EFEKTIFITAS TERAPI RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH DI UNIT REHABILITASI SOSIAL (URESOS) PUCANG GADING UNIT SEMARANG II Arista Putri1, Elisabeth Kristiani2, Sonhaji3 Program Studi S-I Keperawatan STIKES Karya Husada Semarang [email protected]; [email protected]; [email protected] Abstrak Latar Belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang banyak terjadi di Indonesia. Jumlah penderita hipertensi diseluruh dunia mencapai 993 juta jiwa pada tahun 2014, dengan prevalensi sebesar 33,3% yaitu 84 orang dari 256 orang adalah lansia. Disamping penatalaksanaan farmakologis juga bisa dilakukan dengan terapi rendam kaki air hangat dan senam lansia. Tujuan : Mengetahui efektivitas terapi rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial (URESOS) Pucang Gading Unit Semarang II. Metode : Penelitian kuantitatif Quasy Eksperiment. Analisis data menggunakan uji statistik dependent T-test menggunakan uji statistik Non-parametrik Mann-Whitney untuk mengetahui efektivitas kedua variabel. Sample penelitian ini adalah 30 lansia, dengan menggunakan teknik sampling yaitu Purposive Sampling. Hasil : Penurunan tekanan darah sistole dan diastole pada kelompok intervensi dengan perlakuan rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia lebih efektif dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan perlakuan senam lansia saja. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0,004 (<0,05) untuk penurunan tekanan darah sistole, dan nilai p-value = 0,018 (<0,05) untuk penurunan tekanan darah diastole. Kesimpulan : Penurunan tekanan darah sistole dan diastole pada kelompok intervensi lebih efektif dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kata kunci : Hipertensi, Lansia, Terapi Rendam Kaki, Senam Lansia. THE EFFECTIVENESS OF FOOT THERAPEUTIC WADING USE WARM WATER AND ELDERLY GYMNASTICS TO THE BLOOD PREASURE IN SOCIAL REHABILITATION PUCANG GADING SEMARANG II Abstract Background : Hypertension was the one of cardiovascular diseases that occur in Indonesia. Besides pharmacological management also can be done with foot soak therapy using warm water and elderly gymnastics. Purpose : Was to determine the effectiveness of foot soak therapy using with warm water and gymnastic elderly on blood pressure in elderly with hypertension in Social Rehabilitation Unit (URESOS) Pucang Gading Unit Semarang II. Methods: The research used a quantitave approach with quasy experiment design used two group pretest-posttest. Data processing and analysed used dependent t-test for each of the different variables and used test non-parametric Mann-Whitney to determine the effectiveness of both variables. Results : The research showed that a decrease of systolic and diastolic blood pressure in the intervention group with a foot soak teraphy using warm water and gymnastic elderly are more effective than the control group with only the elderly gymnastics treatment. Statistical analysis showed p-value = 0.004 (<0.05) for a reduction in systolic blood pressure, and p-value = 0.018 (<0.05) for the reduction in diastolic blood pressure. Conclusion : The conclusions of this research was the decrease of systolic and diastolic blood pressure in the intervention group are more effective than the control group. Keywords : Hypertension, Elderly, Foot Soak Therapy Using Warm Water, Elderly Gymnastics. 1 Pendahuluan Gangguan kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, darah tinggi atau hipertensi dan penyakit jantung yang lain sudah banyak ditemukan di Indonesia (Udjian, 2011, hlm.26). Salah satunya adalah hipertensi yang menyerang banyak masyarakat pada usia lansia. Hipertensi pada lansia, disebut sebagai “The Silent Killer” (pembunuh diam-diam) karena umumnya penderita tidak merasakan gejala saat tekanan darah meningkat. Jumlah penderita hipertensi diseluruh dunia mencapai 993 juta jiwa pada tahun 2013, sebanyak 643 juta jiwa berada di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Pada tahun 2013 jumlah penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 16,2 juta orang dewasa dan lansia, tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Berbagai macam cara sebagai pengobatan hipertensi selain dengan pemberian obat juga bisa dilakukan dengan latihan fisik atau berolah raga secara teratur, menerapkan terapiterapi komplementer, atau mengkombinasikan keduanya (Almatzier 2009, hlm.76). Hal ini ditegaskan oleh Oktiaworo (2007, hlm.54) bahwa kombinasi antara terapi tanpa obat (nonfarmakoterapi) dengan obat (farmakoterapi) tidak hanya menurunkan tekanan darah, namun juga menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung iskemik. Pengobatan secara farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian obat anti hipertensi, sedangkan untuk terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan berolah raga secara teratur misalnya senam lansia (Suroto, 2010, hlm.29). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Unit Rehabilitasi Sosial (URESOS) Pucang Gading unit Semarang II pada bulan Februari tahun 2015, didapatkan jumah lansia adalah 80 orang dan jumah lansia yang menderita penyakit hipertensi sebanyak 32 orang. Tinjauan Teoritis Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh. (Palmer, 2007, hlm.68). Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Menurut Adif (2009, hlm.51) rata-rata tekanan darah sistolik normalnya 110-120 mmHg dan diastolik 70-85 mmHg. Beberapa gangguan tekanan darah yang sering terjadi salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan sistole di atas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg). Pengobatan dini pada hipertensi sangatlah penting, karena dapat mencegah timbulnya 2 komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti: jantung, ginjal, dan otak (Muttaqin, 2009, hlm.50). Penyakit hipertensi banyak ditemukan di masyarakat pada usia lansia. Lanjut Usia merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang (Nugroho, 2008, hlm.32). Pengobatan non farmakologis merupakan salah satu penunjang dalam terapi lansia dengan hiperensi, beberapa diantaranya ialah dengan senam lansia dan terapi rendam kaki menggunakan air hangat. Senam lansia adalah olah raga ringan dan mudah dilakukan. Aktifitas olah raga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. (Suroto, 2010, hlm.15). Menurut Hambing (2006, hlm.25) rendam kaki menggunakan air hangat merupakan bagian dari terapi air (hydrotherapy), yang sebelumnya dikenal sebagai hidropati (hydropathy), yaitu metode pengobatan menggunakan air untuk mengobati atau meringankan kondisi yang menyakitkan. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment. Pendekatan yang digunakan adalah Two Group Pretest-Posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah 32 orang lansia yang menderita hipertensi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik dependent T-test untuk masing-masing variabel yang berbeda dan menggunakan uji statistik Non-parametrik Mann-Whitney untuk mengetahui efektivitas kedua variabel. Hasil Penelitian Tabel 1. Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Setelah Pada Kelompok Intervensi di URESOS Pucang Gading Unit Semarang II Variabel Sistole sebelum intervensi Sistole setelah intervensi N 15 15 Mean 145 132,27 SD 8,912 8,746 p-value 0,000 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan rata-rata tekanan darah sistole sebelum diberikan terapi rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia adalah 145 mmHg. Tekanan darah sistole setelah diberikan terapi rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia adalah 132,27 mmHg. Nilai mean perbedaan antara sistole sebelum dan setelah dilakukan terapi rendam kaki menggunakan air hangat adalah 12,73 mmHg. Hasil uji statistik t-test 3 dependent didapatkan hasil p-value 0,000, p-value < α = (0,005) artinya ada perbedaan tekanan darah sistole sebelum dan setelah dilakukan terapi rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia pada kelompok intervensi. Tabel 2. Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Setelah Pada Kelompok Kontrol di URESOS Pucang Gading Unit Semarang II Variabel Sistole sebelum pada klp control Sistole setelah pada klp control N 15 15 Mean 146 137 SD 11,123 10,413 p-value 0,000 Berdasarkan tabel diatas rata-rata tekanan darah sistole sebelum diberikan terapi senam lansia adalah 146 mmHg. Tekanan darah sistole setelah diberikan terapi senam lansia adalah 137 mmHg. Nilai mean perbedaan antara sistole sebelum dan setelah dilakukan terapi rendam kaki menggunakan air hangat adalah 9 mmHg. Hasil uji statistik t-test dependent didapatkan hasil p-value 0,000, p-value < α = (0,005) artinya ada perbedaan tekanan darah sistole sebelum dan setelah dilakukan terapi senam lansia. Tabel 3. Analisis Efektivitas Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat dan Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Sistole di URESOS Pucang Gading Unit Semarang II Kelompok Penurunan sistole intervensi Penurunan sistole kontrol N 15 15 Mean 20,10 10,90 p-value 0,003 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mean rank penurunan sistole yang diberikan terapi rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia adalah 20,10, sedangkan mean rank penurunan sistole yang diberikan terapi senam lansia adalah 10,90. Berdasarkan uji statistik uji Mann-Whitney test diketahui p-value 0,004. Dimana nilai p-value < α = (0,05), dapat disimpulkan bahwa penurunan tekanan darah sistole pada kelompok intervensi dengan perlakuan rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia lebih efektif dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan perlakuan senam lansia saja. Pembahasan Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol yang diberi senam lansia enam kali selama satu minggu menunjukkan penurunan nilai sistole dan diastole. Sama halnya dengan pemberian terapi rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia selama enam kali dalam seminggu juga menunjukkan penurunan nilai yang sama. Secara statistik 4 didapatkan hasil bahwa pemberian kedua terapi tersebut pada kelompok intervensi lebih efektif untuk menurunkan tekanan darah lansia dengan hipertensi. Penelitian yang sama telah dilakukan oleh Destiya (2014) yang menerangkan bahwa ada perbedaan tekanan darah yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan rendam air hangat pada penderita hipertensi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Hasil pengukuran tekanan darah pada responden sebelum dilakukan terapi masuk dalam kategori hipertensi sedang. Setelah dilakukan terapi hasil pengukuran rata – rata tekanan darah masuk dalam kategori hipertensi ringan. Merendam bagian tubuh ke dalam air hangat dapat meningkatkan sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi otot. Merendam juga dapat disertai dengan pembungkusan bagian tubuh dengan balutan dan membasahnya dengan larutan hangat (Perry & Potter, 2005, hlm.140). Manfaat/efek hangat adalah efek fisik panas/hangat dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek biologis panas/hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari hangat inilah yang dipergunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Perry & Potter, 2006, hlm.93). Rendam kaki menggunakan air hangat akan merangsang saraf yang terdapat pada kaki untuk merangsang baroreseptor, dimana baroreseptor merupakan refleks paling utama dalam menentukan kontrol regulasi pada denyut jantung dan tekanan darah. Baroreseptor menerima rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus. Dilatasi arteriol menurunkan tahanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan darah menumpuk pada vena sehingga mengurangi aliran balik vena, dan dengan demikian menurunkan curah jantung. Impuls aferen suatu baroreseptor yang mencapai jantung akan merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatis (kardioaselerator) sehingga menyebabkan penurunan denyut jantung dan daya kontraktilitas jantung (Guyton, 2006, hlm.41). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Umah (2011) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atau ada pengaruh sebelum dan sesudah 5 dilakukan pemberian terapi rendam kaki air hangat pada penderita hipertensi di Wilayah Kedinding Tengah Jaya Kecamatan Kenjeran Kotamadya Surabaya. Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar kurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2005, hlm.78). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ilkafah (2012) yang memberikan intervensi senam lansia 2x seminggu selama 8 minggu terhadap 15 responden lansia, kemudian melakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa senam lansia berpengaruh dalam penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi ringan – sedang di Rektorat Unibraw Malang. Kesimpulan 1. Ada perbedaan tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah terapi rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia pada kelompok intervensi. 2. Ada perbedaan tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah terapi senam lansia pada kelompok kontrol. 3. Penurunan tekanan darah sistole dan diastole pada kelompok intervensi dengan perlakuan rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia lebih efektif dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan perlakuan senam lansia saja. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Pemberian terapi rendam kaki menggunakan air hangat dapat dimanfaatkan sebagai tindakan mandiri keperawatan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, disamping pengobatan farmakologis. 2. Bagi Tenaga Kesehatan di URESOS a. Menggerakkan para lansia terutama yang menderita penyakit kardiovaskuler untuk lebih aktif mengikuti program senam lansia secara rutin. 6 b. Terapi rendam kaki menggunakan air hangat dan senam lansia dapat dijadikan tindakan mandiri keperawatan untuk mengontrol hipertensi. Daftar Pustaka Adif, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka. Almatzier, Sunita. 2009.Penuntun Diit Instaalsi Gizi Perjan RSCM, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Destiya. 2014. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat Pada Penderita Hipertensi Di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. (http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3581.pdf) Guyton. 2006. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. EGC : Jakarta. Ilkafah. 2009. Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Ringan – Sedang Di Rektorat Unibraw Malang. Khoiroh Umah, Lina Madyastuti R, dkk, 2011. Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Tekanan Darah Pada Hipertensi. Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskleletal. Jakarta: EGC. Potter, P.A & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC. Suroto. 2010. Senam Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika. Udjian, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. 7