BAB II PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH

advertisement
BAB II
PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG
E. Sejarah Singkat Mata Uang Rupiah di Indonesia
Mula-mula logam mulia dipergunakan dalam proses pertukaran dengan
bentuk batangan-batangan, dan nilainya dinyatakan menurut kesatuan timbangan
dari logam itu. Pada tiap-tiap pertukaran, nilainya harus selalu ditetapkan
kadarnya, sehingga hal tersebut merupakan kesukaran. Oleh karena itu, dibuatkan
bentuk mata uang tertentu dengan berat dan kadar yang dijamin oleh pemerintah;
disertakan pula cap atau stempel pada bentuk mata uang. Yang dimaksudkan
dengan mata uang ialah kesatuan-kesatuan logam yang mempunyai bentuk dan
tanda tertentu, yang diberikan oleh atau atas nama pembesar atau pemerintah yang
sah. Tanda-tanda berbentuk tulisan, gambar, dan di pinggirnya ada garis-garis.
Hal ini menyatakan bahwa kesatuan uang tersebut harus diterima dalam lalu lintas
pembayaran. 21
Sejarah kemunculan mata uang yang memiliki fungsi sebagai alat
pertukaran merupakan suatu bentuk respons terhadap timbulnya hambatan atau
kendala dalam penerapan sistem barter di masyarakat, dimana pada waktu itu
pertukaran barang dengan barang lain secara langsung tanpa menggunakan alat
pertukaran, dipandang kurang efektif dalam pelaksanaannya karena membutuhkan
tenaga dan waktu yang relatif lama dalam prosesnya, sehingga dalam kenyataanya
21
Indra Darmawan, Pengantar Uang dan Perbankan (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm.
26.
17
Universitas Sumatera Utara
tidak banyak terjadi transaksi atau kegiatan perdagangan yang mungkin dapat
dilakukan apabila sistem barter ini digunakan sebagai satu-satunya cara atau
media dalam melakukan pertukaran. Pada sistem barter murni, salah satu hal yang
harus dipenuhi sehingga pelaksananya dapat berjalan dengan lancar adalah suatu
keinginan yang sama (double coincidence of wants) diantara masing-masing pihak
yang akan menukarkan barang tersebut. Tanpa dilandasi oleh prinsip tersebut,
maka dalam prakteknya akan sulit untuk terjadinya suatu transaksi atau kegiatan
barter diantara para pihak. Selain itu, dalam kenyataanya untuk menemukan
orang-orang yang memiliki keinginan yang sama, sudah barang tentu bukanlah
suatu pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan dengan beragamnya jenis
kebutuhan dari masing-masing pihak. Dengan Memperhatikan hal tersebut di atas,
maka penerapan prinsip kesamaan akan keinginan dan kebutuhan pada sistem
barter akan menimbulkan hambatan atau kendala bagi setiap manusia dalam
memenuhi berbagai macam kebutuhannya yang beraneka ragam dari waktu ke
waktu22
Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kesulitan
tersebut di masyarakat, yaitu dengan cara menggunakan barang atau komoditi
tertentu yang secara umum dapat diterima sebagai alat pertukaran (medium of
exchange). Penggunaan benda atau komoditi tersebut didasarkan pada adanya
suatu kesepakatan di antara anggota masyarakat yang menggunakannya pada
suatu daerah tertentu. Pada umumnya, benda yang dipergunakan tersebut, selain
dapat diterima sebagai alat pembayaran dalam sistem perekonomian yang sangat
22
Hendar, Electronic Money dan RUU Mata Uang, makalah disampaikan dalam Seminar
Nasional tentang Mata uang, yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, Bandung, 22 Mei 2006,
hlm. 1- 2.
18
Universitas Sumatera Utara
sederhana tersebut, seringkali juga memiliki kegunaan untuk dikonsumsi atau
keperluan produksi.
Menurut pandangan D.H. Robertson, dengan menggunakan barang atau
komoditi tertentu tersebut, maka kita dapat mengartikan “uang” sebagai segala
sesuatu yang diterima secara umum sebagai pembayaran untuk benda-benda atau
untuk melunasi kewajiban-kewajiban lain yang timbul karena dilaksanakannya
sesuatu usaha (business obligation). Dari pemahaman tersebut, Robertson
mengambil contoh dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, di mana pada abad
ke-19 minuman berupa bir dibayarkan sebagai upah kepada para buruh pada
pertambangan-pertambangan batu bara di negara Inggris. Pada waktu itu, uang
(bir) sangat popular dan bersifat sangat likuid (cair) sebagai alat pembayaran.
Namun mengingat pada waktu itu bir tersebut dikeluarkan dalam jumlah yang
berlebihan, maka dalam prakteknya menimbulkan kesulitan-kesulitan yang
dialami oleh orang perorangan dalam kaitan dengan peyimpanannya. 23
Untuk mengatasi kesulitan ini, maka harus diperlukan suatu ukuran nilai
(standar nilai) yang dapat menaruh barang-barang yang akan dipertukarkan ke
dalam suatu pembilang. Pembilang ini disebut standar uang atau baku uang. Pada
awal mula terjadinya, maka standar itu masih bersifat subjektif. Akan tetapi
dengan dilaksanakannya pertukaran secara terus-menerus maka berubahlah
menjadi standar yang bersifat objectif, sehingga
memungkinkan untuk
mengadakan penilaian terhadap barang-barang yang akan dipertukarkan. Standar
nilai yang pertama-tama dipergunakan ialah barang-barang konsumsi. Dengan
23
D.H. Robertson, Lang (Money) (London: Nisbet & Co. Ltd, 1969), diterjemahkan oleh
Winardi, Bandung, Tarsito, 1976, hlm. 5.
19
Universitas Sumatera Utara
adanya penggunaan ukuran nilai yang objektif, maka pertukaran barter menjadi
lebih cepat dan mudah, meskipun demikian ini tidak berarti bahwa kesulitankesulitan barter sudah dapat diatasai sepenuhnya. Jadi dalam pertukaran barter
tetap masih ada kesulitan-kesulitan.24
Selanjutnya masalah, kendala serta kesulitan-kesulitan yang dijumpai pada
perekonomian barter ini tersebut merupakan tantangan yang harus dipecahkan dan
dicari jalan keluarnya dan menyebabkan anggota masyarakat berpikir, berusaha
dan mencari akal sehingga akhirnya menemukan suatu “ benda” yang tidak saja
hanya sekedar dibutuhkan dan disukai oleh setiap orang, tetapi juga dengan
senang hati diterima sebagai pengganti barang yang dipertukarkannya. Dengan
demikian seseorang yang akan menukarkan suatu barang tidak perlu merasa
khawatir jika hasil penukarannya tersebut nantinya tidak bisa ditukarkan lagi
dengan barang lain yang dikehendakinya. Hal tersebut karena dengan “benda”
yang disukai dan dibutuhkan oleh masyarakat umum tersebut, seseorang yang
memilikinya akan lebih mudah menukarkanya lagi dengan barang apapun yang
dikehendakinya dan kepada siapapun. 25
Mata uang yang pernah beredar dan berlaku di Indonesia untuk periode
1945-1950 dapatlah disusun sebagai berikut:
1. O.R.I yaitu uang Republik Indonesia yang berlaku di Jawa saja.
2. U.R.I.P.S yaitu uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera yang berlaku di
sebagian Sumatera.
24
Indra Darmawan, Op.Cit, hlm.3.
H.Rachmad Firdaus & Maya Ariyanti, Pengantar Teori Moneter Serta Aplikasinya
Pada Sistem Ekonomi Konvensional & Syariah (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 3.
25
20
Universitas Sumatera Utara
3. U.R.I.T.A yaitu uang Republik Indonesia Tapanuli yang berlaku di daerah
Tapanuli.
4. U.I.P.S.U yaitu uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara yang berlaku
di Provinsi Sumatera Utara.
5. U.R.I.B.A yaitu uang Republik Indonesia Baru Aceh yang berlaku di daerah
Aceh
6. Uang Mandat Dewan Pertahanan Daerah Palembang yang berlaku di
Palembang. 26
Kemerdekaan Indonesia yang masih berusia muda ternyata mendapat
rongrongan dari berbagai pihak, tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam.
Rongrongan dari luar adalah pihak pemerintah sipil Hindia-Belanda (Netherlands
India Civil Administration)yang ingin berkuasa kembali ke Indonesia, berkas
negeri jajahannya.Usaha tentara NICA untuk menduduki Indonesia kembali
menimbulkan revolusi fisik. Mereka menghadapi perlawanan sengit dari pejuangpejuang Republik Indonesia (RI). Perang kemedekaan tidak hanya melibatkan
senjata tetapi juga uang. Pada masa itu terjadi “perang ekonomi”, karena kedua
belah pihak yang bermusuhan yaitu RI dan NICA bersama-sama mencetak dan
mengedarkan uang untuk merebut simpati masyarakat. Uang keluaran NICA
waktu itu disebut “uang merah” sedangkan uang keluaran pemerintah RI atau
ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) yang didukung oleh pejuang-pejuang RI yang
disebut uang putih.27
26
http://arkeologi.web.id/articles/numismatik/441-mata-uang-sebagai-sumber-sejarahIndonesia (diakses pada tanggal 4 oktober 2014)
27
Ibid.
21
Universitas Sumatera Utara
Untuk mematahkan perlawanan pejuang-pejuang RI, Tentara NICA
mengadakan razia besar-besaran terhadap percetakan ORI yang berada di Jakarta.
Menghadapi blokade musuh ini, akhirnya pemerintah RI menetapkan kebijakan
kepada daerah-daerah untuk mencetak ORI sendiri yang disebut ORIDA. Oleh
karena itu ada ORI daerah Yogyakarta, daerah Banten, Lampung, Jambi,
Palembang, Bengkulu dan daerah-daerah lain. Kemudian, pada tahun 1949-1950
Belanda memancarkan taktik baru, devideet impera, yaitu mecoba memecah belah
bangsa Indonesia dengan cara membentuk negara federasi RIS (Republik
Indonesia Serikat), sehingga di beberapa daerah timbul gerakan pemberontakan
yang intinya ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Akibatnya timbul berbagai pemberontakan, yang masing-masing
mencetak dan mengedarkan mata uang di daerahnya sendiri. 28
Setelah berlaku Hukum Darurat No. 20, tanggal 27 September 1951 yang
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia adalah
Rupiah (kecuali Irian Barat) dan pada tahun 1968 dengan ketentuan UndangUndang Pokok Perbankan Nomor 13 Tahun 1968 ditetapkan bahwa satuan hitung
uang Indonesia adalah Rupiah dengan singkatan Rp, dibagi dalam 100 (seratus)
sen dan tiap pembayaran yang mengenai uang jika dilakukan di Indonesia harus
dengan uang rupiah kecuali dengan tegas diadakan ketentuan lain dengan
perundangan. 29
28
Ibid.
Iswardono, Op.Cit, hlm. 18.
29
22
Universitas Sumatera Utara
F. Jenis dan Fungsi Uang Rupiah di Indonesia
Menurut
pandangan
Iswardono,
uang
menurut
jenisnya
dapat
dikelompokkan atau dibagi berdasarkan beberapa hal, yaitu: 30
1. Bahan atau material uang yaitu berupa uang logam dan uang kertas
2. Nilainya, uang dibedakan menjadi uang bernilai penuh (full bodied money),
dan uang yang tidak bernilai penuh (representative full bodied money) atau
dikenal sebagai “uang bertanda” (token money).
3. Lembaga atau badan pembuatnya, uang dapat dibedakan menjadi uang kartal
yaitu uang yang dicetak atau dibuat dan diedarkan oleh bank sentral, dan uang
giral yaitu uang yang dibuat dan diedarkan oleh bank-bank umum (komersial)
dalam bentuk demand deposit atau yang lebih dikenal dengan check.
4. Kawasan atau daerah berlakunya, uang dapat dibedakan menjadi uang
domestic dan uang internasional.
5. Pertimbangan bahwa uang merupakan kekayaan, maka uang dibedakan
menjadi inside money (uang dalam) dan outside money (uang luar).
Sebagaimana diatur di dalam UU Mata Uang Pasal 2 ayat 2 bahwa
“Macam Rupiah terdiri atas Rupiah kertas dan Rupiah logam”. Maka akan
diuraikan mengenai jenis dari mata uang Rupiah tersebut.
1. Jenis uang Rupiah.
a. Uang Kertas
Uang kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas atau
bahan lainnya. Uang dari bahan kertas biasanya dalam nominal yang besar
30
Ibid, hlm. 10.
23
Universitas Sumatera Utara
sehingga dengan mudah untuk keperluan sehari-hari. Uang jenis ini terbuat dari
kertas yang berkualitas tinggi, yaitu tahan terhadap air, tidak mudah robek atau
luntur. Pecahan uang kertas di Indonesia adalah dimulai dari Rp100,- Rp 500, Rp
1.000, Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 20.000, Rp 50.000,- dan Rp 100.000,-31
Dewasa ini umumnya negara-negara mempunyai mata uang yang terbuat
dari kertas. Setidak-tidaknya uang kertaslah yang lebih banyak dalam peredaran
jika dibandingkan dengan jenis mata uang lainnya. Uang kertas itu biasanya
disebut dengan folding money, karena uang tersebut dapat dilipat oleh orang yang
memegangnya. 32
Adapun sebab-sebabnya negara-negara mempunyai mata uang yang dibuat
dari kertas terutama karena ongkos pembuatan mata uang kertas itu tidak
seberapa, jika dibandingkan dengan ongkos pembuatan mata uang logam. Sebab
kedua, karena uang kertas itu mudah dibawa dari tempat yang satu ke tempat
lainnya. Syarat ini merupakan syarat yang tidak boleh dilupakan terutama pada
negara-negara yang luas daerahnya. Alasan ketiga, bahwa jika kebutuhan sesuatu
negara akan mata uang bertambah, maka kebutuhan itu dengan mudah dapat
dipenuhi karena kertas mudah mendapatkannya. Hal tersebut tidak mudah
dilaksanakan, jika bahan mata uang itu terbuat dari logam, terlebih-lebih kalau
logam-logam mulia. Bagi sesuatu negara jumlah logam itu adalah terbatas. Tidak
demikian halnya dengan kertas. 33
31
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), hlm. 19.
32
M. Manulang, Op.Cit, hlm. 28.
33
Ibid., hlm. 26.
24
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana sudah disinggung di atas, sebenarnya materi mata uang
kertas tidak mempunyai nilai apa-apa. Dengan kata lain nilai intrinsik dari mata
uang kertas selalu jauh lebih rendah dari nilai nominalnya. Namun hal tersebut
tetap diterima oleh masyarakat disebabkan karena adanya kekuasaan pemerintah.
Uang itu dikeluarkan oleh pemerintah atau oleh sesuatu badan yang mendapatkan
wewenang atau hak monopoli dari pemerintah. Sesuatu alat penukar yang
dinyatakan pemerintah sebagai alat penukar. Tentu akan diterima oleh masyarakat
yang mengkui pemerintah yang bersangkutan. Jika uang kertas telah dinyatakan
pemerintah berlaku, maka masyarakat akan menerimanya sebagai mata uang.
Pada zaman sekarang ini Bank Sentral yang ditunjuk oleh pemerintah
untuk mengeluarkan uang kertas harus menyediakan logam murni atau sering
disebut dengan dekking atas uang kertas yang dikeluarkannya, ini tidak lah berarti
bahwa bank Sentral itu selalu memberikan emas dalam dalam jumlah tidak
terbatas kepada setiap orang yang membawa mata uang kertas kepadanya.
Dewasa ini dekking tersebut hanya sekedar tanda saja dan tidak lagi berfungsi
sebagai persediaan untuk pengganti mata uang kertas yang dibawa orang untuk
ditukarkan dengan emas. Bahkan dewasa ini jika kebutuhan memaksa, dekking
tersebut dapat dilewati hingga suatu batas tertentu sesuai dengan peraturanperaturan yang sudah ada. 34
b. Uang Logam
Seperti yang sudah disinggung juga di atas bahwa ada jenis mata uang
Rupiah selain uang kertas yaitu uang logam. Uang logam merupakan uang dalam
34
Ibid.,hlm. 31.
25
Universitas Sumatera Utara
bentuk koin yang terbuat dari logam, baik dari alumanium, kuronikel, bronze,
emas, perak atau perunggu dan bahan lainnya. Biasanya uang yang terbuat dari
logam dengan nominal yang kecil. Di Indonesia uang logam terdiri dari pecahan
Rp 5, Rp 10,-Rp25,-Rp 50,- Rp 100,-, Rp 500,-, Rp 1.000,-.35
Uang logam terdiri dari:
1) Uang Penuh ( Full Bodied Money)
Uang penuh yaitu uang yang nilai nominalnya sama dengan nilai materi
atau nilai intrinsiknya yaitu nilai logam yang dijadikan bahan uang tersebut. Nilai
nominal atau sering disebut nilai moneter adalah nilai resmi (formal) yang
tercantum pada uang tersebut baik berupa tulisan atau huruf maupun angka, yang
harus diakui, diterima dan dipatuhi oleh masyarakat sebagai nilai uang tersebut.
Dan uang penuh pada umumnya terbuat dari logam mulia, khususnya emas dan
perak.36
2) Uang Tanda (Token Money)
Uang tanda adalah uang yang terbuat dari bahan logam yang bukan logam
mulia yang nilai nominalnya atau nilai moneternya lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai intrinsiknya. Biasanya perbedaan nilai tersebut cukup besar, terutama
di awal-awal tahun pembuatannya. Sesuai dengan perjalanan waktu maka
perbedaan nilai tersebut akan relatif konstan apabila harga-harga yang berlaku
juga relative stabil. Namun apabila di negara tersebut terjadi inflasi dimana harga
barang-barang pada umumnya, termasuk harga logam yang menjadi bahan uang
terjadi peningkatan maka perbedaan nilai nominal dengan nilai interinsik akan
35
Kasmir., Op.Cit, hlm. 18.
H.Rachmad Firdaus & Maya Ariyanti, Op.Cit, hlm .22.
36
26
Universitas Sumatera Utara
semakin mengecil. Dengan demikian keadaan menjadi terbalik dan hal itu
bertentangan dengan tujuan penerbitan token money semula.37
Apabila hal itu terjadi, maka uang tersebut dengan sendirinya akan
menghilang dari peredaran. Dengan perkataan lain uang tersebut tidak beredar
lagi sebagai uang. Karena mata uang tersebut lebih menguntungkan dilebur dan
dijual sebagai logam untuk dijadikan berbagai barang-barang kebutuhan manusia.
Contoh paling tepat untuk kasus ini ialah pada tahun 1950-an, di negara
kita beredar uang logam yang terbuat dari campuran beberapa jenis logam namun
dengan tembaga (cuprum) sebagai bahan utama, dengan seri Pangeran
Diponogoro (bergambar Pangeran Diponogoro), dengan nominal Rp50,-.
Kemudian pada tahun 1960-an dimana di negara kita terjadi inflasi yang sangat
tinggi, maka dari tahun ke tahun harga barang-barang meningkat dengan tajam,
termasuk harga tembaga. Dengan demikian harga tembaga yang pada saat uang
tersebut diterbitkan (tahun 1950-an) jauh di bawah Rp.50.- (untuk seberat uang
logam tersebut), menjadi jauh di atas Rp.50,-. Akibatnya masyarakat memandang
bahwa daripada digunakan sebagai uang yang nilainya hanya Rp.50,- jauh lebih
menguntungkan apabila dijual sebagai logam dengan harga yang jauh lebih tinggi,
kepada pihak-pihak yang membutuhkannya yaitu antara lain pabrik atau pengrajin
alat-alat rumah tangga yang memerlukannya untuk pembuatan perabot/ alat-alat
dari tembaga seperti dandang dan lain-lain sebagainya. 38
Demikianlah,
akhirnya
uang
seri
Pangeran
Diponogoro
tersebut
menghilang dari peredaran karena habis dijadikan bahan baku dalam proses
37
Ibid, hlm.23.
Ibid.
38
27
Universitas Sumatera Utara
pembuatan barang-barang lain. Saat sekarang andaikata kita ingin melihat seri
mata uang tersebut mungkin yang paling mudah kita harus berkunjung ke
museum uang yang didirikan oleh Bank Indonesia di Jakarta atau mendatangi
kolektor mata uang (numismatikus).
c. Uang Kartal
Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah
alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan
transaksi jual beli. Terdapat dua jenis uang kartal, yaitu uang negara dan uang
bank. Uang negara adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, terbuat dari
kertas yang memiliki ciri-ciri: dikeluarkan oleh pemerintah, dijamin dengan
undang-undang, bertuliskan nama negara yang mengeluarkannya, ditandatangani
oleh menteri keuangan. Namun sejak berlakunya UU BI uang negara
diberhentikan peredarannya dan diganti dengan uang bank. Uang bank adalah
uang yang dikeluarkan oleh bank sentral berupa uang logam dan uang kertas. Ciricirinya sebagai berikut: dikeluarkan oleh bank sentral, dijamin dengan emas atau
valuta asing yang disimpan di bank sentral, bertuliskan nama bank sentral negara
yang bersangkutan, dan ditandatangani oleh gubernur bank sentral. 39
d. Uang Giral
Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat
akan adanya sebuah alat ukur yang lebih mudah, praktis, dan aman. Di Indonesia,
bank yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum selain Bank
Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
39
http://id.wikipedia.org/wiki/Jenis-jenis_uang, (diakses pada tanggal 3 Februari 2015)
28
Universitas Sumatera Utara
defenisi uang giral adalah tagihan yang ada di bank umum, yang dapat digunakan
sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek,
giro, telegraphic transfer. Namun, uang giral bukan merupakan alat pembayaran
yang sah. Artinya, masyarakat boleh menolak dibayar dengan uang giral.40
2. Fungsi Uang Rupiah.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa uang kartal dalam bentuk uang
kertas maupun uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral atau
institusi/lembaga tertentu sebagai otoritas moneter di suatu negara, pada
hakekatnya bertujuan atau dinaksudkan untuk dapat memperlancar jalannya
kegiatan transaksi ekonomi sehari-hari di masyarakat.
Terkait dengan pengeluaran dan pengedaran uang kartal yang dilakukan
oleh bank sentral sebagai ototitas moneter, menurut pendapat C.F Scheffer dan
M.J.H. Smeets, semua uang yang dikeluarkan dan diedarkan tersebut, yang berada
dalam sirkulasi merupakan suatu bagian daripada posisi utang dari lembagalembaga pencipta uang tersebut, dimana orang sering menyebutnya sebagai
kewajiban-kewajiban moneter. Oleh karena itu untuk bilyet-bilyet bank (berupa
uang kertas) yang “dipinjamkan”, dicatat atau tampak sebagai suatu pos kredit
pada neraca bank sentral. 41 Dengan pemahaman yang sederhana dapat dikatakan
bahwa uang yang dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral merupakan hutang
atau kewajiban dari bank sentral (otoritas moneter) kepada individu di masyarakat
yang memegang uang tersebut.
40
41
Ibid.
Ratmoko, Uang dan Negara ( Jakarta: Djambatan, 1978), hlm. 27.
29
Universitas Sumatera Utara
Apabila ditinjau dari aspek yuridis, suatu benda akan sulit memperoleh
penerimaan secara umum di masyarakat untuk pembayaran atau untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya (obligations). Undang-undang memainkan peranannya
untuk membantu suatu benda tersebut untuk memperoleh penerimaan secara
umum di masyarakat dengan cara mengumumkan atau mempublikasikannya
sebagai uang. Bahkan dengan undang-undang dapat memberikan kekuatan legal
tender (alat pembayaran yang sah menurut hukum) dan menetapkan bahwa uang
mempunyai kekuatan legal untuk melunasi utang dan kewajiban-kewajiban, dan
seorang kreditur yang menolaknya tidak boleh menuntut yang lain untuk
pembayaran utangnya tersebut.
Pada Black’s Law Dictionary, Legal Tender diartikan sebagai “the money
(bills and coins) approved in a country for the payment of debts, the purchase of
goods, and other exchanges for value”. Dalam terjemahannya uang (baik uang
kertas maupun uang logam) yang diterima dalam negara sebagai alat pembayaran
atas hutang-hutang, pembelian barang-barang dan pertukaran nilai yang lain.42
Pada saat ini fungsi uang dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu fungsi
umum dan fungsi khusus. Menurut Glyn Davies fungsi umum adalah sebagai
asset likuid (liqiuid asset), faktor dalam rangka pembentukan harga pasar
(framework of the market allocative system), faktor penyebab dalam
perekonomian (a causative factor in the economy), dan faktor pengendali kegiatan
42
Marsudi Triadmodjo, Uang dan Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 15.
30
Universitas Sumatera Utara
ekonomi (controller of the economy, dan faktor pengendali kegiatan ekonomi
(controller of the economy).43
Fungsi-fungsi khusus yang dapat diberikan uang terhadap kehidupan
manusia dalam perekonomian modern dewasa ini dapat dikelompokkan ke dalam
empat fungsi yaitu:
a. Alat tukar menukar (Medium Of Exchange)
Fungsi uang yang pertama adalah sebagai alat tukar-menukar (medium of
exchange). Fungsi uang sebagai alat tukar menukar didasarkan pada kebutuhan
manusia yang mempunyai barang dan kebutuhan manusia yang tidak mempunyai
barang di mana uang adalah seorang perantara di antara mereka. Dengan uang
tersebut seseorang biasa memiliki mempunyai barang dan orang yang memiliki
barang bisa menerima uang sebagai harga dari barang tersebut. Dengan demikian
uang berkaitan dengan masalah produksi dan distribusi dari barang dan uang juga
digunakan untuk sebagai media dari pihak produsen dan konsumen. Oleh karena
itulah uang mempunyai fungsi tertentu yaitu sebagai perantara. Oleh karenanya,
uang yang berfungsi sebagai alat tukar menukar sesungguhnya adalah untuk
mempermudah kehidupan manusia sehari-hari walaupun tidak setiap orang
menyadari peranan uang dalam kehidupannya. 44
b. Sebagai satuan hitung (Unit of Account)
Sebagai satuan hitung, uang memungkinkan harga barang dan jasa dinilai
dan dinyatakan dengan unit yang sama. Demikian juga perhitungan-perhitungan
dalam aktivitas-aktivitas perekonomian seperti jual-beli, menjadi lebih mudah.
43
44
Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum, Loc. Cit., hlm. 1.
Muchdarsyah Sinungan, Uang & Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 7.
31
Universitas Sumatera Utara
Besar dan kecilnya nilai yang dijadikan sebagai satuan hitung dalam menentukan
harga barang dan jasa secara mudah. Dengan adanya uang akan mempermudah
keseragaman dalam satuan hitung. 45
Sebagaimana dikatakan bahwa harga Rupiah merupakan nilai nominal
yang tercantum pada setiap pecahan Rupiah. Satu Rupiah adalah 100 (seratus)
sen. Pecahan Rupiah ditetapkan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan
Pemerintah. Dalam menetapkan pecahan Rupiah Bank Indonesia berkoordinasi
dengan Pemerintah memperhatikan kondisi moneter, kepraktisan sebagai alat
pembayaran, dan/ atau kebutuhan masyarakat. Ketentuan tersebut diatur dalam
Pasal 2 UU Mata Uang.
Sebagai contoh, misalnya kita akan membeli 2 (dua) helai kemeja yang
masing-masing harganya Rp.100.000,- dan 1 (satu) pasang sepatu seharga
Rp.200.000,-, maka kita tinggal menghitungkan dengan cara menjumlahkan harga
kedua jenis barang tersebut yaitu sebesar Rp.400.000,-. Dalam contoh tersebut
maka satuan hitungnya adalah Rupiah dengan simbol Rp. Yaitu sebagai mata
uang resmi negara Republik Indonesia.
c. Sebagai penyimpan nilai (Store of Value)
Dalam hal ini uang yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan
merupakan kekayaan seseorang atau perusahaan tersebut. Setelah uang dipakai
satuan nilai dan sebagai alat pembayaran yang umum diterima, maka ia hampir
pasti luas dipakai sebagai alat penyimpan nilai. Para pemegang uang itu
sesungguhnya adalah pemegang daya beli umum yang dapat membelanjakan
45
Kasmir.,Op.Cit, hlm. 17.
32
Universitas Sumatera Utara
kapan saja dianggap perlu untuk membeli barang-barang yang paling diinginkan.
Mengetahui karena uang itu akan diterima kapan saja untuk barang atau jasa-jasa
apa saja, dan bahwa nominalnya akan tetap konstan. Ini tidak berarti uang itu
stabil dan merupakan alat penyimpan nilai yang benar-benar memuaskan, uang
hanya dapat stabil jika daya belinya tidak menurun. Dalam praktek sesungguhnya,
ia melaksanakan fungsi ini dengan sangat berubah-ubah.46
d. Sebagai standar pembayaran yang ditangguhkan (Standart of Differed
Payment)
Saat bank menghimpun dana dari masyarakat berarti bank menerima
simpanan dalam berbagai bentuknya, berarti utang bank kepada penyimpan,
dengan demikian bank telah menerima kredit yang pada suatu saat harus dibayar
kembali yaitu apabila simpanan tersebut telah jatuh tempo (due date) dan diambil
oleh para penyimpannya. Sedangkan apabila bank menyalurkan kembali dana
simpanan yang telah dihimpunnya, berarti bank memberikan kredit kepada
mereka yang membutuhkannya. Kredit tersebut harus dibayar kembali oleh
peminjam (debitur) pada saat jatuh temponya sesuai dengan perjanjian yang
dibuat antara bank dengan si peminjam. Pada saat bank membayar simpanan yang
ditarik kembali oleh penyimpannya maupun pada saat bank menerima kembali
pelunasan dari para peminjamnya, semua itu dilaksanakan dengan uang.
Fungsi ini sering disebut juga sebagai standar pembayaran yang
ditangguhkan atau ada yang menyebutnya standar pembayaran yang berjangka
waktu. Hal tersebut disebabkan oleh karena uang memungkinkan adanya pinjam
46
Stephen M. Goldfeld & Lester V.Chandler, Ekonomi Uang dan Bank (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1988), hlm. 11.
33
Universitas Sumatera Utara
meminjam (lending and borrowing). Tanpa adanya fungsi ini maka tidak ada
dasar yang bersifat umum untuk terlaksananya transaksi yang pembayarannya
dilakukan di kemudian hari. Hal inilah yang memungkinkan siapa pun dapat
melakukan perjanjian pinjaman dengan uang sekarang yang kemudian dibayar di
kemudian hari. 47
Kedudukan sebagai alat pembayaran yang sah (legal tender) ini
dinyatakan di dalam uang kertas yang dikeluarkan oleh bank sentral setiap negara.
Di dalam legal tender terdapat dua elemen yang esensial yaitu pertama,
keberadaannya dinyatakan oleh hukum dan kedua untuk pembayaran. Ditinjau
dari teori Hukum Tata Negara, suatu kewenangan yang diberikan oleh undangundang kepada suatu badan atau lembaga bersifat atributif artinya tidak
menimbulkan kewajiban menyampaikan kewajiban laporan atas kekuasaan itu.
C. Penggunaan Rupiah
Memahami sejauhmana pengaturan Mata Uang Republik Indonesia baik
untuk Bank Indonesia secara kelembagaan atau masyarakat dan kepada penjabat
Bank Indonesia termasuk karyawan Bank Indonesia atau kepada pihak lain, maka
perlu dipahami tentang penggunaan Rupiah dari Bank Indonesia. Jadi penggunaan
mata uang memberikan pembatasan mengenai hal pemberian sanksi yang
berhubungan dengan Bank Indonesia.
Dalam UU Mata Uang Pasal 21 ayat 1 Bab V diatur tentang penggunaan
Rupiah yaitu:
47
H.Rachmad Firdaus & Maya Ariyanti, Op.Cit, hlm. 17.
34
Universitas Sumatera Utara
1. Rupiah wajib digunakan
dalam setiap transaksi yang mempunyai tujuan
pembayaran;
2. Rupiah wajib penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan
uang:dan/atau
3. Rupiah wajib digunakan dalam transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang dalam hal ini transaksi
keuangan lainnya antara lain meliputi kegiatan penyetoran uang dalam berbagai
jumlah dan jenis pecahan dari nasabah kepada bank.
Melalui adanya pengaturan tentang penggunaan Mata Uang Rupiah. Maka
kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap Rupiah akan berdampak pada pada
kepercayaan masyarakat internasional terhadap Rupiah dan perekonomian
nasional pada umumnya sehingga Rupiah memiliki martabat. Baik di dalam
negeri maupun di luar negeri dan Rupiah terjaga kestabilannya.
Selain itu penggunaan mata uang Rupiah pada saat sekarang ini, sudah
convertible, Bisa ditukar kapan saja dan dimana saja ada. Apalagi penukaran mata
uang Rupiah ke mata uang lain ataupun dari mata uang hard/soft currency lain ke
Rupiah biasa dilakukan ke beberapa negara. Bagi kalangan swasta dan pebisnis
sebenarnya bukan merupakan suatu masalah besar mengingat sifat Rupiah yang
convertible, bisa ditukar dalam satuan mata uang lain secara cepat. Selain itu
pemakaian jenis mata uang apapun bagi kalangan bisnis yang paling utama adalah
profit/keuntungan. Sepanjang dengan menggunakan mata uang Rupiah lebih
menguntungkan, digunakanlah Rupiah. Para pebisnis yang melakukan quotation
35
Universitas Sumatera Utara
dalam dollar, akan senang kalau dibayar dengan denominasi Rupiah dengan kurs
yang ditetapkan lebih tinggi dari pada yang ada di pasar. 48
Saat ini di Indonesia, agar uang Rupiah dapat diterima oleh masyarakat
sebagai alat pembayaran yang sah (Legal Tender), maka sebelum tanggal
penerbitan atau pengeluaran uang Rupiah, Bank Indonesia sebagai satu-satunya
lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal
membuat penetapan uang tersebut sebagai Legal Tender dalam suatu peraturan
Bank Indonesia. Langkah ini dilakukan oleh Bank Indonesia agar masyarakat
dapat mengetahui secara jelas mengenai kapan tanggal berlakunya uang sebagai
alat pembayaran yang sah di negara Republik Indonesia. Begitu pula sebaliknya,
apabila uang Rupiah ditetapkan tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang
sah di wilayah Negara Republik Indonesia, maka Bank Indonesia akan
menetapkannya ke dalam Peraturan Bank Indonesia.
Seiring dengan adanya kehidupan sehari-hari, uang merupakan sesuatu
yang secara umum diterima di dalam pembayaran untuk pembelian barang-barang
dan jasa-jasa serta untuk pembayaran hutang-hutang. Uang juga sering dipandang
sebagai kekayaan yang dimilikinya yang dapat digunakan untuk membayar
sejumlah tertentu hutang dengan kepastian dan tanpa penundaan. Begitu
pentingnya uang, sehingga ada yang berpendapat bahwa dunia sebagaimana yang
kita kenal ini tidak dapat berlangsung tanpa uang. Walaupun uang itu bukan
faktor produksi seperti tanah dan tenaga kerja, namun uang merupakan syarat
mutlak bagi metode-metode produksi modern, sehingga tanpa uang. Tanah, tenaga
48
Iswardono, Op.Cit, hlm.32.
36
Universitas Sumatera Utara
kerja dan modal tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan kehidupan
perekonomian.
Penggunaan uang Rupiah saat ini adalah hal yang wajib digunakan karena
Rupiah adalah satu-satunya mata uang yang dapat dipergunakan di Wilayah
Negara Republik Indonesia. Dalam hal adanya penggantian terhadap pergantian
penggunaan mata uang Rupiah. Maka Bank Indonesia sebagai satu-satunya
lembaga yang memiliki kewenangan dalam menetapkan mata uang akan
mengeluarkan jenis mata uang yang lain untuk dipergunakan sebagai mata uang di
Wilayah Negara Republik Indonesia.
D. Peranan Bank Indonesia
Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral atau sering juga disebut
Bank to bank dalam pembangunan memang penting dan sangat dibutuhkan
keberadaanya. Hal ini disebabkan bahwa pembangunan di sektor apapun selalu
membutuhkan dana dan dana ini diperoleh dari sektor lembaga keuangan
termasuk bank. Tugas-tugas Bank Indonesia sebagai Bank to bank adalah
mengatur, mengkoordinir, mengawasi serta memberikan tindakan kepada dunia
perbankan.
Peranan lain Bank Indonesia adalah dalam hal menyalurkan
uang
terutama uang Kartal (kertas dan logam) di mana Bank Indonesia mempunyai hak
tunggal untuk menyalurkan uang Kartal. Kemudian mengendalikan jumlah uang
yang beredar dan suku bunga dengan maksud untuk menjaga kestabilan Rupiah. 49
49
Kasmir.,Op.Cit, hlm. 168.
37
Universitas Sumatera Utara
Dalam UU Mata Uang Pasal 11 ayat 2 dan ayat 3 dikatakan bahwa Bank
Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan
pengeluaran, pengedaran, dan /atau pencabutan dan penarikan Rupiah. Dan dalam
perencanaan, pencetakan, dan pemusnahan dilakukan oleh Bank Indonesia
berkoordinasi dengan pemerintah. Kemudian di Pasal 29 ayat 1 dikatakan bahwa
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menentukan keaslian Rupiah.
Hal ini didukung juga dalam UU BI dalam Bab III, IV dan V bahwa Bank
Indonesia
bertugas mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah,
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran.
Berikut ini akan diuraikan garis-garis besar dari masing-masing tugas
Bank Indonesia seperti yang tertuang dalam UU BI.
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank
Indonesia berwenang:
a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju
inflasi yang ditetapkannya
b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang
termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
1) Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang Rupiah maupun
valas
2) Penetapan tingkat diskonto
3) Penetapan cadangan wajib minimum
38
Universitas Sumatera Utara
4) Pengaturan kredit atau pembiayaan
c. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, paling
lama 90 (Sembilan puluh) hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan
pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan.
d. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan system nilai tukar yang
telah ditetapkan.
e. Mengelola cadangan devisa.
f. Menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan
yang dapat bersifat makro dan mikro.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Dalam tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank
Indonesia berwenang:
a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaran
jasa sistem pembayaran.
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan kegiatannya.
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.
d. Mengatur sistem kliring antar bank baik dalam mata uang Rupiah maupun
Asing.
e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank.
f. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang
sah.
39
Universitas Sumatera Utara
g. Mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah sera mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian
dengan nilai yang sama. 50
Dalam hal pengelolaan Rupiah Bank Indonesia wajib melaporkan secara
periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Yang kemudian
Badan Pemeriksa keuangan melakukan audit secara periodik yang dilakukan 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Untuk menjamin akuntabilitas pelaksanaan
pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan Rupiah.
Sejalan dengan UU BI di atas, maka Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan memberikan wewenang dan kewajiban bagi Bank
Indonesia untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap bank dengan
menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk ketentuanketentuan, petunjuk, dan nasihat, bimbingan dan pengarahan, maupun secara
representif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan
perbaikan, sehingga pada akhirnya Bank Indonesia dapat menetapkan arah
pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individu maupun secara
keseluruhan.
Kewajiban pengawasan terhadap bank selain Bank Indonesia ada lembaga
negara Otoritas Jasa Keuangan yang juga dapat melakukan pengawasan terhadap
bank. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan maka Otoritas Jasa Keuangan maka Otoritas Jasa
Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
50
Ibid, hlm. 171.
40
Universitas Sumatera Utara
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Dan
salah satunya adalah bank.
Namun perbedaan antara Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia
adalah bahwa Bank Indonesia berperan sebagai pengawas aspek makroprudensial
yang berarti Bank Indonesia menjadi pengawas dalam hal ekonomi moneter dan
Otoritas Jasa Keuangan berperan sebagai pengawas mikroprudensial yang berarti
Otoritas Jasa Keuangan berperan sebagai pengawas dalam hal kesehatan bank.
Berkaitan dengan apa yang telah diuraikan di atas, menurut ketentuan
Pasal 8 UU BI, tugas Bank Indonesia adalah menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
mengatur dan mengawasi bank. Dalam hal pengawasan oleh Bank Indonesia
adalah dalam hal ekonomi moneter kepada bank. 51
Pelaksanaan tugas sebagaimana di atas mempunyai keterkaitan dalam
mencapai kestabilan nilai Rupiah. Tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter dilakukan Bank Indonesia, antara lain melalui pengendalian
jumlah uang beredar dan suku bunga. Efektivitas pelaksanaan tugas ini
memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal,
yang merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Berdasarkan pada apa yang diuraikan di atas, bisa
dikatakan bahwa tujuan Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah tersebut perlu ditopang dengan tiga pilar utama, yaitu
51
Https://financeguess.wordpress.com/2014/02/22/perbedaan-bank-indonesia-denganotoritas-jasa-keuangan/, (diakses pada tanggal 3 Februari 2015)
41
Universitas Sumatera Utara
kebijakan moneter dengan prinsip kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat,
tepat, dan andal, serta sistem perbankan dan keuangan yang sehat. 52
Mengelola
berarti
merencanakan,
menyiapkan
pengorganisasian,
melaksanakan, dan mengontrol bahwa pelaksanaan berjalan sedemikian rupa,
untuk selanjutnya memberikan masukan bagi perencanaan yang lebih baik.
Pengelolaan pengedaran Rupiah oleh Bank Indonesia dapat pula dilihat dari
proses “kehidupan” Rupiah, yakni sejak tahap persiapan pengeluaran sampai
dengan uang itu kembali kepada Bank Indonesia untuk “dikebumikan” dengan
tertib dan aman. 53
Pengelolaan Rupiah adalah suatu kegiatan yang mencakup perencanaan,
pencetakan,
pengeluaran,
pengedaran,
pencabutan,
dan penarikan,
serta
pemusnahan Rupiah yang dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel yang diatur di UU Mata Uang.
1. Perencanaan;
Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan menetapkan besarnya jumlah
dan jenis pecahan berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah dalam periode
tertentu. Yang dilakukan oleh Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah.
Yang dimaksud dengan “berkordinasi” diwujudkan dalam bentuk pertukaran
informasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah, antara lain terkait dengan
asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi, rencana tentang macam dan
harga Rupiah, proyeksi jumlah Rupiah yang perlu dicetak, serta jumlah Rupiah
52
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), hlm. 181.
53
Hotbin Sigalingging, “Kebijakan Pengedaran Uang di Indonesia,” Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan, No.13, Juli 2004, hlm. 23.
42
Universitas Sumatera Utara
yang rusak dan yang ditarik dari peredaran. Ketentuan tersebut diatur di dalam
Pasal 13 ayat 1 dan ayat 2.
Perencanaan yang terkait langsung dengan pengedaran uang antara lain
meliputi:
a. Perencanaan penerbitan uang emisi baru
Dalam setiap penerbitan uang diupayakan agar kepercayaan masyarakat
terhadap uang tetap terjaga.Oleh karena itu, setiap uang yang diterbitkan
dibuat sebaik mungkin agar dapat diterima oleh masyarakat. Di samping itu,
diupayakan agar suatu emisi dapat terbit atau beredar dalam waktu yang
cukup lama. Penerbitan uang baru hanya dapat dilakukan atas dasar
pertimbangan tertentu sehingga dapat dihindarkan terlalu seringnya
penerbitan uang baru. Dasar pertimbangan penerbitan uang baru, antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Penyederhanaan
satuan
hitung
untuk
memperlancar
transaksi
pembayaran tunai, yakni dengan penataan kembali pecahan-pecahan
yang ada. Perubahan ini dimaksudkan agar pecahan baru menjadi lebih
praktis dan efisien untuk penetapan harga, perhitungan, dan pencatatan.
2) Pecahan yang ada kurang dapat menampung perkembangan faktor
ekonomi seperti tingkat inflasi dan perubahan nilai tukar sehingga
diperlukan pecahan baru yang akan mempermudah satuan hitung dalam
transaksi pembayaran tunai.
43
Universitas Sumatera Utara
3) Perubahan-perubahan pada uang (bahan maupun teknik cetaknya) guna
meningkatkan kualitas uang atau efisiensi pengadaan. Perubahan
tersebut dapat dilakukan dengan pertimbangan:
a) Terdapat kebijaksanaan untuk melakukan perubahan terhadap ukuran
uang dalam rangka standarisasi ukuran, perubahan teknik cetak, serta
penambahan atau penggantian unsur pengamanan (security features)
maupun gambar disain agar kualitas uang menjadi lebih baik.
b) Tingkat pemalsuan uang yang semakin meningkat sehingga
membahayakan perekonomian maupun kepercayaan masyarakat
terhadap uang Rupiah.
c) Khusus untuk uang logam agar terdapat kewajaran antara nilai
intrinsik dengan nilai nominal. 54
b. Perencanaan Distribusi Uang
Rencana Distribusi Uang (RDU) adalah penetapan jumlah dan komposisi
pecahan uang yang akan dikirim untuk memenuhi kebutuhan kas setiap
Kantor Bank Indonesia selama satu tahun. Dalam penyusunan RDU terdapat
beberapa faktor yang dijadikan pertimbangan, yaitu :
1) Pertumbuhan ekonomi daerah
Secara teori, dapat dikatakan bahwa jika terdapat pertumbuhan
ekonomi maka akan ada peningkatan permintaan uang (termasuk uang
kartal).
2) Perkembangan inflasi
54
Ibid, hlm. 24.
44
Universitas Sumatera Utara
Laju inflasi menigkatkan permintaan uang kartal karena diperlukan lebih
banyak uang kartal untuk membeli barang dengan jumlah yang sama.
3) Perbandingan Jumlah Kredit dan Dana
Umumnya, semakin banyak kredit yang disalurkan akan berpeluang
menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pada akhirnya dapat
mempengaruhi permintaan uang.
4) Jumlah kantor bank dan ATM
Semakin banyak jumlah kantor bank dan ATM, semakin memudahkan
masyarakat untuk menggunakan uang kartal.
5) Perkembangan daerah
Dengan berkembangnya daerah diperkirakan akan semakin banyak
menciptakan
lapangan
pekerjaan
dan
mengundang
penduduk
baru/pendatang, sehingga permintaan uang kartal meningkat.
6) Penerapan Otonomi Daerah (OTODA)
Sejak
diberlakukannya
kebijakan
OTODA
Januari
2001,
pola
pengeluaran pemerintah mengalami perubahan. Penerapan OTODA
mengubah alokasi penyaluran dana yang tidak lagi tersentralisasi, tetapi
langsung ke daerah-daerah. Hal ini diperkirakan akan meningkatan
permintaan uang.
7) Lapangan Pekerjaan dan Sektor Ekonomi
Permintaan uang kartal dipengaruhi oleh seberapa banyak jumlah
pekerja yang membutuhkan uang tunai (cash minded). Umumnya,
45
Universitas Sumatera Utara
lapangan pekerjaan antara lain petani dan pedagang eceran, banyak
menggunakan pembayaran secara tunai.
8) Perkembangan berdasarkan kurun waktu
Faktor Seasonal : harian (pajak), mingguan (gaji), bulanan (hari raya
keagamaan, panen raya, liburan akademik dan liburan akhir tahun).
Faktor yang dipengaruhi oleh sosial budaya daerah secara lokal : Hari
Raya Nyepi di Bali, Sekaten di Solo. 55
2. Pencetakan;
Pencetakan adalah suatu rangkaian kegiatan mencetak Rupiah. Dalam hal
Pencetakan Rupiah dilaksanakan di dalam negeri dengan menunjuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana Pencetakan Rupiah. Yang sekarang
dicetak oleh PT Perum Peruri. Dalam hal badan usaha milik negara menyatakan
tidak
sanggup
melaksanakan
Pencetakan
Rupiah.
Pencetakan
Rupiah
dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara bekerja sama dengan lembaga lain
yang ditunjuk melalui proses yang transparan dan akuntabel serta menguntungkan
negara. Dalam hal pelaksanaan Pencetakan Rupiah harus menjaga mutu,
keamanan, dan harga yang bersaing.
Pengertian dari “Badan Usaha Milik Negara” adalah badan usaha milik
negara yang bergerak dalam bidang percetakan Rupiah. Yang dimaksud dengan
“tidak sanggup melaksanakan Pencetakan Rupiah” adalah ketidaksanggupan
yang disebabkan oleh keadaaan kahar (force majeure) dan bencana sosial. Yang
55
Ibid, hlm.32.
46
Universitas Sumatera Utara
dimaksud dengan “harga yang bersaing” adalah harga yang batasannya ditentukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang dan jasa.
Ketentuan di atas diatur dalam UU Mata Uang Pasal 14.
Sebelum dilakukan pencetakan, maka dilakukan beberapa persiapan yang
dilakukan dengan cermat agar uang hasil cetak memiliki kualitas yang baik,
terjaga keamanannya, dan siap untuk pengedaran ke masyarakat. Kegiatan
pencetakan uang diserahkan kepada Perum Peruri sebagai Badan Usaha Milik
Negara yang didirikan khusus untuk melayanai kebutuhan cetak uang kertas dan
uang logam sesuai dengan pesanan Bank Indonesia. 56
3. Pengeluaran;
Pengeluaran adalah suatu rangkaian kegiatan menerbitkan Rupiah sebagai
alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta diumumkan
melalui media massa. Dalam Rupiah yang dikeluarkan dibebaskan dari bea
materai. Ketentuan di atas diatur dalam UU Mata Uang Pasal 15.
4. Pengedaran;
Pengedaran
adalah
suatu
rangkaian
kegiatan
mengedarkan
atau
mendistribusikan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang mengedarkan
Rupiah kepada masyarakat. Pengedaran Rupiah dilakukan sesuai dengan
kebutuhan jumlah uang beredar. Dan tata cara pengedaran Rupiah diatur dengan
56
Ibid, hlm. 34.
47
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Bank Indonesia. Ketentuan di atas diatur dalam UU Mata Uang Pasal
16.
Pengedaran uang terdiri dari kegiatan distribusi uang dan layanan kas yang
dilakukan oleh Bank Indonesia. Pengiriman uang yang dilakukan oleh Kantor
Pusat ke Kantor Koordinator dan selanjutnya kepada kantor-kantor Bank
Indonesia di daerah, dan sebaliknya.
a) Distribusi uang
Penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu tertentu.
Pengiriman uang didasarkan pada rencana distribusi uang yang
menetapkan jumlah dan pecahan uang yang dikirim selama periode
tertentu. Tujuan distribusi uang adalah untuk memenuhi kebutuhan kas
setiap kantor Bank Indonesia dalam rangka menjaga posisi atau persediaan
kas yang aman. Kebutuhan kas tersebut meliputi kebutuhan uang untuk
persediaan serta keperluan pembayaransi uang tersebut diharapkan kan
dapat dicapai keterpaduan dengan rencana pengadaaan uang dan
pengiriman uang dapat terlaksana secara lebih efisien, efektif, cepat, tepat
waktu dan sesuai dengan kebutuhan.
b) Layanan kas
Kegiatan layanan kas oleh Bank Indonesia, pada garis besarnya terdiri dari
penerimaan setoran dari bank-bank, kegiatan bayaran, penukaran, dan
layanan kas lainnya. Sasaran layanan perkasan ini adalah dalam rangka
48
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kebutuhan masyarakat atas uang dan menjaga agar uang yang
beredar tetap dalam kondisi yang layak edar. 57
5.
Pencabutan dan penarikan;
Pencabutan dan Penarikan adalah rangkaian kegiatan yang menetapkan
Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pencabutan dan Penarikan Rupiah ditetapkan oleh
Bank Indonesia, ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta
diumumkan melalui media massa. Pencabutan dan penarikan diberikan
penggantian oleh Bank Indonesia sebesar nilai nominal yang sama. Hak untuk
memperoleh penggantian Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran
tidak berlaku setelah 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal pencabutan. Yang dibagi
dalam lima tahun pertama dan lima tahun berikutnya. Kriteria penggantian atas
Rupiah yang dicabut dan ditarik diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Terkait dengan penetapan besarnya penggantian oleh Bank Indonesia
terhadap uang Rupiah yang telah dinyatakan tidak lagi sebagai alat pembayaran
yang sah, atau dengan istilah lain dinyatakan dicabut dan ditarik dari peredaran,
lingkup pengaturannya tercantum secara jelas dalam Peraturan Bank Indonesia.
Penetapan pencabutan Rupiah memuat pengaturan mengenai tanggal
berakhirnya Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah dan batas waktu penukaran
Rupiah kepada bank, Bank Indonesia, atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia. Penarikan Rupiah meliputi penarikan dalam rangka pencabutan dan
57
Ibid, hlm. 35.
49
Universitas Sumatera Utara
penggantian Rupiah yang rusak dan lusuh. Ketentuan di atas diatur dalam UU
Mata Uang Pasal 17.
Tujuan dari pencabutan dan dari peredaran adalah untuk mencegah dan
meminimalisasi peredaran uang palsu serta untuk penyederhanaan komposisi dan
emisi pecahan. Adapun dasar pertimbangan yang menentukan suatu pecahan
harus ditarik dari peredaran, antara lain karena:
a. Tingkat pemalsuan yang cukup tinggi, dilihat dari realisasi jumlah
penemuan uang palsu dibandingkan dengan UYD (uang yang diedarkan)
pecahan tersebut serta memperhatikan pula tingginya mutu pemalsuan yang
dapat menipu masyarakat.
b. Pecahan tersebut sudah cukup lama beredar (lebih dari 7 tahun). 58
Dengan mekanisme demikian, diharapkan masyarakat yang memegang
uang tersebut dapat segera menukarkan kepada Bank Indonesia. Hal terpenting
terkait dengan proses ini adalah masyarakat sebagai pemilik uang tidak dalam
posisi dirugikan oleh Bank Indonesia karena adanya aktifitas penetapan uang
Rupiah terentu tidak lagi sebagai alat pembayaran yang sah di negara Indonesia.
6. Pemusnahan.
Pemusnahan adalah suatu rangkaian kegiatan meracik, melebur, atau cara
lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai Rupiah. Pemusnahan
dilakukan terhadap Rupiah yang ditarik dari peredaran. Pemusnahan terhadap
Rupiah yang ditarik dari peredaran dilakukan oleh Bank Indonesia yang
berkoordinasi dengan pemerintah. Berkoordinasi sebagaimana dimaksud di atas
58
Ibid, hlm. 38.
50
Universitas Sumatera Utara
adalah diwujudkan dalam bentuk nota kesepahaman antara Bank Indonesia dan
Pemerintah yang berisi teknis pelaksanaan pemusnahan Rupiah, termasuk
pembuatan berita acara pemusnahan Rupiah. Yang diatur di dalam UU Mata Uang
Pasal 18, bahwa jumlah dan nilai nominal Rupiah yang dimusnahkan ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Kriteria Rupiah yang dimusnahkan
berupa:
a. Rupiah yang tidak layak edar;
b. Rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak
lagi mempunyai manfaat ekonomis dan/ atau kurang diminati oleh
masyarakat; dan/atau
c. Rupiah yang sudah tidak berlaku.
Dalam UU Mata Uang Pasal 19 dan Pasal 20 diatur bahwa dalam hal
pengelolaan Rupiah dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Dalam hal ini “Dewan Perwakilan Rakyat” adalah
kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi keuangan dan
perbankan. Dan untuk
menjamin akuntabilitas
pelaksanaan Pencetakan,
Pengeluaran, dan Pemusnahan Rupiah, Badan Pemeriksa Keuangan melakukan
audit secara periodik. Dan pelaksanaan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan
dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Pelaksanaan pemusanahan uang kertas dilakukan sendiri oleh Bank
Indonesia. Dalam pelaksanaanya, pemusnahan dilakukan oleh suatu tim yang
susunan dan prosedur kerjanya diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung
suatu proses pengawasan yang efektif. Selain pengawasan melalui orang, kegiatan
51
Universitas Sumatera Utara
pemusanahan ini juga dipantau melalui camera video dan perekaman, sejak
persiapan hingga uang menjadi limbah racikan. Yang nantinya dibuang ke tempat
pembuangan sampah akhir (TPA) yang telah ditetapkan pemerintah atau bekerja
sama dengan pihak ketiga.
Pelaksanaan pemusnahan uang logam dilakukan oleh suatu tim
pemusnahan uang logam dari Bank Indonesia. Pemusnahan tersebut dapat
dilakukan sendiri oleh kantor Bank Indonesia yang telah memiliki alat peleburan
uang logam atau oleh perusahaan jasa peleburan logam milik pihak ketiga dengan
suatu pengawasan yang ketat. Perusahaan jasa peleburan logam tersebut sekaligus
sebagai calon pembeli limbah uang logam (mengingat limbah uang logam masih
mempunyai nilai) dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki tempat peleburan sendiri, tungku yang cukup, lokasi yang tertutp
dan aman
b. Memiliki ruangan tersendiri yang aman untuk membuka peti uang logam
dan menyimpan uang logam yang akan dimusnahkan.
c. Memiliki halaman pakir kendaraan yang cukup luas.
d. Menerbitan bank garansi atau surat jaminan. 59
59
Ibid, hlm. 39.
52
Universitas Sumatera Utara
Download