JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 TRANSFORMASI KEPEMIMPINAN YESUS TERHADAP KEPEMIMPINAN GEMBALA SIDANG DALAM MEMPERSIAPKAN PEMIMPIN MASA DEPAN Joko Santoso (Dosen Prodi Pendidikan Agama Kristen, [email protected]) Abstraksi Tampilnya seorang pemimpin yang diharapkan, sebenarnya tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam menyikapi dan mangatasi masalah sosial dan politik yang memang sangat dibutuhkan di saat timbul ketegangan, perubahan-perubahan dan adaptasi. Dalam penelitian ini, peneliti hendak memunculkan bentuk lain dari kepemimpinan yang telah ada disetiap masa. Yaitu kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang tokoh sepanjang zaman dan tidak pernah usang oleh waktu, yaitu Yesus Kristus yang diperkenalkan melalui Alkitab, terutama dalam Injil Sinoptik. Di mana seluruh kepemimpinan Yesus Kristus memancarkan bentuk kepemimpinan yang sangat berbeda, yaitu pemimpin yang tidak mempertahankan posisi sebagai pemimpin selama mungkin atau sedapat mungkin. Melainkan Ia telah mempersiapkan para murid-Nya untuk menjadi pemimpin-pemimpin besar masa depan handal, hebat, yang berhasil dan melakukan hal-hal yang lebih besar dari apa yang Yesus lakukan sebelumnya, seperti yang diungkapkan dalam Injil Yohanes 14:12. A. PENDAHULUAN Melihat adanya indikasi pandangan yang berbeda-beda berkenaan dengan kepemimpinan, maka, setiap pemimpin yang ingin memimpin dengan benar dan tepat sasaran, perlu memiliki pemahaman yang sesuai dengan dasar dan landasan kepemimpinan. Terlebih, dalam kepemimpinan Kristen, seorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang selaras dengan ajaran Alkitab dan bersedia belajar pada guru yang Agung, yaitu Yesus Kristus, sebagaimana diajarkan dalam Injil. Sedangkan berkenaan dengan tema di atas melalui kitab Injil, diharapkan akan mentransformasi pemahaman yang benar, menyeluruh dan tuntas bagi para gembala sidang dalam memahami makna kepemimpinan Yesus Kristus. Berangkat dari pemahaman yang benar tentang kepemimpinan Yesus, maka diharapkan para gembala sidang memiliki semangat dalam mempersiapkan pemimpin masa depan. B. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan cara penelusuran studi pustaka, yaitu mengunakan paradigma iman yang bersumber pada Alkitab. Sedangkan, Metode yang digunakan dengan studi biblika bersifat teologis dan topikal. Yaitu mendeskripsikan suatu ajaran dari Alkitab. Bambang Subagyo menjelaskan metode teologis sebagai berikut: “Metode yang mengatur ajaran sebuah kitab sesuai dengan doktrin-doktrin yang dibicarakan dan menjelaskan tekanan spiritualnya. Metode ini memiliki tiga aspek, yaitu penentuan anggapan dasar yang mendasari pengajaran dalam kitab, pengaturan topik ajaran yang menonjol, dan penanganan secara terpisah bagian-bagian kitab yang bersifat doktrin”. Selanjutnya, peneliti membuat anggapan-anggapan dasar penelitian, mengklasifikasikan ayat atau teks Alkitab ke dalam topik-topik tertentu sesuai dengan tema utama penelitian. Metode ini mencakup pengumpulan semua teks Alkitab yang sesuai dengan tema penelitian, mengelompokkan frase ke dalam topik tertentu, menjelaskan frase tersebut, dan akhirnya menarik kesimpulan. C. PEMBAHASAN Pemahaman tentang kepemimpinan merupakan hal yang penting. Jhon C. Maxwell berpendapat, bahwa: “Setiap orang membicarakannya, hanya sedikit yang memahaminya. Kebanyakan 72 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 orang menginginkannya; hanya sedikit yang mencapainya.”1 peneliti sependapat dengan statemen tersebut di atas. Merupakan suatu gagasan yang sangat tepat berkaitan dengan sejauh atau sedalam apa sebenarkan pemahaman tentang hakekat kepemimpinan yang sebenarnya, sehingga dalam prakteknya tidak ditemukan hasil-hasil yang diharapkan dari kepemimpinan itu sendiri. Itulah sebabnya, betapa penting memiliki pemahaman tentang hakekat kepemimpinan dengan baik, tepat dan benar. 1. Pentingnya Pemahaman Kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan instrumen untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi.2 Dengan adanya kepemimpinan maka ada kekuatan yang menggerakkan (faktor manusia) ke arah tujuan yang telah direncanakan. Jadi kepemimpinan adalah suatu proses dimana pemimpin mempengaruhi, menentukan, mengarahkan, dan memberdayakan anggota-anggota melalui kerjasama. untuk melakukan sesuatu yang diyakini harus dilakukan. Secara Praktis, menurut Yakob Tomatala dalam tulisannya mendefinisikan kepemimpinan dapat dipahami dari beberapa pandangan, yaitu:3 Kepemimpinan adalah seni bekerja (tahu, mau dan aktif bekerja) bersama dan melalui orang lain. Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai seni pemenuhan kebutuhan orang yang dipimpin dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Dan kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai seni mempengaruhi dan menggerakan orang untuk bekerja sama secara terkoordinasi, dimana semua orang bergerak untuk melakukan tugasnya dengan baik berdasarkan program yang telah dicanangkan dalam kinerja keorganisasian secara menyeluruh. Menurut Charles J. Keating, “Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau kelompok orang untuk tujuan bersama.” Penekanan Carles pada “seorang pemimpin kekuatannya terdapat pada pengaruh.” 4 Sedangkan , John R. Mott menyatakan bahwa: “Seorang pemimpin adalah seorang mengenal jalan dan berjalan terus ke depan serta dapat menarik orang lain mengikuti dia.”5 ini yang berarti kekuatannya terletak pada bagaimana pemimpin mempunyai visi yang kuat sehingga membuat orang-orang yang dipimpinnya mengikuti jejaknya. Adapun, Lord Montgomery mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak untuk mengarahkan orang laki-laki dan perempuan untuk satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan.6 Disini kekuatan seorang pemimpin dalam memberi kenyakinan atau suatu harapan yang pasti bagi pengikutnya. Adapun kepemimpinan pada umumnya difahami orang Kristen dapat dijabarkan dari dua perspektif, yang diantaranya adalah: kepemimpinan perspektif umum dan kepemimpinan perspektif Alkitab. a. Kepemimpinan Persepektif Umum Pemimpin dan kepemimpinan dapat dikatakan seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dimana disepanjang jaman selalu menjadi bahan pembicaraan yang tidak pernah usang dan selalu terjadi perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah 1 Jhon C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di dalam Diri Anda (Jakarta: Binarupa Aksara, 1995), 1. 2 Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis (Gandum Mas: Malang, 1997), 16. 3 Ibid., 32-35. 4 Charles J. Keating. Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya (Yogyakarta: Kanisius. 1996), 9. 5 M. H. Meyers. MAF Leadership Resource Note Book (California, 1989), 9. 6 J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974), 20. 73 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Kemudian, pemimpin juga disebut sebagai suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Pemimpin harus mampu memberi pengaruh terhadap orang – orang yang dipimpin. Artinya, dapat memberi dampak untuk mengikuti apa yang menjadi tujuan dan mencapai harapan. Di samping itu, pemimpin juga harus mempunyai wawasan yang luas dalam menangkap segala sesuatu, yang kemudian diterjemahkan dan diteruskan kepada bawahannya dalam bentuk gambaran-gambaran riil dari suatu pencapaian tujuan. Charles J. Keating, “Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau kelompok orang untuk tujuan bersama.”7 Dan John R. Mott menyatakan bahwa: “Seorang pemimpin adalah seorang mengenal jalan dan berjalan terus ke depan serta dapat menarik orang lain mengikuti dia. Pendapat keduanya memperkuat pendapat para pakar lainnya, supaya dalam kepemimpinan tersebut ; pemimpin membawa semua orang yang dipimpinannya memiliki pemahaman yang sama untuk bersatu dan bekerja bersama mencapai tujuan. Bahkan mampu membuat orang- orang yang ada dibawahnya mempunyai kepercayaaan yang kuat akan pemimpinnya, seperti ”8 Lord Montgomery mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak untuk mengarahkan orang laki-laki dan perempuan untuk satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan.9 Jadi dapat disimpulkan definisi kepemimpinan berdasarkan perspektif umum adalah suatu proses yang ditentukan oleh kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi sebanyak mungkin orang, demi tercapainya sebuah tujuan. b. Kepemimpinan Perspektif Alkitab Pada prinsipnya, kepemimpinan Kristen memiliki kesamaan dengan kepemimpinan umum, yaitu sebuah proses terencana yang dinamis. Yang membedakan dalam konteks kepemimpinan kristiani ada pada proses dan dinamikanya karena kepemimpinan tersebut merupakan rencana dan campur tangan Tuhan. Dalam Kepemimpinan Kristen, seluruh kegiatan kepemimpinan berdasarkan pada kehendak Allah dan dalam pencapaiannya adalah dilakukan sesuai dengan tujuan Allah. Definisi kepemimpinan perspektif Alkitab dapat dipahami dari beberapa pandangan tokoh kepemimpinan Kristen, di antaranya adalah: Dr. Yakob Tomatala, yang mengatakan bahwa kepemimpinan Kristen adalah “suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen yang di dalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin untuk memimpin umatnya guna mancapai tujuan Allah.10 Disini dijelaskan bahwa; Tuhan dengan rencanaNya menunjuk seseorang untuk memimpin sesuai dengan kehendakNya. Oswald Sander dalam tulisannya mengatakan bahwa: Kepemimpinan dalam perspektif Alkitab adalah sebuah campuran antara sifat-sifat alamiah dan rohaniah. Sifat alamiah yang bukan timbul begitu saja, melainkan diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu sifat-sifat ini akan mencapai efektifitasnya yang tertinggi jika digunakan di dalam melayani Allah dan untuk kemulianNya.11 Sedangkan Oswald melihat dari dua sisi yang saling terkait dalam diri seseorang untuk digunakan dalam suatu pelayanan secara efektif. Robert Clinton mendefinisikan kepemimpinan yaitu: “Kepemimpinan (Kristen) ialah suatu proses terencana yang dinamis yang di dalamnya seorang pemimpin dengan kapasitas dan tanggungjawab pemberian Allah memimpin (menggerakkan) suatu 7 Charles J. Keating. Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya (Yogyakarta: Kanisius. 1996), 9. 8 M. H. Meyers. MAF Leadership Resource Note Book (California, 1989), 9. J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974), 20. 10 Yakob Tomatala, 29. 11 J. Oswald Sanders, 2. 9 74 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 kelompok orang atau para bawahan ke arah tujuan Allah yang menguntungkan pemimpin dan bawahan.”12 2. Kepemimpinan Yesus Kristus. Di dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kita jumpai orang-orang yang begitu antusias untuk menjadi seorang pemimpin. Banyak dari mereka yang pada akhirnya dapat menjadi seorang pemimpin yang di segani dan di hormati. Namun tidak jarang pula ada orang-orang yang ‘berhasil’ menjadi pemimpin, tetapi tidak menjadi panutan bagi orang-orang yang di pimpinnya. Dari depan mereka tampak di takuti dan di hormati, tetapi tanpa di sadari orang-orang yang di pimpinnya mengejek dari belakang. Hal ini di sebabkan orang-orang tersebut tidak mengerti bagaimana seharunya menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin pasti menjadi contoh bagi setiap orang yang di pimpinnya. Yang menjadi tolok ukur keteladanan seorang pemimpin adalah apakah dia memberikan contoh yang baik kepada orang-orang yang di pimpinnya. Apa yang menjadi harapan serta apa yang di katakannya kepada bawahan sudah di lakukan oleh dirinya terlebih dahulu. Ada istilah istilah ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’. Di dalam ilmu kepemimpinan, hal ini pun berlaku, artinya profil seorang pemimpin dapat terlihat dari prilaku orang-orang yang di pimpinnya dan sebaliknya. Sebagai contoh, apabila seorang pemimpin suka berbuat semena-mena pada bawahannya, maka pada suatu saat, ketika si bawahan menjadi seorang pemimpin, ia pun akan cenderung berbuat semena-mena pada orang lain. Tetapi sebaliknya, bila seorang pemimpin memiliki sifat yang rendah hati pada bawahannya, maka bawahan itu pun cenderung memiliki sifat yang rendah hati pada orang lain. Dalam bukunya, “Kepemimpinan Yesus Sang Almasih” Dr. Anthony D’souza mengatakan: “Jika para pemimpin ingin menunjukkan kepemimpinan yang sejati dan melakukan sesuatu yang sungguh berbeda, mereka harus belajar menghadirkan cara kepemimpinan Yesus.” Pernyataan tersebut merupakan sebuah kalimat yang menarik bagi kelompok kami dan menjadi alasan utama pemilihan buku ini sebagai materi yang cocok untuk dibahas bersama. Sosok Yesus merupakan sosok pemimpin yang ideal.13 Dalam kepemimpinan Yesus menunjukkan model yang berbeda dengan kepemimpinan pada umumnya. Yesus memberi keteladanan hidup, ini merupakan ciri khusus yang tidak sama dengan pemimpin manapun, yaitu Dia memberikan hidup sepenuhnya demi keselamatan dan keberhasilan semua pengikutNya. Ada 4 (empat) hal yang perlu dibangun oleh seorang pemimpin Kristen dalam meneladani Yesus Kristus kepemimpinanNya, yaitu menjadikan: (1) Yesus sebagai teladan – artinya, kepemimpinan Yesus Kristus mutlak harus dijadikan contoh dalam proses kepemimpinan gembala sidang dalam penggembalaan jemaat; (2) Kitab Injil sebagai dasar – artinya, Kitab Injil merupakan sumber landasan dan dasar kehidupan yang ideal dan sejati dalam diri setiap pemimpin kristen; (3) Tubuh Kristus menjadi Sentral – artinya; Semua sasaran dan perencanaan kepemimpinan gereja bertujuan membangun jemaat dan orientasi pelayanan untuk kepentingan tubuh Kristus. (4) Kehidupan Yesus Kristus – Hidup Yesus Kristus merupakan gaya hidup tubuh Kristus dalam seluruh proses kepemimpinan gereja dalam penggembalaan jemaat. Selanjutnya, dalam penelitian ini, peneliti mengkaji data tentang kepemimpinan Yesus menurut Kitab Injil. Peneliti mencoba mengambil data penelitian tentang kepemimpinan dari kepemimpinanYesus Kristus yang diterangkan menurut Kitab. Dalam Injil Matius diketemukan, bahwa: Pribadi Yesus Kristus dikedepankan sebagai Mesias dan Anak Allah, hal ini dapat dilihat dari bukti ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan (Mat 1:1-17). Injil Markus; mengedepankan Yesus 12 Richard Sessoms, Kepemimpinan Kristen dalam abad XXI: Makalah (Jakarta. 1997), 1. Anthony D’Souza, Kepemimpinan Yesus Sang Almasih. 13 75 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Kristus sebagai hamba, hal ini terlihat dari penulisan Markus memperkenalkan Yesus sebagai hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh peristiwa pemulaan Yesus (Mar. 8:27-9:10). Selanjutnya, Injil Lukas mengedepankan Yesus Kristus sebagai Juru selamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan. Dan Injil Yohanes mengedepankan Yesus Kristus sebagai Anak Allah. Sedangkan bagian-bagian lain dari Alkitab yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, akan dijadikan pembanding dan penunjang atau pelengkap. Dari keterangan di atas, ke empat Injil memberi gambaran seperti apa bentuk kepemimpinan Yesus Kristus selama dalam pelayanananNya di bumi ini. Masing-masing Injil memberikan sumbangsih penekanan seperti apa Yesus Kristus memimpin murid-muridNya dan mengajar mereka bagaimana menjadi pemimpin yang sejati. Di sini Yesus ingin mentransformasi murid-muridNya agar kelak, saat mereka harus berdiri sebagai pemimpin, telah memiliki niali-nilai keteladanan hidup sebagai pemimpin - pemimpin masa depan seperti yang telah diajarkan. Kepemimpinan Yesus Kristus yang diterangkan dalam ke empat Injil, peneliti menyoroti pada beberapa bentuk kepemimpinan Yesus Kristus yang dipandang dapat di transfer kepada para gembala sidang untuk memimpin penggembalaan jemaat di masa sekarang, dan selanjutnya diteruskan kepada generasi berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh rasul Paulus kepada Timotius dalam surat 2 Tim. 2: 2. “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.“ dan Surat Flp. 4: 9, “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Apa yang telah dipelajari, diterima, didengar dan dilihat, dilakukan. Ini merupakan seruan rasul Paulus agar semua pembaca mengerti dan melakukannya. Seperti apakah kepemimpinan yang Yesus Kristus diajarkan kepada murid – muridNya dan yang diteruskan hingga sekarang? Antara lain diterangkan di bawah ini: a. Kepemimpinan Sebagai Gembala. Pertama-tama dapat kita jumpai berbicara tentang kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus dalam kepemimpinanNya, mengarah pada pribadi sebagai gembala. Hal ini diteguhkan oleh perkataanNya sendiri dalam Injil Yohanes 10: 11; Dimana Tuhan Yesus mengatakan: “Akulah gembala yang baik, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” Yesus sebagai gembala rela mati di kayu salib dan kemudian bangkit untuk menyelamatkan umat manusia. Yesus adalah gembala yang baik dan kita adalah domba-domba-Nya. Seorang gembala dalam mewujudkan kepemimpinannya bagi domba –dombanya dan memberikan apa yang menjadi kebutuhannya; yaitu: perlindungan, bimbingan/tuntunan, kebutuhan hidup dan mengantar ke tempat istirahat. Selanjutnya, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (menjadi diakonos) dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:28). Ayat tersebut merupakan penyataan Tuhan Yesus tentang bagaimana seorang pemimpin sejati, yaitu pemimpin yang berani memberikan hidupnya bagi pengikutnya. Ini adalah tanda yang dimiliki seorang gembala. Gembala Yang Baik yaitu Yesus. Ia berjalan didepan untuk memimpin domba – dombaNYA ke padang rumput yang hijau dan air yang tenang. Ia juga memberikan perlindungan bagi dombadombanya dari binatang yang buas dan bahaya lainnya. Kepemimpinan Yesus Kristus sebagai gembala memberikan gambaran bagaimana seorang pemimpin harus mempimpin, yaitu menginfestasikan diri sepenuhnya bagi kepentingan orang orang yang dipimpinnya. Apapun Ia berikan, bahkan hidupNYA dikorbankan di kayu salib, demi keselamatan domba-dombaNYA agar berhasil dalam mencapai tujuan. Yesus adalah seorang pemimpin yang tahu dan memahami 76 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 kebutuhan umat-Nya. Ungkapan Yesus “Akulah Gembala Yang Baik”, seakan menjadi jawaban atas pertanyaan mengapa Dia sampai berkorban di kayu salib. Dia ingin menyatakan lewat tindakanNya bahwa Dia adalah pemimpin yang setia, Dia ingin semua orang tahu dan mengikuti keteladanan yang Ia berikan (bnd. Mat. 18 : 12, Luk. 15:4, Yoh. 10:11). Gembala selalu menjaga dombaNya dalam satu kawanan supaya tidak ada yang tersesat14 b. Kepemimpinan Sebagai Guru Kepemimpinan yang diajarkan oleh Yesus Kristus adalah kepemimpanan sebagai guru yang memberi pendidikan atau kecerdasan bagi murid - muridNya. Dalam Injil Matius 11:28 – 30; Yesus mengatakan, bahwa Tuhan mengundang setiap orang untuk datang kepadaNYA agar beroleh kelegaan. Tetapi tidak hanya itu saja, selanjutnya mengajak kepada setiap orang untuk belajar kepadaNya. Tentunya ada pemahaman dan pengetahuan tentang rahasia hidup yang sejati yang hendak diajarkan, sehingga orang-orang yang menerimanya dapat menikmati dasyatnya pengajaranNya ( 2Tim. 3:16 – 17, 2 Kor. 5: 17) “Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Markus 10: 17), dinyatakan bahwa Yesus adalah guru yang baik yang memimpin orang kepada kehidupan yang kekal. Itulah sebabnya disepanjang hidupNya selalu mengajar dan mendidik orang banyak agar hidup benar. Yesus Kristus adalah pemimpin yang mencerdaskan pengikutNya, tidak seperti kebanyakan pemimpin yang membodohi bawahannya agar dapat terus diperbudak atau tunduk pada dirinya. Yesus Kristus menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan yang tidak dimengerti oleh pengikutNya, supaya dapat menghadapi dan mengatasi apapun juga. Itulah sebabnya, rahasia yang harus diketahui oleh pengikutNya, selalu diajarkan. Inilah bukti yang luar biasa yang dapat diambil hikmatnya. Teologi penggembalaan Perjanjian Baru terdiri atas dua untai. Satu untai yang eksplisit berkaitan dengan hakekat dan keadaan gereja dan berbicara secara langsung tentang pelayanannya. 15 Selanjutnya dikatakan ; Tanggung jawab pelayanan sebagai pendeta (gembala sidang) hanyalah tugas yang sederhana untuk menjabarkan kasih perjanjian Allah kedalam sikap dan tindakan manusia yang khusus meneguhkan kasih itu dalam kehidupan manusia seseorang.16 Kepemimpinan seorang guru pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap invididu yang dipengaruhinya. Yesus Kristus dalam kepemimpinanNya memberikan teladan melalui kehidupan dan pengajaranNya. Bahkan karena kedekatanNya dengan pengikutNya, apapun yang dilakukanNya tidak ada yang tersebunyi. Semua terbuka lebar tanpa ada yang dirahasiakan. c. Kepemimpinan Sebagai Hamba Yesus berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu,” hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mar. 10:43,44). Yesus mengajukan syarat yang konkret. Ingin menjadi besar, harus menjadi pelayan. Ingin menjadi terkemuka, harus menjadi hamba. Dalam Alkitab versi King James, kata "pemimpin" muncul hanya enam kali, tiga kali dalam bentuk tunggal dan tiga kali dalam bentuk plural. Yang menarik, konsep pemimpin dalam Alkitab muncul dengan terminologi yang berbedabeda. Yang paling sering dipakai adalah "pelayan" atau "hamba". Allah tidak menyebut, "Musa, pemimpin-Ku" tetapi "Musa, hamba-Ku". Jadi konsep pemimpin di dalam Alkitab adalah hamba. 14 A. Munthe, Panggilan dan Tugas Penatalayanan Gereja (Medan: 2005), 4. Derek. J Tidball, Teologi Penggembalaan (Malang : Gandum Mas, 1995), 63. 16 Ibid, 63. 15 77 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Citra seorang pemimpin sebagai hamba membuahkan teladan di tengah-tengah jemaat sebagaimana contoh pelayanan Tuhan Yesus kepada semua orang. Dia mengatakan: “ Aku telah memberikan suatu teladan bagi kamu” (Yoh. 13:15). Dengan demikian seluruh kehidupan Tuhan Yesus yang dilukiskan dalam kitab-kitab Injil merupakan teladan untuk para pelayan gereja. Dan sejalan dengan pandangan Injil, surat-surat pastoral menyatakan bahwa keteladanan tersebut perlu diwujudkan dalam kasih, perkataan dan perbuatan atau tindakan.17 Yesus Kristus dalam kepemimpiannnya sebagai hamba, dapat dengan jelas dijumpai dalam perjalanan sepanjang hidupNya. Bapa di Surga memberi peneguhan melalui Injil Matius 12:18 “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.” Ayat tersebut jelas berbicara tentang Yesus adalah hamba yang dipilih Allah untuk melakukan tugas yang mulia, dengan tugas khusus yaitu menyelamatkan manusia dari kebinasaan (Luk. 19: 10). Disini Ia sekalipun pemimpin tetapi pemimpin yang menghambakan diri. Dan Yesus berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu,” hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mar. 10:43,44). Kata "ingin" dan "hendaklah" dalam ayat di atas berasal dari kata "want" dan "must" dalam bahasa Inggris.18 Jadi yang lebih tepat adalah "ingin" dan "harus." Kepemimpinan Kristen adalah suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tempat, dan situasi khusus) yang didalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk memimpin umat-Nya (dalam pengelompokan diri sebagai suatu institusi /organisasi) guna mencapai tujuan-Nya (yang membawa keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup) bagi dan melalui umat-Nya untuk kejayaan kerajaan-Nya.19 d. Kepemimpinan Sebagai Pencetak Perubahan Dalam bagian ini Yesus Kristus dalam kepemimpinanNya, mengajar kepada para murid-Nya untuk menjadi agen perubahan. Sebagaimana dinyatakan dalam Matius 9:16-17, yaitu: “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya”. Melalui ayat tersebut, Tuhan sedang memberi gambaran, bahwa: kain yang sudah lama akhirnya akan robek dan rusak. sekalipun akan ditambal lagi, maka akan robek juga. Perubahan berarti lahirnya sesuatu yang baru dan benar-benar baru. Perubahan juga berarti adalah suatu proses untuk maju. Orang yang tidak mau berubah sesungguhnya tidak dapat melihat sesuatu yang baru dan mempunyai pengalaman baru. Jika dirinya tidak diubahkan seperti kantong anggur lama yang siap ‘sobek’ karena diisi dengan anggur baru, maka dapat dipastikan apapun yang baru tidak dapat terakomodasi melainkan akan merusakan dan menghancurkan. Kehadiran Yesus sendiri di tengah-tengah komunitas orang – orang Yahudi, sangat jelas sekali pengaruhnya, yaitu membawa perubahan ditengah krisis kepemimpinan dengan konsep yang baru, yaitu kepemimpinan “Kerajaan Allah”. para pemimpin gereja seharusnya menjadi agen pembuat perubahan, sebagaimana 17 Price, Saran-saran Praktis Untuk Pelayanan Yang Berhasil (Jakarta: Yayasan Imanuel, 1993), 37. 18 Alkitab, New International Version (NIV). Guthrie, Donald, Teologia Perjanjian Baru I ( Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, J, 2010) 19 78 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Yesus datang untuk orang-orang yang memiliki visi transformatif dan mengadakan perubahan di bumi ini. 3. Gembala Sidang dan Transformasi Kepemimpinan Kepemimpinan Transformatif adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh manajer atau pemimpin dimana kemampuannya bersifat tidak umum dan diterjemahkan melalui kemampuan untuk merealisasikan misi, mendorong para anggota untuk melakukan pembelajaran, serta mampu memberikan inspirasi kepada bawahan mengenai berbagai hal baru yang perlu diketahui dan dikerjakan.20 Kepemimpinan yang dimaksudkan diatas dapat disebut sebagai kepemimpinan yang Transformatif, sebab dapat ditemukan bahwa; transformasi pada dasarnya merupakan kemampuan beradaptasi dengan berbagai-bagai perubahan, sehingga esensi dari kepemimpinan transformatif adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk membawai orang-orang dan organisasi untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk kesuksesan di masa yang akan datang. Menurut Wirawan dalam blognya yang berjudul Blog Doktor Wirawan definisi kepemimpinan transformatif dari Bernard M. Bass dan B.J. Avolo sebagai berikut: Kepemimpinan transformatif adalah: Individual consideration. Pemimpin mengembangkan orang dengan menciptakan lingkungan cuaca pendukung, Intellectual simulation. Pemimpin menstimulasi orang agar kreatif dan inovatif. Pemimpin mendorong para pengikutnya untuk memakai imajinasi mereka dan untuk melakukan sesuatu yang diterima oleh sistem sosial. Inspirational motivation. Pemimpin menciptakan gambar jelas mengenai keadaan masa yang akan datang secara optimis dan dapat dicapai dan mendorong pengikut untuk meningkatkan harapan dan mengikatkan diri kepada visi. Idealized influence. Pemimpin bertindak sebagai role model atau panutan. Ia menunjukkan keteguhan dan ketetapan hati dalam mencapai tujuan, mengambil tanggung jawab sepenuhnya untuk tindakannya dan menunjukkan percaya diri tinggi terhadap visinya.21 Kata “gembala” dalam kaitannya dengan kedudukan seseorang sebagai pemimpin gereja, dalam Ef. 4:11, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberitapemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar.” Kebanyakan orang menghubungkan kedua istilah “gembala dan pengajar” sebagai rujukan kepada satu pribadi yang sama dengan dua pembawaan. Atas dasar anugerah dan ketetapanNya yang kekal, maka Allah memilih orang-orang yang dikehendakiNya dan diberiNya tanggung jawab melayani umat pilihanNya. Bahkan atas kehendak bebas Allah. Hal ini memberi suatu pemahaman yang mendalam bahwa Allah yang berhak dan sesuai dengan ketetapanNya yang penuh hikmat, maka Ia menentukan siapa yang diperkenan olehNya untuk menggembalakan umatNya. Pentingnya tanggungjawab pelayanan penggembalaan bagi umat Tuhan, gembala bertanggung -jawab untuk membina, mengasuh, mengarahkan umat Tuhan dengan penuh kasih. Gembala sidang harus bisa memelihara domba-domba Allah. Ia harus berusaha untuk melayani orang lain, bukan untuk dilayani. Konsep ini, telah dibuktikan Tuhan Yesus. Kehadiran Tuhan Yesus di muka bumi bukan untuk dilayani namun bersedia melayani bahkan memberi nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang (Mat. 20 : 28). Gembala selalu memiliki pergumulan atas kesejahteraan domba-domba dan memiliki mata yang selalu terarah melihat ke segala arah untuk melihat tempat yang berumput hijau, tersedia sumber air yang cukup, tempat istirahat dan aman dari binatang-binatang buas. Gembala yang benar tidak membiarkan domba-domba yang dituntun dalam 20 Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta : Prenada Media, 2005), 255-256. 21 http://doktorwirawan.blogspot.com/2008/07/kepemimpinan-transformasional-menurut.html 79 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 bahaya. Penggambaran gembala ini sangat meneguhkan konsep, bahwa: Allah sebagai gembala dan umatNya sebagai domba (Maz. 23:1; 79:13; 100:3) Dalam suatu proses kepemimpinan, setiap pemimpin harus berfungsi secara maximal, dengan harapan dapat mencapai tujuan-tujuan yang akan dicapainya. Adapun fungsi yang harus dilakukan oleh para gembala sidang sebagai pemimpin, seperti dijelaskan dibawah ini, yaitu : a. Kepemimpinan gembala sidang sebagai Visitor Dalam Amsal 29:18 diterangkan, bahwa “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat, Visi berarti “kemampuan melihat lebih dari keadaan normal, yaitu suatu kemampuan mental untuk mengimajinasi; dan kemampuan untuk melihat serta memahami sesuatu yang tidak terlihat oleh orang kebanyakan, dsb.”22 Visi seperti yang diterangkan di atas menjelaskan tentang kekuatan diri untuk melihat. Maka seorang gembala yang berhasil adalah gembala yang miliki visi. Dari manakah visi tersebut ? George Barna yang mengatakan bahwa “Vision is a clear and precise mental portrait of preferable future, imparted by God to His chosen servants, based on accurate understanding of God, self and circumstances.23 Artinya visi itu jelas dan tepat tentang masa depan adalah visi yang diberikan oleh Tuhan. Visi bersifat Ilahiah, berasal dari Allah, yang menuliskan keinginan suci di dalam batin setiap invidu. Rick Warren berkata, “You exist only because God wills that you exist. You were made by God and for God – and until you understand that, life will never make sense. Artinya Anda ada hanya karena Allah menghendaki bahwa Anda ada. Anda diciptakan oleh Allah dan untuk Allah, dan sampai Anda memahami hidup yang belum dipahami. Jadi, visi adalah sesuatu yang berbicara tentang melihat. Dari melihat mendapat persepsi tentang apa yang dilihat. Kemudian, ketika dipadukan dengan pemahaman yang mendasar tentang situasi masa kini dengan pandangan yang menjangkau jauh ke depan. Maka akan dihasilkan kekuatan penggerak yang mengasilkan karya yang besar dimasa yang akan dating. Melalui visi yang diterima dari Tuhan, akan menuntun menuju arah yang benar dan mendorong terus demi tercapainya tujuan Tuhan yang dikehendakiNya. b. Kepemimpinan gembala sidang sebagai organisator Kepemimpinan gembala sidang sebagai organisator yang efektif harus mampu mengatur aktifitas jemaat secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Gembala sidang dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Menurut Yuki fungsi kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi dan mengarahkan dan memotivasi tinggi terhadap jemaat guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian sasaran. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada kedudukannya dalam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya. c. Kepemimpinan gembala sidang sebagai Mobilisator Gembala sidang yang menempatkan diri dan berfungsi sebagai mobilisator, secara langsung terlibat dan terjun dalam kegiatan-kegiatan yang dipimpinnya. Dalam surat 2 Timotius 2:2 22 Jonathan Swift mengatakan, Vision is the art of seeing things invisible (Andy Stanley, 1999:29). 23 G. Barna, Turning Vision into Action (Malang: Gandum Mas, 1987), 35-36. 80 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 menegaskan; bahwa pemimpin terlebih dahulu menjadi pelaku dan baru kemudian mempercayakan kepada orang lain yang dapat dipercayai. Tentunya orang yang dipercayai tersebut dapat dipastikan adalah orang-orang yang sudah dilatih atau dimuridkan. Disinilah gembala sidang benar-benar memobilisasi jemaat dalam kepemimpinannya. d. Kepemimpinan gembala sidang sebagai Revolusioner Gembala sidang berfungsi sebagai pemimpin yang revolusioner, akan melakukan kegerakankegerakan perubahan. Seorang pemimpin revolusioner sejati berjiwa besar, pejuang, pendobrak dan pemberai dalam menghadapi tantangan dan rintangan . Ia memiliki kepekaan dan tajam dalam menyikapi situasi dan kondisi, sigap dan tangkas dalam menyelesaikan persoalan. Seorang pemimpin revolusioner atau pencetak perubahan perlu memahami beberapa hukum atau ketentuan dalam melakukan perubahan, di antaranya: 1) Melahirkan Pengganti. “Pemimpin yg lemah khawatir, jika ia membantu para bawahannya, maka posisinya akan dapat digantikan”. Satu-satunya cara untuk menjadi pemimpin yg tidak tergantikan adalah menjadikan diri dapat digantikan. Dengan kata lain, jika pemimpin terus memberdayakan dan membantu orang lain berkembang agar mampu mengambil alih tugas pemimpin maka pemimpin akan menjadi sedemikian berharga bagi organisasi sehingga tidak tergantikan. 2) Terbuka Terhadap Perubahan. Berdasarkan sifatnya, pemberdayaan itu membawa perubahan terus-menerus karena mendorong orang untuk bertumbuh serta berinovasi, John Steinbeck menyatakan “adalah sifat manusia untuk memprotes terhadap perubahan dengan bertambahnya usia, terutama, perubahan demi kebaikan” 3) Siap menyerahkan kepemimpinan Banyak orang mendapatkan nilai pribadi serta harga dirinya dari {pekerjaannya atau posisinya. Ancamlah untuk mengubah salah satunya, maka dapat mengancam harga dirinya. Itulah yang menghambat hukum pemberdayaan. Jadi seorang Gembala atau pemimpin perlu untuk mengembangkan orang lain, menjadikan orang lain pemimpin-pemimpin baru yang dapat memimpin orang lain. Jika seorang pemimpin dapat melahirkan pemimpin yang sama dengannya atau bahkan lebih besar darinya, maka pemimpin tersebut memiliki posisi yang tidak dapat tergantikan, karena pemimpin tersebut telah membantu orang lain mencapai sukses. 4. Mempersiapan Pemimpin Masa Depan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “kaderisasi” berawal dari kata “kader” yang memiliki pengertian orang yang diharapkan memegang peranan yang penting, sehingga kata “kaderisasi” oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia ini diberi pengertian sebagai proses atau cara mendidik, atau membentuk seorang menjadi kader.24 Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan kaderisasi adalah proses melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Ada banyak perdebatan tentang proses lahirnya pemimpin; apakah seorang pemimpin dilahirkan sebagai pemimpin atau pemimpin adalah hasil dari proses pembentukan. Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami tiga teori dasar lahirnya pemimpin dari perspektif umum:25 24 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 488. Agus Lay, Manajemen Pelayanan (Yogyakarta: ANDI, 2006), 84. 25 81 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 a. Teori Genetis adalah “Leaders are born and not made”. Penganut teori ini percaya bahwa seseorang menjadi pemimpin karena memang dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. b. Teori Sosial adalah “Leaders are made and not born”. Penganut teori ini percaya bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin kalau dia memperoleh pendidikan dan pengalaman. c. Teori Ekologis adalah “perpaduan teori genetic dan teori social”. Penganut teori ini memahami bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik kalau memang dia memiliki bakat-bakat yang bersifat genetic. Namun, bakat-bakat ini hanyalah suatu potensi yang perlu dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan, pengalaman, dan kesempatan. Kepemimpinan Transformatif adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh manajer atau pemimpin dimana kemampuannya bersifat tidak umum dan diterjemahkan melalui kemampuan untuk merealisasikan misi, mendorong para anggota untuk melakukan pembelajaran, serta mampu memberikan inspirasi kepada bawahan mengenai berbagai hal baru yang perlu diketahui dan dikerjakan. Transformatif pada dasarnya kemampuan untuk beradaftasi dengan perubahan, sehingga esensi dari kepemimpinan transformatif adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk membawai orang-orang dan organisasi untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk kesuksesan di masa yang akan datang.26 Lahirnya pemimpin-pemimpin dalam Alkitab juga menjadi model atau teori lahirnya pemimpin. Secara garis besar di bawah ini kita akan membandingkan bagaimana pembentukan kepemimpinan dalam diri dua tokoh pemimpin Perjanjian Baru: Simon Petrus secara hereditas (keturunan, bakat, bawaaan) mempunyai suatu potensi yang besar untuk menjadi seorang pemimpin. Perhatikan ketika Simon Petrus memberi isyarat agar teman-temannya di perahu lain datang membantunya (Luk. 5:3-10). Andreas datang kepada Simon dan melaporkan, bahwa ia telah bertemu dengan Mesias (Yoh. 1:41-42). Di tengah kebingungan mengenai siapakah Yesus, Petrus dengan berani menjawab bahwa Yesus adalah Mesias (Mat. 16:13-19). Kesuksesan besar seorang pemimpin adalah ketika ia mampu melahirkan pemimpin, untuk melanjutkan estapet kepemimpinan. George Barna dalam bukunya mengatakan, bahwa konsep kesuksesan seorang pemimpin selalu diikuti keberhasilannya dalam melahirkan pengganti.27 Dan langkah pertama untuk mulai memikirkan pemimpin yang akan dilahirkan adalah ketika pertama kali seorang pemimpin duduk di bangku atau jabatan kepemimpinan. Dalam buku Servant Leadership tulisan Donal L, Erich Pesiwarissa, dan Augusman .R dikatakan bahwa seorang pemimpin bukanlah seseorang yang telah dilahirkan untuk itu, tetapi diperlukan kerja keras dan lingkungan yang tepat untuk dapat belajar serta bertumbuh menjadi pemimpin yang efektif.28 Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat diciptakan (nuture) lewat berbagai pelatihan dan pengalaman dalam kurun waktu tertentu di masa hidupnya. 5. Implementasi Implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan. Artinya kepemimpinan Yesus Kristus yang dijelaskan panjang lebar dalam Kitab Injil dapat diterapkan dalam tindakan-tindakan oleh para gembala sidang sekarang ini, yang telah dipercayakan Tuhan umat tebusanNYA untuk terus melakukan pemuridan dan pengkaderan dalam mempersiapkan pemimpin masa depan. Implimentasi yang dilakukan oleh seorang gembala sidiang yang berkehendak untuk melahirkan dan mempersiapkan generasi penerus, harus menciptakan kepemimpinan yang dapat diteladani antara lain: 26 Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Prenada Media), 2005. 27 George Barna, Leaders On Leadership (Malang: Gandum Mas, 2002), 380. 28 Donald Lantu, 70. 82 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 a. Seorang pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab (Ibr. 13:17) Banyak orang berpikir bahwa menjadi seorang pemimpin itu menyenangkan, karena hanya tinggal memerintah bawahan untuk melakukan ini dan itu. Tetapi seorang pemimpin yang baik memiliki rasa tanggung jawab pada saat mengerjakan apa pun, dan dia tidak akan memiliki sikap ‘asal perintah.’ Bahkan, seringkali seorang pemimpin harus berdiri di depan untuk menjadi ‘tameng’ saat terjadi kesalahan tindakan. Bagi seorang gembala sidang, tanggung-jawab menjadi bagian utama dalam pelaksanaan proses penggembalaan jemaat. Disini, gembala sidang dalam seluruh kegiatan pelayanan penggembalaan mempersiapkan segala sesuatunya, sebagai wujud tanggung jawabnya menjadi pemimpin gereja. b. Kepemimpinan berarti mengesampingkan kepentingan pribadi (II Tim. 2:4) Seorang pemimpin harus sadar bahwa di pundaknya terletak kepentingan banyak orang, maka dari itu seorang pemimpin yang baik tidak boleh semata-mata bekerja hanya untuk kepentingan pribadinya. Bahkan, tidak jarang kepentingan pribadi seorang pemimpin yang baik harus di korbankan untuk kepentingan orang lain / pelayanan penggembalaannyang di pimpinnya. Pemimpin dengan kesadaran diri dan kerelaan hati memberikan hidupnya untuk mengabdi pada Tuhan sebagai Tuannya, dan mengurusi kehidupan spiritual umat Tuhan, bahkan memberikan pelayanan secara menyeluruh sebagai konsekuensinya. c. Seorang pemimpin harus lebih memiliki sikap melayani (Luk. 22 : 26) Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kepemimpinan penggembalaan jemaat adalah kepemimpinan hamba, maka jabatan bukanlah kekuasaan, tetapi kesediaan diri untuk melayani. Sekalipun mempunyai otoritas untuk memimpin jemaat, seluruh pelaksanaan tanggung jawab didasari dengan penghambaan diri untuk melayani. Sehingga, semakin tingginya jabatan seorang gembala untuk memimpin, bukan senakin ringan tanggung jawabnya, tetapi semakin banyak pula apa yang harus dilakukannya. Ini berarti semakin beragam pula kepentingan pelayanan penggembalaaan yang harus di pikirkan dan di layaninya. d. Memiliki nilai kesetiaan yang sangat tinggi (Ibr. 12:3, Fil. 2:5–8) Keteladanan yang diberikan oleh Yesus Kristus sebagai Gembala Agung adalah kesetiaan dalam melaksanakan tugas dari BapaNya. Ia rela menanggung penderitaan yang hebat sampai akhir hidupnya di kayu salib. Jika seorang gembala sidang ingin menunjukkan bahwa dirinya benar-benar seorang pemimpin, adalah dengan membuktikan kesetiaannya dalam menanggung semua beban dan menghadapi kesukaran apapun tetap bertahan, teguh, dan tangguh. Jadi, ukuran kesetiaan gembala sidang dalam kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting. Apabila seorang pemimpin mengharapkan adanya loyalitas dari orang-orang yang di pimpinnya, maka dia pun harus terlebih dahulu memiliki kesabaran dan kesetiaan untuk memimpin. Timbal balik kesetiaan antara pimpinan dengan bawahan dapat di ukur dari seberapa jauh mereka saling memberikan dukungan saat keadaan baik atau pun buruk. Dukungan tersebut dapat di realisasikan baik secara material atau pun moral. Yesus bertahan di salib (Rm. 12:2-3). Sehingga ketekunan-Nya memperlihatkan sikap yang perlu dimiliki orang Kristen khususnya para rasul atau pelayan-pelayan gereja dalam melaksanakan tugas pelayanannya. Ketekunan diperlukan untuk bisa mengatasi perlawanan dan tantangan yang bakal datang. e. Memiliki kerendahan hati (Mat. 11:29) Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi mengatakan, bahwa Ketika Yesus didalam dunia dalam wujud sebagai manusia,” ”ia merendahkan dirinya dan taat sampai mati, ya, 83 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 mati pada tiang siksaan.” (Flp. 2:8) hal ini nyata benar, dimana dari sejak masa kanak-kanak. Ia dibesarkan oleh orang tua yang tidak sempurna tetap dengan rendah hati ”terus tunduk kepada mereka”. (Luk. 2:51) Menjadi pemimpin yang rendah hati dan mengedepankan kesederhanaan adalah landasan bagi keberhasilan yang penuh makna. Memang tidak mudah untuk selalu rendah hati dan memiliki mentalitas melayani dari hati. Apalagi kalau sudah memiliki kedudukan yang tinggi dengan tanggungjawab yang besar! bisa terjebak pada dorongan untuk kepentingan nafsu duniawi dan egoisme pribadi semata, pasti akan mementingkan kepentingan sendiri dan keinginannya justru dilayani bukan melayani. Seorang pemimpin penggembalaan yang rendah hati dalam bekerja ia akan senantiasa berpikir bagaimana dapat mensejahterakan jemaat yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik dapat menjadi teladan dan menginspirasi anggotanya untuk mengembangkan nilai-nilai pelayanan dari dalam hati. Sehingga anggota organisasipun dalam bekerja juga berpikir bagaimana bisa memberikan layanan terbaik, memberikan kontribusi terbaik melalui peran pekerjaannya dalam organisasinya. Karena setiap orang yang melayani dengan ikhlas berarti telah berpartisipasi menebar rahmat ke seluruh alam. Itulah tugas terhormat seorang pemimpin. Jadi, Menjadi seorang pemimpin yang rendah hati memerlukan kesadaran diri yang tinggi dan pengenalan diri yang dalam, untuk melakukan transformasi diri dengan mengubah pusat diri yang sebelumnya egoisme dan hawa nafsu, diganti dengan kebeningan hati nurani. Saat pemimpin sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa di hadapan Tuhan yang adalah segalanya, di sanalah ia memiliki kerendahan hati. Karena kerendahan hati hanya dapat dimiliki oleh seorang pemimpin jika ia tahu jelas siapa Allah dan siapa dirinya di hadapan-Nya. f. Seorang pemimpin bukan ‘superior’ (Ef. 5:21) Banyak pemimpin yang pada awal proses kepemimpinannya rendah hati kemudian berubah menjadi tinggi hati. Hal ini seringkali terjadi karena kuasa yang dilekatkan pada diri para pemimpin tersebut tatkala mereka diberi kepercayaan untuk memimpin orang lain (mempengaruhi, mengajar, memotivasi, memberdayakan, dan sebagainya). Gembala Sidang menjadi pemimpin jemaat dalam gereja, karena Allah yang mengijinkan, karena Allah yang memberi panggilan, karena Allah yang memberi kemampuan. Artinya, apa yang dimiliki, semua karena anugerah. Maka, tidak ada alasan untuk menjadi tinggi hati dan sombong. Sebab, yang paling menakutkan dari kesombongan adalah bahwa Allah bukan saja membenci dosa tersebut, namun secara aktif menentangnya. Ia tidak berdiam diri terhadap orang sombong, namun berinisiatif melawannya. "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (1 Pet. 5:5) "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh ia tidak akan luput dari hukuman." (Ams. 16:5) Pemimpin yang baik tidak bersifat kaku dan arogan, tetapi dia memiliki karakter yang mudah di bentuk dan mau diproses untuk menjadi lebih baik melalui lingkungan sekitarnya, termasuk oleh bawahan. Saat seorang pemimpin melakukan kesalahan, dia harus berani untuk mengakui kesalahannya, dan tanpa ragu meminta maaf, walaupun dengan meminta maaf itu ia harus mengorbankan harga dirinya. g. Seorang pekerja keras (Tit. 2:7-8) Arti kerja keras bukanlah dalam arti yang sebenarnya yakni bahwa kita harus benar-benar bekerja dengan keras, bukan seperti itu. Kerja keras itu menunjukkan semangat yang menyala dan kemauan untuk memberi batasan pada diri kita sendiri yang sebenarnya bisa kita langgar. Batasan ini yang menjadi tolak ukur bahwa apakah benar kita bisa keras pada diri kita sendiri atau tidak. 84 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bekerja keras. Ia memiliki etos kerja yang dapat memberikan contoh langsung kepada orang-orang yang dipimpinnya. Secara sederhana, etos kerja adalah semua kebiasaan baik yang berkaitan dengan tanggung jawab, ketekunan, semangat, dan sebagainya. Ciri-ciri seorang pekerja keras: i) Pantang menyerah, pekerja keras itu memiliki sifat yang pantang menyerah. Tidak diterima kerja di perusahaan satu, dia bakal melamar ke ratusan perusahaan lainnya. Dia tidak akan menyerah sampai dia benar-benar mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. ii) Selalu bersungguh-sungguh, tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan. Semuanya dia kerjakan dengan sungguh-sungguh demi mendapat hasil yang maksimal. Tidak peduli ada bos yang mengawasi atau tidak, dia tetap akan bekerja dengan sungguh-sungguh. iii) Memanfaatkan waktu, mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Sekali dia memiliki waktu luang, dia akan memanfaatkannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Dia tidak akan membuang-buang waktu hanya untuk bermalas-malasan. iv) Ulet, tekun, rajin, dan disiplin. Orang yang masuk sebagai pekerja keras itu memiliki sifat yang ulet, tekun, rajin, dan disiplin. Karena dengan keempat sifat tersebutlah orang pekerja keras itu terlihat berbeda dibanding pekerja lainnya. Apakah kamu sudah ulet, tekun, rajin, dan disiplin? v) Tidak mengeluh, orang pekerja keras tidak akan mengeluhkan pekerjaannya. Dia tetap bersyukur dengan apa yang sudah didapat. Jika memang merasa kurang, dia lebih memilih mencari pekerjaan tambahan untuk menutupi kekurangan tersebut. Mengeluh tidak ada gunanya! Di sinilah dapat disimpulkan, bahwa menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah. Kadang ia harus bekerja keras di luar batas kemampuannya. Jam kerjanya mungkin lebih dari 24 jam, karena setelah bekerja ia masih harus memikul tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, di mana saja dan kapan saja. Itulah sebabnya sebagai seorang pemimpin tidak berbicara tentang teori -teori tertentu, atau tips-tips tertentu, tetapi tetapi justru harus mampu mempraktekkan teori-teori yang di milikinya terlebih dahulu agar dapat di ikuti oleh orang lain / bawahan. h. Menjadi motivator yang baik (Yes. 50:4) Adakalanya orang yang di pimpin mengalami demotivasi, atau penurunan motivasi, karena suatu hal atau yang lain, sedangkan motivasi dalam pekerjaan sangat berpengaruh bagi kelangsungan suatu organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin yang baik harus siap untuk memotivasi dan meningkatkan kembali gairah dan optimisme orang-orang yang di pimpinnya kapan saja mereka membutuhkannya. Tidak ada istilah ‘penurunan motivasi’ di dalam kamus seorang pemimpin yang baik. Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi. Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan. Sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan bergantung pada bagaimana pemimpin dapat menciptakan motivasi terhadap orang yang dipimpin melalui gaya kepemimpinan yang dibangun dalam dirinya. Sehingga pengikut yang termotivasi akan berusaha mencapai tujuan secara sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. i. Pemimpin bekerja Team (Maz. 133) Bekerja bersama merupakan bagian penting dari kepemimpinan . Tanpa adanya kebersamaaan dalam satu team yang baik, maka tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin tidak akan berhasil dengan baik. Bekerja team adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai 85 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 tujuan yang sama pula. Bekerja bersama ini membutuhkan banyak keahlian, agar bisa berjalan dengan baik dan lancar. Keahlian diterapkan untuk pencapaian tujuan bersama. Seorang pemimpin yang baik harus dapat lebih memandang orang-orang yang di pimpinnya sebagai rekan kerja dalam tim, dari pada memandang mereka semata-mata sebagai ‘bawahan’. Pemimpin harus mampu menyatukan seluruh jiwa, hati, dan pikiran mereka untuk kemajuan orang lain, melalui penghargaan, kepercayaan, kemauan untuk mendengarkan, dan kepekaan hati nurani, maka seorang pemimpin akan dihargai. Dengan pemahaman dan kesadaran tersebut diatas, seorang pemimpin yang baik tidak akan melakukan segala sesuatunya sendiri, melainkan membutuhkan bantuan dari orang lain, termasuk orang-orang yang di pimpinnya. D. KESIMPULAN Dari penjelasan panjang lebar tentang kepemimpinan Yesus Kristus menurut Kitab Injil dan Implementasinya dalam kepemimpinan gembala sidang mempersiapkan pemimpim masa depan, ada beberapa poin penting yang dapat dicatat, yaitu: Betapa pentingnya para gembala memiliki pemahaman yang benar tentang kepemimpinan Yesus Kristus sebagaimana diceritakan dalam Kitab Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Pemahaman yang dimiliki mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam mempersiapkan pemimpin masa depan. Para Gembala sangat perlu memiliki motifasi dan semangat yang tinggi dalam mempersiapkan pemimpin masa depan. 86 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 DAFTAR PUSTAKA Alkitab. New International Version (NIV). Barna, George. Leaders On Leadership. Malang: Gandum Mas, 2002. Donald, Guthrie. Teologia Perjanjian Baru I. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2010 Keating J. Charles J. Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya.Yogyakarta: Kanisius, 1996. Lay, Agus. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: ANDI, 2006. Maxwell, C. Jhon. Mengembangkan Kepemimpinan Didalam Diri Anda Jakarta: Binarupa Aksara, 1995 Meyers, M. H. MAF Leadership Resource Note Book. California:___ 1989. Munthe, A. Panggilan dan Tugas Penatalayanan Gereja. Medan:___. 2005. Price, Saran-saran Praktis Untuk Pelayanan Yang Berhasil, Jakarta: Yayasan Imanuel, 1993. Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan Rohani. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974. Sessoms, Richard Sessoms. Kepemimpinan Kristen dalam abad XXI, Makalah. Jakarta.____ 1997 Sule, Ernie Tisnawati & Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media, 2005. Tidball, Derek. J. Teologi Penggembalaan. Malang: Gandum Mas, 1995. Tomatala, Yakob. Kepemimpinan Yang Dinamis. Gandum Mas: Malang, 1997.16. 87