Pemodelan Sebaran Sistem Hidrotermal dan

advertisement
Pemodelan Sebaran Sistem Hidrotermal
dan Identifikasi Jenis Batuannya dengan Metode CSAMT
(Studi Kasus Gunungapi Ungaran)
Arif Ismul Hadi1, Kirbani Sri Brotopuspito2 dan Wahyudi2
Abstract: The investigation of the hydrothermal system distribution and
identification of its rock type has been done by CSAMT method at Ungaran
Volcano area. The acquisition data has been done around 750 m x 100 m area
with 4 lines at N750E direction. Sounding site distanced 250 m, whereas the data
was measured by Stratagem model 26716-01 Rev.D. Processing of the data was
started by 1-D inversion of Robust method. The 1-D results were then used as
the input of MT2D software. The results showed that subsurface resistivity were
8.6 to 46.4 Ωm estimated as hydrothermal system, 55.8 to 102.6 Ωm estimated
as aquifer zone or permeable saturated zone, 145.3 to 495.7 Ωm estimated as
pra-caldera rock associated with vapor dominated zone, and 1420.5 to 15.083
Ωm estimated as lava pile associated with basaltic and andesitic rock. The most
prospective hydrothermal system area existed at all along line 4 on 30 to 140 m
depth.
Keywords: hydrothermal system distribution, rock type, CSAMT method and
Ungaran Volcano
PENDAHULUAN
disebut sebagai arus telluric atau
Metode CSAMT (Controlled
arus eddy. Adanya arus telluric pada
Source Audio-frequency Magneto-
lapisan-lapisan bumi ini menyebab-
telluric)
kan timbulnya medan elektromag-
merupakan
salah
satu
metode survai dengan mengguna-
netik
kan sistem induksi elektromagnetik
dipancarkan kembali keseluruh arah
untuk mengetahui resistivitas listrik
sampai
batuan bawah permukaan. Prinsip
Pengukuran medan sekunder inilah
dasar
yang dicatat oleh receiver untuk
metode
CSAMT
adalah
sekunder
di
yang
kemudian
permukaan
medan elektromagnetik primer akan
memperoleh
dipancarkan keseluruh arah oleh
pengukuran
dipol listrik yang digroundkan. Pada
permukaan bumi. Informasi yang
saat medan elektromagnetik primer
diperoleh berupa impedansi gelom-
mencapai
di
bang elektromagnetik sekunder yang
daerah lain, maka medan elektro-
dihasilkan rapat arus telluric pada
magnetik akan menginduksi arus
masing-masing
pada
yang
lapisan mempunyai nilai konduktifi-
dianggap konduktor. Arus tersebut
tas yang berbeda-beda, sehingga
permukaan
lapisan-lapisan
bumi
bumi
1)
informasi
bumi.
lapisan
di
lapisan.
tentang
bawah
Setiap
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Bengkulu.
e-mail: [email protected]
2)
Staf Pengajar Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Gadjah
Mada.
40
Hadi, A. I., dkk, Pemodelan Sebaran Sistem ..............
medan
elektromagnetik
41
sekunder
medan magnet H akan menimbulkan
yang dihasilkan juga akan berbeda-
medan listrik E atau sebaliknya.
beda
jenis
Dengan menganggap bahwa bumi
ini
bersifat homogen isotropis (Grant
sudah banyak dimanfaatkan untuk
and West, 1965), sifat fisik medium
penelitian panas bumi.
tidak bervariasi terhadap waktu dan
bergantung
lapisannya.
pada
Metode
CSAMT
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
sebaran
dan
sistem
memodelkan
hidrotermal
dan
mengidentifikasi jenis-jenis batuan-
tidak ada suatu sumber muatan
dalam
medium
sehingga
nilai
Ungaran
resistivitas
H
,............
t
E
,......
  H  E  
t
E  0 ,
..............
berdasarkan
batuannya. Nilai
gunungapi ini diduga sebagai sistem
Aspek
penting
hidrotermal dalam daerah gunungapi
akan
menampakkan
keberadaan
(1)
(2)
(3)
  H  0 ,...................
dari
sebuah model untuk sistem sebaran
persamaan
E - 
resistivitas yang rendah di daerah
hidrotermal.
diperoleh
ditinjau,
Maxwell dalam bentuk:
nya di daerah prospek panas bumi
Gunungapi
yang
(4)
Persamaan gelombang untuk
medan listrik dan medan magnet
secara terpisah yang merupakan
fungsi waktu sebagai berikut:
sumber panas bumi.
Penurunan persamaan untuk
 2E - 
E
 2E
  2  0 dan
t
t
 2H - 
H
2H
  2  0 .......
t
t
Apabila
variasi
metode MT maupun CSAMT dikembangkan
mengikuti
pendekatan
Cagniard (1953). Asumsi dasar yang
digunakan
dalam
pendekatan
Cagniard tersebut: pertama, bumi
dianggap lapisan horisontal dimana
masing-masing lapisan mempunyai
sifat
homogen
gelombang
yang
isotropis.
Kedua,
elektromagnetik
berinteraksi
dengan
Maxwell
sebagai
waktu
fungsi
sinusoidal, maka akan diperoleh
persamaan (Grant and West, 1965):
alam
bumi
merupakan gelombang bidang.
Persamaan
dinyatakan
terhadap
(5)
me-
nyatakan bahwa setiap perubahan
~
E(r , t )  Re E(r ,  )e it
dan
~
H (r , t )  Re H (r ,  )e it ,.......
(6)
42
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (40 – 49)
dengan ω adalah frekuensi sudut,
elektromagnetik (Hz). Untuk men-
maka
dapatkan resistivitas yang sebenar-
persamaan
(5)
dan
(6)
menjadi:
nya
dimana
bumi
mempunyai
resistivitas yang heterogen diperoleh
 2E  iE   2E
dengan cara membuat model dan
dan
 2 H  iH   2 H ,....
Skin
depth
pelemahan
adalah
gelombang
(7)
diturunkan
hubungan
antara
resistivitas semu dan resistivitas
jarak
elektro-
magnetik dalam medium homogen
sehingga menjadi 1/e (~37%) dari
sebenarnya (metode inversi). Nilai
impedansi Z dan resistivitas semu ρa
yang diperoleh berdasarkan pendekatan Cagniard (1953) adalah:
amplitudo di permukaan. Dengan
menggunakan
static
dan
pendekatan
mengasumsikan
quasi-
1. Medium Homogen Isotropis
nilai
permeabilitas µ = µ0 = 1,256 x 10-6
1
Z   0  2 , .............
H/m, maka diperoleh persamaan
(Zonge and Hughes, 1988):
 
  503   , .............
f
(8)
dengan δ = skin depth (m), ρ =
resistivitas medium homogen (Ωm),
dan
f
= frekuensi
2
a 
1
2
gelombang
(9)
1,27 x 105 E
,....
f
H
(10)
dengan ρa adalah resistivitas semu
dalam Ωm dan
E
adalah impedansi
H
gelombang dalam VA-1.
2. Medium N-Lapis
1
1




2
2




1

1




2
3
Z n  Z1 coth  ik1h1 
  coth  ik 2 h2 
 
coth  1 
coth   2 






1   n 2

coth  ik 3 h3  .... 

coth   n1




1
1

    
2


2




1
  
 coth  ik n1hn1 
 n   .....   .(11)


coth


 n1      

    
Hadi, A. I., dkk, Pemodelan Sebaran Sistem ..............
43
1
1




2




 
  2
 a  1 coth  ik1h1  coth 1  2  coth  ik 2 h2  coth 1  3 
 1 
  2 




1
1
 



2
2








 
coth ik3h3  ....  coth1  n2  coth  ikn1hn1  coth1  n  .......  .. (12)
  n1  
  n1 
 



 

dengan ρ1, ρ2, ρ3, ……, ρ n adalah
bertemperatur tinggi berada dalam
resistivitas sebenarnya dan h1, h2,
batuan reservoar yang permeabel
h3, …, hn adalah ketebalan lapisan.
dan berpori. Menurut White (1967),
Menurut Jupp and Vozoff
air yang berasal dari permukaan
(1976) pendekataan umum untuk
bumi
numerik inversi digambarkan dengan
penyaringan. Proses penyaringan ini
model atau titik dengan struktur bumi
terjadi saat air melewati struktur
berlapis. Ketika struktur regional ikut
batuan
memperkirakan
inter-
kedalaman tertentu. Pada kedalam-
pretasi regional dapat dibuat dengan
an tersebut, air mengalami proses
mencocokkan model bumi berlapis
pemanasan karena adanya kontak
secara
horisontal,
lokal
akan
mengalami
yang
proses
permeabel
pada
pada
satu
titik
yang dekat dengan ruang magma.
Struktur
yang
lebih
Mekanisme pemanasan air dalam
dalam
reservoar memudahkan terjadinya
struktur 2-D (metode beda hingga),
aliran panas secara vertikal melalui
yang
lapisan
MT/CSAMT.
umum
variasi
dapat
dimodelkan
konduktifitas
dalam
direction)
satu
dan
data
regional
arah
ber(strike
diperkirakan
memotong strike.
kulit
permebilitas
bumi.
terhadap
Penurunan
kedalaman
menunjukkan bahwa produksi panas
bagian dalam lebih besar daripada
Energi panas bumi di daerah
bagian
diatasnya.
Adanya
gaya
gunungapi bila ditinjau dari pola
apung di dalam reservoar akan
penyebaran aliran panas (heat flow)
menyeimbangkan kolom air panas
merupakan daerah anomali. Daerah
dan air dingin. Selanjutnya gaya ini
anomali tersebut meliputi: erupsi,
mendorong
aliran lava, fumarol, dan air panas.
kembali ke permukaan bumi melalui
Pada
saluran permeabel lainnya.
sistem
hidrotermal,
fluida
fluida
ke
atas
dan
44
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (40 – 49)
Fluida dan batuan reservoar
satu set komputer dengan perangkat
dalam sistem panas bumi biasanya
lunak antara lain: Fortran Visual
saling
mengakibatkan
Workbench, Surfer versi 6.0, MT1D,
alterasi (perubahan) fase padat dan
MT2D, dan milimeter blok untuk
cair, sehingga menghasilkan mineral
pembuatan gridding.
bereaksi
baru. Perubahan fase ini disebabkan
Akuisisi data dimulai dengan
adanya sebaran temperatur yang
melakukan pengesetan alat baik
berbeda-beda
reservoar
penerima maupun pemancar. Pada
panas bumi. Secara umum bentuk
alat penerima dilakukan pengukuran
alterasi
meliputi
terhadap jarak elektroda potensial
mineralogi, tekstur, dan respon kimia
utara selatan (Ey ) dan timur-barat
batuan termal maupun lingkungan
(Ex).
kimianya berubah yang ditandai oleh
diarahkan utara-selatan (Hy) dan
kenampakan air panas, uap air, dan
timur-barat (Hx), dilevelkan dengan
gas (Wohletz and Heiken, 1992).
water-pass,
dalam
hidrotermal
Sensor
agak
METODOLOGI PENELITIAN
Daerah
penelitian
kemudian
dalam
adanya
magnetik
untuk
noise.
juga
dipendam
menghindari
Setting
frekuensi
terletak
dilakukan pada 3 band frekuensi:
pada posisi geografis 7 11’ LS dan
(band 1: 10 – 1 KHz), (band 4: 500 –
110020’ BT (Van Padang, 1951)
3 KHz), dan (band 7: 750 – 92 KHz),
dengan ketinggian antara 890 –
kemudian disetting peak to peak
1110 m di atas MSL, mencakup 4
gelombangnya, sehingga data yang
buah
diperoleh baik dan akurat. Selanjut-
0
lintasan
pengukuran
(arah
N750E) seluas 750×100 m. Adapun
nya
masing-masing titik sounding pada
elektroda, posisi topografi (x,y,z)
lintasan tersebut berjarak 250 m.
baik
Akuisisi data di lapangan
menggunakan
peralatan
CSAMT
model Stratagem 26716 Rev. D. Alat
ini
digunakan
untuk
mengukur
harga-harga
dari
penerima
dari
panjang
pemancar
dimasukkan
maupun
ke
dalam
komputer untuk diproses pada saat
dimulai akuisisi data.
Proses
pengolahan
data
intensitas medan listrik dan medan
CSAMT dimulai dari
magnet dalam frekuensi tertentu
diperoleh yang terdiri dari frekuensi,
(Geometrics,
koherensi,
2000),
sedangkan
proses pengolahan data digunakan
resistivitas
data yang
semu
dan
fasa. Data output tersebut pada 3
Hadi, A. I., dkk, Pemodelan Sebaran Sistem ..............
45
band frekuensi masih terpisah, maka
diterima jika nilai importance data
untuk menyusun agar data tersebut
lapangan
mempunyai
bernilai ≈1.
jangkauan
frekuensi
rendah sampai tinggi, maka digunakan
program
Dalam
hasil
perhitungan
Hasil inversi MT1D kemudian
ubah_Z/susun_Z.
digunakan
ubah_Z/susun_Z
selanjutnya
program
dan
sebagai
input
MT2D,
dibuat
grid
model
dipilih nilai koherensi yang paling
resistivitas sebenarnya dengan arah
tinggi (≈1). Data yang masih tersisa
titik sounding x dan kedalaman z.
tersebut
berupa:
Titik simpul grid antara baris x dan
resistivitas
semu,
dan
fasa.
kolom z menjadi nilai
masukan
Pemilihan
jumlah
titik
yang
resistivitas
Informasi
frekuensi,
sebenarnya.
dipergunakan ditentukan berdasar-
yang dibutuhkan MT2D diantaranya:
kan
jumlah blok, jumlah titik sounding,
kualitas
data
yang
akan
diinterpretasi.
spacing grid baris x, spacing grid
Proses selanjutnya adalah
menentukan
nilai-nilai
kolom z, nilai model awal resistivitas
frekuensi
sebenarnya, jumlah frekuensi, nilai-
yang mempunyai nilai yang sama
nilai frekuensi dan data lapangan.
dalam satu
pengukuran
Selanjutnya program MT2D tersebut
sebagai masukan program inversi
siap dirun sampai memperoleh nilai
MT1D dan MT2D. Program inversi
error yang paling minimal. Adapun
MT1D
pendekatan
hasil keluaran inversi MT2D berupa
metode Robust, sedangkan inversi
blok resistivitas sebenarnya pada
MT2D
arah
lintasan
menggunakan
menggunakan
metode
beda
pendekatan
hingga.
Masukan
lateral
sebagai
fungsi
kedalaman.
untuk MT1D berupa: tebakan awal
Interpretasi data didasarkan
jumlah lapisan, jumlah frekuensi,
pada kontras resistivitas batuannya.
tebakan awal resistivitas, tebakan
Parameter-parameter tersebut dapat
awal ketebalan, nilai-nilai frekuensi
menaikkan dan menurunkan resis-
data lapangan, nilai-nilai resistivitas
tivitas batuan. Pori batuan yang terisi
semu dan nilai-nilai fasa. Hasil
air akan memperlebar jangkauan
keluaran
nilai
program
inversi
MT1D
resistivitas
batuan,
adanya
yang
berupa: kedalaman dan resistivitas
mengakibatkan
overlap
sebenarnya pada satu titik sounding.
terhadap batuan lainnya, sehingga
Hasil inversi MT1D akan baik dan
akan menyulitkan identifikasi jenis
46
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (40 – 49)
batuan (Schon, 1998). Untuk dapat
pola kontur pseudo-section resis-
mengidentifikasi jenis batuan secara
tivitas semu data lapangan dengan
tepat, maka tinjauan geologi daerah
kontur
pseudo-section
penelitian
semu
hasil
sangat
penting
untuk
diketahui.
resistivitas
perhitungan.
Nilai
resistivitas sebenarnya yang dihasilkan masing-masing blok adalah:
Blok 1
= 8,6 – 46,4 Ωm.
diolah
Blok 2
= 55,8 – 102,6 Ωm.
software
Blok 3
= 145,3 – 495,7 Ωm.
MT2D dapat dilihat hubungan antara
Blok 4
= 1420,5 –15083 Ωm.
HASIL DAN DISKUSI
Data
dengan
yang
telah
menggunakan
Gambar 1. Perbandingan kontur
resistivitas semudata lapangan
dan model pada lintasan 1
Gambar 2. Penampang 2-D
resistivitas sebenarnya
pada lintasan 1
Gambar 3. Perbandingan kontur
resistivitas semudata lapangan
dan model pada lintasan 2
Gambar 4. Penampang 2-D
resistivitas sebenarnya
pada lintasan 2
Hadi, A. I., dkk, Pemodelan Sebaran Sistem ..............
47
Gambar 5. Perbandingan kontur
resistivitas semudata lapangan
dan model pada lintasan 3
Gambar 6. Penampang 2-D
resistivitas sebenarnya
pada lintasan 3
Gambar 7. Perbandingan kontur
resistivitas semudata lapangan
dan model pada lintasan 4
Gambar 8. Penampang 2-D
resistivitas sebenarnya
pada lintasan 4
Pola kontur pseudo-section
gunungapi menurut Lenat (1995),
resistivitas
dengan
semu
kontur
data
lapangan
pseudo-section
tampak
bahwa
daerah
dengan
resistivitas rendah (blok 1, ρ = 8,6–
resistivitas semu hasil perhitungan
46,35
pada Gambar 1, 3, 5, dan 7, untuk
sistem hidrotermal. Namun pada titik
penampang 2-D resistivitas sebenar-
sounding a2 dan a3 (di permukaan)
nya yang diinterpretasi dapat dilihat
diperkirakan bukan termasuk pada
pada Gambar 2, 4, 6, dan 8.
daerah
dan
Ωm)
ini,
merupakan
dimana
sebenarnya
model
tersebut ρ = (29,9-42,8 Ωm) dan ρ =
ideal
titik
resistivitas
Berdasarkan hasil di atas
geoelektrik
pada
daerah
sounding
48
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No. 1, Pebruari 2009 (40 – 49)
(35,8-42,7 Ωm) disebabkan pada
al.
daerah
pada
batuan tersebut berkisar ρ = 10–1,3
lintasan sungai dan sawah yang
× 107 (untuk basalt) dan 1,7 × 102
mengandung air permukaan. Hal
(untuk andesit). Dilihat dari satuan
tersebut disebabkan karena sifat air
morfologi
dapat
resistivitas
daerah
batuan berpori mendekati resistivitas
satuan
air, sehingga mengakibatkan respon
Ungaran muda, yang menghasilkan
resistivitas
banyak aliran lava yang komposisi-
tersebut
berada
menurunkan
yang
rendah (Schon,
1998).
(1998)
jangkauan
resistivitas
Gunungapi
penelitian
Ungaran,
ini
morfologi
termasuk
Gunungapi
nya antara basaltis sampai andesit.
Daerah
resistivitas
rendah
Analisis hidrotermal didasar-
sampai sedang (blok 2, ρ = 55,8–
kan
102,6 Ωm) yang banyak berdekatan
batuan, dimana semakin konduktif
dengan sistem hidrotermal diperkira-
maka
kan merupakan zona akuifer atau
berhubungan
saturated zone yang permeabel.
hidrotermal. Dari hasil penelitian ini
Nilai resistivitas sedang (blok 3, ρ =
tampak
145,3–495,7 Ωm) diperkirakan meru-
hidrotermal yang paling prospektif
pakan
yang
berada pada lintasan 4 (ρ = 9,8-12
dengan
Ωm) pada kedalaman 30-140 m. Hal
daerah yang didominasi oleh uap air
ini sangat berkaitan dengan adanya
(vapor-dominated
Menurut
sumber mata air panas (hot-spring)
Budiardjo, et al., (1997) dan Lenat
di Desa Banaran yang terletak di
(1995) batuan tersebut mempunyai
atas lintasan 4. Dapat dikatakan
range resistivitas ρ = 100–1000 Ωm..
bahwa medan panas bumi pada
Untuk resistivitas tinggi (blok
batuan berporositas tinggi, air panas
4, ρ = 1420,5-15083 Ωm) diperkira-
akan menyebar secara lateral dekat
kan merupakan lava pile (Lenat,
permukaan.
batuan
kemungkinan
1995)
yang
pra-kaldera
berasosiasi
zone).
berasosiasi
Menurut
jangkauan
Lenat
resistivitas
kekonduktifan
batuan
tersebut
dengan
bahwa
daerah
suatu
sangat
sistem
sistem
dengan
batuan basalt-andesit (Telford, et al.,
1998).
pada
(1995)
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang
dapat
batuan
diambil dari penelitian ini antara lain:
ρ = 200–10.000
1. Berdasarkan nilai konduktivitas-
Ωm, sedangkan menurut Telford, et
nya maka daerah resistivitas
tersebut berkisar
Hadi, A. I., dkk, Pemodelan Sebaran Sistem ..............
dapat dibagi: resistivitas rendah
(blok 1, ρ = 8,6-46,4 Ωm) diduga
merupakan daerah sistem hidrotermal, daerah
resistivitas ren-
dah sampai sedang (blok 2, ρ =
55,8-102,6 Ωm) merupakan zona
akuifer atau saturated zone yang
permeabel, daerah resistivitas
sedang (blok 3, ρ = 145,3-495,7
Ωm)
merupakan batuan
pra-
kaldera yang berasosiasi dengan
vapor-dominated
zone,
dan
daerah resistivitas tinggi (blok
4, ρ = 1420,5-15.083 Ωm) merupakan
lava
pile
yang
ber-
asosiasi dengan batuan basaltis
sampai andesit.
2. Daerah sistem hidrotermal yang
paling prospektif berada sepanjang lintasan 4 pada kedalaman
30-140 m.
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo,
B.,
Nugroho
and
Budihardi, M. 1997. Resource
Characteristics of the Ungaran
Field, Central Java, Indonesia.
Seminar Nasional Sumber Daya
Manusia Geologi Indonesia.
Fakultas Teknologi Mineral. UPN
“Veteran”, Yogyakarta.
Cagniard, L.1953. Basic Theory of
the Magnetotelluric Method of
Geophysical Prospecting.
J.
Geophysics, 18: 605-635.
49
Geometrics. 2000. Operation Manual
for Stratagem Sistem Running
IMAGEM Ver. 216 Geometrics
Inc. 2190 Fortune Drive. San
Jose. CA 95131, USA.
Grant, F.S. and West, G.F. 1965.
Interpretation Theory in Applied
Geophysics. McGraw-Hill Inc.
New York, USA.
Jupp, D.B.L. dan Vozoff, K. 1976.
Two-Dimensional
Magnetotelluric Inversion. J.
Geophysics, 50.
Lenat, J.F. 1995. Resistivity in
Volcanic
Regions.
http://ghp712.geo.unileipzig.de/~geosf/research/ERT/v
olcres.html.
Schon,
J.H.
1998.
Physical
Properties of Rock: Fundamental
and Principles of Petrophysics.
Pergamon, Leoben.
Telford, W.M., Geldart, L.P. and
Sheriff, R.E. 1998. Applied
Geophysics Second Edition,
Cambridge University Press,
New York.
Van Padang, N. 1951. Catalogue of
the Active Volcanoes of the
Word Including Solfatara Fields.
Part I Indonesia.
White , D.E. 1967. Some Principles
of Geyser Activity, Mainly from
Steamboat Springs. Nevada.
Wohletz, K. and Heiken, G. 1992.
Volcanology and Geothermal
Energy. University of California
Press, Los Angeles.
Zonge, K.L. and Hughes, L.J. 1988.
Controlled
Source
Audiofrequency
Magnetotellurics.
Zonge
Engineering
and
Research
Organization
Inc.
Tucson, Arizona.
Download