TRANSFORMASI KEPEMIMPINAN YESUS TERHADAP

advertisement
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
TRANSFORMASI KEPEMIMPINAN YESUS
TERHADAP KEPEMIMPINAN GEMBALA SIDANG
DALAM MEMPERSIAPKAN PEMIMPIN MASA DEPAN
Joko Santoso
(Dosen Prodi Pendidikan Agama Kristen, [email protected])
Abstraksi
Tampilnya seorang pemimpin yang diharapkan, sebenarnya tergantung pada kemampuan dan keterampilannya
dalam menyikapi dan mangatasi masalah sosial dan politik yang memang sangat dibutuhkan di saat timbul
ketegangan, perubahan-perubahan dan adaptasi. Dalam penelitian ini, peneliti hendak memunculkan bentuk
lain dari kepemimpinan yang telah ada disetiap masa. Yaitu kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang tokoh
sepanjang zaman dan tidak pernah usang oleh waktu, yaitu Yesus Kristus yang diperkenalkan melalui Alkitab,
terutama dalam Injil Sinoptik. Di mana seluruh kepemimpinan Yesus Kristus memancarkan bentuk
kepemimpinan yang sangat berbeda, yaitu pemimpin yang tidak mempertahankan posisi sebagai pemimpin
selama mungkin atau sedapat mungkin. Melainkan Ia telah mempersiapkan para murid-Nya untuk menjadi
pemimpin-pemimpin besar masa depan handal, hebat, yang berhasil dan melakukan hal-hal yang lebih besar
dari apa yang Yesus lakukan sebelumnya, seperti yang diungkapkan dalam Injil Yohanes 14:12.
A. PENDAHULUAN
Melihat adanya indikasi pandangan yang berbeda-beda berkenaan dengan kepemimpinan,
maka, setiap pemimpin yang ingin memimpin dengan benar dan tepat sasaran, perlu memiliki
pemahaman yang sesuai dengan dasar dan landasan kepemimpinan. Terlebih, dalam kepemimpinan
Kristen, seorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang selaras dengan ajaran Alkitab dan
bersedia belajar pada guru yang Agung, yaitu Yesus Kristus, sebagaimana diajarkan dalam Injil.
Sedangkan berkenaan dengan tema di atas melalui kitab Injil, diharapkan akan mentransformasi
pemahaman yang benar, menyeluruh dan tuntas bagi para gembala sidang dalam memahami makna
kepemimpinan Yesus Kristus. Berangkat dari pemahaman yang benar tentang kepemimpinan Yesus,
maka diharapkan para gembala sidang memiliki semangat dalam mempersiapkan pemimpin masa
depan.
B. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan cara penelusuran studi
pustaka, yaitu mengunakan paradigma iman yang bersumber pada Alkitab. Sedangkan, Metode yang
digunakan dengan studi biblika bersifat teologis dan topikal. Yaitu mendeskripsikan suatu ajaran dari
Alkitab. Bambang Subagyo menjelaskan metode teologis sebagai berikut: “Metode yang mengatur
ajaran sebuah kitab sesuai dengan doktrin-doktrin yang dibicarakan dan menjelaskan tekanan
spiritualnya. Metode ini memiliki tiga aspek, yaitu penentuan anggapan dasar yang mendasari
pengajaran dalam kitab, pengaturan topik ajaran yang menonjol, dan penanganan secara terpisah
bagian-bagian kitab yang bersifat doktrin”. Selanjutnya, peneliti membuat anggapan-anggapan dasar
penelitian, mengklasifikasikan ayat atau teks Alkitab ke dalam topik-topik tertentu sesuai dengan tema
utama penelitian. Metode ini mencakup pengumpulan semua teks Alkitab yang sesuai dengan tema
penelitian, mengelompokkan frase ke dalam topik tertentu, menjelaskan frase tersebut, dan akhirnya
menarik kesimpulan.
C. PEMBAHASAN
Pemahaman tentang kepemimpinan merupakan hal yang penting. Jhon C. Maxwell
berpendapat, bahwa: “Setiap orang membicarakannya, hanya sedikit yang memahaminya. Kebanyakan
72
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
orang menginginkannya; hanya sedikit yang mencapainya.”1 peneliti sependapat dengan statemen
tersebut di atas. Merupakan suatu gagasan yang sangat tepat berkaitan dengan sejauh atau sedalam apa
sebenarkan pemahaman tentang hakekat kepemimpinan yang sebenarnya, sehingga dalam prakteknya
tidak ditemukan hasil-hasil yang diharapkan dari kepemimpinan itu sendiri. Itulah sebabnya, betapa
penting memiliki pemahaman tentang hakekat kepemimpinan dengan baik, tepat dan benar.
1. Pentingnya Pemahaman Kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan instrumen untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi.2
Dengan adanya kepemimpinan maka ada kekuatan yang menggerakkan (faktor manusia) ke arah
tujuan yang telah direncanakan. Jadi kepemimpinan adalah suatu proses dimana pemimpin
mempengaruhi, menentukan, mengarahkan, dan memberdayakan anggota-anggota melalui kerjasama.
untuk melakukan sesuatu yang diyakini harus dilakukan.
Secara Praktis, menurut Yakob Tomatala dalam tulisannya mendefinisikan kepemimpinan
dapat dipahami dari beberapa pandangan, yaitu:3 Kepemimpinan adalah seni bekerja (tahu, mau dan
aktif bekerja) bersama dan melalui orang lain. Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai seni
pemenuhan kebutuhan orang yang dipimpin dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan
bersama. Dan kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai seni mempengaruhi dan menggerakan
orang untuk bekerja sama secara terkoordinasi, dimana semua orang bergerak untuk melakukan
tugasnya dengan baik berdasarkan program yang telah dicanangkan dalam kinerja keorganisasian
secara menyeluruh.
Menurut Charles J. Keating, “Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara
mempengaruhi orang atau kelompok orang untuk tujuan bersama.” Penekanan Carles pada “seorang
pemimpin kekuatannya terdapat pada pengaruh.” 4 Sedangkan , John R. Mott menyatakan bahwa:
“Seorang pemimpin adalah seorang mengenal jalan dan berjalan terus ke depan serta dapat menarik
orang lain mengikuti dia.”5 ini yang berarti kekuatannya terletak pada bagaimana pemimpin
mempunyai visi yang kuat sehingga membuat orang-orang yang dipimpinnya mengikuti jejaknya.
Adapun, Lord Montgomery mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak
untuk mengarahkan orang laki-laki dan perempuan untuk satu tujuan bersama, dan watak yang
menimbulkan kepercayaan.6 Disini kekuatan seorang pemimpin dalam memberi kenyakinan atau suatu
harapan yang pasti bagi pengikutnya. Adapun kepemimpinan pada umumnya difahami orang Kristen
dapat dijabarkan dari dua perspektif, yang diantaranya adalah: kepemimpinan perspektif umum dan
kepemimpinan perspektif Alkitab.
a. Kepemimpinan Persepektif Umum
Pemimpin dan kepemimpinan dapat dikatakan seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Dimana disepanjang jaman selalu menjadi bahan pembicaraan yang tidak pernah usang
dan selalu terjadi perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam bahasa
Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing,
pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah
1
Jhon C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di dalam Diri Anda (Jakarta: Binarupa
Aksara, 1995), 1.
2
Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis (Gandum Mas: Malang, 1997), 16.
3
Ibid., 32-35.
4
Charles J. Keating. Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya (Yogyakarta: Kanisius.
1996), 9.
5
M. H. Meyers. MAF Leadership Resource Note Book (California, 1989), 9.
6
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974), 20.
73
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan
kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Kemudian, pemimpin juga disebut
sebagai suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu
memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.
Pemimpin harus mampu memberi pengaruh terhadap orang – orang yang dipimpin. Artinya,
dapat memberi dampak untuk mengikuti apa yang menjadi tujuan dan mencapai harapan. Di samping
itu, pemimpin juga harus mempunyai wawasan yang luas dalam menangkap segala sesuatu, yang
kemudian diterjemahkan dan diteruskan kepada bawahannya dalam bentuk gambaran-gambaran riil
dari suatu pencapaian tujuan. Charles J. Keating, “Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan
berbagai cara mempengaruhi orang atau kelompok orang untuk tujuan bersama.”7 Dan John R. Mott
menyatakan bahwa: “Seorang pemimpin adalah seorang mengenal jalan dan berjalan terus ke depan
serta dapat menarik orang lain mengikuti dia. Pendapat keduanya memperkuat pendapat para pakar
lainnya, supaya dalam kepemimpinan tersebut ; pemimpin membawa semua orang yang
dipimpinannya memiliki pemahaman yang sama untuk bersatu dan bekerja bersama mencapai tujuan.
Bahkan mampu membuat orang- orang yang ada dibawahnya mempunyai kepercayaaan yang kuat
akan pemimpinnya, seperti ”8 Lord Montgomery mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan dan kehendak untuk mengarahkan orang laki-laki dan perempuan untuk satu tujuan
bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan.9 Jadi dapat disimpulkan definisi kepemimpinan
berdasarkan perspektif umum adalah suatu proses yang ditentukan oleh kemampuan seorang
pemimpin untuk mempengaruhi sebanyak mungkin orang, demi tercapainya sebuah tujuan.
b. Kepemimpinan Perspektif Alkitab
Pada prinsipnya, kepemimpinan Kristen memiliki kesamaan dengan kepemimpinan umum,
yaitu sebuah proses terencana yang dinamis. Yang membedakan dalam konteks kepemimpinan
kristiani ada pada proses dan dinamikanya karena kepemimpinan tersebut merupakan rencana dan
campur tangan Tuhan. Dalam Kepemimpinan Kristen, seluruh kegiatan kepemimpinan berdasarkan
pada kehendak Allah dan dalam pencapaiannya adalah dilakukan sesuai dengan tujuan Allah. Definisi
kepemimpinan perspektif Alkitab dapat dipahami dari beberapa pandangan tokoh kepemimpinan
Kristen, di antaranya adalah: Dr. Yakob Tomatala, yang mengatakan bahwa kepemimpinan Kristen
adalah “suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen yang di dalamnya oleh
campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin untuk memimpin umatnya guna
mancapai tujuan Allah.10 Disini dijelaskan bahwa; Tuhan dengan rencanaNya menunjuk seseorang
untuk memimpin sesuai dengan kehendakNya.
Oswald Sander dalam tulisannya mengatakan bahwa: Kepemimpinan dalam perspektif
Alkitab adalah sebuah campuran antara sifat-sifat alamiah dan rohaniah. Sifat alamiah yang bukan
timbul begitu saja, melainkan diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu sifat-sifat ini akan mencapai
efektifitasnya yang tertinggi jika digunakan di dalam melayani Allah dan untuk kemulianNya.11
Sedangkan Oswald melihat dari dua sisi yang saling terkait dalam diri seseorang untuk digunakan
dalam suatu pelayanan secara efektif. Robert Clinton mendefinisikan kepemimpinan yaitu:
“Kepemimpinan (Kristen) ialah suatu proses terencana yang dinamis yang di dalamnya seorang
pemimpin dengan kapasitas dan tanggungjawab pemberian Allah memimpin (menggerakkan) suatu
7
Charles J. Keating. Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya (Yogyakarta: Kanisius.
1996), 9.
8
M. H. Meyers. MAF Leadership Resource Note Book (California, 1989), 9.
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974), 20.
10
Yakob Tomatala, 29.
11
J. Oswald Sanders, 2.
9
74
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
kelompok orang atau para bawahan ke arah tujuan Allah yang menguntungkan pemimpin dan
bawahan.”12
2. Kepemimpinan Yesus Kristus.
Di dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kita jumpai orang-orang yang begitu antusias
untuk menjadi seorang pemimpin. Banyak dari mereka yang pada akhirnya dapat menjadi seorang
pemimpin yang di segani dan di hormati. Namun tidak jarang pula ada orang-orang yang ‘berhasil’
menjadi pemimpin, tetapi tidak menjadi panutan bagi orang-orang yang di pimpinnya. Dari depan
mereka tampak di takuti dan di hormati, tetapi tanpa di sadari orang-orang yang di pimpinnya
mengejek dari belakang. Hal ini di sebabkan orang-orang tersebut tidak mengerti bagaimana
seharunya menjadi seorang pemimpin.
Seorang pemimpin pasti menjadi contoh bagi setiap orang yang di pimpinnya. Yang menjadi
tolok ukur keteladanan seorang pemimpin adalah apakah dia memberikan contoh yang baik kepada
orang-orang yang di pimpinnya. Apa yang menjadi harapan serta apa yang di katakannya kepada
bawahan sudah di lakukan oleh dirinya terlebih dahulu. Ada istilah istilah ‘guru kencing berdiri, murid
kencing berlari’. Di dalam ilmu kepemimpinan, hal ini pun berlaku, artinya profil seorang pemimpin
dapat terlihat dari prilaku orang-orang yang di pimpinnya dan sebaliknya. Sebagai contoh, apabila
seorang pemimpin suka berbuat semena-mena pada bawahannya, maka pada suatu saat, ketika si
bawahan menjadi seorang pemimpin, ia pun akan cenderung berbuat semena-mena pada orang lain.
Tetapi sebaliknya, bila seorang pemimpin memiliki sifat yang rendah hati pada bawahannya, maka
bawahan itu pun cenderung memiliki sifat yang rendah hati pada orang lain.
Dalam bukunya, “Kepemimpinan Yesus Sang Almasih” Dr. Anthony D’souza mengatakan:
“Jika para pemimpin ingin menunjukkan kepemimpinan yang sejati dan melakukan sesuatu yang
sungguh berbeda, mereka harus belajar menghadirkan cara kepemimpinan Yesus.” Pernyataan tersebut
merupakan sebuah kalimat yang menarik bagi kelompok kami dan menjadi alasan utama pemilihan
buku ini sebagai materi yang cocok untuk dibahas bersama. Sosok Yesus merupakan sosok pemimpin
yang ideal.13
Dalam kepemimpinan Yesus menunjukkan model yang berbeda dengan kepemimpinan pada
umumnya. Yesus memberi keteladanan hidup, ini merupakan ciri khusus yang tidak sama dengan
pemimpin manapun, yaitu Dia memberikan hidup sepenuhnya demi keselamatan dan keberhasilan
semua pengikutNya. Ada 4 (empat) hal yang perlu dibangun oleh seorang pemimpin Kristen dalam
meneladani Yesus Kristus kepemimpinanNya, yaitu menjadikan: (1) Yesus sebagai teladan – artinya,
kepemimpinan Yesus Kristus mutlak harus dijadikan contoh dalam proses kepemimpinan gembala
sidang dalam penggembalaan jemaat; (2) Kitab Injil sebagai dasar – artinya, Kitab Injil merupakan
sumber landasan dan dasar kehidupan yang ideal dan sejati dalam diri setiap pemimpin kristen;
(3) Tubuh Kristus menjadi Sentral – artinya; Semua sasaran dan perencanaan kepemimpinan gereja
bertujuan membangun jemaat dan orientasi pelayanan untuk kepentingan tubuh Kristus. (4) Kehidupan
Yesus Kristus – Hidup Yesus Kristus merupakan gaya hidup tubuh Kristus dalam seluruh proses
kepemimpinan gereja dalam penggembalaan jemaat.
Selanjutnya, dalam penelitian ini, peneliti mengkaji data tentang kepemimpinan Yesus
menurut Kitab Injil. Peneliti mencoba mengambil data penelitian tentang kepemimpinan dari
kepemimpinanYesus Kristus yang diterangkan menurut Kitab. Dalam Injil Matius diketemukan,
bahwa: Pribadi Yesus Kristus dikedepankan sebagai Mesias dan Anak Allah, hal ini dapat dilihat dari
bukti ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus
memang Mesias yang sudah lama dinantikan (Mat 1:1-17). Injil Markus; mengedepankan Yesus
12
Richard Sessoms, Kepemimpinan Kristen dalam abad XXI: Makalah (Jakarta. 1997), 1.
Anthony D’Souza, Kepemimpinan Yesus Sang Almasih.
13
75
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
Kristus sebagai hamba, hal ini terlihat dari penulisan Markus memperkenalkan Yesus sebagai hamba
yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul
oleh peristiwa pemulaan Yesus (Mar. 8:27-9:10). Selanjutnya, Injil Lukas mengedepankan Yesus
Kristus sebagai Juru selamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap
keturunan Adam akan keselamatan. Dan Injil Yohanes mengedepankan Yesus Kristus sebagai Anak
Allah. Sedangkan bagian-bagian lain dari Alkitab yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, akan
dijadikan pembanding dan penunjang atau pelengkap.
Dari keterangan di atas, ke empat Injil memberi gambaran seperti apa bentuk kepemimpinan
Yesus Kristus selama dalam pelayanananNya di bumi ini. Masing-masing Injil memberikan
sumbangsih penekanan seperti apa Yesus Kristus memimpin murid-muridNya dan mengajar mereka
bagaimana menjadi pemimpin yang sejati. Di sini Yesus ingin mentransformasi murid-muridNya agar
kelak, saat mereka harus berdiri sebagai pemimpin, telah memiliki niali-nilai keteladanan hidup
sebagai pemimpin - pemimpin masa depan seperti yang telah diajarkan.
Kepemimpinan Yesus Kristus yang diterangkan dalam ke empat Injil, peneliti menyoroti
pada beberapa bentuk kepemimpinan Yesus Kristus yang dipandang dapat di transfer kepada para
gembala sidang untuk memimpin penggembalaan jemaat di masa sekarang, dan selanjutnya diteruskan
kepada generasi berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh rasul Paulus kepada Timotius dalam surat
2 Tim. 2: 2. “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu
kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.“ dan Surat Flp. 4: 9,
“Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar
dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan
menyertai kamu.” Apa yang telah dipelajari, diterima, didengar dan dilihat, dilakukan. Ini merupakan
seruan rasul Paulus agar semua pembaca mengerti dan melakukannya. Seperti apakah kepemimpinan
yang Yesus Kristus diajarkan kepada murid – muridNya dan yang diteruskan hingga sekarang? Antara
lain diterangkan di bawah ini:
a. Kepemimpinan Sebagai Gembala.
Pertama-tama dapat kita jumpai berbicara tentang kepemimpinan yang ditunjukkan oleh
Yesus Kristus dalam kepemimpinanNya, mengarah pada pribadi sebagai gembala. Hal ini diteguhkan
oleh perkataanNya sendiri dalam Injil Yohanes 10: 11; Dimana Tuhan Yesus mengatakan: “Akulah
gembala yang baik, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” Yesus
sebagai gembala rela mati di kayu salib dan kemudian bangkit untuk menyelamatkan umat manusia.
Yesus adalah gembala yang baik dan kita adalah domba-domba-Nya.
Seorang gembala dalam mewujudkan kepemimpinannya bagi domba –dombanya dan
memberikan apa yang menjadi kebutuhannya; yaitu: perlindungan, bimbingan/tuntunan, kebutuhan
hidup dan mengantar ke tempat istirahat. Selanjutnya, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani (menjadi diakonos) dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:28). Ayat tersebut merupakan penyataan Tuhan Yesus
tentang bagaimana seorang pemimpin sejati, yaitu pemimpin yang berani memberikan hidupnya bagi
pengikutnya. Ini adalah tanda yang dimiliki seorang gembala.
Gembala Yang Baik yaitu Yesus. Ia berjalan didepan untuk memimpin domba – dombaNYA
ke padang rumput yang hijau dan air yang tenang. Ia juga memberikan perlindungan bagi dombadombanya dari binatang yang buas dan bahaya lainnya. Kepemimpinan Yesus Kristus sebagai
gembala memberikan gambaran bagaimana seorang pemimpin harus mempimpin, yaitu
menginfestasikan diri sepenuhnya bagi kepentingan orang orang yang dipimpinnya. Apapun Ia
berikan, bahkan hidupNYA dikorbankan di kayu salib, demi keselamatan domba-dombaNYA agar
berhasil dalam mencapai tujuan. Yesus adalah seorang pemimpin yang tahu dan memahami
76
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
kebutuhan umat-Nya. Ungkapan Yesus “Akulah Gembala Yang Baik”, seakan menjadi jawaban atas
pertanyaan mengapa Dia sampai berkorban di kayu salib. Dia ingin menyatakan lewat tindakanNya
bahwa Dia adalah pemimpin yang setia, Dia ingin semua orang tahu dan mengikuti keteladanan yang
Ia berikan (bnd. Mat. 18 : 12, Luk. 15:4, Yoh. 10:11). Gembala selalu menjaga dombaNya dalam satu
kawanan supaya tidak ada yang tersesat14
b. Kepemimpinan Sebagai Guru
Kepemimpinan yang diajarkan oleh Yesus Kristus adalah kepemimpanan sebagai guru yang
memberi pendidikan atau kecerdasan bagi murid - muridNya. Dalam Injil Matius 11:28 – 30; Yesus
mengatakan, bahwa Tuhan mengundang setiap orang untuk datang kepadaNYA agar beroleh
kelegaan. Tetapi tidak hanya itu saja, selanjutnya mengajak kepada setiap orang untuk belajar
kepadaNya. Tentunya ada pemahaman dan pengetahuan tentang rahasia hidup yang sejati yang
hendak diajarkan, sehingga orang-orang yang menerimanya dapat menikmati dasyatnya
pengajaranNya ( 2Tim. 3:16 – 17, 2 Kor. 5: 17) “Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan
perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia
bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Markus
10: 17), dinyatakan bahwa Yesus adalah guru yang baik yang memimpin orang kepada kehidupan
yang kekal. Itulah sebabnya disepanjang hidupNya selalu mengajar dan mendidik orang banyak agar
hidup benar.
Yesus Kristus adalah pemimpin yang mencerdaskan pengikutNya, tidak seperti kebanyakan
pemimpin yang membodohi bawahannya agar dapat terus diperbudak atau tunduk pada dirinya. Yesus
Kristus menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan yang tidak dimengerti oleh pengikutNya,
supaya dapat menghadapi dan mengatasi apapun juga. Itulah sebabnya, rahasia yang harus diketahui
oleh pengikutNya, selalu diajarkan. Inilah bukti yang luar biasa yang dapat diambil hikmatnya.
Teologi penggembalaan Perjanjian Baru terdiri atas dua untai. Satu untai yang eksplisit berkaitan
dengan hakekat dan keadaan gereja dan berbicara secara langsung tentang pelayanannya. 15
Selanjutnya dikatakan ; Tanggung jawab pelayanan sebagai pendeta (gembala sidang) hanyalah tugas
yang sederhana untuk menjabarkan kasih perjanjian Allah kedalam sikap dan tindakan manusia yang
khusus meneguhkan kasih itu dalam kehidupan manusia seseorang.16
Kepemimpinan seorang guru pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi
orang lain yang didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap invididu yang
dipengaruhinya. Yesus Kristus dalam kepemimpinanNya memberikan teladan melalui kehidupan dan
pengajaranNya. Bahkan karena kedekatanNya dengan pengikutNya, apapun yang dilakukanNya tidak
ada yang tersebunyi. Semua terbuka lebar tanpa ada yang dirahasiakan.
c. Kepemimpinan Sebagai Hamba
Yesus berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu,” hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba
untuk semuanya” (Mar. 10:43,44). Yesus mengajukan syarat yang konkret. Ingin menjadi besar, harus
menjadi pelayan. Ingin menjadi terkemuka, harus menjadi hamba. Dalam Alkitab versi King James,
kata "pemimpin" muncul hanya enam kali, tiga kali dalam bentuk tunggal dan tiga kali dalam bentuk
plural. Yang menarik, konsep pemimpin dalam Alkitab muncul dengan terminologi yang berbedabeda. Yang paling sering dipakai adalah "pelayan" atau "hamba". Allah tidak menyebut, "Musa,
pemimpin-Ku" tetapi "Musa, hamba-Ku". Jadi konsep pemimpin di dalam Alkitab adalah hamba.
14
A. Munthe, Panggilan dan Tugas Penatalayanan Gereja (Medan: 2005), 4.
Derek. J Tidball, Teologi Penggembalaan (Malang : Gandum Mas, 1995), 63.
16
Ibid, 63.
15
77
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
Citra seorang pemimpin sebagai hamba membuahkan teladan di tengah-tengah jemaat
sebagaimana contoh pelayanan Tuhan Yesus kepada semua orang. Dia mengatakan: “ Aku telah
memberikan suatu teladan bagi kamu” (Yoh. 13:15). Dengan demikian seluruh kehidupan Tuhan
Yesus yang dilukiskan dalam kitab-kitab Injil merupakan teladan untuk para pelayan gereja. Dan
sejalan dengan pandangan Injil, surat-surat pastoral menyatakan bahwa keteladanan tersebut perlu
diwujudkan dalam kasih, perkataan dan perbuatan atau tindakan.17
Yesus Kristus dalam kepemimpiannnya sebagai hamba, dapat dengan jelas dijumpai dalam
perjalanan sepanjang hidupNya. Bapa di Surga memberi peneguhan melalui Injil Matius 12:18
“Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan
menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.” Ayat
tersebut jelas berbicara tentang Yesus adalah hamba yang dipilih Allah untuk melakukan tugas yang
mulia, dengan tugas khusus yaitu menyelamatkan manusia dari kebinasaan (Luk. 19: 10). Disini Ia
sekalipun pemimpin tetapi pemimpin yang menghambakan diri. Dan Yesus berkata: “Barangsiapa
ingin menjadi besar diantara kamu,” hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mar. 10:43,44). Kata
"ingin" dan "hendaklah" dalam ayat di atas berasal dari kata "want" dan "must" dalam bahasa
Inggris.18 Jadi yang lebih tepat adalah "ingin" dan "harus."
Kepemimpinan Kristen adalah suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks
pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tempat, dan situasi khusus) yang didalamnya oleh
campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk
memimpin umat-Nya (dalam pengelompokan diri sebagai suatu institusi /organisasi) guna mencapai
tujuan-Nya (yang membawa keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup) bagi dan
melalui umat-Nya untuk kejayaan kerajaan-Nya.19
d. Kepemimpinan Sebagai Pencetak Perubahan
Dalam bagian ini Yesus Kristus dalam kepemimpinanNya, mengajar kepada para murid-Nya
untuk menjadi agen perubahan. Sebagaimana dinyatakan dalam Matius 9:16-17, yaitu: “Tidak
seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian
kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang
baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak
sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang
dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya”. Melalui ayat
tersebut, Tuhan sedang memberi gambaran, bahwa: kain yang sudah lama akhirnya akan robek dan
rusak. sekalipun akan ditambal lagi, maka akan robek juga.
Perubahan berarti lahirnya sesuatu yang baru dan benar-benar baru. Perubahan juga berarti
adalah suatu proses untuk maju. Orang yang tidak mau berubah sesungguhnya tidak dapat melihat
sesuatu yang baru dan mempunyai pengalaman baru. Jika dirinya tidak diubahkan seperti kantong
anggur lama yang siap ‘sobek’ karena diisi dengan anggur baru, maka dapat dipastikan apapun yang
baru tidak dapat terakomodasi melainkan akan merusakan dan menghancurkan. Kehadiran Yesus
sendiri di tengah-tengah komunitas orang – orang Yahudi, sangat jelas sekali pengaruhnya, yaitu
membawa perubahan ditengah krisis kepemimpinan dengan konsep yang baru, yaitu kepemimpinan
“Kerajaan Allah”. para pemimpin gereja seharusnya menjadi agen pembuat perubahan, sebagaimana
17
Price, Saran-saran Praktis Untuk Pelayanan Yang Berhasil (Jakarta: Yayasan Imanuel,
1993), 37.
18
Alkitab, New International Version (NIV).
Guthrie, Donald, Teologia Perjanjian Baru I ( Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, J, 2010)
19
78
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
Yesus datang untuk orang-orang yang memiliki visi transformatif dan mengadakan perubahan di bumi
ini.
3. Gembala Sidang dan Transformasi Kepemimpinan
Kepemimpinan Transformatif adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh manajer atau
pemimpin dimana kemampuannya bersifat tidak umum dan diterjemahkan melalui kemampuan untuk
merealisasikan misi, mendorong para anggota untuk melakukan pembelajaran, serta mampu
memberikan inspirasi kepada bawahan mengenai berbagai hal baru yang perlu diketahui dan
dikerjakan.20 Kepemimpinan yang dimaksudkan diatas dapat disebut sebagai kepemimpinan yang
Transformatif, sebab dapat ditemukan bahwa; transformasi pada dasarnya merupakan kemampuan
beradaptasi dengan berbagai-bagai perubahan, sehingga esensi dari kepemimpinan transformatif
adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk membawai orang-orang dan organisasi untuk mampu
beradaptasi dengan lingkungan untuk kesuksesan di masa yang akan datang.
Menurut Wirawan dalam blognya yang berjudul Blog Doktor Wirawan definisi
kepemimpinan transformatif dari Bernard M. Bass dan B.J. Avolo sebagai berikut: Kepemimpinan
transformatif adalah: Individual consideration. Pemimpin mengembangkan orang dengan
menciptakan lingkungan cuaca pendukung, Intellectual simulation. Pemimpin menstimulasi orang
agar kreatif dan inovatif. Pemimpin mendorong para pengikutnya untuk memakai imajinasi mereka
dan untuk melakukan sesuatu yang diterima oleh sistem sosial. Inspirational motivation. Pemimpin
menciptakan gambar jelas mengenai keadaan masa yang akan datang secara optimis dan dapat dicapai
dan mendorong pengikut untuk meningkatkan harapan dan mengikatkan diri kepada visi. Idealized
influence. Pemimpin bertindak sebagai role model atau panutan. Ia menunjukkan keteguhan dan
ketetapan hati dalam mencapai tujuan, mengambil tanggung jawab sepenuhnya untuk tindakannya
dan menunjukkan percaya diri tinggi terhadap visinya.21
Kata “gembala” dalam kaitannya dengan kedudukan seseorang sebagai pemimpin gereja,
dalam Ef. 4:11, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberitapemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar.” Kebanyakan orang
menghubungkan kedua istilah “gembala dan pengajar” sebagai rujukan kepada satu pribadi yang
sama dengan dua pembawaan. Atas dasar anugerah dan ketetapanNya yang kekal, maka Allah
memilih orang-orang yang dikehendakiNya dan diberiNya tanggung jawab melayani umat
pilihanNya. Bahkan atas kehendak bebas Allah. Hal ini memberi suatu pemahaman yang mendalam
bahwa Allah yang berhak dan sesuai dengan ketetapanNya yang penuh hikmat, maka Ia menentukan
siapa yang diperkenan olehNya untuk menggembalakan umatNya. Pentingnya tanggungjawab
pelayanan penggembalaan bagi umat Tuhan, gembala bertanggung -jawab untuk membina,
mengasuh, mengarahkan umat Tuhan dengan penuh kasih.
Gembala sidang harus bisa memelihara domba-domba Allah. Ia harus berusaha untuk
melayani orang lain, bukan untuk dilayani. Konsep ini, telah dibuktikan Tuhan Yesus. Kehadiran
Tuhan Yesus di muka bumi bukan untuk dilayani namun bersedia melayani bahkan memberi
nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang (Mat. 20 : 28). Gembala selalu memiliki pergumulan
atas kesejahteraan domba-domba dan memiliki mata yang selalu terarah melihat ke segala arah untuk
melihat tempat yang berumput hijau, tersedia sumber air yang cukup, tempat istirahat dan aman dari
binatang-binatang buas. Gembala yang benar tidak membiarkan domba-domba yang dituntun dalam
20
Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta : Prenada
Media, 2005), 255-256.
21
http://doktorwirawan.blogspot.com/2008/07/kepemimpinan-transformasional-menurut.html
79
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
bahaya. Penggambaran gembala ini sangat meneguhkan konsep, bahwa: Allah sebagai gembala dan
umatNya sebagai domba (Maz. 23:1; 79:13; 100:3)
Dalam suatu proses kepemimpinan, setiap pemimpin harus berfungsi secara maximal,
dengan harapan dapat mencapai tujuan-tujuan yang akan dicapainya. Adapun fungsi yang harus
dilakukan oleh para gembala sidang sebagai pemimpin, seperti dijelaskan dibawah ini, yaitu :
a. Kepemimpinan gembala sidang sebagai Visitor
Dalam Amsal 29:18 diterangkan, bahwa “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat, Visi
berarti “kemampuan melihat lebih dari keadaan normal, yaitu suatu kemampuan mental untuk
mengimajinasi; dan kemampuan untuk melihat serta memahami sesuatu yang tidak terlihat oleh orang
kebanyakan, dsb.”22 Visi seperti yang diterangkan di atas menjelaskan tentang kekuatan diri
untuk melihat. Maka seorang gembala yang berhasil adalah gembala yang miliki visi. Dari manakah
visi tersebut ? George Barna yang mengatakan bahwa “Vision is a clear and precise mental portrait of
preferable future, imparted by God to His chosen servants, based on accurate understanding of God,
self and circumstances.23 Artinya visi itu jelas dan tepat tentang masa depan adalah visi yang diberikan
oleh Tuhan.
Visi bersifat Ilahiah, berasal dari Allah, yang menuliskan keinginan suci di dalam batin
setiap invidu. Rick Warren berkata, “You exist only because God wills that you exist. You were made
by God and for God – and until you understand that, life will never make sense. Artinya Anda ada
hanya karena Allah menghendaki bahwa Anda ada. Anda diciptakan oleh Allah dan untuk Allah, dan
sampai Anda memahami hidup yang belum dipahami. Jadi, visi adalah sesuatu yang berbicara tentang
melihat. Dari melihat mendapat persepsi tentang apa yang dilihat. Kemudian, ketika dipadukan dengan
pemahaman yang mendasar tentang situasi masa kini dengan pandangan yang menjangkau jauh ke
depan. Maka akan dihasilkan kekuatan penggerak yang mengasilkan karya yang besar dimasa yang
akan dating. Melalui visi yang diterima dari Tuhan, akan menuntun menuju arah yang benar dan
mendorong terus demi tercapainya tujuan Tuhan yang dikehendakiNya.
b. Kepemimpinan gembala sidang sebagai organisator
Kepemimpinan gembala sidang sebagai organisator yang efektif harus mampu mengatur
aktifitas jemaat secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya
tujuan bersama secara maksimal. Gembala sidang dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Menurut Yuki fungsi kepemimpinan adalah usaha
mempengaruhi dan mengarahkan dan memotivasi tinggi terhadap jemaat guna mencapai tujuan
organisasi.
Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam
organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau
kelompok bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian sasaran. Dengan
demikian, inti kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada kedudukannya dalam organisasi,
melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya.
c. Kepemimpinan gembala sidang sebagai Mobilisator
Gembala sidang yang menempatkan diri dan berfungsi sebagai mobilisator, secara langsung
terlibat dan terjun dalam kegiatan-kegiatan yang dipimpinnya. Dalam surat 2 Timotius 2:2
22
Jonathan Swift mengatakan, Vision is the art of seeing things invisible (Andy Stanley,
1999:29).
23
G. Barna, Turning Vision into Action (Malang: Gandum Mas, 1987), 35-36.
80
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
menegaskan; bahwa pemimpin terlebih dahulu menjadi pelaku dan baru kemudian mempercayakan
kepada orang lain yang dapat dipercayai. Tentunya orang yang dipercayai tersebut dapat dipastikan
adalah orang-orang yang sudah dilatih atau dimuridkan. Disinilah gembala sidang benar-benar
memobilisasi jemaat dalam kepemimpinannya.
d. Kepemimpinan gembala sidang sebagai Revolusioner
Gembala sidang berfungsi sebagai pemimpin yang revolusioner, akan melakukan kegerakankegerakan perubahan. Seorang pemimpin revolusioner sejati berjiwa besar, pejuang, pendobrak dan
pemberai dalam menghadapi tantangan dan rintangan . Ia memiliki kepekaan dan tajam dalam
menyikapi situasi dan kondisi, sigap dan tangkas dalam menyelesaikan persoalan. Seorang pemimpin
revolusioner atau pencetak perubahan perlu memahami beberapa hukum atau ketentuan dalam
melakukan perubahan, di antaranya:
1) Melahirkan Pengganti.
“Pemimpin yg lemah khawatir, jika ia membantu para bawahannya, maka posisinya akan
dapat digantikan”. Satu-satunya cara untuk menjadi pemimpin yg tidak tergantikan adalah
menjadikan diri dapat digantikan. Dengan kata lain, jika pemimpin terus memberdayakan dan
membantu orang lain berkembang agar mampu mengambil alih tugas pemimpin maka pemimpin
akan menjadi sedemikian berharga bagi organisasi sehingga tidak tergantikan.
2) Terbuka Terhadap Perubahan.
Berdasarkan sifatnya, pemberdayaan itu membawa perubahan terus-menerus karena
mendorong orang untuk bertumbuh serta berinovasi, John Steinbeck menyatakan “adalah sifat
manusia untuk memprotes terhadap perubahan dengan bertambahnya usia, terutama, perubahan
demi kebaikan”
3) Siap menyerahkan kepemimpinan
Banyak orang mendapatkan nilai pribadi serta harga dirinya dari {pekerjaannya atau
posisinya. Ancamlah untuk mengubah salah satunya, maka dapat mengancam harga dirinya. Itulah
yang menghambat hukum pemberdayaan. Jadi seorang Gembala atau pemimpin perlu untuk
mengembangkan orang lain, menjadikan orang lain pemimpin-pemimpin baru yang dapat
memimpin orang lain. Jika seorang pemimpin dapat melahirkan pemimpin yang sama dengannya
atau bahkan lebih besar darinya, maka pemimpin tersebut memiliki posisi yang tidak dapat
tergantikan, karena pemimpin tersebut telah membantu orang lain mencapai sukses.
4. Mempersiapan Pemimpin Masa Depan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “kaderisasi” berawal dari kata “kader”
yang memiliki pengertian orang yang diharapkan memegang peranan yang penting, sehingga kata
“kaderisasi” oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia ini diberi pengertian sebagai proses atau cara
mendidik, atau membentuk seorang menjadi kader.24 Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan
kaderisasi adalah proses melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Ada banyak perdebatan tentang proses
lahirnya pemimpin; apakah seorang pemimpin dilahirkan sebagai pemimpin atau pemimpin adalah
hasil dari proses pembentukan. Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami tiga teori dasar
lahirnya pemimpin dari perspektif umum:25
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 488.
Agus Lay, Manajemen Pelayanan (Yogyakarta: ANDI, 2006), 84.
25
81
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
a. Teori Genetis adalah “Leaders are born and not made”. Penganut teori ini percaya bahwa
seseorang menjadi pemimpin karena memang dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.
b. Teori Sosial adalah “Leaders are made and not born”. Penganut teori ini percaya bahwa setiap
orang dapat menjadi pemimpin kalau dia memperoleh pendidikan dan pengalaman.
c. Teori Ekologis adalah “perpaduan teori genetic dan teori social”. Penganut teori ini memahami
bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik kalau memang dia memiliki bakat-bakat yang
bersifat genetic. Namun, bakat-bakat ini hanyalah suatu potensi yang perlu dikembangkan lebih
lanjut melalui pendidikan, pengalaman, dan kesempatan.
Kepemimpinan Transformatif adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh manajer atau
pemimpin dimana kemampuannya bersifat tidak umum dan diterjemahkan melalui kemampuan untuk
merealisasikan misi, mendorong para anggota untuk melakukan pembelajaran, serta mampu
memberikan inspirasi kepada bawahan mengenai berbagai hal baru yang perlu diketahui dan
dikerjakan. Transformatif pada dasarnya kemampuan untuk beradaftasi dengan perubahan, sehingga
esensi dari kepemimpinan transformatif adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk membawai
orang-orang dan organisasi untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk kesuksesan di masa
yang akan datang.26
Lahirnya pemimpin-pemimpin dalam Alkitab juga menjadi model atau teori lahirnya
pemimpin. Secara garis besar di bawah ini kita akan membandingkan bagaimana pembentukan
kepemimpinan dalam diri dua tokoh pemimpin Perjanjian Baru: Simon Petrus secara hereditas
(keturunan, bakat, bawaaan) mempunyai suatu potensi yang besar untuk menjadi seorang pemimpin.
Perhatikan ketika Simon Petrus memberi isyarat agar teman-temannya di perahu lain datang
membantunya (Luk. 5:3-10). Andreas datang kepada Simon dan melaporkan, bahwa ia telah bertemu
dengan Mesias (Yoh. 1:41-42). Di tengah kebingungan mengenai siapakah Yesus, Petrus dengan
berani menjawab bahwa Yesus adalah Mesias (Mat. 16:13-19).
Kesuksesan besar seorang pemimpin adalah ketika ia mampu melahirkan pemimpin, untuk
melanjutkan estapet kepemimpinan. George Barna dalam bukunya mengatakan, bahwa konsep
kesuksesan seorang pemimpin selalu diikuti keberhasilannya dalam melahirkan pengganti.27 Dan
langkah pertama untuk mulai memikirkan pemimpin yang akan dilahirkan adalah ketika pertama kali
seorang pemimpin duduk di bangku atau jabatan kepemimpinan.
Dalam buku Servant Leadership tulisan Donal L, Erich Pesiwarissa, dan Augusman .R
dikatakan bahwa seorang pemimpin bukanlah seseorang yang telah dilahirkan untuk itu, tetapi
diperlukan kerja keras dan lingkungan yang tepat untuk dapat belajar serta bertumbuh menjadi
pemimpin yang efektif.28 Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat diciptakan (nuture)
lewat berbagai pelatihan dan pengalaman dalam kurun waktu tertentu di masa hidupnya.
5. Implementasi
Implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan. Artinya kepemimpinan Yesus Kristus
yang dijelaskan panjang lebar dalam Kitab Injil dapat diterapkan dalam tindakan-tindakan oleh para
gembala sidang sekarang ini, yang telah dipercayakan Tuhan umat tebusanNYA untuk terus
melakukan pemuridan dan pengkaderan dalam mempersiapkan pemimpin masa depan. Implimentasi
yang dilakukan oleh seorang gembala sidiang yang berkehendak untuk melahirkan dan
mempersiapkan generasi penerus, harus menciptakan kepemimpinan yang dapat diteladani antara lain:
26
Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Prenada
Media), 2005.
27
George Barna, Leaders On Leadership (Malang: Gandum Mas, 2002), 380.
28
Donald Lantu, 70.
82
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
a. Seorang pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab (Ibr. 13:17)
Banyak orang berpikir bahwa menjadi seorang pemimpin itu menyenangkan, karena hanya
tinggal memerintah bawahan untuk melakukan ini dan itu. Tetapi seorang pemimpin yang baik
memiliki rasa tanggung jawab pada saat mengerjakan apa pun, dan dia tidak akan memiliki sikap ‘asal
perintah.’ Bahkan, seringkali seorang pemimpin harus berdiri di depan untuk menjadi ‘tameng’ saat
terjadi kesalahan tindakan. Bagi seorang gembala sidang, tanggung-jawab menjadi bagian utama
dalam pelaksanaan proses penggembalaan jemaat. Disini, gembala sidang dalam seluruh kegiatan
pelayanan penggembalaan mempersiapkan segala sesuatunya, sebagai wujud tanggung jawabnya
menjadi pemimpin gereja.
b. Kepemimpinan berarti mengesampingkan kepentingan pribadi (II Tim. 2:4)
Seorang pemimpin harus sadar bahwa di pundaknya terletak kepentingan banyak orang,
maka dari itu seorang pemimpin yang baik tidak boleh semata-mata bekerja hanya untuk kepentingan
pribadinya. Bahkan, tidak jarang kepentingan pribadi seorang pemimpin yang baik harus di korbankan
untuk kepentingan orang lain / pelayanan penggembalaannyang di pimpinnya. Pemimpin dengan
kesadaran diri dan kerelaan hati memberikan hidupnya untuk mengabdi pada Tuhan sebagai Tuannya,
dan mengurusi kehidupan spiritual umat Tuhan, bahkan memberikan pelayanan secara menyeluruh
sebagai konsekuensinya.
c. Seorang pemimpin harus lebih memiliki sikap melayani (Luk. 22 : 26)
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kepemimpinan penggembalaan jemaat adalah
kepemimpinan hamba, maka jabatan bukanlah kekuasaan, tetapi kesediaan diri untuk melayani.
Sekalipun mempunyai otoritas untuk memimpin jemaat, seluruh pelaksanaan tanggung jawab didasari
dengan penghambaan diri untuk melayani. Sehingga, semakin tingginya jabatan seorang gembala
untuk memimpin, bukan senakin ringan tanggung jawabnya, tetapi semakin banyak pula apa yang
harus dilakukannya. Ini berarti semakin beragam pula kepentingan pelayanan penggembalaaan yang
harus di pikirkan dan di layaninya.
d. Memiliki nilai kesetiaan yang sangat tinggi (Ibr. 12:3, Fil. 2:5–8)
Keteladanan yang diberikan oleh Yesus Kristus sebagai Gembala Agung adalah kesetiaan
dalam melaksanakan tugas dari BapaNya. Ia rela menanggung penderitaan yang hebat sampai akhir
hidupnya di kayu salib. Jika seorang gembala sidang ingin menunjukkan bahwa dirinya benar-benar
seorang pemimpin, adalah dengan membuktikan kesetiaannya dalam menanggung semua beban dan
menghadapi kesukaran apapun tetap bertahan, teguh, dan tangguh. Jadi, ukuran kesetiaan gembala
sidang dalam kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting. Apabila seorang pemimpin
mengharapkan adanya loyalitas dari orang-orang yang di pimpinnya, maka dia pun harus terlebih
dahulu memiliki kesabaran dan kesetiaan untuk memimpin. Timbal balik kesetiaan antara pimpinan
dengan bawahan dapat di ukur dari seberapa jauh mereka saling memberikan dukungan saat keadaan
baik atau pun buruk. Dukungan tersebut dapat di realisasikan baik secara material atau pun moral.
Yesus bertahan di salib (Rm. 12:2-3). Sehingga ketekunan-Nya memperlihatkan sikap yang perlu
dimiliki orang Kristen khususnya para rasul atau pelayan-pelayan gereja dalam melaksanakan tugas
pelayanannya. Ketekunan diperlukan untuk bisa mengatasi perlawanan dan tantangan yang bakal
datang.
e. Memiliki kerendahan hati (Mat. 11:29)
Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi mengatakan, bahwa Ketika Yesus
didalam dunia dalam wujud sebagai manusia,” ”ia merendahkan dirinya dan taat sampai mati, ya,
83
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
mati pada tiang siksaan.” (Flp. 2:8) hal ini nyata benar, dimana dari sejak masa kanak-kanak. Ia
dibesarkan oleh orang tua yang tidak sempurna tetap dengan rendah hati ”terus tunduk kepada
mereka”. (Luk. 2:51)
Menjadi pemimpin yang rendah hati dan mengedepankan kesederhanaan adalah landasan
bagi keberhasilan yang penuh makna. Memang tidak mudah untuk selalu rendah hati dan memiliki
mentalitas melayani dari hati. Apalagi kalau sudah memiliki kedudukan yang tinggi dengan
tanggungjawab yang besar! bisa terjebak pada dorongan untuk kepentingan nafsu duniawi dan
egoisme pribadi semata, pasti akan mementingkan kepentingan sendiri dan keinginannya justru
dilayani bukan melayani.
Seorang pemimpin penggembalaan yang rendah hati dalam bekerja ia akan senantiasa
berpikir bagaimana dapat mensejahterakan jemaat yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik dapat
menjadi teladan dan menginspirasi anggotanya untuk mengembangkan nilai-nilai pelayanan dari
dalam hati. Sehingga anggota organisasipun dalam bekerja juga berpikir bagaimana bisa memberikan
layanan terbaik, memberikan kontribusi terbaik melalui peran pekerjaannya dalam organisasinya.
Karena setiap orang yang melayani dengan ikhlas berarti telah berpartisipasi menebar rahmat ke
seluruh alam. Itulah tugas terhormat seorang pemimpin.
Jadi, Menjadi seorang pemimpin yang rendah hati memerlukan kesadaran diri yang tinggi
dan pengenalan diri yang dalam, untuk melakukan transformasi diri dengan mengubah pusat diri yang
sebelumnya egoisme dan hawa nafsu, diganti dengan kebeningan hati nurani. Saat pemimpin sadar
bahwa dirinya bukan siapa-siapa di hadapan Tuhan yang adalah segalanya, di sanalah ia memiliki
kerendahan hati. Karena kerendahan hati hanya dapat dimiliki oleh seorang pemimpin jika ia tahu
jelas siapa Allah dan siapa dirinya di hadapan-Nya.
f. Seorang pemimpin bukan ‘superior’ (Ef. 5:21)
Banyak pemimpin yang pada awal proses kepemimpinannya rendah hati kemudian berubah
menjadi tinggi hati. Hal ini seringkali terjadi karena kuasa yang dilekatkan pada diri para pemimpin
tersebut tatkala mereka diberi kepercayaan untuk memimpin orang lain (mempengaruhi, mengajar,
memotivasi, memberdayakan, dan sebagainya).
Gembala Sidang menjadi pemimpin jemaat dalam gereja, karena Allah yang mengijinkan,
karena Allah yang memberi panggilan, karena Allah yang memberi kemampuan. Artinya, apa yang
dimiliki, semua karena anugerah. Maka, tidak ada alasan untuk menjadi tinggi hati dan sombong.
Sebab, yang paling menakutkan dari kesombongan adalah bahwa Allah bukan saja membenci dosa
tersebut, namun secara aktif menentangnya. Ia tidak berdiam diri terhadap orang sombong, namun
berinisiatif melawannya. "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang
rendah hati." (1 Pet. 5:5) "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh ia tidak
akan luput dari hukuman." (Ams. 16:5)
Pemimpin yang baik tidak bersifat kaku dan arogan, tetapi dia memiliki karakter yang
mudah di bentuk dan mau diproses untuk menjadi lebih baik melalui lingkungan sekitarnya, termasuk
oleh bawahan. Saat seorang pemimpin melakukan kesalahan, dia harus berani untuk mengakui
kesalahannya, dan tanpa ragu meminta maaf, walaupun dengan meminta maaf itu ia harus
mengorbankan harga dirinya.
g. Seorang pekerja keras (Tit. 2:7-8)
Arti kerja keras bukanlah dalam arti yang sebenarnya yakni bahwa kita harus benar-benar
bekerja dengan keras, bukan seperti itu. Kerja keras itu menunjukkan semangat yang menyala dan
kemauan untuk memberi batasan pada diri kita sendiri yang sebenarnya bisa kita langgar. Batasan ini
yang menjadi tolak ukur bahwa apakah benar kita bisa keras pada diri kita sendiri atau tidak.
84
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bekerja keras. Ia memiliki etos kerja yang dapat
memberikan contoh langsung kepada orang-orang yang dipimpinnya. Secara sederhana, etos kerja
adalah semua kebiasaan baik yang berkaitan dengan tanggung jawab, ketekunan, semangat, dan
sebagainya. Ciri-ciri seorang pekerja keras:
i) Pantang menyerah, pekerja keras itu memiliki sifat yang pantang menyerah. Tidak diterima
kerja di perusahaan satu, dia bakal melamar ke ratusan perusahaan lainnya. Dia tidak akan
menyerah sampai dia benar-benar mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
ii) Selalu bersungguh-sungguh, tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan. Semuanya dia
kerjakan dengan sungguh-sungguh demi mendapat hasil yang maksimal. Tidak peduli ada bos
yang mengawasi atau tidak, dia tetap akan bekerja dengan sungguh-sungguh.
iii) Memanfaatkan waktu, mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Sekali dia
memiliki waktu luang, dia akan memanfaatkannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum
selesai. Dia tidak akan membuang-buang waktu hanya untuk bermalas-malasan.
iv) Ulet, tekun, rajin, dan disiplin. Orang yang masuk sebagai pekerja keras itu memiliki sifat yang
ulet, tekun, rajin, dan disiplin. Karena dengan keempat sifat tersebutlah orang pekerja keras itu
terlihat berbeda dibanding pekerja lainnya. Apakah kamu sudah ulet, tekun, rajin, dan disiplin?
v) Tidak mengeluh, orang pekerja keras tidak akan mengeluhkan pekerjaannya. Dia tetap
bersyukur dengan apa yang sudah didapat. Jika memang merasa kurang, dia lebih memilih
mencari pekerjaan tambahan untuk menutupi kekurangan tersebut. Mengeluh tidak ada
gunanya!
Di sinilah dapat disimpulkan, bahwa menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah. Kadang
ia harus bekerja keras di luar batas kemampuannya. Jam kerjanya mungkin lebih dari 24 jam,
karena setelah bekerja ia masih harus memikul tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, di mana
saja dan kapan saja. Itulah sebabnya sebagai seorang pemimpin tidak berbicara tentang teori -teori
tertentu, atau tips-tips tertentu, tetapi tetapi justru harus mampu mempraktekkan teori-teori yang di
milikinya terlebih dahulu agar dapat di ikuti oleh orang lain / bawahan.
h. Menjadi motivator yang baik (Yes. 50:4)
Adakalanya orang yang di pimpin mengalami demotivasi, atau penurunan motivasi, karena
suatu hal atau yang lain, sedangkan motivasi dalam pekerjaan sangat berpengaruh bagi kelangsungan
suatu organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin yang baik harus siap untuk memotivasi dan
meningkatkan kembali gairah dan optimisme orang-orang yang di pimpinnya kapan saja mereka
membutuhkannya. Tidak ada istilah ‘penurunan motivasi’ di dalam kamus seorang pemimpin yang
baik. Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan,
karena memimpin adalah memotivasi. Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan orang
lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan. Sebab
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan bergantung
pada bagaimana pemimpin dapat menciptakan motivasi terhadap orang yang dipimpin melalui gaya
kepemimpinan yang dibangun dalam dirinya. Sehingga pengikut yang termotivasi akan berusaha
mencapai tujuan secara sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan.
i. Pemimpin bekerja Team (Maz. 133)
Bekerja bersama merupakan bagian penting dari kepemimpinan . Tanpa adanya
kebersamaaan dalam satu team yang baik, maka tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin tidak akan
berhasil dengan baik. Bekerja team adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai
85
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
tujuan yang sama pula. Bekerja bersama ini membutuhkan banyak keahlian, agar bisa berjalan dengan
baik dan lancar. Keahlian diterapkan untuk pencapaian tujuan bersama.
Seorang pemimpin yang baik harus dapat lebih memandang orang-orang yang di pimpinnya
sebagai rekan kerja dalam tim, dari pada memandang mereka semata-mata sebagai ‘bawahan’.
Pemimpin harus mampu menyatukan seluruh jiwa, hati, dan pikiran mereka untuk kemajuan orang
lain, melalui penghargaan, kepercayaan, kemauan untuk mendengarkan, dan kepekaan hati nurani,
maka seorang pemimpin akan dihargai. Dengan pemahaman dan kesadaran tersebut diatas, seorang
pemimpin yang baik tidak akan melakukan segala sesuatunya sendiri, melainkan membutuhkan
bantuan dari orang lain, termasuk orang-orang yang di pimpinnya.
D. KESIMPULAN
Dari penjelasan panjang lebar tentang kepemimpinan Yesus Kristus menurut Kitab Injil dan
Implementasinya dalam kepemimpinan gembala sidang mempersiapkan pemimpim masa depan, ada
beberapa poin penting yang dapat dicatat, yaitu: Betapa pentingnya para gembala memiliki
pemahaman yang benar tentang kepemimpinan Yesus Kristus sebagaimana diceritakan dalam Kitab
Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Pemahaman yang dimiliki mempunyai peranan dan
pengaruh yang besar dalam mempersiapkan pemimpin masa depan. Para Gembala sangat perlu
memiliki motifasi dan semangat yang tinggi dalam mempersiapkan pemimpin masa depan.
86
JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SHIFTKEY 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab. New International Version (NIV).
Barna, George. Leaders On Leadership. Malang: Gandum Mas, 2002.
Donald, Guthrie. Teologia Perjanjian Baru I. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2010
Keating J. Charles J. Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya.Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Lay, Agus. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: ANDI, 2006.
Maxwell, C. Jhon. Mengembangkan Kepemimpinan Didalam Diri Anda Jakarta: Binarupa Aksara,
1995
Meyers, M. H. MAF Leadership Resource Note Book. California:___ 1989.
Munthe, A. Panggilan dan Tugas Penatalayanan Gereja. Medan:___. 2005.
Price, Saran-saran Praktis Untuk Pelayanan Yang Berhasil, Jakarta: Yayasan Imanuel, 1993.
Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan Rohani. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974.
Sessoms, Richard Sessoms. Kepemimpinan Kristen dalam abad XXI, Makalah. Jakarta.____ 1997
Sule, Ernie Tisnawati & Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media, 2005.
Tidball, Derek. J. Teologi Penggembalaan. Malang: Gandum Mas, 1995.
Tomatala, Yakob. Kepemimpinan Yang Dinamis. Gandum Mas: Malang, 1997.16.
87
Download