2006-2008 HAGI Executive Committee President Abdul Mutalib Masdar Mobile : +62.815.8051484 +62.888.8469400 Email : [email protected] [email protected] Secretary General Martinus Sembiring Mobile : +62.815.9806905 Email : [email protected] [email protected] Treasurer Dian Nugrahaningsih Mobile : +62.816.1967701 Email : [email protected] [email protected] VP. Organization Elan Biantoro Mobile : +62.812.56135 Email : [email protected] [email protected] VP. PIT & Special Event Yosi Hirosiadi Mobile : +62.812.8171824 Email : [email protected] [email protected] VP. Science & Technology Dr. Ir. Yusuf Surachman, M. Sc. Mobile : +62.0811.157962 Email : [email protected] [email protected] Rubrik Editorial S etahun lalu ketika HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) memutuskan untuk melaksanakan Joint Convention bersama Asosiasi Profesi Ilmu & Teknologi Kebumian yang lain, yaitu IAGI dan IATMI, para pengurus HAGI (baca: pekerja HAGI-red) sepakat untuk mengusung tema yang berhubungan dengan sustainable dan ketersedian energi sebagai antisipasi menurunnya pasokan energi yang berbasiskan hidrokarbon, termasuk mengantisipasi adanya isu pemanasan global (global warming) yang sebagian ditenggarai akibat penggunaan hidrokarbon yang berlebihan dari Negara-negara industri/ maju. Jika dilihat dari satu sisi ekstrim mungkin betul, karena penggunaan minyak bumi yang merupakan bahan bakar fossil adalah salah satu penyumbang terbesar dari kenaikan suhu di bumi ini. Sebaliknya, jika dilihat pada sisi lain, kegiatan ekonomi dunia masih sangat ditentukan dan bergantung kepada penggunaan minyak bumi. Pemanasan global yang terjadi sesungguhnya bukanlah merupakan isu baru. Protokol Kyoto yang diinisiasi 10 tahun lalu (11 Desember 1997) ditujukan untuk menentukan target dan jadwal penurunan emisi gas rumah kaca yang harus dilakukan oleh dunia industri. Sejalan dengan isu-isu aktual yang sedang menjadi topik hangat pembicaraan para ahli baik di tingkat lokal, regional maupun internasional, pada edisi akhir tahun ini (edisi-6), Resonansi mencoba menampilkan beberapa topik yang berhubungan dengan ketahanan energi nasional dan mitigasi pemanasan global. Pemikiran-pemikiran dan diskusi-diskusi yang terkandung didalam tulisan dimaksud, diharapkan dapat menjadi trigger untuk para ahli kebumian Indonesia khususnya yang tergabung dalam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia untuk lebih peduli dan intens terhadap kedua isu ini. Bulan November 2007 lalu, HAGI bersama IAGI dan IATMI telah sukses melakukan Joint Convention Bali 2007 dengan tema utama Optimization of Mixed- Energy Resources for National Energy Security dan pada saat resonansi ini naik cetak sedang dilaksanakan konferensi mengenai perubahan iklim dunia yang dilaksanakan di Bali juga. Seperti telah kita prediksi bersama, akan banyak keputusan-keputusan politik yang isinya mengarahkan bagaimana kita makhluk manusia bersama-sama menyelamatkan dunia dengan jalan memperlambat kenaikan suhu di muka bumi. Juga pada bulan yang sama sebelumnya HAGI melakukan silaturrahmi dan sarasehan dalam rangka HUT HAGI ke-32 di Bandung, yang mengedepankan topik diskusi tentang SDM Geofisika Indonesia ke depan oleh Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso Msc, Space and Plantery Geophysics oleh. Prof. Dr. Bambang Hidayat. Selamat berakhir tahun 2007, selamat datang tahun baru 2008. Semoga dengan datangnya tahun baru, HAGI sebagai organisasi serta anggota HAGI secara individual dapat memberikan konstribusi yang lebih maksimal untuk sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Mari kita selamatkan bumi dan selamatkan Indonesia tercinta. VP. Gov., Univ. & Industry Relations Bob Wikan H. Adibrata, Ph. D. Mobile : +62.812.1007791 Email : [email protected] [email protected] Chief Editor Dr. Hendra Grandis Mobile : +62.812.2308775 Email : [email protected] [email protected] VP. Certification Dr. Abdul Haris Mobile : +62.815.950848 Email : [email protected] [email protected] HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 Salam HAGI, Adi Susilo (Editor 2 HAGI) Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Graha Simatupang, Tower II b, 9th Floor Jl. Letjen. T. B. Simatupang Kav. 38, Jakarta 12450 Phone : +62. 21. 7829401, Fax : +62. 21. 7829401 Email : [email protected]; http : www.hagi.or.id Penanggungjawab Presiden HAGI; Chief Editor Dr. Hendra Grandis; Editor 1 Dr. Wahyudi; Editor 2 Dr.Adi Susilo; Editor 3 Syaeful Bahri, Creative & Publisher Nova Shinta Uly Marbun, Graphic Designer Roy 1 >> Rubrik President INDONESIA DAN GENERASI NOL BUKU K etika diundang oleh The Habibie Centre Pada tanggal 6 Desember 2007 lalu pada acara Paparan Penerima HABIBIE AWARD 2007, salah satu paparan yang menarik dan mengundang kontrovensi yang hadir adalah presentasi dari sastrawan dan penyair terkenal Indonesia Taufik Ismail yang berjudul “Generasi Nol Buku, “Yang Rabun Membaca, Pincang Mengarang”. Penerima HAGI AWARD 2007 yang lain adalah Prof. Dr. Sri Widyantoro (Guru Besar Seismologi ITB, anggota aktif HAGI) untuk Bidang Ilmu Dasar, Prof. Dr. Elin Yulinah Sukandar (Guru Besar Sekolah Farmasi ITB) untuk bidang Ilmu Kedokteran & Bioteknologi dan Dr. (HC) Rosihan Anwar tokoh pers nasional untuk bidang sosial, hukum, ekonomi dan politik. Mengapa paparan ini menarik, karena riset (penelitian) yang dilakukan untuk bidang ilmu kebudayaan ini hanya menggunakan metoda riset dan sampling yang relatif sederhana, namun hasilnya menurut saya sangat spektakuler karena dapat membuat kening kita berkerut dan merupakan potret riil dari generasi muda kita sekarang. Hasil risetnya membuat kita harus menelaah ulang konsep pendidikan kita di Indonesia. Riset yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara kepada para responden/tamatan SMA di 13 Negara, antara lain dari Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Rusia, Kanada, Jepang, Swiss, Jerman, Perancis, Belanda, Amerika Serikat dan Indonesia. Perihal yang disurvey adalah buku sastra yang wajib dibaca oleh para siswa dimasing-masing SMA, dengan hasil seperti tercantum pada tabel. BUKU SEKOLAH Nama Sekolah 1. SMA Thailand 2. SMA Malaysia 5 judul 6 judul Narathiwat Kuala Kangsar 3. SMA Singapura 4. SMA Brunei Darussalam 5. SMA Rusia 6. SMA Kanada 7. SMA Jepang 8. SMA Int’ Swiss 9. SMA Jerman Barat 6 judul 7 judul 12 judul 13 judul 15 judul 15 judul 22 judul Stamford College SM Melayu I Uva Canterbury Urawa Jenewa Wanne-Eickel 10. SMA Perancis 30 judul Pontoise 11. SMA Belanda 12. SMA USA 13. AMS Hindia Belanda-A AMS Hindia Belanda-B 30 judul 32 judul 25 judul 15 judul Middleburg Forest Hills Yogyakarta Malang 0 judul Di Mana saja ASAL SMA Indonesia Apa yang bisa kita simpulkan secara sederhana dan cepat dari tabel dibawah adalah bahwa ternyata budaya membaca secara umum di sekolah-sekolah menengah atas Indonesia sangat kurang dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan dengan negaranegara jiran kita. Kita tidak mendiskusikan soal tingkat akurasi survey untuk para responden ini. Namun kita mencoba melihat dan menelaah dengan jernih ternyata betapa budaya membaca kita relatif sangat lemah dibandingkan dengan negara lain. Saya hanya mencoba membayangkan, apabila data ini betul-betul akurat, ketika generasi nol buku ini menamatkan SMAnya, rasanya pasti akan menderita apabila mendapat tugas membaca yang banyak, apalagi ditugaskan untuk membuat paper. Juga bisa dibayangkan apabila generasi nol buku ini menjadi mayoritas generasi muda kita dimasa mendatang, yang lebih familiar dengan budaya remote, sinetron, film dan tayangan-tayangan visual atau hiburan vulgar lainnya. Mungkin dunia penelitian kita akan menjadi kering apabila generasi nol buku ini tidak dicarikan jalan keluarnya. Tidak menutup kemungkinan HAGI dan organisasiorganisasi profesi lain atau badan-badan penelitian lain akan kesulitan mendapatkan penulis-penulis atau peneliti yang handal dan produktif dimasa mendatang. Mungkin harapan kita untuk melahirkan generasi-gerenasi abad 21 yang cepat dan adaptif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi akan menjadi impian yang hilang tak berkesudahan. Kita rindu untuk melihat generasi kita membaca di pemberhentian bis dan ruang tunggu kereta api negeri ini. Kita juga rindu untuk melihat siswa kita asyik membaca di perpustakaan sekolah, kota dan desa, kita juga tak mau jikalau buku dan ensiklopedia yang kita beli hanya tertumpuk lesu dan berselimutkan debu. Adakah diantara kita yang punya solusi dan peduli akan generasi nol buku ini ? Salam Abdul Mutalib Masdar Sumber : dikutip dari Kumpulan Makalah Habibie Awards 2007 HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 2 >> Rubrik Profesional “Laporan Diskusi Panel JCB” Batara Simanjuntak ( NGC ) MENYOKONG KETAHANAN ENERGI NASIONAL INDONESIA K onvensi HAGI – IAGI – IATMI tahun 2007, yang digelar di Bali bertemakan tentang optimisasi sumber energi campuran untuk ketahanan energi nasional. Panel diskusi diadakan pada hari pertama konvensi ini dimoderatori oleh Nugrahani Pudyo (BMIGAS) dan Batara Simanjuntak (National GeoConsultant). Tema ini sebenarnya bukan hal baru, karena sebelumnya pada Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional pada tanggal 6 Desember 2005 di Jakarta dibahas tema ”Percepatan Implementasi Kebijakan Pengelolaan Energi Nasional Dalam Rangka Meningkatkan Keamanan Pasokan Energi Dalam Energi”, dalam pertemuan ini ditetapkan suatu blue print Pengelolaan Energi Nasional yang mencakup kegiatan beberapa departemen terkait. Pada awalnya diskusi ini direncanakan akan menampilkan tokoh masayarakat yaitu: Paskah Suzetta (Kepala BAPPENAS), Fadel Mohammad (Gubernur Gorontalo) dan Budi Eka Nurchaya (PSEUGM) sebagai pembicara. Para tokoh ini diharapkan akan membahas soal energi nasional dari sisi strategi nasional, kesiapan perundangan, contoh cakupan masalah dan jalan keluar yang diambil pada skala propinsi. Tetapi dalam pelaksanaannya tiga pembicara yang hadir adalah: Montty Girianna PhD (BAPPENAS), Dr. Ir. Husen Hasni M.Si (Propinsi Gorontalo), dan Drs. Budi Eka Nurchaya M.Si dari Pusat Studi Energi (PSE-UGM). Acara dimulai dengan informasi yang diberikan Bpk. Montty (BAPENNAS) tentang masalah besar yang akan dihadapi bersama secara nasional yaitu: 1. Ekonomi Indonesia amat bergantung pada suplai migas: masalah muncul manakala Indonesia bukan lagi eksportir tetapi telah menjadi net importer. Dengan demikian harga minyak yang tinggi saat ini memberi beban berat pada neraca keuangan Negara. 2. Harga minyak yang terus naik membawa masalah ikutan yang lain; ketika harga minyak dalam negeri tetap rendah, subsidi menjadi keterlaluan. Pada akhirnya hal ini membawa pada overconsumption. 3. Isu perubahan iklim, dalam kaitan dengan penggunaan energi fosil, juga menerpa negara tercinta ini. Dan Bpk. Montty (BAPENNAS) memberikan beberapa usulan, untuk solusi masalah tersebut yaitu: Efisiensi penggunaan energi, terutama pada kebijakan pricing, Melakukan diversifikasi yang bersinergi dengan kebijakan subsidi dan Mengusahakan sumber energi ramah / bersih lingkungan. Untuk menjalankan proses solusi itu, haruslah terlebih dahulu dibuat trajectory dari portofolio energi nasional (pengamanan supplay energi nasional) untuk menjamin energy security. BAPPENAS memperkenalkan konsep Energy Mix 2025, bahwa peluang untuk diversifikasi energi terbuka luas ketika adanya kebutuhan gas yang amat besar dan terpusat di Jawa, bersama dengan itu juga terdapat kebutuhan listrik yang tinggi. Tantangan yang muncul adalah kebutuhan akan infrastruktur (gas) yang besar. Hal ini mensyaratkan iklim investasi yang mendukung. Pada energi panas bumi terdapat tantangan dalam hal penetapan daya jual per kwh. Biaya produksi panas bumi hampir selalu lebih tinggi daripada harga beli oleh PLN yang bertindak sebagai pembeli tunggal. Bpk. Husen Hasni (Pembicara Kedua) mengungkapkan masalah yang dihadapai di propinsi Gorontalo, mengenai kebutuhan listrik kebanyakan dipenuhi dengan penggunaan PLTD yang menkonsumsi minyak. Ketika PLTD mempunyai masalah, Pemda Gorontalo lalu menyewa mesin diesel sebagai solusi sementara. Diharapkan hal ini HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 akan teratasi dengan pembangunan PLTU berukuran 2 x 25 MW. Menyadari keterbatasan sumberdaya energi, Pemda juga mempersiapkan sumber energi lain, antara lain: menyediakan lahan hutan seluas 62.000 km persegi untuk dikonversi menjadi perkebunan untuk menghasilkan biofuel (energi minyak nabati). Pada sisi pemerintahan, kantor Dinas Kehutanan disatukan dengan Dinas Pertambangan demi memaksimalkan penggunaan lahan untuk pemanfaatan energi dan mineral. Selain itu, Pemda Gorontalo juga sudah mengidentifikasi sumber daya air untuk pengembangan PLTA dalam skala mini dan mikro, serta memikirkan pemanfaatan hasil utama agrobisnis (jagung) sebagai sumber energi nabati. Pembicara terakhir, Drs. Budi Eka Nurcahya M. Si sebagai seorang peneliti, melihat masalah energi pada tingkat paling dasar yakni: pengadaan, penyimpanan, pengiriman (transportasi). Dibalik ketiga hal tersebut, terdapat hal yang amat penting, yakni soal sumberdaya manusia, yakni menyangkut soal-soal kesiapan diri dan kebiasaan dalam penggunaan berbagai jenis energi. Dalam hal pengadaan (ketersediaan), dikemukakan berbagai contoh sumber energi selain migas yaitu: surya, angin, air, biofuel, panas bumi, laut, dan penggabungan berbagai jenis energi. Selanjutnya, dalam hal penyimpanan dan pengiriman, Budi Eka mengajukan usulan teoritis untuk mengkonversi berbagai bentuk energi tersebut kedalam energi hidrogen melalui proses elektrolisis. Energy hidrogen yang terbentuk dapat langsung disalurkan melalui media (misalnya pipa) penghantar, atau disimpan dalam wadah ”fuel cell”. Fuel cell ini kemudian dapat dipindah-tempatkan dengan mudah dan selanjutnya akan menjalani proses untuk menghasilkan energi listrik. Bila ditelusuri lebih jauh, ide energy hidrogen dan fuel cell adalah ide yang memang sudah banyak diselidiki. Laporan utama koran Pikiran Rakyat pada tanggal 21 Mei 2004, menurunkan berita dengan judul ”Hidrogen Bahan Bakar Masa Depan”. Penulis laporan menyimpulkan bahwa untuk mencari bahan bakar alternatif beragam penelitian pun telah dilakukan dan pilihan terbaik tampaknya jatuh kepada hidrogen sebagai bahan bakar pengganti. Hidrogen memang layak dikembangkan, karena memenuhi dua kriteria yaitu mampu mendorong teknologi ramah lingkungan dan banyak terdapat di alam ini. Hidrogen bukan teknologi milik satu negara saja, karena di hampir semua negara maju terlibat dalam pengembangannya. Hydrogen sebagai energi masa depan yang ramah lingkungan dibuat dari bahan baku air. Namun untuk menghasilkan hydrogen sebagai bahan energi diperlukan teknologi yang cukup mahal. Sementara untuk energi hydrogen harus di buat dari bahan baku air (H20) atau dari hydrocarbon. Caranya dengan memecah hidrogen dari H2O untuk dijadikan bahan energi yang akan di pasok ke fuel cell. Alat ini berfungsi sebagai pembangkit listrik yang dirubah menjadi energi untuk kemudian menggerakan motor listrik-mekanikal di kendaraan mobil. Selain untuk menggerakan mobil, bus, truk atau alat transportasi massal lainnya, energi hidrogen (fuel cell) juga akan menjadi salah satu energi utama untuk pesawat ruang angkasa. Bahkan pada suatu hari nanti setelah fuel cell raksasa jadi kenyataan, seluruh kebutuhan listrik di kota atau industri akan memakai tenaga hidrogen. Oleh: Batara Simanjuntak (NGC - National GeoConsultant) 3 >> Rubrik Profesional Indonesia Berpotensi Besar Memitigasi Pemanasan K onferensi PBB tentang perubahan iklim yang dikenal dengan COP13/MOP3 berlangsung di Bali, 3-14 Desember 2007 menunjukkan betapa besar perhatian dunia terhadap dampak pemanasan global (global warming). Kegiatan yang dihadiri lebih dari 15.000 peserta dari berbagai penjuru dunia berlangsung sangat meriah. Para peneliti dan ahli perubahan iklim, politisi serta juru runding dari berbagai penjuru dunia duduk bersama untuk membicarakan beberapa isu penting tentang pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan dinamika atmosfernya yang sangat kuat hal ini ditandai dengan konveksi dari lautannya harus sangat peduli dengan kejadian pemanasan global.Kejadian pemanasan global Air laut yang sangat bertindak sebagai salah satu sumber energi dalam pengembangan angina topan. Riset baru menguattelah mempengaruhi kejadian iklim ekstrim global dan kan suatu mata rantai antara temperature permukaan laut dan implikasi yang serupa juga terjadi di Indonesia. intensitas angina topan Diantaranya adalah perubahan pola cuaca dan iklim, sehingga menyebabkan curah hujan akan meningkat pada musim hujan dan sebaliknya makin rendah curah hujannya pada saat musim kemaren. Tentunya kejadian ekstrim ini akan mempengaruhi pola tanam, produksi pertanian dan pada akhirnya tentu juga akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional. Masih banyak sektor pembangunan nasional lain yang terpengaruh akibat pemanasan global, seperti dalam sektor pengairan, kehutanan, kelautan, kesehatan. Oleh karena itu Indonesia sebagai salah negara yang terkena dampak pemanasan global harus lebih memfokuskan dirinya pada upaya adaptasi perubahan iklim. Sementara itu upaya pengurangan emisi karbon penyebab pemanasan global haruslah menjadi tanggung jawab dari negara maju yang telah terlebih dahulu membuang emisi karbonnya ke atmosfer. Tindakan negara maju ini dikenal dengan mitigasi perubahan iklim. Coral Bleacing Ada dua upaya utama yang dapat dilakukan dalam memitigasi pemanasan global yaitu melalui penggunaan bahan bakar non fossil dan kegiatan reforestasi (menghutankan wilayah non hutan menjadi wilayah hutan kembali). Institut Teknologi Bandung melalui Ghanesa Climate Change Alleviation (GCCA) berhasil mensimulasikan model yang dapat memperlihatkan bagaiman peran dan potensi hutan Indonesia dalam menurunkan temperatur permukaan bumi dari skenario business as usual. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kegiatan reforestasi Indonesia sebesar 75,9 juta ha di masa mendatang (tahun 2110) dapat menurunkan temperatur global HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 sebesar 0,4oC dan sekaligus menurunkan potensi kejadian bencana iklim yang akan terjadi di masa mendatang. Setidaknya kerugian global sebesar US$ 1,98 Trilliun dapat dihindarkan dari penyerapan karbon oleh kegiatan reforestasi di wilayah Indonesia. Gambar 1a dan 1b menunjukkan perbedaan temperatur global tanpa upaya reforestasi dan dengan kegiatan reforestasi di Indonesia. 4 >> Rubrik Profesional (a). Temperatur Global 2110 tanpa Reforestasi Selanjutnya masih ada lagi potensi penyerapan karbon global melalui sumber daya alam Indonesia, yaitu kelautan. Menurut model yang juga dikembangkan oleh Tim Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, didapatkan bahwa kelautan Indonesia mempunyai kemampuan dalam menyerap karbon global sebesar hampir 5000 juta ton CO2 pada tahun 2060. Lihat Gambar 2. 2000 1000 Juta ton CO2 0 -1000 2010 2020 2030 2040 2050 2060 2070 2080 2090 2100 -2000 -3000 -4000 (Sumber: Susandi dkk, 2007) (b). Temperatur Global 2110 dengan Reforestasi -5000 -6000 Tahun Gambar 2. Potensi penyerapan karbon dari kelautana Indonesia (Sumber: Susandi dkk, 2007) Dari dua potensi tersebut membuktikan bahwa Indonesia dapat memberikan peran penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan sekaligus memberikan potensi yang lebih baik dalam negosiasi internasional tentang perubahan iklim, sekaligus dapat mendukung keberlanjutan pembangunan nasional. Selanjutnya kajian ilmiah ini tentunya dapat dimanfaatkan oleh para juru runding Indonesia dalam Konferensi PBB tentang Perubahan iklim mendatang (tahun 2009) yang akan dilaksanakan di Polandia. (Sumber: Susandi dkk, 2007) Gambar 1. Proyeksi Temperatur Global tanpa Reforestasi (a) dan dengan Reforestasi (b) Berdasarkan Gambar 1 di atas terlihat bahwa kajian potensi kehutanan Indonesia dalam menurunkan temperatur global dapat menjawab salah satu upaya utama dalam memitigasi perubahan iklim dan pemanasan global sekaligus menaikkan posisi tawar Indonesia dalam perundingan internasional dan akan dapat membantu negara maju dalam menurunkan emisi karbonnya melalui penyerapan emisi karbon global tersebut dari kegiatan reforestasi di wilayah Indonesia. HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 Oleh: Dr. Rer.-nat. Armi Susandi, MT Ketua Program Studi Meteorologi ITB Pengurus HAGI Bidang Sains Atmosfir dan Oseanografi National Project Manager for National Communication to UNFCCC Email: [email protected] 5 >> Rubrik Profesional Prof. Dr. Bambang Hidayat Guru Besar Astronomi, ITB Ilmu Keruangan dan Kebu- Evaluasi Dua Buah Disiplin Ilmu Yang BerMerupakan salah satu makalah Prof. Dr. Bambang Hidayat yang kebangkitan energi dari dalam bumi. Perbandingan itu sebesar disampaikannya pada Pertemuan Ilmiah tahunan ke VII HAGI 1012 megawatt terhadap 107 megawatt. Jumlah energi yang sama (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) pada tanggal 12-13 Oktober 1980 itulah yang diterima, katakanlah, oleh planet Venus, planet bertempat di Auditorium Geologi, Jalan Diponegoro No. 57, Bandung. B umi, memiliki arti yang luas bagi banyak orang. Tampak berbeda dilihat oleh pengembara, petani, agen real estate, penyair dan saintist. Walau pun semuanya menganggap sama yakni bumi sebagai palung kemanusiaan dan kehidupan, tetapi astronom yang melihat dengan kacamata fisika-kimia tetap menganggap unik, walau tidak terlalu luar biasa dibanding dengan planet lain yang ditemuinya dalam tata surya. Unik dalam arti bahwa sampai sekarang hanya bumilah yang ditemui sebagai penyangga dan pengemban kehidupan. Tidak terlalu luar biasa, jika dilihat dari kenyataan bahwa bumi hanya planet ketiga dalam tata surya kita, yang tidak lepas dari kaidah evolusioner tata surya. Dari segi inilah sudah dapat diduga, bahwa dengan detour mengetahui hakikat fisikiawi dan kimiawi planet lain, akan dapat memperkaya informasi kita tentang proses yang berlangsung di bumi. Dilihat dari pengertian fisika murni, bumi ini tidak berbeda dengan “mesin energi”. Pernyataan ini bukan hanya metafora saja, tetapi benar bermakna secara literer dalam geosciences. sebagai usaha untuk mengerti cara beroperasinya thermomekanis di dalam badan bumi. Dalam pelajaran astronomi, diajarkan mendalami bab yang menyangkut kehadiran tata surya serta isinya. Model yang sederhanapun, menyatakan bahwa pada mulanya yang ada hanya kabut asal, yang telah diperkaya oleh elemen berat lemparan dari ledakan supernova. Sebagian terbesar kabut asal itu kemudian menggumpal, menjadi Matahari. Sisanya antara gaya berat yang mengatur keseimbangan internal mekanis planet asal, dan dorongan radiasi matahari membentuk globula yang kemudian menjadi planet. Di sinilah mulai timbul pertanyaan. Mengapa planet ini berbeda dengan planet lain, yang pada dasarnya terbentuk dari bahan asal sejenis dan menuruti cara pembentukan yang sama. Bagi bumi, kita diberitahu, suku-suku mesin bumi yang bergerak adalah material bumi itu sendiri: litisfera, yakni kerak padat, lapisan plastis yang lebih dalam letaknya dan lapisan udara serta cairan inti. Namun penggerak utamanya adalah energy nuklir, yakni energy thermonuklir Matahari dan panas hasil peluruhan isotop radio aktif dikandungan dalam bumi. Diatas sumbangan energi, masuh ada – sedikit saja – energi sisa dari perlepasan energi gravitasi yang diperoleh tatkala bumi baru terbentuk dan mengerut, 4,5 miliar tahun yang lalu. Tetapi, walau bagaimanapun juga sumbangan energi luar, yang berasal dari Matahari, masih jauh melebihi sumbangan HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 tetangga bumi. Tetapi, apa yang kita ketahui tentang planet Venus, sungguh merupakan pemandangan yang berbeda sekali dengan bumi. Pengetahuan kita mengenai biografi bumi masih terbatas. Namun, astronomi tidak akan menunggu sampai upaya mengungkap sejarah bumi tuntas, baru mencoba mengetahui riwayat palnet Venus. Malah sebaliknya, kita berpendapat bahwa kalau ekstrapolasi satu jalur – dalam hal ini mengekstrapolasi proses di bumi sampai ke umur bumi nol – tidak mungkin, maka apa salahnya diterapkan metoda komparatif. Karena bagaimanapun juga pengetahuan bumi di satu pihak dan planet lain harus konvergen. Benar dewasa ini ideal itu belum seluruhnya tergapai, tetapi kita menuju ke sana. Citra yang makin jelas makin tampak. Untuk memperlihatkan keseriusan usaha itu saya mengambil contoh umpama dari “revolusi plate tektonik” yang telah berlangsung selama 20 tahun terakhir ini. Esensinya adalah gerak horizontal lempeng benua: menghasilkan rangkaian pegunungan kalau tabrakan: retak dan kerak kalau saling menjauhi dan menghasilkan sesar jika salah satu lempeng melongsor di bawah yang lain. Pengetahuan mengenai gerak relatip ini dirasakan penting untuk berbagai keperluan praktis dan teoritis di bumi. Gerak lamban itu sukar dideteksi, tetapi dapat diindera dengan memanfaatkan pulsa yang terpancar dari salah satu spesies benda langit yang bernama pulsar yakni bintang neutron yang bergasing cepat relatip terhadap sumbu magnetic bintang tersebut. Radiasi yang terpanacar dari system ini memperlihatkan keubahan cahaya dengan periodisitas yang cermat sekali. Penerimaan gelombang dari pulsar, oleh dua buah antenna penerima, yang terletak berseberangan terhadap daerah sesar akan menimbulkan interferensi tertentu. Segera ada gerak relative antar lempeng, jarak antara kedua antena itu berubah dengan akibat pola interfernsi berubah pula. Perubahan pola ini dapat dipakai sebagai ukuran gerak lempeng. Di sini kita melihat interaksi dua macam disiplin yang tampaknya berjauhan, tetapi berkoeksistensi saling memanfaatkan. Hampir sejalan dengan percobaan di atas, ialah penempatan retroeflektor di permukaan bulan yang akan memungkinkan ketelitian penentuan jarak bulan-bumi sampai orde 3 cm, dalam upaya penjagaan jarak bulan-bumi. Dengan kecermatan seperti ini teori global sistim bulan-bumi tidak hanya bisa diperbaiki, tetapi juga informasi mengenai fisik bumi dapat diperoleh. Karena teleskop dan reflector terpancang pada muka bulan dan bumi, jelas diperlukan pengetahuan pergerakan relatip kedua buah titik itu terhadap pusat massa sekutu system bulan-bumi. Gerak permukaan bulan sewasa ini dimodelkan atas dasar teori murni gravitasi, ditambah dengan pengetahuan mengetahui 6 >> Rubrik Profesional harmonik ketiga dan keempat medan gravitasi bulan. Kadangkala komplikasi harus dihadapi kalau kita tidak mau mengabaikan pengaruh librasi bebas Euler serta pasang surut badan padat bulan yang terakhir ini sukar dideteksi. Berbeda sekali keadaannya dengan bumi. Sepanjang pengetahuan saya, belum ada teori yang lengkap mengenai rotasi bumi. Kesukarannya ialah fisik badan bumi yang relatip elastic demikian sukar, sehingga terasa ada ramalan yang ingkar terhadap pengamatan dan permodelan. Oleh karena itu, tidak heran kalau BIH (Bureau International de I’Heure) dan IPMS (International Polar Motion Service) memonitor gerak rotasi tersebut. Tetapi, dalam prinsip, data laser yang dipergunakan dalam “luar ranging” dapat dipergunakan untuk menentukan parameter UT 1. Deformasi pasang surut permukaan bumi barangkali sudah diketahui dengan baik (walau dipengaruhi oleh permodelan heuristic), tetapi gerak tektonik belum cukup dalam diketahui, sehingga dapat dibuat model. Adalah salah satu tujuan dari “lunar ranging” untuk mengungkapkan hal itu. Kita tinggalkan sebentar, masalah soal untuk hari depan itu, dengan meretrospeksi diri. Kurang dari 30 tahun yang lalu kita berbekal persepsi yang kurang menguntungkan mengenai geologiawan dan astronom. Walaupun kedua disiplin itu bersaudara, tetapi metoda pendekatan terhadap subjeknya berbeda dan, karena itu, terpisah agak jauh dalam waktu yang agak lama. Di masa lalu orang membayangkan geolog sebagai pekerja lapangan, (ingat: emblemnya saja palsu) sedang astronom, dengan salah tafsir digambarkan sebagai pekerja salon berbekal pengetahuan matematika dan fisika tinggi. Memang benar bahwa didalam kedua disiplin ilmu pengetahuan itu pada mulanya kita terlatih sebagai pengamat, tanpa mempunyai kemungkinan untuk bereksperimen. Astronom membuat pengamatan dan penghitungan: keahliannya terletak pada bidang geometrid an mekanika. Geologiawan juga membuat pengamatan dan penentuan. Tetapi keadaan ini berubah, karena beberapa penerapan metodologi dan cara berpikir baru di kedua cabang keilmuwan itu. Untuk Memberi aksentuasi pada masalah ini, ijinkan saya sejenak meninjau masalah “peramalan”. Kita semua tahu bahwa gagasan “platetektonik” tidak hanya member dimensi baru, tetapi juga impetus yang menggairahkan. Memonitor gerak kerak lempeng dan deformasinya diharap merupakan landasan untuk meramal evolusinya. Peramalan semacam itu, kalu dapat dipercaya, akan sangat berguna karena akan memberi kemungkinan peramalan gempa yang lebih cermat. Di dalam bidang lain, di tengah-tengah antar “earth scince” dan “geoscinece”, terdapat meteorology. Dalam bidang ini kita kenal system peramalan yang telah memegang peranan penting dalam kehidupan, karena kaitan langsungnya dengan public. Walaupun public kadangkala kurang apresiatip, dan cenderung untuk member bobot terlalu besar pada kesalahan sesaat, kita harus menghargai achievement jangka panjang. Hendaknya didasari bahwa baik peramalan di bidang meterologi dan geosciences (kelak) memerlukan data dasar yang cermat dan HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 kuantitas yang layak. Jadi, moral daripada pembandingan ini ialah agar data geosciencepun harus memenuhi kedua syarat kecermatan. Dengan perkataan lain, ramalan gempa, umpama dapat diperoleh dari deformasi seluruh muka bumi yang harus diindera. Yang diperlukan tidak hanya penginderaan detail, tetapi juga penginderaan sampai setiap pelosok. Untuk ini diperlukan Network “geodesi baru” – yang menjamin liputan sistematik, pengukuran jangka panjang dan kemudahan pengulangan. Hampir tiada kecualinya kita percayakan metoda ini kepada teknologi keruangan. Patungan kerja rupanya memang keharusan. Saya hendak mengatakan beruntung dalam hal ini, karena telah adanya beberapa unsur yang memanfaatkan “space technique”. Beberapa waktu yang lalu, umpama saja Dr. Ir. Junil Kahar dalam disertasinya telah memanfaatkan data “space technique”, dalam hal ini anomaly potensial yang merupakan pencerminan distribusi massa yang irregular, untuk suatu pemetaan. Belum 10 hari yang lalu, Dr. Ir. Adjat Sudrajat, mengemukakan disertasi yang didasari oleh penginderaan jauh. Dan tentunya masih banyak contoh lain lagi hasil karya group ahli geofisika Indonesia. Meteorologi telah saya sebut, walau sebagai perbandingan. Saya tidak bermaksud, mengingat waktu yang tersedia, menguraikan segala hal ihwan kaitan meteorology dengan space science. Namun kiranya tidak berlebihan jika pada kesempatan ini saya menutupnya dengan pernyataan bahwa photochemiko dan thermocemiko angkasa planet sama menariknya dengan angkasa bumi. Kadangkala kita harus mempergunakan informasi tentang angkasa bumi sebagai pembatas (constraint) tentang model angkasa planet lain, tetapi tidak jarang informasi tentang angkasa planet lain diperlukan untuk mengetahui sejarah angkasa bumi, kita senang mendengar bahwa, berbeda dengan angkasa venus, tebal, berat dan syarat CO-2, ataukah seperti angkasa planet Mars, tipis dan beropasitas rendah serta tuna oksigen. Sampai beberapa saat yang lalu, telah merupakan anggapan geofisikawan praktis bahwa diskusi mengenai terjadinya planet dan tata surya tidak relevan terhadap pekerjaannya. Sebaliknya, rasa ketidak relevanan itu telah mendorong beberapa saintist teoritis membuat spekulasi bebas. Kini ada baiknya ada pengertian akan menyatunya dan interdependensi ilmu kebumian dan keruangan, sambil tetap melestarikan disiplin internal yang kokoh yang telah kita kumpulkan dari generasi ke generasi. Salam HAGI, Prof. Dr. Bambang Hidayat (* Reprint Makalah PIT HAGI-VII Tahun 1980) 7 >> Joint Convention Bali 2007 “Optimization of Mixed-Energy Resources for National Energy Security” P ada 13-16 November 2007, tiga organisasi profesi yaitu: 4. The Indonesian Association of Geophysicists (HAGI), the Indonesian Association of Geologists and the Society of Indonesian Petroleum Engineers (IATMI) menggelar acara bersama Joint Convention Bali 2007 (JCB 2007)dengan tema “Optimization of Mixed Energy Resources for National Energy Security” diadakan di Bali International Convention Center, The Westin Hotel and Resort, Nusa Dua Bali. 5. Acara ini dihadiri sekitar 724 peserta yang berasal dari beberapa perusahaan, industri, dan institusi termasuk dari pemerintah, universitas dan mahasiswa dengan perincian sebagai berikut: Universitas (156 orang), Industri (321 orang), Pemerintah (158 orang), Student Volunteer (32 orang), Student Invitation (15 orang), Committee & Professional Organization (46 orang). Best Poster of JCB 2007 Gendoet Hartono (Candidate of Doctor in Post Graduate program, UNPAD, Bandung and lecturer at Department of Geology Technique, STTNAS) “Gumuk Gunung Api Purba Bawah Laut di TawangsariJomboran, Sukoharjo-Wonogiri, Jawa Tengah. Best Oral Presentation of Student Purnama Ari Suandhi (Geology Engineering, UPN Veteran Yogyakarta) “Fasies Estuarin dan Karakteristik Batu Pasir Formasi Jaten Daerah Tulakan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur”. >> Makalah Best Oral Presentation of HAGI Agenda acara pada Joint Convention Bali sebagaiberikut: Prestack intercept & gradient scaling to the modeled • Ice Breaker, pada tanggal 13 November 2007 synthetic - An example from Heidrun field, • Opening Ceremony, 14 November 2007 North Sea • Diskusi Panel, 14 November 2007 • Technical Program, terdiri dari: Pre-Convention Courses, alibration is the key to successful amplitude vs. offset Oral Presentation, Poster Sessions, Pre/Post-Convention (AVO) analysis to identify fluid and lithology changes using Field Trip, Geo Photo Contest dan Pre Convention Work- prestack seismic data. A common AVO crossplot shows the atshops/ Courses. 15 November 2007 tributes of “intercept” and “gradient” help to separate different lithologies and/or fluids. To move from qualitative anomaly analysis of prestack to quantitative analysis–classifying how oil, Pada penutupan JCB, diumumkan pemenang sebagai: gas, or brine appear on the prestack data–it is necessary to scale 1. Best Oral Presentation of HAGI the real data to the modeled synthetic data. In this paper, we Nguyem Lam (Landmark Graphics), dengan judul consider a scaling process that matches the magnitudes of inter“Prestack INTERCEPT & GRADIENT SCALING TO THE cept and gradient events extracted from the real data to the interMODELED SYNTHETIC –AN EXAMPLE FROM HEIDRUN cept and gradient of the modeled data. A case study is presented, FIELD, NORTH SEA” demonstrating this process of matching real prestack gathers to the log-generated gathers in a 2D crossplot. The scaled data are then used to compare anomalous intercept-gradient data points 2. Best Oral Presentation of IAGI that represent lithologic and/or pore fluid changes from the backAwang Harun Satyana, (BPMIGAS) ground data throughout the entire 3D survey. “Bencana Geologi Dalam “Sandhyakala”Jenggala dan Majapahit: Analisis Erupsi Gunung Lumpur Historis Berdasarkan Babad Pararaton, Folklor Timun Mas, Analogi Erupsi LUSI, Dan Kondisi Geologi Delta Brantas” C By: Nguyen Nam 3. Best Oral Presentation of IATMI Leksono Mucharam, (Research Consortium OPPINET, ITB) “Optimization of Gas Production In Multi Well Single Reservoir Based on Economic Calculation”. HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 Landmark Graphics, Kuala Lumpur, Malaysia & Larry Fink, Landmark Graphics, Denver, USA 8 >> Makalah Best Oral Presentation of IAGI Bencana Geologi Dalam “Sandhyakala” Jenggala dan Majapahit: Analisis Erupsi Gunung Lumpur Historis Berdasarkan Babad Pararaton, Folklor Timun Mas, Analogi Erupsi LUSI, Dan Kondisi Geologi Delta Brantas Dalam sejarah Indonesia, dua kerajaan pernah berlokasi di wilayah Delta Sungai Brantas, Jawa Timur : Jenggala/Kahuripan (1041-?1100) dan Majapahit (1293-1525). Disebutkan dalam sejarah, bahwa akhir (sandhyâkâla) kedua kerajaan ini berhubungan dengan kemelut politik. Tetapi, beberapa sumber menyatakan bahwa kemunduran dan punahnya dua kerajaan ini berhubungan dengan bencana alam (geologi). Babad Serat Pararaton, suatu kronik sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit, yang menurut Slamet Muljana (1968) ditulis pada 1613 M dan diteliti serta diterjemahkan dari bahasa Kawi ke dalam bahasa Belanda oleh Brandes (1896) dan Krom (1920) memuat sebuah baris yang menyatakan bahwa kemunduran Kerajaan Majapahit adalah akibat sebuah bencana bernama “Pagunung Anyar” yang terjadi pada tahun Çaka 1296 (1374 M). “Gunung Anyar” adalah juga nama sebuah gununglumpur berstatus dormant di dekat kota Surabaya. Gununglumpur ini membentuk kelurusan baratdaya-timurlaut dengan gununglumpurgununglumpur lain di wilayah Sidoarjo-Madura : LUSI (lumpur Sidoarjo)-Kalang Anyar-Gunung Anyar-Bangkalan. LUSI adalah sebutan untuk sebuah gununglumpur yang bererupsi sejak Mei 2006 di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Delta Brantas. Berdasarkan prinsip geologi ”the present is the key to the past”, diyakini bahwa bencana serupa LUSI juga pernah terjadi pada masa-masa lalu di wilayah Delta Brantas, termasuk pada masa Jenggala dan Majapahit, seperti tercatat dalam babad Serat Pararaton. Penelitian hidrogeologi Delta Brantas semasa zaman Belanda oleh Nash (1932) dan geografi kesejarahan wilayah ini oleh Daldjoeni (1984) menemukan bahwa Delta Brantas labil dan tertekan secara geologi sepanjang zaman. Di bawah Delta Brantas terdapat tujuh jajaran antiklin barat-timur berumur PlioPleistosen yang terus bergerak dan beberapa kali dalam sejarah pernah membelokkan aliran Sungai Brantas (satu di antaranya tercatat sebagai bencana ”banyu pindah” dalam Pararaton yang terjadi pada tahun Çaka 1256 atau1334 M). Penelitian-penelitian ini pun menemukan pernah terjadinya deformasi baru dari wilayah selatan Jombang-Mojokerto-Bangsal sepanjang sekitar 25 km. Di sepanjang jalur ini ditemukan bentukan-bentukan gunung baru bernama Redi Anyar dan Gunung Anyar yang diperkirakan terjadi semasa Majapahit (”redi”= gunung, bahasa Kawi). Pelabuhan Majapahit masa itu, Canggu, terganggu karena deformasi ini. Folklor (cerita rakyat) “Timun Mas” yang diyakini berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Jenggala/Kahuripan dan Kediri sangat menggambarkan proses-proses terjadinya sebuah erupsi HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 kan fenomena alam tersebut. Getaran tanah akibat Raksasa berlarimengejar Timun Mas dapat menggambarkan terjadinya gempa. Garam yang dilempar Timun Mas dan menjadi lautan dapat menggambarkan lautan air (asin) yang berasal dari semburan air dan lumpur seperti yang terjadi sekarang pada LUSI. Sedangkan, terasi yang dilemparkan Timun Mas kepada Raksasa yang mengejarnya kemudian menjadi lumpur panas yang akhirnya menenggelamkan sang Raksasa. Gempa, lautan air asin, dan lumpur panas semuanya terjadi pada erupsi gununglumpur LUSI. Karena itu, folklor Timun Mas bisa jadi merupakan sebuah “dichtung und wahrheit” – antara dongeng dan kenyataan, antara sasakala dan kenyataan geologi, yang menggambarkan fenomena erupsi gunung lumpur pada masa Jenggala dan Kediri. Kesamaan toponim (asal nama geografi) ”redi/gunung anyar” jalur Jombang-Mojokerto-Bangsal zaman Majapahit dengan jalur gununglumpur masa kini LUSI-Kalang Anyar-Gunung AnyarBangkalan, tercatatnya bencana ”pagunung anyar” dalam Pararaton, arti geologi folklor Timun Mas, dan kesamaan kondisi geologi sejak zaman Jenggala sampai masa kini, mengindikasi secara kuat bahwa erupsi gununglumpur telah melanda Jenggala dan Majapahit dan turut menyebabkan kemunduran kedua kerajaan ini di samping akibat konflik politik. Jenggala, Majapahit, dan LUSI terletak di dalam suatu depresi elisional yang sama bernama Depresi Kendeng yang dicirikan oleh sedimentasi Plio-Pleistosen sangat cepat, labil, dan tertekan, yang secara terus-menerus mengintensifkan dinamika gravity tectogenesis yang mengakibatkan naiknya diapir-diapir lempung dan serpih di bawah permukaan sampai kepada erupsi gununglumpur di permukaan. Kasus geologi masa kini dan penelusuran literatur-literatur sejarah dan geologi masa lalu dapat merajut kaitan masa kini dan masa lalu sesuai dengan prinsip geologi : ”the present is the key to the past”. By: Awang Harun Satyana BPMIGAS >> Profile Profesional Makalah Best Oral Presentation of IATMI Optimization of Gas Production In Multi Well Single Reservoir Based On Economic Calculation Computation of gas deliverability is an interesting and complicated problem in gas industries since it contains the question of how long a well(s) can still deliver gas to the sales point. With this calculation, the plateau time of the deliverability can be predicted which is in turn, if the gas delivery has reached that point while the contract time has not yet finished, then there are options to sustain the gas delivery by installing compressors or establishing a new well(s). In this study will be studied a gas production optimization for single reservoir with multi wells. By assuming each well has the same properties, the questions of how many number of wells must be drilled, when a well(s) must be drilled, how much gas 9 >> Profile Profesional Makalah Best Oral Presentation of IATMI rate of each well, and time for producing gas to fulfill specified contract rate with a minimum production cost are discussed here. The parameter of success ratio of well drilling and time for drilling is also considered. Combined Reservoir and Equipment Performance’s method is used to predict gas reservoir behavior by obtaining relationship between rate production and time. This method can be combined with economic analysis to obtain net present value of the profit. The net present value of profit was calculated for each value of pressure and produced gas. The optimum condition was occurred when net present value of profit reached the maximum value. A hypothetical case is simulated to show numeric computation results. The simulation show that the optimization method developed in this study can be used to design gas production to get the optimum result. Keywords: Gas production optimization, multi wells single reservoir, contract time, Combined Reservoir and Equipment Performance’s method, net present value of profit, plateau time By: Leksono Mucharam (Research Consortium OPPINET, ITB) >> Makalah Best Oral Presentation of Student Fasies Estuarin dan Karakteristik Batu Pasir Formasi Jaten Daerah Tulakan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Tmur Formasi Jaten terdiri dari litologi batupasir kuarsa, batulempung, betulempung karbonan, batubara dan sisipan tipis batupasir gampingan. Ketebalan total dari Formasi Jaten mencapai 142 meter. Fosil golongan Moluska yang dijumpai Gastropoda dan Pelecypoda, fosil foraminifera bentik kecil yang dijumpai adalah Marsupulina schultzei, Rotalia sp, Parrina bradyi, Elphidium sp, Quinquiloculina sp, and Hormosina globulifera, menunjukkan lingkungan transisi yang dipengaruhi oleh marin. Fosil foraminifera besar yang dijumpai adalah Lepydocyclina, fosil foraminifera planktonik yang dijumpai adalah Orbulina universa, Orbulina bilobata, Globigerina praebuloides, Hastigerina bermudezi, Globigerinoides trilobus, Globorotalia siakensis, Globoquadrina altispira, berumur N9 (Miosen Tengah ). Berdasarkan hasil analisa porositas batupasir dengan metode mercury injection pump pada litologi batupasir dan batulanau Formasi Jaten, diperoleh kisaran harga porositas 13 – 35 %. Harga porositas pada tiap tiap sub fasies memperlihatkan perbedaan nilai yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan pengendapan (fasies) dan model sebarannya. Hasil interpretasi profil dan lintasan Measure Section memperlihatkan Formasi HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 Jaten diendapkan pada lingkungan estuarin ( model pengendapan Allen Possamentier, 1993 ). Terdiri dari sub fasies Batupasir Kasar Fasies Fluvial Point Bar, Batupasir Fasies Tidal Estuarine Point Bar, Batupasir Fasies Tidal Sand Bar, Batulanau dan Batulempung Fasies Estuarine Mud. Integrasi interpretasi fasies dengan geologi daerah penelitian memperlihatkan konfigurasi lingkungan pengendapan Formasi Jaten pada lingkungan estuarin yang dipengaruhi oleh fluvial dan pasang surut (tidal). By: Purnama Ari Suandhi (Universitas Pembangunan nasional ‘Veteran’ Yogyakarta) >> Best Poster of JCB 2007 Gumuk Gunung Api Purba Bawah di Tawang SariJemboran, Sukoharjo-Wonogiri, Jawa Tengah This paper discusses the study on the basalt volcanic rocks and the volcano morphology indicating the existence of ancient submarine volcano in Tawangsari-Jomboran districts, SukoharjoWonogiri, Central Java. In general, this basalt volcanic rocks were identified as andesite breccia which might be grouped into Mandalika Formation of Oligosen-Miosen age (Surono, et al., 1992). The origin of Mandalika Formation in relkation to the classical sedimentation process, and the submarine volcanism is still needed to be evaluated. The present study was based on the detailed descriptions of the rocks both in the field and in the laboratory. The autoclastic basalt outcrops consisting of breccias show the characteristics of the igneous rock fragment component embodied in the groundmass with the same composition, namely igneous rock, dark grey to black in colour; affanitic texture, rough surface, brecciated; pillow structures, massive, fine vesiculerities, amygdaloidal filled with calcite, and the radial fractures; calk-alkaline basalt composition ( SiO2 =54.71% , K2O =1.15% ). This rock body attains the dimension of 2 - 5 m legth, and 40 cm - 1 m diameter with the direction of the deposition varies following the direction of the eruption source. Brecciated structures on the surface was controlled by the high cooling rate and the low flow, while in the interior the rock is massive because it was not in direct contact to the cooler mass outside. Autoclastic basalt breccias and or the pillow basalt lava was interpreted to be formed by the undulating low gradient of morphology with the average the angle of <10o. On the other hand, the low basaltic magma viscosity, produced the efusive eruption related to the formation of the low angle morphology. The distance between the hills which generally composed of pillow basalt was between 500 m - 1 km. The typical pillow structure of the igneous rock as described above was interpreted to be the product of the lava flow related to the effusive eruption from a submarine volcano located under or close to the seawater surface Keywords: Subamarine volcano, pillow lava, effusive eruption, autoclastic breccias. By: Gendoet Hartono (Candidate of Doctor in Post Graduate program UNPAD, Bandung and Lecturer at Departement of Geology Technique, STTNAS) 10 >> Special Event: Sarasehan HAGI (HUT HAGI) P ada tanggal 4 November 2007 Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) menggelar acara Halal Bihalal/ Silaturrahmi dan Sarasehan dalam rangka Ulang Tahun HAGI ke-32 yang jatuh pada bulan oktober 2007, bertempat di Cafe De Risole, Jalan Citarum 11, Bandung. Bertindak sebagai Ketua Panitia Sarasehan adalah Bpk. Elan Biantoro. Acara diawali dengan Laporan Singkat Presiden HAGI perihal RK dan Program Kerja PP HAGI periode 2006-2008, yang memaparkan Program Jangka Pendek, Program Jangka Menengah dan Program Jangka Panjang HAGI serta kegiatan yang telah dilaksanakan, dan sedang dilaksanakan yang akan dicapai. Acara berlanjut ke seremonial "potong tumpeng" ulang tahun ke-32 HAGI, Presiden HAGI menyerahkan potongan tumpeng pertama kepada salah satu tokoh senior HAGI Prof. Dr. Bambang Hidayat dengan disaksikan para mantan President HAGI antara lain: Dr. Hery Harjono (IX: 1992-1994), Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (XI: 1996-1998), Adriansyah, Ph.D (XIV: 2002-2004), Dr. Wawan Gunawan A. Kadir (XV: 20042006) dan para CAPRES HAGI 2008-2010 : Ir. Elan Biantoro, MT, Dr. Djedi S. Widarto dan Prof. Sri Widiyantoro, Ph. D. Silaturrahmi & Sarasehan HAGI Dalam rangka Ulang Tahun HAGI Ke-32 Para sesepuh dan mantan Ketua HAGI, Ibu Siti Besari, Dr. Heri Harjono, Prof. Dr. Djoko Santoso (Rektor ITB), Prof. Sri Widyantoro, PhD (Guru Besar Seismologi, ITB) , pada acara Silaturrahmi dan Saraseha HAGI 4 November 2007 di Café De’Risole, Bandung Setelah makan siang, acara kemudian dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi oleh Prof. Dr. Bambang Hidayat (Guru Besar Astronomi ITB) dengan topik "Space&Planetary Geophysics in The Future". Yang mendiskusikan p e r ih a l p e n g e mb a n g a n i l mu geofisika benda-benda langit lainnya selain BUMI. Kemudian dilanjutkan sesi kedua presentasi oleh Prof. Dr. Ir. Djoko Beberapa masukan dan spirit yang dikemukakan oleh Bpk. DR. Heri Harjono Santoso, MSc (Rektor ITB) dengan Prof. DR. Bambang Hidayat topik ” Solusi Suksesi dan depan ”geofisika” di Indonesia sangat cerah, hal ini ditampilkan Regenerasi dalam Mengisi Kebutuhan Tenaga Ahli Geofisika di dalam diagram grafik perkembangan geofisika setiap periode. Indonesia”. Beliau mengungkapkan dengan optimis akan masa Peserta yang hadir lebih dari 30 orang, yang terdiri dari para sesepuh HAGI seperti Dr. Gunawan Ibrahim, Ibu Siti Zahar Besari, Bpk. Dr. Waluyo dan tamu istimewa dari Chiba Univ., Japan yaitu Prof. Dr. Katsuoi. Acara ditutup oleh moderator Bpk. Elan Biantoro, dengan harapan acara ini bisa menjadi acara tahunan dalam rangka Ulang Tahun HAGI pada tanggal 8 Oktober dan dapat memberi masukan dan spirit dalam membangun dan mendorong perkembangan ilmu dan teknologi geofisika di Indonesia. Salam HAGI Pemberian memento kepada Prof. DR. Ir. Djoko Santoso, MSc oleh Presiden HAGI Bpk. Abdul Mutalib Masdar HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 Muharram Jaya Panguriseng (Special Event HAGI) 11 >> Special Event: IWSEP di Bandung International Workshop on Seismo-Electromagnetic Phenom- P ada 6-7 November 2007 lalu, diselenggarakan workshop ilmiah internasional yang melibatkan pakar-pakar dari berbagai bidang keilmuan. Workshop ini merupakan bagian dari kegiatan JSPS-LIPI Bilateral Program, yang membawahi kerjasama riset antara Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr. Djedi S. Widarto (principle investigator) dengan Chiba University, Jepang Prof. Katsumi Hattori (principle investigator) untuk periode riset April 2005-Maret 2008. Sejak Juli 2007 lalu, pada saat IUGG General Assembly di Perugia, Italy, Dr. Djedi S. Widarto ditunjuk sebagai Indonesian representative for InterAssociation Working Group EMSEV (Electromagnetic Studies for Earthquakes and Volcanoes). Kerjasama riset ini berjudul ‘Ground-based monitoring of seismo-electromagnetic signals in Indonesia’. keilmuan sains atmosfer dan antariksa. Sedangkan peneliti yang hadir dari Perancis adalah Dr. Michel Parrot (Director of DEMETER Program) dan Dr. Jacques Zlotnicki (Chairman for EMSEV), yang dikenal sebagai peneliti di bidang fisika gunungapi, terutama dalam self-potential mapping untuk mempelajari dinamika hidrotermal bawah permukaan gunungapi. Peneliti dari India yaitu Dr. Birbal Singh dengan 4 orang mahasiswanya menyampaikan hasil riset mereka tentang Variasi GPS Total Electron Content yang berhubungan dengan gempa, dan Dr. Jann-Yenq ‘Tiger’ Liu hasil risetnya tentang ionospheric perturbations yang muncul sebelum gempa besar Sumatra 2004, yang kemudian dikenal dengan istilah iono-nami, yakni tsunami yang terjadi di ionosfer. Peneliti Rusia yaitu: Dr. Oleg Molchanov, Dr. Yuri Kopytenko, dan Dr. Yuri Ruzhin juga hadir dalam workshop dan menyampaikan hasil-hasil riset terbaru mereka, dan memaparkan hasil kerjasama riset yang pernah dilakukan. Penelitipeneliti muda Indonesia yang menyampaikan hasil-hasil risetnya. Pembukaan oleh Dr. Djedi S. W idarto Ph. D Sekitar 116 orang yang hadir terdiri atas 26 orang Peneliti mancanegara (Jepang, Rusia, India, Perancis, Cina dan Taiwan) dan 10 orang ilmuan Indonesia dan sisanya peserta yang berasal dari instansi ITB, LAPAN, LIPI, BMG, Pemda DIY, dan Chevron Energy hadir dalam workshop ini. Peneliti ini terdiri dari berbagai bidang keilmuan yaitu: Geofisika, Fisika Atmosfer dan Ruang Angkasa, Fisika Komputasi, Pemprosesan Sinyal Digital, Ahli Satelit dan Kedirgantaraan, dan Teknologi Komunikasi. Workshop ini lebih membahas hasil riset terkini yang berhubungan dengan fenomena seismo-elektromagnetik, baik yang terjadi pada litosfer, atmosfer maupun ionosfer. Ilmuan yang berasal dari Jepang yaitu: Dr. Seiya UYEDA (Emeritus Professor of Geophysics, The University of Tokyo) yang dikenal sebagai ilmuan tektonofisika dan global tectonics di era 70- hingga akhir 80-an, Dr. Masashi HAYAKAWA (The University of Electro-Communication, Tokyo) dan Dr. Kiyohumi YUMOTO (Kyushu University) merupakan wakil dari kelompok HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 Suasana Seminar Presentasi oleh Dr. Seiya UYEDA 12 >> Special Event: IWSEP di Bandung Pada tanggal 7 November 2007 merupakan hari terakhir workshop dengan menyampaian suatu white paper yang disusun secara bersama-sama oleh beberapa peneliti dalam maupun luar negeri. White paper ini merupakan suatu usulan kepada Pemerintah Republik Indonesia yang berkaitan terutama dengan usulan pengembangan sistem pemantauan (monitoring system) untuk reduksi bencana alam, khususnya gempa, tsunami dan erupsi gunung api. Peserta IWSEP Workshop IWSEP2007 ini terlaksana atas dukungan berbagai pihak, baik dukungan moral maupun pendanaan, yakni JSPS, LIPI, LAPAN, Chiba University, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), IUGG dan Science Council of Asia. Peserta Ekskursi Presentasi oleh Dr. Michel Parrot Keesokan hari tgl 8 November 2007, dilaksanakan kegiatan ekskursi ke daerah Gunung Papandayan, Gunung Guntur dan daerah wisata airpanas Cipanas di Tarogong, Garut. Peserta yang hadir 18 orang, yang memandu acara ini adalah Dr. Asnawir Nasution (peneliti senior bidang gunungapi dari ITB), Seluruh peserta ekskursi sangat terkesan ketika dapat mencapai kawah uap Gunung Papandayan, hal ini merupakan pengalam baru bagi peserta Rusia yang belum pernah mendaki gunungapi dalam hidupnya. Hasil Workshop dan kegiatan ekskursi berjalan dengan sukses. HAGI sangat berbangga hati bisa ikut serta aktif dalam seminar internasional ini dan memberikan dukungan penuh pada setiap kegiatan keilmuan geofisika di masyarakat. Salam HAGI, Dr. Djedi S. Widarto Peserta dari Rusia memberikan pertanyaan HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 13 >> Special Event: HAGI Exhibition in JCB Bali 2007 The True Partnership Organization H impunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) turut serta berpartisipasi di acara Exhibition JCB, Bali pada tanggal 14-16 November 2007. Hari pertama Booth HAGI menampilkan “Exposure of HAGI Activities 2006-2007 serta dipadati dengan registrasi anggota HAGI serta pemungutan suara untuk PEMILU Presiden 2008-2010. Dihari kedua jam 10.00 WIT dimulai presentasi teknis oleh Bpk. Elan Biantoro (BPMIGAS) dengan judul: “Hydrocarbon Resources Potential in Eastern Part of Indonesia“ kemudian dilanjutkan presentasi oleh Bpk. Sri Hartanto (GEOTECH) berjudul “Fault Seal Analysis Using Trap Tester Software” dan terakhir presentasi oleh Prof. Sri Widiyantoro, Ph. D (Bandung Institute of Technology) tentang “Tomography and Earthquake Predictability” . Hari terakhir, pada jam 09.00-09.45 WIT dimulai presentasi dengan topic “Magnetotelluric Method : From Earth Resources Exploration to Eartquake Monitoring”, Oleh: Dr. Djedi S. Widarto, Ph.D (LIPI). Hari Pertama Exhibition, Martinus Sembiring, Achmad Luthfi MBA (Ketua IAGI), Abdul Mutalib Masdar (Presiden HAGI), S. Suryantoro (Irjen ESDM), Kuswo Wahyono (Ketua Umum IATMI) (dari ki-kan) Penarikan Lucky Draw oleh Secjen HAGI Registrasi Anggota HAGI Pemenang Lucky Draw HAGI Exhibition (Fauzi Hasibuan) Presentasi oleh Bpk. Elan Biantoro (BPMIGAS) Presentasi oleh Prof. Dr. Sri Widiyantoro Ph. D Golf games HAGI Exhibition, JCB Event Presentasi oleh Bpk. Sri Hartanto (GEOTECH) Presentasi oleh Dr. Djedi S. Widarto HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 Tomografi and Earthquake Perdictability 14 >> Special Event: Sertifikasi HAGI, HAGI Awards PENYERAHAN SERTIFIKAT HAGI Bidang Sertifikasi Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), melakukan Program Sertifikasi HAGI 2007 yang merupakan langkah awal dari HAGI untuk mendesimasi dan memberikan penghargaan kepada para Professional yang memiliki kapasitas dan kompetensi di bidang ilmu Geofisika maupun terapannya. Pada tahap ini Bidang Sertifikasi HAGI telah melakukan kajian, evaluasi dan menetapkan kepada 22 (dua puluh dua) ahli Geofisika yang patut diberikan sertifikasi dalam program ini 11. Dr. Yusuf Surachman (BPPT) yaitu: 1. Alpius Dwi Guntara (PERTAMINA EPTC) 2. Imam Setiadji (ELNUSA) 3. Wahyu Tryoso Ph. D (ITB) 4. Wahyudi S (ELNUSA) 5. Dr. Ari Samoedra (PERTAMINA HULU) 6. Elan Biantoro (BPMIGAS) 7. Adriansyah Ph. D (PERTAMINA EPTC) 8. Dr. Leonard Lisapaly (FUGRO JASON) 9. Prof. Sri Widiyantoro Ph. D (ITB) 10.Dr. T. A. Sani (ITB) 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Dr. M. Fauzi (BMG) Dr. Wawan Gunawan A. K. (BPPT) Dr. Djedi S. Widarto Ph. D (LIPI) Dr. Hendra Grandis (ITB) Dr. rer. –nat. Armi Susandi, MT. (ITB) Dr. Fadli Samsudin (BPPT) Adji Gatot Tjiptono (LEMIGAS) Suliantara (LEMIGAS) Samsul Bahri (BPPT) Dr. Eng. Hamzah Latief (ITB) Dr. Nanang T. Puspito (ITB) HAGI AWARD 2007 Pada tahun 2007 Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) memberikan penghargaan “ HAGI AWARD 2007” atas apresiasi keanggotaan dan kemajuan ilmiah serta komitmennya kepada Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) kepada dua orang anggota yaitu: 1. Ibu. Siti Zahar Besari (founding mother of HAGI) dari GDRC, atas komitmen yang diberikan selama ini kepada Himpunan Ahli Geofisika Indonesia dari awal berdirinya hingga sekarang tahun 2007. 2. Prof. Sri Widiyantoro, Ph. D. (researcher) dari ITB, atas kontribusinya pada ilmu Geofisika khususnya bidang tomografi, dan beliau juga merupakan salah satu penerima penghargaan Habibie Awards 2007. PERTAMINA HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 15 >> Rubrik Organisasi “PEMILU” Pemilu Presiden Terpilih HAGI 2008-2010 Program kerja Panitia Pemilihan Ketua Terpilih HAGI periode 2008-2010 dimulai dari bulan Juli 2007 dan berakhir pada bulan November 2007 (Rapat Tahunan Anggota HAGI tahun 2007). Dari hasil penjaringan Bakal Calon Ketua Terpilih HAGI didapat tiga Calon yang memastikan diri untuk menjadi Presiden Terpilih HAGI yaitu Bapak Elan Biantoro dari BP Migas, Bapak Sri Widiyantoro dari ITB dan Bapak Djedi S.Widarto dari LIPI. Perhitungan suara yang sedianya dilakukan dalam rapat anggota pada jam 15.30 tanggal 15 November 2007, waktunya diundur jam 16.00, hal ini disebabkan karena banyaknya kartu suara yang masuk sehingga waktu untuk validasi amplop kartu suara pun bertambah panjang. P ada perkembangannya Pemilihan Ketua HAGI yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali kini pelaksanannya maju satu tahun, artinya pelaksanaan pemilihan ketua dilakukan pada tahun pertama kepengurusan bukan lagi tahun kedua kepengurusan. Dengan masa jabatan kepengurusan tetap selama 2 tahun namun pemilihan ketua HAGI terpilih periode berikutnya dilakukan setahun sebelum serah terima. Ketua HAGI ini kemudian disebut Ketua Terpilih HAGI (President Elect). Ketua Terpilih HAGI dilaksanakan pertama kali pada PIT HAGI ke 28 bersamaan dengan acara Joint Convention HAGIIAGI di Jakarta pada tahun 2003. Ketua Terpilih HAGI ini mengacu pada AD/ART Amandemen tahun 2002 pasal 11 (mengenai Pengurus Pusat dan Kewajiban-kewajibannya) ayat 3a dan tujuan dari pelaksanaan program ini agar pada saat pergantian dan serah terima jabatan ketua HAGI tidak ada kevakuman dan dalam melaksanakan program-program jangka panjang HAGI yang kontinu (terutama yang dilakukan bekerjasama dengan lembaga lain) tidak mengalami hambatan. Bertempat di Hotel The Westin Bali, pada tanggal 15 November 2007 jam 16.00 lewat, dilakukan perhitungan suara di depan rapat anggota HAGI. Kartu suara sah diambil dari dalam amplop (amplop disobek didepan rapat anggota), kemudian dihitung suaranya dan diperlihatkan hasil pencoblosannya di depan para saksi. Dari hasil perhitungan suara didapat komposisi perolehan suara sbb : Bapak Elan Biantoro Bapak Sri Widiyantoro Bapak Djedi.S Widarto Tidak Sah Total : : : : : 100 suara 27 suara 25 suara 1 suara 153 suara Berdasarkan ketentuan AD/ART HAGI amandemen tahun 2002 pasal 11 ayat 3, proses pemilihan telah dinyatakan sah dan calon dengan suara terbanyak yaitu Bapak Elan Biantoro dinyatakan sebagai peraih suara terbanyak dan ditetapkan sebagai Presiden HAGI terpilih periode 2008-2010. Hasil dari perhitungan suara ini kemudian dibuat Berita Acara, Salah satu agenda Rapat Tahunan Anggota HAGI Tahun 2007 yang ditandangani oleh Ketua HAGI, Ketua Pemilihan, Para adalah Pemilihan Ketua Terpilih HAGI Periode 2008-2010 Calon dan Para Saksi. yang dilaksanakan di Bali pada tanggal 13 – 16 November 2007. Pertemuan Ilmiah Tahunan HAGI ke-32 kali ini diberi nama Joint Convention Bali 2007, gabungan dari Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Geologi Tim Pemilu HAGI 2008-2010 Indonesia (IAGI) dan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI). HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 16 >> Rubrik Organisasi: Status Database HAGI Pasca JCB 2007 BUTIR-BUTIR MOU HAGI-SEG B erdasarkan database pasca JCB 16 November 2007 jumlah anggota HAGI saat ini adalah 1957 anggota, dengan perincian anggota profesional 1334 anggota dan anggota mahasiswa 623 anggota. Keseluruhan anggota tersebut tersebar dari sepuluh komwil, yaitu : Jakarta (946 anggota), Bandung (305 anggota), Surabaya (136 anggota), Semarang (44 anggota), Cirebon (17 anggota), Makasar (102 anggota), Riau (81 anggota), Lampung (81 anggota), Yogyakarta (234 anggota) dan Sumbar (11 anggota). Dan jumlah anggota yang memiliki email: 1047 , jumlah anggota yang tidak memiliki email: 890 dan jumlah email yang terdaftar di [email protected] (pra JCB): 68 maka total email yang terdaftar di forum@hagi ( pasca JCB) : 899 Sebagai anggota HAGI, wajib membayar iuran tahunan 1. The Objective of cooperation between SEG and sebesar Rp. 75.000,-/tahun dan untuk tahun 2008 iuran HAGI is to promote technical exchange among the keanggotaan naik menjadi Rp. 100.000,-/tahun bagi anggota members of the two societies. Information profesional sedangkan untuk anggota mahasiswa tetap of various types may be exchanged for example by Rp. 25.000,-/tahun . Saat ini status pembayaran anggota HAGI having technical symposia, focused seminars, pada database yaitu: co-publising ventures, translation exercises, and Anggota HAGI yang membayar iuran tahun 2006: 400 orang other types of activities. Anggota HAGI yang membayar iuran tahun 2007: 460 orang 2. SEG and HAGI will cooperate in joint meetings Sedangkan anggota HAGI yang telah membayar iuran anggota when feasible. An academic seminar will be held tahun 2006 dan 2007 sebanyak 291 orang, yang merupakan every one or two years in Indonesia. Alarger salah satu syarat dari Panitia pemilihan ketua HAGI 2008conference with technical program and Exhibition 2010 sebagai suara yang sah untuk PEMILU. of geophysical equipment and exploration techniques will take place every four years in Indonesia. Financial arrangements for each such Jumlah Email Anngota HAGI berdasarkan Database meeting, and the possible involvement of other entities, will be the subject of separate negotiation. Email tidak terdaftar Email terdaftar 890 46% 1047 54% 3. The SEG and HAGI are responsible for arranging academic visits and short-term academic activities for the members of both societies. 4. Both societies agree to exchange three copies of the technical/professional journals published by each society. Total Anggota HAGI = 1937 San Antonio, 26 September 2007 Salam HAGI Roy Baroes & Ari Naskawan HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 17 >> Breaking News Habibie Awards P ada tanggal 13 Desember 2007,diadakan HABIBIE Award yaitu penghargaan yang diberikan atas dedikasi dan berjasa dalam pengembangan di bidang iptek dan SDM dari THE HABIBIE Centre. Acara ini dilaksanakan dalam 2 sesi , pada sesi pertama presentasi oleh keempat tokoh penerima Habibie Awards yaitu Prof. Dr. Sri Widyantoro berdiri bersama Dr. (HC) Taufik Ismail, Penyair dan Sastrawan, Dr. (HC) Rosihan Anwar, Tokoh Pers Nasional serta Ibu Prof. Dr. Elin Yulinah (Framasi ITB). Tim HAGI Dr. Hendra Grandis, Dr. Hery Harjono, Prof. Dr. Sri Widiyantoro, Abdul Mutalib Masdar (Presiden HAGI) dan Dr. Djedi S. Widarto bersama penerima Habibie Awards 2007 Prof. Dr. Sri Widiyantoro Ph. D ) Suasana malam Habibie Awards Penyerahan penghargaan kepada Prof. Dr. Sri Widyantoro berdiri bersama Dr. (HC) Taufik Ismail, Penyair dan Sastrawan, Dr. (HC) Rosihan Anwar, Tokoh Pers Nasional serta Ibu Prof. Dr. Elin Yulinah (Framasi ITB). HAGI I Resonansi I 2007 I Edisi-6 Keempat tokoh penerima penghargaan Habibie Awards 2007 18 KEGIATAN HAGI PADA TAHUN 2008 1. Rapat Pleno HAGI-Pusat dengan seluruh Komwil, pada minggu kedua bulan Januari 2008. 2. Pengukuhan Komwil HAGI-PALU, pada minggu kedua Bulan Januari 2008. 3. Pengukuhan Komwil HAGI-Kuala Lumpur, pada akhir bulan Januari 2008. 4. Sosialisasi Ilmu dan Teknologi Geofisika untuk guru-guru SMA di Surabaya, pada bulan Januari 2008. HAGI SECRETARIAT GRAHA SIMATUPANG, Tower II B, 9th floor Jl. Letjen. T. B. Simatupang Kav. 38, Jakarta 12540 Phone: +62. 21. 7829401, Fax: +62. 21. 7829401 Email: [email protected]