GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DAN SUMBER INFORMASI DI RW 19 DESA CIBODAS WILAYAH PUSKESMAS PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK SUGIATI ABSTRAK Latar Belakang: Kanker leher rahim merupakan penyebab kedua kematian pada wanita setelah kanker payudara. Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kanker leher rahim di Kabupaten Bandung pada tahun 2004 s.d 2006 mencapai 249 orang (dinas kesehatan Bandung), oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan sejak dini dengan deteksi dini kanker leher rahim, mengingat pentingnya deteksi dini maka pengetahuan ibu mengenai deteksi dini kanker leher rahim berdasarkan karakteristik ibu (umur,paritas,pendidikan) dan sumber informasi menjadi hal yang penting. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim berdasarkan karakteristik ibu (umur, peritas, pendidikan) dan sumber informasi di RW 19 Desa Cibodas wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokanjeruk priode Agustus 2008.. Metodologi penelitian: Metodologi penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang sudah menikah di RW. 19 Desa Cibodas wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokan jeruk, selama periode Agustus 2008. Sample yang diambil dengan metode quota sampling berjumlah 73 responden. Analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian: Dari 73 responden didapatkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 37 orang (50,7%), dan dari katagori umur sebagian besar berumur 20-35 tahun sebanyak 58 orang (79,4%), dan dari 73 responden pada katagori pendidikan sebagian besar pendidikannya SD sebanyak 27 responden (36,9), sedangkan pada katagori paritas sebagian besar mempunyai paritas 2-3 sebanyak 41 orang (56,17%), dan pada katagori sumber informasi, media elektronik merupakan sumber yang paling banyak digunakan responden sebanyak 33 orang (45,20%). Saran : Bagi Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan promosi di bidang kesehatan khususnya tentang deteksi dini kanker laher rahim. Kata kunci Kepustakaan : Deskriptif deteksi dini kanker leher rahim.. : 20 (1983-2005) A. PENDAHULUAN Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup bermakna terutama di Indonesia, karena kanker leher rahim masih merupakan penyebab kedua kematian pada wanita setelah kanker payudara. Menurut penelitian Parkin dkk (1999) diperkirakan terdapat sekitar 370.000 kasus kanker leher rahim baru di Negara berkembang pada tahun 2000 dan di Indonesia diperkirakan terdapat 90 sampai 100 kasus kanker leher rahim baru diantara 100.000 penduduk pertahun atau 180.000 kasus baru pertahun. Jumlah kasus baru sebanyak 92,44% ditemukan di Jawa dan Bali (Armawan A, 2004). Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kanker leher rahim di Kabupaten Bandung pada tahun 2004 sampai 2006 mencapai 249 orang (http//www.dinkesbandung.co.id/kab.kanker.leher rahim) Penyebab tingginya angka kejadian keganasan kanker leher rahim di Negara berkembang antara lain karena masih banyak wanita dengan resiko tinggi menderita kanker leher rahim, yaitu Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 20 wanita yang melakukan hubungan seksual pada usia muda, berganti-ganti pasangan seksual, sering hamil, mempunyai anak pertama pada usia muda, status social ekonomi rendah dan mengabaikan kebersihan alat genetal (Armawan, 2004). Penyebab lain tingginya kejadian kenker rahin karena banyak kendala pada program deteksi dini untuk mengidentifikasikan lesi pra kanker dan mengobatinya sebelum berkembang menjadi kanker invasive (Armawan, 2004). Laporan WHO 1986 hanya 5% wanita di Negara berkembang yang melakukan pemeriksaan untuk deteksi dini dalam lima tahun terakhir jika dibandingkan dengan Amerika dan Eropa yang mencapai 70% (Armawan, 2004). Konsep perjalanan penyakit kanker leher rahim mempunyai arti penting dalam pencegahan dan deteksi dini. Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang dapat dicegah dengan jalan menemukan lesi prakanker dan mengobatinya. Jika ditemukan dalam keadaan lesi prakanker atau neoplasia intra epitel leher rahim (NIS) yang mempunyai prevalensi antara 1,2 – 3,8% dapat disembuhkan 100% setelah dilakukan pengobatan (Armawan, 2004) Pencegahan primer kanker leher rahim yang dapat disarankan adalah menghindarkan faktor eksogen yang mungkin memberikan resiko seorang wanita mengidap kaker leher rahim. Pencegahan sekunder dengan metoda deteksi dini yang praktis akan sangat bermanfaat untuk mengeliminasi kerugian fisik, materi, psikis, dan social yang diakibatkan oleh kanker ini (Armawan, 2004). Sampai saat ini WHO masih merekomendasikan tes Pap smear. Metode ini di Indoneia tidak luput dari kelebihan dan kekurangan. Keterbatasan sumber daya baik dalam bentuk dana infrastruktur sampai sumber daya manusia menyebabkan strategi program deteksi dini perlu disesuaikan dengan sarana dan kondisi yang ada. Perencanaan deteksi dini harus sejalan dengan pelayanan kesehatan kanker yang dikembangkan dalam struktur pelayanan kesehatan umum (Sjamsuddin. S.; 2000). Kesulitan yang dihadapi di Indonesia dalam melakukan deteksi dini sebagai suatu program nasional adalah kebutuhan perangkat logistik yang komplek, pelatihan lanjutan, dan implementasi program yang belum dapat dipenuhi secara baik sehingga pemeriksaan ini biasanya tidak dapat dilakukan di luar kota besar dan menyababkan biaya transportasi yang cukup tinggi, kemudian kualitas Tes Pap smear di kota besarpun memerlukan pengawasan, dengan pelatihan dan dukungan yang berkesinambungan. Rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar penduduk yang merupakan faktor ketidaktahuan, keterbatasan spesialis sitologi dan biaya pemeriksaan Tes Pap smear yang masih mahal (Armawan; 2004). Program Penanggulangan Kanker WHO merekomendasikan penggunaan metode down staging dalam melakukan deteksi dini prakanker leher rahim di Negara berkembang yaitu melalui peningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk didalamnya inspeksi visualisasi dengan menggunakan asam asetat (Sjamsudn. S.; 2000). Berdasarkan Hasil penelitian menyatakan bahwa deteksi dini melalui pemeriksaan automated Pap tes, deteksi HPV, dan servikografi merupakan metode yang kurang praktis, tidak langsung Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 21 memberikan hasil, serta sulit disediakan di setiap tempat pelayanan kesehatan primer. Sebaliknya dengan deteksi dini tes Pap dan tes schiller yang merupakan metode yang cukup efektif, aman dan praktis langsung memberikan hasil dan dapat tersedia pada berbagai tempat pelayanan kesehatan. Mengingat kesehatan sarana dan prasaran di Indonesia , deteksi dini dengan tes IVA dan tes schiller merupakan metode yang lebih memenuhi kriteria metode deteksi dini untuk daerah dengan fasilitas terbatas. Kedua metode ini dipercaya mempunyai dampak besar deteksi dini, yang akhirnya dapat menurunkan insidensi dan mortalitas kanker leher rahim (Armawan; 2004). Informasi deteksi dini kenker leher rahim sangat diperlukan oleh ibu untuk melaksanakan deteksi dini, selain itu untuk melaksanakan deteksi dini kanker leher rahim dibutuhkan kesadaran dari kaum wanita, hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Andiono (2004) yang berpendapat bahwa pengetahuan dan kesadaran wanita yang berkaitan dengan kanker kanker leher rahim sangat penting terutama pada wanita yang sudah kawin, karena semua wanita beresiko terjadinya kanker yang menyerang organ utama. Informasi bisa didapat dari berbagai media elektronik, media cetak, penyuluhan tenaga kesehatan atau tenaga nonformal. Menurut penelitian Armawan (2004) bahwa pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh karakteristik ibu yang meliputi umur, dimana semakin bertambah usia ibu maka pemahaman ibu tentang sesuatu hal akan semakin bertambah dan pemahaman tersebut yang meningkatkan pengetahuan ibu tentang sesuatu hal termasuk pengatahuan ibu tentang kanker leher rahim. Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang wanita baik lahir hidup maupun lahir mati. (Bobak ; 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) pengalaman sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadapat sesuatu hal, dalam hal ini semakin bertambah anak ibu maka pengalaman ibu akan semakin bertambah, dengan bertambahnya pengalaman melahirkan diharapkan ibu akan semakin memahami tentang alat reproduksi dalam hal ini mengetahui tentang deteksi dini kanker kanker leher rahim. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mengpengaruhi orang lain baik individu kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Salah satu jenis pendidikan diantaranya adalah pendidikan formal, yaitu pendidikan diperoleh dilingkungan sekolah. (Notoatmodjo, 1992). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martaadisoebrata (1992) yang menemukan hampir seluruh kanker leher rahim berpendidikan rendah yang akan mempengaruhi tingkat penerimaan mereka mengenai informasi dan penyuluhan kesehatan (Martadisoebrata , 1993) Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang merupakan Wilayah Kerja Puskesmas Padamukti dengan luas wilayah 1.149 m2 . dengan 1.439 Kepala Keluarga, yang terbagi kedalam 19 RW. Salah satunya yaitu RW 19 dengan jumlah KK 264 dengan kasus kematian ibu berjumlah 3 orang pada tahun 2007 dengan kasus kanker leher rahim. Hasil survei awal yang dilakukan peneliti Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 22 terhadap 15 ibu ternyata ada 12 ibu (80%) yang belum memahami deteksi dini kanker leher rahim, kemudian masih banyak ibu yang tidak mau bertanya dan tidak mau melakukan pemeriksaan ke patugas kesehatan tentang deteksi kanker leher rahim karena mereka malu melakukan pemeriksaan dikarenakan harus membuka-buka aurat perempuan dan mereka takut dengan kejadian kanker Leher rahim. Berdasarkan masalah diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim berdasarkan karakteristik dan sumber informasi ibu di RW 19 Desa Cibodas Wilayah Puskesmas Padamukti Tahun 2008. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim di RW 19 Desa Cibodas Wilayah Puskesmas Padamukti Tahun 2008. 2. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim berdasarkan umur ibu di RW 19 Desa Cibodas Wilayah Puskesmas Padamukti Tahun 2008. 3. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim berdasarkan paritas ibu di Rw 19 Desa Cibodas Wilayah Puskesmas Padamukti Tahun 2008. 4. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim berdasarkan pendidikan ibu di Rw 19 Desa Cibodas Wilayah Puskesmas Padamukti Tahun 2008. 5. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim berdasarkan sumber informasi ibu di Rw 19 Desa Cibodas Wilayah Puskesmas Padamukti Tahun 2008 B. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan tentang suatu keadaan secara obyektif yaitu menggambarkan pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim berdasarkan karakteristik (umur, paritas dan pendidikan) dan sumber informasi di RW 19 Desa Cibodas Wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokanjeruk. Karakteristik ibu : • • • Umur Paritas Pendidikan Pengetahuan Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Sumber Informasi Fasilitas Kesehatan Nakes (BIdan/Dokter) Biaya Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 23 Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu yang pernah menikah yang ada di RW 19 Desa.Cibodas Wilayah Kerja Puskesmas Padamukti. Jumlah ibu pada bulan Juli 2008 sebanyak 264 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan sampel adalah 73 responden. Dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Proporsional Random Sampling, yaitu dengan cara menetapkan jumlah anggota sampel dengan tehnik melakukan pengundian ibu disetiap RT yang berada di RW 19 Desa.Cibodas Wilayah Puskesmas Padamukti. C. HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN 1. Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Di RW 19 Wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokanjeruk Periode Agustus 2008 No. 1 2 3 4 Variabel Pengetahuan Kurang Cukup Baik Umur <20 20-35 >35 Paritas 1 2-3 >3 Pendidikan SD SLTP SLTA PT Jumlah Persentase 13 23 37 17,8 31,5 50,7 1 58 14 1,4 79,4 19,2 23 41 9 31,5 56,17 12,33 27 23 17 6 36,9 31,5 23,3 8,3 Berdasarkan tabel 1 bahwa dari 73 responden sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 37 responden (50,7%), dengan umur terbanyak pada 20-35 tahun sebanyak 58 responden (79,4%). Paritas terbanyak adalah pada kelompok multipara sebanyak 41 responden (56,17%), dan berpendidikan mayoritas adalah SD yaitu 27 responden (36,9%). 2. Sumber informasi Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Ibu Di RW 19 Wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokanjeruk Periode Agustus 2008 Sumber Informasi Media cetak Media elektronik Tenaga kesehatan Teman Total Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani jumlah 8 33 29 3 73 Persentase 10,96 45,20 39,74 4,1 100 24 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 73 responden sebagian besar mendapatkan informasi dari media elektronik sebanyak 33 responden (45,20%). 3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Berdasarkan Umur Ibu Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Umur Ibu Di RW 19 Wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokanjeruk Periode Agustus 2008. Umur <20 20-35 >35 Jumlah Kurang baik ∑ % 1 100 8 13,8 4 28,6 13 17,8% Pengetahuan Cukup baik ∑ % 0 0 20 34,5 3 21.4 23 31,5% Baik ∑ 0 30 7 37 % 0 51,7 50,0 50,7 Total 1 58 14 73 Berdasarkan tabel 3 menunjukan dari 73 responden masuk dalam kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 58 responden sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 30 responden (51,7%), pada kelompok umur >35 tahun sebanyak 14 responden sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 responden (50%), dan pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 1 responden sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 1 responden (100%). 4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Berdasarkan Paritas Ibu Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Paritas di RW 19 Wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokanjeruk Periode Agustus 2008 Paritas 1 2-3 >3 Jumlah Kurang baik ∑ % 5 21,7 5 12,2 3 33,3 13 17,8 Pengetahuan Cukup baik ∑ % 8 34,8 13 31,7 2 22,2 23 31,5 Baik ∑ 10 23 4 37 % 43,5 56,1 44,4 50,7 Total 23 41 9 73 Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa dari 37 responden sebagian besar masuk pada kelompok paritas 2-3 sebanyak 41 responden, dan sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 23 responden (56,1%), dan pada kelompok paritas >3 adalah sebanyak 9 responden sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 25 responden (44,4 %), sedangkan pada kelompok paritas 1 sebanyak 23 responden sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 10 responden (43,5 %) 5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Berdasarkan Pendidikan Ibu Tabel 5 . Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di RW 19 Wilayah Puskesmas Padamukti K ecamatan Solokanjeruk Periode Agustus 2008. Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA PT Jumlah Kurang baik ∑ % 8 29,6 4 17,4 0 0 1 16,7 13 17,8 Pengetahuan Cukup baik ∑ % 11 40,7 11 47,8 1 5,9 0 0 23 31,5 Baik ∑ 8 8 16 5 37 % 29,6 34,8 94,1 83,3 50,7 Total 27 23 17 6 73 Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa dari 73 responden masuk pada kelompok pendidikan SLTA sebanyak 17 responden, sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 responden (94,1%), sedangkan dari 6 responden yang berpendidikan PT mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 5 responden (83,3 %). Dan dari kelompok pendidikan SLTP dan SD sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan cukup baik sebanyak 11 responden (47,8 %). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Notoatmodjo,(2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, maka semakin baik pengetahuan dan lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Dalam Hal ini di karenakan responden tersebut sering datang ke Posyandu dan mendapatkan penyuluhan atau informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim. Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui Ibu yang berpendidikan PT sebagian besar berpengatahuan baik. Hal tersebut sesuai teori yang di kemukakan oleh Wanti (2003), menyatakan bahwa faktor pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang sesuatu hal, sebab dengan pendidikan seseorang dapat mengetahui hal-hal baru, seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang di sampaikan oleh tenaga kesehatan. Artinya ia dapat mengadopsi inovasi dengan cepat, dibandingkan responden berlatar belakang pendidikan rendah yaitu cenderung sulit untuk mengetahui informasi yang tersedia karena keterbatasan pengetahuan (Thirtasa, 1998) Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 26 Sedangkan pada ibu yang berpendidikan SLTP dan SD sebagaian besar mempunyai pengetahuan cukup baik disebabakan karena respnden sering mendapatkan informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dari petugas kesehatan, media elektonik dan media cetak. 6. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Berdasarkan Sumber Informasi Tabel 6 . Distribusi Frekuensi Tingkat Sumber Informasi Ibu Di RW 19 Wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokanjeruk Periode Agustus 2008 sumber Informasi M. Cetak M. elektronik Tenakes Teman Jumlah Kurang baik ∑ % 2 25,0 3 9,1 7 24,1 1 33,3 13 17,8 Pengetahuan Cukup baik ∑ % 2 25,0 12 36,4 9 31,0 0 0 23 31,5 Baik ∑ 4 18 13 2 37 % 50,0 54,5 44,8 66,7 50,7 Total 8 33 29 3 73 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 73 responden yang mendapatkan pengetahuan melalui sumber informasi dari teman sebanyak 3 responden sebagian besar dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 2 responden (66,7%), sedangkan responden yang mendapatkan pengetahuan melalui sumber informasi media cetak berpengetahuan baik sebesar 4 responden (50%), media elektronik sebanyak 33 responden sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 18 renponden (54,5%), dan yang mendapatkan pengetahuan melalui sumber informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 29 responden sebagian besar dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 13 (44,8%). Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Notoatmodjo,(2003) bahwa apabila ibu tidak mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi termasuk deteksi dini dari pihak-pihak yang bertangung jawab,maka biasanya mencari informasi sendiri misalnya mencari tahu teman sebayanya. Mereka cenderung memberi perhatian terhadap hal-hal yang dinilainya dapat meningkatkan harga diri atau fungsi diri tanpa ada penyaringan. Biasanya infomasi yang mereka terima tentang deteksi dini kanker leher rahim tersebut yang mereka peroleh dari majalah, Koran, yang mereka mencari sendiri. media masa mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi masyarakat karena keterpaparan masyarakat pada media masa cukup tinggi, dan sumber informasi media masa yang cukup diandalkan dan ketergantungan masyarakat terhadap informasi di media masa cukup tinggi (depkes RI, 2000), banyak masyarakat mendapat sumber informasi dari TV hal ini disebabkan karena sifat audio visual lebih menarik dan lebih menghibur (Notoatmodjo, 2005). Selain dari media cetak dan media elektronik responden juga mendapatkan pengetahuan yang baik dari tenaga kesehatan, hal ini disebabkan adanya program Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 27 penyuluhan dari tenaga kesehatan mengenai deteksi dini kanker leher rahim pada masyarakat secara langsung. Media masa mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi masyarakat karena keterpaparan masyarakat pada media masa cukup tinggi, dan sumber informasi media masa yang cukup diandalkan dan ketergantungan masyarakat terhadap informasi di media masa cukup tinggi (depkes RI, 2000), banyak masyarakat mendapat sumber informasi dari TV hal ini disebabkan karena sifat audio visual lebih menarik dan lebih menghibur (Notoatmodjo, 2005). D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan selama satu bulan mengenai pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker leher rahim di Wilayah Puskesmas Padamukti Kecamatan Solokanjeruk dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Dari 73 responden, di dapatkan sebagian besar responden termasuk kedalam tingkat pengetahuan baik tentang deteksi dini kaker leher rahim sebanyak 37 responden (50,7%). b. Dari 73 responden sebagian besar responden masuk kedalam kelompok umur 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 58 responden (79,4%) dengan sebagian besar tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 30 responden (51,7 %), c. Dari 73 responden, di dapatkan sebagian besar responden rmasuk pada kelompok paritas 2-3 sebanyak 41 responden (56,17%) dengan sebagian besar tingkat pengetahuan baik sebanyak 23 responden (56,1%) . d. Dari 73 responden, di dapatkan sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan baik masuk dalam kelompok pendidikan SLTA sebanyak 17 responden (23,3%) dengan mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 responden (94,1%) e. Dari 73 responden, di dapatkan sebagian besar responden berdasarkan sumber informasi. Yaitu mendapat informasi dari Media elektronik sebanyak 33 responden dengan sebagian besar tingkat pengetahuan baik sebanyak 18 responden (54,5%). 2. Saran Saran yang dapat diberikan adalah sebagiknya institusi kesehatan untuk memberikan informasi / penyuluhan tentang deteksi dini kanker leher rahim yang bersifat edukatif, efektif dan efisien kepada klien / keluarga, sehingga klien / keluarga mengetahui Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 28 tujuan serta manfaat dari pelayanan informasi yang diberikan, mengenai deteksi dini kanker leher rahim. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Edisi Revisi v, Rineka Cipta. Armawan E, (2004), Deteksi Dini Kanker Rahim. Tesis: Bandung: UNPAD Anugrah. W (Nov. 29, 2005). Kesehatan dan tubuh – kanker rahim. http://www. Mediaindonesia.com/cetak/berita,asp?ID=200207302351587 Cervical cancer statistics. American http://www/cdc/gov/cancer/nbccedp/anniversary/facts.htm Cancer Sosiety. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta: Dep Kes RI, 2000. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Angka Kematian Ibu Yang Disebabkan Oleh Kanker Leher Rahim Tahun 2004 s.d 2006, http//www,dinkesbandung.co.id/ Gunawan, (1998). Masalah Kanker di Indonesia, dalam Kumpulan Naskah Seminar Manajemen Kanker. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Manuaba (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC. Martaadisoebrata, (1992). Pengelolaan Penderita Kanker Ginekologi Stadium Terminal. Manejemen Kedokteran Indonesia. Meman, H., (1998). Tinjauan Epidemiologi atas Penderita kanker Leher Rahim di enam Belas Rumah Sakit Pemerintah di Jawa Barat. Notoatmodjo, (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta __________, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta __________, (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta Nuranna, (2001). Kanker Leher rahim dengan Metode Skrining Ilmiah Tahunan XII POGI Palembang. Sastrowardoyo, (2000). Penanggulangan Kanker Serviks. Yayasan Kusuma Buana. Sastrawinata Soleaman, (1983). Obstetri Fisiologi. Bandung : UNPAD Syamsuddin, (2000).Peranan Dokter Keluarga dalam Skining dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Sankaranarayanan,R.(1998 ).Visual Inspection Of The Uterine Cervic After The Application Of Acetic Acid. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 29