PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA SISWA SMA MUHAMMADIYAH PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : ULYAS RAHIM 201110201172 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2013 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA SISWA SMA MUHAMMADIYAH PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA1 Ulyas Rahim2, Syaifudin3 INTISARI Latar Belakang: remaja sangat rentan terhadap perilaku-perilaku seksual yang beresiko karena dorongan seksual. Apalagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat membuat remaja lebih mudah mencari informasi mengenai seks. Masalah-masalah penyakit menular seksual yang sering timbul saat ini adalah gonorhoe, sifillis dan HIV/AIDS. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan remaja terhadap penyakit menular seksual. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan penyakit menular seksual terhadap perubahan pengetahuan dan sikap remaja tentang penyakit menular seksual Metode: penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan non equivalent control group design. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013. Subjek penelitian ini adalah 60 siswa SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Proportional Stratified Random Sampling serta uji statistik menggunakan Mann-Whitney. Hasil : hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap perubahan pengetahuan sesudah perlakuan dengan nilai p=0,001 (p< 0,05), berarti bahwa nilai alpha 5% secara statistik berbeda bermakna nilai pengetahuan responden, sedangkan nilai sikap sesudah perlakuan tidak terdapat perbedaan dengan nilai p=0,846 (p>0,05), berarti bahwa nilai alpha 5% secara statistik tidak berbeda bermakna nilai sikap responden. Kesimpulan: ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan penyakit menular seksual terhadap perubahan pengetahuan pada Siswa SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta, akan tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap sikap remaja tentang penyakit menular seksual di SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta. Saran: bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan pengambilan data pada skala sikap setelah seminggu perlakuan. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap penyakit menular seksual karena proses perubahan sikap membutuhkan proses yang lama. Kata kunci Kepustakaan Jumlah Halaman 1 : Pendidikan Kesehatan, Penyakit Menular Seksual, Remaja : 30 Judul buku (2003-2013) 7 Internet , 3 Skripsi : 93 Halaman, 15 Lampiran Judul Penelitian Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta 2 THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION SEXUAL TRANSMITTED DISEASE ON THE CHANGE KNOWLEDGE AND ATTITUDE IN STUDENTS OF SMA MUHAMMADIYAH PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA1 Ulyas Rahim2, Syaifudin3 ABSTRACT Background: Adolescents are particularly vulnerable to sexual behaviors at risk for sex encouragement. Moreover, with the advancement of science and technology is getting rapidly make teens more easily find information about sexual transmitted disease problems that often arise when it is gonorrhea, syphilis and HIV / AIDS. This is caused by less of adolescents knowledge about sexual transmitted disease. Objective : the objective of this research was to determine the effect of spread diseases sexual health education to change knowledge and attitudes about sexual transmitted disease. Methods: This research is a quasi experimental design with non-equivalent control group design. The research was conducted on January 29, 2013. The subjects were 60 students SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta were divided into 2 groups: the experimental group and the control group with sampling done by Proportional Stratified random Sampling and statistical tests using the MannWhitney. The Result: the results showed that there is a difference between knowledge outcomes experimental group and the control group to changes in knowledge after treatment with a value of p = 0.001 (p <0.05), meaning that the value of alpha of 5% is statistically significant difference in the value of the respondents' knowledge , while the value of attitude after treatment with p = 0.846 (p> 0.05), meaning that the alpha value of 5% was not statistically significantly different from the value attitudes of respondents. The Conclusion: there was a significant effect of health education sexual transmitted disease to the change knowledge after eksperiment at students of SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta, but no significant effect health education sexual transmitted disease to the change attitude after eksperiment at students of SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta. The suggestion: for the next researcher can do the taking of data for the attitude scale after a week eksperiment. This is done to know about sexual transmitted disease, because of attitude changing need a long time process. Key word Literature Number of Pages 1 : Health Education, Spread Disease sexual, Adolescent : 30 of book title (2003-2013) 7 Internet , 3 Thesis : 93 Pages, 15 Attachment Tittle of The Research Student of School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 3 Lecturer of School Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 2 LATAR BELAKANG lewat majalah dan koran. Dari jumlah itu Remaja merupakan fase kehidupan 27% melakukannya karena iseng, 10 % manusia dengan karakter khasnya yang terbawa oleh teman, 4% takut dikatakan penuh sebagai remaja yang kurang pergaulan gejolak. Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan (Elli, 2008). populasi yang besar dari penduduk dunia. Penyakit menular seksual (PMS) Menurut World Health Organization yaitu adalah penyakit yang timbul akibat dari 1/5 dari penduduk dunia adalah remaja kegiatan seks, yang ditularkan melalui berusia 10-19 tahun (Soetjiningsih, 2004). hubungan seks (Lubis, 2010). PMS Populasi remaja yang tidak sedikit ini beresiko tinggi ditularkan pada orang – menjadi kelompok yang rentan terhadap orang yang berganti-ganti pasangan,selain pengabaian hak-hak kesehatan reproduksi. itu PMS dapat ditularkan melalui transfusi Di Indonesia, pada tahun 2007 jumlah darah dan penggunaan jarum suntik yang remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar berganti-ganti. PMS sangat berbahaya 64 juta atau 28,64 % dari jumlah dapat menyebabkan komplikasi yang penduduk Indonesia (Proyeksi penduduk bervariasi, diantaranya Indonesia tahun 2000-2005, dkk. 2005- kemandulan, kecacatan, 2025, dalam Muadz, dkk 2008). kehamilan, Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama gangguan adalah gangguan pertumbuhan, kanker rahim pada wanita, bahkan bisa menyebabkan kematian (Dailli, 2003). kali ia menunjukan tanda-tanda seksual Tingginya kasus PMS salah sekundernya sampai saat ia mencapai satunya karena kurangnya sarana edukasi kematangan seksual, individu mengalami dan penyampaian informasi tentang PMS perkembangan kepada remaja. Generasi muda merupakan identifikasi psikologi dari dan kanak-kanak pola sampai dewasa (Sarwono, 2011). pada salah satu faktor penyebab penyebaran virus ini angka meningkat. Media pornografi di Indonesia Pemerintah cenderung hanya masa memperhatikan penyebaran PMS pada sekarang sangat mudah dinikmati oleh remaja, didapatkan data waria dan Pekerja Seks Komersial (PSK) yaitu 24% remaja menikmati seks melalui sedangkan pada remaja dan kaum muda komik, 18% permainan, 16% situs porno kurang diberikan pengetahuan mengenai diinternet, 14% film, 10% Video Compact PMS (Aliyah, 2009, Pencegahan PMS Disc (VCD) dan Digital Video Disk dengan (DVD), 8% lewat telepon genggam, 6% http://www.umy.ac.id/2009/07/pencegaha edukasi, 4, n-hiv-aids-dengan-edukasi.umy, diperoleh terhadap tanggal 9 oktober 2012). (Widyastuti, dkk, 2009). Di Indonesia tertularnya HIV/AIDS Di Provinsi Jawa Tengah prosentase pada pengetahuan remaja terhadap PMS pada tahun 2009, kasus infeksi menular seksual tahun 2006 sebesar 89% sedangkan untuk (IMS) diobati sebesar 77,8% mengalami daerah 97% penurunan bila dibandingkan dengan Kesehatan cakupan 2008 sebesar 98,14% ini berarti Yogyakarta (Puslitbang sebesar KB dan Hasil belum seluruh kasus infeksi menular Kinerja seksual (IMS) yang ditemukan diobati rencana Pembangunan jangka menengah atau belum mencapai target yaitu 100% Nasional selain melakukan survei Human Immuno Reproduksi sementara BKKBN, survey 2008, indikator 2007, 53, (www.bkkbn.go.id/Webs/DetailProgram. Deficiency Php?LinkID=2722-Mirip, kasus Diperoleh 9 Virus Acquired (HIV), pengamatan Immune Deviciency Oktober 2012). Prosentase ini termasuk Syndrome (AIDS) Dinas Kesehatan juga tinggi, Sleman melakukan pengamatan terhadap hasil prosentase virus human immuno deviciency virus pengetahuan dari hasil studi pendahuluan (HIV),pada tahun 2008 hasil menujukan 13 Siswa human Immuno Deficiency Virus (HIV) dan yang paling tinggi yaitu sebesar 520 dari hanya 31% Siswa yang mempunyai 345.795, jumlah sampel yang diperiksa pengetahuan baik tentang PMS. (1,49).Sedangkan tetapi khususnya untuk daerah siswa mempunyai daerah pakem didapatkan 69% pengetahuan kurang tahun 2009 terjadi remaja penurunan hasil reaksi yang cukup besar penyakit yaitu 275 dari 312.795 jumlah sampel menular seksual salah satunya yaitu yang yang diperiksa (0,88%) (Profil HIV/AIDS. Kebanyakan remaja tidak Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Pergaulan dapat bebas berdampak pada tertular akurat Dinkes DIY (2009) menyatakan dan bahwa DIY saat ini telah menempati seksualitas. Informasi biasanya hanya dari urutan ke- 17 provinsi dengan penderita teman atau media elektronik maupun penyakit HIV/AIDS terbesar. Penularan cetak, telah berubah dengan dominasi dari jarum memiliki tentang pengetahuan kesehatan yang Informasi reproduksi biasanya yang menjerumuskan yang tidak salah remaja akurat. dapat kedalam pergaulan bebas yang dapat mengarah suntik pengguna narkoba. Penderita HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja. Laporan menunjukan bahwa program P2M penemuan kasus HIV/AIDS masih rendah yaitu dari target terjerumus semula sebesar 2000 hanya mampu (Istiqomah, 2003). Menurut Berkotwits dicapai dari dalam azhar (2005) sikap merupakan penderita yang ditemukan, pengobatan dasar seseorang untuk berperilaku jika VCT masih sikap tersebut positif dan sebaliknya jika menunjukkan rendah hanya mencapai sikap seseorang negatif maka cenderung 62,4%. Laporan kabupaten atau kota akan muncul sebuah perilaku negatif pula, menunjukkan “perubahan 501 yang HIV/AIDS kasus. Sementara dijalankan bahwa adalah juga kasus dikota tertinggi kedalam sikap pergaulan negatif bebas seseorang yogyakarta terhadap seks mencerminkan tahap awal sementara terendah adalah di Kabupaten dari gangguan perilaku seksual dan Gunungkidul menimbulkan (Profil Kesehatan Reproduksi Provinsi D.I. Yogyakarta, penyakit 2008) HIV/AIDS” Kurangnya informasi dan seksual, (Niven, termasuk 2002, dalam Stigma yang ada dimasyarakat sikap. khususnya dapat dirubah dengan salah satu cara seperti mempengaruhi seseorang bersikap positif. pendidikan kesehatan. Media yang ikut Sebaliknya pengetahuan yang kurang berpengaruh dapat mempengaruhi seseorang bersikap pendidikan negatif. Sikap merupakan reaksi atau Sekolah merupakan kelanjutan pendidikan respon seseorang masih tertutup terhadap kesehatan suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, pendidikan kesehatan di sekolah adalah 2003). Masa remaja mempunyai sikap guru (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan ingin tahu yang besar serta ingin coba- kesehatan reproduksi perlu diberikan oleh coba. Rasa ingin tahu yang besar dan guru terutama guru BK dan penjaskes emosional jiwa yang tinggi, menyebabkan kepada siswanya, agar siswa mendapatkan mereka cenderung mudah terpengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi yang oleh kebiasaan sehari-hari di lingkungan benar. tempat mereka bergaul. Sikap remaja di reproduksi zaman sekarang ini sering melampaui mempengaruhi batas-batas dalam pergaulan. Apabila yang remaja terpengaruh kedalam hal yang pembentukan sikap remaja yang baik tidak baik, ini dapat menyebabkan remaja terhadap pencegahan PMS (Widyastuti, Pengetahuan pembentukan menular penyebaran Septiningrum, 2007). pengetahuan seseorang dapat berdampak terhadap berbagai yang tinggi dikalangan membantu remaja bagi Adanya akan remaja pendidikan adalah sekolah. keluarga. pendidikan khususnya dapat Kunci kesehatan PMS akan pengetahuan seseorang berdampak terhadap dkk, 2009). Untuk SMA Muhammadiyah Reproduksi Remaja (KRR). Program Pakem sendiri, pendidikan kesehatan tersebut dikemas dalam paket “Triad” PMS secara formal belum berjalan. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Pencegahan PMS selain dengan yang diarahkan pemberdayaan pendidikan kesehatan juga diperlukan remaja penanaman nilai agama pada seseorang seksual yang merupakan batasan hijab yang penyalahgunaan paling penting untuk pencegahan PMS, keras dan penanggulangan PMS. Kegiatan sebab religius ini diarahkan pada upaya advokasi, seseorang promosi, KIE, pelayanan komunikasi meninggalkan larangan Allah, seperti di interpersonal atau konseling (KIP/K) yang jelaskan dalam surat Al-Isro’ ayat 32 “Youth Friendly” baik bagi remaja yang sebagai berikut: berperilaku positif maupun remaja yang mempunyai semakin seseorang, kuat semakin sikap kuat “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan Berdasarkan ayat diatas, bahwa zina itu dilarang dalam agama, karena zina akan membawa dampak negatif baik kehidupan didunia maupun diakhirat. Salah satu dampak terhadap segi kesehatan adalah ancaman penyakit narkoba dan masalah minum kesehatan Pencegahan dan penanganan kesehatan reproduksi tidak hanya dikelola LSM yang ikut Perkumpulan berperan Keluarga seperti Berencana Indonesia (PKBI). PKBI bertugas untuk untuk remaja tentang isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. PKBI juga memberikan penanganan bagi remaja yang mungkin memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi melalui Klinik PKBI (Agustina Situmorang, 2003). menular seksual. Salah satu program pokok dan penanggulangan PMS yang dikembangkan oleh BKKBN sebagai dari pencegahan memberikan informasi dan konseling yang buruk. bagian beresiko, perilaku oleh pemerintah saja namun ada banyak Artinya: kegiatan pencegahan reproduksi. (BKKBN, 2004). dalam dalam pada program Kesehatan Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 4 september 2012 di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pakem Tahun 2012. Berjumlah 164 siswa, terdiri dari kelas X berjumlah 53 siswa, kelas XI berjumlah 68 siswa, kelas XII kepada individu, keluarga,, kelompok berjumlah 43 siswa. Menurut guru BK masyarakat dan khususnya pada remaja dan agar dapat melakukan pencegahan dan pengurus UKS, Siswa SMA Muhammadiyah Pakem belum pernah terhindar dari PMS, maka mendapatkan kesehatan tertarik untuk melakukan penelitian maupun penelitian yang serupa dengan tentang pengaruh pendidikan kesehatan topik PMS serta belum mencantumkan Penyakit materi perubahan pengetahuan dan sikap pada pendidikan PMS dalam pendidikannya. kurikulum Menular Seksual terhadap hasil siswa SMA Muhammadiyah Pakem wawancara dari 13 siswa, didapatkan Sleman Yogyakarta. Tujuan penelitian hasil mempunyai ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan yang kurang mengenai PMS pendidikan kesehatan penyakit menular dan seksual terhadap perubahan pengetahuan 9 Berdasarkan peneliti (69%) 4 (31%) siswa siswa mempunyai pengetahuan yang baik tentang PMS. Mayoritas siswa sudah mengenal seksual dan informasi itu di peroleh dari dan sikap pada Muhammadiyah Siswa Pakem SMA Sleman Yogyakarta. sumber informasi internet dan teman sebaya. Apabila hal ini tidak mendapatkan METODE PENELITIAN arahan dan bimbingan yang benar, maka dapat mendorong kedalam eksperiment design (eksperimen semu), pergaulan bebas yang dapat beresiko dengan rancangan non equivalent control tertular group design. Menurut Arikunto (2006) PMS. remaja Jenis penelitian ini adalah quasi SMA Muhammadiyah Pakem letaknya tidak jauh dari objek dalam wisata sengaja Museum Gunung Merapi. Penelitian eksperimen membangkitkan penulis timbulnya Sebagaimana diketahui oleh masyarakat sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian bahwa lokasi tersebut banyak dikunjungi diteliti bagaimana akibatnya. Dengan kata oleh remaja untuk pacaran. Siswa SMA lain, eksperimen adalah suatu cara untuk Muhammadiyah Pakem mayoritas juga mencari sering (hubungan kausal) antara dua faktor yang berkunjung kemuseum untuk pacaran. hubungan sebab akibat sengaja ditimbulkan oleh penulis dengan Berdasarkan uraian diatas, salah mengeliminasi atau menyisihkan faktor- satu peran perawat adalah sebagai faktor lain yang menganggu. Eksperimen edukator dalam selalu dilakukan dengan masksud untuk kesehatan melihat akibat suatu perlakuan. Penelitian memberikan atau pendidik pendidikan ini menggunakan dua kelompok yang Alat Pengumpulan Data diberi perlakuan pendidikan kesehatan Alat yang digunakan dalam pengambilan dan kelompok yang tidak diberikan data pengetahuan remaja tentang penyakit perlakuan. menular Rancangan penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut: O1 X Kusioner adalah dalam bentuk kuesioner. pertanyaan tertutup (close ended) yaitu pertanyaan yang variasi jawaban sudah disediakan O2 O1 seksual sehingga O2 responden tidak memiliki kebebasan untuk menjawab karena pilihan Gambar 3.1 Rancangan penelitian jawaban sudah disediakan yang terdiri kelompok eksperimen dan kontrol dari 17 item pertanyaan. Kuesioner terdiri Keterangan : dari 4 item pertanyaan unfavourable dan O1: tes awal (pretest) kelompok 13 eksperimen pertanyaan pertanyaan O2: tes akhir (postest) kelompok favourable. unfavourable Untuk apabila responden menjawab pilihan “TS” (tidak eksperimen setuju), maka akan diberikan nilai 1, dan X: perlakuan pendidikan kesehatan di untuk kelas eksperimen pertanyaan favourable apabila responden menjawab pilihan “S” (setuju) , O1: tes awal (pretest) kelompok kontrol akan diberikan nilai 1. Sedangkan untuk O2: tes akhir (postest) kelompok kontrol pilihan jawaban selain ketentuan diatas Populasi dan Sampel akan diberikan nilai 0. Populasi dalam ini Alat yang digunakan dalam pengambilan adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA data sikap remaja mengenai penyakit Muhammadiyah Yogyakarta menular seksual adalah berupa pertanyaan dengan jumlah Populasi 121 siswa dan tertutup (close ended). Kuesioner terdiri sampel dalam penelitian ini pengambilan dari 6 item pertanyaan unfavourable dan 2 sampel 25% dari besarnya populasi pertanyaan favourable. Untuk pertanyaan (Arikunto, 2006). Sehingga 25% dari unfavourable jumlah populasi 121 adalah 30 responden. menjawab pilihan “TS” (tidak setuju), Peneliti membagi dalam dua kelompok maka akan diberikan nilai 1, dan untuk yaitu kelompok eksperimen 30 responden pertanyaan favourable apabila responden dan 30 untuk kelompok kontrol, jadi total menjawab pilihan “S” (setuju) , akan 60 responden. diberikan nilai 1. Sedangkan untuk pilihan Pakem penelitian apabila responden jawaban selain ketentuan diatas akan Peneliti melaksanakan penelitian diberikan nilai 0. disekolah ini karena berdasarkan hasil Analisa Data studi pendahuluan yang dilakukan peneliti Analisa data dilakukan secara pada tanggal 29 Januari 2013 mayoritas komputerisasi dengan menggunakan uji (69%) siswa mempunyai pengetahuan statistik yang kurang mengenai penyakit menular nonparametris Mann-Whitney yang digunakan untuk membandingkan seksual. Sikap pencegahan terhadap antara dua kelompok yang diberikan Penyakit menular seksual pada siswa perlakuan yang berbeda dan datanya SMA Muhammadiyah berbentuk ordinal(Dahlan, S, 2008). Yogyakarta juga masih kurang, sehingga Pakem Sleman sangat tepat jika sekolah ini dijadikan lokasi penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN SMA A. Hasil Pembahasan 1. Gambaran Umum Tempat adalah sebuah sekolah yang Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta, sekolah ini berlokasi di jalan Km 17 Pakem Sleman Yogyakarta. Sekolah ini didirikan pada tahun 1986. Dan merupakan salah satu dengan peringkat (B) baik. Sekolah ini bentuk perjuangan Muhammadiyah dalam dunia pendidikan. Kemudian Sekolah ini juga mempunyai beberapa fasilitas diantaranya adalah ruang kelas, Ruang Musholah, Ruang Multimedia, Ruang Laboratorium, Ruang tata usaha, Aula, Kantin, dan lapangan olahraga dengan jumlah siswa sebanyak 164 orang. letaknya Gunung Merapi. Sebagaimana diketahui oleh masyarakat bahwa lokasi tersebut banyak dikunjungi oleh remaja untuk pacaran. Siswa SMA Muhammadiyah Pakem mayoritas juga sering berkunjung kemuseum untuk pacaran. Pendidikan kesehatan penyakit sekolah di Yogyakarta yang terakreditasi merupakan Pakem tidak jauh dari objek wisata Museum Penelitian Kaliurang Muhammadiyah menular seksual dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2013 dengan jumlah 60 orang. Pengambilan Pretest dilakukan sebelum pendidikan kesehatan dimulai, responden yang hadir dalam pendidikan kesehatan tersebut ada 60 orang dimana 30 orang untuk kelompok eksperimen dan 30 orang untuk kelompok kontrol, dan diantara yang hadir ada 7 orang responden yang tidak hadir yaitu 3 orang untuk kelompok ekperimen dan 4 orang untuk kelompok kontrol sehingga peneliti mengganti responden dengan siswa lain eksperimen sebagian besar responden yang berumur 16 tahun yaitu sebanyak 13 sudah melalui syarat sebagai responden. orang (43%), selebihnya berumur 17 tahun sebanyak 11 orang (37%), 18 tahun 2. Karakteristik Responden Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2013 SMA sebanyak 3 orang (10%), responden pada Sleman kelompok kontrol, sebagian besar juga Yogyakarta didapatkan 60 remaja yang berumur 16 tahun yaitu sebanyak 15 memenuhi kriteria responden penelitian orang (50%), selebihnya berumur 17 yang tahun sebanyak 11 orang (37%), 18 tahun Muhammadiyah berusia di sebanyak 3 orang (10%), 15 tahun Pakem 15-18 tahun. Adapun karakteristik responden meliputi usia dan sebanyak 4 orang (13%). jenis kelamin yang akan disajikan dalam b. bentuk tabel sebagai berikut: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin a. Karakteristik Berdasarkan Usia Berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan analisis terhadap responden, diperoleh gambaran bahwa umur responden, diperoleh gambaran gambaran jenis kelamin responden dapat bahwa kisaran umur siswa antara 15- dilihat pada tabel berikut ini : 18 tahun. Gambaran umur responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Distribusi Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Muhammadiyah Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMA Responden Siswa Pakem Tabel 4.2 SMA Muhammadiyah Pakem Januari 2013 Yogyakarta Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Januari 2013 Yogyakarta Jenis F % Jenis F % Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Usia F % Usia F % Laki-Laki 10 33,0 Laki- 16 53,0 16 13 43,0 16 15 50,0 Perempuan 20 67,0 Laki 14 47,0 17 11 37,0 17 11 37,0 Jumlah 30 100,0 Perempuan 30 100,0 18 3 10,0 18 4 13,0 15 3 10,0 0 0 0 Jumlah 30 100,0 30 100,0 Kelamin Sumber : Data Primer Berdasarkan diketahui bahwa Kelamin Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.2 diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis tabel pada 4.1 diatas kelompok kelamin adalah sebagian besar remaja berjenis kelamin perempuan pada kelompok ekperimen yaitu sebanyak 20 orang (67%), laki-laki sebanyak 10 orang Kategori (33%), sedangkan pada kelompok kontrol Pretest Peritest Eksperimen Kontrol F % F % sebagian besar remaja berjenis kelamin Baik 13 43,3 12 40,0 laki-laki yaitu sebanyak 16 orang (53%), Cukup 16 53,3 13 43,0 perempuan 14 orang (47%). Kurang 1 3,3 5 17,0 Buruk 0 0 0 0 3. Deskripsi Data Penelitian Jumlah 30 100,0 a. Pengetahuan Responden Sebelum Sumber : Data Primer Pendidikan Kesehatan Kelompok Antara Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pengetahuan penyakit menular Berdasarkan 30 100,0 Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok remaja seksual tentang diperoleh eksperimen sebagian besar remaja memiliki pengetahuan cukup yaitu 16 melalui jawaban kuesioner yang berisi 17 remaja item pertanyaan yang diisi langsung oleh kelompok remaja di SMA Muhammadiyah Pakem materi motivasi sebagian besar remaja Sleman Yogyakarta. Pretest dan postest memiliki pengetahuan cukup yaitu 13 dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013, remaja (43,0 %) pengetahuan yang kurang kemudian pengetahuan dinilai dalam 4 pada kategori yaitu pengetahuan baik apabila ≥ dilakukan pendidikan kesehatan yaitu 1 13, pengetahuan cukup apabila didapatkan remaja (3,3%), sedangkan pengetahuan skor 10-12, pengetahuan kurang apabila yang kurang pada kelompok kontrol didapatkan skor 7-9, dan pengetahuan sebelum diberikan materi motivasi yaitu 5 buruk apabila skor <6. Berikut distribusi remaja (17,0 %). remaja berdasarkan tingkat pengetahuan tentang penyakit menular seksual: Tabel 4.3 Distribusi berdasarkan Frekuensi pengetahuan Responden sebelum pendidikan kesehatan antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di SMA Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta 2013 (53,3%) kontrol kelompok sedangkan sebelum eksperimen pada diberikan sebelum b. Pengetahuan Responden Sesudah Pendidikan Kesehatan Kelompok Antara Eksperimen dan terdapat remaja yang masuk kategori kurang pengetahuan baik. c. Sikap Pendidikan Kelompok Kontrol Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Responden Kelompok Responden pengetahuan Sebelum Kesehatan Antara Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sikap Sesudah remaja penyakit diperoleh melalui Pendidikan Kesehatan antara Kelompok menular Eksperimen dan Kelompok Kontrol di jawaban kuesioner yang berisi 6 item SMA Muhammadiyah Pakem Sleman pertanyaan yang diisi langsung oleh Yogyakarta 2013 remaja di SMA Muhammadiyah Pakem Kategori seksual tentang Postest Postest Sleman Yogyakarta. Pretest dan postest Eksperimen Kontrol dilakukan pada tanggal 29 Januari 2013, F % F % kemudian sikap dinilai dalam 4 kategori Baik 24 80,0 12 40,0 yaitu pengetahuan baik apabila ≥ 5, sikap Cukup 6 20,0 17 57,0 cukup apabila didapatkan skor 3-4, sikap Kurang 0 0 1 3,0 kurang apabila didapatkan skor 2, dan Buruk 0 0 0 0 sikap buruk apabila skor <1. Berikut Jumlah 30 100,0 30 100,0 distribusi sikap remaja terhadap penyakit menular seksual: Sumber : Data Primer 4.4 Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa setelah diberikan Distribusi pendidikan kesehatan pada kelompok Berdasarkan Sikap Sebelum Pendidikan eksperimen Kesehatan antara Kelompok Eksperimen Berdasarkan Tabel sebagian besar remaja Frekuensi memiliki pengetahuan yang baik yaitu dan sebanyak 24 remaja (80%), kemudian Muhammadiyah pada kelompok kontrol setelah diberikan Yogyakarta 2013 materi motivasi, sebagian besar remaja juga memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 17 remaja (57,0%), pada kelompok eksperimen maupun kontrol setelah dilakukan perlakuan, tidak Kelompok Kontrol Pakem Responden di SMA Sleman Kategori Pretest Pretest Muhammadiyah Eksperimen Kontrol Yogyakarta 2013 F % F Baik 6 20,0 10 33,3 Cukup 23 77,0 19 63,3 Kurang 1 3,0 0 0 Buruk 0 0 1 Jumlah 30 100 30 Tabel Kategori Sleman Postest Postest Eksperimen Kontrol % F % F % Baik 7 23,3 6 20,0 3,3 Cukup 19 63,3 23 77,0 100 Kurang 4 13,3 1 3,0 Buruk 0 0 0 0 Jumlah 30 100,0 Sumber : Data Primer Berdasarkan Pakem 4.5 memperlihatkan bahwa pada kelompok 30 100,0 Sumber : Data Primer eksperimen sebelum diberikan pendidikan Berdasarkan Tabel 4.6 kesehatan sebagian besar remaja memiliki memperlihatkan bahwa pada kelompok sikap cukup yaitu 23 remaja (77,0%) eksperimen setelah diberikan pendidikan sedangkan kesehatan, remaja memiliki sikap yang sebelum pada kelompok kontrol diberikan materi motivasi cukup yaitu sebanyak 19 remaja (63,3 sebagian besar remaja memiliki sikap %), sedangkan pada kelompok kontrol cukup setelah diberikan perlakuan, remaja tetap yaitu sedangkan 19 remaja sikap pada (63,3 %) kelompok memiliki sikap yang cukup yaitu eksperimen dan kelompok kontrol yang sebanyak 23 remaja (77 termasuk kategori kurang, kelompok eksperimen yang termasuk sebelum %). Pada dilakukan perlakuan yaitu 1 remaja (3,0 kategori %), dan pada kelompok kontrol ada 1 pendidikan kesehatan yaitu 4 remaja remaja (3,0%) termasuk kategori buruk. (13,3%). d. Sikap kontrol terdapat 1 remaja (3,0%). Responden Pendidikan Sesudah Kesehatan Kelompok Antara Eksperimen dan Kelompok Kontrol Frekuensi Berdasarkan Sikap Sesudah Pendidikan dilakukan pada kelompok 4. Hasil Pengujian Hipotesis a. Pengetahuan Responden Sebelum Kelompok Responden setelah Sedangkan Pendidikan Tabel 4.6 Distribusi kurang Kesehatan Antara Eksperimen dan Kelompok Kontrol Untuk mengetahui ada tidaknya Kesehatan antara Kelompok Eksperimen perbedaan dan sebelum pendidikan kesehatan penyakit Kelompok Kontrol di SMA perubahan pengetahuan menular seksual eksperimen antara dan kelompok kelompok kontrol pengetahuan responden sebelum pendidikan kesehatan antara kelompok dilakukan uji statistik Mann-Whitney eksperimen secara komputerisasi SPSS 16. Berikut dianalisis dengan uji Mann-Whitney, hasil hasil untuk uji statistik didapatkan nilai p=0,489 pengetahuan remaja terhadap penyakit (p>0,05), berarti bahwa nilai alpha 5% menular seksual. secara statistik tidak berbeda bermakna pengujian statistik dan kelompok kontrol, Tabel 4.7 nilai Hasil analisis uji Mann Whitney penyakit menular seksual pada remaja pengetahuan responden tentang sebelum sebelum pendidikan kesehatan antara pendidikan kesehatan antara kelompok kelompok eksperimen dengan kelompok eksperimen kontrol kontrol. Pakem b. Pengetahuan Responden Sesudah diSMA responden pengetahuan dan kelompok Muhammadiyah Yogyakarta 2013 Pendidikan Kelompok N Kesehatan Mean Sum of Kelompok Rank Ranks Kelompok Kontrol 30 32.03 961.00 Kontrol 30 28.97 869.00 Total 60 Pretest_P Eksperimen Antara Eksperimen dan Gambaran distribusi pengetahuan responden tentang penyakit menular seksual pada remaja setelah pendidikan Pretest_P kesehatan, antara kelompok ekperimen Mann-Whitney U 404.000 dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Wilcoxon W 869.000 tabel 4.10 dibawah ini: Z -.692 Asymp. Sig. (tailed) .489 Tabel 4.8 Hasil analisis uji Mann Whitney Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebelum pendidikan kesehatan pengetahuan responden pada kelompok eksperimen mengalami perubahan sikap menjadi mayoritas bersikap cukup terhadap penyakit penyakit menular seksual pada remaja yaitu sebesar 53% , sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 43%. Hasil uji tidak terdapat perbedaan pengetahuan responden Sesudah pendidikan kesehatan antara kelompok eksperimen diSMA dan kelompok Muhammadiyah Yogyakarta 2013 kontrol Pakem c. Kelompok Postest_P N Mean Sum of Rank Ranks Eksperimen 30 37.92 1137.50 Kontrol 30 23.08 692.50 Total 60 Sikap Responden Pendidikan Sebelum Kesehatan Kelompok Antara Eksperimen dan Kelompok Kontrol Gambaran responden tentang distribusi sikap penyakit menular seksual pada remaja sebelum pendidikan Pretest_P Mann-Whitney U 227.500 Wilcoxon W 692.500 Z -3.391 Asymp. Sig. (tailed) kesehatan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini: .001 Tabel 4.9 Hasil analisis uji Mann Whitney Sikap Sumber : Data Primer responden sebelum pendidikan kesehatan Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa setelah pendidikan kesehatan pengetahuan responden pada kelompok eksperimen mengalami pengetahuan menjadi antara kelompok kelompok kontrol Kelompok Pretest_S uji N Mean Sum of Rank Ranks Eksperimen 30 27.25 817.50 Kontrol 30 33.75 1012.50 Total 60 mayoritas berpengetahuan cukup yaitu sebesar 57%. Berdasarkan diSMA berpengetahuan kelompok kontrol juga terjadi perubahan menjadi dan Muhammadiyah Pakem Yogyakarta 2013 perubahan baik yaitu sebesar 80%, sedangkan pada pengetahuan eksperimen Mann-Whitney, perbedaan ini berbeda secara signifikan (p<0,05). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,001 (p< 0,05), berarti bahwa Pretest_P Mann-Whitney U 352.500 Wilcoxon W 817.500 Z -1.513 Asymp. Sig. (tailed) .130 Sumber : Data Primer nilai alpha 5% secara statistik berbeda Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bermakna nilai pengetahuan responden bahwa sebelum pendidikan kesehatan, tentang penyakit menular seksual pada sikap remaja sesudah pendidikan kesehatan eksperimen maupun kelompok kontrol antara mayoritas kelompok kelompok kontrol. eksperimen dengan responden besikap baik cukup kelompok terhadap penyakit penyakit menular seksual pada remaja yaitu sebesar 77,0% pada Kelompok kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 63,3 %. Postest_S Perbedaan sikap responden antara kelompok eksperimen dengan kelompok N Mean Sum of Rank Ranks Eksperimen 30 30.92 927.50 Kontrol 30 30.08 902.50 Total 60 kontrol dianalisis dengan uji MannPretest_P Whitney. Hasil uji statistik didapatkan Mann-Whitney U 437.500 nilai p=0,130 (p>0,05), berarti bahwa Wilcoxon W 902.500 nilai alpha 5% secara statistik tidak Z -.194 berbeda bermakna nilai sikap responden Asymp. Sig. (tailed) tentang penyakit menular seksual pada Sumber : Data Primer Berdasarkan remaja sebelum pendidikan kesehatan antara kelompok eksperimen dengan d. Sikap Responden Pendidikan Kesehatan Kelompok Sesudah Antara Eksperimen dan Gambaran tentang kelompok distribusi sikap penyakit menular kesehatan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Hasil analisis uji Mann Whitney Sikap responden sebelum pendidikan kesehatan kontrol setelah sikap bersikap cukup pendidikan responden eksperimen dapat pada mengalami menjadi mayoritas terhadap penyakit yaitu sebesar 63,3% , sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 77 %. Perbedaan sikap responden antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dianalisis dengan uji Mann- nilai p=0,846 (p>0,05), berarti bahwa Tabel 4.10 kelompok 4.10 Whitney. Hasil uji statistik didapatkan tabel 4.10 dibawah ini: kelompok sikap perubahan seksual pada remaja Sesudah pendidikan antara bahwa tabel penyakit menular seksual pada remaja Kelompok Kontrol responden dilihat kesehatan kelompok kontrol. .846 eksperimen dan diSMA Muhammadiyah Pakem Yogyakarta 2013 nilai alpha 5% secara statistik tidak berbeda bermakna nilai sikap responden tentang penyakit menular seksual pada remaja sebelum pendidikan kesehatan antara kelompok kelompok kontrol. eksperimen dengan Berdasarkan hasil analisis nilai A. Pembahasan 1. Pengetahuan dan Sikap Responden pengetahuan dan sikap sebelum Kesehatan pendidikan kesehatan antara kelompok antara Kelompok Eksperimen dan eksperimen dan kontrol diatas, diketahui Kelompok Kontrol bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan Sebelum Pendidikan penyakit dan sikap responden yang bermakna menular seksual pada remaja antara antara kedua kelompok. Sehingga, dapat kelompok eksperimen dan kelompok disimpulkan kontrol sebelum dilakukan pendidikan responden tidak membedakan tingkat kesehatan berdasarkan analisis pengetahuan dan sikap, atau dapat juga statistik menunjukkan ada disebutkan bahwa sebelum perlakuan Pengetahuan tentang hasil tidak bahwa perbedaan bermakna, dimana, p=0,489 antara (p>0,05), walaupun terdapat perbedaan mempunyai pengetahuan dan sikap yang nilai pengetahuan responden sebelum hampir setara tentang penyakit menular penyuluhan pada kelompok eksperimen seksual pada remaja. Hal ini berarti bahwa 53,3% dan kelompok kontrol 43,0%, persyaratan untuk melakukan penelitian keadaan ini bisa disebabkan oleh adanya eksperimen informasi yang diperoleh responden selain kondisi awal responden sebanding, sesuai dari intervensi misalnya dari kedua pengelompokkan kelompok sudah penelitian terpenuhi, karena promosi kesehatan, dengan pendapat Murti (2003), bahwa media elektronik sebelum melakukan (TV,Radio) atau media cetak (koran, eksperimental, poster, perlakuan harus mempunyai kemampuan majalah, buku) yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit menular kondisi penelitian yang sebanding untuk menghindari bias. 2. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Antara Kelompok Eksperimen dan seksual pada remaja. Sama halnya dengan Kelompok sikap Pendidikan Kesehatan kedua kelompok sebelum penyuluhan, berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan tidak kelompok kontrol Sesudah a. Pengetahuan ada Berdasarkan statistik Mann-Whitney terdapat perbedaan bermakna, dimana p=0,130 dengan (p>0,05), walaupun terdapat perbedaan perbedaan bermakna antara kelompok nilai sikap pada kelompok eksperimen dengan perlakuan pendidikan eksperimen 77,0 % dan kelompok kontrol 63,3%. uji analisa kesehatan dan kelompok kontrol dengan perlakuan materi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan responden responden tentang penyakit menular tentang penyakit menular seksual pada seksual pada remaja dibandingkan dengan remaja sesudah pendidikan kesehatan. kelompok Perbedaan tersebut terlihat dari nilai mendapatkan pelatihan motivasi di SMA pengetahuan Muhammadiyah responden pada kedua kelompok perlakuan. kontrol bahwa kesehatan diperoleh 37,92, sedangkan meningkat pada kelompok kontrol diperoleh 23,08. Salah Hal ini menunjukkan bahwa rerata nilai memberikan pengetahuan seseorang. responden kesehatan sesudah menunjukkan peningkatan. Rerata satunya lebih memberikan kelompok kontrol. Untuk diterima besarnya mengetahui atau ditolak maka taraf dibandingkan dengan signifikansi faktor. adalah dengan informasi kepada tersebut dapat diberikan dalam beberapa bentuk dan merupakan dengan dapat beberapa Informasi pengetahuan pada kelompok ekperimen dibandingkan menjelaskan seseorang karena pemberian hipotesis Sleman (2007) pengetahuan nilai tinggi Pakem Mubarok kelompok ekperimen setelah pendidikan terjadi hanya Yogyakarta. Rerata nilai pengetahuan pada pendidikan yang pendidikan salah seseorang satu kesehatan upaya informasi yang berdampak kepada nantinya pada untuk akan meningkatnya pengetahuan orang tersebut. taraf kesalahan Pengetahuan 5%. Jika p lebih kecil daripada 0,05 maka tahu hipotesis diterima dan jika p lebih besar sensoris daripada 0,05 maka hipotesis ditolak. telinga Hasil Pengetahuan merupakan domain yang uji statistik memberikan nilai p=0,001 lebih kecil (p<0,05) sehingga daripada dapat 0,05 disimpulkan yang adalah hasil dari terjadi melalui khususnya terhadap sangat penting perilaku mata obyek untuk terbuka proses dan tertentu. terbentuknya (open behaviour) bahwa Ha diterima dan Ho ditolak (Sunaryo, 2004). Kemudahan seseorang yang artinya pendidikan kesehatan untuk berpengaruh dalam meningkatkan dapat memperoleh suatu informasi membantu mempercepat untuk mendapatkan Pengetahuan remaja tentang penyakit seseorang menular seksual, berdasarkan analisis pengetahuan yang baru (Mubarok, 2007) hasil penelitian bahwa pendidikan Hal ini sejalan pula dengan kesehatan pada kelompok eksperimen pernyataan yang telah di ungkapkan oleh lebih Supartini (2004) bahwa terdapat tiga meningkatkan pengetahuan domain yang dapat diubah oleh Maka berdirilah, niscaya Allah akan seseorang melalui pendidikan kesehatan meninggikan orang-orang yang beriman yaitu pengetahuan, keterampilan serta di antaramu dan orang-orang yang diberi sikap. kesehatan ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan individu- Allah Maha mengetahui apa yang kamu Pendidikan menciptakan peluang bagi individu untuk memperbaiki kesadaran senantiasa kerjakan. (literacy) b. Sikap Sikap serta meningkatkan pengetahuan dan merupakan reaksi atau keterampilan (life skills) demi tercapainya respon yang masih tertutup dari seseorang kesehatan yang optimal (Nursalam dan terhadap suatu stimulus atau objek. Efendi, 2008). Notoadmodjo (2003) juga Manifestasi sikap tidak dapat langsung menyatakan proses dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan maka akan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup pembelajaran dengan yang baik menghasilkan pengetahuan yang baik (Notoatmodjo, 2003). pula. Sedangkan dalam Al-Qur’an bahwa Berdasarkan analisa statistik orang yang berilmu/berpengetahuan maka dengan uji Mann-Whitney tidak terdapat Allah akan mengangkatnya beberapa perbedaan bermakna antara kelompok derajat sebagaimana firman Alllah dalam eksperimen dengan kelompok kontrol Surat Al-Mujadilah ayat: 11 dalam meningkatkan sikap responden tentang penyakit menular seksual pada remaja, dimana didapatkan nilai signifikansi sebesar p= 0,846. Untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak maka besarnya taraf signifikansi dibandingkan dengan taraf kesalahan 5%. Jika p lebih kecil daripada 0,05 maka Artinya: hipotesis diterima dan jika p lebih besar 11. Hai orang-orang beriman apabila daripada 0,05 maka hipotesis ditolak. kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang- Hasil uji statistik memberikan nilai p= lapanglah 0,846 lebih besar daripada 0,05 (0,846 dalam lapangkanlah memberi majlis", niscaya kelapangan Maka Allah akan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", >0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya pendidikan kesehatan tidak berpengaruh dalam meningkatkan sikap remaja tentang penyakit menular sebelumnya. Pengalaman buruk di masa seksual di SMA Muhammadiyah Pakem lalu diubah Sleman Yogyakarta. pengalaman teori dengan memberikan baru yang menyenangkan Hal ini tidak sejalan dengan sehingga yang menjadi kesan positif (Barata, 2003) telah diungkapkan oleh Brooker (2008) bahwa dengan pendidikan kesan Sikap negatif tidak dapat berubah terbentuk kesehatan dapat memodifikasi perilaku dengan sendirinya. Sikap terbentuk ketika seseorang karena dari ada korelasi yang baik antara komponen pendidikan kesehatan adalah dengan sikap (perasaan, pemikiran dan tingkah mengklarifikasi proses sikap. Pada dasarnya laku) dengan faktor-faktor yang pembentukan sikap sikap dibentuk oleh suatu kejadian yang mempengaruhi kita tidak untuk (lingkungan, media massa, organisasi dan cara pengalaman). Sikap dapat diubah ketika yang dapat digunakan untuk merubah individu berkeinginan untuk mengubah sikap dengan sikapnya (internal) pemberian informasi. Informasi selalu didorong oleh beberapa faktor seperti tidak mencukupi untuk keyakinan, sikap seseorang, akan memiliki mengendalikannya. kekuatan Salah seseorang satu adalah mengubah tetapi dengan diberikannya informasi akan membantu seseorang menjadi untuk lebih merubah baik lagi, menyesuaikan itu cita-cita juga dan apresiasi. Hal ini sejalan dengan firman Allah didalam Surat Ar-Ra’d:11 sikapnya meskipun memerlukan waktu agar orang tersebut dapat minat, selain diri dengan informasi yang baru saja didapatkan (Abbat, 2003). Mengubah sikap tidak jauh berbeda dengan cara membentuk sikap. Pengubahan dengan cara instrumental classical sikap dapat dilakukan menerapkan conditioning conditioning. Artinya : 11. bagi manusia ada malaikat- teknik maupun Sikap yang malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, sudah terbentuk dapat diubah dengan cara mereka memberikan yang Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merupakan kebalikan dari pengalaman merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga pengalaman baru menjaganya atas perintah mereka merobah keadaan[768] yang ada perubahan pada diri mereka sendiri. dan apabila HIV/AIDS. Perubahan sikap responden Allah menghendaki keburukan terhadap yang tidak bermakna dapat dilihat pula sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat dalam pernyataan Walstre & menolaknya; dan sekali-kali tak ada (1962, pelindung bagi mereka selain Dia. menyatakan bahwa pesan yang ditujukan [767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan- sikap dalam remaja Azwar yang untuk mengubah sikap dengan tanpa kelihatan, biasanya lebih berhasil daripada pesan yang tampak jelas dan Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut memanipulasi [768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan Festing 2003) amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat Hafazhah. mengenai seseorang. dikarenakan berusaha Hal ini manusia cenderung tidak mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab mau dimanipulasi, sehingga apabila kemunduran mereka. seseorang menyadari usaha yang sengaja Jadi, sangat jelas sekali bahwa untuk ingin dilakukan untuk mengubah sikap merubah diri sendiri Allah tidak akan maka orang tersebut akan berupaya untuk merubah keadaan mereka, selain mereka menolak perubahan yang diberikan. sendiri yang mau merubahnya. Pada penelitian ini tidak terdapat Sedangkan faktor lain yang juga perubahan sikap remaja tentang penyakit mempunyai pengaruh dalam merubah menular sikap seseorang adalah stimulus yang dimungkinkan karena jarak waktu dalam diberikan pemberian kuesioner yang terlalu cepat oleh orang lain terhadap individu (Yahya, dkk, 2004). seksual. Hal tersebut yaitu setelah dilakukannya perlakuan. Penelitian ini mendukung penelitian Sejalan dengan teori yang telah yang telah dilakukan oleh Aryani (2009) diungkapkan oleh Azwar (2003) yang yang menyatakan bahwa tidak terdapat mengatakan perubahan sikap sikap yang signifikan mengenai remaja Penelitian tentang tentang sikap bahwa tidaklah pembentukan mudah karena HIV/AIDS. memerlukan waktu yang lama dan tidak remaja lepas dari ini adanya faktor-faktor yang didasarkan pada sumber informasi yang mempengaruhi telah pengalaman pribadi, kebudayaan, media diperoleh remaja mengenai HIV/AIDS. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa besarnya informasi responden tidak yang akan diperoleh mempengaruhi responden, seperti massa, serta emosi dalam diri individu. Faktor lingkungan juga memiliki peranan yang cukup besar dalam proses perubahan sikap seseorang (Yahya,dkk,2004). Proses perubahan bagi remaja. Remaja selalu mencari sikap akan berjalan dengan baik jika ada perhatian dengan cara-cara yang tidak stimulus baik. Sikap tersebut baru akan berubah yang lingkungan. kondisi diberikan Dalam lingkungan oleh penelitian yang ini digunakan ketika telah ada pemahaman yang dapat membuktikan lain kesalahan- pada saat perlakuan berlangsung tidak kesalahan dalam pembentukan sikap. kondusif karena, bising dengan kegiatan Remaja juga tidak memiliki keyakinan ekstrakulikuler dan minat untuk mengubah sikap mereka dilaksanakan siswa. dalam Perlakuan ruangan yang tentang penyakit menular seksual. berbeda antar kelompok eksperimen dan Mereka tidak ingin mengetahui lebih jauh kelompok kontrol. tentang Sehingga membuat penyakit menular seksual kegiatan berjalan dengan tidak efektif dan bahkan tidak berminat untuk mencari kurangnya konsentrasi remaja karena hal-hal yang terkait tentang penyakit suara menular ramai kegiatan yang ditimbulkan ekstrakulikuler oleh sehinga tidak ada dapat keinginan dari dalam diri mereka untuk mengganggu perlakuan kepada kedua mengubah sikap tentang penyakit menular kelompok tersebut. seksual. Selain yang seksual lingkungan tempat penelitian berlangsung lingkungan yang B. Keterbatasan Penelitian juga berpengaruh terhadap sikap remaja Penguasaan ilmu dan pengetahuan adalah lingkungan sekolah. Tidak adanya peneliti tentang penyakit menular seksual perubahan pada remaja masih banyak yang kurang, sikap penyakit remaja menular seksual dimungkinkan karena stimulus lingkungan individu dari ke kelompok ke tentang juga kurangnya individu sekolah, maupun individu. Hal namun peneliti berusaha pustaka yang berhubungan penelitian tersebut sebelum dengan dimulai, dari disamping keterbatasan dana, sarana dan tersebut pengalaman yang kurang dimiliki peneliti dibuktikan dengan sikap remaja yang menyebabkan menunjukan hal penelitian ini. dilaksanakan pendidikan negatif membaca ketika kurang sempurnanya kesehatan Keterbatasan penelitian ini adalah seperti tidak memperhatikan penjelasan. kesibukan responden yang bermacam- Kurangnya perhatian yang diberikan oleh macam sehingga pada waktu penelitian, orang responden tidak dapat hadir semua sesuai tua memberikan pengalaman- pengalaman yang tidak menguntungkan dengan kontrak waktu yang telah disepakati sehingga harus nilai p=0,489 (p>0,05), berarti bahwa mengambil responden lain yang sudah nilai alpha 5% secara statistik tidak memenuhi kriteria responden. Kemudian berbeda bermakna nilai pengetahuan waktu yang digunakan untuk melakukan responden tentang penyakit menular postest seksual terlalu peneliti dekat dengan waktu pada remaja sebelum kesehatan antara eksperimen dengan pemberian pendidikan kesehatan karena pendidikan keterbatasan waktu penelitian sehingga kelompok perubahan sikap responden belum bisa kelompok kontrol. dinilai secara maksimal oleh karena itu 2. Perbedaan pengetahuan responden hal menarik yang perlu digali lagi adalah sesudah pendidikan kesehatan antara pengambilan sikap kelompok eksperimen dan kelompok dilakukan setelah seminggu perlakuan. kontrol setelah pendidikan kesehatan Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui dianalisis dengan uji mann-whitney, sejauh responden Hasil uji statistik didapatkan nilai terhadap penyakit menular seksual karena p=0,001 (p< 0,05), berarti bahwa proses perubahan sikap membutuhkan nilai proses yang lama. . berbeda bermakna nilai pengetahuan data mana pada skala pemahaman alpha 5% secara statistik responden tentang penyakit menular KESIMPULAN DAN SARAN seksual A. Kesimpulan pendidikan Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengaruh Penyakit Perubahan Pendidikan Menular Kesehatan Seksual Pengetahuan Terhadap dan Sikap pada kelompok remaja sesudah kesehatan antara eksperimen dengan kelompok kontrol. 3. Perbedaan sikap responden sebelum pendidikan kesehatan antara Remaja Tentang PMS pada Siswa SMA kelompok eksperimen dan kelompok Muhammadiyah Sleman kontrol sebelum diberikan perlakuan, Yogyakarta”. Dapat disimpulkan sebagai dianalisis dengan uji Mann-Whitney. berikut: Hasil uji statistik didapatkan nilai Pakem 1. Perbedaan pengetahuan responden p=0,130 (p>0,05), berarti bahwa nilai sebelum pendidikan kesehatan antara alpha 5% kelompok eksperimen dan kelompok berbeda kontrol dianalisis dengan uji mann- responden tentang penyakit menular whitney, hasil uji statistik didapatkan seksual perlakuan secara statistik tidak bermakna nilai sikap pada remaja antara sebelum kelompok eksperimen dengan kelompok 2. Bagi Peneliti Selanjutnya kontrol. Hasil Penelitian ini diharapkan 4. Perbedaan sikap responden sesudah pendidikan kesehatan antara bisa dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya oleh peneliti- kelompok eksperimen dan kelompok peneliti lain dengan memperluas variabel- kontrol dianalisis dengan uji Mann- variabel lainya misalnya perilaku. Karena Whitney. Hasil uji statistik didapatkan keterbatasan waktu penelitian perubahan nilai p=0,846 (p>0,05), berarti bahwa sikap responden belum bisa dinilai secara nilai alpha 5% secara statistik tidak maksimal karena waktu yang digunakan berbeda untuk melakukan postest terlalu dekat bermakna nilai sikap responden tentang penyakit menular dengan seksual kesehatan sehingga pengambilan data pada pendidikan kelompok remaja sebelum kesehatan antara eksperimen dengan kelompok kontrol. pada waktu skala pemberian sikap pendidikan dilakukan setelah seminggu perlakuan. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap penyakit menular seksual karena proses perubahan B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan sikap membutuhkan proses yang lama. pembahasan maka peneliti memberikan Dan untuk memperoleh hasil yang lebih saran sebagai berikut: objektif tentang penyakit menular seksual, 1. Kepala di SMA Muhammadiyah jenis penelitian yang akan datang dapat juga menerapkan penelitian kualitatif Pakem Diharapkan dapat memberikan masukan informasi mengenai pentingnya pengetahuan tentang penyakit menular seksual sebagai upaya pencegahan perilaku seksual yang menyimpang dikalangan siswa serta sebagai bahan masukan bagi memberikan pihak sekolah pendidikan dalam tentang reproduksi dan penyakit menular seksual dikalangan remaja. sehingga memperoleh data yang lebih mendalam. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Anggraini, R., 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penyakit Menular Seksual dengan Sikap Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Karanganom Klaten, Karya Tulis Ilmiah tidak dipublikasikan, STIKES ‘Aisyiah Yogyakarta. Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi VI, Rineka Cipta, Jakarta. Assyafieq, 2010. Etika pergaulan remaja dalam pandangan, (http://assyafieq.blogspot.com/2010/ 11/etika-pergaulan-remaja-dalampandangan.html, diakses Tanggal 12 Februari 2013) Azwar. S., 2008. Sikap Manusia “Teori dan Pengukurannya, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Febiliawanti, Intan, A,. 2009 Tujuh hal menambah resiko PMS dalam http://nasional.kompas.com, diakses tanggal 23 September 2012. Hidayat, A, A., 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi Pertama Salemba Medika, Jakarta. http://dian-pergaulanbebas.blogspot.com/, Diakses Tanggal 12 Februari 2013 Http://Remajaislam.Com/Gaya-Muda/PraNikah/35-Kiat-Agar-TidakTerjerumus-Dalam-Kelamnya-Zina1.Html, Diakses Tanggal 12 Februari 2013 Ibnu Rusjid, 1963. Pergaulan Yang Sehat Secara Islam. Penerbit Wijaya. Jakarta Iswati, E., 2010. Awas Bahaya Penyakit Kelamin (Mengenal dan Mengobati Beragam Jenis Penyakit Kelamin), DIVA Press, Yogyakarta. Kusrini., 2006. Sistem Pakar: Teori dan Chiuman, L. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual. Skripsi tidak dipublikasikan USU. Medan. Aplikasi, Andi Offset, Yogyakarta. Dahlan, S, 2008. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta. Lubis, N.F. 2010. Situs Porno dan Persepsi Remaja Tentang Seks Pranikah. Universitas Sumatera Utara, Medan. Dailli, 2007.Infeksi Menular Seksual, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Dikutip dari http://www.alislam.or.id/artikel/arsi p/00000028.html, Diakses Tanggal 12 Februari 2013. Latief, 2010. HIV/AIDS dan penyakit menular Seksual PMS di sulsel, 4, (http://dinkes-sulsel.go.id, diakses Tanggal 9 Oktober 2012). Mubarok, W, I., Chayatin,N.,Rozikin, K dan Supradi., 2007.Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan, Graha Ilmu, Yogyakarta. Muharmansyah, 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Small Group Discussion Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Islam 1 Sleman Yogyakarta, Skripsi tidak dipublikasikan, STIKES ‘Aisyiah Yogyakarta. Murti, B., 2003. Prinsip dan Metodologi Riset Epidemiologi, Edisi Kedua, Jilid Pertama, GajahMada University Press.Yogyakarta Nadesul, H., 2009. Kiat Sehat Pranikah: Menjadi Calon Ibu, Membesarkan Bayi dan Membangun Keluarga Muda, Kompas Media Nusantara, Jakarta. Notoadmodjo, S,. 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta. Pubertas dan Seksualitas Remaja. Studia Press, Jakarta Riyanto, A, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta. Riyanto, Agus, 2011. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta. Santjaka, Aris, 2011. Statistik untuk Penelitian Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta. Santrock, J, W., 2003. Adolesence (Perkembangan Remaja), Erlangga, Jakarta. Sarwono, S, W 2011. Psikologi Remaja, Edisi Revisi, Cetakan Keempat Belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Saryono, 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya, Sagung Seto, Jakarta. Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Sugiarto, 2003. Teknik Gramedia, Jakarta Polim, A., Kesehatan Reproduksi Dewasa, 2010 dalam Http://www.appspog.com, di akses tanggal 9 Oktober 2012. Purwanto E. A. dan Sulistyastuti, D. R. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Gava Media, Yogyakarta. Risman, E, et al. 2008. Ensexclopedia. Jawaban Tuntas Masalah Sugiyono., 2006. Statistika Penelitian. Alfabeta, Bandung Sampling. untuk Suharjo dan Cahyono., 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern, Kanisius, Yogyakarta. Yahaya, A, Jafar S, Shahrin H, dan Yusof B, 2004. Psikologi Sosial, ProFesional, Malaysia.