peningkatan hasil belajar matematika materi

advertisement
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III
SEMESTER I MI SRUWEN
KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN AJARAN
/
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
SITI ASIAH (
-
-
)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
i
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III
SEMESTER I MI SRUWEN
KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN AJARAN
/
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
SITI ASIAH (
-
-
)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar Telp.
Fax.
Kode Pos.
Salatiga
Website: www.iainsalatiga.ac.id Email:[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari:
Nama
: Siti Asiah
NIM
:
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
-
-
Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian
Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together
Siswa Kelas III Semester
MI Sruwen
Kab. Semarang Tahun Ajaran
Kec. Tengaran
/
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, September
Dosen Pembimbing
Jaka Siswanta, M. Pd.
NIP.
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Siti Asiah
NIM
:
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
-
-
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya sendiri, bukan
jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam laporan penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah
Salatiga,
Agustus
Yang menyatakan
Siti Asiah
NIM.
vi
MOTTO
If you fall a thousand times, stand up millions of times, because you do not know
how close you are to succes
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Fathu Rokhim dan Ibu Siti Kamtiah
yang senantiasa memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tak
terhingga. Terimakasih Bapak… Terimakasih Ibu...
. Kedua adikku Khoirul Umam dan Noor Alvin Ni’mah yang selalu
memberikan warna dalam hidupku dengan canda tawa
. Mas Miftah yang selalu memberikan do’a dan dukungan untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
. Dosen pembimbing skripsiku Bapak Jaka Siswanta, M. Pd.
. Sahabat-sahabatku (Awalina, Avi, Ida Gendut, Dania, Nucha, Bunga, Ida
Afwa, Trio Cagur) dan teman-teman seperjuangan PGMI angkatan
. Sahabat/sahabati pengurus Dema IAIN Salatiga
. Sahabat/sahabati Andalas PMII Komisariat Djoko Tingkir
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya pada yaumul akhir nanti.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah
“PENINGKATAN
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA
MATERI
PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD
TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN
KECAMATAN
AJARAN
/
TENGARAN
KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN
”.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.
. Bapak Jaka Siswanta M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan
bijaksana sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang
bermanfaat hingga studi ini selesai.
viii
. Bapak Fatah Amin, M. Pd. I. selaku Kepala MI Sruwen
yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang
Beliau pimpin.
. Bapak Drs. Jaroni, selaku Guru Kelas III MI Sruwen
yang telah berkenan
bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung.
. Bapak (Fathu Rokhim) dan Ibu (Siti Kamtiah) tercinta yang senantiasa
mendo’akan dan memberikan semangat untuk penulis.
. Adik-adikku tersayang Umam dan Alvin serta Mas Miftah yang selalu menjadi
sumber motivasi bagi penulis.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat
ganda. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini memberikan manfaat
bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan
pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika untuk pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah.
Salatiga,
Penulis
ix
Agustus
ABSTRAK
Asiah, Siti.
. Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian
Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together Pada Siswa
Kelas III Semester I MI Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang Tahun Ajaran
/
. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Hasil Belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui model
pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi perkalian siswa kelas III semester I di MI Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran
. Subjek dalam
penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III MI Sruwen
kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang yang berjumlah
siswa, terdiri dari
siswa laki-laki dan
siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam bulan mulai dari bulan
Mei sampai Agustus tahun
. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari kali
siklus pembelajaran yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah tes tertulis, wawancara, observasi, serta dokumentasi. Data
dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran
Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi
perkalian siswa kelas III semester I di MI Sruwen
kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang tahun ajaran
. Terbukti pada nilai ulangan harian
pra siklus terdapat
siswa atau ,
siswa yang tuntas belajar dengan nilai
rata-rata , . Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar ada
siswa atau
,
dengan nilai rata-rata , . Pada siklus II terdapat
siswa yang tuntas
belajar atau ,
dengan nilai rata-rata , . Hasil belajar pada siklus II
menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang diharapkan sudah tercapai yaitu ≥
siswa yang tuntas belajar.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
LEMBAR LOGO ...............................................................................................ii
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
ABSTRAK .........................................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ..................................................
E. Manfaat Penelitian ...............................................................................
. Manfaat Teoritik ..............................................................................
. Manfaat Praktik ...............................................................................
xi
F. Definisi Operasional ..............................................................................
. Peningkatan Hasil Belajar ................................................................
. Matematika dan Operasi Perkalian ..….............................................
. Model Numbered Head Together (NHT) ........................................
G. Metodologi Penelitian .............................................................................
. Rancangan Penelitian .......................................................................
. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian...............................................
. Langkah-langkah Penelitian ............................................................
. Instrumen Penelitian ........................................................................
. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
. Analisis Data ..................................................................................
. Sistematika Penulisan .....................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar ..........................................................................................
. Pengertian Hasil Belajar ................................................................
. Ciri-ciri Belajar ...............................................................................
. Prinsip-prinsip Pembelajaran………………….................................
. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………..……......
B. Pembelajaran Matematika ……..............................................................
. Pengertian Matematika ………………….........................................
. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika .................................
. Ruang lingkup Matematika ..............................................................
. Karakteristik Matematika …………………...…….…...………...…
xii
. Langkah Pembelajaran Matematika ……………………………......
. Problematika Pembelajaran Matematika .........................................
. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika kelas III
SD MI ……………………...……………………………..…...........
. Matematika Materi Perkalian ............................................................
C. Model Pembelajaran Numbered Head Together ……….........................
. Pengertian Model Numbered Head Together ……...........................
. Manfaat Pembelajaran Tipe Numbered Head Together .……..…....
. Kelebihan dan Kelemahan Model Numbered Head Together….…...
. Langkah-langkah Model Numbered Head Together …....................
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi ………......................................................................
. Data Keadaan Siswa .......................................................................
. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...............................................................
. Perencanaan Tindakan ....................................................................
. Pelaksanaan Tindakan ....................................................................
. Pengamatan/ Observasi ...................................................................
. Refleksi ..........................................................................................
C. Deskripsi pelaksanaan siklus II ................................................................
. Perencanaan Tindakan .......................................................................
. Pelaksanaan Tindakan ......................................................................
. Pengamatan/ Observasi ......................................................................
xiii
. Refleksi ............................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................................
. Deskripsi Data Pra Siklus .................................................................
. Deskripsi Siklus I .............................................................................
. Deskripsi Siklus II ............................................................................
B. Pembahasan ...........................................................................................
. Siklus I .............................................................................................
. Siklus II ...........................................................................................
. Rekapitulasi Ketuntasan Gabungan .................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel . Alokasi waktu Penelitian ....................................................................
Tabel . Daftar Subjek Penelitian ....................................................................
Tabel . Lembar Observasi Guru .....................................................................
Tabel . Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ......................................
Tabel . Data Keadaan Siswa ...........................................................................
Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I ........................................................
Tabel . Nilai Evaluasi Siklus I ........................................................................
Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus II ......................................................
Tabel . Nilai Evaluasi Siklus II ......................................................................
Tabel . Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) .....................................................
Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I .......................................................
Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II .....................................................
Tabel . Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus .........................................
Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I ........................................................
Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus II ......................................................
Tabel . Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ..................................
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar . Siklus Penelitian .............................................................................
Gambar . Rentang Nilai Ulangan Harian ........................................................
Gambar . Rentang Nilai Tes Evaluasi Siklus I ................................................
Gambar . Rentang Nilai Tes Evaluasi Siklus II ..............................................
Gambar . Presentase Nilai Evaluasi Siklus I ..................................................
Gambar . Presentase Nilai Tes Evaluasi Siklus II ..........................................
Gambar . Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II ............
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...................................
Lampiran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................................
Lampiran
Soal Evalusi Siklus I .......................................................................
Lampiran
Soal Evaluasi Siklus II ....................................................................
Lampiran
Lembar Kerja Siswa Siklus I ..........................................................
Lampiran
Lembar Kerja Siswa Siklus II .........................................................
Lampiran
Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus) ............................
Lampiran
Lembar Observasi Guru Siklus I .....................................................
Lampiran
Lembar Observasi Guru Siklus II ....................................................
Lampiran
Profil MI Sruwen
.....................................................................
Lampiran
Dokumentasi .................................................................................
Lampiran
Surat Pengantar Lembaga .............................................................
Lampiran
Surat Keterangan Penelitian .........................................................
Lampiran
Lembar Konsultasi Skripsi ...........................................................
Lampiran
Nilai SKK .....................................................................................
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dasar pada setiap
jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting. Setiap peserta
didik dituntut untuk menguasai pelajaran Matematika dengan baik, karena
Matematika merupakan pelajaran yang diikut sertakan dalam ujian nasional.
Matematika juga berguna dalam kehidupan sehari-hari, karena muatan dalam
pelajaran Matematika berupa angka-angka, operasi hitung penjumlahan,
pengurangan, pembagian, perkalian, dan pengukuran yang biasa digunakan
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sesungguhnya Islam pun
telah mengajarkan masalah berhitung, yang tertera dalam Al-Qur’an surat
Maryam ayat
:
Artinya: “Sesungguhnya Alloh telah menentukan jumlah mereka dan
menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.
Dengan memahami ayat di atas, Islam telah memberikan anjuran
untuk mempelajari ilmu tentang berhitung. Menghitung bukan hanya berlaku
sebagai teori atau pengetahuan semata, akan tetapi berhitung menjadi
permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan nyata, dan manusia
dituntut mampu menerapkannya dengan hitungan yang teliti.
Belajar Matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar Matematika, kita
akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan
ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep Matematika
harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu
(Susanto,
).
Pada usia siswa sekolah dasar ( -
tahun hingga
-
tahun),
menurut teori kognitif piaget termasuk pada tahap operasional konkret.
Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada
umumnya mengalami kesulitan dalam memahami Matematika yang bersifat
abstrak. Karena keabstrakannya Matematika relatif tidak mudah untuk
dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Susanto,
).
Dalam pembelajaran Matematika guru merupakan pihak yang
berhubungan langsung dengan peserta didik, sehingga dalam memberikan
evaluasi
diharapkan
lebih
akurat,
objektif,
dan
mengoptimalkan
pembelajaran. Dalam hal itu guru akan menemukan berbagai masalah,
misalnya masalah kepribadian guru, kecakapan mengajar yang meliputi
ketepatan pemilihan metode, pendekatan, motivasi, sampai penggunaan
media yang menarik. Banyak guru yang mengeluh akan rendahnya
kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep Matematika. Hal ini
terlihat dari banyaknya kesalahan peserta didik dalam memahami konsep
Matematika sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
mengerjakan soal dan menjadikan rendahnya hasil belajar peserta didik (skor)
pada ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah.
Secara umum, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar
adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika. Selain itu
juga, dengan pembelajaran Matematika dapat memberikan tekanan penataran
nalar dalam penerapan Matematika. Berdasarkan tujuan pembelajaran
Matematika tersebut, maka pembelajaran Matematika bukan hanya sebagai
pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan saja, akan tetapi juga
sebagai pembelajaran yang mengembangkan pemahaman dan keterampilan
siswa menerapkan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu
agar tujuan pembelajaran Matematika dapat tercapai seorang guru hendaknya
dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan
siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya.
Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui
suatu proses belajar dan mengkontruksinya dalam ingatan yang sewaktuwaktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana
dijelaskan oleh Jean Piaget dalam Susanto (
), bahwa pengetahuan
atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh
siswa itu sendiri.
Sesuai hasil wawancara peneliti kepada guru Matematika kelas III
Madrasah Ibtidaiyah Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran Matematika, diantaranya
kurangnya pemahaman siswa tentang materi operasi hitung perkalian yang
diajarkan oleh guru, sehingga keterampilan dalam menerapkan Matematika
terlihat belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai
ulangan Matematika siswa kelas III yang diperoleh dari guru menunjukkan
masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu
ulangan siswa belum memenuhi KKM, dari
dapat memenuhi KKM atau sebesar
,
. Secara klasikal nilai
siswa hanya
siswa yang
sedangkan sisanya masih berada
dibawah KKM.
Selanjutnya, berdasar diskusi dengan guru Matematika di MI Sruwen
kelas III, diduga faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai
dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), antara lain: Siswa
kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain sendiri,
mengobrol dengan teman yang menyebabkan siswa kurang memahami materi
yang diajarkan, atau terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa
sehingga mempengaruhi hasil akhir jawaban.
Selain faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi siswa mendapat
nilai dibawah KKM, yakni kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar
menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga
siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dengan materi yang diajarkan.
Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam mengajar agar
mampu menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa, peneliti bersama Bapak Drs. Jaroni melakukan diskusi mengenai
model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang telah
dilakukan, diputuskan untuk menggunakan model pembelajaran Numbered
Head Together sebagai solusi tindakan untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran Matematika yang ada di MI Sruwen
Kabupaten Semarang tahun
Kecamatan Tengaran
.
Penerapan model Numbered Head Together dalam pembelajaran
Matematika
materi
perkalian
mampu
memberikan
inovasi
dalam
pembelajaran. Model Numbered Head Together merupakan bagian model
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada pemikiran berkelompok
siswa dan mempengaruhi pola interaksi siswa dengan tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Model Numbered Head Together
adalah
pembelajaran
kooperatif
pembelajaran melalui interaksi
yang
mengapresiasikan
aktivitas
yang yang dilakukan siswa secara
berkelompok, dengan berbagi pemahaman pada pemecahan masalah. Model
ini melibatkan para siswa untuk menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap isi pelajaran.
Langkah awal dalam penerapan model Numbered Head Together adalah guru
membagi siswa dalam kelompok-kelompok, yang jumlah kelompok
disesuaikan topik permasalahan atau soal yang akan diberikan. Tiap anggota
kelompok diberikan topi dengan nomor yang berbeda-beda sesuai dengan
topik yang akan dibahas. Soal-soal yang diberikan oleh guru dipecahkan
bersama-sama dalam kelompok, dan siswa akan menyampaikan jawaban soal
di depan kelas sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Kemudian guru
memberikan soal individu sebagai bahan evaluasi kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
dipelajari.
Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together diharapkan
siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan antusias sehingga dapat
meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan sifat kritis dan analisis siswa.
Materi akan lebih mudah diterima, menyenangkan dan hasil belajar siswa
menjadi meningkat.
Untuk menjawab problematka di atas penulis mengangkat judul
“PENINGKATAN
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA
MATERI
PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD
TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN
KECAMATAN
AJARAN
TENGARAN
/
KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN
”
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
apakah melalui model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III semester I MI
Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran
/
?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Model
Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
materi perkalian pada siswa kelas III MI Sruwen
Kabupaten Semarang tahun
Kecamatan Tengaran
.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa,
). Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengambil
hipotesis tindakan yaitu “ Melalui model Numbered Head Together dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III
Semester I MI Sruwen
ajaran
/
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun
.”
Penerapan Model Numbered Head Together
ini dikatakan efektif
apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat
dirumuskan penulis sebagai berikut:
a. Ada peningkatan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus pertama dan
kedua.
b. Nilai siswa kelas III memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar
serta tercapainya ketuntasan klasikal yang besarnya
dalam
pembelajaran Matematika.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik deri segi teoritis
maupun praktis yaitu:
. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang
menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar Matematika pada operasi
perkalian dengan menggunakan model Numbered Head Together terhadap
siswa sekolah dasar sangat bermanfaat bagi siswa.
. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa
) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.
) Meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam menerapkan
model Numbered Head Together pada proses pembelajaran.
b) Bagi guru
) Guru dapat menganalisa terjadinya permasalahan-permasalahan
pembelajaran dan mampu mengatasinya.
) Diperoleh model yang sesuai dengan materi pembelajaran.
c) Bagi lembaga
) Dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
) Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan.
d) Bagi peneliti
Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti untuk terjun ke bidang
pendidikan.
F. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dan memperjelas pemahaman serta menghindari
kekeliruan terhadap maksud yang terdapat pada judul di atas, maka perlu
dijelaskan mengenai pembahasan masalah dan arti kata dalam rangkaian judul
di atas.
. Peningkatan Hasil Belajar
Peningkatan merupakan suatu perubahan keaadaan menjadi lebih
baik. Upaya peningkatan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka
membuat perubahan kearah yang lebih baik.
Belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap,
dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses
memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konfensional, kontak
manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience).
Pengalaman
yang
terjadi
berulang kali
melahirkan
pengetahuan
(knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi
umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan
bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau
pembelajar
bereksplorasi
menggali
dan
menemukan
kemudian
memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan (Suyono & Hariyanto,
)
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memeperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru
menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional
(Susanto,
)
Bloom dalam Daryanto & Raharjo (
:
) mengemukakan tiga
ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk aspek
kognitif, Bloom menyebutkan enam tingkatan yaitu: pengetahuan,
pemahaman,
pengertian,
aplikasi,
analisa,
sintesa
dan
evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses
belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik
yang menyangkut segi positif, afektif maupun psikomotor. Proses
perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang
paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya
peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-hal
sebagai berikut (Djamarah & Zain,
-
):
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual dan kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus
telah dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.
Menurut
Depdikbud
dalam
Trianto (
),
penentuan
keberhasilan belajar berdasarkan ketentuan KTSP ditentukan oleh masingmasing sekolah yang dikenal dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan
setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan
daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Maka dalam penelitian ini sesuai
dengan KKM sekolah tempat penelitian di MI Sruwen
Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang mata pelajaran Matematika adalah
ketuntasan secara klasikal
dan
.
. Matematika dan Operasi Perkalian
Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa
Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”,
juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Menilik artinya
secara harfiah, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau
takut dengan Matematika. Karena kalau kita tidak suka Matematika itu
berarti kita tidak suka belajar! Kalau kita masih menganggap Matematika
itu sulit, mungkin sebenarnya kita belum mengenal apa itu Matematika
(Sriyanto,
)
Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan
baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan
antara konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan Matematika adalah
penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi).
Selain itu, Matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang
didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan
tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif,
dengan argumen yang konsisten.
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa
yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
Matematika. Menurut Hans Freudental dalam Susanto (
),
Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan harus
dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika merupakan cara
berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk
dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insan
tersebut. Pada hakikatnya, Matematika tidak terlepas dari kehidupan
sehari-hari, dalam arti Matematika memiliki kegunaan yang praktis dalam
kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan
pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada
Matematika. Operasi perkalian adalah pengerjaan hitungan yang pada
prinsipnya merupakan operasi penjumlahan secara berulang. (Heruman,
)
. Model Pembelajaran Numbered Head Together
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran
hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat
diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum,
mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
dalam Suprijono (
Mills
) berpendapat bahwa model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut
Arends dalam Suprijono (
), model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran,
dan
pengolaan
kelas.
Model
pembelajaran
dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Numbered Head Together
atau penomoran berpikir bersama
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber
struktur kelas tradisional, dan melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Hamdayama,
).
Tujuan dari Numbered Head Together adalah memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban
mana yang paling tepat (Huda,
Penerapan
Numbered
).
Head
Together
dalam
pembelajaran
dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk
berdiskusi dan bertukar pemahaman terhadap persoalan yang diberikan.
Jawaban dari soal yang telah didiskusikan bersama akan disampaikan oleh
siswa yang mendapatkan nomor sesuai dengan soal di depan kelas secara
bergantian dengan anggota kelompok lain.
Kelebihan Numbered Head Together ini dapat menarik dan
memusatkan perhatian siswa, serta mengembangkan keberanian dan
keterampilan siswa dalam bekerja sama dan menghargai pendapat orang
lain. Dengan siswa mampu bertukar pemahaman dan menjadi tutor sebaya
kepada siswa lain, dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
siswa. Akan tetapi penerapan Numbered Head Together kelemahannya
membutuhkan waktu yang cukup lama agar semua siswa mendapatkan
giliran.
Langkah-langkah penerapan Numbered Head Together dilakukan
dengan cara sebagai berikut (Huda,
-
):
a. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari
-
siswa. Masing-
masing siswa dalam kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah soal.
b. Guru memberikan tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok
untuk mengerjakan.
c. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban tersebut.
d. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
e. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari
hasil diskusi kelompok mereka.
G. Metode Penelitian
. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas
secara lebih profesional (Basrowi & Suwandi,
).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya perbaikan suatu
praktik pendidikan berdasarkan refleksi dari pemberian tindakan pada
penelitian ini dengan memberiakan suatu tindakan pada subjek yang
diteliti dengan menggunakan Numbered Head Together. Penelitian
Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti
bertindak sebagai pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh
guru dan siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan
secara alami sehingga data yang diperoleh valid. Alasan peneliti
mengggunakan penelitian tindakan kelas kolaboratif karena peneliti ikut
berperan dalam proses pembelajaran.
Penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan MC Taggart
yang lebih memfokuskan pada aspek individual dalam penelitian tindakan.
Model ini dapat dikembangkan menjadi model PTK yang menggunakan
dua siklus. Alur fikir dan tolak ukur kerja yang ditawarkan Kemmis dan
MC Taggart ada tiga, yaitu (Yuliawati, Suprihatiningrum & Rokhimawan,
-
):
a. Perencanaan (Planning)
b. Tindakan (acting) dan Observasi (Observation)
c. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap penelitian kelas peneliti menentukan fokus peristiwa
yang perlu diperhatikan khusus untuk diamati. Adapun siklus atau tahaptahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (Yuliawati, dkk,
):
Gambar . Siklus Penelitian
?
. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Sruwen
Tengaran Kabupaten Semarang tahun
Kecamatan
. Madrasah ini dipilih
menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan Model
pembelajaran yang akan meningkatkan hasil kinerja guru dan siswa.
Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
b. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dari bulan Mei-Agustus
di MI Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Berikut tabel rincian waktu pelaksanaan penelitian berdasarkan
langkah-langkah pelaksanaan.
Tabel . Waktu Pelaksanaan Penelitian
No
Langkah Pelaksanaan
.
Perencanaan
.
Pra Siklus
.
Siklus I
Mei
Juni
Agustus
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
.
Siklus II
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
.
Analisa Data
.
Penyusunan Hasil
.
Pelaporan Hasil
c. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
guru dan siswa kelas III MI Sruwen
Semarang tahun
dengan jumlah
Kecamatan Tengaran Kabupaten
siswa yaitu
siswa laki-laki
dan
siswa perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada mata
pelajaran Matematika materi perkalian dengan menggunakan Numbered
Head Together.
Tabel .
NO.
Daftar subjek penelitian
NAMA SISWA
KET.
.
Ade Ilma Nafi’a
P
.
Aldi Yunianto
L
.
Ananda Riskia Dwi Putra
L
.
Anita Suryani
P
.
Annajih Gilang Romadhon
L
.
Birru Hubaibi Walida
P
.
Damaey Saraswati
P
.
Dea Putri Febiana
P
.
Devi Novia Sari
P
.
Dimas Ahmad Fauzi
L
.
Hani’ah
P
.
Haris Alfa Alhabib
L
.
Jaisa Izzu Azada
L
.
Jenar Candra Dewi
P
.
Karisma Khairunisa
P
.
Latisa Maksal Mina
P
.
M Ikhfad Ubaidillah
L
.
M Jaisal Anam
L
.
M Najib Jauhar
L
.
M Riski Faabila
L
.
Mutiara Saskia
P
.
Novita Putri Lestari
P
.
Nurul Afifah
P
.
Rahadatul Aisyi
P
.
Raihan Nazifan
L
.
Raka Aditia
L
.
Sofia Hanani
P
.
Suci Nur Aini
P
.
Tangguh Satriaji
L
.
Vahmil Dlim Haf
L
. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan
) Membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
Numbered Head Together
) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Numbered
Head Together
) Mempersiapkan
lembar
observasi
guru
untuk
mengetahui
keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
Numbered Head Together
) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan Numbered Head
Together
) Menyiapkan instrument untuk menggali data hasil belajar siswa
berupa lembar tes.
) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan Numbered
Head Together
b. Pelaksanaan
Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan Numbered
Head Together. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai
berikut (Hamdayama,
):
) Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
sekenario, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran Numbered Head Together.
) Membentuk kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
Numbered Head Together. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan
-
orang siswa. Guru
membagikan topi bernomor kepada setiap siswa dalam kelompok
dan nama kelompok yang berbeda.
) Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok har us memiliki buku
paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
) Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan
yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
) Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
) Guru memberikan soal tes permasalahan yang sejenis sebagai bahan
evaluasi.
c. Observasi dan Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan
dengan cara mengamati guru pada proses pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi serta tes evaluasi untuk menggali data
hasil belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan
Numbered Head Together.
d. Analisis atau Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi
terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas
pelaksanaan tindakan. Pada tahap refleksi meliputi: ( ) mencatat hasil
observasi dan pelaksanaan pembelajaran, ( ) evaluasi hasil observasi,
( ) analisis hasil pembelajaran.
. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. Lembar tes mata pelajaran Matematika materi operasi perkalian
c. Lembar observasi untuk mengamati guru terhadap penerapan
Numbered Head Together
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa
aspek yang diamati diantaranya (Rusman,
:
-
):
Tabel . Aspek-aspek yang diamati dalam observasi
No.
Aspek yang diamati
Kemampuan guru membuka pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
.
Memberikan motivasi awal
.
Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi)
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
.
Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari
Sikap guru dalam proses pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
.
Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik
perhatian
siswa
dalam
kegiatan
belajar
menggunakan Model Numbered Head Together
.
Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok
Penguasaan bahan belajar
.
Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah
yang dibuat dalam RPP
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar
.
Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan
ajar melalui Model Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau
indikator yang telah ditetapkan
.
Mendemonstrasikan kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
.
Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu
.
Ketepatan dalam menerapkan langkah-langkah Numbered
Head Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan
.
Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP
Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah diberikan
.
Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan
.
Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran
Tindak lanjut / Follow up
.
Memberikan tugas kepada siswa
.
Menginformasikan materi/bahan ajar yang akan dipelajari
berikutnya
.
Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar
d. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai bukti pelaksanaan penelitian
yang berupa gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa
kamera. Foto yang diabadikan melalui dokumentasi ini berisi peristiwa
yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan siswa bersama guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil pada saat
proses pembelajaran merupakan sumber data yang dapat memperjelas
data yang lain. Aspek-aspek yang didokumentasikan adalah aktivitas
siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan l
Numbered Head Together.
. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan
dalam pengumpulan data adalah:
a. Tes Tertulis
Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan
peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi operasi perkalian yang
diajarkan guru. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan
materi apabila telah mencapai nilai minimal
ditentukan.
Tes
ini
dilakukan
setelah
dari target yang
proses
pembelajaran
menggunakan Numbered Head Together berlangsung.
b. Observasi
Observasi merupakan tindakan atau suatu proses pengambilan
informasi, atau data melalui media pengamatan. Observasi ini dilakukan
terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk
mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran
Matematika dengan menggunakan Numbered Head Together .
c. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu teknik
memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini dilakukan pada
saat proses pembelajran berlangsung, sehingga aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran Matematika dengan Numbered Head Together
akan terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti
visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Foto
tersebut merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang
lain.
d. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah kegiatan berlangsung dan secara
bebas, untuk mengungkap data dengan kata-kata secara lisan tentang
sikap, pendapat dan wawasan subjek penelitian mengenai baik
buruknya proses belajar yang telah berlangsung.
. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai
tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu
berlaku di MI Sruwen
(sesuai KKM yang
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang).
Oleh karena itu, siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM
jika nilai perolehan siswa >
. Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas
belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa <
.
Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus
digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu kelas dikatakan
tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut >
belajarnya (Trianto,
siswa telah tuntas
).
Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus
(Daryanto,
P=
):
X
H. Sistematika Penulisan
Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi
operasional, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup
rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian,
instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisis data.
Bab II Kajian Pustaka mencakup: Hasil belajar, Matematika, model
pembelajaran Numbered Head Together .
Bab III Metodologi Penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan
meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan
refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II.
Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per
siklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau
wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan.
Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Gagne dalam Dahar (
), belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang terjadi
karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia
yang melakukan dengan maksud memperolah perubahan dalam dirinya,
baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arikunto,
:
).
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu
yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat
sebelum lahir (Trianto,
Sriyanti (
:
). Menurut Crow and Crow dalam
), belajar adalah perbuatan untuk memperoleh
kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap, termasuk penemuan
baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha
memecahkan rintangan dan
menyesuaikan dengan situasi baru. Morgan mendefisikan belajar sebagai
berikut “Learning is any relatively permanent change in behavior that is
a result of past experience”, belajar adalah perubahan perilaku yang
bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman (Suprijono,
).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan perilaku untuk memperoleh sebuah pengetahuan,
kemampuan, dan sesuatu hal yang baru serta diarahkan pada suatu
tujuan.
Gagne dalam Suprijono (
-
), membagi kegiatan belajar
menjadi delapan yaitu:
a. Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan
belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons tanda-tanda
yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.
b. Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas. Tipe ini
berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar
melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam
situasi pembelajaran.
c. Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian. Tipe ini
berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara
dua stimulus atau lebih dengan berbagai respons yang berkaitan
dengan stimulus tersebut.
d. Verbal association atau kegaitan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe
ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dan
stimulus yang disampaikan secara lisan.
e. Multiple discrimination learning atau kegiatan belajar dengan
perbedaan berganda. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta
didik membuat berbagai perbedaan respons yang digunakan terhadap
stimulus yang beragam, namun berbagai respons dan stimulus itu
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya
f. Consept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan
dengan berbagai respons dalam waktu yang bersamaan terhadap
sejumlah stimulus berupa konsep-konsep yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya.
g. Principle learning atau kegiatan belajar prinsip-prinsip. Tipe ini
digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang
digunakan merespons stimulus.
h. Problem solving learning atau kegiatan belajar pemecahan masalah.
Tipe ini berhubungan dengan kagiatan peserta didik menghadapi
persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik
memiliki kecakapan dan keterampilan baru dalam pemecahan
masalah.
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa
keterampilan dan perilaku yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan
Briggs mendifinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s,
). Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam
Suprijono (
), hasil belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon
secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut
tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun
penerapan aturan.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Model kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu melakukan dan mengarahkan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisi dan eksternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya
standar perilaku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami tentang makna hasil
belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar (Susanto,
)
Menurut Bloom dalam Suprijono (
mencakup beberapa
kemampuan.
), hasil belajar dapat
Kemampuan
tersebut
meliputi
kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik.
Di bawah ini beberapa domain dari ketiga kemampuan tersebut.
a. Domain Kognitif
) Knowledge (Pengetahuan), mencapai kemampuan ingatan tentang
hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan
itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,
prinsip atau metode.
) Comprehension (Pemahaman), kemampuan mencakup menangkap
arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
) Application (Penerapan), mencakup kemampuan menerapkan
metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan
baru.
) Analysis (Menguraikan), mencakup kemampuan merinci sesuatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseuruhan
dapat dipahami dengan baik.
) Synthesis
(Mengorganisasikan),
mencakup
kemampuan
membentuk suatu pola baru.
) Evaluation (Menilai), mencakup kemampuan membentuk pendapat
tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
b. Domain Afektif
) Receiving (Sikap Menerima), yang mencakup kepekaan tentang hal
tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
) Responding (Memberikan Respon), yang mencakup kerelaan,
kesediaan memperhatikan,
dan berpartisipasi
dalam
suatu
kegiatan.
) Valuing (Nilai), yang menerima suatu nilai, menghargai, mengakui
dan menentukan sikap.
) Organization
(Organisasi),
yang
mencakup
kemampuaan
membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan
hidup.
) Characterization (Karakterisasi), yang mencakup kemampuan
menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola kehidupan
pribadi.
c. Domain Psikomotorik
) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal
secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam
keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian
gerakan.
) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan
sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh.
) Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan
atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar,
efisien, dan tepat.
) Penyesuaian
pola
gerakan,
yang
mencakup
kemampuan
mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan
persyaratan khusus yang berlaku.
) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak
yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang akan diukur yaitu fokus
pada kemampuan kognitif siswa. Untuk melihat hasil belajar siswa pada
aspek kognitif dapat ditentukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu
setiap guru perlu mengadakan tes formatif setelah selesai penyajian suatu
bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini digunakan untuk
mengetahui sejauh-mana siswa telah menguasai tujuan instruksional
khusus yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan
umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar
mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum
berhasil. Karena itulah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan
pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan
intruksional khusus dari bahan tersebut.
Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah halhal sebagai berikut (Djamarah & Zain,
:
-
):
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu dan kelompok (indikator yang banyak
digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan).
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus
telah dicapai oleh siswa, baik secara individu atau kelompok.
Menurut Depdikbud dalam Trianto (
), berdasarkan
ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masingmasing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal
(KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan
setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan
daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Siswa dikatakan berhasil
dalam pembelajaran apabila (ketuntasan individu) jika perolehan nilai tes
siswa ≥
, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan
klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥
siswa yang tuntas
belajarnya.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan
hasil belajar adalah pencapaian hasil dari suatu proses yang terjadi karena
adanya usaha yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui daya
serap siswa terhadap materi yang diajarkan guna mencapai tujuan
pengajaran intruksional khusus baik secara individu maupun kelompok.
. Ciri-ciri Belajar
Hakikat dari belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi
dalam diri individu, maka ada beberapa perubahan tertentu yang
dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar (Djamarah,
-
):
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yanag belajar akan menyadari terjadinya perubahan
itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya
suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa
pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya
bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena
mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori
perubahan
dalam
pengertian
belajar.
Karena
individu
yang
bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu
bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Dengan demikian, mmakin banyak usaha belajar itu
dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi
hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata,
dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam
pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar
bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang
terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang
belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan
tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya.
. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki
rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan
gemar membentuk kelompok sebaya, pada pembelajaran di sekolah perlu
adanya usaha untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan. Untuk itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip
pembelajaran yang diperlukan agar terciptanya belajar yang kondusif dan
menyenangkan. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut dapat diuraikan
secara singkat, sebagai berikut (Susanto,
):
a. Prinsip Motivasi, adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan
belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga
anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
b. Prinsip latar belakang, adalah upaya guru dalam proses belajar
mengajar memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
telah
dimiliki
anak
agar
tidak
terjadi
pengulangan
yang
membosankan.
c. Prinsip pemusatan perhatian, adalah usaha untuk memusatkan
perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak
dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
d. Prinsip
keterpaduan,
merupakan
hal
yang
penting
dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi
hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan subpokok
bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses
perolehan hasil belajar.
e. Prinsip pemecahan masalah, adalah situasi belajar yang dihadapkan
pada masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga
mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan
pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.
f. Prinsip menemukan, adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki
anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam
bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang
mengembangkan potensi anak tidak menyebabkan kebosanan.
g. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
berdasarkan pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh
melalui bekerja tidak mudah dilupakan oleh anak. Dengan demikian,
proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk
bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira,
dan puas karena kemampuannya tersalurkan denngan melihat hasil
kerjanya.
h. Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat
menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar,
karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya
fantasi anak berkembang. Suasana demikian akan mendorong anak
aktif dalam belajar Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru
dalam proses belajar mengajar yang memperhatikan perbedaan
individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar
belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak
seolah-olah semua sama.
i. Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang
sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk
melatih anak menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai
satu sama lainnya.
. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni (Syah,
-
):
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi Model dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving
terhadap ilmu pegetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal)
umpamanya, biasanya cenderung mengambail pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang
berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan dari orang
tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar
yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena
pengaruh faktor-faktor tersebut muncul siswa-siswa yang high-achievers
(berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal
sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional
diharapkan
mampu
mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan
munculnya kelompok siswa yang menunjukkkan gejala kegagalan
dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat
proses belajar mereka.
a. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua
aspek, yakni: ) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), ) aspek
psikologis (yang bersifat rohaniah).
) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam megikuti peelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,
apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ
khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan
indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang
disajikan di kelas.
) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini berarti, semakin tinggikemampuan intelegensi seorang
siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.
Sebaliknya, semakin rendahnya kemampuan intelegensi seorang
siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses.
Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya
menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang
positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline,
lazimnya
menimbulkan
kesulitan
belajar
siswa
yang
bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali akan merasa
tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena
pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya,
ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan
keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung tidak adil. Di
sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah
mengukuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya.
Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan
dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa
positif.
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa
kecenderungan
untuk
mereaksi
atau
memproses
(response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada
guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda
awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya sikap
negatif terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi
dengan kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.
c) Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebenarnya
setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk
mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi, secara global itu bakat itu mirip
dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang
berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa
(very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak
berbakat.
d) Minat siswa
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi
karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor
internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan. Terlepas dari populer atau tidak, minat
seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang tertentu. Misalnya, siswa yang menaruh minat
besar terhadap Matematika akan memusatkan perhatiannya lebih
banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan
perhatian
yang
intensif
terhadap
materi
itulah
yang
memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan dapat
mencapai hasil yang diinginkan.
e) Motivasi siswa
Pengertian
dasar
motivasi
ialah
keadaan
internal
organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
Dalam perkembangannya, motivasi dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
) motivasi intrinsik,
) motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan
siswa yang bersangkutan.
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang
dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata
tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru, dan seterusnya
merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang
dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan
motivasi, baik bersifat internal maupun yang bersifat eksternal,
akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam
melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di
sekolah maupun di rumah.
Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih
signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih
murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau
pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi
dan dorongan memilki pengetahuan dan keterampilan untuk
masa depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih
langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan
keharusan dari orang tua dan guru.
b. Faktor Eksternal Siswa
Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga
terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat
belajar
menunjukkan
seorang
sikap
dan
siswa.
Para
perilaku
guru
yang
yang
simpatik
selalu
dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam
hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi
daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya, yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa
adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di
sekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih
banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan
keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan
keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak
rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik maupun buruk
pada kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
) Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah
gudung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan
siswa.
Faktor-faktor
ini
dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study
time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J.
biggers berpendapat bahwa belajar di pagi hari lebih efektif
daripada belajar pada waktu-waktu yang lainnya. Namun menurut
penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar
tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada
pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa. Di antara
siswa ada yang siap belajar pagi hari, ada juga yang siap belajar di
sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan
kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan study time
preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau
Model yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Model dalam hal ini
berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian
rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor
pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan
proses belajar siswa tersebut (Kastolani,
).
Metode atau Model mengajar yang dipakai oleh guru sangat
mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Dengan kata
lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang
berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut
hal-hal berikut ini (Ahmadi & Supriyono,
:
-
):
) Kegiatan berlatih atau praktik
Berlatih dapat diberikan secara maraton (nonstop) atau secara
terdistribusi (dengan selang waktu istirahat). Latihan yang bersifat
maraton dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan
yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan
belajar.
) Overlearning dan Drill
Overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam
mengingat keterampilan-keterampilan yang dipelajari tetapi dalam
sementara waktu tidak dipraktekkan. Sedangkan Drill berlalu bagi
kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Baik overlearning
maupun drill berguna untuk memantapkan reaksi dalam mengajar.
) Resitasi dalam belajar
Kombinasi kegiatan dalam membaca dengan resitasi sangat
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu sendiri,
maupun untuk menghafal bahan pelajaran.
) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar
Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang
perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Pengenalan
seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting,
karena dengan mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai, seseorang
akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya selanjutnya.
) Bimbingan dalam belajar
Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau
orang lain cenderung membuat siswa menjadi tergantung.
Bimbingan dapat diberikan dalam batasan-batasan yang diperlukan
oleh individu.
) Kondisi-kondisi insentif
Insentif
adalah
berbeda
dengan
motivasi.
Motivasi
berhubungan dengan pertumbuhan kondisi internal berupa motifmotif yang merupakan dorongan internal yang menyebabkan
individu berusaha mencapai tujuan tertentu. Insentif bukan tujuan,
melainkan alat untuk mencapai tujuan.
B. Pembelajaran Matematika
. Pengertian Matematika
Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani
yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”, juga
mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Menilik artinya
secara harfiah, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau
takut dengan Matematika. Karena kalau kita tidak suka Matematika itu
berarti kita tidak suka belajar! Kalau kita masih menganggap Matematika
itu sulit, mungkin sebenarnya kita belum mengenal apa itu Matematika
(Sriyanto,
Menurut
)
Johnson
dan
Rising
dalam
Ismunamto
(
),
Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganisasi. Sifatsifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkkan unsur-unsur
yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, sifat-sifat atau teori-teori yang
sudah dibuktikan kebenarannya. Kline menyatakan bahwa Matematika
bukanlah sebuah pengetahuan yang tersendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri. Adanya Matematika semata-mata membantu manusia
dalam memahami dan menguasai persoalan sosial, ekonomi, dan alam.
Dari segi bahasa, Matematika ialah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Uraian ini
menunjukkan bahwa Matematika berkenaan dengan struktur dan hubungan
yang berdasarkan konsep-konsep yang abstrak sehingga diperlukan
simbol-simbol
untuk
menyampaikannya.sibol-simbol
itu
dapat
mengoperasikan aturan-aturan dari struktur dan hubungannya dengan
operasi yang telah diterapkan sebelumnya (Sam’s,
Menurut Dimyati dalam Susanto (
:
).
), pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang
bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif dan bermakna.
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi
Matematika. Menurut Hans Freudental dalam Susanto (
),
Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan harus
dikaitkan dengan realitas.
. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika
Fungsi Matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam
mencapai kompetensi. Dengan mempelajari materi Matematika diharapkan
siswa akan dapat menguasai seperangkat kompetensi yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, penguasaan materi Matematika bukanlah
tujuan akhir dari pembelajaran Matematika, akan tetapi penguasaan materi
Matematika hanyalah jalan mencapai penguasaan kompetensi. Fungsi lain
mata pelajaran Matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahuan. Ketiga fungsi Matematika tersebut hendaknya dijadikan
acuan dalam pembelajaran Matematika sekolah.
(http://p tkMatematika.org/
/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik-
Matematika-sekolah diakses pada
Juni
.
).
Secara umum, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah tingkat
dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika.
Selain itu juga dengan pembelajaran Matematika dapat memberikan
tekanan penataran nalar dalam penerapan Matematika. Menurut Depdiknas
dalam
Susanto
(
),
kompetensi
atau
kemampuan
umum
pembelajaran Matematika di sekolah tingkat dasar sebagai berikut:
a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan
pecahan.
b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.
c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
d. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan
penaksiran pengukuran.
e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti ukuran tertinggi,
terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikan.
f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan
gagasan secara Matematika.
Secara khusus, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah tingkat
dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas dalam Susanto
(
), sebagai berikut:
a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,
dan mengaplikasikan konsep atau algoritme
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
Matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan Matematika.
c. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai penggunaan Matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
. Ruang Lingkup Matematika
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar
dan
Madrasah
Ibtidaiyah
(http://www.sarjanaku.com/
pada
Agustus
.
meliputi
aspek-aspek
sebagai
berikut
/pengertian-matematika.html
diakses
):
a. Bilangan yang mencakup bilangan dan angka, perhitungan dan
perkiraan.
b. Geometri yang mencakup bangun dua dimensi, tiga dimensi,
transformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan
koordinat.
c. Pengolahan data mencakup pengukuran berkaitan dengan perbandingan
kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
. Karakteristik Umum Matematika
Ada beberapa karakteristik umum Matematika yang telah disepakati
bersama, antara lain (Sumardyono,
:
-
):
a. Memiliki objek kajian yang abstrak
Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak,
walaupun tidak setiap yang abstrak adalah Matematika. Ada empat
objek kajian Matematika, yaitu:
) Fakta, adalah pemufakatan atau konvensi dalam Matematika yang
biasa diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu.
) Konsep,
adalah
ide
abstrak
yang
dapat
digunakan
untuk
menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah
objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan.
) Operasi atau relasi, adalah pengerjaan hitung, pengertian aljabar, dan
pengerjaan Matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan
antara dua atau lebih elemen.
) Prinsip, adalah objek Matematika yang terdiri atas beberapa fakta,
beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi.
b. Bertumpu pada kesepakatan
Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam Matematika merupakan
kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah
yang telah disepakati dalam Matematika, maka pembahasan selanjutnya
akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.
c. Berpola pikir deduktif
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan
kepada hal yang bersifat khusus.
d. Konsisten dalam sistemnya
Dalam Matematika, terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari
beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem
yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dipandang lepas satu
dengan lainnya. Di dalam masing-masing sistem berlaku konsistensi.
Suatu teorema maupun definisi harus menggunakan istilah atau konsep
yang telah diterapkan. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam
hal nilai kebenarannya.
e. Memiliki simbol yang kosong arti
Simbol Matematika akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya
dengan konteks tertentu.
f. Memperhatikan semesta pembicaraan
Semesta pembicaraan bisa sempit bisa pula luas. Bila kita berbicara
tentang geometris, maka simbolnya menunjukan suatu transformasi,
bila kita berbicara tentang bilangan, simbol tersebut menunjukkan
bilangan pula. Benar salahnya suatu penyelesaian soal juga ditentukan
oleh semesta pembicaraan yang digunakan.
. Langkah Pembelajaran Matematika
Menurut Subrinah dalam Sam’s (
), Matematika merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola
hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar Matematika
pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan mencari hubungan
antar konsep dan strukturnya. Ciri khas Matematika yang deduktif
aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehinngga mereka dapat
membelajarkan Matematika dengan tepat mulai dari konsep yang
sederhana sampai yang kompleks.
Konsep-konsep pada kurikulum Matematika SD/MI dapat dibagi
menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman
konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Tujuan akhir
pembelajaran Matematika di SD/MI yaitu agar siswa terampil dalam
menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan seehari-hari.
Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui
langkah-langkah besar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa.
Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsepkonsep Matematika (Heruman,
):
a. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran
suatu konsep baru Matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari
konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum
yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman
kosep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan
kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru
Matematika yang abstrak.
b. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
Matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama,
merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu
pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep
dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan
lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman
konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
c. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan
bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai
konsep Matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep,
pembinaan keterampilan juga terjadi terdiri atas dua pengertian.
Pertama, merupakan kelanjuatan dari
penanaman konsep dan
pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang
berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahan
konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep
dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
. Problematika Pembelajaran Matematika
Persoalan pembelajaran Matematika SD/MI selalu menarik untuk
dibicarakan mengingat tujuan mata pelajaran Matematika yaitu memahami
konsep
Matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antar
konsep
dan
mengaplikasikan konsep atau algoritme secara akurat, tepat dan memiliki
sikap ulet serta percaya diri dalam memecahkan masalah.
Dalam proses pendidikan Matematika di Sekolah Dasar atau
Madrasah Ibtidaiyah, pembelajaran kurang memperhatikan karakteristik
usia anak, yang terkait dengan perkembangan psikologis siswa. Menurut
Susanto (
berada dalam
), anak dalam kelompok usia sekolah dasar ( -
tahun)
perkembangan kemampuan intelektual atau kognitifnya
pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam
keseluruhan yang utuh dan menganggap tahun yang akan datang masih
jauh, yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit). Padahal dalam
pembelajaran Matematika penuh dengan pesan-pesan yang bersifat
abstrak yang harus diajarkan kepada siswa sekolah dasar. Jika hal ini
dibiarkan terus maka pembelajaran Matematika dapat menjadi pelajaran
yang membosankan bagi siswa, sehingga secara langsung maupun tidak
langsung akan berdampak pada tujuan pendidikan dan hasil belajar siswa
yang diharapkan.
Untuk
mengatasi
permasalahan
tersebut
diperlukan
proses
pembelajaran yang kreatif dan inovatif yaitu dengan menggunakan
metode, Model dan media yang sesuai dengan materi yang dipelajari
disekolah dasar dan memperhatikan karakteristik siswa. Sehingga tujuan
dari pembelajaran Matematika dan hasil belajar siswa dapat tercapai secara
maksimal.
. Standar Kompetensi Pembelajaran Matematika Kelas III
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika
kelas
III
(Depdiknas,
SD/MI
semester
I
materi
operasi
hitung
bilangan
).
Tabel . SK dan KD pelajaran Matematika kelas III SD/MI materi
operasi hitung bilangan.
Standar Kompetensi
. Melakukan operasi hitung
bilangan sampai tiga angka
Kompetensi Dasar
. Menentukan
bilangan
letak
pada
garis
bilangan
. Melakukan penjumlahan
dan pengurangan tiga
angka
. Melakukan
perkalian
yang hasilnya bilangan
tiga
angka
dan
pembagian
bilangan
tiga angka
. Melakukan
operasi
hitung campuran
. Memecahkan
masalah
perhitungan
termasuk
yang berkaitan dengan
uang
. Matematika Materi Perkalian
a. Pengertian operasi perkalian
Operasi perkalian merupakan operasi yang agak rumit
dilakukan. Dalam perkalian bilangan bulat, cara yang mudah
dilakukan adalah menggunakan perkalian cara bersusun ke bawah.
Menurut Heruman (
), pada prinsipnya, perkalian sama
dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan
prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian
adalah penguasaan penjumlahan.
Contoh:
x
=
+
+
+ +
+
+
+
x
=
+
+
+ + +
+
=
x
=
+
+
+ +
=
=
b. Sifat-sifat dalam operasi perkalian
) Sifat komutatif dalam perkalian
Sifat komutatif disebut juga pertukaran. Pada sifat komutatif berlaku
rumus:
axb=bxa
Contoh:
bola + bola + bola + bola +
bola + bola + bola + bola
bola = x
=
x
=
=
) Sifat perkalian dengan bilangan satu
Setiap bilangan dikalikan satu hasilnya adalah bilangan itu sendiri
Contoh:
x
=
x
=
x
=
) Sifat perkalian dengan bilangan nol
Semua bilangan yang dikalikan dengan bilangan nol ( ) hasilnya
adalah nol ( )
Contoh:
x
=
x
=
) Sifat asosiatif pada perkalian
Sifat asosiatif disebut juga pengelompokan. Pada sifat asosiatif
berlaku rumus:
(a x b) x c = a x (b x c)
Contoh:
( x )x
=
x( x )
x
=
x
=
) Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
Sifat distributif disebut juga persebaran. Pada sifat distributif berlaku
rumus:
(a x b) x c = (a x b) + (a x c)
Contoh:
x( x )
=( x )+( x )
x
=
+
=
c. Bentuk-bentuk penyelesaian soal operasi perkalian yang hasilnya
merupakan bilangan tiga angka
) Perkalian dengan susun pendek
Contoh:
x
Dari
x
di tulis , simpan ,
Dari ( x ) +
Jadi,
x
=
(simpanan), ditulis
) Perkalian dengan susun panjang
Contoh:
x
+
( x ) satuan x satuan
(
x ) puluhan x satuan
Jadi,
x
=
) Tabel perkalian dua bilangan
×
Contoh:
Berapakah hasil perkalian dari x
a. Lihatlah angka
?
pada bilangan pertama, kemudian tariklah garis
lurus ke kanan!
b. Lihatlah angka
kebawah!
pada bilangan kedua, kemudian tariklah garis
c. Perpotongan kedua garis adalah letak hasil perkaliannya, yaitu
.
) Soal cerita
Contoh:
Ibu berbelanja ke pasar. Ia membeli
kotak telur, setiap kotak berisi
butir telur. Berapa butir telur yang dibeli ibu seluruhnya?
Jawab:
Jumlah telur yang dibeli ibu = x
=
Jadi, jumlah telur ibu seluruhnya sebanyak
Gunanto
-
butir (Kasri &
).
C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together
. Pengertian Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together
Dalam kegiatan belajar mengajar, Model merupakan proses
penentuan rencana yang berfokus pada tujuan disertai penyusunan suatu
cara agar tujuan tersebut dapat dicapai (Khanifatul,
).
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran
hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat
diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum,
mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Mills
dalam Suprijono (
) berpendapat bahwa model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut
Arends dalam Suprijono (
), model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran,
dan
pengolaan
kelas.
Model
pembelajaran
dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Model
adalah pola atau sudut pandang guru dalam menciptakan suatu sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, agar tujuan
pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.
Model pembelajaran memiliki kaitan erat dengan bagaimana
mempersiapkan materi, metode apa yang digunakan untuk mencapai
materi, dan bagaimana bentuk evaluasi yang tepat guna meningkatkan
efektivitas pembelajaran. Dalam mengembangkan Model pembelajaran,
guru perlu mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan
terciptanya pembelajaran efektif.
Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting
dalam pembelajaran model kooperatif, yaitu ( ) adanya peserta dalam
kelompok, ( ) adanya aturan kelompok, ( ) adanya upaya belajar, ( )
adanya tujuan yang harus dicapai. Model pembelajaran ini menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang
yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (Hamdayama,
Johnson
dan
Slavin
dalam
Huda
). Salah satu asumsi
(
),
yang
mendasari
pengembangan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
bahwa sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan
motivasi yang jauh lebih besar dari pada melalui lingkungan kompetitif
individual. Kelompok-kelompok sosial integratif memiliki pengaruh yang
lebih besar dari pada kelompok yang dibentuk secara berpasangan.
Perasaan saling berhubungan (feelings of connectedness), menurut mereka
dapat menghasilkan energi yang positif.
Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah
merupakan
jenis
pembelajaran
kooperatif
yang
dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber
struktur kelas tradisional, dan melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Hamdayama,
).
Tujuan dari Numbered Head Together adalah memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling berbagi gagasan dan memepertimbangkan
jawaban mana yang paling tepat (Huda,
).
Penerapan Model Numbered Head Together dalam pembelajaran
dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk
berdiskusi dan bertukar pemahaman terhadap persoalan yang diberikan.
Jawaban dari soal yang telah didiskusikan bersama akan disampaikan oleh
siswa yang mendapatkan nomor sesuai dengan soal di depan kelas secara
bergantian dengan anggota kelompok lain.
. Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran Numbered Head
Together terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh
Ibrahim dalam Hamdayama (
:
), antara lain adalah :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
i. Motivasi lebih besar
. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Numbered Head
Together
a. Kelebihan Numbered Head Together
Menggunakan model Numbered Head Together memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
) Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat
orang lain
) Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya
) Memupuk rasa kebersamaan
) Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan
b. Kelemahan Numbered Head Together
Dalam menggunakan model Numbered Head Together terdapat
beberapa kelemahan diantaranya:
) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit
kewalahan
) Guru harus bisa memfasilitasi siswa
) Tidak semua siswa mendapatkan giliran
. Langkah-langkah pembelajaran dengan Model Numbered Head
Together
a. Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat skenario
pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengn model
pembelajaran Numbered Head Together
b. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan orang siswa
c. Guru membagikan topi bernomor yang berbeda-beda pada masingmasing siswa dalam
kelompok.
d. Guru memberikan LKS pada masing-masing kelompok untuk
dikerjakan bersama.
e. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban tersebut.
f. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
g. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari
hasil diskusi kelompok mereka.
h. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi
. Data keadaan siswa
Siswa kelas III MI Sruwen
Tahun
berjumlah
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
siswa yaitu terdiri dari siswa
laki-laki dan
siswa perempuan. Data keadaan siswa kelas III MI Sruwen
Tengaran Kabupaten Semarang Tahun
Kecamatan
adalah sebagai berikut:
Tabel . Data Keadaan Siswa
NO.
NAMA SISWA
KET.
.
Ade Ilma Nafi’a
P
.
Aldi Yunianto
L
.
Ananda Riskia Dwi Putra
L
.
Anita Suryani
P
.
Annajih Gilang Romadhon
L
.
Birru Hubaibi Walida
P
.
Damaey Saraswati
P
.
Dea Putri Febiana
P
.
Devi Novia Sari
P
.
Dimas Ahmad Fauzi
L
.
Hani’ah
P
.
Haris Alfa Alhabib
L
.
Jaisa Izzu Azada
L
.
Jenar Candra Dewi
P
.
Karisma Khairunisa
P
.
Latisa Maksal Mina
P
.
M Ikhfad Ubaidillah
L
.
M Jaisal Anam
L
.
M Najib Jauhar
L
.
M Riski Faabila
L
.
Mutiara Saskia
P
.
Novita Putri Lestari
P
.
Nurul Afifah
P
.
Rahadatul Aisyi
P
.
Raihan Nazifan
L
.
Raka Aditia
L
.
Sofia Hanani
P
.
Suci Nur Aini
P
.
Tangguh Satriaji
L
.
Vahmil Dlim Haf
L
Keterangan:
Laki-laki
:
siswa
Perempuan
:
siswa
. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika materi
perkalian. Penelitian ini melalui model pembelajaran Numbered Head
Together yang dilaksanakan sebanyak
siklus. Waktu penelitian sebagai
berikut:
a. Kegiatan siklus I dilaksanakan pada tanggal
b. Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal
Agustus
Agustus
.
.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap perencanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar
menggunakan Numbered Head Together. Adapun materi yang dibahas
adalah operasi perkalian dan sifat-sifat operasi perkalian.
b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti media
pembelajaran (LKS) dan reward untuk pelaksanaan kegiatan
pembelajaran menggunakan Numbered Head Together.
c. Menyiapkan materi ajar tentang operasi perkalian.
d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru
dalam proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together.
e. Menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa berupa
lembar tes.
f. Peneliti berkoordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan Numbered Head Together.
. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
b. Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan berdoa.
c. Guru menanyakan kabar dan mengabsen siswa.
d. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi
pembelajaran.
e. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari.
f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
g. Guru menjelaskan tentang materi operasi perkalian dan sifat-sifatnya.
h. Guru mendemonstrasikan langkah kegiatan Numbered Head Together.
i. Guru membagi para siswa menjadi
kelompok yang beranggotakan
orang siswa. Guru membagikan topi bernomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan memberikan nama kelompok yang berbeda.
j. Terjadi penyimpangan dari RPP yang telah dibuat yakni, guru tidak
mengubah posisi duduk siswa menjadi melingkar tiap-tiap kelompok
melainkan posisi tetap seperti semula yaitu posisi duduk berbaris,
sehingga siswa hanya terlihat bergerombol di satu meja pada tiap-tiap
kelompok dan siswa secara leluasa berjalan-jalan ke meja kelompok
lain.
k. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok.
l. Siswa diminta untuk mendiskusikan soal-soal yang telah dibagikan
tiap-tiap kelompok dan menentukan jawaban yang paling tepat.
m. Guru menyebutkan nomor secara acak dan siswa dengan nomor
tersebut mengacungkan jari
n. Guru memanggil beberapa siswa untuk menyampaikan jawaban sesuai
dengan nomor yang dimiliki.
o. Guru mengulang kegiatan tersebut sampai
soal terjawab oleh semua
kelompok.
p. Siswa diminta mengubah tempat duduk seperti semula.
q. Guru memberikan reward kepada kelompok yang aktif dalam
pembelajaran.
r. Sebagai bahan evaluasi guru memberikan soal dan siswa diminta
mengerjakannya.
s. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi guru menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
t. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam.
. Pengamatan atau observasi
Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung melakukan
pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan Numbered Head Together dalam
meningkatkan hasil belajar. Aspek-aspek yang diamati sebagai berikut:
a. Lembar Observasi Guru
Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I
No.
Aspek yang diamati
Skor
A
Kemampuan
guru
B
membuka
pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
.
Memberikan motivasi awal
.
Memberikan
apersepsi
√
√
√
(kaitannya
dengan materi)
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
.
Memberikan acuan bahan pelajaran
√
√
yang akan dipelajari
Sikap
guru
dalam
proses
pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
.
Variasi
gerakan
badan
√
tidak
√
mengganggu siswa
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik
perhatian
siswa
√
dalam
kegiatan belajar menggunakan Model
√
C
D
Numbered Head Together
.
Memberikan perhatian yang sama
√
pada setiap kelompok
Penguasaan bahan belajar
.
√
Bahan belajar disajikan sesuai dengan
langkah-langkah yang dibuat dalam
RPP
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi
√
ajar
.
√
Mampu memberikan variasi dalam
menyampaikan bahan ajar melalui
Model Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian
bahan
pelajaran
√
sesuai
dengan tujuan atau indikator yang
telah ditetapkan
.
√
Mendemonstrasikan langkah-langkah
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
.
Ketepatan dalam penggunaan alokasi
√
waktu
.
Memfasilatasi siswa selama proses
kegiatan belajar melalui Numbered
√
Head Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang
√
telah ditetapkan
.
Penilaian
yang
diberikan
sesuai
√
dengan RPP
Kemampuan
menutup
kegiatan
pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah
√
diberikan
.
Memberikan
kesempatan
√
untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan
.
Memberikan
kesimpulan
kegiatan
√
pembelajaran
Tindak lanjut / Follow up
.
Memberikan tugas kepada siswa
√
.
Menginformasikan materi/bahan ajar
√
yang akan dipelajari berikutnya
.
√
Memberikan motivasi untuk selalu
terus belajar
Jumlah
Total
Kategori
Baik
Keterangan:
Skor Nilai
Rentang Kategori :
A=
(sangat baik)
Nilai
-
( Baik )
B=
(baik)
Nilai
-
( Sedang )
C=
(cukup)
Nilai
-
(kurang )
D=
(kurang)
b. Nilai Evaluasi Siklus I
Tabel . Nilai Evaluasi Siklus I
NO.
NAMA SISWA
.
Ade Ilma Nafi’a
.
Aldi Yunianto
.
Ananda Riskia Dwi Putra
.
Anita Suryani
.
Annajih Gilang Romadhon
.
Birru Hubaibi Walida
.
Damaey Saraswati
.
Dea Putri Febiana
.
Devi Novia Sari
.
Dimas Ahmad Fauzi
.
Hani’ah
.
Haris Alfa Alhabib
.
Jaisa Izzu Azada
NILAI
.
Jenar Candra Dewi
.
Karisma Khairunisa
.
Latisa Maksal Mina
.
M Ikhfad Ubaidillah
.
M Jaisal Anam
.
M Najib Jauhar
.
M Riski Faabila
.
Mutiara Saskia
.
Novita Putri Lestari
.
Nurul Afifah
.
Rahadatul Aisyi
.
Raihan Nazifan
.
Raka Aditia
.
Sofia Hanani
.
Suci Nur Aini
.
Tangguh Satriaji
.
Vahmil Dlim Haf
Rata-rata
. Refleksi
Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
menilai
seluruh
kegiatan
pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. Pada siklus I
menunjukkan bahwa, terdapat peningkatan pada hasil
belajar siswa.
Siswa terlihat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan melalui model Numbered Head Together. Guru berperan
sebagai fasilitator, motivator dan pusat pembelajaran berada pada siswa.
Model pembelajaran ini membuat siswa aktif di mana setiap siswa saling
mengajukan pendapatnya dalam menyelesaikan soal dan saling
menghargai pendapat teman dalam kelompoknya.
Selama pengamatan berlangsung masih ditemukan masalahmasalah, yaitu guru belum maksimal dalam memfasilitasi dan menjadi
motivator siswa saat berkelompok. Beberapa siswa yang kurang
memahami instruksi yang diberikan oleh guru untuk mengerjakan soal
bersama-sama sehingga kelas menjadi ramai. Hal tersebut menyebabkan
seorang siswa tidak ikut mengerjakan seperti yang diharapkan oleh guru
dan membiarkan siswa lain mengerjakan soal. Dengan adanya masalahmasalah tersebut, maka peneliti akan melakukan tindakan pada siklus II
untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus I.
C. Deskripsi Siklus II
. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari pengamatan dan hasil
perolehan nilai pada siklus I, maka siklus II merupakan perbaikan dari
siklus I. Rencana pelaksanaan pada siklus II yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar
menggunakan Numbered Head Together. Adapun materi yang dibahas
adalah bentuk penyelesaian soal operasi perkalian dan memecahkan
masalah operasi perkalian dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti media
pembelajaran (kartu soal) dan reward untuk pelaksanaan kegiatan
pembelajaran menggunakan Numbered Head Together.
c. Menyiapkan materi ajar tentang bentuk penyelesaian soal perkalian
dan memecahkan masalah operasi perkalian dalam kehidupan seharihari.
d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru
dalam proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together.
e. Menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa berupa
lembar tes.
f. Peneliti
berkordinasi
dengan
guru
selaku
kolaborator
untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan Numbered Head Together.
. Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
a. Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan berdoa.
b. Guru menanyakan kabar dan mengabsen siswa.
c. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi
pembelajaran.
d. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
f. Guru menjelaskan tentang materi pemecahan masalah operasi hitung
perkalian dalam kehidupan sehari-hari.
g. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar melalui
Numbered Head Together.
h. Guru membagi para siswa menjadi
kelompok yang beranggotakan
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda
i. Guru mengubah posisi duduk melingkar pada tiap-tiap kelompok.
j. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok.
k. Siswa diminta untuk mendiskusikan soal-soal dalam kartu bersamasama dan menentukan jawaban yang paling tepat.
l. Guru menyebutkan nomor secara acak dan siswa dengan nomor
tersebut mengacungkan jari
m. Guru memanggil beberapa siswa untuk menyampaikan jawaban sesuai
dengan nomor yang dimiliki.
n. Guru mengulang kegiatan tersebut sampai
soal terjawab oleh semua
kelompok.
o. Siswa diminta mengubah tempat duduk seperti semula.
p. Guru memberikan reward kepada kelompok yang aktif dalam
pembelajaran.
q. Sebagai bahan evaluasi guru memberikan soal dan siswa diminta
mengerjakannya.
r. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi guru menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
s. Guru menutup pembelajaran berdoa dan salam.
. Pengamatan atau observasi
Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung melakukan
pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan Numbered Head Together dalam
meningkatkan hasil belajar. Aspek-aspek yang diamati sebagai berikut:
a. Lembar Observasi Guru
Tabel . Lembar Pengamatan Guru Siklus II
No.
Aspek yang diamati
Skor
A
B
Kemampuan guru membuka pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
.
Memberikan motivasi awal
.
Memberikan apersepsi (kaitannya dengan
√
√
√
materi)
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
.
Memberikan acuan bahan pelajaran yang
√
√
C
D
akan dipelajari
Sikap guru dalam proses pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
√
.
Variasi gerakan badan tidak mengganggu
√
siswa
√
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik perhatian siswa dalam kegiatan
√
belajar menggunakan Model Numbered
Head Together
.
√
Memberikan perhatian yang sama pada
setiap kelompok
Penguasaan bahan belajar
.
Bahan belajar disajikan sesuai dengan
√
langkah-langkah yang dibuat dalam RPP
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar
.
Mampu
memberikan
variasi
√
√
dalam
menyampaikan bahan ajar melalui Model
Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan
√
tujuan atau indikator yang telah ditetapkan
.
Mendemonstrasikan
langkah-langkah
kegiatan belajar melalui Numbered Head
√
Together
.
Ketepatan
dalam
penggunaan
alokasi
√
waktu
.
Memfasilatasi
siswa
selama
√
proses
kegiatan belajar melalui Numbered Head
Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang telah
√
ditetapkan
.
Penilaian yang diberikan sesuai dengan
√
RPP
Kemampuan
menutup
kegiatan
pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah
√
diberikan
.
√
Memberikan kesempatan untuk bertanya
dan menjawab pertanyaan
.
Memberikan
kesimpulan
kegiatan
√
pembelajaran
Tindak lanjut / Follow up
.
Memberikan tugas kepada siswa
√
.
Menginformasikan materi/bahan ajar yang
√
akan dipelajari berikutnya
.
√
Memberikan motivasi untuk selalu terus
belajar
Jumlah
Total
Kategori
Baik
Keterangan:
Skor Nilai
Rentang Kategori :
A=
(sangat baik)
Nilai
-
( Baik )
B=
(baik)
Nilai
-
( Sedang )
C=
(cukup)
Nilai
-
(kurang )
D=
(kurang)
c. Nilai Evaluasi Siklus II
Tabel . Nilai Evaluasi Siklus II
NO.
NAMA SISWA
.
Ade Ilma Nafi’a
.
Aldi Yunianto
.
Ananda Riskia Dwi Putra
.
Anita Suryani
.
Annajih Gilang Romadhon
.
Birru Hubaibi Walida
.
Damaey Saraswati
.
Dea Putri Febiana
.
Devi Novia Sari
NILAI
.
Dimas Ahmad Fauzi
.
Hani’ah
.
Haris Alfa Alhabib
.
Jaisa Izzu Azada
.
Jenar Candra Dewi
.
Karisma Khairunisa
.
Latisa Maksal Mina
.
M Ikhfad Ubaidillah
.
M Jaisal Anam
.
M Najib Jauhar
.
M Riski Faabila
.
Mutiara Saskia
.
Novita Putri Lestari
.
Nurul Afifah
.
Rahadatul Aisyi
.
Raihan Nazifan
.
Raka Aditia
.
Sofia Hanani
.
Suci Nur Aini
.
Tangguh Satriaji
.
Vahmil Dlim Haf
Rata-rata
. Refleksi
Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang
lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Siswa sangat antusias dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan Model
Numbered Head Together . Hal ini dapat terlihat ketika semua siswa
menyampaikan pendapatnya pada siswa lain dan siswa yang lebih
memahami soal memberikan penjelasan pada teman kelompoknya.
Berdasarkan nilai pada tes evaluasi dapat diketahui bahwa nilai
yang didapatkan lebih baik dari siklus I. Pembelajaran pada siklus II
ini telah mencapai tujuan yang diharapkan yakni, keaktifan siswa,
pembelajaran yang menyenangkan, siswa antusias dalam mengikuti
pembelajaran dan peningkatan hasil belajar. Selain itu nilai yang
diperoleh siswa telah mencapai KKM dan siswa telah mencapai
Kriteria ketuntasan klasikal
dari jumlah siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan yang telah dilakukan telah mencapai
hasil yang maksimal, untuk itu penelitian ini dirasa telah cukup.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
. Deskripsi Pra Siklus
Pada penelitian kali ini, peneliti melaksanakan penelitian
menggunakan Numbered Head Together. Model Numbered Head
Together bukanlah model pembelajaran baru di dunia pendidikan
Indonesia, namun model pembelajaran ini tergolong baru bagi MI
Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun
.
Acuan penilaian pada penelitian ini, peneliti menggunakan Kriteria
Ketuntasan Klasikal yaitu
dari jumlah seluruh siswa dengan
berpatokan pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan data nilai ulangan harian mata pelajaran Matematika
yang diperoleh siswa kelas III MI Sruwen
Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang, menunjukkan bahwa KKM untuk mata pelajaran
Matematika adalah
. Peneliti menggunakan evaluasi formatif dalam
penelitian tindakan kelas ini yaitu tes objektif dan subjektif. Di bawah ini
adalah hasil ulangan harian mata pelajaran Matematika sebelum
menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together, nilai tes
evaluasi siklus I dan siklus II.
Tabel . Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)
NO.
.
NAMA SISWA
Ade Ilma Nafi’a
NILAI
KETUNTASAN
Tuntas
.
Aldi Yunianto
Belum Tuntas
.
Ananda Riskia Dwi Putra
Belum Tuntas
.
Anita Suryani
Belum Tuntas
.
Annajih Gilang Romadhon
Belum Tuntas
.
Birru Hubaibi Walida
.
Damaey Saraswati
Belum Tuntas
.
Dea Putri Febiana
Belum Tuntas
.
Devi Novia Sari
.
Dimas Ahmad Fauzi
.
Hani’ah
Tuntas
.
Haris Alfa Alhabib
Tuntas
.
Jaisa Izzu Azada
.
Jenar Candra Dewi
Tuntas
.
Karisma Khairunisa
Belum Tuntas
.
Latisa Maksal Mina
Belum Tuntas
.
M Ikhfad Ubaidillah
Belum Tuntas
.
M Jaisal Anam
Tuntas
.
M Najib Jauhar
Belum Tuntas
.
M Riski Faabila
Tuntas
.
Mutiara Saskia
Tuntas
.
Novita Putri Lestari
Tuntas
.
Nurul Afifah
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
.
Rahadatul Aisyi
Belum Tuntas
.
Raihan Nazifan
Belum Tuntas
.
Raka Aditia
Belum Tuntas
.
Sofia Hanani
Belum Tuntas
.
Suci Nur Aini
Tuntas
.
Tangguh Satriaji
Belum Tuntas
.
Vahmil Dlim Haf
Belum Tuntas
Rata-rata
Keterangan
Tuntas
:
siswa
Belum Tuntas
:
siswa
Gambar . Rentang Nilai Ulangan Harian Pra Siklus
siswa kelas III
10
8
6
4
2
0
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ulangan harian (pra
siklus) menunjukkan bahwa dari
siswa kelas III MI Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun
standar KKM
(
hanya
siswa) belum tuntas.
,
(
dengan Nilai
siswa) yang tuntas, sedangkan
,
. Deskripsi Data Siklus I
Hasil tes evaluasi pada siklus I mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan nilai pra siklus. Pada siklus I terdapat
yang tuntas dan
,
siswa
Siswa yang belum tuntas, dengan demikian baru
dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi
target peneliti tentukan yaitu
dari jumlah seluruh siswa yang
mencapai nilai KKM.
Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I
NO.
NAMA SISWA
NILAI
KETUNTASAN
.
Ade Ilma Nafi’a
Tuntas
.
Aldi Yunianto
Tuntas
.
Ananda Riskia Dwi Putra
.
Anita Suryani
.
Annajih Gilang Romadhon
.
Birru Hubaibi Walida
.
Damaey Saraswati
Belum Tuntas
.
Dea Putri Febiana
Tuntas
.
Devi Novia Sari
Tuntas
.
Dimas Ahmad Fauzi
.
Hani’ah
Tuntas
.
Haris Alfa Alhabib
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
.
Jaisa Izzu Azada
Belum Tuntas
.
Jenar Candra Dewi
Tuntas
.
Karisma Khairunisa
Belum Tuntas
.
Latisa Maksal Mina
Belum Tuntas
.
M Ikhfad Ubaidillah
Belum Tuntas
.
M Jaisal Anam
Belum Tuntas
.
M Najib Jauhar
Belum Tuntas
.
M Riski Faabila
Belum Tuntas
.
Mutiara Saskia
Tuntas
.
Novita Putri Lestari
Tuntas
.
Nurul Afifah
Tuntas
.
Rahadatul Aisyi
Tuntas
.
Raihan Nazifan
Belum Tuntas
.
Raka Aditia
Belum Tuntas
.
Sofia Hanani
Tuntas
.
Suci Nur Aini
Tuntas
.
Tangguh Satriaji
Belum Tuntas
.
Vahmil Dlim Haf
Tuntas
Rata-rata
Keterangan
Tuntas
:
Siswa
Belum tuntas
:
Siswa
Gambar . Rentang Nilai Evaluasi Siklus I
Siswa kelas III
12
10
8
6
4
2
0
41-50
51-60
61-70
71-80
. Deskripsi Data Siklus II
Hasil tes evaluasi pada siklus II mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II,
,
dari
seluruh siswa mencapai KKM yang telah ditentukan sekolah. Terdapat
siswa yang tuntas dan
siswa yang belum tuntas. Hasil belajar siswa
sudah memenuhi target penelitian, yaitu
dari seluruh jumlah siswa
mencapai KKM. Berdasarkan hasil belajar siswa tersebut maka Model
Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa
kelas III mata pelajaran Matematika materi operasi perkalian.
Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II
NO.
NAMA SISWA
NILAI
KETUNTASAN
.
Ade Ilma Nafi’a
Tuntas
.
Aldi Yunianto
Tuntas
.
Ananda Riskia Dwi Putra
Tuntas
.
Anita Suryani
Tuntas
.
Annajih Gilang Romadhon
Tuntas
.
Birru Hubaibi Walida
Tuntas
.
Damaey Saraswati
Tuntas
.
Dea Putri Febiana
Tuntas
.
Devi Novia Sari
Tuntas
.
Dimas Ahmad Fauzi
Tuntas
.
Hani’ah
Tuntas
.
Haris Alfa Alhabib
Tuntas
.
Jaisa Izzu Azada
Tuntas
.
Jenar Candra Dewi
Tuntas
.
Karisma Khairunisa
Tuntas
.
Latisa Maksal Mina
Tuntas
.
M Ikhfad Ubaidillah
Tuntas
.
M Jaisal Anam
Belum Tuntas
.
M Najib Jauhar
Tuntas
.
M Riski Faabila
Tuntas
.
Mutiara Saskia
Tuntas
.
Novita Putri Lestari
Tuntas
.
Nurul Afifah
Tuntas
.
Rahadatul Aisyi
Tuntas
.
Raihan Nazifan
Belum Tuntas
.
Raka Aditia
Tuntas
.
Sofia Hanani
Tuntas
.
Suci Nur Aini
Tuntas
.
Tangguh Satriaji
Tuntas
.
Vahmil Dlim Haf
Tuntas
Rata-rata
Keterangan
Tuntas
:
Tidak Tuntas :
siswa
siswa
Gambar . Rentang Nilai Evaluasi Siklus II
Siswa Kelas II
20
15
10
5
0
51-60
61-70
71-80
81-90
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam
siklus, dari data yang
diperoleh menunjukkan terjadinya peningkatan nilai yang cukup baik. Selain
itu antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga sangat tinggi.
Sehingga jika dipadukan dengan Model Numbered Head Together dalam
pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III
MI Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Hal ini dapat
dilihat dari hasil rekapitulasi (hasil belajar siswa) Matematika melalui Model
Numbered Head Together.
Tabel . Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus
NO.
NAMA SISWA
Nilai Pra
Siklus
.
Ade Ilma Nafi’a
.
Aldi Yunianto
.
Ananda Riskia Dwi Putra
.
Anita Suryani
.
Annajih Gilang Romadhon
.
Birru Hubaibi Walida
.
Damaey Saraswati
.
Dea Putri Febiana
.
Devi Novia Sari
.
Dimas Ahmad Fauzi
.
Hani’ah
.
Haris Alfa Alhabib
.
Jaisa Izzu Azada
.
Jenar Candra Dewi
.
Karisma Khairunisa
.
Latisa Maksal Mina
.
M Ikhfad Ubaidillah
.
M Jaisal Anam
Siklus I
Siklus II
.
M Najib Jauhar
.
M Riski Faabila
.
Mutiara Saskia
.
Novita Putri Lestari
.
Nurul Afifah
.
Rahadatul Aisyi
.
Raihan Nazifan
.
Raka Aditia
.
Sofia Hanani
.
Suci Nur Aini
.
Tangguh Satriaji
.
Vahmil Dlim Haf
Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perolehan rata-rata
,
nilai pada siklus I meningkat menjadi
rata-rata nilai pra siklus yang hanya
menjadi
,
,
jika dibandingkan dengan
. Pada siklus II meningkat
. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa
pelaksanaan PTK dengan menggunakan Numbered Head Together
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian tindakan
kelas ini memperoleh hasil seperti tabel di atas. Berikut ini penjabaran
hasil penelitian dari siklus ke siklus:
. Siklus I
Proses pembelajaran pada siklus I, peneliti menggunakan Model
Numbered Head Together. Adapun dalam penelitian mencakup
tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan
atau observasi dan refleksi. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti
melakukan penelitian melakukan obsevasi ke MI Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Pada tahap ini hasil tes
evaluasi adalah
,
(
,
siswa tuntas (
siswa) dan yang belum tuntas
siswa). Dengan demikian hasil belajar siswa pada siklus I
mengalami peningkatan sebesar
jika dibandingkan dengan pra
siklus. Perolehan hasil tes evaluasi siklus I dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar . Persentase Nilai Evaluasi Siklus I
Tuntas
46,7%
Tidak Tuntas
53,3%
Berikut ini adalah lembar observasi guru yang peneliti gunakan
pada saat proses pembelajaran berlangsung:
Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I
No.
Aspek yang diamati
Skor
A
Kemampuan
guru
B
membuka
pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
.
Memberikan motivasi awal
.
Memberikan
apersepsi
√
√
√
(kaitannya
dengan materi)
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
.
Memberikan acuan bahan pelajaran
√
√
yang akan dipelajari
Sikap
guru
dalam
proses
pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
.
Variasi
gerakan
badan
√
tidak
√
mengganggu siswa
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik
perhatian
siswa
√
√
dalam
kegiatan belajar menggunakan Model
Numbered Head Together
.
Memberikan perhatian yang sama pada
setiap kelompok
√
C
D
Penguasaan bahan belajar
.
√
Bahan belajar disajikan sesuai dengan
langkah-langkah yang dibuat dalam
RPP
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi
√
ajar
.
√
Mampu memberikan variasi dalam
menyampaikan bahan ajar melalui
Model Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian
bahan
pelajaran
√
sesuai
dengan tujuan atau indikator yang telah
ditetapkan
.
Mendemonstrasikan
√
langkah-langkah
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
.
Ketepatan dalam penggunaan alokasi
√
waktu
.
√
Memfasilatasi siswa selama proses
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang
√
telah ditetapkan
.
Penilaian yang diberikan sesuai dengan
√
RPP
Kemampuan
menutup
kegiatan
pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah
√
diberikan
.
Memberikan
kesempatan
√
untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan
.
Memberikan
kesimpulan
kegiatan
√
pembelajaran
Tindak lanjut / Follow up
.
Memberikan tugas kepada siswa
√
.
Menginformasikan materi/bahan ajar
√
yang akan dipelajari berikutnya
.
√
Memberikan motivasi untuk selalu
terus belajar
Jumlah
Total
Kategori
Baik
Keterangan:
Skor Nilai
A=
(sangat baik)
B=
(baik)
C=
(cukup)
D=
(kurang)
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar
pada siklus I memperoleh skor
dari skor maksimal
. Sehingga
aktifitas guru pada siklus I tergolong predikat baik. Adapun penjelasan
lebih lanjut mengenai aktivitas guru adalah sebagi berikut :
a. Penilaian kemampuan guru membuka pelajaran berada pada skor
nilai berpredikat baik.
b. Penilaian sikap guru dalam proses pembelajaran berada pada skor
nilai berpredikat sangat baik.
c. Penilaian penguasaan guru terhadap bahan belajar berada pada skor
nilai berpredikat baik.
d. Penilaian kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
berada pada skor nilai
berpredikat cukup.
e. Penilaian evaluasi pembelajaran berada pada skor nilai
berpredikat sangat baik.
f. Penilaian kemampuan guru menutup kegiatan pembelajaran berada
pada skor nilai berpredikat sangat baik.
g. Penilaian terhadap tindak lanjut (follow up) berada pada skor nilai
berpredikat baik.
Rentang Kategori :
Nilai
-
( Baik )
Nilai
-
( Sedang )
Nilai
-
(kurang )
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat guru
menggunakan Numbered Head Together adalah sebagai berikut:
a. Membuka pelajaran
Guru membuka pelajaran dimulai dari memimpin doa,
mengabsen siswa dan memberikan motivasi kepada siswa serta
menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan oleh
guru sudah sesuai dengan RPP.
b. Penguasaan materi
Guru dapat menerangkan materi perkalian dan sifat-sifat
operasi perkalian dengan jelas dan runtut sehingga siswa dapat
memahami materi dengan baik.
c. Menyajikan materi
Guru mengaitkan materi perkalian dan sifat-sifat operasi
perkalian dengan kehidupan nyata, hal ini memudahkan siswa
dalam memahami materi karena terjadi di lingkungan tempat
tinggal sekitar. Selain itu guru juga berinovasi dengan cara
membuat suasana kelas menjadi menyenangkan.
d. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang sesuai
yang tercantum dalam RPP, dimana seharusnya guru mengubah
posisi duduk siswa menjadi melingkar kecil setiap kelompok saat
penerapan Numbered Head Together agar mempermudah semua
siswa mampu bekerja dengan baik dalam kelompok, akan tetapi
guru membiarkan posisi duduk siswa berbaris seperti posisi duduk
semula dengan alasan karena kelas terlalu sempit dan agar kelas
tidak menjadi ramai. Hal ini menyebabkan siswa mengalami
kesulitan saat harus bertukar pendapat dalam mengerjakan soal,
dan banyak siswa yg berjalan ke meja kelompok lain sehingga guru
harus mengawasi siswa satu per satu. Akan tetapi hal tersebut tidak
begitu berpengaruh besar terhadap pelaksanaan penerapan Model
Numbered Head Together.
e. Ketepatan menggunakan metode
Guru masih awam terhadap Numbered Head Together,
sehingga
hari sebelum peneliti telah memberikan RPP untuk
dipelajari oleh guru. Dalam pelaksanaan penggunaan Numbered
Head Together masih ada beberapa kekurangan yaitu
dari
keseluruhan siswa belum terlibat secara aktif dalam berkontribusi
menyelesaikan soal bersama kelompok. Pembibingan guru kurang
merata pada setiap kelompok selama berjalannya diskusi yang
dilakukan siswa. Hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
f. Pelaksanaan evaluasi
Pelaksanaan Evaluasi belum berjalan dengan optimal, karena
banyak siswa yang masih malu menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya.
Guru
kurang
memperhatikan
siswa
dalam
mengerjakan soal tes evaluasi sehingga masih ada siswa yang
saling mencontek.
g. Menutup pelajaran
Guru mengakhiri pembelajaran dengan menyimpulkan materi
yang dipelajari bersama-sama dengan siswa dan menutup pelajaran
dengan salam.
. Siklus II
Pada
siklus
II
tindakan
penelitian
mempertimbangkan
kekurangan dan kendala yang muncul pada siklus I. Untuk proses
pembelajaran masih sama dengan dengan siklus I yaitu dengan
menggunakan Numbered Head Together . Melalui data yang diperoleh
pada siklus II dapat dilihat terjadi peningkatan yang signifikasi pada
hasil belajar siswa sebesar
dari pra siklus dan
Hasil tes evaluasi yang diperoleh pada siklus II yaitu
siswa) tuntas, sedangkan ,
dari siklus I.
,
(
siswa ( siswa) tidak tuntas. Dengan
demikian, presentase nilai yang diperoleh pada siklus II telah
memenuhi target yang telah ditetapkan peneliti yaitu
siswa tuntas
atau mencapai nilai KKM yang ditetapkan MI Sruwen
Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang. Perolehan presentase nilai tes
evaluasi pada siklus II sebagai berikut:
Gambar . Persentase Nilai Tes Evaluasi Siklus II
Tuntas
Belum Tuntas
6,7%
93,3%
Berikut ini adalah lembar observasi guru yang peneliti gunakan
pada saat proses pembelajaran langsung:
Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus II
No.
Aspek yang diamati
Skor
A
Kemampuan
guru
membuka
pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
√
.
Memberikan motivasi awal
√
.
Memberikan apersepsi
√
(kaitannya
dengan materi)
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
√
.
Memberikan acuan bahan pelajaran
√
B
C
D
yang akan dipelajari
Sikap
guru
dalam
proses
pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
.
Variasi
gerakan
badan
√
tidak
√
mengganggu siswa
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik
perhatian
kegiatan
belajar
siswa
√
dalam
√
menggunakan
Model Numbered Head Together
.
√
Memberikan perhatian yang sama
pada setiap kelompok
Penguasaan bahan belajar
.
Bahan
belajar
disajikan
sesuai
√
dengan langkah-langkah yang dibuat
dalam RPP
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi
√
ajar
.
√
Mampu memberikan variasi dalam
menyampaikan bahan ajar melalui
Model Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian bahan pelajaran sesuai
√
dengan tujuan atau indikator yang
telah ditetapkan
.
Mendemonstrasikan langkah-langkah
√
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
.
Ketepatan dalam penggunaan alokasi
√
waktu
.
Memfasilatasi siswa selama proses
√
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang
√
telah ditetapkan
.
Penilaian
yang
diberikan
sesuai
√
dengan RPP
Kemampuan
menutup
kegiatan
pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah
√
diberikan
.
Memberikan
kesempatan
untuk
√
bertanya dan menjawab pertanyaan
.
Memberikan kesimpulan kegiatan
pembelajaran
√
Tindak lanjut / Follow up
.
Memberikan tugas kepada siswa
√
.
Menginformasikan materi/bahan ajar
√
yang akan dipelajari berikutnya
.
Memberikan motivasi untuk selalu
√
terus belajar
Jumlah
Total
Kategori
Baik
Keterangan:
Skor Nilai
A=
(sangat baik)
B=
(baik)
C=
(cukup)
D=
(kurang)
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar
pada siklus I memperoleh skor
dari skor maksimal
. Sehingga
aktifitas guru pada siklus II tergolong predikat baik. Adapun
penjelasan lebih lanjut mengenai aktivitas guru adalah sebagi berikut :
a. Penilaian kemampuan guru membuka pelajaran berada pada skor
nilai berpredikat sangat baik.
b. Penilaian sikap guru dalam proses pembelajaran berada pada skor
nilai berpredikat sangat baik.
c. Penilaian penguasaan guru terhadap bahan belajar berada pada skor
nilai berpredikat sangat baik.
d. Penilaian kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
berada pada skor nilai
berpredikat baik.
e. Penilaian evaluasi pembelajaran berada pada skor nilai
berpredikat sangat baik.
f. Penilaian kemampuan guru menutup kegiatan pembelajaran berada
pada skor nilai berpredikat sangat baik.
g. Penilaian terhadap tindak lanjut (follow up) berada pada skor nilai
berpredikat sangat baik.
Rentang Kategori :
Nilai
-
( Baik )
Nilai
-
( Sedang )
Nilai
-
(kurang )
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat guru
menggunakan Numbered Head Together adalah sebagai berikut:
a. Membuka pelajaran
Guru membuka pelajaran dimulai dari memimpin doa,
mengabsen siswa dan memberikan motivasi kepada siswa serta
menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan oleh
guru sudah sesuai dengan RPP.
b. Penguasaan materi
Guru dapat menerangkan materi bentuk penyelesaian operasi
hitung dan memecahkan masalah perkalian dalam kehidupan
sehari-hari dengan jelas dan runtut sehingga siswa dapat
memahami materi dengan baik.
c. Menyajikan materi
Guru mengaitkan materi pemecahan masalah operasi
perkalian dengan kehidupan sehari-hari, hal ini memudahkan siswa
dalam memahami materi karena terjadi di kehidupan nyata. Selain
itu guru juga berinovasi dengan cara membuat suasana kelas
menjadi menyenangkan.
d. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas pada siklus II sesuai dengan RPP.
Pengelolaan kelas pada siklus I yang berbentuk barisan klasikal
menyebabkan kesulitan siswa dalam berkontribusi dan fokus
terhadap kelompok masing-masing sehingga pada siklus II guru
mengubah posisi duduk menjadi melingkar setiap kelompok
sehingga mempermudah siswa fokus dengan tugas kelompok nya
dan tidak mondar-mandir ke meja kelompok lain.
e. Ketepatan menggunakan metode
Guru telah menerapkan Numbered Head Together dengan
baik, sesuai dengan tahap-tahap yang ada dalam RPP. Tahap-tahap
tersebut
adalah
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan
siswa, menyampaikan materi, melakukan evaluasi dan memberikan
reward. Hal ini mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa
lebih baik dari siklus I.
f. Pelaksanaan evaluasi
Pelaksanaan
Evaluasi
berjalan
dengan
baik
guru
membimbing siswa dalam mengerjakan mengerjakan soal tes
evaluasi
g. Menutup pelajaran
Guru mengakhiri pembelajaran dengan menyimpulkan materi
yang dipelajari bersama-sama dengan siswa dan menutup pelajaran
dengan salam.
. Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Tabel . Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kategori
Pra Siklus
Siklus I
Siswa
Siswa
%
Siklus II
%
Siswa
Tuntas
,
,
Tidak Tuntas
,
,
%
,
,
Jumlah
Berikut ini adalah ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus,
siklus I dan siklus II:
Gambar . Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa
ketuntasan siswa kelas III MI Sruwen
Kabupaten
Semarang
meningkat
Kecamatan Tengaran
dari
pra
siklus
sebelum
menggunakan Numbered Head Together, siswa yang mencapai
ketuntasan hanya
,
(
Sedangkan pada siklus I sebesar
,
(
siswa) dan siklus II
siswa). Nilai rata-rata pra siklus yaitu
,
sedangkan pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi
,
sebesar
,
siswa) dari keseluruhan siswa.
(
dan pada siklus II nilai rata-rata juga meningkat mencapai
,
pelaksanaan siklus II ketuntasan klasikal telah tercapai yaitu
,
. Pada
,
siswa tuntas secara klasikal yang mana telah melebihi dari kriteria
ketuntasan klasikal yang ditetapkan sebesar ≥
klasikal.
siswa tuntas secara
Meningkatnya hasil belajar dari siklus I ke siklus II disebabkan
karena pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered
Head Together
dapat menambah/memperjelas pemahaman siswa
tentang materi yang dipelajari dan merangsang partisipasi siswa dalam
diskusi kelompok.
Dengan memperhatikan pembahasan hasil penelitian di atas
peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima
kebenarannya, dengan kata lain penerapan model pembelajaran
Numbered Head Together di MI Sruwen
Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran Matematika materi perkalian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan
melalui beberapa rangkaian tindakan dimulai dari siklus I dan siklus II serta
berdasarkan seluruh pembahasan dan hasil analisis data yang dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III semester I mata pelajaran
Matematika materi perkalian. Indikator tersebut dapat terlihat dari nilai tes
ulangan siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada nilai
ulangan harian (pra siklus) siswa yang tuntas dalam belajar sebanyak
siswa atau
,
dan yang belum tuntas sebanyak
Pada siklus I terdapat
siswa atau
dan yang belum tuntas sebanyak
,
,
siswa atau
,
siswa atau
rata-rata
dan yang belum tuntas menjadi
,
.
siswa yang tuntas dalam belajar
,
dengan nilai rata-rata
. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi
atau
,
siswa
siswa atau , % dengan nilai
.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai masukan , antara lain:
. Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya selalu memotivasi dan memfasilitasi guru
untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya dengan mengikuti
seminar-seminar dan pelatihan tentang model pembelajaran dalam
upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Kepala sekolah sebaiknya membimbing para guru untuk memperbaiki
dan mengembangkan proses belajar mengajar seperti pemberian
motivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas yaitu
penggunaan model pembelajaran yang lebih inovatif serta melakukan
evaluasi untuk perbaikan proses belajar mengajar selanjutnya.
. Bagi Guru
a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered
Head Together hendaknya diterapkan kembali pada pokok bahasan
yang lain pada pelajaran Matematika pada khususnya dan mata
pelajaran yang lain pada umumnya karena terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.
b. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya guru
melakukan persiapan yang matang dengan telebih dahulu memahami
langkah-langkah yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yang
berpedoman pada RPP yang telah disusun sebelumnya.
c. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang jelas tentang langkahlangkah Numbered Head Together agar siswa tidak bingung dan
menyamakannya dengan model diskusi biasa.
d. Guru sebaiknya lebih kreatif dan variatif dalam menggunakan Model
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk
mengikuti
proses
pembelajaran
dengan
baik
sehingga
tujuan
pembelajaran dapat tercapai, serta melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran sehingga akan menghilangkan kejenuhan siswa.
. Siswa
Siswa sebaiknya dapat lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran agar mampu memahami materi yang diajarkan oleh
guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. (
CIPTA
). Psikologi Belajar. Jakarta:RINEKA
Arikunto, Suharsimi. (
). Managemen Pengajaran Secara Manusiawi.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Basrowi & Suwandi. (
Indonesia.
Dahar, Ratna Wilis. (
Erlangga
Daryanto. (
). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia
). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta:
). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto & Muljo Rahardjo. (
Gava Media.
Djamarah, Syaiful Bahri. (
). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. (
Jakarta: Rineka Cipta.
). Strategi Belajar-Mengajar.
Hamdayama, Jumanta. (
). Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia
Heruman. (
). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Huda,
Miftahul. (
). Model-Model
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ismunamto, A. (
Pengajaran
Dan
Pembelajaran.
). Ensiklopedia Matematika. Jakarta. Lentera Abadi.
Kasri, Khafid & Gunanto.
. Active Mathemathic A. Jakarta: Erlangga
Kastolani. (
). Model Pembelajaran Inovatif: Teori dan Aplikasi. Salatiga.
STAIN Salatiga Press
Khanifatul.(
(.Pembelajaran Inovatif: Model Mengelola Kelas Secara Efektif
dan Menyenangkan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Mulyasa. (
). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Rusman. (
). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sam’s, Rosma Hartiny. (
). Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Yogyakarta. Sukses Offset.
Sriyanti, Lilik. (
). Teori-Teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga.
Sriyanto. (
). Model Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta. Indonesia
Cerdas
Sumardyono. (
). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika.
Suprijono, Agus. (
). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Susanto, Ahmad. (
). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana
Suyono & Hariyanto. (
Rosda Karya
Syah, Muhibbin. (
). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Trianto. (
). Mendesain Model Pembelajran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana
Yuliawati, Fitri, Suprihatiningrum & Agung Rokhimawan. (
). Penelitian
Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik Nasional. Yogyakarta:
PEDAGOGIA
http://p tkmatematika.org/
/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristikmatematika-sekolah diakses pada Juni
.
http://www.sarjanaku.com/
Agustus
.
/pengertian-matematika.html diakses pada
Lampiran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) SIKLUS I
Sekolah
: MI Sruwen
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: III/
Materi Pokok
: Perkalian
Alokasi Waktu
:
x
menit
A. Standar Kompetensi
. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka
B. Kompetensi Dasar
. . Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian
bilangan tiga angka
C. Indikator
. . . Siswa dapat melakukan operasi perkalian sebagai penjumlahan
berulang dengan benar
. . . Siswa dapat melakukan operasi perkalian sesuai sifat-sifat operasi
perkalian dengan benar
D. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mendengarkan penjelasan guru,
. Siswa dapat melakukan operasi perkalian sebagai penjumlahan berulang
dengan benar
. Siswa dapat melakukan operasi perkalian sesuai sifat-sifat operasi
perkalian dengan benar
E. Metode:
. Ceramah,
. Numbered Head Together,
. Tanya Jawab,
. Demonstrasi,
. Latihan dan Penugasan.
F. Materi Pokok
Operasi perkalian merupakan operasi yang agak rumit dilakukan.
Dalam perkalian bilangan bulat, cara yang mudah dilakukan adalah
menggunakan perkalian cara bersusun ke bawah. Menurut Heruman
(
), pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara
berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa
sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.
Contoh:
x
=
+
+
+ +
+
+
+
x
=
+
+
+ + +
+
=
x
=
+
+
+ +
=
d. Sifat-sifat dalam operasi perkalian
) Sifat komutatif dalam perkalian
=
Sifat komutatif disebut juga pertukaran. Pada sifat komutatif berlaku
rumus:
axb=bxa
Contoh:
bola + bola + bola + bola +
bola + bola + bola + bola
bola
=
=
x
x
=
=
) Sifat perkalian dengan bilangan satu
Setiap bilangan dikalikan satu hasilnya adalah bilangan itu sendiri
Contoh:
x
=
x
x
=
=
) Sifat perkalian dengan bilangan nol
Semua bilangan yang dikalikan dengan bilangan nol ( ) hasilnya adalah
nol ( )
Contoh:
x
=
x
x
=
=
) Sifat asosiatif pada perkalian
Sifat asosiatif disebut juga pengelompokan. Pada sifat asosiatif berlaku
rumus:
(a x b) x c = a x (b x c)
Contoh:
( x )x
=
x( x )
x
=
x
=
) Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
Sifat distributif disebut juga persebaran. Pada sifat distributif berlaku
rumus:
(a x b) x c = (a x b) + (a x c)
Contoh:
x( x )
=( x )+( x )
x
=
+
=
G. Media, Sumber/Alat/Bahan Pembelajaran
. Media Pembelajaran:
a. Topi penomoran
b. Lembar Kerja Siswa Kelompok
c. Reward
. Sumber/Alat/Bahan pembelajaran :
a. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III
b. LKS Matematika kelas III SD/MI
H. Langkah-langkah Pembelajaran
. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
( menit)
a. Mengucap salam dan berdoa bersama.
b. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian,
posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
c. Melakukan apersepsi dengan sedikit mengulang
pelajaran kemarin.
d. Memberikan motivasi kepada siswa.
e. Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi
dan kompetensi yang diharapkan.
. Kegiatan Inti
(
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
-
Mengulas
materi
pelajaran
sebelumnya
(pengurangan dan penjumlahan)
-
Menjelaskan
tentang
pengertian
operasi
perkalian
-
Menjelaskan tentang berbagai sifat-sifat operasi
perkalian
-
Memberikan
perkalian
Elaborasi
contoh
penyelesaian
masalah
menit)
Dalam kegiatan elaborasi,
-
Guru membagi siswa dalam
masing-masing terdiri dari
-
kelompok
siswa
Guru memberikan topi bernomor - pada tiap
kelompok
-
Guru
mendemonstrasikan
pembelajaran
melalui
langkah-langkah
Numbered
Head
Together
-
Guru membagikan
lembar kerja siswa yang
sama pada tiap-tiap kelompok
-
Guru meminta siswa mendiskusikan soal dan
menentukan jawaban yang paling tepat
-
Siswa mempresentasikan jawaban soal sesuai
dengan nomor yang disebutkan guru secara
bergantian
-
Guru memberikan potongan bintang kepada
siswa yang berani menjelaskan jawabannya
dengan benar.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi,
-
Guru mencocokkan soal dan jawaban dari
masing-masing kelompok
-
Guru
memberikan
soal
individu
untuk
dikerjakan
-
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan.
.
Penutup
(
a. Guru menyampaikan kesimpulan dari pelajaran
yang telah disampaikan
b. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah
c. Guru menyampaikan materi pembelajaran yang
akan diberikan pada pertemuan yang akan
datang
d. Guru menyampaikan pesan-pesan sederhana
pada siswa kemudian menutup dengan salam
I. PENILAIAN
a. Instrumen Penilaian : Soal Evaluasi
.
+
+ +
= …. x …. = …
.
+
+
+
+ +
.
+
+
+
+ =…x…=…
.
x
=…
.
x
=…
.
x =…
=…x…=…
menit)
.
x
. …x
.
=…x
x
.
x…=…
=
=
x
=…
+ …) = …
x(
= (… + ) x = …
Kunci jawaban:
.
x
=
.
.
x
=
.
.
x
=
.
.
.
.
x(
. (
+ )=
+ )x =
b. Skoring
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X
c. Lembar Penilaian Kinerja Guru
No.
Aspek yang diamati
Skor
A
Kemampuan
guru
membuka
pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
.
Memberikan motivasi awal
.
Memberikan
dengan materi)
apersepsi
(kaitannya
B
C
D
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
.
Memberikan acuan bahan pelajaran
yang akan dipelajari
Sikap
guru
dalam
proses
pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
.
Variasi
gerakan
badan
tidak
mengganggu siswa
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik
perhatian
siswa
dalam
kegiatan belajar menggunakan Model
Numbered Head Together
.
Memberikan perhatian yang sama pada
setiap kelompok
Penguasaan bahan belajar
.
Bahan belajar disajikan sesuai dengan
langkah-langkah yang dibuat dalam
RPP
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi
ajar
.
Mampu memberikan variasi dalam
menyampaikan
bahan ajar
melalui
Model Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian
bahan
pelajaran
sesuai
dengan tujuan atau indikator yang telah
ditetapkan
.
Mendemonstrasikan
langkah-langkah
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
.
Ketepatan dalam penggunaan alokasi
waktu
.
Memfasilatasi siswa selama proses
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang
telah ditetapkan
.
Penilaian yang diberikan sesuai dengan
RPP
Kemampuan
menutup
kegiatan
pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah
diberikan
.
Memberikan
kesempatan
untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan
.
Memberikan
pembelajaran
kesimpulan
kegiatan
Lampiran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) SIKLUS II
Sekolah
: MI Sruwen
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: III/
Materi Pokok
: Perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka
Alokasi Waktu
:
x
menit
A. Standar Kompetensi
. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka
B. Kompetensi Dasar
. . Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian
bilangan tiga angka
C. Indikator
. . . Siswa dapat melakukan operasi perkalian yang hasilnya bilangan tiga
angka dengan benar
. . . Siswa dapat melakukan operasi perkalian dalam berbagai bentuk
penyelesaian operasi perkalian dengan benar
D. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mendengarkan penjelasan dari guru,
. Siswa dapat melakukan operasi perkalian yang hasilnya bilangan tiga
angka dengan benar
. Siswa dapat melakukan operasi perkalian dalam berbagai bentuk
penyelesaian operasi perkalian dengan benar
E. Metode:
. Ceramah,
. Numbered Head Together ,
. Tanya Jawab,
. Demonstrasi,
.
Latihan dan Penugasan.
F. Materi Pokok
Bentuk-bentuk penyelesaian soal operasi perkalian yang hasilnya merupakan
bilangan tiga angka
. Perkalian dengan susun pendek
Contoh:
x
Dari
x
di tulis , simpan ,
Dari ( x ) +
Jadi,
x
(simpanan), ditulis
=
. Perkalian dengan susun panjang
Contoh:
x
+
( x ) satuan x satuan
(
x ) puluhan x satuan
Jadi,
x
=
. Tabel perkalian dua bilangan
×
Contoh:
Berapakah hasil perkalian dari
d. Lihatlah angka
x
?
pada bilangan pertama, kemudian tariklah garis
lurus ke kanan!
e. Lihatlah angka
pada bilangan kedua, kemudian tariklah garis
kebawah!
f. Perpotongan kedua garis adalah letak hasil perkaliannya, yaitu
. Soal cerita
.
Contoh:
Ibu berbelanja ke pasar. Ia membeli
kotak telur, setiap kotak berisi
butir telur. Berapa butir telur yang dibeli ibu seluruhnya?
Jawab:
Jumlah telur yang dibeli ibu =
x
=
Jadi, jumlah telur ibu seluruhnya sebanyak
butir.
G. Media, Sumber/Alat/Bahan Pembelajaran
. Media Pembelajaran:
d. Topi penomoran
e. Lembar Kerja Siswa Kelompok
f. Reward
. Sumber/Alat/Bahan pembelajaran :
c. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III
d. LKS Matematika kelas III SD/MI
H. Langkah-langkah Pembelajaran
. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
f. Mengucap salam dan berdoa bersama.
g. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian,
posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
h. Melakukan apersepsi dengan sedikit mengulang
( menit)
pelajaran kemarin.
i. Memberikan motivasi kepada siswa.
j. Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi
dan kompetensi yang diharapkan.
. Kegiatan Inti
(
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
-
Mengulas materi pelajaran sebelumnya
-
Menjelaskan
tentang
cara-cara
pemecahan
masalah operasi perkalian
-
Memberikan
contoh
penyelesaian
masalah
perkalian
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
-
Guru membagi siswa dalam
kelompok masing-
masing terdiri dari siswa
-
Guru memberikan topi bernomor - pada tiap
kelompok
-
Guru
mendemonstrasikan
langkah-langkah
pembelajaran melalui Numbered Head Together
-
Guru membagikan
lembar kerja siswa yang
sama pada tiap-tiap kelompok
menit)
-
Guru meminta siswa mendiskusikan soal dan
menentukan jawaban yang paling tepat
-
Siswa mempresentasikan jawaban soal sesuai
dengan nomor yang disebutkan guru secara
bergantian
-
Guru memberikan potongan bintang sebagai
reward kepada siswa yang berani menjelaskan
jawabannya dengan benar.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi,
-
Guru mencocokkan soal dan jawaban dari
masing-masing kelompok
-
Guru memberikan soal individu untuk dikerjakan
-
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan.
.
Penutup
e. Guru menyampaikan kesimpulan dari pelajaran
yang telah disampaikan
f. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah
g. Guru menyampaikan materi pembelajaran yang
(
menit)
akan diberikan pada pertemuan yang akan datang
h. Guru menyampaikan pesan-pesan sederhana pada
siswa kemudian menutup dengan salam
I. PENILAIAN
d. Instrumen Penilaian : Soal Evaluasi
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan jawaban yang tepat!
.
.
.
x
x
…….
x
…….
.
…….
.
.
x
x
…….
…….
. Sebuah kereta api memiliki
mengangkut
x
…….
gerbong, masing-masing gerbong dapat
penumpang. Berapa banyak penumpang dalam kereta
api?
. Dinda mempunyai
kantong permen, setiap kantong berisi
permen. Berapa jumlah permen yang dimiliki Dinda?
. Bu Indah membeli
kotak kue cokelat. Setiap kotak berisi
kue.
Berapa jumlah kue yang dibeli Bu Indah?
. MI Idaman Bangsa terdapat
kelas. Bila setiap kelas terdapat
siswa, berapa jumlah siswa di sekolah tersebut?
Kunci Jawaban:
.
.
.
.
.
.
.
Penumpang
.
permen
.
kue
.
siswa
e. Skoring
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X
f. Lembar Penilaina Kinerja Guru
No.
Aspek yang diamati
Skor
A
Kemampuan
guru
membuka
pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
.
Memberikan motivasi awal
.
Memberikan
apersepsi
(kaitannya
dengan materi)
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
.
Memberikan acuan bahan pelajaran
yang akan dipelajari
Sikap
guru
dalam
proses
B
C
D
pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
.
Variasi
gerakan
badan
tidak
mengganggu siswa
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik
perhatian
siswa
dalam
kegiatan belajar menggunakan Model
Numbered Head Together
.
Memberikan perhatian yang sama
pada setiap kelompok
Penguasaan bahan belajar
.
Bahan belajar disajikan sesuai dengan
langkah-langkah yang dibuat dalam
RPP
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi
ajar
.
Mampu memberikan variasi dalam
menyampaikan bahan ajar melalui
Model Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian
bahan
pelajaran
sesuai
dengan tujuan atau indikator yang
telah ditetapkan
.
Mendemonstrasikan langkah-langkah
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
.
Ketepatan dalam penggunaan alokasi
waktu
.
Memfasilatasi siswa selama proses
kegiatan belajar melalui Numbered
Head Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang
telah ditetapkan
.
Penilaian
yang
diberikan
sesuai
dengan RPP
Kemampuan
menutup
kegiatan
pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah
diberikan
.
Memberikan
kesempatan
untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan
.
Memberikan
pembelajaran
kesimpulan
kegiatan
Tindak lanjut / Follow up
.
Memberikan tugas kepada siswa
.
Menginformasikan materi/bahan ajar
yang akan dipelajari berikutnya
Lampiran
Soal Tes Evaluasi Siklus I
Nama:
No. absen:
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan benar!
.
+
+ +
= …. x …. = …
.
+
+
+
+ +
.
+
+
+
+ =…x…=…
.
x
=…
.
x
=…
.
x =…
.
x
.
…x
.
x
.
x…=…
=
=…x
=
x
=…x…=…
x(
=…
+ …) = …
= (… + ) x = …
Lampiran
Soal Tes Evaluasi Siklus II
Nama:
No. absen:
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan jawaban yang tepat! Nomor
-
kerjakan dengan bersusun pendek, - bersusun panjang.
.
.
.
x
x
…….
.
…….
.
.
x
x
…….
…….
. Sebuah kereta api memiliki
mengangkut
x
…….
x
…….
gerbong, masing-masing gerbong dapat
penumpang. Berapa banyak penumpang dalam kereta api?
. Dinda mempunyai
kantong permen, setiap kantong berisi
permen.
Berapa jumlah permen yang dimiliki Dinda?
. Bu Indah membeli
kotak kue cokelat. Setiap kotak berisi
kue. Berapa
jumlah kue yang dibeli Bu Indah?
. MI Idaman Bangsa terdapat
kelas. Bila setiap kelas terdapat
berapa jumlah siswa di sekolah tersebut?
siswa,
Lampiran
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) KELOMPOK SIKLUS I
Kelompok:
Anggota:
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan berdiskusi kelompok!
.
x
= ….
.
x
= ….
.
x
= … x =….
.
x
= x … = ….
. ( x )x
=…x( x )=…
Lampiran
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) KELOMPOK SIKLUS II
Kelompok:
Anggota:
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan berdiskusi kelompok!
A. Kerjakan dengan cara bersusun pendek
.
x
…….
.
x
…….
B. Kerjakan dengan cara bersusun panjang
.
x
…….
.
x
…….
. Pak Riko mempunyai
pohon buah manga. Setiap pohon mempunyai
buah. Berapa jumlah buan semuanya?
Lampiran
Data Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)
NO.
NAMA SISWA
NILAI
KETUNTASAN
.
Ade Ilma Nafi’a
.
Aldi Yunianto
Tidak Tuntas
.
Ananda Riskia Dwi Putra
Tidak Tuntas
.
Anita Suryani
Tidak Tuntas
.
Annajih Gilang Romadhon
Tidak Tuntas
.
Birru Hubaibi Walida
.
Damaey Saraswati
Tidak Tuntas
.
Dea Putri Febiana
Tidak Tuntas
.
Devi Novia Sari
.
Dimas Ahmad Fauzi
.
Hani’ah
Tuntas
.
Haris Alfa Alhabib
Tuntas
.
Jaisa Izzu Azada
.
Jenar Candra Dewi
Tuntas
.
Karisma Khairunisa
Tidak Tuntas
.
Latisa Maksal Mina
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
.
M Ikhfad Ubaidillah
.
M Jaisal Anam
Tuntas
.
M Najib Jauhar
Tidak Tuntas
.
M Riski Faabila
Tuntas
.
Mutiara Saskia
Tuntas
.
Novita Putri Lestari
Tuntas
.
Nurul Afifah
Tidak Tuntas
.
Rahadatul Aisyi
Tidak Tuntas
.
Raihan Nazifan
Tidak Tuntas
.
Raka Aditia
Tidak Tuntas
.
Sofia Hanani
Tidak Tuntas
.
Suci Nur Aini
Tuntas
.
Tangguh Satriaji
Tidak Tuntas
.
Vahmil Dlim Haf
Tidak Tuntas
Rata-rata
Tidak Tuntas
Lampiran
Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I
No.
Aspek yang diamati
Skor
A
Kemampuan guru membuka pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
.
Memberikan motivasi awal
.
Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi)
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
.
Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan
dipelajari
Sikap guru dalam proses pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
.
Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar
menggunakan Model Numbered Head Together
.
Memberikan perhatian yang sama pada setiap
kelompok
Penguasaan bahan belajar
.
Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkahlangkah yang dibuat dalam RPP
B
C
D
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar
.
Mampu
memberikan
menyampaikan
bahan
variasi
ajar
dalam
melalui
Model
Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan
atau indikator yang telah ditetapkan
.
Mendemonstrasikan
langkah-langkah
kegiatan
belajar melalui Numbered Head Together
.
Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu
.
Memfasilatasi siswa selama proses kegiatan
belajar melalui Numbered Head Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang telah
ditetapkan
.
Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP
Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah diberikan
.
Memberikan kesempatan untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan
.
Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran
Tindak lanjut / Follow up
.
Memberikan tugas kepada siswa
Lampiran
Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus II
No.
Aspek yang diamati
Skor
A
Kemampuan guru membuka pelajaran
.
Memeriksa kesiapan siswa
.
Memberikan motivasi awal
.
Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi)
.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
.
Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan
dipelajari
Sikap guru dalam proses pembelajaran
.
Kejelasan artikulasi suara
.
Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa
.
Antusiasme dalam penampilan
.
Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar
menggunakan Model Numbered Head Together
.
Memberikan perhatian yang sama pada setiap
kelompok
Penguasaan bahan belajar
.
Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkahlangkah yang dibuat dalam RPP
B
C
D
.
Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar
.
Mampu
memberikan
menyampaikan
bahan
variasi
ajar
dalam
melalui
Model
Numbered Head Together
Kegiatan belajar mengajar
.
Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan
atau indikator yang telah ditetapkan
.
Mendemonstrasikan
langkah-langkah
kegiatan
belajar melalui Numbered Head Together
.
Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu
.
Memfasilatasi siswa selama proses kegiatan
belajar melalui Numbered Head Together
Evaluasi Pembelajaran
.
Penilaian relevan dengan tujuan yang telah
ditetapkan
.
Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP
Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
.
Meninjau kembali materi yang telah diberikan
.
Memberikan kesempatan untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan
.
Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran
Tindak lanjut / Follow up
.
Memberikan tugas kepada siswa
Lampiran
PROFIL MI SRUWEN
A. Gambaran Situasi Umun MI Sruwen
. Lokasi Penelitian
a. Tempat penelitian : MI Sruwen
b. Alamat Penelitian : Jl. Kemetiran No.
c. Desa
: Sruwen
d. Kecamatan
: Tengaran
e. Kabupaten
: Semarang
f. Provinsi
: Jawa Tengah
. Data Guru MI Sruwen
No.
Nama Guru
Jabatan
.
Muhamad Fattah Amin, M.Pd.I
Kepala Madrasah
.
Hanik Tazkiyah, S.Pd.I
Guru Kelas VI
.
Sumarna, S.Pd.I
Guru Kelas II
.
Titin Kurniyatin Suroya, S.Pd.I
Guru Kelas I
.
Fajar Andy Saputra, S.Pd.I
Guru Kelas IV
.
Drs. Jaroni
Guru Kelas III
.
Sumanto, S.Pd.I
Guru Kelas V
.
Ika Yunita, S.Pd.I
Guru Bahasa Indonesia
.
Luqita Cahyani, S.Pd.I
Guru Matematika
B. Sarana pendukung Belajar Mengajar
No. Jenis Ruang
Kondisi (Unit)
Baik
.
Ruang Kelas
.
Perpustakaan
.
Laboratorium IPA
.
Ruang Kepala
Sekolah
.
Ruang Guru
.
Ruang Tata Usaha
.
Laboratorium
Komputer
.
Ruang Usaha
Kesehatan Sekolah
(UKS)
.
Toilet Guru
.
Toilet Siswa
.
Masjid/Musholla
Rusak Ringan
Rusak Berat
Lampiran
DOKUMENTASI
Proses Pembelajaran Menggunakan Numbered Head Together Siklus I
. Guru membuka pelajaran
. Guru memberikan motivasi awal
. Guru menjelaskan pelajaran materi perkalian
. Guru membagi siswa dalam kelompok dan memberikan topi bernomor
. Siswa mendiskusikan LKS
. Guru memanggil nomor secara acak
. Guru memberikan reward pada siswa yang menyampaikan jawaban
dengan tepat
Proses Pembelajaran Menggunakan Numbered Head Together Siklus II
. Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi
. Guru menjelaskan materi perkalian
. Guru membagi kelompok
. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan LKS
. Guru memanggil nomor secara acak untuk mengerjakan soal di depan
kelas
. Guru memberikan reward
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
SATUAN KREDIT KEGIATAN EKSTRAKURIKULER (SKK)
Nama : SITI ASIAH
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
NIM
Jurusan
: PGMI
No
.
:
-
Kegiatan
OPAK STAIN Salatiga
Pelaksanaan
Status
- September
Peserta
- September
Peserta
September
Peserta
September
Peserta
“Progresifitas kaum muda,
kunci perubahan”
.
OPAK Jurusan Tarbiyah
STAIN Salatiga
“Mewujudkan Gerakan
Mahasiswa Tarbiyah
Sebagai Tonggak
Kebangkitan Pendidikan
Indonesia”
.
ODK “Membangun
Karakter Keislaman
Bertaraf Internasional Di
Era Globalisasi Bahasa”
.
Seminar Entrepreneurship
dan Perkoperasian
oleh MAPALA
Poin
MITAPASA dan KSEI
STAIN Salatiga “Explore
Your Entrepreneurship
Talent”
AMT “Dengan AMT,
.
September
Peserta
September
Peserta
Bangun Karakter Raih
Prestasi”
Library User Education oleh
UPT Perpustakaan STAIN
Salatiga
.
MAPABA PMII Djoko
- Oktober
Peserta
Oktober
Peserta
Januari
Peserta
Tingkir Salatiga
“Membentuk Militansi
Kader Menuju Mahasiswa
yang Ideal”
.
Training Pembuatan
Makalah oleh LDK STAIN
Salatiga
.
Peringatan Maulud Nabi
Muhammad SAW
H
oleh KSEI STAIN Salatiga
.
Seminar Nasional Oleh
DEMA STAIN Salatiga
Juli
Peserta
“Mengawal Pengendalian
BBM Bersubsidi, Kebijakan
BLSM yang Tepat Sasaran
Serta Pengendalian Inflasi
Dalam Negeri Sebagai
Dampak Kenaikan Harga
BBM Bersubsidi”
.
Lomba RAMADHAN
-
Juli
Panitia
-
September
Peserta
CERIA Tingkat Desa
Sruwen
.
Pendidikan dan Latihan
Calon Pramuka Pandega
“PLCPP Membuka
Cakrawala Dunia Serta
Membangun Kredibilitas
Bangsa”
.
Sosialisasi & Silaturahmi
Nasional oleh HMJ
Tarbiyah & Syariah
“Sosialisasi UU No. th
. Peran Serta Fungsi
OJK, Peran Pemerintah
Dalam Pengawasan LKM”
September
Peserta
.
Sosialisasi dan Seminar
Oktober
Peserta
-
Peserta
Nasional oleh MPR RI &
IPNU “ Pilar Kebangsaan
Untuk Mempertegas
Karakter Ke-Indonesiaan”
.
Gladi Wira Brigsus ke-
November
oleh BRIGSUS NAGA
SANDHI STAIN Salatiga
.
Seminar Nasional oleh HMJ
November
Panitia
November –
Peserta
Tarbiyah “Guru Kreatif
Dalam Implementasi
Kurikulum
.
”
Pembrivetan dan Pelantikan
Brigade Khusus Racana
Desember
KDWS STAIN Salatiga
.
Dialog Energi oleh DEMA
STAIN Salatiga “Dampak
Kenaikan Tarif Dasar
Listrik Terhadap
Perekonomian Indonesia
Solusi Menciptakan Listrik
Murah Untuk Rakyat Kecil
dan Industri Dalam Negeri”
Desember
Peserta
.
SK Pengangkatan Pengurus
Januari
Pengurus
HMJ Tarbiyah STAIN
Salatiga Masa Bakti
.
-
SK Penyelenggaraan Diklat
Mei
Panitia
Agustus
Panitia
Keprofesian Jurusan
Tarbiyah STAIN Salatiga
.
SK Penyelenggaraan OPAK
Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga
.
Seminar Nasional oleh HMJ
Novermber
Panitia
-
Desember
Panitia
,
,
Fasilitator
Tarbiyah “Perbaikan Mutu
Pendidikan Melalui
Profesionalisme
Pendidikan”
.
Malam Binaan Iman dan
Taqwa (MABIT) TPA
Darul Madani
.
SK OPAK IAIN Salatiga
, dan
Agustus
.
Seminar Nasional oleh HMJ
PGMI “Pendidikan Karakter
Untuk Melahirkan
November
Peserta
Pemimpin Masa Depan”
.
Kursus Pembina Pramuka
-
November
Peserta
Mahir Tingkat Dasar
(KMD) oleh Gerakan
Pramuka Kwartir Cabang
Kota Salatiga
.
Sosialisasi UU Perlindungan
April
Peserta
Mei
Peserta
April
Panitia
Anak, UU Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE)
dan UU Pornografi oleh
DISHUBKOMBUDPAR
Kota Salatiga
.
Sosialisasi Regulasi Terkait
Kerukunan Umat Beragama
Kepada Mahasiswa Oleh
Kepala Pusat Kerukunan
Umat Beragama Kementrian
Agama RI
.
Seminar Nasional Oleh
DEMA IAIN Salatiga
“Penguatan Wawasan
Kebangsaan dan
Nasionalisme”
Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dengan ini penulis cantumkan riwayat hidup sebagai berikut:
Nama
: Siti Asiah
NIM
:
-
-
Tempat/ Tanggal lahir : Kab. Semarang,
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sruwen
RT:
Juli
RW:
Sruwen Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan
:
. MI Sruwen
Sruwen Kec. Tengaran lulus tahun
. SMP Islam Bina Insani Susukan lulus tahun
. Paket C BUQ Gading Kec. Tengaran lulus tahun
Demikian riwayat hidup penulis, penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga,
Agustus
Penulis
Siti Asiah
NIM
Download