Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PENGARUH INDUSTRI PERTAMBANGAN TERHADAP GAYA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN Oleh Ami Kusuma Handayani I34110054 Dosen Dr. Ivanovich Agusta, SP, MSi DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh Industri Pertambangan Terhadap Gaya Hidup Masyarakat Pedesaan” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, November 2014 Ami Kusuma Handayani NIM. I34110054 iii ABSTRAK Ami Kusuma Handayani. Pengaruh Industri Pertambangan Terhadap Gaya Hidup Masyarakat Pedesaan. Dibawah bimbingan Dr. Ivanovich Agusta, SP, MSi. Keberadaan industrialisasi bagi Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang adalah pilihan strategi dalam model pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Pemilihan model kebijakan industrialisasi ini berdampak pada dinamika industrialisasi pertanian di pedesaan. Kondisi industrialisasi pertanian, dalam hal ini sektor pertanian telah mengalami marginalitas akibat kebijakan-kebijakan negara yang tidak berpihak pada petani. Akibatnya industrialisasi pedesaan yang ada tidak bersinergi dalam upaya mendorong pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan. Dampak industri tersebut ialah meningkatnya kesempatan kerja non pertanian dan arus migrasi masuk. Industri pertambangan tidak hanya memberikan keuntungan dan manfaat tetapi juga menimbulkan permasalahan. Dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan di bedakan menjadi dampak fisik dan dampak sosial ekonomi. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat di masa mendatang. Dampak industri pertambangan dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan dilihat dari perubahan aspek aktivitas, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Kata kunci: industri, pertambangan, modernisasi, gaya hidup, dampak sosial ABSTRACT Ami Kusuma Handayani. Mining industry effect toward lifestyle of rural society by Dr. Ivanovich Agusta, SP, MSi. The existence of industrialization for Indonesia as one of the developing countries is the choice of the strategy development model focused on economic growth. The selection of the model industrialization policy has an impact on the dynamics of the industrialization of agriculture in the countryside. Conditions of agricultural industrialization, in this case the agricultural sector has experienced marginality due to state policies that are not in favor of farmers. As a result, rural industrialization that there was synergy in order to promote the economic empowerment of rural farmers. The impact of the industry is the increasing non-farm employment and migration entered. The mining industry not only provide advantages and benefits but also poses problems. The environmental impact of mining activities to differentiate into physical impacts and socio-economic impacts. Modernization of preventive and constructive, projecting trends in society in the future. The impact of the mining industry can affect people's lifestyles countryside views of change aspects activities, interests, and one person's opinion. Lifestyle is a pattern of life that is expressed in the activities, interests and opinions in spending money and how to allocate time. The main factors forming the lifestyle can be divided into two, namely demographic and psychographic. Keywords:industry, mining, modernization, lifestyle, social effect iv PENGARUH INDUSTRI PERTAMBANGAN TERHADAP GAYA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN Oleh Ami Kusuma Handayani I34110054 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan KPM 403 Pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Ami Kusuma Handayani Nomor Pokok : I34110054 Judul : Pengaruh Industri Pertambangan Terhadap Gaya Masyarakat Pedesaan Hidup Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ivanovich Agusta, SP, Msi. NIP. 19700816 199702 1 001 Mengetahui Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Amanah, MSc. NIP: 19670903 199212 2 001 Tanggal Pengesahan: _______________ vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Pengaruh Industri Pertambangan Terhadap Gaya Hidup Masyarakat Pedesaan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ivanovich Agusta, SP, Msi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Ibu Novi Andayani Praptiningsih dan Agung Nugroho Hartono, adik tersayang Rahmatallah dan Hidayatullah yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta Syahwil Hidayat, Mutiara Irfarinda, Hafid Kurniawan, Pingkan Citra Amalia, Siti Nadhira, Futri Amelia, Novia Annisa Putri, Wenny Dwiharyenti, Gina Nefstia Shabrina, Rizki Nur Fadila, Lingga Detia Ananda, Cynda Adissa Lianita, Fatimah Solihah, Yuana Zahra, dan Debby Faradiba atas dukungan dan semangatnya. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman SKPM 48 yang banyak memberi referensi untuk penulisan. Lalu BEM FEMA 2014/2015, khususnya Divisi Pengembangan Olahrga Budaya dan Seni (PBOS) atas semangatnya. Semoga Laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, November 2014 Ami Kusuma Handayani NIM. I34110054 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.......................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................................. 1 Tujuan Tulisan ............................................................................................................. 2 Kegunaan Penulisan ..................................................................................................... 2 Metode Penulisan ......................................................................................................... 2 RINGKASAN PUSTAKA 1. Transformasi Masyarakat Petani Mranggen Menuju Masyarakat Industri (Ismanto K, Huda H, Maulida C, 2012) ........................................................................................... 3 2. Analisis Dampak Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Makroman (Risal S, Paranoan DB, Djaja S, 2013) ............ 5 3. Keterkaitan Perspektif Modernisasi dan Berbagai Pembangunan Sosial (Munthe H, 2008)............................................................................................................................. 7 4. Membangun Momentum Baru Pembangunan Pedesaan di Indonesia (Jamal E, 2009)............................................................................................................................ 8 5. Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta (Sulistyaningsih, 2013) ............................................. 10 6. Dinamika Ketenagakerjaan pada Wilayah Pedesaan Lahan Kering di Indonesia (Winarso B, 2014) ...................................................................................................... 13 7. Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat Penambangan Emas di Kecamatan Sawang Aceh Selatan (Zulkifli, 2013) ............... 15 8. Dampak Sosial Ekonomi Pertambangan Minyak dan Gas Banyu Urip Kabupaten Bojonegoro (Zaki A, Hakim A, Nurani F, 2013) ....................................................... 17 9. Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup Masyarakat di RW01 dan RW09 Desa Benda Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat (Gandi R, 2011) ...................... 19 10.Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi (Yudhistira, Hidayat W, Hadiyarto A, 2011) .......................................................................................................................... 21 SINTESIS Industrialisasi ............................................................................................................. 24 Modernisasi ................................................................................................................ 26 Gaya Hidup ................................................................................................................ 28 SIMPULAN Hasil Analisis dan Sintesis ......................................................................................... 30 Kerangka Pemikiran ................................................................................................... 31 Pertanyaan Penelitian ................................................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 34 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ 36 viii DAFTAR TABEL Tabel 1. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1........................... 4 Tabel 2. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2......................... 6 Tabel 3. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3.......................... 8 Tabel 4. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4......................... 10 Tabel 5. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5........................... 12 Tabel 6. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6........................... 14 Tabel 7. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7........................... 16 Tabel 8. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8.......................... 18 Tabel 9. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9........................... 20 Tabel 10. Matriks Variable dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10....................... 23 Tabel 11. Perbandingan untuk Menentukan Definisi Industrialisasi......................... 25 Tabel 12. Perbandingan untuk Menentukan Definisi Modernisasi ......................... 27 Tabel 13. Perbandingan untuk Menentukan Definisi Gaya Hidup........................... 29 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berfikir Pustaka 1 ...................................................................... 4 Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2 ...................................................................... 6 Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3 .................... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4 .................... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. Kerangka Berfikir Pustaka 5 .................... Error! Bookmark not defined. Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6 .................... Error! Bookmark not defined. Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7 .................... Error! Bookmark not defined. Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8 .................... Error! Bookmark not defined. Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9 .................... Error! Bookmark not defined. Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10 ................ Error! Bookmark not defined. Gambar 11. Peta Teori Industrialisasi ........................ Error! Bookmark not defined. Gambar 12. Peta Teori Modernisasi........................... Error! Bookmark not defined. Gambar 13. Peta Teori Gaya Hidup ........................... Error! Bookmark not defined. Gambar 14. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 32 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah banyaknya jumlah pengangguran terbuka dalam periode beberapa tahun terakhir ini terus meningkat. Selain itu masalah yang dihadapi Indonesia adalah pendapatan perkapita yang masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Salah satu alternatif yang mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan adalah dengan mengembangkan sektor yang potensial. Salah satu sektor yang potensial tersebut adalah sektor industri. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Menurut data statistik dari BPS (Biro Pusat Statistik) angka produksi minyak bumi dan gas alam terus menurun dari tahun ke tahun. Demikian dengan angka produksi bahan tambang emas terus menurun apalagi dalam 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 produksi emas per kg berturut-turut 127716, 106316, 76763, dan 69093. Data tersebut menujukan penurunan produksi hasil tambang yang signifikan. Oleh karena itu diperlukan adanya penanggulangan baik dalam menghadapi masalah kelangkaan minyak bumi maupun hasil tambang seperti emas. Karena diramalkan dalam beberapa tahun kedepan sumberdaya tersebut akan habis. Pengembangan industri yang berkembang pesat menjadi perhatian pemerintah. Hal ini dibuktikan sejalan dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 yaitu Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Peraturan ini meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha pertambangan, perlu mewajibkan modal asing untuk mengalihkan sebagian sahamnya kepada Indonesia. Pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya adalah berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan petani yang hanya memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi tersingkir Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu, berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai tahap tertentu yang diakui tingkat IPTEK dan unsur budaya lainnya. Dengan demikian, masyarakat tadi telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Proses tersebut tidak terlepas dari berbagai perkembangan, perubahan, 2 dan pertumbuhan yang meliputi aspek-aspek demografi, ekonomi, organisasi, politik, IPTEK dan lainnya. Gaya hidup konsumtif adalah gaya hidup yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, hal ini terjadi pada kehidupan masyarakat yang telah mengalami perubahan secara signifikan semenjak adanya industrialisasi. Istilah gaya hidup konsumtif diartikan sebagai aktifitas yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa, yang menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada masyarakat ini dilakukan secara berlebihan. Budaya konsumen atau mengkonsumsi barang dan gaya hidup masyarakat kita sudah jauh mengalami perubahan, menuju budaya dan prilaku kehidupan yang konsumtif. Prilaku dan gaya hidup konsumstif ternyata bukan hanya milik orang kaya dan orang kota, melainkan juga ditiru bahkan dilkakukan oleh kelompok kelas bawah dan masyarakat yang ada di desa. Hal ini sudah dirasakan dan membudaya di masyarakat. Kegiatan dan usaha pertambangan yang terus meningkat pada dasarnya memberikan lapangan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut secara langsung akan berdampak pada kecenderungan berperilaku dan modernisasi masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, pertanyaan yang akan dibahas dalam proposal penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan. Tujuan Tulisan Industrialisasi pedesaan adalah suatu proses transformasi masyarakat pedesaan ke arah perubahan gaya hidup dan perilaku. Oleh karena itu tujuan penulisan studi pustaka ini adalah : 1. Menganalisis sejauh mana proses industrialisasi di pedesaan berlangsung. 2. Mengidentifikasi dampak industrialisasi terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan. Kegunaan Penulisan Penulisan studi pustaka ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai Selain itu studi pustaka ini juga diharapkan membantu penulis dalam menyusun kerangka pemikiran dan juga pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa terhadap data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari hasil penelitian, yaitu berupa: skripsi, tesis, jurnal ilmiah, dan buku teks yang berkaitan dengan industrialisasi pedesaan dan modernisasi. Bahan pustaka yang sudah terkumpul kemudian dipelajari, disusun, dan dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Selanjutnya ialah penarikan hubungan dari studi pustaka ini menghasilkan kerangka pemikiran serta pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan. 3 RINGKASAN PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Transformasi Masyarakat Petani Mranggen Menuju Masyarakat Industri : 2012 : Jurnal : Elektronik : Kuat Ismanto, H Misbabul Huda, Chusna Maulida : Jurnal Penelitian : Vol. 9, No. 1, Mei 2012: 35-48 : http://e-journal.stainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/viewFile/129/1 03 : 20 September 2014, pukul 17.00 WIB Penelitian ini menjelaskan bahwa masyarakat Mranggen mengalami transformasi dari masyarakat petani menjadi masyarakat industri melalui proses industrialisasi. Meningkatnya taraf perekonomian yang disebabkan oleh proses industialisasi menyebabkan perilaku konsumtif pada masyarakat dan perubahan perilaku. Industrialisasi di Mranggen berlangsung mulai tahun 1995-an sampai dengan awal 2000-an. Pada rentan tahun tersebut terjadi pembangunan industri yang cukup masif, dimana didirikan beberapa pabrik tekstil, gudang rokok, dan sebagainya. Pembangunan industri ini telah membawa dampak yang nyata bagi kehidupan masyarakat Mranggen, baik yang positif maupun negatif. Johnson mengklasifikasikan akibat-akibat industrialisasi yang bersifat negatif terhadap kesejahteraan manusia, di antaranya keterasingan (alienation), yaitu perasaan keterasingan dari diri, keluarga, dan kelompok sosial yang dapat menimbulkan apatis, marah, dan kecemasan. Faktor utama yang menjadi penyebab pergeseran nilai agraris yang telah ada di Mranggen adalah peralihan masyarakat dari bidang pertanian ke industri. Masyarakat memiliki alasan bahwa bidang pertanian yang ditekuni selama ini belum bisa memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kesejahteraan masyarakat. Dilihat dari biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil panen. Jarak masa tanam dengan masa panen juga relatif lama sedangkan biaya hidup harus terus berjalan. Melihat kondisi seperti ini maka sebagian masyarakat Mranggen berusaha mencari mata pencaharian lain selain bidang pertanian. Metode yang digunakan adalah melalui observasi, yakni mengamati dinamika sosial, ekonomi, dan kehidupan masyarakat Mranggen, baik yang bekerja sebagai petani, buruh pabrik, maupun pegawai di kantor pemerintahan. Setelah informasi yang berhubungan dengan subjek dan objek penelitian dianggap cukup, maka wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan dengan masyakarat Mranggen dan subjek-subjek yang terkait dengan penelitian. Teknik snowballing juga dilakukan untuk mendapatkan informan yang relevan, terutama bagi masyarakat Mranggen. Meskipun snowballing dilakukan, namun peneliti juga berusaha untuk melakukan cross check kepada tokoh atau informan lain yang mengerti masalah yang menjadi fokus penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah bersamaan dengan berkembangnya Kota Semarang, desa-desa di Mranggen kemudian seolah-olah sama atau mirip dengan kehidupan kota Semarang sebagai tempat ketergantungannya. Kedua, industrialisasi membawa dampak positif maupun negatif. Ketiga, dengan nilai baru yang berkembang dalam masyarakat industri, agama masih memiliki tempat dalam public life dan private life. Dalam ranah kehidupan sosial kemasyarakatan, agama masih mempengaruhi dalam kehidupan mereka, tercermin dalam ritual keagamaan seperti slametan, yasinan, tahlilan, ziarah kubur, dan lain 4 sebagainya. Begitu juga sebaliknya, industri telah mempengaruhi kehidupan ekonomi, sehingga mereka mampu menjalankan ibadah haji, shadaqah, zakat, dan lain-lain. Kedekatan hubungan Tuhan masyarakat Mranggen tidak hanya dibangun di atas ritual-ritual keagamaan semata, tetapi juga dicapai melalui kegiatan ekonomi, perdagangan, bekerja sesuai profesi, dan solidaritas sosial. Analisis Penelitian ini menjelaskan bagaimana transformasi masyarakat Mranggen yang tadinya masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri. Saya sependapat dengan penulis bahwa transformasi masyarakat Mranggen ini menyebabkan dependensi masyarakat terhadap modernisasi yang berkembang. Penjelasan teori sebagai alat ukur penelitian ini sudah cocok dengan fenomena yang terjadi di Mranggen. Tetapi penulis perlu menjelaskan lebih spesifik dalam ranah manakah public life dan private life yang dimiliki masyarakat Mranggen. Tabel 1. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1 Variabel Faktor Pendukung Keterasingan (alienation) akibat-akibat industrialisasi yang bersifat negatif terhadap kesejahteraan manusia, di antaranya keterasingan (alienation), yaitu perasaan keterasingan dari diri, keluarga, dan kelompok sosial yang dapat menimbulkan apatis, marah, dan kecemasan Tingkat Pendidikan Terciptanya kelompok marjinal lebih disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan, yang membuat mereka tidak bisa diterima dalam roda ekonomi modern Modernisasi Modernisasi pertanian adalah suatu perubahan pengelolaan usaha tani dari tradisional ke pertanian yang lebih maju dengan penggunaan teknologi-teknologi baru. Dalam kerangka ini penggunaan alat-alat modern pertanian di Mranggen telah membawa dampak tersendiri bagi masyarakat Public Life dan Private Sebagai awal pemahaman tentang nilai-nilai agama yang Life hidup dan berkembang pada suatu masyarakat industrialis, terlebih penulis paparkan tentang definisi atau pendekatan makna agama Proses Industrialisasi: -Strategi - Resistensi - Adaptasi Pergeseran Nilai-nilai Modernisasi Nilai material dan iimaterial Public Life dan Private LIfe Gambar 1. Kerangka Berfikir Pustaka 1 5 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Analisis Dampak Kebijakan PertambanganTerhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Makroman : 2013 : Jurnal : Elektronik : Samuel Risal, DB. Paranoan, Suarta Djaja : Jurnal Administrative Reform : Vol. 1, No. 1, 2013: 117-131 : http://ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/06/Artikel_ejournal_mulai_hlm_ganji l-ok%20%2806-03-13-03-52-45%29.pdf : 20 September 2014, pukul 17.05 WIB Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak kebijakan pertambangan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya di Kelurahan Makroman. Penelitian ini berlandaskan pada amanat UUD 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa penguasaan Negara terhadap bumi, air dan kekayaan alam untuk dipergunakan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Namun dalam kenyataannya amanat UUD 1945 tersebut tidak mampu dijalani setelah keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten/kota dan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Pembagian kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka mempercepat respon pemerintah kepada masyarakat lokal tersebut ternyata disalahgunakan. Pemerintah daerah malah dengan mudahnya mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan hal ini terjadi di Kalimantan Timur, khususnya Samarinda. Sedikitnya sudah 1271 izin pertambangan di Kalimatan Timur yang dikeluarkan oleh pemerintah sejak 2010 hingga 2011 yang menjadikan Kalimantan Timur sebagai produsen batubara nomor 1 di Indonesia. Dari 1271 izin pertambangan tersebut, 76 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan pemerintah Kota Samarinda dan 5 izin PKP2B yang dikeluarkan pemerintah pusat yang luas konsesinya menghabiskan 71% wilayah Kota Samarinda. Hal ini menyatakan bahwa pertambangan batubara tidak memberikan sumbangan yang signifikan bagi PAD Kota Samarinda karena 71% wilayah yang dikepung IUP. Tahun 1967 lahirlah Undang-Undang nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuanketentuan pokok pertambangan. Setelah itu lahirlah Undang-Undang pertambangan yang lebih spesifik tentang pertambangan batubara dan mineral, yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Namun sejak penjajahan Belanda hingga lahirnya Undang-Undang nomor 4 Tahun 2009, aktivitas pertambangan belum memberikan dampak kepada kesejahteraan masyarakat. Muhamad (2009) dikutip oleh Risal et.al (2013) mendefinisikan bahwa pertambangan merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan cara menghancurkan gunung, hutan, sungai, laut, dan penduduk kampung. Atau suatu kegiatan yang paling merusak alam dan kehidupan sosial, yang dimiliki orang kaya dan menguntungkan orang kaya. Dampak sosial yang ditimbulkan atas kehadiran pertambangan ini adalah banyaknya migrasi yang masuk ke Makroman, adanya kesenjangan sosial antara pendatang dan masyarakat lokal terkait peluang bekerja, serta munculnya mentalitas masyarakat yang individualistik, materialistik dan merenggangnya hubungan sosial antar masyarakat. Dampak secara ekonomi yaitu adanya peluang kerja warga lokal dalam perusahaan pertambangan tersebut. Namun hasil analisis menyatakan bahwa kebijakan pertambangan membawa dampak bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kelurahan Makroman yaitu di kawasan pertambangan selalu terjadi perusakan pencemaran lingkungan. Operasi pertambangan yang membutuhkan lahan luas tak jarang 6 menggusur tanah milik wilayah kelola rakyat. Pelaksanaan pertambangan tidak sesuai dengan prinsip keberlanjutan, sehingga banyak lahan pertanian dialihfungsikan menjadi areal pertambangan. Analisis Penelitian di atas ditujukan untuk menganalisis kebijakan terkait pertambangan di kota Samarinda terutama di wilayah Makroman. Namun terdapat data yang menyebutkan bahwa sektor pertambangan bukanlah menjadi tiga besar sektor yang memberikan kontribusi pada PDRB melainkan ada pada urutan keenam. Tetapi mengapa pemerintah Daerah sangat gencar sekali mengeluarkan izin pertambangan, padahal masih ada sektor lain yang lebih besar kontribusinya pada PDRB, contohnya sektor perdagangan dan restoran. Seharusnya peneliti bisa mencari data yang menguatkan bahwa sektor pertambangan menjadi sektor yang sangat potensial sehingga menjadi alasan yang kuat bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan atau Izin Usaha Pertambangan. Tujuan dan hasil penelitian yang disajikan relevan dan sudah menunjukkan konsistensi dalam alur pemikiran. Tabel 2. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2 Variabel Faktor Pendukung Sumberdaya renewable Sumberdaya alam (baik renewable dan non renewable) dan non renewable merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia Kebijakan Ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah Materialistis Keberadaan kegiatan pertambangan batubara ini memicu timbulnya mentalitas masyarakat yang lebih cenderung individualistis, materialistis, dan rusaknya tatanan sosial dalam masyarakat, serta hubungan kekerabatan warga masyarakat mulai merenggang Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan masyarakat menjadi menurun dan tidak jarang petani di Makroman beralih profesi ke sektor lain seperti pertukangan dan sektor lainnya Materialistis Sosial Kebijakan Pertambangan Individualistis Ekonomi Tingkat Pendapatan Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2 7 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Keterkaitan Perspektif Modernisasi dan Berbagai Pembangunan Sosial : 2008 : Jurnal : Elektronik : Hadriana Marhaeni Munthe : Jurnal Harmoni Sosial : Vol. 2, No. 2, Januari 2008: 58-61 : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18707/1/har -jan2008-2%20%287%29.pdf : 20 September 2014, pukul 17.20 WIB Penelitian ini menjelaskan teori dari berbagai ahli yang berkembang mengenai perubahan sosial yang berasal dari modernisasi. Para penganut paradigma modernisasi berpihak pada pandangan bahwa perubahan sosial terjadi oleh pengaruh modernisasi yang berkembang dari Barat. Teori evolusi dan teori fungsionalisme banyak mempengaruhi pemikiran tentang modernisasi sebagi faktor yang mewujudkan realitas perubahan. Dari sudut pandang ini, perkembangan masyarakat terjadi melalui proses peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Tjondronegoro (1999) mengulas tema ini untuk mendekati pengaruh revolusi hijau terhadap perubahan sosial di pedesaan Jawa. Revolusi hijau sebenarnya suatu program intensifikasi tanaman pangan yang membawa ide odernisasi. Karena melalui program ini diintrodusir beberapa teknologi baru dalam pertanian. Tetapi selain itu yang ditonjolkan dalam pertukaran ini, ide modernisasi itu dilihat dalam konteks kelembagaan baru yang diterapkan dalam mengatur kelembagaan produksi. Dengan demikian pendekatan perubahan sosial yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan fungsional. Beberapa ahli meneruskan kajian modernisasi klasik dengan mengamati perkembangan di tingkat masyarakat. McCelland, menggunakan pendekatan psikologi. Bagi dia, kemajuan di bidang ekonomi mempengaruhi tingkat kebutuhan berprestasi yang tinggi. Pendapat Inkeles menyatakan manusia modern tidak memperlihatkan gejala ketegangan atau penyakit psikologis akibat modernisasi, bahkan menunjukkan pola stabil. Lebih jauh, Bellah menemukan suatu kenyataan dalam modernisasi di Jepang. Etika Samurai yang tercermin dalam nilai-nilai agama Tokugawa resisten dalam perkembangan ekonomi industri modern di Jepang. Lerner (1983) mencoba menggambarkan modernisasi sebagai faktor yang mendorong perubahan sosial di Timur Tengah. Secara umum hasil penelitiannya menemukan nilai-nilai tradisional yang tercermin dalam tingkah laku manusia pada masyarakat Timur Tengah mengalami peralihan ke karakter kehidupan modern. Tiga variabel modernisasi yang digunakan Lerner yaitu; 1) lebih modern, dimaksudkan lebih banyak orang yang mengubah cara hidup tradisional, 2) lebih dinamis, dimaksudkan modernisasi berjalan dengan suatu erap cepat, 3) lebih stabil, dimaksudkan pembagian kelas tidak begitu jelas. Modernisasi lebih bergerak cepat karena tidak dihambat oleh terputusnya kebijakan dan kekerasan sosial politik. Ketiga variabel itu diturunkan pada beberapa kondisi yang dapat ditelaah yaitu; mobilitas, empati, pendapatan dan partisipasi. 8 Analisis Secara umum penelitian ini mencoba menjelaskan teori-teori yang melihat bahwa modernisasi terjadi dari dalam dan tidak sama untuk semua masyarakat. Demikian pula pengaruh perkembangan informasi dan komunikasi menyebabkan semua unsur eksternal juga dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Seperti yang dinyatakan Lerner bahwa pengaruh tingkah laku dapat bersamaan dengan perubahan kelembagaan. Tetapi penulis hanya menyajikan analisis secara singkat teori-teori dengan studi kasus yang belum mencakupi keseluruhan teori. Tabel 3. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3 Variabel Faktor Pendukung Evolusi Teori evolusi memandang perubahan bergerak secara liniar dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju Fungsional Teori fungsionalisme memandang masyarakat sebagai sistem yang selalu berada dalam keseimbangan dinamis Kelembagaan Ide modernisasi melalui revolusi hijau berhasil dilihat dari sudut peningkatan produksi pertanian. tetapi hal ini tidak diikuti oleh perubahan kelembagaan yang diadaptasi secara kuat dalam oleh masyarakat Modern Lebih modern yang dimaksudkan lebih banyak orang yang mengubah cara hidup tradisional Dinamis Lebih dinamis yang dimaksudkan modernisasi berjalan dengan suatu derap cepat Stabil Lebih stabil yang dimaksudkan pembagian kelas tidak begitu jelas Modern Realitas Perubahan : -Teori Evolusi -Teori Fungsionalisme Modernisasi Dinamis Stabil Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Membangun Momentum Baru Pembangunan Pedesaan di Indonesia : 2009 : Jurnal : Elektronik : Erizal Jamal : Jurnal Litbang Pertanian : Vol. 28, No. 1, Januari 2009: 7-14 : http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3281092.pdf : 20 September 2014, pukul 17.40 WIB Tulisan ini merupakan hasil kajian literatur tentang pembangunan pedesaan, dengan menjadikan Korea Selatan sebagai basis acuan, serta melakukan perbandingan dan analisis 9 dengan gerakan dan program pembangunan pedesaan di Indonesia. Tulisan diawali dengan bahasan mengenai upaya membangun pola pikir bagi pembangunan pedesaan, beranjak dari berbagai teori dan pengalaman empiris. Bagian kedua akan mengelaborasi pengalaman Korea Selatan dalam pembangunan pedesaan. Bagian berikutnya menyajikan analisis dan sintesis tentang pembangunan pedesaan Indonesia dari masa ke masa dan ditutup dengan suatu pemikiran baru dalam membangun momentum baru bagi pembangunan pedesaan di Indonesia. Pendekatan partisipatif yang lebih menekankan inisiatif masyarakat akan efektif dilaksanakan bila kebutuhan individu masyarakat pada suatu wilayah sangat heterogen, dan kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak pembangunan pedesaan atau sebagai partner pemerintah. Pada wilayah dengan tingkat perkembangan individu yang heterogen namun kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak pembangunan pedesaan, pendekatan partisipatif lebih tepat digunakan. Pada kondisi yang tidak termasuk kedua hal tersebut, pendekatan semipartisipatif lebih tepat digunakan dalam pembangunan pedesaan. Secara konseptual, Indonesia telah mempunyai arah pembangunan pedesaan dan pertanian yang jelas sejak awal Orde Baru, dan konsep tersebut dimatangkan dalam berbagai cetak biru pembangunan pedesaan, dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Repelita. Dengan menilik pengalaman Korea Selatan maka pembangunan pedesaan di Indonesia diawali dengan kondisi yang relatif sama dengan Korea Selatan, yaitu infrastruktur terbatas dan kondisi kehidupan masyarakat sangat sulit setelah peperangan dan konflik internal di berbagai wilayah. Perbedaan mendasar terletak pada kejelian pemerintah saat itu dalam memanfaatkan momentum kondisi masyarakat yang relatif homogen dan rasa kebersamaan sebagai satu komunitas yang masih kuat. Beberapa upaya parsial seperti peningkatan produksi pangan terutama beras telah berhasil dicapai, namun jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya pada giatan pertanian relatif tidak banyak berkurang dari waktu ke waktu. Belajar dari kasus Korea Selatan dengan gerakan Saemaul Undong, diperlukannya penumbuhan momentum baru yang dapat menstimulir upaya peningkatan kapasitas masyarakat pedesaan secara sistematis dan terencana. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) merupakan langkah awal yang baik untuk membangun momentum baru tersebut. Pembangunan pedesaan yang baik akan memberikan peluang bagi setiap individu yang ada di dalamnya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, sejalan dengan peluang yang tercipta atau diciptakan pemerintah dan pihak lain. Hal ini sebenarnya merupakan hakekat dari reformasi yang dicanangkan 10 tahun yang lalu, yang saat ini arah dan geraknya makin meredup. Dibutuhkan kepemimpinan yang visioner dan kuat yang dapat meyakinkan semua orang tentang arti pentingnya pembangunan pedesaan dalam menanggulangi berbagai persoalan yang dihadapi dalam pembangunan di Indonesia. Analisis Secara umum penelitian ini telah menjelaskan pentingnya pembangunan pedesaan dengan berbagai stakeholder seperti pemerintah, LSM, dan masyarakat secara partisipatif. Tulisan ini memberikan contoh pembangunan pedesaan di Korea Selatan yang bisa dijadikan contoh dalam pembangunan di Indonesia. Saya setuju dengan adanya peningkatan kapasitas masyarakat guna mengembangkan potensi pedesaan bersamaan dengan sumberdaya manusianya dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. 10 Tabel 4. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4 Variabel Faktor Pendukung Tingkat Kebutuhan Pada wilayah dengan tingkat perkembangan individu yang Individu Heterogen heterogen namun kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak pembangunan pedesaan, pendekatan partisipatif lebih tepat digunakan Tingkat Kebutuhan Pada masyarakat yang kebutuhan individunya relatif Individu Homogen homogen dan kebutuhan kebersamaan sebagai suatu komunitas lebih pada upaya mendukung inisiatif pemerintah, atau sebagai partner pemerintah maka pendekatan komando bukan suatu hal yang tabu untuk dilaksanakan Keperluan Kebersamaan Pada tahap awal pembangunan Orde Baru, tingkat kebutuhan individu di pedesaan relatif sama, yaitu bagaimana dapat memenuhi kebutuhan dasar, dan perlunya gerakan bersama dalam komunitas untuk mendukung inisiatif pemerintah dalam pembangunan. Tingkat Kebutuhan Individu : -Homogen -Heterogen Keperluan Kebersamaan : -Mendukung Inisiatif Pemerintah -Partner Pemerintah -Penggerak Utama Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Industrialisasi Pedesaan dan Pemberdayaan Ekonomi Petani Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta : 2013 : Jurnal : Elektronik : Sulistyaningsih : Jurnal Sosiologi Reflektif : Vol. 8, No. 1, Oktober 2013: 109-131 : http://journal.uinsuka.ac.id/jurnal/detail/438/industrialisasi-pedesaan-dan pemberdayaan-ekonomi-petani-desa-sitimulyo-piyunganbantul-yogyakarta : 20 September 2014, pukul 17.45 WIB Penelitian ini membahas bahwa keberadaan industrialisasi bagi Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang adalah pilihan strategi dalam model pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Pemilihan model kebijakan industrialisasi ini berdampak pada dinamika industrialisasi pertanian di pedesaan. Satu sisi memang pertumbuhan ekonomi nasional meningkat tajam, namun di sisi lain membuat ketimpangan yang sangat mencolok, terutama di sektor pertanian. Kondisi industrialisasi pertanian, dalam hal ini sektor pertanian telah mengalami marginalitas akibat kebijakan-kebijakan negara yang tidak berpihak pada petani. Akibatnya industrialisasi pedesaan yang ada tidak bersinergi 11 dalam upaya mendorong pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan. Kondisi demikian dialami oleh petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Desa Sitimulyo, merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta yang menjadi kawasan pengembangan industri. Adanya kebijakan ini mempunyai dampak baik secara langsung atau tidak langsung terhadap pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan. Lahan-lahan pertanian yang ada di Desa Sitimulyo berhimpitan dengan adanya perusahaan-perusahaan seperti perusahaan PT Perwita Karya, CV Aneka Darma, PT Pengolahan Plastik, PT Adi Satria Abadi, PT Don Young, Koperasi Umbul Jaya (Relokasi IKM Alumunium), dan KidsFun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak industrialisasi pedesaan terhadap pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo dan mengetahui upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan gabungan kelompok tani agar berdaya secara ekonomi di tengah himpitan industrialisasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori industrialisasi dan pemeberdayaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data dari berbagai sumber. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data dan penafsiran data. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut: industrialisasi pedesaan berdampak kepada pemberdayaan ekonomi petani di Desa Sitimulyo, baik secara langsung atau tidak, baik dampak positif ataupun negatif. Dampak positif berupa penyerapan tenaga lokal. Dampak negatifnya sebagian petani kesulitan dalam mendapatkan air untuk mengairi sawahnya dan adanya limbah serta polusi. Kondisi ini berdampak pada aspek kuantitas dan kualitas produktivitas tanaman yang berpengaruh terhadap pendapatan petani. Pendapatan petani hanya untuk memenuhi kebutuhan subsistensi. Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan gabungan kelompok tani Sidomakmur di Desa Sitimulyo melalui peningkatan capacity building (melalui sekolah lapang bagi pada para petani di Desa Sitimulyo), fasilitasi jaringan (network) dan pemberian bantuan (bibit dan alat-alat pertanian). Analisis Secara umum tulisan ini sangat jelas dan menarik untuk dikaji karena gaya penulisannya yang populer. Saya sangat sependapat dengan penulis bahwa industrialisasi sangat berpengaruh kepada aspek ekonomi masyarakat pertanian. Perlu adanya penyeimbangan dan kerjasama antara upaya pemerintah dan upaya kelompok tani dalam melakukan pemberdayaan. Jika diantaranya belum bersinergi dapat dipastikan bahwa tidak terjadi pemberdayaan masyarakat seperti halnya penulis paparkan dalam studi kasus Desa Sitimulyo. 12 Tabel 5. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5 Variabel Faktor Pendukung Kemiskinan Kemiskinan dan marginalisasi petani di pedesaan disebabkan karena kebijakan pemerintah tentang pembangunan pertanian dan pedesaan yang kurang berpihak pada petani dan komunitas desa Akses Masalah-masalah yang serius dihadapi dalam sektor pertanian semakin bertambah seperti kepemilikan lahan yang semakin mengecil, akses terhadap input pertanian yang semakin mahal, biaya transakasi yang terus melambung dan kelembagaan ekonomi yang tidak pernah berpihak kepada petani Ekonomi Ini terlihat dari adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan untuk mendirikan perusahaanperusahan. Saat ini, lahan pertanian yang ada di Desa Sitimulyo berhimpitan dengan perusahaan-perusahaan yang di wilayah ini Dampak Positif dan Dampak industrialisasi yang ada di Sitimulyo berupa Negatif dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif seperti adanya penyerapan tenaga lokal di perusahaan yang ada, adanya warung-warung di sekitar perusahaan, adanya tempat kos di sekitar perusahaan , ada jasa penitipan sepeda motor dan sebagianya. Dampak negatifnya adanya adanya polusi limbah, air tercemar, udara tercemar oleh asap produksi perusahaan, debit air berkurang karena tersedot oleh perusahaan, pengairan sawah mengalami kesulitan dan sebagianya Industrialisasi Dalam konteks industrialisasi pedesaan, pemberdayaan ekonomi petani menjadi sebuah keniscayaan. Industrialisasi diharapkan menjadi entry point untuk mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat Upaya Pemerintah Program-program pokok kebijakan pemerintah dalam sektor pertanian untuk kecamatan Piyungan dilakukan oleh Balai Penyuluh Pertanian (BPP). Kegiatan tersebut dilakukan dalam mendorong pemberdayaan ekonomi petani dan peningkatan kemampuan petani di Kecamatan Piyungan Upaya Kelompok Tani Upaya yang dilakukan oleh gapoktan Sidomakmur di Desa Sitimulyo dalam pemberdayaan ekonomi petani adalah melalui usaha peningkatan kapasitas para petani melalui sekolah lapang dan memfasilitasi pengajuan proposal untuk pengajuan bantuan bantuan alat-alat pertanian 13 Kemiskinan Akses Upaya Pemerintah Industrialisasi Ekonomi Upaya Kelompok Tani Dampak Positif dan Negatif Gambar 5. Kerangka Berfikir Pustaka 5 6. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Dinamika Ketenagakerjaan pada Wilayah Pedesaan Lahan Kering di Indonesia : 2014 : Jurnal : Elektronik : Bambang Winarso : Jurnal Penelitian Pertanian Terapan : Vol. 14, No. 1, Januari 2014: 1-14 : http://jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/view/118 : 20 September 2014, pukul 17.50 WIB Penelitian ini menjelaskan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang merupakan tumpuan dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Permasalahannya tidak semua pedesaan merupakan desa yang berlokasi di kawasan lahan dengan agorsistem yang mampu memberikan sumbangan pendapatan yang bisa diharapkan. Tidak sedikit masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan agrosistem lahan kering. Dimana lahan sebagian kering kering merupakan lahan marginal yang kurang mampu memberikan kesejahteraan bagi penduduknya. Komoditas tanaman pangan khususnya jagung, kedelai dan kacang tanah merupakan komoditas utama yang banyak dikembangkan di wilayah seperti tersebut. Dengan kondisi yang demikian tidak sedikit penduduk terutama penduduk usia kerja harus meninggalkan kegiatan pertanian dengan maksud untuk memperbaiki mata pencaharian. Rusastra et al., 2005 mengemukakan bahwa unsur penting dari tenaga kerja manusia yang dapat menghasilkan pendapatan adalah keahlian dan tenaga. Keahlian sebagai representasi kualitas tenaga kerja manusia biasanya diproksi dari tingkat pendidikan formal dan ketrampilan yang dimiliki. Bagi sebagian besar tenaga kerja yang terlibat di sektor pertanian unsur penting yang mereka miliki adalah tenaga. Dalam hal ini tenaga kerja manusia memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani lewat curahan tenaga kerja manusia yang terlibat (dalam satuan orang) dan curahan kerjanya (dalam satuan jam ker per hari, hari kerja per minggu, per bulan, per tahun). Permasalahannya sebagian penduduk usia kerja dihadapkan pada keterampilan dan pendidikan yang terbatas, sehingga kurang memiliki posisi tawar yang kuat di pasar tenaga kerja. Kalaupun mereka harus bermigrasi mengadu nasib ke tempat yang baru, maka pekerjaan yang ditemukan umumnya tidak terlalu jauh dengan pekerjaan di tempat asal sesuai dengan ketrampilan mereka. Hanya 14 peluang pekerjaan dengan pendapatan rendah seperti buruh non pertanian, jasa angkutan, dagang dan pekerjaan yang sejenis yang akhirnya mereka dapatkan di tempat yang baru. Untuk meningkatkan kualitas kemampuan sumberdaya manusia (SDM) di pedesaan, diperlukan program peningkatan ketrampilan dan pengetahuan sehingga tenaga kerja dapat bersaing di pasar tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan. Disisi lain pemerintah perlu mengembangkan industri pertanian di perdesaan untuk menampung tenaga kerja, mengingat intensitas pekerjaan usahatani di lahan tegalan dengan basis palawija relatif kurang. Analisis Secara umum tulisan ini sudah mengkaji secara spesifik bagaimana dinamika angkatan kerja di lahan kering pedesaan. Tetapi bahasa tulisan yang digunakan oleh penulis termasuk sulit untuk dikaji dan tidak ada penjelasan mengenai istilah-istilah yang sulit dimengerti. Penulis juga hanya sedikit menafsirkan teori dan tinjauan pustaka yang digunakan sebagai dasar pembahasan penelitian tersebut. Tetapi secara keseluruhan penelitian ini dapat menyimpulkan masih kurangnya lahan pekerjaan masyarakat akibat industrialisasi. Tabel 6. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6 Variabel Faktor Pendukung Dinamika Indikator tidak langsung tingkat pendapatan rumah tangga Ketenagakerjaan sebagai representasi tingkat kesejahteraan di sektor pertanian yang berkaitan dengan tenaga kerja adalah produktivitas tenaga kerja dan tingkat pengangguran Angkatan Kerja Terbatasnya lapangan kerja produktif dan tingginya tingkat pertumbuhan angkatan kerja terutama angkatan kerja berusia muda yang menyebabkan kelebihan tenaga kerja Tingkat Pendapatan Apabila produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian relatif rendah maka secara tidak langsung akan diperoleh gambaran bahwa tingkat pendapatan rumah tangga di sektor pertanian akan relatif rendah Tingkat Pendidikan Tenaga kerja yang tersedia memiliki pendidikan yang memadai sesuai dengan kesempatan kerja yang tersedia, namun biasanya sering terjadi mismatch antara pendidikan dan pekerjaan yang ditekuninya Mata Pencaharian Indonesia sebagai negara agraris, ketersediaan lapangan pekerjaan sebagian besar berada disektor pertanian karena besarnya sumber mata pencaharian penduduk Indonesia yang sebagian besar dari sektor pertanian Angkatan Kerja Perkembangan Industri Pertanian Dinamika Ketenagakerjaan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendidikan Mata Pencaharian Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6 15 7. Judul : Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat Penambangan Emas di Kecamatan Sawang Aceh Selatan Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Zulkifli Nama Jurnal : Jurnal Ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh Volume (edisi): hal : Vol. 4, No. 7, Maret 2013: 8-15 Alamat URL/doi : https://www.scribd.com/doc/140213280/Jurnal-ZulkifliDosen-Fakultas-Ekonomi-universitas-Syiah-Kuala-JurusanEkonomi-Pembangunan Tanggal diunduh : 20 September 2014, pukul 18.00 WIB Penelitian ini menceritakan mengenai penambangan emas dan dampaknya di daerah Sawang Aceh Selatan. Perubahan besar-besaran terjadi saat ditemukannya kandungan emas dalam bebatuan yang digali di sebuah bukit di gampong tersebut, berhubung adanya penemuan material tambang tersebut maka bukit itu sekarang terkenal dengan sebutan “Gunong Meuh” atau gunung emas dalam bahasa Indonesia. Menurut Guchik Panton Luas dan berbagai sumber yang berkompeten di gampong tersebut, awalnya lahan tempat penemuan emas tersebut adalah tempat yang telah ditinggalkan oleh perusahaan penambangan PT. Pinang Sejati karena tidak ditemukannya cadangan emas oleh mereka. Derasnya arus keluar-masuk/ mobilitas penduduk serta aktivitas pertambangan menyebabkan aktivitas perdagangan barang dan jasa lain tumbuh dengan subur di gampong tersebut. Ketika kita memasuki kawasan ini maka kita akan menjumpai bengkel-bengkel sepeda motor, bengkel-bengkel las untuk pembuatan gelondongan, warung-warung makan, kedai kopi, kedai dan warung yang menyediakan kebutuhan tambang dtambah lagi dengan jejeran gelondongan pemecah batu yang memenuhi sepanjang jalan gampong. Perubahan tersebut telah merubah Panton Luas dari sebuah gampong menjadi seperti sebuah kota kecil yang lebih ramai dan lebih sibuk dari ibukota kecamatan didaerah ini. Penemuan emas telah pula menyebabkan adanya peralihan pekerjaan hampir seluruh masyarakat gampong Panton Makmur dan sebahagian masyarakat gampong lainnya disekitar tambang emas tersebut. Data kajian menunjukkan bahwa banyak sekali petambang awalnya memiliki pekerjaan sebagai petani/pekebun/peternak yaitu 63,9%, kemudian buruh/tukang/karyawan Swasta sebesar 19,4%, dan sisanya untuk berbagai pekerjaan yang lain. Banyaknya peralihan pekerjaan dari petani dan pekebun berdampak pada lahan yang menganggur karena ditinggalkan untuk bekerja ditambang. Hasil produksi pertanian yang umumnya membutuhkan masa tunggu yang lama menyebabkan masyarakat lebih memilih ketambang yang lebih instan dan dianggap lebih menguntungkan dengan nilai yang lebih menggiurkan. Penambangan emas di Sawang Aceh Selatan jika dilihat dari faktor ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat sangat tampak dampaknya. Khususnya dalam faktor pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi rakyat. Dari penelitian yang dilakukan, penambangan emas telah menyebabkan peralihan pekerjaan masyarakat menjadi penambang emas, peningkatan pendapatan, dan efek pengganda ekonomi terhadap kegiatan lainnya. Dampak sosial yang ditimbulkan adalah terjadi imigrasi penduduk yang sangat banyak ke gampong tersebut namun potensi konflik hampir tidak ada karena besarnya pengaruh aparat gampong dalam mengatur kegiatan penambangan disana. 16 Analisis Secara umum tulisan ini sudah mengkaji secara spesifik dan jelas mengenai dampak penambangan emas di daerah Aceh Selatan. Teori yang digunakan juga mendukung pembahasan dan pernyataan dari penulis. Hanya saja penulis tidak menyebutkan secara jelas mengenai dampak sosial dan perilaku seperti perubahan gaya hidup masyarakat Aceh. Penulis hanya fokus terhadap statistika perubahan tanpa menjelaskan dampak konkrit secara sosial akibat adanya penambangan emas. Tabel 7. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7 Variabel Faktor Pendukung Penambangan Kegiatan pencarian dan penambangan emas telah membawa perubahan besar di daerah ini, meskipun dikelola oleh masyarakat secara tradisional, tambang emas dikabupaten ini telah banyak memberikan peningkatan ekonomi dan mendorong munculnya berbagai kegiatan ekonomi lain Ekonomi 74,9% responden mempunyai jumlah tanggungan keluarga 4 orang keatas, sedangkan sisanya 25,1% mempunyai beban tanggng jawab 3 orang kebawah. Temuan ini menunjukkan bahwa tambang ini memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup khususnya dalam bidang ekonomi Sosial Budaya Semua responden(100%) yang terlibat dalam penelitian mennganggap bahwa hubungan antara kelompok masyarakat disana harmonis dan baik. Hubungan antara kelompok masyarakat dengan tokoh masyarakat dan hubungan sesama tokoh masyarakat juga dinilai 100% baik oleh responden Kesehatan MenurutGeuchik, jumlah orang yang tinggal didesa tersebut meningkat tajam sampai dengan 6.000 jiwa dengan berbagai kegiatan pertambangan atau kegiaan pendukung tambang lainnya. Adanya tambahan penduduk yang sangat besar tersebut akan berdampak buruk pada penyediaan sarana kesehatan dan sanitasi masyarakat Industri Pertambangan Dampak : -Ekonomi -Sosial Budaya -Kesehatan Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7 17 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Dampak Sosial Ekonomi Pertambangan Minyak dan Gas Banyu Urip Kabupaten Bojonegoro : 2013 : Jurnal : Elektronik : Abdul Rochman Zaki, Abdul Hakim, Farida Nurani : Jurnal Administrasi Publik : Vol. 1, No. 2, Maret 2013: 125-131 : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php /jap/article/view/31 : 21 September 2014, pukul 17.00 WIB Penelitian ini memfokuskan pada dampak sosial dan ekonomi alih fungsi lahan pertambangan terhadap masyarakat sekitar yang meliputi perubahan nilai sosial dan peralihan mata pencaharian, dan peran pemerintah daerah dalam menghadapi eksploitasi Banyu Urip, serta peran pemerintah daerah bersama dengan Mobile Cepu Limited terhadap pembebasan lahan pertambangan Banyu Urip. Setelah adanya proyek pertambangan Banyu Urip di Desa Gayam tidak banyak nilai-nilai sosial yang berubah, seperti nilai-nilai Gotong Royong, Bersih Desa, nilai-nilai sosial tersebut masih tetap terlaksana sampai saat ini.Sebelum itu memang banyak terjadi konflik antara warga dan pihak MCL/Kontraktor terkait keresahan dan ketidakpuasan penduduk setempat terhadap kegiatan pembangunan yang merambah wilayahnya sedikit banyak mulai merebak. Keresahan dan resistensi sosial yang berkembang telah mulai terorganisasi meskipun dianggap belum mewakili aspirasi masyarakat. Selanjutnya jika ditinjau dari tingkat pertumbuhan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan perubahan yang terjadi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti, banyak kelompok-kelompok yang mendukung adanya perda konten lokal ini, dengan hadirnya perda konten lokal yang mewajibkan kontraktor untuk merekrut sebagian besar tenaga kerjanya dari masyarakat lokal menjadikan perda tersebut sebagai perda yang pro takyat, yang tentunya berdampak pada berimbangnya pertumbuhan ekonomi, adanya proyek pertambangan bertumbuh juga angka pendapatan masyarakat dan menurunya tingkat pengangguran di daerah sekitar. Dengan adanya perda konten lokal tersebut juga telah meredam aksi-aksi konflik dan unjuk rasa yang dulu banyak terjadi di daerah sekitar khususnya di areal desa Gayam yang merupakan desa terdekat pertambangan, hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh bapak Nur Hadi bahwa perda konten lokal telah meredam aksi-aksi unjuk rasa dan konflik antar masyarakat dan pihak kontraktor terutama MCL, karena masyarakat telah diberi kesempatan untuk ikut bekerja di sektor tambang walaupun tidak menjadi tenaga ahli. Oleh karena itu dengan adanya perubahan tingkat pendapatan masyarakat Gayam jika dibandingkan sebelum adanya proyek Pertambangan Banyu Urip, perubahan pendapatan tersebut mengarah ke arah yang lebih baik dan sejahtera. Adanya peralihan mata pencaharian masyarakat Gayam yang sebelumnya dominan sebagai di sektor pertanian beralih ke sektor pertambangan ataupun sektor penunjang/pelengkap pertambangan. Dalam melakukan pembebasan lahan pemerintah desa setempat sebagai stakeholder terkait harus dilibatkan dalam proses pembebasan lahan. Perda konten lokal yang digulirkan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah mendapat respon baik dari warga lokal, terutama untuk warg Gayam Perda tersebut telah dapat membuat perubahan terhadap masyarakat Gayam karena telah bisa meredam konflik yang ada di masyarakat Gayam. 18 Analisis Secara umum tulisan ini sudah menjelaskan secara mendalam dampak sosial dan ekonomi industri pertambangan di Bojonegoro. Gaya bahasa penulisannya pun sudah populer dan naratif jadi mudah untuk dikaji. Tetapi teori yang digunakan penulis terlalu banyak definisi dari berbagai sumber sehingga penulis tidak mengambil kesimpulan definisi manakah yang dipakai dalam pembahasan penelitian ini. Signifikansi antara teori dan fakta yang didapat juga kurang dipadupadankan sehingga dasar penulisan penulis kurang sesuai dengan teori yang ada. Tabel 8. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8 Variabel Faktor Pendukung Nilai Sosial Setelah adanya proyek pertambangan Banyu Urip di Desa Gayam tidak banyak nilai-nilai sosial yang berubah, seperti nilai-nilai Gotong Royong, Bersih Desa, nilai-nilai sosial tersebut masih tetap terlaksana sampai saat ini Mata Pencaharian Sebelum adanya proyek pertambangan warga Gayam dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai petani, buruh tani ataupun sebagai pedagang hasil pertanian. Selanjutnya tentang peralihan pekerjaan masyarakat Gayam, mereka yang lahan pertaniannya terkena pembebasan kebanyakan beralih bekerja di sektor pertambangan sebagai satpam, tenaga non skilled, ataupun berwirausaha sebagai sektor penunjang pertambangan Dampak Kebijakan Publik Quade dalam Hidayat (2012, h.52) mengemukakan bahwa analisis kebijakan merupakan upaya penelitian evaluative (evaluative research) yang cermat sebelum pilihan-pilihan kebijakan (policy choice) dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan (course of action) ditetapkan Industri Pertambangan Semula masyarakat bertumpu pada sektor pertanian, akan beralih ke sektor pertambangan. Akan tetapi masyarakat lokal belum tentu dapat mengakses ke dalamnya Nilai Sosial Dampak Kebijakan Publik Industri Pertambangan Ekonomi : Mata pencaharian Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8 19 9. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Pengaruh Industrialisasi Pedesaan Terhadap Taraf Hidup Masyarakat di RW01 dan RW09 Desa Benda, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat : 2011 : Skripsi : Cetak : Rajib Gandi : : : : 21 September 2014, pukul 17.20 WIB Penelitian ini menjelaskan bahwa industrialisasi tidak dapat dihindarkan untuk berkembang di pedesaan. Industrialisasi pedesaan diperkuat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Pertanyaan penelitian ini ialah: (1) Sejauhmana pengaruh dampak industri terhadap respons masyarakat, dan (2) Sejauhmana pengaruh respons masyarakat terhadap taraf hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung metode kualitatif. Peneliti mengambil 70 responden berdasarkan pendekatan sampel acak terstratifikasi (stratified random sampling). Analisis yang digunakan adalah uji Rank Spearman dan analisis kualitatif sebagai penunjang dari hasil kuantitaif. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa perubahan-perubahan akibat adanya industri di Desa Benda dipacu oleh proses industrialisme (pengembangan industri) yang tinggi di Desa Benda. Hal ini tampak pada jumlah industri di Desa Benda saat ini yang mencapai 211 industri. Meskipun untuk membangun sebuah industri diperlukan perizinan yang cukup panjang, selama ini di Desa Benda belum terdapat kasus penolakan izin dari pembangunan sebuah industri baik dari pihak pemerintah desa maupun masyarakat. Proses pembebasan tanah yang terjadi juga biasanya langsung terjalin antara pihak perusahaan dengan para pemilik tanah. Masyarakat jarang terlibat langsung dalam proses transaksi pembebasan tanah. Pemerintahan desa biasanya hanya mengurusi masalah perizinan dan surat-surat tanah. Proses jual-beli lahan ini hanya melibatkan sebagian kecil masyarakat saja, yaitu para pemilik tanah-tanah luas. Pengembangan industri yang begitu pesat tersebut tentu membuat beragam pengaruh terhadap keadaan di desa. Dampak industri tersebut ialah meningkatnya kesempatan kerja non pertanian dan arus migrasi masuk. Taraf hidup yang terjadi pada dua kelompok responden sudah mengalami perubahan yang meningkat, sudah tidak ada lagi responden yang taraf hidupnya menurun saat ini. Keadaan taraf hidup yang meningkat terjadi pada 100 per sen responden, sedangkan masih terdapat respons yang menurun sebesar 2,9 per sen pada kelompok industri dan 20 per sen pada kelompok non industri. Hal ini mengakibatkan nilai sig (1-tailed) dari uji korelasi Rank Spearmen tidak didapatkan, yang mengindikasikan bahwa keterkaitan pengaruh antara respons masyarakat terhadap taraf hidup masyarakat tidak terdapat hubungan pengaruh. Analisis Secara umum hasil penelitian ini sangat spesifik dan jelas. Penggunaan tata bahasa penulispun mudah untuk dikaji. Saya sependapat dengan penulis bahwa masyarakat Desa Benda seharusnya lebih selektif lagi dengan pendirian industri baru, lebih memperhatikan keadaan desa yang sudah padat pendudukan dan lahan pertanian yang semakin sempit. Para pekerja khususnya buruh pabrik dapat lebih kritis lagi terhadap kebijakan-kebijakan pihak perusahaan, terutama terkait dengan sistem kontrak yang diterapkan. Sistem kontrak menjadikan posisi buruh cenderung pada bagian tidak aman atau rawan putus kerja yang 20 membuat posisi tawar buruh rendah di mata perusahaan. Pada keadaan seperti ini buruh cenderung dipoisi dirugikan dan pihak perusahaan yang lebih diuntungkan. Tabel 9. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9 Variabel Faktor Pendukung Kesempatan Kerja Non Responden yang bekerja di bidang pertanian dan non Pertanian pertanian (perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air; konstruksi; perdagangan besar dan eceran) Migrasi Masuk Keberadaan perpindahan penduduk atau gerak penduduk sebelum dan sesudah industri dari luar desa ke desa peneliti, baik migrasi secara harian, periodik, musiman, maupun permanen, yang dinyatakan dalam jiwa Jual Lahan Perubahan yang jelas adalah dari para petani yang menjual lahannya, dan para ibu umah tangga yang kemudian beralih ke tenaga kerja industri sebagai buruh pabrik Beli Lahan Kebutuhan pengembangan industri untuk memperluas lokasi produksinya baik sebagai sarana pergudangan, produksi, maupun perumahan sangat tinggi. Maka terjadilah perubahan pemilikan tanah yang diperoleh dari para petani maupun penduduk asli pemilik lahan tersebut. Jual beli lahan pun tidak bisa dihindari Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan masyarakat diukur dengan melihat pengeluaran mereka dalam satu bulan terakhir dan pengeluaran tahunan. Dari hasil data yang diperoleh dari lapangan didapati bahwa pendapatan rata-rata responden kelompok industri sebelum adanya industri adalah sebesar Rp. 534.100,- per bulan Sarana dan Prasarana Kondisi fisik dan fasilitas bangunan rumah tangga yang Dasar diukur dengan luas lantai, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas MCK, sumber penerangan, sumber air, bahan bakar untuk memasak, dan barang Tingkat Pendidikan Khusus untuk industri, kehadirannya membuat masyarakat Desa Benda untuk memiliki tingkat pendidikan yang baik. Sebagian besar pihak perusahaan merekrut pekerja dengan kualifikasi tingkat pendidikan SMA Tingkat Kesehatan Untuk tingkat kesehatan, ditemukan RT yang didapati menderita penyakit dalam enam bulan terakhir pada kelompok responden industri mencapai 91,4 per sen dan pada kelompok non industri mencapai 68,8 per sen RT Akumulasi Modal Sosial Pada tingkat akumulasi modal sosial hasil penelitian ini menunjukkan dikelompok responden industri, tingkat kepuasan akumulasi modal sosialnya bila dibandingkan dengan saat sebelum adanya industri lebih tinggi yang merasa tidak ada perbedaan 21 Pengembangan Industri Dampak Industri Terhadap Lokasi : -Kesempatan non pertanian meningkat -Migrasi masuk meningkat Respons Masyarakat : -Jual beli lahan meningkat -Tingkat pendidikan meningkat - Tingkat pendapatan meningkat Taraf Hidup Masyarakat Berubah Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9 10. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (edisi): hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi : 2011 : Jurnal : Elektronik : Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto : Jurnal Ilmu Lingkungan : Vol. 9, No. 2, 2011: 76-84 : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php /jap/article/view/31/214 : 21 September 2014, pukul 17.45 WIB Penelitian ini mendeskripsikan bahwa penambangan pasir tidak hanya memberikan keuntungan dan manfaat tetapi juga menimbulkan permasalahan. Kegiatan penambangan pasir yang menggunakan alat berat yang berfungsi untuk mengeruk material yang berada di dataran maupun di dinding tebing menimbulkan permasalahan ekologis dan sosial bagi lingkungan sekitar. Dampak lingkungan dari kegiatan penambangan pasir di Desa Keningar di bedakan menjadi dampak fisik dan dampak sosial ekonomi. Permasalahan mendasar dalam pengaturan regulasi penambangan pasir dilihat dari sisi pemegang kebijakan yaitu pemerintah dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sisi internal pemerintah daerah itu sendiri serta sisi eksternal pemerintah daerah. Permasalahan internal yang terjadi diantaranya adalah antar kelembagaan pemerintah kurang koordinasi, aparatur pemerintah kurang profesional, anggaran operasional terbatas dan sarana dan prasarana operasional yang terbatas. Permasalahan internal tersebut berakibat kurang optimalnya pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya menerapkan peraturan yang berlaku. Permasalahan eksternal berasal dari luar lingkup pemerintah daerah, misalnya permasalahan yang berasal dari masyarakat, penambang, pengusaha serta organisasi atau lembaga swadaya masyarakat. Permasalahan eksternal ini dapat menjadi tantangan bagi pemerintah dalam pengelolaan penambangan pasir, diantaranya adalah kesadaran masyarakat yang kurang terhadap lingkungan hidup, tuntutan menghadapi kehidupan dari masyarakat, kurangnya penelitian sebagai sumber informasi dalam mengambil kebijakan pemerintah dan kritikan dari lembaga swadaya masyarakat yang pada umumnya kurang respek terhadap 22 usaha pertambangan. Oleh karena itu kontrol secara terus menerus dari pemerintah terhadap setiap kegiatan penambangan pasir dan batu perlu diupayakan. Kegiatan sosialisasi peraturan perundang-undangan disertai pengawasan dan pengendalian bersama antar berbagai pihak yang terkait diharapkan dapat terpadu dan berkelanjutan. Kegiatan penambangan pasir di Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak sosial ekonomi. Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor, kurangnya debit air permukaan/ mataair, rusaknya jalan.polusi udara. Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat menimbulkan konflik. adanya ketakutan sebagian masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi longsor sehingga sewaktu-waktu bisa mengenai lahan dan pemukiman mereka, apalagi bila turun hujan. Model perencanaan pengelolaan lingkungan di lokasi penambangan pasir Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang disusun berdasarkan metode tujuh langkah perencanaan dengan tujuan untuk mengatasi persoalan yang ada Berdasarkan analisis SWOT maka diperoleh lima alternatif kebijakan. Selanjutnya diambil keputusan dengan prinsip pengembangan masyarakat bersifat partisipatif dan koloboratif, transparansi dalam operasional pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan, akuntabilitas dalam peraturan penambangan bagi semua stakeholders, pengembangan masyarakat merupakan bagian dari responsibilitas. Langkahlangkah pelaksanaan pengelolaan penambangan pasir yang berwawasan lingkungan secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu penentuan lokasi penambangan pasir, reklamasi/ rehabilitasi lahan pasca penambangan, pengendalian erosi. Tujuan akhir dari penambangan adalah mengatasi kerusakan lingkungan yang ada, mengendalikan laju erosi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Analisis Secara umum tulisan ini telah mengkaji dampak penambangan pasir terhadap tingkat kesejahteraan fisik dan sosial ekonomi masyarakat secara jelas. Saya sependapat dengan penulis bahwa pemerintah Kabupaten Magelang perlu meningkatkan koordinasi antar anggota tim penataan dan penindakan pelanggaran penambangan sehingga pengawasan lebih efektif. Penyusunan zonasi pertambangan yang memuat lokasi-lokasi yang dicadangkan dicadangkan untuk penambangan berdasarkan keberadaan deposit bahan tambang dan pertimbangan ekologis. Pemberdayaan ekonomi masyarakat berdasarkan perlu berlandaskan potensi lokal, sehingga ketergantungan terhadap sumber bahan tambang menjadi berkurang. 23 Tabel 10. Martiks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10 Variabel Faktor Pendukung Industri Penambangan Banyak kegiatan penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena pengrusakan lingkungan, apalagi penambangan tanpa izin yang selain merusak lingkungan juga membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan si penambang dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait Lingkungan Fisik Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor, kurangnya debit air permukaan/ mataair, rusaknya jalan dan polusi udara Sosial Ekonomi Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat menimbulkan konflik Kebijakan Pertambangan Permasalahan mendasar dalam pengaturan regulasi penambangan pasir dilihat dari sisi pemegang kebijakan yaitu pemerintah dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sisi internal pemerintah daerah itu sendiri serta sisi eksternal pemerintah daerah. Permasalahan internal yang terjadi diantaranya adalah antar kelembagaan pemerintah kurang koordinasi Dampak Fisik : - Longsor - Banjir - Polusi Kebijakan Pertambangan - Sisi Internal - Sisi Eksternal Industri Pertambangan Dampak Sosial Ekonomi : - Lapangan Kerja - Jual beli lahan - Tingkat Pendapatan - Konflik Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10 24 SINTESIS Industrialisasi Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaanperusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy,1996). Toto Hadikusumo (1990) pengertian industri adalah suatu unit atau kesatuan produk yang terletak pada suatu tempat tertentu yang meletakan kegiatan untuk mengubah barang-barang secara mekanis atau kimia, sehingga menjadi barang (produk yang sifatnya lebih dekat pada konsumen terakhir), termasuk disini memasang bahagian dari suatu barang (assembling). Ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami industrialisasi (Yustika, 2000). Dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja (Chenery,1986). Industrialisasi dalam pengertian lain adalah proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruk sektor ekonomi yang mempunyai kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai leading sector. Rahardjo (1984) menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal), persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar manusia (human relations) menjadi berubah, demikian juga struktur sosial masyarakat di sekitarnya. Industrialisasi yang semula sebagai sebuah sistem yang diterapkan dalam usaha-usaha produksi pabrik, kemudian mempengaruhi komunitas (masyarakat) secara keseluruhan. Adanya industri yang sering kali diikuti oleh masuknya para pendatang baru di desa sebagai tenaga kerja berdampak pada perubahan pemilikan dan pemanfaatan tanah. Terjadi jual-beli tanah pekarangan maupun tanah sawah sebagai upaya untuk mendukung kegiatan perindustrian. Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat. 25 No. 1 Nama Pengarang Chenery, 1986 2 Rahardjo, 1984 3 Definisi Kata Kunci Proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja Y = Industrialisasi X1 = Kenaikan permintaan ekspor X2 = Kenaikan ekspor X3 = Kenaikan kesempatan kerja Y = Industrialisasi X1= Perkembangan infrastruktur X2= Pertentangan kelas X3= Gaya hidup X4= Persepsi Proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi, persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis Purwanto, 2003 Pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian Y = Industrialisasi X1= Penyempitan lahan pertanian X2= Peningkatan arus migrasi X3= Terbukanya kegiatan ekonomi X4= Muncul peluang kerja Kenaikan Permintaan Konsumen (Chenery) Kenaikan Ekspor (Chenery) Kenaikan Kesempatan Kerja (Chenery dan Purwanto) Pembangunan Infrastruktur (Rahardjo) Pertentangan Kelas (Rahardjo) Gaya Hidup (Rahardjo) Persepsi (Rahardjo) Penyempitan Lahan Pertanian (Purwanto) Peningkatan Arus Migrasi (Purwanto) Terbukanya Kegiatan Ekonomi Gambar 11. Peta Teori Industrialisasi Industrialisasi (Chenery, Rahardjo, dan Purwanto) 26 Modernisasi Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Widjojo Nitisastro (1997) mengatakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis. Sedangkan Soerjono Soekanto (2006) menyatakan bahwa modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syaratsyarat tertentu, yaitu sebagai berikut: a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat. b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial. Neil Smelser Smelser melukiskan modernisasi pada enam bidang utama, yakni sebagai berikut, a) Ekonomi, ditandai dengan mengakarnya teknologi dalam ilmupengetahuan, bergerak dari pertanian subsistensi ke pertaniankomersial, penggantian tenaga binatang dan manusia oleh energi bendamati dan produksi mesin, serta berkembangnya bentuk pemukimanurban dan konsentrasi tenaga kerja di tempat tertentu; b) Politik, ditandai dengan adanya transisi dari kekuasaan suatu sistemhak pilih, perwakilan, partai politik, dan kekuasaan demokratis; c) Pendidikan, meliputi penurunan angka buta huruf dan peningkatanperhatian pada pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan; d) Agama, ditandai dengan adanya sekulerisasi; e) Kehidupan keluarga, ditandai dengan berkurangnya peran ikatan kekeluargaan dan makin besarnya spesialisasi fungsional keluarga; f) Stratifikasi, ditandai dengan penekanan pada mobilitas dan prestasi individual daripada status yang diwarisi. Modernisasi pada awal-awalnya akan mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat. Terlebih lagi bila sudah menyangkut nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat di masa mendatang. Perlu diingat, bahwa dalam melakukan modernisasi kita tidak boleh menghilangkan unsur-unsur asli kebudayaan Indonesia yang masih relevan. Bangsa Indonesia harus selektif mencapai kemajuan, dengan memfilter (menyaring) unsurunsur kebudayaan dari luar yang tidak sesuai dengan ideologi dan nilai-nilai moral. Teori modernisasi bisa dianggap sebagai cara pandang visi yang menjadi modus utama analisanya kepada factor manusia dalam suatu masyarakat. Teori modernisasi merupakan sebuah teori yang muncul karena adanya kenyataan kesenjangan kehidupan bernegara secara ekonomi antara negara yang memproduksi hasil pertanian (negara agraris) dan negara yang memproduksi barang industri (negara industri) yang menganut konsep pembagian kerja secara internasional. Modernisasi kemudian menjadi sebuah komoditas dikalangan masyarakat, yang menempatkan faktor mentalitas sebagai faktor dari petubahan. Teori Modernisasi menempatkan “normal science” dalam kompilasi perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut teori Modernisasi, ukuran masyarakat modern atau masyarakat yang berbudaya maju adalah pada 1) Nilai-nilai dan sikap hidup; 2) Sistem ekonomi yang 27 menghidupinya sedangkan yang membedakan manusia modern dengan manusia tradisional adalah pada orientasi masa depannya (future oriented). Tampaknya teori modernisasi bertolak dari landasan material yang kuat, suatu bentuk eksploitasi manusia dan alam lingkungan yang berorientasi pada kesejahteraan material. No. 1 Nama Definisi Pengarang Koentjaraningrat, Modernisasi adalah usaha untuk hidup 1993 sesuai zaman dan konstelasi dunia sekarang. 2 Soerjono Soekanto, 2006 3 Alex Thio, 1997 4 Harold Rosenberg,1989 Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang biasanya merupkan perubahan sosial yang terarah (directed change) yang di dasarkan pada suatu perencanaan yang di sebut social planning. Modernisasi adalah bentuk perubahan sosial berupa perubahan masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri. Modernisasi adalah sebuah tradisi baru yang mengacu pada urbanisasi atau sampai sejauh mana dan bagaimana pengikisan sifat-sifat pedesaan suatu masyarakat berlangsung. Kata Kunci Y = Modernisasi X1= Kebudayaan X2= Perubahan aspek demografi X3= Konflik Y = Modernisasi X1= Pola interaksi sosial X2= Gerakan sosial X3= Penemuan baru Y = Modernisasi X1= Kebudayaan X2= Industrialisasi Y = Modernisasi X1= Pengikisan sifatsifat pedesaan X2= Perubahan lingkungan alam X3= Konflik Kebudayaan (Koentjaraningrat dan Alex Thio) Perubahan Aspek Demografi (Koentjaraningrat) Konflik (Koentjaraningrat dan Harold Rosenberg) Pola Interaksi Sosial (Soerjono Soekanto) Gerakan Sosial (Soerjono Soekanto) Penemuan Baru (Soerjono Soekanto) Industrialisasi (Alex Thio) Perubahan Lingkungan Alam (Harold Rosenberg) Perubahan Lingkungan Alam (Harold Rosenberg) Gambar 12. Peta Teori Modernisasi Modernisasi (Koentjaraningrat, Soerjono Soekanto, Alex Thio dan Harold Rosenberg) 28 Gaya Hidup Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri. Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psychografi. Psychografi merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen. Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat. 29 No. 1 Nama Pengarang Hawkins, 1999 2 Hair dan McDaniel, 2001 3 Susanto, 2010 4 Kottler, 2002 Definisi Kata Kunci Gaya hidup yang berhubungan dengan uang dan waktu dilaksanakan oleh seseorang berhubungan dengan keputusan. Orang yang sudah mengambil suatu keputusan langkah selanjutnya adalah tindakan. Gaya hidup adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta Y = Gaya Hidup X1= Uang X2= Waktu X3= Pengambilan Keputusan X3= Tindakan Y = Gaya Hidup X1= Aktivitas X2= Minat X3= Pendapat Y = Gaya Hidup X1= Aktivitas X2= Ketertarikan X3= Opini Y = Gaya Hidup X1= Pekerjaan X2= Persahabatan X3= Cinta Uang (Hawkins) Waktu (Hawkins) Pengambilan Keputusan (Hawkins) Aktivitas (Hawkins, Hair dan McDaniel, dan Susanto) Minat (Hair dan McDaniel) Pendapat (Hair dan McDaniel dan Susanto) Ketertarikan (Susanto) Pekerjaan (Kottler) Persahabatan (Kottler) Cinta (Kottler) Gambar 13. Peta Teori Gaya Hidup Gaya Hidup (Hawkins, Hair dan McDaniel, Susanto, dan Kottler) 30 SIMPULAN Hasil Analisis dan Sintesis Keberadaan industrialisasi bagi Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang adalah pilihan strategi dalam model pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Pemilihan model kebijakan industrialisasi ini berdampak pada dinamika industrialisasi pertanian di pedesaan. Satu sisi memang pertumbuhan ekonomi nasional meningkat tajam, namun di sisi lain membuat ketimpangan yang sangat mencolok, terutama di sektor pertanian. Kondisi industrialisasi pertanian, dalam hal ini sektor pertanian telah mengalami marginalitas akibat kebijakan-kebijakan negara yang tidak berpihak pada petani. Akibatnya industrialisasi pedesaan yang ada tidak bersinergi dalam upaya mendorong pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan. Modernisasi adalah faktor yang mendorong perubahan sosial di Timur Tengah. Modernisasi lebih bergerak cepat karena tidak dihambat oleh terputusnya kebijakan dan kekerasan sosial politik. Ketiga variabel itu diturunkan pada beberapa kondisi yang dapat ditelaah yaitu; mobilitas, empati, pendapatan dan partisipasi. Pendekatan partisipatif yang lebih menekankan inisiatif masyarakat akan efektif dilaksanakan bila kebutuhan individu masyarakat pada suatu wilayah sangat heterogen, dan kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak pembangunan pedesaan atau sebagai partner pemerintah. Pada wilayah dengan tingkat perkembangan individu yang heterogen namun kebersamaan sebagai komunitas merupakan energi utama penggerak pembangunan pedesaan, pendekatan partisipatif lebih tepat digunakan. Pada kondisi yang tidak termasuk kedua hal tersebut, pendekatan semipartisipatif lebih tepat digunakan dalam pembangunan pedesaan. Pengembangan industri yang begitu pesat tersebut tentu membuat beragam pengaruh terhadap keadaan di desa. Dampak industri tersebut ialah meningkatnya kesempatan kerja non pertanian dan arus migrasi masuk. Taraf hidup yang terjadi pada dua kelompok responden sudah mengalami perubahan yang meningkat, sudah tidak ada lagi responden yang taraf hidupnya menurun saat ini. Pertambangan tidak hanya memberikan keuntungan dan manfaat tetapi juga menimbulkan permasalahan. Kegiatan pertambangan yang menggunakan alat berat yang berfungsi untuk mengeruk material yang berada di dataran maupun di dinding tebing menimbulkan permasalahan ekologis dan sosial bagi lingkungan sekitar. Dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan di bedakan menjadi dampak fisik dan dampak sosial ekonomi. Modernisasi pada awalnya akan mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat. Terlebih lagi bila sudah menyangkut nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat di masa mendatang. Perlu diingat, bahwa dalam melakukan modernisasi kita tidak boleh menghilangkan unsur-unsur asli kebudayaan Indonesia yang masih relevan. Bangsa Indonesia harus selektif mencapai kemajuan, dengan memfilter (menyaring) unsurunsur kebudayaan dari luar yang tidak sesuai dengan ideologi dan nilai-nilai moral. Modernisasi bukan berarti westernisasi (pembaratan), sebab banyak budaya Barat yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen. 31 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini merupakan suatu kerangka usulan analisis baru yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis dari semua pustaka yang digabungkan. Kerangka ini menunjukan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan para penulis dalam pustakanya. Berdasarkan kerangka analisis adanya kebijakan pertambangan dapat mempengaruhi berkembangnya sektor industri pertambangan. Kebijakan pertambangan harus ditinjau dari kepentingan sisi eksternal maupun sisi internalnya. Pembangunan industri pedesaan yang demikian tentu akan menimbulkan dampak pada daerah dimana industri tersebut berada. Namun yang jelas kehadiran industri tersebut menimbulkan kesempatan semakin terbukanya untuk bekerja di luar bidang pertanian, yang sebelumnya merupakan bidang pekerjaan yang dominan. Dari dampak tersebut menimbulkan respon dari masyarakat. Kehadiran industri tidak dapat dipungkiri menarik arus migrasi penduduk untuk bekerja di pabrik. Keadaan seperti ini menimbulkan kepadatan penduduk jika hal tersebut tidak dikontrol. Masyarakat desa yang sudah banyak bekerja di pabrik karena dinilai lebih terpandang dan juga ditambah lahan pertanian yang sudah menurun karena tersingkir oleh pabrik industri menimbulkan kesempatan kerja di bidang pertanian menjadi semakin rendah. Maka terjadilah perubahan pemilikan tanah yang diperoleh dari para petani maupun penduduk asli pemilik lahan tersebut. Demikian respon lain masyarakat dengan bertambahnya mata pencaharian baru didesanya. Proses industrialisasi seperti strategi, resistensi dan adaptasi adalah hal yang sangat penting dalam perkembangan industri pertambangan di pedesaan. Terjadilah industrialisasi di masyarakat pedesaan. Industrialisasi ini juga bergantung pada tingkat kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat tersebut homogen atau heterogen dapat mempengaruhi proses industrialisasi yang terjadi. Industrialisasi tersebut berakibat modernisasi yang terjadi pada masyarakat. Realitas perubahan seperti teori evolusi dan teori fungsionalisme mempengaruhi terjadinya modernisasi pada masyarakat. Modernisasi ini berdampak pada sosial ekonomi dan kultural masyarakat pedesaan. Pada aspek sosial ekonomi yaitu pergeseran nilai-nilai, lapangan kerja, konflik, mata pencaharian, materialistik, dan individualistik. Selain itu modernisasi dapat mempengaruhi nilai material dan immaterial, public life dan private life masyarakat, serta terjadinya dinamika ketenagakerjaan yang berakibat pada angkatan kerja yang meningkat perubahannya. Kehadiran industri berakibat pada perubahan sosial ekonomi yang meliputi kegiatan ekonomi, psikis dan relasi sosial. Perubahan pada pemilikan dan pemanfaatan lahan berimbas juga pada perubahan profesi, dari bidang pertanian ke non-pertanian. Perubahan ini menyebabkan pula pada perubahan pendapatan. Dengan hadirnya industri ini ternyata mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat. Perubahan sosial ekonomi ini akan berpengaruh terhadap taraf hidup masyarakat. Taraf hidup masyarakat yang berubah dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang modern, dinamis, dan stabil. Begitupula dengan modernisasi yang terjadi akan sangat berdampak pada gaya hidup yang berbeda dengan sebelumnya. Gaya hidup yang diukur dari minat, aktivitas, dan pendapat seseorang dapat diukur apakah gaya hidup masyarakat tersebut produktif atau konsumtif. Respon masyarakat dengan adanya jual beli lahan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan yang meningkat juga sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan. 32 Dampak Sosial : -konflik -materialistik -individualistik -migrasi masuk Kebijakan Pertambangan: - Sisi eksternal - Sisi internal Industri Pertambangan Proses industrialisasi: -strategi -resistensi -adaptasi Dampak Ekonomi : -lapangan kerja meningkat -mata pencaharian -kesempatan non pertanian meningkat -dinamika ketenagakerjaan Dampak Kultural : -pergeseran nilainilai immaterial dan material -Public life dan private life Keterangan: : Mempengaruhi Gambar 14. Kerangka Pemikiran Respon masyarakat: -jual beli lahan -tingkat pendidikan -tingkat pendapatan Taraf hidup masyarakat berubah Gaya hidup: -modern -dinamis -stabil 33 Pertanyaan Penelitian Proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal), persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis. Taraf hidup masyarakat yang berubah dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang modern, dinamis, dan stabil. Gaya hidup yang diukur dari minat, aktivitas, dan pendapat seseorang dapat diukur apakah gaya hidup masyarakat tersebut produktif atau konsumtif. Industrialisasi yang semula sebagai sebuah sistem yang diterapkan dalam usaha-usaha produksi pabrik, kemudian mempengaruhi komunitas (masyarakat) secara keseluruhan. Berdasarkan analisis, sintesis, dan simpulan yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, antara lain: 1. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi aspek sosial masyarakat pedesaan ? 2. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi aspek ekonomi masyarakat pedesaan ? 3. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi aspek kultural masyarakat pedesaan ? 4. Sejauh mana respon masyarakat pedesaan terhadap keberadaan industri pertambangan? 5. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi taraf hidup masyarakat pedesaan ? 6. Sejauh mana industri pertambangan mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan ? 34 DAFTAR PUSTAKA Agusta I. 2001. Modul kuliah sosiologi industri. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. [BPS] Biro Pusat Statistik (BPS). 2012. Produksi Barang Tambang Mineral. Berita resmi Statistik No. 22/XII/4 1996-2012. [Internet]. [diunduh tanggal 21 September 2014]. Dapat diunduh di: www.bps.go.id Chaney D. 1996. Lifestyle sebuah pengantar konperhensif. Yogyakarta [ID]: Jalasutra. Gandi R. 2011. Pengaruh industrialisasi pedesaan terhadap taraf hidup masyarakat di rw01 dan rw09 desa benda, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 90 hal. Ismanto K, Huda HM, Maulida C. 2012. Transformasi masyarakat petani Mranggen menuju masyarakat industri. J Penelitian. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 9(1): 35-48. Dapat diunduh di: http://e-journal.stain.ac.id Jamal E. 2009. Membangun momentum baru pembangunan pedesaan di Indonesia. J Litbang Pertanian. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 28(1): 714. Dapat diunduh di: http://pustaka.litbang.deptan.go.id Kamanto S. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta [ID]: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Press. Munthe HM. 2008. Keterkaitan perspektif modernisasi dan berbagai pembangunan sosial. J Harmoni Sosial. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 2(2): 58-61. Dapat diunduh di: http://repository.usu.ac.id Rahardjo MD. 1984. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan Kerja. Jakarta [ID]: Universitas Indonesia. Risal S, Paranoan DB, Djaja S. 2013. Analisis dampak kebijakan pertambangan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kelurahan Makroman. J Administrative Reform. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 1(1): 117-131. Dapat diunduh di: http://ar.mian.fisip-unmul.ac.id Salim A. 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta [ID]: PT Tiara Wacana Yogya. Sulistyaningsih. 2013. Industrialisasi pedesaan dan pemberdayaan ekonomi petani desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. J Sosiologi Reflektif. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 8(1): 109-131. Dapat diunduh di: http://journal.uin.ac.id [PERMEN] Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara. [Internet]. [diunduh tanggal 21 September 2014]. Dapat diunduh di: www.permen.go.id 35 Purwanto. 2003. Perubahan Pola Pencaharian Nafkah Masyarakat Petani di Sekitar Kawasan Industri (Kasus di Desa Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur). [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Winarso B. 2014. Dinamika ketenagakerjaan pada wilayah pedesaan lahan kering di Indonesia. J Penelitian Pertanian Terapan. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 14(1): 1-14. Dapat diunduh di: http://jptonline.or.id Yudhistira, Hidayat WK, Hadiyarto A. 2011. Kajian dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan pasir di desa Keningar daerah kawasan gunung merapi. J Ilmu Lingkungan. [Internet]. [diunduh tanggal 21 September 2014]. 9(2): 76-84. Dapat diunduh di: http://studentjournal.ub.ac.id Zaki AR, Hakim A, Nurani F. 2013. Dampak sosial ekonomi pertambangan minyak dan gas banyu urip kabupaten Bojonegoro. J Administrasi Publik. [Internet]. [diunduh tanggal 21 September 2014]. 1(2): 125-131. Dapat diunduh di: http://studentjournal.ub.ac.id Zulkifli. 2013. Analisis dampak ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat akibat penambangan emas di kecamatan Sawang Aceh Selatan. J Ekonomika Universitas Almuslim Biruen Aceh. [Internet]. [diunduh tanggal 20 September 2014]. 4(7): 8-15. Dapat diunduh di: http://scribd.com 36 RIWAYAT HIDUP Ami Kusuma Handayani lahir di Jakarta pada tanggal 25 Mei 1993 adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Agung Nugroho Hartono dan Novi Andayani Praptiningsih. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah TK Al-Azhar periode 1998-1999, SDIT Fajar Hidayah periode 1999-2005, SMP Negeri 239 Jakarta periode 2005-2008, SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan periode 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis periode 2014. Penulis juga aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) Divisi Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni (PBOS) pada masa kepengurusan selama dua periode yaitu tahun 2012/2013 dan 2013/2014. Selain itu penulis mengikuti kegiataan kepanitiaan Pemilihan Raya FEMA Divisi Publikasi dan Dekorasi tahun 2012, Panitia Himasiera Olah Talenta Divisi Sponsorship tahun 2012, Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2012, Panitia Career Development Training Divisi Marketing Promotion tahun 2012, Panitia 6th Ecology Sport and Art Event Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia IPB Festival Divisi Acara tahun 2013, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2013, Panitia Familiarity Night Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia 7th Ecology Sport and Art Event Divisi Acara tahun 2014, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2014 dan Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2014. Untuk kegiatan di luar kampus, penulis mengikuti kegiatan Marching Band The Crescendo Corps dari tahun 2002 sampai 2013.