PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Melia Fatrani Rufaidah NIM: 1112103000066 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 25 September 2015 Melia Fatrani Rufaidah ii PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 Proposal Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh Melia Fatrani Rufaidah NIM: 1112103000066 Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Marita Fadhilah, PhD NIP. 19780314 200604 2 001 dr. Zulhafdy M., Sp.M NIP. 19570808 198612 1 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M iii LEMBAR PENGESAHAN Laporan penelitian berjudul PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 yang diajukan oleh Melia Fatrani Rufaidah (NIM 1112103000066), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 25 September 2015. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Ciputat, 25 September 2015 DEWAN PENGUJI Ketua Sidang dr. Marita Fadhilah, PhD NIP. 19780314 200604 2 001 Pembimbing I Pembimbing II dr. Marita Fadhilah, PhD NIP. 19780314 200604 2 001 dr, Zulhafdy M., Sp.M NIP. 19570808 198612 1 001 Penguji I Penguji II dr. Hari Hendarto, Sp.PD, FINASIM, PhD NIP. 19651123 200312 1 003 dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM NIP. 19660629 199807 1 001 PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes NIP. 19650808 198803 1 002 dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT NIP. 19780507 200501 1 005 iv KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan, kesehatan, dan kesemangatan senantiasa dilimpahkan oleh-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan ke jungjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH, Maftuhah, M.Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, Mkes, Ph.D selaku pembantu dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. dr. Marita Fadhilah, PhD selaku pembimbing 1 yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 4. dr. Zulhafdy M, Sp.M selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberi saran dan kritik dalam membantu penulis menyelesaikan penelitian ini. 5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS FACS dan dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2012 yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian ini. 6. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku ketua KPKM Buaran yang ikut serta memberi saran dan kritiknya untuk uji validasi dan reliabilitas dalam penelitian ini. 7. Mama, Ayah, Teteh, dan Ade atas doa, dukungan, motivasi, saran yang tidak pernah berhenti diberikan untuk penulis baik untuk penelitian ini maupun segala studi yang sedang penulis jalani. v 8. Raka Petra Prazasta sebagai teman terdekat dan teman sekelompok yang selalu ada untuk membantu dan memberi dukungan sehingga proses penelitian ini berjalan lancar, terima kasih atas segala waktu yang sudah diluangkan. 9. Teman-teman sekelompok, Aliefa Asyifa, Riza Mawaddatar Rohmah, dan Irvan Fathurohman, yang mulai dari perancangan judul hingga mengolah data selalu bersama-sama, semoga selalu saling menolong hingga sukses nanti. 10. Kakak-adik angkat saya di PSPD yang selalu memberikan semangat serta doanya untuk kelancaran penelitian ini. 11. Official CIMSA UIN 2014/2015 khususnya Octafika dan Fiizhda yang selalu memberikan dukungan dan doanya sehingga proses pengambilan data penelitian ini lancar. 12. Seluruh teman sejawat PSPD 2012 tersayang yang tidak pernah berhenti memberikan semangat untuk selalu berjuang belajar disini, khususnya Firda, Amelia Rosita, Shabrina, Dewi, Reni, Ranita, Amelia Nurfajrina, Amatillah Raifah, Harlia, Nadya, Hana dan Irma. Semoga setelah tiga tahun bersama membuat kekompakan ini semakin erat hingga menjadi dokter nanti. Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap mendapatkan saran dan kritik demi kebaikan di kemudian hari. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat. Ciputat, 25 September 2015 Melia Fatrani Rufaidah vi ABSTRAK Melia Fatrani Rufaidah. Program Studi Pendidikan Dokter. Penilaian Tingkat Risiko Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Jantung Koroner Pada Masyakarat Binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2015. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit degeneratif yang terjadi akibat memiliki pola hidup yang kurang baik selain dari memiliki risiko usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner ini maka diperlukan pencegahan primer yang memiliki efektivitas 44% untuk menurunkan angka kejadian tersebut. Pencegahan primer dapat diawali dengan menilai seberapa banyak risiko yang dimiliki oleh seseorang untuk mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun menggunakan Framingham Risk Score. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkatan risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat sekitar KPKM Buaran dan apa saja sebaran faktor risikonya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan responden sejumlah 128 orang yang terbagi dari tiga RW dan RT yang diambil berdasarkan two stage cluster sampling. Responden mengisi kuesioner dan dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, gula darah puasa, tekanan darah, dan kolesterol total. Hasil yang didapatkan adalah masyarakat binaan KPKM Buaran memiliki tingkatan risiko untuk mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun sebesar 8,6% pada risiko tinggi, 30,5% pada risiko sedang, dan 60,9% pada risiko rendah. Berdasarkan analisis Chisquare dan Kolmogrov-Smirnov didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkatan risiko dengan sebaran faktor risikonya yaitu pada variabel jenis kelamin, usia, perokok, kadar kolesterol total, tekanan darah, dan obesitas sentral (p<0,05). Kata kunci: Penyakit jantung koroner, tingkatan risiko, Framingham Risk Score vii ABSTRACT Melia Fatrani Rufaidah. Medical Education Study Program. The Assessment of Coronary Heart Disease Risk Levels and Associated Factors in the Community of KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah in the year of 2015. Coronary heart disease is one of degenerative disease caused by unhealthy lifestyle beside of having an increased age, gender, and family history. As a prevention of this disease, a primary prevention is needed with the effectivity value 44%. Primary prevention begins with the assessing how many risk factor of coronary heart disease that one person may have within 10 years with Framingham Risk Factor. This study aims to know the level of coronary heart disease risk in the community around the KPKM Buaran and the distribution of the risk factor. This study used cross sectional design with 128 respondents from three RW and RT and taken by two stages cluster sampling. Respondents filled the questionnaire and did some examinations of body weight and height, waist circumference, fasting blood sugar, blood pressure, and total cholesterol. The result was the community around KPKM Buaran had risk levels of coronary heart disease within 10 years respectively 8,6% at high risk, 30,5% at moderate risk, and 60,9% at low risk. Based on Chi-square and the Kolmogorov-Smirnov there was a significant relationship between the risk levels and the risk factors distribution of some variables, that were gender, age, smoking, total cholesterol, blood pressure and central obesity (p<0,05). Key words: Coronary heart disease, risk levels, Framingham Risk Score viii DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v ABSTRAK ......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR BAGAN............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ........................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3. Hipotesis ................................................................................................... 4 1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5 1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Koroner.......................................................................... 6 2.1.1 Definisi ............................................................................................. 6 2.1.2 Faktor Risiko .................................................................................... 6 2.1.3 Patogenesis dan patofisiologi ........................................................... 14 2.1.4 Gejala klinis dan diagnosis ............................................................... 16 2.1.5 Pencegahan primer............................................................................ 17 2.2. Framingham Risk Score ............................................................................ 18 2.3. Peranan penilaian risiko penyakit degeneratif ........................................... 18 2.4. Kerangka Teori .......................................................................................... 20 2.5. Kerangka Konsep....................................................................................... 21 2.6. Definisi Operasional .................................................................................. 22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 27 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 27 3.2.1. Lokasi .............................................................................................. 27 3.2.2. Waktu Penelitian.............................................................................. 27 3.3. Populasi dan Sampel .................................................................................. 27 3.3.1. Populasi ........................................................................................... 27 3.3.2. Sampel ............................................................................................. 27 3.3.3. Cara pengambilan sampel ................................................................ 29 3.3.4. Kriteria Inklusi ................................................................................. 29 3.3.5. Kriteria Eksklusi .............................................................................. 29 ix 3.4. Cara Kerja Penelitian ................................................................................. 29 3.5. Manajemen Data ........................................................................................ 30 3.5.1. Pengumpulan data ............................................................................ 30 3.5.2. Pengolahan data ............................................................................... 30 3.5.3. Analisis data..................................................................................... 30 3.5.3.1. Analisis Univariat ................................................................ 31 3.5.3.2. Analisis Bivariat .................................................................. 31 3.5.4. Penyajian data .................................................................................. 31 3.6. Etika Penelitian .......................................................................................... 31 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Demografi ........................................................................................ 32 4.2. Hasil uji validitas dan reliabilitas .............................................................. 32 4.2.1. Uji validitas...................................................................................... 33 4.2.2. Uji reliabilitas .................................................................................. 36 4.3. Analisis univariat ....................................................................................... 38 4.3.1. Gambaran karakteristik responden .................................................. 38 4.3.2. Gambaran faktor risiko PJK pada responden berdasarkan Framingham Risk Score ................................................................... 39 4.3.3. Gambaran faktor risiko PJK lainnya pada responden...................... 42 4.3.4. Gambaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden ................................................................................. 44 4.4. Analisis bivariat ......................................................................................... 45 4.4.1. Hubungan karakteristik responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ....................................................... 46 4.4.2. Hubungan faktor risiko responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ....................................................... 49 4.4. Kelebihan penelitian .................................................................................. 55 4.5. Keterbatasan penelitian .............................................................................. 55 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan .................................................................................................... 56 5.2. Saran .......................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57 LAMPIRAN ....................................................................................................... 62 x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Klasifikasi tekanan darah ................................................................. 8 Kadar lipid serum ............................................................................. 9 Kadar glukosa dalam darah untuk diagnosis diabetes ...................... 10 Klasifikasi kategori IMT untuk Asia ................................................ 11 Definisi Operasional ......................................................................... 22 Hasil uji validitas pada item pemeriksaan ........................................ 33 Hasil uji validitas pada item kuesioner ............................................ 34 Nilai Alpha uji reliabilitas ................................................................ 36 Hasil uji reliabilitas pada item kuesioner ......................................... 36 Sebaran karakteristik responden (N=128) ........................................ 38 Sebaran faktor risiko PJK berdasarkan Framingham Risk Score pada responden (N=128) .................................................................. 40 Sebaran faktor risiko PJK lainnya pada responden (N=128) ........... 42 Sebaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden ....................................................... 44 Hubungan Jenis Kelamin dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ....................................................... 46 Hubungan Usia dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun.......................................................................... 47 Hubungan status pekerjaan dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ....................................................... 48 Hubungan riwayat keluarga PJK dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ............................................. 49 Hubungan perokok dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ....................................................... 50 Hubungan klasifikasi kolesterol dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ............................................. 51 Hubungan diabetes mellitus dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ............................................. 52 Hubungan tekanan darah dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ....................................................... 53 Hubungan obesitas sentral dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ....................................................... 54 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Patogenesis pembentukan aterosklerosis ............................... 14 xii DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Bagan 2.2 Bagan 2.3 Bagan 2.4 Bagan 2.5 Mekanisme rokok menyebabkan keadaan akut pada kardiovaskular ........................................................................ Skema pelayanan kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien dengan komponen lainnya .......................................... Aplikasi pelayanan prospektif di komunitas .......................... Kerangka teori ........................................................................ Kerangka konsep .................................................................... xiii 12 19 19 20 21 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Surat permohonan komite etik ............................................... Surat tanda terima komite etik .............................................. Lembar surat persetujuan responden ...................................... Framingham Risk Score ......................................................... Kuesioner penelitian............................................................... Hasil uji validitas dan reliabilitas ........................................... Hasil uji statistik..................................................................... Dokumentasi .......................................................................... Daftar riwayat hidup .............................................................. xiv 62 63 64 66 67 74 77 84 85 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit jantung yang gangguannya terjadi di pembuluh darah koroner. Fungsi dari pembuluh darah tersebut adalah memberikan suplai darah berupa nutrisi dan oksigen untuk otot-otot jantung sehingga jantung dapat berkontraksi dan memberikan suplai darah ke seluruh tubuh. Menurut World Heart Organization (WHO), PJK menjadi penyebab paling tinggi mortalitas di dunia sebanyak 7,3 juta penduduk dari seluruh angka mortalitas penyakit jantung pada tahun 2008 yang terjadi sebanyak 17,3 juta penduduk yaitu 30 persen dari kejadian mortalitas di dunia dan diperkirakan akan meningkat lebih dari 23,6 juta penduduk pada tahun 2030.1,2,3 Menurut American Heart Association (AHA), di wilayah Asia prevalensi penyakit paling banyak akibat jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi sebesar 21,0% penduduk, diikuti oleh 6,1% penduduk yang memiliki penyakit jantung, 3,7% penduduk yang memiliki PJK, dan 1,9% penduduk yang memiliki stroke. Pada tahun 2011, 17.050 kematian diantara penduduk Asia dan Pasifik adalah karena penyakit jantung, 7.828 kematian karena PJK, dan 2.476 kematian karena infark miokard. Data lain di Amerika Serikat pada tahun 2009 menyatakan bahwa kejadian mortalitas karena PJK ini adalah 1 dari 6 orang dan angka kejadiannya yaitu 386.324 penduduk. Mortalitas yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak ada gejala sebelumnya itu dialami oleh 50% laki-laki dan 64% pada perempuan. Diperkirakan pada tahun 2030, prevalensi PJK akan meningkat sebesar 18% dari perkiraan tahun 2013.3,4 Data insidensi AHA pada tahun 2013, menyatakan bahwa setiap 44 detik warga Amerika akan mengalami infark miokard dan diperkirakan sekitar 635.000 penduduk yang akan mengalami kasus infark miokard atau kematian karena PJK pada tahun 2013. Perkiraan angka insidensi pertahun berupa terjadinya kasus baru infark miokard adalah 525.000 dan serangan berulangnya adalah 190.000. Dari perkiraan angka insidensi tersebut rata-rata usia yang mengalaminya yaitu 64 tahun untuk laki-laki dan 72 tahun untuk perempuan. Data perkiraan insidensi 1 2 menurut usia dan jenis kelamin ini sesuai dengan data Atherosclerosis Risk in Communities Surveillance pada tahun 2005-2011 bahwa angka per 1000 penduduk yang di diagnosis serangan jantung atau PJK yang sudah fatal pada laki-laki sudah mulai meningkat tinggi di usia 55-64 tahun sedangkan pada perempuan mulai meningkat tinggi pada usia 75-84 tahun. Prevalensi PJK pada tahun 2007-2010 menyebutkan bahwa pada usia lebih dari 80 tahun, angka kejadian pada laki-laki dan perempuan samasama meningkat dari usia sebelumnya tetapi angka kejadiannya lebih rendah dari laki-laki yaitu sebesar 18,6% dari populasi. 3,4 Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), angka mortalitas yang terjadi karena PJK ini mengalami penurunan dalam rentang waktu 2006-2010 di dunia. Selain itu, menurut AHA pada tahun 2015, angka kematian karena penyakit jantung menurun sebanyak 39% namun beban dan faktor risiko dari penyakit jantung tersebut masih cukup tinggi walaupun penurunan angka mortalitas tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu penanganan dari faktor risiko itu sendiri dan penatalaksanaan yang ditingkatkan lebih baik lagi. 3,5 Semakin bertambahnya usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko PJK yang tidak dapat diubah dengan begitu penanganan yang dilakukan lebih kepada modifikasi dari faktor risiko yang dapat diubah berupa dislipidemia, hipertensi, merokok, diabetes mellitus, dan obesitas. Menurut data dari Framingham Heart Study, laki-laki dengan tekanan darah >140/90, kolesterol 240, HDL 40, memiliki diabetes, dan merokok memiliki faktor risiko yang tinggi mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 37% dan pada perempuan yaitu 27%. Dengan begitu perlu dilakukan penjaringan faktor risiko pada usia lebih dari 30 tahun agar dapat segera dilakukan pencegahan primer, salah satunya menggunakan Framingham Risk Score yang hasilnya adalah memperkirakan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun. 4,6,7,8 Setelah faktor risiko dari PJK terdeteksi lebih dini maka yang perlu dilakukan adalah pengendalian dari faktor risiko tersebut yang berupa penurunan kolesterol total, tekanan darah sistolik, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh hingga mencapai normal, kejadian diabetes mellitus, dan meningkatkan aktivitas fisik. Pencegahan primer yang efektif adalah dengan cara menentukan pola diet dan aktivitas fisik dari setiap individu yang memiliki faktor risiko rendah sampai tinggi. Pencegahan primer dari asupan nutrisi sudah beberapa kali ditegaskan 3 bahwa memiliki dampak yang baik untuk memodifikasi faktor resiko penyakit kardiovaskular karena dengan menurunkan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menurunkan angka kejadian PJK sebesar 30% dan 11% angka kejadian mortalitasnya. Pencegahan primer atau pengendalian untuk faktor risiko PJK secara keseluruhan juga berpengaruh untuk menurunkan kejadian PJK sebanyak 44% dan lebih efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal karena dengan tatalaksana untuk PJK yang tidak sedikit tersebut hanya berpengaruh sebanyak 47% untuk menurunkan angka mortalitas PJK dengan biaya yang mahal. 4,9,10 Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner ini juga harus tetap diperhatikan karena menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, penyebab kematian tertinggi di Indonesia berubah menjadi penyakit tidak menular yaitu prevalensinya sebesar 59,5% dengan penyakit jantung koroner yang menempati posisi ke-9 yaitu sebesar 5,1%. Diprediksikan bahwa penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian tertinggi tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2013, di Indonesia prevalensi penyakit jantung koroner yang sudah terdiagnosis dokter atau hanya gejala sebesar 1,5% yang terjadi lebih tinggi pada perempuan, tinggal di perkotaan, dan kejadian PJK ini meningkat seiring bertambahnya usia.11,12 Dengan data-data berupa terus meningkatnya prevalensi PJK di Indonesia dan efektifnya pencegahan primer terhadap PJK ini maka perlu dilakukan tindakan pencegahan agar angka mortalitas dan prevalensi PJK yang harus diberikan tatalaksana yang tepat dan tidak sedikit dengan biaya yang tidak murah dapat berkurang. Tindakan pencegahan yang efektif bisa dimulai dengan penilaian faktor risiko PJK ini menggunakan Framingham Risk Score. Penilaian faktor risiko penyakit jantung koroner pada penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber untuk mengendalikan faktor risiko PJK yang dapat diubah. Sehingga setelah dilakukan penilaian, masyarakat dapat mengatur pola diet dan aktivitas fisiknya agar kejadian PJK bisa semakin berkurang. Penilaian risiko ini bermanfaat untuk dilakukan pada era sistem jaminan kesehatan nasional (JKN) karena pada era-JKN nanti akan lebih diutamakan program pencegahan 4 pada fasilitas pelayanan kesehatan primer agar angka kesakitan semakin berkurang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sebaran faktor risiko penyakit jantung koroner berdasarkan Framingham Risk Score pada masyarakat binaan Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015? 2. Bagaimana tingkat risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015? 3. Bagaimana hubungan antara tingkat risiko penyakit jantung koroner dengan faktor risiko jenis kelamin, usia, status pekerjaan, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, kadar kolesterol, diabetes mellitus, perokok, tekanan darah, dan obesitas sentral? 1.3 Hipotesis 1. Pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Jakarta tahun 2015, sebaran faktor risiko yang memiliki persentase paling tinggi adalah tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas sentral, diabetes mellitus, dan perokok. 2. Masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Jakarta tahun 2015 lebih dari 50% berisiko tinggi untuk mengalami PJK dalam 10 tahun. 3. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat risiko PJK dengan faktor risiko jenis kelamin, usia, status pekerjaan, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, kadar kolesterol, diabetes mellitus, perokok, tekanan darah, dan obesitas sentral, 5 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum 1. Mengetahui sebaran faktor risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015. 2. Mengetahui tingkat risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui persentase masyarakat sekitar KPKM Buaran yang memiliki faktor risiko rendah, sedang, tinggi untuk menderita penyakit jantung koroner berdasarkan Framingham Risk Score. 2. Mengetahui hubungan antara faktor risiko yang ada dengan tingkatan risiko mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun. 1.5 Manfaat Penelitian Bagi KPKM Buaran, hasil dari penelitian ini dapat menjadi sebuah data mengenai pengelompokan masyarakat sekitar terhadap faktor risiko penyakit jantung koroner sehingga pihak KPKM dapat melakukan tindakan pencegahan primer maupun sekunder terhadap masyarakat yang memiliki faktor risiko tersebut. Bagi masyarakat sekitar KPKM Buaran, hasil dari penelitian ini dapat membantu untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit degeneratif sehingga masyarakat ikut serta untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif tersebut. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran tentang metodologi penelitian, pengetahuan tentang bagaimana pola penyebaran faktor risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat sekitar KPKM Buaran, dan menambah wawasan peneliti terhadap hubungan faktor risiko PJK dengan keadaan PJK itu sendiri. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Koroner 2.1.1. Definisi Menurut AHA, penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu istilah yang digunakan ketika terjadi penumpukan plak di arteri koroner jantung. Penumpukan plak tersebut dapat membuat asupan oksigen ke otot-otot jantung berkurang sehingga jantung tidak dapat berkontraksi secara normal dan menyebabkan serangan jantung.2 Istilah lain untuk PJK adalah penyakit aterosklerotik koroner. Aterosklerotik dapat menyebabkan penimbunan lemak dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah.13 2.1.2. Faktor Risiko Kejadian aterosklerotik pada pembuluh darah terjadi karena beberapa faktor risiko yang saling berkaitan sehingga dapat mempercepat proses aterogenik. Faktor risiko yang berpengaruh terbagi menjadi dua, faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. 13 Faktor risiko yang tidak dapat diubah terdiri dari: 1. Usia Seiring dengan peningkatan usia, kejadian aterosklerotik semakin mudah terjadi. Sekitar 82% kejadian PJK pada usia lebih dari 65 tahun akan menyebabkan angka mortalitas pada individu tersebut meningkat karena jantung mengalami perubahan fisiologis bahkan tanpa ada penyakit sebelumnya.2 2. Jenis kelamin Secara umum, laki-laki lebih sering mengalami PJK. Namun kejadian mortalitas pada perempuan menopause sering dikarenakan oleh PJK tetapi tidak setinggi angka kejadian pada laki-laki.2 6 7 3. Riwayat keluarga Angka kejadian meningkat pada pasien dengan riwayat infark miokard pada ayah atau sodara laki-laki sebelum usia 55 tahun dan ibu atau saudara perempuan sebelum usia 65 tahun.2 Menurut data dari AHA, angka kejadian mortalitas juga meningkat pada pasien yang memiliki ras African American. Selain itu, risiko PJK juga lebih tinggi pada beberapa orang Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawaii dan beberapa orang America Asia. Hal tersebut dikarenakan tingkat obesitas dan diabetes yang tinggi dan pada orang Asia dikarenakan oleh rendahnya high density lipoprotein cholesterol (HDL-C).2 Faktor risiko yang dapat diubah, terdiri dari: 1. Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi perifer total. 13,14 Di dunia, sekitar satu miliyar penduduk memiliki hipertensi dan dua pertiganya adalah penduduk dari Negara berkembang. Hipertensi juga merupakan penyebab paling utama kematian karena kadang hipertensi ini bersifat sebagai “silent killer” yang tidak dirasakan oleh penderitanya hingga sudah terjadi komplikasi ke organ lain seperti gagal jantung, infark miokard, stroke, atau gagal ginjal. 2,13 Menurut Framingham heart study, hipertensi dapat meningkatkan keadaan PJK dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang mempunyai tekanan darah normal. Sehingga pencegahan dengan deteksi dini dan penanganan tekanan darah yang tepat dapat menurunkan juga angka morbiditas dan mortalitas dari komplikasinya. 2,5 8 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah.15 Tekanan darah Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik Normal <120 mmHg <80 mmHg Prehipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg Hipertensi derajat 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Hipertensi derajat 2 diastolik 160 mmHg 100 mmHg Peningkatan tekanan darah sistemik dapat menyebabkan beban ventrikel kiri jantung bertambah dikarenakan peningkatan curah jantung ke seluruh tubuh sehingga beban ventrikel kiri yang semakin meningkat tersebut membuat otot jantung ventrikel kiri hipertrofi atau disebut left ventricular hypertrophy (LVH). 13,16 Hipertensi selain membuat beban ventrikel jantung meningkat juga membuat permeabilitas dinding pembuluh darah menurun sehingga memperparah keadaan elastisitasnya tidak seperti keadaan normal. Kejadian-kejadian tersebut semakin aterosklerosis koroner karena dengan meningkatnya beban ventrikel maka semakin tinggi juga kebutuhan oksigen ventrikel tersebut, sedangkan dengan adanya penyempitan pada pembuluh darah koroner, kebutuhan oksigen untuk ventrikel tersebut akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik hingga infark pada otot jantungnya. 13,16 2. Hiperlipidemia Hiperlipidemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan lipid serum diatas batas normal. Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen).2 Dalam aterogenesis, kolesterol dan trigliserida adalah lipid yang paling berperan. Lipid plasma tidak dapat beredar bebas dalam darah sehingga dibutuhkan protein yang disebut lipoprotein. Lipoprotein terbagi menjadi empat kelas di dalam darah, yaitu:13 - Kilomikron yang mengandung banyak trigliserida, 9 - Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) yang kandungannya sama seperti kilomikron, - Lipoprotein densitas rendah (LDL) yang memiliki kadar paling tinggi kolesterolnya, - Lipoprotein densitas tinggi (HDL) yang kandungan proteinnya lebih tinggi dari kolesterol. Tabel 2.2 Kadar lipid serum17,18 Lipid Optimal (mg/dL) Kolesterol total <200 Kolesterol HDL Borderline Tinggi/sangat tinggi (mg/dL) (mg/dL) 200-239 240 Laki-laki: > 40 Perempuan: >50 Kolesterol LDL < 100 100-129 130 Trigliserida <150 150-199 200 Peningkatan kolesterol memiliki hubungan dengan peningkatan angka kejadian PJK. Satu pertiga dari penyakit jantung iskemik dikarenakan oleh tingginya kolesterol. Secara umum, 2,6 juta kematian di dunia disebabkan oleh tingginya kolesterol. Pada tahun 2008 di dunia, prevalensi peningkatan kolesterol total pada dewasa (>240 mg/dL) yaitu sebesar 9,7 %.14 Kolesterol yang tinggi ini lebih berperan pada pembentukan plak aterom ketika sudah terjadi jejas pada pembuluh darah koroner. Hal tersebut terbukti dengan diturunkannya kadar kolesterol dalam darah, angka kejadian PJK semakin menurun.14 3. Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan dimana terjadi gangguan metabolisme yang dapat berupa kerusakan pancreas sehingga membuat defisiensi insulin ataupun terjadinya resistensi insulin pada sel-sel tubuh sehingga dampak dari kedua keadaan tersebut adalah terjadinya peningkatan glukosa darah. 17 10 Peningkatan glukosa dalam darah pada DM tipe 2 dijelaskan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah yang dikarenakan oleh stress oksidatif sehingga akan mempermudah LDL berakumulasi dalam jejas tersebut. LDL yang terakumulasi dapat membuat plak aterom dan kemudian terjadi permeabilitas vaskular yang abnormal.19 Tabel 2.3 Kadar glukosa dalam darah untuk diagnosis diabetes.18,20 DM Belum pasti DM Bukan DM Glukosa darah puasa Glukosa darah sewaktu (mg/dL) (mg/dL) Plasma Darah vena kapiler 126 100 - 125 100 100 Plasma vena Darah kapiler 200 200 90-99 100-199 90-199 <90 <100 <90 Penyakit jantung koroner dapat terjadi 2 sampai 4 kali lebih mudah dengan faktor risiko diabetes dibandingkan dengan yang tidak memiliki faktor risiko tersebut. Penelitian di United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menyatakan bahwa penurunan glukosa darah dapat menurunkan resiko stroke (21%) dan infark miokard (23%) dengan menurunkan juga angka kejadian komplikasi mikrovaskular.19 Diabetes sering dikaitkan dengan beberapa faktor risiko lainnya seperti hiperlipidemia, hipertensi sistemik, dan obesitas sehingga dibutuhkan terapi yang secara keseluruhan untuk sindrom metabolik tersebut.14 4. Obesitas Obesitas adalah keadaan dimana terjadi kelebihan kandungan lemak di jaringan adipose sehingga dampaknya adalah peningkatan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang. Obesitas dipicu oleh asupan kalori yang masuk dari makanan tidak seimbang dengan asupan kalori yang keluar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat, lemak, dan protein pada sel-sel adiposit sebagai trigliserida. Untuk obesitas sentral diukur dari lingkar pinggang yang 11 diinterpretasikan jika lingkar pinggang untuk perempuan. 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm 21,22 Obesitas sering menjadi faktor pemicu dari diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia sehingga obesitas dapat dijadikan faktor risiko dari penyakit jantung koroner. Menurut World Heart Federation, 58% dari diabetes mellitus dan 21% dari penyakit jantung iskemik disertai oleh peningkatan indeks massa tubuh diatas 21.23 Tabel 2.4 Klasifikasi kategori IMT untuk Asia.18,24 IMT (kg/m2) Klasifikasi < 18,5 Berat badan kurang 18,5 – 22,9 Berat badan normal 23,0 – 24,9 Berat badan lebih dengan risiko 25,0 – 29,9 Obesitas I 30,0 5. Obesitas II Merokok Rokok merupakan salah satu penyebab kematian di Amerika Serikat. Data dari CDC menyebutkan bahwa merokok akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebanyak 2-3 kali dibandingkan dengan non-perokok. Tetapi perokok pasif yang hanya menghirup asap rokok di tempat kerja maupun rumah mempunyai kesempatan yang sama dengan perokok aktif yaitu 25-30% untuk berkembang menjadi penyakit jantung.25 Efek rokok terhadap peningkatan risiko PJK sering dijumpai apabila telah mengkonsumsi rokok lebih dari 25 batang perhari, dan risiko tersebut akan semakin meningkat apabila konsumsi dari rokok tersebut juga meningkat. Zat-zat kimia pada rokok yang paling kuat efeknya untuk menyebabkan penyakit jantung adalah nikotin, karbon monoksida (CO), dan gas oxidant (bagan 2.1).26 Nikotin adalah zat yang mengaktifkan saraf simpatis sehingga akan membuat vasokontriksi pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen terhadap jantung meningkat. Selain itu, nikotin 12 juga dapat menyebabkan disfungsi endotel vaskular, abnormalitas lipid, dan resistensi insulin.26 CO adalah konstituen mayor yang terdapat pada rokok. CO yang beredar didalam darah nantinya akan mengikat pada hemoglobin sehingga mengurangi jumlah hemoglobin untuk membawa oksigen dan menghambat hemoglobin juga untuk pelepasan oksigen. Paparan CO pada perokok dalam jangka panjang akan membuat massa sel darah merah membesar dan mengurangi kapasitas dari sel darah merah untuk membawa oksigen sehingga hasilnya adalah keadaan hipoksemia. Keadaan hipoksemia dapat menyebabkan juga peningkatan massa sel darah merah yang efeknya adalah peningkatan kekentalan darah atau hiperkoagulasi.26 Zat oksidan pada rokok menghasilkan radikal bebas yang berperan dalam proses inflamasi dan nantinya akan mengaktifkan trombosit serta disfungsi endotel. Aktivasi trombosit akan membantu proses aterogenesis pada vaskular semakin mudah.26 Bagan 2.1 Mekanisme rokok menyebabkan keadaan akut pada kardiovaskular.26 6. Aktivitas Fisik Olahraga mempunyai banyak efek terhadap beberapa faktor risiko PJK yang dapat diubah. Beberapa contohnya yaitu olahraga dapat menurunkan angka kejadian obesitas, hipertensi, kolesterol total dan LDL, serta 13 meningkatkan kolesterol HDL dan sensitivitas insulin pada orang dengan diabetes. 27 Manfaat fisiologis dari olahraga adalah perbaikan fungsi dan kemampuan tubuh untuk menggunakan oksigen sehingga ketika kemampuan ini sudah membaik maka ketika melakukan pekerjaan sehari-hari hanya akan sedikit merasa kelelahan.27 Terdapat beberapa bukti bahwa olahraga dapat meningkatkan kapasitas pembuluh darah untuk dilatasi sehingga dinding pembuluh darah lebih konsisten dan kemampuan untuk memberikan oksigen ke otot lebih baik. Menurut penelitian, pasien serangan jantung yang berpartisipasi dalam program olahraga yang diberikan, angka mortalitasnya berkurang dari 20% menjadi 25%.27 Rekomendasi aktivitas fisik dari CDC/ American College of Sports Medicine (ACSM) consensus statement and surgeon General’s Report adalah melakukan aktivitas sedang 30 menit atau lebih setiap harinya. Aktvitas sedang yang dimaksud adalah kegiatan yang sebanding dengan berjalan cepat sekitar 2 sampai 4 mil per jam yaitu berbagai tugas rumah tangga, bersepeda, berenang, dan lain-lain. Dengan melakukan 30 menit dari aktivitas sedang harian tersebut energi yang dikeluarkan per minggu adalah 600-1200 kalori.27 7. Stres Stres merupakan salah satu faktor risiko yang terdapat pada penyakit jantung koroner. Hal tersebut dikarenakan stres dapat memicu abnormalitas metabolisme lipid karena peningkatannya hormon kortisol. Selain itu, hormon lainnya yang berperan adalah katekolamin. Peningkatan katekolamin ini akan meningkatkan denyut jantung dan membuat vasokontriksi.33 Stres akut seperti keadaan trauma atau bencana dapat menjadi pemicu munculnya gejala serangan jantung atau infark miokard. Stres kronik seperti keadaan stres ketika bekerja dapat menjadi pemicu berulangnya gejala infark miokard yang sudah pernah dialami sebelumnya.33 14 2.1.3. Patogenesis dan patofisiologi Aterosklerosis pada arteri koroner jantung merupakan awal mula terjadinya penyakit jantung koroner. Proses pembentukan aterosklerosis tersebut dimulai dengan terjadinya cedera endotel pembuluh darah yang disebabkan oleh hipertensi, zat nikotin pada pembuluh darah, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus.16 Gambar 2.1 Patogenesis pembentukan aterosklerosis. 16 Setelah cedera endotel, terjadi beberapa proses seperti pada gambar 2.1 yaitu: 16,28 1. Akumulasi lipoprotein pada tunika intima pembuluh darah. LDL yang masuk akan teroksidasi didalamnya. 2. Stress oksidatif, termasuk konstituen dari LDL-teroksidasi menginduksi sitokin lokal. 3. Sitokin tersebut meningkatkan ekspresi dari molekul adhesi yang mengikat leukosit pada endotel dan molekul kemoatraktan (monocyte chemoattractant protein 1 [MCP-1]) yang secara langsung membantu migrasi leukosit ke dalam tunika intima. 4. Setelah masuk dinding arteri, monosit darah mendapatkan stimulus dari macrophage colony-stimulating factor (M-CSF) yang meningkatkan ekspresi dari reseptor scavenger. 5. Reseptor scavenger membantu makrofag untuk fagositosis LDLteroksidasi dan nantinya membentuk sel busa. 6. Migrasi sel otot polos ke tunika intima dari tunika media. Terjadi penebalan dinding pembuluh darah 7. Sel otot polos mengalami proliferasi dan terjadi pembentukan matriks ekstraseluler. 15 8. Pada tahap berikutnya, kalsifikasi dapat terjadi dan fibrosis dapat terus berlanjut, kadang disertai dengan kematian sel otot polos yang nantinya terbentuk kapsul fibrosa atau disebut plak fibrosa. Plak yang terbentuk pada arteri koroner membuat lumen pembuluh darah koroner menyempit sehingga asupan oksigen otot jantung untuk berkontraksi menurun dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas dan stress emosional. Keadaan tersebut sering disebut juga stable angina pectoris sebagai manifestasi dari penyakit jantung iskemik.16 Plak fibrosa yang bisa terbentuk adalah plak yang stabil dan yang rentan. Plak fibrosa yang stabil mengandung lipid yang sedikit dan kapsul fibrosa yang tebal, sedangkan plak yang rentan mengantung lipid yang banyak dan kapsul fibrosa yang tipis sehingga lebih rentan pula untuk mengalami ruptur. Ruptur plak aterom akan mengaktifkan agregasi platelet yang nantinya aktivasi faktor pembekuan darah dan membentuk thrombus di dalam lumen pembuluh darah.16 Sumbatan thrombus yang terdapat dalam pembuluh darah akan menyebabkan ketidak-seimbangan suplai oksigen dan kebutuhannya. Bentuk dari sindrom koroner akut bergantung kepada derajat obstruksi koroner. Sindrom koroner akut (SKA) adalah kumpulan gejala klinis yang sesuai dengan iskemia miokard akut dan yang termasuk ke dalam SKA adalah unstable angina (UA), non ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI), dan ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI).29 Obstruksi trombus yang parsial akan menimbulkan gejala dari UA, sedangkan obstruksi trombus yang total akan menyebabkan infark pada miokard. STEMI dan NSTEMI termasuk ke dalam infark miokard tetapi hanya dapat dibedakan jika sudah dilakukan pemeriksaan EKG yaitu didapatkan elevasi dari ST-segment. NSTEMI dan UA dapat dibedakan dengan test biomarker jantung, pada NSTEMI didapatkan biomarker jantung (Creatine Kinase-MB, troponin T, dan troponin I) yang meningkat.29 16 2.1.4. Gejala klinis dan diagnosis Penegakan diagnosis dari penjakit jantung koroner selain dari gejala klinis yaitu dengan pemeriksaan fisik, biomarker jantung, dan elektrokardiogram (EKG). Gejala klinis dari penyakit jantung koroner terbagi sesuai dengan kejadiaan yang dialami oleh penderitanya. 1. Stable Angina 30 - rasa tidak nyaman atau nyeri angina biasanya digambarkan dengan dada terasa ditekan dan tidak dapat terlokalisir. - rasa tidak nyaman pada dada tersebut muncul ketika olahraga atau stress emosional dan hilang dengan istirahat. - gejala lain yang biasanya terasa adalah gejala seperti dispepsia yaitu mual, muntah, dan nyeri di epigastrium. 2. Unstable Angina Angina yang tidak stabil ini memiliki tiga gejala klinis khusus dibandingkan dengan angina yang stabil. Tiga gejala klinis tersebut yaitu:30 - Angina yang terjadi saat istirahat atau aktivitas ringan dan terasa lebih dari 20 menit. Angina ini terasa dalam satu minggu. - Angina terjadi pertama kali dengan onset terjadinya dalam dua bulan dari gejala awal. - Angina yang terjadi lebih sering, durasi lebih lama dibandingkan dengan angina yang sudah pernah di diagnosis sebelumnya. Selain dari tiga gejala klinis khusus tersebut, angina yang tidak stabil ini biasanya menyebar dari daerah sternum ke leher, lengan dan bahu.30 3. Non-STEMI dan STEMI Pada NSTEMI dan STEMI, gejala klinisnya tidak banyak berbeda dengan unstable angina tetapi hanya berbeda pada derajat keparahannya.29 Derajat keparahan tersebut dikarenakan pada unstable angina tidak terjadi kerusakan otot jantung sehingga tidak ada pelepasan enzim-enzim yang menjadi biomarker dari nekrosis miokard yaitu creatine kinase (CK) dan CKMB. Perbedaan dari NSTEMI dan STEMI adalah terjadinya elevasi dari STsegmen pada pemeriksaan EKG dari STEMI. 29 17 2.1.5. Pencegahan Primer Pengelolaan pola hidup adalah salah satu pencegahan primer yang efektif karena pentingnya nutrisi dan aktivitas fisik untuk memodifikasi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sudah beberapa kali ditegaskan.9 Beberapa rekomendasi pengelolaan pola hidup, yaitu:9 1. Menurunkan kolesterol LDL - Diet yang dianjurkan: sayur-sayuran, buah-buahan, gandum; termasuk produk susu yang rendah lemak, ikan, minyak nabati, dan kacangkacangan. Kurangi asupan gula dan daging merah. Sesuaikan dengan kebutuhan kalori perhari dan nutrisi keadaan khusus seperti diabetes mellitus serta mengikuti Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dietary pattern, the United States Departement of Agriculture (USDA) food pattern, atau the AHA diet. - Kurangi persentasi kalori dari lemak jenuh - Kurangi persentasi kalori dari trans fat 2. Menurunkan tekanan darah - Pola diet sama seperti menurunkan LDL yaitu menggunakan DASH diet - Mengurangi asupan garam yaitu tidak kebih dari 2,400 mg/hari - Mengurangi asupan garam hingga 1,500 atau 1,00 mg/hari dapat menurunkan tekanan darah - Kombinasi DASH diet dengan mengurangi asupan garam 3. Aktivitas fisik terhadap lemak dan tekanan darah Secara umum, melakukan 3-4 sesi aktivitas fisik aerobik per minggu dan berlangsung selama 40 menit per sesi dapat menurunkan kadar LDL di tubuh dan tekanan darah. 2.2. Framingham Risk Score Framingham Risk Score adalah salah satu skoring yang digunakan untuk mengetahui faktor risiko klasik penyakit kardiovaskular seperti usia, jenis kelamin, hipertensi, diabetes mellitus, merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan kadar kolesterol dalam darah. Instrumen ini merupakan sebuah proyek yang 18 dikembangkan oleh National Heart Institute and Boston University mulai dari tahun 1984 hingga 2003. Kategori Framingham Risk Score pada penelitian ini yang digunakan adalah penilaian tingkat risiko terhadap perkembangan infark miokard atau mortalitas dari penyakit jantung koroner dalam 10 tahun kemudian. Instrumen ini dibentuk untuk usia > 30 tahun tanpa diketahui riwayat penyakit jantung sebelumnya.31,32 Instrumen Framingham Risk Score pada penelitian ini memiliki tujuh item penilaian yaitu jenis kelamin, usia, tekanan darah, kadar kolesterol total atau LDL, kadar kolesterol HDL, diabetes mellitus, dan perokok. Namun karena keterbatasan penelitian yaitu pada item pemeriksaan kadar kolesterol LDL dan HDL maka instrumen ini di modifikasi sehingga hanya item selain kolesterol LDL dan HDL yang diteliti (lampiran 4 dan 5).7 Framingham Risk Score selain digunakan untuk identifikasi orang-orang yang beresiko terhadap PJK, tetapi juga dapat digunakan untuk penyakit lain seperti stroke, klaudikasio intermiten, gagal jantung, hipertensi, diabetes mellitus, dan atrial fibrilasi.7 2.3. Peranan Penilaian Risiko Penyakit Degeneratif Penilaian risiko terhadap penyakit degeneratif mempunyai manfaat yang baik karena dapat mendeteksi lebih awal dan mencegahnya menjadi sebuah penyakit kronik. Pasien yang datang ke dokter biasanya membawa sebuah keluhan utama dan dokter tersebut hanya mencari riwayat penyakit pasien dan memikirkan apa diagnosis banding dari keluhan utama pasien serta rencana penatalaksanaannya. Dari siklus tersebut, dokter tidak dipaksa untuk melakukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Sedangkan upaya pencegahan dan promosi kesehatan dapat memberikan penanggulangan terbaik untuk setiap pasien sehingga meminimalkan kemungkinan berkembangnya penyakit kronis.34 Upaya promosi kesehatan tersebut membutuhkan profil kesehatan pasien yang berupa gambaran status kesehatan pasien saat ini, analisis risiko kesehatan berupa (genetik, lingkungan, dan aspek gaya hidup), penilaian biomarker, dan pencitraan. Profil kesehatan pasien tersebut akan menjadi penilaian risiko pada oleh dokter yang berkomunikasi dengan pasien. Dokter tersebut nantinya akan 19 membuat perencanaan untuk mengurangi risiko tersebut dengan pengaturan dari gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi lainnya.34 Upaya pencegahan ini selain dibutuhkan interaksi antara dokter dan pasien sebaiknya lebih baik lagi terdapat tim pelayanan kesehatan yang nantinya bekerja memantau kemajuan dari rencana kesehatan pasien dan mengingkatkan dokter terhadap kejadian yang buruk dari pasien tersebut. Yang terpenting adalah dibutuhkannya pengembangan alat penilaian risiko yang lebih akurat dan sesuai.34 Bagan 2.2 Skema pelayanan kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien dengan komponen lainnya.34 Hasil dari penilaian risiko pada pasien di komunitas adalah pasien yang memiliki risiko rendah, risiko tinggi dan penderita penyakit kronik. Pasien yang memiliki risiko tinggi adalah fokus utama yang nantinya akan dilakukan perencanaan kesehatan pribadi seperti modifikasi risiko yang dimilikinya. Sedangkan pada penderita, akan dberikan tatalaksana sesuai dengan penyakit yang dimilikinya. 34 Bagan 2.3 Aplikasi pelayanan prosektif di komunitas.34 20 2.4. Kerangka Teori Bagan 2.4 Kerangka teori 21 2.5. Kerangka Konsep Bagan 2.5 Kerangka konsep 2.6. Definisi operasional Tabel 2.5 Definisi operasional No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Skala Hasil ukur ukur 1. Usia 7 Usia partisipan Kuesioner 35 tahun Mengisi kuesioner Ordinal 1. Usia 35-39 2. Usia 40-44 3. Usia 45-49 4. Usia 50-54 5. Usia 55-59 6. Usia 60-64 7. Usia 65-69 8. Usia 70-74 2. 7 Tekanan darah Tekanan darah sistolik dan diastolik partisipan Spigmo- Pengukuran dilakukan dua kali Ordinal 1. <120/ 80 mmHg manometer dengan jarak waktu lima menit dan 2. 120-129/80-84 mmHg diklasifikasikan berdasarkan 3. 130-139/85-89 mmHg Framingham Risk Score 4. 140-159/90-99 mmHg 5. 160/100 mmHg 3. Kadar puasa 18 gula darah Gula darah puasa didapatkan Strip Darah partisipan didapatkan dari setelah glukosa ujung responden minimal delapan jam. puasa kapiler jari dengan menggunakan jarum lanset dan Ordinal 1. <100 mg/dl 2. 100-125 mg/dl 3. mg/dl dimasukan di alat strip glukosa 22 4. Kolesterol total7 Kadar kolesterol total dalam Strip Darah partisipan didapatkan dari darah pasrtisipan kolesterol ujung kapiler jari Ordinal 1. < 160 mg/dl dengan 2. 160-199 mg/dl menggunakan jarum lanset dan 3. 200-239 mg/dl dimasukan di alat strip kolesterol 4. 240 -279 mg/dl 5. 5. Riwayat kadar Kadar 7 kolesterol HDL HDL dalam darah Kuesioner Mengisi kuesioner Ordinal 280 mg/dl 1. Tidak tahu partisipan yang pernah diperiksa 2. < 35 mg/dl di laboraturium atau rumah 3. 35-44 mg/dl sakit. 4. 45-49 mg/dl 5. 50-59 mg/dl 6. 6. 7 Merokok Pernah atau sedang Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal mengkonsumsi rokok 7. Diabetes Mellitus7 Keadaan dimana terjadi Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal gangguan metabolisme akibat kelainan sekresi 60 mg/dl 1. Tidak merokok 2. Ya, merokok. 1. Tidak 2. Ya 1. Tidak 2. Ya insulin sehingga terjadi hiperglikemia disertai gejala klasik diabetes dan pernah di diagnosis oleh dokter.18 8. Riwayat penyakit Riwayat nyeri dada seperti jantung koroner dalam ditekan yang menjalar ke bahu, Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal 23 keluarga7 lengan, dan leher selama 15-30 menit atau pernah di diagnosis oleh dokter pada orangtua, kakak, atau adik sebelum usia 65 tahun.7 9. Riwayat penyakit Riwayat memiliki tekanan darah hipertensi dalam tinggi lebih dari 140 mmHg keluarga 10. 7 Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal 1. Tidak 2. Ya pada orangtua, kakak, atau adik. Obesitas sentral 22 Keadaan dimana ukuran lingkar Meteran Mengukur diantara batas inferior pinggang seseorang melebihi lingkar tulang iga terakhir dengan krista laki dan batas. Untuk perempuan pinggang illiaca. perempuan cm dan laki-laki 80 Ordinal cm. 1. 90 cm untuk laki 2. 80 untuk cm untuk lakilaki dan < 80 untuk perempuan 11. 35 Aktivitas fisik Kegiatan fisik yang dilakukan Kuesioner Mengisi kuesioner dan Ordinal 1. Aktivitas rendah responden yang dapat berupa mengklasifikasikannya berdasarkan 2. Aktivitas sedang kegiatan fisik dengan intensitas standar dari physical activity 3. Aktivitas tinggi berat dan sedang. guidelines for americans, yaitu: 1. aktivitas rendah: Kegiatan fisik berat yaitu intensitas kegiatan fisik kegiatan yang membuat otot sedang yang kurang dari 150 Anda bekerja kuat dan membuat menit/minggu dan intensitas 24 Anda sulit bernapas. Contoh: kegiatan fisik berat yang lari, bersepeda, panjat tebing, kurang dari 75 menit/minggu. berenang dengan cepat, tenis, bulu tangkis, lompat tali, 2. Aktivitas sedang, jika: bermain bola, berkebun berat intensitas kegiatan fisik (menggali misalnya), sedang yang berikisar 150-300 mengangkat barang berat, yoga. menit/minggu dan intensitas kegiatan fisik berat yang Kegiatan fisik sedang yaitu berkisar 75-150 kegiatan yang membuat otot menit/minggu. Anda bekerja tidak terlalu kuat dan membuat Anda bernapas 3. Aktivitas berat, jika lebih dari cukup sulit. Contoh: berjalan, 300 menit/ minggu untuk berjalan cepat, menari, berenang intensitas dengan santai, berkebun ringan sedang dan lebih dari 150 seperti menyiram tanaman, menit/minggu untuk intensitas menyapu, mengepel, memasak, kegiatan fisik berat. kegiatan fisik menjemur, naik turun tangga. 12 Tingkatan risiko untuk Tingkatan risiko ini untuk Instrumen Hasil kuesioner dan pemeriksaan mengalami PJK dalam memprediksi risiko dari Framingham yang sesuai dengan pertanyaan - Risiko sedang 10-20 perkembangan infark miokard Risk Score pada Framingham Risk Score di - Risiko rendah: < 10% 7,31,32 10 tahun atau mortalitas dari penyakit Ordinal - Risiko tinggi: > 20% skoring sesuai instrumen 25 koroner di 10 tahun kemudian.32 Framingham dan dijumlahkan sehingga mendapatkan jumlah secara umum dan di lihat berapa persentase yang sesuai. 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif- analitik dengan menggunakan desain cross sectional. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) terpilih pada kelurahan Buaran, kecamatan Serpong yang merupakan wilayah binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan September tahun 2014 sampai Agustus tahun 2015. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah masyarakat di RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 di daerah Buaran yang berusia lebih dari 35 tahun pada tahun 2015 dan belum pernah didiagnosis penyakit jantung koroner sebelumnya. 3.3.2. Sampel Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus untuk penelitian analitik. Besar sampel analitik kategorik tidak berpasangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: √ √ Keterangan: n = Jumlah sampel yang dibutuhkan Z = Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% dengan hipotesis dua arah yaitu sebesar 1,96 27 28 Z = Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 80% yaitu sebesar 0,84 P1 = Proporsi kejadian PJK yang mendapat pengaruh dari faktor risiko merokok sebesar 0,635.6 P2 = Proporsi kejadian PJK yang tidak mendapat pengaruh dari faktor risiko merokok sebesar 0,365.6 P = Proporsi total: (P1+P2)/2 Q1 = 1-P1 Q2 = 1-P2 Q = 1-P √ √ Sampel minimal pada penelitian analitik ini berdasarkan hasil perhitungan adalah sebesar 55 orang untuk masing-masing kelompok yang memiliki faktor risiko merokok maupun tidak sehingga total sampel minimal untuk penelitian ini adalah 110 orang. 3.3.3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan cluster random sampling yaitu pemilihan RT diambil dari RW yang menjadi wilayah binaan KPKM Buaran FKIK, setelah itu dilakukan two stage cluster sampling, warga yang berada di RT yang terpilih akan dipilih lagi beberapa orang untuk memenuhi sampel yang telah dihitung. 3.3.4. Kriteria Inklusi - Masyarakat yang tinggal di daerah binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah - Usia responden diatas 35 tahun - Belum pernah di diagnosis penyakit jantung koroner sebelumnya. 3.3.5. Kriteria Eksklusi - Pasien yang menolak menjadi responden 29 3.4. Cara Kerja Penelitian Penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah dikembangkan dari Framingham Risk Score untuk menilai faktor risiko seseorang terhadap penyakit jantung koroner. Penelitian dilakukan dalam dua hari di setiap RT. Hari pertama responden yang sudah terpilih sebagai sampel didatangi rumahnya kemudian dilakukan wawancara kuesioner Framingham Risk Score secara terpimpin oleh peneliti. Setelah itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah tekanan darah menggunakan spigmomanometer dan stetoskop Riester yang dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu selama lima menit. Setelah itu responden diberikan pemberitahuan bahwa pemeriksaan pada kemudian hari harus berpuasa dahulu selama minimal delapan jam dan hanya diperbolehkan minum air putih sebelum responden tidur. Hari kedua dilakukan pemeriksaan lainnya dengan urutan pertama yaitu pemeriksaan tinggi badan yang menggunakan meteran tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm dan pasien berdiri menghadap ke depan, setelah itu dilakukan pemeriksaan berat badan yang menggunakan timbangan berat badan merk One med dengan ketelitian 0,1 cm dan pasien berdiri menghadap ke depan. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan lingkar pinggang yang diukur menggunakan meteran lingkar pinggang dengan ketelitian 0,1 cm dan diukur diantara batas inferior tulang iga terakhir dengan krista iliaca. Pemeriksaan terakhir pada hari kedua adalah pemeriksaan kolesterol total dan kadar gula darah puasa yang dilakukan menggunakan alat easy touch. Hasil dari pengambilan data pada RT disekitar KPKM Buaran ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu untuk melihat apakah instrumen yang digunakan valid dan reliabel atau tidak, setelah itu dilakukan pengolahan data. 3.5. Manajemen Data 3.5.1. Pengumpulan Data - Data primer Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol total serta dari 30 hasil kuesioner yang dibagikan pada masyarakat RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 sekitar KPKM Buaran yang telah dipilih dengan two stage cluster sampling serta memenuhi kriteria inklusi. - Alur pengumpulan data 3.5.2. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan dari responden akan diolah dengan menggunakan program computer software SPSS for windows versi 22.0. Tahapan pengolahan data yaitu coding, editing, entry data, dan cleaning. 3.5.3. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. 3.5.3.1. Analisis Univariat Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen. keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 3.5.3.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji Chi-square untuk hipotesis kategorik tidak berpasangan. 31 Syarat uji Chi-square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Bila syarat uji Chi-square tidak terpenuhi maka akan digunakan uji Fisher untuk tabel 2x2 dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk tabel 2xK.36 Melalui uji statistik Chi-square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. 3.5.4. Penyajian Data Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular. 3.6. Etika Penelitian Penelitian ini sudah diajukan ke komite etik dan sudah mendapatkan persetujuan. Peneliti menyediakan lembar informed consent untuk responden sebagai bukti persetujuan responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data demografi Kelurahan Buaran terletak dibagian selatan kecamatan Serpong dengan luas wilayah 379,98 Ha. Batas utara dari kelurahan Buaran yaitu kelurahan Ciater, batas timur yaitu kecamatan Pamulang, batas selatan dan barat yaitu kecamatan Setu. Jumlah RT/RW pada kelurahan Buaran ini sebanyak 9 RW dan 33 RT dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 13.064 jiwa dengan jumlah penduduk berdasarkan usia diatas 35 tahun sebanyak 6.022 jiwa. Wilayah binaan KPKM Buaran hanya sebatas pada 3 RW yaitu RW 3, 4, dan 5 dengan jumlah masing-masing RT adalah 4, 3, dan 4. Dalam penelitian ini RT yang terpilih adalah RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 dengan masing-masing jumlah penduduk berdasarkan usia lebih dari 35 tahun adalah 313, 335, dan 201 jiwa. 4.2. Hasil uji validitas dan reliabilitas Uji validitas kuesioner pada penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur sebelum dilakukannya pengambilan data sehingga instrumen tersebut memiliki kualitas yang baik. Hasil dari uji validitas adalah menentukan mana item kuesioner dan pemeriksaan yang valid dan kurang valid. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menentukan apakah kuesioner yang digunakan dapat konsisten di semua responden. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang yang menjadi responden pada penelitian di daerah Buaran ini. Dari jumlah total didapatkan jumlah perempuan sebanyak 20 orang dan laki-laki 10 orang dengan rata-rata usianya yaitu usia 47 tahun. 32 33 4.2.1. Uji validitas Suatu item dikatakan validitasnya baik ketika hasil Pearson Correlation lebih besar dari koefisien kolerasi sederhana (tabel r). Tabel r yang digunakan pada pengujian ini adalah 0,361 karena N=30 dengan tingkat signifikan 5%. Tabel 4.1. Hasil uji validitas pada item pemeriksaan No. Item Pemeriksaan Pearson Correlation Tabel r Keterangan 1. Usia 0,303 0,361 Validitas kurang baik 2. Tekanan darah sistolik 0,782 0,361 Validitas baik 3. Tekanan darah diastolik 0,617 0,361 Validitas baik 4. Kolesterol 0,476 0,361 Validitas baik 5. Gula darah puasa 0,765 0,361 Validitas baik 6. Berat badan 0,348 0,361 Validitas kurang baik 7. Tinggi badan -0,179 0,361 Validitas kurang baik 8. Lingkar pinggang 0,497 0,361 Validitas baik Dari hasil uji validitas item yang dilakukan pemeriksaan, semua item yang mempunyai validitas baik adalah pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, gula darah puasa, dan lingkar pinggang dan hasil yang validitasnya kurang adalah usia, berat badan, dan tinggi badan. Hal ini bisa dikarenakan jumlah sampel untuk validitas yang kurang banyak sehingga kurang variasi sehingga kolerasinya dengan total skor masih kurang mencapai angka dari tabel r. Namun, item ini akan terus ditanyakan untuk kepentingan skoring di Framingham Risk Score dan analisis data. 34 Tabel 4.2. Hasil uji validitas pada item kuesioner No. Item Kuesioner Pearson Tabel r Keterangan Correlation 1. Berapakah tekanan darah Anda 0,708 0,361 Validitas baik 0,596 0,361 Validitas baik 0,625 0,361 Validitas baik 0,750 0,361 Validitas baik biasanya? 2. Apakah Anda pernah meminum obat darah tinggi? 3. Apakah Anda meminum obat darah tinggi tersebut secara rutin/teratur? 4. Apakah Anda masih meminum obat darah tingginya? 5. Berapa gula darah Anda biasanya? 0,787 0,361 Validitas baik 6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai 0,756 0,361 Validitas baik 0,756 0,361 Validitas baik 0,222 0,361 Validitas kurang penyakit diabetes/ penyakit gula/ kencing manis? 7. Apakah Anda meminum obat diabetes/ penyakit gula/ kencing manis secara rutin? 8. Centanglah pilihan disamping jika Anda pernah merasakan gejalagejala tersebut! - kencing lebih dari 3x pada malam hari - rasa haus lebih sering dari biasanya, sehingga banyak minum - rasa lapar terus menerus sehingga makan lebih sering dan banyak dari biasanya - berat badan menurun drastis tanpa sebab yang jelas - tidak ada baik 35 Tabel 4.2 Hasil uji validitas pada item kuesioner (sambungan) No. Item kuesioner Pearson Tabel r Keterangan Correlation 9. Berapa kolesterol Anda biasanya? 0,709 0,361 Validitas baik 10. Berapa kadar kolesterol-HDL Anda 0,409 0,361 Validitas baik 0,570 0,361 Validitas baik 0,243 0,361 Validitas kurang biasanya? 11. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, Ibu, Anak, atau saudara kandung Anda yang pernah mempunyai penyakit tekanan darah tinggi? 12. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, Ibu, Anak, atau saudara baik kandung yang memiliki penyakit jantung seperti serangan jantung, gagal jantung atau angin duduk? 13. Apakah Anda seorang perokok? 0,091 0,361 Validitas kurang baik 14. Berapa hari dalam seminggu Anda 0,192 0,361 biasanya melakukan kegiatan fisik Validitas kurang baik berat? 15. Berapa hari dalam seminggu Anda 0,221 biasanya melakukan kegiatan fisik 0,361 Validitas kurang baik sedang? Dari hasil uji validitas pada item kuesioner yang ditanyakan khusus pada penelitian ini, didapatkan satu beberapa item yang validitasnya kurang, yaitu item nomor 8, 12, 13, 14, dan 15. Hal tersebut bisa dikarenakan pertanyaan yang dibuat sulit di mengerti oleh responden sehingga berpengaruh kepada jawaban responden atau jawaban dari responden yang kurang bervariasi. Item yang kurang valid tidak akan di analisis dalam penelitian ini kecuali item nomor 12 dan 13 karena untuk kepentingan skoring di Framingham Risk Score. 36 4.2.2. Uji reliabilitas Item kuesioner yang dikatakan konsisten dalam mengukur setiap sampel adalah item kuesioner yang hasil uji reliabilitasnya didapatkan ketika membandingkan nilai Cronbach’s Alpha dengan kriteria pembagian dari interpretasi nilai cronbach alpha, yaitu sebagai berikut32: 1. Kurang reliabel: Cronbach’s Alpha 0,00 - 0,20 2. Agak reliabel: Cronbach’s Alpha 0,21 - 0,40 3. Cukup reliabel: Cronbach’s Alpha 0,42 - 0,60 4. Reliabel: Cronbach’s Alpha 0,61 - 0,80 5. Sangat reliabel: Cronbach’s Alpha 0,81 - 1,00 Tabel 4.3. Nilai Alpha uji reliabilitas Cronbach’s Alpha N of items 0,728 15 Dari nilai Cronbach’s Alpha yang didapatkan yaitu sebesar 0,728 jika dibandingkan dengan kriteria interpretasi maka kuesioner yang digunakan reliabel walaupun kuesioner tersebut ada beberapa item yang validitasnya kurang. Tabel 4.4. Hasil uji realibilitas pada item kuesioner No. Item Kuesioner Cronbach’s Alpha Keterangan if item deleted 1. Berapakah tekanan darah Anda biasanya? 0,689 Reliabel 2. Apakah Anda pernah meminum obat darah 0,702 Reliabel 0,703 Reliabel 0,693 Reliabel tinggi? 3. Apakah Anda meminum obat darah tinggi tersebut secara rutin/teratur? 4. Apakah Anda masih meminum obat darah tingginya? 5. Berapa gula darah Anda biasanya? 0,672 Reliabel 6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai penyakit 0,704 Reliabel 0,704 Reliabel diabetes/ penyakit gula/ kencing manis? 7. Apakah Anda meminum obat diabetes/ penyakit gula/ kencing manis secara rutin? 37 Tabel 4.4. Hasil uji realibilitas pada item kuesioner (sambungan) No. Item Kuesioner Cronbach’s Alpha Keterangan if item deleted 8. Centanglah pilihan disamping jika Anda 0,730 Reliabel pernah merasakan gejala-gejala tersebut! - kencing lebih dari 3x pada malam hari - rasa haus lebih sering dari biasanya, sehingga banyak minum - rasa lapar terus menerus sehingga makan lebih sering dan banyak dari biasanya - berat badan menurun drastis tanpa sebab yang jelas - tidak ada 9. Berapa kolesterol Anda biasanya? 0,721 Reliabel 10. Berapa kadar kolesterol-HDL Anda 0,724 Reliabel 0,704 Reliabel 0,726 Reliabel biasanya? 11. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, Ibu, Anak, atau saudara kandung Anda yang pernah mempunyai penyakit tekanan darah tinggi? 12. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, Ibu, Anak, atau saudara kandung yang memiliki penyakit jantung seperti serangan jantung, gagal jantung atau angin duduk? 13. Apakah Anda seorang perokok? 0,759 Reliabel 14. Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya 0,730 Reliabel 0,728 Reliabel melakukan kegiatan fisik berat? 15. Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan kegiatan fisik sedang? Dari hasil uji reliabilitas pada item kuesioner tersebut didapatkan bahwa semua item kuesioner ini reliabel, dilihat dari seluruh nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6. Item kuesioner yang reliabel ini dapat diartikan bahwa kuesioner tetap konsisten jika digunakan di tempat yang berbeda dan responden yang berbeda. 38 4.3. Analisis Univariat Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini terlebih dahulu akan dideskripsikan dengan analisis univariat yang hasilnya nanti memberi gambaran umum mengenai responden. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan faktor-faktor risiko PJK. Sedangkan variabel terikatnya adalah risiko tinggi, sedang, dan rendah dari PJK tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 128 responden dan jumlah tersebut sudah memenuhi batas minimal sampel untuk penelitian ini yaitu 110 responden. 4.3.1. Gambaran karakteristik responden Gambaran karakteristik responden pada penelitian ini yaitu sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan terakhir. Tabel 4.5 Sebaran karakteristik responden (N=128) Variabel Kategori N % Jenis kelamin Laki-laki 38 29,7 Perempuan 90 70,3 35-59 tahun 104 81,3 60 tahun 24 18,8 Bekerja 45 35,2 Tidak bekerja 83 64,8 Rendah 91 71,1 Menengah 35 27,3 Tinggi 2 1,6 Usia Pekerjaan Pendidikan terakhir Dalam tabel 4.5 didapatkan jumlah laki-laki sebanyak 38 responden (29,7%) dengan lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebesar 90 responden (70,3%). Usia responden pada usia 35-59 tahun distribusinya sebanyak 104 responden (81,3%) dan pada usia 60 tahun sebanyak 24 responden (18,8%). Rerata usia responden yaitu 48 tahun dengan usia minimal 35 tahun dan 39 maksimal 76 tahun. Untuk usia sudah sesuai dengan kriteria inklusi yaitu 35 tahun. Pekerjaan responden yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu bekerja dengan sebaran respondennya sebanyak 45 responden (35,2%) dan tidak bekerja sebanyak 83 responden (64,8%). Pendidikan terakhir responden dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu pendidikan terakhir rendah, sedang, dan tinggi. Untuk yang termasuk ke dalam pendidikan terakhir rendah adalah responden yang tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD, dan lulus SMP. Untuk pendidikan terakhir menengah yang termasuk kedalamnya adalah lulus SMA atau sederajatnya. Pendidikan terakhir tinggi adalah yang lulus perguruan tinggi atau sarjana. Hasil sebaran respondennya adalah sebanyak 91 responden (71,1%) berpendidikan terakhir rendah, 35 responden (27,3%) berpendidikan terakhir menengah, dan 2 responden (1,6%) berpendidikan terakhir tinggi. 4.3.2. Gambaran faktor risiko PJK pada responden berdasarkan Framingham Risk Score Variabel faktor risiko pada penelitian ini diambil berdasarkan faktor risiko yang ada di Framingham Risk Score tentang PJK yaitu berupa kadar kolesterol total, kadar kolesterol HDL, tekanan darah sistolik dan diastolik, diabetes mellitus, dan perokok. 40 Tabel 4.6 Sebaran faktor risiko PJK berdasarkan Framingham Risk Score pada responden (N=128) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Variabel Kategori N % Kolesterol total < 160 mg/dl 12 9,4 160-199 mg/dl 20 15,6 200-239 mg/dl 35 27,3 240-279 mg/dl 42 32,8 280 mg/dl 19 14,8 Belum pernah periksa 124 96,9 < 35 mg/dl 1 0,8 35-44 mg/dl 1 0,8 60 mg/dl 2 1,6 < 120 mmHg 50 39,1 120-129 mmHg 5 3,9 130-139 mmHg 29 22,7 140-159 mmHg 26 20,3 160 mmHg 19 14,1 < 80 mmHg 49 38,3 85-89 mmHg 6 4,7 90-99 mmHg 40 31,3 100 mmHg 33 25,8 Tidak 119 93,0 Ya 9 7,0 Non-perokok 97 75,8 Perokok 31 24,2 Riwayat pemeriksaan kolesterol HDL Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Diabetes mellitus Perokok Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa yang memiliki kadar kolesterol total 240 mg/dl sebanyak 61 responden (47,6%). Rerata kadar kolesterol pada responden yaitu 234 mg/dl. Dengan hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata masyarakat di sekitar KPKM Buaran memiliki kadar kolesterol yang cukup tinggi dengan begitu masyarakat tersebut memiliki salah satu faktor risiko terhadap PJK. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian dari Supriyono6 41 yang menyebutkan bahwa kadar kolesterol total pada penderita PJK lebih banyak diatas 200 mg/dL (56,3%). Pada riwayat pemeriksaan kolesterol-HDL didapatkan sebanyak 124 responden menjawab belum pernah diperiksa kolesterol-HDL. Hal ini menjadi kekurangan dalam penelitian karena kolesterol HDL adalah salah satu faktor risiko yang harus dihitung dalam Framingham Risk Score. Kolesterol HDL merupakan salah satu lipid yang bersifat antiaterogenesis karena semakin tinggi kadar kolesterol HDL dalam tubuh, semakin banyak kolesterol ekstrahepatik yang dibawa kembali ke hepar untuk dikeluarkan bersama empedu. Selain itu, kolesterol HDL dapat secara langsung menghambat migrasi monosit ke dalam ruang subendotelial sehingga tidak ada kolesterol-LDL yang dapat fagositosis oleh makrofag dan reseptor scavenger dalam pembentukan plak.37 Pada hasil tekanan darah didapatkan bahwa pada penelitian ini yang memiliki tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg yaitu sebanyak 45 responden (34,4%) yang artinya responden tersebut sudah menderita hipertensi derajat 1 dan 2. Rerata kadar tekanan darah sistolik pada seluruh responden adalah 130 mmHg dengan tekanan darah sistolik minimal 95 mmHg dan maksimal 190 mmHg. Untuk hasil dari tekanan darah diastolik, yang memiliki tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg adalah 73 responden (57,1%). Rerata tekanan darah diastoliknya adalah 90 mmHg dengan minimal 65 mmHg dan maksimal 120 mmHg. Jika di lihat dari yang memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg, jumlahnya lebih sedikit dari yang tekanan darah sistoliknya normal yaitu 50 responden, tetapi jika di lihat dari tekanan darah diastolik, didapatkan jumlah yang lebih banyak pada tekanan darah diatas 90 mmHg yang mengartikan bahwa sebanyak 73 responden tersebut sudah menderita hipertensi derajat 1 dan 2. Hasil penelitian ini yang menjelaskan bahwa terdapat banyaknya masyarakat di sekitar KPKM Buaran yang menderita hipertensi baik dilihat dari tekanan darah sistolik maupun diastolik yang mengartikan bahwa banyaknya masyarakat tersebut yang mempunyai salah satu risiko PJK, hal ini didukung 42 dengan penelitian dari Amelia38 yang hasil penelitiannya berupa pasien PJK lebih banyak yang memiliki hipertensi (68,2%). Dari tabel 4.6 tentang diabetes mellitus didapatkan responden yang tidak DM sebanyak 119 responden (93,0%) dan yang DM sebanyak 9 responden (7,0%). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pada masyarakat KPKM Buaran yang memiliki DM tidak terlalu banyak sehingga hanya sedikit yang memiliki risiko 2-3 kali untuk menderita PJK, karena pada penelitian Amelia38 dijelaskan bahwa pada penderita PJK lebih banyak yang menderita DM (71,8%). Pada penelitian ini didapatkan bahwa responden yang non-perokok adalah 97 responden (75,8%). Hal tersebut bisa dikarenakan lebih banyaknya responden perempuan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga untuk sebaran responden yang perokok sebanyak 31 responden (24,2%). Menurut penelitian Fadma39, pada penderita PJK lebih banyak yang mempunyai kebiasaan merokok (85%) dibandingkan dengan bukan penderita PJK. 4.3.3. Gambaran faktor risiko PJK lainnya pada responden Gambaran faktor risiko PJK lainnya ini adalah variabel-variabel yang tidak termasuk ke dalam penilaian Framingham Risk Score tetapi merupakan faktor risiko penting dalam patogenesis PJK. Tabel 4.7 Sebaran faktor risiko PJK lainnya pada responden (N=128) No. 1. 2. Variabel Obesitas sentral N % Tidak 31 24,2 Ya 97 75,8 Tidak 111 86,7 Ya 17 13,3 Tidak 77 60,2 Ya 51 39,8 Rendah 24 18,8 Sedang 26 20,3 Tinggi 78 60,9 Riwayat keluarga 1. 2. 3. kategori PJK Hipertensi Aktivitas fisik 43 Dari tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang mengalami obesitas sentral adalah sebanyak 97 responden (75,8%) dan yang tidak mengalami obesitas sentral sebanyak 31 responden (24,2%). Tingginya jumlah yang mengalami obesitas sentral akan memberikan dampak terhadap peningkatan kejadian PJK dengan salah satu mekanismenya yaitu hipoadiponektinemia. Selain itu, obesitas sentral dapat secara tidak langsung menjadi faktor pemicu sindrom metabolik sehingga dalam diagnosis sindrom metabolik, obesitas sentral menjadi salah satu poin penilaiannya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Aryana40 yang menyebutkan bahwa prevalensi obesitas sentral pada pasien PJK cukup tinggi yaitu 51,1%. Responden yang memiliki riwayat penyakit keluarga PJK pada penelitian ini sebanyak 17 responden (13,3%) dan yang tidak memiliki riwayat PJK dalam keluarga sebanyak 111 responden (86,7%), tetapi untuk yang memiliki riwayat penyakit keluarga hipertensi didapatkan 51 responden (39,8%) yang lebih banyak dari riwayat penyakit keluarga PJK. Dengan memiliki riwayat penyakit keluarga hipertensi berarti responden tersebut memiliki faktor risiko untuk terjadinya hipertensi yang dimana hipertensi juga masuk ke dalam faktor risiko PJK. Oleh karena itu, pencegahan primer perlu dilakukan responden tersebut agar tidak menjadi hipertensi yang diubahnya melalui pola hidup seperti makanan dan olahraga agar kemudian tidak berkembang menjadi faktor risiko PJK. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Andi41 yang menyatakan bahwa pada pasien PJK di usia muda lebih banyak yang mempunyai faktor risiko rriwayat PJK pada keluarga dibandingkan dengan yang bukan penderita PJK. Faktor risiko yang terakhir yaitu aktivitas fisik. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik rendah sebanyak 24 responden (18,8%) dan yang memiliki aktivitas tinggi sebanyak 78 responden (60,9%). Aktivitas fisik dalam penelitian ini diambil dari aktivitas fisik harian responden seperti aktivitas saat bekerja atau saat dirumah, bukan hanya olahraga. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Amelia38 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penderita PJK dengan tingkat aktivitas seseorag. 44 4.3.4. Gambaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden Tabel 4.8 Sebaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden Tingkatan risiko N % Risiko tinggi 11 8,6 Risiko sedang 39 30,5 Risiko rendah 78 60,9 Total 128 100,0 Dalam tabel 4.8, faktor risiko PJK seperti usia, kolesterol total, kolesterol-HDL, tekanan darah, diabetes mellitus, dan perokok dijumlahkan dalam skoring di Framingham Risk Score dan menghasilkan tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun yang terbagi menjadi risiko tinggi sebanyak 11 responden (8,6%), risiko sedang sebanyak 39 responden (30,5), dan risiko rendah sebanyak 78 responden (60,9%). Banyaknya responden yang mempunyai risiko rendah dikarenakan rerata usia dalam penelitian ini usia 48 tahun dengan minimal usianya adalah 35 tahun selain itu kemungkinan adanya bias informasi terutama pada variabel kolesterol HDL dan sedikitnya jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini, karena pada beberapa penelitian salah satunya penelitian Gholamreza42 yang diambil dari komunitas yaitu sebanyak 5874 subjek penelitian akan bisa mengambarkan keadaan sebenarnya pada populasi tersebut. Namun pada penelitian ini dengan jumlah 128 responden bisa didapatkan 11 responden yang 20% akan mengalami PJK dalam 10 tahun dan 39 responden yang 10-20% juga akan mengalami PJK dalam 10 tahun. Hasil penelitian ini secara umum didukung oleh penelitian Gholamreza42, karena pada penelitian tersebut hasilnya adalah 74,3% pasien dengan sindrom metabolik berisiko rendah, 18,1% berisiko sedang, dan 7,6% berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah dalam 10 tahun namun angka tersebut lebih rendah lagi pada kelompok tanpa sindrom metabolik. Menurut 45 penelitian Chia dkk43 yang diambil pada populasi Asia, secara umum kejadian di dalam penyakit jantung dan pembuluh darah tersebut lebih banyak pada kejadian PJK (8,8%) dibandingkan dengan gagal jantung (0,7%), stroke (4,2%), dan penyakit vaskular perifer(0%). Dengan jumlah sampel yang sedikit ini dapat dilihat bahwa pencegahan primer PJK sejak usia muda perlu dilakukan karena seiring dengan bertambahnya usia maka risiko untuk mengalami PJK ini semakin besar terutama dengan pola hidup yang kurang baik yang menyebabkan faktor risiko PJK semakin berkembang. 4.4. Analisis Bivariat Uji yang akan dilakukan dalam analisis bivariat ini adalah Chi-square karena semua variabel distribusinya tidak normal dan syarat penggunaan uji ini terpenuhi kecuali pada variabel diabetes mellitus yang menggunakan uji kolmogrov-smirnov. Variabel bebas yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, dan faktor risiko PJK akan dianalisis terhadap variabel terikat yaitu tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun. Jika p value < 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna dari variabel-variabel yang diteliti dengan derajat kepercayaan yaitu 95%. 46 4.4.1. Hubungan karakteristik responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.9 Hubungan Jenis Kelamin dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Jenis Kelamin Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % Laki-laki 9 81,8 14 35,9 15 19,2 38 29,7 Perempuan 2 18,2 25 64,1 63 80,8 90 70,3 Total 11 100 39 100 78 100 128 100 p-value=0,0001 Dari tabel 4.13 didapatkan hasil laki-laki memiliki faktor risiko tinggi sebesar 81,8% dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 18,2% dan sebaliknya perempuan memiliki risiko rendah sebesar 80,8% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 19,2%. Hasil ini memiliki hubungan yang bermakna karena hasil dari p-value = 0,0001 (< 0,05). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Supriyono6 yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena PJK dan terjadi 10 tahun lebih awal dibandingkan dengan perempuan yang akan meningkat ketika sudah masa menopouse namun tidak akan sebesar risiko laki-laki. 47 Tabel 4.10 Hubungan Usia dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Usia Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % 35-59 tahun 4 36,4 25 64,1 75 96,2 104 81,3 60 tahun 7 63,6 14 35,9 3 3,8 24 18,8 11 100 39 100 78 100 128 100 Total p-value=0,0001 Dari tabel 4.14 didapatkan hasil bahwa usia 60 tahun memiliki risiko tinggi mengalami PJK sebesar 63,6% dibandingkan dengan usia 35-59 tahun yang sebesar 36,4%. Hal tersebut berlaku sebaliknya pada risiko rendah, usia 3559 tahun memiliki risiko rendah untuk mengalami PJK sebesar 96,2% dibandingkan dengan usia 60 tahun yaitu sebesar 3,8%. Hasil tersebut mempunyai hubungan yang bermakna karena p-value=0,0001 (< 0,05). Hasil analisis bivariat ini sesuai dengan teori Sorrentino MJ bahwa risiko PJK semakin meningkat pada pria yang berusia berusia 55 tahun dan pada wanita 45 tahun yang berlaku jika onset menopause normal.35 48 Tabel 4.11 Hubungan status pekerjaan dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Status pekerjaan Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % Bekerja 6 54,5 17 43,6 22 28,2 45 35,2 Tidak 5 45,5 22 56,4 56 71,8 83 64,8 11 100 39 100 78 100 128 100 bekerja Total p-value=0,096 Dalam tabel 4.15 didapatkan hasil bahwa responden yang bekerja memiliki risiko tinggi mengalami PJK sebesar 54,5% dibandingkan dengan yang tidak bekerja yaitu sebesar 45,5%. Sebaliknya, yang tidak bekerja memiliki risiko rendah mengalami PJK sebesar 71,8%. Status pekerjaan berkaitan dengan tingkat stres dari responden. Namun hasil ini tidak mempunyai hubungan yang bermakna dikarenakan p-value=0,096 (> 0,05). Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Amelia38 bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dengan penyakit jantung koroner (p=0,107). Secara teori, pekerjaan selalu dikaitkan dengan tingkat stres seseorang, dan pekerjaan termasuk dalam keadaan yang membuat stres kronik yang akan memicu berulangnya infark miokard dengan meningkatnya hormon kortisol dan katekolamin. Dengan begitu, status pekerjaan bukan penentu utama seorang responden memiliki risiko tinggi untuk mengalami PJK dalam 10 tahun jika gaya hidup responden cukup baik. 49 4.4.2. Hubungan faktor risiko responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.12 Hubungan riwayat keluarga PJK dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Riwayat PJK keluarga Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % Tidak 9 81,8 33 84,6 69 88,5 111 86,7 Ya 2 18,2 6 15,4 9 11,5 17 13,3 Total 11 100 39 100 78 100 128 100 p-value=0,746 Dalam tabel 4.16 didapatkan hasil bahwa yang memiliki risiko tinggi dan tidak memiliki riwayat penyakit PJK di keluarga sebesar 81,8% dan yang memiliki riwayat penyakit keluarga PJK sebesar 18,2%. Hasil ini tidak memiliki hubungan yang bermakna karena p-value=0,746 (> 0,05). Penelitian ini sama seperti penelitian Yusnidar44 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit jantung dalam keluarga dengan kejadian PJK dan riwayat penyakit jantung dalam keluarga bukan merupakan faktor risiko utama terjadinya PJK dengan p=0,310 dan Odds Ratio (OR)=0,7. Hasil tersebut dapat dikarenakan riwayat penyakit jantung koroner dalam keluarga bukan faktor risiko utama namun riwayat keluarga akan meningkatkan angka kejadian jika responden sudah memiliki gaya hidup yang berisiko terhadap penyakit jantung koroner, selain itu masih adanya kemungkinan recall bias pada responden. 50 Tabel 4.13 Hubungan perokok dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Perokok Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % Tidak 4 36,4 26 66,7 67 85,9 97 75,8 Ya 7 63,6 13 33,3 11 14,1 31 24,2 Total 11 100 39 100 78 100 128 100 p-value=0,0001 Dalam tabel 4.17 didapatkan hasil bahwa seorang perokok memiliki risiko tinggi mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 63,6% dan seorang nonperokok memiliki risiko rendah mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 85,9%. Hasil ini mempunyai hubungan yang bermakna karena p-value=0,0001 (< 0,05). Hasil analisis ini didukung dengan penelitian dari Supriyono6 yang hasil p-value=0,011 (<0,05) dan Amelia38 yang hasil p-value=0,027 sehingga menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan bermakna dengan PJK dan merokok ini berisiko untuk terjadinya PJK pada usia > 45 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan yang tidak merokok (OR=2,4).6 51 Tabel 4.14 Hubungan klasifikasi kolesterol dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Klasifikasi kolesterol Optimal dan Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % 2 18,2 16 41,0 49 62,8 67 52,3 9 81,8 23 59,0 29 37,2 61 47,7 11 100 39 100 78 100 128 100 borderline (<239 mg/dl) Tinggisangat tinggi (>240 mg/dl) Total p-value=0,005 Dalam tabel 4.18 didapatkan hasil bahwa kolesterol > 240 mg/dl dan memiliki risiko tinggi sebesar 81,8% dibandingkan dengan kolesterol < 239 mg/dl dan memiliki risiko rendah sebesar 62,8%. Hasil ini memiliki hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol dengan tingkatan risiko PJK karena pvalue=0,005 (< 0,05). Berdasarkan penelitian Supriyono6, kenaikan kadar kolesterol > 200 mg/dl tidak memiliki hubungan yang bermakna (p=0,082), namun dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya PJK sebesar 1,8 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar kolesterol darah < 200 mg/dl (OR=1,8). Namun menurut Amelia38, jika responden memiliki dislipidemia maka responden berisiko 6,479 kali menderita PJK dibandingkan yang tidak dislipidemia. Hasil tersebut didukung hasil dari penelitian Supriyono6 dan Amelia38 dengan p value 0,006 dan 0,0001, OR 2,8 dan 6,479. 52 Tabel 4.15 Hubungan diabetes mellitus dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Diabetes mellitus Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % Ya 2 18,2 4 10,3 3 3,8 9 7,0 Tidak 9 81,8 35 89,7 75 96,2 119 93,0 Total 11 100 39 100 78 100 128 100 p-value=0,452 Dalam tabel 4.19 didapatkan hasil bahwa yang menderita DM dan memiliki risiko tinggi untuk mengalami PJK lebih sedikit jumlahnya (18,2%) dibandingkan dengan yang tidak menderita DM (81,8%). Hal tersebut dapat dikarenakan jumlah sampel yang tidak DM lebih banyak dibandingkan yang DM sehingga mempengaruhi hasil dari analisis ini. Namun, hasil dari yang tidak menderita DM dan memiliki risiko rendah untuk mengalami PJK lebih banyak (96,2%) dibandingkan yang memiliki risiko tinggi. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara diabetes mellitus dengan tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun karena p-value=0,452 (>0,05). Berdasarkan penelitian Supriyono6 bahwa DM dengan kejadian PJK memiliki hubungan yang bermakna (p=0,0001). Namun pada penelitian Andi41, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara DM dengan kejadian PJK pada usia (p=0,09). Secara teori, keadaan hiperglikemi akan membuat disfungsi endotel sehingga mempermudah terjadinya plak aterom. Perbedaan hasil penelitian ini bisa dikarenakan adanya beberapa kemungkinan yaitu pasien yang mempunyai diabetes mellitus tersebut belum menderita selama >10 tahun seperti hasil penelitian Fadma39 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lama menderita DM dengan kejadian PJK (p=0,043), selain itu kemungkinan DM 53 dikelola dengan baik dari farmakoterapi atau non-farmakoterapinya, dan responden tidak memiliki faktor risiko lain seperti hipertensi, hiperlipidemia, dan kadar glukosa darah puasa pasien 126 mg/dl.34 Tabel 4.16 Hubungan tekanan darah dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Tekanan darah Normal dan Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % 1 9,1 9 23,1 44 56,4 54 42,2 10 90,9 30 76,9 34 43,6 74 57,8 11 100 39 100 78 100 128 100 prehipertensi Hipertensi derajat 1 dan 2 Total p-value=0,0001 Analisis bivariat dalam tabel 4.19 menunjukan bahwa hipertensi derajat 1 dan 2 yang memiliki risiko tinggi dan sedang untuk mengalami PJK adalah sebesar 90,9% dan 76,9% dibandingkan dengan tekanan darah normalprehipertensi yang memiliki risiko tinggi dan sedang sebesar 9,1% dan 23,1%. Hasil ini memilliki hubungan yang bermakna karena p-value=0,0001 (<0,05). Hasil analisis ini diperkuat oleh penelitian Amelia38 dan Yusnidar44 bahwa ada hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan PJK yaitu p value=0,002 dan 0,004 dengan OR 5,091 dan 3,5. Teori Soeharto juga menyebutkan bahwa hipertensi menjadi suatu awal untuk menimbulkan gejala lain dari stroke dan PJK.35 54 Tabel 4.17 Hubungan obesitas sentral dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Obesitas sentral Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % Ya 4 36,4 29 74,4 64 82,1 97 75,8 Tidak 7 63,6 10 25,6 14 17,9 31 24,2 Total 11 100 39 100 78 100 128 100 p-value=0,004 Dalam tabel 4.17 menunjukan bahwa yang mengalami obesitas sentral dan memiliki risiko tinggi jumlahnya 36,4% lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak mengalami obesitas sentral 63,6% dan untuk hasil risiko rendahnya jumlah yang mengalami obesitas sentral lebih banyak 82,1%. Hal tersebut dapat dikarenakan faktor risiko lain juga yang sangat berperan dalam patogenesis PJK seperti hipertensi, dislipidemia, DM, dan merokok, sedangkan obesitas sentral ini lebih berperan banyak pada kejadian dislipidemia dan DM sebagai sindrom metabolik. Hasil analisis ini memiliki hubungan yang bermakna secara statistik antara obesitas sentral dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun karena p value=0,004 (<0,05). Secara teori, walaupun obesitas sentral berperan pada sindrom metabolik namun semakin tinggi tingkat obesitas sentral maka semakin meningkat risiko untuk mengalami kejadian PJK dan dipengaruhi oleh faktor risiko lainnya. Hal tersebut dikaitkan dengan kadar adiponektin plasma yang rendah atau hipoadiponektinemia sehingga mekanisme anti inflamasi dan antithrombosis sedikit. Selain itu, lemak pada abdomen merupakan lemak jahat atau LDL yang merupakan salah satu komponen patogenesis PJK. Hasil ini diperkuat dengan penelitian dari Aryana40 yang menyatakan bahwa obesitas sentral memiliki hubungan bermakna value=0,001. dengan kejadian hipoadiponektinemia dengan p- 55 4.5. Kelebihan Penelitian Penelitian penilaian tingkatan risiko penyakit jantung koroner dalam 10 tahun ini merupakan penelitian yang jarang dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan untuk melihat apakah instrumen Framingham Risk Score ini dapat digunakan di Indonesia atau tidak. Kelebihan lainnya dari penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada komunitas karena jika dilakukan di KPKM maka yang datang ke KPKM belum tentu mewakili secara keseluruhan masyarakat binaan KPKM Buaran. 4.6. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, pada penelitian ini memiliki subjektifitas terhadap riwayat pemeriksaan kolesterol HDL karena jarang di suatu komunitas yang memeriksa kadar kolesterol HDL sehingga yang belum pernah periksa dianggap skornya 0 atau dalam batas normal. Kedua, kuesioner pada penelitian ini merupakan kuesioner gabungan sehingga diperlukan uji validitas dan reliabilitas untuk semua pertanyaannya, namun pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan hanya yang berkaitan dengan faktor risiko PJK dan ada beberapa pertanyaan yang kurang valid sehingga ketika pengolahan data untuk data yang kurang valid tidak dilakukan analisis kecuali item dari Framingham Risk Score. Selain itu, uji validitas pada kuesioner ini hanya dilakukan pada 30 responden. Ketiga, jumlah sampel pada penelitian ini tidak cukup banyak jika ingin mendeskripsikan mengenai suatu komunitas dan distribusi dari sampel tidak rata dilihat dari sebaran jenis kelamin yang lebih banyak pada perempuan dan sebaran data responden yang terkena diabetes lebih sedikit dibandingkan yang tidak. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. 1. Simpulan Pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah tahun 2015, sebaran faktor risiko PJK yang memiliki persentase tertinggi adalah kolesterol total yang tinggi, tekanan darah tinggi, dan obesitas sentral. 2. Pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah tahun 2015, sebaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun yaitu risiko tinggi sebesar 8,6%, risiko sedang sebesar 30,5%, dan risiko rendah 60,9%. 3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna (p<0,05) pada variabel jenis kelamin, usia, perokok, kadar koleterol total, tekanan darah, dan obesitas sentral. 4. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan yang tidak bermakna (p>0,05) pada variabel status pekerjaan, riwayat keluarga PJK, dan diabetes mellitus. 5.2. 1. Saran Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan kembali dengan sasaran yang berbeda dan jumlah yang ditambahkan sehingga dapat diketahui tingkatan risiko terbanyak terhadap PJK pada masyarakat khususnya di sekitar tangerang selatan. 2. Sebaiknya penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan kolesterol-HDL karena kolesterol HDL merupakan salah satu poin penilaian tingkat risiko seseorang menurut Framingham Risk Score. 3. Jika penelitian ini dilanjutkan sebaiknya kuesioner yang digunakan diperbaiki lagi pada item yang kurang valid dan uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada semua item kuesioner sehingga didapatkan satu kuesioner mengenai penilaian tingkatan risiko penyakit degeneratif. 56 DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Cardiovascular Diseases Fact Sheets [internet]. 2013 [diakses pada Oktober 2014]. Tersedia pada: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/ 2. American Heart Association. Coronary artery disease – Coronary heart disease [internet]. 2014 Sep [diakses pada Des 2014]. Tersedia pada: http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/MyHeartandStrokeNew s/Coronary-Artery-Disease---Coronary-HeartDisease_UCM_436416_Article.jsp 3. Mozaffarian D, dkk. Heart disease and stroke statistics— 2015 update: a report from the American Heart Association. Circulation. 2015; 131:e29e322. doi: 10.1161/CIR.0000000000000152 4. Alan SG, dkk. Heart disease and stroke statistics—2013 Update: A report from the American Heart Association. Circulation. 2013;127:e6-e245. doi: 10.1161/CIR.0b013e31828124ad. 5. Jing F, Kate MS, Nora LK. Prevalence of coronary heart disease – United States, 2006-2010. CDC Morbidity and Mortality Weekly Report. 2011 Oct 14;60(40):1377-1381. 6. M Supriyono, Soeharyo H, Sugiri, Ari U, MS Adi. Faktor-faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada kelompok usia <45 tahun (studi kasus di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang) [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008. 7. Framingham Heart Study. Coronary Heart Disease (10-risk year) [internet]. 2014 [diakses pada 2014 Dec]. Tersedia pada: https://www.framinghamheartstudy.org/risk-functions/coronary-heartdisease/10-year-risk.php 8. Peter WFW, Ralph BD, Daniel L, Albert MB, Halit S, William BK. Prediction of Coronary Heart Disease using factor categories. Circulation. 1998;97:1837-1847. 57 58 9. Eckel RH, dkk. 2013 AHA/ACC guideline on lifestyle management to reduce cardiovascular risk: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. J Am Coll Cardiol. 2014;63:2960–84. 10. Daan K, Alessandro M, Hugo K, Susana S. Prevention of coronary heart disease by diet and lifestyle: evidence from prospective cross-cultural, cohort, and intervention studies. Circulation. 2002;105:893-898. Doi: 10.1161/hc0702.103728. 11. Riset Kesehatan Dasar 2013: penyakit jantung. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013. Hal 90-94. 12. Riset Kesehatan Dasar 2007: mortalitas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2008. Hal 275-285. 13. Sylvia AP, Lorraine M. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit volume 1: Bab 31 penyakit aterosklerotik koroner. Jakarta: EGC; 2012. Hal 576-611. 14. World Heart Federation. Cardiovascular disease: Risk factor (fact sheets) [internet]. 2012 April [diakses pada 2014 Dec]. Tersedia pada: http://www.world-heartfederation.org/fileadmin/user_upload/documents/Fact_sheets/2012/PressBack grounderApril2012RiskFactors.pdf 15. Paul AJ, dkk. 2014 Evidence-based guideline for the management of high blood pressure in adults: report from the panel members appointed to the eighth joint national committee (JNC 8). JAMA. 2013: e1-e14. doi:10.1001/jama.2013.284427 16. LS Lilly. Pathophysiology of heart disease: Atherosclerosis. Edisi 5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. Hal 113-133. 17. Paul SJ, dkk. American Association of clinical endocrinologists guidelines for management of dyslipidemia and prevention of atherosclerosis. Endocrine Practice. 2012; 18(1):10. 18. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta; 2011. 59 19. MK Ali, KM Venkat N, Nikhil T. Diabetes and coronary heart disease: Current perspectives. Indian J Med Res. 2010 November: 132; 584-597. 20. National Diabetes Information Clearinghouse. Diagnosis of Diabetes and Prediabetes. 2014 June [diupdate pada 2014 September, diakses pada 2014 Dec]. Tersedia pada: http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/diagnosis/diagnosis_508.pdf 21. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem: Bab 17 keseimbangan energi dan pengaturan suhu tubuh. Jakarta: EGC: 2011. Hal 701-710. 22. The American Association of Clinical Endocrinologists and the American College of Endocrinology. 2014 advanced framework for a new diagnosis of obesity as a chronic disease. Washington; 2014. 23. American Heart Association. Obesity Information [internet]. 2014 Feb [diakses pada Desember 2014]. Tersedia pada: http://www.heart.org/HEARTORG/GettingHealthy/WeightManagement/Obe sity/Obesity-Information_UCM_307908_Article.jsp 24. Approproate body-mass index for Asian populations and its impilcations for policy and interventions strategies. The lancet. 2004; 363: 157-63. Tersedia pada: http://www.who.int/nutrition/publications/bmi_asia_strategies.pdf 25. Centers for disease control and prevention. Smoking and tobacco use [internet]. Review terakhir Nov 2014 [diakses pada 2 Jan 2015]. Tersedia pada: http://www.cdc.gov/tobacco/basic_information/health_effects/- heart_disease/ 26. How tobacco smoke causes disease: the biology and behavioral basis for smoking-attributable disease: a report of the Surgeon General. United States: Dept. of Health and Human Services, Public Health Service, Office of Surgeon General; 2010. Hal 355-434. 27. Jonathan Myers. Cardiology Patient page: exercise and cardiovascular health. Circulation. 2003; 107: e2-e5. doi: 10.1161/01.CIR.0000048890. 59383.8D. Tersedia pada: http://circ.ahajournals.org/content/107/1/e2.full 28. Frederick JS, Richard NM. Robbins buku ajar patologi volume 2: pembuluh darah. Edisi 7. Jakarta: EGC; 2012. Hal 365-382. 60 29. Kumar A, Cannon CP. Acute coronary syndromes: diagnosis and management, Part I. Mayo Clinic Proceedings 2009;84(10):917-938. 30. Fihn SD, dkk. 2012 ACCF/AHA/ACP/AATS/PCNA/SCAI/STS guideline for the diagnosis and management of patients with stable ischemic heart disease: a report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines, and the American College of Physicians, American Association for Thoracic Surgery, Preventive Cardiovascular Nurses Association, Society for Cardiovascular Angiography and Interventions, and Society of Thoracic Surgeons. Circulation. 2012;126:e354–e471. 31. de Ruijter Wouter, dkk. Use of Framingham risk score and new biomarkers to predict cardiovascular mortality in older people: population based observational cohort study. BMJ. 2009; 338:a3083. 32. National Heart, lung, and blood institute. Risk Assessment Tool for estimating your 10-year risk of having a heart attack. Nov 2014 [diakses pada 2 Jan 2015]. Tersedia pada: http://cvdrisk.nhlbi.nih.gov 33. Sari DH, David SK, Heather R, John G, Richard JC. Mental stress and coronary artery disease: a multidisciplinary guide. Progress in Cardiovascular disease. 2006; 49(2):106-122. 34. Ralph S, RS Williams. Prospective medicine: the next health care transformation. Acad Med. 2003;78:1079-1084. 35. Physical activity guidelines for Americans. United States: Departemet of Health and Human Services; 2008. Hal 1-6. 36. M Sopiyudin D. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan multivariat, dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika; 2009. Hal 18-20. 37. P Natarajan, Kausik KR, Christopher PC. High-density lipoprotein and coronary heart disease: current and future therapies. Journal of the American College of Cardiology. Doi:10.1016/j/jack.2010.01.008 30 Maret 2010; 55(13):1283-99. 61 38. Amelia F, Mahalul A. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit jantungn koroner pada usia dewasa madya (41-60 tahun) (studi kasus di RS umum daerah kota Semarang). UJPH. 2015; 4(2): 117-123. 39. Fadma Y, Fadil O, Detty I. Hubungan berbagai faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada penderita diabetes mellitus tipe 2 [Artikel penelitian]. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;3(1):37-40. Tersedia pada: http://jurnal.fk.unand.ac.id 40. IGPS Aryana, RA Tuty K, K Suastika, A Santoso. Korelasi antara obesitas sentrak dengan adiponektin pada lansia dengan penyakit jantung koroner. J Peny Dalam. 2 Mei 2011; 12(2): 81-86. 41. Andi AF. Analisis faktor risiko penyakit jantung koroner pada usia muda di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Samarinda: Universitas Mulawarman; 2014. 42. Gholamreza Y, dkk. Applying the Framingham risk score for prediction of metabolic syndrome: the Kerman coronary artery disease risk study, Iran. ARYA Atheroscler 2015; 11(3): 179-185. 43. Chia YC, dkk. Validation of the Framingham general cardiovascular risk score in a multiethnic Asian population: a retrospective cohort study. BMJ Open 2015;5: e007324. doi:10.1136/bmjopen-2014- 007324. 44. Yusnidar. Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner pada wanita usia > 45 tahun (studi kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang) [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007. Lampiran 1. Surat permohonan komite etik 62 Lampiran 2. Surat tanda terima komite etik 63 Lampiran 3. Lembar surat persetujuan responden KUESIONER PENELITIAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYARAKAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 SURAT PERSETUJUAN PARTISIPAN Assalamualaikum Wr.Wb. Saat ini, kami mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Dokter dalam Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah sedang melakukan penelitian sebagai salah satu syarat menjadi sarjana kedokteran. Penelitian ini tentang penilaian faktor risiko terhadap penyakit usia lanjut yaitu penyakit jantung koroner. Pada penelitian ini kami akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang riwayat kesehatan Bapak/Ibu dan keluarga. Setelah itu kami akan melakukan pemeriksaan berupa berat badan, tinggi badan, gula darah puasa, kolesterol, dan tekanan darah. Dengan surat ini, kami meminta persetujuan Bapak/Ibu untuk menjadi partisipan penelitian kami. Data dari Bapak/Ibu hanya akan kami gunakan sebagai bahan penelitian dan akan kami rahasiakan. Atas pengertian dan pertisipasinya kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb. Jakarta, 28 April 2015 Mengetahui, Melia Fatrani Rufaidah 1112103000066 64 65 (lanjutan) LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : _____________________________ Usia : ___________ tahun Alamat : _____________________________ No. Hp : _____________________________ Dengan ini menyetujui menjadi partisipan dalam penelitian oleh mahasiswa/I Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Segala hal yang menyangkut kerahasiaan tentang partisipan akan terjaga dengan baik oleh peneliti. Buaran, .… Mei 2015 (___________________) Partisipan Lampiran 4. Framingham Risk Score 66 Lampiran 5. Kuesioner KUESIONER PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYARAKAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 Silakan isi pada titik-titik yang tersedia dan centang pada pilihan yang sesuai A. IDENTITAS RESPONDEN NO. VARIABEL A01 Nama A02 Usia A03 Jenis Kelamin A04 Pekerjaan HASIL INDIKATOR ..................................................................................... o 30 - 34 tahun o 35 - 39 tahun o 40 - 44 tahun o 45 - 49 tahun o 50 – 54 tahun o Perempuan o Laki – laki ........ tahun o PNS o Wiraswasta o Karyawan o Honorer o Tidak sekolah A05 Pendidikan Terakhir o SD o SMP o SMA 67 o 55 - 59 tahun o 60 - 64 tahun o 65 - 69 tahun o 70 – 74 tahun o >75 tahun o TNI/ABRI/ POLISI o Satpam o Ibu Rumah Tangga o Lainnya .......... o Sempat/sedang kuliah o Diploma o Sarjana o Pascasarjana 68 (lanjutan) B. RIWAYAT KESEHATAN PRIBADI NO. Pertanyaan Jawaban Tekanan darah saya biasanya sebesar ........ mmHg B02 Berapa tekanan darah Anda biasanya? o Kurang dari 120/80 mmHg o (120-129) / (80-84) mmHg o (130-139) / (85-89) mmHg o (140-159) / (90-99) mmHg o 160/100 mmHg atau lebih o Tidak tahu o Tidak, saya tidak pernah minum obat darah tinggi B03 Apakah Anda pernah meminum obat darah tinggi? o Tidak tahu o Ya, saya pernah minum obat darah tinggi. Nama obatnya adalah .................................... Jika Anda menjawab “Tidak” atau “Tidak Tahu” pada B03 maka lanjut ke B06; Jika Anda menjawab “Ya” lanjut ke “B04” o Ya, B04 Apakah anda meminum obat darah tinggi tersebut secara rutin/teratur? B05 Apakah anda masih meminum obat darah tingginya? saya minum obat darah tingginya secara rutin/teratur o Tidak, saya meminum obat darah tingginya tidak secara rutin/teratur o Ya, saya masih meminum obat darah tinggi o Tidak, saya sudah berhenti o Tidak tahu o Gula darah tanpa saya puasa terlebih dahulu biasanya sebesar ........ mg/dL B06 Berapa kadar gula darah Anda biasanya? o Gula darah setelah saya berpuasa 8 sampai 10 jam biasanya sebesar .......... mg/dL o Gula darah setelah saya berpuasa 8 sampai 10 jam kemudian diberi cairan gula kemudian puasa lagi selama 2 jam biasanya sebesar ...............mg/dL 69 (lanjutan) B07 Apakah Anda mempunyai penyakit diabetes / penyakit gula / kencing manis? B08 Apakah Anda meminum obat diabetes / penyakit gula / kencing manis secara rutin? o Tidak o Ragu-ragu / tidak tahu o Ya o Tidak, saya tidak meminum obat diabetes secara rutin o Ya, saya minum secara rutin o Kencing lebih sering dari biasanya, terutama malam hari o Rasa B09 Centanglah pilihan di samping jika Anda pernah merasakan gejala-gejala tersebut! (boleh centang lebih dari satu) haus lebih sering dari biasanya sehingga lebih banyak minum dari biasanya o Rasa lapar terus menerus sehingga makan lebih sering dan lebih banyak dari biasanya o Berat badan menurun drastis tanpa sebab yang jelas o Saya tidak tahu / belum pernah diperiksa B10 Berapa kadar kolesterol total Anda biasanya? o Kurang dari 160 mg/dl o 160-199 mg/dl o 200-239 mg/dl o 240- 279 mg/dl o 280 mg/dl atau lebih o Saya tidak tahu / belum pernah diperiksa B11 Berapa kadar kolesterol-HDL Anda biasanya? o Kurang dari 35 mg/dl o 35 – 44 mg/dl o 45 – 49 mg/dl o 50 – 59 mg/dl o 60 mg/dl atau lebih 70 (lanjutan) C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA C01 C02 Apakah ada anggota keluarga Anda yang pernah mempunyai penyakit tekanan darah tinggi/hipertensi? (Boleh isi lebih dari satu) Apakah ada anggota keluarga Anda yang memiliki riwayat penyakit jantung (serangan jantung, gagal jantung, angina duduk) sebelum usia 60 tahun? o Tidak ada o Saya tidak o Ibu o Anak o Saudara yakin / tidak tahu Kandung o Ya, ada : o Ayah o Lainnya o Tidak ada o Ya, ada,yaitu : o Ayah o Ibu o Anak o Saudara ................ kandung D. KEBIASAAN o Saya bukan perokok (bila merokok kurang dari 100 rokok dan tidak merokok dalam 1 bulan terakhir) D01 Apakah Anda seorang perokok? o Saya sedang mencoba untuk berhenti merokok (bila merokok lebih dari 100 rokok tetapi sudah tidak merokok dalam 1 bulan terakhir) o Ya, saya seorang perokok (bila merokok lebih dari 100 rokok dan tetap merokok dalam 1 bulan terakhir) Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan Kegiatan Fisik Berat? D02 (Yaitu kegiatan yang membuat otot Anda bekerja kuat dan membuat Anda sulit bernapas. Contoh: lari, bersepeda, panjat tebing, berenang dengan cepat, tenis, bulu tangkis, lompat tali, bermain bola, berkebun berat (menggali misalnya), mengangkat barang berat, yoga) o .......... hari dalam 1 minggu o Saya biasanya tidak melakukan kegiatan fisik berat sama sekali dalam 1 minggu 71 (lanjutan) Jika ada kegiatan fisik berat yang Anda lakukan dalam 1 minggu, lanjut ke D03 ; Jika tidak ada lanjut ke D04 D03 berapa lama Anda melakukan Kegiatan Fisik Berat biasanya dalam satu hari? o .................. jam / hari Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan Kegiatan Fisik Sedang? (Yaitu kegiatan yang membuat otot Anda bekerja tidak terlalu kuat dan membuat D04 Anda bernapas cukup sulit. Contoh: berjalan, berjalan cepat, menari, berenang dengan santai, berkebun ringan seperti menyiram tanaman, menyapu, mengepel, o ........... hari dalam 1 minggu o Saya biasanya tidak melakukan kegiatan fisik sedang sama sekali dalam 1 minggu memasak, menjemur, naik turun tangga) Jika ada kegiatan fisik sedang yang Anda lakukan dalam 1 minggu, lanjut ke D05; Jika tidak ada maka Anda telah selesai mengisi kuesioner ini. D05 Berapa lama Anda melakukan Kegiatan fisik sedang biasanya dalam satu hari? o .................. hari jam / 72 (lanjutan) LEMBAR PENGUKURAN (diisi oleh peneliti) NO. E01 VARIABEL HASIL INDIKATOR Berat Badan (BB) BB = ............. TB = .................. cm Tinggi Badan (TB) kg o 18,5 – 22,9 o 23,0 – 24,9 o 25,0 – 29,9 o 30,0 atau lebih IMT= ............. E02 Indeks Massa Tubuh (IMT) LP = ... … cm E03 Jika Jika responden responden laki-laki: perempuan: o < 90 cm o < 80 cm o 90 – 98 o 80 – 88 Lingkar Perut (LP) cm Hasil (dalam o > 98 cm o > 88 cm o kurang dari 120/80 mmHg) mmHg o Pengukuran 1: E04 ......... o Pengukuran 2: o Tekanan Darah ......... Rata-rata: ......... cm o (120-129) / (80-84) mmHg (130-139) / (85-89) mmHg (140-159) / (90-99) mmHg 160/100 mmHg atau lebih 73 (lanjutan) o Kurang E06 Gula Darah Puasa (GDP) mg/dl Kolesterol Kadar 110 mg/dl GDP = ........... Kadar E07 dari kolesterol Total = Total .............. mg/dl TERIMA KASIH o 110-125 mg/dl o 126 mg/dl atau lebih o Kurang dari 160 mg/dl o 160-199 mg/dl o 200-239 mg/dl o 240- 279 mg/dl o 280 mg/dl atau lebih Lampiran 6. Hasil uji validitas dan reliabilitas 1. Uji validitias item kuesioner Correlations total TD Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Minum ODT Pearson Correlation N Pearson Correlation N Pearson Correlation N Pearson Correlation N Pearson Correlation N Pearson Correlation N ** .787 .000 ** .756 .000 ** .756 .000 Pearson Correlation .222 Sig. (2-tailed) .238 30 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N HDL .000 30 N Kolesterol ** .750 30 Sig. (2-tailed) Gejala .000 30 Sig. (2-tailed) OAD ** .625 30 Sig. (2-tailed) DM .001 30 Sig. (2-tailed) Gula ** .596 30 Sig. (2-tailed) Masih ODT .000 30 Sig. (2-tailed) ODT Rutin ** .708 ** .709 .000 30 * Pearson Correlation .409 Sig. (2-tailed) .025 N 30 74 75 (lanjutan) Keluarga HT Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Keluarga Jantung Sig. (2-tailed) .196 .091 Sig. (2-tailed) .634 30 Pearson Correlation .192 Sig. (2-tailed) .309 30 Pearson Correlation .221 Sig. (2-tailed) .240 N total 30 Pearson Correlation N KFS 30 .243 N KFB .001 Pearson Correlation N Perokok ** .570 Pearson Correlation 30 1 Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Keterangan: ODT: obat darah tinggi KFB: Kegiatan fisik berat KFS: kegiatan fisik ringan 30 76 (lanjutan) 2. Uji validitas item pemeriksaan 3. Uji reliabilitas item kuesioner Lampiran 7. Hasil uji statistik ANALISIS UNIVARIAT 1. Sebaran karakteristik responden 2. Sebaran faktor risiko responden 77 78 (lanjutan) 79 (lanjutan) 3. Tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun ANALISIS BIVARIAT 1. Hubungan sebaran karakteristik responden dengan tingkatan risiko 80 (lanjutan) 81 (lanjutan) 2. Hubungan faktor risiko dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun 82 (lanjutan) 83 (lanjutan) Lampiran 8. Dokumentasi 1. Pengecekan kuesioner, registrasi, dan pengukuran antropometri 2. Pemeriksaan gula darah dan kolesterol 84 3. Pemeriksaan nadi dan tekanan darah Lampiran 9. Daftar riwayat hidup DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Melia Fatrani Rufaidah Tempat, tanggal lahir : Ambon, 19 Mei 1995 Alamat : Kota Deltamas, Cluster Pasadena blok 2, C-10, Cikarang Pusat No. HP : 085714875752 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan 1. TK Widuri Sumedang (1999-2000) 2. SDN 1 Namlea, Pulau Buru (2000-2006) 3. SMPN 2 Sumedang (2006-2009) 4. SMAN 1 Sumedang (2009-2012) 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-Sekarang) 85