PERAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN dalam BIOTEKNOLOGI PEMBENIHAN oleh : SUKENDI PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR TETAP BIDANG BIOLOGIPRODUKSI JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU, 29 MARET 2008 K A T A PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Yang terhormat Bapak Rektor selaku Ketua Senat Universitas Riau, Para Anggota Senat Guru Besar Universitas Riau, Plmpinan Universitas dan Fakultas di lingkungan Universitas Riau, Segenap Civitas Akademika Universitas Riau. Yang terhormat Gubernur Riau atau Yang mewakili, DPR Riau atau Yang mewakili, Wali Kota Pekanbaru atau Yang mewakili, Kapolda Riau atau yang mewakili, Para tamu Undangan, Para Ilmuan, Intelektuai, Birokrat, Budayawan, Teman Sejawat dan Keluarga serta Para Mahasiswa dan semua hadirin yang saya muliakan. Untuk mengawali upacara pengukuhan Guru Besar ini yang pertama dan utama izinkanlah saya mengajak selumh hadirin memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat umur dan kesehatan yang masih kita miliki yang diberikanNya, serta nikmat lainnya yang tidak mungkin kita bisa hitung dan uraikan satu persatu yang telah kita terima sepanjang waktu, termasuk nikmat kesehatan pada hari yang berbahagia ini dalam rangka mengikuti rapat senat terbuka Universitas Riau. Salawat dan salam tidak lupa pula kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW Allahummasali'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad yang telah memiiiki andil yang tidak terhingga terhadap peradapan umat manusia seperti yang kita rasakan pada hari ini. Setiap makluk hidup yang ada di alam akan seialu melakukan reproduksi yang merupakan salah satu mata rantai dalam siklus kehidupan yang hubungannya dengan mata rantai lainnya akan menjamin kelangsunghidupan makluk hidup tersebut. Ikan yang merupakan makluk hidup dimaksud termasuk hewan akuatik yang memiiiki beberapa kelebihan sistem reproduksi bila dibandingkan dengan makluk hidup lainnya, terutama hewan-hewan teristorial. Kelebihan tersebut antara lain adalah memiiiki sei telur dengan jumlah yang banyak, bahkan sampai ratusan ribu sehingga akan menghasilkan anak dengan jumlah yang banyak pula pada sekali proses reproduksi, memiiiki masa inkubasi yang singkat sehingga dalam waktu yang singkat telur yang telah dibuahi akan segera lahir/menetas menjadi calon anak, serta memiiiki fertilisasi eksternal (pembuahan diluar tubuh) sehingga manipulasi terhadap fertilisasi mudah dilakukan. Dengan adanya kelebihan-kelebihan sistem reproduksi tersebut di atas maka kelestarian dari ikan di perairan alami juga akan mudah terganggu bila pemanfaatannya tidak memperhitungkan sistem reproduksi hewan tersebut. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perairan tidak bisa dilakukan hanya dengan moderisasi alat tangkap, sehingga ikan banyak tertangkap, tetapi juga harus mempertimbangkan kemungkinan kelanjutan keturunan ikan tersebut melalui sistem reproduksi yang ada. Pemanfaatan sumberdaya perairan tidak hanya dapat dilakukan dengan menangkap ikan dari perairan, tetapi juga dapat dilakukan dengan membudidayakan ikan-ikan tersebut yang sebelumnya menemukan bioteknologi pembenihannya untuk menghasilkan benih yang berkualitas dalam usaha budidaya. Menangkap dan mengkonsumsi seekor induk ikan yang sedang matang gonad dari alam berarti secara tidak langsung sudah melakukan pembunuhan terhadap ratusan ribu calon anak ikan tersebut yang seharusnya bakal ditetaskan untuk menjamin kelangsunghidupannya. Beberapa puluh tahun yang lalu masyarakat di Propinsi Riau sangat bangga dengan ikan terubuk yang banyak dijumpai di Selat Bengkalis. Sakinkan bangganya ikan tersebut yang dijual di pasaran bukanlah ikannya, melainkan telur dari ikan tersebut yang seialu disantap oleh para konsumen yang tidak mengerti dengan sistem reproduksi. Hal ini merupakan salah satu contoh pemanfaatan sumberdaya perairan yang tidak memperhitungkan sistem reproduksi. Manusia lupa dengan mengkonsumsi satu kantong ovarium ikan terubuk yang didalamnya terdapat ratusan ribu butir telur berarti sudah memusnakan ratusan ribu pula calon anak ikan tersebut yang bakal akan ditetaskan diperairan. Pemanfaatan sumberdaya ikan terubuk yang sedemikian rupa membuat masyarakat Riau saat ini miskin akan ikan tersebut, bahkan jangankan telurnya, ikannyapun susah untuk dijumpai di perairan alam saat ini. Berkenaan dengan kenyataan tersebut di atas, maka saya sebagai Guru Besar tetap dalam bidang Ilmu Biologi Produksi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau akan menyampaikan orasi ilmiah dalam pengukuhan ini dengan judul " Peran Biologi Reproduksi Ikan dalam Bioteknologi Pembenihan". ii f DAFTAR ISI KATA PENGANTAR L PENDAHULUAN VITELOGENESIS REPRODUKSI TERPENTING PADA IKAN 2.1. Pola Umum Pembentukan Vitelogenin 2.2 Proses Sintesis Estradiol-17P 2.3 Peranan Estradiol-17p dalam sintesis Vitelogenin 2.4 Pengaruh Lain dari Estradiol-17p 2.5 Transfer dan penyerapan Vitelogenin 2.6 Kandungan Oosit yang telah menerima Vitelogenin dari darah m. BIOTEKNOLOGI PEMBENIHAN 3.1 Pra Pemijahan 3.2 Pemijahan 3.3 Paska Pemijahan IV PERAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN DALAM BIOTEKNOLOGI PEMBENIHAN 4.1 Ginogenesis 4.2 Poliploidisasi 4.3 Manipulasi Hormon dalam proses perubahan jenis kelamin (Sex Reversal) V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA UCAPAN TERIMAKASIH RIWAYAT HIDUP i 1 n. 4 4 5 6 12 14 16 20 22 28 33 34 34 40 45 • t I 4 I f PENDAHULUAN S e c a r a u m u m d a l a m fungsi r e p r o d u k s i , ikan d a p a t d i b e d a k a n menjadi d u a , yaitu j a n t a n dan betina (biseksual). Perbedaan kedua j e n i s k e l a m i n t e r s e b u t dapat dilihat dari ciri-ciri s e k s u a l p r i m e r dan ciri-ciri seksual sekunder. Ciri-ciri seksual primer dapat diketahui dengan m e l a k u k a n p e m b e d a h a n dan melihat organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi, yaitu testes dan salurannya pada ikan j a n t a n dan o v a r i u m d e n g a n s a l u r a n n y a pada ikan betina. Ciri-ciri s e k s u a l s e k u n d e r dapat diketahui dari bentuk luar (morfologi). Reproduksi m e r u p a k a n salah satu mata rantai dalam siklus kehidupan yang hubungannya dengan mata rantai lainnya akan menjamin kelangsungan hidup spesies (Nikolsky, 1963). Menurut Effendie ( 1 9 7 8 ) pada proses reproduksi, s e b e l u m terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin b e r t a m b a h berat diimbangi dengan s e m a k i n b e r t a m b a h n y a ukuran ikan. S e c a r a garis besar, p e r k e m b a n g a n gonad ikan dibagi atas dua tahap p e r k e m b a n g a n u t a m a , yaitu tahap p e r t u m b u h a n gonad hingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap p e m a t a n g a n produk seksual ( g a m e t ) . Tahap p e r t u m b u h a n berlangsung sejak ikan m e n e t a s atau lahir hingga mencapai dewasa k e l a m i n , dan tahap pematangan berlangsung setelah ikan dewasa. Proses pematangan akan terus berlangsung dan a k a n b e r k e s e n a m b u n g a n s e l a m a fungsi reproduksi ikan berjalan normal (Lagler, Bardach, Miller and Passino, 1977; Harvey and Hoar, 1 9 7 9 ; Davy and C h o u n i n a r d , 1980). Selama proses perkembangan gonad baik pada tahap pertumbuhan m a u p u n tahap p e m a t a n g a n , gonad ikan a k a n m e n g a l a m i s e r a n g k a i a n perubahan secara sitologik, histologik dan morfologik, sejalan dengan ini gonad j u g a a k a n m e n g a l a m i perubahan berat, v o l u m e dan morfologi. Biasanya indikator dalam menentukan sampai sejauh mana p e r k e m b a n g a n yang telah dialami oleh gonad d a l a m proses oogenesis pada ikan betina atau s p e r m a t o g e n e s i s pada ikan j a n t a n seialu menggunakan perubahan berat, volume dan morfologi gonad yang terjadi. T i n g k a t k e m a t a n g a n g o n a d t e r t i n g g i terjadi p a d a s a a t ikan a k a n m e l a k u k a n p e m i j a h a n , pada saat tersebut telur di d a l a m o v a r i u m atau 1 s p e r m a t o z o a d a l a m testis j u g a a k a n m e n c a p a i ukuran yang maksimum. Masalah d a l a m p e n g a d a a n benih ikan u m u m n y a terletak pada penguasaan siklus reproduksinya, t e r u t a m a proses reproduksi yang terjadi p a d a i n d u k i k a n b e t i n a . K u s u s u n t u k i k a n b e t i n a , proses reproduksi y a n g m e m e g a n g peranan penting d a l a m m e n g h a s i l k a n calon induk untuk dipijahkan adalah t a h a p v i t e l o g e n e s i s ( N a g a h a m a , 1 9 8 7 ; Aida e t a/., 1 9 9 1 ) . Menurut Tyler et al ( 1 9 8 8 ) vitelogenesis a d a l a h proses induksi d a n s i n t e t i s v i t e l o g e n i n di hati o l e h h o r m o n estradiol-17 p, s e r t a p e n y e r a p a n vitelogenin y a n g t e r b a w a aliran darah k e d a l a m oosit secara berurutan dan t e r a t u r S e h i n g g a hati m e r u p a k a n organ yang memiiiki protein-protein pengikat y a n g s a n g a t spesifik terhadap estradiol-17 p d a n m e m i i i k i respon t e r h a d a p r a n g s a n g a n h o r m o n a l tersebut dengan m e n s i n t e s i s d a n m e n s e k r e s i k a n vitelogenin k e d a l a m d a r a h . Vitelogenin a d a l a h bakal k u n i n g telur yang sebelum ditimbun t e r l e b i h dahulu dipecah m e n j a d i k o m p o n e n lipovitelin dan phosvitin di d a l a m k u n i n g telur. Pan et al ( 1 9 6 9 ) a d a l a h orang y a n g pertama kali m e m b e r i n a m a s e n y a w a t e r s e b u t d e n g a n istilah "Vitelogenin". Aktivitas p e m b e n t u k a n vitelogenin di hati menyebabkan nilai Gonadosomatik Indeks ( G S I ) dan Hipotosomatik Indeks ( H S I ) ikan a k a n s e m a k i n meningkat ( S c h u z t , 1984; C e r d a e t a / . , 1 9 9 6 ) . D i m a n a peningkatan nilai G S I dan H S I ini d i g u n a k a n untuk menilai tingkat k e m a t a n g a n gonad pada ikan betina. Berat molekul vitelogenin b e r k i s a r antara 200 k Da sampai 4 5 0 k Da atau 6 0 0 K Da pada ikan s a l m o n (Yaron, 1 9 9 5 ) . Selain vitelogenin oosit ikan yang s e d a n g b e r k e m b a n g j u g a m e n i m b u n berbagai jenis senyawa lain baik dalam j u m l a h kecil atau besar yang m e m a i n k a n peranan t e r p a d u d a l a m p e r k e m b a n g a n n o r m a l e m b r i o dan larva ikan. S e n y a w a t e r s e b u t antara lain glikogen, lictin, sialoglikoprotein, ester lilin dan ester steryl ( M o m m s e m dan Walsh, 1988). Keberhasilan proses p e m b e n t u k a n vitelogenin akan m e n e n t u k a n k e l a n g s u n g a n hidup e m b r i o dan larva ikan, sehingga terdapat h u b u n g a n positip a n t a r a u k u r a n telur d e n g a n k e l a n g s u n g a n hidup larva. Larva hasil p e n e t a s a n a k a n d a p a t hidup d a n b e r k e m b a n g d e n g a n baik bila m e m i i i k i k a n d u n g a n kuning telur y a n g c u k u p . Menurut Bagenal ( 1 9 6 9 ) benih ikan brown trout yang berasal dari telur y a n g berukuran besar m e m p u n y a i daya hidup y a n g lebih tinggi daripada benih ikan y a n g berasal dari t e l u r y a n g berukuran kecil. Hal ini d i s e b a b k a n karena k a n d u n g a n k u n i n g t e l u r m e r u p a k a n s u m b e r nutrien dan energi u t a m a bagi ikan s e l a m a periode endogenous feeding (Kamler, 1992), yaitu mulai dari saat fertilisasi hingga larva m u l a i m e m p e r o l e h p a k a n dari luan K a n d u n g a n kuning t e l u r y a n g diserap m e r u p a k a n materi dan energi bagi larva untuk p e m e l i h a r a a n , p e r t u m b u h a n , diferensiasi d a n aktivitas rutin larva. 2 Menurut Heming dan Buddington (1988) penyerapan kuning t e l u r p a d a i k a n d a p a t d i b e d a k a n m e n j a d i tiga f a s e , yaitu 1) fase s e b e l u m m e n e t a s (prehatch phase), ditandai d e n g a n laju penyerapan y a n g lambat n a m u n m e n i n g k a t dengan tetap, 2) fase setelah m e n e t a s (poshatch phase) ditandai dengan laju p e n y e r a p a n yang cepat d a n r e l a t i f k o n s t a n d a n 3) f a s e p e n y e r a p a n a k h i r ( t e r m i n a l p h a s e of a b s o r p t i o n ) d i t a n d a i d e n g a n laju p e n y e r a p a n y a n g l a m b a t d a n diduga d i s e b a b k a n oleh b e r k u r a n g n y a luas p e r m u k a a n sejalan d e n g a n p e n y u s u t a n k a n t o n g kuning telur d a n p e r u b a h a n komposisi k u n i n g telur. Pada induk ikan j a n t a n , proses r e p r o d u k s i y a n g m e m e g a n g peranan penting d a l a m menghasilkan calon induk untuk dipijahkan adalah t a h a p s e p r m a t o g e n e s i s . Proses ini meliputi penggandaan/proliferasi s p e r m a t o g o n i a melalui p e m b e l a h a n mitosis y a n g berulang-ulang dan m e m b e n t u k s p e r m a t o s i t primer, s e l a n j u t n y a m e r e d u k s i ( m e i t o s i s ) m e m b e n t u k s p e r m a t o s i t sekunder. S p e r m a t o s i t s e k u n d e r m e m b e l a h menjadi spermatid yang selanjutnya m e n g a d a k a n metamorfose menjadi gamet yang bergerak (motil) disebut dengan spermatozoa. Proses metamorfosa spermatid menjadi spermatozoa disebut dengan spermatogenesis. Proses r e p r o d u k s i y a n g terjadi pada ikan dapat dijadikan sebagai dasar dalam m e l a k u k a n bioteknologi pembenihan terutama untuk m e n g h a s i l k a n benih y a n g c u k u p , baik j u m l a h , kualitas m a u p u n j e n i s k e l a m i n y a n g d i i n g i n k a n . Reproduksi y a n g sangat dipentingkan untuk m e l a k u k a n bioteknologi p e m b e n i h a n t e r s e b u t adalah reproduksi y a n g terjadi pada ikan betina, karena kendala y a n g seialu d i t e m u k a n d a l a m bioteknologi tersebut adalah proses p e m b e n t u k a n vitelogenin y a n g a k a n m e n e n t u k a n tingkat k e m a t a n g a n gonad dan j u m l a h sel telur y a n g siap untuk d i p i j a h k a n . Bioteknologi p e m b e n i h a n yang telah berhasil d i l a k u k a n pada ikan adalah 1) t e k n i k ginogenesis yaitu proses produksi e m b r i o dari telur-telur y a n g dibuahi oleh s p e r m a tanpa s u m b a n g a n bahan genetik j a n t a n , 2) teknik poliploidisasi yaitu proses atau kejadian t e r b e n t u k n y a i n d i v i d u y a n g p o l i p l o i d , d i m a n a p o l i p l o i d a d a l a h s o m a t i k sel y a n g m e m p u n y a i tiga (teriploid), e m p a t (tetraploid), lima (pentaploid) atau lebih sel k r o m o s o m t a n p a d i t e m u k a n dua k r o m o s o m (diploid), dan 3) sex reversal yaitu metode untuk m e n g u b a h arah diferensiasi kelamin ikan secara buatan dari y a n g seharusnya j a n t a n menjadi betina a t a u sebaliknya. vitelogenesis, granula kuning t e l u r b e r t a m b a h d a l a m j u m l a h dan u k u r a n , sehingga m e n y e b a b k a n v o l u m e oosit akan s e m a k i n embesar. Hipotalamus VITELOGENESIS REPRODUKSI TERPENTING PADA IKAN 2.1. Pola u m u m p e m b e n t u k a n vitelogenin Rangsangan hormonal dalam proses terbentuknya vitelogenin dimulai dari a d a n y a isyarat-isyarat lingkungan seperti fotoperiod, s u h u , aktivitas m a k a n a n dan faktor sosial y a n g s e m u a n y a akan m e r a n g s a n g hipotalamus untuk mensekresikan Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH). GnRH yang disekresikan ke dalam darah akan merangsang hipofisa u n t u k m e n s e k r e s i k a n h o r m o n - h o r m o n gonadotropin (GtH) (Peter, 1 9 8 3 ; Leiy d a n S t a n c y , 1 9 8 3 dalam M o m m s e n dan W a l s h , 1 9 8 8 ) . H o r m o n gonadotropin (GtH) yang dihasilkan oleh hipofisa karena adanya r a n g s a n g a n dari h o r m o n Gonadotropin Releasing H o r m o n (GnRH) oleh hipotalamus akan m e m b e r i k a n respon terhadap ovari untuk meningkatkan produksi estrogen (estradiol-ivpdan estron), yang selanjutnya disekresikan ke d a l a m aliran d a r a h . Estrogen seterusnya d i a n g k u t m e n u j u j a r i n g a n s a s a r a n yaitu hati melalui cara difusi dan di d a l a m hati secara spesifik a k a n m e r a n g s a n g vitelogenesis. N a g a h a m a ( 1 9 8 7 ) , Yaron ( 1 9 9 5 ) dan C e r d a et al ( 1 9 9 6 ) m e n y a t a k a n bahwa v i t e l o g e n i n hasil sintesis ini d i s e k r e s i k a n k e m b a l i oleh hati ke d a l a m darah dan s e c a r a s e l e k t i f vitelogenin a k a n diserap oleh oosit. E s t r a d i o l - n p yang terdapat d a l a m darah m e m b e r i k a n rangsangan balik t e r h a d a p h i p o t a l a m u s . R a n g s a n g a n y a n g diberikan estradiol-17p terhadap hipotalamus adalah rangsangan dalam m e m a c u produksi G n R H . G n R H yang dihasilkan bekerja untuk merangsang hipofisa dalam m e m p r o d u k s i gonadotropin. Gonadotropin yang dihasilkan akan berperan d a l a m proses biosintesis estradiol-l7p pada lapisan granulosa. N a m u n bila gonadotropin telah cukup untuk pematangan gonad, maka rangsangan y a n g diberikan estradiol -17 p terhadap h i p o t a l a m u s adalah r a n g s a n g a n d a l a m m e m a c u produksi Gonadotropin Releasing Inhibitor Faktor (GnRIF) yang akan menghambat hipofisa dalam memproduksi hormon g o n a d o t r o p i n . S i k l u s ini t e r u s berjalan di d a l a m t u b u h ikan s e l a m a t e r j a d i n y a p r o s e s v i t e l o g e n e s i s . y a n g m e n u r u t C e r d a et al. ( 1 9 9 6 ) p e n g a t u r a n h o r m o n a l dari vitelogenin pada ikan teleostei dapat pula d i g a m b a r k a n seperti terlihat pada G a m b a r 1. Pada saat b e r i a n g s u n g n y a 4 G a m b a r 1. Pengaturan h o r m o n a l dari vitelogenesis pada i k a n teleostei (Cerda et al., 1996) 2.2. Proses sintesis estradiol -I7p Estradiol-17P adalah estrogen u t a m a pada ikan betina, hal ini telah diteliti pada i k a n s a l m o n i d (Scott et al., 1 9 8 2 dalam Schulzt, 1 9 8 4 ) . Konsentrasi hormon-hormon steroid seks (estradiol-I7p dan estron) selama siklus reproduksi t a h u n a n ikan lele betina (Clarias batrachus L) rendah s e l a m a fase p r a v i t e l o g e n i k , dan m e n i n g k a t s e c a r a c e p a t p a d a f a s e vitelogenik serta m e n c a p a i puncaknya pada a k h i r fase vitelogenik, begitu juga konsentrasi testosteron yang meningkat selama fase vitelogenik (Nayak dan S i n g , 1 9 9 2 ) . Testosteron diduga berperan sebagai substrat untuk biosintesis estradiol -17P, terbukti dari studi in vitro y a n g dilakukan Kagawa ( 1 9 8 2 ) m e n y a t a k a n bahwa p e r m u k a a n granulosa i k a n a m a g o s a l m o n b e k e r j a s a m a d e n g a n p e r m u k a a n sel t e k a d a l a m mensintesis e s t r a d i o l - n p , dibawah pengaruh gonadotropin. Sel-sel teka menghasilkan androgen (testosteron dan androstenedione) yang selanjutnya diubah menjadi estradiol-l7p dengan bantuan enzim a r o m a t a s e . Kenyataan ini telah d i b u k t i k a n j u g a oleh N a g a h a m a ( 1 9 8 7 ) pada ikan-ikan teleostei dan Yaron ( 1 9 9 5 ) pada ikan mas. Pada ikan-ikan tersebut diatas lapisan teka dari folikel oosit m e l a k u k a n s e m u a tahapan steroidogenik d a l a m p e m b e n t u k a n t e s t o s t e r o n , selanjutnya testosteron m a s u k ke d a l a m p e r m u k a a n granulosa y a n g k e m u d i a n dirobah m e n j a d estrodiol-np. Proses s t e r o i d o g e n e s i s y a n g terjadi d i d a i a m t u b u h ikan dapat d i g a m b a r k a n sebagai berikut : proses steroidogenesis dimulai dari pemecahan kolesterol menjadi pregnenolon, Pregnenolon kemudian d i u b a h menjadi p r o g e s t e r o n . Proses perubahan pregnenolon dibantu oleh e n z i m 3 b-hydroxysteroid d e h y d r o g e n a s e (3 b - H S D ) . S e l a n j u t n y a p r o g e s t e r o n ini d i r u b a h m e n j a d i 17 p - h y d r o x y p r o g e s t e r o n d e n g a n b a n t u a n e n z i m 17 p - h y d r o x y l a s e . S e l a m a vitelogenesis b e r l a n g s u n g , 17 p h y d r o x y p r o g e s t e r o n d i u b a h m e n j a d i a n d r o s t e n e d i o n . P r o s e s ini d i b a n t u oleh e n z i m C 17- C 2 0 lyase. Androstenedion k e m u d i a n diubah m e n j a d i t e s t o s t e r o n . Sintesis testosteron ini dibantu oleh e n z i m 17-3 h y d r o x y s t e r o i d - d e h y d r o g e n a s e (17 p - H S D ) . Proses p e r u b a h a n dari kolesterol m e n j a d i t e s t o s t e r o n terjadi d i d a i a m lapisan t e k a p a d a folikel oosit. K e m u d i a n testosteron y a n g dihasilkan oleh lapisan teka ini m a s u k ke dalam lapisan granulosa. Didaiam lapisan granulosa testosteron diubah menjadi e s t r a d i o l - n p , sehingga selama vitelogenesis berlangsung k o n s e n t r a s i e s t r a d i o l - l 7 p d i d a i a m t u b u h ikan a k a n t i n g g i . S i n t e s i s estradiol-17 p ini d i b a n t u oleh e n z i m a r o m a t a s e . Pada w a k t u terjadi p e m a t a n g a n oosit, 17 a h y d r o x y p r o g e s t e r o n y a n g dihasilkan oleh lapisan t e k a m e n y e b a r k e d a l a m lapisan g r a n u l o s a pada folikel oosit. D i d a i a m lapisan ini 17 a h y d r o x y p r o g e s t e r o n diubah menjadi 17 a, 20 p - d i h y d r o x y - 4 p r e g n e n - 3 - o n e (17 a, 2 0 p - diOHProg). Proses ini d i b a n t u oleh e n z i m 20 p - hydroxysteroid d e h y d r o g e n a s e (20 p - HSD) ( N a g a h a m a , 1 9 8 7 ; Yaron, 1995; V a n s t o n e t al., 1996). 2.3. Peranan estradiol - 17 p d a l a m sintesis vitelogenin V i t e l o g e n i n d i s i n t e s a di sel hati, y a i t u pada bagian r e t i k u l u m e n d o p l a s m a kasar, y a n g s e l a n j u t n y a dimodifikasi, d i k e m a s ke d a l a m a p a r a t u s golgi dan d i s e k r e s i k a n ke d a l a m aliran d a r a h . Dengan a d a n y a p e n g a r u h h o r m o n - h o r m o n pituitari, sel folikel a k a n m e l e p a s k a n e s t r o g e n ke d a l a m aliran d a r a h . Estrogen a k a n m e m a s u k i sel hati d e n g a n cara difusi. Selanjutnya terjadi p e m b e n t u k a n vitelogenin pada retikulum e n d o p l a s m a kasar, d i m o d i f i k a s i , d i k e m a s ke dalam aparatus golgi dan d i s e k r e s i k a n ke d a l a m aliran d a r a h . Vitelogenin asal darah terikat pada protein reseptor spesifik yang ada pada m e m b r a n oosit, k e m u d i a n diserap melalui mikropinositosis dan dipindahkan ke microvesicular body. S e b e l u m p e n i m b u n a n a k h i r d a l a m k u n i n g telur, v i t e l o g e n i n di p e c a h m e n j a d i k o m p o n e n - k o m p o n e n lipovitelin dan phosvitin. Djojosoebagio ( 1 9 9 0 ) m e n g e m u k a k a n bahwa agar efek h o r m o n h o r m o n steroid ini dapat d i m a n i f e s t a s i k a n d a l a m bentuk p r o s e s - p r o s e s atau f e n o m e n a biologis m a u p u n fisiologis m a k a mutlak k o m p l e k s h o r m o n steroid resptor d a l a m s t o p l a s m a di aktifkan menjadi k o m p i e k h o r m o n 6 steroid d a l a m inti. D a l a m inti hormon kompiek yang telah diaktifkan ini a k a n terikat pada r e s e p t o r y a n g terdapat d a l a m k r o m a t i n , bila k e n y a t a a n ini telah tercapai d e n g a n baik m a k a mulailah s u a t u rangkaian sintesis m R N A dan protein y a n g spesifik. S i s t e m u m p a n b a l i k a n t a r a o v a r i d a n hati y a n g m e l i b a t k a n estrogen dan v i t e l o g e n i n pada ikan ini j u g a s a m a d e n g a n kerja estrogen pada sel-sel target ovidak pada a y a m . Interaksi kompiek hormon reseptor d e n g a n DNA m e n y e b a b k a n p e n y e s u a i a n e k s p r e s i g e n - g e n spesifik. Pemberian h o r m o n estradiol kepada ikan betina atau j a n t a n p r a d e w a s a , m e n y e b a b k a n pengaktifan spesifik terarah pada gen vitelogenin y a n g terletak pada b a g i a n u j u n g DNA, y a n g m e r u p a k a n titik p e n g i k a t a n aktual kompiek reseptor h o r m o n , sehingga reseptor estrogen dianggap sebagai protein p e n g a t u r g e n . 2.3.1. P e r a n a n e s t r o g e n pada sel-sel hati Estradiol a t a u h o r m o n steroid lain m e m a s u k i sel hati melalui difusi dan terikat pada protein reseptor y a n g berbentuk sitosolit spesifik, S e l a n j u t n y a k o m p i e k e s t r o g e n reseptor m e n g a l a m i t r a n s f o r m a s i dari bentuk terikat non D N A menjadi bentuk yang secara aktif dan pasif pindah lokasi ke inti s e l . Estrogen m e n g i k a t protein reseptor sitosolik 5 S di d a l a m sel hati. S e l a m a pindah lokasi dari sitosol ke inti, reseptor y a n g ditempati estrogen (kompiek estrogen reseptor) berubah dari 5 - S menjadi 4 - S dan m e m p u n y a i d a y a ikat tinggi t e r h a d a p k r o m a t i n . Pada model inti (nuclear model), estrogen m e m a s u k i sel hati dan m e n g i k a t protein reseptor inti yang sangat spesifik. Kompiek estrogen reseptor m e n u n j u k k a n daya ikat yang tinggi terhadap kromatin, melekat pada sisi-sisi spesifik DNA dan objek-objek lain yang akan mengaktifkan gen vitelogenin. Hati nonvitelogenik dari salmon Atlantik j a n t a n {Salmo salar) m e n g a n d u n g protein pengikat estrogen spesifik berdaya ikat tinggi di d a l a m sitosolik, s e d a n g k a n inti sel hati m e n u n j u k k a n rendahnya kadar k o m p o n e n - k o m p o n e n pengikat estradiol berdaya ikat tinggi. Hati teleostei merupakan sumber paling kaya akan reseptor spesifik bila d i b a n d i n g k a n d e n g a n vertebrata yang lain, sehingga sering dijadikan untuk m e m p e l a j a r i s i s t e m model y a n g ideal d a l a m m e n g a n a l i s i s secara mendetail m e k a n i s m e interaksi hormon reseptor dan reseptor kromatin vertebrata tingkat r e n d a h . Protein reseptor ikan mirip d e n g a n reseptor dari vertebrata lain, seperti reseptor pada ikan s a l m o n dicirikan dengan tingginya kespesifikan untuk estradiol dan tidak mengikat progesteron, hidrokortisol a t a u dihidrotestosteron. Pada raibow trout, p e m b e r i a r estron m e n y e b a b k a n rangsangan sintetis vitelogenin d a l a m hati dan pelepasannya ke d a l a m aliran d a r a h , tetapi k e m a m p u a n estron hanya E % s a m p a i 12 % dari k e m a m p u a n estradiol (Van B a h e m e n et al., a,b dalam M o m m s e n dan Walsh, 1 9 8 8 ) . 1982 Dalam siklus tahunan raibow trout, menunjukkan bahwa konsentrasi dan rasio estrogen dan estron t e r e n d a h pada hati, walaupun konsentrasi kedua j e n i s estrogen ini d i d a i a m darah m e n i n g k a t s e l a m a vitelogenesis a w a l . Van B o h e m e n dan Lambert ( 1 9 8 1 ) dalam M o m m s e m dan Walsh ( 1 9 8 8 ) m e n y a t a k a n bahwa pada fase p e r t a m a vitelogenesis seialu d i d o m i n a s i o l e h e s t r o n , y a n g m e n i n g k a t m e n j a d i 10 kali lipat, selanjutnya tahap akhir vitelogenesis, konsentrasi estrodiol didaiam darah m e n i n g k a t m e n j a d i 6 0 n m / m l y a n g m e n u n j u k k a n peningkatan 6 0 kali lipat. S e l a i n e s t r o g e n , t e r n y a t a a n d r o g e n d a p a t pula m e n i m b u l k a n respon vitelogenik pada ikan teleostei, w a l a u p u n h a n y a diberikan pada dosis farm.okologis (Le M e n n , 1 9 7 9 ; Hori e t al., 1979 dalam M o m m s e m dan Walsh, 1 9 8 8 ) . S e b a l i k n y a a n d r o g e n y a n g berdosis tinggi diberikan pada juvenil s a l m o m e n g u a t k a n proses pembetinaan beberapa ikan (Solar e t a / . , 1980 dalam M o m m s e n dan Walsh, 1 9 8 8 ) . 2.3.2. Protein pengikat plasma H o r m o n steroid y a n g dilepaskan oleh sel-sel ovari dan diangkut m e n u j u j a r i n g a n s a s a r a n melalui p e r e d a r a n darah dapat pula diikat oleh p l a s m a ikan s a m p a i d e r a j a d t e r t e n t u . Bila dilihat spesifik dan sifat-sifat protein pengikat steroid d a l a m plasma dengan reseptor steroid m e m a n g b e r b e d a , n a m u n f u n g s i n y a a d a l a h sebagai buffer untuk m e n y a n g g a h konsentrasi steroid b e b a s d a l a m kondisi steroid t i n g g i , sehingga tidak m e m e r l u k a n w a k t u untuk m e l a k u k a n sintesis basis. Pada p l a s m a Salmo sa/ar terdapat dua pengikat estradiol, yang satu d e n g a n daya ikat tinggi d a n y a n g lainnya d e n g a n daya ikat rendah terhadap estradiol. Lazier e t al., ( 1 9 8 5 ) dalam M o m m s e n d a n W a l s h , ( 1 9 8 8 ) m e n y a t a k a n bahwa androgen dihidrotestosteron maupun progesteron dan estron menunjukkan daya ikat c u k u p tinggi t e r h a d a p pengikat p l a s m a , y a n g secara in vivo dan in vitro a k a n b e r s a i n g d e n g a n estradiol. D i k a t a k a n j u g a b a h w a tidak ada persaingan di dalam hati antara antiestrogen 4 - hydroxytamoxifen dengan estrogen untuk m e n g i k a t pengikat estrogen berdaya ikat tinggi di d a l a m plasma. 2.3.3. Beberapa p e r u b a h a n y a n g terjadi di hati berkaitan dengan proses p e m b e n t u k a n vitelogenin. S e c a r a a l a m i ikan y a n g s e d a n g m e l a k u k a n proses p e m b e n t u k a n vitelogenin m e m p u n y a i laju sintetis protein hati y a n g lebih tinggi dari pada ikan y a n g tidak m e l a k u k a n proses tersebut. D e n g a n m e m b e r i k a n 8 estrogen secara invivo dan invitro m a k a dapat dilihat beberapa p e r u b a h a n y a n g terjadi di hati b e r s a m a a n d e n g a n proses v i t e l o g e n i n . S e p e r t i p a d a i k a n r e d g r o u p e r (Epinephelus akaara), beberapa p e r u b a h a n y a n g t e r j a d i di hati b e r k a i t a n d e n g a n p r o s e s v i t e l o g e n i n a d a l a h p e n g e m b a n g a n nuclear e n v e l o p e cisternal (kantong air s e l u b u n g inti), pembengkakan mitokondria dan penampungan bahan-bahan r e t i k u l u m e n d o p l a s m a kasar, a p a r a t u s golgi s e r t a g e l e m b u n g s e k r e s i ( N g e t al., 1 9 8 4 dalam M o m m s e n a n d W a l s h , 1 9 8 8 ) . T e r j a d i n y a p e n i n g k a t a n nilai H e p a t o s o m a t i k Indek (HSI) d i s e b a b k a n karena a d a n y a p e n i n g k a t a n lipida sel dan k a n d u n g a n air. Hasil penelitian Korsgaard et al. ( 1 9 8 6 ) ; K o r s g a a r d d a n P e t e r s e n , ( 1 9 7 6 ) dalam M o m m s e n a n d W a l s h , ( 1 9 8 8 ) m e n u n j u k k a n bahwa dengan pemberian estrogen pada s a l m o n A t l a n t i k a k a n m e n i n g k a t k a n j u m l a h inti t o t a l , RNA total dan p r o t e i n h a t i . D i k a t a k a n j u g a m e n i n g k a t n y a v o l u m e d a n b o b o t hati d i s e b a b k a n k a r e n a m e n i n g k a t n y a j u m l a h RNA seluler. P e m b e r i a n estrogen a k a n berperan d a l a m p e r b a n y a k a n organel s e l , s e p e r t i r e t i k u l u m e n d o p l a s m a , a p a r a t u s golgi s e r t a m i t o k o n d r i a , p e n g k o d e a n g e n untuk s t r u k t u r - s t r u k t u r t e r s e b u t diaktifkan sehingga dengan pemberian estrogen menyebabkan peningkatan aktifias penerjemahan yang melibatkan mRNA. Estradiol juga dapat mengorganisasi metabolisme sel dan aktifitas biosintesa pada tingkat yang berbeda. Perlakuan estrogen pada ikan j u g a m e m b a n t u m e t a b o l i s m e untuk menyediakan sejumlah besar energi dan menurunkan tenaga yang diperlukan untuk mensintesis protein dan lipida (Ng etal. 1984 ). Dikatakan j u g a bahwa terdapat peningkatan yang nyata dan besar kadar t r a n s a m i n a s e dan e n z i m y a n g diperlukan untuk siklus Krebs d a n glikolisis, P e r u b a h a n - p e r u b a h a n ultrastruktur dan biokimia yang terjadi di sel hati s e l a m a vitelogenesis disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perubahan-perubahan ultrastruktur dan biokimia y a n g terjadi di sel hati s e l a m a v i t e l o g e n e s i s ( M o m m s e n d a n W a l s h , 1 9 8 8 ) P e n u r u n a n sementara protein reseptor e s t r o ^ n sitosolik P e r a n g ^ a n g a n p r o t e i n r e s e p t o r e s t r o g e n inti P e n i n g k a t a n indeks hepatosomatik akibat hyperplasia atau hypertrophy P e r b a n y a k a n aparatus G o i g i P e n i n ^ a t a n c i s t c m a e ( k a n t o n g a i r s e l u b u n g inti) Sintesis r i b o s o m Pelengkapan polysoma Peningkatan retikulum e n d o p l a s m a kasar Pembengkakan mitokondria P e m u n c u l a n spesies baru m R N A (vitelogenin) P e n i n g k a t a n aktifitas sintesis p r o t e i n Sintesis vitelogenin P e n i n ^ a t a n R N A selular P e n i n ^ a t a n metabolisme lipida P e n a m b a h a n o u t put -v^ery l o w d e n s i t y l i p o p r o t e i n ( V L D L ) P e n u m n a n k a n d u n g a n g l i k o g e n per sel P e n i n ^ a t a n e n z i m - e n z i m metabcdik Peningkatan j u m l a h D N A hepatik P e n i n g k a t a n k a d a r a i r hati 2.3.4. Molekul d a n k o m p o n e n vitelogenin Secara biokimia terdapat perbedaan karakteristik molekul d a l a m b e b e r a p a p a r a m e t e r dari s e j u m l a h ikan, seperti berat m o l e k u l , derajad fos-forilasi derajad lipidasi a t a u k o m p o s i s i sub unit. K o m p o n e n utama dari vitelogenin adalah protein, disintesis di ribosoma yang terikat membran d a n d i s e k r e s i k a n dari sel hati. Molekul-molekul ini dilipidisasi, diglikolisasi d a n difosforilasi, y a n g s e m u a proses ini dilakukan pada bagian m e m b r a n r e t i k u l u m e n d o p l a s m a . Vitelogenin ikan m e n g a n d u n g s e j u m l a h gugus fosfat, beberapa diantaranya b e r u p a fosfat protein, k o m p o n e n ini d a l a m oosit m a t a n g d i e n d a p k a n berupa phosvitin. Secara u m u m k o m p o n e n ini difosforilasi pada bagian s e r i n , k a r e n a derajad fosforilasi vitelogenin ikan y a n g t e l a h d i d e l i p i d a s i b e r k i s a r a n t a r a 0 , 6 - 0,7 % m e n y e b a b k a n konsentrasi serin a k a n lebih r e n d a h . Ikan betina vitelogenik m e n g a n d u n g a n t a r a 2 0 d a n 100 m i k r o g r a m fosfor protein dalam setiap m l p l a s m a , s e d a n g k a n pada ikan j a n t a n yang tidak diberi perlakuan hanya m e n g a n d u n g kurang dari 5 m i k r o g r a m fosfat protein d a l a m setiap ml p l a s m a (Craik d a n Harvey, 1984 dalam M o m m s e m d a n Walsh, 1 9 8 8 ) . Fosfat ada j u g a berasal dari induk betina yang m e m a s o k k a n n y a berupa fosfat dan fosfolipida pada oosit. Komponen fosfat protein b e r m u a t a n t i n g g i , sehingga m o l e k u l vitelogenin m e m p u n y a i k e m a m p u a n y a n g tinggi untuk m e n g i k a t i o n . Pada ikan teleostei vitelogenin secara efisien akan m e n g i k a t ion seperti k a l s i u m , m a g n e s i u m , atau besi, hal ini m e r u p a k a n cara y a n g penting untuk m e m a s o k mineral bagi oosit y a n g sedang tumbuh. 10 K o m p o n e n y a n g lain d a l a m vitelogenin ikan adalah lipida, tetapi j u m l a h n y a lebih sedikit bila dibandingkan d e n g a n fosfat. N a m u n bila dibandingkan dengan vertebrata lainnya, ternyata molekul vitelogenin ikan m e n g a n d u n g lipida d u a kali lipat lebih besar. K a n d u n g a n lipida pada vitelogenin berkisar kira-kira 20 %, kandungan ini tergantung pada pola hidup dan m a k a n a n k e s u k a a n , seperti pada ikan m a s koki 21 %, ikan rainbow trout 2 1 %, sea trout 19 % dan pada ikan elasmobranchii dogfish 18 %. Hori et al. ( 1 9 7 9 ) dalam M o m m s e n and Walsh, (1988) menyatakan bahwa k o m p o n e n lipida pada vitelogenin ini akan m e m b e n t u k bagian lipovitelin kuning telur, yang dapat digolongkan sebagai polar lipid (lipida k u t u p ) . Hasil penelitian Fremont ( 1 9 8 4 ) m e n u n j u k k a n bahwa m a n i p u l a s i a s a m l e m a k b e b a s di d a l a m p a k a n u n t u k i k a n t r o u t menyebabkan perubahan komposisi a s a m lemak dalam lipida s e r u m , yang m e r u p a k a n proses penting dalam vitelogenesis. Vitelogenin ikan j u g a m e n g a n d u n g korbohidrat n a m u n belum banyak diketahui j u m l a h , sifat dan rantai k o m p o n e n n y a . Pada raimbow trout yang telah diberi periakuan estradiol ternyata vitelogenin hanya dapat dideteksi di dalam darah, bukan di dalam hati, hal ini m e m b u k t i k a n bahwa vitelogenin dengan cepat disekresikan setelah disintesis. Sel hati ikan d a l a m suspensi atau dalam kultur primer sangat peka terhadap e s t r o g e n d a n sel-sel hati yang diisolasi tersebut akan mensintesis dan m e n s e k r e s i k a n vitelogenin secara invitro. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dibuat suatu gambaran tentang urutan kejadian di hati s e l a m a vitelogenesis. seperti teriihat pada Tabel 2. Tabel 2. G a m b a r a n t e n t a n g urutan kejadian di hati s e l a m a vitelogenesis ( M o m m s e n d a n W a l s h , 1988) 1. l^ingkongan inii Peneatifaii s e n viteloeeniii melalui pensikataii koiiip lek reseptor h o r m o n pada daerah spesitik D N A inti Penxalinan dait keniunculan salinan primer d a l a m lin gkungan inti Pengolahan salinan p r i m e r P e m i n d a h a n lokasi k c sitoplasma 2. HctikuJum trntioplasmn Pelengkapaii p o l i s o m a Penerjemahan m R N A vitelog,enin Pengolahan subunit previtelogeiiin KosForilasi p a d a residu serin Lipidasi P e m i n d a h a n lokasi k c retikulum endoplasma halus 3. 4. Retiiitilum cn€toptt»smH hnlits Fosforilasi lanjuian pada residu serin P c m i n d a l i a n lokasi k e aparatus G o l g i A/tnrjtfa.s Gttijfi Glikosilasi Mannosa N-acet>- Iglnco so mi ne N - a c e t v l n e u r a n i i n i c acid Lipidasi Penyingkian pcptida Oimerisasi Fosforilasi pada residu serin Sekresi ke dalam peredaran darah 11 2.4. P e n g a r u h lain dari estradial - 17 ^ bersifat vitelogenik alami s e l a m a migrasi p e m i j a h a n n y a . E s t r a d i o l - 1 7 b d i d a l a m hati b u k a n h a n y a b e r p e r a n dalam pengaktifan gen vitelogenik, tetapi dapat j u g a m e n g a k t i f k a n gen-gen lain seperti y a n g terjadi pada a y a m , aksi ini j u g a m e m b e r i kode bagi apo V L D L I I - V L D L ( v e r y - low-density lipoprotein) pada a y a m y a n g s e d a n g bertelur serta berbagai protein pengikat v i t a m i n . Pengaruh lain y a n g d i t i m b u l k a n oleh estradiol-17b pada beberapa organ vertebrata tingkat r e n d a h disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. B e b e r a p a g e n y a n g d i p e n g a r u h i oleh e s t r a d i o l - 17 p p a d a beberapa vertebrata berkaitan d e n g a n vitelogenin ( M o m m s e n dan W a l s h , 1988) Protda Ovalbumin Lysozyme Gn album in Ovomucoid Avidin Vitelogenin Albumin Organ 0\'iduct Hati Organisme Burung Vatebrataovipar Xenopus, Oncorhynchus Efek Merangsang Merang sang Merangsang Merangsang Merangsang Merangsang Menekan nerka ApoB, Apoll (VLDL) Protein pengikat vitamin - Biotin - Thiamin - Cobalamin - Riboflavin Ayam, Teleostei Burung Merangsang Merang sang Merangsang Merangsang Merangsang Merangsang Trannsferrin Reseptor estrogen Teleostei, ayam Merangsang Merangsang Estradiol j u g a m e m b e r i k a n efek negatif terhadap protein-protein tertentu dalam darah, seperti pada beberapa vertebrata dengan pemberian estradiol a k a n dapat m e n u r u n k a n secara nyata konsentrasi albumin yang sedang beredar di d a l a m darah, yaitu pada Xenopus j a n t a n seperti terlihat pada Tabel 4 . Wolffe etal. ( 1 9 8 5 ) dalam M o m m s e n dan Walsh (1988) m e n g e m u k a k a n bahwa ada dua aksi yang ditimbulkan oleh estradiol s e h i n g g a m e n y e b a b k a n m e n u r u n n y a k a d a r a l b u m i n pada A'enopus, yaitu : (1) Estradiol menyebabkan penghilangan rangsangan terhadap penyalinan dua gen y a n g m e m b e r i kode bagi a l b u m i n yang lebih besar dan m e l i m p a h , ( 2 ) Estradiol m e n y e b a b k a n p e r u s a k a n kestabilan R N A m e s s e g e r bagi a l b u m i n , y a n g m e n g a k i b a t k a n penurunan w a k t u paruh a k t u a l m R N A . Pada ikan penurunan konsentrasi albumin akibat pengaruh estradiol dialami oleh ikan s o c k e y e s a l m o n {Oncorhynchus nerka) y a n g 12 Pada ikan ada dua k e m u n g k i n a n y a n g disebabkan oleh perlakuan e s t r a d i o l , y a i t u ( 1 ) p a d a i k a n y a n g m e n i m b u n lipida di d a l a m h a t i , seperti ikan c o d d a n blenny, estradiol a k a n m e n y e b a b k a n mobilisasi c a d a n g a n lipida intra hepatik dan k e m u d i a n m e n i n g k a t k a n output V L D L dari hati, (2) pada ikan y a n g m e n g g u n a k a n t e m p a t diluar hati untuk m e n i m b u n lipida, seperti ikan s a l m o n estradiol p e r t a m a m e r a n g s a n g mobilisasi lipida ekstra hepatik y a n g selanjutnya m e n y e r a p n y a ke d a l a m hati y a n g m e n y e b a b k a n peningkatan output V L D L dari hati. Ikan betina vitelogenik killifish (F. heteroclitus) atau ikan j a n t a n y a n g disuntik estrogen m e n g a n d u n g lebih sedikit glikogen di d a l a m hati dari pada ikan j a n t a n y a n g tidak disuntik ( S e l m a n dan Wallace, 1 9 8 8 ) . Begitu j u g a ikan vitelogenik pada ikan teleostei y a n g disuntik dengan estradiol u m u m n y a m e n g a n d u n g lebih sedikit glikogen di hati dari pada i k a n y a n g t i d a k d i s u n t i k . Pada g r o u p e r p e r a n g s a n g a n v i t e l o g e n e s i s akan meningkatkan glikogen hepatik secara nyata. Ikan sockeye s a l m o n (O. nerka) a k a n m e n c a p a i konsentrasi m a k s i m u m glikogen hati pada akhir migrasi pemijahan yang selanjutnya akan dimanfaatkan s e b a g a i s u m b e r energi bagi p r o s e s p e m i j a h a n (French e t al., 1 9 8 3 dalam M o m m s e n dan Walsh, 1988). Aksi lain y a n g d i t i m b u l k a n oleh estradiol adalah hypercalcemia (kelebihan kalsium dalam darah), hal ini karena adanya pengikatan kalsium y a n g dimiliki k o m p o n e n molekul vitelogenin asli yang terfosforilasi d a n b e r m u a t a n tinggi, vitelogenin yang mencapai konsentrasi tinggi d a l a m aliran darah diserap oleh hati dan diuralkan bersama protein darah lainnya. Pada s a l m o n A t l a n t i k (S. salar) j a n t a n , respon estrogen j u g a m e n c a k u p peningkatan j u m l a h reseptor estrogen inti y a n g dapat diuji s a m p a i konsentrasi seperti pada ikan betina. Pada ikan jantan konsentrasi sintesis vitelogenin tidak dapat dirangsang dengan pemberian ekstrak h i p o f i s a , ini m e n u n j u k k a n d u a sifat spesifik respon v i t e l o g e n i k pada i k a n , yaitu : (1) b e r k e n a a n d e n g a n v i t e l o g e n e s i s , hati bukan organ s a s a r a n langsung bagi h o r m o n hipofisa d a n (2) pada h o r m o n j a n t a n vitelogenesis secara spesifik tergantung pada pemberian estrogen karena gonad tidak mampu memproduksi estrogen. Pada ikan elasmobranchii m e n u n j u k k a n bahwa vitelogenesis dan aktifitas bertelur terjadi sepanjang tahun, dengan puncaknya selama musim dingin. K e n y a t a a n ini t e r b u k t i b a h w a v i t e l o g e n i n d a p a t d i t e m u k a n di d a l a m d a r a h d o g f i s h {Scyliorhimus canicula) d a n p a r i {Raja erinacea) s e p a n j a n g t a h u n walaupun d a l a m konsentrasi rendah bila d i b a n d i n g k a n d e n g a n teleostei vitelogenik. S i n t e s i s vitelogenin pada dogfish betina berjalan lambat d i b a n d i n g k a n d e n g a n t e l e o s t e i , s e d a n g k a n laju p e n y e r a p a n n y a ke d a l a m ovari s a n g a t dipengaruhi oleh laju sentetis 13 vitelogenin t e r s e b u t , sehingga m e n y e b a b k a n w a k t u paruh vitelogenin menjadi l a m a , y a i t u 9 hari. L a m a n y a w a k t u paruh vitelogenin ini j u g a d i t e m u k a n pada individu j a n t a n vertebrata lain, karena tidak memiiiki j a r i n g a n p e n y e r a p a n v i t e l o g e n i n , seperti pada X e n o p u s j a n t a n y a n g disuntik d e n g a n e s t r o g e n , m a k a vitelogenin akan d i s i n g k i r k a n dari aliran darah s e b e s a r k u r a n g dari 1 % perhari, s e d a n g k a n pada betina lebih dari 12 % perhari (Wallace dan J a r e d , 1968 dalam M o m m s e n dan Walsh, 1988). 2.5. T r a n s f e r d a n p e n y e r a p a n vitelogenin Vitelogenin y a n g disekresikan aparatus golgi ke d a l a m p l a s m a , k e m u d i a n dari p l a s m a vitelogenin a k a n d i k e l u a r k a n dan m a s u k kedalam darah, maka sistem peredaran darah mulai melakukan tugasnya membawa vitelogenin ke o v a r i . D a l a m peredarannya vitelogenin melarut bebas di d a l a m p l a s m a , k a r e n a tidak ada molekul y a n g m e m b a w a vitelogenin tersebut. Pada b e b e r a p a vertebrata seperti b u r u n g , vitelogenin dibawa dari t e m p a t sintesisnya di hati m e n u j u gonad sebagai bagian dari highdensity lipoprotein (HDL, lipoprotein berdensitas tinggi) yang juga disintesis dan d i s e k r e s i k a n oleh hati. Vitelogenin y a n g sedang beredar bersama darah diambil dari aliran darah d e n g a n cepat dan spesifik oleh oosit y a n g s e d a n g t u m b u h . Wallace dan Jured ( 1 9 6 8 ) dalam M o m m s e m dan Walsh ( 1 9 8 8 ) m e n g e m u k a k a n bahwa pada Xenopus, vitelogenin yang sedang beredar d a l a m darah akan diserap oleh gonad 12 % perhari. S e b a l i k n y a pada ikan j a n t a n karena tidak ada j a r i n g a n s a s a r a n spesifik dari v i t e l o g e n i n , m a k a akan tetap beredar d a l a m s i s t e m peredaran darah hingga a k h i r n y a diambil oleh hati dan diuralkan b e r s a m a protein-protein plasma lainnya. Pada proses p e n y e r a p a n n y a , vitelogenin yang berada dalam darah terikat pada protein r e s e p t o r spesifik yang ada pada m e m b r a n oosit, k e m u d i a n diserap melalui proses mikropinositosis dan dipindahkan ke m i c r o v e s i c u l a r body. S e b e l u m p e n i m b u n a n a k h i r d a l a m kuning telur, vitelogenin dipecah menjadi komponen-komponen lipovitelin dan phosvitin S e t e l a h p e n g i k a t a n n y a pada reseptor p e r m u k a a n oosit, molekul vitelogenin yang berikatan dengan reseptornya diserap k e d a l a m oosit melalui mikropinosis. Pada langkah selanjutnya vitelogenin diarahkan ke berbagai lokasi kuning telur di d a l a m oosit, t e r g a n t u n g tahap selama v i t e l o g e n i n . S e m e n t a r a molekul vitelogenin dipecah secara proteolltik menjadi k o m p o n e n u t a m a kuning telur selama perpindahan lokasinya dari p e r m u k a a n oosit m e n u j u lokasi p e n i m b u n a n n y a . K o m p o n e n - k o m p o n e n lipovitelin, phosvitin dan phosvette ditimbun di d a l a m bulatan kuning telur terikat m e m b r a n . Wallace dan Jured ( 1 9 8 1 ) m e n g e m u k a k a n bahwa 14 badan-badan kuning telur ini akan m e m b e n t u k extravesicular yolk (kuning telur ekstra g e l e m b u n g ) y a n g s e l a n j u t n y a a k a n bersatu pada beberapa titik s e l a m a p e r k e m b a n g a n oosit. Oosit raibow t r o u t y a n g s e d a n g b e r k e m b a n g s e c a r a in v i t r o tidak m e n y e r a p vitelogenin secara selektif dari albumin s e r u m d e n g a n laju y a n g kurang 10 % dibanding d e n g a n hewan Xenopus pada kondisi y a n g s a m a (Cambell dan Jalabert, 1 9 7 9 ) . P e n g a t u r a n secara hormonal p e n y e r a p a n vitelogenin oleh oosit tergantung pada h o r m o n p r o g e s t e r o n . k a r e n a h o r m o n ini bekerja pada p e r m u k a a n oosit. Tata dan S m i t h ( 1 9 7 9 ) dalam M o m m s e n dan Walsh (1988) m e n n g e m u k a k a n bahwa progesteron memiiiki beberapa fungsi p e m a t a n g a n dan bereaksi secara spesifik m e r a n g s a n g mikropinositosis pada vitelogenin. Mekanisme p e n y e r a p a n cara mikopinosis ini terlihat pada G a m b a r 2 (Ville et al., 1985). Selain progesteron, gonadotropin juga berperan dalam p e n y e r a p a n v i t e l o g e n i n . Bila dilihat fungsi gonadotropin dalam k a i t a n n y a d e n g a n p r o s e s p e n y e r a p a n v i t e l o g e n i n pada i k a n a d a l a h sebagai berikut : (1) H o r m o n g o n a d o t r o p i n y a n g dihasilkan hipofisa kaya a k a n karbohidrat m e m b a n t u produksi estrogen dalam gonad betina y a n g selanjutnya a k a n m e m b e n t u k vitelogenin di d a l a m hati, (2) H o r m o n gonadotropin lain y a n g memiiiki k a d a r karbohidrat rendah secara spesifik akan m e n i n g k a t k a n p e n y e r a p a n vitelogenin dari aliran darah ke d a l a m oosit y a n g s e d a n g m a t a n g . A d a n y a fungsi y a n g berbeda dari kedua h o r m o n gonadotropin ini betujuan agar proses sintetis vitelogenin di hati dan penyerapannya oleh oosit berjalan lancan G a m b a r 2. M e k a n i s m e penyerapan secara mikropinosis (W//e etal., 1985; Defosforilasi a k a n bekerja t e r h a d a p vitelogenin sampai beberapa derajad selama p e n g g a m b u n g a n n y a dengan kuning telur ovari. Selama perkembangan oosit pra vitelogenik pada trout, microvesicular body (MVB; badan micro g e l e m b u n g ) m e n i m b u n dan k e m u d i a n m e n e m p a t i bagiar t e r b e s a r dari s e l . D a l a m p r o s e s v i t e l o g e n e s i s e k s o g e n , g e l e m b u n g gelembung kuning telur besar segera terbentuk yang mengandung kuninc telur dan sisa-sisa badan micro g e l e m b u n g . Ketika vitelogenesi: s e m p u r n a , m a k a badan-badan mikro g e l e m b u n g menghilang dan tidal' 1£ d i t e m u k a n acid fostase pada oosit y a n g telah b e r k e m b a n g s e m p u r n a . Pemecahan secara efisien terhadap vitelogenin dan p e n y e r a p a n n y a y a n g diberikan melalui penyuntikan mikro d a l a m oosit Xenopus, m e n u n j u k k a n bahwa vitelogenin yang diserap melalui p r o s e s mikropinositosis tidak t e r t a n g k a p oleh lisosoma secara s e m p u r n a , hanya t e r k e n a dengan e n z i m y a n g selanjutnya a k a n m e m e c a h vitelogenin s e c a r a spesifik m e n j a d i lipovitelin, phosvitin dan phosvette. S e d a n g k a n b a d a n badan mikro gelembung yang mengangkut vitelogenin dan produkproduknya menuju kuning telur agak berhubungan dengan sistem lisosoma k a r e n a terlihat adanya aktifitas e n z i m dengan sifat m a k s i m a a s a m y a n g khas, sehingga badan mikro g e l e m b u n g ini m e m p e r l i h a t k a n p e n g u r a i a n vitelogenin dan reseptornya. 2.6. K a n d u n g a n oosit y a n g t e l a h m e n e r i m a v i t e l o g e n i n dari darah 2.6.1. Lipovitelin dan Phosvitin Oosit ikan seperti v e r t e b r a t a lainnya m e n g a n d u n g lipovitelin dan phosvitin, n a m u n pada oosit ikan d i t e m u k a n keragaman interspesifik y a n g lebih besar. K e r a g a m a n tersebut antara lain adalah j u m l a h k o m p o n e n komponen yang berbeda, sebagai contoh pada ikan Antartika {Chaenocephalus aceratus) memiiiki sembilan m a c a m protein terfosforilasi ( S h i g e u r a d a n Haschemeyer, 1 9 8 4 ) . Lipovitelin ikan j a u h lebih h e t e r o g e n d i b a n d i n g k a n dengan v e r t e b r a t a . Oosit ikan m e n g a n d u n g phosvitin d e n g a n berat m o l e k u l y a n g r e n d a h , k a r e n a besarnya k e r a g a m a n , serta j u m l a h fosfor protein y a n g bersifat labil. Wallace dan S e l m a n (1985) m e n g e m u k a k a n bahwa pada killifish {Fundulus heteroclitus) molekul vitelogenin dengan berat molekul 200 k D a tidak dapat dilokalisir di d a l a m oosit, hal ini m e n u n j u k k a n cepat dan efisiennya pemecahan molekul tersebut menjadi komponen-komponen y a n g lebih kecil. S e l a m a p e m a t a n g a n oosit protein d e n g a n berat m o l e k u l 122 dan 4 5 kDa diurai menjadi s e j u m l a h protein-protein yang memiiiki berat m o l e k u l r e n d a h , hal ini m e n u n j u k k a n adanya proses hidrasi s e l a m a p e m a t a n g a n a k h i r dari oosit. 2.6.2. Lipida Oosit telestei m e n i m b u n s e j u m l a h besar lipida d i s a m p i n g lipida kutup yang dikirim sebagai bagian molekul vitelogenin. K a n d u n g a n lipida pada oosit ikan bervariasi, tergantung pada tipe lipida yang ditimbun d a l a m telur. S e c a r a u m u m dapat d i b e d a k a n menjadi tiga k e l o m p o k lipida, yaitu : (1) Lipida k u t u b dan trigliserida y a n g s a m a tinggi seperti pada ikan 16 rainbow trout, sole (So/ea vulgaris) dan white fish {Coregonus albula), (2) Lipida k u t u b y a n g t i n g g i ( 7 5 - 9 0 %) s e p e r t i pada i k a n h e r i n g baltik, roach d a n t u r b o t {Scophthalmus maximus) d a n (3) E s t e r lilin dan e s t e r steryl ( 8 0 % ) di d a l a m butiran m i n y a k telur seperti pada ikan g u r a m i (Trichogaster casby), sea bass {Dicentrarchus labrax), perch {Perca fluviatilis) d a n burbot {Lota-Iota). Pada s p e s i e s ikan t e r t e n t u b u t i r a n m i n y a k t e r d i r i dari 9 0 % e s t e r s t e r y l d a n e s t e r lilin s e r t a 10 % trigliserida . E s t e r s t e r y l d a n e s t e r lilin berfungsi sebagai p e m a s o k energi serta pengendalian daya a p u n g pada w a k t u oosit m e n e t a s menjadi e m b r i o dan l a r v a . Ester lilin d a p a t disentisis s e c a r a e n d o g e n d i d a i a m oosit dari a s a m l e m a k yang dikirim sebagai bagian lipoprotein atau terikat pada a l b u m i n telur. Pada b e b e r a p a spesies ikan vitelogenin m e n g a n d u n g 2 0 % lipida y a n g k e b a n y a k a n disusun oleh fosfolipida. Materil lipida yang m e n y u s u n s e j u m l a h b e s a r fosfolipida, m u l a - m u l a d i t i m b u n di d a l a m s i t o p l a s m a p e r i n u k l e a r p a d a oosit. S e b a l i k n y a vitelogenin ikan y a n g mensintesis butiran minyak di d a l a m telurnya, tidak dapat dianggap sebagai penghasii lipida t e r t e n t u . S e d a n g k a n sintesis lipoprotein j u g a dimulai secara in vivc melalui efek estradiol yang beredar b e r s a m a darah, peningkatan V L D l d a l a m darah ikan berkorelasi positip dengan vitelogenesis. 2.6.3. K a r o t e n o i d Ooosit ikan j u g a m e n g a n d u n g beberapa produk s e k u n d e r lair seperti karotenoid yang berperan dalam mewarnai penampilan t e l u r Warne pink cerah pada vitelogenin sockeye salmon yang sangat murn m e n u n j u k k a n terdapatnya karotenoid yang melekat pada komponen lipidc dari v i t e l o g e n i n . Pada ikan C h u m s a l m o n (O. keta) 1 % dari berat basaf telur yang akan dipijahkan mengandung karotenoid, terutama astaxanthin Karotenoid y a n g terdapat d a l a m oosit berasal dari d a l a m otot yanc t e l a h t e r t i m b u n s e b e l u m n y a . D a l a m perpindahannya m e n u j u gonad pad< betina vitelogenik, karotenoid dapat berbentuk bagian molekul vitelogenii a t a u d a p a t pula berpindah b e r s a m a lipoprotein y a n g m e l i m p a h t e r u t a m ; V L D L d a l a m darah s a l m o n . Karotenoid y a n g terdapat pada oosit tidal s e m u a n y a terletak di d a l a m kuning telur, tetapi sekitar 20 % berasosias d e n g a n s t r u k t u r - s t r u k t u r lain di d a l a m oosit (Ketahara, 1984 dalan M o m m s e n dan Walsh, 1988). 2.6.4. Glikoprotein Oosit ikan m e n g a n d u n g bagian molekul karbohidrat y a n g terika protein dan sering disebut sialoglikoprotein. N a m u n lokalisasi a k s i , sifa 1 biokimia d a n fungsi fisiologisnya belum b a n y a k d i k e t a h u i . Molekul ini m e r u p a k a n k o m p o n e n y a n g cukup u m u m d a l a m oosit. Sialoglikoprotein berasosiasi dengan fraksi t e l u r dan dapat larut yaitu : Cortical vesicle ( g e l e m b u n g kortek) sehingga tidak m e m b e n t u k bagian s u p e r s t r u k t u r m e m b r a n t e l u r Sialoglikoprotein disusun oleh 20 % a s a m sialat, a s a m g l u t a m a t d a n a s a m a s p a r t a t , 4 0 - 50 % protein dan 12,5 - 6,2 % karbohidrat t e r u t a m a N-asetilglukosomine, N-asetilgalaktosomin, f u k o s a , galaktosa dan m a n n o s a . d a r a h m e n u j u ke oosit tidak m e m b a w a m o l e k u l - m o l e k u l asal darah yang lebih kecil, s e p e r t i g u l a , lipida, p r o t e i n p l a s m a dan DNA. Untuk m e n g e t a h u i hal ini telah dibuktikan d e n g a n m e l a k u k a n studi banding t e r h a d a p a m f i b i . Dari hasil analisa t e r h a d a p o o s i t X e n o p u s /aev/sternyata s e l a i n D N A d a r i k r o m a t i n oosit, l e m p e n g a n k e c i l k u n i n g t e l u r jugc m e n g a n d u n g p e n g i k a t k u n i n g t e l u r b e r u p a rantai g a n d a dan d e n g a r berat m o l e k u l y a n g tinggi d a n konsentrasi y a n g kecil yaitu 20 ng/oosii (Hanocq et al, 1 9 7 2 dalam M o m m s e n dan W a l s h , 1 9 8 8 ) . Pada telur rainbow trout t i m b u n a n polisialoglikoprotein m e n g a l a m i p e n y u s u t a n ukuran secara drastis setalah p e m b u a h a a n , ukurannya a k a n b e r k u r a n g dari 260 m e n j a d i 9 k D a . Penyusutan ukuran ini d i s e b a b k a n karena a d a n y a serangan dari proteolitik y a n g sangat spesifik. DNA-kuning telur dapat mengalami perubahan yang cepat k e n y a t a a n ini d i b u k t i k a n karena D N A y a n g berasosiasi dengan kunin< t e l u r tidak terlibat d a l a m perpindahan informasi s e l a m a p e r k e m b a n g a i embrio, s e d a n g k a n DNA dari peredaran darah induk betina hanyi m e n g a n d u n g 25 m i k r o g r a m permil DNA. 2.6.5. Protein pengikat vitamin Pada vitelogenesis, estradiol m e r a n g s a n g hati untuk mensintesis s e j u m l a h protein pengikat v i t a m i n yang selanjutnya akan diserap oleh oosit y a n g s e d a n g t u m b u h . S a l a h satu protein pengikat v i t a m i n adalah protein pengikat riboflavin yang diglikosilasi dan difosforilasi dan b e r t a n g g u n g j a w a b atas perpindahan ribofllovin m e n u j u oosit. Protein pengikat v i t a m i n y a n g terdapat di d a l a m oosit berperan d a l a m m e m a s o k v i t a m i n pada embrio dan larva ikan pada t a h a p - t a h a p kritis. Protein ini j u g a memiiiki aksi a n t i m i k r o b a sehingga v i t a m i n y a n g d i s i m p a n di d a l a m oosit tidak dapat diserang bakteri. 2.6.6. H o r m o n Di d a l a m oosit ikan dijumpai pula h o r m o n , t e r u t a m a tiroksin dan T3 seperti pada ikan s a l m o n i d a e {Oncorhynchus sp) serta stripped bas (Af. saxalis). H o r m o n - h o r m o n ini berasal dari t u b u h induk betina y a n g d i s e k r e s i k a n k e d a l a m darah dan diserap oleh oosit yang s e d a n g t u m b u h b e r s a m a a n d e n g a n v i t e l o g e n i n , k e n y a t a a n ini k a r e n a v i t e l o g e n i n m e m p u n y a i daya ikat yang kuat terhadap hormon tiroksin didaiam plasma. J u m l a h h o r m o n yang d i p i n d a h k a n m e n u j u oosit sangat kecil (5ng/oosit) sehingga tidak merubah konsentrasi hormon dalam sistem peredaran darah induk betina. Walaupun keberadaan h o r m o n ini kurang berperan, n a m u n h o r m o n t e r s e b u t tersedia secara fisik dan fungsional. Tiroksin dan T3 kuning telur m e n g a l a m i p e r u b a h a n selama p e r k e m b a n g a n t a h a p awal, sehingga kedua h o r m o n ini d i b u t u h k a n pada saat embrio dan memiiiki fungsi fisiologis. 2.6.7. DNA - kuning telur Penyerapan vitelogenin melalui proses mikropinositosis dari dalam 18 2.6.8. Metabolik Selain p e n y e r a p a n dan pengolahan vitelogenin, oosit ikan j u g m e n i m b u n s e j u m l a h k o m p o n e n y a n g m e m p u n y a i berat molekul t i n g g Oosit dapat m e n i m b u n RNA, t e r u t a m a r R N A (95 % ) , m R N A (2 - 3 m k h u s u s untuk Xenopus dan t R N A t e r m a s u k 5 S untuk oosit, yang seraui ini p e n t i n g u n t u k t a h a p a w a l p e r k e m b a n g a n e m b r i o . Dalar p e r k e m b a n g a n n y a , oosit j u g a m e n i n g k a t k a n aktifitas biosintesismy s a m p a i m e n j a d i 100 kali lipat, yaitu dari 4,3 ng protein perhari pad oosit t a h a p I m e n j a d i lebih dari 0,5 m i k r o g r a m perhari pada oosit taha V I , d i m a n a d a l a m kegiatan ini oosit m e m b u t u h k a n e n z i m . Oosit m e n d a p a t k a n e n z i n - e n z i m l i s o s o m a secara terbatas yan b e r p e r a n d a l a m p e m e c a h a n v i t e l o g e n i n m e n j a d i p h o s v i t i n . Aktifilte metabolik lain d a l a m oosit teleostei y a n g s e d a n g t u m b u h adalah s i n t e urea, aktifitas ini tidak ditemukan pada induk dewasa, sehingga konsentra urea oosit lebih b e s a r bila d i b a n d i n g k a n d e n g a n konsentrasi di d a l a t u b u h induk betina, yaitu dua s a m p a i lima kali lipat. S e m u a kegiatan i m e m b u t u h k a n e n e r g i d a l a m b e n t u k ATP y a n g d i k e l u a r k a n oleh oo: tersebut. S e l a m a perkembangan oosit, glukosa induk betina menjadi sal< satu s u m b e r energi u t a m a bagi berbagai reaksi. N a m u n setelah oo; tidak m e n d a p a t p a s o k a n energi lagi dari induk, m a k a a k a n bertah; sebagai suatu unit y a n g secara metabolik tersendiri dan tertutup di harus m e n i m b u n substansi-substansi untuk bertahan hidup. a.. selurunya dengan bantuan pengurutan (stripping) yang dilakukar kualitas (genetik) benih sudah jelas terjamin karena induk yan dipijahkan telah diseleksi terlebih dahulu dan ukuran benih y a n diperoleh sudah j e l a s s e r a g a m karena berasal dari induk y a n g same B I O T E K N O L O G I PEMBENIHAN Pembenihan adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam p e m a t a n g a n g o n a d , p e m i j a h a n dan p e m b e s a r a n larva hasil penetasan sehinga m e n g h a s i l k a n benih yang siap ditebar di k o l a m , k e r a m b a atau d i t e b a r k e m b a l i ke p e r a i r a n u m u m ( r e s t o c k i n g ) . S e c a r a u m u m p e m b e n i h a n pada ikan dapat dikategorikan menjadi 3 m a c a m , yaitu : Pembenihan secara alami adalah kegiatan untuk m e m p r o d u k s i benih y a n g diperoleh s e m a t a - m a t a dari hasil p e m i j a h a n induk ikan y a n g ada di alam tanpa ada c a m p u r t a n a n manusia. Kelemahan dari pembenihan secara alami ini antara lain benih y a n g diperoleh s a n g a t terbatas j u m l a h n y a , k a r e n a s a n g a t t e r g a n t u n g pada m u s i m p e m i j a h a n di a l a m , kualitas (genetik) y a n g diperleh tidak terjamin karena belum tentu berasal dari induk y a n g g e n e t i k n y a baik selain itu u k u r a n y a n g diperoleh b e r a g a m karena tidak berasal dari satu induk . Pembenihan secara semi alami atai semi buatan adalah kegiatan untuk m e m p r o d u k s i benih y a n g sebagian dari kegiatan tersebut sudah ikut c a m p u r tangan m a n u s i a , misalnya pada ikan m a s d e n g a n m e y i a p k a n k o l a m p e m i j a h a n y a n g dilengkapi d e n g a n substrat dan induk dibiarkan m e m i j a h pada k o l a m y a n g telah d i s i a p k a n , pada ikan lele d u m b o d e n g a n m e l a k u k a n p e n y u n t i k a n h o r m o n t e r h a d a p induk yang akan dipijahkan dan dilepaskan pada k o l a m pemijahan untuk m e m i j a h s e n d i r i . Pada p e m b e n i h a n ini k e l e m a h a n - k e l e m a h a n y a n g terdapat pada p e m b e n i h a n secara alami telah dapat diatasi. Beberapa kelebihan dari p e m b e n i h a n ini antara lain kita dapat m e m p r o d u k s i benih setiap saat, j u m l a h benih y a n g dibutuhkan untuk usaha budidaya dapat d i p e n u h i , u k u r a n d a n kualitas benih y a n g d i i n g i n k a n dapat terpenuhi karena induk y a n g a k a n dipijahkan telah melalui seleksi s e b e l u m n y a . Pembenihan secara buatan a d a l a h kegiatan u n t u k m e m p r o d u k s i benih yang s e m u a k e g i a t a n n y a adalah c a m p u r t a n g a n m a n u s i a . Pada p e m b e n i h a n secara buatan ini mulai dari p e n y u n t i k a n induk, pengurutan (stripping) induk untuk m e m p e r o l e h sel telur dan s e m e n s a m p a i kepada p e r c a m p u r a n telur d e n g a n s e m e n pada proses fertilisasi s u d a h d i l a k u k a n oleh m a n u s i a . Kelebihan dari p e m b e n i h a n secara buatan ini antara lain j u m l a h benih y a n g diperoleh a k a n lebih m a k s i m a l , karena telur dan s e m e n yang ada d a l a m gonad induk ikan y a n g dipijahkan dapat keluar 20 P e m i j a h a n b u a t a n p a d a m u l a n y a d i l a k u k a n d e n g a n car penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa ikan t e r h a d a p ikan lain y a n g ingi d i p i j a h k a n . Teknik ini telah dikenal sejak Houssey pada t a h u n 193: y a n g selanjutnya d i k e m b a n g k a n oleh Von Hering di Brazilia dan diken. d e n g a n istilah hipofisasi (Matty, 1985). Hipofisasi adalah teknik y a r d i p a k a i untuk m e r a n g s a n g ikan y a n g m a t a n g k e l a m i n untuk memijc atau ovulasi dengan s u n t i k a n ekstrak kelenjar hipofisa ( H a r d j a m u l dan A t m a w i n a t a , 1 9 8 0 ) . Di Indonesia teknik hipofisasi dilakukan p e r t a m a kali pada \ki m a s {Cyprinus carpio) pada tahun 1956, kemudian berkembar t e r h a d a p ikan-ikan y a n g m e n g a l a m i kesulitan m e m i j a h s e c a r a a l a n seperti ikan nilem {Osteochilus hasseiti), t a w e s {Puntius goniotatus j e l a w a t {Leptobarbus haeveni) dan mola {Hypothalminchtys molatrix N a m u n menurut H a r d j a m u l i a ( 1 9 7 5 ) teknik hipofisasi memiiiki beberai k e l e m a h a n , antara lain : (1) hilangnya ikan d o n o r k a r e n a diami hipofisanya, (2) s t a n d a r i s a s i ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bah; s u n t i k a n untuk induksi ovulasi atau p e m a t a n g a n gonad pada ikan suk d i l a k u k a n ; ( 3 ) t i d a k d i k e t a h u i d e n g a n p a s t i h o r m o n m a n a yai s e b e n a r n y a berpotensi untuk ovulasi dan k e m a t a n g a n gonad dan ( p e m y a k i t dapat m e n u l a r d e n g a n m u d a h dari ikan d o n o r ke ikan resipie Dengan adanya kelemahan teknik hipofisasi yang disebutkan diat m a k a m e n d o r o n g para ahli untuk m e n c o b a m e n g g u n a k a n gonadotrof y a n g berasal dari h e w a n b u k a n ikan ( m a m a l i a dan m a n u s i a ) dan h o r m lain yang berperan dalam proses reproduksi ikan serta zat-zat perangsa lainnya yang tidak t e r m a s u k h o r m o n . Hormon atau zat perangsang terset m e n u r u t Hoar, Randall dan Donaldson, (1983) adalah (1) Antitestoterc ( 2 ) G o n a d o t r o p i n R e l e a s i n g H o r m o n ; (3) D o p a m i n a n t a g o n i s ; ( G o n a d o t r o p i n ; (5) S t e r o i d dan (6) Prostaglandin. Dalam pembenihan buatan lebih sering digunakan hormon sinte daripada ekstrak hipofisa, kelebihan penggunaan h o r m o n sintetis antelain : (1) seialu tersedia d a l a m k e m a s a n yang mantap dan terukur; i t e r s i m p a n dengan baik dan a m a n , perubahannya dapat diusahal< seminimal mungkin; (3) uniform dan universal; (4) mencegah pembuhur ikan s e b a g a i donor; (5) m e n g u r a n g i proses koleksi dan (6) biaya, wal d a n tenaga dapat lebih di h e m a t . Dalam m e l a k s a n a k a n p e m b e n i h a n buatan ada tiga kegiatan y j h a r u s d i l a k u k a n secara b e r k e s e n a m b u n g a n , kegiatan t e r s e b u t ada pra p e m i j a h a n , p e m i j a h a n d a n pasca p e m i j a h a n . 3.1. Pra P e m i j a h a n Kegiatan pra p e m i j a h a n adalah kegiatan y a n g d i l a k u k a n untuk m e n d a p a t k a n induk m a t a n g g o n a d y a n g siap untuk disuntik. Kendala u t a m a y a n g sering m u n c u l d a l a m praktek p e n g e m b a n g b i a k a n ikan budidaya atau ikan liar lain yang ingin d i b u d i d a y a k a n adalah t e r h a m b a t n y a perkembangan gonad ikan, terutama ikan betina. K e g a g a l a n ini t e r u t a m a t e r j a d i p a d a p r o s e s p e m a t a n g a n oosit (vitelogenesis) atau proses ovulasi (Davy and C h o u i n a r d , 1980). Tam e f al ( 1 9 8 6 ) m e n y a t a k a n b a h w a pada saat m e n j e l a n g ovulasi a k a n terjadi peningkatan d i a m e t e r oosit karena diisi oleh m a s s a kuning t e l u r y a n g h o m o g e n , k a r e n a a d a n y a peningkatan k a d a r estrogen dan vitelogenin. Selanjutnya Bagenal (1969) menyatakan bahwa u k u r a n t e l u r berperan di d a l a m k e l a n g s u n g a n hidup i k a n , benih ikan brown trout y a n g berasal t e l u r y a n g berukuran besar m e m p u n y a i d a y a hidup y a n g lebih tinggi dari pada benih ikan y a n g berasal dari t e l u r y a n g b e r u k u r a n k e c i l . Hal ini d i s e b a b k a n karena kandungan k u n i n g telur lebih b a n y a k pada telur y a n g berukuran besar, sehinga larva y a n g dihasilkan m e m p u n y a i persediaan m a k a n a n y a n g lebih b a n y a k untuk m e m b u a t daya tahan tubuh yang lebih tinggi d i b a n d i n g k a n d e n g a n t e l u r - t e l u r y a n g b e r u k u r a n kecil. P e n y e b a r a n d i a m e t e r t e l u r ikan y a n g t e r d a p a t di d a l a m s u a t u g o n a d dapat d i j a d i k a n s e b a g a i i n t e r v a l p e m i j a h a n bagi s u a t u s p e s i e s i k a n , bila p e n y e b a r a n d i a m e t e r t e l u r ikan y a n g terdapat di d a l a m suatu gonad tidak mencoiok antara telur-telur yang muda dengan yang sudah m a t a n g m a k a d i k a t a k a n interval antara p e m i j a h a n spesies tersebut pendek, tetapi s e b a l i k n y a bila k e l o m p o k - k e l o m p o k telur yang sudah m a t a n g m e n y e b a r s e c a r a mencoiok, m a k a interval a n t a r p e m i j a h a n s p e s i e s tersebut panjang (De j o n g dalam Yani, 1 9 9 4 ) . Woynarovich dan Horvath ( 1 9 8 0 ) m e n y a t a k a n bahwa induk y a n g pantas dipijahkan adalah setelah melewati fase p e m b e n t u k a n k u n i n g telur (fase vitelogenesis) m a s u k fase d o r m a n . Fase p e m b e n t u k a n k u n i n g telur dimulai sejak terjadinya p e n u m n p u k a n bahan-bahan k u n i n g t e l u r (yolk) d a l a m sel telur dan berakhir setelah sel telur m e n c a p a i u k u r a n t e r t e n t u a t a u nukleuolus tertarik ke t e n g a h nucleus. S e t e l a h fase p e m b e n t u k a n kuning telur berakhir, sel telur m e n g a l a m i perubahan bentuk s e l a m a beberapa saat, tahap ini disebut fase istirahat ( d o r m a n ) . Menurut L a m ( 1 9 8 5 ) bila r a n g s a n g a n diberikan pada saat ini m a k a a k a n m e n y e b a b k a n terjadinya migrasi inti ke perifer, inti pecah a t a u lebur yaitu p e m a t a n g a n oosit pada perifer, ovulasi (pecahnya folikel) d a n oviposisi. S e d a n g k a n m e n u r u t S u y a n t o ( 1 9 8 7 ) bilamana 22 kondisi l i n g k u n g a n t i d a k cocok telur y a n g d o r m a n tersebut a k a n diserap kembali oleh o v a r i u m . d a n r a n g s a n g a n tidak d i b e r i k a n m e n g a l a m i degenerasi (rusak) lalu Wallace dan S e l m a n ( 1 9 8 1 ) m e n y a t a k a n bahwa secara u m u m o v a r i u m ikan dapat d i b e d a k a n menjadi tiga tipe, yaitu sinkronisme total (seluruh oosit berada pada tingkat p e r k e m b a n g a n atau stadia yang s a m a ) , sinkronisme par groups (sedikitnya ada dua populasi yang berada d a l a m stadia y a n g s a m a ) an a s i n k r o n i s m e atau m e t a k r o m (oosit terdir dari s e m u a tingkat p e r k e m b a n g a n ) . B e r d a s a r k a n m e k a n i s m e kendal h o r m o n reproduksi ikan, m a k a manipulasi h o r m o n dapat dilakukar melalui p e n d e k a t a n hipofisa dan p e n d e k a t a n hipotalamus. Secan u m u m manipulasi h o r m o n p e n d e k a t a n hipofisa adalah untuk m e m a c i ovulasi dan p e m i j a h a n . S e d a n g k a n p e n d e k a t a n h i p o t a l a m u s adalaf untuk p e m a t a n g a n gonad mulai dari awal p e r k e m b a n g a n gonad s a m p a fase d o r m a n , w a l a u p u n dapat j u g a d i g u n a k a n untuk p e m i j a h a n Keberhasilan bioteknologi p e m b e n i h a n yang dilakukan pada ikai sangat tergantung pada kualitas telur dan kualitas spermatozoa dari indui yang akan d i p i j a h k a n . N a m u n yang seialu menjadi kendala s e l a m a ir adalah m e n d a p a t k a n telur dengan j u m l a h dan kualitas yang baik seperl y a n g t e l a h d i u r a l k a n s e b e l u m n y a . K e n d a l a ini d a p a t diatasi d e n g a m e n g e t a h u i biologi reproduksi dari induk ikan betina, t e r u t a m a tentan proses p e m b e n t u k a n v i t e l o g e n i n . S e c a r a u m u m tingkat k e m a t a n g a gonad pada ikan dapat dibagi menjadi lima t i n g k a t a n , Induk ikan yan diharapkan untuk dapat disuntik dalam melakukan bioteknoloc pembenihan adalah induk yang telah memiiiki tingkat k e m a t a n g a n gona IV. Kretaria tingkat kematangan gonad (ovarium dan testis) untuk beberap jenis ikan telah berhasil ditemukan, kusus untuk ikan baung kriteria tingki k e m a t a n g a n gonad tersebut menurut Sukendi (2001) seperti terlihat pad Tabel 4 dan 5 serta G a m b a r 3 dan 4. Tabel 4 . G a m b a r a n morfologi d a n histologi ovari ikan baung {Mystus nemurus C V ) dari m a s i n g - m a s i n g t i n g k a t k e m a t a n g a n g o n a d . Morfologi TKG I (ikan muda) Ovarium berbenluk sepasang benang kasar lerklak pada kin dan kanan rongga peniL wama bening dan kecoklatan dengan permukaan licin. Hktologi Ovanum belum malang, didominasi dengan oosil bcrdiamcta 7.5 - 35,5 /in iamclaovarium berbentuk bulat dan lebih tcbal dengan inti sel lebih besar, sitoplasmabanyak dan benvama ungu. TKG II (masaperkembangan) Ukuran oosit dalam ovarium bertambah besar Ovarium bcrukuran lebih besar dari TKG II dengan diameter 25,0 - 185,0 Hm. Sitoplasma berwama coklat muda, butiran telur masih terlihat lebih jelas benvama ungu, inli sel bertambah belum dapat dilihat dengan malatelanjang.dan pada perifer sitoplasma sudah kelihatan visikula kuning telur. TKGIII(denasa) Oosil lenis berkembang menjadi ootid dengan Ovarium bcrukuran lebih besar dari TKG 111 diameter 165,0 - 465,11 ftn, mti sel bertarabah besar dan hampir mengisi setengah rongga perut. tapi masih tetap berada di tengah. Wama ungu Butiran telur mulai kehhatan dengan ma(a sitoplasma tcrhhat lebih terang dan tclah mulai telanjang. beberapa butuan halus membuat menipis. ovanum benvarnakuningkehijauan. TKG IV (matang) Ovarium tclah mengisi dua pcrtiga rongga perut, usus lerdesak keluar. vvarna menjadi kuning kecoklatan dan lebih gelap. Telur tclah tcrhhat Icbihjclas dan Icbih besar dari TKG 111 TKG V (mijah salin) Ovarium masih terhhat seperti TKG IV, tetapi bagian tcrtcnta tcl* mengcmpis karena lelur telah dikeluarkan pada saat pemijahan ,^ Ootid berkembang menjadi ovum dengan diameter 25.5 - 1500,0 fim dan lebih domman ditemukan ukuran yang lebih besar. Wama ovum berubah menjadi wama merah muda yang menunjukkan telur telah matang Jumlah kunmg telur semakm banyak yang mcmpakan masa homogen, mcnutupi seluruh lapisan sitoplasma. Warna ovum sama dengan TKG IV dengan diameter 25,0 - 1350,0 lia, sebagian dinding ovum telah pecah dan terbuka. dmding oolema menjadi tcbal dan berlekuk-lekuk Masih ditemui oosil dan ooDd yang akan bcriicmbang menjadi ovum. r • G a m b a r 3. Morfologi (A) dan Histologi (B) o v a r i u m ikan baung nemurus (Mystus CV). Keterangan : Morfologi (A) T K G I (A I), T K G II (A II), T K G III (A III), T K G IV (A IV) dan T K G V (A V ) , Histologi (B) T K G I ( B I) d i d o m i n a s i oosit ( o s ) , m e m p u n y a i n u k i e o l u s (nl) y a n g j e l a s , T K G II (B II) d i d o m i n a s i oosit ( o s ) b e r u k u r a n lebih besar, T K G III (B III) t e r d a p a t v a k u o l ( v ) d a n granul k u n i n g telur (gk) serta d i d o m i n a s i oosit ( o s ) , T K G IV (B IV) inti (n) t e l a h b e r p i n d a h k e t e p i , d i d o m i n a s i o v u m ( o v ) , T K G V (B V ) dinding folikel (df) berlekuk-lekuk setelah o v u m ovulasi (Pengamatan histologi dilakukan pada bagian t e n g a h o v a r i u m d e n g a n Bouin's HE 56 x ) . ( S u k e n d i , 2 0 0 5 ) 25 24 Tabel 5. G a m b a r a n morfologi d a n histologi testis ikan b a u n g {Mystus nemurus C V ) dari m a s i n g - m a s i n g t i n g k a t k e m a t a n g a n g o n a d Morfologi TKG I (ikan muda) Testis berbentuk sqjasang benang berwama bening dan licin. Ukuran lebih kecil dmpada ovarium ikan betina pada TKG yang sama Histologi Jaringan ikat terlihat lebih dominan, sel-sel spennatogonium mulai terlihat yang akan memasuki perkembangan tahap sperma-togonia TKG II (tahap perkembangan) Testis beikembang ditandai dengan terTestis bemkuran lebih besar daripada TKG lihatnya kantong-kantong tubulus semiI, berwamapulih. niferi yang berisi spermatosit primer berasal dari perkembangan spennatogonium. TKG III (denasa) Jaringan ikat testis terlihat lebih sedikit, Testis berukuran lebih besar daripada TKG spcmialid menyebar, Sebagian masih tcrII, dapat maigisi hampir setengah rongga lindung oldi sista yang berbenluk perut Wama lebih putih dan lekukan teriihatkantong lebih jelas. TKG IV (matang) Spermahd dan spermatozoa terlihat lebih Testis berukuran semakin besar, baw^ma jelas. Sel spermatozoa yang terbentuk putih susu serta padatyang mengisi sebagianmengisi kantong-kantong tubulus besar rongga pemt. Permukaan berlekuk- serainiferi lekuk dan kasar karena diisi oleh semen yang padat. Gambar 4. TKG V (mijah) Testis terlihat mcngempis, pada bagian tertentu kosong karena semen telah dikeluarkan pada saat pemijahan, wama permukaan telah memerah 26 Terdapat sisa-sisa spermatozoa dan spermatid yang belum dikeluarkan pada saat pemijahan Bagian tertentu dari testis kosong karena isi telah dikeluarkan pada saat pemijahan. Morfologi ( A ) d a n Histologi ( B ) t e s t i s ikan b a u n g (Mystus nemurus C V ) . Keterangan : Morfologi (A) T K G I (A I ) , T K G II (A II), T K G III (A III), T K G IV (A m dan T K G V (A V ) , Histologi (B) T K G I (B I) d i d o m i n a s i s p e r m a t o g o n i u m fspq) T K G II (B II) didominasi spermatosit (sps), T K G III (B III) didominasi s p e r m a t i d (spt), T K G IV (B IV) d i d o m i n a s i s p e r m a t o z o a (spz) d a n s p e r m a t i d (spt) d a n T K G V ( B V ) t e r d a p a t sisa-sisa s p e r m a t o z o a ( s p z ) dan s p e r m a t i d (spt). (Pengamatan hostologi dilakukan pada bagian t e n g a h testis d e n g a n Boui's HE 56 x ) . ( S u k e n d i , 2 0 0 5 ) 27 3.2. Pemijahan Pemijahan adalah kegiatan yang dilakukan mulai dari penyuntikan, p e n g u r u t a n (stripping) fertilisasi ( p e r c a m p u r a n telur d e n g a n s e m e n ) hingga telur m e n e t a s jadi larva. S e b e l u m m e l a k u k a n p e n y u n t i k a n , perlu d i l a k u k a n penyeleksian t e r h a d a p induk. Penyuntikan y a n g diberikan bertujuan untuk m e r a n g s a n g pengeluaran telur pada induk ikan betina dan pengeluaran s e m e n pada induk ikan j a n t a n . Jenis hormon yang dapat d i g u n a k a n untuk p e m b e n i h a n terdiri dari beberapa m a c a m , seperti y a n g t e l a h diuralkan s e b e l u m n y a , n a m u n secara u m u m yang sering d i g u n a k a n a d a l a h " o v a p r i m " yaitu k o m b i n a s i dari analog s a l m o n g o n a d o t r o p i n Releasing H o r m o n ( s G n R H - a ) dengan anti d o p a m i n . Setiap 1 m l o v a p r i m m e n g a n d u n g 20 m g s G n R H - a ( D - A r g S Trp^ Leu^ Pro^- NET) - LHRH d a n 10 m g anti d o p a m i n ( N a n d e e s h a etal., 1990 dan Harker, 1 9 9 2 ) . H o r m o n ini t e l a h d i t e m u k a n sejak t a h u n 1980-an yang dapat disimpan d a l a m suhu k a m a r dalam j a n g k a w a k t u melebihi setahun dan dapat d i g u n a k a n secara langsung. Dilihat dari proses kerjanya ovaprim lebih efektif dari Luteinizing H o r m o n Releasing Hormon (LHRH) di dalam mempengaruhi pengeluaran gonadotropin pada ikan, sehingga h o r m o n ini sangat berperan d a l a m m e m a c u terjadinya ovulasi dan pemijahan. Secara fisiologis GnRH analog y a n g t e r k a n d u n g d a l a m o v a p r i m berperan m e r a n g s a n g hipofisa untuk m e l e p a s k a n gonadotropin ( L a m , 1 9 8 5 ) , yang d a l a m kondisi a l a m i a h sekresi gonadotropin d i h a m b a t oleh d o p a m i n (Chang dan Peter, 1 9 8 2 ) , sehingga bila d o p a m i n dihalang dengan antagonisnya m a k a p e r a n a n d o p a m i n akan terhenti dan sekresi gonadotropin akan meningkat (Harker, 1 9 9 2 ) . G o n a d o t r o p i n yang dihasilkan akan m e n u j u gonad d a n a k a n m e m p e r c e p a t t e r j a d i n y a p e m a t a n g a n oosit p a d a ikan b e t i n a d a n p e m a t a n g a n s p e r m a t o z o a pada ikan j a n t a n . S e c a r a u m u m dosis o v a p r i m y a n g dipakai untuk m e r a n g s a n g ovulasi pada ikan betina adalah 0,5 ml/kg bobot tubuh s e d a n g k a n untuk m e r a n g s a n g spermiasi pada ikan j a n t a n adalah 0,10 - 0,20 ml/kg bobot t u b u h (Harker, 1992). Lebih terperinci Nandeesha e f al. ( 1 9 9 0 ) d a n (1991) m e n y a t a k a n dosis yang dapat digunakan untuk beberapa spesies ikan adalah : Catia : 0,40 - 0,50 ml/kg bobot t u b u h , Rohu : 0,30 - 0,40 m l / k g bobot t u b u h , Mrigal : 0,25 - 0,30 ml/kg bobot t u b u h . S i l v e r C a r p : 0 . 5 0 - 0 , 7 0 ml/kg bobot t u b u h . G r a s s Carp : 0.50 - 0,70 m l / k g bobot t u b u h . Big Had Carp : 0,50 m l / k g bobot t u b u h , Bata : 0,50 m l / k g bobot t u b u h dan Fringe Lipped Carp : 0,50 ml/kg bobot tubuh. S e d a n g k a n dosis o v a p r i m yang terbaik untuk m e n i n g k a t k a n daya rangsang ovulasi d a n kualitas telur pada induk ikan betina serta m e n i n g k a t k a n v o l u m e s e m e n d a n kualitas s p e r m a t o z o a pada induk ikan j a n t a n ikan a i r t a w a r dari beberapa hasil penelitian s e b e l u m n y a d a p a t d i l i h a t pada Tabel 6. Tabel 6. P e n g g u n a a n dosis p e n y u n t i k a n o v a p r i m y a n g terbaik untuk m e n i n g k a t k a n d a y a r a n g s a n g ovulasi dan kualitas telur serta v o l u m e s e m e n d a n kualitas s p e r m a t o z o a beberapa jenis ikan air tawar Jenis Ikan No )osisO\'aprim yang terbaik I 1tepon Sumber ai^ diukui 150 ml/kg bobot tubuh adanb Sukendi, «(al., 1996 0.50 ml/kg bobot tubuh c Sukendi. 1995 0.50 ml/kg bobot tubuh adanb Andriani. 1996 Betutu betina 0.90 ml/kg bobot tubuh adanb Sukendi, 19% Ikan sumatera betina l.OOml/ks bobot tubuh b Sukendi, 1997 0,90 ml/kg bobot tubuh a,bdanf Putra, Sukendi dan Par- Lele betina 2 Lelehetina 3. Mas koki betina 4. J- 6. Baung betina dinan, 2000 serta Su- kendi! 2001 I I.eleiantan 8 Klemak iantan 9. Betum jantan 10. Baung jantan 11. Kapiek betina 0. 0 40 ml/ka bobot tubuh ddane Nunnan. 1995 0.50 ml/kg bobot tubuh ddane Putra dan Sukendi, 1998 0.60 ml/kg bobot t u b A ddane Putra dan Sukendi 2000 0.50 mVkg bobot tubuh d.edaiif Sukendi, 2001 0,60 ml/kg bobot tubuh adanb Sukendi, Putra dan Y u nsman,2006 12. Kapiekjantan 0,50 ml/kg bobot tubuh d,edan f Sukendi, Putra dan Y u risman. 2006 Keterangan : a. = Daya r a n g s a n g ovulasi (waktu laten) b. = Kualitas t e l u r (diameter, k e m a t a n g a n , fertilitas d a n c. daya tetas telur) = K e m a t a n g a n g o n a d secara histology d. = V o l u m e s e m e n e. = Kualitas s p e r m a t o z o a ( k o n s e n t r a s i , motilitas, viabilitas, fertilitas dan daya tetas s p e r m a t o z o a f. = Kelangsunghidupan larva, p e r t u m b u h a n panjang d a n bobot larva 29 28 Selain o v a p r i m untuk p e m i j a h a n buatan sering pula d i g u n a k a n prostaglandin a (PGF^ a ) d e n g a n n a m a d a g a n g " P r o s o l v i n " . Pada h e w a n m a m a l i a PGF^ a b e r p e r a n m e n s t i m u l a s i kontraksi uterus d a n m e m b a n t u t r a n s p o r s p e r m a t o z o a baik pada saluran reproduksi hewan j a n t a n m a u p u n pada h e w a n betina y a n g m e n y e b a b k a n kontraksi dari pembuluh darah dan m e m p u n y a i sifat-sifat luteolitik pada hewan domestik. S e d a n g k a n pada ikan berperan dalam mentrig-ger/ m e m p e r c e p a t ovulasi dan m e n g a t u r singkronisasi tingkah laku m e m i j a h (Shilo dan S a r i g , 1 9 8 2 ) y a n g telah dicobakan pada ikan rainbow trout (Jalabert dalam Hoar e t al., 1 9 8 3 ) , Goldfish betina (Stancy d a n Peter dalam Hoar e t al., 1 9 8 3 ) d e n g a n dosis 10 m g / k g bobot t u b u h d a n pada ikan catfish {Heteropnenstes fossilis) dengan dosis 100 m g / i k a n y a n g bobot t u b u h n y a antara 4 1 - 4 7 g r a m . Dosis PGFj a y a n g terbaik untuk m e n i n g k a t k a n d a y a rangsang ovulasi d a n kualitas telur pada induk ikan betina serta m e n i n g k a t k a n v o l u m e s e m e n dan kualitas s p e r m a t o z o a pada i n d u k i k a n j a n t a n a i r t a w a r dari b e b e r a p a hasil penelitian s e b e l u m n y a dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. No P e n g g u n a a n dosis p e n y u n t i k a n PGF^ a y a n g t e r b a i k untuk m e n i n g k a t k a n daya rangsang ovulasi d a n kualitas telur serta v o l u m e s e m e n d a n kualitas s p e r m a t o z o a beberapa j e n i s ikan air t a w a r Jenis Ikan Dosis Pern-untikan PGF, a yang teibaik Respon yang diukur c Sumber 1. 2 Lele bell nil 2500 Lele betina 2500 ;ig PGF, oc kg bobot tubuh adan b Sukendi, era/., 1996 3. Mas koki be-tina 2500 /ig PGF, a /kg bobot tabuh adan b Andnani, 1996 4. Belulu betina 3500 /Ig PGF: Ct /kg bobot tubuh adanb Sukendi, 1996 5. Baung baina 3000/ig PGF; a / k g bobot tubuh a, b dan f Putra, Sukendi dan Pardinan, 2000; Sukendi. 2001 6, Lelejanlan 2000/ig PGF: 0 / k g bobot tubuh ddan e Nunnan, 1995 7. Klemak Jantan 2500 US PGF, a /kg bobot mbuh ddan e Putra dan Sukendi, 1998 8. Betutu jantan 2500/ig PGF, a / k g bobot tubuh ddan e Putra dan Sukendi 2000 9. Baung jantan 2500 /ig PGF; a 4 g bobot tubuh d, e dan f Sukendi, 2001 10. Kapiek betina 3000/ig PGF2 a/kg bobot mbuh adan b Sukendi, Putra Yunsman, 20O6 dan 11. Kapiekjantan 2500/igPGF2 a / k g bobot tubuh d,edanf Sukendi, Putra Yurisman 2006 dan PGF; a / k g bobot tubuh .Sukendi, 1995 b. = Kualitas telur (diameter, k e m a t a n g a n , fertilitas d a n daya tetas telur) c. = K e m a t a n g a n gonad secara histology d. = V o l u m e s e m e n e. = Kualitas s p e r m a t o z o a ( k o n s e n t r a s i , motilitas, viabilitas, fertilitas d a n d a y a tetas s p e r m a t o z o a f. = Kelangsunghidupan larva, p e r t u m b u h a n panjang dan bobot larva Pemakaian ovaprim dapat pula dilakukan secara kombinasi dengan prostaglandin F^a (PGF^a). Kombinasi ini diduga akan m e m b e r i k a n respon y a n g lebih baik t e r h a d a p p e m i j a h a n i k a n , baik o v u l a s i pada ikan betina m a u p u n s p e r m i a s i pada ikan j a n t a n . Sesuai dengan peranan o v a p r i m y a n g telah d i u r a l k a n s e b e l u m n y a y a i t u untuk m e r a n g s a n g hipofisa dalam melepaskan gonadotropin secara maksimal yang s e l a n j u t n y a gonadotropin y a n g dllepas berperan d a l a m p e m a t a n g a n tahap a k h i r oosit m a u p u n s p e r m a t o z o a d a l a m g o n a d . S e d a n g k a n PGF^ a s a n g a t berperan d a l a m m e n t r i g e r p e m e c a h a n selaput folikel oosit yang telah matang tahap akhir oleh o v a p r i m , serta mendesak s p e r m a t o z o a y a n g telah m a t a n g oleh o v a p r i m a g a r keluar dari tubulus simeniferi, sehingga PGF^ a sangat potensial diberikan pada suntikan k e d u a untuk ovulasi m a u p u n s p e r m i a s i t e r h a d a p gonad y a n g telah m e n g a l a m i p e m a t a n g a n t a h a p akhir P e n g g u n a a n b e b e r a p a d o s i s k o m b i n a s i o v a p r i m d a n PGF^ a t e r h a d a p d a y a r a n g s a n g o v u l a s i d a n k u a l i t a s t e l u r p a d a induk i k a n betina d a n m e n i n g k a t k a n v o l u m e s e m e n s e r t a kualitas s p e r m a t o z o a pada induk ikan j a n t a n air tawar dari beberapa hasil penelitian s e b e l u m n y a terlihat pada Tabel 8. Keterangan : a. = Daya rangsang ovulasi (waktu laten) 30 31 Tabel No 8. P e n g g u n a a n dosis k o m b i n a s i p e n y u n t i k a n o v a p r i m d a n PGF^ a y a n g terbaik untuk m e n i n g k a t k a n d a y a rangsang ovulasi dan kualitas telur serta volume semen d a n kualitas s p e r m a t o z o a beberapa j e n i s ikan air t a w a r Jenis Ikan D o s i s K o m b i n a s i Penyun-likan ovaprim dan P G F ; a yang terbaik Respon Sumber yang diukur 1. L e l e betina 50 % ovaprim + 50 % PGF2 01 (0,250 m l c Sukendi, 1995 a dan b Sukendi, a dan b A n d r i a n i , 1996 a dan b Sukendi, 1 9 % o v a p n m + 1250 /Jg PGF2 01 / bobot tubuh) 2. I.ele betina 50 % o v a p r i m + 5 0 % P C F ^ oc (0,250 m l etal, 1996 ovaprim + 1250 / i g P G F , a / b o b o t tubuh) 3. Mas koki belina 4. Betutu betina 50 % ovaprim + 50 % P G F , a (0,250 ml ovaprim + 1250 / i g P G F ; a / b o b o t tubuh) 50 % ovaprim + 5 0 % P G F : 01 (0,45 m l 3.3. Pasca P e m i j a h a n Pasca pemijahan adalah kegiatan yang dilakukan untuk p e m e l i h a r a a n larva mulai m e n e t a s hingga u k u r a n benih. Pada kegiatan ini y a n g terpenting adalah m e n e n t u k a n jenis pakan y a n g cocok selama p e m e l i h a r a a n . Secara u m u m larva dari hasil penetasan dipelihara s e l a m a 8 m i n g g u ( 5 6 hari). S e l a m a pemeliharaan diberi pakan nauplii a r t e m i a dan Tubifex s p . P e m b e r i a n pakan nauplii a r t e m i a d i l a k u k a n mulai larva b e r u m u r d u a hari (saat kuning t e l u r habis) s a m p a i larva b e r u m u r lima hari. Pakan Tubifex sp diberikan pada saat larva b e r u m u r e n a m hari s a m p a i b e r u m u r 21 hari s e l a n j u t n y a pada u m u r 22 hari hingga 5 6 hari l a r v a d a p a t d i b e r i pellet h a l u s ( b i a s a n y a pellet u d a n g ) . L a r v a b e r u m u r 56 hari b e n t u k n y a telah m e n y e r u p a i bentuk ikan yang s e b e n a r n y a , d a n telah dapat d i k a t a k a n benih y a n g siap untuk dipelihara di k o l a m , k e r a m b a atau ditebar kembali ke perairan u m u m (restocking). o v a p i i m + 750 / i g P G F j a 1 bobot tubuh) 5. B a u n g betina 75 % ovaprim + 25 % P G F 2 Q ( 0 2 5 0 m l A , b dan ovaprim + 1250 / i g P G F : 01 / bobot tubuh) f Pulra, Sukendi dan Pardinan, 2000; Sukendi, 2001 6. L e l e jantan 7. K l e m a k jantan 50 % ovaprim + 5 0 % P G F : a (0,20 m l ddan e N u n n a n , 1995 Ddane Putra dan Sukendi, 1998 ddan e Putra dan Sukendi 2000 d, e dan f Sukendi, 2001 ovapri m + 1000 / i g P G F , 01 / bobot tubuh) 50 % o v a p r i m + 50 % P G F , 0. (0,250 m l ovaprim + 1250 / i g P G F , 01 / bobot tubuh) 8. Betutu jantan 50 % o v a p r i m + 5 0 % P G F : " (0,300 m l o v a p n m + 1250 / i g P G F : 01 / bobot tubuh) 9. B a u n g jantan 50 % ovaprim + 50 % P G F , a (0,250 m l o v a p n m + 1 2 5 0 / i g P G F , 0(/bobot tubuh) 10. K a p i e k betina 75 % ovaprim + 2 5 % P G F , 01 (0,45 m l a Sukendi, 2002 a dan b Sukendi, ovaprim + 7 5 0 / i g P G F , 0;/ bobot tubuh) 10. K a p i e k belina 75 % ovaprim + 2 5 % P G F : a (0,45 m l ovaprim + 7 5 0 / i g P G F j 01 / b o b o t mhub) 11. Kapiekjantan 50 % ovaprim + 5 0 % P G F : " (0,250 m l ovaprim + 1250 / i g P G F j Q / bobot n i i u h ) Putra dan Yurisman, 2006 ddane Sukendi, Putia dan Yurisman, 2006 Keterangan a. = Daya rangsang ovulasi ( w a k t u laten) b. = Kualitas telur (diameter, k e m a t a n g a n , fertilitas dan d a y a tetas telur) c. = K e m a t a n g a n gonad secara histology d. = V o l u m e s e m e n e. = Kualitas s p e r m a t o z o a ( k o n s e n t r a s i , motilitas, v i a b i l i t a s , fertilitas d a n d a y a t e t a s s p e r m a t o z o a f. = K e l a n g s u n g h i d u p a n larva, p e r t u m b u h a n panjang d a n bobot larva 32 33 PERAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN DALAM BIOTEKNOLOGI PEMBENIHAN D e n g a n a d a n y a kelebihan s i s t e m reproduksi y a n g terjadi pada hewan aquatik (ikan) dibandingkan dengan sistem reproduksi y a n g terjadi pada hewan teristorial (sapi, k e r b a u , d o m b a , kuda dan jenis-jenis h e w a n teristorial lainnya), bioteknologi y a n g diterapkan j u g a akan berbeda. Pada h e w a n - h e w a n teristorial para peneliti sibuk m e l a k u k a n penelitian untuk m e n e m u k a n b a g a i m a n a cara m e m p e r b a n y a k calon a n a k y a n g a k a n d i l a h i r k a n , y a n g m u n g k i n salah s a t u n y a d e n g a n m e l a k u k a n d o n n i n g , sehingga satu sel telur y a n g ada di d a l a m rahim dapat dimanipulasi melalui t e k n i k d o n n i n g untuk m e l a h i r k a n d u a anak y a n g k e m b a r identik. N a m u n pada ikan teknik tersebut tidak perlu dilakukan, karena ikan telah diciptakan mempunyai j u m l a h s e l telur yang banyak, dan dapat m e n g h a s i l k a n anak d e n g a n j u m l a h ratusan ribu d a l a m sekali p e m i j a h a n . Bioteknologi y a n g penting diterapkan pada ikan antara lain b a g a i m a n a m e m p r o d u k s i benih yang berkualitas (pertumbuhan yang cepat), sehingga w a k t u pemeliharaan singkat ikan s u d a h dapat dipanen dan m e m p r o d u k s i benih j e n i s kelamin y a n g disenangi oleh m a s y a r a k a t (jantan atau betina), s e h i n g g a m e m i i i k i nilai e k o n o m i s tinggi. Keberhasilan bioteknologi p e m b e n i h a n yang dilakukan pada ikan s a n g a t t e r g a n t u n g pada proses biologi r e p r o d u k s i , t e r u t a m a p e m a t a n g a n induk ikan y a n g a k a n d i p i j a h k a n . Proses p e m a t a n g a n induk ikan y a n g d i m a k s u d t e r u t a m a p e m a t a n g a n induk ikan betina, yaitu v i t e l o g e n e s i s seperti yang telah diuralkan s e b e l u m n y a . Keberhasilan vitelogenesis a k a n m e n g h a s i l k a n j u m l a h telur y a n g lebih banyak d a n kualitas y a n g lebih baik, sehingga akan menghasilkan calon anak ikan yang berkualitas melalui proses bioteknologi p e m b e n i h a n yang d i l a k u k a n . m e l a k u k a n perkawinan sekerabat (sib mating), yang s e m u a n y a ini m e m e r l u k a n waktu y a n g l a m a . Dengan d e m i k i a n m a k a teknik k r o m o s o m b e r k e m b a n g d e n g a n p e s a t , d i m a n a ikan y a n g b e r g a l u r m u r n i d a p a t dihasilkan j a u h lebih cepat, yaitu dengan m e l a k u k a n teknik ginogenesis. A l l e n d o r f d a n Leariy ( 1 9 8 4 ) m e n y a t a k a n b a h w a pada i k a n r a i n b o w t r o u t {Salmo gairdneri) homosigositas yang dihasilkan oleh satu generasi ginogenesis sama dengan tiga generasi silang dalam k o n v e r s i o n a l , sehingga d u a g e n e r a s i g i n o g e n e s i s s u d a h c u k u p untuk m e m u r n i k a n suatu stock i k a n . Ginogenesis adalah proses produksi embrio dari telur-telur y a n g dibuahi oleh s p e r m a tanpa s u m b a n g a n bahan genetik j a n t a n (Nagy etal., 1978 dan John et al., 1 9 8 4 ) . Teknologi ginogenesis m e m b r i k a n banyak m a n f a a t d i a n t a r a n y a a d a l a h 1) m e m p e r c e p a t p r o s e s p e m u r n i a n ( h o m o s i g o s i t a s ) , 2) m e m b u a t populasi klon hanya d a l a m d u a generasi, 3) m e m b u a t populasi tunggal kelamin betina, 4 ) m e m p e r c e p a t proses seleksi dan 5) m e n d e t e r m i n a s i genotip jenis kelamin betina. Dalam proses ginogenesis ada dua hal penting yang harus d i l a k u k a n , yaitu : 1) radlasi s p e r m a atau telur dengan sinar g a m m a atau s i n a r ultraviolet (UV) untuk m e m b u a t agar tidak aktif secara genetik d a n 2) kejutan (shock) dengan suhu atau tekanan untuk mengembalikan badan kutup II ke posisi s e m u l a pada saat meiosis II atau pada saat mitosis I untuk m e n g g a g a l k a n terjadinya p e m b e l a h a n sel sehingga dapat terjadi p e n g g a b u n g a n kembali k r o m o s o m n y a d a l a m satu sel ( G a m b a r 5) (Nagy etal., 1978). Ginogenesis telah berhasil d i l a k u k a n pada berbagai spesies ikan kultur, baik spesies ikan air t a w a r m a u p u n ikan laut, n a m u n demikian keberhasilan androgenesis m a s i h terbatas pada beberapa spesies ikan saja karena relatif sulit d a l a m radlasi telur secara efektif dan perlakuan kejutan untuk m e n g g a g a l k a n proses mitosis p e r t a m a . Meiosis I Meiosis II Mitosis I PloidI •N/ti DM Ginogenesis O Haploid ni ! l «5inogenesis 4.1. G i n o g e n e s i s Pada u m u m y a perbaikan genetik ikan bertujuan untuk m e m p e r o l e h bibit unggul y a n g m e m b u t u h k a n ikan b e r g a l u r m u r n i s e b a g a i b a h a n b a k u . Cara y a n g u m u m d i l a k u k a n untuk m e m p e r o l e h ikan bergalur m u r n i yaitu d e n g a n silang d a l a m (inbreeding) konversional seperti d e n g a n 34 (sesaal sebdum mHomml) Ovulasi G a m b a r 5. S k e m a proses ginogenesis pada ikan 35 Untuk m e m u d a h k a n penilaian t e r h a d a p keberhasilan g i n o g e n e s i s dapat digunakan ikan jantan yang berbeda spesies tetapi masih m e m p u n y a i k e k e r a b a t a n y a n g agak dekat d e n g a n induk yang d i g u n a k a n , s e p e r t i t e r l i h a t p a d a Tabel 9 . U n t u k m e m p e r o l e h k e t u r u n a n y a n g homozigot dalam waktu yang cepat, perlu diperhatikan tentang k e m u n g k i n a n a d a n y a peristiwa pindah silang (crossing over) pada saat meiosis p e r t a m a . D e n g a n a d a n y a pindah silang dapat m e n g a k i b a t k a n G 2 N - m e i o t i k bersifat heterozigot. Pindah silang m e r u p a k a n faktor p e m b a t a s untuk m e n d a p a t k a n k e t u r u n a n ginogenetik yang h o m o s i g o t . S i n a r g a m m a memiiiki d a y a penetrasi y a n g baik serta m a m p u m e r u s a k k r o m o s o m s p e r m a , n a m u n sering d i j u m p a i adanya efek negatip dari pemakaian sinar tersebut, yaitu ditemukannya fragmen sisa k r o m o s o m pada benih diploid g i n o g e n e t i k ( G 2 N ) , y a n g a k a n dapat m e n g u r a n g i k e l a n g s u n g a n hidup benih G 2 N s e h i n g g a lebih u m u m d i g u n a k a n sinar ultraviolet. S e l a i n itu sinar ultraviolet j u g a memiiiki beberapa k e l e b i h a n , yaitu m u r a h dan lebih m u d a h dan a m a n d i g u n a k a n dibandingkan d e n g a n s i n a r g a m m a dan sinar x. P e m a k a i a n radiasi ultra violet t e r h a d a p s p e r m a pada ginogenesis terlihat pada Tabel 9. Tabel Penggunaan radiasi sinar ultraviolet pada dosis tinggi m e n y e b a b k a n t i d a k t e r d a p a t n y a sisa s i f a t - s i f a t p a t e r n a l a t a u s i s a sisa potongan k r o m o s o m (Chourrout dalam T h o r g a a r d dan A l l e n , 1 9 8 7 ) . D e n g a n m e n g g u n a k a n radiasi sinar ultraviolet j u g a m e n u n j u k k a n bahwa bahan genetik j a n t a n tidak m e m b e r i k a n s u m b a n g a n terhadap k e t u r u n a n ginogenetik, hal ini d i b u k t i k a n dari induk ikan m a s bersisik m e n y e b a r (mirror, ss) dan penjantan y a n g bersisik penuh ( S s ) , dengan efek radiasi ultraviolet terhadap sperma diperoleh keturunan ginogenetik yang s e m u a n y a bersisik m e n y e b a r 9. P e m a k a i a n ikan j a n t a n y a n g berbeda spesies sebagai s u m b e r sperma dalam ginogenesis Jantan Induk Koan (Ctenopharyngodon Mas (Cyprinus carpio L) Sumber Stanley dan Jone (1976) iMaV) Rohu (LcAeo rohita H) JohnrfaL (1984) gairdneri) Graying (Thymallus thymalius) Choum)ut(1986) Mas (Cyprinus carp/oL) Tawes (Puntius javanicus Setia(li(l989) CUk (CatlacatlaE) Rainbow trout [Salmo BIkr) Mas (CyprintLi carpio L) Mola (Hypopthalmiclitim Chadiaia(1989) molilrix) Mas (Cyprinus carpioL) Kejutan s u h u y a n g diberikan (panas dan dingin) bertujuan untuk m e n c e g a h terjadinya pengurangan k r o m o s o m betina pada proses p e r k e m b a n g a n telur dan akhirnya dapat m e n g h a s i l k a n sigot diploid d a n h o m o s i g o t (Nagy et al., 1 9 7 8 ) . Kejutan panas d a l a m ginogenesis d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n cara m e r e n d a m telur-telur yang telah dibuahi ke d a l a m air panas d e n g a n s u h u tertentu (Hollebecq e t al., 1986) dengan w a k t u yang d i b u t u h k a n lebih cepat d i b a n d i n g k a n dengan kejutan dingin serta lebih m u d a h dilakukan dan peralatan yang lebih murah beberapa metode k e j u t a n panas untuk diploidisasi pada ginogenesis terlihat pada Tabel 1 0 . Nilem (Osteocfiilus hasselli) Sambara(1989) K o m e l et al. ( 1 9 8 0 ) m e n g e m u k a k a n b a h w a p a d a p r o s e s g i n o g e n e s i s s p e r m a y a n g d i g u n a k a n untuk m e m b u a h i sel t e l u r a d a l a h s p e r m a y a n g telah diradiasi d e n g a n tujuan a g a r s p e r m a t e r s e b u t s e c a r a genetik tidak aktif. Radlasi m e r u p a k a n s u a t u proses penyinaran d e n g a n m e n g g u n a k a n b a h a n m u t a g e n untuk m e n g h a s i l k a n m u t a n . Menurut Leu d a n P u r d o m ( 1 9 8 4 ) b a h a n m u t a g e n y a n g d a p a t d i g u n a k a n untuk p r o s e s radiasi ini adalah : sinar g a m m a , sinar X dan sinar ultra violet (UV), n a m u n d a l a m proses g i n o g e n e s i s lebih b a n y a k m e n g g u n a k a n sinar ultraviolet (UV) (Hollebecq et al., 1 9 8 6 ) . 36 37 Tabel 9. P e m a k a i a n radiasi ultra violet t e r h a d a p s p e r m a pada ginogenesis Jems ikan iLabmrohiia') Rohu Raiubow Iropi mo {Sal- gaimeri) Chum Fancy rtus salmon carp (.C:yy»ri vtirpia} Ikau mas etirpiu {Cyprinus L) Sumber Radiasi U V Hasil Lampii U V 15 w. •clama 17 mcniU j a r A 20 cm, icbal iM-utan sperma 2 aim 99 - <*9,6 % lar\a hapkitd Lampn U V 4 x 36 w, sdama 28 mcnit. jarak 15 c m , icbal laratcn sperma 5 mm, diputar GO kali/jucaih l>OKiK ent/mni Iiautcn tnm 2400-3600 2 tebal v c n u a 0,1 Johu«/o/.,(1984) Loix dan Purdom (iy84> embrio haploid lOfl % embrio haploid Tanniguchi Tanniguchi (1984) Dosis 6420 org /mm 2 iiiteiisitas 7-^ ent/mu/deuk, tebal larurnt sperma 1 ni ni haploid 200 J/m 2/aieuit selauia 1 j a m , jarak spenua dau lampu 2.5 coi 100 % embrio haploid 2 l a m p u U V 15 w s e l a m a 1,5 menit, 2 dan 3 menit ketebalan sperma I mm lOO % haploid eta^.,(^0^4} ^/ Scliadini (1080) embrio Tabel 1 0 . B e b e r a p a m e t o d e k e j u t a n p a n a s u n t u k d i p l o i d i s a s i p a d a ginogenesis Jenis ikan Kejutan panas Calla (Catia catIa) 3 9 ° C selama 1 mcnil dan Rohu (I.aheo waklu awal 2 mcnil rohita H) setelah pembuahan 38 Hasil 10 % Ian a G2N-mciolik Sumber John crii/., (1984) Rainbow trout (Salmo gaimeri) G2N2i! - 29" C selama 10 larva mcnit waklu awal 10 mciolik mcnil setelah pembuahan Raiubow trout (Salmo gaimeri) 26" C selaina 20 menit, waklu awal 25 mcnil setelah pcm-buahan dan suhu dasar pembuf&ai 10"C 50 % Lina G2N-mciolik Chourrout (19i!6) Mas (Cyprimis carpioL) 39" C selama 2 mcnit, waklu awal 5 mcnil setd^ pembuabau dai subu dasar pembuAan 20"C 50 % larva G2N-mciolik Hollcbccg (1986) Mas (Cyprimia carpio L) 40" C, selama 2 menit, waktu awal 30 menit setdah pembuahan, suhu da»arpon-buahan 24*^; 5 - 1 8 % larva G2N meiotik Komen <?(«;., (1988) Leai>c/n/.,(198.S) el Kejutan panas sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat s e t e l a h p e m b u a h a n d e n g a n t u j u a n u n t u k m e n i n g k a t k a n diploidisasi benih ginogenetik, y a i t u pada saat meiosis kedua dan mitosis p e r t a m a (Lou d a n P u r d o m , 1 9 8 4 ) . Pemberian kejutan panas pada saat meiosis kedua a k a n m e n a h a n k e l u a r n y a polar body k e d u a , s e l a n j u t n y a pada mitosis pertama kejutan panas akan m e m a k s a g e n o m haploid meternal m e m b e l a h menjadi d u a (Chounrrout, 1986). Diploid ginogenetik y a n g terbentuk pada saat meiosis kedua d i n a m a k a n diploid ginogenetik meiotik dan disingkat G 2 N - meiotik (meiotic - G 2 N ) . Sedangkan diploid ginogenetik y a n g terjadi pada saat cleavage p e r t a m a d i n a m a k a n diploid ginogenetik mitotik dan disingkat G2N-mitotik (mitotic-G2N). Selanjutnya karena tidak s e m u a individu G 2 N - m e i o t i k homosigot, m a k a G2N-meiotik disebut juga G2N-heterosigot. Sedangkan G2N-mitotik memiiiki individu y a n g s e m u a n y a homosigot m a k a disebut j u g a G 2 N homosigot. Pada u m u m n y a t i n g k a t k e b e r h a s i l a n G 2 N - meoiotik lebih tinggi daripada G 2 N - m i t o t i k , padahal h o m o z i g o s i t a s G 2 N - m i t o t i k j a u h lebih tinggi. Dipihak lain, homosigositas y a n g tinggi sangat diperlukan untuk m e m p e r c e p a t diperolehnya individu y a n g bergalur murni. Leary etal. ( 1 9 8 5 ) m e n y a t a k a n bahwa silang d a l a m y a n g sangat kuat d a l a m g i n o g e n e s i s m e m b e r i peluang m u n c u l n y a alel h o m o s i g o t resesif yang biasanya bersifat kurang m e n g u n t u n g k a n y a n g selanjutnya a k a n m e n i m b u l k a n a d a n y a individu y a n g a b n o r m a l atau fenotip letal, sehingga dapat d i s i m p u l k a n bahwa p e n a m p i l a n ciri kuantitatif cjan ciri kualitatif individu ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan y a n g dimiliki individu tersebut. Stabilitas p e r k e m b a n g a n individu G 2 N a k a n menurun bila tingkat homosigositasnya tinggi. Untuk mengukur stabilitas perkembangan digunakan fluktuasi asimetri, d i m a n a fluktuasi asimetri adalah perbedaan j u m l a h antara sisi kiri dan kanan pada ciri meristik bilateral (Leary et al. 1985). S k e m a cara kerja d a l a m p e l a k s a n a a n ginogenesis dapat dilihat pada G a m b a r 6. al., 39 ikan dapat dilakukan dengan m e n g g u n a k a n d a s a r atau prinsip-prinsip ginogenesis b u a t a n . Dengan kata lain bahwa aplikasi poliploid d i l a k u k a n setelah teori-teori ginogenesis buatan diketahui ( P u r d o m , 1983). Ikaribaunjp, betina Ikan baung jantan Spermaaebanyaklml diencerkao 100 kali dengin larntuD fi»iologi« 1 Ovulasi 1 Cswan p«lndis dinuiiaii dengan 2 buah lanipaUV13watt,jvak Telur lScni,selama2mM>it 1 Telur diseberkan pada lempeng kaea dalam air bersuhu 25'C Kontrol UV OZN-meiotik 40; 42 dan 44 menit aelelal pembuahan, kejutan pansa 40oC selama 1,5 menit G2N-metotik 4.2.1. Triploidisasi Triploidisasi adalah proses atau usaha ke arah terbentuknya kondisi dengan sel-sel yang m e n g a n d u n g tiga perangkat k r o m o s o m atau triploid (3n). Triploidisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menahan benda kutup II pada saat meiosis II oogenesis atau dengan p e m b u a h a n diploid dengan g a m e t haploid (Chourrout, 1986). Penahanan benda kutup II dapat dilakukan dengan m e m b e r i k a n kejutan lingkungan terhadap telur pada saat beriangsungnya proses p e m b u a h a n yang secara a l a m i diikuti oleh pelepasan benda kutup II ( G a m b a r 7). Kejutan yang d i m a k s u d dapat berupa kejutan t e k a n a n , kejutan suhu d a n kejutan kimiawi ( P u r d o m , 1983). Pembuahan +larut9n pembuahan 2; 3 dan 4 menit setelah pembuahan, kejutan panas 40 oC selama 1,5 menit Metoda u n t u k m e m b u a t poliploid ini d a p a t d i l a k u k a n s e p e r t i perangsangan diploidisasi pada ginogenesis buatan tetapi m e r u p a k a n kelanjutan dari p e m b u a t a n secara normal ( s p e r m a t o z o a n o r m a l ) . A d a tiga masalah y a n g dihadapi d a l a m usaha poliploidisasi ikan, yaitu : 1) u m u r z i g o t waktu kejutan d i l a k u k a n , 2) lama waktu kejutan d a n 3) suhu yang dipakai waktu k e j u t a n . Konlrol normal Meiosis I M e i o s i s II Mitosis I Ploidi Inkubasi Pemeliharaan G a m b a r 6. S k e m a teknik p e l a k s a n a a n ginogenesis pada ikan Keterangan : kontrol UV kontrol normal G 2 N - m e i o t i k d a n G 2 N - mitotik 4.2. Poliploidisasi Poliploidisasi adalah proses atau kejadian terbentuknya individu v a n g poliploid. D i m a n a poliploid adalah s o m a t i k sel y a n g m e m p u n y a i tiga (triploid), e m p a t (tetraploid), lima (pentaploid) ^tau lebih sel kronnosom tidak dua sel k r o m o s o m ) seperti organisme diploid. Poliploid buatan pada 40 tekarun. panas/dingin ( s c * u t sebelum mitotisi) Ovulasi G a m b a r 7. S k e m a proses poliploidisasi pada ikan 41 B e b e r a p a f a k t o r y a n g m e m p e n g a r u h i keberhasilan p e n a h a n a n benda kutup II adalah t e n g g a n g waktu dari proses p e m b u a h a n s a m p a i kepada saat d i m u l a i n y a kejutan ( u m u r zigot), lamanya pelaksanaan kejutan dan suhu y a n g dipakai m e m b e r i kejutan ( S u m a n t a d i n a t a , 1 9 8 8 ) . Ketiga f a k t o r ini berbeda untuk setiap spesies ikan serta t e r g a n t u n g pada biologi dan lingkungan h i d u p n y a . Triploidisasi t e r h a d a p ikan lele Afrika {Clarias gariepinus Burcheel) t e l a h berhasil d i l a k u k a n d e n g a n m e n g g u n a k a n suhu 5° C s e l a m a 10 menit d e n g a n u m u r zigot pada waktu kejutan dilakukan dua s a m p a i e m p a t menit, serta m e n g h a s i l k a n derajad penetasan y a n g diperoleh 9 - 4 0 % . S e d a n g k a n m e n u r u t Vejaratpimol et al ( 1 9 9 0 ) pada ikan lele y a n g lain {Clarias macrocephalus) suhu y a n g d i g u n a k a n adalah 5° C d e n g a n w a k t u k e j u t a n 30 menit dan u m u r zigot 2 menit serta m e n g h a s i l k a n derajad penetasan 85 %. Pada ikan brown trout telah d i l a k u k a n pula oleh Aral dan Wilkins ( 1 9 8 7 ) dengan m e n g g u n a k a n suhu 25° C s e l a m a 10 m e n i t d e n g a n w a k t u k e j u t a n a n t a r a 5 - 4 5 m e n i t setelah p e m b u a h a n m e n g h a s i l k a n embrio triploid s e b e s a r 75 - 91 %, pada ikan s a l m o n A t l a n t i k k e j u t a n panas diberikan pada suhu 35° C s e l a m a 5 menit d e n g a n w a k t u awal 20 menit setelah p e m b u a h a n dan suhu inkubasi telur 10° C m e n g h a s i l k a n larva triploid s e b e s a r 97 - 100 % (Sutterlin et al., 1 9 8 7 ) . C a r m a n ( 1 9 9 0 ) m e m b e r i k a n kejutan pada suhu 42° C s e l a m a 2 menit dan 5 menit setelah p e m b u a h a n pada ikan m a s koki {Carasius auratus) m e n g h a s i l k a n ikan triploid s e b e s a r 80 %, s e d a n g k a n pada ikan m a s {Cyprinus carpio) m e n g h a s i l k a n ikan triploid s e b e s a r 72 % dengan p e m b e r i a n kjutan pada suhu 38 - 40° C s e l a m a 1,5 - 2,0 menit dan 3 menit setelah p e m b u a h a n (Mardiyanti, 1 9 8 9 ) . 4.2.2. Tetraploid I k a n t e t r a p l o i d h a n y a b e r h a s i l dibuat pada b e b e r a p a s p e s i e s Ikan s a j a , diantaranya pada ikan rainbow trout (Chourrout, 1987) dan Ikan Chanel catfish (Bidwell e t al. 1 9 8 5 ) . Ikan tetraploid bersifat fertil karena itu apabila ikan tetraploid dikawinkan dengan ikan diploid a k a n menghasilkan keturunan ikan triploid, sehingga produksi ikan triploid akan d a p a t d i l a k u k a n s e c a r a m a s a l t a n p a p e r l u p e r l a k u a n k e j u t a n di laboratorium. Secara teoritis tetraploid dapat diusahakan dengan m e n g g a g a l k a n p e m b e l a h a n sel p e r t a m a setelah p e m b u a h a n (pada proses clevage) atau d e n g a n kata lain bahwa mitosis I dapat digagalkan tidak m e n j a d i dua sel tetapi tetap satu sel d e n g a n 4 set k r o m o s o m seperti terlihat pada G a m b a r Ikan triploid memiiiki kelebihan, karena pada u m u m n y a bersifat steril. Ikan-ikan y a n g steril m e m p u n y a i kecepatan t u m b u h yang lebih baik karena tidak t e r g a n g g u oleh proses reproduksi atau m a k a n a n tidak terpakai untuk proses reproduksi sehinga dapat dipakai d a l a m m e n a m b a h m a s s a somatik, d e n g a n kata lain bahwa ikan a k a n t u m b u h lebih cepat daripada keadaan a l a m i a h . Triploidisasi sangat bermanfaat pada ikan k u l t u r y a n g f r e k u e n s i p e m i j a h a n n y a t i n g g i s e p e r t i p a d a i k a n nila {Oreochromis niloticus), k e n y a t a a n ini sesuai dengan hasil penelitian Taniguchi e t al. ( 1 9 8 6 ) y a n g m e n u n j u k k a n bahwa ikan m a s triploid t u m b u h lebih cepat daripada diploid kontrol pada u m u r 7 bulan. Pada u m u r 20 bulan gonad ikan m a s triploid b e r k e m b a n g sangat lambat dan lebih b a n y a k lemak di sekitar u s u s n y a d i b a n d i n g k a n dengan ikan m a s d i p l o i d . S e h i n g g a d i h a r a p k a n p e m b u d i d a y a a n i k a n - i k a n triploid a k a n m e m b e r i k a n k e u n t u n g a n . S k e m a proses kerja dalam pelaksanaan triploidisasi terlihat pada G a m b a r 7. 42 43 Utan bauog jontoD Sperma sebsnyak I ml diencerican 100 kali dengan lanrtan fisriologis Ikan baung betina Ovulasi Cawan petridis Telur 4.2.2.2. Pengukuran ploidi pada ikan Pembuahan + lanitan pembuahan 1 Telur disebarltan pada lempeng kaca dalam air bersuhu 25 ° C Tetraploidisasi Kejutan panas pada suhu 36° C selama 1,5 menit Kontrol Normal Waktu awal kejutan 1,5; 3,0 dan 4,5 setelah pembuahan Inkubasi Pemsllharaan G a m b a r 8. S k e m a teknik pelaksanaan tetraploidisasi pada ikan Proses poliploidisasi dapat berlangsung bila d i l a k u k a n kejutan terhadap zigot yang siap m e l a k u k a n penyigaran s e b e l u m benda kutup d i l e p a s k a n . Kegiatan ini b e r p e r a n a g a r pelepasan benda kutup tidak cerlaksana dan penyigaran seterusnya m e n y u s u l akan melibatkan tiga Derangkat k r o m o s o m (Nagy etal., 1 9 7 8 , P u r d o m , 1983 dan Hollebecq et 3/, 1 9 8 6 ) . Menurut Oshiro d a n C a r m a n ( 1 9 9 1 ) bila yang hendak dihasilkan adalah i k a n - i k a n triploid, m a k a kejutan yang tepat adalah pada saat 14 meiosis II, sehingga zigot yang siap m e m a s u k i tahap penyigaran m e m p u n y a i tiga perangkat k r o m o s o m . Apabila kejutan d i l a k u k a n lebih telat benda kutup selanjut lepas dan yang digagalkan adalah p e m b e l a h a n p e r t a m a secara mitosis sel zigot (mitosis I ) , sehingga sel berinti mengandung empat perangkat kromosom (tetraploid). Dimana dua p e r a n g k a t k r o m o s o m b e r a s a l dari t e l u r d a n d u a p e r a n g k a t lagi dari s p e r m a t o z o a . Kejutan yang paling praktis dilakukan pada proses poliploidisasi adalah kejutan suhu (Chournout, 1986 dan Thorgoard, 1986). Pengukuran ploidi pada ikan dapat dilakukan dengan penghitungan kromosom tiap sel. Secara tidak langsung dapat dilihat dengan p e m e r i k s a a n morfologi, elektroforesis, pengukuran v o l u m e eritrosit d a n penghitungan jumlah nukleulus (Thargoard, 1983).) C a r m a n (1990) m e n y a t a k a n bahwa j u m l a h k r o m o s o m pada individu diploid dantriploid ikan m a s koki (Carasius auratus) m a s i n g - m a s i n g adalah 100 dan 1 5 0 . S e d a n g k a n pada ikan lele Afrika (Clarias gariepinus Burcheel) m e n u r u t Richter eta/., (1987) adalah 54 untuk diploid dan 82 untuk individu triploid, selanjutnya pada ikan Clarias macrocepahalus j u m l a h k r o m o s o m untuk individu diploid s e b a n y a k 5 4 dan triploid sebanyak 81 (Vejaratpimol d a n P e w n i m , 1990). Penghitungan j u m l a h k r o m o s o m lebih akurat untuk p e n e n t u a n tingkat ploidi di antara metoda yang a d a , tetapi metoda ini m e m b u t u h k a n w a k t u yang banyak. S e h i n g g a m e n u r u t Phillip etal. ( 1 9 8 6 ) penghitungan j u m l a h nukieolus m e r u p a k a n metoda yang m u d a h , relatif m u r a h d a n m e m p u n y a i peluang y a n g b e s a r untuk diterapkan pada berbagai spesies ikan. Dikatakan juga metoda ini telah digunakan untuk menentukan tingkat ploidi pada beberapa jenis ikan. C a r m a n (1990) menyatakan bahwa j u m l a h nukieolus pada ikan rainbow trout, chinook salmon dan coho s a l m o n m e m p e r l i h a t k a n bahwa individu haploid m e m p u n y a i 1 atau 2 dan individu triploid m e m p u n y a i 1, 2 atau 3 nukieolus, s e d a n g k a n j u m l a h m a k s i m a l nukieolus per sel pada ikan koki diploid adalah 3 atau 4 dan pada individu triploid adalah 5 atau 6. 4.3. Manipulasi h o r m o n dalam proses perubahan jenis kelamin (sex reversal) Jenis kelamin suatu spesies ditentukan oleh faktor, genetis d a n l i n g k u n g a n . Faktor g e n e t i s y a n g m e n e n t u k a n j e n i s k e l a m i n a d a l a h k r o m o s o m , d i m a n a k r o m o s o m y a n g m e m e g a n g peran u t a m a d a l a m m e n e n t u k a n j e n i s k e l a m i n disebut k r o m o s o m k e l a m i n atau g o n o s o m 45 s e d a n g k a n y a n g t i d a k m e n e n t u k a n j e n i s k e l a m i n disebut k r o m o s o m biasa atau a u t o s o m (Yatim, 1986). 3enis k e l a m i n d i t e n t u k a n oleh b a n y a k gen (poligenik), g e n - g e n tersebut berupa sejumlah gen-gen minor yang tersebar disepanjang k r o m o s o m sehingga jenis kelamin d i t e n t u k a n oleh p e r i m b a n g a n antara j u m l a h gen-gen penentu j a n t a n dan penentu betina. Bila f a k t o r penentu j a n t a n y a n g lebih d o m i n a n , m a k a individu a k a n t u m b u h manjadi j a n t a n atau s e b a l i k n y a . Sex reversal adalah suatu metode untuk mengubah arah diferensiasi k e l a m i n ikan secara buatan dari y a n g s e h a r u s n y a j a n t a n m e n j a d i betina atau s e b a l i k n y a . Perubahan diferensiasi secara buatan d i m u n g k i n k a n karena pada fase p e r t u m b u h a n gonad (saat belum terjadi diferensiasi s a m p a i beriangsungnya diferensiasi sehingga kelamin bersifat p e r m a n e n ) ( D a v y d a n C h o u r i n a r d , 1 9 8 0 ) . K a r e n a p a d a s a a t ini pembentukan gonad dapat diarahkan dengan menggunakan hormon steroid s i n t e t i s . H o r m o n m e r u p a k a n s u a t u zat kimia o r g a n i k y a n g dihasilkan oleh bagian atau jaringan tubuh tertentu yang u m u m n y a berupa kelenjar e n d o k r i n dan dibawa langsung oleh darah keseluruh tubuh serta dapat m e r a n g s a n g organ sasarannya (Turner dan Bagnara, 1976). Steroid adalah jenis h o r m o n y a n g larut dalam l e m a k dan m e r u p a k a n t u r u n a n k o l e s t e r o l y a n g m e n g a n d u n g 27 a t o m k a r b o n . O r g a n y a n g m e n g h a s i l k a n n y a antara lain adalah testis, o v a r i , korteks anak ginjal dan plasenta. H o r m o n steroid m e n g a t u r beberapa f e n o m e n a reproduksi, seperti proses diferensiasi k e l a m i n , p e m b e n t u k a n g o n a d , ovulasi, p e m b e n t u k a n sel-sel r e d u k s i , p r o s e s p e m i j a h a n , ciri k e l a m i n sekunder, p e r u b a h a n morfologi atau fisiologi pada m u s i m p e m i j a h a n dan produksi f e r o m o n . D i a n t a r a f e n o m e n a t e r s e b u t , diferensiasi k e l a m i n terjadi lebih a w a l , k e m u d i a n diikuti oleh f e n o m e n a yang lain. Menurut Hunter dan Donaldson ( 1 9 8 3 ) p e n e n t u a n dari diferensiasi k e l a m i n pada ikan lebih labil d i b a n d i n g k a n p e n e n t u a n d a n diferensiasi k e l a m i n pada v e r t e b r a t a y a n g lain. 2) e s t r o g e n a t a u h o r m o n s e k s u a l pada b e t i n a , 3) p r o g e s t e r o n y a n g b e r p e r a n d a l a m p e m e l i h a r a a n k e h a m i l a n d a n 4) c a r t i c o s t e r o i d y a n g berperan d a l a m m e m e l i h a r a proses yang berlangsung di d a l a m tubuh seperti pengaturan proses m e t a b o l i s m e , karbohidrat, protein dan lemak. Menurut Donaldson et al. ( 1 9 7 8 ) h o r m o n e s t r o n e m e m p u n y a i r u m u s bangun seperti tertera pada G a m b a r 9 s e d a n g k a n 17 a-metiltestosteron tertera pada G a m b a r 10. Pemberian h o r m o n dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan melarutkan kedalam air pemeliharaan atau ke dalam makanan (Hunter dan D o n a l d s o n , 1983). Tetapi m e n u r u t Y a m a z a k i ( 1 9 8 3 ) cara yang paling sering dilakukan dan terbukti aktif m e n g u b a h kelamin adalah p e m b e r i a n melalui m a k a n a n atau s e c a r a o r a l . B e b e r a p a f a k t o r y a n g mempengaruhi keberhasilan penggunaan hormon steroid untuk mengubah kelamin antara lain : j e n i s h o r m o n dan dosis p e m b e r i a n , cara dan lama p e m b e r i a n , j e n i s dan u m u r ikan serta faktor lingkungan t e r u t a m a suhu (Hunter dan D o n a l d s o n , 1983 dan Y a m a m o t o , 1969). Dikatakan j u g a bahwa pemberian hormon steroid tidak akan berhasil jika dilakukan setelah t e r j a d i n y a d i f e r e n s i a s i s e k s u a l . Periode y a n g baik d a n t e p a t u n t u k pemberian h o r m o n adalah pada stadia larva s e b e l u m atau pada saat ikan mulai m a k a n . o II G a m b a r 9. R u m u s bangun estrone H o r m o n steroid yang digunakan untuk m e n g u b a h k e l a m i n pada ikan terbagi atas dua kelompok, yaitu : 1) a n d r o g e n , sebagai h o r m o n y a n g m e n g a r a h k a n d i f e r e n s i a s i ke j a n t a n , s e p e r t i a n d r o s t e n e d i o n , e t i n i l t e s t o s t e r o n , m e t i l t e s t o s t e r o n d a n t e s t o s t e r o n p r o p i o n a t . 2) Estrogen adalah h o r m o n y a n g m e n g a r a h k a n diferensiasi ke betina seperti e s t r o n , e s t r a d i o l d a n e t i n i l e s t r a d i o l ( Y a n a m o t o dalam H u n t e r d a n D o n a l d s o n , 1 9 8 3 ) . H o r m o n steroid pada vertebrata dapat dibagi menjadi e m p a t k e l o m p o k , b e r d a s a r k a n fungsi fisiologisnya k e e m p a t k e l o m p o k h o r m o n t e r s e b u t adalah : 1) androgen atau h o r m o n seksual pada j a n t a n . G a m b a r 10. R u m u s bangun 17 a- metiltestosteron 46 47 Hunter dan Donaldson (1983) menyatakan bahwa pemberian h o r m o n tidak boleh b e r i e b i h a n , k a r e n a dosis yang terlalu tinggi dapat menimbulkan tekanan kepada pembentukan gonad d a n tingginya m o r t a l i t a s . S e l a i n i t u d o s i s t i n g g i dari h o r m o n e s t r o g e n d a p a t pula m e n g a k i b a t k a n rendahnya t i n g k a t p e r t u m b u h a n . Dosis h o r m o n estron y a n g efektif untuk keperluan j e n i s k e l a m i n pada ikan seperti tertera pada Tabel 1 1 . Tabel 11. Dosis efektif h o r m o n estrone Spesies Ikan Dosis (mg^g makanan) Oryzias laptes 125 100 100 Carassius auratus 10 50 Salmo gairdneri 100 60 120 100 lilcpia 200 Lama Betina Pemberian (hari) (hart) Jantan (%) Sumber 240 26-28 60 58 58 58 150 150 25-59 25-59 0 0 0 0 0 0 9,9 9,9 28,1 21,8 (1) (2) (3) (4) (4) (4) (5) (5) (6) (6) nilotica 100 efektif 100 94 79 85 54 54 62-78 62-78 dapat menghasilkan keturunan yang seluruhnya jantan, sedangka p e r e n d a m a n e m b r i o ikan s a l m o n koho {Oncorhynchus kisutch) sehar delapan d a n lima belas hari s e b e l u m m e n e t a s s e l a m a dua j a m dalar larutan 17 a - metiltestosteron dengan konsentrasi 4 0 0 ug/l, h a s i l n y diperoleh j a n t a n tertinggi pada perlakuan sehari s e b e l u m m e n e t a s yaiti 61,17 % dan pada perlakuan delapan dan lima belas hari sebelum meneta m a s i n g - m a s i n g dihasilkan j a n t a n s e b e s a r 54,9 %. Perendaman embrii ikan beta {Betta spelendens Regan) selama 4 j a m , 6 j a m , 8 j a m dan 1( j a m p e r e n d a m a n dengan dosis 2 0 mg/l m e n g h a s i l k a n j a n t a n masing m a s i n g s e b e s a t 8 7 , 8 % 9 2 , 3 %, 9 3 , 2 % d a n 9 5 , 9 % d a n k o n t r o m e n g h a s i l k a n 6 2 , 5 % j a n t a n ( K h o l i d i n , 1 9 9 6 ) . D e m i k i a n pula yanc d i l a k u k a n t e r h a d a p ikan beta {Betta splendens R e g a n ) d a l a m 17 c m e t i l t e s t o s t e r o n s e l a m a delapan j a m d e n g a n dosis 2 0 mg/l berhasi diperoleh ikan berkelamin jantan sebesar 88,9 % (Suprihatiningsih, 1996) Keterangan : (1) Y a m a m o t o ( 1 9 5 3 ) , ( 2 ) F i n e m a n et al ( 1 9 7 4 ) , (3) Y a m a m o t o d a n Kajishima ( 1 9 6 8 ) , (4) O k a d a ( 1 9 7 3 ) , (5) Jalabert et al ( 1 9 7 5 ) , (6) Tyamen dan Shelton ( 1 9 7 8 ) . S u m b e r : Y a m a z u k i (1983) Bila androgen diberikan d a l a m j u m l a h beriebihan, m a k a j a n t a n dan betina dengan genotif masing - masing akan berdiferensiasi menjadi j a n t a n dengan testis mengecil dan akhirnya menjadi steril karena terjadi k e r u s a k a n s e m p u r n a sel-sel g e r m i n a l . Keadaan yang s a m a juga terjadi bila w a k t u p e m b e r i a n h o r m o n terlalu l a m a , p e r k e m b a n g a n gonad d a l a m p e m b e n t u k a n g a m e t m e n j a d i t e r h a m b a t ( S c h r e c h dalam H u n t e r d a n D o n a l d s o n , 1983). P e n g g u n a a n h o r m o n 17 a metiltestoteron untuk m e r u b a h jenis kelamin telah b a n y a k d i l a k u k a n . P e r e n d a m a n pada telur s a l m o n cinuk (Oncorhynchus tshawytscha) s e l a m a 120 menit dengan dosis 200 ug/l 48 49 PENUTUP S i s t e m reproduksi y a n g ada pada ikan j a u h lebih m e n g u n t u n g k a n bila d i b a n d i n g k a n d e n g a n hewan b u k a n ikan seperti hewan teristorial. Kelebihan tersebut a d a l a h ikan memiiiki j u m l a h sel telur y a n g banyak, sehingga m e n g h a s i l k a n a n a k dengan j u m l a h y a n g b a n y a k pula d a l a m sekali proses r e p r o d u k s i , m e m i i i k i m a s a inkubasi y a n g singkat sehingga d a l a m w a k t u y a n g singkat t e l u r y a n g telah dibuahi a k a n segera lahir/ menetas menjadi calon anak, serta memiiiki fertilisasi eksternal ( p e m b u a h a n diluar tubuh) sehingga manipulasi terhadap fertilisasi m u d a h d i l a k u k a n . Kelebihan s i s t e m reproduksi y a n g ada pada ikan a k a n m u d a h m e m b a w a k e p u n a h a n ikan t e r s e b u t dari a l a m apabila d i m a n f a a t k a n tidak m e m p e r h a t i k a n s i s t e m reproduksi y a n g d i m a k s u d , s e b a l i k n y a a k a n m u d a h m e n g e m b a n g k a n i k a n - i k a n tersebut m e n j a d i ikan peliharaan di a l a m terkontrol d e n g a n m e m a n f a a t k a n s i s t e m reproduksi y a n g dimiliki melalui bioteknologi p e m b e n i h a n . K e b e r h a s i l a n bioteknologi p e m b e n i h a n y a n g d i l a k u k a n sangal tergantung pada vitelogensis, yaitu proses biologi reproduksi y a n g terjad pada induk ikan b e t i n a . V i t e l o g e n e s i s a k a n m e n e n t u k a n j u m l a h dar kualitas telur y a n g ada di d a l a m k a n t o n g o v a r i u m ikan betina yanc sangat dibutuhkan untuk menjadi calon anak ikan melalui bioteknolog" p e m b e n i h a n . P e n g e m b a n g a n i k a n - i k a n liar di perairan u m u m p e r k d i l a k u k a n d e n g a n m e n e r a p k a n b i o t e k n o l o g i p e m b e n i h a n untuk m e n g h a s i l k a n benih \'ang b e r k u a l i t a s s e l a n j u t n y a dipelihara di alam budidaya yang terkontrol. Sehingga diharapkan dengan penerapan bioteknologi p e m b e n i h a n ini kebutuhan m a s y a r a k a t terhadap ikan-ikan y a n g s e l a m a ini d i p e r o l e h dari p e r a i r a n u m u m dapat t e r p e n u h i dan sebaliknya kelestarian ikan tersebut j u g a a k a n dapat terjaga. Bioteknologi p e m b e n i h a n y a n g telah berhasil dilakukan pada ikan adalah (1) ginogenesis, s u a t u proses produksi embrio dari telur-telur yang dibuahi oleh sperma tanpa sumbangan bahan genetik j a n t a n , k e u n t u n g a n dari t e k n i k ini a d a l a h m e m p e r c e p a t p r o s e s p e m u r n i a n ( h o m o s i g o s i t a s ) , m e m b u a t populasi klon h a n y a d a l a m dua g e n e r a s i , m e m b u a t populasi tunggal k e l a m i n betina, m e m p e r c e p a t proses seleksi d a n m e n d e t e r m i n a s i genotip j e n i s k e l a m i n betina, (2) poliploidisasi, s u a t u proses atau kejadian t e r b e n t u k n y a individu y a n g poliploid, yaitu s o m a t i k sel y a n g m e m p u n y a i tiga (triploid), e m p a t (tetraploid), lima (pentaploid) atau lebih sel k r o m o s o m (tidak dua sel k r o m o s o m ) seperti o r g a n i s m e diploid, dan (3) sex reversal, suatu m e t o d e untuk m e n g u b a h a r a h d i f e r e n s i a s i k e l a m i n i k a n s e c a r a b u a t a n dari y a n g s e h a r u s n y a j a n t a n m e n j a d i betina atau s e b a l i k n y a . 50 51 of v i t e l l o g e n e s i s a n d o v a r i a n f o l i c u l a r c y c l e of Fundulus heteroclitus. G e n e r a l and C o m p a r a t i v e Endocrinology. 103 : 24 - 3 5 . C h a d i a n a , D. 1 9 8 9 . K e b e r h a s i l a n p e n g g u n a a n s p e r m a i k a n m o l a {Hypopthalmichthys molitrix Val) pada ginogenesis ikan m a s {Cyprinus carpio L ) . F a k u l t a s P e r i k a n a n I n s t i t u t P e r t a n i a n Bogor DAFTAR PUSTAKA A i d a , K., Kobayasi d a n T. Kaneko. 1 9 9 1 . Endokrinologi d a l a m : I t a z a w a , M. dan I. Hanyu ( e d ) . Fisiologi I k a n . K o s e i s h a k o s e i k a k u , Tokyo. P. 167 - 2 4 1 . diploid and triploid estimated by gene centromere recombination rates. A q u a c u i t u r e 4 3 : 4 1 3 - 4 2 0 . A n d r i a n i , Y. 1 9 9 6 . P e n g a r u h k o m b i n a s i p e n y u n t i k a n o v a p r i m International S y m p o s i u m on reproductive physiology of fish. Fakultas Perikanan Universitas Chourrout, D. 1987. Genetica manipulation in fish : Review of Methods. Proc. World. S y m p . O n Selection, Hybridization and Genetics Engineering in A q u a c u i t u r e , Bordeux 27 - 30 May, 1986. Vol. II. dan prostaglandin F^ a t e r h a d a p keberhasilan ovulasi ikan m a s koki auratus). r e l e a s e in G o l d f i s h ( C a r a s s i u s a u r a t u s ) . P r o c e e d i n g of the Wageningen, The Netherlands, 2 - 5 August 1 9 8 2 . Allendorf, F.W. and R. F. Leariy. 1 9 8 4 . Heterozygosity in g y n o g e n e t i c s {Carassius C h a n g , J. R and R. E. Peter. 1 9 8 2 . Action of d o p a m i n e on gonadotropin Riau Pekanbaru. A n i g u c h i , N., A. K i j i m a , T. T a m u r a , K. Takegami and I. Y a m a s a k i . 1 9 8 6 . Colour, growth and m a t u r a t i o n in ploidy manipulation in c a r p . A q u a c u i t u r e 57 : 3 2 1 - 3 2 8 . A r a l , K. and Noel P. Wilkins. 1 9 8 7 . Triploidization of brown trout ( S a l m o Berlin. R 112 - 1 2 2 . Donaldson, E. M., U. H. M. Fagerlund, D. A. Higgs and J. R. Bride. 1978. Hormonal e n c h a n c e m e n t of growth. In W. S. Hoar, D. J. Randall and J. R. Brett ( e d s ) . Fish Physiology V o l . VIII. A c a d e m i c Press, New York. P : 4 5 6 - 5 9 7 . Donaldson, E. M., G. A. H u n t e r 1983. Induced fish maturation, ovulation and spermiation in cultured fish. Pp. 4 0 5 - 4 4 1 . In W. S. Hoar D. J. Randall and E. M. Donaldson, ed Fish Physiology, Volume IX, t r u t t a ) by heat s h o c k s . A q u a c u i t u r e , 64 : 97 - 107. Reproduction (Part B ) . A c a d e m i c Press., New York. B a g e n a l , T. B. a n d E. B r a u n . 1 9 7 1 . Eggs and Early life history. In W. E. Davy, F. B. and A. C h o u r i n a r d , 1 9 8 0 . Induced fish breeding in S h o u t h e a s t A s i a , IRDC, 48 pp. R i c k e r ( e d s ) . Methods for a s s e s s m e n t o f f i s h in fresh w a t e r IPB h a n d b o o k No. 3. p : 1 6 6 - 1 9 8 . Bidwell, C. A., C. L. C h r i s m a n and G. S. Libey. 1 9 8 5 . Poliploidy induced by h e a d s h o c k in chananel catfish. A q u a c u i t u r e , 51 : 25 - 3 2 . Djojosoebagio A. S. 1 9 9 0 . Fisiologi Kelenjar Endokrin. Volume I. PAU Ilmu Hayat, IPB, Bogor. C a r m a n , O. 1 9 9 0 . Ploidy m a n i p u l a t i o n in s o m e w a r m - w a t e r f i s h . Master s Effendie, M.I. 1 9 7 8 . Biologi P e r i k a n a n . Yayasan P u s t a k a N u s a t a m a , Yokyakarta. T h e s i s D e p a r t e m e n t of A q u a t i c Biosciences, Tokyo University Fremont, L, C. Leger, B. Petridou and M. T Gozzelino. 1984. Effects of a of Fisheries. C e r d a , J., B. G . C a i m a n , G. J. Lafleur Jr, and S. L i m e s a n d . 1 9 9 6 . Pattern Polynsaturated fatty acid deficient diet on profiles of s e r u m v i t t e l l o g e n i n a n d l i p o p r o t e i n in v i t t e l o g e n i c t r o u t ( S a l m o gairdneri). Lipids 19, 5 2 2 - 5 2 4 . 52 53 Hardjamulia, A. 1975. Budidaya perikanan. SUPM Bogor. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian. D e p a r t e m e n Pertanian. Lagler, K. R, J. E. B a r d a c h , R. H. Miller and D,. R. M. Passino. 1977. Ichthyology, John Wiley & S o n s . Inc. Toronto., C a n a d a . d a n S. A t m a w i n a t a . 1980. Teknik hipofisasi beberapa L a m , T.J. 1 9 8 5 . Induced spawning in fish. Proceedings for workshop held jenis ikan a i r tawar. Prosiding lokakarya nasional teknologi tepat in Tungkang Marine Laboratory, Taiwan, April 22 - 24, 1 9 8 5 . guna bagi p e n g e m b a n g a n perikanan budidaya air t a w a r B o g o r Reproduction in culture of milkfish, 14 - 56. Hardjamulia, A. Harker, K. 1 9 9 2 . P e m b i a k a n kap dengan m e n g g u n a k a n o v a p r i m di India. Leary, R. R, R W. Allendorf., K. L. K n u d s e n a n d thorgaard. 1985. Heterozygosity and developmental stability in gynogenetic diploid Warta A k u a k u l t u r e . Vol. 2, No. 3. Harvey, B.J. and W.S. H o a r 1979. The theory and practice of induced and triploid Rainbow Trout. Heredity 54 : 219 - 2 2 5 . Leu, Y. D. and C. E. Purdom. 1984. Diploid gynogenesis induced hydrostatic breeding in fish. I D R C , Ottawa., C a n a d a . Heming, T. A. dan R. K. Buddington. 1988. Yolk absorption in e m b r i o n i c and larval fishes. In W. S. Hoar, D. J. Randall and E.M. Donaldson (eds). Fish Physiology v o l . XI A. A c a d e m i c Press, New York. Hoar, W. S., D. J . Randall, and E. M. D o n a l d s o n . 1 9 8 3 . Fish physiology, v o l u m e IX. Reproduction. Part B. Behavior and fertility control. presurew in raibow trout {Salmo gairneri). J. Fish Biology, 24 : 665 - 670. Mardiyanti, R. E. 1 9 8 9 . Penampilan benih ikan diploid ginogenetik dan triploid ikan m a s (Cyprinus carpio L). Fakultas Perikanan Institut Pertanian B o g o r Matty, A.J., 1 9 8 5 . Fish endocrinology. Leaper and G a r d . Ltd., London. A c a d e m i c Press., New York. Hollebecq, M. G., D. Chourrout, G. W o h l f a r t a n d R. Billard. 1986. Diploids M o m m s e n , T. P and R J . Walsh. 1988. Vitellogenin and oocyte assembly. ginogenesis induced by head shock after activation with irradiated In W.S. Hoar, D. J. Randall and E. M. Donaldson (Eds). Fish s p e r m in c o m m o m carp. A q u a c u i t u r e , 54 : 69 - 7 5 . Physiology Volume XI A. A c a d e m i c Press. New York. J o h n s , L. S., Liley, N. R., a n d S e g h e r s , B. H. 1 9 8 4 . T h e e f f e c t s of N a g a h a m a , Y. 1 9 8 7 . G o n a d o t r o p i n a c t i o n on g a m e t o g e n e s i s gonadectomy on the reproductive behaviour of the b l u e g o u r a m i , steroidogenesis in teleostei gonads. Zoological Science, 4 : 209 Trichogaster - 222. trichopterus. In p r e p a r a t i o n . Kagawa, H., G . Y o u n g , S. Adachi a n d Y. N a g a h a m a . 1 9 8 2 . Estradiol 17 a production in A m a g o s a l m o n ( O n c o r h y n c h u s rhodurus) o v a r i a n follicle : Role of the thecal and granulose cells. G e n e r a l and c o m p a r a t i v e endocrinology, 47 : 4 4 0 - 4 4 8 . Kamler, E. 1 9 9 2 . Early lefe history of Nagy, TB., and D. R. I d l e r 1978. Yolk f o r m a t i o n and differentiantion in teleostei fishes. In W. S. Hoar, D. J. Randaal and Donaldson (Eds). Fish physiology Vol. IX. A c a d e m i c Press, New York. Ng,TB., and D. R. Idler 1984. Yolk formation and differetiantion in teleotei fish and e n e r g e t i c a p p r o a c h . fishes. In W. S. Hoar, D. J. Randall and Donaldson (Eds). Fish Physiology Vol. IX. A c a d e m i c Press, New York. C h a p m a n and Hall. London. K o m e n , J., j . Duynhouwer, C. J . H. Richter and R A. H u i s m a n . 1988. Nandeesha, M. C , K. G. RAO. R. J a y a n n a , N. C. Parker, T. J. Varghese, G y n o g e n e s i s in c o m m o n carp (Cyprinus carpio L). I. Effect of R K e s h a v a n a h and H. R C. Shetty. 1990 a. Induced spawning g e n e t i c m a n i p u l a t i o n of s e x u a l p r o d u c t s a n d of Indian m a y o r carps through single aplication of o v a p r i m . condition of e g g s . A q u a c u i t u r e 69 : 227 - 2 3 9 . incubation In . Hirano and I. H a n y u , eds The S e c o n d A s i a n Fisheries Society, Manila p. 54 and 36 - 7 1 . 55 Nandeesha, M. C , R a m a c h a r y a a n d T. 3. V o r g h e s e . 1 9 9 1 . F u r t h e r o b s e r v a t i o n o n b r e e d i n g of c a r p s w i t h S e l m a n , K. and Wallace. 1 9 8 8 . C e l l u l a r a s p e c t s of oocyte growth in ovaprim. Special P u b l i c a t i o n No. 6. A s i a n F i s h e r i e s S o c i e t y . I n d i a n B r a n c h , Mangaiore India. teleost, Z o o l . Sci 6 : 2 1 1 - 2 3 1 . Setiadini. D. 1988. Keberhasilan penggunaan s p e r m a ikan tawas (Puntius j a v a n i c u s BIkr) pada ginogenesis ikan mas {Cyprinus N u r m a n . 1 9 9 5 . Pengaruh k o m b i n a s i penyuntikan o v a p r i m d a n PGF^ a t e r h a d a p k u a l i t a s s p e r m a t o z o a i k a n lele d u m b o gariepinus Shilo, M. and S. Sarig. 1982. Fish culture in w a r m water s y s t e m . Problema {Clarias Burcheel). Tesis Magister Sains Program Pascasarjana IPB. Bogor. and t r e n d . Boca Raton., Florida. S c h u i z , R. 1984. S e r u m level of 11 - oxotestosteron in male and - 17 a estradiol 96 : 3 5 1 - 3 5 3 . s y n t h e s i s by inserct fat body. Sciene 165 : 393 - 3 9 4 . Phillips, R. B., K. D. Zajicek, R E. I h s s e n s a n d O. Johnson. 1986. Application Stanley. J. G. and Jones. J. B. 1 9 7 6 . Morphology of androgenetic and gynogenetic identification of triploid fish cells. Putra, R. M., dan Sukendi. 1998. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim Sukendi. PGFj a t e r h a d a p v o l u m e s e m e n dan kualitas s p e r m a t o z o a i k a n k l e m a k {Leptobarbus hoeveni carp, idella Biol. 9, 5 2 3 - 5 2 8 , kombinasi penyuntikan ovaprim dan F^ a terhadap daya rangsang ovulasi dan kualitas Burcheel). Tesis Magister S a i n s Program Pascasarjana IPB. B o g o r nemurus CV) melalui Sukendi. 1996. Pengaruh prostaglandin kombinasi penyuntikan ovaprim k u a l i t a s t e l u r ikan b e t u t u Pekanbaru. Terubuk X X I I I , 68 : 78 - 8 7 . S u k e n d i dan P a r d i n a n . 2 0 0 0 . Pengaruh lama p e n y i m p a n a n dan F^ a t e r h a d a p d a y a r a n g s a n g o v u l a s i d a n p e n y u n t i k a n o v a p r i m . L e m b a g a Penelitian U n i v e r s i t a s Riau Putra, R. M. Ctenopharyngodon telur ikan lele dumbo {Clarias gariepinus BIkr). L e m b a g a Penelitian Putra, R. M. dan S u k e n d i . 2 0 0 0 . Peningkatan volume s e m e n dan kualitas {Oxyeleotris marmorata BIkr)). S u k e n d i . . B. Purwantara,. S. S i k a r dan A. H a r d j a m u l i a . 1996. Pengaruh m a n i pada k o n s e n t r a s i m e t h a n o l berbeda t e r h a d a p k u a l i t a s kombinasi penyuntikan ovaprim dan prostaglandin F^ a terhadap s p e r m a t o z o a i k a n b a u n g {Mystus daya rangsang ovulasi dan kualitas telur ikan lelel dumbo (Clarias nemurus CV). Lembaga gariepinus Burcheel). Terubuk X X I I , 65 : 50 - 60. Penelitian Universitas R i a u . Ricker , W.E. 1 9 7 5 . C o m p u t a t i o n and interpretation of biological statistics S u k e n d i . 1997. Pengaruh p e n y u n t i k a n o v a p r i m terhadap fertilitas dan o f f i s h populations. Bull. Fish Res. Board C a n . No. 119 : 191 - d a y a t e t a s t e l u r i k a n s u m a t e r a {Puntius 382. L e m b a g a Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. S a m b a r a , S. 1989. Keberhasilan penggunaan sperma ikan nilem (Osteochilus hasseiti C V ) pada ginogenesis ikan m a s carpio L). Fakultas Perikanan Institut Pertanian B o g o r 56 1995. Pengaruh prostaglandin Universitas Riau. P e k a n b a r u . s p e r m a t o z o a i k a n b a u n g {Mystus grass Valenciennes. J. Fish A q u a c u i t u r e , 54 : 3 1 3 - 3 1 9 . dan in f e m a l e rainbow trout ( S a l m o gairneri) during the first reproductive cycle. General and comparative endocrinology, Pan, M. L., W. J. Bell and W . H . Telfer. 1 9 6 9 . Vitelogenic Blood protein of s i l v e r s t a i n i n g to t h e carpio L). Fakultas Perikanan Institut Pertanian B o g o r Nikolsky, G. V. 1 9 6 3 . The ecology of Fishes. A c a d e m i c Press., New York. {Cyprinus tetrazona BIkr). S u k e n d i . 2 0 0 1 . Biologi reproduksi dan pengendaliannya d a l a m upaya p e m b e n i h a n ikan baung {Mystus nemurus CV) dari perairan S u n g a i K a m p a r Riau. Disertasi P r o g r a m Pascasarjana IPB Bogor 57 S u k e n d i , Y u r i s m a n , T h a m r i n l^asril dan H e r m i a h , . 2 0 0 2 . P e n g a r u h kombinasi penyuntikan ovaprim dan prostaglandin a terhadap daya rangsang ovulasi dan kualitas telur ikan kapiek (Puntius schwanefeldi BIkr). Lembaga Penelitian Universitas Riau bekerjasama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan P e n g e m b a n g a n dan P e n g e m b a n g a n Sukendi., Pertanian (ARMP - II) B a d a n Penelitian Pertanian. R. M. Putra dan Y u r i s m a n . 2 0 0 6 . Teknologi p e m b e n i h a n dan budidaya ikan kapiek {Puntius sciiwanefeidi BIkr) dari perairan S u m a n t a d i n a t a , K. 1 9 8 8 . P e n g e m b a n g b i a k a n Ikan - ikan Peliharaan di Indonesia. PT. S a t r a H u d a y a . J a k a r t a . S u t t e r l i n , A. M., J . Holder and T. J. Benfey. 1987. Early survival rates and m o r p h o l o g i c a l a b n o r m a l i t i e s in l a n d l o c k e d , a n a d r o m o u s and hybrid (landlock x a n a d r o m o u s ) diploid mossambicus, and triploid Atlsntic s a l m o n . Aquacuiture, 64 : 157 - 164. S u y a n t o , S. R. 1 9 8 7 . Budidaya ikan lele. PS Penebar S w a d a y a A n g g o t a IKAPI J a k a r t a . T h o r g a a r d , G . H. a n d A l l e n , A. 1 9 8 7 . adult triploids in rainbow trout Aquaqulture, 84 : 117 - 123. Ville, C. A., E. R S o l o m o n dan R W. Davis. 1 9 8 5 . Biology. C B S Coolege publishing New York. Wallace, R. A. and K. S e l m a n . 1 9 8 1 . Cellular and d y n a m i c aspects of oocyte growth in teleost. A n i m . Zool, 21 : 3 2 5 - 3 4 3 . Woynarovich, E. and L. H o r v a t h . 1980. The artificial propagration of w a r m water finfish. A m a n u a l for extention. FAO, Fisheries Tehnical paper No. 20/FIR/ T. 20. Y a m a z a k i , R 1983. Endocrinological S u n g a i k a m p a r riau. L e m b a g a Penelitian Universitas Riau. subsequent Oreoclironus female goldfish Carrasius studies on the reproduction of the auratus with special reference to the function of t h e pituitary gland. M e m . Fac. Fish. Hakkaido Univ. 13, 1-64. Y a n i , A. 1 9 9 4 . Pola r e p r o d u k s i ikan bentulu {Barbiclithys laevis CV, Cyprinidae, Ostariophysi) di Sungai Indragiri, Riau. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana IPB. B o g o r Yaron Z. 1995. Endocrine control of gametogenesis on spawning induction in carp. A q u a c u i t u r e I, 29 : 49 - 73. Yatim, W. 1986. G e n e t i k a . Penerbit Tarsito. B a n d u n g , 397 hal. family. G e n e t i c s 9 3 . 9 6 1 - 9 7 3 . Turner, D. C. d a n J . T. B a g n a r a . , 1 9 8 8 . E n d o c r i n o l o g i U m u m . Edisi k e e n a m . A i r l a n g g a University Press, Y o k a y a k a r t a . Tyler, C. R., J . R S u m p t e r & R M. C a m p b e l l . 1 9 9 1 . Uptake of vitellogenesis into o o c y t e d u r i n g e a r l y v i t e l l o g e n i c in the r a i n b o u w t r o u t , Onchorincus myl<iss W. J. Fish. Biol., 38 : 6 8 1 - 6 8 9 . V a s t o n , A,. A r t h u r P. A r n o l d and B. A S c h l i n g e r 1996. 3 a - Hydroxysteroid d e h y d r o g e n a s e / i s o m e r a s e and a r o m a t a s e activity in p r i m a r y culture of developing dehydroepiandrosterone zebra finch as subtract telencephalone for androstenedione and estrogen, general and sintesis : of comparative endocrinology, 102 : 3 4 2 - 3 5 0 . V e j a r a t m o l , R. and T. P e w n i m . 1990. Induction all f e m a l e sterile triploid 58 59 U C A P A N T E R I M A KASIH P a d a k e s e m p a t a n y a n g b e r b a h a g i a ini i z i n k a n l a h s a y a m e n y a m p a i k a n ucapan terima kasih kepada Bapak Rektor Universitas Riau dan seluruh a n g g o t a S e n a t , G u r u B e s a r Universitas Riau yang telah b e r k e n a n m e n y e t u j u i dan m e n g i z i n k a n mulai dari pengusulan G u r u Besar saya s a m p a i d e n g a n pelaksanaan orasi ilmiah ini sebagai p e n g u k u h a n G u r u Besar Tetap d a l a m Ilmu Biologi Produksi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Ucapan t e r i m a kasih saya s a m p a i k a n juga kepada Bapak Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dan seluruh a n g g o t a S e n a t , G u r u Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelutan yang telah m e n y e t u j u i usulan G u r u Besar saya dari Fakultas ke pihak Universitas. S a y a y a k i n dan percaya bahwa pastilah ada peran orang lain d a l a m prestasi y a n g telah diraih oleh s e s e o r a n g . Oleh sebab itu ucapan t e r i m a kasih saya s a m p a i k a n kepada B a p a k dan Ibu p r o m o t o r dan c o p r o m o t o r sewaktu saya menyelesaikan program doktor saya di Institut P e r t a n i a n Bogor, m a s i n g - m a s i n g k e p a d a B a p a k Prof. Dn M o z e s R. Toelihere, M. S c ( A i m ) , Bapak Prof D r Moch. Ichsan Effendie, M.Sc ( A i m ) , Ibu Prof. D r Sri Martini Syafri Sikar, B a p a k D r A t m a d j a H a r d j a m u l i a , MS A P U dan Bapak D r D. Djokosetiyanto, DEA yang telah banyak m e m b e r i k a n b i m b i n g a n a r a h a n dan dorongan sehingga saya dapat m e n y e l e s a i k a n studi S 3 saya d a l a m w a k t u 3 t a h u n 4 bulan d e n g a n IPK 4,0 dan predikat c u m loud. Ucapan t e r i m a kasih saya s a m p a i k a n j u g a kepada Bapak dan Ibu dosen p e m b i m b i n g s a y a s e w a k t u m e n y e l e s a i k a n program Magister S a i n s di I n s t i t u t P e r t a n i a n Bogor, m a s i n g - m a s i n g k e p a d a B a p a k D r B a m b a n g P u r w a n t a r a , M.Sc, Ibu Prof. D r Sri Hartini Syafri S i k a r dan B a p a k D r A t m a d j a H a r d j a m u l i a , MS A P U , b e r k a t b i m b i n g a n m e r e k a t e r s e b u t saya dapat m e n y e l e s a i k a n program Magister Sains dan dapat m e l a n j u t k a n ke j e n j a n g P r o g r a m S 3 . Kepada B a p a k I r A. Sianturi dan Bapak I r Ridwan Said (Aim) s e l a k u p e m b i m b i n g s e w a k t u saya m e n y e l e s a i k a n pendidikan sarjana di Fakultas Perikanan (sekarang Faperika Unri) saya ucapkan t e r i m a k a s i h , karena berkat bimbingan m e r e k a pula saya dapat m e n y e l e s a i k a n s a r j a n a s a y a dan dapat m e l a n j u t k a n ke j e n j a n g program Magister S a i n s . 60 Kepada Bapak dan Ibu dosen saya s e w a k t u mengikuti perkuliahan di Fakultas Perikanan Universitas Riau d i u c a p k a n t e r i m a k a s i h , m a s i n g masing kepada Bapak Prof Dr Mucthar A h m a d , M.Sc, Bapak Prof. D r I r Rasoel Hamidy, M S , Bapak Prof. D r I r A d n a n Kasry, Bapak Prof. Dr I r Tengku Dahril, M.Sc, Bapak D r I r I. Putu S e d a n a , M.Sc, Ibu Prof. D r Mirna Ilza, MS Ibu I r Nuraini Hasibuan, Ibu I r Wazna A m i n , Ibu I r Idasary Boer, M S , Ibu Yuanita Syofiani, S H , Bapak I r Yusniar Hamidy, M.Si, Bapak I r M a n s y u r Kadir, MS, Bapak I r Yuni Asli Yunus, M.Sc dan Bapak Drs. Soewardi L u k m a n , MS. Khusus kepada Ibu I r Asna M o a ' m o e n , M.Sc dan Bapak Drs. Syafril A n w a r saya ucapkan terima kasih s e d a l a m d a l a m n y a y a n g m e n j a b a t sebagai d e k a n ketika s a y a m e n y e l e s a i k a n p e n d i d i k a n di Fakultas Perikanan U n i v e r s i t a s Riau. Kepada p l m p i n a n Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Budidaya Perairan serta seluruh staf Pengajar dan Pegawai, saya s a m p a i k a n terima kasih atas b a n t u a n dan k e r j a s a m a y a n g t e l a h d i b e r i k a n s e l a m a ini. S e c a r a k h u s u s saya s a m p a i k a n t e r i m a kasih kepada saudara Bakhtiar, S . S o s dan S a u d a r a I r A h m a d i Trikora yang telah m e m b a n t u d a l a m pengetikan laporan penelitian, buku dan j u r n a l y a n g s a y a tulis selama ini. Ucapan t e r i m a kasih s a y a s a m p a i k a n kepada Bapak A d i w a r n o Paul, BA K e p a l a S M A N e g e r i I B a n g k i n a n g , ketika s a y a m e n g i k u t i pendidikan di S M A , Bapak Fahruddin dan Bapak Dailami (Aim) Kepala S M P Negeri I B a n g k i n a n g , ketika saya mengikuti pendidikan di S M P dan Ibu Sriwidjiati Kepala S D Negeri 2 B a n g k i n a n g , ketika saya mengikuti pendidikan di S e k o l a h D a s a r Kepada istri t e r c i n t a , I r A n d a y a n i , saya s a m p a i k a n pula t e r i m a kasih dan p e n g h a r g a a n yang telah m e m b e r i k a n perhatian dan dorongan kepada saya untuk berkarir dan perhatian yang tinggi selama 15 tahun telah beriangsungnya usia pernikahan k a m i . Rasa terima kasih j u g a saya s a m p a i k a n kepada anak-anak kami t e r s a y a n g m a s i n g - m a s i n g Faradini dan Maulana I c h s a n . Kepada kedua orang tua saya a y a h a n d a a l m a r h u m H M u h a m m a d Saleh B. Hutapea dan ibunda a l m a r h u m a h Hj. A l a m Basrah Pohan yang telah m e m b e s a r k a n s a y a , m e m b i m b i n g , m e m b e r i s e m a n g a t dan doa sehingga saya hari ini dapat d i k u k u h k a n sebagai G u r u Besar Tetap d a l a m Ilmu Biologi Produksi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. U n g k a p a n rasa t e r i m a kasih dan penghargaan yang tinggi saya s a m p a i k a n pula kepada kedua mertua s a y a , a y a h a n d a Drs. H. Ibrahim Saleh dan Ibunda Hj. H a m i d a Sa'dii y a n g telah m e m b e r i k a n s e m a n g a t , nasehat dan doa baik s e w a k t u saya mengikuti pendidikan di Program S2 dan S3 m a u p u n d a l a m saya m e l a k s a n a k a n tugas sebagai dosen di 61 Universitas Riau. K e p a d a s e m u a k a k a k , adik, k e p o n a k a n d a n s a u d a r a saudara s a y a yang telah m e m b e r i k a n d u k u n g a n d a n doa j u g a tak lupa saya ucapkan t e r i m a kasih. Kepada seluruh a n g g o t a panitia y a n g telah bekerja keras untuk m e m b a n t u t e r l a k s a n a n y a upacara p e n g u k u h a n ini saya ucapkan terima kasih, k e p a d a para kerabat, s a h a b a t dan alumni serta m a h a s i s w a yang telah berjasa m e m b a n t u s e l a m a ini saya s a m p a i k a n banyak t e r i m a kasih. Saya yakin dan percaya bahwa untuk memperoleh gelar Guru Besar b u k a n l a h s u a t u hal y a n g m u d a h , tetapi penuh d e n g a n rintangan dan cobaan yang harus m a m p u saya hadapi. Ketika saya selesai melaksanakan penelitian p r o g r a m S 3 s a y a , ketika itu pula anak saya kedua a l m a r h u m a h Afifah dipanggil oleh Allah SWT, sehingga saya harus m e n u n d a penyusunan laporan penelitian disertasi saya. Disaat saya sibuk menyelesaikan penelitian-penelitian yang saya butuhkan untuk p e n g u s u l a n G u r u Besar ini, baik y a n g didanai oleh Dikti (Hibah Bersaing) m a u p u n y a n g didanai oleh Pemerintah K a b u p a t e n , disaat itu pula a y a h a n d a tercinta a l m a r h u m H. M u h a m m a d S a l e h B. Hutapea m a s u k r u m a h sakit s a m p a i akhirnya beliau dipanggil oleh Allah SWT. Disaat berkas administrasi usulan Guru B e s a r s a y a ini t e l a h l e n g k a p d a n d i u s u l k a n ke Dikti u n t u k d i p r o s e s d i s a a t itu pula i b u n d a t e r c i n t a a l m a r h u m a h H j . A l a m B a s r a h Pohan m a s u k r u m a h sakit dan dirawat s e l a m a tiga b u l a n , s a m p a i akhirnya j u g a beliau dipanggil oleh Allah SWT, tepatnya t a n g g a l 4 Maret 2008 y a n g lalu. K a l a u l a h k e d u a o r a n g tua s a y a t e r s e b u t m a s i h a d a , s a y a y a k i n m e r e k a pasti a k a n ikut pula h a d i r b e r s a m a di d a l a m acara p e n g u k u h a n G u r u Besar s a y a ini. N a m u n s e m u a ini m e r u p a k a n suatu cobaan y a n g harus m a m p u s a y a hadapi. O l e h s e b a b itu bagi s a y a G e l a r G u r u B e s a r y a n g t e l a h s a y a peroleh pada hari ini b u k a n l a h gelar y a n g harus d i b e s a r - b e s a r k a n atau y a n g h a r u s d i b a n g g a k a n , tetapi g e l a r y a n g h a r u s bisa d i t e r a p k a n di dunia p e n d i d i k a n , k u s u s n y a di perguruan tinggi dan y a n g harus dapat d i p e r t a n g g u n g j a w a b k a n baik di dunia m a u p u n di akhirat. A k h i r n y a , d e n g a n m e n g u c a p k a n puji s y u k u r A l h a m d u l i l l a h ke hadirat Allah S W T dan m o h o n a m p u n a n - N y a saya akhiri pidato orasi ilmiah ini, hanya sekian lebih dan kurang saya m o h o n maaf. Wabillahi Taupiq Wal H i d a y a h , W a s s a l a m u ' a l a i k u m Warahmatullahi W a b a r a k a t u h . 62 RIWAYAT HIDUP N a m a Lengkap NIP Pangkat/Golongan Jabatan Unit Kerja Tempat/Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama N a m a Ayah Prof. Dn Ir. S u k e n d i , M.Si 131 8 6 2 392 Pembina/IV a G u r u Besar Tetap d a l a m Biologi Produksi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan universitas Riau : Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru/13 Oktober 1962 Laki-laki Islam H. M u h a m m a d Saleh B. Hutapea (Aim) Hj.Alam Basrah Pohan (Aim) N a m a Ibu Status Keluarga N a m a Istri : I r Andayani Anak-anak : Faradini/ P e k a n b a r u , 28 Mel 1994, SMP Negeri I Pekanbaru Maulana I c h s a n / P e k a n b a r u , 13 Mei 2 0 0 3 , Belum Sekolah Alamat Rumah : Jalan Jati G a n g Damai No. 3 0 , Kelurahan K a m p u n g B a r u , Kecamatan Senapelan, Pekanbaru : K a m p u s Bina Wydia K m . 12,5 A l a m a t Kantor S i m p a n g Panam Pekanbaru, Telp. ( 0 7 6 1 ) 6 3 2 7 4 , 6 3 2 7 5 Fax. ( 0 7 6 1 ) 6 3 2 7 5 . PENDIDIKAN 1. Strata 3 (Doktor). Jurusan Biologi Reproduksi, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor 2 0 0 1 . 63 Disertasi : 2. Biologi reproduksi dan pengendaliannya dalam pembenihan ikan baung {Mystus nemurus C V ) dari Perairan S u n g a i Kampar, Riau. S t r a t a 2 ( M a g i s t e r S a i n e ) . J u r u s a n Biologi R e p r o d u k s i , P r o g r a m Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 9 9 5 . Tesis : 3. Pengaruh kombinasi penyuntikan o v a p r i m dan prostaglandin F2 a (PG F2 a) t e r h a d a p daya rangsang ovulasi dan kualitas telur ikan lele d u m b o {Clarias gariepinus Burchell) S t r a t a 1 (Insinyur). Program S t u d i Teknologi P e n a n g k a p a n , Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru 1 9 8 8 . 3. Skripsi : 4. 5. 6. P e n g a r u h j u m l a h tali lengan dan posisi mulut y a n g b e r b e d a terhadap hasil t a n g k a p a n pengerih di perairan Selat Bengkalis, K a b u p a t e n Bengkalis Propinsi Riau S M A ( S e k o l a h Menengah Atas) Negeri 1. Bangkinang , B a n g k i n a n g 1983 S M P ( S e k o l a h M e n e n g a h Pertama) Negeri 1 B a n g k i n a n g , B a n g k i n a n g 1980. S D ( S e k o l a h Dasar) Negeri 2 B a n g k i n a n g , Bangkinang 1 9 7 7 . RIWAYAT PEKERJAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. C a l o n Pegawai (Capeg) Negeri Sipil ( 2 2 - 0 7 - 1 9 8 9 ) Pegawai Negeri Sipil (PNS) (Dosen tetap Fakultas Perikanan dan I l m u Kelautan Universitas Riau, ( 3 0 - 0 7 - 1 9 9 0 ) . Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu K e l a u t a n Universitas Riau (15 - 0 4 - 2 0 0 2 s/d 23 - 01 - 2 0 0 3 ) . Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu K e l a u t a n Universitas Riau (23 - 01 - 2 0 0 3 s/d 01 - 06 - 2 0 0 6 ) P e m b a n t u D e k a n I Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau (20 - 05 - 2 0 0 6 s/d s e k a r a n g ) G u r u B e s a r (Prof.) (1 N o p e m b e r 2 0 0 7 - sekarang) PERKULIAHAN 1. 2. 64 Program Diploma III Biologi Reproduksi Ikan ( 2 0 0 1 - s e k a r a n g ) P e n g a n t a r Perikanan dan Ilmu Kelautan ( 2 0 0 5 - s e k a r a n g ) Program S I Biologi Perikanan ( 1 9 9 0 - 1992) Ichthyology ( 1 9 9 0 - 1992) Metoda P e n a n g k a p a n Ikan ( 1 9 9 0 - 1992) Praktek Laut ( 1 9 9 0 - 1992) M a n a j e m e n Produksi Pembenihan Ikan ( 1 9 9 5 - 1997) Rancangan Percobaan ( 1 9 9 5 - 1997) Pengantar Ilmu Perikanan ( 1 9 9 5 - 1997) Biologi Reproduksi Ikan ( 2 0 0 1 - sekarang) Kultur Pakan Alami ( 2 0 0 1 - s e k a r a n g ) Fisiologi Reproduksi O r g a n i s m e A k u a t i k ( 2 0 0 5 - sekarang) Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan ( 2 0 0 5 - sekarang) Program S 2 Ichthyology ( 2 0 0 1 - 2 0 0 2 ) Metoda Penelitian ( 2 0 0 6 - s e k a r a n g ) B U K U / B A H A N AJAR 1. . S u k e n d i . 2 0 0 7 . Fisiologi Reproduksi Ikan. Mina Mandiri Press I S B N 979-25-3162-8 2. S u k e n d i . 2 0 0 7 . B a u n g , B i o l o g i , R e p r o d u k s i , P e m b e n i h a n d a n B u d i d a y a . Mina Mandiri Press. I S B N 9 7 9 - 2 5 - 3 1 6 3 - 7 3. A l a w i , H., Nuraini dan S u k e n d i . 2 0 0 6 . Genetika dan Pemuliaan I k a n . Unri Press I S B N 9 7 9 - 7 9 2 - 0 1 7 - 8 4. S u k e n d i . 2 0 0 6 . Vitelogenesis dan Manipulasi Fertilisasi Pada I k a n . B a h a n Ajar Biologi Reproduksi I k a n . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau P e k a n b a r u . 5. S u k e n d i . 2 0 0 5 . Osmoregulasi Pada Ikan. Bahan Bacaan Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau 6. Feliatra,. A. Brown., S. Nurdin., Kusai., R S e d a n a . , Sukendi., S u p a r m i dan Elberizon. 2 0 0 5 . Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan. Faperika Press I S B N 9 7 9 - 3 3 1 4 - 0 0 - 1 7. Yurisman dan S u k e n d i . 2 0 0 4 . Biologi dan Kultur Pakan A l a m i . Unri Press I S B N 9 7 9 - 3 5 8 7 - 2 0 - 5 PEMBIMBINGAN MAHASISWA 1. 2. 3. Telah m e l u l u s k a n lebih dari 100 orang s a r j a n a dan p r o g r a m D3 Budidaya Perairan Telah meluluskan 2 orang Magister Sains dan masih m e m b i m b i n g 1 orang m a h a s i s w a S 2 S e d a n g m e m b i m b i n g 1 orang m a h a s i s w a S 3 P U B L I K A S I (6 T A H U N T E R A K H I R ) 1. S u k e n d i . 2 0 0 2 . Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Hipofisis Karper Kering dengan Dosis yang Berbeda terhadap Volume S e m e n dan Kualitas S p e r m a t o z o a Ikan Betutu Jantan {Oxyeleotris marmorata BIkr) dari 65 Perairan S u n g a i Kampar, Riau Terubul< V o l u m e 2 9 , No. 2 Juli 2 0 0 2 , IISN 0 1 2 6 - 4 2 6 5 . (Jurnal Nasional) 2. S u k e n d i . 2 0 0 3 . K e b i a s a a n M a k a n I k a n B a u n g {Mystus nemurus C V ) dari Perairan S u n g a i Kampar, Riau. Terubuk V o l u m e 30. No. 2 Juli 2 0 0 3 , IISN 0 1 2 6 - 4 2 6 5 . (Jurnal Nasional Terakreditasi) 3. S u k e n d i . 2 0 0 5 . P e n g a r u h K o m b i n a s i P e n y u n t i k a n O v a p r i m d a n Prostaglandin F2 a t e r h a d a p Perkembangan Histology G o n a d dan Embriogenesis Ikan Baung. {Mystusnemurus OJ). Dinamika Pertanian Volume X X , No. 1 April 2 0 0 5 , IISN 0 2 1 5 - 2 5 2 5 . (Jurnal Nasional Terakreditasi) 4. S u k e n d i . 2 0 0 5 . Pengaruh Lama Penyimpanan S e m e n Hasil Kombinasi P e n y u n t i k a n O v a p r i m d a n P r o s t a g l a n d i n F2 a pada K o n s e n t r a s i Methanol berbeda terhadap Kualitas Spermatozoa Ikan Betutu {Oxyeleotris marmorata BIkr). Perikanan dan Kelautan, V o l u m e 10, No. 1 Juni 2 0 0 5 , I S S N . 0 8 5 3 - 7 6 0 7 . (Jurnal Nasional Terakreditasi) 5. S u k e n d i . 2 0 0 5 . Keberhasilan Teknologi Triploidisasi pada Ikan Baung {Mystus nemurus C V ) . Terubuk V o l u m e 3 2 , No. 2, Juli 2 0 0 5 , I S S N 0 1 2 6 - 4 2 3 6 5 . (Jurnal Nasional Terakreditasi). 6. S u k e n d i . 2 0 0 5 . S t u d i Morfologi dan Histologi Tingkat K e m a t a n g a n G o n a d I k a n B a u n g dari Perairan S u n g a i K a m p a r R i a u . D i n a m i k a Pertanian V o l u m e X X , No 2, A g u s t u s 2 0 0 5 , IISN 0 2 1 5 - 2 5 2 5 . (Jurnal Nasional Terakreditasi). 7. S u k e n d i . 2 0 0 5 . P e n g a r u h Penyuntikan h C G Dan Ekstrak Kelenjer Hipofisa Ikan Mas {Cyprinus carpio L) terhadap Daya Rangsang Ovulasi dan Kualitas Telur Ikan Baung {Mystus nemurus C V ) . Perikanan dan Kelautan, Volume 10, No 2, 2 0 0 5 , I S S N . 0 8 5 3 - 7 6 0 7 . (Jurnal Nasional Terakreditasi). 8. R i d w a n M a n d a P u t r a d a n S u k e n d i . 2 0 0 5 . P e n g a r u h K a m b i n a s i Penyuntikan h C G dan Ekstrak Kelenjar Hipofisa Ikan Mas Terhadap Daya R a n g s a n g O v u l a s i d a n K u a l i t a s t e l u r I k a n K a p i e k {Puntius scwanefeldi BIkr). Perikanan dan Kelautan, V o l u m e 10, No 2, 2 0 0 5 , I S S N . 0 8 5 3 - 7 6 0 7 . (Jurnal Nasional Terakreditasi). 9. S u k e n d i . 2 0 0 6 . P e n g a r u h K o m b i n a s i P e n y u n t i k a n O v a p r i m d a n Prostaglandin F2 a t e r h a d a p Daya Rangsang Ovulasi dan Kualitas Telur Ikan Kapiek {Puntius schwanefeldi BIkr). Terubuk V o l u m e 3 3 . No. 1 Februari 2 0 0 6 , IISN 0 1 2 6 - 4 2 6 5 . Jurnal Nasional Terakreditasi. 10. T h a m r i n dan S u k e n d i . 2 0 0 6 . Penelitian Pendahuluan P e r k e m b a n g a n G a m e t dan Fekunditas Ikan Belanak {Liza tade Forsk) di Perairan Pulau Baal B e n g k u l u . Terubuk V o l u m e 3 3 . No. 1 Februari 2 0 0 6 , IISN 0 1 2 6 - 4 2 6 5 . (Jurnal Nasional Terakreditasi). 66 11. Sukendi dan Nuraini. 2 0 0 6 . Pengaruh Salinitas yang Berbeda Terhadap P e r k e m b a n g a n Embrio dan Penetasan Telur Ikan kakap Mata Kucing. D i n a m i k a Pertanian V o l u m e X X I , No 1, April 2 0 0 6 , IISN 0 2 1 5 - 2 5 2 5 . (Jurnal Nasional Terakreditasi). 12. Nuraini dan S u k e n d i . 2 0 0 6 . Pengaruh S u h u yang Berbeda Terhadap P e r k e m b a n g a n Embrio dan Penetasan Telur Ikan Kakap Mata Kucing. Dinamika Pertanian V o l u m e X X I , No 1, April 2 0 0 6 , IISN 0 2 1 5 2 5 2 5 . (Jurnal Nasional terakreditasi). . 13. Nuraini d a n S u k e n d i , P e n i n g k a t a n V o l u m e S e m e n dan K u a l i t a s S p e r m a t o z o a Ikan Betutu Melalui Kombinasi Penyuntikan hCG dan Ekstrak Hipofisa Ikan Mas. D i n a m i k a Pertanian V o l u m e X X I , No 2, A g u s t u s 2 0 0 6 , IISN 0 2 1 5 - 2 5 2 5 . (Jurnal Nasional Terakreditasi). P E N E L I T I A N (6 T A H U N T E R A K H I R ) 1. 2. 5. 6. 7. 8. S u k e n d i , Y u r i s m a n , T h a m r i n , Masril dan H e r m i a h . 2 0 0 2 . Pengaruh Kombinasi P e n y u n t i k a n O v a p r i m dan Prostaglandin F2 a terhadap Daya Rangsang Ovulasi dan Kualitas Telur Ikan Kapiek {PuntitJ schwanefeldi E>\kr). L e m b a g a Penelitian Universitas Riau Bekerjasama dengan Proyek Pembinaan K e l e m b a g a a n Pertanian (ARMP-II) Badan Penelitian dan P e n g e m b a n g a n Pertanian. S u k e n d i , R. M. Putra dan S u p r i a d i . 2 0 0 2 . Potensi Pembenihan dan Budidaya Ikan Baung {Mystus nemurus C V ) di Kecamatan K a m p a r Kiri, K a b u p a t e n K a m p a r R i a u . K e r j a s a m a B a d a n Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Kampar dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Sukendi.. 2 0 0 3 . Keberhasilan Teknologi Triploidisasi dalam M e m p r o d u k a i Benih Ikan Baung {Mystus nemurus CV) yang Steril untuk Percepatan P e r t u m b u h a n . K e r j a s a m a Badan Penelitian dan P e n g e m b a n g a n Daerah ( B a l i t b a n g d a ) K a b u p a t e n K a m p a r dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Sukendi. 2004. Pengaruh Lama Penyimpanan S e m e n Hasil Kombinasi P e n y u n t i k a n O v a p r i m dan P r o s t a g l a n d i n F2 a pada K o n s e n t r a s i Methanol Berbeda terhadap Kualitas S p e r m a t o z o a Ikan Betutu. {Oxyeleotris marmorata BIkr) L e m b a g a Penelitian Universitas Riau. Putra, M R. dan S u k e n d i ( 2 0 0 5 ) . Pengaruh Kombinasi Penyuntikan hCG dan Ekstrak Kelenjar Hipofisa Ikan Mas terhadap Daya Rangsang O v u l a s i d a n K u a l i t a s Telur I k a n Kapiek {Puntius schwanefeldi BIkr). L e m b a g a Penelitian Universitas Riau. Sukendi. 2 0 0 5 . Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin F2 a terhadap Daya Rangsang Ovulasi dan Kualitas Telur Ikan Kapiek {Puntius schwanefeldi BIkr). Lembaga Penelitian Universitas Riau. 67 9. 10. 11. 12. 13. Nuraini dan Sulcendi. 2 0 0 6 . Peningkatan V o l u m e S e m e n d a n Kualitas S p e r m a t o z o a I k a n B e t u t u (Oxyeleotris marmorata BIkr) m e l a l u i K o m b i n a s i P e n y u n t i k a n h C G dan E k s t r a k Kelenjar Hipofisa I k a n Mas. L e m b a g a Penelitian Universitas R i a u . S u k e n d i . , R- M. Putra. dan Y u r i s m a n 2 0 0 6 . Teknologi Pembenihan Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi BIkr). dari Perairan S u n g a i K a m p a r Riau. L e m b a g a Penelitian Universitas Riau, Hibah Bersaing Dikti S u k e n d i . , R. M. P u t r a . dan Y u r i s m a n 2 0 0 7 . Teknologi Budidaya Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi BIkr). dari Perairan Sungai K a m p a r Riau. L e m b a g a Penelitian Universitas Riau, Hibah Bersaing Dikti Putra, M. R., S u k e n d i dan Y u r i s m a n . 2 0 0 7 . Teknologi P e m b e n i h a n dan Budidaya Ikan Pantau (Rasbora lateristrata). L e m b a g a Penelitian Universitas Riau, Hibah Bersaing Dikti. S u k e n d i , R. M. P u t r a . , Y u r i s m a n d a n S y a f r i a d i m a n . 2 0 0 7 . P e n g e m b a n g a n I k a n Bibit Unggul di Kabupaten K a m p a r Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) K a b u p a t e n K a m p a r d e n g a n Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (6TAHUN TERAKHIR) 1. 2 0 0 2 . Penerapan Teknik Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus C V ) dengan M e n g g u n a k a n K o m b i n a s i Penyuntikan O v a p r i m dan Prostaglandin F2 a di Kelurahan Pulau K e c a m a t a n B a n g k i n a n g , K a b u p a t e n K a m p a r (IPTEK, Dana DP3M - DIKTI 2 0 0 2 ) Ketua. 2. 2 0 0 3 . Penerapan Teknik P e n y u n t i k a n E k s t r a k Hipofisis K a r p e r Kering d a l a m P e m b e n i h a n Ikan Baung (Af/stus n e m u r u s CV) di Desa Laboi J a y a , K e c a m a t a n B a n g k i n a n g K a b u p a t e n Kampar, Riau (IPTEK, Dana D P 3 M - DIKTI, 2 0 0 3 ) K e t u a . 3. 2 0 0 4 . Penerapan Teknologi Pemijahan Buatan Ikan Kapiek (Punt/us schwanefeldi BIkr) dengan M e n g g u n a k a n Kombinasi Penyuntikan O v a p r i m dan Prostaglandin F2 a di Desa Laboi Jaya K e c a m a t a n B a n g k i n a n g , Kabupaten K a m p a r Riau (IPTEK, Dana DP3M - DIKTI, 2 0 0 4 ) Ketua. 4. 2 0 0 6 . Penerapan Teknologi Pemijahan Buatan Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi BIkr) d e n g a n M e n g g u n a k a n K o m b i n a s i P e n y u n t i k a n O v a p r i m dan Prostaglandin F2 a di Desa Rantai C e r m i n K e c a m a t a n Tapung, K a b u p a t e n Kampar, Riau (IPTEK, Dana D P 3 M - DIKTI, 2 0 0 6 ) Ketua. PELATIHAN/WORSKHOP 1. 68 Penataran dan L o k a k a r y a Metodologi Program Pengabdian Kepada M a s y a r a k a t . DIKTI, 2 0 0 6 2. 3. Peiatihan Pengelolaan L a b o r a t o r i u m . Faperika UNRI, 2 0 0 6 . Peiatihan Kurikulum Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Se I n d o n e s i a , Faperika UNRI, 2 0 0 5 . 4. Technical Assitance Ekonomi S u m b e r d a y a A l a m dan L i n g k u n g a n , Faperika UNRI, 2 0 0 5 . 5. Technical Assitance Peningkatan Kinerja Pengelola dan Pemanfaatan L a b o r a t o r i u m , Faperika UNRI, 2 0 0 5 . 6. Technical Assitance Peiatihan Pembuatan Preparat Histologis, Faperika U N R I Pekanbaru, 2 0 0 4 . 7. Technical A s s i t a n c e Pengolahan dan Prestasi d a t a , Faperika UNRI Pekanbaru, 2004. 8. W o r k s h o p P e r e n c a n a a n P e n e l i t i a n J a n g k a P a n j a n g P e k a n b a r u . Universitas Riau, 2 0 0 3 9. Peiatihan Sosialisasi Program Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyakat. Universitas Riau, 2 0 0 3 . 10. T e c h n i c a l A s s i t a n c e I m p o r t a n c e of P h y t o p l a n k t o n in t h e A q u a k u l t u r e Industry, Faperika UNRI Pekanbaru, 2 0 0 2 . 11. Technical Assitance Bioteknologi Kelautan, Faperika UNRI Pekanbaru, 2002. SEMINAR/INSTRUKTUR/TENAGA AHLI 1. 2. 3. 4. 5. P e m a k a l a h Pada S e m i n a r Konsep dan I m p l e m e n t a s i Pola P e n g e m b a n g a n Ekonomi P e r i k a n a n d a n K e l a u t a n di P r o p i n s i Riau.2003, dengan judul P r o s p e k P e m b e n i h a n dan B u d i d a y a Ikan B a u n g (Mystus nemurus C V ) di K a b u p a t e n K a m p a r " . F a k u l t a s Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau P e m a k a l a h Pada S e m i n a r Hasil-Hasil Penelitian Balitbangda K a b u p a t e n K a m p a r 2 0 0 3 , dengan judul " Peningkatan Mutu Benih Ikan di Kabupaten Kampar". Badan Penelitian dan P e n g e m b a n g a n Daerah Kabupaten K a m p a r P e m a k a l a h Pada S e m i n a r Internasional J S P S . 2 0 0 5 , dengan j u d u l " The Effort of Catfish (Mystus nemurus CV) Hatchering with O p t i m u m D o s a g e C o m b i n a t i o n of O v a p r i m and PGF 2a". Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau P e m a k a l a h Pada S e m i n a r Hasil-Hasil Penelitian Hibah Bersaing XIV/ 2 Tahap IITahun 2 0 0 6 , dengan j u d u l "Teknologi Pembenihan Ikan Kapiek (Puntius schwaneffeldi BIkr) dari Perairan Sungai Kampar, Riau". Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta S e m i n a r Konferensi Sains Kelautan dan Perikanan. 2007, dengan judul " Effect of O v a p r i m and Prostaglandin F2 a on S e m e n V o l u m e and 69 6. 7. 8. 9. 70 S p e r m Quality in K a p i a t {Puntius schiwaneffeldi BIkr)". Institut Pertanian Bogor. Instruktur pada Peiatihan P e m b u a t a n Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat 2 0 0 7 , dengan topik " Metoda Penulisan Proposal V u c e r Multi Tahun". Universitas Islam R i a u . Koordinator Bidang K e h e w a n a n K o m d a Plasma Nutfah Riau, 2 0 0 5 sekarang T i m Ahli pada Jaringan Pembenihan dan G e n e t i k a Ikan Nila Tingkat Propinsi Riau, 2 0 0 5 s/d 2 0 0 6 . T i m Ahli pada L e m b a g a Penelitian Universitas Riau, 2 0 0 3 s/d 2 0 0 4