BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker yang paling
banyak diderita wanita diatas usia 18 tahun. Kanker leher rahim ini
menduduki urutan nomor dua penyakit kanker didunia bahkan sekitar
500.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa menderita kanker leher rahim
dan rata-rata 270.000 meninggal tiap tahun (Depkes RI, 2008).
Diperkirakan pada tahun 2010 kanker leher rahim menjadi penyebab
utama mortalitas diseluruh dunia dan pada tahun 2030 diperkirakan terjadi
kasus kanker baru sebanyak 20 hingga 26 juta jiwa dan 13 hingga 17 juta
jiwa meninggal akibat kanker leher rahim. Peningkatan angka kejadian
kanker diperkirakan sebesar 1% per tahun. Pada tahun 2008 disampaikan
dalam world cancer report bahwa terjadi 12 juta jiwa pasien yang baru
didiagnosis kanker leher rahim.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar
sepertiga kanker dapat disembuhkan jika didiagnosis dan ditangani pada
stadium dini, untuk itu perlunya skrining kanker seperti melakukan papsmear
untuk mendeteksi kelainan sel-sel pada leher rahim (Nofa, 2003).
Kini pap smear telah dikenal sebagai suatu pemeriksaan yang aman,
murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel
1
leher rahim. Semakin dini sel-sel abnormal terdeteksi semakin rendah resiko
seseorang menderita kanker leher rahim (Wim De Jong, 2004).
Sekitar 80% kasus kanker leher rahim terjadi pada wanita yang hidup
berkembang. Di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per
100.000 penduduk. Kanker leher rahim adalah kematian nomor satu yang
sering terjadi pada wanita Indonesia. Setiap wanita tanpa memandang usia
dan latar belakang beresiko terkena kanker leher rahim.
Tingginya kasus di negara berkembang ini disebabkan terbatasnya
akses
screening
dan
pengobatan.
Masih
banyak
wanita
dinegara
berkembang, termasuk Indonesia kurang mendapat informasi dan pelayanan
terhadap penyakit kanker leher rahim. Ini disebabkan karena tingkat ekonomi
rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang papsmear
(Meutia, 2008).
Kanker leher rahim disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV).
Menurut Bambang (2008) mengatakan kaum lelaki berperan sangat bersar
dalam penularan HPV. Laki-laki yang suka berganti-ganti pasangan beresiko
besar menularkan virus Papiloma dari pasangannya yang menderita kanker
leher rahim ke pasangannya yang baru (Andreas, 2008).
Pada umumnya penderita Ca serviks adalah umur 30-60 tahun tapi
sangat rentan terjadi pada wanita usia 35-55 tahun. Saat ini usia remaja juga
beresiko terkena kanker leher rahim, ini disebabkan karena remaja mulai
berhubungan seksual pada usia dibawah 18 tahun serta sering berganti
2
pasangan, ini akan beresiko tinggi teerkena infeksi virus HPV. Semua wanita
yang berusia 18 tahun atau lebih dan telah aktif secara seksual harus
melakukan papanicolaou (papsmear). Semakin dini sel-sel abnormal
dideteksi semakin rendah resiko wanita menderita kanker leher rahim (Bobak,
2004).
Berdasarkan data rekam medik yang dilakukan oleh penulis, diperoleh
jumlah Wanita Usia Subur (WUS) pada bulan Januari sampai Desember
2008 di Kelurahan Aek Muara Pinang 108 orang, yang melakukan pap smear
sebanyak 47 orang, sedangkan yang tidak melakukan papsmear 61 orang.
Dari uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
gambaran pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang pap semar di
Kelurahan Aek Muara Pinang Tahun 2009.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang
menjadi permasalahan pada penelitian adalah “Bagaimanakah gambaran
pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang papsmear di kelurahan Aek
Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2009.
3
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan Wanita Usia
Subur (WUS) tentang pap smear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan
Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang
pap smear berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang
paps mear berdasarkan tingkat pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang
paps mear berdasarkan pekerjaan.
d. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang
paps mear berdasarkan sumber informasi.
D. Manfaat Penelitian
D.1.
Bagi Peneliti.
Untuk
menambah
wawasan
dan
pengetahuan
peneliti
dalam
penerapan ilmu yang didapat selama masa pendidikan di Akademi
Kebidanan Nauli Husada Sibolga khususnya dalam bidang kesehatan
reproduksi wanita khususnya tentang papsmear.
4
D.2. Bagian Instansi Pendidikan
Menambah bahan bacaan perpustakaan AKBID/AKPER Nuli Husada
Sibolga yang dapat dijadikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta
dapat dijadikan panduan bagi mahasiswa/mahasiswi yang akan melanjutkan
penelitian.
D.3. Bagi Wanita.
Untuk menambah wawasan
dan
pengetahuan
wanita dibidang
kesehatan reproduksi khususnya tentang manfaat pemeriksaan pap smear.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
A.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan
sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun
dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
A.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam)
tinkatan, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu
diartikan
mengingat
sebelumnya. Yang termasuk
suatu
materi
yang
telah
dipelajari
mengingat kembali tahap suatu yang
6
spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan. Jadi
tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh :
menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
d. Analisa (Analysis)
Analisa adalah Kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek
didalam struktur organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan-kemampuan analisis dapat dikaitkan dari
penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti
menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Shintesis)
Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.
7
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
materi yang ingin diukur dari suatu objek penelitian atau responden ke
dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur.
A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Usia
Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).
Wanita yang sudah menikah atau memulai aktivitas seksual pada
usia muda (kurang dari 18 tahun) mendekati resiko terkena kanker
leher rahim (Notoatmodjo, 2003).
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara
formal didalam lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai
hubungan terhadap motivasi untuk melakukan papsmear, karena
semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat
pengetahuan dan kesadaran pada orang tersebut dalam menerima
informasi. Tingkat pendidikan tinggi akan berbeda cara penilaian
seseorang, sehingga timbul keinginan atau motivasi seseorang itu
berbeda
terhadap
kematian
8
akibat
penyakit
pada
organ
reproduksinya karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran
wanita untuk melakukan pap smear (Notoatmodjo, 2003).
c. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara
dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan
(Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia).
Media
informasi
untuk
komunikasi massa terdiri dari :
-
Media cetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku.
-
Media elektronik, yaitu radio, tv, internet.
B. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Papsmear
B.1. Pengertian
Papsmear adalah pemeriksaan yang aman, murah dan telah dipakai
bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel dimulut rahim (Andreas,
2008).
Papsmear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat
perubahan-perubahan yang terjadi dari sel leher rahim (Yohanner, 1999)
Kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat
dicegah dan dapat diobati pada stadium dini dengan angka kesembuhan
9
100% dari semua kasus kanker. Umur penderita biasanya 35-55 tahun tetapi
dapat terjadi di usia dini yaitu 18 tahun (Bobak, 2004).
Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling menakutkan bagi
semua wanita.kanker ini dapat mengakibatkan kematian. Jenis kanker ini
paling sering ditemukan diantara penyakit kanker ginekologi (Dhanny, 2008).
Beberapa faktor predisposisi keganasan kanker serviks adalah :
a. Berhubungan seks diusia dini.
b. Gonta-ganti pasangan
c. Merokok
d. Mencuci vagina
e. Kekurangan vitamin
f. Penggunaan estrogen
Alasan utama mengapa kanker leher rahim memiliki mortalitas yang
besar adalah karena wanita datang memeriksakan dirinya sudah stadium
lanjut. Ini terjadi karena 90% dari kasus kanker leher rahim pada stadium dini
tidak memiliki gejala khas sehingga penderita tidak mengetahui adanya
kanker di tubuhnya.
Kanker leher rahim ditandai dengan timbulnya sel-sel pada mulut
rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum sel-sel kanker terjadi beberapa
perubahan yang dialami oleh sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan
yang dialami oleh sel-sel tersebut selama bertahun-tahun. Pada stadium
awal, kanker ini cenderung tidak terdeteksi dan tidak ada keluhan yang
10
dirasakan. Gejala klinis stadium lanjut ditandai dengan wanita yang sering
mengalami perdarahan pada vagina yang tidak normal, keputihan, seperti
nanah dan berbau, perdarahan setelah berhubungan sesksual, ini sudah
merupakan stadium lanjut (Purnamasari, 2008).
Papsmear dapat dilakukan pada wanita yang sudah mulai aktif
berhubungan seks. Test papsmear merupakan pemeriksaan serologi dengan
tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Terbukti tes ini
cukup efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan
kanker mulut rahim. Test ini dapat dilakukan setelah bersih haid dan tidak
melakukan hubungan seksual paling sedikit 24 jam sebelum dilakukan test
papsmear (Dhanny, 2008).
B.2. Manfaat Penggunaan Papsmear
Manfaat papsmear adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
kondisi tidak normal dari sel-sel dinding rahim yang dapat berkembang
menjadi sel kanker sehingga dapat dilakukan terapi secepatnya dan
diharapkan dapat mengurangi angka kematian akibat kanker leher rahim
(evennett, 2003).
B.3. Alat Persiapan Papsmear
a. Spekulum cocor bebek
b. Spatula ayre
c. Cytabrush
d. Kaca objek
11
e. Alkohol 95% (See, 2007).
B.4. Cara Pengambilan Sediaan Papsmear
1. Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada lembar permintaan
konsultasi.
2. Pasang spekulum cocor bebek untuk menampilkan serviks.
3. Spatula dengan ujung yang di usap 360° pada permukaan serviks.
4. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label
dengan pensil pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas
dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel.
5. Spatula ayre yang telah dimotiviasi dengan ujung yang panjang agar
bisa mencapai sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap
360° pada permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada
setengah bagian sisinya.
6. Masukkan segera dalam larutan fiksasi, biasanya alkohol 95%,
biarkan larutan fiksasi minimal selama 30 menit.
7. Keringkan di udara bila tempat pencernaan jauh dari tempat
praktek, masukkan sediaan dalam amplop/pembungkus agar tidak
pecah (Ramli, 2000).
B.5. Syarat Utama Pengambilan Cairan Pemeriksaan Papsmear
Syarat utama cairan yang akan diambil adalah tidak boleh bercampur
cairan-cairan lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaannya, oleh karena
itu dapat dirinci sebagai berikut :
12
1. Cairan yang akan diambil dibagian luar genetalia, biarkan sebagaimana
adanya jangan dicuci sekali pun berbau.
2. Cairan senggama jangan dicuci menjelang pengambilan bahannya jangan
melakukan hubungan seks sedikitnya 24 jam. Terlihat di sini bahwa
pengambilan papsmear tidak menimbulkan rasa sakit tetapi metode ini
mempunyai keuntungan yang sangat besar (Manuaba, 1999).
B.6. Indikasi Pemeriksaan Pap Smear
1. Leukorea (keputihan)
Yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan.
Leukorea bukan penyakit, tetapi gejala penyakit sehingga sebab yang
pasti belum ditetapkan. Oleh karena itu untuk menentukan penyakit
dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina.leukorea
sebagai gejala penyakit dari vagina dapat ditentukan melalui berbagai
pertanyaan yang mencakup :
-
Sejak kapan terjadinya ?
-
Apakah disertai rasa gatal ?
-
Apakah berbau ?
-
Apakah bercampur darah ?
-
Apakah sedang hamil ?
-
Adakah rasa nyeri di daerah kemaluan ?
Untuk memeriksanya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup :
pemeriksaan
umum
dan
khusus,
13
pemeriksaan
laboratorium
dan
pemeriksaan
terhadap
leukorea.
Pemeriksaan
terhadap
leukorea
(keputihan) mencakup pewarnaan gram (infeksi jamur), pembiakan
(menentukan bakteri penyebab) dan pap semar untuk menentukan
adanya sel ganas (Manuaba, 2000).
2. Kelarnya darah sewaktu senggama (kontak berdarah)
Kontak berdarah merupakan keadaan yang abnormal dan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan dan menegakkan apa
penyebabnya, sehingga dapat dilakukan pengobatan yang tepat.
Penyebab kontak berdarah seperti : adanya benda asing dalam liang
senggama atau rahim, infeksi leher rahim, permukaan mulkut rahim,
tumor jinak sekitar mulut rahim (Poliendometrium, poli mulut rahim, tumor
mulut rahim terlahir atau pembuluh darah yang pecah), tumor ganas yaitu
keganasan pada liang senggama, mulut rahim, dan saluran telur
(Prawirohadjo, 2002).
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : enfeksil pemeriksaan dengan alatalat “cocor bebek” atau speculum dan pemeriksaan dalam, sednagkan
pengobatan lanjut yaitu pengambilan pap smear yaitu mengambil cairan
untuk menentukan sel ganas (Mansjoer, 2000).
B.7. Hasil Pemeriksaan Papsmear
Hasil papsmear merupakan hasil yang sesuai diadakan oleh usaha
dari pemeriksaan laboratorium sitologi. Hasil papsmear dari pemeriksaan
laboratoium Sitologi dengan mendeteksi perubahan kecil pada sel-sel di leher
14
rahim yang mengarah pada keganasan dimana dalam stadium dini
pengobatan mudah dilakukan dan perlu untuk sembuh pun lebih besar.
Dalam diagnostik tumor ganas dari tumor ganas dari laboratorium
diperoleh hasil papsmear, menurut klasifikasi Papanicolou :
- Kala I
: Negatif ditemukan (tidak ditemukan sel-sel ganas)
- Kala II
: Ada sel-sel apitik, akan tetapi tidak mencurigakan
- Kala III
: Ada sel-sel apitik, dicurigai keganasan.
- Kala IV
: Jelas tumor ganas (Sarwono, 2002).
Interpretasi dan dokumentasi dari jawaban Sitologi :
- Negatif
: Tidak ditemukan sel ganas, ulangi pemeriksaan Sitologi
dengan satu tahun lagi.
- positif
: Terdapat sel-sel ganas.
Periode pengamatan mikroskopik harus dilakukan biopsi untuk
memastikan diagnosis penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan
dengan seorang ahli Onkologi.
- Inkonkulsif
: Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi
tidak baik/tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran
sel
radang
yang
padat
menutupi
sel,
ulangi
pemeriksaan Sitologi setelah dilakukan pengobatan
radang dan sebagainya.
- Displamsia
: Terdapat
sel-sel
15
diskarotik
pada
pemeriksaan
mikroskopik. Derajat ringan sedang, sampai karsinoma,
diperlukan konfirmasi dengan kalposkopi atau biopsi.
Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus diamati
minimal 6 bulan berikutnya.
- HPV
: Pada infeksi virus ditemukan sediaan negatif atau
displasia kalposkopi dan ulang papsmear (Mansjoer,
1999).
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka
penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik WUS
- Umur
- Tingkat Pendidikan
- Sumber Informasi
Pengetahuan WUS Tentang
Pap Smear
BAGAN III A
Kerangka Konsep Penelitian
B. Defenisi operasional
B.1.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui wanita usia subur
(WUS) tentang pap smear dengan kategori :
a.
Baik
: Apabila skor 76% -100% jawaban benar (16-20, soal
benar)
b.
Cukup
: Apabila skor 56% - 75% jawaban benar (12-15, soal
benar)
c.
Kurang
: Apabila skor <56% jawaban benar (<11, soal benar)
(Arikunto, 2002).
17
Skala ukur
: Ordional
Alat ukur
B.2.
Kuesioner
Umur adalah usia wanita subur (WUS) saat dilakukan penelitian yang
dinyatakan dengan tahun dengan kategori:
a. 18 – 21
b. 22 – 26
c. 27 – 31
d. 32 – 35
B.3.
Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Interval
Tingkat pendidikan adalah pendidikan Format terakhir yang pernah
diselesaikan wanita usia subur (WUS) dengan kategori:
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan Tinggi
B.4.
Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Ordinal
Sumber informasi adalah media yang digunakan wanita usia subur
(WUS) untuk memperoleh informasi tentang Pap Smear dengan
kategori:
18
b. Media massa
c. Tenaga kesehatan
d. Keluarga / masyarakat
e. Media elektronik
Skala : Nominal
Alat ukur
: Kuesioner
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah bersifat deskriptif yaitu untuk memperoleh
gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pap Smear di
kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga
Tahun 2009.
D. Lokasi dan waktu Penelitian
D.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan
Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009 dengan alasan karena tersedianya
jumlah WUS yang memadai dan berdasrkan pengalaman banyak yang
melakukan papsmear kemudian lokasi penelitian dekat dengan tmepat tinggal
peneliti sehingga mempermudah dan menghemat waktu penelitian, dan
19
trersedia alat fasilitas pemeriksaan papsmear dan tenaga kesehatan yang
ahli
D.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2009.
E. Populasi dan Sampel
E.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Wanita Usia Subur (WUS)
yang mengikuti papsmear periode 2008 berjumlah 47 orang dilakukan Aek
Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga.
E.2. Sampel
Dalam pengambilan sampel peneliti mengunakan total sampling yaitu
dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian yang berjumlah 47 orang
F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
F.1. Jenis Data
1. Data primer
Data yang diperoleh dari hasil survey di Kelurahan Aek Muara
Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009
dengan membagikan kuesioner kepada responden.
20
2. Data sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari dokumentasi dan arsip di
Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota
Sibolga Tahun 2008.
F.2. Metode Pengumpulan Data
Dengan membagikan kuesioner kepada responden dan mengumpulkan
data dengan datang ke kelurahan juga mendatangi ke rumah responden
sehingga terkumpullah semua hasil kuesioner yang dibagikan.
G. Pengolahan Data dan Analisa Data
G.1. Pengolahan Data
1. Editing
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner
dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar
sehingga pengolahan data dikelompokkan dengan menggunakan
aspek pengaturan.
2. Coding
Memberikan kode pada setiap jawaban yang diberikan responden
selanjutnya menghitung skor jawaban dari pertanyaan yang
diberikan dan selanjutnya diberi kode.
21
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi
G.2. Analisa Data
Analisa data dapat dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat
presentase data yang terkumpul dan disajikan tabel distribusi frekuensi
kemudian dicari besarnya persentase jawaban masing-masing responden
dan
selanjutnya
dilakukan
pembahasan
kepustakaan yang ada.
22
dengan
menggunakan
teori
Download