Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI Debora Meiliana Limarga Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Pascasarjana UPI Bandung Email: [email protected] Abstrak Kemampuan empati anak kelompok A1 TK Santo Aloysius Bandung masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan empati anak melalui penerapan metode bercerita dengan media audio visual. Penelitian dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan design penelitian Kemmis & Taggart. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat peningkatan kemampuan empati anak setelah diterapkan metode bercerita dengan media audio visual. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita dengan media audio visual efektif dalam meningkatkan kemampuan empati anak Kelompok A1 TK Santo Aloysius dan juga mengembangkan daya imajinasi anak, menciptakan situasi belajar yang menggembirakan. Peneliti merekomendasikan kepada guru agar secara konsisten menerapkan metode bercerita dengan media audio visual dalam rangka meningkatkan kemampuan empati anak dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Kata kunci: metode bercerita dengan media audio visual, kemampuan empati anak. APPLICATION STORYTELLING METHOD WITH AUDIO VISUAL MEDIA TO IMPROVE THE ABILITY TO EMPATHIZE IN EARLY CHILDHOOD STUDENTS Abstract The ability to empathize of the students of group A1 kindergarten of St. Aloysius Bandung is not developed yet, The purpose of this study is to increase the ability to empathize of the kindergarten students through storytelling method with audio-visual media. The ability to empathize must be improved because it is one of social competences in socialization. This study is Class Activity Research Method (Penelitian.Tindakan Kelas, PTK) based on the design of Kemmis & Taggart. Data collection techniques in this research is observation, interview and documentation. Analysis of the data is interactive analysis model. The result of this research shows that after applying storytelling with audio-visual media as the method of teaching to the students, there is an increase in the ability to empathize. In the initial condition (before applying storytelling with audio-visual media as the method of teaching) the ability to empathize of students categorized as “underdeveloped”. After applying storytelling with audio-visual media as the method of teaching) the ability to empathize of the students increased and categorized as “developed according to expectations” and “growing very well”. Implications of this research showed that application of story-telling method with audio-visual media is effective in improving children's capacity for empathy St. Aloysius TK Group A1 and developing a child's imagination, creating a encouraging learning situation. Researchers recommend that teachers should consistently apply the methods of storytelling with audio-visual media in order to improve students' ability to empathize and create a pleasant classroom atmosphere. Keywords: storytelling with audio-visual media, students's ability to empathize. 86 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi merupakan akar kepedulian dan kasih Pendahuluan sayang dalam setiap hubungan emosional Anak merupakan generasi penerus anak bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa kasih suatu bangsa. Peranan lingkungan sosial kepedulian dan mampu mengendalikan emosinya dengan mampu memberi dan yang mampu menyesuaikan diri dengan menerima maupun lainnya bersama akan dalam (2009) mengemukakan bahwa salah satu sosial. mengemukakan berempati adalah bahwa yang menyatakan bahwa tingginya kepekaan empati akan berpengaruh pada kecakapan sosial anak. 136) Hal mendasar yang menimbulkan “kemampuan kemampuan dan hasil penelitian Iis, N. (2012, hlm. 1-2) dan memberikan perhatian pada orang hlm. bergaul orang tersebut. Hal ini sejalan dengan lain, memahami orang lain, tenggang rasa (1997, keberhasilan yang semestinya sesuai dengan harapan Kemampuan yang mampu melihat kesusahan orang Goleman dengan orang lain dan memberikan perlakuan bidang empati merupakan suatu emosi pada anak lain. berbagi mampu memahami kondisi (perasaan) kemampuan empati. Kemampuan empati pengembangan bermain dapat diterima oleh orang lain jika ia pada pendidikan anak usia dini adalah dalam saling mau bersosialisasi di masyarakat. Seseorang kemampuan yang harus dikembangkan ke dan serta Kemampuan empati menjadi kunci sendiri maupun orang lain. Yuliasari termasuk maaf temannya. menampakkan perilaku baik terhadap diri ini kebutuhan yang belajar berempati akan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan baik. Anak sosial memahami yang sedang mengalami kesulitan. Anak pada anak sehingga anak cendrung lebih lingkungan sayang, temannya, serta mau menolong teman yang baik, akan memberi dampak positif sebaya dengan sikap toleransinya dan dapat memberikan dan cermin yang negatif bagi kemajuan teman emosionalnya lain sehingga anak mampu menunjukkan emosional akan menjadi dampak buruk keluarga, untuk kunci untuk memahami perasaan orang datang. Kondisi anak yang lemah secara memiliki upayanya emosional orang lain. Empati merupakan masa sekarang maupun masa yang akan dan dalam menyesuaikan sangat ditentukan oleh keberadaan anak di sosial Halaman 86 – 104 keprihatinan penulis akan pentingnya untuk pengembangan kemampuan empati anak mengetahui perasaan orang lain “Empati usia dini antara lain: kasus kekerasan yang 87 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 terjadi di masyarakat akhir-akhir ini, kadar yang bervariasi. Kasus-kasus di atas menunjukkan menunjukkan kemampuan empati yang rendahnya kemampuan empati anak. Hal ini sungguh sangat rendah memprihatinkan karena usia pelakunya tindak kekerasan. semakin muda. Contoh: kasus tewasnya dikalangan anak-anak pelaku Beberapa penelitian menunjukkan seorang siswa bernama NA berusia 8 bahwa tahun siswa SDN 07 Kebayoran Lama mencegah kemarahan (Strayer & Roberts, Jakarta Selatan yang tewas dianiaya 2004) dan perilaku agresi (Hasting, Zahn temannya. 27 Waxler, Robinson, Usher & Bridges, September 2015). Anak usia 6 tahun 2000; Strayer & Roberts, 2004) dalam F. dibully oleh teman-temannya di suatu Widiana Satya (2012) karena kemampuan sekolah yang berada di wilayah Gading empati mendorong seseorang mampu Serpong (@Facebook.com,2015). memahami dan merasakan rasa sakit dari Kekerasan anak di sekolah yang terjadi di korbannya. Sementara itu Boswell (2009) berbagai menyampaikan sikap (attitude) yang lebih (Sindo daerah News. di Com, Indonesia sudah kemampuan memasuki tahap memprihatinkan. Riset positif yang kemampuan dilakukan Masyarakat Plan Lembaga Sosial International dan terhadap empati perilaku empati dapat agresi yang dan rendah memprediksi prilaku bulying anak di International Center for Research on sekolah. Women (ICRW) yang dirilis awal Maret disimpulkan bahwa kemampuan empati 2015 menunjukkan fakta mencengangkan adalah salah satu kemampuan yang sangat terkait kekerasan anak di sekolah. Selain penting dalam pergaulan sehari-hari. itu, pada tahun 2006 Badan Pusat Statistik Dari uraian di atas dapat Hasil observasi dan refleksi awal (BPS) mencatat, kasus kekerasan pada melalui anak mencapai 25 juta, dengan berbagai menunjukkan bahwa kemampuan empati macam bentuk, dari yang ringan sampai anak Kelompok A1 TK Santo Aloysius yang berat. Data Badan Pusat Statistik Bandung masih rendah, hal ini dapat tahun kepolisian dilihat dari beberapa Catatan Anekdot dan mencatat, dari seluruh laporan kasus kejadian sehari-hari baik di kelas maupun kekerasan, 30% di antaranya dilakukan di luar kelas antara lain anak belum dapat oleh anak-anak, dan dari 30% kekerasan berbagi yang dilakukan anak-anak, 48% terjadi di dengan teman, anak mudah meledak lingkungan sekolah dengan motif dan emosinya jika menghadapi permasalahan 2009 menunjukkan 88 diskusi mainan dengan ataupun guru kelas permainan Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 dalam bermain, anak kurang memiliki dan sikap toleran terhadap teman, anak lebih penulis suka bermain sendiri, anak sulit meminta metode bercerita dengan media audio maaf dan memberi maaf pada teman. visual berupa tayangan cerita film animasi Rendahnya anak Media audio visual yaitu salah satu media disebabkan oleh peran guru sebagai pembelajaran yang dapat digunakan untuk perencana dalam pembelajaran kurang menyampaikan cerita pada anak guna memperhatikan pembelajaran membantu mengembangkan kemampuan anak usia dini di mana pembelajaran lebih empati anak. Menurut Hamdani (2011, menekankan pada aspek akademik, belum hlm. 249),”Media audio visual merupakan semua guru menggunakan metode dan kombinasi audio dan visual atau bisa media disebut kemampuan hakekat pembelajaran empati yang bervariasi sebagainya. Pada tertarik dangan penelitian untuk ini menggunakan media pandang dan dalam upaya meningkatkan kemampuan dengar.” Dengan demikian penyajian empati anak, hanya terfokus pada satu materi pembelajaran dapat diganti dengan metode atau media pembelajaran saja. media dan guru beralih menjadi fasilitator Dari sekian banyak metode yang belajar. Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan empati ini dapat memberikan kemudahan pada anak adalah metode bercerita. Hal ini anak untuk menyimak cerita dengan baik sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh sehingga memungkinkan komunikasi dua Moeslichatoen (2004) bahwa bercerita arah antara guru dan anak didik dalam dapat penyampaian menjadi media untuk pesan moral cerita menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di Pengajaran akan lebih menarik perhatian masyarakat. Bercerita mempunyai makna anak, penting bagi perkembangan anak usia mengamati, dini, karena dengan bercerita guru dapat mendemonstrasikan membantu nilai-nilai tokoh dalam cerita. Permasalahan yang termasuk terjadi tidak terlepas dari kurangnya empati wawasan guru dalam memilih metode dan anak. Metode bercerita dapat disampaikan media pembelajaran yang tepat, oleh melalui lain: karena itu peneliti melakukan tindakan metode bercerita dengan boneka, metode kelas di kelompok A1 TK Santo Aloysius bercerita dengan big book (buku besar), yaitu penerapan metode bercerita dengan metode bercerita dengan boneka tangan media audio visual untuk meningkatkan sosial mengembangkan di dalamnya mengembangkan berbagai kemampuan media antara 89 karena anak dapat langsung melakukan, serta memerankan Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 kemampuan empati anak. Manfaat teoritis usia dini yang dilaksanakan melalui empat dari penelitian ini adalah sebagai rujukan tahap untuk melakukan penelitian selanjutnya pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. tentang kemampuan empati anak usia dini. Partisipan dalam penelitian tindakan kelas Manfaat secara praktis bagi guru adalah ini terdiri dari peneliti, guru kelas, dan untuk metode anak-anak kelompok A1 di TK Santo pengembangan kemampuan empati anak Aloysius sebagai subjek penelitian dengan usia dini, bagi lembaga untuk memberikan jumlah 23 anak terdiri dari 15 anak laki- sumbangan mengenai laki dan 8 anak perempuan. Tehnik penerapan metode bercerita dengan media pengumpulan data yang dilakukan oleh audio meningkatkan peneliti dalam penelitian ini observasi, kemampuan empati anak usia dini. Bagi catatan lapangan, wawancara dan studi peneliti dapat menjadi bahan pengetahuan dokumentasi. Menurut Cresswell, (2014, tentang peningkatan kemampuan empati hlm. 261) instrumen dalam penelitian ini anak usia dini melalui metode bercerita adalah dengan media audio visual. mengumpulkan memberikan alternatif pengetahuan visual untuk yaitu peneliti dokumentasi, wawancara Metode Analisis Metode penelitian yang digunakan atau (Hopkins, 2011, hlm. 91) yaitu model dengan data prilaku, para dalam atau partisipan. penelitian pendekatan ini analisis derajat kebenaran dapat menggunakan beberapa bentuk validasi siklus yang dilakukan secara berulang, Hopkins berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas (2011, hlm. 239) yaitu: triangulasi, member-check, dan expert gambaran opinion, mengenai penerapan metode bercerita visual observasi ini. Untuk menguji derajat kepercayaan model spiral Kemmis dan Mc. Taggart, audio melalui penting dalam penelitian tindakan kelas adalah desain penelitian tindakan kelas media data 237). Validitas data merupakan hal yang 87) Desain penelitian yang digunakan dengan dengan dan Huberman dalam Hopkins (2011, hal. Menurut Kemmis, (Hopkins, 2011, hlm. mendapatkan sendiri kualitatif dengan model interaktif. Miles research) model Kemmis dan Mc Taggart. bertujuan itu perencanaan, sendiri menggunakan adalah metode penelitian tindakan (action ini tahap untuk meningkatkan kemampuan empati anak 90 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Hasil Penelitian dan Pembahasan Kemampuan empati anak A1 TK Santo Aloysius sebelum pembelajaran seperti Pelaksanaan Pembelajaran fokus meneliti indikator setiap aspek yang akan di halaman dan kegiatan pembelajaran di diobservasi dalam kelas. Upaya yang dilakukan untuk berempati anak meningkat dengan cukup baik ini terbukti dari hasil penelitian visual. Sebelum penelitian dilaksanakan berupa peneliti melakukan koordinasi dengan perubahan tentang definisi siklus perkembangan empati anak, peran guru kelompok A1 membuat terjadi peningkatan diterapkan metode bercerita dengan media audio visual mengalami peningkatan baik masing-masing tiga tindakan. Setelah guru tiga Kelompok A1 TK Santo Aloysius setelah kelas dilaksanakan dalam tiga siklus dengan dalam luar kelas. Kemampuan empati anak-anak kesepakatan bahwa penelitian tindakan berkolaborasi anak kegiatan main baik di kelas maupun di dilakukan guru, prilaku anak dalam kegiatan pembelajaran dan bercerita dengan menggunakan media dengan hasil kemampuan empati yang ditunjukkan kemampuan empati anak, serta penerapan metode berdiskusi dan siklus mulai dari pra siklus sampai dengan anak, faktor-faktor yang mempengaruhi itu lapangan kemampuan empati. Selama pelaksanaan empati, tahapan perkembangan empati Selain catatan wawancara guru, menunjukkan terjadinya guru wali kelas Dalam diskusi tersebut visual. kemudian dengan media audio visual kemampuan penggunaan metode bercerita dengan media audio audio peneliti, Setelah diterapkan metode bercerita anak Kelompok A1 TK Santo Aloysius mengembangkan oleh menyiapkan media yang akan digunakan. meningkatkan kemampuan empati anak- dalam metode mengasihi dan membantu teman serta awal yang dilakukan ketika anak bermain memaparkan penerapan yang akan diobservasi, yaitu toleransi, peneliti dengan guru kelas serta observasi peneliti tindakan meneliti aspek-aspek kemampuan empati hasil wawancara awal yang dilakukan melalui Harian bercerita dengn media audio visual, visual rendah, hal ini dapat dilihat dari adalah Rencana (RPPH), media yang akan digunakan dan diterapkan metode bercerita dengan media audio Bandung Halaman 86 – 104 pada setiap aspeknya maupun pada setiap peneliti indikatornya. kelas Peningkatan kemampuan empati tersebut dapat dilihat pada grafik rencana di bawah ini: 91 Vol.3 | No.1 | April 2017 Peningkatan kemampuan empati aspek mengasihi BB MB 20 BSH 0 Peningkatan Kemampuan Empati 60 BB 40 MB 20 BSH 0 Peningkatan kemampuan empati aspek membantu teman 60 BB 40 MB 20 BSH 0 BSB 80 Persentase Persentase 60 40 Halaman 86 – 104 80 Persentase Persentase 80 Tunas Siliwangi BSB BSB Empati aspek 70 Peningkatan kemampuan toleransi 60 50 40 30 20 10 0 BB MB BSH BSB hak, dan tekanan kepada orang lain dapat Pada dasarnya setiap anak sudah meningkatkan perasaan empati dan respon memiliki kemampuan empati pada dirinya terhadap emosi. Pada lingkup kelas, masing-masing, strategi dan program yang dpat dilakukan hanya saja hal ini tergantung bagaimana guru menstimulasi diantaranya: kemampuan kooperatif, mengelompokkan anak dengan tersebut. Hann (1980) mengemukakan beberapa kegiatan yang karakteristik dapat meningkatkan dilakukan dalam kelas untuk a) model yang pembelajaran berbeda empati dan dapat perilaku meningkatkan empati anak: 1) bermain prososial (b) memiliki teman sebaya dan peran, dengan kegiatan ini dapat melatih teman anak untuk merasakan perasan orang lain humanistik, dengan pendekatan ini dapat terutama kognitif dan empati afeksi, 2) meningkatkan empati, tanggung jawab, menerima pandangan orang lain, latihan dan kontrol diri (Morgan,1983). untuk memerima pandangan orang lain lintas usia, Kemampuan c) empati pendekatan anak-anak efektif untuk meningkatkan empati, 3) kelompok A1 TK Santo Aloysius sebelum memberikan ransangan terhadap emosi, diterapkan metode bercerita dengan media misalnya memberikan contoh bagaimana audio visual masih rendah, rasanya jika kurang beruntung, kehilangan kemampuan 92 empati anak rendahnya disebabkan Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi karena banyak faktor diantaranya sifat Halaman 86 – 104 dan kapan harus membiarkannya egosentris anak yang masih tinggi. Sifat sendirian. Sebagian besar anak sering kali egosentris membiarkan temannya bermain sendiri. yang dimiliki anak menyebabkan anak cenderung melihat dan Faktor memahami sesuatu dari sudut pandang dimana dan mengekspreseikan kepentingannya sendiri. Sifat kematangan emosional anak cenderung emosinya bebas anak-anak antara lain: asyik bermain diperlihatkan oleh sebagian anak pada saat sendiri, belum dapat berbagi/bergiliran bermain bersama teman, selain itu juga main dengan teman terutama ketika sebagian anak belum mampu meminta bermain bersama, marah jika teman maaf jika melakukan kesalahan pada memimjam mainannya. Sifat egosentris teman, faktor kemampuan anak untuk membuat kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial menjalin relasi dengan teman sebayanya, secara efektif masih kurang hal ini terlihat sehingga kurang mampu bergabung dalam dari prilaku belum dapat berbagi mainan satu kelompok. Sifat egosentris yang dan bergiliran main bersama temannya. tinggi pada anak karena anak belum dapat Sejalan dengan pembahasan di atas Borba memahami perbedaan perspektif pikiran berpendapat bahwa anak yang memiliki orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat empati akan menunjukkan sikap toleransi, Suyanto (2005, hlm. 70) pada tahapan ini kasih sayang, memahami kebutuhan orang anak hanya mementingkan dirinya sendiri lain, mau membantu orang yang sedang dan belum mampu bersosialisasi secara kesulitan, baik dengan orang lain. Anak belum kepedulian, mengerti bahwa lingkungan memiliki cara mengendalikan kemarahannya. (2008: 21) mengalami pandang yang berbeda dengan dirinya terbuka. lebih marah pengertian, penuh lebih mampu dan Sebelum Sikap dengan egosentris terlihat pada sebagian besar anak dan anak penerapan metode Anak masih melakukan segala sesuatu bercerita dengan media audio visual untuk demi dirinya sendiri bukan untuk orang meningkatkan kemampuan empati anak lain. kelompok A1 TK Santo Aloysius peneliti Faktor lain adalah belum munculnya dan guru kelas berkolaborasi membuat keterampilan memahami sesuatu dengan rancangan kegiatan pembelajaran berupa perspektif orang lain ini menyebabkan rencana persiapan pembelajaran harian anak belum mengetahui kapan dapat (RPPH). mendekati teman yang sedang bersedih dilaksanakan sebanyak tiga siklus, setiap 93 Penelitian tindakan kelas Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 siklus terdiri dari tiga tindakan. Tema dari kemampuan empati yang sudah disusun setiap siklus disesuaikan dengan tema divalidasi oleh dua orang ahli sebelum yang sudah berjalan di sekolah. Selain itu digunakan. guru juga mempelajari dan Berdasarkan hasil penelitian pada indikator kemampuan berempati yang setiap siklus dari siklus satu sampai siklus akan tiga mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dikembangkan aspek melalui metode bercerita dengan media audio visual. Penyusunan kisi-kisi pengamatan dan refleksi yang sudah instrument dipaparkan sebelumnya, didasarkan pada aspek dan indikator kegiatan penerapan kemampuan dengan media berempati, Aspek pada metode audio awal bercerita visual guru kemampuan berempati yang akan diamati melakukan pemilihan cerita film animasi adalah kemampuan toleransi, mengasihi dengan dan membantu teman. Indikator aspek pemilihan toleransi terdiri dari mampu bermain disesuaikan dengan semua teman, tidak marah jika kemampuan berempati anak. menyiapkan tidak mendapat mainan, mengalah pada media teman jika berbeda pendapat, mampu penggunaan mengerjakan tugas bersama, dan mampu menyampaikan cerita film animasi dengan bergiliran bantuan main. Indikator aspek durasi maksimal judul cerita film dengan audio LCD. menit, animasi aspek-aspek visual, media 10 menjelaskan audio visual, Sejalan mengasihi terdiri dari mampu memberi pembahasan salam dan membalas salam, berbicara metode bercerita dengan media audio dengan visual kata-kata yang sopan, perencanaan dengan Sanjaya (2009, hlm. dan menyimpan berpendapat barang/benda pada tempatnya, menumbuhkan motivasi belajar siswa menggunakan mainan dengan hati-hati, melalui cara: 1) Memperjelas tujuan yang memuji teman dan mengucapkan terima ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang kasih pertolongan. ingin dicapai, maka akan semakin kuat Indikator aspek membantu teman terdiri motivasi belajar siswa Oleh sebab itu, dari menolong teman yang kesulitan, sebelum proses pembelajaran dimulai menolong teman yang mendapat kejadian hendaknya guru menjelaskan terlebih buruk, dahulu tujuan yang ingin dicapai. 2) mendapat mengajak teman bermain, siswa perlu menghibur teman, dan meminjamkan alat Membangkitkan tulis pada teman. Kisi-kisi instrument mengembangkan motivasi belajar. Salah 94 minat guru 29) membereskan saat bahwa penerapan untuk Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 satu cara yang dapat dilakukan dalam cerita pembelajaran empati, adalah mengaitkan guru dapat menyisipkan kejujuran, kesetiaan dan pengalaman belajar dengan minat siswa 3) keramahan, Menciptakan suasana yang menyenangkan memberikan sejumlah pengetahuan sosial dalam belajar. 4) Menggunakan variasi dan moral kepada anak-anak, 3) melatih metode penyajian yang menarik. anak belajar mendengarkan apa yang Cerita film animasi yang akan disampaikan disesuaikan serta sifat ketulusan, 2) disampaikan, 4) memungkinkan anak dengan dapat megembangkan aspek kognitif, karakteristik anak-anak dan disesuaikan afektif, juga bercerita mampu meningkatkan imajinasi dengan kemampuan toleransi, fokus berempati mengasihi peningkatan pada dan aspek dan psikomotor 5) metode dan kreatifitas anak. Moeslichstoen (2004, membantu hlm 157). Manney (2008) juga teman. Hal ini sejalan dengan pendapat mengatakan bahwa sebuah cerita dapat Moeslichatoen (2004, hlm. 157) cerita membuat seseorang berempati karena yang disampaikan guru harus menarik dan adanya imajinasi dari pembaca atau mengundang perhatian anak dan tidak pendengar yang mengartikan setiap kata lepas dari tujuan pendidikan bagi anak kedalam TK. Cerita yang dipilih harus terkait membuat mereka dapat melihat dunia dengan dunia kehidupan anak sehinggga melalui mereka dapat lebih memahami, dan dapat merasakan perasaan karakter. Sehingga menangkap isi cerita tersebut, cerita yang seolah-olah dapat mengalaminya sendiri disampaikan dapat memberikan perasaan tanpa harus melaluinya di dunia nyata. gembira, lucu, dan mengasyikkan, bercerita harus diusahakan pikiran dan pandangan Pada awal perasaan yang karakter kegiatan dan penerapan menjadi metode bercerita dengan media audio pengalaman bagi anak yang bersifat unik visual, peneliti melihat ekpresi gembira dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak-anak saat guru membawa mereka ke anak, serta dapat memotivasi anak untuk ruang audio, mengatur tempat duduk agar mengikuti cerita itu sampai tuntas, selain anak itu juga cerita yang disampaikan harus disampaikan. Anak-anak menunjukkan dapat dan ekspresi senang karena berada di ruang kognitif anak. Pemilihan dan penentuan selain ruang kelas. Begitu juga saat guru cerita film animasi juga didasarkan pada menyampaikan cerita dengan media audio manfaat metode bercerita yaitu; 1) melalui visual terlihat ekspresi anak-anak sangat mengembangkan bahasa 95 duduk nyaman saat cerita Vol.3 | No.1 | April 2017 antusias menanti Tunas Siliwangi akan bercerita dengan menggunakan media dengan audio visual guru melakukan apersepsi pendapat Sanjaya (2009, hlm. 29) guru dengan menggali pengalaman anak terkait menumbuhkan motivasi belajar siswa kemampuan empati yang dilakukan di dengan sekolah, disampaikan cerita guru. yang Halaman 86 – 104 Sejalan menggunakan variasi metode penyajian yang menarik. kemudian guru memberikan gambaran singkat cerita film animasi yang Perasaan gembira dan antusias anak akan disampaikan, saat cerita film animasi juga disebabkan karena penyampaian disampaikan guru melakukan penekanan cerita menggunakan media audio visual, pada fokus kemampuan berempati yang di dapat harus dilakukan anak dengan memberikan mendengar juga dapat melihat gambar umpan balik agar anak lebih termotivasi bergerak dari cerita yang disampaikan, dan karena salah satu prinsip pendidikan untuk kemampuan anak usia dini harus berdasarkan realita penyampaian cerita melalui media audio artinya bahwa anak diharapkan dapat visual selesai guru menggali pengetahuan mempelajari sesuatu secara nyata. Media yang didapat anak sepanjang penyampaian audio anak cerita dengan mengajukan pertanyaan menerima dan menyerap dengan baik dan seputar tokoh dalam cerita, apa yang pada terjadi dilakukan atau apa yang terjadi dengan berupa tokoh dalam cerita, serta bagaimana hal perasaan anak jika mengalami hal seperti mana anak-anak visual akhirnya selain memungkinkan diharapkan perubahan-perubahan perilaku kemampuan-kemampuan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. antusias dalam melakukan berempati. Setelah tokoh dalam cerita. Selain itu juga media audio visual dapat Setelah diterapkan metode bercerita meningkatkan minat belajar, melahirkan dengan media audio visual kemampuan suasana yang menyenangkan dalam proses empati anak meningkat dengan cukup belajar mengajar, membuat anak tidak baik hal ini terbukti dari hasil penelitian cepat bosan melainkan merangsang anak berupa untuk tahu lebih jauh, terdapat unsur wawancara guru, menunjukkan terjadinya hiburan perubahan pelajaran yang sesuai sehingga dengan membuat materi anak catatan lapangan prilaku dan anak hasil dalam kemampuan empati. semakin suka dan minat untuk belajar. Selama pelaksanaan siklus mulai Hasil pengamatan pada pelaksanaan dari pra siklus sampai dengan siklus tiga tindakan setiap siklus, sesudah kegiatan peneliti 96 menganalisa telah terjadi Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 peningkatan kemampuan empati yang menjadi 1 orang atau 4.3%, sementara itu ditunjukkan kategori anak dalam kegiatan berkembang sesuai harapan pembelajaran dan kegiatan main baik di mengalami peningkatan yang cukup tinggi kelas maupun di luar kelas. Pada pra meningkat menjadi 17 orang atau 73.9%, siklus anak-anak dan kategori berkembang sangat baik masih belum berkembang terlihat dari mulai meningkat menjadi 3 orang atau kategori belum berkembang 14 orang atau 13%. Penyajian cerita dengan jenis yang 60.9%, kategori mulai berkembang 7 lebih bervariasi untuk membangkitkan orang kategori minat anak dan memotivasi belajar anak, berkembang sesuai harapan 2 orang atau serta memperjelas tujuan pembelajaran 8.7%, dan kategori berkembang sangat pada siklus tiga kemampuan empati baik metode mengalami peningkatan yang cukup tinggi bercerita melalui media audio visual pada hal ini terlihat dari tidak ada anak pada siklus satu menyebabkan kemampuan kategori belum berkembang, hanya ada 2 empati pada orang atau 8.7% anak pada kategori belum kategori belum berkembang berkurang berkurang, kategori berkembang sesuai menjadi 3 orang atau 13% kategori belum harapan meningkat menjadi 15 orang atau berkembang meningkat menjadi 15 orang 56.2%, dan kategori berkembang sangat atau 56.2%, kategori berkembang sesuai baik meningkat menjadi 5 orang atau harapan meningkat menjadi 4 orang atau 17.4%. kemampuan atau empati 30.4% tidak ada. dan Penerapan mengalami peningkatan 17.4%, dan kategori berkembang sangat Penerapan metode bercerita dengan baik mulai terlihat walaupun baru 1 orang media audio visual cukup efektif pada atau 8.7%. Setelah melakukan refleksi peningkatan kemampuan empati anak- dengan melakukan perbaikan pelaksanaan anak kelompok A1 TK Santo Aloysius. tindakan pada siklus kedua kemampuan Hal ini terlihat dari kemampuan sebagian empati anak mengalami peningkatan yang besar anak-anak dalam bermain bersama cukup baik, tetapi masih ada 2 orang atau teman, mengalah pada teman, bergiliran 8.7% main, tidak marah pada teman, dan anak pada kategori belum berkembang karena kedua anak tersebut menolong teman yang kesulitan. membutuhkan Demikian juga pada kegiatan bimbingan dan pendampingan khusus dari guru saat pembelajaran sebagian besar anak-anak melakukan kemampuan empati, kategori sudah menunjukkan kemampuan dalam belum berkembang semakin berkurang hal memberi salam dan membalas salam 97 Vol.3 | No.1 | April 2017 guru/teman, berbicara Tunas Siliwangi dengan Halaman 86 – 104 sopan, emosinya dengan mampu memberi dan membereskan dan menyimpan barang menerima maaf serta anak mau bermain pada tempatnya, serta hati-hati dalam bersama menggunakan Ada temannya. Goleman juga menyatakan beberapa kemampuan empati yang masih bahwa ada tiga karakteristik kemampuan perlu ditingkatkan dalam pelaksanaannya empati yaitu 1) Mampu menerima sudut dan membutuhkan contoh serta bimbingan pandang orang lain, yaitu kemampuan dan untuk individu membedakan antara apa yang saat dikatakan atau dilakukan orang lain melakukan kesalahan, memuji teman jika dengan reaksi dan penilaian individu itu berhasil dan sendiri. 2) Memiliki kepekaan terhadap mengucapkan terima ksih saat mendapat perasaan orang lain, yaitu kemampuan pertolongan. Pengembangan empati pada individu anak-anak merupakan aspek yang sangat perasaan-perasaan orang lain dan peka penting. Empati akan membantu anak terhadap hadirnya emosi dalam diri orang mengetahui dan memahami emosi orang lain melalui pesan non verbal yang lain dan perasaan orang lain. ditampakkan, barang/ pendampingan kemampuan benda. guru meminta menyelesaikan Menurut Goleman maaf tugas, (1997:136) dan gerak-gerik saling berbagi mampu mengidentifikasi misalnya dan dengan nada ekspresi bicara, wajah. 3) Kemampuan empati adalah “Kemampuan Mampu mendengarkan adalah sebuah untuk mengetahui perasaan orang lain “. ketrampilan yang perlu dimiliki untuk Empati merupakan akar kepedulian dan mengasah kemampuan empati. Sikap mau kasih sayang dalam setiap hubungan mendengar memberikan pemahaman yang emosional anak dalam upayanya untuk lebih baik terhadap perasaan orang lain menyesuaikan dengan dan mampu membangkitkan penerimaan emosional orang lain. Empati merupakan terhadap perbedaan yang terjadi. Sejalan kunci untuk memahami perasaan orang dengan penelitian yang dibuktikan oleh lain sehingga anak mampu menunjukkan Mashar (2013, hlm.299) kemampuan anak sikap toleransinya dan dapat memberikan berempati terhadap kasih membantu anak sayang, emosionalnya memahami kebutuhan orang lain untuk akan memunculkan temannya, serta mau menolong teman suara hati nurani, rasa bersalah, dorongan yang sedang mengalami kesulitan. Anak rasa bangga dan malu. Berbagai emosi yang belajar berempati akan memiliki tersebut akan membuat anak bertindak, kepedulian dan mampu mengendalikan berprilaku prososial, dan menolong. 98 Vol.3 | No.1 | April 2017 Pemberian Tunas Siliwangi pengalaman belajar Halaman 86 – 104 dikembangkan. 3) Memberikan efek melalui meode bercerita dengan media menyenangkan, bahagia dan ceria, karena audio meningkatkan salah satu manfaat media audio visual kemampuan empati anak-anak kelompok adalah terdapat unsur hiburan yang sesuai A1 TK Santo Aloysius memiliki banyak dengan kelebihan antara lain: 1) memberikan membuat anak semakin suka dan minat pengalaman konkrit bagi anak, karena isi untuk belajar. Secara psikologis, cerita cerita seputar lucu membuat anak senang dan gembira. seperti Rasa visual dalam yang disampaikan lingkungan terdekat lingkungan keluarga, anak, sekolah dan materi nyaman pelajaran dan memudahkannya sehingga bahagia anak lebih meyerap lingkungan bermain anak. Selain itu juga kemampuan empati yang akan diajarkan penggunaan media audio visual melalui cerita. 4) Menstimulasi daya dapat menampilkan informasi melalui suara, imajinasi gambar, gerakan dan warna, baik secara memperkuat daya ingat, serta membuka alami sehingga cakrawala pemikiran anak menjadi lebih menciptakan suasana kritis dan cerdas. Alur cerita film animasi maupun manipulasi, membantu anak dan kreativitas menjadi lebih hidup, tidak monoton dan dengan tidak 2010). emosi akan menumbuhkembangkan daya Selain itu media audio visual dapat imajinasi anak, sehingga ia merasakan mengatasi keterbatasan pengalaman yang senang belajar dengan membayangkan dimiliki 2) cerita tersebut. 5) Merupakan cara paling Mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan baik untuk mendidik tanpa kekerasan, ekspresi kepada anak, misalnya marah, menanamkan nilai moral dan etika juga sedih, gembira, kesal dan lucu, karena kebenaran, serta melatih kedisiplinan. Hal anak melihat secara langsung tayangan ini cerita film yang dilihatnya. Hal ini akan mengidentifikasikan memperkaya emosinya lingkungan sekitar, serta memudahkan terhadap anak menilai dan memposisikan diri di perkembangan tengah-tengah orang lain. Sejalan dengan membosankan oleh sehingga (Sanjaya peserta didik. pengalaman berpengaruh pembentukan dan kemampuan empatinya. membantu bentuk-bentuk anak diri dalam dengan itu pembahasan di atas menurut Musfiroh, penekanan- (2005, hlm. 95) manfaat metode bercerita penekanan yang dilakukan guru pada adalah sebagai berikut: 1) Membantu setiap pembentukan pribadi dan moral anak, 2) diperkuat juga prilaku dengan empati Selain akan menampilkan anak, yang harus 99 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan A. Kesimpulan fantasi, 3) Memacu kemampuan verbal 1. anak, 4) Memmbuka Kondisi objektif kemampuan empati cakrawala anak-anak kelompok A1 TK Santo pengetahuan anak. Sedangkan menurut Aloysius Bandung sebelum dilakukan Bachri (2005, hlm. 11), manfaat metode tindakan masih bercerita adalah 1) Dapat memperluas dikarenakan peran wawasan dan cara berfikir anak, sebab perencana dalam dalam bercerita anak mendapat tambahan kurang pengalaman yang bisa jadi merupakan hal pembelajaran untuk anak usia dini, baru baginya. 2) Menyalurkan kebutuhan pembelajaran lebih menekankan pada imajinasi dan fantasi sehingga dapat aspek akademik, guru menggunakan memperluas wawasan dan cara berfikir metode dan media pembelajaran yang anak. 3) Menjadikan anak-anak merasa kurang belajar sesuatu, tetapi tak merasa digurui. metode dan media yang lebih efektif Salah untuk satu cara rendah. hal ini guru sebagai pembelajaran memperhatikan variatif. Jadi dibutuhkan yang efektif aspek-aspek kognitif empati anak, dalam penelitian ini (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial digunakan metode bercerita dengan dan aspek konatif (penghayatan) anak- media audio visual mengembangkan anak. 4) Membawa anak-anak pada 2. peningkatan hakekat Pelaksanaan kemampuan Penerapan metode pengalaman-pengalaman baru yang belum bercerita dengan media audio visual pernah dialaminya. dilaksanakan dalam tiga siklus dengan tiga tindakan untuk masingmasing siklusnya. Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi 3. Kemampuan empati anak-anak Berdasarkan hasil penelitian dan kelompok A1 TK Santo Aloysius pembahasan tentang “Penerapan Metode setelah dilakukan penerapan metode Bercerita untuk bercerita dengan media audio visual Meningkatkan Kemampuan Empati Anak Kelompok A1 mengalami peningkatan di TK Santo Aloysius Bandung” dapat bertahap pada setiap siklusnya. yang disimpulkan sebagai berikut: B. Implikasi Implikasi dari hasil pelaksanaan penelitian 100 tindakan kelas yang Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 86 – 104 menitikberatkan pada penerapan metode membangkitkan minat dan motivasi bercerita dengan media audio visual untuk siswa untuk belajar. meningkatkan keampuan empati anak, 2. Sekolah hendaknya dapat adalah sebagai berikut: mengakomodasi penggunaan metode 1. Penerapan metode bercerita dengan bercerita dengan media audio visual media audio visual efektif dalam di meningkatkan meningkatkan anak kemampuan Kelompok A1 empati TK Santo kelas dalam rangka kemampuan empati anak Aloysius. Selain itu dapat melatih 2. semua 3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat daya serap atau daya tangkap anak melakukan penelitian secara lebih usia mendalam dini. mengembangkan daya terhadap penerapan imajinasi anak, menciptakan situasi metode bercerita dengan media audio yang menggembirakan. visual, Penerapan metode bercerita dengan memperluas aspek-aspek kemampuan media empati yang lain seperti solidaritas, audio meningkatkan visual untuk kemampuan empati serta sportivitas, meneliti kerja dengan sama, anak dapat diterapkan disetiap tingkat mengendalikan diri. Selain itu peneliti kelas dengan variasi cerita yang selanjutnya dapat disesuaikan dengan karakteristik anak kemampuan empati disetiap kelas. menerapkan metode lain dan metode meneliti dengan penelitian lain juga. C. Rekomendasi Ada beberapa hal yang dapat Daftar Rujukan menjadi rekomendasi dari hasil penelitian Ahyani, L.N. (2010). Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. I(1). 24-32. ini, antara lain: 1. Guru diharapkan konsisten dapat secara menerapkan metode bercerita dengan media audio visual dalam rangka kemampuan empati anak dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan Auliyah, A. & Flurentin, E. (2016). Efektifitas Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa kelas VII SMP. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling. 1(1) 19-26 meningkatkan sehingga 101 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Artika, García, A., Sánchez-martín, J. R. (2009). Social Cognitive Predictors of Peer Acceptance at Age 5 and The Moderating Effects of Gender. British Journal of Developmental Psycology, 27, 703–716. T. dkk (2014) Peningkatan Perhatian Belajar Melalui Media Audio Visual Pada Anak TK. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 3(4). 1-13 Connor, Asih, G. & Pratiwi, M (2010) Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. 1(1). 33-42 Ayuni, Bachir, Rita dkk. (2013) Pengaruh Storytelling Terhadap Perilaku Empati Anak. Jurnal Psikologi Undip. 12 (2). 81-121 Dhieni, Nurbiana dkk. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Eisenberg, N. & Mussen, P. M. (2001). The Roots of Prosocial Behavior in Children. New York: Cambridge University Press. Z.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya Eisenberg, N. (2000). Empathy and Sympathy, Handbook of Emotion, second edition by Lewis & Haviland-Jones, New York: The Guilford Press S Bachtiar. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik, dan Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud. Eisenberg, N. (2000). Emotion, Regulation and Moral Development. Anual Review of Psychology 51, 665-697. Berkowitz, Martin W. and Grych, John W. (2000). Early Character Development. Early Education & Development Journal, 11(1).Diakses tanggal 4 April 2016. Borba, F. D.(2002). Aggresion and Antisocial Behavior in Children and Adolescence. New York: The Guilford Press. Cresswell, J.W. (2014) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ayuningtyas, F. dkk. (2016). Pengaruh Social Stories Terhadap Perilaku Empati Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Kumara Cendikia. 4(2). Aqib, Halaman 86 – 104 Goleman, Daniel. (1997). Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama M. (2001). Building Moral Intelligence: The Seven Essential Virtues that Teach Kids to Do The Right Thing. San Fransisco: Jossey-Bass A Wiley. Haryadi, T. dkk. (2016). Penanaman Nilai dan Moral pada Anak Sekolah Dasar dengan Pendekatan Storytelling Melalui Media Komunikasi Visual. Jurnal Desain Komunikasi Visual. 2(1). 56-72 Budiningsih, C Asri. (2004). Perkembangan Moral. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Hasyim, M. (2012). Cerita Bertema Moral Dan Empati Remaja Awal. Jurnal Persona. 1(1). Diakses pada tanggal 28 Maret 2016. Di Braza, F., Azurmendi, A., Muñoz, J. M., Carreras, M. R., Braza, P., 102 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi situs file:///C:/Users/User/ Downloads/12-553-1PB%20(1).pdf Halaman 86 – 104 Mendongeng Di Taman Kanak-Kanak Asyiyah Pariaman. Jurnal Pesona PAUD.1(4). 1-2 Hasyim, M. & Farid, M. (2012) Cerita Bertema Moral Dan Empati Remaja Awal. Jurnal Psikologi. 1(1). 20-25 John, E. (2011). Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak Di Kelas Melalui Cerita. Jurnal Pendidikan Penabur. 16 (10) 19 Hedo, P.J. dan Sudhana, H. (2014). Perbedaan Agresivitas Pada Anak Usia Dini Yang Dibacakan Dongeng Dengan Yang Tidak Dibacakan Dongeng Sebelum Tidur Oleh Ibu. Jurnal Psikologi Udayana . 1(1). 213-226. Karr-Morse, R., & Wiley, M. S. (1997).Ghostfron The NurseryTracing The Root of Violence. New York: The Atlantic Monthly Press. Kau, M. (2010). Empati Dan Perilaku Prososial Pada Anak. Jurnal INOVASI. 7(3). 2-5 Hoffman, Martin. L (1984). Empaty, Coqnition Social and Moral Action, Dalam W. Kurtines dan J.Gerwita,eds; Moral Behavior and Development; Advances in Theory Research, and Applications. New York: John Wiley and Sons Lenox, F. 2000. Storytelling for Young Children in a Multicultural World. Early Childhood Education Journal. 28(2) Manney, PJ. (2008). Empathy in the Time of Technology: How Storytelling is the Key to Empathy. Journal of Evolution and Technology. 19 (1). 51-61. Hoffman, Martin L. Empathy and Moral Development “implications for caring and justice”. 2000. USA Cambridge University Press. Mashar, R. (2013). Empati Sebagai Dasar Pembentukan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak. II (2). 290-300 Hopkins, D (1993). A Teacher’s Guide To Classroom Research. Philadelphia Open University Press. Milton Keyness Mello, Robin (2001). The Power of Storytelling: How Oral Narrative Influences Children's Relationships in Classrooms. International Journal of Education &The Arts. 2(1) Diakses 4 April 2016. Di situs http://www.ijea.org/v2n1/ Hopkins, D (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Iannotti, R.J. (1978). Effect of role-taking experiences on role-taking, empathy, altruism and aggression. Developmental Psychology. 14, 119-124. Moeslichatoen, (2004). Metode Pengajaran di Taman KanakKanak. Jakarta: Rineka Cipta. Ioannidou F & Konstantikaki (2008). Empathy And Emotional Intelligence: What Is It Really About? International Journal of Caring Sciences, 1(3). 118–123. Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Iis, N. (2012). Pengembangan Empati Anak Usia Dini Melalui 103 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Musfiroh, T. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Susanto, A. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Musfiroh, T (2011). Educative show and Taufik, tell for developing empathy, conflict resolution affiliation, and positive habits of early age children. Jurnal kependidikan, 41(2). 129 - 143 Wina. (2013) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Satya, Widiana, F., (2012). Tesis: Efektivitas Pembacaan Buku Cerita pada Program Peningkatan Kemampuan Empati Anak Usia 6-7, Depok: Universitas Indonesia. (2012) Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada Widiana, D. & Pratama, W. (2016) Penggunaan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Karakter Peduli Sosial Siswa Dalam Pembelajaran IPS. Jurnal Pedagogi IPS. 2(1). 1-13 Sanjaya, Wina (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Sanjaya, Halaman 86 – 104 Williams, A. (2014). The Influence Of Empathic Concern On Prosocial Behavior In Children. Journal.frontiersin Front. Psychol. Zainab, Shapiro. E. Lawrence (2001) Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 104 Z. (2012). Peningkatan Perkembangan Moral Anak Melalui Metode Cerita Bergambar TK Lembah Sari Agam. Jurnal Pesona PAUD. 1(3). 1-11