PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN / SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: SITI ASIAH ( - - ) JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA i ii PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN / SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: SITI ASIAH ( - - ) JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA iii KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar Telp. Fax. Kode Pos. Salatiga Website: www.iainsalatiga.ac.id Email:[email protected] PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama : Siti Asiah NIM : Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah - - Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together Siswa Kelas III Semester MI Sruwen Kab. Semarang Tahun Ajaran Kec. Tengaran / Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga, September Dosen Pembimbing Jaka Siswanta, M. Pd. NIP. iv v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siti Asiah NIM : Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) - - Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam laporan penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah Salatiga, Agustus Yang menyatakan Siti Asiah NIM. vi MOTTO If you fall a thousand times, stand up millions of times, because you do not know how close you are to succes PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: . Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Fathu Rokhim dan Ibu Siti Kamtiah yang senantiasa memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga. Terimakasih Bapak… Terimakasih Ibu... . Kedua adikku Khoirul Umam dan Noor Alvin Ni’mah yang selalu memberikan warna dalam hidupku dengan canda tawa . Mas Miftah yang selalu memberikan do’a dan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. . Dosen pembimbing skripsiku Bapak Jaka Siswanta, M. Pd. . Sahabat-sahabatku (Awalina, Avi, Ida Gendut, Dania, Nucha, Bunga, Ida Afwa, Trio Cagur) dan teman-teman seperjuangan PGMI angkatan . Sahabat/sahabati pengurus Dema IAIN Salatiga . Sahabat/sahabati Andalas PMII Komisariat Djoko Tingkir vii KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya pada yaumul akhir nanti. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN AJARAN / TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN ”. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: . Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. . Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan . Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga. . Bapak Jaka Siswanta M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan bijaksana sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. . Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat hingga studi ini selesai. viii . Bapak Fatah Amin, M. Pd. I. selaku Kepala MI Sruwen yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang Beliau pimpin. . Bapak Drs. Jaroni, selaku Guru Kelas III MI Sruwen yang telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung. . Bapak (Fathu Rokhim) dan Ibu (Siti Kamtiah) tercinta yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat untuk penulis. . Adik-adikku tersayang Umam dan Alvin serta Mas Miftah yang selalu menjadi sumber motivasi bagi penulis. Atas jasa mereka, penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika untuk pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Salatiga, Penulis ix Agustus ABSTRAK Asiah, Siti. . Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together Pada Siswa Kelas III Semester I MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran / . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd. Kata Kunci: Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Hasil Belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian siswa kelas III semester I di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran . Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III MI Sruwen kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang berjumlah siswa, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam bulan mulai dari bulan Mei sampai Agustus tahun . Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari kali siklus pembelajaran yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, wawancara, observasi, serta dokumentasi. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian siswa kelas III semester I di MI Sruwen kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran . Terbukti pada nilai ulangan harian pra siklus terdapat siswa atau , siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata , . Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar ada siswa atau , dengan nilai rata-rata , . Pada siklus II terdapat siswa yang tuntas belajar atau , dengan nilai rata-rata , . Hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang diharapkan sudah tercapai yaitu ≥ siswa yang tuntas belajar. x DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i LEMBAR LOGO ...............................................................................................ii HALAMAN JUDUL ..........................................................................................iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................iv LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................vii KATA PENGANTAR .......................................................................................viii ABSTRAK .........................................................................................................x DAFTAR ISI ......................................................................................................xi DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan Penelitian ................................................................................. D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan .................................................. E. Manfaat Penelitian ............................................................................... . Manfaat Teoritik .............................................................................. . Manfaat Praktik ............................................................................... xi F. Definisi Operasional .............................................................................. . Peningkatan Hasil Belajar ................................................................ . Matematika dan Operasi Perkalian ..…............................................. . Model Numbered Head Together (NHT) ........................................ G. Metodologi Penelitian ............................................................................. . Rancangan Penelitian ....................................................................... . Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian............................................... . Langkah-langkah Penelitian ............................................................ . Instrumen Penelitian ........................................................................ . Teknik Pengumpulan Data .............................................................. . Analisis Data .................................................................................. . Sistematika Penulisan ..................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar .......................................................................................... . Pengertian Hasil Belajar ................................................................ . Ciri-ciri Belajar ............................................................................... . Prinsip-prinsip Pembelajaran…………………................................. . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………..……...... B. Pembelajaran Matematika …….............................................................. . Pengertian Matematika …………………......................................... . Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika ................................. . Ruang lingkup Matematika .............................................................. . Karakteristik Matematika …………………...…….…...………...… xii . Langkah Pembelajaran Matematika ……………………………...... . Problematika Pembelajaran Matematika ......................................... . Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika kelas III SD MI ……………………...……………………………..…........... . Matematika Materi Perkalian ............................................................ C. Model Pembelajaran Numbered Head Together ………......................... . Pengertian Model Numbered Head Together ……........................... . Manfaat Pembelajaran Tipe Numbered Head Together .……..….... . Kelebihan dan Kelemahan Model Numbered Head Together….…... . Langkah-langkah Model Numbered Head Together ….................... BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi ………...................................................................... . Data Keadaan Siswa ....................................................................... . Pelaksanaan Penelitian .................................................................... B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ............................................................... . Perencanaan Tindakan .................................................................... . Pelaksanaan Tindakan .................................................................... . Pengamatan/ Observasi ................................................................... . Refleksi .......................................................................................... C. Deskripsi pelaksanaan siklus II ................................................................ . Perencanaan Tindakan ....................................................................... . Pelaksanaan Tindakan ...................................................................... . Pengamatan/ Observasi ...................................................................... xiii . Refleksi ............................................................................................ BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... . Deskripsi Data Pra Siklus ................................................................. . Deskripsi Siklus I ............................................................................. . Deskripsi Siklus II ............................................................................ B. Pembahasan ........................................................................................... . Siklus I ............................................................................................. . Siklus II ........................................................................................... . Rekapitulasi Ketuntasan Gabungan ................................................. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ B. Saran ....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ LAMPIRAN ..................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL Tabel . Alokasi waktu Penelitian .................................................................... Tabel . Daftar Subjek Penelitian .................................................................... Tabel . Lembar Observasi Guru ..................................................................... Tabel . Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ...................................... Tabel . Data Keadaan Siswa ........................................................................... Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I ........................................................ Tabel . Nilai Evaluasi Siklus I ........................................................................ Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus II ...................................................... Tabel . Nilai Evaluasi Siklus II ...................................................................... Tabel . Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ..................................................... Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I ....................................................... Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II ..................................................... Tabel . Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus ......................................... Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I ........................................................ Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus II ...................................................... Tabel . Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II .................................. xv DAFTAR GAMBAR Gambar . Siklus Penelitian ............................................................................. Gambar . Rentang Nilai Ulangan Harian ........................................................ Gambar . Rentang Nilai Tes Evaluasi Siklus I ................................................ Gambar . Rentang Nilai Tes Evaluasi Siklus II .............................................. Gambar . Presentase Nilai Evaluasi Siklus I .................................................. Gambar . Presentase Nilai Tes Evaluasi Siklus II .......................................... Gambar . Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II ............ xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I................................... Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................................ Lampiran Soal Evalusi Siklus I ....................................................................... Lampiran Soal Evaluasi Siklus II .................................................................... Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus I .......................................................... Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus II ......................................................... Lampiran Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa (Pra Siklus) ............................ Lampiran Lembar Observasi Guru Siklus I ..................................................... Lampiran Lembar Observasi Guru Siklus II .................................................... Lampiran Profil MI Sruwen ..................................................................... Lampiran Dokumentasi ................................................................................. Lampiran Surat Pengantar Lembaga ............................................................. Lampiran Surat Keterangan Penelitian ......................................................... Lampiran Lembar Konsultasi Skripsi ........................................................... Lampiran Nilai SKK ..................................................................................... Lampiran Daftar Riwayat Hidup ................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting. Setiap peserta didik dituntut untuk menguasai pelajaran Matematika dengan baik, karena Matematika merupakan pelajaran yang diikut sertakan dalam ujian nasional. Matematika juga berguna dalam kehidupan sehari-hari, karena muatan dalam pelajaran Matematika berupa angka-angka, operasi hitung penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian, dan pengukuran yang biasa digunakan setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sesungguhnya Islam pun telah mengajarkan masalah berhitung, yang tertera dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat : Artinya: “Sesungguhnya Alloh telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”. Dengan memahami ayat di atas, Islam telah memberikan anjuran untuk mempelajari ilmu tentang berhitung. Menghitung bukan hanya berlaku sebagai teori atau pengetahuan semata, akan tetapi berhitung menjadi permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan nyata, dan manusia dituntut mampu menerapkannya dengan hitungan yang teliti. Belajar Matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar Matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep Matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu (Susanto, ). Pada usia siswa sekolah dasar ( - tahun hingga - tahun), menurut teori kognitif piaget termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami Matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya Matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Susanto, ). Dalam pembelajaran Matematika guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik, sehingga dalam memberikan evaluasi diharapkan lebih akurat, objektif, dan mengoptimalkan pembelajaran. Dalam hal itu guru akan menemukan berbagai masalah, misalnya masalah kepribadian guru, kecakapan mengajar yang meliputi ketepatan pemilihan metode, pendekatan, motivasi, sampai penggunaan media yang menarik. Banyak guru yang mengeluh akan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep Matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan peserta didik dalam memahami konsep Matematika sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal dan menjadikan rendahnya hasil belajar peserta didik (skor) pada ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah. Secara umum, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran Matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan Matematika. Berdasarkan tujuan pembelajaran Matematika tersebut, maka pembelajaran Matematika bukan hanya sebagai pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan saja, akan tetapi juga sebagai pembelajaran yang mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa menerapkan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu agar tujuan pembelajaran Matematika dapat tercapai seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkontruksinya dalam ingatan yang sewaktuwaktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget dalam Susanto ( ), bahwa pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri. Sesuai hasil wawancara peneliti kepada guru Matematika kelas III Madrasah Ibtidaiyah Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran Matematika, diantaranya kurangnya pemahaman siswa tentang materi operasi hitung perkalian yang diajarkan oleh guru, sehingga keterampilan dalam menerapkan Matematika terlihat belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan Matematika siswa kelas III yang diperoleh dari guru menunjukkan masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu ulangan siswa belum memenuhi KKM, dari dapat memenuhi KKM atau sebesar , . Secara klasikal nilai siswa hanya siswa yang sedangkan sisanya masih berada dibawah KKM. Selanjutnya, berdasar diskusi dengan guru Matematika di MI Sruwen kelas III, diduga faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), antara lain: Siswa kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain sendiri, mengobrol dengan teman yang menyebabkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan, atau terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa sehingga mempengaruhi hasil akhir jawaban. Selain faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi siswa mendapat nilai dibawah KKM, yakni kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dengan materi yang diajarkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam mengajar agar mampu menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa, peneliti bersama Bapak Drs. Jaroni melakukan diskusi mengenai model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang telah dilakukan, diputuskan untuk menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together sebagai solusi tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran Matematika yang ada di MI Sruwen Kabupaten Semarang tahun Kecamatan Tengaran . Penerapan model Numbered Head Together dalam pembelajaran Matematika materi perkalian mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran. Model Numbered Head Together merupakan bagian model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada pemikiran berkelompok siswa dan mempengaruhi pola interaksi siswa dengan tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model Numbered Head Together adalah pembelajaran kooperatif pembelajaran melalui interaksi yang mengapresiasikan aktivitas yang yang dilakukan siswa secara berkelompok, dengan berbagi pemahaman pada pemecahan masalah. Model ini melibatkan para siswa untuk menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Langkah awal dalam penerapan model Numbered Head Together adalah guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, yang jumlah kelompok disesuaikan topik permasalahan atau soal yang akan diberikan. Tiap anggota kelompok diberikan topi dengan nomor yang berbeda-beda sesuai dengan topik yang akan dibahas. Soal-soal yang diberikan oleh guru dipecahkan bersama-sama dalam kelompok, dan siswa akan menyampaikan jawaban soal di depan kelas sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Kemudian guru memberikan soal individu sebagai bahan evaluasi kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together diharapkan siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan antusias sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan sifat kritis dan analisis siswa. Materi akan lebih mudah diterima, menyenangkan dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Untuk menjawab problematka di atas penulis mengangkat judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN AJARAN TENGARAN / KABUPATEN SEMARANG TAHUN ” B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah: apakah melalui model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III semester I MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran / ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III MI Sruwen Kabupaten Semarang tahun Kecamatan Tengaran . D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, ). Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengambil hipotesis tindakan yaitu “ Melalui model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III Semester I MI Sruwen ajaran / Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun .” Penerapan Model Numbered Head Together ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut: a. Ada peningkatan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus pertama dan kedua. b. Nilai siswa kelas III memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar serta tercapainya ketuntasan klasikal yang besarnya dalam pembelajaran Matematika. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik deri segi teoritis maupun praktis yaitu: . Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar Matematika pada operasi perkalian dengan menggunakan model Numbered Head Together terhadap siswa sekolah dasar sangat bermanfaat bagi siswa. . Manfaat Praktis a) Bagi siswa ) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika. ) Meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam menerapkan model Numbered Head Together pada proses pembelajaran. b) Bagi guru ) Guru dapat menganalisa terjadinya permasalahan-permasalahan pembelajaran dan mampu mengatasinya. ) Diperoleh model yang sesuai dengan materi pembelajaran. c) Bagi lembaga ) Dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah. ) Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. d) Bagi peneliti Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan. F. Definisi Operasional Untuk memudahkan dan memperjelas pemahaman serta menghindari kekeliruan terhadap maksud yang terdapat pada judul di atas, maka perlu dijelaskan mengenai pembahasan masalah dan arti kata dalam rangkaian judul di atas. . Peningkatan Hasil Belajar Peningkatan merupakan suatu perubahan keaadaan menjadi lebih baik. Upaya peningkatan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka membuat perubahan kearah yang lebih baik. Belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konfensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan (Suyono & Hariyanto, ) Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memeperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Susanto, ) Bloom dalam Daryanto & Raharjo ( : ) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, pengertian, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi positif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar. Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-hal sebagai berikut (Djamarah & Zain, - ): a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual dan kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok. Menurut Depdikbud dalam Trianto ( ), penentuan keberhasilan belajar berdasarkan ketentuan KTSP ditentukan oleh masingmasing sekolah yang dikenal dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Maka dalam penelitian ini sesuai dengan KKM sekolah tempat penelitian di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang mata pelajaran Matematika adalah ketuntasan secara klasikal dan . . Matematika dan Operasi Perkalian Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”, juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Menilik artinya secara harfiah, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut dengan Matematika. Karena kalau kita tidak suka Matematika itu berarti kita tidak suka belajar! Kalau kita masih menganggap Matematika itu sulit, mungkin sebenarnya kita belum mengenal apa itu Matematika (Sriyanto, ) Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antara konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan Matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu, Matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten. Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi Matematika. Menurut Hans Freudental dalam Susanto ( ), Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, Matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insan tersebut. Pada hakikatnya, Matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, dalam arti Matematika memiliki kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada Matematika. Operasi perkalian adalah pengerjaan hitungan yang pada prinsipnya merupakan operasi penjumlahan secara berulang. (Heruman, ) . Model Pembelajaran Numbered Head Together Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. dalam Suprijono ( Mills ) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Suprijono ( ), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber struktur kelas tradisional, dan melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Hamdayama, ). Tujuan dari Numbered Head Together adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat (Huda, Penerapan Numbered ). Head Together dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dan bertukar pemahaman terhadap persoalan yang diberikan. Jawaban dari soal yang telah didiskusikan bersama akan disampaikan oleh siswa yang mendapatkan nomor sesuai dengan soal di depan kelas secara bergantian dengan anggota kelompok lain. Kelebihan Numbered Head Together ini dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain. Dengan siswa mampu bertukar pemahaman dan menjadi tutor sebaya kepada siswa lain, dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Akan tetapi penerapan Numbered Head Together kelemahannya membutuhkan waktu yang cukup lama agar semua siswa mendapatkan giliran. Langkah-langkah penerapan Numbered Head Together dilakukan dengan cara sebagai berikut (Huda, - ): a. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari - siswa. Masing- masing siswa dalam kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah soal. b. Guru memberikan tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakan. c. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. d. Guru memanggil salah satu nomor secara acak. e. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka. G. Metode Penelitian . Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Basrowi & Suwandi, ). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya perbaikan suatu praktik pendidikan berdasarkan refleksi dari pemberian tindakan pada penelitian ini dengan memberiakan suatu tindakan pada subjek yang diteliti dengan menggunakan Numbered Head Together. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara alami sehingga data yang diperoleh valid. Alasan peneliti mengggunakan penelitian tindakan kelas kolaboratif karena peneliti ikut berperan dalam proses pembelajaran. Penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan MC Taggart yang lebih memfokuskan pada aspek individual dalam penelitian tindakan. Model ini dapat dikembangkan menjadi model PTK yang menggunakan dua siklus. Alur fikir dan tolak ukur kerja yang ditawarkan Kemmis dan MC Taggart ada tiga, yaitu (Yuliawati, Suprihatiningrum & Rokhimawan, - ): a. Perencanaan (Planning) b. Tindakan (acting) dan Observasi (Observation) c. Refleksi (Reflecting) Pada tahap penelitian kelas peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu diperhatikan khusus untuk diamati. Adapun siklus atau tahaptahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (Yuliawati, dkk, ): Gambar . Siklus Penelitian ? . Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Sruwen Tengaran Kabupaten Semarang tahun Kecamatan . Madrasah ini dipilih menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan Model pembelajaran yang akan meningkatkan hasil kinerja guru dan siswa. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. b. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dari bulan Mei-Agustus di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Berikut tabel rincian waktu pelaksanaan penelitian berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan. Tabel . Waktu Pelaksanaan Penelitian No Langkah Pelaksanaan . Perencanaan . Pra Siklus . Siklus I Mei Juni Agustus Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi . Siklus II Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi . Analisa Data . Penyusunan Hasil . Pelaporan Hasil c. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas III MI Sruwen Semarang tahun dengan jumlah Kecamatan Tengaran Kabupaten siswa yaitu siswa laki-laki dan siswa perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran Matematika materi perkalian dengan menggunakan Numbered Head Together. Tabel . NO. Daftar subjek penelitian NAMA SISWA KET. . Ade Ilma Nafi’a P . Aldi Yunianto L . Ananda Riskia Dwi Putra L . Anita Suryani P . Annajih Gilang Romadhon L . Birru Hubaibi Walida P . Damaey Saraswati P . Dea Putri Febiana P . Devi Novia Sari P . Dimas Ahmad Fauzi L . Hani’ah P . Haris Alfa Alhabib L . Jaisa Izzu Azada L . Jenar Candra Dewi P . Karisma Khairunisa P . Latisa Maksal Mina P . M Ikhfad Ubaidillah L . M Jaisal Anam L . M Najib Jauhar L . M Riski Faabila L . Mutiara Saskia P . Novita Putri Lestari P . Nurul Afifah P . Rahadatul Aisyi P . Raihan Nazifan L . Raka Aditia L . Sofia Hanani P . Suci Nur Aini P . Tangguh Satriaji L . Vahmil Dlim Haf L . Langkah-langkah Penelitian a. Perencanaan ) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan Numbered Head Together ) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Numbered Head Together ) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Numbered Head Together ) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan Numbered Head Together ) Menyiapkan instrument untuk menggali data hasil belajar siswa berupa lembar tes. ) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan Numbered Head Together b. Pelaksanaan Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut (Hamdayama, ): ) Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat sekenario, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran Numbered Head Together. ) Membentuk kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran Numbered Head Together. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan - orang siswa. Guru membagikan topi bernomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. ) Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok har us memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. ) Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. ) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. ) Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. ) Guru memberikan soal tes permasalahan yang sejenis sebagai bahan evaluasi. c. Observasi dan Pengamatan Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi serta tes evaluasi untuk menggali data hasil belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. d. Analisis atau Refleksi Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan. Pada tahap refleksi meliputi: ( ) mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran, ( ) evaluasi hasil observasi, ( ) analisis hasil pembelajaran. . Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran b. Lembar tes mata pelajaran Matematika materi operasi perkalian c. Lembar observasi untuk mengamati guru terhadap penerapan Numbered Head Together Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa aspek yang diamati diantaranya (Rusman, : - ): Tabel . Aspek-aspek yang diamati dalam observasi No. Aspek yang diamati Kemampuan guru membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal . Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran . Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara . Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar menggunakan Model Numbered Head Together . Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok Penguasaan bahan belajar . Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP . Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar . Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan ajar melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . Mendemonstrasikan kegiatan belajar melalui Numbered Head Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu . Ketepatan dalam menerapkan langkah-langkah Numbered Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah diberikan . Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa . Menginformasikan materi/bahan ajar yang akan dipelajari berikutnya . Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar d. Pedoman Dokumentasi Dokumentasi digunakan sebagai bukti pelaksanaan penelitian yang berupa gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa kamera. Foto yang diabadikan melalui dokumentasi ini berisi peristiwa yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan siswa bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil pada saat proses pembelajaran merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang lain. Aspek-aspek yang didokumentasikan adalah aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan l Numbered Head Together. . Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah: a. Tes Tertulis Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi operasi perkalian yang diajarkan guru. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan materi apabila telah mencapai nilai minimal ditentukan. Tes ini dilakukan setelah dari target yang proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together berlangsung. b. Observasi Observasi merupakan tindakan atau suatu proses pengambilan informasi, atau data melalui media pengamatan. Observasi ini dilakukan terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan Numbered Head Together . c. Dokumentasi Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu teknik memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini dilakukan pada saat proses pembelajran berlangsung, sehingga aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran Matematika dengan Numbered Head Together akan terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Foto tersebut merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang lain. d. Wawancara Wawancara dilakukan setelah kegiatan berlangsung dan secara bebas, untuk mengungkap data dengan kata-kata secara lisan tentang sikap, pendapat dan wawasan subjek penelitian mengenai baik buruknya proses belajar yang telah berlangsung. . Analisis Data Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu berlaku di MI Sruwen (sesuai KKM yang Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang). Oleh karena itu, siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM jika nilai perolehan siswa > . Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa < . Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut > belajarnya (Trianto, siswa telah tuntas ). Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus (Daryanto, P= ): X H. Sistematika Penulisan Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisis data. Bab II Kajian Pustaka mencakup: Hasil belajar, Matematika, model pembelajaran Numbered Head Together . Bab III Metodologi Penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II. Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per siklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan. Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar . Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Dahar ( ), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan dengan maksud memperolah perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arikunto, : ). Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir (Trianto, Sriyanti ( : ). Menurut Crow and Crow dalam ), belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan dan menyesuaikan dengan situasi baru. Morgan mendefisikan belajar sebagai berikut “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”, belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman (Suprijono, ). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memperoleh sebuah pengetahuan, kemampuan, dan sesuatu hal yang baru serta diarahkan pada suatu tujuan. Gagne dalam Suprijono ( - ), membagi kegiatan belajar menjadi delapan yaitu: a. Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons tanda-tanda yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran. b. Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas. Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran. c. Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian. Tipe ini berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua stimulus atau lebih dengan berbagai respons yang berkaitan dengan stimulus tersebut. d. Verbal association atau kegaitan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dan stimulus yang disampaikan secara lisan. e. Multiple discrimination learning atau kegiatan belajar dengan perbedaan berganda. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik membuat berbagai perbedaan respons yang digunakan terhadap stimulus yang beragam, namun berbagai respons dan stimulus itu saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya f. Consept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan dengan berbagai respons dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah stimulus berupa konsep-konsep yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. g. Principle learning atau kegiatan belajar prinsip-prinsip. Tipe ini digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang digunakan merespons stimulus. h. Problem solving learning atau kegiatan belajar pemecahan masalah. Tipe ini berhubungan dengan kagiatan peserta didik menghadapi persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki kecakapan dan keterampilan baru dalam pemecahan masalah. Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs mendifinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, ). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono ( ), hasil belajar berupa: a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Model kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. d. Keterampilan motorik yaitu melakukan dan mengarahkan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisi dan eksternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya standar perilaku. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, ) Menurut Bloom dalam Suprijono ( mencakup beberapa kemampuan. ), hasil belajar dapat Kemampuan tersebut meliputi kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik. Di bawah ini beberapa domain dari ketiga kemampuan tersebut. a. Domain Kognitif ) Knowledge (Pengetahuan), mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode. ) Comprehension (Pemahaman), kemampuan mencakup menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. ) Application (Penerapan), mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. ) Analysis (Menguraikan), mencakup kemampuan merinci sesuatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseuruhan dapat dipahami dengan baik. ) Synthesis (Mengorganisasikan), mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. ) Evaluation (Menilai), mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. b. Domain Afektif ) Receiving (Sikap Menerima), yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. ) Responding (Memberikan Respon), yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. ) Valuing (Nilai), yang menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. ) Organization (Organisasi), yang mencakup kemampuaan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. ) Characterization (Karakterisasi), yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola kehidupan pribadi. c. Domain Psikomotorik ) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. ) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. ) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. ) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh. ) Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. ) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. ) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang akan diukur yaitu fokus pada kemampuan kognitif siswa. Untuk melihat hasil belajar siswa pada aspek kognitif dapat ditentukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu setiap guru perlu mengadakan tes formatif setelah selesai penyajian suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini digunakan untuk mengetahui sejauh-mana siswa telah menguasai tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut. Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah halhal sebagai berikut (Djamarah & Zain, : - ): a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu dan kelompok (indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan). b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individu atau kelompok. Menurut Depdikbud dalam Trianto ( ), berdasarkan ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masingmasing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran apabila (ketuntasan individu) jika perolehan nilai tes siswa ≥ , dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ siswa yang tuntas belajarnya. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar adalah pencapaian hasil dari suatu proses yang terjadi karena adanya usaha yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan guna mencapai tujuan pengajaran intruksional khusus baik secara individu maupun kelompok. . Ciri-ciri Belajar Hakikat dari belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar (Djamarah, - ): a. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yanag belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, mmakin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. . Prinsip-prinsip Pembelajaran Karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya, pada pembelajaran di sekolah perlu adanya usaha untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Untuk itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar terciptanya belajar yang kondusif dan menyenangkan. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut dapat diuraikan secara singkat, sebagai berikut (Susanto, ): a. Prinsip Motivasi, adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya. b. Prinsip latar belakang, adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan. c. Prinsip pemusatan perhatian, adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. d. Prinsip keterpaduan, merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar. e. Prinsip pemecahan masalah, adalah situasi belajar yang dihadapkan pada masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya. f. Prinsip menemukan, adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi anak tidak menyebabkan kebosanan. g. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui bekerja tidak mudah dilupakan oleh anak. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira, dan puas karena kemampuannya tersalurkan denngan melihat hasil kerjanya. h. Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang. Suasana demikian akan mendorong anak aktif dalam belajar Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar yang memperhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak seolah-olah semua sama. i. Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lainnya. . Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni (Syah, - ): a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi Model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pegetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambail pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka. a. Faktor Internal Siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: ) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), ) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). ) Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam megikuti peelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. ) Aspek psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: a) Intelegensi siswa Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggikemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendahnya kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali akan merasa tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah mengukuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif. b) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau memproses (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya sikap negatif terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi dengan kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa. c) Bakat siswa Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebenarnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global itu bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. d) Minat siswa Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Terlepas dari populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya, siswa yang menaruh minat besar terhadap Matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. e) Motivasi siswa Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangannya, motivasi dibagi menjadi dua macam, yaitu: ) motivasi intrinsik, ) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi dan dorongan memilki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru. b. Faktor Eksternal Siswa Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. ) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar menunjukkan seorang sikap dan siswa. Para perilaku guru yang yang simpatik selalu dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya, yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik maupun buruk pada kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. ) Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gudung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. biggers berpendapat bahwa belajar di pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu yang lainnya. Namun menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa. Di antara siswa ada yang siap belajar pagi hari, ada juga yang siap belajar di sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan study time preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya. c. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau Model yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Model dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut (Kastolani, ). Metode atau Model mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Dengan kata lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut ini (Ahmadi & Supriyono, : - ): ) Kegiatan berlatih atau praktik Berlatih dapat diberikan secara maraton (nonstop) atau secara terdistribusi (dengan selang waktu istirahat). Latihan yang bersifat maraton dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar. ) Overlearning dan Drill Overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat keterampilan-keterampilan yang dipelajari tetapi dalam sementara waktu tidak dipraktekkan. Sedangkan Drill berlalu bagi kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Baik overlearning maupun drill berguna untuk memantapkan reaksi dalam mengajar. ) Resitasi dalam belajar Kombinasi kegiatan dalam membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu sendiri, maupun untuk menghafal bahan pelajaran. ) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya selanjutnya. ) Bimbingan dalam belajar Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain cenderung membuat siswa menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam batasan-batasan yang diperlukan oleh individu. ) Kondisi-kondisi insentif Insentif adalah berbeda dengan motivasi. Motivasi berhubungan dengan pertumbuhan kondisi internal berupa motifmotif yang merupakan dorongan internal yang menyebabkan individu berusaha mencapai tujuan tertentu. Insentif bukan tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan. B. Pembelajaran Matematika . Pengertian Matematika Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”, juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Menilik artinya secara harfiah, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut dengan Matematika. Karena kalau kita tidak suka Matematika itu berarti kita tidak suka belajar! Kalau kita masih menganggap Matematika itu sulit, mungkin sebenarnya kita belum mengenal apa itu Matematika (Sriyanto, Menurut ) Johnson dan Rising dalam Ismunamto ( ), Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganisasi. Sifatsifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, sifat-sifat atau teori-teori yang sudah dibuktikan kebenarannya. Kline menyatakan bahwa Matematika bukanlah sebuah pengetahuan yang tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri. Adanya Matematika semata-mata membantu manusia dalam memahami dan menguasai persoalan sosial, ekonomi, dan alam. Dari segi bahasa, Matematika ialah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Uraian ini menunjukkan bahwa Matematika berkenaan dengan struktur dan hubungan yang berdasarkan konsep-konsep yang abstrak sehingga diperlukan simbol-simbol untuk menyampaikannya.sibol-simbol itu dapat mengoperasikan aturan-aturan dari struktur dan hubungannya dengan operasi yang telah diterapkan sebelumnya (Sam’s, Menurut Dimyati dalam Susanto ( : ). ), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan bermakna. Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi Matematika. Menurut Hans Freudental dalam Susanto ( ), Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. . Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Fungsi Matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajari materi Matematika diharapkan siswa akan dapat menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penguasaan materi Matematika bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran Matematika, akan tetapi penguasaan materi Matematika hanyalah jalan mencapai penguasaan kompetensi. Fungsi lain mata pelajaran Matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi Matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran Matematika sekolah. (http://p tkMatematika.org/ /peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik- Matematika-sekolah diakses pada Juni . ). Secara umum, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah tingkat dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika. Selain itu juga dengan pembelajaran Matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan Matematika. Menurut Depdiknas dalam Susanto ( ), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran Matematika di sekolah tingkat dasar sebagai berikut: a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan. b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume. c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat. d. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran. e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikan. f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan gagasan secara Matematika. Secara khusus, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah tingkat dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas dalam Susanto ( ), sebagai berikut: a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. c. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai penggunaan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. . Ruang Lingkup Matematika Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (http://www.sarjanaku.com/ pada Agustus . meliputi aspek-aspek sebagai berikut /pengertian-matematika.html diakses ): a. Bilangan yang mencakup bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. b. Geometri yang mencakup bangun dua dimensi, tiga dimensi, transformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. c. Pengolahan data mencakup pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran. . Karakteristik Umum Matematika Ada beberapa karakteristik umum Matematika yang telah disepakati bersama, antara lain (Sumardyono, : - ): a. Memiliki objek kajian yang abstrak Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak setiap yang abstrak adalah Matematika. Ada empat objek kajian Matematika, yaitu: ) Fakta, adalah pemufakatan atau konvensi dalam Matematika yang biasa diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu. ) Konsep, adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. ) Operasi atau relasi, adalah pengerjaan hitung, pengertian aljabar, dan pengerjaan Matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan antara dua atau lebih elemen. ) Prinsip, adalah objek Matematika yang terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. b. Bertumpu pada kesepakatan Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam Matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati dalam Matematika, maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan. c. Berpola pikir deduktif Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. d. Konsisten dalam sistemnya Dalam Matematika, terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dipandang lepas satu dengan lainnya. Di dalam masing-masing sistem berlaku konsistensi. Suatu teorema maupun definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah diterapkan. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai kebenarannya. e. Memiliki simbol yang kosong arti Simbol Matematika akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu. f. Memperhatikan semesta pembicaraan Semesta pembicaraan bisa sempit bisa pula luas. Bila kita berbicara tentang geometris, maka simbolnya menunjukan suatu transformasi, bila kita berbicara tentang bilangan, simbol tersebut menunjukkan bilangan pula. Benar salahnya suatu penyelesaian soal juga ditentukan oleh semesta pembicaraan yang digunakan. . Langkah Pembelajaran Matematika Menurut Subrinah dalam Sam’s ( ), Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar Matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas Matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehinngga mereka dapat membelajarkan Matematika dengan tepat mulai dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks. Konsep-konsep pada kurikulum Matematika SD/MI dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Tujuan akhir pembelajaran Matematika di SD/MI yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan seehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah besar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsepkonsep Matematika (Heruman, ): a. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru Matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman kosep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru Matematika yang abstrak. b. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep Matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. c. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terjadi terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjuatan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahan konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. . Problematika Pembelajaran Matematika Persoalan pembelajaran Matematika SD/MI selalu menarik untuk dibicarakan mengingat tujuan mata pelajaran Matematika yaitu memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritme secara akurat, tepat dan memiliki sikap ulet serta percaya diri dalam memecahkan masalah. Dalam proses pendidikan Matematika di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, pembelajaran kurang memperhatikan karakteristik usia anak, yang terkait dengan perkembangan psikologis siswa. Menurut Susanto ( berada dalam ), anak dalam kelompok usia sekolah dasar ( - tahun) perkembangan kemampuan intelektual atau kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh dan menganggap tahun yang akan datang masih jauh, yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit). Padahal dalam pembelajaran Matematika penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak yang harus diajarkan kepada siswa sekolah dasar. Jika hal ini dibiarkan terus maka pembelajaran Matematika dapat menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada tujuan pendidikan dan hasil belajar siswa yang diharapkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif yaitu dengan menggunakan metode, Model dan media yang sesuai dengan materi yang dipelajari disekolah dasar dan memperhatikan karakteristik siswa. Sehingga tujuan dari pembelajaran Matematika dan hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. . Standar Kompetensi Pembelajaran Matematika Kelas III Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika kelas III (Depdiknas, SD/MI semester I materi operasi hitung bilangan ). Tabel . SK dan KD pelajaran Matematika kelas III SD/MI materi operasi hitung bilangan. Standar Kompetensi . Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka Kompetensi Dasar . Menentukan bilangan letak pada garis bilangan . Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka . Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka . Melakukan operasi hitung campuran . Memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang . Matematika Materi Perkalian a. Pengertian operasi perkalian Operasi perkalian merupakan operasi yang agak rumit dilakukan. Dalam perkalian bilangan bulat, cara yang mudah dilakukan adalah menggunakan perkalian cara bersusun ke bawah. Menurut Heruman ( ), pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Contoh: x = + + + + + + + x = + + + + + + = x = + + + + = = b. Sifat-sifat dalam operasi perkalian ) Sifat komutatif dalam perkalian Sifat komutatif disebut juga pertukaran. Pada sifat komutatif berlaku rumus: axb=bxa Contoh: bola + bola + bola + bola + bola + bola + bola + bola bola = x = x = = ) Sifat perkalian dengan bilangan satu Setiap bilangan dikalikan satu hasilnya adalah bilangan itu sendiri Contoh: x = x = x = ) Sifat perkalian dengan bilangan nol Semua bilangan yang dikalikan dengan bilangan nol ( ) hasilnya adalah nol ( ) Contoh: x = x = ) Sifat asosiatif pada perkalian Sifat asosiatif disebut juga pengelompokan. Pada sifat asosiatif berlaku rumus: (a x b) x c = a x (b x c) Contoh: ( x )x = x( x ) x = x = ) Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan Sifat distributif disebut juga persebaran. Pada sifat distributif berlaku rumus: (a x b) x c = (a x b) + (a x c) Contoh: x( x ) =( x )+( x ) x = + = c. Bentuk-bentuk penyelesaian soal operasi perkalian yang hasilnya merupakan bilangan tiga angka ) Perkalian dengan susun pendek Contoh: x Dari x di tulis , simpan , Dari ( x ) + Jadi, x = (simpanan), ditulis ) Perkalian dengan susun panjang Contoh: x + ( x ) satuan x satuan ( x ) puluhan x satuan Jadi, x = ) Tabel perkalian dua bilangan × Contoh: Berapakah hasil perkalian dari x a. Lihatlah angka ? pada bilangan pertama, kemudian tariklah garis lurus ke kanan! b. Lihatlah angka kebawah! pada bilangan kedua, kemudian tariklah garis c. Perpotongan kedua garis adalah letak hasil perkaliannya, yaitu . ) Soal cerita Contoh: Ibu berbelanja ke pasar. Ia membeli kotak telur, setiap kotak berisi butir telur. Berapa butir telur yang dibeli ibu seluruhnya? Jawab: Jumlah telur yang dibeli ibu = x = Jadi, jumlah telur ibu seluruhnya sebanyak Gunanto - butir (Kasri & ). C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together . Pengertian Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together Dalam kegiatan belajar mengajar, Model merupakan proses penentuan rencana yang berfokus pada tujuan disertai penyusunan suatu cara agar tujuan tersebut dapat dicapai (Khanifatul, ). Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Mills dalam Suprijono ( ) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Suprijono ( ), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Model adalah pola atau sudut pandang guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, agar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna. Model pembelajaran memiliki kaitan erat dengan bagaimana mempersiapkan materi, metode apa yang digunakan untuk mencapai materi, dan bagaimana bentuk evaluasi yang tepat guna meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dalam mengembangkan Model pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan terciptanya pembelajaran efektif. Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran model kooperatif, yaitu ( ) adanya peserta dalam kelompok, ( ) adanya aturan kelompok, ( ) adanya upaya belajar, ( ) adanya tujuan yang harus dicapai. Model pembelajaran ini menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (Hamdayama, Johnson dan Slavin dalam Huda ). Salah satu asumsi ( ), yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bahwa sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar dari pada melalui lingkungan kompetitif individual. Kelompok-kelompok sosial integratif memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada kelompok yang dibentuk secara berpasangan. Perasaan saling berhubungan (feelings of connectedness), menurut mereka dapat menghasilkan energi yang positif. Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber struktur kelas tradisional, dan melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Hamdayama, ). Tujuan dari Numbered Head Together adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berbagi gagasan dan memepertimbangkan jawaban mana yang paling tepat (Huda, ). Penerapan Model Numbered Head Together dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dan bertukar pemahaman terhadap persoalan yang diberikan. Jawaban dari soal yang telah didiskusikan bersama akan disampaikan oleh siswa yang mendapatkan nomor sesuai dengan soal di depan kelas secara bergantian dengan anggota kelompok lain. . Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran Numbered Head Together terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Ibrahim dalam Hamdayama ( : ), antara lain adalah : a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi i. Motivasi lebih besar . Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Numbered Head Together a. Kelebihan Numbered Head Together Menggunakan model Numbered Head Together memiliki beberapa kelebihan, yaitu: ) Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain ) Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya ) Memupuk rasa kebersamaan ) Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan b. Kelemahan Numbered Head Together Dalam menggunakan model Numbered Head Together terdapat beberapa kelemahan diantaranya: ) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan ) Guru harus bisa memfasilitasi siswa ) Tidak semua siswa mendapatkan giliran . Langkah-langkah pembelajaran dengan Model Numbered Head Together a. Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengn model pembelajaran Numbered Head Together b. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan orang siswa c. Guru membagikan topi bernomor yang berbeda-beda pada masingmasing siswa dalam kelompok. d. Guru memberikan LKS pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan bersama. e. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. f. Guru memanggil salah satu nomor secara acak. g. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka. h. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi . Data keadaan siswa Siswa kelas III MI Sruwen Tahun berjumlah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang siswa yaitu terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Data keadaan siswa kelas III MI Sruwen Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel . Data Keadaan Siswa NO. NAMA SISWA KET. . Ade Ilma Nafi’a P . Aldi Yunianto L . Ananda Riskia Dwi Putra L . Anita Suryani P . Annajih Gilang Romadhon L . Birru Hubaibi Walida P . Damaey Saraswati P . Dea Putri Febiana P . Devi Novia Sari P . Dimas Ahmad Fauzi L . Hani’ah P . Haris Alfa Alhabib L . Jaisa Izzu Azada L . Jenar Candra Dewi P . Karisma Khairunisa P . Latisa Maksal Mina P . M Ikhfad Ubaidillah L . M Jaisal Anam L . M Najib Jauhar L . M Riski Faabila L . Mutiara Saskia P . Novita Putri Lestari P . Nurul Afifah P . Rahadatul Aisyi P . Raihan Nazifan L . Raka Aditia L . Sofia Hanani P . Suci Nur Aini P . Tangguh Satriaji L . Vahmil Dlim Haf L Keterangan: Laki-laki : siswa Perempuan : siswa . Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika materi perkalian. Penelitian ini melalui model pembelajaran Numbered Head Together yang dilaksanakan sebanyak siklus. Waktu penelitian sebagai berikut: a. Kegiatan siklus I dilaksanakan pada tanggal b. Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal Agustus Agustus . . B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I . Perencanaan Tindakan Dalam tahap perencanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti adalah sebagai berikut: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Matematika yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar menggunakan Numbered Head Together. Adapun materi yang dibahas adalah operasi perkalian dan sifat-sifat operasi perkalian. b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti media pembelajaran (LKS) dan reward untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. c. Menyiapkan materi ajar tentang operasi perkalian. d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. e. Menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa berupa lembar tes. f. Peneliti berkoordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan Numbered Head Together. . Pelaksanaan Tindakan a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. b. Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan berdoa. c. Guru menanyakan kabar dan mengabsen siswa. d. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi pembelajaran. e. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. g. Guru menjelaskan tentang materi operasi perkalian dan sifat-sifatnya. h. Guru mendemonstrasikan langkah kegiatan Numbered Head Together. i. Guru membagi para siswa menjadi kelompok yang beranggotakan orang siswa. Guru membagikan topi bernomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan memberikan nama kelompok yang berbeda. j. Terjadi penyimpangan dari RPP yang telah dibuat yakni, guru tidak mengubah posisi duduk siswa menjadi melingkar tiap-tiap kelompok melainkan posisi tetap seperti semula yaitu posisi duduk berbaris, sehingga siswa hanya terlihat bergerombol di satu meja pada tiap-tiap kelompok dan siswa secara leluasa berjalan-jalan ke meja kelompok lain. k. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. l. Siswa diminta untuk mendiskusikan soal-soal yang telah dibagikan tiap-tiap kelompok dan menentukan jawaban yang paling tepat. m. Guru menyebutkan nomor secara acak dan siswa dengan nomor tersebut mengacungkan jari n. Guru memanggil beberapa siswa untuk menyampaikan jawaban sesuai dengan nomor yang dimiliki. o. Guru mengulang kegiatan tersebut sampai soal terjawab oleh semua kelompok. p. Siswa diminta mengubah tempat duduk seperti semula. q. Guru memberikan reward kepada kelompok yang aktif dalam pembelajaran. r. Sebagai bahan evaluasi guru memberikan soal dan siswa diminta mengerjakannya. s. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. t. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam. . Pengamatan atau observasi Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung melakukan pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Numbered Head Together dalam meningkatkan hasil belajar. Aspek-aspek yang diamati sebagai berikut: a. Lembar Observasi Guru Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I No. Aspek yang diamati Skor A Kemampuan guru B membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal . Memberikan apersepsi √ √ √ (kaitannya dengan materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran . Memberikan acuan bahan pelajaran √ √ yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara . Variasi gerakan badan √ tidak √ mengganggu siswa . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian siswa √ dalam kegiatan belajar menggunakan Model √ C D Numbered Head Together . Memberikan perhatian yang sama √ pada setiap kelompok Penguasaan bahan belajar . √ Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP . Kejelasan dalam menjelaskan materi √ ajar . √ Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan ajar melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran √ sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . √ Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar melalui Numbered Head Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi √ waktu . Memfasilatasi siswa selama proses kegiatan belajar melalui Numbered √ Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang √ telah ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai √ dengan RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah √ diberikan . Memberikan kesempatan √ untuk bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan kesimpulan kegiatan √ pembelajaran Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa √ . Menginformasikan materi/bahan ajar √ yang akan dipelajari berikutnya . √ Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar Jumlah Total Kategori Baik Keterangan: Skor Nilai Rentang Kategori : A= (sangat baik) Nilai - ( Baik ) B= (baik) Nilai - ( Sedang ) C= (cukup) Nilai - (kurang ) D= (kurang) b. Nilai Evaluasi Siklus I Tabel . Nilai Evaluasi Siklus I NO. NAMA SISWA . Ade Ilma Nafi’a . Aldi Yunianto . Ananda Riskia Dwi Putra . Anita Suryani . Annajih Gilang Romadhon . Birru Hubaibi Walida . Damaey Saraswati . Dea Putri Febiana . Devi Novia Sari . Dimas Ahmad Fauzi . Hani’ah . Haris Alfa Alhabib . Jaisa Izzu Azada NILAI . Jenar Candra Dewi . Karisma Khairunisa . Latisa Maksal Mina . M Ikhfad Ubaidillah . M Jaisal Anam . M Najib Jauhar . M Riski Faabila . Mutiara Saskia . Novita Putri Lestari . Nurul Afifah . Rahadatul Aisyi . Raihan Nazifan . Raka Aditia . Sofia Hanani . Suci Nur Aini . Tangguh Satriaji . Vahmil Dlim Haf Rata-rata . Refleksi Kegiatan ini bertujuan untuk menilai seluruh kegiatan pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. Pada siklus I menunjukkan bahwa, terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa. Siswa terlihat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan melalui model Numbered Head Together. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan pusat pembelajaran berada pada siswa. Model pembelajaran ini membuat siswa aktif di mana setiap siswa saling mengajukan pendapatnya dalam menyelesaikan soal dan saling menghargai pendapat teman dalam kelompoknya. Selama pengamatan berlangsung masih ditemukan masalahmasalah, yaitu guru belum maksimal dalam memfasilitasi dan menjadi motivator siswa saat berkelompok. Beberapa siswa yang kurang memahami instruksi yang diberikan oleh guru untuk mengerjakan soal bersama-sama sehingga kelas menjadi ramai. Hal tersebut menyebabkan seorang siswa tidak ikut mengerjakan seperti yang diharapkan oleh guru dan membiarkan siswa lain mengerjakan soal. Dengan adanya masalahmasalah tersebut, maka peneliti akan melakukan tindakan pada siklus II untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus I. C. Deskripsi Siklus II . Perencanaan Tindakan Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari pengamatan dan hasil perolehan nilai pada siklus I, maka siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Rencana pelaksanaan pada siklus II yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Matematika yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar menggunakan Numbered Head Together. Adapun materi yang dibahas adalah bentuk penyelesaian soal operasi perkalian dan memecahkan masalah operasi perkalian dalam kehidupan sehari-hari. b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti media pembelajaran (kartu soal) dan reward untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. c. Menyiapkan materi ajar tentang bentuk penyelesaian soal perkalian dan memecahkan masalah operasi perkalian dalam kehidupan seharihari. d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. e. Menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa berupa lembar tes. f. Peneliti berkordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan Numbered Head Together. . Pelaksanaan Tindakan Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. a. Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan berdoa. b. Guru menanyakan kabar dan mengabsen siswa. c. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi pembelajaran. d. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. f. Guru menjelaskan tentang materi pemecahan masalah operasi hitung perkalian dalam kehidupan sehari-hari. g. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar melalui Numbered Head Together. h. Guru membagi para siswa menjadi kelompok yang beranggotakan orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda i. Guru mengubah posisi duduk melingkar pada tiap-tiap kelompok. j. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. k. Siswa diminta untuk mendiskusikan soal-soal dalam kartu bersamasama dan menentukan jawaban yang paling tepat. l. Guru menyebutkan nomor secara acak dan siswa dengan nomor tersebut mengacungkan jari m. Guru memanggil beberapa siswa untuk menyampaikan jawaban sesuai dengan nomor yang dimiliki. n. Guru mengulang kegiatan tersebut sampai soal terjawab oleh semua kelompok. o. Siswa diminta mengubah tempat duduk seperti semula. p. Guru memberikan reward kepada kelompok yang aktif dalam pembelajaran. q. Sebagai bahan evaluasi guru memberikan soal dan siswa diminta mengerjakannya. r. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. s. Guru menutup pembelajaran berdoa dan salam. . Pengamatan atau observasi Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung melakukan pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Numbered Head Together dalam meningkatkan hasil belajar. Aspek-aspek yang diamati sebagai berikut: a. Lembar Observasi Guru Tabel . Lembar Pengamatan Guru Siklus II No. Aspek yang diamati Skor A B Kemampuan guru membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal . Memberikan apersepsi (kaitannya dengan √ √ √ materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran . Memberikan acuan bahan pelajaran yang √ √ C D akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara √ . Variasi gerakan badan tidak mengganggu √ siswa √ . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian siswa dalam kegiatan √ belajar menggunakan Model Numbered Head Together . √ Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok Penguasaan bahan belajar . Bahan belajar disajikan sesuai dengan √ langkah-langkah yang dibuat dalam RPP . Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar . Mampu memberikan variasi √ √ dalam menyampaikan bahan ajar melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan √ tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar melalui Numbered Head √ Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi √ waktu . Memfasilatasi siswa selama √ proses kegiatan belajar melalui Numbered Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang telah √ ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai dengan √ RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah √ diberikan . √ Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan kesimpulan kegiatan √ pembelajaran Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa √ . Menginformasikan materi/bahan ajar yang √ akan dipelajari berikutnya . √ Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar Jumlah Total Kategori Baik Keterangan: Skor Nilai Rentang Kategori : A= (sangat baik) Nilai - ( Baik ) B= (baik) Nilai - ( Sedang ) C= (cukup) Nilai - (kurang ) D= (kurang) c. Nilai Evaluasi Siklus II Tabel . Nilai Evaluasi Siklus II NO. NAMA SISWA . Ade Ilma Nafi’a . Aldi Yunianto . Ananda Riskia Dwi Putra . Anita Suryani . Annajih Gilang Romadhon . Birru Hubaibi Walida . Damaey Saraswati . Dea Putri Febiana . Devi Novia Sari NILAI . Dimas Ahmad Fauzi . Hani’ah . Haris Alfa Alhabib . Jaisa Izzu Azada . Jenar Candra Dewi . Karisma Khairunisa . Latisa Maksal Mina . M Ikhfad Ubaidillah . M Jaisal Anam . M Najib Jauhar . M Riski Faabila . Mutiara Saskia . Novita Putri Lestari . Nurul Afifah . Rahadatul Aisyi . Raihan Nazifan . Raka Aditia . Sofia Hanani . Suci Nur Aini . Tangguh Satriaji . Vahmil Dlim Haf Rata-rata . Refleksi Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Siswa sangat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan Model Numbered Head Together . Hal ini dapat terlihat ketika semua siswa menyampaikan pendapatnya pada siswa lain dan siswa yang lebih memahami soal memberikan penjelasan pada teman kelompoknya. Berdasarkan nilai pada tes evaluasi dapat diketahui bahwa nilai yang didapatkan lebih baik dari siklus I. Pembelajaran pada siklus II ini telah mencapai tujuan yang diharapkan yakni, keaktifan siswa, pembelajaran yang menyenangkan, siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran dan peningkatan hasil belajar. Selain itu nilai yang diperoleh siswa telah mencapai KKM dan siswa telah mencapai Kriteria ketuntasan klasikal dari jumlah siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan yang telah dilakukan telah mencapai hasil yang maksimal, untuk itu penelitian ini dirasa telah cukup. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian . Deskripsi Pra Siklus Pada penelitian kali ini, peneliti melaksanakan penelitian menggunakan Numbered Head Together. Model Numbered Head Together bukanlah model pembelajaran baru di dunia pendidikan Indonesia, namun model pembelajaran ini tergolong baru bagi MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun . Acuan penilaian pada penelitian ini, peneliti menggunakan Kriteria Ketuntasan Klasikal yaitu dari jumlah seluruh siswa dengan berpatokan pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan data nilai ulangan harian mata pelajaran Matematika yang diperoleh siswa kelas III MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, menunjukkan bahwa KKM untuk mata pelajaran Matematika adalah . Peneliti menggunakan evaluasi formatif dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu tes objektif dan subjektif. Di bawah ini adalah hasil ulangan harian mata pelajaran Matematika sebelum menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together, nilai tes evaluasi siklus I dan siklus II. Tabel . Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) NO. . NAMA SISWA Ade Ilma Nafi’a NILAI KETUNTASAN Tuntas . Aldi Yunianto Belum Tuntas . Ananda Riskia Dwi Putra Belum Tuntas . Anita Suryani Belum Tuntas . Annajih Gilang Romadhon Belum Tuntas . Birru Hubaibi Walida . Damaey Saraswati Belum Tuntas . Dea Putri Febiana Belum Tuntas . Devi Novia Sari . Dimas Ahmad Fauzi . Hani’ah Tuntas . Haris Alfa Alhabib Tuntas . Jaisa Izzu Azada . Jenar Candra Dewi Tuntas . Karisma Khairunisa Belum Tuntas . Latisa Maksal Mina Belum Tuntas . M Ikhfad Ubaidillah Belum Tuntas . M Jaisal Anam Tuntas . M Najib Jauhar Belum Tuntas . M Riski Faabila Tuntas . Mutiara Saskia Tuntas . Novita Putri Lestari Tuntas . Nurul Afifah Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas . Rahadatul Aisyi Belum Tuntas . Raihan Nazifan Belum Tuntas . Raka Aditia Belum Tuntas . Sofia Hanani Belum Tuntas . Suci Nur Aini Tuntas . Tangguh Satriaji Belum Tuntas . Vahmil Dlim Haf Belum Tuntas Rata-rata Keterangan Tuntas : siswa Belum Tuntas : siswa Gambar . Rentang Nilai Ulangan Harian Pra Siklus siswa kelas III 10 8 6 4 2 0 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ulangan harian (pra siklus) menunjukkan bahwa dari siswa kelas III MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun standar KKM ( hanya siswa) belum tuntas. , ( dengan Nilai siswa) yang tuntas, sedangkan , . Deskripsi Data Siklus I Hasil tes evaluasi pada siklus I mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan nilai pra siklus. Pada siklus I terdapat yang tuntas dan , siswa Siswa yang belum tuntas, dengan demikian baru dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi target peneliti tentukan yaitu dari jumlah seluruh siswa yang mencapai nilai KKM. Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I NO. NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN . Ade Ilma Nafi’a Tuntas . Aldi Yunianto Tuntas . Ananda Riskia Dwi Putra . Anita Suryani . Annajih Gilang Romadhon . Birru Hubaibi Walida . Damaey Saraswati Belum Tuntas . Dea Putri Febiana Tuntas . Devi Novia Sari Tuntas . Dimas Ahmad Fauzi . Hani’ah Tuntas . Haris Alfa Alhabib Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas . Jaisa Izzu Azada Belum Tuntas . Jenar Candra Dewi Tuntas . Karisma Khairunisa Belum Tuntas . Latisa Maksal Mina Belum Tuntas . M Ikhfad Ubaidillah Belum Tuntas . M Jaisal Anam Belum Tuntas . M Najib Jauhar Belum Tuntas . M Riski Faabila Belum Tuntas . Mutiara Saskia Tuntas . Novita Putri Lestari Tuntas . Nurul Afifah Tuntas . Rahadatul Aisyi Tuntas . Raihan Nazifan Belum Tuntas . Raka Aditia Belum Tuntas . Sofia Hanani Tuntas . Suci Nur Aini Tuntas . Tangguh Satriaji Belum Tuntas . Vahmil Dlim Haf Tuntas Rata-rata Keterangan Tuntas : Siswa Belum tuntas : Siswa Gambar . Rentang Nilai Evaluasi Siklus I Siswa kelas III 12 10 8 6 4 2 0 41-50 51-60 61-70 71-80 . Deskripsi Data Siklus II Hasil tes evaluasi pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, , dari seluruh siswa mencapai KKM yang telah ditentukan sekolah. Terdapat siswa yang tuntas dan siswa yang belum tuntas. Hasil belajar siswa sudah memenuhi target penelitian, yaitu dari seluruh jumlah siswa mencapai KKM. Berdasarkan hasil belajar siswa tersebut maka Model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III mata pelajaran Matematika materi operasi perkalian. Tabel . Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II NO. NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN . Ade Ilma Nafi’a Tuntas . Aldi Yunianto Tuntas . Ananda Riskia Dwi Putra Tuntas . Anita Suryani Tuntas . Annajih Gilang Romadhon Tuntas . Birru Hubaibi Walida Tuntas . Damaey Saraswati Tuntas . Dea Putri Febiana Tuntas . Devi Novia Sari Tuntas . Dimas Ahmad Fauzi Tuntas . Hani’ah Tuntas . Haris Alfa Alhabib Tuntas . Jaisa Izzu Azada Tuntas . Jenar Candra Dewi Tuntas . Karisma Khairunisa Tuntas . Latisa Maksal Mina Tuntas . M Ikhfad Ubaidillah Tuntas . M Jaisal Anam Belum Tuntas . M Najib Jauhar Tuntas . M Riski Faabila Tuntas . Mutiara Saskia Tuntas . Novita Putri Lestari Tuntas . Nurul Afifah Tuntas . Rahadatul Aisyi Tuntas . Raihan Nazifan Belum Tuntas . Raka Aditia Tuntas . Sofia Hanani Tuntas . Suci Nur Aini Tuntas . Tangguh Satriaji Tuntas . Vahmil Dlim Haf Tuntas Rata-rata Keterangan Tuntas : Tidak Tuntas : siswa siswa Gambar . Rentang Nilai Evaluasi Siklus II Siswa Kelas II 20 15 10 5 0 51-60 61-70 71-80 81-90 B. Pembahasan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam siklus, dari data yang diperoleh menunjukkan terjadinya peningkatan nilai yang cukup baik. Selain itu antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga sangat tinggi. Sehingga jika dipadukan dengan Model Numbered Head Together dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Hal ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi (hasil belajar siswa) Matematika melalui Model Numbered Head Together. Tabel . Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus NO. NAMA SISWA Nilai Pra Siklus . Ade Ilma Nafi’a . Aldi Yunianto . Ananda Riskia Dwi Putra . Anita Suryani . Annajih Gilang Romadhon . Birru Hubaibi Walida . Damaey Saraswati . Dea Putri Febiana . Devi Novia Sari . Dimas Ahmad Fauzi . Hani’ah . Haris Alfa Alhabib . Jaisa Izzu Azada . Jenar Candra Dewi . Karisma Khairunisa . Latisa Maksal Mina . M Ikhfad Ubaidillah . M Jaisal Anam Siklus I Siklus II . M Najib Jauhar . M Riski Faabila . Mutiara Saskia . Novita Putri Lestari . Nurul Afifah . Rahadatul Aisyi . Raihan Nazifan . Raka Aditia . Sofia Hanani . Suci Nur Aini . Tangguh Satriaji . Vahmil Dlim Haf Rata-rata Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perolehan rata-rata , nilai pada siklus I meningkat menjadi rata-rata nilai pra siklus yang hanya menjadi , , jika dibandingkan dengan . Pada siklus II meningkat . Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan PTK dengan menggunakan Numbered Head Together berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini memperoleh hasil seperti tabel di atas. Berikut ini penjabaran hasil penelitian dari siklus ke siklus: . Siklus I Proses pembelajaran pada siklus I, peneliti menggunakan Model Numbered Head Together. Adapun dalam penelitian mencakup tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan atau observasi dan refleksi. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan penelitian melakukan obsevasi ke MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Pada tahap ini hasil tes evaluasi adalah , ( , siswa tuntas ( siswa) dan yang belum tuntas siswa). Dengan demikian hasil belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan sebesar jika dibandingkan dengan pra siklus. Perolehan hasil tes evaluasi siklus I dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar . Persentase Nilai Evaluasi Siklus I Tuntas 46,7% Tidak Tuntas 53,3% Berikut ini adalah lembar observasi guru yang peneliti gunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung: Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus I No. Aspek yang diamati Skor A Kemampuan guru B membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal . Memberikan apersepsi √ √ √ (kaitannya dengan materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran . Memberikan acuan bahan pelajaran √ √ yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara . Variasi gerakan badan √ tidak √ mengganggu siswa . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian siswa √ √ dalam kegiatan belajar menggunakan Model Numbered Head Together . Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok √ C D Penguasaan bahan belajar . √ Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP . Kejelasan dalam menjelaskan materi √ ajar . √ Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan ajar melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran √ sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . Mendemonstrasikan √ langkah-langkah kegiatan belajar melalui Numbered Head Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi √ waktu . √ Memfasilatasi siswa selama proses kegiatan belajar melalui Numbered Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang √ telah ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai dengan √ RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah √ diberikan . Memberikan kesempatan √ untuk bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan kesimpulan kegiatan √ pembelajaran Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa √ . Menginformasikan materi/bahan ajar √ yang akan dipelajari berikutnya . √ Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar Jumlah Total Kategori Baik Keterangan: Skor Nilai A= (sangat baik) B= (baik) C= (cukup) D= (kurang) Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I memperoleh skor dari skor maksimal . Sehingga aktifitas guru pada siklus I tergolong predikat baik. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai aktivitas guru adalah sebagi berikut : a. Penilaian kemampuan guru membuka pelajaran berada pada skor nilai berpredikat baik. b. Penilaian sikap guru dalam proses pembelajaran berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. c. Penilaian penguasaan guru terhadap bahan belajar berada pada skor nilai berpredikat baik. d. Penilaian kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru berada pada skor nilai berpredikat cukup. e. Penilaian evaluasi pembelajaran berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. f. Penilaian kemampuan guru menutup kegiatan pembelajaran berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. g. Penilaian terhadap tindak lanjut (follow up) berada pada skor nilai berpredikat baik. Rentang Kategori : Nilai - ( Baik ) Nilai - ( Sedang ) Nilai - (kurang ) Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat guru menggunakan Numbered Head Together adalah sebagai berikut: a. Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dimulai dari memimpin doa, mengabsen siswa dan memberikan motivasi kepada siswa serta menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan RPP. b. Penguasaan materi Guru dapat menerangkan materi perkalian dan sifat-sifat operasi perkalian dengan jelas dan runtut sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik. c. Menyajikan materi Guru mengaitkan materi perkalian dan sifat-sifat operasi perkalian dengan kehidupan nyata, hal ini memudahkan siswa dalam memahami materi karena terjadi di lingkungan tempat tinggal sekitar. Selain itu guru juga berinovasi dengan cara membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. d. Pengelolaan kelas Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang sesuai yang tercantum dalam RPP, dimana seharusnya guru mengubah posisi duduk siswa menjadi melingkar kecil setiap kelompok saat penerapan Numbered Head Together agar mempermudah semua siswa mampu bekerja dengan baik dalam kelompok, akan tetapi guru membiarkan posisi duduk siswa berbaris seperti posisi duduk semula dengan alasan karena kelas terlalu sempit dan agar kelas tidak menjadi ramai. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan saat harus bertukar pendapat dalam mengerjakan soal, dan banyak siswa yg berjalan ke meja kelompok lain sehingga guru harus mengawasi siswa satu per satu. Akan tetapi hal tersebut tidak begitu berpengaruh besar terhadap pelaksanaan penerapan Model Numbered Head Together. e. Ketepatan menggunakan metode Guru masih awam terhadap Numbered Head Together, sehingga hari sebelum peneliti telah memberikan RPP untuk dipelajari oleh guru. Dalam pelaksanaan penggunaan Numbered Head Together masih ada beberapa kekurangan yaitu dari keseluruhan siswa belum terlibat secara aktif dalam berkontribusi menyelesaikan soal bersama kelompok. Pembibingan guru kurang merata pada setiap kelompok selama berjalannya diskusi yang dilakukan siswa. Hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. f. Pelaksanaan evaluasi Pelaksanaan Evaluasi belum berjalan dengan optimal, karena banyak siswa yang masih malu menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Guru kurang memperhatikan siswa dalam mengerjakan soal tes evaluasi sehingga masih ada siswa yang saling mencontek. g. Menutup pelajaran Guru mengakhiri pembelajaran dengan menyimpulkan materi yang dipelajari bersama-sama dengan siswa dan menutup pelajaran dengan salam. . Siklus II Pada siklus II tindakan penelitian mempertimbangkan kekurangan dan kendala yang muncul pada siklus I. Untuk proses pembelajaran masih sama dengan dengan siklus I yaitu dengan menggunakan Numbered Head Together . Melalui data yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat terjadi peningkatan yang signifikasi pada hasil belajar siswa sebesar dari pra siklus dan Hasil tes evaluasi yang diperoleh pada siklus II yaitu siswa) tuntas, sedangkan , dari siklus I. , ( siswa ( siswa) tidak tuntas. Dengan demikian, presentase nilai yang diperoleh pada siklus II telah memenuhi target yang telah ditetapkan peneliti yaitu siswa tuntas atau mencapai nilai KKM yang ditetapkan MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Perolehan presentase nilai tes evaluasi pada siklus II sebagai berikut: Gambar . Persentase Nilai Tes Evaluasi Siklus II Tuntas Belum Tuntas 6,7% 93,3% Berikut ini adalah lembar observasi guru yang peneliti gunakan pada saat proses pembelajaran langsung: Tabel . Lembar Observasi Guru Siklus II No. Aspek yang diamati Skor A Kemampuan guru membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa √ . Memberikan motivasi awal √ . Memberikan apersepsi √ (kaitannya dengan materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran √ . Memberikan acuan bahan pelajaran √ B C D yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara . Variasi gerakan badan √ tidak √ mengganggu siswa . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian kegiatan belajar siswa √ dalam √ menggunakan Model Numbered Head Together . √ Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok Penguasaan bahan belajar . Bahan belajar disajikan sesuai √ dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP . Kejelasan dalam menjelaskan materi √ ajar . √ Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan ajar melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran sesuai √ dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . Mendemonstrasikan langkah-langkah √ kegiatan belajar melalui Numbered Head Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi √ waktu . Memfasilatasi siswa selama proses √ kegiatan belajar melalui Numbered Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang √ telah ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai √ dengan RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah √ diberikan . Memberikan kesempatan untuk √ bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √ Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa √ . Menginformasikan materi/bahan ajar √ yang akan dipelajari berikutnya . Memberikan motivasi untuk selalu √ terus belajar Jumlah Total Kategori Baik Keterangan: Skor Nilai A= (sangat baik) B= (baik) C= (cukup) D= (kurang) Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I memperoleh skor dari skor maksimal . Sehingga aktifitas guru pada siklus II tergolong predikat baik. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai aktivitas guru adalah sebagi berikut : a. Penilaian kemampuan guru membuka pelajaran berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. b. Penilaian sikap guru dalam proses pembelajaran berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. c. Penilaian penguasaan guru terhadap bahan belajar berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. d. Penilaian kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru berada pada skor nilai berpredikat baik. e. Penilaian evaluasi pembelajaran berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. f. Penilaian kemampuan guru menutup kegiatan pembelajaran berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. g. Penilaian terhadap tindak lanjut (follow up) berada pada skor nilai berpredikat sangat baik. Rentang Kategori : Nilai - ( Baik ) Nilai - ( Sedang ) Nilai - (kurang ) Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat guru menggunakan Numbered Head Together adalah sebagai berikut: a. Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dimulai dari memimpin doa, mengabsen siswa dan memberikan motivasi kepada siswa serta menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan RPP. b. Penguasaan materi Guru dapat menerangkan materi bentuk penyelesaian operasi hitung dan memecahkan masalah perkalian dalam kehidupan sehari-hari dengan jelas dan runtut sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik. c. Menyajikan materi Guru mengaitkan materi pemecahan masalah operasi perkalian dengan kehidupan sehari-hari, hal ini memudahkan siswa dalam memahami materi karena terjadi di kehidupan nyata. Selain itu guru juga berinovasi dengan cara membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. d. Pengelolaan kelas Pengelolaan kelas pada siklus II sesuai dengan RPP. Pengelolaan kelas pada siklus I yang berbentuk barisan klasikal menyebabkan kesulitan siswa dalam berkontribusi dan fokus terhadap kelompok masing-masing sehingga pada siklus II guru mengubah posisi duduk menjadi melingkar setiap kelompok sehingga mempermudah siswa fokus dengan tugas kelompok nya dan tidak mondar-mandir ke meja kelompok lain. e. Ketepatan menggunakan metode Guru telah menerapkan Numbered Head Together dengan baik, sesuai dengan tahap-tahap yang ada dalam RPP. Tahap-tahap tersebut adalah menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa, menyampaikan materi, melakukan evaluasi dan memberikan reward. Hal ini mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa lebih baik dari siklus I. f. Pelaksanaan evaluasi Pelaksanaan Evaluasi berjalan dengan baik guru membimbing siswa dalam mengerjakan mengerjakan soal tes evaluasi g. Menutup pelajaran Guru mengakhiri pembelajaran dengan menyimpulkan materi yang dipelajari bersama-sama dengan siswa dan menutup pelajaran dengan salam. . Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Tabel . Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kategori Pra Siklus Siklus I Siswa Siswa % Siklus II % Siswa Tuntas , , Tidak Tuntas , , % , , Jumlah Berikut ini adalah ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I dan siklus II: Gambar . Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa ketuntasan siswa kelas III MI Sruwen Kabupaten Semarang meningkat Kecamatan Tengaran dari pra siklus sebelum menggunakan Numbered Head Together, siswa yang mencapai ketuntasan hanya , ( Sedangkan pada siklus I sebesar , ( siswa) dan siklus II siswa). Nilai rata-rata pra siklus yaitu , sedangkan pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi , sebesar , siswa) dari keseluruhan siswa. ( dan pada siklus II nilai rata-rata juga meningkat mencapai , pelaksanaan siklus II ketuntasan klasikal telah tercapai yaitu , . Pada , siswa tuntas secara klasikal yang mana telah melebihi dari kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan sebesar ≥ klasikal. siswa tuntas secara Meningkatnya hasil belajar dari siklus I ke siklus II disebabkan karena pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dapat menambah/memperjelas pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari dan merangsang partisipasi siswa dalam diskusi kelompok. Dengan memperhatikan pembahasan hasil penelitian di atas peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya, dengan kata lain penerapan model pembelajaran Numbered Head Together di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika materi perkalian. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan melalui beberapa rangkaian tindakan dimulai dari siklus I dan siklus II serta berdasarkan seluruh pembahasan dan hasil analisis data yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III semester I mata pelajaran Matematika materi perkalian. Indikator tersebut dapat terlihat dari nilai tes ulangan siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada nilai ulangan harian (pra siklus) siswa yang tuntas dalam belajar sebanyak siswa atau , dan yang belum tuntas sebanyak Pada siklus I terdapat siswa atau dan yang belum tuntas sebanyak , , siswa atau , siswa atau rata-rata dan yang belum tuntas menjadi , . siswa yang tuntas dalam belajar , dengan nilai rata-rata . Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi atau , siswa siswa atau , % dengan nilai . B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai masukan , antara lain: . Bagi Kepala Sekolah a. Kepala sekolah hendaknya selalu memotivasi dan memfasilitasi guru untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya dengan mengikuti seminar-seminar dan pelatihan tentang model pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. b. Kepala sekolah sebaiknya membimbing para guru untuk memperbaiki dan mengembangkan proses belajar mengajar seperti pemberian motivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas yaitu penggunaan model pembelajaran yang lebih inovatif serta melakukan evaluasi untuk perbaikan proses belajar mengajar selanjutnya. . Bagi Guru a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together hendaknya diterapkan kembali pada pokok bahasan yang lain pada pelajaran Matematika pada khususnya dan mata pelajaran yang lain pada umumnya karena terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika. b. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya guru melakukan persiapan yang matang dengan telebih dahulu memahami langkah-langkah yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yang berpedoman pada RPP yang telah disusun sebelumnya. c. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang jelas tentang langkahlangkah Numbered Head Together agar siswa tidak bingung dan menyamakannya dengan model diskusi biasa. d. Guru sebaiknya lebih kreatif dan variatif dalam menggunakan Model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, serta melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga akan menghilangkan kejenuhan siswa. . Siswa Siswa sebaiknya dapat lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran agar mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. ( CIPTA ). Psikologi Belajar. Jakarta:RINEKA Arikunto, Suharsimi. ( ). Managemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Basrowi & Suwandi. ( Indonesia. Dahar, Ratna Wilis. ( Erlangga Daryanto. ( ). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia ). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: ). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Media. Daryanto & Muljo Rahardjo. ( Gava Media. Djamarah, Syaiful Bahri. ( ). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: ). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. ( Jakarta: Rineka Cipta. ). Strategi Belajar-Mengajar. Hamdayama, Jumanta. ( ). Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia Heruman. ( ). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya Huda, Miftahul. ( ). Model-Model Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ismunamto, A. ( Pengajaran Dan Pembelajaran. ). Ensiklopedia Matematika. Jakarta. Lentera Abadi. Kasri, Khafid & Gunanto. . Active Mathemathic A. Jakarta: Erlangga Kastolani. ( ). Model Pembelajaran Inovatif: Teori dan Aplikasi. Salatiga. STAIN Salatiga Press Khanifatul.( (.Pembelajaran Inovatif: Model Mengelola Kelas Secara Efektif dan Menyenangkan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA Mulyasa. ( ). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rusman. ( ). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sam’s, Rosma Hartiny. ( ). Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta. Sukses Offset. Sriyanti, Lilik. ( ). Teori-Teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga. Sriyanto. ( ). Model Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta. Indonesia Cerdas Sumardyono. ( ). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika. Suprijono, Agus. ( ). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Susanto, Ahmad. ( ). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Suyono & Hariyanto. ( Rosda Karya Syah, Muhibbin. ( ). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja ). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. ( ). Mendesain Model Pembelajran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Yuliawati, Fitri, Suprihatiningrum & Agung Rokhimawan. ( ). Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik Nasional. Yogyakarta: PEDAGOGIA http://p tkmatematika.org/ /peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristikmatematika-sekolah diakses pada Juni . http://www.sarjanaku.com/ Agustus . /pengertian-matematika.html diakses pada Lampiran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah : MI Sruwen Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : III/ Materi Pokok : Perkalian Alokasi Waktu : x menit A. Standar Kompetensi . Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka B. Kompetensi Dasar . . Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka C. Indikator . . . Siswa dapat melakukan operasi perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan benar . . . Siswa dapat melakukan operasi perkalian sesuai sifat-sifat operasi perkalian dengan benar D. Tujuan Pembelajaran : Setelah mendengarkan penjelasan guru, . Siswa dapat melakukan operasi perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan benar . Siswa dapat melakukan operasi perkalian sesuai sifat-sifat operasi perkalian dengan benar E. Metode: . Ceramah, . Numbered Head Together, . Tanya Jawab, . Demonstrasi, . Latihan dan Penugasan. F. Materi Pokok Operasi perkalian merupakan operasi yang agak rumit dilakukan. Dalam perkalian bilangan bulat, cara yang mudah dilakukan adalah menggunakan perkalian cara bersusun ke bawah. Menurut Heruman ( ), pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Contoh: x = + + + + + + + x = + + + + + + = x = + + + + = d. Sifat-sifat dalam operasi perkalian ) Sifat komutatif dalam perkalian = Sifat komutatif disebut juga pertukaran. Pada sifat komutatif berlaku rumus: axb=bxa Contoh: bola + bola + bola + bola + bola + bola + bola + bola bola = = x x = = ) Sifat perkalian dengan bilangan satu Setiap bilangan dikalikan satu hasilnya adalah bilangan itu sendiri Contoh: x = x x = = ) Sifat perkalian dengan bilangan nol Semua bilangan yang dikalikan dengan bilangan nol ( ) hasilnya adalah nol ( ) Contoh: x = x x = = ) Sifat asosiatif pada perkalian Sifat asosiatif disebut juga pengelompokan. Pada sifat asosiatif berlaku rumus: (a x b) x c = a x (b x c) Contoh: ( x )x = x( x ) x = x = ) Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan Sifat distributif disebut juga persebaran. Pada sifat distributif berlaku rumus: (a x b) x c = (a x b) + (a x c) Contoh: x( x ) =( x )+( x ) x = + = G. Media, Sumber/Alat/Bahan Pembelajaran . Media Pembelajaran: a. Topi penomoran b. Lembar Kerja Siswa Kelompok c. Reward . Sumber/Alat/Bahan pembelajaran : a. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III b. LKS Matematika kelas III SD/MI H. Langkah-langkah Pembelajaran . Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi : ( menit) a. Mengucap salam dan berdoa bersama. b. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. c. Melakukan apersepsi dengan sedikit mengulang pelajaran kemarin. d. Memberikan motivasi kepada siswa. e. Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan kompetensi yang diharapkan. . Kegiatan Inti ( Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: - Mengulas materi pelajaran sebelumnya (pengurangan dan penjumlahan) - Menjelaskan tentang pengertian operasi perkalian - Menjelaskan tentang berbagai sifat-sifat operasi perkalian - Memberikan perkalian Elaborasi contoh penyelesaian masalah menit) Dalam kegiatan elaborasi, - Guru membagi siswa dalam masing-masing terdiri dari - kelompok siswa Guru memberikan topi bernomor - pada tiap kelompok - Guru mendemonstrasikan pembelajaran melalui langkah-langkah Numbered Head Together - Guru membagikan lembar kerja siswa yang sama pada tiap-tiap kelompok - Guru meminta siswa mendiskusikan soal dan menentukan jawaban yang paling tepat - Siswa mempresentasikan jawaban soal sesuai dengan nomor yang disebutkan guru secara bergantian - Guru memberikan potongan bintang kepada siswa yang berani menjelaskan jawabannya dengan benar. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, - Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-masing kelompok - Guru memberikan soal individu untuk dikerjakan - Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. . Penutup ( a. Guru menyampaikan kesimpulan dari pelajaran yang telah disampaikan b. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah c. Guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan diberikan pada pertemuan yang akan datang d. Guru menyampaikan pesan-pesan sederhana pada siswa kemudian menutup dengan salam I. PENILAIAN a. Instrumen Penilaian : Soal Evaluasi . + + + = …. x …. = … . + + + + + . + + + + =…x…=… . x =… . x =… . x =… =…x…=… menit) . x . …x . =…x x . x…=… = = x =… + …) = … x( = (… + ) x = … Kunci jawaban: . x = . . x = . . x = . . . . x( . ( + )= + )x = b. Skoring Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X c. Lembar Penilaian Kinerja Guru No. Aspek yang diamati Skor A Kemampuan guru membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal . Memberikan dengan materi) apersepsi (kaitannya B C D . Menyampaikan tujuan pembelajaran . Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara . Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar menggunakan Model Numbered Head Together . Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok Penguasaan bahan belajar . Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP . Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar . Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan ajar melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar melalui Numbered Head Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu . Memfasilatasi siswa selama proses kegiatan belajar melalui Numbered Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah diberikan . Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan pembelajaran kesimpulan kegiatan Lampiran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II Sekolah : MI Sruwen Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : III/ Materi Pokok : Perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka Alokasi Waktu : x menit A. Standar Kompetensi . Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka B. Kompetensi Dasar . . Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka C. Indikator . . . Siswa dapat melakukan operasi perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dengan benar . . . Siswa dapat melakukan operasi perkalian dalam berbagai bentuk penyelesaian operasi perkalian dengan benar D. Tujuan Pembelajaran : Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, . Siswa dapat melakukan operasi perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dengan benar . Siswa dapat melakukan operasi perkalian dalam berbagai bentuk penyelesaian operasi perkalian dengan benar E. Metode: . Ceramah, . Numbered Head Together , . Tanya Jawab, . Demonstrasi, . Latihan dan Penugasan. F. Materi Pokok Bentuk-bentuk penyelesaian soal operasi perkalian yang hasilnya merupakan bilangan tiga angka . Perkalian dengan susun pendek Contoh: x Dari x di tulis , simpan , Dari ( x ) + Jadi, x (simpanan), ditulis = . Perkalian dengan susun panjang Contoh: x + ( x ) satuan x satuan ( x ) puluhan x satuan Jadi, x = . Tabel perkalian dua bilangan × Contoh: Berapakah hasil perkalian dari d. Lihatlah angka x ? pada bilangan pertama, kemudian tariklah garis lurus ke kanan! e. Lihatlah angka pada bilangan kedua, kemudian tariklah garis kebawah! f. Perpotongan kedua garis adalah letak hasil perkaliannya, yaitu . Soal cerita . Contoh: Ibu berbelanja ke pasar. Ia membeli kotak telur, setiap kotak berisi butir telur. Berapa butir telur yang dibeli ibu seluruhnya? Jawab: Jumlah telur yang dibeli ibu = x = Jadi, jumlah telur ibu seluruhnya sebanyak butir. G. Media, Sumber/Alat/Bahan Pembelajaran . Media Pembelajaran: d. Topi penomoran e. Lembar Kerja Siswa Kelompok f. Reward . Sumber/Alat/Bahan pembelajaran : c. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III d. LKS Matematika kelas III SD/MI H. Langkah-langkah Pembelajaran . Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi : f. Mengucap salam dan berdoa bersama. g. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. h. Melakukan apersepsi dengan sedikit mengulang ( menit) pelajaran kemarin. i. Memberikan motivasi kepada siswa. j. Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan kompetensi yang diharapkan. . Kegiatan Inti ( Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: - Mengulas materi pelajaran sebelumnya - Menjelaskan tentang cara-cara pemecahan masalah operasi perkalian - Memberikan contoh penyelesaian masalah perkalian Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, - Guru membagi siswa dalam kelompok masing- masing terdiri dari siswa - Guru memberikan topi bernomor - pada tiap kelompok - Guru mendemonstrasikan langkah-langkah pembelajaran melalui Numbered Head Together - Guru membagikan lembar kerja siswa yang sama pada tiap-tiap kelompok menit) - Guru meminta siswa mendiskusikan soal dan menentukan jawaban yang paling tepat - Siswa mempresentasikan jawaban soal sesuai dengan nomor yang disebutkan guru secara bergantian - Guru memberikan potongan bintang sebagai reward kepada siswa yang berani menjelaskan jawabannya dengan benar. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, - Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-masing kelompok - Guru memberikan soal individu untuk dikerjakan - Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. . Penutup e. Guru menyampaikan kesimpulan dari pelajaran yang telah disampaikan f. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah g. Guru menyampaikan materi pembelajaran yang ( menit) akan diberikan pada pertemuan yang akan datang h. Guru menyampaikan pesan-pesan sederhana pada siswa kemudian menutup dengan salam I. PENILAIAN d. Instrumen Penilaian : Soal Evaluasi Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan jawaban yang tepat! . . . x x ……. x ……. . ……. . . x x ……. ……. . Sebuah kereta api memiliki mengangkut x ……. gerbong, masing-masing gerbong dapat penumpang. Berapa banyak penumpang dalam kereta api? . Dinda mempunyai kantong permen, setiap kantong berisi permen. Berapa jumlah permen yang dimiliki Dinda? . Bu Indah membeli kotak kue cokelat. Setiap kotak berisi kue. Berapa jumlah kue yang dibeli Bu Indah? . MI Idaman Bangsa terdapat kelas. Bila setiap kelas terdapat siswa, berapa jumlah siswa di sekolah tersebut? Kunci Jawaban: . . . . . . . Penumpang . permen . kue . siswa e. Skoring Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X f. Lembar Penilaina Kinerja Guru No. Aspek yang diamati Skor A Kemampuan guru membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal . Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran . Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses B C D pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara . Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar menggunakan Model Numbered Head Together . Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok Penguasaan bahan belajar . Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP . Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar . Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan ajar melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar melalui Numbered Head Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu . Memfasilatasi siswa selama proses kegiatan belajar melalui Numbered Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah diberikan . Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan pembelajaran kesimpulan kegiatan Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa . Menginformasikan materi/bahan ajar yang akan dipelajari berikutnya Lampiran Soal Tes Evaluasi Siklus I Nama: No. absen: Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan benar! . + + + = …. x …. = … . + + + + + . + + + + =…x…=… . x =… . x =… . x =… . x . …x . x . x…=… = =…x = x =…x…=… x( =… + …) = … = (… + ) x = … Lampiran Soal Tes Evaluasi Siklus II Nama: No. absen: Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan jawaban yang tepat! Nomor - kerjakan dengan bersusun pendek, - bersusun panjang. . . . x x ……. . ……. . . x x ……. ……. . Sebuah kereta api memiliki mengangkut x ……. x ……. gerbong, masing-masing gerbong dapat penumpang. Berapa banyak penumpang dalam kereta api? . Dinda mempunyai kantong permen, setiap kantong berisi permen. Berapa jumlah permen yang dimiliki Dinda? . Bu Indah membeli kotak kue cokelat. Setiap kotak berisi kue. Berapa jumlah kue yang dibeli Bu Indah? . MI Idaman Bangsa terdapat kelas. Bila setiap kelas terdapat berapa jumlah siswa di sekolah tersebut? siswa, Lampiran LEMBAR KERJA SISWA (LKS) KELOMPOK SIKLUS I Kelompok: Anggota: Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan berdiskusi kelompok! . x = …. . x = …. . x = … x =…. . x = x … = …. . ( x )x =…x( x )=… Lampiran LEMBAR KERJA SISWA (LKS) KELOMPOK SIKLUS II Kelompok: Anggota: Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan berdiskusi kelompok! A. Kerjakan dengan cara bersusun pendek . x ……. . x ……. B. Kerjakan dengan cara bersusun panjang . x ……. . x ……. . Pak Riko mempunyai pohon buah manga. Setiap pohon mempunyai buah. Berapa jumlah buan semuanya? Lampiran Data Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) NO. NAMA SISWA NILAI KETUNTASAN . Ade Ilma Nafi’a . Aldi Yunianto Tidak Tuntas . Ananda Riskia Dwi Putra Tidak Tuntas . Anita Suryani Tidak Tuntas . Annajih Gilang Romadhon Tidak Tuntas . Birru Hubaibi Walida . Damaey Saraswati Tidak Tuntas . Dea Putri Febiana Tidak Tuntas . Devi Novia Sari . Dimas Ahmad Fauzi . Hani’ah Tuntas . Haris Alfa Alhabib Tuntas . Jaisa Izzu Azada . Jenar Candra Dewi Tuntas . Karisma Khairunisa Tidak Tuntas . Latisa Maksal Mina Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas . M Ikhfad Ubaidillah . M Jaisal Anam Tuntas . M Najib Jauhar Tidak Tuntas . M Riski Faabila Tuntas . Mutiara Saskia Tuntas . Novita Putri Lestari Tuntas . Nurul Afifah Tidak Tuntas . Rahadatul Aisyi Tidak Tuntas . Raihan Nazifan Tidak Tuntas . Raka Aditia Tidak Tuntas . Sofia Hanani Tidak Tuntas . Suci Nur Aini Tuntas . Tangguh Satriaji Tidak Tuntas . Vahmil Dlim Haf Tidak Tuntas Rata-rata Tidak Tuntas Lampiran Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I No. Aspek yang diamati Skor A Kemampuan guru membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal . Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran . Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara . Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar menggunakan Model Numbered Head Together . Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok Penguasaan bahan belajar . Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkahlangkah yang dibuat dalam RPP B C D . Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar . Mampu memberikan menyampaikan bahan variasi ajar dalam melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar melalui Numbered Head Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu . Memfasilatasi siswa selama proses kegiatan belajar melalui Numbered Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah diberikan . Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa Lampiran Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus II No. Aspek yang diamati Skor A Kemampuan guru membuka pelajaran . Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal . Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran . Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari Sikap guru dalam proses pembelajaran . Kejelasan artikulasi suara . Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa . Antusiasme dalam penampilan . Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar menggunakan Model Numbered Head Together . Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok Penguasaan bahan belajar . Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkahlangkah yang dibuat dalam RPP B C D . Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar . Mampu memberikan menyampaikan bahan variasi ajar dalam melalui Model Numbered Head Together Kegiatan belajar mengajar . Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan . Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar melalui Numbered Head Together . Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu . Memfasilatasi siswa selama proses kegiatan belajar melalui Numbered Head Together Evaluasi Pembelajaran . Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan . Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran . Meninjau kembali materi yang telah diberikan . Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan . Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa Lampiran PROFIL MI SRUWEN A. Gambaran Situasi Umun MI Sruwen . Lokasi Penelitian a. Tempat penelitian : MI Sruwen b. Alamat Penelitian : Jl. Kemetiran No. c. Desa : Sruwen d. Kecamatan : Tengaran e. Kabupaten : Semarang f. Provinsi : Jawa Tengah . Data Guru MI Sruwen No. Nama Guru Jabatan . Muhamad Fattah Amin, M.Pd.I Kepala Madrasah . Hanik Tazkiyah, S.Pd.I Guru Kelas VI . Sumarna, S.Pd.I Guru Kelas II . Titin Kurniyatin Suroya, S.Pd.I Guru Kelas I . Fajar Andy Saputra, S.Pd.I Guru Kelas IV . Drs. Jaroni Guru Kelas III . Sumanto, S.Pd.I Guru Kelas V . Ika Yunita, S.Pd.I Guru Bahasa Indonesia . Luqita Cahyani, S.Pd.I Guru Matematika B. Sarana pendukung Belajar Mengajar No. Jenis Ruang Kondisi (Unit) Baik . Ruang Kelas . Perpustakaan . Laboratorium IPA . Ruang Kepala Sekolah . Ruang Guru . Ruang Tata Usaha . Laboratorium Komputer . Ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) . Toilet Guru . Toilet Siswa . Masjid/Musholla Rusak Ringan Rusak Berat Lampiran DOKUMENTASI Proses Pembelajaran Menggunakan Numbered Head Together Siklus I . Guru membuka pelajaran . Guru memberikan motivasi awal . Guru menjelaskan pelajaran materi perkalian . Guru membagi siswa dalam kelompok dan memberikan topi bernomor . Siswa mendiskusikan LKS . Guru memanggil nomor secara acak . Guru memberikan reward pada siswa yang menyampaikan jawaban dengan tepat Proses Pembelajaran Menggunakan Numbered Head Together Siklus II . Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi . Guru menjelaskan materi perkalian . Guru membagi kelompok . Guru meminta siswa untuk mendiskusikan LKS . Guru memanggil nomor secara acak untuk mengerjakan soal di depan kelas . Guru memberikan reward Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran SATUAN KREDIT KEGIATAN EKSTRAKURIKULER (SKK) Nama : SITI ASIAH Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan NIM Jurusan : PGMI No . : - Kegiatan OPAK STAIN Salatiga Pelaksanaan Status - September Peserta - September Peserta September Peserta September Peserta “Progresifitas kaum muda, kunci perubahan” . OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga “Mewujudkan Gerakan Mahasiswa Tarbiyah Sebagai Tonggak Kebangkitan Pendidikan Indonesia” . ODK “Membangun Karakter Keislaman Bertaraf Internasional Di Era Globalisasi Bahasa” . Seminar Entrepreneurship dan Perkoperasian oleh MAPALA Poin MITAPASA dan KSEI STAIN Salatiga “Explore Your Entrepreneurship Talent” AMT “Dengan AMT, . September Peserta September Peserta Bangun Karakter Raih Prestasi” Library User Education oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga . MAPABA PMII Djoko - Oktober Peserta Oktober Peserta Januari Peserta Tingkir Salatiga “Membentuk Militansi Kader Menuju Mahasiswa yang Ideal” . Training Pembuatan Makalah oleh LDK STAIN Salatiga . Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW H oleh KSEI STAIN Salatiga . Seminar Nasional Oleh DEMA STAIN Salatiga Juli Peserta “Mengawal Pengendalian BBM Bersubsidi, Kebijakan BLSM yang Tepat Sasaran Serta Pengendalian Inflasi Dalam Negeri Sebagai Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi” . Lomba RAMADHAN - Juli Panitia - September Peserta CERIA Tingkat Desa Sruwen . Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega “PLCPP Membuka Cakrawala Dunia Serta Membangun Kredibilitas Bangsa” . Sosialisasi & Silaturahmi Nasional oleh HMJ Tarbiyah & Syariah “Sosialisasi UU No. th . Peran Serta Fungsi OJK, Peran Pemerintah Dalam Pengawasan LKM” September Peserta . Sosialisasi dan Seminar Oktober Peserta - Peserta Nasional oleh MPR RI & IPNU “ Pilar Kebangsaan Untuk Mempertegas Karakter Ke-Indonesiaan” . Gladi Wira Brigsus ke- November oleh BRIGSUS NAGA SANDHI STAIN Salatiga . Seminar Nasional oleh HMJ November Panitia November – Peserta Tarbiyah “Guru Kreatif Dalam Implementasi Kurikulum . ” Pembrivetan dan Pelantikan Brigade Khusus Racana Desember KDWS STAIN Salatiga . Dialog Energi oleh DEMA STAIN Salatiga “Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik Terhadap Perekonomian Indonesia Solusi Menciptakan Listrik Murah Untuk Rakyat Kecil dan Industri Dalam Negeri” Desember Peserta . SK Pengangkatan Pengurus Januari Pengurus HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga Masa Bakti . - SK Penyelenggaraan Diklat Mei Panitia Agustus Panitia Keprofesian Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga . SK Penyelenggaraan OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga . Seminar Nasional oleh HMJ Novermber Panitia - Desember Panitia , , Fasilitator Tarbiyah “Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Profesionalisme Pendidikan” . Malam Binaan Iman dan Taqwa (MABIT) TPA Darul Madani . SK OPAK IAIN Salatiga , dan Agustus . Seminar Nasional oleh HMJ PGMI “Pendidikan Karakter Untuk Melahirkan November Peserta Pemimpin Masa Depan” . Kursus Pembina Pramuka - November Peserta Mahir Tingkat Dasar (KMD) oleh Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kota Salatiga . Sosialisasi UU Perlindungan April Peserta Mei Peserta April Panitia Anak, UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan UU Pornografi oleh DISHUBKOMBUDPAR Kota Salatiga . Sosialisasi Regulasi Terkait Kerukunan Umat Beragama Kepada Mahasiswa Oleh Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementrian Agama RI . Seminar Nasional Oleh DEMA IAIN Salatiga “Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme” Lampiran DAFTAR RIWAYAT HIDUP Dengan ini penulis cantumkan riwayat hidup sebagai berikut: Nama : Siti Asiah NIM : - - Tempat/ Tanggal lahir : Kab. Semarang, Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Sruwen RT: Juli RW: Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Agama : Islam Riwayat Pendidikan : . MI Sruwen Sruwen Kec. Tengaran lulus tahun . SMP Islam Bina Insani Susukan lulus tahun . Paket C BUQ Gading Kec. Tengaran lulus tahun Demikian riwayat hidup penulis, penulis buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, Agustus Penulis Siti Asiah NIM