BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut merupakan tempat berkumpulnya bakteri. Rongga mulut dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam menimbulkan bakteremia. Pada keadaan penurunan imunitas, bakteri rongga mulut yang semula komensal dapat berubah menjadi pathogen sehingga dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik. Bakteri yang biasanya terdapat dalam mulut diantaranya adalah Streptococcus mutans, Streptococcus viridians, Staphylococcus aureus epidermidis, Staphylococcus pneumonia, dan Staphylococcus aureus.1 Staphylococcus aureus sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia, namun kuman ini juga dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan.2 Staphylocossus aureus dikenal sebagai mikroorganisme pathogen yang dihubungkan dengan berbagai sindrom klinis. Bakteri ini merupakan bakteri pathogen utama pada manusia yang menyebabkan berbagai penyakit secara luas yang berhubungan dengan toxic schock syndrome sebagai akibat dari keracunan pangan. Selain terdapat di dalam mulut, Staphylococcus aureus juga dapat menginfeksi jaringan atau alat tubuh lain yang menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas seperti nekrosis, peradangan dan pembentukan abses. Kuman ini juga dapat menyebabkan terjadinya septikemia, endokarditis, abses serebri, sepsis 1 purpuralis, dan pneumonia. Oleh karena itu, penemuan bahan yang dapat membantu mengatasi kuman ini akan memberikan upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat.2 Indonesia adalah salah satu negara berkembang, sekarang sejak ditemukannya antibiotika yang dijuluki obat dewa sekitar 70 tahun yang lalu, banyak cara pengobatan alamiah yang terbukti sangat ampuh dalam mengatasi masalah kesehatan menjadi terlupakan. Salah satunya adalah air perak yang sudah di kenal sebagai pembunuh bakteri sejak ribuan tahun lalu. Sejarah telah membuktikan kehebatan logam perak yaitu, perak dijadikan wadah oleh orang jaman dahulu untuk menaruh anggur sehingga tidak mudah rusak, orang Romawi menaruh koin perak ke dalam wadah penyimpanan susu agar tidak mudah basi, raja Tiongkok menggunakan sumpit perak dengan tujuan apabila makanannya diberi racun maka dapat dinetralisir, perak merupakan satu-satunya logam yang tidak mengandung racun. Perak merupakan antibiotik alami yang sangat kuat yang sudah digunakan selama ribuan tahun. Dalam beberapa dekade terakhir ini, kalangan medis melihat adanya suatu hubungan antara perak dengan sistem kekebalan tubuh alami manusia. Kemudian dibentuklah suatu produk yang mengandung bahan dasar air perak dengan merek dagang Ionic Silver GT. Ionic silver GT ini membunuh bakteri pathogen dengan melakukan penetrasi ke dalam membran sel bakteri. Dengan ukurannya yang sangat kecil (nano partikel), penetrasi dari ionic silver 2 GT dapat merubah integritas membran sel, mengubah ikatan esensial protein dan DNA pada bakteri sehingga menjadi tidak stabil. Adanya sifat antibakteri yang terdapat dalam produk Ionic silver GT yang berbahan utama air yang mengandung perak ini membuat penulis ingin membuktikan bagaimana daya hambat air perak tersebut terhadap bakteri yang sering menimbulkan infeksi dalam rongga mulut bahkan bisa mengakibatkan sariawan serta bisa menginfeksi jaringan tubuh yang lainnya yaitu Staphylococcus aureus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini yaitu apakah ada daya hambat dari produk Ionic silver GT yang mengandung bahan dasar air perak dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dalam berbagai konsentrasi. C. Hipotesa Penelitian Produk Ionic silver GT yang mengandung bahan dasar air perak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat dari air perak dalam produk Ionic silver GT dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 3 E. Manfaat Penelitian Kandungan dari perak mempunyai kemampuan untuk menghambat bakteri Staphylococcus aureus, maka diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pemanfaatan dari perak dalam kedokteran gigi. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Ionic Silver GT II.1.1 Tinjauan Umum Ionic Silver GT Ag+ Ionic silver water adalah air murni destilasi yang telah di proses secara elektrolisis dengan zat perak (Ag) berkadar kemurnian 99,99% ion atau atom perak murni yang mengandung muatan listrik positif adalah unsur aktif. Satu-satunya produk alami yang dapat membasmi 650 jenis phatogen yang merugikan dalam waktu 6 menit. Ionic silver GT terbuat dari air murni (air suling) dan mengandung ion perak oligodinamic Ag+, serta tidak mengandung alkohol dan bahkan kimia lainnya yang membahayakan kesehatan.3 II.I.2 Kandungan Ionic Silver GT Bahan utama dari Ionic Silver GT yaitu perak. Koloid perak adalah perak dari kemurnian 99,99% yang dilebur dari air suling atau air yang di murnikan setelah elektrolisis dalam air suling menjadi partikel-partikel dasar dengan diameter micron 005-,15, ukuran optimal bagi tubuh untuk menyerapnya. Menurut banyak penelitian oleh para ilmuan, terungkap bahwa metode yang paling efektif menggunakan perak bagi tubuh manusia adalah 5 colloidize sebagai ion (Ag+). Koloid perak adalah ion perak (Ag+) dalam air suling meleleh.4 Secara khusus, koloid perak tumbuh lebih popular karena tidak seperti Melatonin atau DHEA, bahan ini dapat dengan mudah dibuat dirumah oleh siapapun. Kuman yang resisten antibiotik yang pada umumnya dalam tubuh manusia dan menyebabkan penyakit yang sangat menular. Air perak untuk mensterilkan setidaknya 650 kuman yang berbeda. Berbeda dengan antibiotik. Air perak dibuat dengan sejumlah kecil mineral dan air suling, dan sangat aman untuk dapat digunakan pada anak-anak. Air perak juga tidak memiliki pembatasan seperti antibiotik yang diresepkan oleh apotek. Dengan kata lain tidak memiliki efek samping.4 Partikel koloid perak menembus ke dalam sel dan mencegah fungsi enzim yang diperlukan untuk bakteri, virus, jamur dan akhirnya membunuh mereka. Antibiotik hanya efektif untuk 12 macam bakteri paling banyak, dan menghasilkan efek samping. Namun koloid perak dapat mensterilkan sekitar 650 berbagai jenis kuman termasuk virus yang tidak terpengaruh oleh antibiotik dan tidak memiliki efek samping.4 Dijelaskan bahwa ion perak dapat membunuh 650 penyakit. Kuman yang tahan terhadap antibiotik gagal untuk berkembang. Selain itu, perak hampir tidak beracun. Koloid perak sangat efektif dalam merawat penyakit periodontal. juga menjadi salah satu yang paling universal zat antibiotik. Perak telah di buktikan efektif untuk melawan ratusan jenis infeksi dan saat 6 ini jumlah ahli kesehatan dan individu yang berhasil memanfaatkan koloid perak untuk mengurangi penyakit menular yang berkepanjangan yang sedang berkembang.4 II.I.3 Manfaat Ionic Silver GT (Air Perak) Penggunaan perak secara klinis umumnya sebagai pembunuh kuman dan untuk perawatan luka bakar baik pada manusia maupun pada hewan. Selain itu Ionic silver GT mempunyai manfaat dapat menyembuhkan sakit gigi, amandel, sariawan, bau mulut, bau badan, diare, radang usus, radang paru-paru, radang tenggorokan, typus, herpes, alergi, batuk disertai pilek dan flu, infeksi mata, infeksi kulit, prostat, demam berdarah, keputihan, jerawat, sinusitis, sipilis, hepatitis C, AIDS/HIV, kanker, tumor, kista, katarak, keracunan, asma, flu babi dan lain sebagainya. Jika ionic silver GT ini digunakan dalam waktu yang panjang, tidak mengalami efek samping. Kerja dari Ionic silver GT tersebut sangat efektif terhadap semua virus, bakteri dan jamur.5,6 Sebelum penemuan antibiotik, ahli bedah biasanya menjahit luka bekas pembedahan menggunakan benang tenun dengan bahan perak. Mereka percaya bahwa perak bisa mencegah infeksi. Hal itu dikarenakan perak terdiri dari ribuan ion-ion yang dapat mencegah penyebaran bakteri, virus dan jamur dengan cara memasuki sel dan menonaktifkan protein. Dengan demikian, 7 mikroba tidak bisa berkembangbiak dan mati akan mencegah terjadinya penyebaran infeksi.6 Penelitian oleh dr. Robert O. becker, menunjukkan bahwa tes laboratorium yang dilakukan menggunakan perak terhadap sel kanker kembali normal. Menggunakan perak pada tubuh terhadap penyakit sistem kekebalan berfungssi dengan baik, luka bakar, jaringan lunak dan mempercepat perbaikan tulang dan pembentukan sel-sel baru dan dapat memperbaiki hamper setiap bagian dari tubuh, pengurangan peradangan dan antibakterial, kuman, dan keracunan.7 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perak merupakan antimikroba kuat yg tidak menimbulkan iritasi dan tidak beracun," kata Valerie Edwards Jones dari Manchester Metropolitan University.14 Koloid perak dan aman dapat melindungi diri dari infeksi topikal dan dapat digunakan untuk melawan infeksi jamur kulit atau kuku. Hal ini dapat juga digunakan pada sakit gigi dan luka pada bagian mukosa antara lain sariawan dan xerostomia serta dapat juga digunakan sebagai obat kumur untuk melawan kerusakan gigi dan bau mulut.6 II.I.4 Cara Kerja Ionic Siver GT sebagai Antimikroba Perak akan membantu sel T untuk melawan mikroorganisme asing yang ada didalam darah, membentuk sistem imun sekunder dengan cara ikut dalam membunuh bakteri yang merugikan bagi sel. Oligodynamic Ag+ akan 8 melakukan penetrasi kedalam membran sel bakteri dan dikarenakan ukurannya yang sangat kecil (nano partikel) penetrasi dari ologodynamic Ag+ dapat mengubah integrasi membran sel, ikatan esensial protein dan DNA pada mikroorganisme sehingga menjadi tidak stabil dan metabolisme sel mulai mengalami proses kehancuran dimana reaksi enzim esensial yang mengatur kehidupan sel mikroorganisme menjadi lumpuh dan menyebabkan mikroorganisme tidak bisa membela diri dan sel-sel imun tubuh menjalankan fungsi fagositasnya dengan menelan dan menghancurkan mikroorganisme.5 II.2 Staphylococcus aureus (S. aureus) II.2.1 Definisi Umum Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah anggur dan kokus yang berarti benih bulat. Kuman ini sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan. Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, golongan lainnya menyebabkan pernanahan, abses berbagai infeksi piogen, dan bahkan septicemia yang fatal. Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang sulit.8 9 Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies. Tiga spesies utama yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bentuk koagulasi positif, hal ini membedakannya dengan spesies lain. Staphylococcus aureus merupakan pathogen utama bagi manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa tipe infeksi S. aureus sepanjang hidupnya, bervariasi dalam beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan, sampai infeksi berat yang mengancam jiwa.8 Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon, adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang.9 Infeksi Staphylococcus aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritis. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkan 10 katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebakan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat.9 II.2.2 Klasifikasi Staphylococcus aureus Dari Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus yaitu : Domain : Bacteria Kerajaan : Eubacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : S. aureus Nama binomial : Staphylococcus aureus 11 Gambar Staphylococcus aureus Dari “queen’s of sheeba’s weblog II.2.3 Karakteristik dan Morfologi Bakteri ini berbentuk sferis, bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman antara 0,81,0 mikron. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri, berpasangan, berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek. Susunan gerombolan yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat, sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai pendek.10 Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora. Akibat pengaruh beberapa zat kimia, misalnya penicillin, Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas). Protoplas ini bisa berubah kembali menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu. Staphylococcus tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin.10 Sifat biakan Staphylococcus : Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada keadaan aerobik atau microaerofilik. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu 37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20- 12 25 C). Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat, licin, cembung, dan mengkilat. Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai kuning tua keemasan. Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair (Btooks et al,1996).10 Sifat pertumbuhan : Staphylococcus aureus menghasilkan katalase, yang membedakannya dengan Strepcoccus. Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat, menghasilkan asam laktat, tetapi tidak menghasikan gas.10 II.2.4 Stuktur Antigen Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptodoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunitsubunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton yang kaku pada dinding sel. Peptodoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lizozim. Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi. Zat ini menyebabkan monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik, dan zat ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit polimorfonuklir, mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin, menghasilkan fenomena Shwartzman local, dan mengaktifkan komplemen.8 Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat, berkaitan dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic. Antibodi 13 antiteikoat, yang dapat diteksi dengan difusi gel, dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif yang disebabkan S. aureus. Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain Staphylococcus aureus yang terikat pada bagian Fc molekul IgG, kecuali IgG3. Bagian Fab pada IgC yang terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai antigen itu (koaglutinasi).8 Beberapa strain Staphylococcus aureus mempunyai sampai yang dapat menghambat fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir, kecuali kalau ada antibody spesifik. Kebanyakan strain S. aureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal, pada permukaan dinding sel, koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen, sehingga bakteri beragregasi.8 II.2.5 Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus Mekanisme dari Staphylococcus aureus dalam menyebabkan penyakit merupakan multifaktor, melibatkan toksin, enzim, dan komponen seluler. Patogenitasnya merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya. Kuman phatogen (S. aureus) bersifat invasive, penyebab hemolisis, membentuk koagulase, mencairkan gelatin, membentuk pigmen kuning emas dan meragi manitol.10 Faktor-faktor itu antara lain : 14 1. Enterotoxin A, B, C, D, E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut yang dihubungkan dengan racun pada makanan. Enterotoksin resisten pada enzim dalam traktus gastrointestinal. 2. Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritter’s disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang tua. Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis pada lapisan glanuler. Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki penurunan mukopurulen mata. Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema multiforme atau nekrolisis epidermal toksik, yang dapat diobati dengan kortikosteroid. Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.meskipun angka kematian rendah pada anak dengan keadaan ini, kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan dalam diagnosis.11 3. Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T pada manusia. Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar 1/1.000.000 sel T. intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi interleukin-1 dan 2, faktor nekrosis tumor dan interferon. TSS adalah gen yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock. 15 4. Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam konsentrasi yang rendah. Alpha toxin menghemolisis sel darah merah, menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit. 5. Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit demi sedikit. 6. Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin. Dalam proses ini koagulase melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan antibiotik. Selain itu, koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik pada serum normal manusia. Sementara koagulase negative Staphylococcus tidak. 7. Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi opsonisasi dari mediasi antibody. 8. Kapsul. Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah bercampur dengan fagositosis. Infeksi Staphylococcal pada manusia sudah sering terjadi, tetapi pada umumnya sisanya dilokalisir pada pintu gerbang masuk pelalui pertahanan normal tubuh manusia. Pintu gerbang bisa seperti kantung (rambut), tetapi pada umumnya berupa penerobosan pada kulit melalui jarum suntik atau luka yang berhubungan. Pintu gerbang yang lain adalah yang berhubungan dengan pernapasan. Staphylococcal radang paru-paru adalah satu komplikasi influenza yang sering terjadi. Bagian tubuh yang dilokalisir menanggapi 16 sampai infeksi Staphylococcal terjadi luka yang ditandai oleh meningkatnya suhu di area tersebut, bengkak, akumulasi nanah dan nekrosis dari jaringan. Di area sekitar terjadinya luka, satu gumpal fibrin akan terbentuk, memagari bakteri dan leukocytes sebagai karakteristik nanah yang mengisi bisul. Infeksi yang lebih serius pada kulit yang bisa terjadi seperti impetigo atau furunkelfurunkel. Infeksi yang dilokalisir pada tulang disebut osteomyelitis. Akibat yang ditimbulkan secara serius dari infeksi Staphylococcal terjadi bila bakteri masuk ke dalam aliran darah. Keracunan darah akan berakibat fatal, bakteremia bisa mengakibatkan bisul-bisul internal yang lain, luka-luka kulit, atau infeksi di dalam paru-paru, ginjal, jantung, otot rangka skeleton atau meninges.12 II.2.6 Penyakit-Penyakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut : 1. Infeksi Superficial Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi Staphylococcus aureus yang paling sering ditemukan. Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah pembentukan nanah yang banyak, nekrosis jaringan setempat dan pembentukan abses yang penuh nanah. 2. Infeksi jaringan yang dalam 17 Osteomyelitis, Staphylococcus aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab osteomyelitis, terutama pada anak-anak. Mikroba ini biasanya sampai ke tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat lain. Pneumonia, sering disertai terjadinya abses paru-paru, umumnya penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah. Biasanya terjadi sebagai komplikasi virus influensa, setelah penderita menghirup benda asing. Endokarditis akut, yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang berkembang biak pada katup jantung. Hal ini biasanya terjadi pada pemakaian narkoba secara intravenous, atau setelah operasi katup jantung. Arthritis, bakteremia, septicemia, dan abses organ dalam, misalnya abses otak, ginjal, paru-paru biasa disebabkan oleh S. aureus, S. epidermis, S. aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih dan bakteremia. 3. Penyakit-penyakit akibat toxin Staphylococcus Scalded skin syndrome, satu manifestasi kulit dari strain Staphulococcus aureus yang menghasilkan toxin ekfoliatif. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak balita. Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi. 18 Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare, yang terjadi 1-5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi. Gejala ini disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang tahan panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung. Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan menyebabkan kematian. Definisi kasus mencakup demam, eritema makula difus, dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem organ. Muntah dan diare muncul pada saat sakit. Diare sekresi dan berlimpah, dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS, tetapi jarang pada pasien anti syok. Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi awal dari penyakit. Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam individu yang sebelumnya sehat dari segala usia. Hai ini terutama terjadi pada pasien pascaoperasi, terutama setelah operasi hidung, karena ini merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan Staphylococcus aureus akhir-onset temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah, desquamation dari jari tangan dan kaki, dan telogen effluvium.11 19 II.2.7 Peran Staphylococcus aureus sebagai penyebab infeksi dalam Rongga Mulut Infeksi Staphylocuccus aureus adalah infeksi-infeksi yang disebabkan oleh bakteri-bakteri Gram positif Staphylococcus aureus. Biasanya infeksi Staphylococcus aureus menyebabkan terbentuknya suatu kantung berisi nanah, yaitu abses dan bisul. Staphylococcus aureus dapat menyebar melalui pembuluh darah dan menyebabkan abses pada organ seperti paru-paru, tulang (osteomyelitis) dan lapisan dalam yang dibersihkan akan mengakibatkan infeksi lebih lanjut.13 Kebanyakan infeksi yang berasal dari rongga mulut bersifat campuran (polimikrobal), biasanya terdiri dari dua kelompok mikroorganisme atau lebih. Karena flora normal dalam mulut terdiri dari kuman Gram-positif dan aerob serta anaerob Gram-negatif maka yang menyebakan infeksi tentu saja kuman tersebut. Apabila mikroba anaerob terlibat dalam suatu infeksi polimikrobial atau campuran, pengaruh dari organisme lain akan meningkat. Mikroba anaerob cenderung menghambat fagositosis aerob, padahal aerob mengkonsumsi oksigen sehingga mendukung pertumbuhan mikroorganisme anaerob. Secara umum biasanya diasumsikan bahwa infeksi mulut disebabkan oleh Streptococcus dan Staphylococcus. Serta mikroorganisme Gram negatif yang terbentuk batang dan anaerob.13 Walaupun rongga mulut merupakan tempat berkumpulnya berbagai mikroba yang kebanyakan merupakan mikroorganisme nonpatogen, 20 mengidentifikasi adanya Staphylococcus aureus juga merupakan hal yang menarik. Staphylococcus aureus dikenal sebagai mikroorganisme phatogen yang dihubungkan dengan berbagai syndrome klinis. Terkecuali pada angular celitis dan parotis, efek phatogen mikroorganisme ini pada daerah orofacial ternyata belum dipahami. Bakteri ini biasanya diketahui berkolonisasi sementara dalam rongga mulut dan jarang diketahui sebagai specimen klinis.13 Perubahan pada mikrobiota oral dapat menyebabkan beberapa alasan. Seorang dengan penyakit periodontal menunjukkan kemungkinan terdapatnya bakteri oportunistik ini dalam rongga mulut. Penggunaan antibiotik pada penyakit periodontal atau penyakit infeksi lainnya menyebabkan kecenderungan pertambahan jumlah Staphylococcus sp pada rongga mulut. Mikroorganisme ini mudah resisten terhadap antiniotik dan dapat menyebabkan super infeksi. Pernanahan fokal (abses) adalah sifat khas infeksi Staphylococcus. Dari setiap fokus, organisme menyebar melalui saluran getah benih ke bagian tubuh lainnya. Pernanahan dalam vena, yang disertai thrombosis, sering terjadi pada penyebaran tersebut. Reaksi peradangan berlangsung hebat, terlokalisasi dan nyeri yang mengalami pernanahan sentral dan cepat sembuh bila nanah dikeluarkan. Dinding fibrin dan sel-sel disekitar inti abses cenderung mencegah penyebaran organisme dan sebaiknya tidak dirusak oleh manipulasi atau trauma.13 Sinusitis juga merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. Kuman penyebabnya adalah Streptococcus pneumonia, 21 Hemophilus influenza, Streptococcus viridians, Staphylococcus aureus dan Branchamella catarhatis.15 22 II.3 Stomatitis II.3.1 Definisi Stomatitis adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, yang biasanya melibatkan pipi, gusi, lidah, bibir, kerongkongan dan bagian atas atau bawah mulut. Kata “stomatitis” secara harfiah berarti radang pada mulut. Radang ini bisa disebabkan oleh kondisi-kondisi dalam mulut itu sendiri, seperti kesehatan mulut yang buruk, gigitiruan yang tidak terpasang dengan baik, atau akibat luka bakar mulut karena makanan atau minuman panas atau kondisi-kondisi yang mengenali seluruh tubuh, seperti pengobatan, reaksi alergi, terapi radiasi atau infeksi.19 Gambar sariawan Posted on Oktober 19, 2009 by Tim SIMRS Stomatitis biasanya merupakan kondisi yang nyeri, terkait dengan eritematosa (kemerahan), pembengkakan, dan terkadang perdarahan pada daerah yang terkena. Napas tidak sedap (halitosis) juga bisa menyertai 23 kondisi. Stomatitis mengenai semua kelompok usia, dari bayi sampai orang tua.19 II.3.2 Penyebab Stomatitis Beberapa faktor yang bisa menyebabkan stomatitis. Peralatan gigi yang tidak terpasang dengan baik, menggigit pipi, atau gigi yang miring bisa secara terus menerus mengiritasi struktur-struktur oral. Bernapas lewat mulut secara terus menerus yang disebabkan oleh penyumbatan saluran pernapasan hidung bisa menyebabkan kekeringan jaringan mulut, yang selanjutnya mengarah pada iritasi dan nyeri. Penyakit, seperti infeksi herpetic, gonorrhea, measles, leukemia, AIDS, dan kekurangan vitamin C bisa menunjukkan tanda-tanda oral. Penyakit sistemik lain yang terkait stomatitis mencakup penyakit usus inflammatory dan syndrome Behcet, sebuah gangguan multisystem inflamasi yang penyebabnya tidak diketahui.20,21,22 II.3.3 Diagnosis Stomatitis Diagnosis stomatitis bisa sulit ditegakkan. Riwayat seorang pasien bisa menunjukkan kekurangan makanan, sebuah penyakit sitemik. Atau kontak dengan material-material yang mengandung sebuah reaksi alergik. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi lesi-lesi oral dari masalah-masalah kulit lainnya. Uji-uji darah bisa dilakukan untuk menentukan apakah ada infeksi yang terjadi. Pengambilan sampel dalam rongga mulut bisa dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopik, atau kultur mulut bisa dilakukan 24 untuk menentukan apakah sebuah agen infeksi bisa menjadi penyebab masalah.23 II.3.4 Pengobatan Stomatitis Pengobatan stomatitis didasarkan pada masalah yang menyebabkannya. Pembersihan local dan kesehatan mulut yang baik sangat penting. Serpihanserpihan makanan dengan berujung tajam seperti kacang dan kerupuk kentang harus dihindari. Sikat gigi berbulu halus harus digunakan, gigi dan gusi harus disikat dengan hati-hati. Faktor-faktor local, seperti peralatan gigi yang tidak terpasang dengan baik atau gigi yang tajam, bisa dikoreksi oleh dokter gigi. Sebuah penyebab infeksi biasanya dirawat dengan obat. Masalah-masalah sistemik, seperti AIDS, leukemia dan anemia diobati oleh spesialis medis yang sesuai. Luka bakar mulut akibat minuman panas atau makanan panas biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu sepekan atau lebih.19 Sariawan juga dapat disembuhkan dengan obat dari luar seperti Albothyl. Albothyl adalah tergolong obat luar yang bekerja sebagai antiseptik (membunuh kuman dan mencegah infeksi), hemostatik (menghentikan perdarahan), dan astringent (menciutkan) dan menutup luka terbuka. Albothil juga dapat mengkoagulasi protein secara spesifik dalam jaringan yang terluka tanpa memberikan pengaruh buruk terhadap jaringan di sekitarnya yang masih sehat.24 25 Adapun manfaat lain dari albothyl yaitu : 1. Obat kumur pencegah sariawan dan bau mulut Albothil membunuh kuman penyebab sariawan dan bau mulut, menjaga kebersihan dan kesegaran mulut, gigi dan gusi, ditandai dengan rasa kesat, bersih, dan segar. 2. Sariawan (penyembuhan) Albothyl dapat menghilangkan rasa perih sariawan, menciutkan dan menutup luka sariawan dengan cepat tanpa mempengaruhi jaringan yang sehat di sekitarnya. 3. Sakit gigi Albothil segera menghilangkan rasa sakit gigi, menghentikan perdarahan setelah cabut gigi dan dapat membunuh kuman penyebab sakit gigi.24 Kandungan dari Albothil yaitu Polikresulen merupakan hasil kondensasi dari asam m-kresol sulfonat & formaldehida 3,6 mg/ml konsentrat; 90m/ovula; 18 mg/ml gel.24 II.3.5 Prognosis dan Pencegahan stomatitis Prognosis untuk penyembuhan stomatitis didasarkan pada penyebab masalah. Banyak faktor lokal yang bisa dimodifikasi, diobati atau dihindari. Penyebab infeksi dari stomatitis biasanya bisa ditangani oleh obat, atau jika disebabkan oleh obat tertentu, bisa diatasi dengan mengganti agen pemicu. Stomatitis yang disebabkan oleh pengiritasi local bisa dicegah melalui 26 kesehatan mulut yang baik, pemeriksaan regular ke dokter gigi, dan kebiasan makan dengan baik. Masalah-masalah dengan stomatitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik bisa diminimalisir dengan kesehatan mulut yang baik dan mengikuti terapi medis yang diresepkan dokter.23 II.3.6 Beberapa bakteri dan jamur yang ada di dalam stomatitis Mucositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistim imun yang menurun. Tidak hanya mulut itu sendiri yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya epitel oral sebagai suatu protektif barrier terjadi pada infeksi lokal dan menghasilkan jalan masuk bagi mikroorganisme pada sirkulasi sistemik. Ketika ketahanan mukosa terganggu, infeksi lokal dan sistemik dapat dihasilkan oleh indigenous flora seperti mikroorganisme nosokomial dan oportunistik. Ketika jumlah netrofil menurun sampai 1000/kubik/mm, insiden dan keparahan infeksi semakin meningkat. Pasien dengan neutropenia berkepanjangan berada pada resiko tinggi buat perkembangan komplikasi infeksi yang serius.22,25 Penggunaan antibiotik berkepanjangan pada penyakit neutropenia mengganggu flora mulut, menciptakan suatu lingkungan favorit buat jamur untuk berkembang yang dapat bereksaserbasi oleh terapi steroid secara bersamaan. Dreizen dan kawan-kawan melaporkan bahwa sekitar 70 % infeksi oral pada pasien dengan tumor solid disebabkan oleh Candida Albicans dan jamur lainnya, 20 % disusun oleh Herpex Simplex Virus (HSV) 27 dan sisanya disusun oleh bakteri bacillus gram negatif. Pada pasien dengan keganasan hematologik, 50 % infeksi oral akibat bakteri Candida Albicans, 25 % akibat HSV, dan 15 % oleh bakteri bacillus gram negatif. Dan termasuk juga bakteri Staphylococcus aureus. HSV merupakan gejala paling umum pada infeksi oral vital.22 . 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris B. Lokasi Penelitian Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin C. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2011 D. Alat dan Bahan penelitian : 1) Alat : a. Pisau b. Cawan petri c. Tabung reaksi d. Rak tabung reaksi e. Labu Erlenmeyer f. Autoclave g. Inkubator h. Jangka sorong i. Ose bulat 29 j. Pembakaran Bunsen k. Mikropipet l. Gelas ukur m. Timbangan analitik n. Pinset o. Batang pengaduk p. Lemari pendingin 2) Bahan : a. Bakteri Staphylococcus yang diisolasi dari pasien yang mengalami stomatitis b. Produk Ionic Silver GT yang bahan dasarnya air perak (air suling) c. NA (nutrient agar), BHIB (brain heart infusion broth), MSA (manitol sat agar), MHA (maller Hilton agar) merupakan media tumbuh padat Staphylococcus aureus d. Sarung tangan e. Masker f. Kertas label g. Aquades h. Spiritus i. Aluminium foil j. Albothyl 30 E. Definisi Operasional 1. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan isolasi yang telah di ambil dari penderita stomatitis. 2. Ionic Silver GT adalah suaru produk yang berbahan dasar air suling dan air perak 3. Daya hambat diketahui dari kadar hambat antimikroba kandungan utama dari produk Ionic silver GT yaitu air perak yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara nyata pada medium kultur setelah mengalami masa inkubasi. 4. Zona inhibisi adalah luas daerah bening pada biakan medium bakteri setelah diinkubasi yang diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong (mm). 5. Konsentrasi sampel adalah konsentrasi dari produk Ionic Silver GT yang dicampurkan dengan aquades. Konsentrasinya dibuat dalam 5 jenis yaitu 20%, 40%, 60%, 80%, 100%. 6. Medium adalah nutrient agar yang dibuat dari sediaan yang disediakan dari laboratorium ini digunakan sebagai media untuk melihat daya hambat bakteri. 31 F. Prosedur Penelitian : Secara keseluruhan prosedur kerja dalam penelitian ini terdiri dari : pengambilan sampel, sterilisasi alat, pembuatan medium, pemurnian Staphylococcus aureus, uji daya hambat dan pengamatan zona inhibisi. 1. Pengambilan Sampel Kuman diisolasi dari pasien yang mengalami stomatitis dengan menggunakan swab steril pada daerah yang mengalami infeksi. Swab yang mengandung kuman selanjutnya ditanam di BHIB (brain heart infusion broth) selama 1x24 jam/35 C 2. Sterilisasi Alat Sterelisasi alat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Tip mikropipet, sarung tangan dan gelas ukur masing-masing dibungkus dengan kertas lalu diikat dengan tali dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit. b) Labu Erlenmeyer diisi dengan aquades sebanyak 250 ml lalu ditutup dengan kapas yang dipadatkan sedemikian rupa dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit. c) Cawan petri, pinset, batang pengaduk dan tabung reaksi dibungkus dengan aluminium foil dan disterilkan menggunakan oven. 32 3. Pembuatan media kultur Medium BHIB (brain heart infusion broth) Komposisi untuk media NB sama dengan NA tetapi tidak memakai agar sebagai pemadat. Proses pembuatannya lebih sederhana, dengan melarutkan peptoneda n beef extract kemudian ditampung dalam labu Erlenmeyer atau tabung reaksi dan siap disterilisasi. Proses pembuatan ini tidak memerlukan panas, peptone dan beef extract akan mudah larut sempurna pada air suhukamar jika diaduk. Medium NA (nutrient agar) Komposisi (g/I) Peptone from meat 5g Meat extract 3g Agar 12 g Medium MSA (manitol salt agar) Komposisi : Bacto ekstract daging sapi 1g Proteosa pepton 10 g NaCl 7,5 g Manitol 10 g Bacto agar 15 g 33 Bacto merah fenol 0,025 g Air suling 1 l ;ph 7,4 Medium MHA (maller Hilton agar) 30.0% beef infusion 1.75% casein hydrolysate 0.15% starch 1.7% agar pH adjusted to neutral at 25 °C. Cara membuat : Nutrient agar (NA) ditimbang dengan menggunakan neraca analitik sebanyak 2 gr, kemudian tambahkan aquades sebanyak 100 ml kedalam labu Erlenmeyer. Panaskan labu Erlenmeyer pada pemanas air sampai NA larut dengan air. Kemudian sterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121C selama 15 menit. Kemudian tuang kedalam cawan petri, dimana setiap cawan petri berisi 15-20 ml NA cair kemudian biarkan sampai memadat. Setelah NA memadat siap untuk digunakan. G. Pemurnian Staphylococcus aureus Pemurnian dilakukan untuk memperoleh bakteri Staphylococcus aureus dari pasien yang telah diisolasi. Tahapan kerja pemurnian Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut : Penanaman pada media NA dan Mc. Conkey agar selama 1x24 jam/35C. Kemudian dilakukan uji biokimia untuk menguji populasi kuman. Apabila 34 ditemukan pertumbuhan kuman pada medium NA selanjutnya dilakukan pewarnaan gram untuk mengidentifikasi sifat Gramnya. Selanjutnya koloni yang berwarna kuning ditanam dimedia MSA (manitol salt agar) selama 1x24 jam/ 35 C. Apabila terjadi pertumbuhan koloni berwarna kuning dan media berubah dari merah menjadi warna kuning maka dapat disimpulkan koloni yang tumbuh itu bakteri Staphylococcus aureus. H. Uji daya hambat antimikroba Buat suspense Staphylococcus aureus pada Nacl steril dengan konsentrasi 1,5x10 (standar Mc farland 0,5). Kemudian siapkan 5 buah paper disk kedalam cawan petri, lima paper disc untuk setiap konsentrasi bahan uji (20%, 40%, 60%, 80%, 100%) dan satu paper disc untuk aquades steril sebagai kontrol negatif dan satu lagi paper disc untuk albothyl sebagai kontrol positif. Selanjutnya dengan menggunakan swab steril, suspense Staphylococcus aureus disebar pada permukaan medium MHA sampai permukaannya tertutupi. Selanjutnya ketujuh paper disc yang telah mengandung bahan uji dimasukkan diatas permukaan MHA yang telah diberi suspense Staphylococcus aureus. Selanjutnya diinkubasi selama 1x24 jam/15C. I. Pengamatan Zona Inhibisi Daya hambat diketahui berdasarkan pengukuran diameter zona inhibisi (zona bening) yang terbentuk disetitar paper disc. Pengukuran tersebut menggunakan jangka sorong. Daya hambat minimal diketahui dari konsentrasi 35 terkecil yang sudah dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara nyata. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Pada penelitian ini produk Ionic Silver GT dibagi dalam 5 konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Kemudian dilakukan uji daya hambat antimikroba setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 35C. Penelitian ini dilakukan empat kali pengulangan untuk memperoleh daya hambat minimum terhadap Staphylococcus aureus dalam berbagai konsentrasi. PENGULANGAN 1 2 3 4 RATA-RATA DIAMETER ZONA HAMBAT (mm) KONTROL KONTROL Produk Kesehatan Silver (+) (-) 20% 40% 60% 80% 100% 19 6 6 6 7 10 17 17 6 6 7 8 12 16 16 6 6 6 8 10 17 15 6 6 6 7 9 18 16,75 6 6 6,25 7,5 10,25 17 36 Pada pengulangan pertama, dikonsentrasi 20% dan 40% tidak terlihat adanya zona bening. Tetapi pada konsentrasi 60%, 80%, dan 100% terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada table diatas menunjukkan bahwa konsentrasi 60% pada pengurangan pertama menghasilkan diameter zona bening terkecil yaitu 7 mm dan pada konsentrasi 100% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 17 mm. pada tabel diatas menunjukkan semakin besarnya konsentrasi produk Ionic silver GT semakin besar pula zona bening yang terbentuk Pada pengulangan kedua, dikonsentrasi 20% tidak terlihat adanya zona bening. Tetapi pada konsentrasi 40%, 60%, 80%, dan 100% terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada tabel diatas menunjukkan bahwa konsentrasi 40% pada pengulangan kedua menghasilkan diameter zona bening terkecil yaitu 7 mm dan pada konsentrasi 100% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 16 mm. 37 pada table diatas menunjukkan semakin besarnya konsentrasi produk Ionic silver GT semakin besar pula zona bening yang terbentuk. Pada pengulangan ketiga, dikonsentrasi 20% dan 40% tidak terlihat adanya zona bening. Tetapi pada konsentrasi 60%, 80%, dan 100% terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada tabel diatas menunjukkan bahwa konsentrasi 60% pada pengulangan kedua menghasilkan diameter zona bening terkecil yaitu 8 mm dan pada konsentrasi 100% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 17 mm. pada tabel diatas menunjukkan semakin besarnya konsentrasi produk Ionic silver GT semakin besar pula zona bening yang terbentuk. Pada pengulangan keempat, dikonsentrasi 20% dan 40% tidak terlihat adanya zona bening. Tetapi pada konsentrasi 60%, 80%, dan 100% terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada tabel diatas menunjukkan bahwa konsentrasi 60% pada pengulangan kedua menghasilkan diameter zona bening terkecil yaitu 8 mm dan pada konsentrasi 100% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 18 mm. pada tabel diatas menunjukkan semakin besarnya konsentrasi produk Ionic silver GT semakin besar pula zona bening yang terbentuk. 38 BAB V PEMBAHASAN Ag+ Ionic silver water adalah air murni destilasi yang telaah di proses secara elektrolisis dengan zat perak (Ag) berkadar kemurnian 99,99% ion atau atom perak murni yang mengandung muatan listrik positif adalah unsur aktif. Bahan utama dari Ionic Silver GT yaitu perak. Koloid perak adalah perak dari kemurnian 99,99% yang dilebur dari air suling atau air yang di murnikan setelah elektrolisis dalam air suling menjadi partikel-partikel dasar dengan diameter micron 005-,15, ukuran optimal bagi tubuh untuk menyerapnya. Pada penelitian ini, pengulangan pertama dikonsentrasi 20% dan 40% tidak terlihat adanya zona bening. Tetapi pada konsentrasi 60%, 80%, dan 100% terlihat adanya zona bening. Konsentrasi 60% pada pengurangan pertama menghasilkan diameter zona bening terkecil yaitu 7 mm dan pada konsentrasi 100% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 17 mm. Pada pengulangan kedua, dikonsentrasi 20% tidak terlihat adanya zona bening. Tetapi pada konsentrasi 40%, 60%, 80%, dan 100% terlihat adanya zona bening. Konsentrasi 40% pada pengulangan kedua menghasilkan diameter zona bening terkecil yaitu 7 mm dan pada konsentrasi 100% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 16 mm. 39 Pada pengulangan ketiga, dikonsentrasi 20% dan 40% tidak terlihat adanya zona bening. Tetapi pada konsentrasi 60%, 80%, dan 100% terlihat adanya zona bening. Konsentrasi 60% pada pengulangan kedua menghasilkan diameter zona bening terkecil yaitu 8 mm dan pada konsentrasi 100% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 17 mm. Pada pengulangan keempat, dikonsentrasi 20% dan 40% tidak terlihat adanya zona bening. Tetapi pada konsentrasi 60%, 80%, dan 100% terlihat adanya zona bening. Konsentrasi 60% pada pengulangan kedua menghasilkan diameter zona bening terkecil yaitu 8 mm dan pada konsentrasi 100% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 18 mm. Pada penelitian ini menggunakan kontrol positif dan kontrol negatif sebagai pembandinnya. Pada kontrol positif menggunakan Albothyl dan pada kontrol negatif menggunakan aquades. Penelitian ini menggunakan kontrol positif berupa Albothyl karena albothyl dapat mengobati sariawan. Pada penelitian ini diketahui bahwa produk Ionic silver GT yang berbahan dasar air perak (air suling) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini, dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat bahwa perak dapat juga bermanfaat didalam tubuh, salah satunya dapat menjaga sistem kekebalan tubuh. Efektifitas anti bakteri dari Staphylococcus aureus ini kemungkinan disebabkan oleh adanya aktifitas oligodinamik ag+ melakukan penetrasi kedalam membrane sel bakteri dan dikarenakan ukurannya yang sangat kecil (nano partikel) 40 penetrasi dari oligodinamik ag+ dapat mengubah integritas membrane sel, ikatan esensial protein dan DNA pada mikroorganisme sehingga menjadi tidak stabil dan metabolisme sel mulai mengalami proses kehancuran dimana reaksi enzim esensial yang mengatur kehidupan sel mikroorganisme menjadi lumpuh dan menyebabkan mikroorganisme tidak membelah diri dan sel-sel imun tubuh menjalankan fungsi dengan menelan dan menghancurkan mikroorganisme.5 Dengan membandingkan daerah hambatan yang dihasilkan pada masingmasing konsentrasi, terlihat bahwa daerah hambat yang dihasilkan akan semakin kecil dengan penurunan konsentrasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya anti bakteri dari Ionic silver GT ini akan semakin tinggi pada konsentrasi murni yaitu pada konsentrasi 100% dan daya anti bakteri juga akan berkurang sebanding dengan rendahnya konsentrasi Ionic silver GT ini. Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh JuneyoungLee, Keuk-jun Kim, Wosangsung, Jong Guk Kim dan Lee Dong Gun (2008) mengatakan bahwa perak memiliki kemampuan antimikroba terhadap bakteri/jamur golongan Gram positif, misalnya Candida albicans dengan konsentrasi yang masih memiliki daya hambat yaitu 24%. Dalam tes lain yang dilakukan secara in vitro pada tahun 1999 oleh beberapa universitas terkenal (Bringham Young University, Northwestern University, Medical School, Queen;s University Kingston Canada, dan beberapa universitas terkemuka lainnya diseluruh dunia menunjukkan bahwa Ionic koloidal perak memiliki kemampuan yang luas untuk membunuh bakteri salah satunya bakteri Staphylococcus aureus 41 BAB VI KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu : Pada penelitian ini diketahui bahwa produk Ionic silver GT yang berbahan dasar air perak (air suling) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Dimana yang telah dijelaskan pada tabel hasil penelitian bahwa penelitian ini Produk Ionic silver GT di bagi menjadi 5 konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% dan penelitian ini juga dilakukan empat kali pengulangan. Pada konsentrasi 20% pada pengulangan satu sampai empat tidak pernah didapati zona hambat. Tetapi pada konsentrasi tertinggi yaitu 100% menghasilkan diameter zona paling besar berkisar antara 17-18 mm di setiap pengulangan yang dilakukan. Pada konsentrasi 20% : pada pengulangan satu sampai empat, pada konsentrasi ini belum terlihat adanya zona bening. Pada konsentrasi 40% : pada pengulangan kedua sudah terlihat adanya zona bening yang berdiameter 7 mm. Pada konsentrasi 60% : pada konsentrasi ini sudah terlihat zona bening yang berdiameter 8 mm. Pada konsentrasi 80% : pada konsentrasi ini juga sudah terlihat adanya zona bening yang berdiameter 9 mm. 42 Pada konsentrasi 100% : pada konsentrasi ini selalu menghasilkan zona bening yang berdiameter terbesar yaitu pada pengulangan pertama 17mm, pengulangan kedua 16mm, pengulangan ketiga 17mm dan pada pengulangan keempat mencapai 18mm. DAFTAR PUSTAKA 1. Ionic silver GT : Informasi tentang ionic silver GT. Available Juli 2011 2. Aulia A., Thihana, Mirhanuddin. 2007. Potensi ekstrak kayu ulin (eusideroxylon zwageri T et B) dalam menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus Secara in Vitro. Bioscientiae. 4(1) : 37-42 3. http://www.fasi-forex.com. Koloid nanosilver solusi dan metode untuk membuat yang sama. Available Juni 2011 4. http://www.nanotechnology.agsilver/air-perak-aman-bagi-manusia.htm 5. www.EarthbornProducts.comBuku-Ionic-Silver-Gt.htm 6. http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_uses_of_silver 7. http://www.scribd.com/doc/34520520/Bab-5-Media-Pertumbuhan-Mikroba 8. Brooks, Geo F. Janet S. butel, L.N. Ornston, 1996. Mikrobiologi kedokteran. Alih bahasa : Edit Nugroho, RF. Maulany. Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta. 9. Anonim, 2010. Staphylococcus aureus. Available from : www.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus aureus. 10. Syahrurachman A., dkk, 1994. Buku ajar mikrobiologi kedokteran. Ed. Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta. H : 103, 108 11. Tolan R. 2010. Staphylococcus aureus infection. Available from : http://emedicine.medscape.com/ 12. Todar K. 2008. Staphlococcus aureus and staphylococcal disease. Available from : http://www.textbookofbacteriology.net/staph.html 13. Nanosilver_official site for nano cyclic. Apakah koloid perak itu? 14. Smart solution. Ionic silver water. 43 15. Siti sunarintyas. 2008. Potensi zeolit sebagai material pembawa agen antimikroba dan adsorben di bidang kedokteran gigi. M.I. Kedokteran Gigi Vol 23. No. 1. Bagian ilmu biomaterial kedokteran gigi. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada 16. http://www.anneahira.com.Infeksi bakteri staphylococcus Aureus. Available Juli 2011 17. Robert, 2010. Staphylococcus aureus infection. Available from : Kanisius. Yogyakarta.h : 17-27 18. Harian joglosemar. Sariawan tak sekadar kekurangan vitamin C 19. http://www.ilmukesehatangigi.com/gigi/obat+xls.htm 20. http://www.scribd.com/doc/40403975/Media-Mikfar-Ira 21. http://www.mukisi.com/index.php/artikel/17-waspadai-bakteri-penyebabsariawan. available agustus 2011 22. Kumpulan artikel tips dan info kesehatan terlengkap. 2007.sariawan atau stomatitis. 23. http://medicastore.com/obat/107/ALBOTHYL.html 24. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10PeranMediauntukIdentifikasiMikroba 124.pdf/10PeranMediauntukIdentifikasiMikroba124.html. available Agustus 2011 25. Agus hariono, sri budi harmami.2010.aplikasi nanopartikel perak pada serat katun sebagai produk jadi tekstil antimikroba.jurnal kimia Indonesia 2010. 26. Aktivitas antimikroba terhadap Escherichia biosurfaktan Pseudomonas coli ,Staphylococcus aureus , aeruginosa IA7d dan Candida albicans,2006. Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas, Jurusan Biologi FMIPA Unair 27. http://www.dovepress.com/bactericidal-effects-of-silver-plus-titaniumdioxide-coated-endotrache-a4089 28. Puspaningdyah Ekawati.2004. PEMERIKSAAN JUMLAH Staphylococcus aureus dan total bakteri pada ikan asap di sentra industri pengasapan ikan 44 bandarharjo semarang di tingkat produsen dan penjual. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar 29. Program kreatif mahasiswa. 2009. Imobilisasi nanopartikel perak sebagai senyawa antimikroba pada kemasan produk pangan. Institut pertanian bogor 30. Juneyoung Lee, Keuk-Jun Kim, Woo Sang Sung, Jong Guk Kim and Dong Gun Lee. 2008. The Silver Nanoparticle (Nano-Ag): a New Model for Antifungal Agents. School of Life Sciences and Biotechnology, College of Natural Sciences, Kyungpook National University. Republic of Korea 31. Harvard Medical School Researchers Discover How Gold and Other Medicinal Metals in its Class Function Against Rheumatoid Arthritis and other Autoimmune Diseases Finding Makes Possible A New, More Effective Generation of Gold-based Drugs With Fewer Side Effects.2008 45