombol dekat Terumbu Karang,
(Bleeker, 1865)
fusilier, double- makanan utama Zooplankton; sering ditangkap
lined fusilier
dengan bom, Gill Net dan Perangkap; tercatat sebagai
spesies lokal di Ambon, juga ditemukan pada hampir
semua Terumbu Karang di Indonesia
Pterocaesio marri (Schultz,
Big-tail fusilier Minor komersial, sering digunakan umpan dalam
1953)
penangkapan Tuna; hidup dekat Terumbu Karang yang
airnya jernih, jauh dari pemukiman; ditangkap dengan
bom, Gill Net, Drive-In Ne atau Bagan Apung; tercatat
ditemukan menyebar dari papua sampai Sumatera,
Raja Ampat, Bali, Komodo, Maumere, Manado,
Togean dan Banggai.
Pterocaesio pisang (Bleeker, Banana fusilier, Komersial, sering ditemukan di pasar lokal, sebagai
1853)
pasang-pisang umpan penangkapan ikan Tuna; bentuk badan seperti
128
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
13
Pterocaesio rdanalli
(Carpenter, 1987)
Yellow-dash
fusilier
14
Pterocaesio tessellate
(Carpenter, 1987)
One-srtip
fusilier
15
Pterocaesio tile (Cuvier, 1830) Blue-dash
fusilier
16
Pterocaesio trilineata
(Carpenter, 1987)
Three-strip
fusilier
pasang, bergerombol dekat Terumbu Karang, sering
bersama spesies (ekor kuning) lain; sering ditangkap
dengan bom, bagan, Gill Net dan Perangkap; tercatat
sebagai spesies lokal di Ambon, juga ditemukan pada
hampir semua wilayah Terumbu Karang Indonesia.
Minor komersial; relatif baru tercatat dalam daftar
spesies; hidup bergerombol dekat Terumbu Karang,
mudah dibedakan dengan kelompok lain dari warna
kuning pada badan; ditangkap dengan Bom, Bagan dan
Gill Net; ditemukan dari Teluk Maumere, Manado,
Togean, Banggai, Pulau Weh, Teluk Tomini, Sulawesi,
Maluku, Kalimantan.
Komersial, sering ditemukan pada pasar lokal yang
mempunyai Terumbu Karang bagus; hidup
bergerombol dekat Terumbu Karang; sering ditangkap
dengan bom dan Gill Net; ditemukan pada hampir
seluruh Terumbu Karang di Indonesia.
Komersial, sering digunakan sebagai umpan dalam
penangkapan Tuna; hidup bergerombol dekat
Terumbu Karang bagian luar, juvenile sering
ditemukan pada Laguna; sering ditangkap dengan Bom
(jika ditemukan dalam gerombolan besar), Gill Net,
Drive-In Net; tercatat ditemukan di Mentawai, Raja
Ampat, Bali, Teluk Maumere, Komodo, Manado,
Togean, Banggai dan Pulau Weh.
Perikanan subsisten, ukurannya relatif kecil, jarang
dijual di pasar; spesies baru tercatat dalam daftar
spesies (1987); hidup bergerombol dekat karang;
tercatat ditemukan di Pulau Mentawai, Bali,
Maumere, Komodo, Manado, Sangalaki, sebagian
Sulawesi, Papua dan Sumatera.
(1.16) Ikan Gulamah/Tiga Waja, croackers/Drums – Sciaenidae
Karakteristik: badan memanjang agak pipih dengan sirip ekor umumnya bundar (rounded) atau
emarginate. Ciri paling khusus adalah gurat sisi (linea lateralis) yang memanjang sampai akhir sirip
ekor dan moncong mulut pendek. Beberapa jenis mempunyai satu sungut, terletak pada dagu.
Seluruh tubuh berwarna keperakan, sirip dada dan perut sangat pucat. Di sana sini terdapat nodanoda berwarna gelap. Ikan Gulamah terdiri beragam spesies yang berbeda. Nama lokal: Siliman,
Krokot, Tengkerong, Sangeh Burung, Gelomo.
Habitat: termasuk jenis ikan dasar dan tidak bergerombol. Tempat hidupnya adalah perairan
Pantai dengan dasar lunak (lumpur), terutama dekat Muara Sungai besar. Saat ini, Ikan Gulamah
paling banyak ditemukan di wilayah Kalimantan. Dia mencari makan di dasar, termasuk jenis
predator dengan makanan utama ikan dan Crustacea.
Perikanan: Alat tangkap utama untuk ikan ini adalah Trawl, Payang dan Dogol. Ukuran ikan
bervariasi, namun jarang yang ditemukan lebih dari 30 cm.
129
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
Gambar 4.29
Morfologi umum ikan Gulamah/Tiga Waja (Sciaenidae) – ciri paling utama: sirip ekor
bundar atau emarginate, mulut pendek tapi besar dan gurat sisi berlanjut sampai
akhir sisirp ekor (Photo oleh: Choirun Nisa – mahasiswa PS – PSP, 2007).
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
Nama Latin
1
Atrobucca kyushini (Sasaki &
Kailola, 1988)
2
Atrobucca nibe (Jordan &
Thompson, 1911)
3
Austronibea oedogenys
(Trewavas, 1977)
4
Bahaba polykladiskos
(Bleeker, 1852)
5
Johnius amblycephalus
(Bleeker, 1855)
6
Johnius australis (Günther,
1880)
130
Nama lokal
Black-spot
croaker
Keterangan
Spesies baru tercatat dalam daftar spesies (1988);
menempati habitat dasar di bagian luar paparan
benua; informasi lain belum lengkap; tercatat
ditemukan di Kalimantan.
Longfin kob
Komersial, termasuk jenis yang digemari; hidup pada
habitat Padang Lamun dan dasar berpasir/kerikil
sampai Kedalaman 200 m; ditangkap dengan Gill Net,
Trawl dan Pancing; tercatat ditemukan dari Bali
sampai Laut Timor.
Yellowtail
Minor komersial, ukurannya relatif kecil, tapi dimakan
croaker
nelayan; satu-satunya spesies dalam genus; hidup
pada dasar lumpur berpasir dan estuari; relatif masih
baru dalam catatan spesies; informasi alat tangkap
belum lengkap; ditemukan terutama di Laut Flores.
Spined bahaba Minor komersial, ukurannya relatif besar (> 30 cm);
menyebar di sekitar Pantai dan Estuari; alat tangkap
utama Trawl; tercatat ditemukan di Kalimantan.
Gelama papan Minor komersial; jenis (genus) yang paling umum
ditemukan di Indonesia; hidup pada wilayah Pantai
dan Estuari; sering tertangkap dengan Pukat Pantai,
Perangkap dan Trawl; tercatat ditemukan pada
wilayah Sumatera sampai Laut Timor.
Bottlenose
Minor komersial karena ukurannya relatif kecil;
jewfish
menempati habitat pantai berlumpur – pasir, bisa
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
bermigrasi ke estuari dan masuk ke daerah aliran
Sungai (air tawar); sering ditangkap dengan Pukat
Pantai atau Trawl; tercatat ditemukan di wilayah
Papua bagian Selatan.
Johnius belangerii (Cuvier,
Kekemek
Minor komersial, sering disebut dengan ikan
1830)
Kekemek; mencari makan di dasar, menempati
wilayah Pantai dangkal dan Estuari; alat tangkap yang
paling umum ialah Pukat Pantai dan Trawl; tercatat
ditemukan di wilayah Sumatera sampai Bali.
Johnius borneensis (Bleeker,
Sharpnose
Minor komersial, dipasarkan dalam bentuk segar
1851)
hammer
(pasar lokal), bisa juga bentuk kering dan asin; habitat
croaker
Pantai, Estuari dan bisa masuk ke aliran Sungai;
ditangkap dengan Pukat dan Trawl; tercatat
ditemukan dari wilayah Sumatera sampai Laut Timor.
Johnius carouna (Cuvier, 1830) Caroun croaker Minor komersial, ukuran relatif kecil; biasa hidup di
pantai berlumpur, Muara Sungai dan Hutan Bakau;
alat tangkap Pukat Pantai dan Trawl; tercatat
ditemukan di Selat Sunda dan Laut Timor.
Johnius coitor (Hamilton,
Coitor croaker Minor komersial, ukurannya relatif kecil dibanding
1822)
spesies lain; menempati habitat perairan Pantai
dangkal, Estuari bahkan masuk ke dalam Sungai;
ditangkap dengan Trawl dan Gill Net; tercatat
ditemukan di wilayah Selat Malaka, Jakarta (Selat
Sunda) Kalimantan dan Laut Timor (Flores).
Johnius heterolepis (Bleeker,
Large-scale
Minor komersial, ukuran kecil dibanding spesies lain;
1873)
croaker
tinggal pada habitat Pantai berlumpur atau pasir,
mencari makan di dasar (Cacing); tercatat ditemukan
di Laut Bangka, Sumatera Timur, dan Laut Flores
(Timor).
Johnius hypostoma (Bleeker, Small-mouth
Minor komersial, ukuran tubuh kecil; menempati
1853)
croaker
habitat dasar di Pantai dan Estuari; ditangkap dengan
Pukat Pantai dan mini-Trawl; tercatat ditemukan di
Sumatera bagian Timur dan Laut Timor.
Johnius latifrons (Sasaki, 1992) Broad-head
Minor komersial, ukuran tubuh kecil; relatif masih
croaker
baru dalam catatan daftar spesies (1992); tertangkap
dengan Pukat dan Mini-Trawl; tercatat ditemukan di
daerah Laut Timor.
Johnius macropterus (Bleeker, Largefin
Komersial, ukuran tubuh yang umum 18 cm, dijual
1853)
croacker
dalam bentuk segar dan kering asin; tercatat
ditemukan dari daerah Bali sampai Laut Timor.
Johnius macrorhynus (Mohan, Big-snout
Minor komersial walaupun berukuran relatif besar (22
1976)
croaker
cm), jumlahnya relatif sedikit, soliter; tertangkap
dengan Pukat Pantai dan Trawl; tercatat ditemukan di
daerah Sumatera Timur dan Laut Timor.
Johnius novaeguineae
Paperhead
Tidak menarik sebagai komoditas perikanan,
(Nichols, 1950)
croaker
ukurannya sangat kecil (7 cm); menempati habitat
pantai, Estuari dan Sungai; tercatat sebagai spesies
lokal di Merauke, Papua.
Johnius pacificus (Hardenberg, Pacific croacker Tidak menarik sebagai komoditas perikanan,
1941)
ukurannya kecil (10 cm); hidup di daerah Estuari dan
Sungai; tertangkap dengan Pukat Pantai; tercatat
ditemukan di Laut Timor.
Johnius plagiostoma (Bleeker, Large-eye
Tidak menarik sebagai komoditas perikanan, ukuran
1849)
croaker
kecil (8 cm); hidup di daerah Pantai, Estuari dan
131
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
19
Johnius trachycephalus
(Bleeker, 1851)
20
Johnius weberi (Hardenberg,
1936)
21
Nibea soldado (Lacepède,
1802)
22
Nibea squamosa (Sasaki,
1992)
23
Panna microdon (Bleeker,
1849)
24
Panna perarmatus
(Chabanaud, 1926)
25
Protonibea diacanthus
(Lacepède, 1802)
Sungai; tertangkap dengan Pukat Pantai; tercatat
ditemukan di Laut Timor
Leaftail croaker Minor komersial, tapi dimakan oleh nelayan, ukuran
mencapai 10 cm; tertangkap dengan Pukat Pantai;
tercatat ditemukan di daerah Sumatera dan
Kalimantan
Weber’s
Minor komersial, berukuran kecil (10 cm); menempati
croacker
habitat pantai dangkal berpasir dan lumpur;
tertangkap dengan Pukat Pantai dan Trawl;
ditemukan di sekitar Pulau Bangka dan laut Timor
Otot
Komersial, ukuran mencapai 40 cm, sering disebut
otot, dijual dalam bentuk segar dan kering asin; hidup
di daerah Pantai dan Estuari; tertangkap dengan Gill
Net dan Trawl, diduga juga tertangkap dengan
Pancing; tercatat menyebar dari Sumatera Timur,
Pulau Bintan, Selat Sunda, Selat Bali dan Laut Timor.
Scale croacker Komersial, ukuran mencapai 50 cm (besar); menyebar
dari Pantai, Estuari sampai ke Sungai berjarak 500 km
dari pantai; tertangkap dengan Pukat Pantai dan
Trawl; tercatat ditemukan di daerah Irian Jaya Papua.
Gelama
Minor komersial, ukuran panjang yang umum ialah 20
cm; tinggal di wilayah Pantai dan Estuari, Juvenile
tinggal pada Hutan Bakau; sering tertangkap dengan
Pukat Pantai dan Trawl; tercatat ditemukan di Pulau
Bintan.
Armour cracker Minor komersial, ukuran panjang rata-rata mencapai
30 cm; tinggal di daerah pesisir Pantai dan Estuari;
tertangkap terutama dengan Pukat Pantai dan MiniTrawl; tercatat ditemukan di Kalimantan.
Ganglomo
Minor komersial, walaupun ukurannya relatif besar
(rata-rata mencapai panjang 100 cm); termasuk
sumber makanan penting bagi nelayan, gelembung
renang dijual di pasar; tinggal di daerah pantai
berlumpur; tertangkap dengan Gill Net dan Trawl;
tercatat ditemukan di daerah Selat Bali dan Laut
Timor.
(1.17) Ikan Cucut, Sharks – Carcharhinidae, Pristidae, Sphyrnidae, dll
Ikan cucut atau hiu pada dasarnya tersusun atas tiga famili: Cracharhinidae, Pristidae dan
Sphyrnidae. Pristidae terkenal dengan nama cucut gergaji karena moncongnya panjang bergerigi.
Sedangkan famili Sphyrnidae sering disebut Hiu Martil atau Hummer Head.
Karakteristik: badan bulat memanjang, kepala pipih (lateral) dan mulut di bawah moncong
(inferior). Sirip punggung menjulang tinggi dan sirip ekor bagian atas lebih panyang (epicercal).
Badan tidak bersisik dan bertulang rawan. Di Indonesia tangkapan ikan Cucut terdiri dari banyak
jenis. Nama lokal: Cucut, Hiu, Cucut Ronggeng, Cucut gergaji, Hiu Martil, Cucut Macan, Mungsing.
Habitat: Cucut termasuk jenis ikan yang solitar, tapi pada siang hari sering membentuk
gerombolan kecil (seperti Cucut Martil). Distribusinya sangat luas, dari daerah pantai dengan
Terumbu Karang yang subur sampai laut lepas. Beberapa jenis seperti Cucut sirip bintik putih
132
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
maupun hitam, menghuni Terumbu Karang bagian luar, terutama pada bagian yang berarus.
Termasuk jenis karnivor – makananya terutama ikan dan makrofauna lainnya.
Perikanan: Ikan Cucut sering menjadi hasil samping dari alat Tuna Long Line. Karena harga
siripnya yang sangat mahal di pasar Hongkong, akhir-akhir ini dia menjadi komoditas ekonomis yang
dicari nelayan. Alat tangkap utama untuk ikan ini adalah Rawai dasar. Hasil tangkapan Cucut oleh
nelayan bisa mencapai panjang 200 cm.
Gambar 4.30
Morfologi umum ikan Cucut/Hiu (Carcharhinidae). – ciri paling utama: badan tidak
bersisik, bertulang rawan, gigi besar dan posisi mulut inferior (Foto: Kofiau Raja
Ampat oleh Purwanto dan Sony Tasijawa, Derawan).
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
Nama Latin
Nama lokal
1
Carcharhinus albimarginatus
(Rüppell, 1837)
Hiu sirip bentik
putih
2
Carcharhinus
amblyrhynchoides (Whitley,
1934)
Graceful shark
3
Carcharhinus amblyrhynchos
(Whitley, 1934)
Grey-reef shark
133
Keterangan
Komersial namun sudah sangat jarang ditemukan,
panjang yang umum mencapai 200 cm; hidup
soliter pada berbagai habitat dari Terumbu Karang
sampai Oseanik; ditangkap biasanya dengan Gill
Net; ditemukan di Selat Makassar, Raja Ampat,
Maumere, Flores, dan diduga sampai Sumatera.
Minor komersial – sekarang sudah pada posisi
komersial, panjang maksimal 140 cm, sirip diekspor
(mahal), liver (hati) diekstrak untuk vitamin; lebih
banyak menyebar Oseanik; lebih banyak tertangkap
dengan Gill Net dibanding Pancing; tercatat
ditemukan di daerah Kalimantan dan Irian Jaya
bagian Selatan.
Minor komersial, relatif jarang di pasar kecuali
siripnya yang mahal; hidup pada daerah paparan
benua namun sering memasuki wilayah Terumbu
Karang atau Laguna yang berhubungan dengan laut;
berbahaya bagi penyelam walaupun lebih aktif
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
4
5
6
7
8
9
10
11
12
waktu malam; tertangkap dengan Gill Net dan
Rawai Dasar; ditemukan pada hampir semua
wilayah yang mempunyai Terumbu Karang di
Indonesia.
Carcharhinus amboinensi
Mengiwa
Minor komersial, mencapai 250 cm, sudah sangat
(Müller & Henle, 1839)
jarang; menempati daerah paparan benua, sering
masuk ke wilayah Pantai dan Estuari (lokasi surfing),
berbahaya namun belum pernah dilaporkan
menyerang manusia; tertangkap dengan alat Gill
Net; ditemukan di Ambon, Aru dan Pulau Lomblen
(Alor).
Carcharhinus borneensis
Borneo shark
Secara komersial belum jelas, karena sangat jarang
(Bleeker, 1859)
sekali ditemukan; hidup dekat Pantai; tercatat
ditemukan di daerah Singkawang Kalimantan dan
Jawa.
Carcharhinus brevipinna
Spinner shark
Komersial, bisa mencapai panjang 300 cm; siripnya
(Müller & Henle, 1839)
berharga mahal, hatinya (liver) diekstrak untuk
vitamin; hidup di wilayah paparan benua; bisa
berputar di udara saat menangkap ikan mangsa;
tertangkap dengan Gill Net dan Pancing, kadang
dengan Trawl; ditemukan di Lombok (Tanjung
Luar).
Carcharhinus cautus (Whitley, Nervous shark
Minor komersial – saat ini mungkin sudah termasuk
1945)
komersial; ukuran mencapai 150 cm; tidak banyak
yang diketahui tentang spesies ini, tidak ganas kalau
bertemu manusia; pernah ditemukan di bagian
selatan Irian Jaya (Papua).
Carcharhinus dussumieri
Whitecheek shark Komersial, ukuran mencapai panjang 100 cm;
(Müller & Henle, 1839)
produk utama ialah sirip namun dagingnya juga
dimakan nelayan; tertangkap dengan Gill Net,
Pancing dan Trawl; ditemukan di Jawa dan
Kalimantan.
Carcharhinus falciformis
Mungsing
Sangat komersial untuk sirip dan daging, liver
(Müller & Henle, 1839)
diesktrak untuk vitamin; ukuran besar, bisa
mencapai 350 cm; banyak didapat pada tepian
paparan benua, juga daerah oseanic, sangat jarang
ditemukan di pantai; soliter dan agresif, sering
terkait dengan gerombolan ikan Tuna; berbahaya
bagi manusia; ditangkap dengan Gill Net, kadang
Rawai Dasar; tercatat ditemukan di Laut Timor.
Carcharhinus hemiodon
Pondicherry shark Perikanan subsisten, bermanfaat karena siripnya;
(Müller & Henle, 1839)
sering ditemukan di daerah Estuari; alat tangkap
paling umum ialah Gill Net; tercatat ditemukan dari
Teluk Jakarta.
Carcharhinus leucas (Müller Bull shark
Komersial (sirip, dagingnya untuk dimakan, liver
& Henle, 1839)
untuk vitamin, kulit untuk material sepatu atau
sejenisnya); hidup di daerah Estuari Anakan sering
masuk jauh ke wilayah Sungai; diduga Hiu paling
berbahaya bagi manusia (di daerah tropis);
tertangkap dengan Gill Net dan Perangkap; tercatat
ditemukan di Jamur Lake, Irian Jaya, Papua.
Carcharhinus limbatus
Blacktip shark, yu Komersial, ukuran umum 150 cm, dagingnya
(Müller & Henle, 1839)
jereh, yu kepak
dimakan, kulitnya untuk leather (ikat pinggang dan
hitam
perhiasan lain); alat tangkap Gill Net dan Trawl,
134
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
13
Carcharhinus longimanus
(Poey, 1861)
14
Carcharhinus macloti (Müller Hardnose shark,
& Henle, 1839)
yu pasir
15
Carcharhinus melanopterus
(Quoy & Gaimard, 1824)
135
Oceanic whitetip
shark
Anak hiu, blacktip
reef shark, yu
nipah, yu sirip
hitam
sering juga tertangkap dengan Pancing di daerah
Pantai; pada ujung sirip berwarna hitam sehingga
disebut Blacktip Shark; habitat: beragam, distribusi
sangat luas dari pantai, paparan benua yang
terbuka, mulut Sungai, Estuari, Teluk berlumpur,
Bakau, Laguna dan Terumbu Karang terbuka
dengan laut dalam; pemburu aktif berburu pada
kolom air pertengahan (Pelagis), jenis makanan:
ikan Bentik dan Pelagik, Hiu dan Pari, Cephalopoda
dan Crustacea; bersifat viviparus, anaknya antara 1
– 10 ekor; laporan serangan hiu ini sangat jarang,
tapi berbahaya jika diprovokasi; tercatat ditemukan
di di Selat Malaka, Pulau Bintan, Sumatera Selatan
dan Laut Timor.
Komersial, ukuran umum 270 cm, dijual bentuk
segar, beku, kering dan asin, daging dimakan, sirip
untuk sup, kulit untuk hiasan, liver (hati) untuk
bahan vitamin dan minyak; tertangap paling banyak
dengan Gill Net, kadang dengan Tuna Long Line;
ujung sirip berwarna putih, tapi berbeda dengan
whitetip reef shark sehingga disebut Oceanic
whitetip sharp; habitat: laut dalam, sesekali ke
Pantai; begerak pada kedalaman sekitar 150 m,
sering diikuti oleh pembersih genus Remora Spp,
juga ikan Lemadang (Coryphaena spp); jenis
makanan: ikan oseanik termasuk Tuna dan MahiMahi atau Lemadang; bersifat viviparous, beranak 1
– 15 ekor; menyerang manusia; tercatat ditemukan
dari Selat Malaka, Bintan, Sumatera Selatan,
Selatan Jawa, Kalimantan dan Laut Timor.
Minor komersial, kurang menarik karena ukuran
kecil, ukuran umum < 100 cm; dagingnya dimakan,
dijual kering-asin (kalau ada di pasar); tertangkap
dengan Gill Net dan Trawl; sebaran: dekat Pantai
maupun Laut lepas, laut dalam dekat Pulau (insular
shelves); jenis makanan: ikan, Cephalopoda dan
Crustacea; viviparous; tercatat ditemukan di daerah
Irian Jaya.
Komersial, ukuran tertangkap < 200 cm, dipasarkan
segar, fillet, beku dan juga kering-asin, sirip sangat
enak untuk sup, liver untuk sumber minyak; sering
tertangkap dengan Gill Net, dilaporkan tertangkap
dengan Trawl (ketika berada pada habitat di luar
karang); ujung sirip berwarna hitam dan sering
menempati habitat Terumbu Karang merupakan ciri
utama dari blacktip reef shark; habitat: perairan
dangkal dekat pantai dan Terumbu Karang,
umumnya dekat tebing karang yang curam, kadang
ditemukan pada bakau di sekitar wilayah pasang
surut, bahkan sesekali masuk sungai; soliter atau
kelompok kecil; jenis makanan: ikan dan Crustacea,
cephalopoda dan moluska; viviparous, beranak
antara 2 – 4 ekor, agresif pada nelayan spearfisher,
dilaporkan pernah menyerang nelayan dekat Rawa;
tercatat ditemukan di Mentawai, Raja Ampat, Teluk
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
16
17
18
19
20
Maumere, Komodo, Manado dan sekitarnya, Pulau
Seribu, Sangalaki, Aru dan Pulau Weh Sumatera.
Carcharhinus plumbeus
Sdanbar shark
Komersial, ukuran umum 200 cm, dijual segar,
(Nardo, 1827)
beku, kering-asin dan asap, sirip untuk sup, kulit
untuk hiasan dan liver untuk minyak, ikan ini juga
digunakan sebagai obat dalam ramuan Cina;
tertangkap dengan Gill Net dan Speargun; habitat:
dari pantai sampai laut lepas; sering bergerak ke
dalam teluk, pelabuhan; tidak menyukai dasar
berpasir, Terumbu Karang dan dasar keras lainnya,
gelombang pecah di pantai (surf zone); jenis
makanan: ikan, hiu kecil, cephalopoda, Udang, pari
dan gastropoda; bersifat viviparous; tercatat
ditemukan di Kepulauan Aru.
Carcharhinus sealei
Blackspot shark,
Komersial, ukuran < 100 cm; kurang umum dan
(Pietschmann, 1913)
yu pasir
jarang ditemukan; tertangkap dengan Gill Net,
sering juga tertangkap oleh pemaning dari Pantai;
habitat: dari Pantai pasang surut (surf line) sampai
ujung paparan benua; jenis makanan: ikan
(termasuk kuda laut), Udang dan cumi; bersifat
viviparous; tercatat ditemukan di Selat Malaka,
Pulau Bintan, Sumatera Selatan dan Laut Timor.
Carcharhinus sorrah (Müller Spottail shark
Minor komersial, kurang umum dan relatif jarang,
& Henle, 1839)
dagingnya untuk tepung ikan, sirip diperdagangkan
untuk soup, liver (hati) untuk vitamin dan minyak
ikan, tapi penangkapan dilakukan dalam skala kecil;
ujung sirip ekor bagian bawah bernoda warna hitam
sehingga disebut Spottail Shark; habitat: laut
terbuka dekat Terumbu Karang, terkadang sampai
laut lepas, siang hari tinggal di dasar, malam hari ke
permukaan; jenis makanan yang disukai: ikan,
kadang Cephalopoda dan Crustacea; viviparous;
tercatat ditemukan dari Papua sampai Sumatera.
Galeocerdo cuvier (Péron &
Cucut macan, tiger Komersial, untuk daging, sirip, kulit, dan hati (liver),
Lesueur, 1822)
shark
juga digunakan sebagai bahan tepung ikan; dijual
dalam bentuk segar, beku, kering (sirip) dan asin;
alat tangkap terutama Gill Net, pernah tertangkap
dengan Trawl di Selat Sunda, ukuran umum 500 cm;
tubuh bagian pungung sampai bagian samping
mempunyai banyak totol sehingga disebut dengan
tiger shark (ciri khas ikan ini); sudah relatif jarang
ditemukan; habitat: dari Estuari, Jetty, Pelabuhan,
Atol, Laguna dan Perairan terbuka (paparan benua);
sering berenang sampai Laut lepas, dekat
permukaan sampai kedalaman 140 m walaupun
bukan spesies oseanik; aktif makan waktu malam,
jenis makanan: ikan Hiu lain, Pari, dan juga ikan
bertulang keras (bony fishes), Ular Laut, Cumi,
Gastropoda, Curstacea, bahkan Detritus, Paus; Hiu
Macan mungkin merupakan indikator populasi Ular
Laut; ovoviviparous, anak bisa berjumlah 80 ekor;
tercatat ditemukan di Selat Malaka, Bintan,
Sumatera Selatan, Samudera Hindia dan Laut Timor.
Lamiopsis temminckii (Müller Broadfin shark
Komersial, ukuran < 150 cm, daging dimakan, liver
& Henle, 1839)
untuk minyak; tidak berbahaya bagi manusia; lebih
136
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
21
Loxodon macrorhinus (Müller Sliteye shark,
& Henle, 1839)
cucut pisang
22
Negaprion acutidens
(Rüppell, 1837)
Sicklefin lemon
shark
23
Prionace glauca (Linnaeus,
1758)
Blueshark
24
Rhizoprionodon acutus
(Rüppell, 1837)
Milk shark
137
efektif ditangkap dengan Gill Net dibanding Trawl;
habitat: Pantai dangkal; jenis makanan: ikan dan
Avertebrata; viviparous; tercatat ditemukan di
pasar Makassar, Sulawesi Selatan (ditangkap dari
Selat Makassar).
Komersial, ukuran kecil (< 100 cm), dijual segar
untuk konsumsi pada pasar lokal; tertangkap
dengan Gill Net skala kecil karena relatif jarang;
tercatat tidak berbahaya bagi manusia; habitat:
pantai terbuka, dekat dasar; jenis makanan: ikan
bertulang keras, Udang dan Sotong; viviparous;
tercatat ditemukan di Selat Malaka, Bintan,
Sumatera Selatan, Selat Bali dan Laut Timor.
Komersial, daging untuk konsumsi, sirip untuk sup
di pasar ekspor, dan liver untuk minyak dan
vitamin; tertangkap dengan Gill Net; sirip punggung
dan sirip anal berbentuk seperti sabit sehingga
sering disebut Sicklefin Shark; habitat: pantai
terbuka, Terumbu Karang, Laguna berpasir yang
keruh dan Bakau; jenis makanan: Hiu jenis lebih
kecil, Pari dan ikan (dasar) bertulang belakang;
viviparous, beranak antara 1 – 11 ekor; berbahaya
jika diprovokasi; tercatat ditemukan di Teluk
Maumere, diduga terdapat dari Sumatera sampai
Papua
Minor komersial, ukuran umum 350 m, daging
dijual segar, kering atau asin, sirip untuk sup dalam
perdagangan ekspor, kulit untuk hiasan; tertangkap
dengan Pukat Pantai, Gill Net, Perangkap dan Trawl,
juga tertangkap dengan Tuna Long Line (tambahan
pendapatan nelayan Tuna Long Line di Bali); tubuh
dominan berwarna biru dengan hidung agak
panjang sehingga disebut Blue Shark; habitat: ikan
Oseanik, tapi bisa ditemukan di Pantai pada wilayah
paparan benua yang sempit, kedalaman minimal
150 m; tapi dilaporkan bisa mencapai estuari
(pernah tertangkap dengan Pukat Pantai dan
Perangkap); jenis makanan: ikan tulang keras (bony
fishes), Hiu lebih kecil, Cumi, Kepiting, Pelagik,
Lumba-lumba dan Paus; viviparous, beranak 4 – 135
ekor; bisa bermigrasi sangat jauh, dilaporkan
potensial berbahaya bagi manusia; ditemukan
hampir pada wilayah perairan Indonesia (Sumatera,
Selatan Jawa, Laut Timur dan Sulawesi Selatan).
Komersial, ukuran umum 110 cm, dimakan segar,
juga kering-asin, sering digunakan untuk bahan
tepung ikan, sirip relatif jarang karena ukuran kecil;
tertangkap dengan Gill Net, Perangkap dan Trawl;
warna tubuh keputihan seperti susu sehingga sering
disebut Milk Shark; habitat: Pantai terbuka dengan
Laut lepas, Pantai berpasir (tidak pada Estuari), tapi
juga pada permukaan pantai dangkal; makanan
utama: ikan Pelagis dan Demersal (bony fishes),
juga Cephalopoda dan Avertebrata; tercatat
ditemukan di Selat Malaka, Bintan, Sumatera
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
25
Rhizoprionodon oligolinx
(Springer, 1964)
Grey sharpnose
shark
26
Scoliodon laticaudus (Müller
& Henle, 1838)
Spadenose shark,
yu jereh, yu pasir
27
Triaenodon obesus (Rüppell,
1837)
Whitetip reef
shark
28
Anoxypristis cuspidata
(Latham, 1794)
Cucut gergaji,
Knifetooth
sawfish, cucut
krakas, mungsing
prampang
29
Pristis microdon (Latham,
1794)
Cucut krakas,
mungsing
prampang,
Largetooth
sawfish
138
Selatan, Laut Timor, dan Kalimantan Timur.
Komersial, dijual kering dan asin untuk konsumsi
daging, bisa dibuat bahan tepuing ikan; paling
sering tertangkap dengan Gill Net, nelayan NTT juga
sering menangkap dengan Pancing rawai dasar di
perairan Sumba; informasi biologis masih terbatas;
habitat: Pantai dan Laut lepas, kedalaman > 36 m;
makanan: kemungkinan ikan, Cephalopoda dan
Crustacea; viviparous; ditemukan di Selat Malaka,
Bintan, Sumatera Selatan, Selatan Jawa, Selat Sunda
dan Laut Timor.
Komersial, ukuran kecil (< 100 cm), daging untuk
tepung ikan atau untuk umpan; tertangkap dengan
Gill Net dan Perangkap; habitat: Substrat dasar
keras (Rock), Pantai bahkan dilaporkan masuk ke
sungai, bergerombol dalam jumlah besar; jenis
makanan: ikan kecil, Udang, Sotong; viviparous;
ditemukan di Selat Malaka dekat Batang Hari),
Bintan, Sumatera Selatan Timur (Samudera Hindia),
Kalimantan, dan laut Timor.
Minor komersial, dagingnya bisa untuk konsumsi
nelayan, tapi hatinya dilaporkan beracun, ukuran
160 cm; sulit tertangkap dalam jumlah banyak;
tertangkap dengan Gill Net ketika berada di luar
Terumbu Karang; ujung sirip punggung dan ekor
(bagian atas) berwarna putih sehingga disebut
whitetip reef shark; habitat: Laguna dan Terumbu
Karang terbuka dengan laut lepas; beristirahat pada
celah karang di siang hari; aktif berburu waktu
malam, pada saat slack (arus berhenti) tapi di
tempat-tempat berarus; jenis makanan: ikan
Demersal; Gurita, Lobster dan Kepiting; termasuk
teritorial (bergerak antara 0,3 – 3 km dalam periode
setahun); viviparous beranak 1 – 5 ekor; tercatat
ditemukan di daerah Mentawai, Raja Ampat, Teluk
Maumere, Pulau Seribu, sangalaki, Komodo,
Bunaken, Bali.
Komersial, daging untuk dimakan, hati (liver) kaya
dengan minyak; ukuran maksimum 450 cm; alat
tangkap Gill Net dan Trawl; habitat: dekat Pantai,
Delta, Estuari atau Teluk yang terlindung dan dasar
pasir; jenis makanan: ikan kecil dan sotong,
ovoviviparus; tercatat ditemukan di Selat Malaka,
Pulau Bintan, Sumatera Selatan dan Laut Timor;
sudah sangat jarang; terakhir dilaporkan tertangkap
di Prigi (Selatan Jawa) pada tahun 1975.
Minor komersial, dipasarkan asin, bagian gergaji
sering dijual pada turis, sekarang sudah amat jarang
sekali; ukuran yang umum 500 cm; tertangkap
dengan Gill Net, jala, Speargun dan Trawl; habitat:
pantai dengan dasar berpasir dan lumpur, masuk
Estuari sampai Mulut Sungai, sering terdapat pada
air yang keruh; jenis makanan: organisme bentik,
ovoviviparus, gergaji digunakan untuk menangkap
mangsa dan pertahanan; ditemukan di Selat
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
30
Pristis pectinata (Latham,
1794)
31
Pristis zijsron (Bleeker, 1851)
32
Eusphyra blochii (Cuvier,
1816)
33
Sphyrna lewini (Griffith &
Smith, 1834)
34
Sphyrna mokarran (Rüppell,
1837)
139
Malaka, Sumatera Selatan, Laut Jawa dan Laut
Flores, Kalimantan, Sungai Digul dan Danau Sentani.
Smalltooth sawfish Minor komersial, daging dimakan, hati (liver) untuk
minyak dan obat, ukuran yang umum 550 cm;
dulunya tertangkap dengan Gill Net Speargun dan
Trawl; habitat: pantai dan pasang surut, namun bisa
bermigrasi ke laut lepas, sering terlihat pada
Laguna, Teluk, Estuari dan Mulut Sungai (juga
Danau); gergaji digunakan untuk menggores dasar
perairan untuk mencari makan; jenis makanan:
Avertebrata dan ikan; ovoviviparus; dilaporkan
agresif ketika ditaruh pada satu tempat (tank)
bersama ikan Hiu; pernah ditemukan di Sumatera
Selatan-Timu.
Longcomb sawfish Komersial, ukuran umum 550 cm, dagingnya
dilaporkan cukup enak; alat tangkap Gill Net dan
Trawl; habitat: Pantai, pasang surut, Laguna,
Estuari; Ovoviviparus; tercatat ditemukan di air
Tawar Kalimantan, Jawa, Ternate dan Laut Arafura.
Cucut kopral,
Komersial, ukuran kecil (< 180 cm), daging untuk
winghead shark,
konsumsi, liver (hati) untuk minyak dan vitamin, isi
cucut ronggeng
perut untuk tepung ikan; tertangkap dengan Pukat
Pantai dan Gill Net; bagian kepala seperti sayap dan
cukup lebar (bisa mencapai lebar setengah panjang
badan) sehingga disebut Winghead Shark; habitat:
perairan dangkap berbatasan dengan laut terbuka,
kadang masuk Estuari; jenis makanan: ikan
bertulang keras, juga Crustacea dan Cephalopoda;
viviparous; tercatat ditemukan dari Sumatera
sampai Laut Timor.
Scalloped
Komersial; tertangkap dengan Gill Net dan Trawl;
hammerhead, yu habitat: Pelagis, Pantai dan semi-Oseanik, Terumbu
bengkong, yu
Karang bagian luar dekat laut dalam (terbuka),
mata jauh, yu
sampai kedalaman 275 m, sesekali masuk Teluk dan
palang, yu parang, Estuari, bergerombol dalam jumlah banyak, ikan
yu tukul
dewasa bisa soliter atau berpasangan; viviparous,
beranak 15 – 31 ekor; jenis makanan: terutama ikan
tulang keras, Cephalopoda, tapi juga Udang, Lobster
dan Kepiting, bahkan Hiu dan Pari; secara potensial
berbahaya, namun sering tidak agresif ketika
didekati penyelam, lebih sering tertangkap dengan
Gill Net diluar karang, agak sulit tertangkap dengan
Trawl, hasil tangkapan tidak banyak; dagingnya
dimakan, isi perut untuk tepung ikan, sirip potensial
dijual untuk sup; tercatat ditemukan dari Sumatera,
laut Timor dan Papua (beberapa penyelam
menyatakan menemukan di Kalimantan Timur, Bali,
Sulawesi Tenggara, Manado, Raja Ampat dan
manokwari).
Great
Komersial, ukuran umum 370 cm, semua bagiannya
hammerhead, yu bermanfaat: sirip untuk sup, daging untuk konsumsi
parang, yu tukul
(dijual segar, es, kering-asin, asap), isi perut untuk
tepung ikan, hati (liver) untuk minyak dan vitamin;
banyak tertangkap dengan Gill Net dan Trawl;
habitat: Pelagis dari Pantai sampai semi-Oseanik
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
dan Laguna; makanan kesukaan: Pari dan
sejenisnya, Kerapu, Manyung, Kepiting, Cumi, Hiu
dan Lobster; viviparous, beranak antara 13 – 42
ekor; potensial berbahaya bagi penyelam;
ditemukan dari wilayah Sumatera sampai Papua:
Kalimantan Timur (Sangalaki, Kakaban), Wakatobi
(Sulawesi Tenggara), Bunaken (Manado), Komodo,
Teluk Maumere, Bali dan Raja Ampat.
(1.18) Ikan Pari, Rays – Dayatidae, Myliobatidae, dll
Karakteristik: Badan sangat pipih (lateral), bentuknya simetri, badan lebih lebar daripada
panjangnya. Kedua mata berada di bagian atas tubuh, tidak mempunyai sirip punggung dan sirip
ekor. Hampir semua jenis mempunyai satu ekor (tail) yang panjang menyerupai cambuk. Umumnya
ekor dilengkapi dengan satu duri yang beracun. Lebar badan bisa mencapai 4 m. Warna badan
sangat beragam tergantung dari jenis. Nama lokal: Pari Macan, Lalat, Pari Tanjung, Pari Ketuka, pari
Burung, Pari Belang.
Habitat: umumnya ikan Pari termasuk ikan yang hidup di laut. Namun beberapa spesies ada
yang menghuni Muara Sungai bahkan masuk ke dalam aliran Sungai. Sebagai ikan dasar (demersal),
ikan pari sering menanam diri di dalam pasir untuk mengelabui mangsa atau pemangsa.
Perikanan: Ikan Pari sering tertangkap dengan alat Rawai Dasar. Kadangkala ikan Pari juga
tertangkap dan menjadi hasil sampingan dari alat tangkap Trawl. Lebar badan bisa mencapai 4 m.
Ikan Pari tidak termasuk jenis yang komersial karena dagingnya kurang digemari oleh masyarakat.
Gambar 4.31
Morfologi umum ikan Pari – ciri paling utama: bertulang rawan, bentuk badan
bundar dan depres (gepeng), memiliki ekor sebagai alat pertahanan, sting-ray (Foto:
Gelonggong Gede oleh Setyohadi; Derawan oleh Sony Tasijawa)
Deskripsi spesies yang diduga ditemukan di Indonesia:
No
1
Nama Latin
Dasyatis fluviorum (Ogilby,
1908)
140
Nama lokal
Keterangan
Estuary stingray Tidak komersial, ukuran umum < 130 cm; tertangkap
dengan: Trawl,; habitat: bakau dan estuari;
makanannya: kerang-kerangan; ovoviviparous,
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
beranak 1 – 5 ekor tercatat ditemukan di laut laut
utara barat Sumatera sampai laut Timor Raja Ampat,
Teluk Maumere, kepulauan Banggai dan Pulau Weh
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Dasyatis kuhlii (Müller &
Henle, 1841)
Komersial, ukuran umum <70 cm; tertangkap dengan
alat tangkap traps, spears& dan Trawls; habitat di
dasar berlumpur dekat karang keras, biasanya
ditemukan di Laut dalam tetapi berpindah ke
Terumbu Karang sampai ke daerah dangkal Laguna
pada waktu air pasang, adakalanya bersembunyi di
pasir dan hanya terlihat mata dan ekornya; makannya
ialah Kepiting dan Udang; Ovoviviparous ditemukan
di Laut Barat Selatan Sumatera sampai ke Laut Timor.
Dasyatis leyldani (Last, 1987) Painted maskray Tidak komersial, ukuran umum < 25cm; tertangkap:
data tidak ada; habitat: paparan karang;
Ovoviviparous; ditemukan di Western Pacific:
Australia Utara dan Papua Nugini, termasuk Laut
Arafura dan Laut Timor.
Dasyatis zugei (Müller &
Pale-edged
Minor kommersial, ukuran umum 18cm; tertangkap:
Henle, 1841)
stingray
data tidak ada; habitat: estuari; Ovoviviparous;
Makanan: organisme yang ada di dasar perairan;
ditemukan di Indo-West Pacific: India sampai
Southern Japan, Myanmar, Malaya, Indonesia, China
dan Indo-China.
Aetobatus flagellum (Bloch & Longheaded
Minor kommersial; ukuran umum < 72cm;
Schneider, 1801)
eagle ray
tertangkap: data tidak ada; habitat: Perairan
Pantai.sering juga ditemukan di perairan payau(Ref.
4832). Ovoviviparous (Ref. 50449); ditemukan di:
Indo-West Pacific: Red Sea, India, East Indies, dan
Southern China. Possibly in the Eastern Atlantic.
Aetobatus guttatus (Shaw,
Sharpwing eagle Minor komersial; ukuran umum < 125 cm;
1804)
ray
Ovoviviparous.
Aetobatus narinari
Spotted eagle
Minor komersial; ukuran umum 180cm; tertangkap
(Euphrasen, 1790)
ray, Lamburu
dengan alat tangkap seines, gillnet, Trawls, Traps dan
jangang
Spears; habitat: biasanya ditemukan di perairan
dangkal di Pantai pada teluk dan Terumbu Karang
tapi ada juga di temukan di lembah, dan biasanya
juga masuk di Estuari; Makanan: Udang, Kepiting,
Octopus dan Cacing, Whelks, dan ikan-ikan kecil;
Ovoviviparous, ditemukan di: Selatan Barat Sumatera
sampai Selat Bali. juga terekam di Papua Nugini, dan
Kepulauan.
Aetobatus ocellatus (Kuhl &
Data tidak ada; ukuran umum: data tidak ada;
van Hasselt, 1823)
tertangkap: data tidak ada; habitat di Coastal Waters
Ovoviviparous; Makanan: data tidak ada; ditemukan
di laut India: India dan Jawa, Indonesia.
Mobula eregoodootenkee
Pygmy devilray Data tidak ada, ukuran umum < 100cm; tertangkap
(Garman, 1913)
dengan alat tangkap gillnet dan spears; habitat:
Coastal dan Oceanic Waters; Makanan: Plankton.
Mobula japonica (Müller &
Spinetail mobula Komersial; ukuran umum 225cm; tertangkap: Gill Net
Henle, 1841)
dan Spears; habitat: di Pantai, dan di Perairan Laut.
termasuk jenis ikan sendiri dan bergerombol.
Makanan: Euphausids, Copepods dan Crustacean
Larvae dan juga ikan-ikan kecil.
Mobula kuhlii (Müller &
Shortfin devil
Data tidak ada; ukuran umum: data tidak ada;
141
Bluespotted
stingray, Pari
macan
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
Henle, 1841)
12
Plesiobatis daviesi (Wallace,
1967)
13
Rhina ancylostoma (Bloch &
Schneider, 1801)
14
Anacanthobatis borneensis
(Chan, 1965)
Anacanthus barbatus (Gray,
1830)
15
16
Himantura alcockii
(Anndanale, 1909)
17
Himantura bleekeri (Blyth,
1860)
18
Himantura fai (Jordan &
Seale, 1906)
19
Himantura gerrardi (Gray,
1851)
20
Himantura granulate
(Macleay, 1883)
142
ray
tertangkap: gillnet&spears; habitat: Perairan pantai
dan perairan laut. Makanan: Plankton; ditemukan di:
Indo-West Pacific: pantai Afrika timur sampai
Indonesia.
Deepwater
Tidak komersial, ukuran umum < 270cm; tertangkap:
stingray
Trawls&Dredges; habitat: di temukan di paparan
rendah sampai ke paparan tinggi, pada lumpur;
Makanan: ikan Pelagis kecil, Belut, Kepiting, Udang,
Lobster, Cephalopods dan Polychaete Worms;
ditemukan di Afrika Selatan, Mozambique, Selatan
India,ke Timur sampai ke Filipina.
Bowmouth
Komersial; ukuran umum < 270cm; tertangkap:
guitarfish
dengan alat tangkap gillnet dan Trawls; habitat di
area Terumbu Karang, pada perairan tertutup dan
juga ditemukan di pasir dan di lumpur dekat Terumbu
Karang dan Wreckl, biasanya di perairan dangkal. dan
sewaktu-waktu ditemukan di kolom air; Makanan:
Crustaceans dan Mollusks; ditemukan di: Indo-West
Pacific: Laut Merah dan Afrika Timur sampai ke Papua
Nugini, ke Utara sampai ke Jepang, ke Selatan sampai
ke New South Wales, Australia.
Borneo leg skate Ditemukan di: Western Pacific: Ryukyu Trough,
Taiwan, the Philippines, dan Borneo.
Bearded
Ukuran umum < 35cm; habitat: Area rumput laut
leatherjacket
pada Terumbu Karang dan juga ditemukan di Bakau;
ditemukan di Selatan Utara Sumatera sampai ke Selat
Bali.
Pale-spot whip Habitat: ditemukan di perairan berbatu dan Sungai
ray
pegunungan yang terjadi di Perairan Pantai;
Ovoviviparous; ditemukan di Indian Ocean: India
sampai Indonesia.
Bleeker's
Komersial; Ukuran umum < 105cm; tertangkap
whipray
dengan alat tangkap Seines, Gill Net, Traps, Spears,
Trawls, Dredges, Liftnet dan Others; habitat di lumpur
dalam perairan 3 m bisa juga masuk dalam perairan
Estuaries; Ovoviviparous; ditemukan di Indo-Pacific:
Pakistan, India, Sri Lanka, Myanmar, Thaildan dan
Malay Peninsula.
Pink whipray
Minor komersial; ukuran umum < 183cm; tertangkap:
Trawls; habitai di lumpur biasanya di dekat Terumbu
Karang; Ovoviviparous; ditemukan di Indonesian
distribusi dari Papua sampai Sumatera.
Sharpnose
Komersial; ukuran umum < 200cm; tertangkap
stingray
dengan alat tangkap Seines dan Trawls; habitat: suka
mengurung diri di paparan karang, pasir dan lumpur
Makanan: Crustaceans termasuk Udang, Kepiting dan
Lobster; Ovoviviparous; ditemukan di Indo-Pacific:
India sampai ke Papua Nugini, ke Utara sampai ke
Jepang. terekam dari Laut Merah dan Pantai Afrika
Timur.
Mangrove
Komersial; ukuran umum < 97cm; tertangkap dengan
whipray
alat tangkap Spears; habitat di Hutan Bakau, juga
hamparan pasir dan Laguna dekat karang pada
kedalaman 85 m; Makanan: Ikan-ikan kecil, bottom
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
21
Himantura imbricate (Bloch & Scaly whipray,
Schneider, 1801)
Pari blentung
22
Himantura jenkinsii
(Anndanale, 1909)
23
Himantura pareh (Bleeker,
1852)
Himantura pastinacoides
(Bleeker, 1852)
Himantura toshi (Whitley,
1939)
24
25
26
27
28
29
30
31
Pointed-nose
stingray
dwelling Crustaceans, dan large infauna;
Ovoviviparous; ditemukan di temukan di Laut Utara
Jawa.
Minor komersial; ukuran umum < 25cm; tertangkap
dengan alat tangkap Seines dan Trawls; habitat: di
temukan di Perairan Pantai; sangat khas di temukan
di perairan Estuari, tapi juga di temukan di Danau.
Ovoviviparous; Pertumbuhan maksimum 140 cm di
Laut; makanan Udang Rebon yang ada di Hutan
Bakau; ditemukan di Indo-West Pacific: Laut Merah
dan Mauritius sampai Indonesia.
Komersial; ukuran umum < 104cm; tertangkap:
Hook&Lines; habitat: di temukan di Pantai, pada
subtrat pasir, di perairan dangkal Ovoviviparous
ditemukan Papua Nugini.
Ovoviviparous; ditemukan di Jakarta (Batavia), Jawa.
Ovoviviparous (Ref. 50449); ditemukan di: Type
locality, Jakarta (Batavia), Java (Ref. 33021).
Black-spotted
Minor komersial; ukuran umum <69cm;
whipray
tertangkapdengan alat tangkap Trawls; habitat: di
temukan di paparan karang; Makanan: Udang, ikanikan kecil dan Crustaceans; Ovoviviparous; ditemukan
di Selatan Irian Jaya, Laut Arafura dan laut Timor.
Himantura uarnacoides
Whitenose whip Ovoviviparous; di temukan di Jakarta (Batavia),
(Bleeker, 1852)
ray
Samarang (Semarang), dan Jawa.
Himantura uarnak (Forsskål, Honeycomb
Komersial; ukuran umum 45cm; tertangkap: dengan
1775)
stingray, Pari
alat tangkap Seines, Traps, Spears dan Trawls;
pasir
habitat: biasanya di pantai berpasir dan di Estuari
dangkal dan Laguna dan juga ditemukan di area pasir
Terumbu; Makanan: ikan-ikan kecil, Bivalves,
Kepiting, Udang, Cacing; Ovoviviparous; ditemukan di
Selat Bali sampai Timor dan Laut Arafura.
Himantura undulata (Bleeker, Leopard whipray Minor komersial; ukuran umum < 410cm; tertangkap
1852)
dengan alat tangkap Trawls; habitat di pantai.
Ovoviviparous; ditemukan di Indo-West Pacific: Teluk
Bengal sampai New Guinea, ke Utara sampai
Kepualuan Ryukyu, ke Selatan sampai Australia
Selatan.
Himantura walga (Müller &
Dwarf whipray Komersial; ukuran umum < 40cm; habitat: di perairan
Henle, 1841)
pantai. Ovoviviparous; ditemukan di Western Pacific:
Thailand sampai Utara Indonesia Timur.
Pastinachus sephen (Forsskål, Cowtail
Minor komersial; ukuran umum < 183cm; tertangkap
1775)
stingray, Pari
dengan alat tangkap Spears dan Trawls; habitat: di
ayam
Laguna, Terumbu Karang, juga di Sungai panjang di
Laut; Makanan: ikan Rebon, Cacing, Udang, dan
Kepiting; Ovoviviparous; ditemukan di Selatan Barat
Sumatera sampai Selat Bali.
Taeniura lymma (Forsskål,
Bluespotted
Komersial; ukuran umum < 30cm; tertangkap dengan
1775)
ribbontail ray,
alat tangkap Trawls; habitat: Terumbu Karang;
Blue spotted
makanan: Migrasi secara berkelompok sampai di area
stingray, Ikan
pasir dangkal ketika arus naik untuk memakan
pari, Pari
Mollusks, Cacing, Udang, dan Kepiting;
kembang
Ovoviviparous; ditemukan di Selat Bali sampai Timor,
143
Round whip ray
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
termasuk Kepulauan Mentawai, Kepulauan Raja
Ampat, Teluk Maumere Komodo, Manado, Pulau
Bintan, Togean, Kepulauan Banggai dan Pulau Weh.
Taeniura meyeni (Müller &
Blotched fantail Ukuran umum < 330cm; tertangkap dengan alat
Henle, 1841)
ray
tangkap Trawls; habitat: di Laguna dangkal sampai di
Terumbu Karang; makanan: ikan-ikan dasar, bivalves,
Kepiting dan Udang; Ovoviviparous, ditemukan di
Teluk Maumere dan Komodo.
Urogymnus asperrimus (Bloch Porcupine ray,
Minor komersial, Ukuran umum < 100cm; tertangkap
& Schneider, 1801)
Pari duri
dengan alat tangkap Trawls; habitat: di area paparan
karang, pasir dan area karang rusak dekat Terumbu
Karang; Ovoviviparous; ditemukan di Indonesian
penyebarannya dari Papua sampai Sumatera.
Manta birostris (Walbaum,
Giant manta
Minor komersial; ukuran umum 450 cm; tertangkap
1792)
dengan alat tangkap Seines, Gill Net, Spears dan
Trawls; habitat: utamanya di dekat Perairan Pantai,
dekat Terumbu Karang dan karang keras, kadang
ditemukan di perairan dalam; makanan: utamanya
Plankton, juga ikan berukuran kecil; ditemukan di
Kepulauan Raja Ampat, Teluk Maumere, Komodo,
Kepulauan Sangalakki dan Pulau Weh.
Mobula japonica (Müller &
Spinetail mobula Komersial; ukuran umum 225cm; tertangkap dengan
Henle, 1841)
alat tangkap Gill Net dan Spears; habitat: di Perairan
Pantai, juga di Perairan Laut; Makanan: utamanya
Euphausiids dan Copepods dan Crustacean Larvae.
Mobula kuhlii (Müller &
Shortfin devil
Tertangkap tertangkap dengan alat tangkap
Henle, 1841)
ray
(gillnet&spears); habitat: di Perairan Pantai dan
Perairan Laut Makanan: Plankton; umumnya
bergerombol; ditemukan di Indo-West Pacific:
Perairan Pantai Afrika Timur sampai Indonesia.
Rhinobatos typus (Bennett,
Giant
Ukuran umum < 270cm; habitat: di pantai dan di luar
1830)
shovelnose ray, pantai, dari daerah Intertidal sampai paparan pantai,
Austalian
juga di temukan di Hutan Bakau (Ref. 6871),hidup di
guitarfish, Pari perairan segar/bersih; Makanan: ikan kekerangan;
cucut, Hiu
Ovoviviparous; ditemukan di Maccasar, Jawa,
cermin, kekeh
Sumatera, Celebes, Borneo dan Waigiu.
Bathyraja danriashevi
Little-eyed skate Ukuran umum < 75,6 cm; Oviparous; ditemukan di
(Dolganov, 1985)
Western Pacific: Japan dan Indonesia.
Bathyraja tzinovskii
Creamback
Oviparous; ditemukan di Western Pacific, Laut Timur
(Dolganov, 1985)
skate
Indonesia.
Fenestraja sibogae (Weber,
Siboga skate
Tidak Komersial; ukuran umum < 31cm; habitat: di
1913)
lereng pada kedalaman 290 m; Oviparous; ditemukan
di Laut Bali.
Okamejei boesemani
Boeseman's
Ukuran umum < 55cm; habitat: Zona sublittoral, 70(Ishihara, 1987)
skate
90 m pada dasar berlumpur; Oviparous; ditemukan:
Indonesia Timur (Jawa).
Rajella anndanalei (Weber,
Anndanale's
Tidak komersial; ukuran umum < 33cm; Oviparous;
1913)
skate
ditemukan di Indonesia Timur (Laut Halmahera).
Urolophus javanicus
Java stingaree
Ditemukan di: Jawa (Jakarta), Laut India Timur: Jawa,
(Martens, 1864)
Indonesia.
Urolophus kaianus (Günther, Kai stingaree
Ukuran umum < 23cm; ditemukan di Western Central
1880)
Pacific: Kepulauan Maluku, Indonesia.
144
Karakteristik perikanan laut Indonesia: jenis ikan
Download