Ed-Humanistics. Nomor 02 Tahun Perbaikan Volume Kualitas01 Pembelajaran … 2016 PERBAIKAN KUALITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN MELALUI METODE PRESENTASI DAN DISKUSI KELAS Nindha Ayu Berlianti Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Hasyim Asy’ari Email: [email protected] ABSTRAK: Pembelajaran IPL terkesan membosankan jika mahasiswa hanya memperoleh materi yang disampaikan dari dosen. Terlihat beberapa mahasiswa tidak fokus ketika dosen memberikan penjelasan tentang konsep materi tersebut. Akibatnya kualitas perkuliahan pun menjadi kurang baik dan efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran pada materi ilmu pengetahuan lingkungan dengan menggunakan metode presentasi dan diskusi kelas. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Metode presentasi kelas diimplementasikan pada mahasiswa Prodi Pendidikan IPA Unhasy tahun ajaran 2015/2016. Pengambilan data keaktifan diperoleh dari check list. Check list yang telah dibuat dikonversi dalam bentuk persentase, masing masing indikator keaktifan memiliki nilai persentase 20%. Data hasil belajar ranah kognitif mahasiswa yang merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Adapun indikator ketercapaian dari penelitian ini adalah persentase rata-rata keaktifan kelas > 15% dan rata-rata hasil belajar ranah kognitif lebih besar dari nilai SKM = 70. Analisis data dilakukan dengan membandingkan rata-rata skor keaktifan dan hasil belajar kognitif mahasiswa pada siklus I dan II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran IPL mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dengan diterapkannya metode presentasi dan diskusi kelas, dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar IPL. Berdasarkan nilai rata-rata kelas, data awal sebesar 69, pada siklus I sebesar 72 dan pada sikus II sebesar 79. Kata Kunci: Pembelajaran, Ilmu Pengetahuan Lingkungan, Metode Presentasi, Diskusi Kelas ABSTRACT: IPL Learning is tiresome if students only received the material which has been given by the lecturer. it’s seen some of students are not focus when the lecturer give explanation abaout the material. As a result, the quality of the course is not very good and effective. The purpose of this research is to improve the quality of learning in environmental science material using presentations and class discussions. This research is a classroom action research with two cycles. Class presentation method is implemented in science education major students in Unhasy in the academic year 2015/2016. Retrieval of liveliness data obtained from the check list. Check list that has been created is converted in terms of percentage, each of liveliness indicator has a value percentage of 20%. The data from cognitive learning of students is a support data within this research. The indicators of achievement of this research is the average percentage of liveliness grade which is > 15% and the average cognitive learning outcomes is greater than SKM = 70 value. Data analysis is made by comparing the average score of liveliness and cognitive learning outcomes of students in the first cycle and second cycle. The results showed that the percentage of students in the learning liveliness of IPL has increased significantly. With the implementation of presentation method and class discussion can increase the average of IPL learning result. Based on average of class mark value first data is 69. In First cyclus data showed 72 and second cyclus is 79. Keywords: Education, Environmental Science, Methods Presentation, Discussion Class PENDAHULUAN Belajar merupakan hak asasi setiap manusia. Wisudawati , et al (2014:12). Belajar adalah suatu proses yang menitikberatkan proses pembangunan ingatan, retensi, pengolahan informasi dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya.” Saekhan (2008:35). Proses pembelajaran IPA yang bermakna diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Wisudawati, et al (2014:15). 113 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 Ilmu pengetahuan lingkungan merupakan salah satu mata kuliah dasar umum yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa prodi pendidikan IPA Fakultas ilmu pendidikan di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. IPL merupakan ilmu interdisipliner yang memanfaatkan konsep dan informasi dari ilmu alam (ekologi, biologi, kimia, geologi) dan ilmu sosial (ekonomi, politik, dan hukum) untuk memahami dan mempelajari bagaimana bumi bekerja, bagaimana manusia mempengaruhi lingkungan (life-support system) dan untuk menyelesaikan masalah lingkungan yang sedang dihadapi manusia. Zulkifli (2014:12). Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan lingkungan adalah untuk mencapai masyarakat yang berkelanjutan (sustainable society). Menguasai konsep ekologi, sumber daya alam, lingkungan hidup,masalah lingkungan dan pengelolaan lingkungan. Menyadari pentingnya melestarikan daya dukung lingkungan dan keterbatasan sumber daya alam dalam pembangunan berkelanjutan. Memahami peran teknologi dalam pembangunan dan pengelolaan lingkungan yang diberikan. Memiliki pengetahuan tentang undang-undang pengelolaan lingkungan, peraturan tentang lingkungan hidup dan baku mutu. Memiliki keterampilan untuk mengelola lingkungan hidup, mengelola sampah, pengelolaan limbah. Kendala yang dihadapi peneliti pada saat melakukan proses pembelajaran adalah kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat, memberikan solusi dan kemampuan bertanya (keaktifan mahasiswa). Proses tanya jawab dan pemberian masalah hanya dikuasai oleh mahasiswa yang aktif. Sehingga rata-rata kelas dari hasil belajar kognitif tidak memenuhi SKM. Dampaknya kualitas pembelajaran IPL kurang memuaskan. Metode presentasi adalah metode pengungkapan ide, gagasan, perasaan di depan umum oleh satu atau lebih presenter dengan menyertakan naskah makalah atau tidak. Nurdin (2005:40). Tujuan dari metode presentasi adalah melatih mahasiswa mengembangkan kemampuan verbal dan menulis serta cara berfikir kritis dan analitis. Metode diskusi menurut Armai Arief adalah salah satu alternatif metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru/dosen di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat peserta didik dan untuk merangsang pemikiran dari berbagai jenis pandangan peserta didik. Metode presentasi dan diskusi kelas merupakan salah satu alternatif solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang peneliti paparkan diatas. Dengan menggunakan metode presentasi dan diskusi kelas diharapkan dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dan hasil belajar ranah kognitif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode presentasi meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Hasil penelitian Handhika, et al (2011:25) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah melalui presentasi dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar IAD mahasiswa. Pada penelitian ini, hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kognitif yang mencakup ranah kognitif C1-C6 berdasarkan ranah kognitif Taksonomi Bloom (1956) yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2002). Keenam ranah kognitif tersebut terdiri atas mengingat (remembering),memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), serta mencipta (creating). Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan maka dilakukan penelitian “Perbaikan kualitas pembelajaran ilmu pengetahuan lingkungan melalui metode presentasi dan diskusi kelas”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan, yang ditekankan pada keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran IPL dengan menggunakan metode presentasi dan diskusi kelas. 114 Ed-Humanistics. Nomor 02 Tahun PerbaikanVolume Kualitas01Pembelajaran … 2016 Kajian pustaka dalam penelitian ini meliputi pembelajaran, ilmu pengetahuan lingkungan, metode presentasi dan diskusi kelas. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara mahasiswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah lebih baik. Selama proses pembelajaran, tugas guru/dosen yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa. Mulyasa (2005:16) Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru/dosen sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Berdasarkan teori belajar ada lima pengertian pembelajaran diantaranya sebagai berikut: Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah; Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga sekolah; Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik; Pembelajaran adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; Pembelajaran adalah suatu proses membantu peserta didik menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Hamalik (2005:13) Menurut Gagne sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nazarudin (2007:30) pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang sifatnya internal. Pembelajaran adalah suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreatifitas siswa. Menurut berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan dari peristiwa atau situasi yang dirancang sedemikian rupa dengan tujuan memberikan bantuan atau kemudahan dalam proses belajar mengajar sehingga bisa mencapai tujuan belajar. Tujuan Pembelajaran dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 sebagaimana dikemukakan Sudrajat (2008:15) tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Sukmadinata (2009:35) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran yaitu : (a) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri. (b) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar. (c) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran. (d) memudahkan guru mengadakan penilaian. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu rancangan yang menitik beratkan terhadap pencapaian yang akan di dapat oleh peserta didik setelah melalui proses pembelajaran itu sendiri. Berkaitan dengan penelitian ini tujuan pembelajaran untuk kompetensi dasar membuat pola yaitu : (1) siswa dapat menguraikan macam-macam teknik pembuatan pola, dan (2) siswa dapat membuat pola. Ilmu pengetahuan lingkungan merupakan ilmu yang mengkaji konsep tentang (1). Ekologi Sebagai Dasar Ilmu Lingkungan & Organisasi. Ruang Lingkup Ekologi Lingkungan: berisi pengetahuan dasar tentang ekologi mulai dari: Difinisi ekologi lingkungan; Ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan: Keterkaitan ekologi dengan dengan lingkungan hidup; Organisasi dan ruang lingkup ekologi lingkungan. (2) Ekosistem (Pusat Kajian Ekologi Lingkungan): berisi penjelasan tentang 115 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 ekosistem mulai pengertian ekosistem; proses utama di dalam ekosistem yang meliputi aliran energi dan daur materi; tipe tipe ekosistem di indonesia terutama ekosistem yang mengalami kerusakan; hukum alam yang berlaku di ekosistem. (3). Masalah Kerusakan Lingkungan Hidup: berisi penjelasan mulai dari: pencemaran lingkungan; pencemaran lingkungan kaitannya dengan kesehatan lingkungan; masalah lingkungan global. (4). Dampak Kerusakan Lingkungan: berisi penjelasan tentang dampak lingkungan; sifat dampak; tolok ukur dampak. Presentasi adalah suatu sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan dengan cara menjelaskan atau menguraikan suatu materi secara lisan dan sistematis dengan harapan akan berlaku efektif baik pembawa presentasi maupun penerima. Tujuan presentasi dilihat dari tipe presentasinya dapat dinyatakan sebagai berikut : (1). Menyampaikan informasi, hasilhasil temuan, analisis, dan sebagainya (presentasi kegiatan ilmiah), (2). Memikat dan menarik audience agar menerima sesuatu yang sedang ditawarkan menjadi sesuatu yang dibutuhkan audience (presentasi menjual sesuatu), (3). Mendidik Metode presentasi adalah metode pengungkapan ide, gagasan, perasaan di depan umum oleh satu atau lebih presenter dengan menyertakan naskah makalah atau tidak. Nurdin (2005:16). Tujuan dari metode presentasi adalah melatih mahasiswa mengembangkan kemampuan verbal dan menulis serta cara berfikir kritis dan analitis. Kata “diskusi” menurut Armai (2002:20) berasal dari bahasa latin, yaitu, “discussus” yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis” artinya terpisah, sementara, “cuture” artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya (to clear away by breaking up or cuturing). Secara umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tekar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving). Sedangkan dalam kamus ilmiah populer, diskusi diartikan sebagai pembahasan bersama tentang suatu masalah; tukar pikiran; bahasmembahas tentang suatu hal. Metode diskusi menurut Armai (2002:35) adalah salah satu alternatif metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru/dosen di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat peserta didik. Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta berbagai jenis pandangan. Ada 3 langkah utama dalam metode diskusi : 1. Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan pemecahan dari peserta didik. 2. Bimbingan yaitu pengarahan yang terus-menerus dan secara bertujuan yang diberikan guru/dosen selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan. 3. Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi. Keberhasilan metode diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu: pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan rasa saling menghormati. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan tindakan perbaikan yang dikerjakan secara sistemik untuk meningkatkan yang sudah ada bukan teoritik tetapi berpijak pada kondisi yang ada. Wiriaatmadja (2006:28). Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukanan harus memperlihatkan sebagai upaya untuk peningkatan mutu professional pengajar, sehingga bermakna sebagai bentuk untuk 116 Ed-Humanistics. 01Pembelajaran Nomor 02 Tahun PerbaikanVolume Kualitas … 2016 meningkatkan mutu pelayanan kegiatan belajar mengajar (KBM) pada mahasiswa. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus, di mana masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu planning, implementing, observing, dan reflecting. Tahap planning merupakan tahap perencanaan tindakan, di mana peneliti menyiapkan semua instrumen penelitian. Tahap implementing merupakan penerapan pembelajaran. Tahap observing merupakan tahap pengamatan keterlaksanaan model pembelajaran dengan pengisian lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran yangdibantu oleh tiga orang observer. Tahap reflecting merupakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan guna mengetahui keberhasilan dan sekaligus dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Penelitian Tindakan Kelas diawali oleh suatu kajian terhadap masalah secara sistematis. Hasil pengkajian kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah, dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Untuk lebih jelasnya kami paparkan dalam gambar berikut. Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Riset Aksi Model John Elliot) Penelitian ini dilakukan di Universitas Hasyim Asy’ari pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 mulai bulan Februari-April 2016. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan IPA kelas A semester 4 yang berjumlah 23 orang. Penelitian ini diterapkan pada materi Sumber Daya Alam, Pencemaran, Sampah, Azas Pengetahuan Lingkungan, Daya Dukung Lingkungan, Perkembangan Penduduk. Kualitas pembelajaran dikhususkan pada keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan lingkungan melalui metode presentasi dan diskusi kelas. Pengambilan data keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran diperoleh dari check list. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran meliputi Mengevaluasi permasalahan, Menjelaskan permasalahan, Memberikan solusi permasalahan, Mempertanyakan kembali sol usi,Memberikan alternatif solusi. Check list yang telah dibuat dikonversi dalam bentuk persentase, masing masing indikator keaktifan memiliki nilai persentase 20%. Data hasil belajar mahasiswa ranah kognitif merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Adapun indikator ketercapaian dari penelitian ini adalah persentase rata-rata keaktifan kelas > 15% dan rata-rata hasil belajar ranah kognitif lebih besar dari nilai SKM = 70. Analisis data dilakukan dengan membandingkan rata-rata skor keaktifan dan hasil belajar kognitif mahasiswa pada siklus I dan II. PEMBAHASAN Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan berupa siklus pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya 4 pertemuan dengan waktu 150 menit tiap pertemuan. Berdasarkan observasi dan evaluasi maka hasil penelitian sebagai berikut: Siklus Pertama 1. Persentase rata-rata keaktifan mahasiswa meningkat dari 9,5% menjadi 12,5% 2. Rata-rata hasil belajar mahasiswa 72 3. Kelompok mahasiswa yang melakukan presentasi kurang mengusai materi. 117 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 4. Moderator diskusi kurang maksimal dalam pembatasan waktu presentasi dan diskusi 5. Pemberian solusi jawaban atas pertanyaan dari penanya kurang dimengerti Pada siklus pertama tampak bahwa ratarata hasil belajar mahasiswa sudah memenuhi SKM = 70. Persentase keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran juga meningkat dari 9,5% menjadi 12,5%. Tetapi belum memenuhi indikator ketercapaian. Solusi yang dilakukan peneliti untuk meningkatan keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran antara lain : 1. Memperikan bimbingan dan motivasi kepada kelompok yang akan presentasi selanjutnya untuk lebih mengusai konsep pada materi yang akan disampaikan 2. Pemilihan moderator dilakukan dengan memperhatikan kemampuan mengendalikan proses jalannya presentasi dan diskusi (pemilihan di tunjuk dari kelompok yang akan melakukan presentasi pada minggu beikutnya) 3. Meningkatkan kemampuan berbicara dalam mengungkapkan pendapat dan memberikan solusi. 4. Dalam pengungkapan pendapat dan solusi permasalahan, masih ada mahasiswa yang menggunaan kata “em” secara berulangulang. 3. Kelompok mahasiswa yang melakukan presentasi sudah menguasai materi, meskipun belum secara total. 4. Moderator diskusi secara keseluruhan sudah mampu mengendalikan proses jalannya presentasi dan diskusi dengan baik. 5. Pemberian jawaban atas solusi yang dipaparkan oleh penyaji sudah mulai mengarah dan jelas. Hasil pada siklus kedua sudah memenuhi indikator ketercapaian, tetapi masih ada beberapa hal yang perlu dikaji, antara lain : peningkatan presentase keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yang konsisten yaitu 3%. Penyebabnya antara lain: 1. Pengungkapan masalah oleh penanya masih sulit dipahami oleh penyaji 2. Pada siklus I dan II banyak anggota penyaji yang datang terlambat, karena adanya perpindahan kelas dari lantai 2 ke lantai 1. 3. Peningkatan rata-rata hasil belajar ilmu pengetahuan lingkungan pada ranah kognitif dan persentase aktivitas belajar mahasiswa dapat di paparkan pada tabel 1. Tabel 1. Peningkatan persentase keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dan rata-rata hasil belajar IPL ranah kognitif Varibel Persentase keaktifan Rata-rata hasil belajar ranah kognitif Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam memberikan solusi dan mengungkapkan pendapat masihrendah. Siklus Kedua Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil siklus kedua adalah sebagai berikut : 1. Persentase rata-rata keaktifan mahasiswa meningkat dari 12,5 % menjadi 15,5% 2. Rata-rata hasil belajar mahasiswa meningkat dari 72 menjadi 79 Awal Siklus I Siklus II 9,5 % 12,5% 15,5% 69 72 79 Persentase keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari 9,5% menjadi 12,5% pada siklus I, 15,5% pada siklus II. Dengan diterapkannya metode presentasi kelas, mampu meningkatkan ratarata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Lingkungan secara kontinu. Berdasarkan data yang diperoleh dari data awal, siklus I maupun siklus II, rata-rata hasil belajar ranah 118 Ed-Humanistics. 01Pembelajaran Nomor 02 Tahun PerbaikanVolume Kualitas … 2016 kognitif awal sebesar 69, pada siklus I sebesar 72 dan pada sikus II sebesar 79. Peningkatan ini terjadi karena dosen membimbing mahasiswa yang akan melakukan presentasi untuk mempelajari materi dengan maksimal dan untuk mahasiswa lain yang tidak menyampaikan presentasi untuk memberikan pertanyaan dan melakukan diskusi antar kelompok, selain itu memilih moderator yang dapat mengatur jalannya proses diskusi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode presentasi dan diskusi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran ilmu pengetahuan lingkungan. SIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode presentasi dan diskusi kelas dapat memperbaiki kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Lingkungan dengan meningkatnya keaktifan dan hasil belajar kognitif mahasiswa. Saran yang dapat diberikan terkait hasil penelitian adalah sebaiknya penerapan metode presentasi dan diskusi kelas dilakukan dalam waktu yang lebih lama agar dapat memberikan peningkatan yang lebih maksimal terhadap keaktifan dan hasil belajar kognitif mahasiswa. Selain itu melakukan penelitian lanjut pada mata kuliah lain yang memungkinkan untuk menggunakan metode presentasi dan diskusi kelas dengan variabel yang lebih luas baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif. DAFTAR PUSTAKA Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Pres. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Handhika, J dan Gembong, S. 2011. Upaya Peningkatan Keaktifan Mahasiswa dalam Pelajaran Melalui Metode Presentasi Kelas. Jurnal Pendidikan MIPA, Vol.3, No.1 Maret 2011 Krathwohl, D. R. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. College of Education, Volume 41, Number 4, Autumn 2002:213. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosda Karya. Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta : Teras. Nurdin, Somantri. 2005. Metode Presentasi Dengan Ms Power Point Untuk Mengembangkan Kemampuan Writing Dan Speaking. Artikel. Pendidikan Network. Saekhan, M. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang : RASAIL Media Group. Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sukmadinata, N. S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. Wiriaatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PPS UI. Wisudawati, A. W dan Sulistyowati, E. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara. Zulkifli, Arif. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta : Salemba Teknika. 119