PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT MENULAR

advertisement
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA SISWA
SMA MUHAMMADIYAH PAKEM SLEMAN
YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
ULYAS RAHIM
201110201172
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2013
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA SISWA
SMA MUHAMMADIYAH PAKEM SLEMAN
YOGYAKARTA1
Ulyas Rahim2, Syaifudin3
INTISARI
Latar Belakang: remaja sangat rentan terhadap perilaku-perilaku seksual yang
beresiko karena dorongan seksual. Apalagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin pesat membuat remaja lebih mudah mencari informasi mengenai
seks. Masalah-masalah penyakit menular seksual yang sering timbul saat ini adalah
gonorhoe, sifillis dan HIV/AIDS. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan
remaja terhadap penyakit menular seksual.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan penyakit
menular seksual terhadap perubahan pengetahuan dan sikap remaja tentang penyakit
menular seksual
Metode: penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan non equivalent
control group design. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013. Subjek
penelitian ini adalah 60 siswa SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta
dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Proportional Stratified Random
Sampling serta uji statistik menggunakan Mann-Whitney.
Hasil : hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap perubahan pengetahuan
sesudah perlakuan dengan nilai p=0,001 (p< 0,05), berarti bahwa nilai alpha 5%
secara statistik berbeda bermakna nilai pengetahuan responden, sedangkan nilai
sikap sesudah perlakuan tidak terdapat perbedaan dengan nilai p=0,846 (p>0,05),
berarti bahwa nilai alpha 5% secara statistik tidak berbeda bermakna nilai sikap
responden.
Kesimpulan: ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan penyakit menular
seksual terhadap perubahan pengetahuan pada Siswa SMA Muhammadiyah Pakem
Sleman Yogyakarta, akan tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan pendidikan
kesehatan terhadap sikap remaja tentang penyakit menular seksual di SMA
Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta.
Saran: bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan pengambilan data pada skala sikap
setelah seminggu perlakuan. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana
pemahaman responden terhadap penyakit menular seksual karena proses perubahan
sikap membutuhkan proses yang lama.
Kata kunci
Kepustakaan
Jumlah Halaman
1
: Pendidikan Kesehatan, Penyakit Menular Seksual, Remaja
: 30 Judul buku (2003-2013) 7 Internet , 3 Skripsi
: 93 Halaman, 15 Lampiran
Judul Penelitian
Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION SEXUAL
TRANSMITTED DISEASE ON THE CHANGE KNOWLEDGE
AND ATTITUDE IN STUDENTS OF SMA MUHAMMADIYAH
PAKEM SLEMAN
YOGYAKARTA1
Ulyas Rahim2, Syaifudin3
ABSTRACT
Background: Adolescents are particularly vulnerable to sexual behaviors at risk for
sex encouragement. Moreover, with the advancement of science and technology is
getting rapidly make teens more easily find information about sexual transmitted
disease problems that often arise when it is gonorrhea, syphilis and HIV / AIDS.
This is caused by less of adolescents knowledge about sexual transmitted disease.
Objective : the objective of this research was to determine the effect of spread
diseases sexual health education to change knowledge and attitudes about sexual
transmitted disease.
Methods: This research is a quasi experimental design with non-equivalent control
group design. The research was conducted on January 29, 2013. The subjects were
60 students SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta were divided into 2
groups: the experimental group and the control group with sampling done by
Proportional Stratified random Sampling and statistical tests using the MannWhitney.
The Result: the results showed that there is a difference between knowledge
outcomes experimental group and the control group to changes in knowledge after
treatment with a value of p = 0.001 (p <0.05), meaning that the value of alpha of 5%
is statistically significant difference in the value of the respondents' knowledge ,
while the value of attitude after treatment with p = 0.846 (p> 0.05), meaning that the
alpha value of 5% was not statistically significantly different from the value attitudes
of respondents.
The Conclusion: there was a significant effect of health education sexual transmitted
disease to the change knowledge after eksperiment at students of SMA
Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta, but no significant effect health
education sexual transmitted disease to the change attitude after eksperiment at
students of SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta.
The suggestion: for the next researcher can do the taking of data for the attitude
scale after a week eksperiment. This is done to know about sexual transmitted
disease, because of attitude changing need a long time process.
Key word
Literature
Number of Pages
1
: Health Education, Spread Disease sexual, Adolescent
: 30 of book title (2003-2013) 7 Internet , 3 Thesis
: 93 Pages, 15 Attachment
Tittle of The Research
Student of School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
3
Lecturer of School Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
2
LATAR BELAKANG
lewat majalah dan koran. Dari jumlah itu
Remaja merupakan fase kehidupan
27% melakukannya karena iseng, 10 %
manusia dengan karakter khasnya yang
terbawa oleh teman, 4% takut dikatakan
penuh
sebagai remaja yang kurang pergaulan
gejolak.
Data
demografi
menunjukan bahwa remaja merupakan
(Elli, 2008).
populasi yang besar dari penduduk dunia.
Penyakit menular seksual (PMS)
Menurut World Health Organization yaitu
adalah penyakit yang timbul akibat dari
1/5 dari penduduk dunia adalah remaja
kegiatan seks, yang ditularkan melalui
berusia 10-19 tahun (Soetjiningsih, 2004).
hubungan seks (Lubis, 2010). PMS
Populasi remaja yang tidak sedikit ini
beresiko tinggi ditularkan pada orang –
menjadi kelompok yang rentan terhadap
orang yang berganti-ganti pasangan,selain
pengabaian hak-hak kesehatan reproduksi.
itu PMS dapat ditularkan melalui transfusi
Di Indonesia, pada tahun 2007 jumlah
darah dan penggunaan jarum suntik yang
remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar
berganti-ganti. PMS sangat berbahaya
64 juta atau 28,64 % dari jumlah
dapat menyebabkan komplikasi yang
penduduk Indonesia (Proyeksi penduduk
bervariasi,
diantaranya
Indonesia tahun 2000-2005, dkk. 2005-
kemandulan,
kecacatan,
2025, dalam Muadz, dkk 2008).
kehamilan,
Remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama
gangguan
adalah
gangguan
pertumbuhan,
kanker rahim pada wanita, bahkan bisa
menyebabkan kematian (Dailli, 2003).
kali ia menunjukan tanda-tanda seksual
Tingginya
kasus
PMS
salah
sekundernya sampai saat ia mencapai
satunya karena kurangnya sarana edukasi
kematangan seksual, individu mengalami
dan penyampaian informasi tentang PMS
perkembangan
kepada remaja. Generasi muda merupakan
identifikasi
psikologi
dari
dan
kanak-kanak
pola
sampai
dewasa (Sarwono, 2011).
pada
salah
satu
faktor
penyebab
penyebaran
virus
ini
angka
meningkat.
Media pornografi di Indonesia
Pemerintah
cenderung
hanya
masa
memperhatikan penyebaran
PMS pada
sekarang
sangat
mudah
dinikmati oleh remaja, didapatkan data
waria dan Pekerja Seks Komersial (PSK)
yaitu 24% remaja menikmati seks melalui
sedangkan pada remaja dan kaum muda
komik, 18% permainan, 16% situs porno
kurang diberikan pengetahuan mengenai
diinternet, 14% film, 10% Video Compact
PMS (Aliyah, 2009, Pencegahan PMS
Disc (VCD) dan Digital Video Disk
dengan
(DVD), 8% lewat telepon genggam, 6%
http://www.umy.ac.id/2009/07/pencegaha
edukasi,
4,
n-hiv-aids-dengan-edukasi.umy, diperoleh
terhadap
tanggal 9 oktober 2012).
(Widyastuti, dkk, 2009).
Di
Indonesia
tertularnya
HIV/AIDS
Di Provinsi Jawa Tengah
prosentase
pada
pengetahuan remaja terhadap PMS pada
tahun 2009, kasus infeksi menular seksual
tahun 2006 sebesar 89% sedangkan untuk
(IMS) diobati sebesar 77,8% mengalami
daerah
97%
penurunan bila dibandingkan dengan
Kesehatan
cakupan 2008 sebesar 98,14% ini berarti
Yogyakarta
(Puslitbang
sebesar
KB
dan
Hasil
belum seluruh kasus infeksi menular
Kinerja
seksual (IMS) yang ditemukan diobati
rencana Pembangunan jangka menengah
atau belum mencapai target yaitu 100%
Nasional
selain melakukan survei Human Immuno
Reproduksi
sementara
BKKBN,
survey
2008,
indikator
2007,
53,
(www.bkkbn.go.id/Webs/DetailProgram.
Deficiency
Php?LinkID=2722-Mirip,
kasus
Diperoleh 9
Virus
Acquired
(HIV),
pengamatan
Immune
Deviciency
Oktober 2012). Prosentase ini termasuk
Syndrome (AIDS) Dinas Kesehatan juga
tinggi,
Sleman
melakukan pengamatan terhadap hasil
prosentase
virus human immuno deviciency virus
pengetahuan dari hasil studi pendahuluan
(HIV),pada tahun 2008 hasil menujukan
13
Siswa
human Immuno Deficiency Virus (HIV)
dan
yang paling tinggi yaitu sebesar 520 dari
hanya 31% Siswa yang mempunyai
345.795, jumlah sampel yang diperiksa
pengetahuan baik tentang PMS.
(1,49).Sedangkan
tetapi
khususnya
untuk
daerah
siswa
mempunyai
daerah
pakem
didapatkan
69%
pengetahuan
kurang
tahun
2009
terjadi
remaja
penurunan hasil reaksi yang cukup besar
penyakit
yaitu 275 dari 312.795 jumlah sampel
menular seksual salah satunya yaitu
yang yang diperiksa (0,88%) (Profil
HIV/AIDS. Kebanyakan remaja tidak
Kesehatan Jawa Tengah, 2009).
Pergaulan
dapat
bebas
berdampak
pada
tertular
akurat
Dinkes DIY (2009) menyatakan
dan
bahwa DIY saat ini telah menempati
seksualitas. Informasi biasanya hanya dari
urutan ke- 17 provinsi dengan penderita
teman atau media elektronik maupun
penyakit HIV/AIDS terbesar. Penularan
cetak,
telah berubah dengan dominasi dari jarum
memiliki
tentang
pengetahuan
kesehatan
yang
Informasi
reproduksi
biasanya
yang
menjerumuskan
yang
tidak
salah
remaja
akurat.
dapat
kedalam
pergaulan bebas yang dapat mengarah
suntik
pengguna
narkoba.
Penderita
HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok
remaja.
Laporan
menunjukan
bahwa
program
P2M
penemuan
kasus
HIV/AIDS masih rendah yaitu dari target
terjerumus
semula sebesar 2000 hanya mampu
(Istiqomah, 2003). Menurut Berkotwits
dicapai
dari
dalam azhar (2005) sikap merupakan
penderita yang ditemukan, pengobatan
dasar seseorang untuk berperilaku jika
VCT
masih
sikap tersebut positif dan sebaliknya jika
menunjukkan rendah hanya mencapai
sikap seseorang negatif maka cenderung
62,4%. Laporan kabupaten atau kota
akan muncul sebuah perilaku negatif pula,
menunjukkan
“perubahan
501
yang
HIV/AIDS
kasus.
Sementara
dijalankan
bahwa
adalah
juga
kasus
dikota
tertinggi
kedalam
sikap
pergaulan
negatif
bebas
seseorang
yogyakarta
terhadap seks mencerminkan tahap awal
sementara terendah adalah di Kabupaten
dari gangguan perilaku seksual dan
Gunungkidul
menimbulkan
(Profil
Kesehatan
Reproduksi Provinsi D.I. Yogyakarta,
penyakit
2008)
HIV/AIDS”
Kurangnya
informasi
dan
seksual,
(Niven,
termasuk
2002,
dalam
Stigma yang ada dimasyarakat
sikap.
khususnya
dapat
dirubah dengan salah satu cara seperti
mempengaruhi seseorang bersikap positif.
pendidikan kesehatan. Media yang ikut
Sebaliknya pengetahuan yang kurang
berpengaruh
dapat mempengaruhi seseorang bersikap
pendidikan
negatif. Sikap merupakan reaksi atau
Sekolah merupakan kelanjutan pendidikan
respon seseorang masih tertutup terhadap
kesehatan
suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,
pendidikan kesehatan di sekolah adalah
2003). Masa remaja mempunyai sikap
guru (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan
ingin tahu yang besar serta ingin coba-
kesehatan reproduksi perlu diberikan oleh
coba. Rasa ingin tahu yang besar dan
guru terutama guru BK dan penjaskes
emosional jiwa yang tinggi, menyebabkan
kepada siswanya, agar siswa mendapatkan
mereka cenderung mudah terpengaruh
pengetahuan kesehatan reproduksi yang
oleh kebiasaan sehari-hari di lingkungan
benar.
tempat mereka bergaul. Sikap remaja di
reproduksi
zaman sekarang ini sering melampaui
mempengaruhi
batas-batas dalam pergaulan. Apabila
yang
remaja terpengaruh kedalam hal yang
pembentukan sikap remaja yang baik
tidak baik, ini dapat menyebabkan remaja
terhadap pencegahan PMS (Widyastuti,
Pengetahuan
pembentukan
menular
penyebaran
Septiningrum, 2007).
pengetahuan seseorang dapat berdampak
terhadap
berbagai
yang
tinggi
dikalangan
membantu
remaja
bagi
Adanya
akan
remaja
pendidikan
adalah
sekolah.
keluarga.
pendidikan
khususnya
dapat
Kunci
kesehatan
PMS
akan
pengetahuan
seseorang
berdampak
terhadap
dkk, 2009). Untuk SMA Muhammadiyah
Reproduksi Remaja (KRR). Program
Pakem sendiri, pendidikan kesehatan
tersebut dikemas dalam paket “Triad”
PMS secara formal belum berjalan.
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
Pencegahan PMS selain dengan
yang
diarahkan
pemberdayaan
pendidikan kesehatan juga diperlukan
remaja
penanaman nilai agama pada seseorang
seksual
yang merupakan batasan hijab yang
penyalahgunaan
paling penting untuk pencegahan PMS,
keras dan penanggulangan PMS. Kegiatan
sebab
religius
ini diarahkan pada upaya advokasi,
seseorang
promosi, KIE, pelayanan komunikasi
meninggalkan larangan Allah, seperti di
interpersonal atau konseling (KIP/K) yang
jelaskan dalam surat Al-Isro’ ayat 32
“Youth Friendly” baik bagi remaja yang
sebagai berikut:
berperilaku positif maupun remaja yang
       
mempunyai
semakin
seseorang,
kuat
semakin
sikap
kuat
“Dan janganlah kamu mendekati
zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
Berdasarkan ayat diatas, bahwa
zina itu dilarang dalam agama, karena
zina akan membawa dampak negatif baik
kehidupan
didunia
maupun
diakhirat. Salah satu dampak terhadap
segi kesehatan adalah ancaman penyakit
narkoba
dan
masalah
minum
kesehatan
Pencegahan
dan
penanganan
kesehatan reproduksi tidak hanya dikelola
LSM
yang
ikut
Perkumpulan
berperan
Keluarga
seperti
Berencana
Indonesia (PKBI). PKBI bertugas untuk
untuk
remaja
tentang
isu-isu
yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
PKBI juga memberikan penanganan bagi
remaja
yang
mungkin
memerlukan
bantuan yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi
melalui
Klinik
PKBI
(Agustina Situmorang, 2003).
menular seksual.
Salah satu program pokok dan
penanggulangan
PMS
yang
dikembangkan oleh BKKBN sebagai
dari
pencegahan
memberikan informasi dan konseling
yang buruk.
bagian
beresiko,
perilaku
oleh pemerintah saja namun ada banyak
Artinya:
kegiatan
pencegahan
reproduksi. (BKKBN, 2004).
 
dalam
dalam
pada
program
Kesehatan
Dari hasil studi pendahuluan pada
tanggal 4 september 2012 di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah
Pakem Tahun 2012. Berjumlah 164 siswa,
terdiri dari kelas X berjumlah 53 siswa,
kelas XI berjumlah 68 siswa, kelas XII
kepada individu, keluarga,, kelompok
berjumlah 43 siswa. Menurut guru BK
masyarakat dan khususnya pada remaja
dan
agar dapat melakukan pencegahan dan
pengurus
UKS,
Siswa
SMA
Muhammadiyah Pakem belum pernah
terhindar dari PMS, maka
mendapatkan
kesehatan
tertarik untuk melakukan penelitian
maupun penelitian yang serupa dengan
tentang pengaruh pendidikan kesehatan
topik PMS serta belum mencantumkan
Penyakit
materi
perubahan pengetahuan dan sikap pada
pendidikan
PMS
dalam
pendidikannya.
kurikulum
Menular Seksual
terhadap
hasil
siswa SMA Muhammadiyah Pakem
wawancara dari 13 siswa, didapatkan
Sleman Yogyakarta. Tujuan penelitian
hasil
mempunyai
ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pengetahuan yang kurang mengenai PMS
pendidikan kesehatan penyakit menular
dan
seksual terhadap perubahan pengetahuan
9
Berdasarkan
peneliti
(69%)
4
(31%)
siswa
siswa
mempunyai
pengetahuan yang baik tentang PMS.
Mayoritas siswa sudah mengenal
seksual dan informasi itu di peroleh dari
dan
sikap
pada
Muhammadiyah
Siswa
Pakem
SMA
Sleman
Yogyakarta.
sumber informasi internet dan teman
sebaya. Apabila hal ini tidak mendapatkan
METODE PENELITIAN
arahan dan bimbingan yang benar, maka
dapat
mendorong
kedalam
eksperiment design (eksperimen semu),
pergaulan bebas yang dapat beresiko
dengan rancangan non equivalent control
tertular
group design. Menurut Arikunto (2006)
PMS.
remaja
Jenis penelitian ini adalah quasi
SMA
Muhammadiyah
Pakem letaknya tidak jauh dari objek
dalam
wisata
sengaja
Museum
Gunung
Merapi.
Penelitian
eksperimen
membangkitkan
penulis
timbulnya
Sebagaimana diketahui oleh masyarakat
sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian
bahwa lokasi tersebut banyak dikunjungi
diteliti bagaimana akibatnya. Dengan kata
oleh remaja untuk pacaran. Siswa SMA
lain, eksperimen adalah suatu cara untuk
Muhammadiyah Pakem mayoritas juga
mencari
sering
(hubungan kausal) antara dua faktor yang
berkunjung
kemuseum
untuk
pacaran.
hubungan
sebab
akibat
sengaja ditimbulkan oleh penulis dengan
Berdasarkan uraian diatas, salah
mengeliminasi atau menyisihkan faktor-
satu peran perawat adalah sebagai
faktor lain yang menganggu. Eksperimen
edukator
dalam
selalu dilakukan dengan masksud untuk
kesehatan
melihat akibat suatu perlakuan. Penelitian
memberikan
atau
pendidik
pendidikan
ini menggunakan dua kelompok yang
Alat Pengumpulan Data
diberi perlakuan pendidikan kesehatan
Alat yang digunakan dalam pengambilan
dan kelompok yang tidak diberikan
data pengetahuan remaja tentang penyakit
perlakuan.
menular
Rancangan
penelitian
ini
dapat
di
gambarkan sebagai berikut:
O1
X
Kusioner
adalah
dalam
bentuk
kuesioner.
pertanyaan
tertutup (close ended) yaitu pertanyaan
yang variasi jawaban sudah disediakan
O2
O1
seksual
sehingga
O2
responden
tidak
memiliki
kebebasan untuk menjawab karena pilihan
Gambar 3.1 Rancangan penelitian
jawaban sudah disediakan yang terdiri
kelompok eksperimen dan kontrol
dari 17 item pertanyaan. Kuesioner terdiri
Keterangan :
dari 4 item pertanyaan unfavourable dan
O1: tes awal (pretest) kelompok
13
eksperimen
pertanyaan
pertanyaan
O2: tes akhir (postest) kelompok
favourable.
unfavourable
Untuk
apabila
responden menjawab pilihan “TS” (tidak
eksperimen
setuju), maka akan diberikan nilai 1, dan
X: perlakuan pendidikan kesehatan di
untuk
kelas eksperimen
pertanyaan
favourable
apabila
responden menjawab pilihan “S” (setuju) ,
O1: tes awal (pretest) kelompok kontrol
akan diberikan nilai 1. Sedangkan untuk
O2: tes akhir (postest) kelompok kontrol
pilihan jawaban selain ketentuan diatas
Populasi dan Sampel
akan diberikan nilai 0.
Populasi
dalam
ini
Alat yang digunakan dalam pengambilan
adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA
data sikap remaja mengenai penyakit
Muhammadiyah
Yogyakarta
menular seksual adalah berupa pertanyaan
dengan jumlah Populasi 121 siswa dan
tertutup (close ended). Kuesioner terdiri
sampel dalam penelitian ini pengambilan
dari 6 item pertanyaan unfavourable dan 2
sampel 25% dari besarnya populasi
pertanyaan favourable. Untuk pertanyaan
(Arikunto, 2006). Sehingga 25% dari
unfavourable
jumlah populasi 121 adalah 30 responden.
menjawab pilihan “TS” (tidak setuju),
Peneliti membagi dalam dua kelompok
maka akan diberikan nilai 1, dan untuk
yaitu kelompok eksperimen 30 responden
pertanyaan favourable apabila responden
dan 30 untuk kelompok kontrol, jadi total
menjawab pilihan “S” (setuju) , akan
60 responden.
diberikan nilai 1. Sedangkan untuk pilihan
Pakem
penelitian
apabila
responden
jawaban selain ketentuan diatas akan
Peneliti melaksanakan penelitian
diberikan nilai 0.
disekolah ini karena berdasarkan hasil
Analisa Data
studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
Analisa data dilakukan secara
pada tanggal 29 Januari 2013 mayoritas
komputerisasi dengan menggunakan uji
(69%) siswa mempunyai pengetahuan
statistik
yang kurang mengenai penyakit menular
nonparametris
Mann-Whitney
yang digunakan untuk membandingkan
seksual.
Sikap
pencegahan
terhadap
antara dua kelompok yang diberikan
Penyakit menular seksual pada siswa
perlakuan yang berbeda dan datanya
SMA Muhammadiyah
berbentuk ordinal(Dahlan, S, 2008).
Yogyakarta juga masih kurang, sehingga
Pakem Sleman
sangat tepat jika sekolah ini dijadikan
lokasi penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SMA
A. Hasil Pembahasan
1. Gambaran
Umum
Tempat
adalah sebuah sekolah yang
Penelitian ini dilakukan di SMA
Muhammadiyah
Pakem
Sleman
Yogyakarta, sekolah ini berlokasi di jalan
Km
17
Pakem
Sleman
Yogyakarta. Sekolah ini didirikan pada
tahun 1986. Dan merupakan salah satu
dengan peringkat (B) baik. Sekolah ini
bentuk
perjuangan
Muhammadiyah dalam dunia pendidikan.
Kemudian Sekolah ini juga mempunyai
beberapa
fasilitas
diantaranya
adalah
ruang kelas, Ruang Musholah, Ruang
Multimedia, Ruang Laboratorium, Ruang
tata usaha, Aula, Kantin, dan lapangan
olahraga dengan jumlah siswa sebanyak
164 orang.
letaknya
Gunung Merapi. Sebagaimana diketahui
oleh masyarakat bahwa lokasi tersebut
banyak dikunjungi oleh remaja untuk
pacaran. Siswa SMA Muhammadiyah
Pakem mayoritas juga sering berkunjung
kemuseum untuk pacaran.
Pendidikan kesehatan penyakit
sekolah di Yogyakarta yang terakreditasi
merupakan
Pakem
tidak jauh dari objek wisata Museum
Penelitian
Kaliurang
Muhammadiyah
menular
seksual
dilaksanakan
pada
tanggal 29 Januari 2013 dengan jumlah 60
orang. Pengambilan Pretest dilakukan
sebelum pendidikan kesehatan dimulai,
responden yang hadir dalam pendidikan
kesehatan tersebut ada 60 orang dimana
30 orang untuk kelompok eksperimen dan
30 orang untuk kelompok kontrol, dan
diantara yang hadir ada 7 orang responden
yang tidak hadir
yaitu 3 orang untuk
kelompok ekperimen dan 4 orang untuk
kelompok
kontrol
sehingga
peneliti
mengganti responden dengan siswa lain
eksperimen sebagian besar responden
yang
berumur 16 tahun yaitu sebanyak 13
sudah
melalui
syarat
sebagai
responden.
orang (43%), selebihnya berumur 17
tahun sebanyak 11 orang (37%), 18 tahun
2. Karakteristik Responden
Penelitian yang dilakukan pada
bulan
Januari
2013
SMA
sebanyak 3 orang (10%), responden pada
Sleman
kelompok kontrol, sebagian besar juga
Yogyakarta didapatkan 60 remaja yang
berumur 16 tahun yaitu sebanyak 15
memenuhi kriteria responden penelitian
orang (50%), selebihnya berumur 17
yang
tahun sebanyak 11 orang (37%), 18 tahun
Muhammadiyah
berusia
di
sebanyak 3 orang (10%), 15 tahun
Pakem
15-18
tahun.
Adapun
karakteristik responden meliputi usia dan
sebanyak 4 orang (13%).
jenis kelamin yang akan disajikan dalam
b.
bentuk tabel sebagai berikut:
Karakteristik
Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
a. Karakteristik Berdasarkan Usia
Berdasarkan
jenis
kelamin
Berdasarkan analisis terhadap
responden, diperoleh gambaran bahwa
umur responden, diperoleh gambaran
gambaran jenis kelamin responden dapat
bahwa kisaran umur siswa antara 15-
dilihat pada tabel berikut ini :
18 tahun. Gambaran umur responden
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Distribusi
Tabel 4.1
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Umur
Muhammadiyah
Frekuensi
Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMA
Responden
Siswa
Pakem
Tabel 4.2
SMA
Muhammadiyah
Pakem
Januari 2013
Yogyakarta
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Januari 2013
Yogyakarta
Jenis
F
%
Jenis
F
%
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Usia
F
%
Usia
F
%
Laki-Laki
10
33,0
Laki-
16
53,0
16
13
43,0
16
15
50,0
Perempuan
20
67,0
Laki
14
47,0
17
11
37,0
17
11
37,0
Jumlah
30
100,0
Perempuan
30
100,0
18
3
10,0
18
4
13,0
15
3
10,0
0
0
0
Jumlah
30
100,0
30
100,0
Kelamin
Sumber : Data Primer
Berdasarkan
diketahui
bahwa
Kelamin
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui
karakteristik responden berdasarkan jenis
tabel
pada
4.1
diatas
kelompok
kelamin adalah sebagian besar remaja
berjenis
kelamin
perempuan
pada
kelompok ekperimen yaitu sebanyak 20
orang (67%), laki-laki sebanyak 10 orang
Kategori
(33%), sedangkan pada kelompok kontrol
Pretest
Peritest
Eksperimen
Kontrol
F
%
F
%
sebagian besar remaja berjenis kelamin
Baik
13
43,3
12
40,0
laki-laki yaitu sebanyak 16 orang (53%),
Cukup
16
53,3
13
43,0
perempuan 14 orang (47%).
Kurang
1
3,3
5
17,0
Buruk
0
0
0
0
3. Deskripsi Data Penelitian
Jumlah
30
100,0
a. Pengetahuan Responden Sebelum
Sumber : Data Primer
Pendidikan
Kesehatan
Kelompok
Antara
Eksperimen
dan
Kelompok Kontrol
Pengetahuan
penyakit
menular
Berdasarkan
30 100,0
Tabel
4.3
memperlihatkan bahwa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan pada kelompok
remaja
seksual
tentang
diperoleh
eksperimen
sebagian
besar
remaja
memiliki pengetahuan cukup yaitu 16
melalui jawaban kuesioner yang berisi 17
remaja
item pertanyaan yang diisi langsung oleh
kelompok
remaja di SMA Muhammadiyah Pakem
materi motivasi sebagian besar remaja
Sleman Yogyakarta. Pretest dan postest
memiliki pengetahuan cukup yaitu 13
dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013,
remaja (43,0 %) pengetahuan yang kurang
kemudian pengetahuan dinilai dalam 4
pada
kategori yaitu pengetahuan baik apabila ≥
dilakukan pendidikan kesehatan yaitu 1
13, pengetahuan cukup apabila didapatkan
remaja (3,3%), sedangkan pengetahuan
skor 10-12, pengetahuan kurang apabila
yang kurang pada kelompok kontrol
didapatkan skor 7-9, dan pengetahuan
sebelum diberikan materi motivasi yaitu 5
buruk apabila skor <6. Berikut distribusi
remaja (17,0 %).
remaja berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang penyakit menular seksual:
Tabel 4.3
Distribusi
berdasarkan
Frekuensi
pengetahuan
Responden
sebelum
pendidikan kesehatan antara Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol di
SMA Muhammadiyah Pakem Sleman
Yogyakarta 2013
(53,3%)
kontrol
kelompok
sedangkan
sebelum
eksperimen
pada
diberikan
sebelum
b. Pengetahuan Responden Sesudah
Pendidikan
Kesehatan
Kelompok
Antara
Eksperimen
dan
terdapat remaja yang masuk kategori
kurang pengetahuan baik.
c. Sikap
Pendidikan
Kelompok Kontrol
Tabel 4.4
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Responden
Kelompok
Responden
pengetahuan
Sebelum
Kesehatan
Antara
Eksperimen
dan
Kelompok Kontrol
Sikap
Sesudah
remaja
penyakit
diperoleh
melalui
Pendidikan Kesehatan antara Kelompok
menular
Eksperimen dan Kelompok Kontrol di
jawaban kuesioner yang berisi 6 item
SMA Muhammadiyah Pakem Sleman
pertanyaan yang diisi langsung oleh
Yogyakarta 2013
remaja di SMA Muhammadiyah Pakem
Kategori
seksual
tentang
Postest
Postest
Sleman Yogyakarta. Pretest dan postest
Eksperimen
Kontrol
dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013,
F
%
F
%
kemudian sikap dinilai dalam 4 kategori
Baik
24
80,0
12
40,0
yaitu pengetahuan baik apabila ≥ 5, sikap
Cukup
6
20,0
17
57,0
cukup apabila didapatkan skor 3-4, sikap
Kurang
0
0
1
3,0
kurang apabila didapatkan skor 2, dan
Buruk
0
0
0
0
sikap buruk apabila skor <1. Berikut
Jumlah
30
100,0
30 100,0
distribusi sikap remaja terhadap penyakit
menular seksual:
Sumber : Data Primer
4.4
Tabel 4.5
memperlihatkan bahwa setelah diberikan
Distribusi
pendidikan kesehatan pada kelompok
Berdasarkan Sikap Sebelum Pendidikan
eksperimen
Kesehatan antara Kelompok Eksperimen
Berdasarkan
Tabel
sebagian
besar
remaja
Frekuensi
memiliki pengetahuan yang baik yaitu
dan
sebanyak 24 remaja (80%), kemudian
Muhammadiyah
pada kelompok kontrol setelah diberikan
Yogyakarta 2013
materi motivasi, sebagian besar remaja
juga memiliki pengetahuan yang cukup
yaitu sebanyak 17 remaja (57,0%), pada
kelompok eksperimen maupun kontrol
setelah
dilakukan
perlakuan,
tidak
Kelompok
Kontrol
Pakem
Responden
di
SMA
Sleman
Kategori
Pretest
Pretest
Muhammadiyah
Eksperimen
Kontrol
Yogyakarta 2013
F
%
F
Baik
6
20,0
10 33,3
Cukup
23
77,0
19 63,3
Kurang
1
3,0
0
0
Buruk
0
0
1
Jumlah
30
100
30
Tabel
Kategori
Sleman
Postest
Postest
Eksperimen
Kontrol
%
F
%
F
%
Baik
7
23,3
6
20,0
3,3
Cukup
19
63,3
23
77,0
100
Kurang
4
13,3
1
3,0
Buruk
0
0
0
0
Jumlah
30
100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan
Pakem
4.5
memperlihatkan bahwa pada kelompok
30 100,0
Sumber : Data Primer
eksperimen sebelum diberikan pendidikan
Berdasarkan
Tabel
4.6
kesehatan sebagian besar remaja memiliki
memperlihatkan bahwa pada kelompok
sikap cukup yaitu 23 remaja (77,0%)
eksperimen setelah diberikan pendidikan
sedangkan
kesehatan, remaja memiliki sikap yang
sebelum
pada
kelompok
kontrol
diberikan
materi
motivasi
cukup
yaitu sebanyak 19 remaja (63,3
sebagian besar remaja memiliki sikap
%), sedangkan pada kelompok kontrol
cukup
setelah diberikan perlakuan, remaja tetap
yaitu
sedangkan
19
remaja
sikap
pada
(63,3
%)
kelompok
memiliki sikap yang cukup
yaitu
eksperimen dan kelompok kontrol yang
sebanyak 23 remaja (77
termasuk kategori kurang,
kelompok eksperimen yang termasuk
sebelum
%). Pada
dilakukan perlakuan yaitu 1 remaja (3,0
kategori
%), dan pada kelompok kontrol ada 1
pendidikan kesehatan yaitu 4 remaja
remaja (3,0%) termasuk kategori buruk.
(13,3%).
d. Sikap
kontrol terdapat 1 remaja (3,0%).
Responden
Pendidikan
Sesudah
Kesehatan
Kelompok
Antara
Eksperimen
dan
Kelompok Kontrol
Frekuensi
Berdasarkan Sikap Sesudah Pendidikan
dilakukan
pada
kelompok
4. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Pengetahuan Responden Sebelum
Kelompok
Responden
setelah
Sedangkan
Pendidikan
Tabel 4.6
Distribusi
kurang
Kesehatan
Antara
Eksperimen
dan
Kelompok Kontrol
Untuk mengetahui ada tidaknya
Kesehatan antara Kelompok Eksperimen
perbedaan
dan
sebelum pendidikan kesehatan penyakit
Kelompok
Kontrol
di
SMA
perubahan
pengetahuan
menular
seksual
eksperimen
antara
dan
kelompok
kelompok
kontrol
pengetahuan
responden
sebelum
pendidikan kesehatan antara kelompok
dilakukan uji statistik Mann-Whitney
eksperimen
secara komputerisasi SPSS 16. Berikut
dianalisis dengan uji Mann-Whitney, hasil
hasil
untuk
uji statistik didapatkan nilai p=0,489
pengetahuan remaja terhadap penyakit
(p>0,05), berarti bahwa nilai alpha 5%
menular seksual.
secara statistik tidak berbeda bermakna
pengujian
statistik
dan
kelompok
kontrol,
Tabel 4.7
nilai
Hasil analisis uji Mann Whitney
penyakit menular seksual pada remaja
pengetahuan
responden
tentang
sebelum
sebelum pendidikan kesehatan antara
pendidikan kesehatan antara kelompok
kelompok eksperimen dengan kelompok
eksperimen
kontrol
kontrol.
Pakem
b. Pengetahuan Responden Sesudah
diSMA
responden
pengetahuan
dan
kelompok
Muhammadiyah
Yogyakarta 2013
Pendidikan
Kelompok
N
Kesehatan
Mean
Sum of
Kelompok
Rank
Ranks
Kelompok Kontrol
30
32.03
961.00
Kontrol
30
28.97
869.00
Total
60
Pretest_P Eksperimen
Antara
Eksperimen
dan
Gambaran distribusi pengetahuan
responden
tentang
penyakit
menular
seksual pada remaja setelah pendidikan
Pretest_P
kesehatan, antara kelompok ekperimen
Mann-Whitney U
404.000
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada
Wilcoxon W
869.000
tabel 4.10 dibawah ini:
Z
-.692
Asymp. Sig. (tailed)
.489
Tabel 4.8
Hasil analisis uji Mann Whitney
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat
bahwa sebelum pendidikan kesehatan
pengetahuan responden pada kelompok
eksperimen mengalami perubahan sikap
menjadi
mayoritas
bersikap
cukup
terhadap
penyakit
penyakit
menular
seksual pada remaja yaitu sebesar 53% ,
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar
43%. Hasil uji tidak terdapat perbedaan
pengetahuan
responden
Sesudah
pendidikan kesehatan antara kelompok
eksperimen
diSMA
dan
kelompok
Muhammadiyah
Yogyakarta 2013
kontrol
Pakem
c.
Kelompok
Postest_P
N
Mean
Sum of
Rank
Ranks
Eksperimen
30
37.92
1137.50
Kontrol
30
23.08
692.50
Total
60
Sikap
Responden
Pendidikan
Sebelum
Kesehatan
Kelompok
Antara
Eksperimen
dan
Kelompok Kontrol
Gambaran
responden
tentang
distribusi
sikap
penyakit
menular
seksual pada remaja sebelum pendidikan
Pretest_P
Mann-Whitney U
227.500
Wilcoxon W
692.500
Z
-3.391
Asymp. Sig. (tailed)
kesehatan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada
tabel 4.11 dibawah ini:
.001
Tabel 4.9
Hasil analisis uji Mann Whitney Sikap
Sumber : Data Primer
responden sebelum pendidikan kesehatan
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat
bahwa
setelah
pendidikan
kesehatan
pengetahuan responden pada kelompok
eksperimen
mengalami
pengetahuan
menjadi
antara
kelompok
kelompok
kontrol
Kelompok
Pretest_S
uji
N
Mean
Sum of
Rank
Ranks
Eksperimen
30
27.25
817.50
Kontrol
30
33.75
1012.50
Total
60
mayoritas
berpengetahuan cukup yaitu sebesar 57%.
Berdasarkan
diSMA
berpengetahuan
kelompok kontrol juga terjadi perubahan
menjadi
dan
Muhammadiyah Pakem Yogyakarta 2013
perubahan
baik yaitu sebesar 80%, sedangkan pada
pengetahuan
eksperimen
Mann-Whitney,
perbedaan ini berbeda secara signifikan
(p<0,05). Hasil uji statistik didapatkan
nilai p=0,001 (p< 0,05), berarti bahwa
Pretest_P
Mann-Whitney U
352.500
Wilcoxon W
817.500
Z
-1.513
Asymp. Sig. (tailed)
.130
Sumber : Data Primer
nilai alpha 5% secara statistik berbeda
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat
bermakna nilai pengetahuan responden
bahwa sebelum pendidikan kesehatan,
tentang penyakit menular seksual pada
sikap
remaja sesudah pendidikan kesehatan
eksperimen maupun kelompok kontrol
antara
mayoritas
kelompok
kelompok kontrol.
eksperimen
dengan
responden
besikap
baik
cukup
kelompok
terhadap
penyakit penyakit menular seksual pada
remaja
yaitu
sebesar
77,0%
pada
Kelompok
kelompok eksperimen sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 63,3 %.
Postest_S
Perbedaan sikap responden antara
kelompok eksperimen dengan kelompok
N
Mean
Sum of
Rank
Ranks
Eksperimen
30
30.92
927.50
Kontrol
30
30.08
902.50
Total
60
kontrol dianalisis dengan uji MannPretest_P
Whitney. Hasil uji statistik didapatkan
Mann-Whitney U
437.500
nilai p=0,130 (p>0,05), berarti bahwa
Wilcoxon W
902.500
nilai alpha 5% secara statistik tidak
Z
-.194
berbeda bermakna nilai sikap responden
Asymp. Sig. (tailed)
tentang penyakit menular seksual pada
Sumber : Data Primer
Berdasarkan
remaja sebelum pendidikan kesehatan
antara
kelompok
eksperimen
dengan
d. Sikap
Responden
Pendidikan
Kesehatan
Kelompok
Sesudah
Antara
Eksperimen
dan
Gambaran
tentang
kelompok
distribusi
sikap
penyakit
menular
kesehatan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada
Hasil analisis uji Mann Whitney Sikap
responden sebelum pendidikan kesehatan
kontrol
setelah
sikap
bersikap
cukup
pendidikan
responden
eksperimen
dapat
pada
mengalami
menjadi
mayoritas
terhadap
penyakit
yaitu sebesar 63,3% , sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 77 %.
Perbedaan sikap responden antara
kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol dianalisis dengan uji Mann-
nilai p=0,846 (p>0,05), berarti bahwa
Tabel 4.10
kelompok
4.10
Whitney. Hasil uji statistik didapatkan
tabel 4.10 dibawah ini:
kelompok
sikap
perubahan
seksual pada remaja Sesudah pendidikan
antara
bahwa
tabel
penyakit menular seksual pada remaja
Kelompok Kontrol
responden
dilihat
kesehatan
kelompok kontrol.
.846
eksperimen
dan
diSMA
Muhammadiyah Pakem Yogyakarta 2013
nilai alpha 5% secara statistik tidak
berbeda bermakna nilai sikap responden
tentang penyakit menular seksual pada
remaja sebelum pendidikan kesehatan
antara
kelompok
kelompok kontrol.
eksperimen
dengan
Berdasarkan hasil analisis nilai
A. Pembahasan
1. Pengetahuan dan Sikap Responden
pengetahuan
dan
sikap
sebelum
Kesehatan
pendidikan kesehatan antara kelompok
antara Kelompok Eksperimen dan
eksperimen dan kontrol diatas, diketahui
Kelompok Kontrol
bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan
Sebelum
Pendidikan
penyakit
dan sikap responden yang bermakna
menular seksual pada remaja antara
antara kedua kelompok. Sehingga, dapat
kelompok eksperimen dan kelompok
disimpulkan
kontrol sebelum dilakukan pendidikan
responden tidak membedakan tingkat
kesehatan
berdasarkan
analisis
pengetahuan dan sikap, atau dapat juga
statistik
menunjukkan
ada
disebutkan bahwa sebelum perlakuan
Pengetahuan
tentang
hasil
tidak
bahwa
perbedaan bermakna, dimana, p=0,489
antara
(p>0,05), walaupun terdapat perbedaan
mempunyai pengetahuan dan sikap yang
nilai pengetahuan responden sebelum
hampir setara tentang penyakit menular
penyuluhan pada kelompok eksperimen
seksual pada remaja. Hal ini berarti bahwa
53,3% dan kelompok kontrol 43,0%,
persyaratan untuk melakukan penelitian
keadaan ini bisa disebabkan oleh adanya
eksperimen
informasi yang diperoleh responden selain
kondisi awal responden sebanding, sesuai
dari
intervensi
misalnya
dari
kedua
pengelompokkan
kelompok
sudah
penelitian
terpenuhi,
karena
promosi
kesehatan,
dengan pendapat Murti (2003), bahwa
media
elektronik
sebelum
melakukan
(TV,Radio) atau media cetak (koran,
eksperimental,
poster,
perlakuan harus mempunyai kemampuan
majalah,
buku)
yang
dapat
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
responden sebelum diberikan pendidikan
kesehatan
tentang
penyakit
menular
kondisi
penelitian
yang sebanding untuk menghindari bias.
2. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap
Antara Kelompok Eksperimen dan
seksual pada remaja. Sama halnya dengan
Kelompok
sikap
Pendidikan Kesehatan
kedua
kelompok
sebelum
penyuluhan, berdasarkan hasil analisis
statistik
menunjukkan
tidak
kelompok
kontrol
Sesudah
a. Pengetahuan
ada
Berdasarkan
statistik
Mann-Whitney
terdapat
perbedaan bermakna, dimana p=0,130
dengan
(p>0,05), walaupun terdapat perbedaan
perbedaan bermakna antara kelompok
nilai sikap pada kelompok
eksperimen dengan perlakuan pendidikan
eksperimen
77,0 % dan kelompok kontrol 63,3%.
uji
analisa
kesehatan dan kelompok kontrol dengan
perlakuan
materi
motivasi
dalam
meningkatkan
pengetahuan
responden
responden
tentang
penyakit
menular
tentang penyakit menular seksual pada
seksual pada remaja dibandingkan dengan
remaja sesudah pendidikan kesehatan.
kelompok
Perbedaan tersebut terlihat dari nilai
mendapatkan pelatihan motivasi di SMA
pengetahuan
Muhammadiyah
responden
pada
kedua
kelompok perlakuan.
kontrol
bahwa
kesehatan diperoleh 37,92, sedangkan
meningkat
pada kelompok kontrol diperoleh 23,08.
Salah
Hal ini menunjukkan bahwa rerata nilai
memberikan
pengetahuan
seseorang.
responden
kesehatan
sesudah
menunjukkan
peningkatan.
Rerata
satunya
lebih
memberikan
kelompok kontrol. Untuk
diterima
besarnya
mengetahui
atau ditolak maka
taraf
dibandingkan
dengan
signifikansi
faktor.
adalah
dengan
informasi
kepada
tersebut
dapat
diberikan dalam beberapa bentuk dan
merupakan
dengan
dapat
beberapa
Informasi
pengetahuan pada kelompok ekperimen
dibandingkan
menjelaskan
seseorang
karena
pemberian
hipotesis
Sleman
(2007)
pengetahuan
nilai
tinggi
Pakem
Mubarok
kelompok ekperimen setelah pendidikan
terjadi
hanya
Yogyakarta.
Rerata nilai pengetahuan pada
pendidikan
yang
pendidikan
salah
seseorang
satu
kesehatan
upaya
informasi
yang
berdampak
kepada
nantinya
pada
untuk
akan
meningkatnya
pengetahuan orang tersebut.
taraf kesalahan
Pengetahuan
5%. Jika p lebih kecil daripada 0,05 maka
tahu
hipotesis diterima dan jika p lebih besar
sensoris
daripada 0,05 maka hipotesis ditolak.
telinga
Hasil
Pengetahuan merupakan domain yang
uji statistik memberikan nilai
p=0,001
lebih
kecil
(p<0,05) sehingga
daripada
dapat
0,05
disimpulkan
yang
adalah hasil dari
terjadi
melalui
khususnya
terhadap
sangat
penting
perilaku
mata
obyek
untuk
terbuka
proses
dan
tertentu.
terbentuknya
(open
behaviour)
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak
(Sunaryo, 2004). Kemudahan seseorang
yang artinya
pendidikan
kesehatan
untuk
berpengaruh
dalam
meningkatkan
dapat
memperoleh
suatu
informasi
membantu
mempercepat
untuk
mendapatkan
Pengetahuan remaja tentang penyakit
seseorang
menular seksual, berdasarkan analisis
pengetahuan yang baru (Mubarok, 2007)
hasil
penelitian
bahwa
pendidikan
Hal
ini
sejalan
pula
dengan
kesehatan pada kelompok eksperimen
pernyataan yang telah di ungkapkan oleh
lebih
Supartini (2004) bahwa terdapat tiga
meningkatkan
pengetahuan
domain
yang
dapat
diubah
oleh
Maka berdirilah, niscaya Allah akan
seseorang melalui pendidikan kesehatan
meninggikan orang-orang yang beriman
yaitu pengetahuan, keterampilan serta
di antaramu dan orang-orang yang diberi
sikap.
kesehatan
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
individu-
Allah Maha mengetahui apa yang kamu
Pendidikan
menciptakan
peluang
bagi
individu
untuk
memperbaiki
kesadaran
senantiasa
kerjakan.
(literacy)
b. Sikap
Sikap
serta meningkatkan pengetahuan dan
merupakan
reaksi
atau
keterampilan (life skills) demi tercapainya
respon yang masih tertutup dari seseorang
kesehatan yang optimal (Nursalam dan
terhadap suatu stimulus atau objek.
Efendi, 2008). Notoadmodjo (2003) juga
Manifestasi sikap tidak dapat langsung
menyatakan
proses
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
maka akan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
pembelajaran
dengan
yang
baik
menghasilkan pengetahuan yang baik
(Notoatmodjo, 2003).
pula. Sedangkan dalam Al-Qur’an bahwa
Berdasarkan
analisa
statistik
orang yang berilmu/berpengetahuan maka
dengan uji Mann-Whitney tidak terdapat
Allah akan mengangkatnya beberapa
perbedaan bermakna antara kelompok
derajat sebagaimana firman Alllah dalam
eksperimen dengan kelompok kontrol
Surat Al-Mujadilah ayat: 11
dalam meningkatkan sikap responden
       
       
      
       
 
tentang penyakit menular seksual pada
remaja,
dimana
didapatkan
nilai
signifikansi sebesar p= 0,846. Untuk
mengetahui
hipotesis
diterima
atau
ditolak maka besarnya taraf signifikansi
dibandingkan
dengan
taraf kesalahan
5%. Jika p lebih kecil daripada 0,05 maka
Artinya:
hipotesis diterima dan jika p lebih besar
11. Hai orang-orang beriman apabila
daripada 0,05 maka hipotesis ditolak.
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
Hasil uji statistik memberikan nilai p=
lapanglah
0,846 lebih besar daripada 0,05 (0,846
dalam
lapangkanlah
memberi
majlis",
niscaya
kelapangan
Maka
Allah
akan
untukmu.
dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
>0,05) sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima
yang artinya
pendidikan
kesehatan
tidak berpengaruh dalam meningkatkan
sikap remaja tentang penyakit menular
sebelumnya. Pengalaman buruk di masa
seksual di SMA Muhammadiyah Pakem
lalu diubah
Sleman Yogyakarta.
pengalaman
teori
dengan
memberikan
baru yang menyenangkan
Hal ini tidak sejalan dengan
sehingga
yang
menjadi kesan positif (Barata, 2003)
telah
diungkapkan
oleh
Brooker (2008) bahwa dengan pendidikan
kesan
Sikap
negatif
tidak
dapat
berubah
terbentuk
kesehatan dapat memodifikasi perilaku
dengan sendirinya. Sikap terbentuk ketika
seseorang
karena
dari
ada korelasi yang baik antara komponen
pendidikan
kesehatan
adalah dengan
sikap (perasaan, pemikiran dan tingkah
mengklarifikasi
proses
sikap. Pada dasarnya
laku)
dengan
faktor-faktor
yang
pembentukan
sikap
sikap dibentuk oleh suatu kejadian yang
mempengaruhi
kita tidak
untuk
(lingkungan, media massa, organisasi dan
cara
pengalaman). Sikap dapat diubah ketika
yang dapat digunakan untuk merubah
individu berkeinginan untuk mengubah
sikap
dengan
sikapnya
(internal)
pemberian informasi. Informasi selalu
didorong
oleh beberapa faktor seperti
tidak
mencukupi untuk
keyakinan,
sikap
seseorang, akan
memiliki
mengendalikannya.
kekuatan
Salah
seseorang
satu
adalah
mengubah
tetapi
dengan
diberikannya informasi akan membantu
seseorang
menjadi
untuk
lebih
merubah
baik
lagi,
menyesuaikan
itu
cita-cita
juga
dan
apresiasi. Hal ini sejalan dengan firman
Allah didalam Surat Ar-Ra’d:11
sikapnya
meskipun
memerlukan waktu agar orang tersebut
dapat
minat,
selain
diri
dengan
informasi yang baru saja didapatkan
         
            
            
  
(Abbat, 2003).
Mengubah
sikap tidak jauh
berbeda dengan cara membentuk sikap.
Pengubahan
dengan
cara
instrumental
classical
sikap
dapat
dilakukan
menerapkan
conditioning
conditioning.
Artinya :
11. bagi manusia ada malaikat-
teknik
maupun
Sikap
yang
malaikat
yang
selalu
mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya,
sudah terbentuk dapat diubah dengan cara
mereka
memberikan
yang
Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak
merupakan kebalikan dari pengalaman
merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
pengalaman
baru
menjaganya
atas
perintah
mereka merobah keadaan[768] yang ada
perubahan
pada diri mereka sendiri. dan apabila
HIV/AIDS. Perubahan sikap responden
Allah menghendaki keburukan terhadap
yang tidak bermakna dapat dilihat pula
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
dalam pernyataan Walstre &
menolaknya; dan sekali-kali tak ada
(1962,
pelindung bagi mereka selain Dia.
menyatakan bahwa pesan yang ditujukan
[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa
Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan
ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-
sikap
dalam
remaja
Azwar
yang
untuk mengubah sikap dengan tanpa
kelihatan, biasanya lebih berhasil daripada
pesan yang tampak jelas dan
Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut
memanipulasi
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan
Festing
2003)
amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah
Malaikat Hafazhah.
mengenai
seseorang.
dikarenakan
berusaha
Hal
ini
manusia cenderung tidak
mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab
mau
dimanipulasi,
sehingga
apabila
kemunduran mereka.
seseorang menyadari usaha yang sengaja
Jadi, sangat jelas sekali bahwa untuk
ingin dilakukan untuk mengubah sikap
merubah diri sendiri Allah tidak akan
maka orang tersebut akan berupaya untuk
merubah keadaan mereka, selain mereka
menolak perubahan yang diberikan.
sendiri yang mau merubahnya.
Pada penelitian ini tidak terdapat
Sedangkan faktor lain yang juga
perubahan sikap remaja tentang penyakit
mempunyai pengaruh dalam merubah
menular
sikap seseorang adalah stimulus yang
dimungkinkan karena jarak waktu dalam
diberikan
pemberian kuesioner yang terlalu cepat
oleh
orang
lain
terhadap
individu (Yahya, dkk, 2004).
seksual.
Hal
tersebut
yaitu setelah dilakukannya perlakuan.
Penelitian ini mendukung penelitian
Sejalan
dengan
teori yang
telah
yang telah dilakukan oleh Aryani (2009)
diungkapkan oleh Azwar (2003) yang
yang menyatakan bahwa tidak terdapat
mengatakan
perubahan
sikap
sikap
yang signifikan mengenai
remaja
Penelitian
tentang
tentang
sikap
bahwa
tidaklah
pembentukan
mudah
karena
HIV/AIDS.
memerlukan waktu yang lama dan tidak
remaja
lepas dari
ini
adanya faktor-faktor yang
didasarkan pada sumber informasi yang
mempengaruhi
telah
pengalaman pribadi, kebudayaan, media
diperoleh
remaja
mengenai
HIV/AIDS. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian tersebut didapatkan bahwa
besarnya
informasi
responden
tidak
yang
akan
diperoleh
mempengaruhi
responden,
seperti
massa, serta emosi dalam diri individu.
Faktor lingkungan juga memiliki
peranan yang cukup besar dalam proses
perubahan
sikap
seseorang
(Yahya,dkk,2004). Proses
perubahan
bagi remaja. Remaja selalu mencari
sikap akan berjalan dengan baik jika ada
perhatian dengan cara-cara yang tidak
stimulus
baik. Sikap tersebut baru akan berubah
yang
lingkungan.
kondisi
diberikan
Dalam
lingkungan
oleh
penelitian
yang
ini
digunakan
ketika
telah
ada
pemahaman
yang
dapat membuktikan
lain
kesalahan-
pada saat perlakuan berlangsung tidak
kesalahan dalam pembentukan sikap.
kondusif karena, bising dengan kegiatan
Remaja juga tidak memiliki keyakinan
ekstrakulikuler
dan minat untuk mengubah sikap mereka
dilaksanakan
siswa.
dalam
Perlakuan
ruangan
yang
tentang
penyakit
menular
seksual.
berbeda antar kelompok eksperimen dan
Mereka tidak ingin mengetahui lebih jauh
kelompok kontrol.
tentang
Sehingga membuat
penyakit
menular
seksual
kegiatan berjalan dengan tidak efektif dan
bahkan tidak berminat untuk mencari
kurangnya konsentrasi remaja karena
hal-hal yang terkait tentang penyakit
suara
menular
ramai
kegiatan
yang
ditimbulkan
ekstrakulikuler
oleh
sehinga tidak ada
dapat
keinginan dari dalam diri mereka untuk
mengganggu perlakuan kepada kedua
mengubah sikap tentang penyakit menular
kelompok tersebut.
seksual.
Selain
yang
seksual
lingkungan
tempat
penelitian berlangsung lingkungan yang
B. Keterbatasan Penelitian
juga berpengaruh terhadap sikap remaja
Penguasaan ilmu dan pengetahuan
adalah lingkungan sekolah. Tidak adanya
peneliti tentang penyakit menular seksual
perubahan
pada remaja masih banyak yang kurang,
sikap
penyakit
remaja
menular
seksual
dimungkinkan
karena
stimulus
lingkungan
individu
dari
ke
kelompok ke
tentang
juga
kurangnya
individu
sekolah,
maupun
individu. Hal
namun
peneliti
berusaha
pustaka
yang
berhubungan
penelitian
tersebut
sebelum
dengan
dimulai,
dari
disamping keterbatasan dana, sarana dan
tersebut
pengalaman yang kurang dimiliki peneliti
dibuktikan dengan sikap remaja yang
menyebabkan
menunjukan
hal
penelitian ini.
dilaksanakan
pendidikan
negatif
membaca
ketika
kurang
sempurnanya
kesehatan
Keterbatasan penelitian ini adalah
seperti tidak memperhatikan penjelasan.
kesibukan responden yang bermacam-
Kurangnya perhatian yang diberikan oleh
macam sehingga pada waktu penelitian,
orang
responden tidak dapat hadir semua sesuai
tua
memberikan
pengalaman-
pengalaman yang tidak menguntungkan
dengan
kontrak
waktu
yang
telah
disepakati
sehingga
harus
nilai p=0,489 (p>0,05), berarti bahwa
mengambil responden lain yang sudah
nilai alpha 5% secara statistik tidak
memenuhi kriteria responden. Kemudian
berbeda bermakna nilai pengetahuan
waktu yang digunakan untuk melakukan
responden tentang penyakit menular
postest
seksual
terlalu
peneliti
dekat
dengan
waktu
pada
remaja
sebelum
kesehatan
antara
eksperimen
dengan
pemberian pendidikan kesehatan karena
pendidikan
keterbatasan waktu penelitian sehingga
kelompok
perubahan sikap responden belum bisa
kelompok kontrol.
dinilai secara maksimal oleh karena itu
2. Perbedaan pengetahuan responden
hal menarik yang perlu digali lagi adalah
sesudah pendidikan kesehatan antara
pengambilan
sikap
kelompok eksperimen dan kelompok
dilakukan setelah seminggu perlakuan.
kontrol setelah pendidikan kesehatan
Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui
dianalisis dengan uji mann-whitney,
sejauh
responden
Hasil uji statistik didapatkan nilai
terhadap penyakit menular seksual karena
p=0,001 (p< 0,05), berarti bahwa
proses perubahan sikap membutuhkan
nilai
proses yang lama. .
berbeda bermakna nilai pengetahuan
data
mana
pada
skala
pemahaman
alpha
5%
secara
statistik
responden tentang penyakit menular
KESIMPULAN DAN SARAN
seksual
A. Kesimpulan
pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
“Pengaruh
Penyakit
Perubahan
Pendidikan
Menular
Kesehatan
Seksual
Pengetahuan
Terhadap
dan
Sikap
pada
kelompok
remaja
sesudah
kesehatan
antara
eksperimen
dengan
kelompok kontrol.
3. Perbedaan sikap responden sebelum
pendidikan
kesehatan
antara
Remaja Tentang PMS pada Siswa SMA
kelompok eksperimen dan kelompok
Muhammadiyah
Sleman
kontrol sebelum diberikan perlakuan,
Yogyakarta”. Dapat disimpulkan sebagai
dianalisis dengan uji Mann-Whitney.
berikut:
Hasil uji statistik didapatkan nilai
Pakem
1. Perbedaan pengetahuan responden
p=0,130 (p>0,05), berarti bahwa nilai
sebelum pendidikan kesehatan antara
alpha
5%
kelompok eksperimen dan kelompok
berbeda
kontrol dianalisis dengan uji mann-
responden tentang penyakit menular
whitney, hasil uji statistik didapatkan
seksual
perlakuan
secara
statistik
tidak
bermakna
nilai
sikap
pada
remaja
antara
sebelum
kelompok
eksperimen
dengan
kelompok
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
kontrol.
Hasil Penelitian ini diharapkan
4. Perbedaan sikap responden sesudah
pendidikan
kesehatan
antara
bisa dijadikan pedoman dalam melakukan
penelitian
selanjutnya
oleh
peneliti-
kelompok eksperimen dan kelompok
peneliti lain dengan memperluas variabel-
kontrol dianalisis dengan uji Mann-
variabel lainya misalnya perilaku. Karena
Whitney. Hasil uji statistik didapatkan
keterbatasan waktu penelitian perubahan
nilai p=0,846 (p>0,05), berarti bahwa
sikap responden belum bisa dinilai secara
nilai alpha 5% secara statistik tidak
maksimal karena waktu yang digunakan
berbeda
untuk melakukan postest terlalu dekat
bermakna
nilai
sikap
responden tentang penyakit menular
dengan
seksual
kesehatan sehingga pengambilan data
pada
pendidikan
kelompok
remaja
sebelum
kesehatan
antara
eksperimen
dengan
kelompok kontrol.
pada
waktu
skala
pemberian
sikap
pendidikan
dilakukan
setelah
seminggu perlakuan. Hal ini dilakukan
agar dapat mengetahui sejauh mana
pemahaman responden terhadap penyakit
menular seksual karena proses perubahan
B. Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
sikap membutuhkan proses yang lama.
pembahasan maka peneliti memberikan
Dan untuk memperoleh hasil yang lebih
saran sebagai berikut:
objektif tentang penyakit menular seksual,
1. Kepala di SMA Muhammadiyah
jenis penelitian yang akan datang dapat
juga menerapkan penelitian kualitatif
Pakem
Diharapkan
dapat
memberikan
masukan informasi mengenai pentingnya
pengetahuan tentang penyakit menular
seksual
sebagai
upaya
pencegahan
perilaku
seksual
yang
menyimpang
dikalangan siswa serta sebagai bahan
masukan
bagi
memberikan
pihak
sekolah
pendidikan
dalam
tentang
reproduksi dan penyakit menular seksual
dikalangan remaja.
sehingga memperoleh data yang lebih
mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A, A. 2007. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisa
Data, Penerbit Salemba Medika,
Jakarta.
Anggraini, R., 2008. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Penyakit Menular
Seksual dengan Sikap Perilaku
Seksual Pranikah pada Siswa
Kelas XI SMA N 1 Karanganom
Klaten, Karya Tulis Ilmiah tidak
dipublikasikan, STIKES ‘Aisyiah
Yogyakarta.
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik Edisi
VI, Rineka Cipta, Jakarta.
Assyafieq, 2010. Etika pergaulan remaja
dalam
pandangan,
(http://assyafieq.blogspot.com/2010/
11/etika-pergaulan-remaja-dalampandangan.html, diakses Tanggal 12
Februari 2013)
Azwar. S., 2008. Sikap Manusia “Teori
dan Pengukurannya, Pustaka
Belajar, Yogyakarta.
Febiliawanti, Intan, A,. 2009 Tujuh hal
menambah resiko PMS dalam
http://nasional.kompas.com,
diakses tanggal 23 September
2012.
Hidayat, A, A., 2003. Riset Keperawatan
dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi
Pertama Salemba Medika, Jakarta.
http://dian-pergaulanbebas.blogspot.com/,
Diakses Tanggal 12 Februari 2013
Http://Remajaislam.Com/Gaya-Muda/PraNikah/35-Kiat-Agar-TidakTerjerumus-Dalam-Kelamnya-Zina1.Html, Diakses Tanggal 12 Februari
2013
Ibnu Rusjid, 1963. Pergaulan Yang Sehat
Secara Islam. Penerbit Wijaya.
Jakarta
Iswati, E., 2010. Awas Bahaya Penyakit
Kelamin
(Mengenal
dan
Mengobati
Beragam
Jenis
Penyakit Kelamin), DIVA Press,
Yogyakarta.
Kusrini., 2006. Sistem Pakar: Teori dan
Chiuman,
L.
2009.
Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Remaja
SMA Wiyata Dharma Medan
Terhadap Infeksi Menular Seksual.
Skripsi tidak dipublikasikan USU.
Medan.
Aplikasi, Andi Offset, Yogyakarta.
Dahlan, S, 2008. Statistika untuk
Kedokteran
dan
Kesehatan,
Salemba Medika, Jakarta.
Lubis, N.F. 2010. Situs Porno dan
Persepsi Remaja Tentang Seks
Pranikah. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Dailli, 2007.Infeksi Menular
Seksual, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Dikutip
dari
http://www.alislam.or.id/artikel/arsi
p/00000028.html, Diakses Tanggal
12 Februari 2013.
Latief, 2010. HIV/AIDS dan penyakit
menular Seksual PMS di sulsel, 4,
(http://dinkes-sulsel.go.id, diakses
Tanggal 9 Oktober 2012).
Mubarok, W, I., Chayatin,N.,Rozikin, K
dan
Supradi.,
2007.Promosi
Kesehatan Sebuah Pengantar
Proses Belajar Mengajar dalam
Pendidikan,
Graha
Ilmu,
Yogyakarta.
Muharmansyah,
2011.
Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Melalui
Small Group Discussion Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Remaja
Tentang Penyakit Menular Seksual
di SMA Islam 1 Sleman
Yogyakarta,
Skripsi
tidak
dipublikasikan, STIKES ‘Aisyiah
Yogyakarta.
Murti, B., 2003. Prinsip dan Metodologi
Riset Epidemiologi, Edisi Kedua,
Jilid
Pertama,
GajahMada
University Press.Yogyakarta
Nadesul, H., 2009. Kiat Sehat Pranikah:
Menjadi Calon Ibu, Membesarkan
Bayi dan Membangun Keluarga
Muda, Kompas Media Nusantara,
Jakarta.
Notoadmodjo, S,. 2003 Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Rineka Cipta, Jakarta.
Pubertas dan Seksualitas Remaja.
Studia Press, Jakarta
Riyanto, A, 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian
Kesehatan,
Nuha
Medika, Yogyakarta.
Riyanto, Agus, 2011. Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan, Nuha
Medika, Yogyakarta.
Santjaka, Aris, 2011. Statistik untuk
Penelitian
Kesehatan,
Nuha
Medika, Yogyakarta.
Santrock, J, W., 2003. Adolesence
(Perkembangan
Remaja),
Erlangga,
Jakarta.
Sarwono, S, W 2011. Psikologi Remaja,
Edisi Revisi, Cetakan Keempat
Belas, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Saryono, 2009. Metodologi Penelitian
Kesehatan, Mitra Cendikia Press,
Yogyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode
Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta, Jakarta.
Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahanya,
Sagung Seto, Jakarta.
Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta.
Sugiarto, 2003. Teknik
Gramedia, Jakarta
Polim,
A., Kesehatan Reproduksi
Dewasa,
2010
dalam
Http://www.appspog.com, di akses
tanggal 9 Oktober 2012.
Purwanto E. A. dan Sulistyastuti, D. R.
2007.
Metode
Penelitian
Kuantitatif untuk Administrasi
Publik dan Masalah-Masalah
Sosial. Gava Media, Yogyakarta.
Risman, E, et al. 2008. Ensexclopedia.
Jawaban
Tuntas
Masalah
Sugiyono., 2006. Statistika
Penelitian. Alfabeta, Bandung
Sampling.
untuk
Suharjo dan Cahyono., 2008. Gaya Hidup
dan Penyakit Modern, Kanisius,
Yogyakarta.
Yahaya, A, Jafar S, Shahrin H, dan Yusof
B, 2004. Psikologi Sosial,
ProFesional, Malaysia.
Download