Kliping Tata Surya(tata surya)

advertisement
Pendahuluan
Tata surya (bahasa Inggris: solar system) terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan
semua objek yang yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang
sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet, planet-planet kerdil/katai,
dan satelit-satelit alami.
Tata surya dipercaya terbentuk semenjak 4,6 milyar tahun yang lalu dan merupakan hasil
penggumpalan gas dan debu di angkasa yang membentuk matahari dan kemudian planet-planet
yang mengelilinginya.
Tata surya terletak di tepi galaksi Bima Sakti dengan jarak sekitar 2,6 x 1017 km dari pusat galaksi,
atau sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Tata surya mengelilingi pusat
galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 220 km/detik, dan dibutuhkan waktu 225–250 juta tahun untuk
untuk sekali mengelilingi pusat galaksi. Dengan umur tata surya yang sekitar 4,6 milyar tahun, berarti
tata surya kita telah mengelilingi pusat galaksi sebanyak 20–25 kali dari semenjak terbentuk.
Tata surya dikekalkan oleh pengaruh gaya gravitasi matahari dan sistem yang setara tata surya, yang
mempunyai garis pusat setahun kecepatan cahaya, ditandai adanya taburan komet yang disebut
awan Oort. Selain itu juga terdapat awan Oort berbentuk piring di bagian dalam tata surya yang
dikenali sebagai awan Oort dalam.
Disebabkan oleh orbit planet yang membujur, jarak dan kedudukan planet berbanding kedudukan
matahari berubah mengikut kedudukan planet di orbit.
BAB I
Pengertian dan Sejarah
A. Asal Usul Tata Surya
Banyak hipotesis tentang asal usul tata surya telah dikemukakan para ahli, diantaranya :
1. Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant(1724-1804) pada tahun 1775.
Kemudian hipotesis ini disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Oleh
karena itu, hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis nebula Kant-Laplace. Pada tahap awal tata
surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut
nebula. Unsur gas sebagian besar berupa hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut
itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan akhirnya
menjadi bintang raksasa yang disebut matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan
perputarannya semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling
matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya
dan membentuk planet dalam. Dengan cara yang sama, planet luar juga terbentuk.
2. Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R.
Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk
akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
3. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries
pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal.
Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.
4. Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari
bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5. Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hampir
sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan
kecil.
B. Sejarah penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus)
telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang.
Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa
manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei
(1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam"
dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk
penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi
Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori
heliosentris, yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang digagas oleh
Nicolaus Copernicus (1473-1543) sebelumnya. Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi
oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695)
yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak bendabenda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan
Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan
dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit
selanjutnya
Pada 1781, William Hechell (1738-1782) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus
menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846.
Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian
ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada
setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan,
sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh
dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus
(disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar
100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari
objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di
antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km
pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei
2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga
memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya
adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya
Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
C. Daftar jarak planet
Daftar planet dan jarak rata-rata planet dengan matahari dalam tata surya adalah seperti berikut:
 57,9 juta kilometer
ke Merkurius
 108,2 juta kilometer
ke Venus
 149,6 juta kilometer
ke Bumi
 227,9 juta kilometer
ke Mars
 778,3 juta kilometer
ke Jupiter
 1.427,0 juta kilometer ke Saturnus
 2.871,0 juta kilometer ke Uranus
 4.497,0 juta kilometer ke Neptunus
Terdapat juga lingkaran asteroid yang kebanyakan mengelilingi matahari di antara orbit Mars dan
Jupiter.
Karena rotasinya terhadap sumbu masing-masing, garis khatulistiwa menjadi lingkar terpanjang yang
terdapat di setiap planet dan bintang.
BAB II
Galaksi Bima Sakti
A. Galaksi
Bintang selalu berada dalam kelompok-kelompok yang disebut galaksi, bersama dengan gas,
debu, dan "materi gelap"; ~10-20% galaksi terdiri dari bintang, gas, dan debu. Galaksi terjaga oleh
gaya gravitasi dan bagian galaksi yang mengorbit ke suatu pusat.
Ada beberapa bukti bahwa lubang hitam mungkin ada di pusat beberapa, atau kebanyakan
galaksi. Galaksi ber-evolusi dari protogalaksi.
Terdapat banyak Galaksi di alam semesta, contohnya: Galaksi Bimasakti,Galaksi
Andromeda,maupun Galaksi yang belum diberi nama atau belum ditemukan.
Matahari hanyalah satu dari sekian ribu bintang yang terdapat di galaksi bimasakti. Pusat dari
bimasakti diperkirakan bintang yang memiliki ukuran beberapa kali lebih besar dari matahari
B. Bima Sakti
Bima Sakti (dalam bahasa Inggris Milky Way, yang berasal dari bahasa Latin Via Lactea, diambil
lagi dari bahasa Yunani Γαλαξίας Galaxias yang berarti "susu") adalah galaksi spiral yang besar
termasuk dalam tipe Hubble SBbc dengan total masa sekitar 1012 massa matahari, yang memiliki
200-400 milyar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya. Jarak antara matahari dan pusat
galaksi diperkirakan 27.700 tahun cahaya. Di dalam galaksi bima sakti terdapat sistem Tata Surya,
yang didalamnya terdapat planet Bumi tempat kita tinggal. Diduga di pusat galaksi bersemayam
lubang hitam supermasif (black hole). Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam
supermasif ini. Tata surya kita memerlukan waktu 225–250 juta tahun untuk menyelesaikan satu
orbit, jadi telah 20–25 kali mengitari pusat galaksi dari sejak saat terbentuknya. Kecepatan orbit
tata surya adalah 217 km/d.
Di dalam bahasa Indonesia, istilah "Bima Sakti" berasal dari tokoh berkulit hitam dalam
pewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihatnya sebagai bayangan
hitam yang dikelilingi semacam "aura" cemerlang.
Diperkirakan ada 4 spiral utama dan 2 yang lebih kecil yang bermula dari tengah galaksi. Dan
dinamakan sebagai berikut:
 Lengan Norma
 Lengan Scutum-Crux
 Lengan Sagitarius
 Lengan Orion atau Lengan Lokal
 Lengan Perseus

Lengan Cygnus atau Lengan Luar
BAB III
Planet
A. Pengertian
Planet adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri berikut:




Mengorbit mengelilingi bintang atau sisa-sisa bintang;
Mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi
tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk kesetimbangan
hidrostatik (bentuk hampir bulat);
Tidak terlalu besar hingga dapat menyebabkan fusi termonuklir terhadap deuterium di intinya;
dan,
Telah "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit agar tidak
ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya sendiri) di
daerah sekitar orbitnya
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam sistem Tata Surya terdapat delapan planet. Hingga 24
Agustus 2006, sebelum Persatuan Astronomi Internasional (International Astronomical Union =
IAU) mengumumkan perubahan pada definisi "planet" sehingga seperti yang tersebut di atas,
terdapat sembilan planet termasuk Pluto, bahkan benda langit yang belakangan juga ditemukan
sempat dianggap sebagai planet baru, seperti: Ceres, Sedna, Orcus, Xena, Quaoar, UB 313.
Pluto, Ceres dan UB 313 kini berubah statusnya menjadi "planet kerdil/katai."
Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai yang artinya Bintang Pengelana.
Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat
berkelana (berpindah-pindah) dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan
ini (pada masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari. Namun
pada zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris, planet dianggap sebagai
representasi dewa di langit. Pada saat itu yang dimaksud dengan planet adalah tujuh benda
langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Astronomi modern
menghapus Matahari dan Bulan dari daftar karena tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang.
1. Planet dalam tata surya
Menurut IAU (Persatuan Astronomi Internasional), terdapat delapan planet dalam sistem Tata
Surya:
1. Merkurius
4. Mars
2. Venus
5. Yupiter
3. Bumi
6. Saturnus
7. Uranus
8. Neptunus
2. Sejarah
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian istilah “planet” berubah dari
“sesuatu” yang bergerak melintasi langit (relatif terhadap latar belakang bintang-bintang yang
“tetap”), menjadi benda yang bergerak mengelilingi Bumi. Ketika model heliosentrik mulai
mendominasi pada abad ke-16, planet mulai diterima sebagai “sesuatu” yang mengorbit
Matahari, dan Bumi hanyalah sebuah planet. Hingga pertengahan abad ke-19, semua obyek apa
pun yang ditemukan mengitari Matahari didaftarkan sebagai planet, dan jumlah “planet”
menjadi bertambah dengan cepat di penghujung abad itu.
Selama 1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak penemuan terbaru tidak mirip
dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas dan Vesta, yang telah
diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah abad, kemudian diklasifikan dengan
nama baru "asteroid". Pada titik ini, ketiadaan definisi formal membuat "planet" dipahami
sebagai benda 'besar' yang mengorbit Matahari. Tidak ada keperluan untuk menetapkan batasbatas definisi karena ukuran antara asteroid dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir
penemuan baru tampaknya telah berakhir.
Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah pengamatan-pengamatan awal
mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto berukuran lebih besar dari Bumi, IAU (yang baru saja
dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai planet. Pemantauan lebih jauh menemukan bahwa
obyek tersebut ternyata jauh lebih kecil dari dugaan semula, tetapi karena masih lebih besar
daripada semua asteroid yang diketahui, dan tampaknya tidak eksis dalam populasi yang besar,
IAU tetap mempertahankan statusnya selama kira-kira 70 tahun.
Pada 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek sejenis Pluto di daerah
yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-asteroid pada masa sebelumnya, Pluto ditemukan
hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi yang berjumlah ribuan. Semakin banyak
astronom yang meminta agar Pluto didefinisi ulang sebagai sebuah planet seiring
bertambahnya penemuan obyek-obyek sejenis. Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif
daripada Pluto, dipublikasikan secara luas sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin
mengemuka. Akhirnya pada 24 Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara, IAU membuat
definisi planet. Jumlah planet dalam Tata Surya berkurang menjadi 8 benda besar yang berhasil
“membersihkan lingkungannya” (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan
Neptunus), dan sebuah kelas baru diciptakan, yaitu planet katai, yang pada awalnya terdiri dari
tiga obyek, Ceres, Pluto dan Eris.
3. Sejarah nama-nama planet
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus)
telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang.
Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet (lihat tabel nama
planet di bawah). Pada abad ke-6 SM, bangsa Yunani memberi nama Stilbon (cemerlang) untuk
Planet Merkurius, Pyoroeis (berapi) untuk Mars, Phaethon (berkilau) untuk Jupiter, Phainon
(Bersinar) untuk Saturnus. Khusus planet Venus memiliki dua nama yaitu Hesperos (bintang
sore) dan Phosphoros (pembawa cahaya). Hal ini terjadi karena dahulu planet Venus yang
muncul di pagi dan di sore hari dianggap sebagai dua objek yang berbeda.
Pada abad ke-4 SM, Aristoteles memperkenalkan nama-nama dewa dalam mitologi untuk
planet-planet ini. Hermes menjadi nama untuk Merkurius, Ares untuk Mars, Zeus untuk Jupiter,
Kronos untuk Saturnus dan Aphrodite untuk Venus.
Pada masa selanjutnya di mana kebudayaan Romawi menjadi lebih berjaya dibanding Yunani,
semua nama planet dialihkan menjadi nama-nama dewa mereka. Kebetulan dewa-dewa dalam
mitologi Yunani mempunyai padanan dalam mitologi Romawi sehingga planet-planet tersebut
dinamai dengan nama yang kita kenal sekarang.
Hingga masa sekarang, tradisi penamaan planet menggunakan nama dewa dalam mitologi
Romawi masih berlanjut. Namun demikian ketika planet ke-7 ditemukan, planet ini diberi nama
Uranus yang merupakan nama dewa Yunani. Dinamakan Uranus karena Uranus adalah ayah
dari |Kronos (Saturnus). Mitologi Romawi sendiri tidak memiliki padanan untuk dewa Uranus.
Planet ke-8 diberi nama Neptunus, dewa laut dalam mitologi Romawi.
B. Karakteristik Planet di Bima Sakti
1. Merkurius
Merkurius adalah planet di terkecil di dalam tata surya dan juga yang terdekat dengan Matahari
dengan kala revolusi 88 hari. Kecerahan planet ini berkisar diantara -2 sampai 5,5 dalam
magnitudo tampak namun tidak mudah terlihat karena sudut pandangnya dengan matahari kecil
(dengan rentangan paling jauh sebesar 28,3 derajat. Merkurius hanya bisa terlihat pada saat
subuh atau maghrib. Tidak begitu banyak yang diketahui tentang Merkurius karena hanya satu
pesawat antariksa yang pernah mendekatinya yaitu Mariner 10 pada tahun 1974 sampai 1975.
Mariner 10 hanya berhasil memetakan sekitar 40 sampai 45 persen dari permukaan planet.
Mirip dengan Bulan, Merkurius mempunyai banyak kawah dan juga tidak mempunyai satelit
alami serta atmosfir. Merkurius mempunyai inti besi yang menciptakan sebuah medan magnet
dengan kekuatan 0.1% dari kekuatan medan magnet bumi. Suhu permukaan dari Merkurius
berkisar antara 90 sampai 700 Kelvin (-180 sampai 430 derajat selsius),
Pengamatan tercatat dari Merkurius paling awal dimulai dari jaman orang Sumeria pada
milenium ke tiga sebelum masehi. Bangsa Romawi menamakan planet ini dengan nama salah
satu dari dewa mereka, Merkurius (dikenal juga sebagai Hermes pada mitologi Yunani dan Nabu
pada mitologi Babilonia). Lambang astronomis untuk merkurius adalah abstraksi dari kepala
Merkurius sang dewa dengan topi bersayap diatas caduceus. Orang Yunani pada jaman Hesiod
menamai Merkurius Stilbon dan Hermaon karena sebelum abad ke lima sebelum masehi mereka
mengira bahwa Merkurius itu adalah dua benda antariksa yang berbeda, yang satu hanya
tampak pada saat matahari terbit dan yang satunya lagi hanya tampak pada saat matahari
terbenam. Di India, Merkurius dinamai Budha (बध
ु ), anak dari Candra sang bulan. Di budaya
Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam, Merkurius dinamakan "bintang air". Orang-orang Ibrani
menamakannya Kokhav Hamah (‫)חמה כוכב‬, "bintang dari yang panas" ("yang panas" maksudnya
matahari). Diameter Merkurius 40% lebih kecil daripada Bumi (4879,4 km), dan 40% lebih besar
daripada Bulan. Ukurannya juga lebih kecil (walaupun lebih padat) daripada bulan Jupiter,
Ganymede dan bulan Saturnus, Titan.
Struktur Dalam
Dengan diameter sebesar 4879 km di katulistiwa, Merkurius adalah planet terkecil dari empat
planet kebumian di Tata Surya. Merkurius terdiri dari 70% logam dan 30% silikat serta
mempunyai kepadatan sebesar 5,43 g/cm3 hanya sedikit dibawah kepadatan Bumi. Namun
apabila efek dari tekanan gravitasi tidak dihitung maka Merkurius lebih padat dari Bumi dengan
kepadatan tak terkompres dari Merkurius 5,3 g/cm3 dan Bumi hanya 4,4 g/cm3.
Kepadatan Merkurius digunakan untuk menduga struktur dalamnya. Kepadatan Bumi yang tinggi
tercipta karena tekanan gravitasi, terutamanya di bagian inti. Merkurius namun jauh lebih kecil
dan bagian dalamnya tidak terdapat seperti bumi sehingga kepadatannya yang tinggi diduga
karena planet tersebut mempunyai inti yang besar dan kaya akan besi. Para ahli bumi menaksir
bahwa inti Merkurius menempati 42 % dari volumenya (inti Bumi hanya menempati 17% dari
volume Bumi). Menurut riset terbaru, kemungkinan besar inti Merkurius adalah cair.
Mantel setebal 600 km menyelimuti inti Merkurius dan kerak dari Merkurius diduga setebal 100
sampai 200 km. Permukaan merkurius mempunyai banyak perbukitan yang kurus, beberapa
mencapai ratusan kilometer panjangnya. Diduga perbukitan ini terbentuk karena inti dan mantel
Merkurius mendingin dan menciut pada saat kerak sudah membatu.
Merkurius mengandung besi lebih banyak dari planet lainnya di tata surya dan beberapa teori
telah diajukan untuk menjelaskannya. Teori yang paling luas diterima adalah bahwa Merkuri
pada awalnya mempunyai perbandingan logam-silikat mirip dengan meteor Kondrit umumnya
dan mempunyai massa sekitar 2,25 kali massanya yang sekarang. Namun pada awal sejarah tata
surya, merkurius tertabrak oleh sebuah planetesimal berukuran sekitar seperenam dari
massanya. Benturan tersebut telah melepaskan sebagian besar dari kerak dan mantel asli
Merkurius dan meninggalkan intinya. Proses yang sama juga telah diajukan untuk menjelaskan
penciptaan dari Bulan.
Teori yang lain menyatakan bahwa Merkurius mungkin telah terbentuk dari nebula Matahari
sebelum energi keluaran Matahari telah stabil. Merkurius pada awalnya mempunyai dua kali
dari massanya yang sekarang, namun dengan mengambangnya protomatahari, suhu di sekitar
merkuri dapat mencapai sekitar 2500 sampai 3500 Kelvin dan mungkin mencapai 10000 Kelvin.
Sebagian besar permukaan Merkurius akan menguap pada temperatur seperti itu, membuat
sebuah atmosfir "uap batu" yang mungkin tertiup oleh angin matahari
Teori ketiga mengajukan bahwa mengakibatkan tarikan pada partikel yang darinya Merkurius
akan terbentuk sehingga partikel yang lebih ringan hilang dari materi pengimbuhan. Masingmasing dari teori ini memprediksikan susunan permukaan yang berbeda. Dua misi antariksa di
masa datang, MESSENGER dan BepiColombo akan menguji teori-teori ini.
2. Venus
Venus adalah planet terdekat kedua dari matahari setelah Merkurius. Planet ini memiliki radius
6.052 km dan mengelilingi matahari dalam waktu 225 hari. Atmosfer Venus mengandung 97%
karbondioksida (CO2) dan 3% nitrogen, sehingga hampir tidak mungkin terdapat kehidupan.
Arah rotasi Venus berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain. Selain itu, jangka waktu
rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi matahari.
Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat
tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar
astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat
melangsungkan kehidupan.
3. Bumi
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai
4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU
(ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang
disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu,
dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700
kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan
Eksosfer.
Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi
bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara -70°C hingga 55°C
bergantung pada iklim setempat. Sehari di dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama
dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760 milyar ton, dengan luas
permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter
kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis
Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi
mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri
dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas lain.
Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370
kilometer dengan suhu 4.500°C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100
kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi
bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada
beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift)
yang menghasilkan gempa bumi.
Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik
terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau
terdalam adalah Danau Titicaca, dan laut terbesar adalah Laut Kaspia.
Lapisan bumi
Menurut komposisi (jenis dari material) -nya, bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai
berikut :
 Kerak Bumi
 Mantel Bumi
 Inti Bumi
Sedangkan menurut sifat mekanik (sifat dari material) -nya, bumi dapat dibagi menjadi lapisanlapisan sebagai berikut :
 Litosfir
 Astenosfir
 Mesosfir
 Inti Bumi bagian luar
 Inti Bumi bagian dalam
4. Mars
Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari. Lingkungan Mars lebih bersahabat bagi
kehidupan dibandingkan keadaan Planet Venus. Namun begitu, keadaannya tidak cukup ideal
untuk manusia. Suhu udara yang cukup rendah dan tekanan udara yang rendah, ditambah
dengan komposisi udara yang sebagian besar karbondioksida, menyebabkan manusia harus
menggunakan alat bantu pernafasan jika ingin tinggal di sana. Misi-misi ke planet merah ini,
sampai penghujung abad ke-20, belum menemukan jejak kehidupan di sana, meskipun yang
amat sederhana.
Planet ini memiliki 2 buah satelit, yaitu Phobos dan Deimos. Planet ini mengorbit selama 687
hari dalam mengelilingi matahari. Planet ini juga berotasi. Kala rotasinya 24,62 jam.
Dalam mitologi Yunani, Mars identik dengan dewa perang, yaitu Aries, putra dari Zeus dan Hera.
Di planet Mars, terdapat sebuah fitur unik di daerah Cydonia Mensae. Fitur ini merupakan
sebuah perbukitan yang bila dilihat dari atas nampak sebagai sebuah wajah manusia. Banyak
orang yang menganggapnya sebagai sebuah bukti dari peradaban yang telah lama musnah di
Mars, walaupun di masa kini, telah terbukti bahwa fitur tersebut hanyalah sebuah kenampakan
alam biasa.
5. 1 Ceres
1 Ceres adalah sebuah planet kerdil yang terletak di sabuk asteroid. Ceres ditemukan pada 1
Januari 1801 oleh Giuseppe Piazzi. Awalnya saat ditemukan Ceres dianggap sebagai sebuah
planet, namun setengah abad kemudian dan selama 150 tahun selanjutnya, Ceres
diklasifikasikan sebagai sebuah asteroid. Pada 24 Agustus 2006, Persatuan Astronomi
Internasional memutuskan untuk mengubah status Ceres menjadi "planet kerdil".
Ceres mempunyai massa sebesar 9,45±0,04 × 1020 kg. Dengan diameter sekitar 950 km, Ceres
adalah benda angkasa terbesar di sabuk asteroid utama.
6. Yupiter
Yupiter atau Jupiter adalah planet terdekat kelima dari matahari setelah Merkurius, Venus,
Bumi, dan Mars.
Jarak rata-rata antara Jupiter dan Matahari adalah 778,3 juta km. Jupiter adalah planet terbesar
dan terberat dengan diameter 14.980 km dan memiliki massa 318 kali massa bumi. Periode
rotasi planet ini adalah 9,8 jam, sedangkan periode revolusi adalah 11,86 tahun.
Di permukaan planet ini terdapat bintik merah raksasa. Atmosfer Jupiter mengandung hidrogen
(H), helium (He), metana (CH4), dan amonia (NH3). Suhu di permukaan planet ini berkisar dari 140oC sampai dengan 21oC. Seperti planet lain, Jupiter tersusun atas unsur besi dan unsur
berat lainnya. Jupiter memiliki 63 satelit, di antaranya Io, Europa, Ganymede, Callisto (Galilean
moons).
7. Saturnus
Saturnus adalah sebuah planet yang terletak di tata surya dimana planet ini terkenal sebagai
planet bercincin. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari. Karena itulah, Saturnus tampak tidak
terlalu cerah dari Bumi. Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi,
Saturnus, dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi, Saturnus juga
berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14 menit.
Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya berupa gas
dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat. Atmosfer Saturnus tersusun
atas gas amonia dan metana. Hal ini tentu tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.
Cincin Saturnus sangat unik. Terdapat beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan
pembentuk cincin ini masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak
mungkin terbuat dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak
mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya
gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu
adalah bongkahan-bongkahan es meteorit.
Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami. Tujuh diantaranya cukup masif
untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas,
Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet
Merkurius), dan Iapetus.
Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub, dan dibengkakkan keluar disekitar
khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus sebesar 120.536 km (74.867 mil) dimana diameter
dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sebesar 108.728 km (67.535 mil), berbeda sebesar 9%.
Bentuk yang diratakan ini disebabkan oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 10 jam
14 menit waktu Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang massa jenisnya
lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar
daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang mengandung gas, sehingga massa jenis relatif
planet ini sebesar is 0.69 g/cm³ (lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika Saturnus
diletakan diatas kolam yang penuh air, Saturnus akan mengapung.
Bagian luar atmosfer Saturnus terbuat dari 96.7% hidrogen dan 3% helium, 0.2% metana dan
0.02% amonia. Pada atmosfer Saturnus juga terdapat sedikit kandungan asetilena, etana dan
fosfin.
Inti Planet Saturnus mirip dengan Yupiter. Planet ini memiliki inti planet di pusatnya dan sangat
panas, temperaturnya mencapai 15.000 K (26.540 °F, 14.730 °C). Inti Planet Saturnus sangat
panas dan inti planet ini meradiasi sekitar 21/2 kali lebih panas daripada jumlah energi yang
diterima Saturnus dari Matahari. Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan Bumi, namun
jumlah massa jenisnya lebih besar. Diatas inti Saturnus terdapat bagian yang lebih tipis yang
merupakan hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600 mil). Diatas bagian tersebut terdapat
daerah liquid hidrogen dan helium. Inti planet Saturnus berat, dengan massa sekitar 9 sampai
22 kali lebih dari massa inti Bumi.
Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang menjadikannya sebagai salah satu obyek
dapat dilihat yang paling menakjubkan dalam sistem tata surya.
Cincin itu pertama sekali dilihat oleh Galileo Galilei pada tahun 1610 dengan teleskopnya, tetapi
dia tidak dapat memastikannya. Dia kemudian menulis kepada adipati Toscana bahwa
"Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir bersentuhan dan tidak bergerak.
Cincin itu tersusun dalam garis sejajar dengan zodiak, dan yang ditengah (Saturnus) adalah tiga
kali besar yang lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira bahwa Saturnus memiliki "telinga."
Pada tahun 1612 sudut cincin menghadap tepat pada bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang,
dan kemudian pada tahun 1613 cincin itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung.
Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan sehingga 1655 oleh Christian Huygens, yang
menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo.
Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini menentukan bahwa cincin Saturnus sebenarnya
terdiri dari berbagai cincin yang lebih kecil dengan ruang antara mereka, bagian terbesar
dinamakan Divisi Cassini.
Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell menunjukan bahwa cincin tersebut tidak padat, namun
terbuat dari partikel-partikel kecil, yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri, dan jika tidak, cincin
itu akan tidak stabil atau terpisah. James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan
spektrometer tahun 1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.
8. Uranus
Uranus adalah planet terjauh ke-7 dari Matahari setelah Saturnus, ditemukan pada 1781 oleh
William Herschel (1738-1822). Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet
ini ada yang mengganggu. Kemudian Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan
Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus.
Uranus memiliki jarak dengan Matahari sebesar 2875 juta km. Uranus memiliki diameter
mencapai 51.118 km dan memiliki massa 14,54 massa Bumi. Periode rotasi planet ini adalah
17,25 jam, sedangkan periode revolusi adalah 84 tahun. Bentuk planet ini mirip dengan Bulan
dengan permukaan berwarna hijau dan biru. Uranus memiliki 18 satelit alami, diantaranya Ariel,
Umbriel, Miranda, Titania, dan Oberon.
9. Neptunus
Neptunus memiliki jarak rata-rata dengan Matahari sebesar 4.450 juta km. Neptunus memiliki
diameter mencapai 49.530 km dan memiliki massa 17,2 massa Bumi. Periode rotasi planet ini
adalah 16,1 jam., sedangkan periode revolusi adalah 164,8 tahun. Bentuk planet ini mirip
dengan Bulan dengan permukaan terdapat lapisan tipis silikat. Komposisi penyusun planet ini
adalah besi dan unsur berat lainnya. Planet Neptunus memiliki 8 buah satelit, di antaranya
Triton, Proteus, Nereid, dan Larissa.
10. Pluto
Pluto (nama resmi: 134340) adalah sebuah planet katai (dwarf planet) dalam Tata Surya.
Sebelum 24 Agustus 2006, Pluto berstatus sebagai sebuah planet dan setelah pengukuran,
merupakan planet terkecil dan terjauh (urutan kesembilan) dari matahari.
Pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini
diberikan oleh Minor Planet Center (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam
mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita.
Pada 1978 Pluto diketahui memiliki satelit yang berukuran tidak terlalu kecil darinya bernama
Charon (berdiameter 1.196 km). Kemudian ditemukan lagi satelit lainnya, Nix dan Hydra.
Setelah 75 tahun semenjak ditemukan, Pluto masih terbalut misteri. Saat ini wahana nirawak
New Horizons telah diluncurkan untuk meneliti Pluto dan diperkirakan akan mendekati Pluto
dalam jarak terkecil pada Juli 2015.
Sejak ditemukan oleh Clyde William Tombaugh, seorang astronom muda di Observatorium
Lowell, pada 18 Februari 1930, Pluto kemudian menjadi salah satu anggota dari Tata Surya yang
paling jauh letaknya.
Jarak Pluto dengan matahari adalah 5.900,1 juta kilometer. Pluto memiliki diameter yang
mencapai 4.862 km dan memiliki massa 0,002 massa Bumi. Periode rotasi Pluto adalah 6,39
hari, sedangkan periode revolusi adalah 248,4 tahun. Bentuk Pluto mirip dengan Bulan dengan
atmosfer yang mengandung metan. Suhu permukaan Pluto berkisar -233oCelsius sampai
dengan-223o Celsius, sehingga sebagian besar berwujud es.
Kalau melihat sejarahnya, Pluto sebenarnya ditemukan lantaran adanya teori mengenai planet
kesembilan dalam sistem tata surya Bimasakti.
Baru kemudian setelah Clyde mampu menunjukkan bukti-bukti nyata dalam penelitiannya,
akhirnya Pluto resmi menjadi salah satu planet yang menentukan rotasi galaksi ini.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada
setelah Neptunus. Kemudian, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai
planet yang sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan status
Pluto sebagai planet
Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang
Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada
sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah
bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk
Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna
(1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km
pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga
memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya
adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya
Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku lebih mirip objek Sabuk
Kuiper dibanding sebuah planet, demikian anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang
berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga
terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet. Pluto juga
berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.
Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International
Astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda langit,
menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa astronom juga tetap
ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti
planet, sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga
mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.
Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000
ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi "planet katai".
11. Eris
Eris merupakan jenis planet Katai, yang memiliki diameter 2400 km ± 100 km yang berada
setelah planet pluto.
Planet katai atau planet kerdil (bahasa Inggris: dwarf planet) adalah sebutan bagi benda-benda
langit dalam Tata Surya yang sesuai dengan ciri-ciri berikut:
 mengorbit mengelilingi matahari
 mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi
tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk ekuilibrium
hidrostatik (bentuk hampir bulat)
 belum "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit
agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain
satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya
 bukan merupakan satelit sebuah planet atau benda angkasa nonbintang lainnya
Kategori "planet katai" ini diciptakan pada pertemuan Persatuan Astronomi Internasional pada
24 Agustus 2006. Berdasarkan definisi ini, Pluto harus berubah statusnya dari planet menjadi
planet katai karena Pluto belum mengosongkan daerah di sekitar orbitnya (Sabuk Kuiper).
Benda yang diperkirakan adalah Katai :
 Pluto
 Ceres
 Eris
C. Matahari
Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 kilometer
(93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet (yang sudah diketahui/ditemukan oleh
manusia) membentuk Tata Surya. Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G.
Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul. Matahari
mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah ekuatorialnya 864.000
mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih pendek. Matahari merupakan anggota
Tata Surya yang paling besar, karena 98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari.
Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat sumber tenaga di
lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer,
kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar, matahari, yang terdiri dari gas panas menukar zat
hidrogen dengan zat helium melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu
kehilangan empat juta ton massa setiap saat.
Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa matahari adalah
1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi yang
dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt per meter persegi setiap saat. Matahari
sebagai pusat Tata Surya merupakan bintang generasi kedua. Material dari matahari terbentuk
dari ledakan bintang generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam
semesta ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.
Jarak matahari ke bumi adalah 93.000.000 mil. Jarak ini dipakai sebagai satuan astronomi. Satu
satuan astronomi (Astronomical Unit = AU) adalah 93 juta mil = 148 juta km. Dibandingkan
dengan bumi, diameter matahari kira-kira 112 kali diameter Bumi. Gaya tarik matahari kira-kira
30 kali gaya tarik bumi. Cahaya matahari menempuh masa 8 menit untuk sampai ke Bumi dan
cahaya matahari yang terang ini dapat mengakibatkan siapapun yang memandang terus kepada
matahari menjadi buta.
Menurut perhitungan para ahli, temperatur di permukaan matahari sekitar 6000 derajat Celsius
namun ada juga yang menyebutkan suhu permukaan sebesar 5500 derajat Celsius. Jenis batuan
atau logam apapun yang ada di Bumi ini akan lebur pada suhu setinggi itu. Temperatur tertinggi
terletak di bagian tengahnya yang diperkirakan tidak kurang dari 25 juta derajat Celsius namun
disebutkan juga kalau suhu pada intinya 15 juta derajat Celsius. Ada pula yang menyebutkan
temperatur di inti matahari kira kira sekitar 13.889.000°C. Menurut JR Meyer, panas matahari
berasal dari batu meteor yang berjatuhan dengan kecepatan tinggi pada permukaan matahari.
Sedangkan menurut teori kontraksi H Helmholz, panas itu berasal dari menyusutnya bola gas.
Ahli lain, Dr Bothe menyatakan bahwa panas tersebut berasal dari reaksi-reaksi nuklir yang
disebut reaksi hidrogen helium sintetis.
Matahari berputar 25,04 hari bumi setiap putaran dan mempunyai gravitasi 27,9 kali gravitasi
Bumi. Terdapat julangan gas teramat panas yang dapat mencapai hingga 100.000 kilometer ke
angkasa. Semburan matahari 'sun flare' ini dapat mengganggu gelombang komunikasi seperti
radio, TV dan radar di Bumi dan mampu merusak satelit atau stasiun angkasa yang tidak
terlindungi. Matahari juga menghasilkan gelombang radio, gelombang ultra-violet, sinar inframerah, sinar-X, dan angin matahari yang merebak ke seluruh tata surya.
Bumi terlindungi daripada angin matahari oleh medan magnet bumi, sementara lapisan ozon
pula melindungi Bumi daripada sinar ultra-violet dan sinar infra-merah. Terdapat bintik matahari
yang muncul dari masa ke masa pada matahari yang disebabkan oleh perbedaan suhu di
permukaan matahari. Bintik matahari itu menandakan kawasan yang "kurang panas" berbanding
kawasan lain dan mencapai keluasan melebihi ukuran Bumi. Kadang-kala peredaran Bulan
mengelilingi bumi menghalangi sinaran matahari yang sampai ke Bumi, oleh itu mengakibatkan
terjadinya gerhana matahari.
BAB IV
Benda Asing Angkasa
A. Meteor
Meteor adalah penampakan jalur jatuhnya meteoroid ke atmosfer bumi, lazim disebut sebagai
bintang jatuh. Penampakan tersebut disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh tekanan ram
(bukan oleh gesekan, sebagaimana anggapan umum sebelum ini) pada saat meteoroid
memasuki atmosfer. Meteor yang sangat terang, lebih terang daripada penampakan Planet
Venus, dapat disebut sebagai bolide.
Jika suatu meteoroid tidak habis terbakar dalam perjalanannya di atmosfer dan mencapai
permukaan bumi, benda yang dihasilkan disebut meteorit. Meteor yang menabrak bumi atau
objek lain dapat membentuk impact crater.
B. Asteroid
Asteroid adalah benda langit kecil dan padat yang terdapat dalam sistem tata surya kita.
Asteroid adalah contoh dari sejenis planet kecil (atau disebut juga planetoida), namun jauh lebih
kecil dari sebua planet.
Selama 200 tahun Ceres dianggap sebagai asteroid terbesar. Namun pada 23 Agustus 2001,
telah ditemukan asteroid yang lebih besar daripada Ceres. asteroid ini bernama 2001 KX 76,
lintasan orbitnya di dekat Pluto. Asteroid yang paling kecil mempunyai diameter beberapa puluh
meter. Asteroid termasuk benda minor di sistem tata surya, bersama dengan komet dan
meteoroid.
C. Komet
Komet adalah benda angkasa yang mirip asteroid, tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas
(karbon dioksida, metana, air) dan debu yang membeku. Komet memiliki orbit atau lintasan yang
berbentuk elips, lebih lonjong dan panjang daripada orbit planet. Komet yang cerah pastinya
menarik perhatian ramai.
Ketika komet menghampiri bagian-dalam Tata Surya, radiasi dari matahari menyebabkan lapisan
es terluarnya menguap. Arus debu dan gas yang dihasilkan membentuk suatu atmosfer yang
besar tetapi sangat tipis di sekeliling komet, disebut coma. Akibat tekanan radiasi matahari dan
angin matahari pada coma ini, terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari.
Coma dan ekor komet membalikkan cahaya matahari dan bisa dilihat dari bumi jika komet itu
cukup dekat. Ekor komet berbeda-beda bentuk dan ukurannya. Semakin dekat komet tersebut
dengan matahari, semakin panjanglah ekornya. Ada juga komet yang tidak berekor.
Komet bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya memakan waktu yang
lama. Komet dibedakankan menurut rentangan waktu orbitnya. Rentangan waktu pendek
adalah kurang dari 200 tahun dan rentangan waktu yang panjang adalah lebih dari 200 tahun.
Secara umumnya bentuk orbit komet adalah elips.
D. Satelit
Satelit alami adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah
planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti misalnya Bulan adalah satelit
alami Bumi. Sebenarnya terminologi ini berlaku juga bagi planet yang mengelilingi sebuah
bintang, atau bahkan sebuah bintang yang mengelilingi pusat galaksi, tetapi jarang digunakan.
Bumi sendiri sebenarnya merupakan satelit alami Matahari.
Satelit buatan adalah benda buatan manusia yang beredar mengelilingi benda lain misalnya
satelit Palapa yang mengelilingi Bumi.
E. Bintang
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan
bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi
memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang
menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang
menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).
Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah:
Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah
melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir.
Oleh sebab itu bintang katai putih dan bintang netron yang sudah tidak memancarkan cahaya
atau energi tetap disebut sebagai bintang. Bintang terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada
jarak sekitar 149,680,000 kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Centaurus
berjarak sekitar empat tahun cahaya.
Download