Resonansi 6 -f

advertisement
2006-2008 HAGI
Executive Committee
President
Abdul Mutalib Masdar
Mobile : +62.815.8051484
+62.888.8469400
Email : [email protected]
[email protected]
Secretary General
Martinus Sembiring
Mobile : +62.815.9806905
Email : [email protected]
[email protected]
Treasurer
Dian Nugrahaningsih
Mobile : +62.816.1967701
Email : [email protected]
[email protected]
VP. Organization
Elan Biantoro
Mobile : +62.812.56135
Email : [email protected]
[email protected]
VP. PIT & Special Event
Yosi Hirosiadi
Mobile : +62.812.8171824
Email : [email protected]
[email protected]
VP. Science & Technology
Dr. Ir. Yusuf Surachman, M. Sc.
Mobile : +62.0811.157962
Email : [email protected]
[email protected]
Rubrik Editorial
S
etahun lalu ketika HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) memutuskan untuk
melaksanakan Joint Convention bersama Asosiasi Profesi Ilmu & Teknologi Kebumian yang lain, yaitu IAGI dan IATMI, para pengurus HAGI (baca: pekerja HAGI-red)
sepakat untuk mengusung tema yang berhubungan dengan sustainable dan ketersedian
energi sebagai antisipasi menurunnya pasokan energi yang berbasiskan hidrokarbon,
termasuk mengantisipasi adanya isu pemanasan global (global warming) yang sebagian
ditenggarai akibat penggunaan hidrokarbon yang berlebihan dari Negara-negara industri/
maju. Jika dilihat dari satu sisi ekstrim mungkin betul, karena penggunaan minyak bumi
yang merupakan bahan bakar fossil adalah salah satu penyumbang terbesar dari kenaikan
suhu di bumi ini. Sebaliknya, jika dilihat pada sisi lain, kegiatan ekonomi dunia masih
sangat ditentukan dan bergantung kepada penggunaan minyak bumi.
Pemanasan global yang terjadi sesungguhnya bukanlah merupakan isu baru. Protokol
Kyoto yang diinisiasi 10 tahun lalu (11 Desember 1997) ditujukan untuk menentukan
target dan jadwal penurunan emisi gas rumah kaca yang harus dilakukan oleh dunia
industri. Sejalan dengan isu-isu aktual yang sedang menjadi topik hangat pembicaraan
para ahli baik di tingkat lokal, regional maupun internasional, pada edisi akhir tahun ini
(edisi-6), Resonansi mencoba menampilkan beberapa topik yang berhubungan dengan
ketahanan energi nasional dan mitigasi pemanasan global. Pemikiran-pemikiran dan
diskusi-diskusi yang terkandung didalam tulisan dimaksud, diharapkan dapat menjadi
trigger untuk para ahli kebumian Indonesia khususnya yang tergabung dalam Himpunan
Ahli Geofisika Indonesia untuk lebih peduli dan intens terhadap kedua isu ini.
Bulan November 2007 lalu, HAGI bersama IAGI dan IATMI telah sukses melakukan
Joint Convention Bali 2007 dengan tema utama Optimization of Mixed- Energy Resources for National Energy Security dan pada saat resonansi ini naik cetak sedang dilaksanakan konferensi mengenai perubahan iklim dunia yang dilaksanakan di Bali juga.
Seperti telah kita prediksi bersama, akan banyak keputusan-keputusan politik yang isinya mengarahkan bagaimana kita makhluk manusia bersama-sama menyelamatkan
dunia dengan jalan memperlambat kenaikan suhu di muka bumi. Juga pada bulan yang
sama sebelumnya HAGI melakukan silaturrahmi dan sarasehan dalam rangka HUT
HAGI ke-32 di Bandung, yang mengedepankan topik diskusi tentang SDM Geofisika
Indonesia ke depan oleh Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso Msc, Space and Plantery Geophysics oleh. Prof. Dr. Bambang Hidayat.
Selamat berakhir tahun 2007, selamat datang tahun baru 2008. Semoga dengan
datangnya tahun baru, HAGI sebagai organisasi serta anggota HAGI secara individual
dapat
memberikan konstribusi yang lebih maksimal untuk sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Mari kita selamatkan bumi dan selamatkan Indonesia tercinta.
VP. Gov., Univ. & Industry Relations
Bob Wikan H. Adibrata, Ph. D.
Mobile : +62.812.1007791
Email : [email protected]
[email protected]
Chief Editor
Dr. Hendra Grandis
Mobile : +62.812.2308775
Email : [email protected]
[email protected]
VP. Certification
Dr. Abdul Haris
Mobile : +62.815.950848
Email : [email protected]
[email protected]
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
Salam HAGI,
Adi Susilo
(Editor 2 HAGI)
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Graha Simatupang, Tower II b, 9th Floor
Jl. Letjen. T. B. Simatupang Kav. 38, Jakarta 12450
Phone : +62. 21. 7829401, Fax : +62. 21. 7829401
Email : [email protected]; http : www.hagi.or.id
Penanggungjawab Presiden HAGI; Chief Editor Dr. Hendra Grandis; Editor 1 Dr. Wahyudi; Editor 2 Dr.Adi
Susilo; Editor 3 Syaeful Bahri, Creative & Publisher Nova Shinta Uly Marbun, Graphic Designer Roy
1
>> Rubrik President
INDONESIA DAN GENERASI NOL BUKU
K
etika diundang oleh The Habibie Centre Pada tanggal 6
Desember 2007 lalu pada acara Paparan Penerima
HABIBIE AWARD 2007, salah satu paparan yang menarik dan
mengundang kontrovensi yang hadir adalah presentasi dari
sastrawan dan penyair terkenal Indonesia Taufik Ismail yang
berjudul “Generasi Nol Buku, “Yang Rabun Membaca, Pincang
Mengarang”. Penerima HAGI AWARD 2007 yang lain adalah
Prof. Dr. Sri Widyantoro (Guru Besar Seismologi ITB, anggota
aktif HAGI) untuk Bidang Ilmu Dasar, Prof. Dr. Elin Yulinah
Sukandar (Guru Besar Sekolah Farmasi ITB) untuk bidang Ilmu
Kedokteran & Bioteknologi dan Dr. (HC) Rosihan Anwar tokoh
pers nasional untuk bidang sosial, hukum, ekonomi dan politik.
Mengapa paparan ini menarik, karena riset
(penelitian) yang dilakukan untuk bidang ilmu
kebudayaan ini hanya menggunakan metoda
riset dan sampling yang relatif sederhana,
namun hasilnya menurut saya sangat
spektakuler karena dapat membuat kening kita
berkerut dan merupakan potret riil dari
generasi muda kita sekarang. Hasil risetnya
membuat kita harus menelaah ulang konsep
pendidikan kita di Indonesia. Riset yang
dilakukan adalah dengan melakukan wawancara kepada para
responden/tamatan SMA di 13 Negara, antara lain dari Thailand
Selatan, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Rusia,
Kanada, Jepang, Swiss, Jerman, Perancis, Belanda, Amerika
Serikat dan Indonesia. Perihal yang disurvey adalah buku sastra
yang wajib dibaca oleh para siswa dimasing-masing SMA,
dengan hasil seperti tercantum pada tabel.
BUKU
SEKOLAH
Nama Sekolah
1. SMA Thailand
2. SMA Malaysia
5 judul
6 judul
Narathiwat
Kuala Kangsar
3. SMA Singapura
4. SMA Brunei Darussalam
5. SMA Rusia
6. SMA Kanada
7. SMA Jepang
8. SMA Int’ Swiss
9. SMA Jerman Barat
6 judul
7 judul
12 judul
13 judul
15 judul
15 judul
22 judul
Stamford College
SM Melayu I
Uva
Canterbury
Urawa
Jenewa
Wanne-Eickel
10. SMA Perancis
30 judul
Pontoise
11. SMA Belanda
12. SMA USA
13. AMS Hindia Belanda-A
AMS Hindia Belanda-B
30 judul
32 judul
25 judul
15 judul
Middleburg
Forest Hills
Yogyakarta
Malang
0 judul
Di Mana saja
ASAL
SMA Indonesia
Apa yang bisa kita simpulkan secara sederhana dan cepat dari
tabel dibawah adalah bahwa ternyata budaya membaca secara
umum di sekolah-sekolah menengah atas Indonesia sangat kurang
dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan dengan negaranegara jiran kita. Kita tidak mendiskusikan soal tingkat akurasi
survey untuk para responden ini. Namun kita mencoba melihat
dan menelaah dengan jernih ternyata betapa budaya membaca
kita relatif sangat lemah dibandingkan dengan negara lain. Saya
hanya mencoba membayangkan, apabila data ini betul-betul
akurat, ketika generasi nol buku ini menamatkan SMAnya,
rasanya pasti akan menderita apabila mendapat tugas membaca
yang banyak, apalagi ditugaskan untuk membuat paper.
Juga bisa dibayangkan apabila generasi nol
buku ini menjadi mayoritas generasi muda
kita dimasa mendatang, yang lebih familiar
dengan budaya remote, sinetron, film dan
tayangan-tayangan visual atau hiburan vulgar
lainnya. Mungkin dunia penelitian kita akan
menjadi kering apabila generasi nol buku ini
tidak dicarikan jalan keluarnya. Tidak
menutup kemungkinan HAGI dan organisasiorganisasi profesi lain atau badan-badan
penelitian lain akan kesulitan mendapatkan penulis-penulis atau
peneliti yang handal dan produktif dimasa mendatang. Mungkin
harapan kita untuk melahirkan generasi-gerenasi abad 21 yang
cepat dan adaptif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi
akan menjadi impian yang hilang tak berkesudahan.
Kita rindu untuk melihat generasi kita membaca di
pemberhentian bis dan ruang tunggu kereta api negeri ini. Kita
juga rindu untuk melihat siswa kita asyik membaca di
perpustakaan sekolah, kota dan desa, kita juga tak mau jikalau
buku dan ensiklopedia yang kita beli hanya tertumpuk lesu dan
berselimutkan debu.
Adakah diantara kita yang punya solusi dan peduli akan generasi
nol buku ini ?
Salam
Abdul Mutalib Masdar
Sumber : dikutip dari Kumpulan Makalah Habibie Awards 2007
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
2
>> Rubrik Profesional “Laporan Diskusi Panel JCB”
Batara Simanjuntak
( NGC )
MENYOKONG KETAHANAN ENERGI NASIONAL INDONESIA
K
onvensi HAGI – IAGI – IATMI tahun 2007, yang digelar di
Bali bertemakan tentang optimisasi sumber energi
campuran untuk ketahanan energi nasional. Panel diskusi diadakan
pada hari pertama konvensi ini dimoderatori oleh Nugrahani Pudyo
(BMIGAS) dan Batara Simanjuntak (National GeoConsultant). Tema
ini sebenarnya bukan hal baru, karena sebelumnya pada Pertemuan
Tahunan Pengelolaan Energi Nasional pada tanggal 6 Desember 2005
di Jakarta dibahas tema ”Percepatan Implementasi Kebijakan
Pengelolaan Energi Nasional Dalam Rangka Meningkatkan Keamanan
Pasokan Energi Dalam Energi”, dalam pertemuan ini ditetapkan suatu
blue print Pengelolaan Energi Nasional yang mencakup kegiatan
beberapa departemen terkait.
Pada awalnya diskusi ini direncanakan akan menampilkan tokoh
masayarakat yaitu: Paskah Suzetta (Kepala BAPPENAS), Fadel
Mohammad (Gubernur Gorontalo) dan Budi Eka Nurchaya (PSEUGM) sebagai pembicara. Para tokoh ini diharapkan akan membahas
soal energi nasional dari sisi strategi nasional, kesiapan perundangan,
contoh cakupan masalah dan jalan keluar yang diambil pada skala
propinsi. Tetapi dalam pelaksanaannya tiga pembicara yang hadir
adalah: Montty Girianna PhD (BAPPENAS), Dr. Ir. Husen Hasni
M.Si (Propinsi Gorontalo), dan Drs. Budi Eka Nurchaya M.Si dari
Pusat Studi Energi (PSE-UGM). Acara dimulai dengan informasi yang
diberikan Bpk. Montty (BAPENNAS) tentang masalah besar yang
akan dihadapi bersama secara nasional yaitu:
1. Ekonomi Indonesia amat bergantung pada suplai migas: masalah
muncul manakala Indonesia bukan lagi eksportir tetapi telah menjadi net importer. Dengan demikian harga minyak yang tinggi
saat ini memberi beban berat pada neraca keuangan Negara.
2. Harga minyak yang terus naik membawa masalah ikutan yang
lain; ketika harga minyak dalam negeri tetap rendah, subsidi menjadi keterlaluan. Pada akhirnya hal ini membawa pada overconsumption.
3. Isu perubahan iklim, dalam kaitan dengan penggunaan energi
fosil, juga menerpa negara tercinta ini.
Dan Bpk. Montty (BAPENNAS) memberikan beberapa usulan, untuk
solusi masalah tersebut yaitu: Efisiensi penggunaan energi, terutama
pada kebijakan pricing, Melakukan diversifikasi yang bersinergi
dengan kebijakan subsidi dan Mengusahakan sumber energi ramah /
bersih lingkungan.
Untuk menjalankan proses solusi itu, haruslah terlebih dahulu
dibuat trajectory dari portofolio energi nasional (pengamanan supplay
energi nasional) untuk menjamin energy security. BAPPENAS
memperkenalkan konsep Energy Mix 2025, bahwa peluang untuk
diversifikasi energi terbuka luas ketika adanya kebutuhan gas yang
amat besar dan terpusat di Jawa, bersama dengan itu juga terdapat
kebutuhan listrik yang tinggi. Tantangan yang muncul adalah
kebutuhan akan infrastruktur (gas) yang besar. Hal ini mensyaratkan
iklim investasi yang mendukung. Pada energi panas bumi terdapat
tantangan dalam hal penetapan daya jual
per kwh. Biaya produksi
panas bumi hampir selalu lebih tinggi daripada harga beli oleh PLN
yang bertindak sebagai pembeli tunggal.
Bpk. Husen Hasni (Pembicara Kedua) mengungkapkan masalah
yang dihadapai di propinsi Gorontalo, mengenai kebutuhan listrik
kebanyakan dipenuhi dengan penggunaan PLTD yang menkonsumsi
minyak. Ketika PLTD mempunyai masalah, Pemda Gorontalo lalu
menyewa mesin diesel sebagai solusi sementara. Diharapkan hal ini
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
akan teratasi dengan pembangunan PLTU berukuran 2 x 25 MW.
Menyadari keterbatasan sumberdaya energi, Pemda juga
mempersiapkan sumber energi lain, antara lain: menyediakan lahan
hutan seluas 62.000 km persegi untuk dikonversi menjadi perkebunan
untuk menghasilkan biofuel (energi minyak nabati). Pada sisi
pemerintahan, kantor Dinas Kehutanan disatukan dengan Dinas
Pertambangan demi memaksimalkan penggunaan lahan untuk
pemanfaatan energi dan mineral. Selain itu, Pemda Gorontalo juga
sudah mengidentifikasi sumber daya air untuk pengembangan PLTA
dalam skala mini dan mikro, serta memikirkan pemanfaatan hasil
utama agrobisnis (jagung) sebagai sumber energi nabati.
Pembicara terakhir, Drs. Budi Eka Nurcahya M. Si sebagai
seorang peneliti, melihat masalah energi pada tingkat paling dasar
yakni: pengadaan, penyimpanan, pengiriman (transportasi). Dibalik
ketiga hal tersebut, terdapat hal yang amat penting, yakni soal
sumberdaya manusia, yakni menyangkut soal-soal kesiapan diri dan
kebiasaan dalam penggunaan berbagai jenis energi. Dalam hal
pengadaan (ketersediaan), dikemukakan berbagai contoh sumber
energi selain migas yaitu: surya, angin, air, biofuel, panas bumi, laut,
dan penggabungan berbagai jenis energi. Selanjutnya, dalam hal
penyimpanan dan pengiriman, Budi Eka mengajukan usulan teoritis
untuk mengkonversi berbagai bentuk energi tersebut kedalam energi
hidrogen melalui proses elektrolisis. Energy hidrogen yang terbentuk
dapat langsung disalurkan melalui media (misalnya pipa) penghantar,
atau disimpan dalam wadah ”fuel cell”. Fuel cell ini kemudian dapat
dipindah-tempatkan dengan mudah dan selanjutnya akan menjalani
proses untuk menghasilkan energi listrik.
Bila ditelusuri lebih jauh, ide energy hidrogen dan fuel cell adalah
ide yang memang sudah banyak diselidiki. Laporan utama koran
Pikiran Rakyat pada tanggal 21 Mei 2004, menurunkan berita dengan
judul ”Hidrogen Bahan Bakar Masa Depan”. Penulis laporan
menyimpulkan bahwa untuk mencari bahan bakar alternatif beragam
penelitian pun telah dilakukan dan pilihan terbaik tampaknya jatuh
kepada hidrogen sebagai bahan bakar pengganti. Hidrogen memang
layak dikembangkan, karena memenuhi dua kriteria yaitu mampu
mendorong teknologi ramah lingkungan dan banyak terdapat di alam
ini. Hidrogen bukan teknologi milik satu negara saja, karena di hampir
semua negara maju terlibat dalam pengembangannya.
Hydrogen sebagai energi masa depan yang ramah lingkungan
dibuat dari bahan baku air. Namun untuk menghasilkan hydrogen
sebagai bahan energi diperlukan teknologi yang cukup mahal.
Sementara untuk energi hydrogen harus di buat dari bahan baku air
(H20) atau dari hydrocarbon. Caranya dengan memecah hidrogen dari
H2O untuk dijadikan bahan energi yang akan di pasok ke fuel cell.
Alat ini berfungsi sebagai pembangkit listrik yang dirubah menjadi
energi untuk kemudian menggerakan motor listrik-mekanikal di
kendaraan mobil. Selain untuk menggerakan mobil, bus, truk atau alat
transportasi massal lainnya, energi hidrogen (fuel cell) juga akan
menjadi salah satu energi utama untuk pesawat ruang angkasa. Bahkan
pada suatu hari nanti setelah fuel cell raksasa jadi kenyataan, seluruh
kebutuhan listrik di kota atau industri akan memakai tenaga hidrogen.
Oleh:
Batara Simanjuntak
(NGC - National GeoConsultant)
3
>> Rubrik Profesional
Indonesia Berpotensi Besar Memitigasi Pemanasan
K
onferensi PBB tentang perubahan iklim yang
dikenal dengan COP13/MOP3 berlangsung di Bali,
3-14 Desember 2007 menunjukkan betapa besar
perhatian dunia terhadap dampak pemanasan global (global
warming). Kegiatan yang dihadiri lebih dari 15.000 peserta
dari berbagai penjuru dunia berlangsung sangat meriah.
Para peneliti dan ahli perubahan iklim, politisi serta juru
runding dari berbagai penjuru dunia duduk bersama untuk
membicarakan beberapa isu penting tentang pemanasan
global dan perubahan iklim.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan dinamika
atmosfernya yang sangat kuat hal ini ditandai dengan
konveksi dari lautannya harus sangat peduli dengan
kejadian pemanasan global.Kejadian pemanasan global Air laut yang sangat bertindak sebagai salah satu sumber energi dalam pengembangan angina topan. Riset baru menguattelah mempengaruhi kejadian iklim ekstrim global dan
kan suatu mata rantai antara temperature permukaan laut dan
implikasi yang serupa juga terjadi di Indonesia. intensitas angina topan
Diantaranya adalah perubahan pola cuaca dan iklim,
sehingga menyebabkan curah hujan akan meningkat pada
musim hujan dan sebaliknya makin rendah curah hujannya
pada saat musim kemaren. Tentunya kejadian ekstrim ini
akan mempengaruhi pola tanam, produksi pertanian dan
pada akhirnya tentu juga akan mempengaruhi ketahanan
pangan nasional. Masih banyak sektor pembangunan
nasional lain yang terpengaruh akibat pemanasan global,
seperti dalam sektor pengairan, kehutanan, kelautan,
kesehatan. Oleh karena itu Indonesia sebagai salah negara
yang terkena dampak pemanasan global harus lebih
memfokuskan dirinya pada upaya adaptasi perubahan
iklim. Sementara itu upaya pengurangan emisi karbon
penyebab pemanasan global haruslah menjadi tanggung
jawab dari negara maju yang telah terlebih dahulu
membuang emisi karbonnya ke atmosfer. Tindakan negara
maju ini dikenal dengan mitigasi perubahan iklim.
Coral Bleacing
Ada dua upaya utama yang dapat dilakukan dalam memitigasi
pemanasan global yaitu melalui penggunaan bahan bakar non
fossil dan kegiatan reforestasi (menghutankan wilayah non
hutan menjadi wilayah hutan kembali). Institut Teknologi
Bandung melalui Ghanesa Climate Change Alleviation
(GCCA) berhasil mensimulasikan model yang dapat
memperlihatkan bagaiman peran dan potensi hutan Indonesia
dalam menurunkan temperatur permukaan bumi dari skenario
business as usual. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa
kegiatan reforestasi Indonesia sebesar 75,9 juta ha di masa
mendatang (tahun 2110) dapat menurunkan temperatur global
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
sebesar 0,4oC dan sekaligus menurunkan potensi kejadian
bencana iklim yang akan terjadi di masa mendatang.
Setidaknya kerugian global sebesar US$ 1,98 Trilliun dapat
dihindarkan dari penyerapan karbon oleh kegiatan reforestasi
di wilayah Indonesia. Gambar 1a dan 1b menunjukkan
perbedaan temperatur global tanpa upaya reforestasi dan
dengan kegiatan reforestasi di Indonesia.
4
>> Rubrik Profesional
(a). Temperatur Global 2110 tanpa Reforestasi
Selanjutnya masih ada lagi potensi penyerapan karbon global
melalui sumber daya alam Indonesia, yaitu kelautan. Menurut
model yang juga dikembangkan oleh Tim Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian ITB, didapatkan bahwa kelautan
Indonesia mempunyai kemampuan dalam menyerap karbon
global sebesar hampir 5000 juta ton CO2 pada tahun 2060.
Lihat Gambar 2.
2000
1000
Juta ton CO2
0
-1000
2010 2020 2030 2040 2050 2060 2070 2080 2090 2100
-2000
-3000
-4000
(Sumber: Susandi dkk, 2007)
(b). Temperatur Global 2110 dengan Reforestasi
-5000
-6000
Tahun
Gambar 2. Potensi penyerapan karbon dari kelautana Indonesia
(Sumber: Susandi dkk, 2007)
Dari dua potensi tersebut membuktikan bahwa Indonesia
dapat memberikan peran penting dalam upaya mitigasi
perubahan iklim dan sekaligus memberikan potensi yang lebih
baik dalam negosiasi internasional tentang perubahan iklim,
sekaligus dapat mendukung keberlanjutan pembangunan
nasional. Selanjutnya kajian ilmiah ini tentunya dapat
dimanfaatkan oleh para juru runding Indonesia dalam
Konferensi PBB tentang Perubahan iklim mendatang (tahun
2009) yang akan dilaksanakan di Polandia.
(Sumber: Susandi dkk, 2007)
Gambar 1. Proyeksi Temperatur Global tanpa Reforestasi (a)
dan dengan Reforestasi (b)
Berdasarkan Gambar 1 di atas terlihat bahwa kajian potensi
kehutanan Indonesia dalam menurunkan temperatur global
dapat menjawab salah satu upaya utama dalam memitigasi
perubahan iklim dan pemanasan global sekaligus menaikkan
posisi tawar Indonesia dalam perundingan internasional dan
akan dapat membantu negara maju dalam menurunkan emisi
karbonnya melalui penyerapan emisi karbon global tersebut
dari kegiatan reforestasi di wilayah Indonesia.
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
Oleh: Dr. Rer.-nat. Armi Susandi, MT
Ketua Program Studi Meteorologi ITB
Pengurus HAGI Bidang Sains Atmosfir dan Oseanografi
National Project Manager for National Communication to UNFCCC
Email: [email protected]
5
>> Rubrik Profesional
Prof. Dr. Bambang Hidayat
Guru Besar Astronomi, ITB
Ilmu Keruangan dan Kebu-
Evaluasi Dua Buah Disiplin Ilmu Yang BerMerupakan salah satu makalah Prof. Dr. Bambang Hidayat yang kebangkitan energi dari dalam bumi. Perbandingan itu sebesar
disampaikannya pada Pertemuan Ilmiah tahunan ke VII HAGI 1012 megawatt terhadap 107 megawatt. Jumlah energi yang sama
(Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) pada tanggal 12-13 Oktober 1980 itulah yang diterima, katakanlah, oleh planet Venus, planet
bertempat di Auditorium Geologi, Jalan Diponegoro No. 57, Bandung.
B
umi, memiliki arti yang luas bagi banyak orang.
Tampak berbeda dilihat oleh pengembara, petani,
agen real estate, penyair dan saintist. Walau pun semuanya
menganggap sama yakni bumi sebagai palung kemanusiaan dan
kehidupan, tetapi astronom yang melihat dengan kacamata
fisika-kimia tetap menganggap unik, walau tidak terlalu luar
biasa dibanding dengan planet lain yang ditemuinya dalam tata
surya.
Unik dalam arti bahwa sampai sekarang hanya bumilah
yang ditemui sebagai penyangga dan pengemban kehidupan.
Tidak terlalu luar biasa, jika dilihat dari kenyataan bahwa bumi
hanya planet ketiga dalam tata surya kita, yang tidak lepas dari
kaidah evolusioner tata surya. Dari segi inilah sudah dapat
diduga, bahwa dengan detour mengetahui hakikat fisikiawi dan
kimiawi planet lain, akan dapat memperkaya informasi kita
tentang proses yang berlangsung di bumi.
Dilihat dari pengertian fisika murni, bumi ini tidak berbeda
dengan “mesin energi”. Pernyataan ini bukan hanya metafora
saja, tetapi benar bermakna secara literer dalam geosciences.
sebagai usaha untuk mengerti cara beroperasinya
thermomekanis di dalam badan bumi. Dalam pelajaran
astronomi, diajarkan mendalami bab yang menyangkut
kehadiran tata surya serta isinya. Model yang sederhanapun,
menyatakan bahwa pada mulanya yang ada hanya kabut asal,
yang telah diperkaya oleh elemen berat lemparan dari ledakan
supernova. Sebagian terbesar kabut asal itu kemudian
menggumpal, menjadi Matahari. Sisanya antara gaya berat yang
mengatur keseimbangan internal mekanis planet asal, dan
dorongan radiasi matahari membentuk globula yang kemudian
menjadi planet.
Di sinilah mulai timbul pertanyaan. Mengapa planet ini
berbeda dengan planet lain, yang pada dasarnya terbentuk dari
bahan asal sejenis dan menuruti cara pembentukan yang sama.
Bagi bumi, kita diberitahu, suku-suku mesin bumi yang
bergerak adalah material bumi itu sendiri: litisfera, yakni kerak
padat, lapisan plastis yang lebih dalam letaknya dan lapisan
udara serta cairan inti. Namun penggerak utamanya adalah
energy nuklir, yakni energy thermonuklir Matahari dan panas
hasil peluruhan isotop radio aktif dikandungan dalam bumi.
Diatas sumbangan energi, masuh ada – sedikit saja – energi
sisa dari perlepasan energi gravitasi yang diperoleh tatkala bumi
baru terbentuk dan mengerut, 4,5 miliar tahun yang lalu.
Tetapi, walau bagaimanapun juga sumbangan energi luar, yang
berasal dari Matahari, masih jauh melebihi sumbangan
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
tetangga bumi. Tetapi, apa yang kita ketahui tentang planet
Venus, sungguh merupakan pemandangan yang berbeda sekali
dengan bumi. Pengetahuan kita mengenai biografi bumi masih
terbatas. Namun, astronomi tidak akan menunggu sampai upaya
mengungkap sejarah bumi tuntas, baru mencoba mengetahui
riwayat palnet Venus. Malah sebaliknya, kita berpendapat
bahwa kalau ekstrapolasi satu jalur – dalam hal ini
mengekstrapolasi proses di bumi sampai ke umur bumi nol –
tidak mungkin, maka apa salahnya diterapkan metoda
komparatif. Karena bagaimanapun juga pengetahuan bumi
di satu pihak dan planet lain harus konvergen. Benar dewasa ini
ideal itu belum seluruhnya tergapai, tetapi kita menuju ke sana.
Citra yang makin jelas makin tampak.
Untuk memperlihatkan keseriusan usaha itu saya
mengambil contoh umpama dari “revolusi plate tektonik” yang
telah berlangsung selama 20 tahun terakhir ini. Esensinya adalah
gerak horizontal lempeng benua: menghasilkan rangkaian
pegunungan kalau tabrakan: retak dan kerak kalau saling
menjauhi dan menghasilkan sesar jika salah satu lempeng
melongsor di bawah yang lain. Pengetahuan mengenai gerak
relatip ini dirasakan penting untuk berbagai keperluan praktis
dan teoritis di bumi. Gerak lamban itu sukar dideteksi, tetapi
dapat diindera dengan memanfaatkan pulsa yang terpancar dari
salah satu spesies benda langit yang bernama pulsar yakni
bintang neutron yang bergasing cepat relatip terhadap sumbu
magnetic bintang tersebut. Radiasi yang terpanacar dari system
ini memperlihatkan keubahan cahaya dengan periodisitas yang
cermat sekali. Penerimaan gelombang dari pulsar, oleh dua buah
antenna penerima, yang terletak berseberangan terhadap daerah
sesar akan menimbulkan interferensi tertentu. Segera ada gerak
relative antar lempeng, jarak antara kedua antena itu berubah
dengan akibat pola interfernsi berubah pula. Perubahan pola ini
dapat dipakai sebagai ukuran gerak lempeng. Di sini kita
melihat interaksi dua macam disiplin yang tampaknya
berjauhan, tetapi berkoeksistensi saling memanfaatkan.
Hampir sejalan dengan percobaan di atas, ialah penempatan
retroeflektor di permukaan bulan yang akan memungkinkan
ketelitian penentuan jarak bulan-bumi sampai orde 3 cm, dalam
upaya penjagaan jarak bulan-bumi. Dengan kecermatan seperti
ini teori global sistim bulan-bumi tidak hanya bisa diperbaiki,
tetapi juga informasi mengenai fisik bumi dapat diperoleh.
Karena teleskop dan reflector terpancang pada muka bulan dan
bumi, jelas diperlukan pengetahuan pergerakan relatip kedua
buah titik itu terhadap pusat massa sekutu system bulan-bumi.
Gerak permukaan bulan sewasa ini dimodelkan atas dasar teori
murni gravitasi, ditambah dengan pengetahuan mengetahui
6
>> Rubrik Profesional
harmonik ketiga dan keempat medan gravitasi bulan.
Kadangkala komplikasi harus dihadapi kalau kita tidak mau
mengabaikan pengaruh librasi bebas Euler serta pasang surut
badan padat bulan yang terakhir ini sukar dideteksi.
Berbeda sekali keadaannya dengan bumi. Sepanjang
pengetahuan saya, belum ada teori yang lengkap mengenai
rotasi bumi. Kesukarannya ialah fisik badan bumi yang relatip
elastic demikian sukar, sehingga terasa ada ramalan yang ingkar
terhadap pengamatan dan permodelan. Oleh karena itu, tidak
heran kalau BIH (Bureau International de I’Heure) dan IPMS
(International Polar Motion Service) memonitor gerak rotasi
tersebut. Tetapi, dalam prinsip, data laser yang dipergunakan
dalam “luar ranging” dapat dipergunakan untuk menentukan
parameter UT 1.
Deformasi pasang surut permukaan bumi barangkali sudah
diketahui dengan baik (walau dipengaruhi oleh permodelan
heuristic), tetapi gerak tektonik belum cukup dalam diketahui,
sehingga dapat dibuat model. Adalah salah satu tujuan dari
“lunar ranging” untuk mengungkapkan hal itu.
Kita tinggalkan sebentar, masalah soal untuk hari depan itu,
dengan meretrospeksi diri. Kurang dari 30 tahun yang lalu kita
berbekal persepsi yang kurang menguntungkan mengenai
geologiawan dan astronom. Walaupun kedua disiplin itu
bersaudara, tetapi metoda pendekatan terhadap subjeknya
berbeda dan, karena itu, terpisah agak jauh dalam waktu yang
agak lama. Di masa lalu orang membayangkan geolog sebagai
pekerja lapangan, (ingat: emblemnya saja palsu) sedang
astronom, dengan salah tafsir digambarkan sebagai pekerja
salon berbekal pengetahuan matematika dan fisika tinggi.
Memang benar bahwa didalam kedua disiplin ilmu pengetahuan
itu pada mulanya kita terlatih sebagai pengamat, tanpa
mempunyai kemungkinan untuk bereksperimen. Astronom
membuat pengamatan dan penghitungan: keahliannya terletak
pada bidang geometrid an mekanika. Geologiawan juga
membuat pengamatan dan penentuan. Tetapi keadaan ini
berubah, karena beberapa penerapan metodologi dan cara
berpikir baru di kedua cabang keilmuwan itu. Untuk Memberi
aksentuasi pada masalah ini, ijinkan saya sejenak meninjau
masalah “peramalan”. Kita semua tahu bahwa gagasan
“platetektonik” tidak hanya member dimensi baru, tetapi juga
impetus yang menggairahkan. Memonitor gerak kerak lempeng
dan deformasinya diharap merupakan landasan untuk meramal
evolusinya. Peramalan semacam itu, kalu dapat dipercaya, akan
sangat berguna karena akan memberi kemungkinan peramalan
gempa yang lebih cermat.
Di dalam bidang lain, di tengah-tengah antar “earth scince”
dan “geoscinece”, terdapat meteorology. Dalam bidang ini kita
kenal system peramalan yang telah memegang peranan penting
dalam kehidupan, karena kaitan langsungnya dengan public.
Walaupun public kadangkala kurang apresiatip, dan cenderung
untuk member bobot terlalu besar pada kesalahan sesaat, kita
harus menghargai achievement jangka panjang. Hendaknya
didasari bahwa baik peramalan di bidang meterologi dan
geosciences (kelak) memerlukan data dasar yang cermat dan
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
kuantitas yang layak. Jadi, moral daripada pembandingan ini
ialah agar data geosciencepun harus memenuhi kedua syarat
kecermatan. Dengan perkataan lain, ramalan gempa, umpama
dapat diperoleh dari deformasi seluruh muka bumi yang harus
diindera. Yang diperlukan tidak hanya penginderaan detail,
tetapi juga penginderaan sampai setiap pelosok. Untuk ini
diperlukan Network “geodesi baru” – yang menjamin liputan
sistematik, pengukuran jangka panjang dan kemudahan
pengulangan. Hampir tiada kecualinya kita percayakan metoda
ini kepada teknologi keruangan. Patungan kerja rupanya
memang keharusan. Saya hendak mengatakan beruntung dalam
hal ini, karena telah adanya beberapa unsur yang memanfaatkan
“space technique”. Beberapa waktu yang lalu, umpama saja Dr.
Ir. Junil Kahar dalam disertasinya telah memanfaatkan data
“space technique”, dalam hal ini anomaly potensial yang
merupakan pencerminan distribusi massa yang irregular, untuk
suatu pemetaan. Belum 10 hari yang lalu, Dr. Ir. Adjat Sudrajat,
mengemukakan disertasi yang didasari oleh penginderaan jauh.
Dan tentunya masih banyak contoh lain lagi hasil karya group
ahli geofisika Indonesia.
Meteorologi telah saya sebut, walau sebagai perbandingan.
Saya tidak bermaksud, mengingat waktu yang tersedia,
menguraikan segala hal ihwan kaitan meteorology dengan space
science. Namun kiranya tidak berlebihan jika pada kesempatan
ini saya menutupnya dengan pernyataan bahwa photochemiko
dan thermocemiko angkasa planet sama menariknya dengan
angkasa bumi. Kadangkala kita harus mempergunakan
informasi tentang angkasa bumi sebagai pembatas (constraint)
tentang model angkasa planet lain, tetapi tidak jarang informasi
tentang angkasa planet lain diperlukan untuk mengetahui
sejarah angkasa bumi, kita senang mendengar bahwa, berbeda
dengan angkasa venus, tebal, berat dan syarat CO-2, ataukah
seperti angkasa planet Mars, tipis dan beropasitas rendah serta
tuna oksigen.
Sampai beberapa saat yang lalu, telah merupakan anggapan
geofisikawan praktis bahwa diskusi mengenai terjadinya planet
dan tata surya tidak relevan terhadap pekerjaannya. Sebaliknya,
rasa ketidak relevanan itu telah mendorong beberapa saintist
teoritis membuat spekulasi bebas. Kini ada baiknya ada
pengertian akan menyatunya dan interdependensi ilmu
kebumian dan keruangan, sambil tetap melestarikan disiplin
internal yang kokoh yang telah kita kumpulkan dari generasi ke
generasi.
Salam HAGI,
Prof. Dr. Bambang Hidayat
(* Reprint Makalah PIT HAGI-VII Tahun 1980)
7
>> Joint Convention Bali 2007
“Optimization of Mixed-Energy Resources for National Energy Security”
P
ada 13-16 November 2007, tiga organisasi profesi yaitu: 4.
The Indonesian Association of Geophysicists (HAGI),
the Indonesian Association of Geologists and the Society of
Indonesian Petroleum Engineers (IATMI) menggelar acara bersama Joint Convention Bali 2007 (JCB 2007)dengan tema
“Optimization of Mixed Energy Resources for National Energy
Security” diadakan di Bali International Convention Center,
The Westin Hotel and Resort, Nusa Dua Bali.
5.
Acara ini dihadiri sekitar 724 peserta yang berasal dari beberapa perusahaan, industri, dan institusi termasuk dari pemerintah, universitas dan mahasiswa dengan perincian sebagai berikut:
Universitas (156 orang), Industri (321 orang), Pemerintah (158
orang), Student Volunteer (32 orang), Student Invitation (15
orang), Committee & Professional Organization (46 orang).
Best Poster of JCB 2007
Gendoet Hartono
(Candidate of Doctor in Post Graduate program, UNPAD,
Bandung and lecturer at Department of Geology
Technique, STTNAS)
“Gumuk Gunung Api Purba Bawah Laut di TawangsariJomboran, Sukoharjo-Wonogiri, Jawa Tengah.
Best Oral Presentation of Student
Purnama Ari Suandhi
(Geology Engineering, UPN Veteran Yogyakarta)
“Fasies Estuarin dan Karakteristik Batu Pasir Formasi
Jaten Daerah Tulakan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa
Timur”.
>> Makalah Best Oral Presentation of HAGI
Agenda acara pada Joint Convention Bali sebagaiberikut:
Prestack intercept & gradient scaling to the modeled
• Ice Breaker, pada tanggal 13 November 2007
synthetic - An example from Heidrun field,
• Opening Ceremony, 14 November 2007
North Sea
• Diskusi Panel, 14 November 2007
• Technical Program, terdiri dari: Pre-Convention Courses,
alibration is the key to successful amplitude vs. offset
Oral Presentation, Poster Sessions, Pre/Post-Convention
(AVO) analysis to identify fluid and lithology changes using
Field Trip, Geo Photo Contest dan Pre Convention Work- prestack seismic data. A common AVO crossplot shows the atshops/ Courses. 15 November 2007
tributes of “intercept” and “gradient” help to separate different
lithologies and/or fluids. To move from qualitative anomaly
analysis of prestack to quantitative analysis–classifying how oil,
Pada penutupan JCB, diumumkan pemenang sebagai:
gas, or brine appear on the prestack data–it is necessary to scale
1. Best Oral Presentation of HAGI
the real data to the modeled synthetic data. In this paper, we
Nguyem Lam (Landmark Graphics), dengan judul
consider a scaling process that matches the magnitudes of inter“Prestack INTERCEPT & GRADIENT SCALING TO THE cept and gradient events extracted from the real data to the interMODELED SYNTHETIC –AN EXAMPLE FROM HEIDRUN cept and gradient of the modeled data. A case study is presented,
FIELD, NORTH SEA”
demonstrating this process of matching real prestack gathers to
the log-generated gathers in a 2D crossplot. The scaled data are
then used to compare anomalous intercept-gradient data points
2. Best Oral Presentation of IAGI
that represent lithologic and/or pore fluid changes from the backAwang Harun Satyana, (BPMIGAS)
ground data throughout the entire 3D survey.
“Bencana Geologi Dalam “Sandhyakala”Jenggala dan
Majapahit: Analisis Erupsi Gunung Lumpur Historis
Berdasarkan Babad Pararaton, Folklor Timun Mas, Analogi
Erupsi LUSI, Dan Kondisi Geologi Delta Brantas”
C
By: Nguyen Nam
3.
Best Oral Presentation of IATMI
Leksono Mucharam, (Research Consortium OPPINET,
ITB)
“Optimization of Gas Production In Multi Well Single Reservoir Based on Economic Calculation”.
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
Landmark Graphics, Kuala Lumpur, Malaysia & Larry Fink, Landmark
Graphics, Denver, USA
8
>> Makalah Best Oral Presentation of IAGI
Bencana Geologi Dalam “Sandhyakala” Jenggala
dan Majapahit: Analisis Erupsi Gunung Lumpur
Historis Berdasarkan Babad Pararaton, Folklor
Timun Mas, Analogi Erupsi LUSI, Dan Kondisi
Geologi Delta Brantas
Dalam sejarah Indonesia, dua kerajaan pernah berlokasi di
wilayah Delta Sungai Brantas, Jawa Timur : Jenggala/Kahuripan
(1041-?1100) dan Majapahit (1293-1525). Disebutkan dalam
sejarah, bahwa akhir (sandhyâkâla) kedua kerajaan ini berhubungan dengan kemelut politik. Tetapi, beberapa sumber menyatakan bahwa kemunduran dan punahnya dua kerajaan ini berhubungan dengan bencana alam (geologi).
Babad Serat Pararaton, suatu kronik sejarah raja-raja Singhasari
dan Majapahit, yang menurut Slamet Muljana (1968) ditulis pada
1613 M dan diteliti serta diterjemahkan dari bahasa Kawi ke
dalam bahasa Belanda oleh Brandes (1896) dan Krom (1920)
memuat sebuah baris yang menyatakan bahwa kemunduran
Kerajaan Majapahit adalah akibat sebuah bencana bernama
“Pagunung Anyar” yang terjadi pada tahun Çaka 1296 (1374 M).
“Gunung Anyar” adalah juga nama sebuah gununglumpur berstatus dormant di dekat kota Surabaya. Gununglumpur ini membentuk kelurusan baratdaya-timurlaut dengan gununglumpurgununglumpur lain di wilayah Sidoarjo-Madura : LUSI (lumpur
Sidoarjo)-Kalang Anyar-Gunung Anyar-Bangkalan. LUSI adalah
sebutan untuk sebuah gununglumpur yang bererupsi sejak Mei
2006 di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Delta Brantas. Berdasarkan
prinsip geologi ”the present is the key to the past”, diyakini
bahwa bencana serupa LUSI juga pernah terjadi pada masa-masa
lalu di wilayah Delta Brantas, termasuk pada masa Jenggala dan
Majapahit, seperti tercatat dalam babad Serat Pararaton.
Penelitian hidrogeologi Delta Brantas semasa zaman Belanda
oleh Nash (1932) dan geografi kesejarahan wilayah ini oleh
Daldjoeni (1984) menemukan bahwa Delta Brantas labil dan
tertekan secara geologi sepanjang zaman. Di bawah Delta Brantas terdapat tujuh jajaran antiklin barat-timur berumur PlioPleistosen yang terus bergerak dan beberapa kali dalam sejarah
pernah membelokkan aliran Sungai Brantas (satu di antaranya
tercatat sebagai bencana ”banyu pindah” dalam Pararaton yang
terjadi pada tahun Çaka 1256 atau1334 M). Penelitian-penelitian
ini pun menemukan pernah terjadinya deformasi baru dari
wilayah selatan Jombang-Mojokerto-Bangsal sepanjang sekitar
25 km. Di sepanjang jalur ini ditemukan bentukan-bentukan
gunung baru bernama Redi Anyar dan Gunung Anyar yang
diperkirakan terjadi semasa Majapahit (”redi”= gunung, bahasa
Kawi). Pelabuhan Majapahit masa itu, Canggu, terganggu karena
deformasi ini.
Folklor (cerita rakyat) “Timun Mas” yang diyakini berkembang
pada masa kerajaan-kerajaan Jenggala/Kahuripan dan Kediri
sangat menggambarkan proses-proses terjadinya sebuah erupsi
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
kan fenomena alam tersebut. Getaran tanah akibat Raksasa
berlarimengejar Timun Mas dapat menggambarkan terjadinya
gempa. Garam yang dilempar Timun Mas dan menjadi lautan
dapat menggambarkan lautan air (asin) yang berasal dari semburan air dan lumpur seperti yang terjadi sekarang pada LUSI.
Sedangkan, terasi yang dilemparkan Timun Mas kepada Raksasa
yang mengejarnya kemudian menjadi lumpur panas yang
akhirnya menenggelamkan sang Raksasa. Gempa, lautan air
asin, dan lumpur panas semuanya terjadi pada erupsi
gununglumpur LUSI. Karena itu, folklor Timun Mas bisa jadi
merupakan sebuah “dichtung und wahrheit” – antara dongeng
dan kenyataan, antara sasakala dan kenyataan geologi, yang
menggambarkan fenomena erupsi gunung lumpur pada masa
Jenggala dan Kediri.
Kesamaan toponim (asal nama geografi) ”redi/gunung anyar”
jalur Jombang-Mojokerto-Bangsal zaman Majapahit dengan jalur
gununglumpur masa kini LUSI-Kalang Anyar-Gunung AnyarBangkalan, tercatatnya bencana ”pagunung anyar” dalam Pararaton, arti geologi folklor Timun Mas, dan kesamaan kondisi
geologi sejak zaman Jenggala sampai masa kini, mengindikasi
secara kuat bahwa erupsi gununglumpur telah melanda Jenggala
dan Majapahit dan turut menyebabkan kemunduran kedua
kerajaan ini di samping akibat konflik politik.
Jenggala, Majapahit, dan LUSI terletak di dalam suatu depresi
elisional yang sama bernama Depresi Kendeng yang dicirikan
oleh sedimentasi Plio-Pleistosen sangat cepat, labil, dan tertekan,
yang secara terus-menerus mengintensifkan dinamika gravity
tectogenesis yang mengakibatkan naiknya diapir-diapir lempung
dan serpih di bawah permukaan sampai kepada erupsi
gununglumpur di permukaan. Kasus geologi masa kini dan
penelusuran literatur-literatur sejarah dan geologi masa lalu
dapat merajut kaitan masa kini dan masa lalu sesuai dengan
prinsip geologi : ”the present is the key to the past”.
By: Awang Harun Satyana
BPMIGAS
>> Profile Profesional Makalah Best Oral Presentation of IATMI
Optimization of Gas Production In Multi Well Single
Reservoir Based On Economic Calculation
Computation of gas deliverability is an interesting and complicated problem in gas industries since it contains the question of
how long a well(s) can still deliver gas to the sales point. With
this calculation, the plateau time of the deliverability can be
predicted which is in turn, if the gas delivery has reached that
point while the contract time has not yet finished, then there are
options to sustain the gas delivery by installing compressors
or establishing a new well(s).
In this study will be studied a gas production optimization for
single reservoir with multi wells. By assuming each well has the
same properties, the questions of how many number of wells
must be drilled, when a well(s) must be drilled, how much gas
9
>> Profile Profesional Makalah Best Oral Presentation of IATMI
rate of each well, and time for producing gas to fulfill specified
contract rate with a minimum production cost are discussed
here. The parameter of success ratio of well drilling and time
for drilling is also considered.
Combined Reservoir and Equipment Performance’s method is
used to predict gas reservoir behavior by obtaining relationship
between rate production and time. This method can be combined with economic analysis to obtain net present value of the
profit. The net present value of profit was calculated for each
value of pressure and produced gas. The optimum condition
was occurred when net present value of profit reached the maximum value. A hypothetical case is simulated to show numeric
computation results. The simulation show that the optimization
method developed in this study can be used to design gas production to get the optimum result.
Keywords:
Gas production optimization, multi wells single reservoir,
contract time, Combined Reservoir and Equipment Performance’s method, net present value of profit, plateau time
By: Leksono Mucharam
(Research Consortium OPPINET, ITB)
>> Makalah Best Oral Presentation of Student
Fasies Estuarin dan Karakteristik Batu Pasir Formasi
Jaten Daerah Tulakan Kabupaten Pacitan
Propinsi Jawa Tmur
Formasi Jaten terdiri dari litologi batupasir kuarsa, batulempung,
betulempung karbonan, batubara dan sisipan tipis batupasir
gampingan. Ketebalan total dari Formasi Jaten mencapai 142
meter.
Fosil golongan Moluska yang dijumpai Gastropoda dan
Pelecypoda, fosil foraminifera bentik kecil yang dijumpai adalah
Marsupulina schultzei, Rotalia sp, Parrina bradyi, Elphidium sp,
Quinquiloculina sp, and Hormosina globulifera, menunjukkan
lingkungan transisi yang dipengaruhi oleh marin. Fosil
foraminifera besar yang dijumpai adalah Lepydocyclina, fosil
foraminifera planktonik yang dijumpai adalah Orbulina
universa, Orbulina bilobata, Globigerina praebuloides,
Hastigerina bermudezi, Globigerinoides trilobus, Globorotalia
siakensis, Globoquadrina altispira, berumur N9 (Miosen
Tengah ).
Berdasarkan hasil analisa porositas batupasir dengan metode
mercury injection pump pada litologi batupasir dan batulanau
Formasi Jaten, diperoleh kisaran harga porositas 13 – 35 %.
Harga porositas pada tiap tiap sub fasies memperlihatkan
perbedaan nilai yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
pengendapan (fasies) dan model sebarannya. Hasil interpretasi
profil dan lintasan Measure Section memperlihatkan Formasi
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
Jaten diendapkan pada lingkungan estuarin ( model pengendapan
Allen Possamentier, 1993 ). Terdiri dari sub fasies Batupasir
Kasar Fasies Fluvial Point Bar, Batupasir Fasies Tidal Estuarine
Point Bar, Batupasir Fasies Tidal Sand Bar, Batulanau dan
Batulempung Fasies Estuarine Mud. Integrasi interpretasi fasies
dengan geologi daerah penelitian memperlihatkan konfigurasi
lingkungan pengendapan Formasi Jaten pada lingkungan estuarin
yang dipengaruhi oleh fluvial dan pasang surut (tidal).
By: Purnama Ari Suandhi
(Universitas Pembangunan nasional ‘Veteran’ Yogyakarta)
>> Best Poster of JCB 2007
Gumuk Gunung Api Purba Bawah di Tawang SariJemboran, Sukoharjo-Wonogiri, Jawa Tengah
This paper discusses the study on the basalt volcanic rocks and
the volcano morphology indicating the existence of ancient submarine volcano in Tawangsari-Jomboran districts, SukoharjoWonogiri, Central Java. In general, this basalt volcanic rocks
were identified as andesite breccia which might be grouped into
Mandalika Formation of Oligosen-Miosen age (Surono, et al.,
1992). The origin of Mandalika Formation in relkation to the
classical sedimentation process, and the submarine volcanism is
still needed to be evaluated. The present study was based on the
detailed descriptions of the rocks both in the field and in the
laboratory. The autoclastic basalt outcrops consisting of breccias
show the characteristics of the igneous rock fragment component
embodied in the groundmass with the same composition, namely
igneous rock, dark grey to black in colour; affanitic texture,
rough surface, brecciated; pillow structures, massive, fine
vesiculerities, amygdaloidal filled with calcite, and the radial
fractures; calk-alkaline basalt composition ( SiO2 =54.71% , K2O
=1.15% ). This rock body attains the dimension of 2 - 5 m legth,
and 40 cm - 1 m diameter with the direction of the deposition
varies following the direction of the eruption source. Brecciated
structures on the surface was controlled by the high cooling rate
and the low flow, while in the interior the rock is massive because it was not in direct contact to the cooler mass outside.
Autoclastic basalt breccias and or the pillow basalt lava was interpreted to be formed by the undulating low gradient of morphology with the average the angle of <10o. On the other hand,
the low basaltic magma viscosity, produced the efusive eruption
related to the formation of the low angle morphology. The distance between the hills which generally composed of pillow basalt was between 500 m - 1 km. The typical pillow structure of
the igneous rock as described above was interpreted to be the
product of the lava flow related to the effusive eruption from a
submarine volcano located under or close to the seawater surface
Keywords:
Subamarine volcano, pillow lava, effusive eruption, autoclastic
breccias.
By: Gendoet Hartono
(Candidate of Doctor in Post Graduate program UNPAD, Bandung and
Lecturer at Departement of Geology Technique, STTNAS)
10
>> Special Event: Sarasehan HAGI (HUT HAGI)
P
ada tanggal 4 November 2007 Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia (HAGI) menggelar acara Halal Bihalal/
Silaturrahmi dan Sarasehan dalam rangka Ulang Tahun HAGI
ke-32 yang jatuh pada bulan oktober 2007, bertempat di Cafe De
Risole, Jalan Citarum 11, Bandung. Bertindak sebagai Ketua
Panitia Sarasehan adalah Bpk. Elan Biantoro.
Acara diawali dengan Laporan Singkat Presiden HAGI perihal
RK dan Program Kerja PP HAGI periode 2006-2008, yang
memaparkan Program Jangka Pendek, Program Jangka
Menengah dan Program Jangka Panjang HAGI serta kegiatan
yang telah dilaksanakan, dan sedang dilaksanakan yang akan
dicapai. Acara berlanjut ke seremonial "potong tumpeng" ulang
tahun ke-32 HAGI, Presiden HAGI menyerahkan potongan
tumpeng pertama kepada salah satu tokoh senior HAGI Prof. Dr.
Bambang Hidayat dengan disaksikan para mantan President
HAGI antara lain: Dr. Hery Harjono (IX: 1992-1994), Prof. Dr.
Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (XI: 1996-1998), Adriansyah, Ph.D
(XIV: 2002-2004), Dr. Wawan Gunawan A. Kadir (XV: 20042006) dan para CAPRES HAGI 2008-2010 : Ir. Elan Biantoro,
MT, Dr. Djedi S. Widarto dan Prof. Sri Widiyantoro, Ph. D.
Silaturrahmi & Sarasehan HAGI
Dalam rangka Ulang Tahun HAGI Ke-32
Para sesepuh dan mantan Ketua HAGI, Ibu Siti Besari, Dr. Heri Harjono,
Prof. Dr. Djoko Santoso (Rektor ITB), Prof. Sri Widyantoro, PhD (Guru Besar
Seismologi, ITB) , pada acara Silaturrahmi dan Saraseha HAGI 4 November
2007 di Café De’Risole, Bandung
Setelah makan siang, acara
kemudian dilanjutkan dengan
presentasi dan diskusi oleh Prof. Dr.
Bambang Hidayat (Guru Besar
Astronomi ITB) dengan topik
"Space&Planetary Geophysics in
The Future". Yang mendiskusikan
p e r ih a l p e n g e mb a n g a n i l mu
geofisika benda-benda langit lainnya
selain BUMI.
Kemudian dilanjutkan sesi kedua
presentasi oleh Prof. Dr. Ir. Djoko
Beberapa masukan dan spirit yang dikemukakan oleh Bpk. DR. Heri Harjono
Santoso, MSc (Rektor ITB) dengan
Prof. DR. Bambang Hidayat
topik ” Solusi Suksesi dan depan ”geofisika” di Indonesia sangat cerah, hal ini ditampilkan
Regenerasi dalam Mengisi Kebutuhan Tenaga Ahli Geofisika di dalam diagram grafik perkembangan geofisika setiap periode.
Indonesia”. Beliau mengungkapkan dengan optimis akan masa
Peserta yang hadir lebih dari 30 orang, yang terdiri dari para
sesepuh HAGI seperti Dr. Gunawan Ibrahim, Ibu Siti Zahar
Besari, Bpk. Dr. Waluyo dan tamu istimewa dari Chiba Univ.,
Japan yaitu Prof. Dr. Katsuoi. Acara ditutup oleh moderator Bpk.
Elan Biantoro, dengan harapan acara ini bisa menjadi acara
tahunan dalam rangka Ulang Tahun HAGI pada tanggal 8
Oktober dan dapat memberi masukan dan spirit dalam
membangun dan mendorong perkembangan ilmu dan teknologi
geofisika di Indonesia.
Salam HAGI
Pemberian memento kepada Prof. DR. Ir. Djoko Santoso, MSc
oleh Presiden HAGI Bpk. Abdul Mutalib Masdar
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
Muharram Jaya Panguriseng
(Special Event HAGI)
11
>> Special Event: IWSEP di Bandung
International Workshop on Seismo-Electromagnetic Phenom-
P
ada 6-7 November 2007 lalu, diselenggarakan workshop
ilmiah internasional yang melibatkan pakar-pakar dari berbagai bidang keilmuan. Workshop ini merupakan bagian dari
kegiatan JSPS-LIPI Bilateral Program, yang membawahi kerjasama riset antara Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr. Djedi
S. Widarto (principle investigator) dengan Chiba University,
Jepang Prof. Katsumi Hattori (principle investigator) untuk
periode riset April 2005-Maret 2008. Sejak Juli 2007 lalu, pada
saat IUGG General Assembly di Perugia, Italy, Dr. Djedi S. Widarto ditunjuk sebagai Indonesian representative for InterAssociation Working Group EMSEV (Electromagnetic Studies
for Earthquakes and Volcanoes). Kerjasama riset ini berjudul
‘Ground-based monitoring of seismo-electromagnetic signals in
Indonesia’.
keilmuan sains atmosfer dan antariksa. Sedangkan peneliti yang
hadir dari Perancis adalah Dr. Michel Parrot (Director of DEMETER Program) dan Dr. Jacques Zlotnicki (Chairman for EMSEV), yang dikenal sebagai peneliti di bidang fisika gunungapi,
terutama dalam self-potential mapping untuk mempelajari
dinamika hidrotermal bawah permukaan gunungapi. Peneliti dari
India yaitu Dr. Birbal Singh dengan 4 orang mahasiswanya
menyampaikan hasil riset mereka tentang Variasi GPS Total
Electron Content yang berhubungan dengan gempa, dan Dr.
Jann-Yenq ‘Tiger’ Liu hasil risetnya tentang ionospheric perturbations yang muncul sebelum gempa besar Sumatra 2004, yang
kemudian dikenal dengan istilah iono-nami, yakni tsunami yang
terjadi di ionosfer. Peneliti Rusia yaitu: Dr. Oleg Molchanov, Dr.
Yuri Kopytenko, dan Dr. Yuri Ruzhin juga hadir dalam workshop
dan menyampaikan hasil-hasil riset terbaru mereka, dan memaparkan hasil kerjasama riset yang pernah dilakukan. Penelitipeneliti muda Indonesia yang menyampaikan hasil-hasil risetnya.
Pembukaan oleh Dr. Djedi S. W idarto Ph. D
Sekitar 116 orang yang hadir terdiri atas 26 orang Peneliti
mancanegara (Jepang, Rusia, India, Perancis, Cina dan Taiwan)
dan 10 orang ilmuan Indonesia dan sisanya peserta yang berasal
dari instansi ITB, LAPAN, LIPI, BMG, Pemda DIY, dan
Chevron Energy hadir dalam workshop ini. Peneliti ini terdiri
dari berbagai bidang keilmuan yaitu: Geofisika, Fisika Atmosfer
dan Ruang Angkasa, Fisika Komputasi, Pemprosesan Sinyal
Digital, Ahli Satelit dan Kedirgantaraan, dan Teknologi Komunikasi. Workshop ini lebih membahas hasil riset terkini yang
berhubungan dengan fenomena seismo-elektromagnetik, baik
yang terjadi pada litosfer, atmosfer maupun ionosfer.
Ilmuan yang berasal dari Jepang yaitu: Dr. Seiya UYEDA
(Emeritus Professor of Geophysics, The University of Tokyo)
yang dikenal sebagai ilmuan tektonofisika dan global tectonics di
era 70- hingga akhir 80-an, Dr. Masashi HAYAKAWA (The University of Electro-Communication, Tokyo) dan Dr. Kiyohumi
YUMOTO (Kyushu University) merupakan wakil dari kelompok
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
Suasana Seminar
Presentasi oleh Dr. Seiya UYEDA
12
>> Special Event: IWSEP di Bandung
Pada tanggal 7 November 2007
merupakan hari terakhir workshop dengan menyampaian
suatu white paper yang disusun
secara bersama-sama oleh beberapa peneliti dalam maupun
luar negeri. White paper ini
merupakan suatu usulan kepada
Pemerintah Republik Indonesia
yang berkaitan terutama dengan
usulan pengembangan sistem
pemantauan (monitoring
system) untuk reduksi bencana
alam, khususnya gempa, tsunami dan erupsi gunung api.
Peserta IWSEP
Workshop IWSEP2007 ini terlaksana atas dukungan berbagai
pihak, baik dukungan moral maupun pendanaan, yakni JSPS,
LIPI, LAPAN, Chiba University, Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia (HAGI), IUGG dan Science Council of Asia.
Peserta Ekskursi
Presentasi oleh Dr. Michel Parrot
Keesokan hari tgl 8 November 2007, dilaksanakan kegiatan
ekskursi ke daerah Gunung Papandayan, Gunung Guntur dan
daerah wisata airpanas Cipanas di Tarogong, Garut. Peserta yang
hadir 18 orang, yang memandu acara ini adalah Dr. Asnawir
Nasution (peneliti senior bidang gunungapi dari ITB), Seluruh
peserta ekskursi sangat terkesan ketika dapat mencapai kawah
uap Gunung Papandayan, hal ini merupakan pengalam baru bagi
peserta Rusia yang belum pernah mendaki gunungapi dalam
hidupnya.
Hasil Workshop dan kegiatan ekskursi berjalan dengan sukses.
HAGI sangat berbangga hati bisa ikut serta aktif dalam seminar
internasional ini dan memberikan dukungan penuh pada setiap
kegiatan keilmuan geofisika di masyarakat.
Salam HAGI,
Dr. Djedi S. Widarto
Peserta dari Rusia memberikan pertanyaan
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
13
>> Special Event: HAGI Exhibition in JCB Bali 2007
The True Partnership Organization
H
impunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) turut serta
berpartisipasi di acara Exhibition JCB, Bali pada tanggal
14-16 November 2007. Hari pertama Booth HAGI menampilkan “Exposure of HAGI Activities 2006-2007 serta dipadati
dengan registrasi anggota HAGI serta pemungutan suara untuk
PEMILU Presiden 2008-2010. Dihari kedua jam 10.00 WIT
dimulai presentasi teknis oleh Bpk. Elan Biantoro (BPMIGAS)
dengan judul: “Hydrocarbon Resources Potential in Eastern
Part of Indonesia“ kemudian dilanjutkan presentasi oleh Bpk.
Sri Hartanto (GEOTECH) berjudul “Fault Seal Analysis Using
Trap Tester Software” dan terakhir presentasi oleh Prof. Sri
Widiyantoro, Ph. D (Bandung Institute of Technology) tentang
“Tomography and Earthquake Predictability” . Hari terakhir,
pada jam 09.00-09.45 WIT dimulai presentasi dengan topic
“Magnetotelluric Method : From Earth Resources Exploration
to Eartquake Monitoring”, Oleh: Dr. Djedi S. Widarto, Ph.D
(LIPI).
Hari Pertama Exhibition, Martinus Sembiring, Achmad Luthfi MBA (Ketua IAGI),
Abdul Mutalib Masdar (Presiden HAGI), S. Suryantoro (Irjen ESDM), Kuswo Wahyono (Ketua Umum IATMI) (dari ki-kan)
Penarikan Lucky Draw oleh Secjen HAGI
Registrasi Anggota HAGI
Pemenang Lucky Draw HAGI Exhibition (Fauzi Hasibuan)
Presentasi oleh Bpk. Elan Biantoro (BPMIGAS)
Presentasi oleh Prof. Dr. Sri Widiyantoro Ph. D
Golf games HAGI Exhibition, JCB Event
Presentasi oleh Bpk. Sri Hartanto (GEOTECH)
Presentasi oleh Dr. Djedi S. Widarto
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
Tomografi and Earthquake Perdictability
14
>> Special Event: Sertifikasi HAGI, HAGI Awards
PENYERAHAN SERTIFIKAT HAGI
Bidang Sertifikasi Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI),
melakukan Program Sertifikasi HAGI 2007 yang merupakan
langkah awal dari HAGI untuk mendesimasi dan memberikan
penghargaan kepada para Professional yang memiliki kapasitas
dan kompetensi di bidang ilmu Geofisika maupun terapannya.
Pada tahap ini Bidang Sertifikasi HAGI telah melakukan kajian,
evaluasi dan menetapkan kepada 22 (dua puluh dua) ahli
Geofisika yang patut diberikan sertifikasi dalam program ini
11. Dr. Yusuf Surachman (BPPT)
yaitu:
1. Alpius Dwi Guntara (PERTAMINA EPTC)
2. Imam Setiadji (ELNUSA)
3. Wahyu Tryoso Ph. D (ITB)
4. Wahyudi S (ELNUSA)
5. Dr. Ari Samoedra (PERTAMINA HULU)
6. Elan Biantoro (BPMIGAS)
7. Adriansyah Ph. D (PERTAMINA EPTC)
8. Dr. Leonard Lisapaly (FUGRO JASON)
9. Prof. Sri Widiyantoro Ph. D (ITB)
10.Dr. T. A. Sani (ITB)
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Dr. M. Fauzi (BMG)
Dr. Wawan Gunawan A. K. (BPPT)
Dr. Djedi S. Widarto Ph. D (LIPI)
Dr. Hendra Grandis (ITB)
Dr. rer. –nat. Armi Susandi, MT. (ITB)
Dr. Fadli Samsudin (BPPT)
Adji Gatot Tjiptono (LEMIGAS)
Suliantara (LEMIGAS)
Samsul Bahri (BPPT)
Dr. Eng. Hamzah Latief (ITB)
Dr. Nanang T. Puspito (ITB)
HAGI AWARD 2007
Pada tahun 2007 Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) memberikan penghargaan “ HAGI AWARD 2007” atas apresiasi keanggotaan dan kemajuan ilmiah serta
komitmennya kepada Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) kepada dua orang
anggota yaitu:
1. Ibu. Siti Zahar Besari (founding mother of HAGI) dari GDRC, atas komitmen
yang diberikan selama ini kepada Himpunan Ahli Geofisika Indonesia dari awal
berdirinya hingga sekarang tahun 2007.
2. Prof. Sri Widiyantoro, Ph. D. (researcher) dari ITB, atas kontribusinya pada ilmu
Geofisika khususnya bidang tomografi, dan beliau juga merupakan salah satu
penerima penghargaan Habibie Awards 2007.
PERTAMINA
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
15
>> Rubrik Organisasi “PEMILU”
Pemilu Presiden Terpilih HAGI 2008-2010
Program kerja Panitia Pemilihan Ketua Terpilih HAGI periode
2008-2010 dimulai dari bulan Juli 2007 dan berakhir pada
bulan November 2007 (Rapat Tahunan Anggota HAGI tahun
2007). Dari hasil penjaringan Bakal Calon Ketua Terpilih
HAGI didapat tiga Calon yang memastikan diri untuk menjadi
Presiden Terpilih HAGI yaitu Bapak Elan Biantoro dari BP
Migas, Bapak Sri Widiyantoro dari ITB dan Bapak Djedi
S.Widarto dari LIPI.
Perhitungan suara yang sedianya dilakukan dalam rapat
anggota pada jam 15.30 tanggal 15 November 2007, waktunya
diundur jam 16.00, hal ini disebabkan karena banyaknya kartu
suara yang masuk sehingga waktu untuk validasi amplop kartu
suara pun bertambah panjang.
P
ada perkembangannya Pemilihan Ketua HAGI yang
dilaksanakan setiap 2 tahun sekali kini pelaksanannya
maju satu tahun, artinya pelaksanaan pemilihan ketua
dilakukan pada tahun pertama kepengurusan bukan lagi tahun
kedua kepengurusan. Dengan masa jabatan kepengurusan
tetap selama 2 tahun namun pemilihan ketua HAGI terpilih
periode berikutnya dilakukan setahun sebelum serah terima.
Ketua HAGI ini kemudian disebut Ketua Terpilih HAGI
(President Elect).
Ketua Terpilih HAGI dilaksanakan pertama kali pada PIT
HAGI ke 28 bersamaan dengan acara Joint Convention HAGIIAGI di Jakarta pada tahun 2003. Ketua Terpilih HAGI ini
mengacu pada AD/ART Amandemen tahun 2002 pasal 11
(mengenai Pengurus Pusat dan Kewajiban-kewajibannya) ayat
3a dan tujuan dari pelaksanaan program ini agar pada saat
pergantian dan serah terima jabatan ketua HAGI tidak ada
kevakuman dan dalam melaksanakan program-program
jangka panjang HAGI yang kontinu (terutama yang dilakukan
bekerjasama dengan lembaga lain) tidak mengalami
hambatan.
Bertempat di Hotel The Westin Bali, pada tanggal 15 November 2007 jam 16.00 lewat, dilakukan perhitungan suara di depan rapat anggota HAGI. Kartu suara sah diambil dari dalam
amplop (amplop disobek didepan rapat anggota), kemudian
dihitung suaranya dan diperlihatkan hasil pencoblosannya di
depan para saksi.
Dari hasil perhitungan suara didapat komposisi perolehan
suara sbb :
Bapak Elan Biantoro
Bapak Sri Widiyantoro
Bapak Djedi.S Widarto
Tidak Sah
Total
:
:
:
:
:
100 suara
27 suara
25 suara
1 suara
153 suara
Berdasarkan ketentuan AD/ART HAGI amandemen tahun
2002 pasal 11 ayat 3, proses pemilihan telah dinyatakan sah
dan calon dengan suara terbanyak yaitu Bapak Elan Biantoro
dinyatakan sebagai peraih suara terbanyak dan ditetapkan
sebagai Presiden HAGI terpilih periode 2008-2010.
Hasil dari perhitungan suara ini kemudian dibuat Berita Acara,
Salah satu agenda Rapat Tahunan Anggota HAGI Tahun 2007 yang ditandangani oleh Ketua HAGI, Ketua Pemilihan, Para
adalah Pemilihan Ketua Terpilih HAGI Periode 2008-2010 Calon dan Para Saksi.
yang dilaksanakan di Bali pada tanggal 13 – 16 November
2007. Pertemuan Ilmiah Tahunan HAGI ke-32 kali ini diberi
nama Joint Convention Bali 2007, gabungan dari Himpunan
Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Geologi
Tim Pemilu HAGI 2008-2010
Indonesia (IAGI) dan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan
Indonesia (IATMI).
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
16
>> Rubrik Organisasi: Status Database HAGI Pasca JCB 2007
BUTIR-BUTIR MOU HAGI-SEG
B
erdasarkan database pasca JCB 16 November 2007
jumlah anggota HAGI saat ini adalah 1957 anggota,
dengan perincian anggota profesional 1334 anggota dan
anggota mahasiswa 623 anggota. Keseluruhan anggota
tersebut tersebar dari sepuluh komwil, yaitu : Jakarta (946
anggota), Bandung (305 anggota), Surabaya (136 anggota),
Semarang (44 anggota), Cirebon (17 anggota), Makasar (102
anggota), Riau (81 anggota), Lampung (81 anggota),
Yogyakarta (234 anggota) dan Sumbar (11 anggota). Dan
jumlah anggota yang memiliki email: 1047 , jumlah anggota
yang tidak memiliki email: 890 dan jumlah email yang
terdaftar di [email protected] (pra JCB): 68 maka total email
yang terdaftar di forum@hagi ( pasca JCB) : 899
Sebagai anggota HAGI, wajib membayar iuran tahunan 1. The Objective of cooperation between SEG and
sebesar Rp. 75.000,-/tahun dan untuk tahun 2008 iuran
HAGI is to promote technical exchange among the
keanggotaan naik menjadi Rp. 100.000,-/tahun bagi anggota
members of the two societies. Information
profesional sedangkan untuk anggota mahasiswa tetap
of various types may be exchanged for example by
Rp. 25.000,-/tahun . Saat ini status pembayaran anggota HAGI
having technical symposia, focused seminars,
pada database yaitu:
co-publising ventures, translation exercises, and
Anggota HAGI yang membayar iuran tahun 2006: 400 orang
other types of activities.
Anggota HAGI yang membayar iuran tahun 2007: 460 orang
2. SEG and HAGI will cooperate in joint meetings
Sedangkan anggota HAGI yang telah membayar iuran anggota
when feasible. An academic seminar will be held
tahun 2006 dan 2007 sebanyak 291 orang, yang merupakan
every one or two years in Indonesia. Alarger
salah satu syarat dari Panitia pemilihan ketua HAGI 2008conference with technical program and Exhibition
2010 sebagai suara yang sah untuk PEMILU.
of geophysical equipment and exploration
techniques will take place every four years in
Indonesia. Financial arrangements for each such
Jumlah Email Anngota HAGI berdasarkan Database
meeting, and the possible involvement of other
entities, will be the subject of separate negotiation.
Email tidak terdaftar
Email terdaftar
890
46%
1047
54%
3. The SEG and HAGI are responsible for arranging
academic visits and short-term academic activities
for the members of both societies.
4. Both societies agree to exchange three copies of the
technical/professional journals published by each
society.
Total Anggota HAGI = 1937
San Antonio, 26 September 2007
Salam HAGI
Roy Baroes & Ari Naskawan
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
17
>> Breaking News
Habibie Awards
P
ada tanggal 13 Desember 2007,diadakan
HABIBIE Award yaitu penghargaan yang diberikan atas dedikasi dan berjasa dalam pengembangan di
bidang iptek dan SDM dari THE HABIBIE Centre.
Acara ini dilaksanakan dalam 2 sesi , pada sesi pertama presentasi oleh keempat tokoh penerima
Habibie Awards yaitu Prof. Dr. Sri Widyantoro
berdiri bersama Dr. (HC) Taufik Ismail, Penyair dan
Sastrawan, Dr. (HC) Rosihan Anwar, Tokoh Pers
Nasional serta Ibu Prof. Dr. Elin Yulinah (Framasi
ITB).
Tim HAGI Dr. Hendra Grandis, Dr. Hery Harjono, Prof. Dr. Sri Widiyantoro, Abdul Mutalib Masdar (Presiden HAGI) dan Dr. Djedi S. Widarto
bersama penerima Habibie Awards 2007 Prof. Dr. Sri Widiyantoro Ph. D )
Suasana malam Habibie Awards
Penyerahan penghargaan kepada Prof. Dr. Sri Widyantoro berdiri
bersama Dr. (HC) Taufik Ismail, Penyair dan Sastrawan, Dr. (HC)
Rosihan Anwar, Tokoh Pers Nasional serta Ibu Prof. Dr. Elin
Yulinah (Framasi ITB).
HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6
Keempat tokoh penerima penghargaan Habibie Awards 2007
18
KEGIATAN HAGI PADA TAHUN 2008
1. Rapat Pleno HAGI-Pusat dengan seluruh Komwil, pada minggu kedua bulan
Januari 2008.
2. Pengukuhan Komwil HAGI-PALU, pada minggu kedua Bulan Januari 2008.
3. Pengukuhan Komwil HAGI-Kuala Lumpur, pada akhir bulan Januari 2008.
4. Sosialisasi Ilmu dan Teknologi Geofisika untuk guru-guru SMA di Surabaya,
pada bulan Januari 2008.
HAGI SECRETARIAT
GRAHA SIMATUPANG, Tower II B, 9th floor
Jl. Letjen. T. B. Simatupang Kav. 38, Jakarta 12540
Phone: +62. 21. 7829401, Fax: +62. 21. 7829401
Email: [email protected]
Download