RANCANGAN PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR ....... TAHUN ...... TENTANG PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH , Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Undang-Undang Bantuan Hukum Nomor 16 Tahun 2011 jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum., dipandang perlu mengeluarkan Peraturan Walikota yang mengatur ketentuan pelaksanaan Pemberian dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum; Mengingat : Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum MEMUTUSKAN : Menetapkan : PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. 2. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. 3. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasya rakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. 4. Walikota Adalah Walikota Prabumulih 5. Biro Hukum, adalah Biro Hukum Sekretariat Daerah Kota Prabumulih yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. 6. Kelembagaan adalah lembaga Pemberi Bantuan Hukum yang telah memperoleh pengesahan berbadan hukum dari Kementerian Hukum Dan HAM. 7. Litigasi adalah penanganan perkara yang dilakukan pada semua tingkat pemeriksaan perkara Pidana dan Perdata. 8. Non litigasi adalah penanganan perkara dilakukan di luar pengadilan untuk penyele saiannya. 9. Verifikasi dan Akreditasi adalah proses penilaian dan penetapan kelayakan kelembagaan yang berbadan hukum sebagai Pemberi Bantuan Hukum. 10. Sertifikasi adalah penetapan hasil verifikasi dan akreditasi Pemberi Bantuan Hukum. BAB II ORGANISASI BANTUAN HUKUM Bagian Kesatu Kelembagaan Pemberi Bantuan Hukum Pasal 2 (1) Bantuan Hukum dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. berbadan hukum; b. memiliki Sertifikasi; c. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap; d. memiliki pengurus; e. memiliki program Bantuan Hukum; dan f. tidak berafiliasi ke partai politik. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf-a adalah Kelembagaan Pemberi Bantuan Hukum yang telah memperoleh : a. pengesahan badan hukum dari Kementerian Hukum Dan HAM sebelum undang-undang ini berlaku. b. pengesahan badan hukum dari Kementerian Hukum Dan HAM yang diperoleh setelah undang-undang ini berlaku menunggu 3 (tiga) tahun untuk dapat diverifikasi dan diakreditasi. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf-c adalah memiliki kantor tetap dan alamat yang jelas dibuktikan dengan surat-surat yang sah. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf d adalah memiliki Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota yang dituangkan dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf e adalah mempunyai Program Bantuan Hukum sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Bantuan Hukum. (6) Ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf f adalah partai politik baik yang telah lulus verifikasi maupun yang belum lulus verifikasi di Kementerian Hukum Dan HAM . Pasal 3 (1) Pemberi Bantuan Hukum yang akan menerima dana Bantuan Hukum harus memiliki Sertifikasi. (2) Kelembagaan Pemberi Bantuan Hukum yang dapat diverifikasi dan diakreditasi merujuk pada Pasal 2 ayat (2). Bagian Ketiga Pemberian Bantuan Hukum Pasal 4 (1) Anggota Pemberi Bantuan Hukum harus mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh kelembagaan Pemberi Bantuan Hukum untuk memenuhi Standar Bantuan Hukum, meliputi Hukum Acara dan Pemberkasan perkara serta Administrasi hukum. (2) Kelembagaan Pemberi Bantuan Hukum menyelenggarakan pendidikan Bantuan Hukum harus memiliki Ijin dari Intansi yang berwenang dan mempunyai Kurikulum dan buku-buku yang berkenaan dengan pendidikan itu. Pasal 5 (1) Bantuan Hukum diberikan kepada orang atau kelompok orang miskin yang dibuktikan dengan menunjukkan Surat Keterangan Tidak Mampu yang dikeluarkan oleh Lurah/ Kepala desa atau pejabat setingkat. (2) Pemberi Bantuan Hukum menerbitkan Kartu Perlindungan Masyakarat Bantuan Hukum (KPM BANKUM) Gratis kepada masyarakat miskin. (3) Dalam hal calon penerima bantuan hukum tidak memiliki identitas, Lurah/Kepala Desa di tempat kejadian perkara wajib mengeluarkan Surat Keterangan Tidak Mampu untuk keperluan penerimaan Bantuan Hukum. Pasal 6 Dalam hal Penerima Bantuan Hukum tidak memiliki identitas resmi, maka penerima dapat mengajukan alamat sementara secara tertulis yang dapat dipertanggung-jawabkan dimana Pemberi Bantuan Hukum berdomisili. Pasal 7 (1) Pemberian Bantuan hukum meliputi masalah-masalah hukum yang terjadi dan berkembang di tengah masyarakat baik secara litigasi maupun non litigasi. (2) Pemberian Bantuan Hukum dilakukan secara litigasi dan non litigasi diselenggarakan oleh Biro Hukum dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang telah memiliki Sertifikasi. Pasal 8 (1) Penerima Bantuan Hukum mengajukan permohonan bantuan hukum secara tertulis kepada Pemberi Bantuan Hukum. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: a. identitas Penerima Bantuan Hukum, dan b. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimintakan Bantuan Hukum. Pasal 9 (1) Penerima Bantuan Hukum yang tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis dapat mengajukan permohonan secara lisan. (2) Permohonan secara lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk tertulis dengan dibantu oleh Pemberi Bantuan Hukum. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani atau dicap jempol oleh Penerima Bantuan Hukum. Pasal 10 (1) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, Pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kepastian pemberian Bantuan Hukum secara tertulis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari. (2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya permohonan bantuan hukum. Pasal 11 Pemberi Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, berhak meminta surat kuasa dari penerima bantuan hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari. Pasal 12 Pemberian Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum diberikan hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa. Pasal 13 (1) Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dan non litigasi dilakukan oleh anggota yang ditugaskan dari kelembagaan yang telah memperoleh Sertifikasi. (2) Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dilakukan mulai adanya penyelidikan perkara sampai proses di Pengadilan baik perkara pidana maupun perdata. (3) Pemberian Bantuan Hukum secara non litigasi meliputi kegiatan : a. penyuluhan Hukum, yaitu salah satu kegiatan penyebarluasan informasi dan pemahaman terhadap norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna mewujudkan dan mengembangkan kesadaran hukum masyarakat. b. konsultasi Hukum, yaitu pemberian pelayanan jasa hukum berupa nasihat, penjelasan, informasi atau petunjuk kepada anggota masyarakat yang mempunyai permasalahan hukum untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. investigasi kasus, yaitu upaya untuk mengungkap suatu kasus pelanggaran hukum sampai memperoleh informasi tentang kasus. d. pendokumentasian hukum, yaitu upaya penyimpanan data hukum, baik secara elektronik maupun non elektronik e. penelitian hukum, yaitu upaya sistematis dengan menggunakan metode ilmiah untuk mengetahui berbagai permasalahan yang terkait dengan hukum. f. mediasi, yaitu upaya penyelesaian permasalahan hukum dengan menggunakan jasa pihak ketiga. g. negosiasi, yaitu pertemuan antara pihak-pihak yang berbeda kepentingan untuk mencapai kesepakatan bersama. h. pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang dihadapi; dan/atau i. pendampingan di luar pengadilan, yaitu suatu upaya atau proses pemberdayaan pelaku dan korban dalam menghadapi permasalahan hukumnya; (4) Pemberian Bantuan Hukum secara non litigasi sebagaimana dimaksud ayat (3) merujuk pada Pasal 14 ayat (2). (5) Pemberian Bantuan Hukum secara non litigasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat diberikan pada pelaku dan korban. BAB III PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM Bagian Kesatu Pengajuan Anggaran Dana Pasal 14 (1) Walikota mengajukan Rencana Anggaran Dana Penyelenggaraan Bantuan Hukum setiap tahun anggaran. (2) Rencana pengajuan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sejalan dengan: a. Rencana pembangunan jangka panjang, b. Rencana pembangunan jangka menengah, dan c. Rencana kerja Pemerintah Daerah. (3) Rencana pengajuan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Rencana Kerja Dan Anggaran Biro Hukum Sekretariat Daerah Kota Prabumulih sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan terkait keuangan negara. Pasal 15 Dalam pengajuan anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum, Kepala Biro Hukum wajib mempertimbangkan sisa anggaran yang tidak terserap karena kasus yang ditangani oleh Pemberi Bantuan Hukum belum selesai pada tahun anggaran sebelumnya. Pasal 16 Pemberi Bantuan Hukum mengajukan Rencana Anggaran Bantuan Hukum kepada Penyelenggara Bantuan Hukum pada pertengahan tahun untuk tahun berikutnya. Pasal 17 (1) Alokasi anggaran bantuan hukum kepada pemberi bantuan hukum harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis yaitu: a.Kriteria Umum : Kelembagaan berbadan hukum; b.Kriteria Khusus : Kelembagaan memiliki Sertifikasi. c. Kriteria Teknis : Kelembagaan telah melaksanakan Kerjasama (MoU) dengan Pengadilan dan Program Kartu Perlindungan Masyarakat Bantuan Hukum (KPM BANKUM) Gratis. (2) Besaran alokasi Anggaran Bantuan Hukum pada Pemberi Bantuan Hukum ditentukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis; (3) Alokasi Anggaran Bantuan pada pemberi bantuan hukum ditetapkan dengan keputusan Walikota atau pejabat yang dikuasakan Pasal 18 (1) Pemberi Bantuan Hukum mengajukan rencana anggaran Bantuan Hukum tahun anggaran berikutnya kepada Kepala Biro Hukum secara tertulis setelah rencana kerja anggaran Bagian Hukum, Organisasi dan Tatalaksana disetujui DPRD (2) Dalam pengajuan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemberi Bantuan Hukum harus melampirkan sertifikasi. (3) Pengajuan anggaran Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari Bantuan Hukum Litigasi dan Non Litigasi. (4) Pengajuan anggaran Bantuan Hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum ditetapkan dengan Keputusan Walikota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurangkurangnya memuat: a. Identitas Pemberi Bantuan Hukum b. Proposal dan jumlah perkara yang akan diberikan bantuan hukum Pasal 19 (1) Kepala Biro Hukum atau pejabat yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap berkas pengajuan anggaran Bantuan Hukum. (2) Kepala Biro Hukum atau pejabat yang berwenang memberitahukan hasil pemeriksaan berkas pengajuan anggaran Bantuan Hukum dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya berkas. Pasal 20 (1) Dalam hal pengajuan anggaran Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, Kepala Biro Hukum atau pejabat berwenang wajib memberikan pernyataan secara tertulis mengenai kelengkapan persyaratan. (2) Dalam hal pengajuan anggaran Bantuan Hukum belum memenuhi persyaratan, berkas dikembalikan kepada Pemberi Bantuan Hukum untuk dilengkapi. (3) Dalam hal pengajuan anggaran Bantuan Hukum ditolak, Kepala Biro Hukum atau pejabat berwenang wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis. Bagian Kedua Pencairan Dana Pasal 21 Pencairan dana Bantuan Hukum litigasi dan non litigasi dilakukan dengan penunjukan langsung kepada Pemberi Bantuan Hukum yang memiliki sertifikasi dan diberikan sekaligus dari anggaran yang disetujui Kepala Biro Hukum Pasal 22 (1) Pencairan dana Bantuan Hukum litigasi dan non litigas diberikan melalui bank yang ditunjuk dengan mempertimbangkan jumlah perkara yang ditangani Pemberi Bantuan Hukum dan dicairkan pada awal penanganan perkara dalam tahun anggaran berjalan. (2) Komponen yang dibiayai dan dibayarkan dengan dana bantuan hukum litigasi untuk kepentingan Penerima Bantuan Hukum sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sebagai biaya pendampingan yang meliputi : a. perkara pidana diberikan pada awal penanganan perkara dimulainya penyelidikan, dan penyidikan dibuktikan dengan permintaan dan Laporan Polisi (LP) dari Kepolisian dan atau dibuktikan dengan penetapan penunjukan dari majelis hakim kepada Pemberi Bantuan Hukum; b. perkara perdata diberikan pada saat perkara Permohonan atau Gugatan didaftarkan di Kepaniteraan oleh Pemberi Bantuan Hukum dibuktikan dengan nomor register perkara permohonan atau gugatan. (3) Komponen Biaya upaya hukum banding dan kasasi masing-masing sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) dibuktikan dengan pernyataan banding dan kasasi yang dikeluarkan kepaniteraan pengadilan (4) Komponen yang dibiayai dan dibayarkan dengan dana bantuan hukum non litigasi untuk kepentingan Penerima Bantuan Hukum disesuaikan menurut kegiatan yang diajukan oleh Pemberi Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2). (5) Setiap tahun Biro Hukum meninjau ulang besaran dana bantuan hukum sebagaimana dimaksud ayat (2) dengan mempertimbangkan perkem bangan komponen biaya penanganan perkara oleh Pemberi Bantuan Hukum. Pasal 23 Pencairan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dilaksanakan melalui unit kerja Bagian Hukum, Organisasi dan Tatalaksana yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan pemberian bantuan hukum. Pasal 24 (1) Penyelenggaraan Bantuan Hukum dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah anggaran yang dialokasikan untuk Biro Hukum (3) Selain anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (3) dapat berasal dari hibah dan/atau bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat. Bagian Ketiga Pertanggungjawaban Pasal 25 (1) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana Pemberian Bantuan Hukum wajib dibukukan dan dilaporkan sesuai dengan Standar Akuntasi Pemerintahan yang berlaku dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait keuangan Daerah. (2) Realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pemberian Bantuan Hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum wajib dilaporkan kepada Kepala Biro Hukum. Pasal 26 (1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 untuk perkara litigasi harus disampaikan tentang Perkembangan perkara yang sedang dalam proses penyelesaian; (2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, untuk non litigasi harus disertai laporan kegiatan yang telah dilaksanakan. Pasal 27 Walikota wajib menyampaikan laporan penggunaan anggaran pemberian bantuan hukum pada setiap akhir tahun sebagai bentuk pertanggung-jawaban pelaksanaan pemberian bantuan hukum kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pasal 28 (1) Pemberi Bantuan Hukum wajib mengelola secara terpisah administrasi keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan administrasi keuangan lainnya. (2) Pemberi Bantuan Hukum wajib membuat dan menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan dana pemberian bantuan hukum kepada Kepala Biro Hukum (3) Mekanisme pertanggungjawaban lebih lanjut diatur oleh Biro Hukum Bagian Keempat Pengawasan Pasal 29 Biro Hukum bertanggung jawab melakukan pengawasan atas penerimaan dan penggunaan anggaran Bantuan Hukum yang dilakukan oleh Pemberi Bantuan Hukum di Kota Prabumulih. Bagian Kelima Penindakan Pasal 30 (1) Pemberi Bantuan Hukum dapat dikenai tindakan dalam hal ditemukan adanya : a. laporan Penerima Bantuan Hukum yang tidak mendapatkan haknya sesuai Pasal 12 Undang-undang Bantuan Hukum; b. Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan Standar Bantuan Hukum; c. melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan tercela; d. penyalahgunaan penggunaan dana pemberian bantuan hukum; (2) Kepala Biro Hukum meneruskan temuan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 31 (1) Jenis Tindakan yang dapat dikenakan terhadap Pemberi Bantuan Hukum berupa : a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. pencabutan Dana Pemberian Bantuan Hukum. (2) Sebelum Pemberi Bantuan Hukum dikenai tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1), Pemberi Bantuan Hukum diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan diri. (3) Ketentuan tentang jenis tindakan yang dapat dikenakan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Standar Bantuan Hukum yang ditetapkan oleh Kepala Biro Hukum. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Dengan berlakunya Peraturan Walikota ini, peraturan tentang Bantuan Hukum yang ada di berbagai Biro /Lembaga, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 33 Dengan berlakunya Peraturan ini, penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan oleh Biro Hukum. Pasal 34 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Prabumulih, Pada tanggal .............2013 WALIKOTA PRABUMULIH, dto ................................................... Diumumkan di Prabumulih, Pada tanggal .......2013 SEKRETARIS DAERAH PRABUMULIH , dto ........................................ LEMBARAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2013 NOMOR ... PENJELASAN RANCANGAN PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR ....... TAHUN ...... TENTANG PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM I. II. UMUM Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini disebut secara tegas dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun prinsip negara hukum adalah antara lain menuntut adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law), tidak terkecuali bagi orang atau kelompok miskin yang selama ini belum terjangkau oleh keadilan. Permasalahan hukum yang banyak menjerat orang atau kelompok miskin saat ini semakin kompleks sehingga menuntut Pemerintah Daerah untuk segera mem perhatikan dan mengaturnya secara terencana, sistematik, berkesinambungan dan mengelolanya secara profesional. Oleh karena itu, adanya Peraturan Walikota mengenai Syarat dan Tata Cara Pemberian dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum ini, sebagai amanat dari Undang-Undang Bantuan Hukum Nomor 16 Tahun 2011 jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum, yang merupakan bagian dari penyelenggaraan bantuan hukum diarahkan dapat menjadi dasar hukum bagi penyusunan peraturan penyelenggaraan bantuan hukum di daerah serta mencegah terjadinya penyelenggaraan bantuan hukum sebagai praktek industri yang berorientasi pada keuntungan semata dan mengabaikan kepentingan-kepentingan para penerima bantuan hukum itu sendiri. Dalam Peraturan Walikota ini pemberian bantuan hukum meliputi ranah pidana dan perdata, baik secara litigasi maupun non litigasi yang sepenuhnya dilakukan oleh Para Pemberi Bantuan Hukum yang terdiri dari Organisasiorganisasi Bantuan Hukum. Bahwa aturan mengenai para Pemberi Bantuan Hukum atau Organisasi Bantuan Hukum harus berbadan hukum, tidak dimaksudkan untuk membatasi hak konstitusional dan kemandirian masyarakat dalam berorganisasi, akan tetapi hal ini harus dipahami sebagai suatu strategi nasional dalam manajemen organisasi yang profesional, efektif, dan berdaya saing serta untuk memudahkan dalam melakukan kerjasama dan koordinasi yang efektif, baik dengan Bupati dan Walikota maupun antar sesama pemberi bantuan hukum atau organisasi bantuan hukum. Dengan kejelasan dan ketegasan pengaturan mengenai syarat pemberian bantuan hukum, tata cara pemberian bantuan hukum, pengajuan anggaran, pencairan dana dan pertanggung jawaban serta dengan berdasarkan prinsip ketersediaan, keterjangkauan, keberlanjutan, kepercayaan, dan pertanggungjawaban, diharapkan Peraturan Walikota ini dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyeleng garaan bantuan hukum itu sendiri. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat 1 : huruf f : kelembagaan Pemberi Bantuan Hukum tidak mempunyai hubungan dengan Partai Politik, misalnya kelembagaan bukan dibentuk oleh partai politik dan atau kelembagaan sebagai underbow partai politik ayat(2): Cukup jelas ayat(3): Surat-surat yang sah dimaksud adalah surat hak milik, sewa, pinjam pakai, hibah, wakaf, dan sebagainya ayat(4): Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang masih berlaku dan diakui oleh pengurus dan anggota. ayat(5): Program tersebut sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku. Organisasi Pemberi Bantuan Hukum yang lahir setelah undang-undang ini baru dapat mengajukan anggaran bantuan hukum mulai tahun 2015. Program Bantuan Hukum yang dimaksud sekurang-kurangnya berisi tentang jumlah kasus yang ditangani termasuk yang melibatkan orang miskin, jenis kasus, waktu penanganan kasus, dan jumlah personalia yang menangani kasus. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Ayat (1) Dengan maksud anggota Kelembagaan Pemberi Bantuan Hukum mampu , siap memberikan dan menjalankan praktek-praktek hukum ditengahtengah masyarakat Ayat (2) Kelembagaan Pemberi Bantuan Hukum menyelenggarakan Pendidikan Bantuan Hukum bagi anggotanya harus memiliki izin dari Dinas Pendidikan untuk menyelenggarakan kursus/pendidikan keterampilan bantuan hukum yang mempunyai “Garis Besar Pokok Bahasan” terstruktur sehingga mempunyai nilai tambah bagi setiap pesertanya Pasal 5 Ayat (1) Yang dimaksud pejabat setingkat antara lain : Banjar, Kepala Nagari, Gampong, Kampung, Negeri atau dengan nama lain. Ayat(2) Penerima Bantuan Hukum menerima KPM Bankum Gratis memberikan foto kopi Kartu Tanda Penduduk sebagai bukti bagi kelembagaan pemberi bantuan hukum terlaksananya program bantuan hukum gratis bagi masyarakat miskin. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) Berupa surat keterangan tertulis yang ditandatangani dan stempel oleh pemberi Bantuan Hukum. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 11 Surat Kuasa dimaksud adalah Surat Kuasa khusus pemberian bantuan hukum yang ditanda-tangani atau cap jempol oleh Penerima Bantuan Hukum Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Ayat (1) Pejabat yang berwenang adalah Kuasa Pengguna Anggaran dilingkungan Biro Hukum Dan HAM yang tugas dan fungsinya menangani Bantuan Hukum. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Ayat(2): Kelembagaan pemberi bantuan hukum menerima biaya sebesar Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dalam penanganan perkara untuk transportasi dan akomodasi serta administrasi penanganan perkara dari awal sampai pada tingkat pertama (Pengadilan Negeri, Agama, Tata Usaha Negara) . Ayat(3) Kelembagaan pemberi bantuan hukum menerima biaya sebesar Rp.5.000.000 (lima juta rupiah) dalam penanganan perkara untuk transportasi dan akomodasi serta administrasi mengajukan upaya hukum banding ke Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi Agama, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan ; Kelembagaan pemberi bantuan hukum menerima biaya sebesar Rp.5.000.000 (lima juta rupiah) dalam penanganan perkara untuk transportasi dan akomodasi serta administrasi mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung R.I. Ayat(4) : Cukup jelas Ayat (5) : Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR …...