perbaikan kualitas pembelajaran ilmu pengetahuan lingkungan

advertisement
Ed-Humanistics.
Nomor 02 Tahun
Perbaikan Volume
Kualitas01
Pembelajaran
… 2016
PERBAIKAN KUALITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
LINGKUNGAN MELALUI METODE PRESENTASI DAN DISKUSI KELAS
Nindha Ayu Berlianti
Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Hasyim Asy’ari
Email: [email protected]
ABSTRAK: Pembelajaran IPL terkesan membosankan jika mahasiswa hanya memperoleh
materi yang disampaikan dari dosen. Terlihat beberapa mahasiswa tidak fokus ketika dosen
memberikan penjelasan tentang konsep materi tersebut. Akibatnya kualitas perkuliahan pun
menjadi kurang baik dan efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran pada materi ilmu pengetahuan lingkungan dengan menggunakan metode presentasi
dan diskusi kelas. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Metode
presentasi kelas diimplementasikan pada mahasiswa Prodi Pendidikan IPA Unhasy tahun ajaran
2015/2016. Pengambilan data keaktifan diperoleh dari check list. Check list yang telah dibuat
dikonversi dalam bentuk persentase, masing masing indikator keaktifan memiliki nilai persentase
20%. Data hasil belajar ranah kognitif mahasiswa yang merupakan data pendukung dalam
penelitian ini. Adapun indikator ketercapaian dari penelitian ini adalah persentase rata-rata
keaktifan kelas > 15% dan rata-rata hasil belajar ranah kognitif lebih besar dari nilai SKM = 70.
Analisis data dilakukan dengan membandingkan rata-rata skor keaktifan dan hasil belajar
kognitif mahasiswa pada siklus I dan II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase
keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran IPL mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Dengan diterapkannya metode presentasi dan diskusi kelas, dapat meningkatkan rata-rata hasil
belajar IPL. Berdasarkan nilai rata-rata kelas, data awal sebesar 69, pada siklus I sebesar 72 dan
pada sikus II sebesar 79.
Kata Kunci: Pembelajaran, Ilmu Pengetahuan Lingkungan, Metode Presentasi, Diskusi Kelas
ABSTRACT: IPL Learning is tiresome if students only received the material which has been
given by the lecturer. it’s seen some of students are not focus when the lecturer give explanation
abaout the material. As a result, the quality of the course is not very good and effective. The
purpose of this research is to improve the quality of learning in environmental science material
using presentations and class discussions. This research is a classroom action research with two
cycles. Class presentation method is implemented in science education major students in Unhasy
in the academic year 2015/2016. Retrieval of liveliness data obtained from the check list. Check
list that has been created is converted in terms of percentage, each of liveliness indicator has a
value percentage of 20%. The data from cognitive learning of students is a support data within
this research. The indicators of achievement of this research is the average percentage of
liveliness grade which is > 15% and the average cognitive learning outcomes is greater than
SKM = 70 value. Data analysis is made by comparing the average score of liveliness and
cognitive learning outcomes of students in the first cycle and second cycle. The results showed
that the percentage of students in the learning liveliness of IPL has increased significantly. With
the implementation of presentation method and class discussion can increase the average of IPL
learning result. Based on average of class mark value first data is 69. In First cyclus data showed
72 and second cyclus is 79.
Keywords: Education, Environmental Science, Methods Presentation, Discussion Class
PENDAHULUAN
Belajar merupakan hak asasi setiap
manusia. Wisudawati , et al (2014:12).
Belajar
adalah
suatu
proses
yang
menitikberatkan
proses
pembangunan
ingatan, retensi, pengolahan informasi dan
aspek-aspek yang bersifat intelektualitas
lainnya.” Saekhan (2008:35).
Proses pembelajaran IPA yang bermakna
diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Wisudawati, et al
(2014:15).
113
Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016
Ilmu pengetahuan lingkungan merupakan
salah satu mata kuliah dasar umum yang
wajib diikuti oleh setiap mahasiswa prodi
pendidikan IPA Fakultas ilmu pendidikan di
Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. IPL
merupakan
ilmu
interdisipliner
yang
memanfaatkan konsep dan informasi dari
ilmu alam (ekologi, biologi, kimia, geologi)
dan ilmu sosial (ekonomi, politik, dan hukum)
untuk memahami dan mempelajari bagaimana
bumi
bekerja,
bagaimana
manusia
mempengaruhi
lingkungan
(life-support
system) dan untuk menyelesaikan masalah
lingkungan yang sedang dihadapi manusia.
Zulkifli (2014:12).
Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan
lingkungan
adalah
untuk
mencapai
masyarakat yang berkelanjutan (sustainable
society). Menguasai konsep ekologi, sumber
daya alam, lingkungan hidup,masalah
lingkungan dan pengelolaan lingkungan.
Menyadari pentingnya melestarikan daya
dukung lingkungan dan keterbatasan sumber
daya alam dalam pembangunan berkelanjutan.
Memahami
peran
teknologi
dalam
pembangunan dan pengelolaan lingkungan
yang diberikan. Memiliki pengetahuan
tentang
undang-undang
pengelolaan
lingkungan, peraturan tentang lingkungan
hidup dan baku mutu. Memiliki keterampilan
untuk
mengelola
lingkungan
hidup,
mengelola sampah, pengelolaan limbah.
Kendala yang dihadapi peneliti pada saat
melakukan proses pembelajaran adalah
kurangnya kemampuan mahasiswa dalam
menyampaikan pendapat, memberikan solusi
dan
kemampuan
bertanya
(keaktifan
mahasiswa). Proses tanya jawab dan
pemberian masalah hanya dikuasai oleh
mahasiswa yang aktif. Sehingga rata-rata
kelas dari hasil belajar kognitif tidak
memenuhi SKM. Dampaknya kualitas
pembelajaran IPL kurang memuaskan.
Metode
presentasi
adalah
metode
pengungkapan ide, gagasan, perasaan di
depan umum oleh satu atau lebih presenter
dengan menyertakan naskah makalah atau
tidak. Nurdin (2005:40). Tujuan dari metode
presentasi
adalah
melatih
mahasiswa
mengembangkan kemampuan verbal dan
menulis serta cara berfikir kritis dan analitis.
Metode diskusi menurut Armai Arief
adalah salah satu alternatif metode/cara yang
dapat dipakai oleh seorang guru/dosen di
kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu
masalah berdasarkan pendapat peserta didik
dan untuk merangsang pemikiran dari
berbagai jenis pandangan peserta didik.
Metode presentasi dan diskusi kelas
merupakan salah satu alternatif solusi untuk
menyelesaikan permasalahan yang peneliti
paparkan diatas. Dengan menggunakan
metode presentasi dan diskusi kelas
diharapkan dapat meningkatkan keaktifan
mahasiswa dalam pembelajaran dan hasil
belajar ranah kognitif.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
penerapan metode presentasi meningkatkan
hasil belajar mahasiswa. Hasil penelitian
Handhika, et al (2011:25) menunjukkan
bahwa pembelajaran berbasis masalah melalui
presentasi dapat meningkatkan rata-rata hasil
belajar IAD mahasiswa.
Pada penelitian ini, hasil belajar yang
diukur adalah hasil belajar kognitif yang
mencakup ranah kognitif C1-C6 berdasarkan
ranah kognitif Taksonomi Bloom (1956) yang
direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2002).
Keenam ranah kognitif tersebut terdiri atas
mengingat
(remembering),memahami
(understanding), menerapkan (applying),
menganalisis
(analysing),
mengevaluasi
(evaluating), serta mencipta (creating).
Berdasarkan permasalahan yang telah
dijabarkan maka dilakukan penelitian
“Perbaikan kualitas pembelajaran ilmu
pengetahuan lingkungan melalui metode
presentasi dan diskusi kelas”.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas
praktek
pembelajaran
secara
berkesinambungan, yang ditekankan pada
keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran IPL
dengan menggunakan metode presentasi dan
diskusi kelas.
114
Ed-Humanistics.
Nomor 02 Tahun
PerbaikanVolume
Kualitas01Pembelajaran
… 2016
Kajian pustaka dalam penelitian ini
meliputi pembelajaran, ilmu pengetahuan
lingkungan, metode presentasi dan diskusi
kelas.
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan
proses interaksi antara mahasiswa dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah lebih baik. Selama proses
pembelajaran, tugas guru/dosen yang paling
utama adalah mengkondisikan lingkungan
belajar agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi siswa. Mulyasa (2005:16)
Pembelajaran
merupakan
proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru/dosen sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik. Berdasarkan teori belajar ada lima
pengertian pembelajaran diantaranya sebagai
berikut:
Pembelajaran
adalah
upaya
menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik di sekolah; Pembelajaran adalah
mewariskan kebudayaan kepada generasi
muda melalui lembaga sekolah; Pembelajaran
adalah upaya mengorganisasikan lingkungan
untuk menciptakan kondisi belajar bagi
peserta didik; Pembelajaran adalah upaya
untuk mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi warga masyarakat yang baik;
Pembelajaran adalah suatu proses membantu
peserta
didik
menghadapi
kehidupan
masyarakat sehari-hari. Hamalik (2005:13)
Menurut Gagne sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Nazarudin (2007:30)
pembelajaran dapat diartikan sebagai
seperangkat acara peristiwa eksternal yang
dirancang untuk mendukung proses belajar
yang sifatnya internal. Pembelajaran adalah
suatu peristiwa atau situasi yang sengaja
dirancang dalam rangka membantu dan
mempermudah proses belajar dengan harapan
dapat membangun kreatifitas siswa.
Menurut berbagai pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu perubahan dari peristiwa atau situasi
yang dirancang sedemikian rupa dengan
tujuan memberikan bantuan atau kemudahan
dalam proses belajar mengajar sehingga bisa
mencapai tujuan belajar.
Tujuan Pembelajaran dalam Permendiknas
RI No. 52 Tahun 2008 sebagaimana
dikemukakan Sudrajat (2008:15) tentang
Standar Proses disebutkan bahwa tujuan
pembelajaran memberikan petunjuk untuk
memilih isi mata pelajaran, menata urutan
topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk
dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan
prosedur pengajaran, serta menyediakan
ukuran (standar) untuk mengukur prestasi
belajar siswa. Upaya merumuskan tujuan
pembelajaran dapat memberikan manfaat
tertentu, baik bagi guru maupun siswa.
Sukmadinata (2009:35) mengidentifikasi 4
(empat) manfaat dari tujuan pembelajaran
yaitu
:
(a)
memudahkan
dalam
mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat
melakukan perbuatan belajarnya secara lebih
mandiri.
(b) memudahkan guru memilih dan
menyusun bahan ajar. (c) membantu
memudahkan guru menentukan kegiatan
belajar dan media pembelajaran. (d)
memudahkan guru mengadakan penilaian.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran
adalah suatu rancangan yang menitik beratkan
terhadap pencapaian yang akan di dapat oleh
peserta didik setelah melalui proses
pembelajaran itu sendiri. Berkaitan dengan
penelitian ini tujuan pembelajaran untuk
kompetensi dasar membuat pola yaitu : (1)
siswa dapat menguraikan macam-macam
teknik pembuatan pola, dan (2) siswa dapat
membuat pola.
Ilmu pengetahuan lingkungan merupakan
ilmu yang mengkaji konsep tentang (1).
Ekologi Sebagai Dasar Ilmu Lingkungan &
Organisasi.
Ruang
Lingkup
Ekologi
Lingkungan: berisi pengetahuan dasar tentang
ekologi mulai dari: Difinisi ekologi
lingkungan; Ekologi sebagai dasar ilmu
lingkungan: Keterkaitan ekologi dengan
dengan lingkungan hidup; Organisasi dan
ruang lingkup ekologi lingkungan. (2)
Ekosistem
(Pusat
Kajian
Ekologi
Lingkungan): berisi penjelasan tentang
115
Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016
ekosistem mulai pengertian ekosistem; proses
utama di dalam ekosistem yang meliputi
aliran energi dan daur materi; tipe tipe
ekosistem di indonesia terutama ekosistem
yang mengalami kerusakan; hukum alam
yang berlaku di ekosistem. (3). Masalah
Kerusakan Lingkungan
Hidup: berisi
penjelasan
mulai
dari:
pencemaran
lingkungan;
pencemaran
lingkungan
kaitannya dengan kesehatan lingkungan;
masalah lingkungan global. (4). Dampak
Kerusakan Lingkungan: berisi penjelasan
tentang dampak lingkungan; sifat dampak;
tolok ukur dampak.
Presentasi adalah suatu sarana komunikasi
untuk menyampaikan pesan dengan cara
menjelaskan atau menguraikan suatu materi
secara lisan dan sistematis dengan harapan
akan berlaku efektif baik pembawa presentasi
maupun penerima.
Tujuan presentasi dilihat dari tipe
presentasinya dapat dinyatakan sebagai
berikut : (1). Menyampaikan informasi, hasilhasil temuan, analisis, dan sebagainya
(presentasi kegiatan ilmiah), (2). Memikat dan
menarik audience agar menerima sesuatu
yang sedang ditawarkan menjadi sesuatu yang
dibutuhkan audience (presentasi menjual
sesuatu), (3). Mendidik
Metode
presentasi
adalah
metode
pengungkapan ide, gagasan, perasaan di
depan umum oleh satu atau lebih presenter
dengan menyertakan naskah makalah atau
tidak. Nurdin (2005:16). Tujuan dari metode
presentasi
adalah
melatih
mahasiswa
mengembangkan kemampuan verbal dan
menulis serta cara berfikir kritis dan analitis.
Kata “diskusi” menurut Armai (2002:20)
berasal dari bahasa latin, yaitu, “discussus”
yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri
dari akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis”
artinya terpisah, sementara, “cuture” artinya
menggoncang
atau
memukul.
Secara
etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan
yang memisahkan sesuatu. Atau dengan kata
lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan
cara memecahkan atau menguraikannya (to
clear away by breaking up or cuturing).
Secara umum diskusi adalah suatu proses
yang melibatkan dua individu atau lebih,
berintegrasi secara verbal dan saling
berhadapan,
saling
tekar
informasi
(information
sharing),
saling
mempertahankan pendapat (self maintenance)
dalam memecahkan sebuah masalah tertentu
(problem solving).
Sedangkan dalam kamus ilmiah populer,
diskusi diartikan sebagai pembahasan
bersama tentang suatu masalah; tukar pikiran;
bahasmembahas tentang suatu hal.
Metode diskusi menurut Armai (2002:35)
adalah salah satu alternatif metode/cara yang
dapat dipakai oleh seorang guru/dosen di
kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu
masalah berdasarkan pendapat peserta didik.
Metode diskusi dimaksudkan untuk
merangsang pemikiran serta berbagai jenis
pandangan. Ada 3 langkah utama dalam
metode diskusi : 1. Penyajian, yaitu
pengenalan terhadap masalah atau topik yang
meminta pendapat, evaluasi dan pemecahan
dari peserta didik. 2. Bimbingan yaitu
pengarahan yang terus-menerus dan secara
bertujuan yang diberikan guru/dosen selama
proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan
dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah
dikemukakan. 3. Pengikhtisaran, yaitu
rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting
dalam diskusi.
Keberhasilan metode diskusi banyak
ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu:
pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan
rasa saling menghormati.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan kegiatan tindakan
perbaikan yang dikerjakan secara sistemik
untuk meningkatkan yang sudah ada bukan
teoritik tetapi berpijak pada kondisi yang ada.
Wiriaatmadja (2006:28). Penelitian Tindakan
Kelas
yang
dilakukanan
harus
memperlihatkan sebagai upaya untuk
peningkatan mutu professional pengajar,
sehingga bermakna sebagai bentuk untuk
116
Ed-Humanistics.
01Pembelajaran
Nomor 02 Tahun
PerbaikanVolume
Kualitas
… 2016
meningkatkan mutu pelayanan kegiatan
belajar mengajar (KBM) pada mahasiswa.
Penelitian ini dirancang dalam dua siklus,
di mana masing-masing siklus terdiri atas
empat tahap, yaitu planning, implementing,
observing, dan reflecting. Tahap planning
merupakan tahap perencanaan tindakan, di
mana peneliti menyiapkan semua instrumen
penelitian. Tahap implementing merupakan
penerapan pembelajaran. Tahap observing
merupakan tahap pengamatan keterlaksanaan
model pembelajaran dengan pengisian lembar
keterlaksanaan
sintaks
pembelajaran
yangdibantu oleh tiga orang observer. Tahap
reflecting merupakan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan guna
mengetahui keberhasilan dan sekaligus
dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus
selanjutnya.
Penelitian Tindakan Kelas diawali oleh
suatu kajian terhadap masalah secara
sistematis. Hasil pengkajian kemudian
dijadikan dasar untuk mengatasi masalah,
dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang
dipakai sebagai masukan untuk melakukan
refleksi atas apa yang terjadi pada tahap
pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini
kemudian melandasi upaya perbaikan dan
peryempurnaan rencana tindakan berikutnya.
Untuk lebih jelasnya kami paparkan dalam
gambar berikut.
Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Riset Aksi Model John Elliot)
Penelitian ini dilakukan di Universitas
Hasyim Asy’ari pada semester genap tahun
ajaran 2015/2016 mulai bulan Februari-April
2016. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa
pendidikan IPA kelas A semester 4 yang
berjumlah 23 orang. Penelitian ini diterapkan
pada materi Sumber Daya Alam, Pencemaran,
Sampah, Azas Pengetahuan Lingkungan,
Daya Dukung Lingkungan, Perkembangan
Penduduk.
Kualitas
pembelajaran
dikhususkan pada keaktifan mahasiswa dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan lingkungan
melalui metode presentasi dan diskusi kelas.
Pengambilan data keaktifan mahasiswa
dalam pembelajaran diperoleh dari check list.
Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran
meliputi
Mengevaluasi
permasalahan,
Menjelaskan permasalahan, Memberikan
solusi
permasalahan,
Mempertanyakan
kembali sol usi,Memberikan alternatif solusi.
Check list yang telah dibuat dikonversi dalam
bentuk persentase, masing masing indikator
keaktifan memiliki nilai persentase 20%. Data
hasil belajar mahasiswa ranah kognitif
merupakan data pendukung dalam penelitian
ini. Adapun indikator ketercapaian dari
penelitian ini adalah persentase rata-rata
keaktifan kelas > 15% dan rata-rata hasil
belajar ranah kognitif lebih besar dari nilai
SKM = 70.
Analisis
data
dilakukan
dengan
membandingkan rata-rata skor keaktifan dan
hasil belajar kognitif mahasiswa pada siklus I
dan II.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan
berupa siklus pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus,
setiap siklusnya 4 pertemuan dengan waktu
150 menit tiap pertemuan. Berdasarkan
observasi dan evaluasi maka hasil penelitian
sebagai berikut:
Siklus Pertama
1. Persentase rata-rata keaktifan mahasiswa
meningkat dari 9,5% menjadi 12,5%
2. Rata-rata hasil belajar mahasiswa 72
3. Kelompok mahasiswa yang melakukan
presentasi kurang mengusai materi.
117
Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016
4. Moderator diskusi kurang maksimal
dalam pembatasan waktu presentasi dan
diskusi
5. Pemberian solusi jawaban atas pertanyaan
dari penanya kurang dimengerti
Pada siklus pertama tampak bahwa ratarata hasil belajar mahasiswa sudah memenuhi
SKM = 70. Persentase keaktifan mahasiswa
dalam pembelajaran juga meningkat dari
9,5% menjadi 12,5%. Tetapi belum
memenuhi indikator ketercapaian. Solusi
yang dilakukan peneliti untuk meningkatan
keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran
antara lain :
1. Memperikan bimbingan dan motivasi
kepada kelompok yang akan presentasi
selanjutnya untuk lebih mengusai konsep
pada materi yang akan disampaikan
2. Pemilihan moderator dilakukan dengan
memperhatikan
kemampuan
mengendalikan proses jalannya presentasi
dan diskusi (pemilihan di tunjuk dari
kelompok
yang
akan
melakukan
presentasi pada minggu beikutnya)
3. Meningkatkan kemampuan berbicara
dalam mengungkapkan pendapat dan
memberikan solusi.
4. Dalam pengungkapan pendapat dan solusi
permasalahan, masih ada mahasiswa yang
menggunaan kata “em” secara berulangulang.
3. Kelompok mahasiswa yang melakukan
presentasi sudah menguasai materi,
meskipun belum secara total.
4. Moderator diskusi secara keseluruhan
sudah mampu mengendalikan proses
jalannya presentasi dan diskusi dengan
baik.
5. Pemberian jawaban atas solusi yang
dipaparkan oleh penyaji sudah mulai
mengarah dan jelas.
Hasil pada siklus kedua sudah memenuhi
indikator ketercapaian, tetapi masih ada
beberapa hal yang perlu dikaji, antara lain :
peningkatan presentase keaktifan mahasiswa
dalam pembelajaran siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan yang konsisten yaitu
3%. Penyebabnya antara lain:
1. Pengungkapan masalah oleh penanya
masih sulit dipahami oleh penyaji
2. Pada siklus I dan II banyak anggota
penyaji yang datang terlambat, karena
adanya perpindahan kelas dari lantai 2
ke lantai 1.
3. Peningkatan rata-rata hasil belajar ilmu
pengetahuan lingkungan pada ranah
kognitif dan persentase aktivitas belajar
mahasiswa dapat di paparkan pada tabel
1.
Tabel 1. Peningkatan persentase keaktifan
mahasiswa dalam pembelajaran dan rata-rata
hasil belajar IPL ranah kognitif
Varibel
Persentase
keaktifan
Rata-rata hasil
belajar ranah
kognitif
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemampuan mahasiswa dalam memberikan
solusi
dan
mengungkapkan
pendapat
masihrendah.
Siklus Kedua
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua
ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Hasil siklus kedua
adalah sebagai berikut :
1. Persentase rata-rata keaktifan mahasiswa
meningkat dari 12,5 % menjadi 15,5%
2. Rata-rata hasil belajar mahasiswa
meningkat dari 72 menjadi 79
Awal
Siklus I
Siklus II
9,5 %
12,5%
15,5%
69
72
79
Persentase keaktifan mahasiswa dalam
pembelajaran mengalami peningkatan dari
9,5% menjadi 12,5% pada siklus I, 15,5%
pada siklus II. Dengan diterapkannya metode
presentasi kelas, mampu meningkatkan ratarata hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Lingkungan secara kontinu. Berdasarkan data
yang diperoleh dari data awal, siklus I
maupun siklus II, rata-rata hasil belajar ranah
118
Ed-Humanistics.
01Pembelajaran
Nomor 02 Tahun
PerbaikanVolume
Kualitas
… 2016
kognitif awal sebesar 69, pada siklus I sebesar
72 dan pada sikus II sebesar 79.
Peningkatan ini terjadi karena dosen
membimbing
mahasiswa
yang
akan
melakukan presentasi untuk mempelajari
materi dengan maksimal dan untuk
mahasiswa lain yang tidak menyampaikan
presentasi untuk memberikan pertanyaan dan
melakukan diskusi antar kelompok, selain itu
memilih moderator yang dapat mengatur
jalannya proses diskusi. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan bahwa penerapan
metode presentasi dan diskusi dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran ilmu
pengetahuan lingkungan.
SIMPULAN
Berdasarkan
data
hasil
penelitian
disimpulkan bahwa penerapan metode
presentasi
dan
diskusi
kelas
dapat
memperbaiki kualitas pembelajaran Ilmu
Pengetahuan
Lingkungan
dengan
meningkatnya keaktifan dan hasil belajar
kognitif mahasiswa. Saran yang dapat
diberikan terkait hasil penelitian adalah
sebaiknya penerapan metode presentasi dan
diskusi kelas dilakukan dalam waktu yang
lebih lama agar dapat memberikan
peningkatan yang lebih maksimal terhadap
keaktifan dan hasil belajar kognitif
mahasiswa. Selain itu melakukan penelitian
lanjut pada mata kuliah lain yang
memungkinkan untuk menggunakan metode
presentasi dan diskusi kelas dengan variabel
yang lebih luas baik dalam bentuk kuantitatif
maupun kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta :
Ciputat Pres.
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Handhika, J dan Gembong, S. 2011. Upaya
Peningkatan Keaktifan Mahasiswa dalam
Pelajaran Melalui Metode Presentasi
Kelas. Jurnal Pendidikan MIPA, Vol.3,
No.1 Maret 2011
Krathwohl, D. R. 2002. A Revision of
Bloom's Taxonomy: An Overview.
College of Education, Volume 41,
Number 4, Autumn 2002:213.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Professional
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran.
Yogyakarta : Teras.
Nurdin, Somantri. 2005. Metode Presentasi
Dengan Ms Power Point
Untuk Mengembangkan Kemampuan Writing
Dan Speaking. Artikel. Pendidikan
Network.
Saekhan,
M.
2008.
Pembelajaran
Kontekstual. Semarang : RASAIL Media
Group.
Sudrajat,
Akhmad.
2008.
Pengertian
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan
Model Pembelajaran. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
Sukmadinata, N. S. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Wiriaatmadja, R. 2006. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PPS UI.
Wisudawati, A. W dan Sulistyowati, E. 2014.
Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta:
Bumi Aksara.
Zulkifli, Arif. 2014. Dasar-Dasar Ilmu
Lingkungan. Jakarta : Salemba Teknika.
119
Download