ALTERNATIF PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF MENGGUNAKAN TERAPI GELOMBANG OTAK Oleh :Imam Yuwono,M.Pd Kontak person: 08195193182 /081347477781 ABSTRAK Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan ini ditandai dengan ketidakmampuan menfokuskan perhatian kepada sesuatu yang dihadapi. Pada saat mengikuti pembelajaran perhatian mudah beralih pada suatu hal ke hal yang lain. Melakukan suatu kegiatan tidak terkontrol (hiperaktif) dan tidak sabaran (impulsif). Perilaku hiperaktif dan impulsif dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi dan komunikasi. Kriteria anak hiperaktif pada masa sekolah adalah sebagai berikut: (1) mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan perhatian) sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara baik. (2) jika diajak bicara siswa hiperaktif tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya (3) mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar dirinya.(4) tidak dapat duduk tenang walaupun dalam batas waktu lima menit dan suka bergerak serta selalu tampak gelisah. (5) sering mengucapkan kata-kata secara spontan (tidak sadar).(6) sering melontarkan pertanyaan yang tidak bermakna kepada guru selama pelajaran berlangsung. (7) mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya karena ia tidak memiliki perhatian yang baik Penelitian yang dilakukan oleh Steven W. Lee yang dikutip oleh Feni Olivia (2007) anak hiperkatif menghasilkan gelombang theta berlebihan. Tetapi tidak cukup menghasilkan gelombang beta. Gelombang theta merupakan gelombang otak pada kisaran frekwensi 4-8 Hz. Yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconsciaus mind). Gelombang theta muncul saat manusia bermimpi dan saat terjadi REM (rapit eye movement). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang dan merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar menyimpan materi yang berasal dari kreativitas yang tertekan atau tidak diberi kesempatan untuk muncul ke permukaan dan materi psilologis yang di tekan. Semua materi yang berhubungan dengan emosi, baik emosi positif maupun negatif tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Emosi–emosi yang negatif yang tidak teratasi dengan baik, setelah masuk ke pikiran bawah sadar akhirnya menjadi beban psikologis yang menghambat kemajuan diri seseorang. Gelombang beta adalah gelombang otak yang frekwensinya paling tinggi. Yaitu berkisar antara 12 sampai 40 Hz. Gelombang beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Kita menggunakan gelombang beta untuk berpikir, berinteraksi, berkonsentrasi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang berkurang dalam gelombang beta maka ia sulit untuk menfokuskan pikiran, dan menyadari sesuatu diluar diri. Penelitian ini akan mengungkap bagaimana cara meningkatkan gelombang beta anak hiperaktif dengan menggunakan terapi gelombang otak. PENDAHULUAN Istilah hiperaktif pada dasarnya diambil dari istilah ADHD (Attention Deficit Hyperactive Desorders). Definisi ADHD adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang. Terminologi lain yang dipakai mencakup beberapa kelainan perilaku meliputi perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap. PERMASALAHAN 1. Bagaimana cara melakukan terapi gelombang otak? 2. Apakah menggunakan terapi gelombang otak dapat mengurangi perilaku tak terkontrol anak hiperaktif? KAJIAN PUSTAKA Diagnosis anak hiperaktif Bila didapatkan seorang anak dengan usia 6 hingga 12 tahun yang menunjukkan tanda-tanda hiperaktif dengan prestasi akademik yang rendah dan kelainan perilaku, hendaknya dilakukan evaluasi awal kemungkinan. Untuk mendiagnosis ADHD digunakan kriteria DSM IV yang juga digunakan, harus terdapat 3 gejala : Hiperaktif, masalah perhatian dan masalah konduksi KRITERIA A MASING-MASING (1) ATAU (2) (1) Enam atau lebih dari gejala (2) Enam atau lebih gejala dari kurang perhatian atau konsentrasi yang tampak paling sedikit 6 bulan terakhir pada tingkat maladaptive dan tidak konsisten dalam perkembangan A. INATTENTION a. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara jelas atau membuat kesalahan yang tidak terkontrol dalam sekolah, bekerja atau aktivitas lainnya b. Sering mengalami kesulitan menjaga perhatian/ konsentrasi dalam menerima tugas atau aktifitas bermain c. Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung menyelesaikan pekerjaan rumah, pekerjaan atau tugas, mengerjakan perkerjaan rumah (bukan karena perilaku melawan), gagal untuk mengerti perintah d. Sering kesulitan mengatur tugas dan kegiatan e. Sering menghindar, tidak senang atau enggan mengerjakan tugas yang membutuhkan usaha (seperti pekerjaan sekolah atau perkerjaan rumah) f. Sering kehilangan suatu yang dibutuhkan untuk tugas atau kegiatan ( permainan, tugas sekolah, pensil, buku dan alat sekolah lainnya ) g. Sering mudah mengalihkan perhatian dari rangsangan dari luar yang tidak berkaitan h. Sering melupakan tugas atau kegiatan segari-hari Enam atau lebih gejala dari hiperaktivitas/impulsifitas yang menetap dalam 6 bulan terakhir B. HIPERAKTIFITAS a. Sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat dalam tempat duduk b. Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang mengharuskan tetap duduk. c. Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam keadaan perasaan tertentu atau kelelahan ) d. Sering kesulitan bermain atau sulit mengisi waktu luangnya dengan tenang. e. Sering berperilaku seperti mengendarai motor f. Sering berbicara berlebihan C. IMPULSIF a. Sering mengeluarkan perkataan tanpa berpikir, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai b. Sering sulit menunggu giliran atau antrian c. Sering menyela atau memaksakan terhadap orang lain (misalnya dalam percakapan atau permainan). KRITERIA B: Gejala hiperaktif-impulsif yang disebabkan gangguan sebelum usia 7 tahun. KRITERIA C : Beberapa gangguan yang menimbulkan gejala tampak dalam sedikitnya 2 atau lebih situasi ( misalnya di kelas, di permainan atau di rumah ) Penanganan anak hiperaktif yang selama ini dilakukan Melihat penyebab hiperaktif yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori penyebabnya. Beberapa terapi untuk anak hiperaktif: 1. Terapi medikasi atau farmakologi adalah penanganan dengan menggunakan obatobatan. Terapi ini hendaknya hanya sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls-impuls hiperaktif yang tidak terkendali. Sebelum digunakannya obat-obat ini, diagnosa ADHD haruslah ditegakkan lebih dulu dan pendekatan terapi okupasi lainnya secara simultan juga harus dilaksanakan, sebab bila hanya mengandalkan obat ini tidak akan efektif. Beberapa obat yang dipergunakan. Menurut beberapa penelitian dan pengalaman klinis banyak obat yang telah diberikan pada penderita ADHD, diantaranya adalah : antidepresan, Ritalin (Methylphenidate HCL) , Dexedrine (Dextroamphetamine saccharate/Dextroamphetamine sulfate) , Desoxyn (Methamphetamine HCL), Adderall (Amphetamine/Dextroamphetamine), Cylert (Pemoline), Busiprone (BuSpar), Clonidine (Catapres). Methylphenidate, merupakan obat yang paling sering dipergunakan, meskipun sebenarnya obat ini termasuk golongan stimulan, tetapi pada ksus hiperaktif sering kali justru menyebabkan ketenangan bagi pemakainanya. Selain methylphenidate juga dipakai Ritalin dalam bentuk tablet, memilki efek terapi yang cepat, setidaknya untuk 3-4 jam dan diberikan 2 atau 3 kali dalam sehari. Methylphenidate juga tersedia dalam bentuk dosis tunggal. Dextroamphetamine merupakan obat lain yang dipergunakan. Ritalin atau methylphenidate, obat stimulan yang biasa diberikan pada anak penyandang ADHD ternyata dapat menyebabkan perubahan struktur sel otak untuk jangka waktu lama, ilmuwan melaporkan. Joan Baizer profesor fisiologi dan biofisika dari University of Buffalo mengungkapkan pemberian Ritalin setiap hari selama bertahun tahun pada sel otak tikus terlihat sama seperti yang diakibatkan oleh amphetamin atau kokain. 2. Terapi nutrisi dan diet banyak dilakukan dalam penanganan penderita. Diantaranya adalah keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan pencernaan (Intestinal Permeability or "Leaky Gut Syndrome"), penanganan alergi makanan atau reaksi simpang makanan lainnya. Feingold Diet dapat dipakai sebagai terapi alternatif yang dilaporkan cukup efektif. Suatu substansi asam amino (protein), L-Tyrosine, telah diujicobakan dengan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa kasus, karena kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa (memproduksi) norepinephrin (neurotransmitter) yang juga dapat ditingkatkan produksinya dengan menggunakan golongan amphetamine. Beberapa terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential Fatty Acids, gangguan metabolisme asam amino dan toksisitas Logam berat. Terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeed back, terapi herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional Cina seperti akupuntur. 3. Terapi sensori integration. Sensori integration adalah pengorganisasian informasi melalui beberapa jenis sensori di anataranya adalah sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan grafitasi, penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman yang sangat berguna untuk menghasilkan respon yang bermakna. Beberapa jenis terapi sensori integration adalah memberikan stimulus vestibular, propioseptif dan taktil input. Menurunkan tactile defensivenes dan meningkatkan tactile discrimanation. Meningkatkan body awareness berhubungan dengan propioseptik dan kinestetik. Selain sensory integration terapi sensori lain yang dikenbal dalam terapi gangguan perkembangan dan perilaku adalah Snoezelen. Snoezelen adalah sebuah aktifitas yang dirancang mempengaruhi system Susunan Saraf pusat melalui pemberian stimuli yang cukup pada system sensori primer seperti penglihatan, pendengaran, peraba, perasa lidah dan pembau. Disamping itu juga melibatkan sensori internal seperti vestibular dan propioseptof untuk mencapai relaksasi atau aktivasi seseorang untuk memperbaiki kualitas hidupnya 4. Terapi okupasi untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh beberapa ahli perkembangan dan perilaku anak di dunia, diantaranya adalah sensory Integration (AYRES), snoezelen, neurodevelopment Treatment (BOBATH), modifukasi Perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya. 5. Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi. Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini harus melibatkan multi disiplin ilmu yang dikoordinasikan antara dokter, orangtua, guru dan lingkungan yang berpengaruh terhadap penderita. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah siswa hiperaktif di kelas IX SMP X dengan jumlah siswa sebanyak 9 orang, tiga orang diantaranya merupakan siswa hiperaktif. Penelitian dilakukan dengan durasi waktu selama 3 bulan. Prosedur dan tahap-tahap penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan Pra Penelitian, Pada kegiatan pra penelitian dilakukan pengamatan awal dengan cara mengamati perilaku siswa hiperaktif di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung, maupun di luar kelas pada saat anak istirahat. Hasil pengamatan ini dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan langkah tindakan berikutnya. Data yang dikumpulkan melalui studi pendahuluan dapat di deskripsikan sebagai berikut: a. Ketiga anak hiperaktif yang berinisial, S, Y, dan N di kelas IX selalu nampak gelisah dalam mengikuti pelajaran. Mereka hanya bisa bertahan duduk manis memperhatikan pelajaran maksimal 5 menit. b. Perhatian mereka mudah beralih-alih, tidak fokus ke materi pelajaran yang disampaikan guru, mereka selalu gagal dalam mengerjakan tugas c. Sering menunjukkan perilaku yang melanggar norma/aturan sekolah seperti naik kursi, naik meja dan keluar ruangan saat pembelajarn berlangsung d. Pada saat jam istirahat ketiga siswa hiperaktif membuat kelompok tersendiri, mereka cenderung bermain untuk menimbulkan kegaduhan. Seperti mengeluarkan suara keras (ha, ha, ha) secara bergantian e. Ketiga siswa ini sering bertindak tanpa kesadaran seperti, melempari genting sekolah menggunakan batu kerikil f. Saat jam istirahat ketiga siswa hiperaktif sangat menyukai bermain di pekarangan/kebun sekolah dari pada di dalam ruangan. g. Siswa Y dan S sangat menyukai kegiatan mengejar serangga, seperti kumbang, belalang maupun capung h. Siswa Y, S dan N akan berhenti melakukan aktifitas ketika mendengar suara serangga, mereka memperhatikan dengan seksama bunyi serangga di pekarangan sekolah. i. Siswa S sangat menyukai suara musik, sehingga pada saat pembelajaran jika ada suara musik perhatian siswa bisa beralih ke suara musik. 2. Kegiatan Penelitian, Tahap 1. Perencanaan tindakan, Rencana tindakan ini meliputi: a. Menyiapkan alat peraga pembelajaran berupa rekaman suara serangga, VCD player dan perangkatnya. b. Menyiapkan lembar pengamatan tentang perhatian siswa pada saat pembelajaran c. Mendesain rencana pembelajaran (RPP), membuat instrument tes perhatian dan mempersiapkan LKS Tahap 2. Pelaksanaan tindakan, tahap tindakan merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan, yaitu menggunakan pembelajaran dengan media belajar sambil mendengarkan suara serangga. Adapun langkah pembelajaran sebagai berikut: 1. Eksplorasi a. Kelas VII yang berjumlah 9 anak dibuat menjadi 3 kelompok belajar.Tiga orang siswa hiperaktif disebar kedalam kelompok-kelompok. Pada dasarnya setiap kelompok ada satu anak hiperaktif b. Guru menjelaskan prosedur belajar dengan diiringi musik suara serangga c. Guru membunyikan suara serangga untuk menarik perhatian siswa 2. Eksplanasi a. Guru membunyikan rekaman suara serangga dengan suara sayup-sayup b. Setelah semua anak tenang (tertuju pada suara serangga) guru mulai menjelaskan konsep operasi penjumlahan bilangan bulat. c. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan 3 orang, setiap kelompok ada satu siswa hiperaktif. d. Guru menugaskan kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok e. Siswa hiperaktif bersama siswa reguler mengerjakan tugas kelompok f. Suara serangga dibunyikan sayup-sayup mengiringi diskusi kelompok g. Suara serangga dibunyikan keras, ketika ada anak yang kurang memperhatikan jalannya diskusi. h. Ketika ingin menarik perhatian siswa suara serangga dikeraskan sesaat kemudian dikecilkan lagi 3. Ekspansi Pada tahap ini, guru memberikan kesimpulan materi yang telah dibahas guna memantapkan pemahaman siswa 4. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes secara lisan Tahap 3. Observasi Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung menggunakan lembar pengamatan. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa yang mengganggu perhatian terhadap pelajaran\ Tahap 4. Refleksi Pada tahap ini data yang diperoleh dalam siklus I dikumpulkan dan dianalisa. Hasil analisa pada tahapan ini akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan selanjutnya. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktifitas yang menggaggu perhatian siswa hiperaktif dalam proses belajar mengajar. Analisis Data dan Refleksi Data aktifitas yang mengganggu perhatian siswa diperoleh dengan cara melakukan pengamatan ketika proses relajar mengajar berlangsung. Data ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan skor rata-rata kriteria dan prosentase ketuntasan belajar secara perorangan. Menurut Depdikbud (1995) dalam Sawadi Nata (2006:9) Ketentuan ketuntasan belajar dihitung berdasarkan rumus: Jumlah perolehan skor Rata-rata skor = Jumlah option perilaku Jumlah perolehan skor Prosentase skor = x 100% Skor maksimal Adapun kriteria presentase sebagai berikut: Keterangan : 4 : Amat Baik 5 : Baik 6 : Sedang 7 : Cukup 8 : Kurang < 35% 35% - 44% 45% - 64% 65% - 84% 85% - 100% Kriteria ketuntasan belajar Siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran ketika, ia berkurang dalam melakukan perilaku yang mengganggu pelajaran. Aktifitas pengganggu perhatian dalam pembelajaran sebelumnya sebanyak 8 atau 9 kali (lebih dari 85%) dalam dua jam pelajaran. Setelah penelitian ini menurun hingga skor 5 atau kurang dari 44%. Dalam dua jam pelajaran. PEMBAHASAN 1. Cara terapi gelombang otak Terapi gelombang otak adalah jenis terapi permainan untuk merangsang otak agar menghasilkan impuls-impuls listrik. Aliran listrik ini, yang lebih dikenal sebagai gelombang otak. Gelombang otak diukur dengan dua cara yaitu amplitudo dan frekuensi. Amplitudo adalah besarnya daya impuls listrik yang diukur dalam satuan micro volt. Frekuensi adalah kecepatan emisi listrik yang diukur dalam cycle per detik, atau hertz. Frekuensi impuls menentukan jenis gelombang otak yaitu beta, alfa, theta, dan delta. Jenis atau kombinasi dan jenis gelombang otak menentukan kondisi kesadaran pada suatu saat. Pandangan keliru yang selama ini ada dalam benak banyak orang adalah otak hanya menghasilkan satu jenis gelombang pada suatu saat. Saat kita aktif berpikir kita berada pada gelombang beta. Kalau kita rileks kita berada di alfa. Kalau sedang ngelamun, kita di theta. Dan, kalau tidur lelap kita berada di delta. Pandangan itu salah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada suatu saat, pada umumnya, otak kita menghasilkan empat jenis gelombang secara bersamaan, namun dengan kadar yang berbeda. Dalam kondisi tertentu, misalnya meditasi, kita dapat secara sadar mengatur jenis gelombang otak mana yang ingin kita hasilkan. Setiap orang punya pola gelombang otak yang unik dan selalu konsisten. Keunikan itu tampak pada komposisi ke empat jenis gelombang pada saat tertentu. Komposisi gelombang otak itu menentukan tingkat kesadaran seseorang. Meskipun pola gelombang otak ini unik, tidak berarti akan selalu sama sepanjang waktu. Kita dapat secara sadar, dengan teknik tertentu, mengembangkan komposisi gelombang otak agar bermanfaat bagi diri kita. 2. Dasar pemikiran perlunya terapi gelombang otak bagi anak hiperaktif? Menurut beberapa penelitian, penyebab anak hiperaktif antara lain: 1. Adanya disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh dopamin sebagai neurotransmitter pencetus gerakan dan sebagai kontrol aktivitas diri. Akibatnya menyebabkan terjadinya hambatan pada sistem kontrol perilaku. Anak menjadi hiiperaktif salah satunya karena produksi hormon adrenalin tidak terkontrol. Hormon adrenalin merangsang untuk melakukan suatu kegiatan. Produksi hormon adrenalin yang berlebihan mengakibatkan anak melakukan kegiatan di luar kontrol diri. Kondisi ini mengakibatkan anak sulit untuk berkonsentrasi pada sesuatu yang dilakukan. (Psyichiatric Association Press (1994) 2. Anak hiperkatif menghasilkan gelombang theta berlebihan. Tetapi tidak cukup menghasilkan gelombang beta. Gelombang theta merupakan gelombang otak pada kisaran frekwensi 4-8 Hz. Yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconsciaus mind). Gelombang theta muncul saat manusia bermimpi dan saat terjadi REM (rapit eye movement). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang dan merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar menyimpan materi yang berasal dari kreativitas yang tertekan atau tidak diberi kesempatan untuk muncul ke permukaan dan materi psilologis yang di tekan. Semua materi yang berhubungan dengan emosi, baik emosi positif maupun negatif tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Emos–emosi yang negatif yang tidak teratasi dengan baik, setelah masuk ke pikiran bawah sadar akhirnya menjadi beban psikologis yang menghambat kemajuan diri seseorang. Gelombang beta adalah gelombang otak yang frekwensinya paling tinggi. Yaitu berkisar antara 12 sampai 40 Hz. Gelombang beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Kita menggunakan gelombang beta untuk berpikir, berinteraksi, berkonsentrasi dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun beta sering menghilang saat manusia menfokuskan pikiran, gelombang beta sangat dibutuhkan agar manusia dapat menyadari sesuatu diluar diri. Bersamaan dengan gelombang otak lainnya gelombang beta sangat dibutuhkan dalam proses kreatif. Tanpa gelombang beta semua kreatifitas yang merupakan hasil pikiran bawah sadar akan tetap terkunci dibawah sadar, tanpa bisa terangkat ke permukaan dan disadari oleh pikiran. Walaupun gelombang beta merupakan komponen penting dalam kesadaran diri manusia, namun gelombang beta tidak dapat beroperasi tanpa didukung oleh gelombang otak yang lain. Apabila hal ini terjadi maka seseorang akan dipenuhi rasa kekhawatiran, ketegangan dan proses berpikir yang tidak fokus. Gelombang alfa adalah gelombang otak yang frekwensinya sedikit lebih lambat dibandingkan beta. Yaitu 8-12 Hz (hertz). Gelombang alfa berhubungan dengan kondisi yang rilek dan santai. Dalam kondisi alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental secara jelas dan dapat merasakan sensasi dengan lima indera apa yang terjadi dalam pikiran. Gelombang alfa adalah pintu gerbang bawah sadar. Manfaat gelombang alfa adalah sebagai jembatan penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Untuk meningkatkan konsentrasi anak hiperaktif diperlukan latihan untuk mengurangi gelombang theta dan banyak menghasilkan gelombang beta. ( Steven W. Lee yang dikutip oleh Feni Olivia (2007) 3. Anak hiperaktif memiliki masalah dalam pendengaran. Bisa mendengar tetapi kesulitan mengerti apa yang didengarnya. Karena telinga dan otak tidak bekerja efesien dalam memproses suara. Ada yang kesulitan memilih suara dari banyak sumber suara yang berbeda. Ada yang kesulitan memusatkan pendengaran pada suara tertentu. Misalnya, seharusnya anak mendengar suara guru, tetapi ia malah tertarik pada bunyi es krim di luar ruangan. Akibatnya anak menjadi terganggu oleh suatu hal beberapa saat. Anak menjadi terganggu oleh suara disekitarnya. Memperbaiki jalur pendengaran dengan terapi suara akan memulihkan kapasitas pendengaran (penerimaan suara) sehingga anak akan dapat belajar terfokus dan menangkap suara yang diinginkan langsung ke pusat bahasa di otak. (Wilens TE dalam Widodo (2004) Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk menangani anak hiperaktif di sekolah maupun dirumah tidak bisa disamakan dengan melakukan remedial terhadap kesulitan belajar secara umum. Sebelum melakukan pembelajaran terhadap anak hiperaktif, perlu terlebih dahulu melakukan terapi sesuai dengan permasalahan anak. Terapi yang dilakukan difokuskan sebagai latihan kontrol hormon adrenalin, meningkatkan gelombang beta dan mengurangi gelombang theta. Selain itu terapi dimanfaatkan untuk memperbaiki jalur pendengaran, sebab kondisi telinga dan otak anak hiperaktif tidak efesien dalam memproses suara. Mereka kesulitan memilih suara dari banyak sumber suara yang berbeda. Terapi gelombang otak dapat dilakukan dengan menggunakan permainan-permainan untuk mengontrol hormon adrenalin, meningkatkan gelombang beta, dan memperbaiki jalur pendengaran 3. Terapi gelombang otak mengurangi perilaku tidak terkontrol Data hasil pengamatan tentang aktivitas yang mengganggu perhatian dalam pembelajaran ketika studi pendahuluan diperoleh melalui pengamatan ketika anak mengikuti pembelajaran matematika selama dua jam pelajaran atau 80 menit. Data yang diperoleh dirangkum pada tabel berikut: Tabel 1 : Hasil pengamatan aktifitas siswa yang mengganggu perhatian dalam pembelajaran No Aspek yang diamati Nama responden/ Presentase skor Rata –rata skor 1 Meninggalkan tempat duduk di 2 kelas 3 Berlari kesana kemari dalam kelas Y S N 8,6 7,8 7,8 Y S N 95,5 86,6 86,6 Gelisah dengan tangan dan kaki 4 yang senantiasa bergerak Melontarkan pertanyaan yang tidak 5 bermakna kepada guru Mengeluarkan suara aneh diluar kontrol diri Tabel diatas menunjukkan bahwa ketiga siswa hiperaktif yang menjadi responden Pada saat dilakukan pengamatan awal subyek memiliki kecenderungan melakukan kegiatan yang menggu perhatian pembelajaran yang sangat tinggi. Perilaku negatif ini dilakukan siswa sebanyak 7 sampai 9 kali dalam dua jam pelajaran. Artinya pada saat studi pendahuluan ketiga siswa sangat kurang dalam memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Pelaksanaan tindakan siklus pertama dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan atau 40x8 jam pelajaran = 320 menit. Tujuan yang ingin dicapai pada tindakan siklus pertama adalah meningkatnya perhatian siswa hiperaktif terhadap materi pelajaran. Tindakan yang dicobakan adalah menjelaskan konsep pelajaran dengan iringan suara serangga. Strategi pembelajaran yang dilakukan menggunakan langkah sebagai berikut: 1) Eksplorasi, kelas VII yang berjumlah 9 anak dibuat menjadi 3 kelompok belajar.Tiga orang siswa hiperaktif disebar kedalam kelompok-kelompok. Pada dasarnya setiap kelompok ada satu anak hiperaktif. Guru menjelaskan prosedur belajar dengan diiringi musik suara serangga.Guru memotivasi belajar siswa dengan cara bertanya tentang konsep pembelajaran yang akan disampaikan. Diakhir tahap ini anak hiperaktif diajak mendengarkan suara serangga dengan seksama. 2) Eksplanasi, pada tahap guru menjelaskan konsep matematika, diiringi suara serangga yang dimainkan dengan sayup-sayup. Guru memberikan kesempatan siswa untuk memahami konsep matematika dengan metode totorial teman sebaya (teman yang tidak hiperaktif). Jika anak hiperaktif yang melkukan kegiatan mengganggu perhatian, maka suara serangga di putar secara nyaring. Pada saat tertentu ketika siswa mulai tenang suara serangga dibunyikan sayupsayup. 3) Ekspansi, pada tahap ini, guru memberikan kesimpulan materi yang telah dibahas dengan teman sebaya memantapkan pemahaman siswa 4) Evaluasi, Evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan lisan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran. Observasi, pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti diakhir pertemuan siklus pertama. Observasi menggunakan lembar pengamatan. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data tentang aktivitas yang sebenarnya terjadi dalam proses belajar mengajar. Hasil pengmatan pada siklus pertama tertera pada tabel berikut: Tabel 2: Pengamatan aktifitas siswa yang mengganggu perhatian dalam pembelajaran No Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 SIKLUS I Nama responden/ Rata –rata skor Y S N Presentase skor Y S N 88,8 82,2 82,2 Meninggalkan tempat duduk di kelas Berlari kesana kemari dalam kelas Gelisah dengan tangan dan kaki yang senantiasa bergerak Melontarkan pertanyaan yang tidak bermakna kepada guru Mengeluarkan suara aneh diluar kontrol diri 8 7,6 7,6 Refleksi Tindakan pada siklus pertama dilakukan selama 4 kali pertemuan atau 8 jam pelajaran selama 320 menit. Pembelajaran diiringi suara serangga, ada siklus pertama, perilaku subyek tidak banyak mengalami perubahan dengan data studi pendahuluan. Dimungkinkan subyek masih menyesuaikan dengan media pembelajaran. Pada pertemuan akhir mulai berpengaruh pada perilaku subyek. Skor penurunan aktifitas pengganggu perhatian pada sesi ini belum mencapai hasil yang signifikan. Skor rata-rata yang diperoleh subyek Yadalah 8 atau kriteria kurang, subyek S = 7,6 atau kurang dan subyek N memperoleh 7,6 atau kurang. Perlakuan yang dilakukan pada sesi pertama belum banyak berpengaruh pada peningkatan perhatian subyek. Pada tahap eksplorasi siswa mendengarkan bunyi serangga tidak disertai penghayatan, sehingga pengaruh suara serangga terhadap peningkatan perhatian siswa tidak signifikan, bahkan cenderung sama dengan pada saat studi pendahuluan. Pada tahap eksplanasi, iringan bunyi serangga pada saat penyampaian konsep dan pada saat diskusi dengan teman sebaya berhasil menarik perhatian siswa hiperaktif. Walaupun skor penurunan perilaku mengganggu pembelajaran tidak menurun secara signifikan akan tetapi lebih baik daripada saat studipendahuluan. Revisi Pada siklus berikutnya perlu diadakan perubahan strategi penggunaan iringan susra serangga pada saat pembelajaran. Pada tahap eksplorasi siswa perlu peningkatan penghayatan terhadap bunyi serangga. Dengan menghayati diharapkan suara serangga akan mempengaruhi gelombang otak anak hiperaktif, yang akan mempengaruhi perhatian anak. Pada tahap eksplanasi musik yang ditimbulkan dari suara serangga dibunyikan secara sayup-sayup mengiringi pemahaman konsep matematika. Dengan suara sayup diharapkan akan memberikan ketenangan pada otak anak. Pelaksanaan tindakan siklus kedua, dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan atau 40x8 jam pelajaran = 320 menit. Tujuan yang ingin dicapai pada tindakan siklus kedua adalah mengoptimalkan perhatian siswa hiperaktif terhadap materi pelajaran. Tindakan yang dicobakan adalah menjelaskan konsep pelajaran dengan iringan suara serangga. Strategi pembelajaran yang dilakukan menggunakan langkah sebagai berikut: Eksplorasi (10 menit) 1) Bernyanyi bersama menggunakan iringan tepuk tangan 2) Mendengarkan suara serangga, kali ini posisi siswa duduk dengan tenang dilantai untuk meresapi alunan suara serangga 3) Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran hari itu, yaitu akan membahas beberapa operasi penjumlahan pada bilangan bulat. Eksplanasi (60 menit) 1) Guru membunyikan rekaman suara serangga dengan suara sayup-sayup 2) Setelah semua anak tenang (tertuju pada suara serangga) guru mulai menjelaskan konsep operasi penjumlahan bilangan bulat. 3) Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan 3 orang, setiap kelompok ada satu siswa hiperaktif. 4) Guru menugaskan kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok 5) Siswa hiperaktif bersama siswa reguler mengerjakan tugas kelompok 6) Suara serangga dibunyikan sayup-sayup mengiringi diskusi kelompok 7) Suara serangga dibunyikan keras, ketika ada anak yang kurang memperhatikan jalannya diskusi. 8) Ketika ingin menarik perhatian siswa suara serangga dikeraskan sesaat kemudian dikecilkan lagi Ekspansi (10 menit) 1) Bersama dengan siswa, guru membahas hasil kerja siswa dan dilanjutkan dengan menghitung skor yang diperoleh tiap kelompok 2) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor paling tinggi, dan kepada siswa yang paling memperhatikan pelajaran Observasi, pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti diakhir pertemuan siklus kedua. Observasi menggunakan lembar pengamatan. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa hiperaktif dalam proses belajar mengajar. Hasil pengmatan pada siklus pertama tertera pada tabel berikut: Tabel 3: Pengamatan aktifitas siswa yang mengganggu perhatian dalam pembelajaran SIKLUS II No Aspek yang diamati Nama responden/ Presentase skor Rata –rata skor 1 Meninggalkan tempat duduk di 2 kelas 3 Berlari kesana kemari dalam kelas Y S N 6,6 6,6 5,8 Y S N 73,3 73,3 64,4 Gelisah dengan tangan dan kaki 4 yang senantiasa bergerak Melontarkan pertanyaan yang tidak 5 bermakna kepada guru Mengeluarkan suara aneh diluar kontrol dir Refleksi Tindakan pada siklus kedua dilakukan selama 4 kali pertemuan atau 8 jam pelajaran selama 320 menit. Pembelajaran diiringi suara serangga, pada siklus kedua, perilaku subyek banyak mengalami perubahan dibandingkan pada siklus pertama. Dimungkinkan subyek mulai menyesuaikan strategi dan media pembelajaran. Terbukti skor aktifitas siswa yang mengganggu pembelajaran siswa Y dan S dengan skor 6,6 dan siswa N memperoleh skor 5,8. Ketiga siswa hiperaktif mengalami penurunan frekwensi aktifitas pengganggu perhatian yang cukup signifikan. Pasa sesi sebelumnya pada level kurang menjadi sedang. Prosentase skor menurun dari 88,8% pada sesi sebelumnya menurun menjadi 64,4%. Pada tahap eksplorasi siswa mendengarkan bunyi serangga mulai menggunakan penghayatan, sehingga pengaruh suara serangga terhadap peningkatan perhatian siswa cukup signifikan. Pada tahap eksplanasi, iringan bunyi serangga pada saat penyampaian konsep dan pada saat diskusi dengan teman sekelompok berhasil menarik perhatian siswa hiperaktif. Pengaturan frekwensi suara serangga untuk menarik perhatian siswa ketika terjadi kegaduhan ternyata mampu menarik perhatian siswa hiperaktif. Penurunan frekwensi gangguan perhatian pada siklus kedua ini cukup signifikan. Namun demikian belum mencapai batas penurunan yang diharapkan pada penelitian ini, yaitu menurunkan aktifitas pengganggu pelajaran dari 9 kali atau lebih dalam 2 jam pelajaran menjadi 4 atau 5 kali dalam 2 jam pelajaran. Dengan demikian perlu penambahan frekwensi tindakan pada siklus berikutnya. Revisi Tindakan pada siklus ketiga pada prinsipnya menggunakan strategi pembelajaran pada siklus kedua. Pemanfaatan suara serangga pada pembelajaran siklus ketiga selain untuk mengiringi penjelasan konsep perlu difariasikan lagi. Misalnya digunakan untuk menarik perhatian ketika anak tidak mau menjawab pertanyaan, untuk memberikan hadiah, ketika siswa bisa duduk dengan tenang. Menarik perhatian ketika ingin masuk kelas mengikuti pelajaran. Pelaksanaan tindakan siklus ketiga, dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan atau 40x8 jam pelajaran = 320 menit. Tujuan yang ingin dicapai pada tindakan siklus kedua adalah mengoptimalkan perhatian siswa hiperaktif terhadap materi pelajaran. Tindakan yang dicobakan adalah menjelaskan konsep pelajaran dengan iringan suara serangga. Strategi pembelajaran yang dilakukan menggunakan langkah sebagai berikut: Eksplorasi (10 menit) 1) Bernyanyi bersama menggunakan iringan tepuk tangan 2) Mendengarkan suara serangga, kali ini posisi siswa duduk dengan tenang dilantai untuk meresapi alunan suara serangga 3) Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran hari itu, yaitu akan membahas beberapa operasi penjumlahan pada bilangan bulat. Eksplanasi (60 menit) 1) Guru membunyikan rekaman suara serangga dengan suara sayup-sayup 2) Setelah semua anak tenang (tertuju pada suara serangga) guru mulai menjelaskan konsep operasi penjumlahan bilangan bulat dengan tehnik simpan dua bilangan 3) Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan 3 orang, setiap kelompok ada satu siswa hiperaktif. 4) Guru menugaskan kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok 5) Siswa hiperaktif bersama siswa reguler mengerjakan tugas kelompok 6) Suara serangga dibunyikan sayup-sayup mengiringi diskusi kelompok 7) Suara serangga dibunyikan keras, ketika ada anak yang kurang memperhatikan jalannya diskusi, seketika anak akan menoleh ke suara. Ketika anak memperhatikan pelajaran maka bunyi serangga diputar sayup-sayup lagi. 8) Suara serangga dibunyikan keras, ketika ada anak mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan bisa duduk dengan tenang. 9) Ketika ingin menarik perhatian siswa suara serangga dikeraskan sesaat kemudian dikecilkan 10) Bunyi serangga diputar ketika guru ingin menarik perhatian siswa untuk memasuki ruangan Ekspansi (10 menit) 11) Bersama dengan siswa, guru membahas hasil kerja siswa dan dilanjutkan dengan menghitung skor yang diperoleh tiap kelompok 12) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor paling tinggi, dan kepada siswa yang paling memperhatikan pelajaran Observasi, pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti diakhir pertemuan siklus ketiga. Observasi menggunakan lembar pengamatan. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa hiperaktif dalam proses belajar mengajar. Hasil pengmatan pada siklus ketiga tertera pada tabel berikut: Tabel 4: Pengamatan aktifitas siswa yang mengganggu perhatian dalam pembelajaran SIKLUS III No Aspek yang diamati Nama responden/ Presentase skor Rata –rata skor Y 1 Meninggalkan tempat duduk di kelas 2 Berlari kesana kemari dalam kelas 3 Gelisah dengan tangan dan kaki S N Y S N 55,5 48,8 yang senantiasa bergerak 4 Melontarkan pertanyaan yang tidak bermakna kepada guru 5 Mengeluarkan suara aneh diluar kontrol diri 5,4 5 4,4 60 Refleksi pelaksanaan tindakan siklus ketiga Pemanfaatan suara serangga pada pembelajaran siklus ketiga, berhasil merubah kebiasaan perilaku subyek penelitian yang mengganggu perhatian dalam pembelajaran. Terbukti skor aktifitas siswa yang mengganggu pembelajaran siswa Y = 5,4 atau kriteria baik, siswa S dengan skor 5 atau mencapai kriteria baik dan siswa N memperoleh skor 4,4 atau kriteria amat baik. Ketiga siswa hiperaktif mengalami penurunan frekwensi aktifitas pengganggu perhatian yang cukup signifikan. Pada sesi sebelumnya pada level kurang menjadi sedang. Prosentase skor menurun dari 88,8% pada sesi sebelumnya menurun menjadi 64,4%. Pada tahap eksplorasi siswa mendengarkan bunyi serangga mulai menggunakan penghayatan, sehingga pengaruh suara serangga terhadap peningkatan perhatian siswa cukup signifikan. Pada tahap eksplanasi, iringan bunyi serangga pada saat penyampaian konsep dan pada saat diskusi dengan teman sekelompok berhasil menarik perhatian siswa hiperaktif. Pengaturan frekwensi suara serangga untuk menarik perhatian siswa ketika terjadi kegaduhan ternyata mampu menarik perhatian siswa hiperaktif. Penurunan frekwensi gangguan perhatian pada siklus kedua ini cukup signifikan. Namun demikian telah mencapai batas penurunan yang diharapkan pada penelitian ini, yaitu menurunkan aktifitas pengganggu pelajaran dari 9 kali atau lebih dalam 2 jam pelajaran menjadi 4 atau 5 kali dalam 2 jam pelajaran. Pada siklus ketiga pengaruh pemanfaatan suara serangga berhasil meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan penelitian dan analisis hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terapi gelombang otak anak ADHD dapat dilakukan dengan mendengarkan suara serangga 2. Pemanfaatan bunyi serangga dalam pembelajaran matematika dapat digunakan untuk meningkatkan perhatian siswa hiperaktif. 3. Peningkatan perhatian siswa hiperaktif ditandai dengan menurunnya perilaku pengganggu perhatian dari 8/9 kali menjadi 4/5 kali dalam dua jam pelajaran. Atau dari prosentase skor tertinggi 95,5% menjadi 48,8%. 4. Penurunan perilaku pengganggu perhatian pembelajaran dengan angka diatas dibutuhkan waktu 960 menit atau 24 jam pelajaran. 5. Langkah pembelajaran pemanfaatan bunyi serangga, pada tahap eksplorasi siswa dikondisikan untuk menghayati alunan bunyi serangga untuk menarik minat anak, tahap eksplanasi bunyi serangga dikondisikan dengan suara sayup-sayup mengiringi penjelasan konsep matematika dan diskusi dengan teman sebaya. Tahap ekspansi bunyi serangga diatur sedemikian rupa untuk menarik perhatian ketika anak bertanya, menjawab pertanyaan dan melakukan aktifitas tak terkontrol Berdasarkan hasil temuan penelitian ini disarankan kepada: 1. Kepada guru maupun terapis anak hiperaktif menggunakan bunyi serangga dalam pembelajaran matematika. Penggunaan bunyi serangga bisa difariasikan untuk menarik perhatian, memotivasi belajar, menenangkan pikiran dan mengiringi diskusi 2. Kepada peneliti lanjutan, disarankan melakukan penelitian untuk mengukur seberapa besar pengaruh bunyi serangga untuk meningkatkan gelombang beta dan memperbaiki jalur pendengaran anak hiperaktif. DAFTAR PUSTAKA APA. Diagnostic and statistical manualof mental disorders. Washington. DC American Psychiatric Assosiation Press. 1994 Ashman. A &Elkin, J. (1994). Education Children with Special Need. New Jersey : Scon Edition Englewood eliffs Prentice. Inc. Berit H. Johnson & Skjorten M.D. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus. Bandung: Uniplb Forlag. Devisi International. Jurusan Pendidikan Kebutuhan Khusus Fak. Pendidikan Universitas Oslo. PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Berk, L.E. (1998). Development Through The Lifespan. Needham Heights. A Viacom Company: Allyn and Bacon. Elia J. Ambrosini PJ Rapoport : Treatment of attention –deficit-hyperactivity disorder. N Engl J Met 1999. Maret 11: 340 http://www.gelombangotak.com/ a/n Irawan Grainger, J. (1997). Children’s Behaviour, Attention and Reading Problems Strategies for School Based Interventions. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Jessica Grainger (2003), Children,s Behaviour Attention and Reading Problem : Terjemahan , Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Mercer, D.C. dan Mercer, A.R. (1989). Teaching Student with Learning Problem. Ohio: Merril Publishing Company. Skjorten, Miriam, D. & Johnsen, Berit, H.(2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus, Suatu Pengantar (Alih bahasa, Susi Septaviana R.). Bandung : PPS UPI. Sunanto, Juang (2006) Pengantar Penelitian dengan Subyek Tunggal: University of Tsukuba Widodo Judarwanto (2007) Penatalaksanaan Attention Deficit Hyperactive Disorders pada anak : jakarta BIODATA PENULIS a. Nama : Imam Yuwono, S.Pd..M.Pd b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP : 196608031991031014 d. Pendidikan : Pasca Sarjana /Pendidikan Berkebutuhan Khusus UPI Bandung Bekerjasama Univ.Oslo Norway e. Pekerjaan : Dosen PLB FKIP Unlam Banjarmasin