View/Open - Repository -- University of Riau

advertisement
PENGARUH KOMPOSISI MEDIUM TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN MAWAR
Novilla(1), Erlida Ariani(2), Fetmi Silvina(2)
Mahasiswa Pertanian UR
Dosen Pembimbing
( [email protected]/085356549791)
ABSTRACT
Rose (rosa damascenem) is one of the plants that have the beauty and attractiveness.This plants
is known as the queen of flowers has many benefits, such as ornamental plants, as gratitude,
respect, love and grief. low productivity rose plant is due to its exploitation of this plant is only
considered plant by product that is less maintenance intensive. Efforts for the development of
roses and the proper cultivation techniques need to be done such as by using a good planting
medium and proper fertilization. According to this subject, an experiment was conducted
faculty of agriculture, Riau University during the four months from December 2010 to March
2011. As treatments are: planting medium combination factor) consists of 4 stage M1: 100% soil,
M2 (soil + rice husk charcoal (1:1)), M3 (soil + rice husk charcoal (1:2), M4 ( soil+ rice husk
charcoal (1:3) factor 2 namely: consists of 4 level P0: without fertilizer, P1 1g/plants NPK
fertilizer, P2 2g/plants NPK fertilizer, P3 3g/plants NPK fertilizer. The exsperiment was
arranged in completely randomized design with 8 replication. The result showed that interaction
100% soil medium and without NPK fertilizers showed the best results on the count of
parameters and the count of flower buds plantation crop.
Keywords: Plant medium, rice husk charcoal, fertilizer NPK, Interaction
PENDAHULUAN
Mawar (Rosa damascene M) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki
keindahan dan daya tarik tertentu. Tanaman ini memiliki bentuk bunga yang beraneka ragam dan
warna yang indah. Tanaman mawar yang dikenal sebagai ratu bunga memiliki banyak manfaat,
diantaranya sebagai tanaman hias atau bunga potong, bunga ini memiliki banyak makna diantaranya
sebagai ucapan terimakasih, rasa hormat, perlengkapan upacara keagamaan, rasa suka dan duka cita.
Ekstrak minyak atsiri bunga mawar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewangi permen, minuman,
obat-obatan dan wewangian.
Mawar memiliki prospek ekonomi yang cukup menjanjikan, terbukti dengan adanya kegiatan
perdagangan bunga mawar baik sebagai bunga potong, bunga pot maupun karangan bunga. Saat ini
tingkat permintaan konsumen penggemar bunga, khususnya pada hari-hari seperti hari raya keagamaan,
valentine dan perayaan kenegaraan semakin bertambah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009)
produksi mawar di Indonesia tahun 1997- 2008 sangat berfluktuatif. Produksi Mawar pada tahun 1997
mencapai 123.439.324 tangkai dan tahun 1998 turun menjadi 63.291.838 tangkai. Produksi turun
hingga mencapai 39.131.608 tangkai pada tahun 2008, dan meningkat lagi hingga mencapai
60.191.362 tangkai pada tahun 2009. Meskipun demikian, mawar tetap menjadi tanaman unggulan
nasional. Menurut Susanti (2010), untuk wilayah Pekanbaru, berdasarkan survei di beberapa sentral
penjualan tanaman hias di jalan arifin ahmad ternyata tanaman hias mawar yang dijual masih
didatangkan dari Medan, Sumatera Utara. Rendahnya produktivitas tanaman mawar karena
pengusahaannya hanya sebagai tanaman sampingan sehingga pemeliharaannya kurang intensif. Upaya
untuk pengembangan mawar dan teknik budidaya yang tepat perlu dilakukan, diantaranya dengan
menggunakan medium tanam yang baik dan juga pemupukan yang tepat, sehingga tanaman ini dapat
dijadikan sebagai salah satu komoditi andalan agribisnis di masa yang akan datang.
Tanaman mawar yang diperbanyak dengan stek dapat tumbuh dengan baik pada medium
dengan struktur ringan, mudah menyerap dan melepas air dan mampu menyediakan unsur hara yang
cukup untuk pertumbuhan tanaman. Medium yang baik untuk pertumbuhan tanaman mawar harus
bersifat poros artinya tidak mengikat air terlalu kuat dan cukup mengandung unsur hara (Rukmana,
1995). Pada saat ini sudah banyak sekali pemanfaatan medium tanam, baik dari bahan organik maupun
anorganik, seperti arang sekam, serbuk gergaji, sekam padi, pakis, batu bata dan lain sebagainya.
Menurut hasil penelitian Agustariawan (2010) penanaman stek mawar pada medium campuran arang
sekam dan tanah memberikan hasil terbaik pada semua parameter ( persentase tumbuh, jumlah tunas,
panjang tunas, dan volume akar). Penggunaan medium campuran arang sekam dan tanah dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam medium tanam, menjaga kelembaban serta memperbaiki
aerase dan drainase. Pemupukan perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pemupukan yang tepat dan benar akan mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, menambah daya tahan terhadap serangan hama dan
penyakit, meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil. Pemberian pupuk NPK ini akan sangat membantu
tanaman mawar untuk tumbuh.
Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk majemuk yang sering diberikan pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Kandungan hara nitrogen, fospor, dan kalium yang seimbang pada pupuk
majemuk NPK sangat bermanfaat untuk tanaman mawar yang sangat membutuhkan unsur hara yang
seimbang. Pupuk NPK majemuk juga mudah diaplikasikan, mudah diserap, lebih efisien dalam
pemakaian dan menghemat waktu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau,
selama 4 bulan yaitu mulai pada bulan Desember 2010 hingga Maret 2011. Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bibit mawar varietas Gray princes yang berumur 3 bulan, tanah
topsoil jenis Inseptisol, pupuk NPK, arang sekam padi, polybag ukuran 18 cm x 25 cm dan insektisida
Decis. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, kayu, gergaji,
martil, paku, paranet, Plastik, gunting, gembor, gelas ukur, pipet tetes, handsprayer, meteran,
timbangan analitik dan alat tulis.
Penelitian ini merupakan eksperimen faktorial yang disusun menurut rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri dari dua faktor:
Faktor M (kombinasi medium tanam) terdiri dari 4 taraf yaitu :
M1
: Tanah ( 100 %)
M2
: Tanah + arang sekam padi ( 1: 1)
M3
: Tanah +arang sekam padi ( 1 : 2)
M4
: Tanah +arang sekam padi ( 1 : 3 )
Faktor P yang terdiri dari 4 taraf yaitu :
P0
: tanpa pupuk NPK
P1
: pupuk NPK 1 g/ tanaman
P2
: pupuk NPK 2 g/ tanaman
P3
: pupuk NPK 3 g/ tanaman
Masing-masing kombinasi dibuat dengan 3 ulangan sehingga jumlah unit percobaan seluruhnya terdiri
dari 48 unit. Setiap unit percobaan terdiri dari dua tanaman, sehingga total percobaan berjumlah adalah
96 tanaman. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1) Persiapan Tempat
2) Persiapan Medium Tanam.
3)Persiapan Bibit
4).Pemberianperlakuan.
5). Pemberian perlakuan pupuk NPK
Pengamatan dilakukan sejak tanaman mulai ditanam hingga akhir penelitian. Adapun parameter
yang diamati adalah : panjang tunas (cm), jumlah tunas pertanaman, saat mekar bunga (hari setelah
tanam), jumlah bunga pertanaman (kuntum).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Panjang Tunas
Hasil sidik ragam pengamatan terhadap pertumbuhan panjang tunas tanaman mawar
menunjukkan bahwa interaksi antara komposisi medium tanam dan dosis pupuk NPK serta faktor
tunggal medium tanam berpengaruh nyata terhadap panjang tunas tetapi faktor tunggal pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata. Data uji lanjut DNMRT pada taraf 5 % ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata panjang tunas tanaman mawar pada komposisi medium tanam dan dosis pupuk NPK.
Medium
P0
(tanpa pupuk)
M1 (Tanah 100%)
M2 (tanah + arang sekam
padi (1:1) )
M3 (tanah + arang sekam
padi (1:2) )
M4 (tanah + arang sekam
padi (1:3) )
Rata-rata
Pupuk NPK ( g/tanaman)
P1
P2
(1g/ tanaman)
(2g/ tanaman)
Rata-rata
P3
(3g/ tanaman)
22,3 c
21,0 cd
24,6 b
27,3 a
23,8 a
21,6 c
19,0 de
17,5 ef
16,6 efgh
18,70 b
15,5 fgh
16,0 fgh
16,6 efgh
20,1 cd
17,08 c
14,5 gh
16,8 efg
16,3 fgh
14,3 h
15,50 d
18,50 ab
18,20 b
18,79 ab
19,62 a
Angka-angka yang ikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
KK= 6,93%
Dari Tabel 1 dilihat bahwa interaksi perlakuan medium tanah 100% dan pemberian pupuk NPK
3 g/ liter air menunjukkan hasil tunas terpanjang yaitu 27,3 cm dan berbeda nyata dengan semua
perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena medium tanah 100% memiliki kemampuan yang baik untuk
menjaga ketersediaan air yang cukup bagi tanaman. Melarutkan unsur hara, sehingga mudah diserap
oleh tanaman mawar dan selanjutnya mampu memudahkan unsur hara terserap dengan baik untuk
mendukung pertumbuhan panjang tunas. Menurut Willegen dan van Noordwijk (1987), bentuk
hubungan pertumbuhan tanaman dengan suplai unsur hara dan air pada tanaman akan meningkat
hingga batas tertentu sesuai dengan penambahan suplai hara dan air. Medium tanah yang memiliki
aerase dan draenase yang baik mampu menunjang pertumbuhan perakaran yang sehat, aktifitas
fotosintesis berjalan lancar, fotosintat yang dihasilkan akan dirombak kembali melalui proses respirasi
dan menghasilkan energi yang akan dimanfaatkan oleh sel dalam hal ini untuk pertumbuhan dan
perkembangan panjang tunas. Mapegau (2001), menyatakan bahwa kekurangan air mengurangi
kemampuan akar tanaman menyerap unsur hara sehingga aktifitas fisiologis tanaman menurun.
Kemudian Lili (2004), menambahkan bahwa status air dalam medium berpengaruh terhadap
ketersediaan unsur hara bagi tanaman, dimana kandungan air medium yang rendah dapat
mengakibatkan rendahnya konsentrasi unsur hara yang ada dalam medium tersebut. Medium tanah
mampu menyediakan air bagi tanaman lebih lama dibanding medium campuran tanah + arang sekam
(1:1), tanah + arang sekam (1:2) dan tanah + arang sekam (1:3) sehingga perakaran tanaman
mempunyai peluang menyerap hara lebih lama dan lebih banyak yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan panjang tunas. Menurut Lakitan (2001), bahwa tanaman akan tumbuh dengan baik
apabila unsur hara yang dibutuhkan cukup tersedia dan berada dalam konsentrasi yang sesuai untuk
diserap tanaman, sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik.
Pupuk yang diberikan merupakan usaha pemberian unsur hara tanaman untuk memperoleh
tanggapan tanaman yang optimal. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 3 g/ liter air pada medium
tanah 100% menunjukkan pertumbuhan panjang tunas terpanjang hal ini diduga pupuk NPK pada
medium tanam tersedia bagi tanaman dan dapat diserap oleh tanaman, sehingga tanaman tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pupuk NPK mengandung unsur hara nitrogen yang berperan penting
terutama dalam merangsang pertumbuhan vegetatif, nitrogen berperan sebagai sintesis asam-asam
amino, asam nukleat, koenzim dan juga sebagai koenstitue molekul khlorofil (Gunawan, 2002).
Menurut Zulkarnain (2009), fosfor terdapat pada seluruh sel hidup tanaman berfungsi membentuk
asam nukleat, fosfolipid, ATP, merangsang pembelahan sel dan membantu proses asimilasi dan
respirasi. Salah satu fungsi unsur fosfor adlah untuk perkembangan jaringan meristem (Sarief, 1987).
Jaringan meristem terdiri dari meristem pita akan menghasilkan deret sel yang berfungsi
memperpanjang jaringan sehingga terjadi perpanjangan tunas (Heddy, 1987). Unsur kalium membantu
dalam pembentukan protein dan karbohidrat serta berperan sebagai penguat batang tanaman. (Lingga,
1997). Rismunandar (1998), menyatakan bahwa pertambahan panjang tunas disebabkan terjadinya
pembelahan dan perkembangan sel yang didominasi pada bagian pucuk, untuk itu harus ada unsur hara
yang cukup tersedia untuk pembentukan sel-sel baru.
Jumlah Tunas Pertanaman.
Hasil sidik ragam pengamatan terhadap pertumbuhan jumlah tunas tanaman mawar
menunjukkan bahwa interaksi antara komposisi medium tanam dan dosis pupuk NPK serta pemberian
faktor tunggal medium tanam dan faktor tunggal pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas
pertanaman, data hasil uji lanjut DNMRT taraf 5 % ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata jumlah tunas tanaman mawar pada komposisi medium tanam dan dosis pupuk NPK.
Medium
P0
(tanpa pupuk)
M1(Tanah 100%)
8,16 a
M2(tanah + arang sekam
4,50 gh
padi (1:2) )
M4(tanah + arang sekam
padi (1:3)
Rata-rata
1g/ tanaman
2g/ tanaman
Rata-rata
P3
3g/ tanaman
7,00 abcd
7,16 abcd
7,33 abc
7,41 a
5,50 efg
6,00 def
6,50 bcde
5,62 c
4,50 gh
6,16 cdef
7,33 abc
7,66 ab
6,41 b
4,50 gh
5,00 fgh
4,16 hi
3,16 h
4,20 d
5,41 b
5,91 ab
6,16 a
6,16 a
padi (1:1) )
M3(tanah + arang sekam
Pupuk NPK ( g/tanaman )
P1
P2
Angka-angka yang ikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
KK= 11,70%
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa interaksi antara medium tanah 100% dan tanpa pemberian
pupuk NPK menunjukkan jumlah tunas terbanyak yaitu 8,16 cm berbeda nyata terhadap hampir semua
kombinasi perlakuan kecuali dengan perlakuan M3P2 (tanah+arang sekam padi(1:2) dengan dosis
pupuk NPK 2g/tanaman), M3P3(tanah+arang sekam padi(1:2) dengan dosis pupuk NPK 3g/tanaman),
M1P1(tanah 100% dengan dosis pupuk NPK 1g/tanaman), M1P2(tanah 100% dengan dosis pupuk
NPK 2g/tanaman), M1P3(tanah 100% dengan dosis pupuk NPK 3g/tanaman). Hal ini menunjukkan
bahwa medium tanah 100% lebih baik dibandingkan dengan media campuran tanah dan arang sekam
untuk parameter jumlah tunas. Penggunaan tanah 100% menunjukkan jumlah tunas pertanaman yang
rata-rata lebih banyak dibanding medium campuran dan tidak berbeda nyata sesamanya. Hal ini diduga
bahwa medium tanah yang digunakan mampu memberikan lingkungan tumbuh yang baik, dimana
struktur medium tanah yang digunakan dapat memberikan perimbangan kandungan air dan udara yang
mendukung perkembangan stek mawar. Menurut Winarso (2005), perbandingan jumlah air dan udara
yang baik dalam tanah dapat meningkatkan pertumbuhan perakaran dan penyerapan unsur hara
tanaman secara proporsionil. Selain itu medium tanah 100% yang digunakan juga mampu menyediakan
unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tunas pada tanaman mawar, serta memacu proses fotosintesis
kemudian hasil dari fotosintesis ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman untuk mendorong
perkembangan vegetatif dan generatif tanaman. Harjadi (2002), menyatakan bahwa dengan
peningkatan fotosintat pada fase vegetatif menyebabkan terjadinya pembelahan, perpanjangan dan
diferensiasi sel.
Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa semakin tinggi komposisi sekam pada medium maka rerata
jumlah tunas yang dihasilkan semakin rendah, hal ini disebabkan medium menjadi lebih poros,
sehingga kemampuan menyediakan air bagi tanaman semakin berkurang, akibatnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman mawar kurang baik dan jumlah tunas yang terbentuk lebih sedikit, air berperan
sangat penting bagi tanaman yaitu bagian dari protoplasma, air membentuk 85% sampai 90% dari berat
keseluruhan bagian hijau tanaman, reagen penting dalam proses fotosintesis, dan hidrolisis seperti
perubahan pati menjadi gula (Jumin, 2000). Air juga sebagai pelarut garam dan mineral, menjaga
turgiditas sel dan proses membuka dan menutupnya stomata.
Saat Mekar Bunga Pertama
Hasil sidik ragam pengamatan terhadap saat mekar bunga pertama tanaman mawar
menunjukkan bahwa interaksi antara komposisi medium tanam dan dosis pupuk NPK serta pemberian
faktor tunggal medium tanam berpengaruh nyata dan faktor tunggal pupuk NPK tidak berpengaruh
nyata. Data hasil uji lanjut DNMRT taraf 5 % ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata saat mekar bunga pertama pada komposisi medium tanam dan dosis pupuk NPK
Pupuk NPK ( g/tanaman )
Medium
Rata-rata
P0
P1
P2
P3
(tanpa pupuk)
M1(Tanah 100%)
M2(tanah + arang sekam
padi (1:1) )
M3(tanah + arang sekam
padi (1:2) )
M4(tanah + arang sekam
padi (1:3)
Rata-rata
1g/tanaman
2g/tanaman
3g/tanaman
66,6 de
68,0 cde
73,5 a
71,1 ab
69,83 a
68,0 cde
65,5 ef
60,5 g
63,3 f
64,33 b
71,1 ab
70,1 bc
68,0 cde
71,0 abc
70,08 a
68,8 bcd
70,5 abc
70,1 bc
70,5 abc
69,90 a
68,62 a
68,54 a
68,04 a
68,86 a
Angka-angka yang ikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
KK=2,32%
Dari Tabel 3 terlihat bahwa interaksi antara medium tanam arang sekam dan tanah (1:1) dan
dosis pupuk NPK 2 g/ liter air merupakan perlakuan yang paling cepat munculnya bunga yaitu 60,5
hari berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Hal ini diduga karena medium tanah : arang sekam (1:1)
bersifat poros menyebabkan sedikitnya jumlah air maksimum yang dapat diserap medium tanam (M2)
untuk kemudian digunakan oleh tanaman. Tanaman yang mengalami stres air akan mendorong
terjadinya perubahan aktifitas fisiologis tanaman dari fase vegetatif menuju fase generatif. Penurunan
jumlah air dalam tanah akan meningkatkan suhu dalam tanah, sehingga aktivitas meristem apikal
menurun terjadi mobilisasi energi dan cadangan makanan untuk membentuk meristem lateral. Hal ini
sesuai dengan pendapat Thomas (1993), pembungaan di daerah tropis merupakan respon terhadap
turunnya status air dalam tanah. Kondisi stres air juga akan memperngaruhi suhu media tanam dimana
fungsi suhu yang tinggi akan mematahkan dormansi kuncup.
Tanaman yang tumbuh pada kombinasi medium taman (M2) dengan pupuk NPK 2 g/tanaman
paling cepat menghasilkan bunga karena terpenuhinya unsur hara bagi tanaman yang berfungsi untuk
pertumbuhan vegetatif dan juga pertumbuhan generatif, dimana unsur- unsur ini terkandung pada
pupuk NPK yang diberikan. Menurut Dwijosaputro (1990), peranan nitrogen yang utama adalah
sebagai penyusun dari semua protein dan asam nukleat dan merupakan penyusun protoplasma secara
keseluruhan sehingga berpengaruh terhadap pembelahan sel yang mengakibatkan bertambahnya ukuran
sel. Unsur yang sangat mempengaruhi pembentukkan bunga yaitu unsur fosfor karena fungsi unsur
fosfor yang dapat merangsang tanaman berbunga, mempercepat pemasakan buah dan biji dan sebagai
penyusun protein dan lemak. Unsur fosfor merupakan bagian inti sel sangat penting dalam pembelahan
dan perkembangan meristem dengan demikian fosfor dapat mempercepat pembungaan (Sarief, 1995).
Hal ini disebabkan unsur fosfor sangat berperan dalam pembentukan organ generatif termasuk
pembentukan bunga, unsur kalium juga termasuk yang mempengaruhi umur berbunga karena fungsi
unsur kalium yang dapat membantu proses metabolisme tanaman, termasuk fotosintesis, sehingga
dengan tersedianya unsur kalium maka akan dapat meningkatkan aktivitas fotosintesis tanaman
sehingga dapat menghasilkan fotosintat dalam jumlah yang banyak. Menurut Novizan (2002), unsur
kalium juga berperan dalam pemanjangan dan pembelahan sel karena fungsi kalium membantu
pembentukan protein dan lemak, protein sangat dibutuhkan dalam pembelahan sel terutama sel-sel
muda. Hal ini menyebabkan umur berbunga menjadi lebih cepat.
Menurut Vamoos (1995), kandungan gula yang tinggi di pucuk diperlukan sebagai sumber
energi awal bagi proses induksi bunga, serta perkembangan daerah meristem dan bagian-bagian bunga.
Fase reproduktif memerlukan suplai karbohidrat, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk
perkembangan akar, batang dan daun sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah dan biji
serta alat penyimpanan (Zulkarnain, 2009). Menurut Elisa (2004), tahap pertama dari proses
pembungaan yaitu ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem
reproduktif. Setelah mencapai perkembangan reproduktif, meristem apeks pucuk berhenti
menghasilkan daun dan mulai menghasilkan bagian-bagian bunga berdasarkan urutan yang khas
tergantung pada spesies tanaman ( Lakitan, 2011 ). Pada kombinasi M2P2 yaitu kombinasi antara
medium tanah : arang sekam (1:1) dengan dosis pupuk 2 g/l air, dimana bunga muncul lebih cepat
dibanding semua kombinasi perlakuan, yaitu dengan rata-rata saat muncul bunga 60,5 hari ini sesuai
dengan deskripsi tanaman mawar pada (Lampiran 2) hari muncul bunga yaitu 90 hari setelah tanaman.
Menurut Gardner, dkk (1991), investasi hasil asimilasi dalam pertumbuhan tanaman selama fase
vegetatif menentukan produktifitas pada tingkat perkembangan produktif untuk pembungaan,
pembuahan dan biji.
Jumlah Bunga
Hasil sidik ragam pengamatan terhadap pertumbuhan jumlah bunga tanaman mawar
menunjukkan bahwa kombinasi antara komposisi medium tanam dan dosis pupuk NPK serta
pemberian faktor tunggal medium tanam berpengaruh nyata dan faktor tunggal pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata. Data hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5 % ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rerata jumlah bunga tamanan mawar pada komposisi medium tanam dan dosis pupuk NPK
Pupuk NPK ( g/tanaman )
Medium
P0
(tanpa pupuk)
M1(Tanah 100%)
M2(tanah + arang
sekam padi (1:1) )
M3(tanah + arang
sekam padi (1:2) )
M4(tanah + arang
sekam padi (1:3)
Rata-rata
P1 1g/tanaman
Rata-rata
P2
P3
2 g/tanaman
3g/tanaman
7,66 a
5,83 b
5,00 bc
3,83 cd
5,58 a
1,33 g
1,83 fg
2,66 defg
3,00 def
2,20 c
1,66 fg
2,33 efg
3,16 de
4,50 c
2,91 b
1,66 fg
1,66 fg
1,50 g
1,33 g
1,54 d
3,08 a
2,91 a
3,08 a
3,16 a
Angka-angka yang ikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
KK= 23,46
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa interaksi antara medium tanah 100 % dan tanpa
pemberian pupuk berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Dimana jumlah bunga pada kombinasi ini
yaitu 7,66 kuntum, hal ini diasumsikan bahwa medium tanah 100% mampu memberikan lingkungan
tumbuh yang baik dilihat dari segi penyediaan air dan unsur hara untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman mawar. Banyaknya jumlah bunga pada suatu tanaman selaras dengan
banyaknya tunas pada tanaman, karena bunga tumbuh diujung tunas, tunas yang mengalami perubahan
bentuk menjadi bunga itu biasanya terjadi pada batangnya lalu terhenti pertumbuhannya, dan berubah
menjadi tangkai dan dasar bunga. Sedangkan daun-daunnya sebagian tetap bersifat seperti daun, hanya
bentuk dan warnanya berubah ( Tjitrosoepomo, 2001).
Medium tanah juga memiliki serapan hara yang cukup untuk merangsang pertumbuhan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan medium campuran lainnya, serapan hara yang tinggi diindikasikan
meningkatkan pertumbuhan sel generatif pada tanaman mawar. Hal ini terlihat dari jumlah bunga yang
dihasilkan dan jumlah tunas yang terbentuk. Selain itu juga Tanah merupakan lapisan permukaan bumi
yang secara fisik berfungsi sebagai tempat berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur essensial
seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, CL dan lain-lainnya), dan secara biologis berfungsi
sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat
adiktif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman. Yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktifitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan ( Kemas, 2007).
Sedangkan menurut Lakitan (1995), fase pembungaan merupakan fenomena fisiologis yang
tidak sederhana, perubahan fase vegetatif menjadi generatif. Ini merupakan perubahan yang sangat
besar karena struktur jaringan menjadi berbeda sama sekali. Perubahan ini merupakan cerminan dari
pemacuan kelompok gen tertentu yang berperan dalam pembentukan bunga dan dari bunga akan
terlihat jumlah bunga yang melekat. Pertumbuhan tanaman berlangsung dengan sangat baik pada
medium tanah 100% dan tanpa pupuk NPK, hal ini pada medium tanah 100% ini telah mampu
memenuhi kebutuhan tanaman mawar akan unsur hara baik makro maupun mikro. Terpenuhinya unsur
hara bagi tanaman tersebut akan sangat mempengaruhi perkembangan generatif tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan:
Penggunaan medium tanah dengan kombinasi medium tanah dan arang sekam memberikan
respon yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tanaman mawar, penggunaan komposisi medium
tanah 100% memberikan pengaruh paling baik terhadap parameter jumlah tunas dan jumlah bunga.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penggunaan komposisi medium tanah 100% cukup
disarankan bagi mereka yang ingin membudidayakan tanaman mawar. Namun untuk mahasiswa yang
ingin melakukan penelitian tentang tanaman mawar sangat disarankan untuk menggunakan komposisi
media dan bahan yang lain untuk menemukan medium yang benar-benar bagus untuk perkembangan
dan pertumbuhan tanaman mawar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustariawan. 2010. Pertumbuhan setek tanaman mawar (rosa.sp) pada beberapa medium
tanam. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru (Tidak dipublikasikan).
Biro Pusat Statistik Provinsi Riau. 2009. Riau Dalam Angka. Badan Pusat Stastik.
Provinsi Riau. Pekanbaru.
De Willegen, P and M van Noordwijk.1987. Root, Plant Production and Nutrient Use Effeciancy
Onderzoek uitgevoerd op het Instituut voor Bedemvrumchtbaarheid. POBox 30003,
9750 RA Haren (Gr.) the Netherlands.
Dwijosaputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Elisa, 2004. Pembungaan dan Produksi Buah, www.elisa ugm. Ac. Id. Diakses tanggal 1 Februari
2012
Garder, F. P.,R.B. Pearce dan R.L.Michell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Gunawan. 2002. Dasar-Dasar Bercocok tanam. Kanisius. Yogyakarta.
Harjadi, S.S. 2002. Pengantar Agronomi. Gramadia Pustaka Utama. Jakarta.
Heddy, S. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta.
Jumin H.B. 2000. Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lakitan B. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
________. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi tumbuhan. Jakarta. Katalog dalam terbitan (KTD)
________. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lily, A. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.
Lingga. 1997. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mapegau. 2001. Ilmu Iklim dan Pengairan. CV. Yasaguna. Jakarta.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rismunandar. 1998. Budidaya dan Tata Niaga Pala Seri Pertanian. Penebar Swadaya.
Rukmana. R. 1995. Mawar. Kanisius. Jakarta
Sarief, E.S. 1987. Kesuburan dan pemupukan tanaman pertanian. Pustaka Buana. Jakarta.
_________. 1995. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Susanti. 2010. Wawancara “produksi mawar”. Di jalan Arifin Ahmad. Pekanbaru.
Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Thomas B. 1993. Internal and External Control of Flowering. In: Jordan BR (Ed). Molcular
biology of Flowering sussex. Cab International.
Vemmos N. 1995. 2009. Carbohydrate Change In Flowers, Leaves, Shoots and Spurs Of ”Cox’s
Orange Pippin” Apple During Flowering And fruit setting Periods. J Hort Sci
70:889-90.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Zulkarnain . 2009. Dasar-Dasar Holtikultura. Bumi Aksara. Jakarta.
Download