1 penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada

advertisement
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI TERAWAS TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
Mey Sudarsono , Drajat Friansah², Yufitri Yanto³
STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri Terawas setelah diterapkan model pembelajaran
berbasis masalah. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Terawas setelah diterapkan model
pembelajaran berbasis masalah secara signifikan tuntas. Penelitian ini dilatar
belakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri
Terawas tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu
yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Terawas tahun
pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 116 siswa. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kelas VIII.3 dengan 29 siswa yang terdiri dari 14 siswa lakilaki dan 15 siswa perempuan dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara
acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
cara statistika yang terdiri dari rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas
dengan menggunakan uji chi kuadrat (  2 ), dan uji hipotesis menggunakan uji-t.
Hasil penelitian yang ditunjukan dari hasil perhitungan uji-tpost-test diperoleh
thitung > ttabel yaitu 4,55 > 1,70, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Terawas setelah diterapkan model
pembelajaran berbasis masalah secara signifikan tuntas.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Masalah, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika adalah suatu aktivitasmental untuk memahami
arti dan hubungan-hubunganserta simbol-simbol kemudian diterapkan pada
situasinyata,
Belajar
matematika
berkaitan
dengan
apa
danbagaimana
menggunakannya dalam membuat keputusandalam menyelesaikan masalah (Uno
dalam Fitri, 2014:18). Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang
dianggap paling sulit bagi siswa karena membutuhkan pemikiran yang logis,
1
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
Dosen Prodi Pendidikan Matematika
2 dan 3
2
sistematis, dan berpikir kritis. Hal itu sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa, sehingga dapat terlihat dari hasil observasi dan wawancara
penulis dengan salah satu gurumata pelajaran matematika Ibu Lintan Panggabean,
S.Pd di SMP Negeri Terawas, beliau menyebutkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VIII di SMP Negeri Terawas masih rendah. Nilai rata-rata
ulangan harian sebesar 68 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan pada sekolah tersebut yaitu 72. Dari 116 siswa hanya 57 (49,14%)
siswa yang mencapai KKM dan 59 siswa (50,86%) mendapat nilai di bawah
KKM.
Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa, menurut Trianto (2007:1)
disebabkan
dominannya
proses
pembelajaran
konvensional.
Seharusnya,
pembelajaran matematika di dalam kelas menjadikan siswa sebagai pusat
pembelajaran sehingga siswa dapat aktif dalam membangun pengetahuannya
secara mandiri. Adapun rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri Terawas disebabkan beberapa faktor, diantaranya; kurang variasinya
model pembelajaran yang digunakan oleh guru, siswa kurang termotivasi untuk
belajar,
siswa
belum
mampu
untuk
mengaplikasikan
pengetahuannya,
ketidaktahuan siswa terhadap konsep dan masalah yang akan dipecahkan, serta
siswa belum mampu menentukan rumus dengan tepat dalam penyelesaian
soal.Akibatnya, Nilai hasil ulangan harian siswa masih rendah dan masih banyak
siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sehingga siswa diharuskan untuk
mengikuti program remedial.
Dengan kondisi dan permasalahan tersebut diperlukan suatu upaya strategis
dan efektif guna meningkatkan hasil belajar matematika. Salah satunya dengan
menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah(PBM). Menurut Arend
(dalamBungel, 2014:47) pembelajaran berbasis masalahdapat menjadikan siswa
mandiri dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Menurut Rusman (2010:247)
menyatakan bahwa model PBM merupakan model pembelajaran dengan
penggunaan kecerdasan dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah
kelompok untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konstektual.
Menurut Tan (dalam Gunantara, 2014:2) model PBM dapat melatih siswa untuk
3
memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya. Trianto (2007:67)
berpendapat bahwa usaha mencari penyelesaian secara mandiri akan memberikan
pengalaman untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Oleh karena itu, model
PBM tepat digunakan agar siswa mendapat pengalaman dalam penyelesaian soal.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengadakan penelitian dengan judul
“Penerapan
Model
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
pada
Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Terawas TahunPelajaran 2016/2017”.
KAJIAN TEORITIK
Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang
mengikuti proses pembelajaran (Purwanto, 2011:46). Menurut Winkel (dalam
Purwanto, 2011:45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan menurut Suprijono (2009:5)
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan. Selain itu menurut Bloom (dalam Suprijono,
2009:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Purwanto (2011:50) hasil belajar kognitif adalah perubahan
perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan
kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori,
penyimpanan dan pengelolaan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan
kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaiakan masalah.
Bloom (dalam Purwanto, 2011:50-51) membagi dan menyusun secara
hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif yaitu:
a. Hafalan (C1) adalah kemampuan kognitif yang paling terendah
b. Pemahaman (C2) adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan
fakta.
c. Penerapan (C3) adalah memahami aturan, hukum, rumus dan sebagainya dan
menggunakan untuk memecahkan masalah
d. Analisis (C4) adalah memahami sesuatu dengan menguraikannya kedalam
unsur-unsur
e. Sintesis (C5) adalah memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian
kedalam kesatuan
f. Evaluasi (C6) adalah membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil
penilaiannya.
4
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian hasil belajar
yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
kemampuan yang diperoleh sebagi akibat pembelajaran yang mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.Pada penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan pada ranah hasil belajar kognitif.
Pembelajaran Berbasis Masalah ditandai oleh siswa yang bekerja
berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil untuk menginvestigasi
masalah dunia nyata”. Pembentukan suatu kelompok-kelompok dalam proses
belajar diharapkan dapat membantu siswa untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya, serta dapat dengan mudah untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang dipelajarinya (Sugiyanto, 2010:155). Menurut Sani (2014:127), PBM
merupakan pembelajaran yang penyampaiannya
menyajikan
suatu
permasalahan,
mengajukan
dilakukan dengan cara
pertanyaan-pertanyaan,
memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah, menurut Sani
(2014:157) adalah sebagai berikut:
Tabel 1Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase-fase
Perilaku Guru
Fase 1.
Menyajikan permasalahan, membahas tujuan
Memberikan orientasi
pembelajaran,
memaparkan
kebutuhan
permasalahanya kepada
logistic untuk pembelajaran, memotivasi
peserta didik
peserta didik untuk terlibat aktif
Fase 2.
membantu
peserta
didikdalam
Mengorganisasikan
mendefinisikan dan mengorganisasikan
peserta
didik
untuk tugas-tugas/
penyelidikan
untuk
penyelidikan
menyelesaikan permasalahan
Fase 3.
mendorong peserta didik untuk memperoleh
Pelaksanaan investigasi
informasi yang tepat, melaksanakan
penyelidikan dan mencari penjelasan solusi
Fase 4.
Membantu siswa dalam merencanakan
Mengembangkan dan
produk yang tepat dan relevan, seperti
menyajikan hasil
laporan, rekaman video dan sebagainya
untuk keperluan penyampaian hasil
Fase 5.
Membantu peserta didik melakukan refleksi
Menganalisis dan
terhadap penyelidikan dan proses yang
mengevaluasi proses
mereka lakukan
penyelidikan
5
Kelebihan model PBM menurut Arend (dalam Riyanto, 2012:287) yaitu
sebagai berikut:
1) Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri
yang menemukan konsep tersebut
2) Menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah
3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki peserta didik
sehingga pembelajaran lebih bermakna
4) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang
dikaji merupakan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata
5) Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan lebih dewasa, termotivasi, mampu
memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial
yang positif di antara peserta didik
6) Pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi,
baik dengan guru maupun teman akan memudahkan peserta didik mencapai
ketuntasan belajar.
Adapun kelemahan model PBM menurut Sanjaya (dalam Wulandari,
2013:182) yaitu sebagai berikut:
1) Apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat
yang rendah malah siswa enggan untuk mencoba lagi
2) PBMmembutuhkan waktu yang cukup banyak untuk persiapan
3) Pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang dipecahkan
maka siswa kurang termotivasi untuk belajar.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi
eksperimen). Eksperimen semu yaitu eksperimen yang tidak sebenarnya, karena
eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan – peraturan tertentu
(Arikunto, 2010:207). Adapun desain eksperimen yang akan digunakan berbentuk
One group pretest Posttest design sebagai berikut:
Pre-test
O1
Treatment
X
Post-test
O2
(Arikunto, 2010:212)
Keterangan :
O1
: Pre-test
O2
: Post-test
X
: Pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
Terawas tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 116 siswa. Sampel dalam
6
penelitian ini diambil secara acak (sampel random). Sampel pada penelitian ini
adalah kelas VIII.3 sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes dalam penelitian ini
dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) siswa
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Pre-test diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sedangkan post-test
diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes yang diberikan
berbentuk uraian yang terdiri dari tujuh soal dengan materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel.
HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Terawas dimulai
dari tanggal 28 Oktober sampai dengan28 November2016 di kelas VIII SMP
Negeri Terawas tahun pelajaran 2016/2017. Sebelum penelitian dilaksanakan,
terlebih dahulu dilakukan uji coba tes instrumen yang bertujuan untuk mengetahui
kualitas. Soal yang akan digunakan dalam penelitian. Uji coba tes instrumen
dengan jumlah tujuh butir soal, dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2016 di
kelas IX.3 SMP Negeri Terawas dengan jumlah siswa 26 orang. Hasil uji coba
instrumen dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, indeks
kesukaran dan daya pembeda. Setelah dianalisis tingkat validitas, reliabilitas,
indeks kesukaran dan daya pembeda, tujuh butir soal tersebut bisa digunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu kelas sebagai
sampel penelitinya, yaitu kelas VIII.3 dengan jumlah siswa 29 orang yang diambil
secara acak. Pada penelitian ini proses pembelajaran menggunakan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan yaitu
dengan rincian satu kali melakukan tes awal (pre-test)pada awal penelitian, tiga
kali mengadakan pembelajaran atau pemberian perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah, dan satu kali melakukan tes akhir (posttest) diakhir pembelajaran. Kemampuan pre-test adalah kemampuan yang dimiliki
siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang diberikan. Sedangkan post-test untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa. Kemampuan akhir siswa adalah kemampuan
7
siswa dalam penguasaan materi sistem persamaan linear dua variabel yang
merupakan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.
Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal
10 November 2016 dan diikuti oleh 29 siswa pada kelas VIII.3. Pelaksanaan pretest ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa
terhadap suatu materi yang belum mereka pelajari. Soal pre-test yang digunakan
sebanyak tujuh soal berbentuk uraian diberi waktu untuk menyelesaikan selama
80 menit. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VIII.3 adalah 40,34.
Pelaksanaanpost-test dilakukanpada pertemuan kelima pada tanggal
24November 2016.Post-test ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah. Soal post-test yangdigunakan sebanyak tujuh soal berbentuk
uraian diberi waktu untuk menyelesaikan selama 80 menit. Berdasarkan nilai ratarata yang diperoleh siswa adalah 80,38.
Rekapitulasihasil analisis data pre-test dan post-test siswa dapat dilihatpada
tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2.Rekapitulasi Hasil Data Pre-Test dan Post-Test
No
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori
Jumlah siswa
Rata-rata nilai
Simpangan baku
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Pre-Test
29
40,34
9,73
0 orang (0%)
29 orang (100%)
Post-Test
29
80,38
9,88
25 orang (86%)
4 orang (14%)
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa pada pre-test siswa tidak ada yang
tuntas hal itu dikarenakan siswa belum mempelajari materi sebelum diberikan tes
awal dan nilai rata-rata siswa 40,34 berarti kemampuan siswa tergolong
masihrendah. Sedangkan pada post-test siswa yang tuntas sebanyak 25 orang
(86%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 14%. Rata-rata nilai secara
keseluruhan sebesar 80,38. Hal ini berarti secara deskriptif, kemampuan akhir
siswa setelah diberi perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah termasuk dalam kategori tuntas.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat gambaran data lebih jelas,
nilai rata-rata dan ketuntasan hasil belajar pre-test dan post-test sebagai berikut:
8
100%
100
86%
80.38
80
60
Nilai Rata-rata
Tuntas
Tidak Tuntas
40.34
40
14%
20
0%
0
Pre-Test
Post-Test
Gambar 1 Nilai Rata-rata danKetuntasan Hasil Belajar Pre-Test dan Post-Test
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes
siswaberdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui kenormalan data,
digunakan uji normalitas data dengan uji kecocokan
 2 (chi-kuadrat). Berdasarkan
ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf
signifikanα = 0,05, jika  2 hitung < 
2
tabel maka
data berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan post-test, hasil uji nomalitas data post-test
dapat dilihat pada tabel 3berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test
Data
 2 hitung
Dk
 2 tabel
Kesimpulan
Post-Test
2,17
5
11,07
Normal
Dari tabel 3 menunjukkan nilai  2 hitung (2,17) data post-test lebih kecil dari
pada nilai  2 tabel (11,07). Berdasarkan kriteria ketentuan pengujian normalitas
dapat dikatakan bahwa data post-test berdistribusi normal pada taraf signifikan α
= 0,05. Dengan demikian  2 hitung (2,17) <  2 tabel (11,07), maka dari perhitungan
uji normalitas data post-test dapat dinyatakan atau disimpulkan bahwa data tes
akhir berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas, data post-test berdistribusi normal maka
pengujian hipotesis data post-test dilakukan menggunakan uji t. Adapun hipotesis
statistik data post-test tersebut sebagai berikut:
9
Ha :
Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan
model pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih dari 72 ( μ  72 )
H0 :
Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan
model pembelajaran berbasis masalah (PBM) kurang dari atau sama
dengan 72( μ  72 ).
Kriteria pengujiannya adalah jika thitung < ttabel maka H0 terima dan Ha ditolak,
dan jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikasi yaitu
= 0,05 dan dk = n-1.
Berdasarkan hasil perhitungan post-test, hasil uji hipotesis untuk data posttest dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Data Post-Test
Data
thitung
Dk
ttabel
Kesimpulan
Pos-test
4,55
28
1,70
t hitung  ttabel , Ha diterima dan H0 ditolak.
Pada tabel 4 hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa
menunjukkan bahwa thitung (4,55)
ttabel (1,70) dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima artinya rata-rata hasil belajar matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri Terawas tahun pelajaran 2016/2017 setelahpenerapan
model pembelajaran berbasis masalah lebih dari 72. Dengan demikian hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa “Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIISMP Negeri
Terawas Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah diterapkan model pembelajaran
berbasis masalah (PBM) secara signifikan tuntas”.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan analisa pada hasil
pre-test dan post-test maka dapat diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa
mengalami peningkatan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
Model
Pembelajaran
Berbasis
Masalah.Model
Pembelajaran
Berbasis
Masalahmenekankan siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui proses
10
kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah,
menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan
(Tan dalam Rusman, 2010:229). Dalam penelitian yang lain yang dilakukan oleh
Gunantara dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
LearningUntuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas V. dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Model Problem Based
Learning dapat Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas VSD Negeri 2 Sepang tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa dengan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri Terawas Tahun Pelajaran 2016/2017.
Pada pertemuan pertama yang dilakukan peneliti yang dimulai pada tanggal
10 November 2016 di kelas VIII.3 yang merupakan sampel penelitian, peneliti
dipersilahkan untuk masuk ke kelas oleh guru matematika ibu Lintan Panggabean,
S.Pd untuk melaksanakan penelitian, peneliti berjalan ke kelas dengan di iringi
oleh ketua kelas VIII.3, sebelum peneliti mengadakan pre-test dengan materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Tes yang diberikan berbentuk uraian
sebanyak tujuh soal. Peneliti mengawali dengan salam dan memperkenalkan diri
kepada semua siswa kelas VIII.3 kemudian peneliti melakukan absen dengan
menyebutkan nama siswa satu persatu dengan suara yang keras agar siswa dapat
mendengarkan terutama siswa yang duduk paling belakang.
Berdasarkan hasil analisa peneliti setelah memeriksa pada jawaban pre-test
siswa bahwa tidak ada siswa yang tuntas, rata-rata nilai siswa masih rendah
dibawah nilai KKM, banyak siswa yang menjawab soal tidak sampai selesai,
beberapa siswa belum bisa membuat model matematika dari materi sistem
persamaan linear dua variabel yang merupakan langkah awal dari penyelesaian
soal seperti soal no.4 sampai soal no.7, siswa juga belum bisa menyamakan
koefisien variabel dari kedua persamaan untuk mengeliminasi salah satu
variabelnya dan siswa belum bisa memilih persamaan yang paling sederhana
untuk melakukan substitusi. Hal itu masih wajar karena siswa belum mempelajari
materi sistem persamaan linear dua variabel.
11
Pada pertemuan kedua atau hari pertama penerapan model PBM yang
dilakukan pada tanggal 15 November 2016 peneliti mengawali pembelajaran
dengan mengabsen siswa kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran lalu
peneliti menanyakan kepada siswa apa hubungan materi yang akan dipelajari
dengan kehidupannya dalam sehari-hari. Melihat semua siswa tidak ada yang
mengetahui maka kemudian peneliti menyampaikan apersepsi berkenaan dengan
materi SPLDV. Kemudian peneliti membagi siswa kedalam kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5-6 orang secara heterogen dengan penomoran.
Setelah selesai terbentuknya kelompok belajar lalu peneliti membagikan LKS
kepada setiap masing-masing kelompok dengan dua butir soal berikut dengan
kolom
tempat
penyelesaian
soal. Masing-masing kelompok
diwajibkan
mempunyai catatan dari hasil kerja kelompok atau hasil penyelesaian soal untuk
dipresentasikan kepada kelompok lainnya. Pada kegiatan evaluasi peneliti beserta
siswa melihat kembali cara, metode atau proses yang digunakan dalam
penyelesaian soal yang kemudian membuat kesimpulan terhadap pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Sebelum peneliti menutup pembelajaran, peneliti
memberikan pekerjaan rumah.
Dalam pembelajaran di hari pertama ini pada awalnya siswa mengalami
banyak hambatan, hal ini dikarenakan para siswa belum terbiasa dengan
pembelajaran yang dilakukan. Para siswa sangat terbiasa dengan cara guru
menerangkan didepan kelas sementara siswa hanya melihat, mendengar, dan
menulis serta sedikit siswa yang memiliki buku pelajaran. Namun dengan
pembelajaran secara berkelompok ini membantu peneliti untuk mencakup semua
siswa dalam membimbing dan merencanakan penyelesaian soal terhadap masalah
yang diberikan. Pada saat siswa mengisi LKS yang diberikan, peneliti melihat ada
3 kelompok yang belum membuat model matematika dan 2 kelompok yang
sudah maka penelitipun membantu setiap masing-masing kelompok yang
mengalami kendala dalam penyelesaiannya.
Pada pertemuan ketiga di hari kedua penerapan model PBM pada tanggal 17
November 2016, pelaksanaan pembelajaran dilakukan sama seperti pembelajaran
pada
pertemuan sebelumnya
yang disesuaikan dengan langkah-langkah
12
pembelajaran model PBM. Pada pertemuan kali ini sudah banyak siswa yang
membawa buku pelajaran kelas VIII materi sistem persamaan linear dua variabel,
ketika peneliti menghadirkan masalah yang berhubungan dunia nyata atau peneliti
membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, terlihat banyak siswa yang
mampu medefinisikan masalah, dan aktif dalam mengumpulkan informasi atau
pembahasan yang relevan terhadap masalah yang dihadirkan peneliti. Siswa saling
membantu dan berkerja sama dalam kelompoknya guna untuk menjawab soal-soal
dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS), ketika ada kelompok yang masih
kesulitan dalam mendefinisikan dan mencari solusi penyelesaian maka peneliti
membantu dan membimbingnya.
Pada pertemuan keempat dihari ketiga penerapan model PBM pada tanggal
22 November 2016, siswa sudah bisa mengikuti dan tertarik dengan proses
pembelajaran menggunakan model PBM, proses pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik, saat siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugastugas/ penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan, membuat model
matematika dari masalah dunia nyata, berusaha memperoleh informasi yang tepat,
melaksanakan penyelidikan dan mencari penjelasan solusi, serta merencanakan
penyajian dari hasil kerja kelompok tidak lagi mengalami kesulitan.
Setelah selesai diberi perlakuan pembelajaran sebanyak tiga kali dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Pada pertemuan kelima pada
tanggal 24 November 2016, kelas VIII.3 diberikan tes akhir (post-test) untuk
mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Berdasarkan hasil post-test nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 80,38.
Siswa yang tuntas 25 orang dan siswa yang tidak tuntas terdapat 4 orang, berarti
terjadi peningkatan rata-rata sebesar 40,04. Dari hasil penelitian dan analisis uji-t
dari hasil tes akhir diperoleh thitung = 4,55 dengan derajat kebebasan dk = n-1 = 29 –
1 = 28,
= 0,05 diperoleh ttabel = 1,70 sehingga thitung > ttabel yaitu 4,55 > 1,70 maka
Ha diterima dan H0 ditolak. Sehingga hipotesis diterima artinya pelajaran materi
sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran berbasis
masalah secara signifikan tuntas.
13
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Terawas setelah penerapan
model pembelajaran berbasis masalah tuntassecara signifikan dengan nilai ratarata sebesar 80,38. Dari perhitungan statistik post-test diperoleh thitung(4,55)> ttabel
( 1,70) dengan derajat kebebasan dk = n-1 = 29-1 = 28 dan = 0,05. Hal ini berarti
terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar 80,38 dan jumlah
siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan sebesar 86%.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas,maka peneliti menyarankan kepada: (1)
Siswa lebih memotivasi diri untuk terlibat aktif dalam pembelajaran guna
meningkatkan kemampuan belajar matematika khususnya pada materi sistem
persamaan linear dua variabel. (2) Gurudapat menentukan alternatif pemecahan
masalah untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
matematika
dan
dapat
melakukan
proses
pembelajaran
dengan
menggunakanmodel pembelajaran berbasis masalah. (3) Sekolah diharapkan
untuk melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah untuk mata pelajaran
selain matematika. (4) Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan
dari penelitian yang telah dilakukan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. ManajemenPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungel,Moh. Fikri. 2014.Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri
4 Palu Pada Materi Prisma. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika
Tadulako Vol: 2 No: 1 Hal: 45-54.
Fitri, Rahma.2014. Penerapan Strategi The Firing Line Pada Pembelajaran
MatematikaSiswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh. Jurnal Pendidikan
Matematika Vol: 3 No: 1 Hal: 18-22.
Gunantara. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based LearningUntuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas
V.Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD
Vol: 2 No: 1 Hal: 1-10.
14
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Rusman. 2010. Model-Model
RajaGrafindo Persada.
Pembelajaran
Edisi
kedua.
Jakarta:
PT
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyanto. 2010. Model-Model PembelajaranInovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning TeoridanAplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wulandari, Bekti.2013. Pengaruh Problem-Based LearningTerhadap Hasil
BelajarDitinjau Dari Motivasi Belajar PLC Di SMK. Jurnal Pendidikan
Vokasi Vol: 3 No: 2 Hal: 178-191.
Download