JURNAL PRODUKSI PESAN WAYANG KLASIK DALAM NOVEL GRAFIS (Studi Kualitatif tentang Produksi Pesan dalam Bentuk Transformasi Cerita Wayang Klasik ke Novel Grafis Berjudul “Abimanyu Anak Rembulan” karya Dwi Klik Santosa) Oleh: Eryne Cahyasari D1209036 Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 PRODUKSI PESAN WAYANG KLASIK DALAM NOVEL GRAFIS (Studi Kualitatif tentang Produksi Pesan dalam Bentuk Transformasi Cerita Wayang Klasik ke Novel Grafis Berjudul “Abimanyu Anak Rembulan” karya Dwi Klik Santosa) Eryne Cahyasari Andrik Purwasito Alexius Ibnu Muridjal Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Right now in the midst of a identity crisis and cultural preservation apathetic by young generation, the rising puppet story Abimanyu Anak Rembulan by Dwi Klik Santosa in the form of a graphic novel is an alternative cultural preservation as transformation of the classic puppet story. The purpose of this study to determine how the message of message production process. What message is conveyed author Abimanyu Anak Rembulan to achieve packaged as attractive as possible to be able to be accepted back by the public and able to re-introduce the super hero figures of the puppet. This research is a descriptive study. Methods this study used a qualitative content analysis of the text and graphics novel Abimanyu Anak Rembulan. The results of this study can be concluded that the stage of the creative process of the production of messages ranging from the planning stages of exploration, incubation stage, elimination, execution and evaluation. Viewed in terms of the production of packaging the message, the graphic novel is seen design elements intrinsic message into a form of transformation of the classic puppet story and the selection and characteristics of media formats using the graphic novel manga and disney style. Messages to be achieved, among others, the authors introduce a new representation of the work of the puppet back story and seen from the values it contains describe the value of chivalry among other fiduciary, self-sacrificing, noble character and courage to defend the truth and the value of loyalty and affection. Key Words: Transformation, graphicnovel, message production, massage packaging 1 Pendahuluan Di tengah krisis jati diri dan acuhnya pelestarian budaya oleh kaum muda, terbitnya cerita pewayangan Abimanyu Anak Rembulan dalam pakeliran novel grafis merupakan salah satu program pelestarian budaya dengan mentranformasikan cerita pewayangan klasik dalam bentuk karya sastra. Bagaimana pesan diproduksi kembali oleh penulis dan dikemas dan dikomunikasikan semenarik mungkin agar mampu diterima kembali oleh masyarakat luas dan mampu mengenalkan kembali sosok super hero dari figur – figur wayang. Karya sastra dalam penelitian ini adalah karya sastra dalam bentuk novel grafis. Novel merupakan media komunikasi, melalui media novel itulah pengarang melakukan proses produksi pesan. Novel sebagai karya imajinatif mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Sementara, kegiatan komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan proses pembentukan makna, dalam kajian budaya, segala artifak yang dapat dimaknai disebut sebagai teks (Lindlof,1995: 13). Ditinjau dari penjelasan diatas, maka sebuah karya sastra berbentuk buku yang dibuat oleh penulis atau pengarang yaitu novel, dapat digolongkan sebagai sebuah media massa seperti media cetak yang dapat memberikan kehidupan dan informasi bagi pembacanya. Novel sebagai sebuah media komunikasi mempunyai fungsi selayaknya fungsi komunikasi pada umumnya yaitu, menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to edukate), serta menghibur (to entertain). Selain itu ada beberapa ahli yang menambahkan fungsi lain terhahap fungsi media massa ini, seperti fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi membimbing (to guide) dan juga fungsi menkritik (to criticise) (Effendy, 2004: 54). Dan mereka yang membaca novel akan memetik keuntungan dari apa yang mereka pelajari dan bertujuan untuk memperkaya pengetahuan, nalar, kepribadian, dan pembentukan watak. Kisah asli pewayangan memang tidak bisa lepas dari cerita tentang kekuasan antara tokoh baik dan buruk. Seperti yang diungkapkan oleh Mohamad Sobary (1995: 177) bahwa wayang memang penuh kontras hitam putih. Di 2 dalamnya selalu ada pahlawan di satu pihak, dan bandit di pihak lain. Kita, meskipun tak hidup di dunia wayang, merasakan benturan lebih dalam politik yang tak jarang bersifat hitam putih juga. Pengambilan tokoh Abimanyu dalam Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan menyiratkan agar sebaiknya masyarakat sekarang ini dapat memilih para pemimpin muda yang mampu menghadirkan perubahan besar dan berjiwa ksatria. Simbol grafisnya sengaja dihadirkan karena masyarakat sekarang sudah tidak bisa membedakan mana tokoh-tokoh publik yang baik dan buruk dan kisah ini juga tidak terlepas dari situasi politik sekarang. Dari uraian tersebut, kehadiran Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan merupakan pemilihan yang unik untuk memadukan realitas dengan cerita klasik pewayangan karya Dwi Klik Santosa yang penyampaian pesannya dikemas menarik dalam kemasan novel grafis dengan harapan mampu membangkitkan kembali kecintaan generasi muda dalam melesatarikan budaya wayang dan mampu menjadi pribadi yang berjiwa ksatria sesuai dengan pesan yang tersirat dalam cerita tersebut. Hal inilah yang menelatarbelakangi peneliti menganalisa bagaimana penulis melakukan proses kreatif produksi pesan atau kemasan pesan (message packaging), mulai dari tahap perencanaan sampai desain pesan seperti apa yang dilakukan penulis dalam Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan sebagai bentuk transformasi dari cerita wayang klasik. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah produksi pesan novel grafis Abimanyu Anak Rembulan karya Dwi Klik Santosa sebagai bentuk transformasi dari cerita wayang klasik ? 2. Pesan apa saja yang ingin dicapai penulis novel grafis Abimanyu Anak Rembulan ? 3 Tinjauan Pustaka A. Karya Sastra Sebagai Media Komunikasi Karya sastra merupakan media komunikasi persuasif yang baik karena di dalamnya kita dapat mengungkapkan kejadian atau peristiwa secara kronologis dan sarat akan amanat. Novel dapat menjadi media komunikasi persuasif yang baik, tentunya dapat dilihat dari peran penulis (komunikator) dalam mengelola pesan yang disampaikan sedemikian rupa kepada pembaca (komunikan) sehingga dapat menimbulkan sebuah efek. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik. Daya tarik inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Hal ini disebabkan pada dasarnya, setiap orang senang cerita, terutama yang sensasional, baik yang dilihat maupun yang didengarkan langsung. Melalui sarana cerita itu pembaca secara tak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Oleh karena itu, cerita, fiksi atau kesasteraan pada umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat juga dikatakan sastra sebagai ”memanusiakan manusia” (Nurgiyantoro, 1995: 15). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil karya sastra berupa novel dalam format novel grafis. Novel Grafis bukanlah komik. Ini tetap novel, namun menggunakan gaya pembawaan cerita seperti layaknya komik yaitu menggunakan banyak ilustrasi. Yang juga membedakan komik dengan novel grafis adalah kalau komik biasanya dibuat berseri dan bersambung-sambung, novel grafis menceritakan ceritanya dari awal sampai tamat. Karena itu novel grafis cenderung lebih panjang dari komik. 4 B. Wayang Sebagai Fenomena Komunikasi Menurut Kathy Foley yang dikutip Nursodik Gunarjo (2011: 58) wayang mempunyai dua fungsi utama dalam kehidupan social politik. Yaitu : pertama sebagai terompet pemerintah untuk masyarakat, dan kedua sebagai alat untuk menyampaikan kehendak masyarakat untuk pemerintahnya. Cerita wayang disampaikan dan atau dikomunikasikan kepada masyarakat lewat sarana pertunjukan, kaset rekaman, atau buku. Pertunjukan wayang kulit, terutama jika dimainkan oleh dalang yang terkenal, sebagimana kesaksian Groenendael selalu dipenuhi oleh penonton. Berbagai reaksi afektif penonton seperti tertawa, berteriak, tepuk tangan, berdecak kagum, mengangguk – ngangguk menghayati, dan lain – lain menunjukkan bahwa pertunjukan tersebut komunikatif (Nurgiyantoro, 1998: 37). Sebagai fenomena komunikasi, pertunjukkan wayang mengutamakan komunikatifnya apa yang ingin disampaikan lewat cara – cara yang menarik. Cerita pewayangan merupakan suatu bentuk penyampaian pesan yang dikemas dalam bentuk artistik dan memperhatikan kebutuhan penikmat. C. Transformasi Unsur Pewayangan Jika dikaitkan dengan unsur pewayangan dan unsur fiksi, istilah transformasi diartikan sebagai pemunculan, pengambilan atau pemindahan unsur – unsur pewayangan ke dalam unsur – unsur fiksi dengan perubahan. Jadi untuk dapat disebut mengalami transformasi, unsur – unsur pewayangan itu harus dimunculkan ke dalam karya fiksi, baik secara eksplisit maupun implisit, dengan pemunculan yang berbeda jika dibandingkan dengan unsur aslinya sebagaimana yang terdapat di dalam pakem cerita wayang (Nurgiyantoro, 1998:18). Sebagai salah satu genre sastra, karya fiksi mengandung unsur-unsur, meliputi: (a) pengarang atau narator, (b) isi penciptaan, (c) media penyampai isi berupa bahasa, dan (d) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana (Aminnudin, 2000: 45). 5 D. Proses Kreatif Penulis Karya Sastra Edward De Bono, dalam bukunya Lateral Thingking : A Textbook of Creativity (2009: 106), mengemukakan bahwa dalam proses kreatif ada empat tahapan penting : 1. Latar Belakang atau Akumulasi Pengetahuan 2. Proses Inkubasi 3. Melahirkan ide 4. Implementasi dan Evaluasi E. Produksi Pesan Produksi pesan merupakan cara penyampaian pesan dalam konteks interaksi dan kultural. Elemen ini menjelaskan bagaimana kita menciptakan apa yang kita tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain. Di samping itu, tujuan dari produksi pesan juga menjadi dasar penting untuk elemen ini. Di balik produksi pesan biasanya ada kepentingan-kepentingan yang mempengaruhinya (aspek politis). Sebelum kita menyampaikan pesan kepada orang lain, kita akan terlebih dahulu memproduksi pesan tersebut dalam pikiran kita. Produksi pesan ini melibatkan proses mental di dalamnya, yaitu apa yang kita pikirkan sebelum pada akhirnya mengkomunikasikannya kepada orang lain. Hasil dari proses produksi pesan tersebut dapat disampaikan baik secara verbal maupun non-verbal. Selain itu, perbedaan budaya memberi pengaruh besar dalam proses produksi pesan. Little John (2009: 175) memandang bahwa produksi pesan dan penerimaan pesan mempunyai tiga masalah psikologis, yang berfokus pada penjelasan mengenai sifat individual (trait explanation), penjelasan mengenai keadaan (state explanation), dan penjelasan mengenai proses (process explanation). “... message production and reception as psychological matters focusing on individual traits, states, and process..” 6 Produksi pesan yang efektif dan efisien berhubungan dengan kemampuan produsen pesan menyimpulkan dengan relatif dan akurat tujuan yang tengah dikejar penerima pesan dan rencana yang diterapkan untuk mencapainya (Berger, 2014: 96). 1. Teori Perencanaan dan Tujuan (Plain and Goal) Teori ini dikemukakan oleh Charles Berger untuk menjelaskan proses yang dilalui individu dalam merencanakan perilaku komunikasi mereka. Perencanaan adalah proses rencana – rencana tindakan. Perencanaan pesan merupakan perhatian utama karena komunikasi sangat penting dalam meraih tujuan. Berger menulis bahwa rencana – rencana dari perilaku komunikasi adalah representasi kognitif hierarki dari tindakan mencapai tujuan. (Little John, 2009: 185). Hierarkis karena tindakan – tindakan tertententu yang diperlukan untuk mengatur hal – hal lain sehingga tindakan bekerja. Dengan kata lain rencana adalah gambaran langkah – langkah yang akan diambil seseorang untuk memenuhi tujuannya. Rencana dikonsep sebagai struktur kognitif yang mengatur pengetahuan tentang tindakan – tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Kemasan Pesan (Message Packaging) Menurut Andrik Purwasito dalam blog yang berjudul Message Studies (www.dalempoerwahadiningratan.wordpress.com), mengenai temuan teorititisnya tentang studi pesan, bahwa efektivitas komunikasi agar mencapai efikasitas yang tinggi dibutuhkan message engineering. Yang dimaksud message engineering adalah serangkaian kegiatan untuk merekayasa kemasan pesan yang sesuai dengan latar sosial-budaya target sasaran. Dalam proses rekayasa pesan selanjutnya, simbol gagasan/ide ini lalu diproses ulang melalui rekayasa pesan dalam bentuk kemasan pesan (message packaging). Artinya bahwa simbol gagasan atau ide ini 7 akan di reka ulang oleh komunikator, dikemas lalu dikirimkan kembali untuk komunikasi dengan pihak lain. Kemasan atau packaging menjadi penting, karena memperoleh hasil yang optimal terutama dalam pesan, pesan tersebut haruslah dikemas ulang. Artinya, kemasan pesan adalah suatu rekayasa tanda oleh komunikator dengan tujuan memperoleh hasil komunikasi yang optimal. Pesan membutuhkan kemasan apabila komunikator melakukan tindak komunikasi untuk mencapai tingkat pencapaian (efek positif) yang optimal. Kemasan pesan (message packaging) sesugguhnya adalah presentasi ide yang telah dituangkan dari gagasan sang komunikator dalam suatu tindak komunikasi. Ada 5 hal yang penting dalam merekayasa /memproduksi pesan, yaitu : 1. Analisis terhadap komunikator, 2. Saluran apa yang dipilih oleh komunikator 3. Manifest atau wujud kemasan apa yang dipilih komunikator 4. Pertimbangan ruang dan waktu oleh komunikator, 5. Makna pesan (message meaning) untuk mengetahui maksud, juga motif tersembunyi komunikator. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data bersifat tanpa angka – angka atau bilangan, sehingga data lebih bersifat katagori substansif yang kemudian diinterpetasikan dengan rujukan, acuan dan referensi ilmiah. Data yang digunakan merupakan data deskriptif. Metode analisis isi digunakan dalam penelitian kali ini dimana anlisis isi yaitu metode penelitian yang memfokuskan riset pada isi komunikasi yang tersurat (tampak atau manifest). Fokus dari penelitiannya mengetahui bagaimana penulis novel sebagai komunikator memproduksi pesan dengan melhat proses kreatif penulisan novel merancangbangun pesan melalui kemasan pesan (message packaging) berbentuk 8 novel grafis cerita wayang Abimanyu Anak Rembulan untuk memperoleh hasil komunikasi yang optimal. Obyek penelitian ini adalah analisis isi buku Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan dari data teks dan grafis. Teknik pegumpulan data menggunakan teknik studi kepustakaan, baik data dari penelitian ini adalah data verbal yang berupa deskripsi tentang sesuatu, yaitu deskripsi transformasi cerita wayang ke dalam bentuk novel grafis sebagai proses pembentukan produksi pesan. Sajian dan Analisis Data A. Transformasi Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan Untuk mengetahui bentuk transformasi cerita wayang klasik ke novel grafis ini diperlukan dilakukan dengan melihat hubungan intertekstual dalam teks yang di kaji. Disini peneliti mengambil teks naskah klasik dari Serat Pedhalangan Ringgit Purwa Jilid XIII, yang berjudul Abimanyu Lahir, Dalam Serat tersebut ada 14 bab sebagai hipogram. Hipogram adalah unsur cerita (baik berupa ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dll) yang terdapat di dalam suatu teks sastra pendahulu yang kemudian dijadikan model, acuan, atau latar teks yang lahir kemudian (teks sastra yang dipengaruhinya) (Hutomo,1993: 63). Dalam Novis Abimanyu Anak Rembulan terdapat 8 Bab. Untuk mengetahui pemunculan unsur instrinsik transformasi Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan. peneliti mengacu pada penelitian Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya yang berjudul Transformasi Unsur Pewayangan dalam Fiksi Indonesia (1998: 58). Untuk mengetahui gambaran kemunculan bentuk transformasi cerita wayang klasik ke dalam bentuk novel grafis Abimanyu Anak Rembulan antara lain di lihat dari tabel : 9 Tabel 1. Kemunculan Unsur Instrinsik Penokohan Genre/ Judul Alur Novel Grafis/ Abimanyu Anak Rembulan √ Nama Latar Watak Gaya Bahasa Tema √ Nilai nilai Visual grafis √ √ Sumber : Diolah penulis B. Produksi Pesan Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan 1. Proses Kreatif Produksi Pesan Penulis Novel abimanyu Anak Rembulan Dalam proses produksi pesan Penulis sebagai komunikator melalui tahapan tahapan perencanaan merancangbangun pesan agar menjadi sebuah kemasan pesan yang mampu di komunikasikan kepada khalayak pembaca. Produksi pesan yang efektif dan efisen berhubungan dengan kemampuan produsen menyampaikan pesan sesuai dengan rencana dan tujuan yang ingin dicapainya sebelum memproduksi pesan. Dalam penelitian ini ingin mengekplorasi proses kreatif produksi pesan novel grafis Abimanyu Anak Rembulan sebagai transformasi dari cerita wayang klasik. Peneliti menngunakan tahapan proses kreatif yang telah dikukan oleh Edward Bono, seperti yang sudah dijelaskan ditas mengenai tahapan dari proses kreatif yaitu : a. Tahapan Eksplorasi Abimanyu Anak Rembulan sebagaimana yang dikatakan Dwi Klik Santosa sebagai penulisnya merupakan naskah klasik cerita wayang purwa yang diadaptasi dari berbagai sumber. Utamanya dari lakon pewayangan yang rajin ditontonnya dari pementasan – pementasan dan mendengarkan siaran wayang dari radio dan koleksi kaset – kaset bertajuk wayang purwa (2011: 6). Dari sinilah penulis 10 sebagai komunikator mendapat pengatahuan yang menjadi bahan baku menulisnya. Penulisan naskah Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan ini dilatar belakangi kekhawatiran penulis dengan generasi muda yang acuh akan pewarisan kebudayaan bangsa yaitu wayang. Pengetahuan penulis mengenai cerita wayang secara tekstual diadaptasi dari berbagai sumber dengan mendaur ulang ide yang sudah ada dan dikembangkan sesuai kreatifitas penulis. Dan secara kontekstual dengan melihat kekosongan bacaan kisah pewayangan yang digali dari kekayaan budaya bangsa sendiri. Pada awalnya adalah sebuah kegelisahan. Adakah daya untuk berpartisipasi mengisi dinamika ini dengan sesuatu yang positif mnggali dari kekaayan ranah sendiri. Wayang purwa adalah salah satu nuansa yang kaya akan cakrawala (2011: 209). b. Tahap Inkubasi dan Eliminasi Dalam tahap inkubasi ini penulis novel Dwi Klik Santosa disampaikan pada diskusi Novel Grafis dan Komik Wayang (29/07/2011) menjelaskan membuat beberapa naskah novel antara lain Wisanggeni Putra Api, Banowati Sang Lembayung, Gatotkaca Sang Pembebas dan Abimanyu Anak Rembulan serta dua naskah lagi yang belum diberi judul. Kemudian di eliminasi sesuai dengan kondisi kepemimpinan sekarang, yaitu naskah Abimanyu Anak Rembulan. Kenapa tokoh wayang Abimanyu? Abimanyu didaulat penulis untuk merepresentasikan keluhuran budi yang dimiliki tokoh pewayangan tersebut. Dalam novel ini penulis tampaknya sengaja menampakkan pesona Abimanyu karena ia disinari oleh tokoh-tokoh besar lainnya, Arjuna sebagai ayah Abimanyu, Bima yang menjadi ayah angkatnya, Begawan Abiyaksa yang menjadi kakek sekaligus gurunya. Masih di tambah sosok lain seperti Kresna, Dewi Samba, Bathara Asmara yang mewujud Sumbaga Sakti, dan lain sebagainya 11 menempa Abimanyu sedemikian rupa sehingga memiliki keunggulan yang mempesona. Dan yang menjadi poin besar dalam menulis ide ini, pemilihan tokoh pewayangan Abimanyu dalan Novel Grafis judul Abimanyu Anak Rembulan. Poin besar inilah, yang akan membuat novel yang ditulis jadi menarik. Karena dalam poin besar, banyak sub poin yang disiapkan agar pembaca menyukai cerita yang ditulis. Bukan hanya menarik dari segi konflik atau dramatisasinya, namun tujuan dan pesan dari cerita dalam novel itu pun akhirnya di dapatkan oleh si pembaca. c. Tahapan Eksekusi dan Evaluasi Dari semua ide yang dilahirkan penulis, penulis novel mulai merencanakan bagaimana implementasi ide tersebut menjadi senuah karya menjadi sebuah karya. Disini penulis novel dibantu illustrator bernama Isa Anshori, illustrator dari Yogyakarta. Dan tugas illustrator untuk mengaplikasikan elemen grafis pada novel. Terbitnya Abimanyu Anak Rembulan yang diung oleh Jagat Pustaka tetap konsisten untuk menerbitkan cerita wayang dalam bentuk buku cetak bukan dalam bentuk download yang memudahkan semua orang bisa mengaksesnya.Novel grafis ini memang sengaja dipasarkan kepada teman-teman terdekat penulis yang kebanyakan adalah para penulis independen dan pelaku budaya. Sebuah bahan penting sebagai pembentuk karakter bangsa yang menempuh jalur indie dalam pemasarannya. 2. Produksi pesan dilihat dari pengemasan pesan ( message packaging) Kemasan pesan (message packaging) sesungguhnya adalah presentasi (kehadiran) gagasan sang komunikator dalam suatu tindak komunikasi. Agar pesan dapat terkomunikasikan, pesan perlu dikemas agar mampu diterkomunikasikan dan terima khalayak isa dilihat dari : 12 a. Desain Pesan Penulisan novel grafis ini merupakan transformasi dari cerita wayang klasik. Dalam penulisan ini terlihat bentuk bentuk transformasi antara lain bisa dilihat dari unsur instrinsiknya dan penggambaran grafis ilustrasinya. Dari unsur instriknya, antara lain terlihat transformasi bentuk dari alur cerita, gaya bahasa, dan nilai atau pesan yang aka disampaikan ke pembaca. Visual grafis dengan illustrasi desain manga juga merupakan hasil bentuk dari transformasi gambar wayang klasik. Dengan gaya story telling drama menjadikan novel ini lebih dekat dengan dongeng. Sehingga ringan dicermati dari olah katanya sebagai cara penulis mendekatkan pembaca pada figur Abimanyu yang divisualisasikan melaui naratif teks dan gambar – gambarnya. 1) Kemasan Fisik (Packaging) dan Ilustrasi Packaging atau kemasan adalah representasi pertama suatu barang atau produk. Packaging merupakan bagian yang menyentuh dan menarik khalayak untuk mengkomunikasikan postioning, diferensiasi produk dan pesan yang akan disampaikan dari produk tersebut (message packaging). Representasi packaging pada Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan ini dapat dilihat dari : Abimanyu Anak Rembulan dengan kemasan format novel grafis di cetak full colour dengan kertas HVS ketebalan 100 gr dan cover art carton ketebalan 310 gr dengan ukuran buku 16 x 21.5 cm. Dengan kemasan produk seperti ini mampu membedakan Abimanyu Anak Rembulan dengan novel yang lainnya yang menggunakan kertas yang lebih tipis dan isi tidak berwarna hanya kemasan covernya yang tampak full colour. 2) Visual Grafis Novel dari grafis Abimanyu Anak Rembulan berbentuk novel sebagai media komunikasi visual dimana penulis mengaplikasikan dengan mengolah elemen desain grafis yang 13 terdiri atas gambar (ilustrasi) huruf dan tipografi, warna, komposisi, dan lay-out. Beberapa adegan cerita dengan perpaduan grafis yang diaplikasikan dengan style gambar dari berbagai gaya, manga style dan disney style yang sebagai bentuk transformasi dari anatomi wayang kulit/purwa. Penulis mencoba menghadirkan simbol – simbol grafis untuk membedakan mana tokoh – tokoh yang baik dan buruk. Pemetaan Ilustrasi yang berwarna melekat dalam halaman demi halaman untuk memudahkan pembaca memahami secara komprehensif dari inti kisah yang disampaikan. Gambar 1. Visual Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan Sumber : Dok. Pribadi Dengan perpaduan ilustrasi dan narasi, simbol grafis hadir untuk membedakankan mana tokoh – tokoh yang baik dan yang buruk. Sesuai filosofi penciptaannya, wayang sebagai ekspresi/bayangan sifat tertentu manusia. Tokoh wayang dibedakan dalam flat characters dan round characters. Flat characters, pelakunya digambarkan sebagai hitam atau putih, baik 100% atau jahat 100%. Sedangkan round characters, pelakunya digambarkan sebagai tidak selamanya baik atau tidak selamanya jahat (Amir, 1991: 85) 14 b. Pemilihan dan Karekteristik Media Pemilihan format novel grafis sebagai media penulis untuk menyampaikan pesannya dengan memvisualisakan beberapa adegan cerita/ naratif dengan perpaduan grafis yang diaplikasikan dengan style gambar dari berbagai gaya, manga style dan disney style yang sebagai bentuk transformasi dari anatomi wayang kulit/purwa. Selain itu novel grafis sebagai media sequential art sangat menjanjikan dilihat dari segi penjualan buku keseluruhan, walaupun secara mayoritas, media sequential art komik menjadi yang terdepan, novel grafis selalui mendapat tempat di kalangan pembaca. C. Pesan yang ini dicapai Penulis Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan Cerita wayang Abimanyu Anak Rembulan ini merupakan media penulis untuk berpartisipasi menggali dan melestarikan budaya sendiri sekaligus memberikan gambaran – gambaran atau nilai – nilai yang mampu dijadikan bahan baku pembentukan karakter. Karena tidak mungkin pengarang/penulis novel menulis tanpa pesan moral yang terkandung dalam tulisannya. Dalam suatu tindak komunikasi komunikator merancang sebuah pesan untuk mencapai tujuan. Dalam Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan. Banyak sekali pesan yang ada dilihat dari struktur nilai atau moral yang dikandungnya banyak simbol – simbol yang mewakili pesan – pesan yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca antara lain : 1. Representasi Karya Baru Mengangkat Kisah wayang menjadi salah satu pilihan sarana pembentuk karakter bangsa di samping produk budaya lain yang ada di seluruh tanah air Indonesia. Karena dalam wayang terkandung pribadipribadi linuwih yang berjuang atas nama keadilan dengan tulus dan disertai kejujuran. Penulis mencoba mereinterpretasikan kisah dari tokoh – tokoh wayang yang menjadi karya yang baru dalam bentuk novel dengan kemasan grafis penambahan illustrasi gambar dengan desain manga. Dalam kisah yang diangkatnya, penulis tidak memperlihatkan darah dalam 15 tokoh Abimanyu, ia mengambil esensi dari jiwa besar dan jiwa ksatria yang dimilikinya. Peristiwa besar Mahabharata dan peperangan hanya dijadikan latar saja dalam arti bukan tujuan penceritaan. Dari sinilah terkandung tujuan penulisnya agar novel tersebut ingin mudah diikuti dan dipahami pembaca. Dalam produksi pesan, terlihat penulis telah berhasil melakukan prosedur-prosedur transformasional, sehingga cerita tetap berjalan dinamis dan unik meski telah sering dijumpai karya yang mengangkat tema serupa. Upaya kreatif semacam ini tidaklah mudah mengingat frame Mahabharata itu sendiri seolah tidak menyisakan ruang kebaruan. Namun potonganpotongan epos itu disusun dengan apik oleh penulis menjadi alur yang mudah dipahami pembaca. 2. Nilai – nilai pesan Krisis jati diri dan carut marutnya kehidupan berbangsa ini yang tiada habis – habisnya, baik lewat pemberitaan televisi, internet, surat kabar, maupun media massa yang lain menunjukan bahwa lemahnya pendidikan karakter anak bangsa. Karakter bangsa merupakan akumulasi dari karakter – karakter warga masyarakatnya. Nilai – nilai tersebut antara lain : a. Nilai Ksatria Abimanyu dalam cerita dominan menonjolkan figur seoraang ksatria muda yang memiliki kepolosan keberanian, meskipun masih belia tapi sosoknya cedas, tangguh dan mumpuni, Abimanyu yang optimis dan cemerlang. Dan selain Abimanyu sebagai tokoh utama yang mewakili sosok ksatria pada novel ini antara lain Arjuna, Bima, Gatotkaca, Kresna, dan Sumitra. Tujuan ini yang ingin dicapai penulis untuk mengisi kekosongan super hero Indonesia yang patut dijadikan kiblat. Yang menggambarkan sosok jiwa kstaria antara lain : - Pemegang amanah - Berbudi pekerti luhur 16 - Rela berkorban - Berani membela kebenaran Sesuai dengan konteks ruang dan waktu, Dwi Klik Santosa membuat gambaran mengenai sosok pemimpin yang ideal yang mampu mempimpin bangsa yang butuhkan bangsa ini, pesan ini mampu dituangkan dalam cerita pada novel grafis Abimanyu Anak Rembulan. b. Nilai Kesetiaan dan Kasih Sayang Dalam cerita ini penggambaran kesetiaan Punakawan (Ki Lurah Semar, Gareng, Petruk, dan Bawor/Bagong) pada Junjungannya tidak diragukan lagi, sekalipun menjalani kesengsaraan, mereka tak pernah berpaling. Meski berdiam di hutan belantara, demi menemani Junjungannya yang sedang bertapa, dengan sabar dan ikhlas mereka lalui. Hidup sederhana dan bersahaja. Selain Punakawan kesetiaan dalam novel ini juga digambarkan oleh tokoh Wara Sembadra pengabdiannya kepada Arjuna suaminya yang selalu meninggalkannya untuk bertapa. Gambaran punakawan dan Wara Sembadra tersebut merukan simbol nilai kekeluargaan . kesetiaan dan kasih sayang seta pengabdian kepada keluarga. Struktur nilai yang dikandungnya, novel ini berusaha menghadirkan gambaran dunia ideal yang semakin langka di dunia nyata kita. Kesimpulan Dalam proses produksinya dalam bentuk transformasi cerita dari wayang klasik, Penulis Novis Dwi Klik Santosa sebagai komunikator mempunyai tahapan – tahapan proses kreatif perencanaan penulisan Abimanyu Anak Rembulan yang menjadi niatan dan tujuan untuk menuliskan sebuah karya antara lain : 17 1. Produksi Pesan dari Proses Kreatif Penulisan Abimanyu Anak Rembulan Produksi pesan dilihat melalu tahapan proses kreatif penulis novel grafis Abimanyu Anak Rembulan melalui tahapan – tahapan perencanaan antara lain tahapan eksplorasi, tahapan inkubasi dan eliminasi, tahapan eksekusi dan evaluasi 2. Produksi pesan dari segi kemasan (message packaging) Pertama, dilihat dari desain pesan, dimana novel ini bentuk transformasi dari naskah kisah wayang klasik Epos Mahabaratha. dengan melihat unsur instrinsikanya, alur yang mengubah esensi peristiwa tapi masih melekat pada pakem, pemakaian gaya bahasa yang ekpresif, simpatik dan ringan dan nilai nilai kepahlawanan yang mampu ditransformasikan penulis. Kedua, pemilihan dan karakteristik media. Pemilihan format novel grafis sebagai media penulis karena dapat menyampaikan pesannya dengan memvisualisakan beberapa adegan dengan perpaduan grafis yang diaplikasikan dengan manga style dan disney style. 3. Pesan yang ingin dicapai penulis Abimanyu Anak Rembulan Novel Grafis Abimanyu Anak Rembulan dilihat dari unsur moral atau nilai – nilai yang dikandungnya penulis ingin sampaikan pada pembaca antara lain : a. Resepresentasi karya baru b. Nilai – nilai pesan Sesuai dengan konteks jaman dibutuhkannnya pempimpin yang ideal , Penulis novel ingin menggambarkan nilai – nilai ksatria antara lain pemegang amanah, rela berkorban, berbudi pekerti luhur dan berani membela kebenaran. Penulis novel juga mensisipkan nilai kesetiaan dan kasih sayang, Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa penelitian mengenai novel ini merupakan suatu kajian yang bersifat terbuka, maka peneliti 18 mencoba memberikan saran kepada para akademisi agar ada riset lain yang sejenis dengan pendekatan yang berbeda untuk meneliti teks novel seperti: 1. Riset terhadap teks dalam novel dengan metode framing untuk mengetahui bagaimana penulis membingkai sebuah peristiwa atau realitas dalam masyarakat menjadi sebuah novel yang layak dibaca. 2. Riset terhadap teks novel dengan metode wacana untuk mengetahui representasi sesungguhnya dari pembuat teks atau pembuat novel. Daftar Pustaka Aminuddin. (2000). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo Amir, Hazim. (1994). Nilai – Nilai Etis dalam Wayang. Jakarta: Sinar Harapan Berger, Charles R, Michael E Rollof, David R. Roskos-Ewoldsen. (2014). Handbook Ilmu Komunikasi. Diterjemahkan oleh : Derta Sri Widowatie. Bandung: Nusa Media Effendy, Onong Uchjana. (2001). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya Gunarjo, Nursodik.2011. Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi. Jakarta : Kementrian KEMINFO Nurgiyantoro,Burhan. (1995). Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press _______.(1998). Transformasi Unsur Pewayangan Dalam Fiksi Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Lindlof, Thomas R. (1995). Qualitative Communication Research Methodes. California USA: Sage Publications Little john, Stephen W & Karen A. Foss. (2009). Teori Komunikasi (Theories Of Human Communication) edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika Purwasito, Andrik. (2009). Massage Studies. http://ndalempoerwadiningratan.wordpress.com.Diakses 20/12/2013/15:10 Santosa, Dwi Klik. (2010). Abimanyu Anak Rembulan. Jakarta: Jagad Pustaka. Sobary, Mohamad. (1999). Kisah Karna dan Dendam Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 19