EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA M. Zainuddin Alanshori Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan\ e-mail : [email protected] Abstract: Educational issues are so dynamic along with the development of the era. for that reason, education is expected to provide added values aimed at achieving prosperity both physically and spiritually. These changes are an important signal to look for alternative solutions. In consequence, education practitioners will think hard to formulate a new paradigm in education. In order to maximize the students' free time to be more useful, then the full day school system is such an answer. Full day School applies the basic concepts of "Integrated-Activity" and "Integrated-Curriculum". This means that all the programs and activities of students in school ranging from learning process to religious rituals are packed in an education system. The full day school learning system focuses on all educational programs and activities in school. And the full day school intensification is to improve students' learning achievement. Keywords: Effectiveness of learning, full day school, learning achievement Pendahuluan Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan merupakan upaya memajukan dan meningkatkan sumber daya manusia siap memperbaiki kehidupannya, baik dalam skala pribadi, masyarakat, maupun bangsa. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Berdasarkan urian diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan didefinisikan sebagai usaha manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa menuju tingkat kedewasaannya dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatan yang telah dilakukannya. Persoalan pendidikan bagitu dinamis seiring dengan perkembangan zaman, untuk itu pendidikan diharapkan dapat memberikan tambah dalam rangka mencapai kesejehteraan lahir dan batin. Oleh karena itu pendidikan diharapkan berperan dalam mengembangkan perilaku kreatif, produktif, efisien dan dinamis serta menumbu kembangkan pemahaman 1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya (Bandung: Citra Umbara, 2003), 3 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 136 akan makna kehidupan dan penyadaran akan pentingnya peranan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pendidikan mempunyai potensi yang strategis. Oleh karena itu program pendidikan harus memenuhi beberapa kategori berikut: 1. Memiliki dinamika, tanggap terhadap sosio-kultur, dan tuntutan-tuntutan yang meyertainya. 2. Bermutu dalam pelayanan progam-program yang ditawarkan 3. Relevan, dengan kebutuhan masyarakat dan nilai idealisme yang diembannya.2 Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan cita-cita ideal yang hendak dicapai. Pendidikan merupakan proses yang sistematis untuk mentransformasikan nilai-nilai sesuai tujuan pendidikan Islam itu merupakan cita-cita mewujudkan nilai-nilai sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka pembentukan pribadi yang luhur dan sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, baik sebagai individu, masyarakat, maupun umat manusia keseluruhannya. Pembelajaran merupakan serangkaian cara atau aturan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga atau institusi untuk kegiatan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan di mana lingkungan peserta didik secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku keseharian, berakhlak dan berbudi pekerti. Pembelajaran full day school sebagai bentuk alternative dalam upaya memperbaiki manajemen pendidikan, khususnya dalam manajemen pembelajaran, juga merupakan tuntutan kebutuhan masyarakat yang menghendaki anak dapat belajar dengan baik di sekolah dengan waktu belajar lebih lama. Sistem full day school merupakan model pembelajaran dengan penambahan waktu belajar siswa dari pagi sampai sore. Profesionalisme dalam pendidikan memang harus diterapkan. Para pendidik harus dapat membangkitkan minat dan kemauan peserta didik untuk belajar, memahami cara belajar, dan senang dalam belajar. Pendidikan penekanannya pada kegiatan pembelajaran. Siswa adalah sebagai obyek belajar oleh karena itu kegiatan pembelajaran terfokus pada pemberdayaan siswa (student learning). Styosari, menjelaskan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk membantu memfasilitasi belajar orang lain. Secara khusus, pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu murid agar dapat belajar dengan mudah, kegiatan pembelajaran memerlukan persiapan yang menyeluruh, mulai dari tenaga pengajar, materi pelajaran, alat yang digunakan, sarana dan prasaran, serta lingkungan yang mendukung. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu dikelola secara profesional agar diperoleh hasil yang baik, lulusan siswa yang berkualitas dan tidak penatang mundur dalam menghadapi segala rintangan yang menghadang.3 Lebih lanjut Suharsimi Arikunto berpendapat prestasi belajar sebagai hasil dari penilaian usaha belajar siswa yang berfungsi untuk mengukur keberhasilan dengan kata lain untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program yang telah di terapkan.4 2 Yunahar Lyas, et al., Muhammadiyah dan NU Reorientasi Wawasan ke-Islaman, LPPI UMY NU ddan PP AlMuhsin (Yogyakarta: tt cet. 1, 1993), 54 3 Syosari, Model Pembelajaran Konstruktivistik; Sumber Belajar, Kajian Teori dan Aplikasinya (Malang: LP3UM, 2001), 18. 4 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Bandung: Citra Umbara, 1995), 8 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 137 Inovasi yang dilakukan di antaranya dengan program “Full day school”, terobosan ini dilakukan karena pertimbangan optimalisasi waktu. Full day school sendiri sesuai artinya “pendidikan sepanjang hari”, dengan rentang waktu yang panjang. Bentuk program ini tidak hanya memakai media kelas, tetapi bentuk pengajarannya di integrasikan dengan aktivitas keseharian peserta didik seperti bermain, beribadah, makan serta aktivitas lainnya. Bentuk inovasi ini didasarkan pada konsep “integrated curriculung and integrated activity”, dengan menggunakan metode pengajaran yang menarik dan kreatif. Program ini juga didasarkan pada pertimbangan peserta didik dimana dijumpai kualifikasi terhadap siswa yang berprestasi dan remedial bagi siswa dengan daya tangkap lemah. Program pembelajaran full day school merupakan program pendidikan di tingkat lembaga. Setiap lembaga pendidikan memiliki pendidikan tersendiri yang disebut dengan tujuan instruksional (tujuan lembaga), disamping juga harus mensukseskan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang tujuan pendidikan nasional. Jadi yang dimaksud dengan efektivitas pembelajaran full day school disini adalah hasil akhir yang diharapkan oleh lembaga pendidikan tertentu atas usaha intensifikasi faktor pendidikan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Berdasarkan pengertian diatas, maka tujuan dikembangkannya pembelajaran full day school ini tidak semata-mata untuk meningkatnya prestasi belajar anak didik. Sejarah Full Day School Sejarah munculnya Full day School pada awalnya program ini lahir pada awal tahun 1980 di Amerika Serikat yang diterapkan untuk sekolah taman kanak-kanak, yang akhinya melebar ke jenjang sekolah dasar hingga menengah atas. 5 Ada beberapa faktor-faktor Ketertarikan pada kebanyakan masyarakat AS yang membuat mempercayakan para buah hatinya terhadap Full day School diantaranya: 1. Meningkatnya jumlah orang tua, terutama ibu yang bekerja dan memiliki anak dibawah 6 tahun. 2. Meningkatnya jumlah anak-anak usia prasekolah yang ditampung di sekolahsekolah milik publik/masyarakat umum. 3. Meningkatnya pengaruh televisi dan kesibukan (mobilitas) orang tua. 4. Kemajuan dan kemodernan yang saat itu mulai berkembang disegala aspek kehidupan. Maka dari hal itu, sebagian masyarakat Amerika berbondong-bondong untuk menyekolahkan anaknya di full day school. Keinginan itu tidak lepas untuk memperbaiki nilai akademik buah hatinya agar kelak sukses menghadapi jenjang yang lebih tinggi. Dengan adanya Full day school, semua masalah diatas diharapkan dapat diatasi dengan baik. Berdasarkan penelitian sebelumnya menyebutkan; sebagian pelajar yang mengambil Full day school menunjukkan keunggulan akademik lebih baik. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa pelajar yang mengambil full day school memiliki performa lebih baik pada setiap kali mengikuti pelajaran tanpa efek merugikan yang signifikan.6 5 6 http://www. Fullday School. Com / diakses 07 Mei 2016 http://mkpd. Wordpress. (menakar kapitalisasi fullday school). Com. Diakses 07 Mei 2016 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 138 Sedangkan sejarah munculnya full day school di Indonesia yaitu Pada pertengahan tahun 1990 di Indonesia mulai muncul istilah sekolah unggulan ( excellent schools) yang tumbuh bagaikan jamur. Perkembangan ini pada awalnya dirintis oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah Islam dengan ditandai biaya yang tinggi, fasilitas yang serba luks, elitis, eksklusif, dan dikelola oleh tenaga-tenaga yang diasumsikan profesional.7 Padahal sebenarnya sekolah-sekolah yang berorientasi elitis-eklusif ini pada dasarnya belum teruji keprofesionalannya. Indikasinya, terbukti dari adanya temuan penelitian Steenbrink (1986), seorang pastur dari Belanda yang sering mengkaji pendidikan Islam di Timur, tentang munculnya Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang bermutu tinggi di sejumlah kota besar di Indonesia yang mampu bersaing dengan sekolah dasar umum yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Gerakan keterunggulan (excellence movement) ini kemudian dikembangkan pengelola pendidikan di tingkat satuan pendidikan (sekolah) dalam bentukbentuk sekolah yang mempunyai trademark di masyarakat, yang corak dan ragamnya kini sedang berkembang dan menjamur. Misalnya; sekolah plus, sekolah unggulan, sekolah alam, sekolah terpadu, sekolah eksperimen (laboratorium), sekolah full day, dan label-label lain yang melekat pada sekolah yang diasumsikan dengan “ sekolah unggulan”. Di dalam suatu organisasi pendidikan, tujuan pendidikan telah terumuskan dalam berbagai tingkat tujuan, yaitu: 1. Tujuan pendidikan nasional 2. Tujuan Institusional 3. Tujuan kurikulum 4. Tujuan Instruksional (pengajaran)8 Semua tujuan tersebut diatas merupakan suatu urutan yang hirarki yang saling mendukung antara tujuan yang satu dengan yang lainnya, serta tujuan nasional sebagai ending, sehingga semua rumusan tujuan pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi harus berpijak dan berdasar kepada tujuan pendidikan nasioanl. Jadi yang dimaksud dengan tujuan program full day school disini adalah hasil akhir yang diharapkan oleh lembaga pendidikan tertentu atas usaha intensifikasi faktor pendidikan dalam proses belajar mengajar disekolah. Sistem full day school pada dasarnya menggunakan sistem integrated curriculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seoran ganak (siswa) yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan Islami. Dengan adanya garis-garis besar program dalam sistem full day school, sekolah yang melaksanakan program ini diharapkan dapat mencapai target tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan yang melaksanakan sistem full day school.9 Adanya perubahan – perubahan di atas merupakan suatu signal penting untuk dicarikan alternatif pemecahannya, dari kondisi seperti itu akhirnya para praktisi pendidikan berfikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam pendidikan. dalam rangka 7 Sismanto, Awal Munculnya Sekolah Unggulan, Artikel. 07 Mei 2016 Suharsimi Arikonto, Managemen Pengajaran Secara Manusia (Bandung: Rineka Cipta, Ce t, II, 1993), 14 9 Sehudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan, 2005), 16. 8 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 139 memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka di terapkanlah sistem full day school. Pelaksanaan Full Day School Sistem fullday school semula berangkat dari sebuah kebutuhan masyarakat (katakanlah masyarakat perkotaan) yang memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi. Orang tua meninggalkan rumah untuk bekerja pukul 6 pagi dan kembali ke rumah menjelang malam hari. Para orang tua bekerja selama 5 hari per minggu dan mereka libur ( weekend) pada hari sabtu dan minggu. Sementara anak-anak berangkat sekolah pukul 6.30 pagi dan pulang pukul 13.00 siang. Mereka sekolah 6 hari dalam seminggu yaitu senin-sabtu.10 Di saat yang nyaris bersamaan, mereka pun masih harus menjemput buah hati mereka yang duduk di bangku Sekolah Dasar. Berangkat dari hal-hal itulah akhirnya disepakati alternatif sekolah yang menawarkan jam pulang-pergi sekolah sama atau setidaknya mendekati jam pulang-pergi kantor. Ini di dukung oleh kebijakan pemerintah yang menetapkan jam kerja efektif 40 jam/minggu. Sementara sabtu minggu dianggap libur.11 Berbeda dengan model sekolah pada umumnya, Full day School menerapkan konsep dasar “Integrated-Activity” dan “Integrated- Curriculum”. Artinya seluruh program dan aktivitas anak yang ada di sekolah mulai dari belajar, hiburan dan beribadah dikemas dalam suatu system pendidikan. Sistem pembelajaran full day school memfokuskan segala program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di sekolah. Dengan begitu diharapkan dapat bermanfaat untuk pembinaan generasi sholih dan sholihah. Full day shool juga membentuk siswa agar berprestasi belajar dalam proses pembelajaran yang berkualitas yakni mendapat kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dengan demikian prestasi belajar yang dimaksimalkan dalam full day school dibagi menjadi tiga macam antara lain: 1. Prestasi yang bersifat kognitif Yang termasuk prestasi bersifat kognitif yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, pengamatan, analisis, sintesis dan lain-lain. Misalnya seorang siswa dapat menyebutkan atau menguraikan kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari pada minggu lalu, maka siswa tersebut bisa dikatakan prestasi dalam kognitifnya. 2. Prestasi yang bersifat afektif Yang termasuk prestasi yang bersifat afektif yaitu sikap menghargai, penerimaan, penolakan dan lain-lain. Misalnya seorang siswa dapat menunjukan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan atau suatu permasalahan. 3. Prestasi yang bersifat psikomotorik Yang termasuk prestasi yang bersifat psikomotorik yaitu kecakapan, eksperimen verbal dan nonverbal, ketrampilan bertindak dan gerak. Misalnya seorang siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua, 10 Basuki, Sukur. Harus Proposional Sesuai Jenis dan Jenjang Sekolah (http://www.smkn1lmj.sch.id/? page=artikel;3&guest_46dac08ac5285 diakses 6 Mei 2016 11 Lima Hari Disekolah ( http://www.tabloid-nakita.com/panduan/panduan09419-01.htm., diakses 6 Mei 2016) AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 140 maka anak ini mengaplikasikan pelajaran tersebut kedalam kehidupan sehariharinya.12 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Full Day School Sistem full day school mempunyai sisi keunggulan antara lain: 1. Sistem full day school lebih memungkinkan terwujudnya pendidikan utuh. Benyamin S. Blom menyatakan bahwa sasaran pendidikan meliputi tiga bidang yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Karena melali sisitem asrama dan pola full day school tendensi kearah penguatan pada sisi kognitif aja dapat lebih dihindarkan, dalam arti aspek afektif siswa dapat lebih diarahkan demikian juga pada aspek psikomotoriknya. 2. Sistem full day school lebih memungkinkan terwujudnya efektivitas proses edukasi. Karena dalam full day school segala proses pendidikannya lebih mudah dipantau. 3. Sistem full day school merupakan lembaga yang terbukti efektif dalam mengaplikasikan kemampuan siswa dalam segala hal, sepeti aplikasi bahasa asing yang mencakup semua ranah naik koqnitif, afektif maupun psikomotorik. Namun demikian system full day school juga beberapa kelemahan antara lain: 1. Sistem full day school menimbulkan rasa bosan pada iswa, maka sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan baik, fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten dalam batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi jenuh. 2. Sistem full day school memerlukan perhatian dan kesungguhan manajemen untuk lebih menciptakan inovasi-inovasi yang baru dan beda dari lembaga pendidikan sekolah biasa. Selain itu, sistem full day school dapat diwujudkan dengan adanya pihak sekolah harus bisa kerja sama dengan orang tua, sehingga menjadi tim yang saling melengkapi, misalnya dalam mengaah kecerdasan intelektual anak menjadi tanggung jawab sekolah karena sekolah tentu yang lebih mampu. Dengan diterapkannya system full day school diharapkan peserta didik dapat memperoleh: 1. Pendidikan umum yang luas terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. 2. Pendidikan bahasa inggris yang lebih Proposional. 3. Pendidikan kepribadian yang antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan bebasnya arus informasi dan globalisasi. 4. Potensi siswa tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler. 5. Perkembangan minat, bakat dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui pemantauan psikologis. 12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004). 154-156 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 141 6. Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan siswa sekolah lebih lama, terencana dan terarah. Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran Full day school Sebelum mendefinisikan full day school, terlebih dahulu di uriakan makna pembelajaran, sehingga antara pembelajaran dan full day school menjadi satu kesatuan bahasan yang mudah dipahami. Pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk membantu menfasilitasi belajar orang lain. Secara khusus, pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu murid agar dapat belajar dengan mudah.13 Adapun istilah full day school merupakan saduran dari bahasa Inggris, dimana full artinya penuh, day artinya hari dan school artinya sekolah.14 Jadi secara terminologi full day school artinya belajar sehari penuh. Ful day school sendiri merupakan satu istilah dari proses pembelajaran yang dilaksanakan sehari penuh, di mana aktivitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah dari pada di rumah. Meskipun begitu, proses pembelajaran yang lebih lama di sekolah tidak hanya berlangsung di dalam kelas, karena konsep awal dibentuknya sekolah dengan sistem full day school ini bukan menambah materi ajar dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan oleh Depdiknas seperti yang ada dalam kurikulum tersebut, melainkan tambahan jam sekolah ini digunakan untuk pengayaan materi ajar yang disampaikan dengan metode pembelajaran yang rekreatif dan menyenangkan untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, pembinaan mental, jiwa dan moral anak. 15 Dengan kata lain konsep dasar dari full day school ini adalah integrated curriculum dan integrated activity. Dasar dan Tujuan Program Full day school a) Dasar Program Full day school Yang dimaksud dengan dasar adalah landasan tempat berpijak atau sandaran dari pada dilakukannya suatu perbuatan. Dengan demikian, yang dijadikan landasan suatu perbuatan itu harus mempunyai kekuatan hukum sehingga suatu tindakan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.16 Program full day school sebagai upaya intesifikasi faktor-faktor pendidikan dalam suatu proses belajar mengajar di sekolah untuk mencapai tujuan tertentu yang merupakan salah satu kebijakan pendidikan yang diambil oleh suatu institusi atau lembaga tertentu. Untuk menjamin keberlangsungan suatu usaha atau kegiatan diperlukan dasar atau landasar hukum yang kuat, sehingga yang dimaksud dengan dasar 13 Setyosari, Model Pembelajaran Konstruktivistik; Sumber Belajar, Kajian Teori dan Aplikasinya, (Malang: LP3UM, 2001), 24 14 Jhon Echols, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, Cet. XXIII, 1996), 259, 165, 504 15 Soehadi Djamin, “Full day school Islam Sebuah Alternatif”, Makalah Disampaikan Pada Seminar Pendidikan Regional Di LPI Al-Azhar Tulung Agung, Tanggal, 10 Juni 2001, 3 16 H. Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 190. AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 142 program full day school di sini adalah landasan tempat berpijak atau bersandar dari dikembangkannya sebuah program full day school. Adapun dasar program full day school dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Dasar Ideal adalah Pancasila Pancasila adalah dasar negara dan penetapannya sebagai dasar Negara adalah hasil kesepakatan para negarawan bangsa Indonesia. Oleh karenanya segala usaha bagi setiap warga Negara juga harus merujuk pada pancasila, lebih-lebih dibidang pendidikan yang berusaha untuk mencetak segenap warga berjiwa pancasila.17 b) Dasar Konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945 Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan:………dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII pasal 31 ayat: 1) Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran 2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang (yaitu UUPP. No. 4 tahun 1950, UUPP No. 12 Tahun 1945).18 c) Dasar Operasional 1. UUPD No. 4 Tahun 1950, UUPP No. 12 Tahun 1945, yang berbunyi: “Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas azas-azas termaktub dalam pancasila dan kebudayaan kebangsaan Indonesia”. 2. TAP MPR No. II/MPR/1978 (penjabarannya pada p-4) yang berbunyi: “ Bahwasanya yang telah di terima dan ditetapkan sebagai dasar Negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, merupakan kepribadian dan pendangan hidup bangsa. 3. Keputusan Presiden No. 145 tahun 1965, yang berbunyi “Pancasila …..adalah moral dan falsafah hidup bangsa Indonesia …..oleh karena itu, dasar/asas pendidikan nasional sebagai landasan bagi semua pelaksanaan pendidikan nasional sebagai landasan bagi semua pelaksanaan pendidikan nasional adalah pancasila”. 4. UURI No. 4/1950 tentang tujuan pendidikan nasional yang berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta 17 18 Ibid., 192 Ibid., 7 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 143 menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. 5. PP RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standart Pendidikan Nasional yang berbunyi “bahwa Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional; (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global; (4) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; (6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global; dan (7) mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia”. b) Tujuan Program Full day school Tujuan pendidikan merupakan hasil akhir yang diharapkan oleh suatu tindakan mendidik. Mendidik merupakan tindakan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan tujuan di dalam pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen sebab pendidika tanpa sebuah tujuan bukanlan dikatakan sebagai pendidikan. Di dalam suatu organisasi pendidikan, tujuan pendidikan telah terumuskan dalam berbagai tingkat tujuan, yaitu: 5. Tujuan pendidikan nasional 6. Tujuan Institusional 7. Tujuan kurikulum 8. Tujuan Instruksional (pengajaran)19 Semua tujuan tersebut diatas merupakan suatu urutan yang hirarki yang saling mendukung antara tujuan yang satu dengan yang lainnya, serta tujuan nasional sebagai ending, sehingga semua rumusan tujuan pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi harus berpijak dan berdasar kepada tujuan pendidikan nasioanl. 19 Suharsimi Arikonto, Managemen Pengajaran Secara Manusia (Bandung: Rineka Cipta, Ce t, II, 1993), 14. AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 144 Jadi yang dimaksud dengan tujuan program full day school disini adalah hasil akhir yang diharapkan oleh lembaga pendidikan tertentu atas usaha intensifikasi faktor pendidikan dalam proses belajar mengajar disekolah. Sistem full day school pada dasarnya menggunakan sistem integrated curriculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seoran ganak (siswa) yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan Islami. Dengan adanya garis-garis besar program dalam sistem full day school, sekolah yang melaksanakan program ini diharapkan dapat mencapai target tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan yang melaksanakan sistem full day school.20 Adapun garis-garis besar program full day school adalah sebagai berikut: 1. Pembentuk sikap yang Islami a. Pembentukan sikap yang Islami 1) Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan 2) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela 3) Kecintaan kepada Allah dan Rosulnya 4) Kebanggaan terhadap Islam dan semangat memperjuangkan. b. Pembiasaan Berbudaya Islam 1) Gemar beribadah 2) Gemar belajar 3) Disiplin 4) Kreatif 5) Mandiri 6) Hidup bersih dan sehat 7) Adab-adab Islam 2. Penguasaan Pengetahuan dan Keterampilan a. Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan b. Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari. c. Mengetahui dan terampil baca dan tulis Al-Qur’an d. Memahami secara sederhana ia kandungan amaliyah sehari-hari.21 Karakteristik Full Day School Sesuai dengan semangat otonomi pendidikan di berikan kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri sesuai dengan semangat yang ada di daerah. Dengan kebijakan semancam ini masyarakat diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan inisiatifnya dalam pengelolaan lembaga pendidikan di daerah sesuai dengan latar budayanya. Pemerintah pusat cukup memberikan kurikulum standar nasiona, sedangkan pengembangannya diserahkan kepada daearah, terutama dalam menentukan muatan lokal. 20 Sehudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan, 2005), 16. 21 Ibid., 17. AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 145 Otonomi pendidikan disambut baik oleh lembaga pendidikan swasta dengan membenahi keadaan yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, disamping itu juga adanya kebutuhan masyarakat yang disebutkan dengan tugas pekerjaan keseharian dan menginginkan pendidikan yang berkualitas, keadaan semacam ini direspon dengan menyelenggarakan model pembelajaran full day school, dalam arti kegiatan belajarmengajar diperpanjang sampai sore hari. Maka sebagai konsekuensi perlu adanya pengelolaan yang baik, khususnya dalam pembelajaran yang berhubungan dengan waktu belajar yang efektif, pengajaran terstruktur dan kesempatan untuk belajar.22 Karakteristik yang paling mendasar dalam model pembelajaran full day school proses integrated curriculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seorang anak (siswa) yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan Islami. Sekolah yang menerapkan pembelajaran full day school, dalam melaksanakan pembelajarannya bervariasi, baik di tinjau dari segi waktu yang dijadwalkan maupun kurikulum lembaga atau lokal yang digunakan, pada prinsipnya tetap mengacu pada penanaman nilai-nilai agama dan akhlak yang mulia sebagai bekal kehidupan mendatang disamping tetap pada tujuan lembaga beraupa pendidikan yang berkualitas. 23 Dengan demikian sekolah dasar full day school, disyaratkan memenuhi kriteria sekolah efektif dan mampu mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan tujaun lembaga berupa lulusan yang berkualitas secara efektif dan efisien. Pengertian Prestasi Belajar Dalam setiap perbuatan manusia tidak lepas dari adanya penilaian dan pengukuran, demikian pula dengan proses belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, maka kita dapat mengetahui kedudukan anak dalam kelas, termasuk kategori pintar, sedang atau kurang mampu. Berbicara masalah prestasi belajar, pada dasarnya banyak para ahli yang mencoba memberikan pendapatnya untuk memperoleh suatu pengertian secara actual. Pengertian prestasi belajar mempunyai dua macam istilah yaitu prestasi dan belajar. Dengan demikian untuk merumuskan pengertian tersebut secara keseluruhan terlebih dahulu penulis kemukakan satu persatu kemudian secara keseluruhan. a. Pengertian Prestasi Dalam kamus besar bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). 24 Sedangkan menurut M. Bukhori prestasi adalah menunjukkan hasil yang nyata dari suatu usaha atau pekerjaan. 25 Dari pendapat diatas dapat kita pahami bahwa prestasi adalah kemampuan atau hasil yang dicapai siswa pada satu periode tertentu dalam bentuk angka yang merupakan hasil evaluasi belajar. 22 Ibid., 18. Romli, Moch, Manajemen Pembelajaran Di Sekolah Dasar Full day school, (Disertasi UM Malang, 2004), 18 24 Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 700 25 M. Bukhori MED, Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan (Jakarta: Jermars, 1986), 178. 23 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 146 b. Pengertian belajar Untuk memperoleh pengertian belajar ada beberapa definisi antara lain: belajar dapat didefinisikan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.26 Menurut Sardiman belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain-lain.27 Sedangkan menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengamalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.28 Dari pengertian prestasi dan belajar tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru dalam jangka waktu tertentu. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pada dasarnya keberhasilan belajar siswa atau dengan kata lain prestasi belajar yang dicapai seseorang itu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali dalam rangka membantu peserta didik untuk mencapai prestasi dalam belajar. A) Faktor Internal Yaitu faktor yang terdapat dalam individu itu sendiri. Didalam membicarakan faktor internal akan di bahas menjadi tiga faktor , yaitu: faktor jasamniah, psikologi, dan kelelahan.29 a. Faktor Jasmaniah a. Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara olah raga, makan, tidur dan istirahat yang cukup b. Cacat tubuh Cacat tubuh akan mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaklah ia belajar pada 26 Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 34. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 22. 28 Slameto, Belajar, 2. 29 Ibid., 54. 27 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 147 lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat Bantu agar dapat menghindari mengurangi kecacatannya itu. b. Faktor Psikologis Yang tergolong faktor psikologis dalam mempengaruhi belajar adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematengan, dan kesiapan.30 - Intelegensi Intelegensi besar pengaruhnya terahdap kamajuan balajar. Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal inidi sebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. - Perhatian Untuk dapat menjamin belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka dengan belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuatu dengan hobi dan bakatnya. - Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa bagian. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka dampaknya siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada motivasi dari dirinya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. - Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah ia belajar atau berlatih. Bakat juga mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarya. - Motivasi Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. - Kamatengan 30 Ibid., 55 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 148 Kematengan adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematengan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap atau mateng. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematengan dan belajar. - Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon, kesiapan perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c. Faktor kelelahan Kelelahan dibagi menjadi 2, yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk memberingkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah kurang lancer pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Hal ini akan mempengaruhi belajar. Efektivitas Pembelajaran Full day school Terhadap Prestasi Belajar Siswa Setelah kita ketahui uraian panjang lebar tentang pembelajaran full day school dan unsur-unsur yang dimilikinya serta masalah prestasi belajar serta usaha pencapaian prestasi belajar, maka untuk selanjutnya akan dibahas korelasi dari kedua variabel tersebut untuk menguji hipotesi dalam penelitian ini. Sebagaimana diuraikan dalam sub pembahasan sebelumnya bahwa program full day school sebagai produk penamaan suatu lembaga pendidikan atas usaha mengintensifkan dalam sistem pendidikan. Intensifikasi dalam suatu tujuan pendidikan merupakan kebijakan institusi atau lembaga pendidikan yang mengelolah program tersebut, sehingga dalam menentukan tujuan institusinya tidak terlepas dari cita-cita suatu lembaga. Dalam menentukan tujuan pendidikan di tingkat institusi tidak terlepas pertimbangannya dari tujuan nasional. Sebab sistem pendidikan kita bersifat nasional sehingga seluruh aspek pendidikan harus sesuai dengan kepentingan nasional.31 Intensifikasi dari pembelajaran full day school yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar anak didik. Jika prestasi dijadikan sebagai tujuan akhir dari program, maka prestasi disini akan berfungsi sebagai evaluasi atau penilaian suatu usaha yang dilakukan oleh lembaga pendidikan. Evaluasi itu bisa berguna bagi pelaksana pembelajaran yaitu guru dan murid. Pelaksana mengambil fungsi dari tujuan itu untuk pengukuran terhadap semua yang telah dilakukan baik berhubungan dengan hal manajemen suatu program ataupun dalam hal pelaksana kurikulum yang dipakai lembaga-lembaga. Guru bisa mengukur nilai ketepatan metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar terhadap anak didiknya, dan anak didik dapat mengukur tingkat kesungguhannya selama yang telah dilakukan. Dari fungsi pengukuran itulah akan muncul motivasi membenahi dan memperbaiki sekaligus meningkatkan mutu pendidikan. 31 Ahmad Syarif, Pengenalan Kurikulum Sekolah dan Madrasah (Bandung: Citra Umbara, 1995), 8. AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 149 Jadi, jika kita lihat dalam variable prestasi belajar, maka motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi anak. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal semangat belajar siswa dan juga guru serta pelaksana program untuk membenahi, mempertahankan serta meningkatkan hasil yang telah dicapainya, mempertahankan serta meningkatkan hasil yang telah dicapainya. W.S. Wingkel berpendapat bahwa dengan motivasi yang tinggi akan mampunyai energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar yang banyak bagi anak didik. Jadi di sini terlihat tingkat efektivitas pembelajaran full day school terhadap prestasi belajar siswa.32 Kesimpulan Full day School menerapkan konsep dasar “Integrated-Activity” dan “IntegratedCurriculum”. Artinya seluruh program dan aktivitas anak yang ada di sekolah mulai dari belajar, hiburan dan beribadah dikemas dalam suatu system pendidikan. Sistem pembelajaran full day school memfokuskan segala program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di sekolah. Dengan begitu diharapkan dapat bermanfaat untuk pembinaan generasi sholih dan sholihah. Full day shool juga membentuk siswa agar berprestasi belajar dalam proses pembelajaran yang berkualitas yakni mendapat kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Intensifikasi dari pembelajaran full day school yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar anak didik. Jika prestasi dijadikan sebagai tujuan akhir dari program, maka prestasi disini akan berfungsi sebagai evaluasi atau penilaian suatu usaha yang dilakukan oleh lembaga pendidikan. Daftar Rujukan Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997 Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991 Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung: Citra Umbara, 1995 ------------------------, Managemen Pengajaran Secara Manusia, Bandung: Rineka Cipta, Ce t, II. 1993 ------------------------, Prosedur Penelitian, Sebuah Pendekatan Praktik, Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002 Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998 Djamin, Soehadi, “Full Day School Islam Sebuah Alternatif”, Makalah Disampaikan Pada Seminar Pendidikan Regional Di LPI Al-Azhar Tulung Agung, Tanggal, 10 Juni 2001, 3 Echols, Jhon, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, Cet. XXIII., 1996 Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996 I. Jumhur dan Moh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: Pustaka Ilmu, 1975 Lyas, Yunahar, et al., Muhammadiyah dan NU Reorientasi Wawasan ke-Islaman, LPPI UMY NU dan PP Al-Muhsin, Yogyakarta: tt cet. I, 1993, 32 W.S. Wingkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta: PT. Gramedia, 1984), 15. AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 150 Marzuki, Metodologi Research, Fakultas Ekonomi, Yogyakarta: cet., 1983 ----------, Metodologi Riset, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UI., 1989 M. Bukhori MED, Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan, Jakarta: Jermars., 1986 Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989 Romli, Moch, Manajemen Pembelajaran Di Sekolah Dasar Full day school , Disertasi UM Malang, 2004 Sadili, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, Van Houver dan El-Savier Publising Proyekt Jakarta: Ikhstiar Baru, 1980 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: UGM, 1983 Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996 Soepeno, Bambang, Statistik Terapan , Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Setyosari, Model Pembelajaran Konstruktivistik; Sumber Belajar, Kajian Teori dan Aplikasinya, Malang: LP3UM, 2001 Sehudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa , Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan, 2005 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996 Syarif, Ahmad, Pengenalan Kurikulum Sekolah dan Madrasah, Bandung: Citra Umbara, 1995 Syosari, Model Pembelajaran Konstruktivistik; Sumber Belajar, Kajian Teori dan Aplikasinya, Malang: LP3UM, 2001 Tirtonegoro, Sutratina, Anak Super Normal dan Problem Pendidikannya, Jakarta: Bina Aksara, 1984 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, Bandung: Citra Umbara, 2003 Widyawati, Wiwin, Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar, Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2002 W.S. Wingkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia, 1984 Yousda, Ine I. Amirman & Arifin Zainal, Penelitian dan Statistik Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1993 Yunahar Lyas, et al., Muhammadiyah dan NU Reorientasi Wawasan ke-Islaman, LPPI UMY NU ddan PP Al-Muhsin, Yogyakarta: tt cet. 1, 1993 AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016