gaya hidup masyarakat pedesaan

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PENGARUH INDUSTRI PERTAMBANGAN TERHADAP
GAYA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN
Oleh
Ami Kusuma Handayani
I34110054
Dosen
Dr. Ivanovich Agusta, SP, MSi
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh
Industri Pertambangan Terhadap Gaya Hidup Masyarakat Pedesaan” benar-benar
hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang
dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, November 2014
Ami Kusuma Handayani
NIM. I34110054
iii
ABSTRAK
Ami Kusuma Handayani. Pengaruh Industri Pertambangan Terhadap Gaya Hidup
Masyarakat Pedesaan. Dibawah bimbingan Dr. Ivanovich Agusta, SP, MSi.
Keberadaan industrialisasi bagi Indonesia sebagai salah satu negara sedang
berkembang adalah pilihan strategi dalam model pembangunan yang bertumpu pada
pertumbuhan ekonomi. Pemilihan model kebijakan industrialisasi ini berdampak pada
dinamika industrialisasi pertanian di pedesaan. Kondisi industrialisasi pertanian, dalam
hal ini sektor pertanian telah mengalami marginalitas akibat kebijakan-kebijakan negara
yang tidak berpihak pada petani. Akibatnya industrialisasi pedesaan yang ada tidak
bersinergi dalam upaya mendorong pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan.
Dampak industri tersebut ialah meningkatnya kesempatan kerja non pertanian dan arus
migrasi masuk. Industri pertambangan tidak hanya memberikan keuntungan dan
manfaat tetapi juga menimbulkan permasalahan. Dampak lingkungan dari kegiatan
pertambangan di bedakan menjadi dampak fisik dan dampak sosial ekonomi.
Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, memproyeksikan kecenderungan yang
ada dalam masyarakat di masa mendatang. Dampak industri pertambangan dapat
mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan dilihat dari perubahan aspek aktivitas,
minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang
dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan
bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat
dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis.
Kata kunci: industri, pertambangan, modernisasi, gaya hidup, dampak sosial
ABSTRACT
Ami Kusuma Handayani. Mining industry effect toward lifestyle of rural society by
Dr. Ivanovich Agusta, SP, MSi.
The existence of industrialization for Indonesia as one of the developing
countries is the choice of the strategy development model focused on economic growth.
The selection of the model industrialization policy has an impact on the dynamics of the
industrialization of agriculture in the countryside. Conditions of agricultural
industrialization, in this case the agricultural sector has experienced marginality due to
state policies that are not in favor of farmers. As a result, rural industrialization that
there was synergy in order to promote the economic empowerment of rural farmers.
The impact of the industry is the increasing non-farm employment and migration
entered. The mining industry not only provide advantages and benefits but also poses
problems. The environmental impact of mining activities to differentiate into physical
impacts and socio-economic impacts. Modernization of preventive and constructive,
projecting trends in society in the future. The impact of the mining industry can affect
people's lifestyles countryside views of change aspects activities, interests, and one
person's opinion. Lifestyle is a pattern of life that is expressed in the activities, interests
and opinions in spending money and how to allocate time. The main factors forming the
lifestyle can be divided into two, namely demographic and psychographic.
Keywords:industry, mining, modernization, lifestyle, social effect
iv
PENGARUH INDUSTRI PERTAMBANGAN TERHADAP
GAYA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN
Oleh
Ami Kusuma Handayani
I34110054
Laporan Studi Pustaka
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
Pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Ami Kusuma Handayani
Nomor Pokok
: I34110054
Judul
: Pengaruh Industri Pertambangan Terhadap Gaya
Masyarakat Pedesaan
Hidup
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ivanovich Agusta, SP, Msi.
NIP. 19700816 199702 1 001
Mengetahui
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.
NIP: 19670903 199212 2 001
Tanggal Pengesahan: _______________
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Studi Pustaka berjudul “Pengaruh Industri Pertambangan Terhadap Gaya Hidup
Masyarakat Pedesaan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk
memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ivanovich Agusta, SP,
Msi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama
proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga
menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Ibu Novi Andayani
Praptiningsih dan Agung Nugroho Hartono, adik tersayang Rahmatallah dan
Hidayatullah yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya
kepada penulis, serta Syahwil Hidayat, Mutiara Irfarinda, Hafid Kurniawan, Pingkan
Citra Amalia, Siti Nadhira, Futri Amelia, Novia Annisa Putri, Wenny Dwiharyenti,
Gina Nefstia Shabrina, Rizki Nur Fadila, Lingga Detia Ananda, Cynda Adissa Lianita,
Fatimah Solihah, Yuana Zahra, dan Debby Faradiba atas dukungan dan semangatnya.
Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman SKPM 48 yang
banyak memberi referensi untuk penulisan. Lalu BEM FEMA 2014/2015, khususnya
Divisi Pengembangan Olahrga Budaya dan Seni (PBOS) atas semangatnya.
Semoga Laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, November 2014
Ami Kusuma Handayani
NIM. I34110054
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................. 1
Tujuan Tulisan ............................................................................................................. 2
Kegunaan Penulisan ..................................................................................................... 2
Metode Penulisan ......................................................................................................... 2
RINGKASAN PUSTAKA
1. Transformasi Masyarakat Petani Mranggen Menuju Masyarakat Industri (Ismanto K,
Huda H, Maulida C, 2012) ........................................................................................... 3
2. Analisis Dampak Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kelurahan Makroman (Risal S, Paranoan DB, Djaja S, 2013) ............ 5
3. Keterkaitan Perspektif Modernisasi dan Berbagai Pembangunan Sosial (Munthe H,
2008)............................................................................................................................. 7
4. Membangun Momentum Baru Pembangunan Pedesaan di Indonesia (Jamal E,
2009)............................................................................................................................ 8
5. Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani Desa Sitimulyo,
Piyungan, Bantul, Yogyakarta (Sulistyaningsih, 2013) ............................................. 10
6. Dinamika Ketenagakerjaan pada Wilayah Pedesaan Lahan Kering di Indonesia
(Winarso B, 2014) ...................................................................................................... 13
7. Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat
Penambangan Emas di Kecamatan Sawang Aceh Selatan (Zulkifli, 2013) ............... 15
8. Dampak Sosial Ekonomi Pertambangan Minyak dan Gas Banyu Urip Kabupaten
Bojonegoro (Zaki A, Hakim A, Nurani F, 2013) ....................................................... 17
9. Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup Masyarakat di RW01 dan
RW09 Desa Benda Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat (Gandi R, 2011) ...................... 19
10.Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir di Desa
Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi (Yudhistira, Hidayat W, Hadiyarto A,
2011) .......................................................................................................................... 21
SINTESIS
Industrialisasi ............................................................................................................. 24
Modernisasi ................................................................................................................ 26
Gaya Hidup ................................................................................................................ 28
SIMPULAN
Hasil Analisis dan Sintesis ......................................................................................... 30
Kerangka Pemikiran ................................................................................................... 31
Pertanyaan Penelitian ................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 34
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ 36
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1........................... 4
Tabel 2. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2.........................
6
Tabel 3. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3..........................
8
Tabel 4. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4.........................
10
Tabel 5. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5........................... 12
Tabel 6. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6........................... 14
Tabel 7. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7........................... 16
Tabel 8. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8..........................
18
Tabel 9. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9........................... 20
Tabel 10. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10....................... 23
Tabel 11. Perbandingan untuk Menentukan Definisi Industrialisasi......................... 25
Tabel 12. Perbandingan untuk Menentukan Definisi Modernisasi .........................
27
Tabel 13. Perbandingan untuk Menentukan Definisi Gaya Hidup...........................
29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir Pustaka 1 ...................................................................... 4
Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2 ...................................................................... 6
Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3 .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4 .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5. Kerangka Berfikir Pustaka 5 .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6 .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7 .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8 .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9 .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10 ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 11. Peta Teori Industrialisasi ........................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 12. Peta Teori Modernisasi........................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 13. Peta Teori Gaya Hidup ........................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 14. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah banyaknya
jumlah pengangguran terbuka dalam periode beberapa tahun terakhir ini terus
meningkat. Selain itu masalah yang dihadapi Indonesia adalah pendapatan perkapita
yang masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Thailand
dan Malaysia. Salah satu alternatif yang mengurangi jumlah pengangguran dan
meningkatkan pendapatan adalah dengan mengembangkan sektor yang potensial. Salah
satu sektor yang potensial tersebut adalah sektor industri. Pembangunan sektor industri
sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam menigkatkan pertumbuhan
ekonomi telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan
tersebut meliputi dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat
dan lingkungan sekitar industri. Menurut data statistik dari BPS (Biro Pusat Statistik)
angka produksi minyak bumi dan gas alam terus menurun dari tahun ke tahun.
Demikian dengan angka produksi bahan tambang emas terus menurun apalagi dalam 5
tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 produksi emas per kg
berturut-turut 127716, 106316, 76763, dan 69093. Data tersebut menujukan penurunan
produksi hasil tambang yang signifikan. Oleh karena itu diperlukan adanya
penanggulangan baik dalam menghadapi masalah kelangkaan minyak bumi maupun
hasil tambang seperti emas. Karena diramalkan dalam beberapa tahun kedepan
sumberdaya tersebut akan habis.
Pengembangan industri yang berkembang pesat menjadi perhatian pemerintah.
Hal ini dibuktikan sejalan dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2012 yaitu Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Peraturan ini
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha pertambangan, perlu
mewajibkan modal asing untuk mengalihkan sebagian sahamnya kepada Indonesia.
Pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung,
pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak
langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke bidang
industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut juga ada
yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah menciptakan keanekaragaman
kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya
kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena adanya persaingan dalam
mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya adalah berkurangnya lahan pertanian
yang menyebabkan petani yang hanya memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki
keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi tersingkir
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap masyarakat.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan
ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang
bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu, berarti telah
mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai tahap tertentu yang
diakui tingkat IPTEK dan unsur budaya lainnya. Dengan demikian, masyarakat tadi
telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya
makin kompleks. Proses tersebut tidak terlepas dari berbagai perkembangan, perubahan,
2
dan pertumbuhan yang meliputi aspek-aspek demografi, ekonomi, organisasi, politik,
IPTEK dan lainnya.
Gaya hidup konsumtif adalah gaya hidup yang tidak lagi berdasarkan pada
pertimbangan yang rasional, hal ini terjadi pada kehidupan masyarakat yang telah
mengalami perubahan secara signifikan semenjak adanya industrialisasi. Istilah gaya
hidup konsumtif diartikan sebagai aktifitas yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam
merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa, yang
menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada masyarakat ini
dilakukan secara berlebihan. Budaya konsumen atau mengkonsumsi barang dan gaya
hidup masyarakat kita sudah jauh mengalami perubahan, menuju budaya dan prilaku
kehidupan yang konsumtif. Prilaku dan gaya hidup konsumstif ternyata bukan hanya
milik orang kaya dan orang kota, melainkan juga ditiru bahkan dilkakukan oleh
kelompok kelas bawah dan masyarakat yang ada di desa. Hal ini sudah dirasakan dan
membudaya di masyarakat.
Kegiatan dan usaha pertambangan yang terus meningkat pada dasarnya
memberikan lapangan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi
dan sosial masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut secara langsung akan berdampak pada
kecenderungan berperilaku dan modernisasi masyarakat pedesaan. Oleh karena itu,
pertanyaan yang akan dibahas dalam proposal penelitian ini adalah sejauhmana
pengaruh industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan.
Tujuan Tulisan
Industrialisasi pedesaan adalah suatu proses transformasi masyarakat pedesaan
ke arah perubahan gaya hidup dan perilaku. Oleh karena itu tujuan penulisan studi
pustaka ini adalah :
1. Menganalisis sejauh mana proses industrialisasi di pedesaan berlangsung.
2. Mengidentifikasi dampak industrialisasi terhadap gaya hidup masyarakat
pedesaan.
Kegunaan Penulisan
Penulisan studi pustaka ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
Selain itu studi pustaka ini juga diharapkan membantu penulis dalam menyusun
kerangka pemikiran dan juga pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan
untuk penelitian berikutnya.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa
terhadap data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Bahan pustaka yang
digunakan dalam penulisan ini berasal dari hasil penelitian, yaitu berupa: skripsi, tesis,
jurnal ilmiah, dan buku teks yang berkaitan dengan industrialisasi pedesaan dan
modernisasi. Bahan pustaka yang sudah terkumpul kemudian dipelajari, disusun, dan
dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan
tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Selanjutnya ialah penarikan hubungan
dari studi pustaka ini menghasilkan kerangka pemikiran serta pertanyaan penelitian
yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan.
3
RINGKASAN PUSTAKA
1. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Transformasi Masyarakat Petani Mranggen Menuju
Masyarakat Industri
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Kuat Ismanto, H Misbabul Huda, Chusna Maulida
: Jurnal Penelitian
: Vol. 9, No. 1, Mei 2012: 35-48
: http://e-journal.stainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/viewFile/129/1
03
: 20 September 2014, pukul 17.00 WIB
Penelitian ini menjelaskan bahwa masyarakat Mranggen mengalami transformasi dari
masyarakat petani menjadi masyarakat industri melalui proses industrialisasi. Meningkatnya
taraf perekonomian yang disebabkan oleh proses industialisasi menyebabkan perilaku
konsumtif pada masyarakat dan perubahan perilaku. Industrialisasi di Mranggen berlangsung
mulai tahun 1995-an sampai dengan awal 2000-an. Pada rentan tahun tersebut terjadi
pembangunan industri yang cukup masif, dimana didirikan beberapa pabrik tekstil, gudang
rokok, dan sebagainya. Pembangunan industri ini telah membawa dampak yang nyata bagi
kehidupan masyarakat Mranggen, baik yang positif maupun negatif. Johnson
mengklasifikasikan akibat-akibat industrialisasi yang bersifat negatif terhadap kesejahteraan
manusia, di antaranya keterasingan (alienation), yaitu perasaan keterasingan dari diri,
keluarga, dan kelompok sosial yang dapat menimbulkan apatis, marah, dan kecemasan.
Faktor utama yang menjadi penyebab pergeseran nilai agraris yang telah ada di Mranggen
adalah peralihan masyarakat dari bidang pertanian ke industri. Masyarakat memiliki alasan
bahwa bidang pertanian yang ditekuni selama ini belum bisa memberikan kontribusi yang
lebih baik bagi kesejahteraan masyarakat. Dilihat dari biaya produksi yang dikeluarkan tidak
sebanding dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil panen. Jarak masa tanam
dengan masa panen juga relatif lama sedangkan biaya hidup harus terus berjalan. Melihat
kondisi seperti ini maka sebagian masyarakat Mranggen berusaha mencari mata pencaharian
lain selain bidang pertanian.
Metode yang digunakan adalah melalui observasi, yakni mengamati dinamika sosial,
ekonomi, dan kehidupan masyarakat Mranggen, baik yang bekerja sebagai petani, buruh
pabrik, maupun pegawai di kantor pemerintahan. Setelah informasi yang berhubungan
dengan subjek dan objek penelitian dianggap cukup, maka wawancara mendalam (indepth
interview) dilakukan dengan masyakarat Mranggen dan subjek-subjek yang terkait dengan
penelitian. Teknik snowballing juga dilakukan untuk mendapatkan informan yang relevan,
terutama bagi masyarakat Mranggen. Meskipun snowballing dilakukan, namun peneliti juga
berusaha untuk melakukan cross check kepada tokoh atau informan lain yang mengerti
masalah yang menjadi fokus penelitian.
Hasil dari penelitian ini adalah bersamaan dengan berkembangnya Kota Semarang,
desa-desa di Mranggen kemudian seolah-olah sama atau mirip dengan kehidupan kota
Semarang sebagai tempat ketergantungannya. Kedua, industrialisasi membawa dampak
positif maupun negatif. Ketiga, dengan nilai baru yang berkembang dalam masyarakat
industri, agama masih memiliki tempat dalam public life dan private life. Dalam ranah
kehidupan sosial kemasyarakatan, agama masih mempengaruhi dalam kehidupan mereka,
tercermin dalam ritual keagamaan seperti slametan, yasinan, tahlilan, ziarah kubur, dan lain
4
sebagainya. Begitu juga sebaliknya, industri telah mempengaruhi kehidupan ekonomi,
sehingga mereka mampu menjalankan ibadah haji, shadaqah, zakat, dan lain-lain. Kedekatan
hubungan Tuhan masyarakat Mranggen tidak hanya dibangun di atas ritual-ritual keagamaan
semata, tetapi juga dicapai melalui kegiatan ekonomi, perdagangan, bekerja sesuai profesi,
dan solidaritas sosial.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan bagaimana transformasi masyarakat Mranggen yang
tadinya masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri. Saya sependapat dengan penulis
bahwa transformasi masyarakat Mranggen ini menyebabkan dependensi masyarakat terhadap
modernisasi yang berkembang. Penjelasan teori sebagai alat ukur penelitian ini sudah cocok
dengan fenomena yang terjadi di Mranggen. Tetapi penulis perlu menjelaskan lebih spesifik
dalam ranah manakah public life dan private life yang dimiliki masyarakat Mranggen.
Tabel 1. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1
Variabel
Faktor Pendukung
Keterasingan (alienation) akibat-akibat industrialisasi yang bersifat negatif terhadap
kesejahteraan manusia, di antaranya keterasingan
(alienation), yaitu perasaan keterasingan dari diri,
keluarga, dan kelompok sosial yang dapat menimbulkan
apatis, marah, dan kecemasan
Tingkat Pendidikan
Terciptanya kelompok marjinal lebih disebabkan karena
rendahnya tingkat pendidikan, yang membuat mereka tidak
bisa diterima dalam roda ekonomi modern
Modernisasi
Modernisasi pertanian adalah suatu perubahan pengelolaan
usaha tani dari tradisional ke pertanian yang lebih maju
dengan penggunaan teknologi-teknologi baru. Dalam
kerangka ini penggunaan alat-alat modern pertanian di
Mranggen telah membawa dampak tersendiri bagi
masyarakat
Public Life dan Private
Sebagai awal pemahaman tentang nilai-nilai agama yang
Life
hidup dan berkembang pada suatu masyarakat industrialis,
terlebih penulis paparkan tentang definisi atau pendekatan
makna agama
Proses
Industrialisasi:
-Strategi
- Resistensi
- Adaptasi
Pergeseran
Nilai-nilai
Modernisasi
Nilai material
dan iimaterial
Public Life dan
Private LIfe
Gambar 1. Kerangka Berfikir Pustaka 1
5
2. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Analisis Dampak Kebijakan PertambanganTerhadap
Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan
Makroman
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Samuel Risal, DB. Paranoan, Suarta Djaja
: Jurnal Administrative Reform
: Vol. 1, No. 1, 2013: 117-131
: http://ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/06/Artikel_ejournal_mulai_hlm_ganji
l-ok%20%2806-03-13-03-52-45%29.pdf
: 20 September 2014, pukul 17.05 WIB
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak kebijakan pertambangan
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya di Kelurahan Makroman.
Penelitian ini berlandaskan pada amanat UUD 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa
penguasaan Negara terhadap bumi, air dan kekayaan alam untuk dipergunakan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Namun dalam kenyataannya amanat UUD 1945 tersebut tidak
mampu dijalani setelah keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang
Kewenangan Pemerintah Kabupaten/kota dan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Pembagian
kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka mempercepat respon
pemerintah kepada masyarakat lokal tersebut ternyata disalahgunakan. Pemerintah daerah
malah dengan mudahnya mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan hal ini terjadi di
Kalimantan Timur, khususnya Samarinda. Sedikitnya sudah 1271 izin pertambangan di
Kalimatan Timur yang dikeluarkan oleh pemerintah sejak 2010 hingga 2011 yang
menjadikan Kalimantan Timur sebagai produsen batubara nomor 1 di Indonesia. Dari 1271
izin pertambangan tersebut, 76 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan pemerintah
Kota Samarinda dan 5 izin PKP2B yang dikeluarkan pemerintah pusat yang luas konsesinya
menghabiskan 71% wilayah Kota Samarinda. Hal ini menyatakan bahwa pertambangan
batubara tidak memberikan sumbangan yang signifikan bagi PAD Kota Samarinda karena
71% wilayah yang dikepung IUP.
Tahun 1967 lahirlah Undang-Undang nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuanketentuan pokok pertambangan. Setelah itu lahirlah Undang-Undang pertambangan yang
lebih spesifik tentang pertambangan batubara dan mineral, yaitu Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Namun sejak penjajahan Belanda
hingga lahirnya Undang-Undang nomor 4 Tahun 2009, aktivitas pertambangan belum
memberikan dampak kepada kesejahteraan masyarakat. Muhamad (2009) dikutip oleh Risal
et.al (2013) mendefinisikan bahwa pertambangan merupakan suatu kegiatan untuk
mendapatkan logam dan mineral dengan cara menghancurkan gunung, hutan, sungai,
laut, dan penduduk kampung. Atau suatu kegiatan yang paling merusak alam dan
kehidupan sosial, yang dimiliki orang kaya dan menguntungkan orang kaya. Dampak sosial
yang ditimbulkan atas kehadiran pertambangan ini adalah banyaknya migrasi yang masuk ke
Makroman, adanya kesenjangan sosial antara pendatang dan masyarakat lokal terkait peluang
bekerja, serta munculnya mentalitas masyarakat yang individualistik, materialistik dan
merenggangnya hubungan sosial antar masyarakat. Dampak secara ekonomi yaitu adanya
peluang kerja warga lokal dalam perusahaan pertambangan tersebut. Namun hasil analisis
menyatakan bahwa kebijakan pertambangan membawa dampak bagi masyarakat, khususnya
masyarakat Kelurahan Makroman yaitu di kawasan pertambangan selalu terjadi perusakan
pencemaran lingkungan. Operasi pertambangan yang membutuhkan lahan luas tak jarang
6
menggusur tanah milik wilayah kelola rakyat. Pelaksanaan pertambangan tidak sesuai dengan
prinsip keberlanjutan, sehingga banyak lahan pertanian dialihfungsikan menjadi areal
pertambangan.
Analisis
Penelitian di atas ditujukan untuk menganalisis kebijakan terkait pertambangan di
kota Samarinda terutama di wilayah Makroman. Namun terdapat data yang menyebutkan
bahwa sektor pertambangan bukanlah menjadi tiga besar sektor yang memberikan kontribusi
pada PDRB melainkan ada pada urutan keenam. Tetapi mengapa pemerintah Daerah sangat
gencar sekali mengeluarkan izin pertambangan, padahal masih ada sektor lain yang lebih
besar kontribusinya pada PDRB, contohnya sektor perdagangan dan restoran. Seharusnya
peneliti bisa mencari data yang menguatkan bahwa sektor pertambangan menjadi sektor yang
sangat potensial sehingga menjadi alasan yang kuat bagi pemerintah untuk mengeluarkan
kebijakan atau Izin Usaha Pertambangan. Tujuan dan hasil penelitian yang disajikan relevan
dan sudah menunjukkan konsistensi dalam alur pemikiran.
Tabel 2. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2
Variabel
Faktor Pendukung
Sumberdaya renewable
Sumberdaya alam (baik renewable dan non renewable)
dan non renewable
merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan
hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan
sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi
kelangsungan hidup umat manusia
Kebijakan
Ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud
dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi
kebijakan, karena kebijakan harus menunjukan apa yang
sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan
dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah
Materialistis
Keberadaan kegiatan pertambangan batubara ini memicu
timbulnya mentalitas masyarakat yang lebih cenderung
individualistis, materialistis, dan rusaknya tatanan sosial
dalam masyarakat, serta hubungan kekerabatan warga
masyarakat mulai merenggang
Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan masyarakat menjadi menurun dan
tidak jarang petani di Makroman beralih profesi ke sektor
lain seperti pertukangan dan sektor lainnya
Materialistis
Sosial
Kebijakan
Pertambangan
Individualistis
Ekonomi
Tingkat
Pendapatan
Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2
7
3. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Keterkaitan Perspektif Modernisasi dan Berbagai
Pembangunan Sosial
: 2008
: Jurnal
: Elektronik
: Hadriana Marhaeni Munthe
: Jurnal Harmoni Sosial
: Vol. 2, No. 2, Januari 2008: 58-61
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18707/1/har
-jan2008-2%20%287%29.pdf
: 20 September 2014, pukul 17.20 WIB
Penelitian ini menjelaskan teori dari berbagai ahli yang berkembang mengenai
perubahan sosial yang berasal dari modernisasi. Para penganut paradigma modernisasi
berpihak pada pandangan bahwa perubahan sosial terjadi oleh pengaruh modernisasi yang
berkembang dari Barat. Teori evolusi dan teori fungsionalisme banyak mempengaruhi
pemikiran tentang modernisasi sebagi faktor yang mewujudkan realitas perubahan. Dari
sudut pandang ini, perkembangan masyarakat terjadi melalui proses peralihan dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern.
Tjondronegoro (1999) mengulas tema ini untuk mendekati pengaruh revolusi hijau
terhadap perubahan sosial di pedesaan Jawa. Revolusi hijau sebenarnya suatu program
intensifikasi tanaman pangan yang membawa ide odernisasi. Karena melalui program ini
diintrodusir beberapa teknologi baru dalam pertanian. Tetapi selain itu yang ditonjolkan
dalam pertukaran ini, ide modernisasi itu dilihat dalam konteks kelembagaan baru yang
diterapkan dalam mengatur kelembagaan produksi. Dengan demikian pendekatan perubahan
sosial yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan fungsional. Beberapa ahli
meneruskan kajian modernisasi klasik dengan mengamati perkembangan di tingkat
masyarakat. McCelland, menggunakan pendekatan psikologi. Bagi dia, kemajuan di bidang
ekonomi mempengaruhi tingkat kebutuhan berprestasi yang tinggi. Pendapat Inkeles
menyatakan manusia modern tidak memperlihatkan gejala ketegangan atau penyakit
psikologis akibat modernisasi, bahkan menunjukkan pola stabil. Lebih jauh, Bellah
menemukan suatu kenyataan dalam modernisasi di Jepang. Etika Samurai yang tercermin
dalam nilai-nilai agama Tokugawa resisten dalam perkembangan ekonomi industri modern di
Jepang.
Lerner (1983) mencoba menggambarkan modernisasi sebagai faktor yang mendorong
perubahan sosial di Timur Tengah. Secara umum hasil penelitiannya menemukan nilai-nilai
tradisional yang tercermin dalam tingkah laku manusia pada masyarakat Timur Tengah
mengalami peralihan ke karakter kehidupan modern. Tiga variabel modernisasi yang
digunakan Lerner yaitu; 1) lebih modern, dimaksudkan lebih banyak orang yang mengubah
cara hidup tradisional, 2) lebih dinamis, dimaksudkan modernisasi berjalan dengan suatu erap
cepat, 3) lebih stabil, dimaksudkan pembagian kelas tidak begitu jelas. Modernisasi lebih
bergerak cepat karena tidak dihambat oleh terputusnya kebijakan dan kekerasan sosial politik.
Ketiga variabel itu diturunkan pada beberapa kondisi yang dapat ditelaah yaitu; mobilitas,
empati, pendapatan dan partisipasi.
8
Analisis
Secara umum penelitian ini mencoba menjelaskan teori-teori yang melihat bahwa
modernisasi terjadi dari dalam dan tidak sama untuk semua masyarakat. Demikian pula
pengaruh perkembangan informasi dan komunikasi menyebabkan semua unsur eksternal juga
dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Seperti yang dinyatakan Lerner bahwa
pengaruh tingkah laku dapat bersamaan dengan perubahan kelembagaan. Tetapi penulis
hanya menyajikan analisis secara singkat teori-teori dengan studi kasus yang belum
mencakupi keseluruhan teori.
Tabel 3. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3
Variabel
Faktor Pendukung
Evolusi
Teori evolusi memandang perubahan bergerak secara liniar
dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju
Fungsional
Teori fungsionalisme memandang masyarakat sebagai
sistem yang selalu berada dalam keseimbangan dinamis
Kelembagaan
Ide modernisasi melalui revolusi hijau berhasil dilihat dari
sudut peningkatan produksi pertanian. tetapi hal ini tidak
diikuti oleh perubahan kelembagaan yang diadaptasi
secara kuat dalam oleh masyarakat
Modern
Lebih modern yang dimaksudkan lebih banyak orang yang
mengubah cara hidup tradisional
Dinamis
Lebih dinamis yang dimaksudkan modernisasi berjalan
dengan suatu derap cepat
Stabil
Lebih stabil yang dimaksudkan pembagian kelas tidak
begitu jelas
Modern
Realitas Perubahan :
-Teori Evolusi
-Teori
Fungsionalisme
Modernisasi
Dinamis
Stabil
Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3
4. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Membangun Momentum Baru Pembangunan Pedesaan di
Indonesia
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Erizal Jamal
: Jurnal Litbang Pertanian
: Vol. 28, No. 1, Januari 2009: 7-14
: http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3281092.pdf
: 20 September 2014, pukul 17.40 WIB
Tulisan ini merupakan hasil kajian literatur tentang pembangunan pedesaan, dengan
menjadikan Korea Selatan sebagai basis acuan, serta melakukan perbandingan dan analisis
9
dengan gerakan dan program pembangunan pedesaan di Indonesia. Tulisan diawali dengan
bahasan mengenai upaya membangun pola pikir bagi pembangunan pedesaan, beranjak dari
berbagai teori dan pengalaman empiris. Bagian kedua akan mengelaborasi pengalaman
Korea Selatan dalam pembangunan pedesaan. Bagian berikutnya menyajikan analisis dan
sintesis tentang pembangunan pedesaan Indonesia dari masa ke masa dan ditutup dengan
suatu pemikiran baru dalam membangun momentum baru bagi pembangunan pedesaan di
Indonesia.
Pendekatan partisipatif yang lebih menekankan inisiatif masyarakat akan efektif
dilaksanakan bila kebutuhan individu masyarakat pada suatu wilayah sangat heterogen, dan
kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak pembangunan pedesaan
atau sebagai partner pemerintah. Pada wilayah dengan tingkat perkembangan individu yang
heterogen namun kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak
pembangunan pedesaan, pendekatan partisipatif lebih tepat digunakan. Pada kondisi yang
tidak termasuk kedua hal tersebut, pendekatan semipartisipatif lebih tepat digunakan dalam
pembangunan pedesaan. Secara konseptual, Indonesia telah mempunyai arah pembangunan
pedesaan dan pertanian yang jelas sejak awal Orde Baru, dan konsep tersebut dimatangkan
dalam berbagai cetak biru pembangunan pedesaan, dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) dan Repelita. Dengan menilik pengalaman Korea Selatan maka pembangunan
pedesaan di Indonesia diawali dengan kondisi yang relatif sama dengan Korea Selatan, yaitu
infrastruktur terbatas dan kondisi kehidupan masyarakat sangat sulit setelah peperangan dan
konflik internal di berbagai wilayah. Perbedaan mendasar terletak pada kejelian pemerintah
saat itu dalam memanfaatkan momentum kondisi masyarakat yang relatif homogen dan rasa
kebersamaan sebagai satu komunitas yang masih kuat. Beberapa upaya parsial seperti
peningkatan produksi pangan terutama beras telah berhasil dicapai, namun jumlah penduduk
yang menggantungkan hidupnya pada giatan pertanian relatif tidak banyak berkurang dari
waktu ke waktu.
Belajar dari kasus Korea Selatan dengan gerakan Saemaul Undong, diperlukannya
penumbuhan momentum baru yang dapat menstimulir upaya peningkatan kapasitas
masyarakat pedesaan secara sistematis dan terencana. Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) merupakan langkah awal yang baik untuk membangun
momentum baru tersebut. Pembangunan pedesaan yang baik akan memberikan peluang bagi
setiap individu yang ada di dalamnya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, sejalan
dengan peluang yang tercipta atau diciptakan pemerintah dan pihak lain. Hal ini sebenarnya
merupakan hakekat dari reformasi yang dicanangkan 10 tahun yang lalu, yang saat ini arah
dan geraknya makin meredup. Dibutuhkan kepemimpinan yang visioner dan kuat yang dapat
meyakinkan semua orang tentang arti pentingnya pembangunan pedesaan dalam
menanggulangi berbagai persoalan yang dihadapi dalam pembangunan di Indonesia.
Analisis
Secara umum penelitian ini telah menjelaskan pentingnya pembangunan pedesaan
dengan berbagai stakeholder seperti pemerintah, LSM, dan masyarakat secara partisipatif.
Tulisan ini memberikan contoh pembangunan pedesaan di Korea Selatan yang bisa dijadikan
contoh dalam pembangunan di Indonesia. Saya setuju dengan adanya peningkatan kapasitas
masyarakat guna mengembangkan potensi pedesaan bersamaan dengan sumberdaya
manusianya dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
10
Tabel 4. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4
Variabel
Faktor Pendukung
Tingkat Kebutuhan
Pada wilayah dengan tingkat perkembangan individu yang
Individu Heterogen
heterogen namun kebersamaan sebagai komunitas
merupakan energi utama penggerak pembangunan
pedesaan, pendekatan partisipatif lebih tepat digunakan
Tingkat Kebutuhan
Pada masyarakat yang kebutuhan individunya relatif
Individu Homogen
homogen dan kebutuhan kebersamaan sebagai suatu
komunitas lebih pada upaya mendukung inisiatif
pemerintah, atau sebagai partner pemerintah maka
pendekatan komando bukan suatu hal yang tabu untuk
dilaksanakan
Keperluan Kebersamaan Pada tahap awal pembangunan Orde Baru, tingkat
kebutuhan individu di pedesaan relatif sama, yaitu
bagaimana dapat memenuhi kebutuhan dasar, dan perlunya
gerakan bersama dalam komunitas untuk mendukung
inisiatif pemerintah dalam pembangunan.
Tingkat Kebutuhan
Individu :
-Homogen
-Heterogen
Keperluan Kebersamaan :
-Mendukung Inisiatif
Pemerintah
-Partner Pemerintah
-Penggerak Utama
Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4
5. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani
Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Sulistyaningsih
: Jurnal Sosiologi Reflektif
: Vol. 8, No. 1, Oktober 2013: 109-131
: http://journal.uinsuka.ac.id/jurnal/detail/438/industrialisasi-pedesaan-dan
pemberdayaan-ekonomi-petani-desa-sitimulyo-piyunganbantul-yogyakarta
: 20 September 2014, pukul 17.45 WIB
Penelitian ini membahas bahwa keberadaan industrialisasi bagi Indonesia sebagai
salah satu negara sedang berkembang adalah pilihan strategi dalam model pembangunan
yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Pemilihan model kebijakan industrialisasi ini
berdampak pada dinamika industrialisasi pertanian di pedesaan. Satu sisi memang
pertumbuhan ekonomi nasional meningkat tajam, namun di sisi lain membuat ketimpangan
yang sangat mencolok, terutama di sektor pertanian. Kondisi industrialisasi pertanian, dalam
hal ini sektor pertanian telah mengalami marginalitas akibat kebijakan-kebijakan negara yang
tidak berpihak pada petani. Akibatnya industrialisasi pedesaan yang ada tidak bersinergi
11
dalam upaya mendorong pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan. Kondisi demikian
dialami oleh petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta.
Desa Sitimulyo, merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Piyungan Kabupaten
Bantul Yogyakarta yang menjadi kawasan pengembangan industri. Adanya kebijakan ini
mempunyai dampak baik secara langsung atau tidak langsung terhadap pemberdayaan
ekonomi petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan. Lahan-lahan pertanian yang ada di
Desa Sitimulyo berhimpitan dengan adanya perusahaan-perusahaan seperti perusahaan PT
Perwita Karya, CV Aneka Darma, PT Pengolahan Plastik, PT Adi Satria Abadi, PT Don
Young, Koperasi Umbul Jaya (Relokasi IKM Alumunium), dan KidsFun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak industrialisasi pedesaan
terhadap pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo dan mengetahui upaya
pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan gabungan kelompok tani agar
berdaya secara ekonomi di tengah himpitan industrialisasi. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori industrialisasi dan pemeberdayaan. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui
observasi dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data
dari berbagai sumber. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya adalah
mengadakan reduksi data dan penafsiran data. Adapun hasil penelitian adalah sebagai
berikut: industrialisasi pedesaan berdampak kepada pemberdayaan ekonomi petani di Desa
Sitimulyo, baik secara langsung atau tidak, baik dampak positif ataupun negatif. Dampak
positif berupa penyerapan tenaga lokal. Dampak negatifnya sebagian petani kesulitan dalam
mendapatkan air untuk mengairi sawahnya dan adanya limbah serta polusi. Kondisi ini
berdampak pada aspek kuantitas dan kualitas produktivitas tanaman yang berpengaruh
terhadap pendapatan petani. Pendapatan petani hanya untuk memenuhi kebutuhan
subsistensi. Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan gabungan
kelompok tani Sidomakmur di Desa Sitimulyo melalui peningkatan capacity building
(melalui sekolah lapang bagi pada para petani di Desa Sitimulyo), fasilitasi jaringan
(network) dan pemberian bantuan (bibit dan alat-alat pertanian).
Analisis
Secara umum tulisan ini sangat jelas dan menarik untuk dikaji karena gaya
penulisannya yang populer. Saya sangat sependapat dengan penulis bahwa industrialisasi
sangat berpengaruh kepada aspek ekonomi masyarakat pertanian. Perlu adanya
penyeimbangan dan kerjasama antara upaya pemerintah dan upaya kelompok tani dalam
melakukan pemberdayaan. Jika diantaranya belum bersinergi dapat dipastikan bahwa tidak
terjadi pemberdayaan masyarakat seperti halnya penulis paparkan dalam studi kasus Desa
Sitimulyo.
12
Tabel 5. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5
Variabel
Faktor Pendukung
Kemiskinan
Kemiskinan dan marginalisasi petani di pedesaan
disebabkan karena kebijakan pemerintah tentang
pembangunan pertanian dan pedesaan yang kurang
berpihak pada petani dan komunitas desa
Akses
Masalah-masalah yang serius dihadapi dalam sektor
pertanian semakin bertambah seperti kepemilikan lahan
yang semakin mengecil, akses terhadap input pertanian
yang semakin mahal, biaya transakasi yang terus
melambung dan kelembagaan ekonomi yang tidak pernah
berpihak kepada petani
Ekonomi
Ini terlihat dari adanya alih fungsi lahan dari lahan
pertanian menjadi lahan untuk mendirikan perusahaanperusahan. Saat ini, lahan pertanian yang ada di Desa
Sitimulyo berhimpitan dengan perusahaan-perusahaan
yang di wilayah ini
Dampak Positif dan
Dampak industrialisasi yang ada di Sitimulyo berupa
Negatif
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif seperti
adanya penyerapan tenaga lokal di perusahaan yang ada,
adanya warung-warung di sekitar perusahaan, adanya
tempat kos di sekitar perusahaan , ada jasa penitipan
sepeda motor dan sebagianya. Dampak negatifnya adanya
adanya polusi limbah, air tercemar, udara tercemar oleh
asap produksi perusahaan, debit air berkurang karena
tersedot oleh perusahaan, pengairan sawah mengalami
kesulitan dan sebagianya
Industrialisasi
Dalam konteks industrialisasi pedesaan, pemberdayaan
ekonomi
petani
menjadi
sebuah
keniscayaan.
Industrialisasi diharapkan menjadi entry point untuk
mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat
Upaya Pemerintah
Program-program pokok kebijakan pemerintah dalam
sektor pertanian untuk kecamatan Piyungan dilakukan oleh
Balai Penyuluh Pertanian (BPP). Kegiatan tersebut
dilakukan dalam mendorong pemberdayaan ekonomi
petani dan peningkatan kemampuan petani di Kecamatan
Piyungan
Upaya Kelompok Tani
Upaya yang dilakukan oleh gapoktan Sidomakmur di Desa
Sitimulyo dalam pemberdayaan ekonomi petani adalah
melalui usaha peningkatan kapasitas para petani melalui
sekolah lapang dan memfasilitasi pengajuan proposal
untuk pengajuan bantuan bantuan alat-alat pertanian
13
Kemiskinan
Akses
Upaya
Pemerintah
Industrialisasi
Ekonomi
Upaya
Kelompok Tani
Dampak Positif
dan Negatif
Gambar 5. Kerangka Berfikir Pustaka 5
6. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Dinamika Ketenagakerjaan pada Wilayah Pedesaan Lahan
Kering di Indonesia
: 2014
: Jurnal
: Elektronik
: Bambang Winarso
: Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
: Vol. 14, No. 1, Januari 2014: 1-14
: http://jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/view/118
: 20 September 2014, pukul 17.50 WIB
Penelitian ini menjelaskan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang merupakan
tumpuan dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Permasalahannya tidak semua pedesaan
merupakan desa yang berlokasi di kawasan lahan dengan agorsistem yang mampu
memberikan sumbangan pendapatan yang bisa diharapkan. Tidak sedikit masyarakat yang
tinggal di pedesaan dengan agrosistem lahan kering. Dimana lahan sebagian kering kering
merupakan lahan marginal yang kurang mampu memberikan kesejahteraan bagi
penduduknya. Komoditas tanaman pangan khususnya jagung, kedelai dan kacang tanah
merupakan komoditas utama yang banyak dikembangkan di wilayah seperti tersebut. Dengan
kondisi yang demikian tidak sedikit penduduk terutama penduduk usia kerja harus
meninggalkan kegiatan pertanian dengan maksud untuk memperbaiki mata pencaharian.
Rusastra et al., 2005 mengemukakan bahwa unsur penting dari tenaga kerja manusia
yang dapat menghasilkan pendapatan adalah keahlian dan tenaga. Keahlian sebagai
representasi kualitas tenaga kerja manusia biasanya diproksi dari tingkat pendidikan formal
dan ketrampilan yang dimiliki. Bagi sebagian besar tenaga kerja yang terlibat di sektor
pertanian unsur penting yang mereka miliki adalah tenaga. Dalam hal ini tenaga kerja
manusia memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani lewat curahan
tenaga kerja manusia yang terlibat (dalam satuan orang) dan curahan kerjanya (dalam satuan
jam ker per hari, hari kerja per minggu, per bulan, per tahun). Permasalahannya sebagian
penduduk usia kerja dihadapkan pada keterampilan dan pendidikan yang terbatas, sehingga
kurang memiliki posisi tawar yang kuat di pasar tenaga kerja. Kalaupun mereka harus
bermigrasi mengadu nasib ke tempat yang baru, maka pekerjaan yang ditemukan umumnya
tidak terlalu jauh dengan pekerjaan di tempat asal sesuai dengan ketrampilan mereka. Hanya
14
peluang pekerjaan dengan pendapatan rendah seperti buruh non pertanian, jasa angkutan,
dagang dan pekerjaan yang sejenis yang akhirnya mereka dapatkan di tempat yang baru.
Untuk meningkatkan kualitas kemampuan sumberdaya manusia (SDM) di pedesaan,
diperlukan program peningkatan ketrampilan dan pengetahuan sehingga tenaga kerja dapat
bersaing di pasar tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan. Disisi lain
pemerintah perlu mengembangkan industri pertanian di perdesaan untuk menampung tenaga
kerja, mengingat intensitas pekerjaan usahatani di lahan tegalan dengan basis palawija relatif
kurang.
Analisis
Secara umum tulisan ini sudah mengkaji secara spesifik bagaimana dinamika
angkatan kerja di lahan kering pedesaan. Tetapi bahasa tulisan yang digunakan oleh penulis
termasuk sulit untuk dikaji dan tidak ada penjelasan mengenai istilah-istilah yang sulit
dimengerti. Penulis juga hanya sedikit menafsirkan teori dan tinjauan pustaka yang
digunakan sebagai dasar pembahasan penelitian tersebut. Tetapi secara keseluruhan
penelitian ini dapat menyimpulkan masih kurangnya lahan pekerjaan masyarakat akibat
industrialisasi.
Tabel 6. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6
Variabel
Faktor Pendukung
Dinamika
Indikator tidak langsung tingkat pendapatan rumah tangga
Ketenagakerjaan
sebagai representasi tingkat kesejahteraan di sektor
pertanian yang berkaitan dengan tenaga kerja adalah
produktivitas tenaga kerja dan tingkat pengangguran
Angkatan Kerja
Terbatasnya lapangan kerja produktif dan tingginya tingkat
pertumbuhan angkatan kerja terutama angkatan kerja
berusia muda yang menyebabkan kelebihan tenaga kerja
Tingkat Pendapatan
Apabila produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian
relatif rendah maka secara tidak langsung akan diperoleh
gambaran bahwa tingkat pendapatan rumah tangga di
sektor pertanian akan relatif rendah
Tingkat Pendidikan
Tenaga kerja yang tersedia memiliki pendidikan yang
memadai sesuai dengan kesempatan kerja yang tersedia,
namun biasanya sering terjadi mismatch antara pendidikan
dan pekerjaan yang ditekuninya
Mata Pencaharian
Indonesia sebagai negara agraris, ketersediaan lapangan
pekerjaan sebagian besar berada disektor pertanian karena
besarnya sumber mata pencaharian penduduk Indonesia
yang sebagian besar dari sektor pertanian
Angkatan Kerja
Perkembangan
Industri
Pertanian
Dinamika
Ketenagakerjaan
Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendidikan
Mata Pencaharian
Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6
15
7. Judul
: Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan
Masyarakat Akibat Penambangan Emas di Kecamatan
Sawang Aceh Selatan
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Zulkifli
Nama Jurnal
: Jurnal Ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh
Volume (edisi): hal : Vol. 4, No. 7, Maret 2013: 8-15
Alamat URL/doi
: https://www.scribd.com/doc/140213280/Jurnal-ZulkifliDosen-Fakultas-Ekonomi-universitas-Syiah-Kuala-JurusanEkonomi-Pembangunan
Tanggal diunduh
: 20 September 2014, pukul 18.00 WIB
Penelitian ini menceritakan mengenai penambangan emas dan dampaknya di daerah
Sawang Aceh Selatan. Perubahan besar-besaran terjadi saat ditemukannya kandungan emas
dalam bebatuan yang digali di sebuah bukit di gampong tersebut, berhubung adanya
penemuan material tambang tersebut maka bukit itu sekarang terkenal dengan sebutan
“Gunong Meuh” atau gunung emas dalam bahasa Indonesia. Menurut Guchik Panton Luas
dan berbagai sumber yang berkompeten di gampong tersebut, awalnya lahan tempat
penemuan emas tersebut adalah tempat yang telah ditinggalkan oleh perusahaan
penambangan PT. Pinang Sejati karena tidak ditemukannya cadangan emas oleh mereka.
Derasnya arus keluar-masuk/ mobilitas penduduk serta aktivitas pertambangan menyebabkan
aktivitas perdagangan barang dan jasa lain tumbuh dengan subur di gampong tersebut. Ketika
kita memasuki kawasan ini maka kita akan menjumpai bengkel-bengkel sepeda motor,
bengkel-bengkel las untuk pembuatan gelondongan, warung-warung makan, kedai kopi,
kedai dan warung yang menyediakan kebutuhan tambang dtambah lagi dengan jejeran
gelondongan pemecah batu yang memenuhi sepanjang jalan gampong. Perubahan tersebut
telah merubah Panton Luas dari sebuah gampong menjadi seperti sebuah kota kecil yang
lebih ramai dan lebih sibuk dari ibukota kecamatan didaerah ini.
Penemuan emas telah pula menyebabkan adanya peralihan pekerjaan hampir seluruh
masyarakat gampong Panton Makmur dan sebahagian masyarakat gampong lainnya disekitar
tambang emas tersebut. Data kajian menunjukkan bahwa banyak sekali petambang awalnya
memiliki pekerjaan sebagai petani/pekebun/peternak yaitu 63,9%, kemudian
buruh/tukang/karyawan Swasta sebesar 19,4%, dan sisanya untuk berbagai pekerjaan yang
lain. Banyaknya peralihan pekerjaan dari petani dan pekebun berdampak pada lahan yang
menganggur karena ditinggalkan untuk bekerja ditambang. Hasil produksi pertanian yang
umumnya membutuhkan masa tunggu yang lama menyebabkan masyarakat lebih memilih
ketambang yang lebih instan dan dianggap lebih menguntungkan dengan nilai yang lebih
menggiurkan. Penambangan emas di Sawang Aceh Selatan jika dilihat dari faktor ekonomi,
sosial budaya dan kesehatan masyarakat sangat tampak dampaknya. Khususnya dalam faktor
pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi rakyat. Dari penelitian yang dilakukan,
penambangan emas telah menyebabkan peralihan pekerjaan masyarakat menjadi penambang
emas, peningkatan pendapatan, dan efek pengganda ekonomi terhadap kegiatan lainnya.
Dampak sosial yang ditimbulkan adalah terjadi imigrasi penduduk yang sangat banyak ke
gampong tersebut namun potensi konflik hampir tidak ada karena besarnya pengaruh aparat
gampong dalam mengatur kegiatan penambangan disana.
16
Analisis
Secara umum tulisan ini sudah mengkaji secara spesifik dan jelas mengenai dampak
penambangan emas di daerah Aceh Selatan. Teori yang digunakan juga mendukung
pembahasan dan pernyataan dari penulis. Hanya saja penulis tidak menyebutkan secara jelas
mengenai dampak sosial dan perilaku seperti perubahan gaya hidup masyarakat Aceh.
Penulis hanya fokus terhadap statistika perubahan tanpa menjelaskan dampak konkrit secara
sosial akibat adanya penambangan emas.
Tabel 7. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7
Variabel
Faktor Pendukung
Penambangan
Kegiatan pencarian dan penambangan emas telah
membawa perubahan besar di daerah ini, meskipun
dikelola oleh masyarakat secara tradisional, tambang emas
dikabupaten ini telah banyak memberikan peningkatan
ekonomi dan mendorong munculnya berbagai kegiatan
ekonomi lain
Ekonomi
74,9% responden mempunyai jumlah tanggungan keluarga
4 orang keatas, sedangkan sisanya 25,1% mempunyai
beban tanggng jawab 3 orang kebawah. Temuan ini
menunjukkan bahwa tambang ini memberikan kontribusi
yang besar bagi masyarakat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidup khususnya dalam bidang ekonomi
Sosial Budaya
Semua responden(100%) yang terlibat dalam penelitian
mennganggap bahwa hubungan antara kelompok
masyarakat disana harmonis dan baik. Hubungan antara
kelompok masyarakat dengan tokoh masyarakat dan
hubungan sesama tokoh masyarakat juga dinilai 100% baik
oleh responden
Kesehatan
MenurutGeuchik, jumlah orang yang tinggal didesa
tersebut meningkat tajam sampai dengan 6.000 jiwa
dengan berbagai kegiatan pertambangan atau kegiaan
pendukung tambang lainnya. Adanya tambahan penduduk
yang sangat besar tersebut akan berdampak buruk pada
penyediaan sarana kesehatan dan sanitasi masyarakat
Industri
Pertambangan
Dampak :
-Ekonomi
-Sosial Budaya
-Kesehatan
Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7
17
8. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Dampak Sosial Ekonomi Pertambangan Minyak dan Gas
Banyu Urip Kabupaten Bojonegoro
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Abdul Rochman Zaki, Abdul Hakim, Farida Nurani
: Jurnal Administrasi Publik
: Vol. 1, No. 2, Maret 2013: 125-131
:
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php
/jap/article/view/31
: 21 September 2014, pukul 17.00 WIB
Penelitian ini memfokuskan pada dampak sosial dan ekonomi alih fungsi lahan
pertambangan terhadap masyarakat sekitar yang meliputi perubahan nilai sosial dan peralihan
mata pencaharian, dan peran pemerintah daerah dalam menghadapi eksploitasi Banyu Urip,
serta peran pemerintah daerah bersama dengan Mobile Cepu Limited terhadap pembebasan
lahan pertambangan Banyu Urip. Setelah adanya proyek pertambangan Banyu Urip di Desa
Gayam tidak banyak nilai-nilai sosial yang berubah, seperti nilai-nilai Gotong Royong,
Bersih Desa, nilai-nilai sosial tersebut masih tetap terlaksana sampai saat ini.Sebelum itu
memang banyak terjadi konflik antara warga dan pihak MCL/Kontraktor terkait keresahan
dan ketidakpuasan penduduk setempat terhadap kegiatan pembangunan yang merambah
wilayahnya sedikit banyak mulai merebak. Keresahan dan resistensi sosial yang berkembang
telah mulai terorganisasi meskipun dianggap belum mewakili aspirasi masyarakat.
Selanjutnya jika ditinjau dari tingkat pertumbuhan yang terjadi serta penerimaan
kelompok sasaran dan perubahan yang terjadi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara
peneliti, banyak kelompok-kelompok yang mendukung adanya perda konten lokal ini, dengan
hadirnya perda konten lokal yang mewajibkan kontraktor untuk merekrut sebagian besar
tenaga kerjanya dari masyarakat lokal menjadikan perda tersebut sebagai perda yang pro
takyat, yang tentunya berdampak pada berimbangnya pertumbuhan ekonomi, adanya proyek
pertambangan bertumbuh juga angka pendapatan masyarakat dan menurunya tingkat
pengangguran di daerah sekitar. Dengan adanya perda konten lokal tersebut juga telah
meredam aksi-aksi konflik dan unjuk rasa yang dulu banyak terjadi di daerah sekitar
khususnya di areal desa Gayam yang merupakan desa terdekat pertambangan, hal tersebut
seperti yang diungkapkan oleh bapak Nur Hadi bahwa perda konten lokal telah meredam
aksi-aksi unjuk rasa dan konflik antar masyarakat dan pihak kontraktor terutama MCL,
karena masyarakat telah diberi kesempatan untuk ikut bekerja di sektor tambang walaupun
tidak menjadi tenaga ahli.
Oleh karena itu dengan adanya perubahan tingkat pendapatan masyarakat Gayam jika
dibandingkan sebelum adanya proyek Pertambangan Banyu Urip, perubahan pendapatan
tersebut mengarah ke arah yang lebih baik dan sejahtera. Adanya peralihan mata pencaharian
masyarakat Gayam yang sebelumnya dominan sebagai di sektor pertanian beralih ke sektor
pertambangan ataupun sektor penunjang/pelengkap pertambangan. Dalam melakukan
pembebasan lahan pemerintah desa setempat sebagai stakeholder terkait harus dilibatkan
dalam proses pembebasan lahan. Perda konten lokal yang digulirkan oleh Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro telah mendapat respon baik dari warga lokal, terutama untuk warg
Gayam Perda tersebut telah dapat membuat perubahan terhadap masyarakat Gayam karena
telah bisa meredam konflik yang ada di masyarakat Gayam.
18
Analisis
Secara umum tulisan ini sudah menjelaskan secara mendalam dampak sosial dan
ekonomi industri pertambangan di Bojonegoro. Gaya bahasa penulisannya pun sudah populer
dan naratif jadi mudah untuk dikaji. Tetapi teori yang digunakan penulis terlalu banyak
definisi dari berbagai sumber sehingga penulis tidak mengambil kesimpulan definisi manakah
yang dipakai dalam pembahasan penelitian ini. Signifikansi antara teori dan fakta yang
didapat juga kurang dipadupadankan sehingga dasar penulisan penulis kurang sesuai dengan
teori yang ada.
Tabel 8. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8
Variabel
Faktor Pendukung
Nilai Sosial
Setelah adanya proyek pertambangan Banyu Urip di Desa
Gayam tidak banyak nilai-nilai sosial yang berubah,
seperti nilai-nilai Gotong Royong, Bersih Desa, nilai-nilai
sosial tersebut masih tetap terlaksana sampai saat ini
Mata Pencaharian
Sebelum adanya proyek pertambangan warga Gayam
dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai petani,
buruh tani ataupun sebagai pedagang hasil pertanian.
Selanjutnya tentang peralihan pekerjaan masyarakat
Gayam, mereka yang lahan pertaniannya terkena
pembebasan kebanyakan beralih bekerja di sektor
pertambangan sebagai satpam, tenaga non skilled, ataupun
berwirausaha sebagai sektor penunjang pertambangan
Dampak Kebijakan Publik Quade dalam Hidayat (2012, h.52) mengemukakan bahwa
analisis kebijakan merupakan upaya penelitian evaluative
(evaluative research) yang cermat sebelum pilihan-pilihan
kebijakan (policy choice) dan langkah-langkah untuk
mencapai tujuan (course of action) ditetapkan
Industri Pertambangan
Semula masyarakat bertumpu pada sektor pertanian, akan
beralih ke sektor pertambangan. Akan tetapi masyarakat
lokal belum tentu dapat mengakses ke dalamnya
Nilai Sosial
Dampak
Kebijakan
Publik
Industri
Pertambangan
Ekonomi :
Mata
pencaharian
Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8
19
9. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup
Masyarakat di RW01 dan RW09 Desa Benda, Cicurug,
Sukabumi, Jawa Barat
: 2011
: Skripsi
: Cetak
: Rajib Gandi
: : : : 21 September 2014, pukul 17.20 WIB
Penelitian ini menjelaskan bahwa industrialisasi tidak dapat dihindarkan untuk
berkembang di pedesaan. Industrialisasi pedesaan diperkuat dengan adanya kebijakan
otonomi daerah. Pertanyaan penelitian ini ialah: (1) Sejauhmana pengaruh dampak industri
terhadap respons masyarakat, dan (2) Sejauhmana pengaruh respons masyarakat terhadap
taraf hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung
metode kualitatif. Peneliti mengambil 70 responden berdasarkan pendekatan sampel acak
terstratifikasi (stratified random sampling). Analisis yang digunakan adalah uji Rank
Spearman dan analisis kualitatif sebagai penunjang dari hasil kuantitaif.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa perubahan-perubahan akibat adanya
industri di Desa Benda dipacu oleh proses industrialisme (pengembangan industri) yang
tinggi di Desa Benda. Hal ini tampak pada jumlah industri di Desa Benda saat ini yang
mencapai 211 industri. Meskipun untuk membangun sebuah industri diperlukan perizinan
yang cukup panjang, selama ini di Desa Benda belum terdapat kasus penolakan izin dari
pembangunan sebuah industri baik dari pihak pemerintah desa maupun masyarakat. Proses
pembebasan tanah yang terjadi juga biasanya langsung terjalin antara pihak perusahaan
dengan para pemilik tanah. Masyarakat jarang terlibat langsung dalam proses transaksi
pembebasan tanah. Pemerintahan desa biasanya hanya mengurusi masalah perizinan dan
surat-surat tanah. Proses jual-beli lahan ini hanya melibatkan sebagian kecil masyarakat saja,
yaitu para pemilik tanah-tanah luas.
Pengembangan industri yang begitu pesat tersebut tentu membuat beragam pengaruh
terhadap keadaan di desa. Dampak industri tersebut ialah meningkatnya kesempatan kerja
non pertanian dan arus migrasi masuk. Taraf hidup yang terjadi pada dua kelompok
responden sudah mengalami perubahan yang meningkat, sudah tidak ada lagi responden yang
taraf hidupnya menurun saat ini. Keadaan taraf hidup yang meningkat terjadi pada 100 per
sen responden, sedangkan masih terdapat respons yang menurun sebesar 2,9 per sen pada
kelompok industri dan 20 per sen pada kelompok non industri. Hal ini mengakibatkan nilai
sig (1-tailed) dari uji korelasi Rank Spearmen tidak didapatkan, yang mengindikasikan bahwa
keterkaitan pengaruh antara respons masyarakat terhadap taraf hidup masyarakat tidak
terdapat hubungan pengaruh.
Analisis
Secara umum hasil penelitian ini sangat spesifik dan jelas. Penggunaan tata bahasa
penulispun mudah untuk dikaji. Saya sependapat dengan penulis bahwa masyarakat Desa
Benda seharusnya lebih selektif lagi dengan pendirian industri baru, lebih memperhatikan
keadaan desa yang sudah padat pendudukan dan lahan pertanian yang semakin sempit. Para
pekerja khususnya buruh pabrik dapat lebih kritis lagi terhadap kebijakan-kebijakan pihak
perusahaan, terutama terkait dengan sistem kontrak yang diterapkan. Sistem kontrak
menjadikan posisi buruh cenderung pada bagian tidak aman atau rawan putus kerja yang
20
membuat posisi tawar buruh rendah di mata perusahaan. Pada keadaan seperti ini buruh
cenderung dipoisi dirugikan dan pihak perusahaan yang lebih diuntungkan.
Tabel 9. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9
Variabel
Faktor Pendukung
Kesempatan Kerja Non
Responden yang bekerja di bidang pertanian dan non
Pertanian
pertanian (perikanan; pertambangan dan penggalian;
industri pengolahan; listrik, gas, dan air; konstruksi;
perdagangan besar dan eceran)
Migrasi Masuk
Keberadaan perpindahan penduduk atau gerak penduduk
sebelum dan sesudah industri dari luar desa ke desa
peneliti, baik migrasi secara harian, periodik, musiman,
maupun permanen, yang dinyatakan dalam jiwa
Jual Lahan
Perubahan yang jelas adalah dari para petani yang menjual
lahannya, dan para ibu umah tangga yang kemudian
beralih ke tenaga kerja industri sebagai buruh pabrik
Beli Lahan
Kebutuhan pengembangan industri untuk memperluas
lokasi produksinya baik sebagai sarana pergudangan,
produksi, maupun perumahan sangat tinggi. Maka
terjadilah perubahan pemilikan tanah yang diperoleh dari
para petani maupun penduduk asli pemilik lahan tersebut.
Jual beli lahan pun tidak bisa dihindari
Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan masyarakat diukur dengan melihat
pengeluaran mereka dalam satu bulan terakhir dan
pengeluaran tahunan. Dari hasil data yang diperoleh dari
lapangan didapati bahwa pendapatan rata-rata responden
kelompok industri sebelum adanya industri adalah sebesar
Rp. 534.100,- per bulan
Sarana dan Prasarana
Kondisi fisik dan fasilitas bangunan rumah tangga yang
Dasar
diukur dengan luas lantai, jenis lantai, jenis dinding,
fasilitas MCK, sumber penerangan, sumber air, bahan
bakar untuk memasak, dan barang
Tingkat Pendidikan
Khusus untuk industri, kehadirannya membuat masyarakat
Desa Benda untuk memiliki tingkat pendidikan yang baik.
Sebagian besar pihak perusahaan merekrut pekerja dengan
kualifikasi tingkat pendidikan SMA
Tingkat Kesehatan
Untuk tingkat kesehatan, ditemukan RT yang didapati
menderita penyakit dalam enam bulan terakhir pada
kelompok responden industri mencapai 91,4 per sen dan
pada kelompok non industri mencapai 68,8 per sen RT
Akumulasi Modal Sosial Pada tingkat akumulasi modal sosial hasil penelitian ini
menunjukkan dikelompok responden industri, tingkat
kepuasan akumulasi modal sosialnya bila dibandingkan
dengan saat sebelum adanya industri lebih tinggi yang
merasa tidak ada perbedaan
21
Pengembangan
Industri
Dampak Industri
Terhadap Lokasi :
-Kesempatan non
pertanian
meningkat
-Migrasi masuk
meningkat
Respons
Masyarakat :
-Jual beli
lahan
meningkat
-Tingkat
pendidikan
meningkat
- Tingkat
pendapatan
meningkat
Taraf
Hidup
Masyarakat
Berubah
Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9
10. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan
Penambangan Pasir di Desa Keningar Daerah Kawasan
Gunung Merapi
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto
: Jurnal Ilmu Lingkungan
: Vol. 9, No. 2, 2011: 76-84
:
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php
/jap/article/view/31/214
: 21 September 2014, pukul 17.45 WIB
Penelitian ini mendeskripsikan bahwa penambangan pasir tidak hanya memberikan
keuntungan dan manfaat tetapi juga menimbulkan permasalahan. Kegiatan penambangan
pasir yang menggunakan alat berat yang berfungsi untuk mengeruk material yang berada di
dataran maupun di dinding tebing menimbulkan permasalahan ekologis dan sosial bagi
lingkungan sekitar. Dampak lingkungan dari kegiatan penambangan pasir di Desa Keningar
di bedakan menjadi dampak fisik dan dampak sosial ekonomi.
Permasalahan mendasar dalam pengaturan regulasi penambangan pasir dilihat dari
sisi pemegang kebijakan yaitu pemerintah dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sisi
internal pemerintah daerah itu sendiri serta sisi eksternal pemerintah daerah. Permasalahan
internal yang terjadi diantaranya adalah antar kelembagaan pemerintah kurang koordinasi,
aparatur pemerintah kurang profesional, anggaran operasional terbatas dan sarana dan
prasarana operasional yang terbatas. Permasalahan internal tersebut berakibat kurang
optimalnya pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya menerapkan
peraturan yang berlaku. Permasalahan eksternal berasal dari luar lingkup pemerintah daerah,
misalnya permasalahan yang berasal dari masyarakat, penambang, pengusaha serta organisasi
atau lembaga swadaya masyarakat. Permasalahan eksternal ini dapat menjadi tantangan bagi
pemerintah dalam pengelolaan penambangan pasir, diantaranya adalah kesadaran masyarakat
yang kurang terhadap lingkungan hidup, tuntutan menghadapi kehidupan dari masyarakat,
kurangnya penelitian sebagai sumber informasi dalam mengambil kebijakan pemerintah dan
kritikan dari lembaga swadaya masyarakat yang pada umumnya kurang respek terhadap
22
usaha pertambangan. Oleh karena itu kontrol secara terus menerus dari pemerintah terhadap
setiap kegiatan penambangan pasir dan batu perlu diupayakan. Kegiatan sosialisasi peraturan
perundang-undangan disertai pengawasan dan pengendalian bersama antar berbagai pihak
yang terkait diharapkan dapat terpadu dan berkelanjutan.
Kegiatan penambangan pasir di Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak sosial
ekonomi. Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor,
kurangnya debit air permukaan/ mataair, rusaknya jalan.polusi udara. Dampak sosial
ekonomi penyerapan tenaga kerja karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja
di penambangan pasir, adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan
untuk diambil pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang
sehingga dapat menimbulkan konflik. adanya ketakutan sebagian masyarakat karena
penambangan pasir yang berpotensi longsor sehingga sewaktu-waktu bisa mengenai lahan
dan pemukiman mereka, apalagi bila turun hujan. Model perencanaan pengelolaan
lingkungan di lokasi penambangan pasir Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang disusun berdasarkan metode tujuh langkah perencanaan dengan tujuan untuk
mengatasi persoalan yang ada Berdasarkan analisis SWOT maka diperoleh lima alternatif
kebijakan. Selanjutnya diambil keputusan dengan prinsip pengembangan masyarakat bersifat
partisipatif dan koloboratif, transparansi dalam operasional pelaksanaan kebijakan dan
peraturan perundang-undangan, akuntabilitas dalam peraturan penambangan bagi semua
stakeholders, pengembangan masyarakat merupakan bagian dari responsibilitas. Langkahlangkah pelaksanaan pengelolaan penambangan pasir yang berwawasan lingkungan secara
garis besar dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu penentuan lokasi penambangan
pasir, reklamasi/ rehabilitasi lahan pasca penambangan, pengendalian erosi. Tujuan akhir dari
penambangan adalah mengatasi kerusakan lingkungan yang ada, mengendalikan laju erosi
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Analisis
Secara umum tulisan ini telah mengkaji dampak penambangan pasir terhadap tingkat
kesejahteraan fisik dan sosial ekonomi masyarakat secara jelas. Saya sependapat dengan
penulis bahwa pemerintah Kabupaten Magelang perlu meningkatkan koordinasi antar
anggota tim penataan dan penindakan pelanggaran penambangan sehingga pengawasan lebih
efektif. Penyusunan zonasi pertambangan yang memuat lokasi-lokasi yang dicadangkan
dicadangkan untuk penambangan berdasarkan keberadaan deposit bahan tambang dan
pertimbangan ekologis. Pemberdayaan ekonomi masyarakat berdasarkan perlu berlandaskan
potensi lokal, sehingga ketergantungan terhadap sumber bahan tambang menjadi berkurang.
23
Tabel 10. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10
Variabel
Faktor Pendukung
Industri Penambangan
Banyak kegiatan penambangan yang mengundang sorotan
masyarakat sekitarnya karena pengrusakan lingkungan,
apalagi penambangan tanpa izin yang selain merusak
lingkungan juga membahayakan jiwa penambang karena
keterbatasan pengetahuan si penambang dan juga karena
tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait
Lingkungan Fisik
Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit
yang rawan longsor, kurangnya debit air permukaan/
mataair, rusaknya jalan dan polusi udara
Sosial Ekonomi
Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena
sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di
penambangan pasir, adanya pemasukan bagi pemilik tanah
yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya dengan
harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang
sehingga dapat menimbulkan konflik
Kebijakan Pertambangan Permasalahan mendasar dalam pengaturan regulasi
penambangan pasir dilihat dari sisi pemegang kebijakan
yaitu pemerintah dapat ditinjau dari dua sudut pandang,
yaitu sisi internal pemerintah daerah itu sendiri serta sisi
eksternal pemerintah daerah. Permasalahan internal yang
terjadi diantaranya adalah antar kelembagaan pemerintah
kurang koordinasi
Dampak Fisik :
- Longsor
- Banjir
- Polusi
Kebijakan
Pertambangan
- Sisi Internal
- Sisi Eksternal
Industri
Pertambangan
Dampak Sosial
Ekonomi :
- Lapangan Kerja
- Jual beli lahan
- Tingkat
Pendapatan
- Konflik
Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10
24
SINTESIS
Industrialisasi
Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara
sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang
ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri
pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia,
atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini
termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi,
industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaanperusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil
kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif
yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi
(Dumairy,1996). Toto Hadikusumo (1990) pengertian industri adalah suatu unit atau kesatuan
produk yang terletak pada suatu tempat tertentu yang meletakan kegiatan untuk mengubah
barang-barang secara mekanis atau kimia, sehingga menjadi barang (produk yang sifatnya
lebih dekat pada konsumen terakhir), termasuk disini memasang bahagian dari suatu barang
(assembling).
Ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai leading
sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami industrialisasi (Yustika, 2000).
Dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai transformasi struktural dalam suatu negara.
Oleh sebab itu, proses industrialisasi dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur
ekonomi dimana terdapat kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen,
PDB, ekspor dan kesempatan kerja (Chenery,1986). Industrialisasi dalam pengertian lain
adalah proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruk sektor ekonomi yang mempunyai
kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya industrialisasi bertujuan
meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan
sebagai leading sector. Rahardjo (1984) menyatakan bahwa proses industrialisasi
berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan
infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal),
persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala
budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional,
antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar manusia (human relations) menjadi
berubah, demikian juga struktur sosial masyarakat di sekitarnya. Industrialisasi yang semula
sebagai sebuah sistem yang diterapkan dalam usaha-usaha produksi pabrik, kemudian
mempengaruhi komunitas (masyarakat) secara keseluruhan. Adanya industri yang sering kali
diikuti oleh masuknya para pendatang baru di desa sebagai tenaga kerja berdampak pada
perubahan pemilikan dan pemanfaatan tanah. Terjadi jual-beli tanah pekarangan maupun
tanah sawah sebagai upaya untuk mendukung kegiatan perindustrian.
Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan membawa
dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi
kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal
tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di
kawasan industri, menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang
makin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya
dipaksa untuk menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan
merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi lain, hal
yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka peluang bagi peningkatan
ekonomi masyarakat.
25
No.
1
Nama
Pengarang
Chenery, 1986
2
Rahardjo, 1984
3
Definisi
Kata Kunci
Proses perubahan struktur ekonomi
dimana terdapat kenaikan kontribusi
sektor industri dalam permintaan
konsumen,
PDB,
ekspor
dan
kesempatan kerja
Y = Industrialisasi
X1 = Kenaikan
permintaan ekspor
X2 = Kenaikan ekspor
X3 = Kenaikan
kesempatan kerja
Y = Industrialisasi
X1= Perkembangan
infrastruktur
X2= Pertentangan kelas
X3= Gaya hidup
X4= Persepsi
Proses industrialisasi berpengaruh
lebih luas lagi yaitu membawa gejala
ekonomi
berupa
perkembangan
infrastruktur dan perdagangan dengan
proses
kapitalisasi,
persaingan
ekonomi, gejala sosial berupa
demokratisasi dan pertentangan kelas,
serta gejala budaya berupa timbulnya
gaya hidup yang produktif dan
konsumtif, persepsi yang rasional,
antisipatif dan pragmatis
Purwanto, 2003 Pembangunan industri di pedesaan
akan membawa dampak seperti
penyempitan
lahan
pertanian,
peningkatan arus migrasi, terbukanya
desa bagi kegiatan ekonomi dan
munculnya peluang kerja dan
berusaha di bidang non pertanian
Y = Industrialisasi
X1= Penyempitan
lahan pertanian
X2= Peningkatan arus
migrasi
X3= Terbukanya
kegiatan ekonomi
X4= Muncul peluang
kerja
Kenaikan Permintaan Konsumen (Chenery)
Kenaikan Ekspor (Chenery)
Kenaikan Kesempatan Kerja (Chenery dan Purwanto)
Pembangunan Infrastruktur (Rahardjo)
Pertentangan Kelas (Rahardjo)
Gaya Hidup (Rahardjo)
Persepsi (Rahardjo)
Penyempitan Lahan Pertanian (Purwanto)
Peningkatan Arus Migrasi (Purwanto)
Terbukanya Kegiatan Ekonomi
Gambar 11. Peta Teori Industrialisasi
Industrialisasi
(Chenery,
Rahardjo, dan
Purwanto)
26
Modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari
keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat
yang modern. Widjojo Nitisastro (1997) mengatakan bahwa modernisasi adalah suatu
transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti
teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis. Sedangkan Soerjono
Soekanto (2006) menyatakan bahwa modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial
yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social
planning. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syaratsyarat tertentu, yaitu sebagai berikut:
a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun
masyarakat.
b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu
lembaga atau badan tertentu.
d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi
dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain
pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Neil Smelser Smelser melukiskan modernisasi pada enam bidang utama, yakni
sebagai berikut, a) Ekonomi, ditandai dengan mengakarnya teknologi dalam
ilmupengetahuan, bergerak dari pertanian subsistensi ke pertaniankomersial, penggantian
tenaga binatang dan manusia oleh energi bendamati dan produksi mesin, serta
berkembangnya bentuk pemukimanurban dan konsentrasi tenaga kerja di tempat tertentu; b)
Politik, ditandai dengan adanya transisi dari kekuasaan suatu sistemhak pilih, perwakilan,
partai politik, dan kekuasaan demokratis; c) Pendidikan, meliputi penurunan angka buta huruf
dan peningkatanperhatian pada pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan; d) Agama,
ditandai dengan adanya sekulerisasi; e) Kehidupan keluarga, ditandai dengan berkurangnya
peran ikatan kekeluargaan dan makin besarnya spesialisasi fungsional keluarga; f)
Stratifikasi, ditandai dengan penekanan pada mobilitas dan prestasi individual daripada status
yang diwarisi.
Modernisasi pada awal-awalnya akan mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat.
Terlebih lagi bila sudah menyangkut nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Modernisasi
bersifat preventif dan konstruktif, memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam
masyarakat di masa mendatang. Perlu diingat, bahwa dalam melakukan modernisasi kita
tidak boleh menghilangkan unsur-unsur asli kebudayaan Indonesia yang masih relevan.
Bangsa Indonesia harus selektif mencapai kemajuan, dengan memfilter (menyaring) unsurunsur kebudayaan dari luar yang tidak sesuai dengan ideologi dan nilai-nilai moral. Teori
modernisasi bisa dianggap sebagai cara pandang visi yang menjadi modus utama analisanya
kepada factor manusia dalam suatu masyarakat. Teori modernisasi merupakan sebuah teori
yang muncul karena adanya kenyataan kesenjangan kehidupan bernegara secara ekonomi
antara negara yang memproduksi hasil pertanian (negara agraris) dan negara yang
memproduksi barang industri (negara industri) yang menganut konsep pembagian kerja
secara internasional. Modernisasi kemudian menjadi sebuah komoditas dikalangan
masyarakat, yang menempatkan faktor mentalitas sebagai faktor dari petubahan.
Teori Modernisasi menempatkan “normal science” dalam kompilasi perkembangan
ilmu pengetahuan. Menurut teori Modernisasi, ukuran masyarakat modern atau masyarakat
yang berbudaya maju adalah pada 1) Nilai-nilai dan sikap hidup; 2) Sistem ekonomi yang
27
menghidupinya sedangkan yang membedakan manusia modern dengan manusia tradisional
adalah pada orientasi masa depannya (future oriented). Tampaknya teori modernisasi
bertolak dari landasan material yang kuat, suatu bentuk eksploitasi manusia dan alam
lingkungan yang berorientasi pada kesejahteraan material.
No.
1
Nama
Definisi
Pengarang
Koentjaraningrat, Modernisasi adalah usaha untuk hidup
1993
sesuai zaman dan konstelasi dunia
sekarang.
2
Soerjono
Soekanto, 2006
3
Alex Thio, 1997
4
Harold
Rosenberg,1989
Modernisasi adalah suatu bentuk
perubahan sosial yang biasanya
merupkan perubahan sosial yang
terarah (directed change) yang di
dasarkan pada suatu perencanaan yang
di sebut social planning.
Modernisasi adalah bentuk perubahan
sosial berupa perubahan masyarakat
pertanian menjadi masyarakat industri.
Modernisasi adalah sebuah tradisi baru
yang mengacu pada urbanisasi atau
sampai sejauh mana dan bagaimana
pengikisan sifat-sifat pedesaan suatu
masyarakat berlangsung.
Kata Kunci
Y = Modernisasi
X1= Kebudayaan
X2= Perubahan aspek
demografi
X3= Konflik
Y = Modernisasi
X1= Pola interaksi
sosial
X2= Gerakan sosial
X3= Penemuan baru
Y = Modernisasi
X1= Kebudayaan
X2= Industrialisasi
Y = Modernisasi
X1= Pengikisan sifatsifat pedesaan
X2= Perubahan
lingkungan alam
X3= Konflik
Kebudayaan (Koentjaraningrat dan Alex Thio)
Perubahan Aspek Demografi (Koentjaraningrat)
Konflik (Koentjaraningrat dan Harold Rosenberg)
Pola Interaksi Sosial (Soerjono Soekanto)
Gerakan Sosial (Soerjono Soekanto)
Penemuan Baru (Soerjono Soekanto)
Industrialisasi (Alex Thio)
Perubahan Lingkungan Alam (Harold Rosenberg)
Perubahan Lingkungan Alam (Harold Rosenberg)
Gambar 12. Peta Teori Modernisasi
Modernisasi
(Koentjaraningrat,
Soerjono Soekanto,
Alex Thio dan
Harold Rosenberg)
28
Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang
berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010) gaya hidup
adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang
dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui
macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis,
gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Plummer (1983) gaya hidup
adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan
waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan)
dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985)
menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku
seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan,
persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis.
Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya.
Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang
menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang
dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan
sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya
menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel
adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat
seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psychografi. Psychografi
merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat
dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya.
Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut dengan
modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan
menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan tindakan sendiri atau orang
lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan
orang yang lain. Dalam interaksi sehari hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya
hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan
bagian dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam
interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup
dalam masyarakat modern. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya
dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama
pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis.
Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan
jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya
dari karakteristik konsumen. Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur sosial yang
di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah
diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota
masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka menguraikan dan
membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat
bermanfaat bila berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak
mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap
masyarakat.
29
No.
1
Nama
Pengarang
Hawkins, 1999
2
Hair dan
McDaniel,
2001
3
Susanto, 2010
4
Kottler, 2002
Definisi
Kata Kunci
Gaya hidup yang berhubungan dengan
uang dan waktu dilaksanakan oleh
seseorang
berhubungan
dengan
keputusan. Orang yang sudah
mengambil suatu keputusan langkah
selanjutnya adalah tindakan.
Gaya hidup adalah cara hidup, yang
diidentifikasi
melalui
aktivitas
seseorang, minat, dan pendapat
seseorang.
Gaya hidup adalah cara hidup individu
yang
di
identifikasikan
oleh
bagaimana
orang
menghabiskan
waktu mereka (aktivitas), apa yang
mereka anggap penting dalam
hidupnya (ketertarikan) dan apa yang
mereka pikirkan tentang dunia
sekitarnya.
Gaya hidup adalah hal yang paling
berpengaruh pada sikap dan perilaku
seseorang dalam hubungannya dengan
3 hal utama dalam kehidupan yaitu
pekerjaan, persahabatan, dan cinta
Y = Gaya Hidup
X1= Uang
X2= Waktu
X3=
Pengambilan
Keputusan
X3= Tindakan
Y = Gaya Hidup
X1= Aktivitas
X2= Minat
X3= Pendapat
Y = Gaya Hidup
X1= Aktivitas
X2= Ketertarikan
X3= Opini
Y = Gaya Hidup
X1= Pekerjaan
X2= Persahabatan
X3= Cinta
Uang (Hawkins)
Waktu (Hawkins)
Pengambilan Keputusan (Hawkins)
Aktivitas (Hawkins, Hair dan McDaniel, dan Susanto)
Minat (Hair dan McDaniel)
Pendapat (Hair dan McDaniel dan Susanto)
Ketertarikan (Susanto)
Pekerjaan (Kottler)
Persahabatan (Kottler)
Cinta (Kottler)
Gambar 13. Peta Teori Gaya Hidup
Gaya Hidup
(Hawkins,
Hair dan
McDaniel,
Susanto, dan
Kottler)
30
SIMPULAN
Hasil Analisis dan Sintesis
Keberadaan industrialisasi bagi Indonesia sebagai salah satu negara sedang
berkembang adalah pilihan strategi dalam model pembangunan yang bertumpu pada
pertumbuhan ekonomi. Pemilihan model kebijakan industrialisasi ini berdampak pada
dinamika industrialisasi pertanian di pedesaan. Satu sisi memang pertumbuhan ekonomi
nasional meningkat tajam, namun di sisi lain membuat ketimpangan yang sangat mencolok,
terutama di sektor pertanian. Kondisi industrialisasi pertanian, dalam hal ini sektor pertanian
telah mengalami marginalitas akibat kebijakan-kebijakan negara yang tidak berpihak pada
petani. Akibatnya industrialisasi pedesaan yang ada tidak bersinergi dalam upaya mendorong
pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan. Modernisasi adalah faktor yang mendorong
perubahan sosial di Timur Tengah. Modernisasi lebih bergerak cepat karena tidak dihambat
oleh terputusnya kebijakan dan kekerasan sosial politik. Ketiga variabel itu diturunkan pada
beberapa kondisi yang dapat ditelaah yaitu; mobilitas, empati, pendapatan dan partisipasi.
Pendekatan partisipatif yang lebih menekankan inisiatif masyarakat akan efektif
dilaksanakan bila kebutuhan individu masyarakat pada suatu wilayah sangat heterogen, dan
kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak pembangunan pedesaan
atau sebagai partner pemerintah. Pada wilayah dengan tingkat perkembangan individu yang
heterogen namun kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak
pembangunan pedesaan, pendekatan partisipatif lebih tepat digunakan. Pada kondisi yang
tidak termasuk kedua hal tersebut, pendekatan semipartisipatif lebih tepat digunakan dalam
pembangunan pedesaan. Pengembangan industri yang begitu pesat tersebut tentu membuat
beragam pengaruh terhadap keadaan di desa. Dampak industri tersebut ialah meningkatnya
kesempatan kerja non pertanian dan arus migrasi masuk. Taraf hidup yang terjadi pada dua
kelompok responden sudah mengalami perubahan yang meningkat, sudah tidak ada lagi
responden yang taraf hidupnya menurun saat ini. Pertambangan tidak hanya memberikan
keuntungan dan manfaat tetapi juga menimbulkan permasalahan. Kegiatan pertambangan
yang menggunakan alat berat yang berfungsi untuk mengeruk material yang berada di dataran
maupun di dinding tebing menimbulkan permasalahan ekologis dan sosial bagi lingkungan
sekitar. Dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan di bedakan menjadi dampak fisik
dan dampak sosial ekonomi.
Modernisasi pada awalnya akan mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat.
Terlebih lagi bila sudah menyangkut nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Modernisasi
bersifat preventif dan konstruktif, memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam
masyarakat di masa mendatang. Perlu diingat, bahwa dalam melakukan modernisasi kita
tidak boleh menghilangkan unsur-unsur asli kebudayaan Indonesia yang masih relevan.
Bangsa Indonesia harus selektif mencapai kemajuan, dengan memfilter (menyaring) unsurunsur kebudayaan dari luar yang tidak sesuai dengan ideologi dan nilai-nilai moral.
Modernisasi bukan berarti westernisasi (pembaratan), sebab banyak budaya Barat yang tidak
sesuai dengan budaya bangsa kita. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua
yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat
pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih
kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.
31
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini merupakan suatu kerangka usulan analisis baru yang dibuat
merupakan gabungan kerangka analisis dari semua pustaka yang digabungkan. Kerangka ini
menunjukan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan para penulis dalam pustakanya.
Berdasarkan kerangka analisis adanya kebijakan pertambangan dapat mempengaruhi
berkembangnya sektor industri pertambangan. Kebijakan pertambangan harus ditinjau dari
kepentingan sisi eksternal maupun sisi internalnya. Pembangunan industri pedesaan yang
demikian tentu akan menimbulkan dampak pada daerah dimana industri tersebut berada.
Namun yang jelas kehadiran industri tersebut menimbulkan kesempatan semakin terbukanya
untuk bekerja di luar bidang pertanian, yang sebelumnya merupakan bidang pekerjaan yang
dominan. Dari dampak tersebut menimbulkan respon dari masyarakat. Kehadiran industri
tidak dapat dipungkiri menarik arus migrasi penduduk untuk bekerja di pabrik. Keadaan
seperti ini menimbulkan kepadatan penduduk jika hal tersebut tidak dikontrol. Masyarakat
desa yang sudah banyak bekerja di pabrik karena dinilai lebih terpandang dan juga ditambah
lahan pertanian yang sudah menurun karena tersingkir oleh pabrik industri menimbulkan
kesempatan kerja di bidang pertanian menjadi semakin rendah. Maka terjadilah perubahan
pemilikan tanah yang diperoleh dari para petani maupun penduduk asli pemilik lahan
tersebut. Demikian respon lain masyarakat dengan bertambahnya mata pencaharian baru
didesanya.
Proses industrialisasi seperti strategi, resistensi dan adaptasi adalah hal yang sangat
penting dalam perkembangan industri pertambangan di pedesaan. Terjadilah industrialisasi di
masyarakat pedesaan. Industrialisasi ini juga bergantung pada tingkat kebutuhan hidup
masyarakat. Masyarakat tersebut homogen atau heterogen dapat mempengaruhi proses
industrialisasi yang terjadi. Industrialisasi tersebut berakibat modernisasi yang terjadi pada
masyarakat. Realitas perubahan seperti teori evolusi dan teori fungsionalisme mempengaruhi
terjadinya modernisasi pada masyarakat. Modernisasi ini berdampak pada sosial ekonomi dan
kultural masyarakat pedesaan. Pada aspek sosial ekonomi yaitu pergeseran nilai-nilai,
lapangan kerja, konflik, mata pencaharian, materialistik, dan individualistik. Selain itu
modernisasi dapat mempengaruhi nilai material dan immaterial, public life dan private life
masyarakat, serta terjadinya dinamika ketenagakerjaan yang berakibat pada angkatan kerja
yang meningkat perubahannya.
Kehadiran industri berakibat pada perubahan sosial ekonomi yang meliputi kegiatan
ekonomi, psikis dan relasi sosial. Perubahan pada pemilikan dan pemanfaatan lahan berimbas
juga pada perubahan profesi, dari bidang pertanian ke non-pertanian. Perubahan ini
menyebabkan pula pada perubahan pendapatan. Dengan hadirnya industri ini ternyata
mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat. Perubahan sosial ekonomi ini
akan berpengaruh terhadap taraf hidup masyarakat. Taraf hidup masyarakat yang berubah
dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang modern, dinamis, dan stabil. Begitupula
dengan modernisasi yang terjadi akan sangat berdampak pada gaya hidup yang berbeda
dengan sebelumnya. Gaya hidup yang diukur dari minat, aktivitas, dan pendapat seseorang
dapat diukur apakah gaya hidup masyarakat tersebut produktif atau konsumtif. Respon
masyarakat dengan adanya jual beli lahan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan yang
meningkat juga sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan.
32
Dampak Sosial :
-konflik
-materialistik
-individualistik
-migrasi masuk
Kebijakan
Pertambangan:
- Sisi eksternal
- Sisi internal
Industri
Pertambangan
Proses
industrialisasi:
-strategi
-resistensi
-adaptasi
Dampak Ekonomi :
-lapangan
kerja
meningkat
-mata pencaharian
-kesempatan non
pertanian
meningkat
-dinamika
ketenagakerjaan
Dampak Kultural :
-pergeseran nilainilai immaterial
dan material
-Public life dan
private life
Keterangan:
: Mempengaruhi
Gambar 14. Kerangka Pemikiran
Respon masyarakat:
-jual beli lahan
-tingkat pendidikan
-tingkat pendapatan
Taraf hidup
masyarakat
berubah
Gaya hidup:
-modern
-dinamis
-stabil
33
Pertanyaan Penelitian
Proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala
ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses
kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal), persaingan ekonomi, gejala sosial
berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya
gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan
pragmatis. Taraf hidup masyarakat yang berubah dapat mempengaruhi gaya hidup
masyarakat yang modern, dinamis, dan stabil. Gaya hidup yang diukur dari minat,
aktivitas, dan pendapat seseorang dapat diukur apakah gaya hidup masyarakat tersebut
produktif atau konsumtif. Industrialisasi yang semula sebagai sebuah sistem yang
diterapkan dalam usaha-usaha produksi pabrik, kemudian mempengaruhi komunitas
(masyarakat) secara keseluruhan. Berdasarkan analisis, sintesis, dan simpulan yang
telah dibuat, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, antara lain:
1. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi aspek sosial masyarakat
pedesaan ?
2. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi aspek ekonomi masyarakat
pedesaan ?
3. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi aspek kultural masyarakat
pedesaan ?
4. Sejauh mana respon masyarakat pedesaan terhadap keberadaan industri
pertambangan?
5. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi taraf hidup masyarakat
pedesaan ?
6. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi gaya hidup masyarakat
pedesaan ?
34
DAFTAR PUSTAKA
Agusta I. 2001. Modul kuliah sosiologi industri. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Biro Pusat Statistik (BPS). 2012. Produksi Barang Tambang Mineral. Berita
resmi Statistik No. 22/XII/4 1996-2012. [Internet]. [diunduh tanggal 21
September 2014]. Dapat diunduh di: www.bps.go.id
Chaney D. 1996. Lifestyle sebuah pengantar konperhensif. Yogyakarta [ID]: Jalasutra.
Gandi R. 2011. Pengaruh industrialisasi pedesaan terhadap taraf hidup masyarakat di
rw01 dan rw09 desa benda, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor
[ID]: Institut Pertanian Bogor. 90 hal.
Ismanto K, Huda HM, Maulida C. 2012. Transformasi masyarakat petani Mranggen
menuju masyarakat industri. J Penelitian. [Internet]. [diunduh tanggal 20
September 2014]. 9(1): 35-48. Dapat diunduh di: http://e-journal.stain.ac.id
Jamal E. 2009. Membangun momentum baru pembangunan pedesaan di Indonesia. J
Litbang Pertanian. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 28(1): 714. Dapat diunduh di: http://pustaka.litbang.deptan.go.id
Kamanto S. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta [ID]: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia Press.
Munthe HM. 2008. Keterkaitan perspektif modernisasi dan berbagai pembangunan
sosial. J Harmoni Sosial. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 2(2):
58-61. Dapat diunduh di: http://repository.usu.ac.id
Rahardjo MD. 1984. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan Kerja.
Jakarta [ID]: Universitas Indonesia.
Risal S, Paranoan DB, Djaja S. 2013. Analisis dampak kebijakan pertambangan
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kelurahan Makroman. J
Administrative Reform. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 1(1):
117-131. Dapat diunduh di: http://ar.mian.fisip-unmul.ac.id
Salim A. 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia. Yogyakarta [ID]: PT Tiara Wacana Yogya.
Sulistyaningsih. 2013. Industrialisasi pedesaan dan pemberdayaan ekonomi petani desa
Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. J Sosiologi Reflektif. [Internet].
[diunduh tanggal 20 September 2014]. 8(1): 109-131. Dapat diunduh di:
http://journal.uin.ac.id
[PERMEN] Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi Dan
Sumber Daya Mineral Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha
Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara. [Internet]. [diunduh tanggal 21
September 2014]. Dapat diunduh di: www.permen.go.id
35
Purwanto. 2003. Perubahan Pola Pencaharian Nafkah Masyarakat Petani di Sekitar
Kawasan Industri (Kasus di Desa Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur).
[Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Winarso B. 2014. Dinamika ketenagakerjaan pada wilayah pedesaan lahan kering di
Indonesia. J Penelitian Pertanian Terapan. [Internet]. [diunduh tanggal 20
September 2014]. 14(1): 1-14. Dapat diunduh di: http://jptonline.or.id
Yudhistira, Hidayat WK, Hadiyarto A. 2011. Kajian dampak kerusakan lingkungan
akibat kegiatan penambangan pasir di desa Keningar daerah kawasan gunung
merapi. J Ilmu Lingkungan. [Internet]. [diunduh tanggal 21 September 2014].
9(2): 76-84. Dapat diunduh di: http://studentjournal.ub.ac.id
Zaki AR, Hakim A, Nurani F. 2013. Dampak sosial ekonomi pertambangan minyak dan
gas banyu urip kabupaten Bojonegoro. J Administrasi Publik. [Internet].
[diunduh tanggal 21 September 2014]. 1(2): 125-131. Dapat diunduh di:
http://studentjournal.ub.ac.id
Zulkifli. 2013. Analisis dampak ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat
akibat penambangan emas di kecamatan Sawang Aceh Selatan. J Ekonomika
Universitas Almuslim Biruen Aceh. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September
2014]. 4(7): 8-15. Dapat diunduh di: http://scribd.com
36
RIWAYAT HIDUP
Ami Kusuma Handayani lahir di Jakarta pada tanggal 25 Mei 1993 adalah anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Agung Nugroho Hartono dan Novi
Andayani Praptiningsih. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah TK Al-Azhar
periode 1998-1999, SDIT Fajar Hidayah periode 1999-2005, SMP Negeri 239 Jakarta
periode 2005-2008, SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan periode 2008-2011. Pada
tahun 2011, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur undangan.
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam
dan luar kampus. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi
Bisnis periode 2014. Penulis juga aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) Divisi Pengembangan Budaya Olahraga dan
Seni (PBOS) pada masa kepengurusan selama dua periode yaitu tahun 2012/2013 dan
2013/2014. Selain itu penulis mengikuti kegiataan kepanitiaan Pemilihan Raya FEMA
Divisi Publikasi dan Dekorasi tahun 2012, Panitia Himasiera Olah Talenta Divisi
Sponsorship tahun 2012, Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2012, Panitia
Career Development Training Divisi Marketing Promotion tahun 2012, Panitia 6th
Ecology Sport and Art Event Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia IPB Festival Divisi
Acara tahun 2013, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2013, Panitia
Familiarity Night Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia 7th Ecology Sport and Art
Event Divisi Acara tahun 2014, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2014 dan
Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2014. Untuk kegiatan di luar kampus,
penulis mengikuti kegiatan Marching Band The Crescendo Corps dari tahun 2002
sampai 2013.
Download